Dormansi biji gulma
-
Upload
desti-diana-putri -
Category
Education
-
view
277 -
download
3
Transcript of Dormansi biji gulma
DORMANSI BIJI GULMA
(Laporan Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma)
Oleh
Kelompok 2
Ahmad Hidayat 1214121010
Anggi Tyasrini 1214121023
Annisa Haska 1214121028
Berri Adiwasa 1214121038
Catur Putra Satgada 1214121041
Desti Diana Putri 1214121050
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Biji khususnya dari jenis-jenis gulma semusim mempunyai peranan penting
dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha-usaha pencegahan dan
pengendalianngulma. Banyaknya biji yang mampu berkecambah dan tahan
terhadap pengendalian akan menentukan besarnya penurunan produksi tanaman
pada tanaman yang dibudidayakan (khususnya tanaman semusim) pada tahun
berikutnya.
Dormansi merupakan strategi reproduksi gulma untuk tetap bertahan hidup
dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Dengan cara demikian,
perkecambahan dapat terjadi beberapa waktu kemudian dan atau terjadi di tempat
lain yang berjauhan dengan induknya. Selain itu dormansi dapat menjadikan biji -
biji gulma tahan bertahun-tahun dalam tanah dan hanya akan berkecambah dan
tumbuh bila keadaan lingkungannya menguntungkan. Biji-biji gulma yang berada
dalam tanah tersebut mempunyai tingkat dormansi yang berbeda-beda, sehingga
perkecambahan dari suatu populasi biji gulma tidak terjadi secara serentak.
Keadaan ini mengakibatkan biji-biji gulma dalam tanah akan tetap menjadi
masalah selama biji-biji tersebut masih ada.
Dalam keadaan dorman, biji-biji gulma sulit dikendalikan. Metode-metode
yang ada sekarang pada umumnya masih belum efektif, dengan sterilisasi tanah
secara total. Pemahaman biologi biji gulma akan memberikan sumbangan yang
sangat besar sebagai dasar untuk mengembangkan dan memperbaiki metode -
metode pengendalian yang telah ada. Oleh karena itu, dilakukan percobaan
dormansi benih gulma ini untuk mengetahui dormansi pada benih gulma dengan
beberapa perlakuan normal, adanya naungan dan tanah kering.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui jenis – jenis dormansi.
2. Mengetahui kemampuan organ perbanyakan (biji) gulma yang mengalami
dormansi dan pemecahan dormansi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Benih merupakan komponen teknologi kimiawi biologis pada setiap musim tanam
untuk komoditas tanaman pangan. Benih dari segi teknologi diartikan sebagai
organisme mini hidup yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang
tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi .
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum telah
memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan (Sutopo 2002).
Ketidakmampuan biji untuk berkecambah bergantung pada kondisi fisik dan
fisiologis pada biji yang mencegah perkecambahan pada waktu yang tidak tepat/
sesuai. Dormansi bertujuan untuk mempertahankan diri terhadap kondisi yang
tidak sesuai (panas, dingin, kekeringan dll). Mekanisme biologis untuk menjamin
perkecambahan biji berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat untuk
mendukung pertumbuhan dan kesintasan yang tepat (Salisbury dan Ross, 1995).
Banyak cara untuk mematahkan dormansi benih padi selain cara diatas antara lain
yaitu dengan pemanasan 500 C sampai 7 hari, Co-aplikasi dalam larutan KNO3
0,2% untuk membasahi substrat, kombinasi antara pemanasan 500 C selama 2
hari dan perendaman KNO3 3% atau air selama 1–2 hari, dan perendaman dalam
larutan KNO3 dengan konsentrasi 2% - 3% dan lama perendaman 1 – 2 hari
tergantung pada. Misalnya pada varietas rojolele dapat dipatahkan dormansinya
dengan pemanasan 500 C dan perendaman pada air (suhu 27–280 C) selama 48
jam(Priadi et al. 2007).
Dormansi pada beberapa jenis buah disebabkan oleh: 1) struktur benih, misalnya
kulit benih, braktea, gluma, perikarp dan membran, yang mempersulit keluar
masuknya air dan udara; 2) kelainan fisiologis pada embrio; 3) penghambat
(inhibitor) perkecambahan atau penghalang lain-lainnya; atau 4) gabungan dari
faktor-faktor di atas (Justice 1979).
Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe
yaitu :
a. Innate dormansi (dormansi primer)
Dormansi primer adalah dormansi yang paling sering terjadi, terdiri dari dua sifat:
- Dormansi eksogenous yaitu kondisi dimana komponen penting
perkecambahan tidak tersedia bagi benih dan menyebabkan kegagalan dalam
perkecambahan. Tipe dormansi tersebut berhubungan dengan sifat fisik dari
kulit benih serta faktor lingkungan selama perkecambahan.
- Dormansi endogenous yaitu dormansi yang disebabkan karena sifat-sifat
tertentu yang melekat pada benih, seperti adanya kandungan inhibitor yang
berlebih pada benih, embrio benih yang rudimenter dan sensitivitas terhadap
suhu dan cahaya.
b. Induced dormansi (dormansi sekunder)
Dormansi sekunder adalah sifat dormansi yang terjadi karena dihilangkannya satu
atau lebih faktor penting perkecambahan. Dormansi sekunder disini adalah benih-
benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan
pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat
menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang
dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan
untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada
benih yang membutuhkan cahaya. Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan
oleh perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh
pengeringan yang berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi
menjadi lebih terbatas.
c. Dormansi Paksaan (Enforced dormancy).
Dormansi paksaan merupakan istilah yang digunakan untuk biji-biji yang tidak
berkecambah selama faktor lingkungan (kelembaban, cahaya, oksigen) kurang
menguntungkan dan segera akan berkecambah bila lingkungannya
menguntungkan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi dormansi antara lain
suhu, kelembaban, oksigen dan cahaya.
Metode pematahan dormansi eksogen yaitu:
1. Skarifikasi mekanis untuk menipiskan testa, pemanasan, pendinginan
(chilling), perendaman dalam air mendidih, pergantian suhu drastic, namun
tempertur tinggi jarang digunakan untuk memecahkan dormansi benih, karena
biasanya temperatur tinggi malah meningkatkan dormansi benih daripada
memperbaiki perkecambahannya (Leopold & Kriedemann, 1975).
2. Skarifikasi kimia untuk mendegradasi testa, yaitu asam sulfat. Untuk testa
yang mengandung senyawa tak larut air yang menghalangi masuknya air
kebenih, maka pelarut organic seperti alcohol dan aseton dapat digunakan
untuk melarutkan dan memindahkan senyawa tersebut sehingga benih dapat
berkecambah (Soejadidan 2002).
III.METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum antara lain cawan petri, gabus,
kertas, pot, plastik berwarna gelap, dan tanah.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain benih gulma Asystasia
gangetica, sawi (Brassica rappa), Paspalum conjugatum, dan Cyperus rotundus.
3.2 Prosedur Kerja
a. Dormansi primer
Pada dormansi primer, langkah percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Disiapkan biji gulma yang sudah tua atau kering dari gulma daun lebar, teki,
dan rumput, serta benih tanaman budidaya.
2. Disiapkan cawan petri diberi media kertas atau kapas yang dibasahi air
sebanyak 4 buah cawan.
3. Dimasukkan benih atau biji gulma maupun tanaman sabanyak 50 butir yang
telah disiapkan untuk masing – masing jenis dan lakukan pemeliharaan
dengan menjaga kelembaban maupung syarat pertumbuhan yang diperlukan.
4. Dihitung kecambah yang muncul setiap minggu hingga 4 minggu setelah
tanam.
b. Dormansi paksaan
Pada dormansi paksaan, langkah praktikum yang dilakukan sebagai berikut:
1. Disiapkan tanah dari lapisan olah tanah budidaya atau pertanian (kedalaman 0
– 20 cm) sebanyak 4 pot berukuran sekitar 1 kg tanah kering angin.
2. Disiram tanah yang telah tersedia dalam 2 pot dan dijaga kelembabannya
kemudian letakkan 1 pot pada tempat terbuka atau sinar penuh dan 1 pot di
tempat ternaungi atau tidak ada sinar. Dilakukan juga dalam 2 pot yang lain
dengan tetap dalam keadaan kering serta letakkan seperti perlakuan yang
disiram.
3. Diamati dan dicatat jumlah maupun jenis biji gulma apa saja yang tumbuh
setiap minggu pengamatan selama 4 minggu.
IV.HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan praktikum sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan dormansi primer : jumlah kecambah yang muncul
No Jenis Gulma atau
Tanaman
Waktu Pengamatan
(MST = Minggu Setelah Tanam)
1 2 3 4
1 Asystasia gangetica 3 4 7 5
2 Paspalum conjugatum 1 3 3 4
3 Cyperus killingia 0 2 2 5
4 Brassica rapa 49 0 0 0
Tabel 2. Pengamatan dormansi paksaan
No Perlakuan Jenis dan Jumlah Gulma yang Tumbuh
Jenis Jumlah
1 Tanah Lembab
a. Terbuka Gulma daun lebar 2
b. Ternaungi Gulma daun lebar 1
2 Tanah Kering
a. Terbuka Tidak ada 0
b. Ternaungi Tidak ada 0
4.2 Pembahasan
Dormansi merupakan suatu fenomena biologi yang menunjukkan
ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah dalam kondisi optimum.
Dormansi benih dapat berlangsung beberapa hari, beberapa minggu dan beberapa
bulan tergantung jenis tanaman. Apabila benih mengalami dormansi, maka benih
tidak akan berkecambah walaupun diletakkan dalam keadaan umum dianggap
memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan (Sutopo, 2002).
Dormansi pada biji atau benih gulma merupakan salah satu strategi gulma untuk
tetap bertahan hidup. Selain itu, dormansi memberikan masa penyimpanan untuk
menyediakan cadangan bahan tanam untuk musim berikutnya. Karena benih atau
biji gulma mengalami dormansi sehingga gulma memiliki sifat persisten. Sifat
persisten pada gulma artinya gulma akan tetap ada sepanjang masa. Apabila
dalam kondisi lingkungan yang optimum, maka sifat dormansi ini akan membantu
kelangsungan hidup gulma keran jika biji gulma berkecambah, ada kemungkinan
kecambah yang terbentuk tidak mampu tumbuh menjadi gulma dewasa, bahkan
akan mati. Sebagai contoh, apabila mekanisme dormansi biji ini tidak dimiliki
gulma, maka biji yang berada pada lapisan tanah bagian dalam akan berkecambah.
Karena kecambah tidak mampu menembus lapisan tanah tersebut, maka gulma
akan mati sebelum muncul ke permukaan (Sembodo, 2010).
Berdasarkan karakter dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya, beberapa
pakar biologi membedakan dormansi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
1. Bawaan ( innate ),
2. Rangsangan ( inducet ),
3. Paksaan ( anforced ).
Dormansi bawaan atau kandang pula disebut sebagai dormansi primer, biasanya
dijumpai pada biji–bijian atau perbanyakan vegetatif sementara. Dormansi
rangsangan atau perbanyakan merupakan pengaruh lingkungan sekitar biji atau
organ perbanyakan vegetatif setelah terlepas dari nduknya. Domansi paksaan
disebabkan oleh adanya faktor lingkungan yang menguntungkan untuk
dimulainya pertumbuhan, akibat kekurangan suhu yang tidak menguntungkan
(Sutopo, 2002).
Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa benih yang paling
cepat berkecambah adalah benih tanaman budidaya yang berupa sawi (Brassica
rapa). Pada pengamatan minggu pertama, benih sawi yang berkecambah
sebanyak 49 benih sehingga daya berkecambahnya sebesar 98%. Kemudian benih
kedua yang memiliki daya kecambah tinggi adalah benih gulma Asystasia
gangetica sebanyak 3 benih, 4 benih, 7 benih dan 5 benih di setiap pengamatan
selama 4 minggu. Daya berkecambah benih Asystasia gangetica sebesar 38%.
Pada benih Paspalum conjugatum banyak benih yang berkecambah yaitu 1 bnih, 3
benih, 3 benih dan 4 benih selama 4 minggu pengamatan dan diperoleh daya
berkecambah sebesar 22%. Sedangkan pada benih Cyperus killingia, pada
pengamatan pertama belum ada benih yang berkecambah dan pada pengamatan
kedua hingga keempat sebanyak 2 benih, 2 benih dan 5 benih sehingga daya
berkecambah benih sebesar 18%. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa benih
yang paling lama masa dormannya adalah benih Cyperus killingia sedangkan
benih yang paling cepat berkecambah adalah benih tanaman budidaya sawi. Benih
Cyperus killingia paling lama berkecambah dapat disebabkan karena lingkungan
yang disediakan memang belum memenuhi syarat tumbuh dari gulma tersebut
sehingga benih dormansi.
Pada perlakuan di dalam pot yang berisi tanah, hanya pada pot yang berisi tanah
lembab saja yang tumbuh gulma yaitu 2 gulma pada pot tanah lembab terbuka dan
1 gulma dalam pot lembab ternaungi. Gulma yang tumbuh berupa gulma daun
lebar yang belum diidentifikasi spesiesnya karena masih kecil. Pada pot yang
berisi tanah lembab dan ternaungi gulma yang tumbuh lebih cepat tinggi
dibanding gulma yang tumbuh pada pot tanah lembab yang tidak ternaungi. Hal
ini disebabkan fotosintesis pada gulma pot lembab ternaungi terganggu.
Sedangkan pada kedua pot yang kering baik ternaungi maupun terbuka, tidakada
gulma yang tumbuh disana. Hal ini tanah yang kering sehingga benih tetap
dorman karena tidak ada air yang cukup untuk proses perkecambahan.
IV.KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan sebagai berikut:
1. Benih gulma memiliki masa lama dormansi yang berbeda-beda.
2. Dormansi terdiri dari dormansi primer, dormansi sekunder dan dormansi
paksaan.
3. Benih tanaman sawi (Brassica rapa) memiliki masa dormansi paling pendek
dibandingkan benih gulma Asystasia gangetica, Paspalum conjugatum dan
Cyperus killingia.
4. Benih gulma yang memiliki masa dormansi paling pendek adalah benih gulma
Asystasia gangetica.
5. Benih gulma Cyperus killingia memiliki masa dormansi paling lama
dibandingkan benih gulma Paspalum conjugatum dan Asystasia gangetica.
6. Pada pot perlakuan tanah lembab terdapat gulma yang tumbuh sedangkan
pada pot perlakuan tanah kering tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Aldrich, R. J. 1984. Weed Crop Ecology Principles in Weed Management. Wadsworth, Inc., Belmont, California, USA. p : 92-126 ; 210-244.
Iriawati. 2010. Perkembangan Biji. Diakses dari www.perkembangan
biji.pdf.Diaksespada 27Mei 2013. Justice, O. L dan L. N. Baas 1979.Principle and Practices of SudStroge.Castle
House Pulb/ Ltd great.
Leopold, A.C. dan P.E. Kriedemann. 1975. Plant growth and development. New Delhi. Tata Mc. Graw Hill Book Co. Ltd.
Priadi, D., T. Kuswara dan U. Soetisna 2007. Padi Organik Versus Non Organik: Studi Fisiologi Benih Padi (Oryza sativa L.) Kultivar Lokal Rojolele. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 9(2): 130 – 138.
Salisbury, J. W, dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.
Sembodo, Dad R.,J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu . Yogyakarta.
Soejadidan U.S. Nugraha. 2002. Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi Terhadap Daya Berkecambah Padi, hal 155-162. Dalam E. Murniatiet al.
(Eds.): IndustriBenih di Indonesia. Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB.291 hal.
Sutopo, Lita. 2002.Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
L A M P I R A N
DOKUMENTASI PENGAMATAN
Tabel 1. Foto pengamatan dormansi primer
MST Sawi
(Brassica rapa)
Asystasia
gangetica
Paspalum
conjugatum
Cyperus killingia
1
2
3
4
Tabel 2. Foto pengamatan dormansi paksaan
MST Tanah Lembab Tanah Kering
Terbuka Ternaungi Terbuka Ternaungi
1
2
3
4
PERHITUNGAN
Perhitungan Dormansi Primer
Pengamatan 1 MST (Minggu Setelah Tanam)
Benih sawi =49
50 x 100% = 98%
Benih Asystasia gangetica =3
50 x 100% = 6%
Benih Paspalum conjugatum =1
50 x 100% = 2%
Benih Cyperus killingia =0
50 x 100% = 0%
Pengamatan 2 MST (Minggu Setelah Tanam)
Benih Cyperus killingia =0
50 x 100% = 0%
Benih Asystasia gangetica =4
50 x 100% = 8%
Benih Paspalum conjugatum =3
50 x 100% = 6%
Benih Cyperus killingia =2
50 x 100% = 4%
Pengamatan 3 MST (Minggu Setelah Tanam)
Benih Cyperus killingia =0
50 x 100% = 0%
Benih Asystasia gangetica =7
50 x 100% = 14%
Benih Paspalum conjugatum =3
50 x 100% = 6%
Benih Cyperus killingia =2
50 x 100% = 4%
Pengamatan 4 MST (Minggu Setelah Tanam)
Benih Cyperus killingia =0
50 x 100% = 0%
Benih Asystasia gangetica =5
50 x 100% = 10%
Benih Paspalum conjugatum =4
50 x 100% = 8%
Benih Cyperus killingia =5
50 x 100% = 10%