Dr Richard

download Dr Richard

of 58

description

a

Transcript of Dr Richard

  • PEMERIKSAAN LABORATORIUM IMMUNOLOGIK

  • Tujuan pembelajaranMengenal aneka ragam pemeriksaan laboratorium Immunologik yang meliputi:Pemeriksaan laboratorim pada imunodefisiensiPemeriksaan laboratorium pada penyakit alergiPemeriksaan laboratorium pada penyakit autoimunImunoserologi

  • Penyakit ImunodefisiensiPenyakit imunodefisiensi disebabkan menurunnya ataugagalnya fungsi salah satu atau lebih komponen sistemimun

    Imunodefisiensi: - Spesifik : melibatkan kelainan pada sel T / sel B - Non spesifik: melibatkan komponen sistem imun yang terdiri atas sistem fagosit dan komplemen

  • Gejala imunodefisiensiGejala imunodefisiensi yang paling menonjol: - infeksi berulang - infeksi berkelanjutan yang tidak dapat diatasi dengan terapi adekuat

  • Jenis Imunodefisiensi1. Primer - herediter - gejala : 6 bulan 2 tahun

    2. Sekunder - Infeksi - Malnutrisi - Penuaan - Imunosupresi - Kemoterapi dll

  • Imunodefisiensi primerDikenal juga sebagai imunodefisiensi kongenitalPada umumnya disebabkan defek respon imun bawaan yaitu kelainan dalam sistem - Fagosit - dan atau Komplemen - Defek dalam proses maturasi dan fungsi Limfosit

  • ImunodefisiensiPrimer1.Severe combine immunodeficiency disease (SCID) - Ditandai oleh limfopenia dan defek fungsi Sel T dan B. - Hipoplasi Timus / - - Kelenjar limfe, limpa, tonsil, appendik : tidak mengandung jaringan limfoid 2. Defisiensi Ig A terisolasi - Ig A (-). - Sering ditemukan - Umumnya : tanpa gejala inf, traktus respiratorius, GI

  • ImunodefisiensiPrimer3. SINDROMA WISKOTT ALDRICH

    Ditandai : trombositopenia, eksema, inf berulang. Hanya menyerang anak laki-laki kekurangan Limfosit T dan Limfosit B yang menyebabkan terjadinya infeksi berulang. Kadar Ig M menurun, Kadar Ig E kadang meningkat

  • ImunodefisiensiSekunderLebih sering dijumpaiDidapat - Infeksi : AIDS - Penggunaan obat : - Kemoterapi - Imunosupresif - Penyakit lain : leukemia

  • Uji Saring imunodefisiensiKe dalam kelompok uji saring termasuk:Hitung leukositHitung jenis leukositHitung trombositHitung retikulosit

    Dengan memperhatikan morfologi eritrosit, leukositserta biakan kuman

    Kuman Piogenik biasanya menunjukkan kelainan:FagositKomplemenLimfosit B

    Virus atau jamur menunjukkan kelainan imunitas seluler(Limfosit T)

  • Pemeriksaan laboratorium pada imunodefisiensiUji Saring imunodefisiensi

  • Ig GDalam serum orang dewasa normal IgG merupakan 75% dari Ig totalMerupakan imunoglobulin utama yang dibentuk atas rangsangan antigenDapat menembus plasenta dan masuk peredaran darah janinIgG umumnya mampu melapisi mikroorganisme partikel mudah difagositosis- IgG juga mampu menetralisasi toksin dan virus

  • Ig AKelas imunuglobulin kedua terbanyak dalam serumTerutama berfungsi dalam cairan sekresi dan diproduksi dalam jumlah besar oleh sel plasma dalam jaringan limfoid yang terdapat sepanjang saluran cerna, saluran urogenital dan saluran napasIg A dapat dijumpai dalam saliva, air mata, kolostrum, sekret bronkus vagina dan prostatDapat mengikat virus maupun bakteri sehingga mencegah mikroorganisme melekat pada permukaan mukosaTidak menembus plasentaDapat membatasi absorpsi antigen yang berasal dari makanan

  • Uji kompetensi imunologik - Uji respon imun nonspesifik Menggambarkan respon tubuh terhadap zat asing secara non spesifik Uji fungsi leukosit 1. Pengukuran kemampuan fagositosis dan metabolisme oksidatif Prinsip fagositosis: mengukur jumlah bakteri yang difagositosis oleh neutrofil setelah inkubasi selama waktu tertentu. (Menggunakan flowcytometry) Prinsip metabolisme oksidatif: mengukur jumlah reactive oxygen spesies yang dilepaskan oleh atau berada intraseluler dalam neutrofil yang distimulasi. (menggunakan: spektofotometri, chemiluminesen)

  • - Uji respon imun nonspesifik Uji fungsi leukosit 2. Pengukuran kemampuan sintesis dan sekresi sitokin. Leukosit normal mampu memproduksi sitokin apabila dirangsang secara tepat. Sehingga pengukuran kadar sitokin dalam serum atau sitokin intraseluler dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi leukosit. ( Test yang digunakan dengan cara imunokimia: ELISA, RIA)

    Uji kompetensi imunologik

  • Enzyme Immunoassays

    Prinsip:

  • - Uji respon imun spesifik Dilakukan bila ada indikasi defisiensi atau disfungsi limfosit yang merupakan latar belakang kelainan imunopatologik, mis: imunodefisiensi primer atau sekunder

    Uji respons imun seluler 1. Uji kuantitatif - Menghitung jumlah limfosit - Menghitung subset limfosit - Masing-masing subset limfosit dapat dibedakan satu dari yang lain karena mengekspresikan petanda permukaan (clusters of differentiation, CD) -Menggunakan metode flowcytometryUji kompetensi imunologik

  • Prinsip flowcytometry analysis

  • Uji kompetensi imunologikTabel: rasio CD4/CD8 pada beberapa jenis penyakit

  • -Uji respon imun spesifik Uji respons imun seluler 2. Uji kualitatif (Uji fungsi) - Uji fungsi limfosit tingkat seluler misalnya uji stimulasi limfosit dengan rangsangan mitogen - Uji fungsi limfosit tingkat molekuler dengan mengukur kecepatan sintesis DNA, yaitu dengan menghitung jumlah serapan titriated thymidine dengan menggunakan spectrophotometerUji kompetensi imunologik

  • - Uji respon imun spesifik Uji respons imun humoral - Produksi utama limfosit B adalah imunoglobulin sehingga kadar imunoglobulin setelah stimulasi merupakan penanda imunokompetensi limfosit B - Respon imun humoral umumnya diuji dengan menilai fungsi produksi imunoglobulin yang menggambarkan kemampuan fungsional limfosit B (Pengujian dengan menetapkan kadar imunoglobulin dalam serum) - Pengujian secara in vivo: mengukur kadar antibodi dalam darah setelah dirangsang dengan antigen tertentu (misal: menggunakan vaksin) Uji kompetensi imunologik

  • Reaksi imunologik terhadap antigen secara tidak wajar pada seseorang yang sebelumnya pernah tersensitasi dengan antigen tersebutRespons imun berlebihan yang menimbulkan penyakitKonsep patogenesis yang dianut saat ini adalah: timbulnya alergi dan perjalanan penyakitnya ditentukan oleh interaksi antara gen dan lingkungan seseorang akan menderita alergi kalau ia memang peka (susceptible) sekaligus terpapar pada rangsangan yang tepat Penyakit Alergi

  • Untuk evaluasi penyakit alergi penting untuk mendapatkan riwayat rinci dari pasien, meliputi: - Durasi - Waktu timbulnya gejala - Pemicu yang diduga - Respon terhadap pengobatan - Riwayat keluarga

    Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit alergi 1. Pemeriksaan RAST (Radioallergosorbent test) Merupakan pemeriksaan in vitro yang dapat menentukan kuantitas dari Ig E yang spesifik terhadap beberapa alergen dari bahan pemeriksaan darah

    Pemeriksaan laboratorium pada penyakit alergi

  • 2. Jumlah eosinofil dalam darah - Pada pasien asma dan atopi lain, jumlah eosinofil meningkat - Pemeriksaan ini dapat membantu menunjang diagnosis penyakit alergi (kurang sensitif dan spesifik) - Jumlah eosinofil absolut normal < 400 / mm3 - Pemeriksaan ini lebih berguna bila dikombinasi dengan pemeriksaan lain Pemeriksaan laboratorium pada penyakit alergi

  • 3. Ig E dalam serum - Kadar Ig E tinggi dalam serum dapat ditemukan pada penderita asma, alergi dan eksema - Ig E dalam serum dapat normal bila pasien asma tidak terpapar allergen selama beberapa bulan - Tidak meningkatnya kadar Ig E dalam serum tidak dapat menyingkirkan kemungkinan alergiPemeriksaan laboratorium pada penyakit alergi

  • Penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti

    Para pakar sependapat bahwa penyebabnya: - Faktor endogen yang paling penting genetik - Faktor eksogen substansi asing

    Dalam keadaan normal tubuh tidak menghasilkan antibodi yang dapat merusak sel-sel tubuhnya sendiri karena tubuh mempunyai toleransi terhadap antigen diri

    Penyakit autoimun

  • Penyakit-penyakit autoimun dapat digolongkan sebagai - Spesifik-organ - Tidak spesifik-organ

    Beberapa contoh penyakit autoimun yang sering dijumpai dari golongan spesifik organ adalah: 1. Autoimune hemolytic anemia (AIHA) ok destruksi oleh AB terhadap Ag pada permukaan erythrosit A. Warm autoimmune hemolytic anemia - merupakan 75% kasus AIHA - Direct Coombs test kadang tidak positif - Perlu tes yang lebih sensitif untuk deteksi Ig G

    Penyakit autoimun

  • B. Cold Autoimmune hemolytic anemia Cold Aglutinin Syndrome 1.Primary Cold Aglutinin Syndrome - Insidens sekitar 16% dari AIHA -Bentuk hemolisis kronik dengan puncak kejadian umur 50 tahun - Suhu udara dingin akan memicu timbulnya hemolisis raynaud phenomenon - Pemeriksaan laboratorium : -Direct Coombs test positif -Ig M 2. Secondary Cold Aglutinin Syndrome - Mengikuti infeksi saluran napas atas oleh mycoplasma pneumoniae - Ditandai anemia dan ikterus yang sembuh sendiri dalam 2-3 minggu

    Penyakit autoimun

  • Paroxysmal Cold Hemoglobinuria - Hanya 1 -7% dari AIHA - Terutama terjadi pada anak-anak - Tes Donath Landsteiner Positive Darah pasien ditaruh di es 1jam dihangatkan pada 37 C selama 20 menit Sentrifuge supernatant menunjukkan hemolisis pada 37 C

    2. Myasthenia gravis - Antibodi dihasilkan terhadap reseptor asetilkolin - Reseptor ini dimusnahkan menyebabkan impuls dari saraf yang dibawa oleh asetilkolin tidak diterima oleh otot sehingga otot menjadi lemah. - Pemeriksaan : Antibodies Acetylcholine-receptors

    Penyakit autoimun

  • 3. Diabetes mellitus bergantung insulin - Disebabkan oleh sel T spesifik merusak sel Beta pankreas yang terlibat menghasilkan insulin. - Apabila sel Beta rusak maka akan terjadi kekurangan insulin

    4. Penyakit Hashimoto - Kelenjar tiroid diserang oleh limfosit dan fagosit menyebabkan terjadinya peradangan dan tiroid menjadi bengkak (goiter). - Autoantibodi dihasilkan terhadap tiroglobulin dan terjadi kerusakan pada sel-sel tiroid - Terjadi hipotiroidisme -Pemeriksaan laboratorium: anti thyroid peroxidase (anti-TPO) Antithyroglobulin antibody TSH Meningkat T4 menurun T3 menurun

    Penyakit autoimun

  • Beberapa contoh penyakit autoimun yang sering dijumpai dari golongan Tidak spesifik organ adalah: 1. Artritis reumatoid - Penyakit ini menyebabkan kerusakan sendi-sendi terutama jari. - Sel T autoreaktif bermigrasi ke rongga sinovial mengaktifkan sel efektor seperti sel sinovial dan sel B membran sinovial menjadi hiperseluler karena penimbunan jumlah besar limfosit, sel plasma dan makrofag - semua sel menunjukkan aktivitas tinggi interaksi antar sel akan membentuk Faktor rheumatoid dan immunoglobulin

    Penyakit autoimun

  • Interaksi antara faktor rheumatoid dengan Ig G dan C1q akan membentuk kompleks: 1. yang akan mengawali reaksi arthus 2. merangsang sel sinovial yang mirip makrofag melakukan fagositosis Makrofag yang teraktivasi melepaskan mediator (plasminogen, interleukin-1 dan prostaglandin E2) mengaktifkan osteoklas sehingga terjadi resorpsi tulang

    Sel PMN akan melepaskan enzim lisozom, proteinase dan kolagenase yang akan merusak tulang rawan sendi

  • Pemeriksaan laboratorium

    DarahCBC Anemia normokrom normositer atau hipokrom ringan (penyakit kronik)Fe serum: rendah Laju endap darah (LED) Meningkat (dapat mencapai 100 mm/jam atau lebih)C-reactive protein meningkatANA test positive (50% penderita)Faktor reumatoid serum: meningkat (80% penderita)Anti-CCP (cyclic citrulinated peptide antibody): Positive - lebih spesifik dibanding faktor reumatoid - ditemukan pada awal proses penyakit - sensitivitas rendah, hasil negative tidak menyingkirkan RAAKA (Anti Keratin antibodies) Spesifik untuk RA

    Analisis Cairan sinovial:- Sel darah putih meningkat mencapai 15.000 20.000/mm3- C-reactive protein meningkat- ANA: positive

  • 2. Lupus Eritematosus - Merupakan bentuk penyakit yang melibatkan sistem organ multiple - Penyakit otoimun yang menyebabkan inflamasi sistemik pada berbagai sitem organ ini bersifat kronis disertai serangkaian eksaserbasi dan remisi yang silih berganti tiada henti - Ciri khas khas utama sebagai tanda pengenal penyakit ini adalah terbentuknya autoantibodi yang reaktif terhadap kandungan jaringan tubuh khususnya komponen nuklear : single stranded dan double stranded DNA, small nuclear ribonucleoprotein (RNAs)

    Penyakit autoimun

    Pemeriksaan laboratorium:

    -CBC: anemia, leukopenia, thrombocytopenia -ANA-Autoantibody test: (Anti ds DNA, anti-Sm, anti-RNP (ribonucleoprotein) anti-Ro (SSA), anti-La )

  • Sindroma Guillain Barre - Merupakan penyakit autoimun yang mengenai saraf perifer dan saraf kranial secara akut - Dengan gejala kelumpuhan motorik progresif yang simetris - Hilangnya refleks tendon - dapat meluas ke otot tubuh, otot wajah, oropharingeal dan otot respirasi disertai gangguan sensoris pada lengan dan tungkai dengan atau tanpa gangguan otonom - Pemeriksaan laboratorium: permeriksaan LCS ditemukan peningkatan kadar protein dengan jumlah sel normal (disosiasi sitoalbumin) Peningkatan Ig G atau Ig M untuk pasien dengan kemungkinan infeksi virus Peningkatan kadar SGOT dan SGPT (1/3 penderita)Penyakit autoimun

  • Immunofluorescence - Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui autoantibodi dalam serum - Jaringan yang mempunyai antigen diinkubasi dengan serum penderita - Jika autoantibodi terdapat dalam serum tersebut maka akan terjadi ikatan antara antigen dengan antibodi - Kemudian ditambahkan antibodi anti IgG yang telah dilabel dengan pewarna fluorescence - Kemudian dilihat dengan mikroskop fluorescence Pemeriksaan laboratorium pada penyakit autoimun

  • Radioimunoasai - Pemeriksaan ini sensitif - Antigen direaksikan dengan serum penderita - JIka ada autoantibodi pada serum maka akan terjadi ikatan antara antigen dengan antibodi - Kemudian ditambahkan antibodi sekunder (anti-IgG manusia) berlabel radioaktif - Kuantitas radioaktif ditentukan menunjukkan ukuran autoantibodi dalam serum penderita

    Pemeriksaan laboratorium pada penyakit autoimun

  • Pemeriksaan laboratorium pada penyakit autoimun Test Aglutinasi-Serum penderita dicampur dengan sel yang mempunyai antigen diri yang diuji

    Jika dalam serum penderita terdapat antibodi (autoantibodi) maka akan terjadi aglutinasi.

  • ImunoserologiSistem imun dapat membentuk antibodi spesifik terhadap antigen tertentu, maka pengukuran antibodi terhadap: + bakteri + virus + jamur + parasit di dalam serum atau cairan tubuh lain dapat digunakan untuk menunjang diagnosis infeksi dengan mikroorganisme bersangkutan

    Uji serologi pada demam tifoid + Reaksi widal

  • ImunoserologiUji serologis hepatitis virusHepatitis A - Saat ini teknik yang paling dipercaya untuk menunjang diagnosis adalah teknik RIA atau ELISA untuk mendeteksi anti HAV- IgM dalam serum pada saat akut - Anti HAV Ig M dapat dideteksi 6 16 minggu setelah timbul gejala - Kemudian digantikan oleh anti HAV IgG yang menetap cukup lama (biasanya bertahun-tahun), - Anti HAV-Ig G merupakan petunjuk penderita pernah mendapat infeksi dengan VHA

  • ImunoserologiUji serologis hepatitis virusHepatitis B -HBsAg muncul 3-5 minggu sebelum tampak gejala klinik, menurun perlahan dalam waktu 4 6 bulan hingga mencapai kadar tidak terdeteksi dengan ELISA Menetapnya HBs Ag > 6 bulan kronik - Anti HBc IgM kadar tinggi menunjukkan infeksi akut, kemudian akan menurun sampai tidak terdeteksi

  • ImunoserologiUji serologis hepatitis virusHepatitis B - HBeAg Indikator adanya replikasi virus

    - Anti HBe

    - Anti HBs Keberadaan anti HBs dalam sirkulasi melindungi seseorang terhadap infeksi dengan VHB

  • Uji serologis imunisasi VHB akut Sembuh Hepatitis B Carier sehat hepatitis B dari VHB kronis (tidak aktif)

    Anti HBs + - + - -

    Total anti- - + + + +HBc

    Anti HBe - - + - +

    HBs Ag - + - + +

    HBe Ag - - - + -

    HBV DNA - + - + + (> 105 kopi) (< 105 kopi)

  • Kronik hepatitis

  • ImunoserologiUji serologis hepatitis virusHepatitis C - Merupakan jenis hepatitis pasca transfusi yang paling sering dijumpai - Lebih cenderung menjadi kronik dibanding hepatitis B -Anti HCV muncul lama setelah infeksi, kadang baru muncul 16-24 minggu setelah peningkatan kadar enzim - Pada infeksi akut umumnya sembuh sendiri (anti HCV hilang dari sirkulasi) - Pada infeksi kronik anti HCV menetap lama dalam sirkulasi dengan kadar tinggi Uji serologis infeksi HIV-Respon antibodi terhadap antigen virus HIV dapat dideteksi dalam waktu 6 9 minggu setelah infeksi, mencapai puncak pada minggu ke 12