Draft Jadi Acara 2 Pascapanen Mammad
-
Upload
rachmad-dwi-p -
Category
Documents
-
view
19 -
download
3
Transcript of Draft Jadi Acara 2 Pascapanen Mammad
ACARA II
PELILINAN PADA BUAH
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Di indonesia Buah-buahan apabila setelah dipanen tidak ditangani
dengan baik, akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik,
kimiawi, parasitik atau mikrobiologis, dimana ada yang menguntungkan dan
sangat merugikan bila tidak dapat dikendalikan yaitu timbulnya kerusakan
atau kebusukan. kehilangan buah-buahan cukup tinggi, 25 - 40 %. untuk
menghasilkan buah-buahan dengan kualitas yang baik, disamping
ditentukan oleh perlakuan selama penanganan on-farm, ditentukan juga oleh
faktor penanganan pasca panen yang secara umum mulai dari pemanenan,
pengumpulan, sortasi, pembersihan dan pencucian, grading, pengemasan,
pemeraman, penyimpanan dan pengangkutan.
Perlakuan dengan menggunakan lilin atau emulsi lilin buatan pada
produk hortikultura yang mudah busuk yang disimpan telah banyak
dilakukan. Tujuan pelilinan pada produk yang disimpan ini terutama adalah
untuk mengambat sirkulasi udara dan menghambat kelayuan sehingga
produk yang disimpan tidak cepat kehilangan berat karena adanya proses
transpirasi. Produk Hortikultura seperti sayur - sayuran dan buah - buahan
yang telah dipanen masih merupakan benda hidup. Benda hidup disini
dalam pengertian masih mengalami proses-proses yang menunjukkan
kehidupanya yaitu proses metablisme. Karena masih terjadi proses
metabolisme tersebut maka produk buah-buahan dan sayur-sayuran yang
telah dipanen akan mengalami perubahan-perubahan yang akan
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi kimiawinya serta mutu dari
produk tersebut.
2. Tujuan
Tujuan dari Praktikum Pasca Panen acara II Pelilinan pada Buah ini
adalah untuk mengetahui penanganan pasca panen pada buah dengan cara
pelilinan.
B. Tinjauan Pustaka
Buah jambu biji memiliki variasi yang besar baik dalam ukuran
buah, bentuk buah, maupun warnanya. Daging dalamnya bertekstur lunak, dan
berwarna lebih gelap dan berasa lebih manis dibanding daging luarnya,
secara normal dipenuhi biji-biji yang keras berwarna kuning sekitar 1-2%.
Kulit buahnya halus atau tidak rata, berwarna hijau tua ketika masih muda dan
berubah menjadi hijau sampai hijau kekuning-kuningan setelah
masak (Panhwar, 2005).
Buah salak terdiri atas kulit, daging buah dan biji. Kulit buah salak
yang membungkus daging buah menyerupai sisik yang berbentuk segi tiga,
berwarna kekuningan hingga coklat kehitaman atau kemerah-merahan
yang tersusun seperti genting, dengan banyak duri kecil yang mudah putus di
ujung masing- masing sisik. Daging buah tidak berserat berwarna putih
kekuningan, kuning kecoklatan atau merah tergantung varietasnya, dan
biasanya terdiri dari tiga septa dalam tiap buah. Biji salak yang masih muda
berwarna pucat dan lunak, sedangkan setelah matang berwarna kuning hingga
kehitaman dan keras, dan dalam setiap buah terdapat satu sampai tiga biji
(Santoso, 2006).
Ada beberapa cara pelilinan dengan memakai emusi lilin-
air pada sayuran buah adalah dengan cara pembusaan (foaming),
penyemprotan (spraying), pencelupan (dipping), atau dengan cara disikat
(brushing). Cara yang paling banyak digunakan adalah dengan cara
pembusaan dan penyikatan karena pengerjaannya lebih mudah dan
praktis (Samad, 2006).
Pelapisan kulit buah dengan emulsi lilin yang dikenal dengan
istilah edible film adalah lapisan tipis yang menyatu dengan bahan pangan,
layak dima-kan dan dapat diuraikan oleh mikroorga-nisme. Edible film
dibentuk sebagai pelapis pada permukaan bahan makanan atau bagian
bahan yang berbeda aktivitas airnya. Edible film berfungsi untuk
menghambat absorbsi atau transfer uap air dan gas seperti CO2 dan O2,
memperbaiki struktur mekanika bahan pangan dan sebagai bahan tambahan
pangan yang memberi efek antioksidan, antimikrobia dan
flavour (Rachmawati, 2010).
Pelapisan lilin selain dapat berfungsi untuk mencegah hilangnya air
dari komoditi dan mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi, pelapisan lilin
juga berfungsi sebagai pelindung dari kontaminasi mikroorganisme perusak
dan penutup luka/goresan pada permukaan buah serta mengkilapkan
permukaan buah. Warna pada produk yang dilapisi lilin bahkan ada yang tidak
berubah selama penyimpanan. Begitu juga dengan struktur produk. Struktur
produk yang dilapisi lilin tetap keras selama masa penyimpanan
(Hasbullah, 2008).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan tempat praktikum
Kegiatan praktikum Pascapanen Acara II ini dilaksanakan pada Senin
tanggal 7 Oktober 2013, pukul 15.00 WIB-selesai bertempat di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Timbangan
2) Kuas
3) Gelas kimia
b. Bahan
1) Buah Jeruk (Citrus sp.)
2) Buah Salak (Salacca zalacca)
3) Emulsi lilin
3. Cara kerja
a. Menyediakan emulsi lilin dan menyediakan buah-buahan
b. Membersihkan buah dengan menggunakan tissue
c. Menimbang dan mencatat berat awal buah yang digunakan
d. Mengoles atau mencelup buah dengan menggunakan emulsi lilin secara
merata
e. Menyimpan buah pada suhu kamar sampai buah mengalami kerusakan
50%
f. Menimbang dan mencatat berat akhir buah
4. Pengamatan yang dilakukan
a. Tekstur (tingkat kekerasan buah, diamati di awal dan akhir pengamatan
dengan skoring:
1 = sangat lunak
2 = lunak
3 = agak lunak
4 = keras
b. Rasa, dengan skoring:
1 = asam sekali
2 = asam
3 = agak manis
4 = maanis
c. Umur simpan : mengamati setiap hari sampai 50% buah mengalami
kerusakan
d. Berat susut : diamati dengan menimbang buah di awal sebelum
perlakuan dan sesudah perlakuan
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah, dkk. 2008. Lama Pemanasan Metode Vapor Heat Treatment (VHT) dan Pelilinan untuk Mempertahankan Mutu Pepaya Selama Penyimpanan. Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol XXII (1) : 41-46.
Panhwar F. 2005. Genetically evolved of guava (Psidium gaajava) and its future. Virtual Lybrary Chemistry: in Pakistan.
Rachmawati, M. 2010. Kajian Sifat Kimia Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw) dengan Pelapisan Khitosan Selama Penyimpanan untuk Memprediksi Masa Simpannya. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol VI (1) : 20-24.
Samad, M. Yusuf. 2006. Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu Komoditas Hortikultura. Sains dan Teknologi Indonesia, 8(1):31-36.
Santoso, Budi. 2006. Salak Pondoh. Kanisius. Yogyakarta.