Dongeng Pulau Tak Dikenal

33

description

Sebuah novelet karya José Saramago

Transcript of Dongeng Pulau Tak Dikenal

DONGENGPULAUTAK DIKENAL

diterjemahkan oleh Ronny Agustinus

José Saramago

Terbit pertama kali dalam bahasa Portugis:O Conto da Ilha Desconhecida (1998)

Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Ronny Agustinus dari edisi bahasa Spanyol terjemahan Pilar del Río

El cuento de la isla desconocida

2013 – SASTRA ALIBI

Buku elektronik ini dirilis oleh sastraalibi.blogspot.com untukkepentingan literasi dan bukan komersil

Desain sampul: TINTA Creative Production

Seorang lelaki datang mengetuk pinturaja dan berkata, Beri hamba kapal.

Ada banyak pintu di kediaman raja, tapi pintu yangdiketuknya ini pintu petisi. Karena raja menghabis -kan seluruh waktunya duduk di depan pintu hadiah(maksudnya, hadiah yang dipersembahkan kepada -nya), manakala ia dengar ada yang mengetuk pintupetisi ia akan pura-pura tuli, dan hanya bila ketukanterus menerus kenop pintu dari perunggu itu bukancuma memekakkan, namun juga tak pelak lagi me -nimbulkan kehebohan, mengacaukan ketentramanlingkungan (rakyat akan mulai kasak-kusuk, Rajamacam apa dia kalau tidak mau menjawab pintu itu),baru pada saat itulah ia perintahkan menteri pertamauntuk mencari tahu apa yang dikehendaki si pemo-hon, sebab kelihatannya tak ada cara buat membung -kamnya. Lantas menteri pertama akan menyuruhmenteri kedua, yang akan menyuruh menteri ketiga,yang akan memberi perintah pada asisten pertama,

- 1 -

yang pada gilirannya akan memberi perintah padaasisten kedua, dan begitu seterusnya sepanjang urut -annya sampai ke si babu wanita, yang karena tidakada siapa-siapa lagi yang bisa diperintahnya, akanmembuka pintu itu setengah dan bertanya lewat ce -lahnya, Kau mau apa. Si pemohon akan menyatakanurusannya, artinya ia akan meminta apa yang hendakia minta, lantas ia akan menunggu di sebelah pintusembari permohonannya menyusuri jalurnya kem-bali, dari orang ke orang sampai pada baginda raja.Raja, yang sibuk sebagaimana biasanya oleh hadiah-hadiah yang dipersembahkan padanya, akan butuhwaktu lama untuk menjawab, dan tidaklah kecil kadarkepedulian akan kebahagiaan dan kemakmuran rak -yatnya sampai akhirnya ia memutuskan untuk me -minta pada menteri pertama pendapat otoritatif se -cara tertulis. Menteri pertama, tanpa perlu dikatalagi, akan mengoperkan perintah ini pada menterikedua, yang akan mengoperkannya pada menteri ke -tiga dan begitu seterusnya sampai turun sekali lagipada si babu wanita, yang akan menjawab ya atautidak bergantung pada suasana hatinya waktu itu.

Namun demikian, dalam kasus lelaki yangmenginginkan kapal, tidak begitu kejadiannya. Ke -tika si babu wanita bertanya lewat celah pintu, Kau

- 2 -

mau apa, si lelaki, tidak seperti orang-orang lain,tidak meminta gelar, medali, atau bahkan uang, iabilang, Aku ingin bicara dengan raja. Kau tahu betulraja tidak bisa datang, beliau sibuk di pintu hadiah,jawab wanita itu, Yah, pergi dan beritahu dia bahwaaku tidak akan hengkang dari sini sampai dia datangsecara pribadi untuk mencari tahu apa yang ku -inginkan, kata lelaki itu, dan ia pun berbaring melin-tang di ambang pintu, mengudungi dirinya denganselimut untuk melawan dingin. Siapapun yang hen-dak masuk atau keluar harus melangkahinya terlebihdulu. Sekarang urusan ini menimbulkan perkara be -sar, karena perlu diingat bahwa menurut protokoleryang mengatur pelbagai macam pintu, cuma ada satupemohon yang bisa ditangani dalam satu waktu, yangartinya, selama ada orang di situ menunggu tang -gapan, tak boleh ada orang lain mendekat untukmenyuarakan kebutuhan atau keinginan mereka.Sepintas lalu, sepertinya pihak yang paling diuntung -kan dari pasal regulasi ini adalah raja, melihat bahwasemakin sedikit orang yang mengusiknya dengan pel-bagai macam cerita duka, semakin panjang waktuyang bisa dihabiskannya untuk menerima, menik -mati, dan menumpuk hadiah-hadiah tanpa ganggu -an. Namun bila ditilik lebih lanjut, nyatalah bahwa

- 3 -

sang raja yang paling dirugikan, karena ketika rakyatmenyadari lamanya waktu yang diperlukan untukmenjawab, protes umum yang terjadi akan secaraserius mempertinggi keresahan sosial, yang pada gi -lirannya akan berdampak langsung dan negatif padaaliran hadiah yang dipersembahkan pada raja. Dalamkasus khusus ini, sebagai hasil timbang-menimbangpro dan kontra, setelah tiga hari raja pun berangkatsecara pribadi menuju pintu bantuan guna mencaritahu apa yang diinginkan si biang kerok ini, yang me -nolak membiarkan permohonannya menjalani salur -an birokratis selayaknya. Buka pintu, ucap raja ke sibabu wanita, dan si wanita pun bertanya, Buka lebaratau cuma sedikit. Raja ragu-ragu sejenak, sebenarnyaia tidak ingin terlalu memampang diri pada udara ja -lanan, tapi kemudian ia merenung, akan terlihat jelek,tak sepadan dengan sosok agungnya, untuk bicarapada salah seorang kawulanya lewat celah pintu, se -olah-olah ia takut padanya, terutama dengan adanyaorang lain yang mendengarkan percakapan ini, sibabu wanita yang akan cepat-cepat pergi memberi-tahu segala macam orang yang entah siapa, Bukalebar, perintahnya. Pada waktu ia mendengar geren-del ditarik, lelaki yang menginginkan kapal bangkitdari undakan di sebelah pintu, melipat selimutnya

- 4 -

dan menunggu. Tanda-tanda bahwa seseorang akhir -nya akan menangani masalah ini, yang artinya ruangdi sebelah pintu itu tak lama lagi akan kosong, me -nyedot sejumlah orang lain yang berharap menerimakemurahan hati raja, yang sudah menongkrong didekat-dekat situ siap mengklaim tempat tersebutbegitu lowong. Kedatangan raja yang tak diduga (halmacam ini belum pernah terjadi selama ia menyan-dang mahkota) menyulut kekagetan luar biasa, bukancuma di antara calon-calon pemohon yang disebut -kan tadi, namun juga di kalangan penduduk yangtinggal di sisi seberang jalan, yang melongok keluardari jendela-jendela mereka karena tertarik oleh ke -gemparan mendadak ini. Satu-satunya orang yangtidak tampak terlalu terkejut adalah lelaki yang da -tang meminta kapal. Ia telah menghitung-hitung,dan prediksinya terbukti tepat, bahwa raja, meskibutuh tiga hari, cenderung untuk penasaran melihatwajah orang yang tanpa alasan jelas dan dengan ke -nekatan luar biasa menuntut berbicara dengannya.Karenanya, terbelah antara rasa penasaran yang takterbendung dan kesebalannya melihat begitu banyakorang bergerombol bersama sekaligus, sang raja de -ngan sangat kasar memberondongkan tiga pertanya -an satu disusul yang lain, Mau apa kau, Mengapa

- 5 -

tidak katakan langsung saja apa yang kau inginkan,Apa kau pikir aku tidak punya kerjaan lain yang lebihbaik, tapi si lelaki cuma menjawab pertanyaan perta-ma, Beri hamba kapal, katanya. Sang raja begitu ter-peranjat sampai si babu wanita buru-buru menyodor-kan kursi beralas jerami yang biasa ia pakai dudukketika ada kerja jahit-menjahit yang perlu dilakukan,karena sebagaimana bersih-bersih, ia juga bertang-gungjawab atas tugas menjahit kecil-kecilan di istana,umpamanya, menisik kaus kaki para pelayan. Merasasedikit canggung, karena kursi itu jauh lebih pendekdaripada singgasananya, raja mencoba menemukancara terbaik untuk mengatur kakinya, pertama me -nekuknya masuk, lalu membiarkannya merenggangkeluar ke masing-masing sisi, sementara si lelaki yangmenginginkan kapal dengan sabar menunggu per-tanyaan berikutnya, Dan bolehkah orang tahu untukapa kau inginkan kapal ini, demikianlah raja bertanyaketika akhirnya ia berhasil memapankan diri denganderajat kenyamanan yang masuk diakal pada kursi sibabu wanita itu. Untuk pergi mencari pulau tak dike-nal, jawab orang itu, Pulau tak dikenal apaan, tanyaraja menahan tawa, seolah-olah yang ada di hadapan-nya ini salah satu orang maha sinting yang terobsesidengan pengarungan bahari, yang sebaiknya jangan

- 6 -

dirintangi, setidaknya tidak secara langsung, Pulautak dikenal, orang itu berkata lagi, Omong kosong,tak ada lagi pulau yang tak dikenal, Siapa yang mem-beri tahu Anda, tuan, bahwa tak ada lagi pulau yangtak dikenal, Mereka semua ada di peta, Cuma pulau-pulau yang dikenal yang ada di peta, Dan pulau takdikenal apa ini yang ingin kau cari, Andai saya bisamengatakannya pada Anda, berarti pulau itu sudahdikenal, Apa kau pernah dengar ada seseorang mem-bicarakannya, tanya raja, lebih serius sekarang, Tidak,tak ada, Kalau begitu, mengapa kau bersikeras pulauitu ada, Semata karena tidak mungkin tidak ada pulauyang tidak dikenal, Dan kau datang kemari memintakapal padaku, Ya, saya datang kemari me minta kapaldari Anda, Dan kau itu siapa sampai aku harus mem-berimu kapal, Dan Anda itu siapa sampai menolaksaya, Aku raja di kerajaan ini, dan semua kapal di ke -rajaan ini jadi milikku, Lebih tepat Anda yang jadimilik mereka ketimbang mereka milik Anda, Apamaksudmu, tanya raja bingung, Maksud saya, tanpamereka Anda bukan siapa-siapa, sementara tanpaAnda, mereka masih bisa berlayar, Di bawah titahku,dengan juru-juru mudi dan pelaut-pelautku, Tapisaya tidak minta pelaut atau juru mudi, yang sayaminta dari Anda cuma kapal, Dan bagai mana soal

- 7 -

pulau tak dikenal ini, andai kau menemu kannya, iaakan jadi milikku, Anda, tuan, cuma tertarik padapulau-pulau yang sudah dikenal, Dan yang belumdikenal pula, begitu mereka dikenal, Barangkali yangini tidak membiarkan dirinya dikenal, Kalau begituaku tidak mau memberimu kapal, Ya, Anda akanmemberi saya kapal. Ketika mendengar kata-kata ini,yang diucapkan dengan rasa percaya diri yang begitukalem, calon-calon pemohon di pintu bantuan yangkian tidak sabar semenjak percakapan ini dimulai,memutuskan turun tangan membantu lelaki itu, lebihkarena hasrat menyingkirkan dia ketimbang karenarasa senasib sepenanggungan, maka mereka punmulai berteriak, Beri dia kapal, beri dia kapal. Rajamembuka mulut untuk menyuruh si babu wanita me -manggil hulubalang agar datang memulihkan keter -tiban umum dan menegakkan disiplin, namun seketi-ka, orang-orang yang menonton dari jendela-jendelarumah di seberang dengan penuh antusias turut ber -gabung dalam paduan suara itu, berteriak bersamayang lain, Beri dia kapal, beri dia kapal. Dihadapkanpada ekspresi kehendak rakyat yang sedemikian kuatdan kuatir soal apa yang mungkin ia lewatkan saatsedang berada di pintu bantuan, raja mengangkattangan kanannya memerintahkan diam dan berkata,

- 8 -

Aku akan memberimu kapal, namun kau harus men-cari awaknya sendiri, aku perlu semua pelautku untukpulau-pulau yang sudah dikenal. Tempik sorak khala -yak menenggelamkan ucapan terima kasih orang itu,lagipula, menilik dari gerak bibirnya, barangkali iasekadar berkata, Terima kasih, paduka, atau Jangankuatir, akan kuurus, namun setiap orang mendengarjelas apa yang disabdakan raja berikutnya, Pergilah kedermaga, minta bicara dengan syahbandar, beritahudia aku yang mengirimmu, dan agar ia memberimukapal, bawa serta kartuku bersamamu. Lelaki yangdiberi kapal itu membaca kartu nama tersebut, yangmencantumkan kata Raja di bawah nama raja, daninilah kata-kata yang dituliskan raja saat ia sandarkankartu itu di bahu si babu wanita, Berikan pada pem-bawa kartu ini sebuah kapal, tidak perlu yang besar,tapi harus kapal yang aman dan laik melaut, aku tidakmau dia membuatku merasa bersalah bila terjadi apa-apa. Ketika lelaki itu mendongak, kali ini, dalambayangan orang, guna mengucapkan terima kasih atashadiah Anda, sang raja sudah menarik diri, dan hanyasi babu wanita yang ada di situ, menatapnya penuhpermenungan. Si lelaki beringsut dari pintu, isyaratbagi pemohon-pemohon lain untuk akhirnya mende -kat, tanpa seberapa perlu menggambarkan kericuhan

- 9 -

yang terjadi sesudahnya, saat setiap orang berupayamencapai pintu terlebih dulu, tapi ah, pintu itu sekalilagi tertutup. Mereka mengetuk kenop perunggu pin -tu itu lagi untuk memanggil si babu wanita, namun sibabu wanita itu sudah tidak ada di sana, ia berbalikdan pergi, dengan ember dan sapunya, lewat pintulainnya, pintu ketetapan, yang jarang digunakan,namun sekali digunakan, hasilnya sungguh berkete -tapan. Kini orang bisa mengerti raut penuh perme-nungan di wajah si babu wanita, karena persis padasaat itulah ia memutuskan untuk mengejar lelaki ituyang berangkat ke dermaga mengambil kapalnya. Iaputuskan bahwa cukup sudah hidupnya buat mem-bersihkan dan menggosok istana, bahwa ini waktu nyaberalih pekerjaan, bahwa membersihkan dan meng-gosok kapal adalah kerjanya yang sejati, paling tidakia tak bakal kekurangan air di tengah lautan. Si lelakitak punya bayangan bahwa meskipun ia belum mulaimerekrut awak kapal, dia sudah dibuntuti oleh sese -orang yang akan bertugas mengepel geladak dantugas-tugas kebersihan lainnya, memang, seperti ini-lah nasib biasanya memperlakukan kita, ia sudah adadi belakang kita, sudah mengulurkan tangan untukmenjamah bahu kita sementara kita masih menggu-mam sendirian, Semua sudah berakhir, tak ada lagi

- 10 -

yang bisa diperbuat, toh sama saja.Berjalan dan terus berjalan, tibalah lelaki itu di

pelabuhan, ia turun ke galangan, minta bertemu syah-bandar, dan sembari menunggunya, mulai bertanya-tanya yang mana dari kapal-kapal yang tertambat disitu yang akan jadi miliknya, ia tahu kapalnya tidakbakal besar, kartu nama raja sangat jelas perihal itu,berarti kapal pos, kapal barang, dan kapal perangtidak termasuk, tidak pula kapalnya begitu kecil sam-pai tidak kuat menahan deraan angin dan ganasnyasamudra, raja juga sangat gamblang perihal ini,Kapalnya harus aman, laik melaut, begitulah persis-nya ia ucapkan, jadi secara telak meminggirkan pe -rahu dayung, sampan balang, dan joli-joli, yangmeskipun sama sekali aman dan laik melaut, masing-masingnya tidak dibuat untuk melanglang samudra,tempat orang bisa menemukan pulau-pulau tak dike-nal. Sejarak dari situ, sembunyi di balik tong-tong, sibabu wanita menyusurkan mata pada kapal-kapalyang tertambat, aku suka yang itu, batinnya, tapibukan berarti pendapatnya dipertimbangkan, ia tohbahkan belum resmi dipekerjakan, namun pertama-tama, mari kita dengar apa kata syahbandar. Si syah-bandar datang, membaca kartu itu, memandangi silelaki atas bawah, dan melontarkan pertanyaan yang

- 11 -

luput ditanyakan raja, Kau tahu cara berlayar, kaupunya surat izin nakhoda, yang dijawab oleh lelakiitu, Akan kupelajari di lautan. Syahbandar berkata,Aku tidak menganjurkannya, aku sendiri kaptenkapal dan jelas aku tidak akan pergi melaut dengansembarang kapal tua, Kalu begitu beri aku yang bisadipakai melaut, bukan, bukan begitu, beri aku kapalyang bisa kuhormati dan yang bisa menghormatiku,Itu omongan pelaut, tapi kau bukan pelaut, Bila bica -raku seperti pelaut, maka aku pasti seorang pelaut. Sisyahbandar membaca kembali kartu nama raja lantasbertanya, Bisa ceritakan mengapa kau menginginkankapal, Pergi mencari pulau tak dikenal, Tak ada pulautak dikenal yang menyisa, Sama seperti yang dibilangraja padaku, Ia mempelajari semua yang ia tahu soalkepulauan dariku, Aneh bahwa kau, orang pelaut,bilang kepadaku bahwa tak ada lagi pulau tak dikenalyang menyisa, aku orang daratan tapi aku tahu bahwapulau-pulau yang sudah dikenal sekalipun akan tetaptak dikenal sampai kita menginjakkan kaki ke atas-nya, Tapi, bila aku benar memahamimu, kau akanmencari pulau yang belum pernah dipijak siapapun,Benar, aku akan tahu begitu tiba di sana, Bila kau tibadi sana, Yah, kapal memang bisa karam tengah jalan,tapi bila itu terjadi padaku, kau harus menulis dalam

- 12 -

catatan pelabuhan bahwa aku mencapai titik ini atauitu, Maksudmu kau selalu mencapai sesuatu, Kau takbakal jadi orang bila tak paham itu. Syahbandarberkata, Akan kuberi kau kapal yang kau butuhkan,Yang mana, Ini kapal yang sangat berpengalaman,bertarikh sejak zaman ketika semua orang pergi men-cari pulau-pulau tak dikenal, Yang mana, Tentunya iabahkan pernah menemukan beberapa, Yang mana itu,Yang itu. Begitu si babu wanita melihat ke arah yangditunjuk syahbandar, ia keluar dari balik tong danberteriak, Itu kapalku, itu kapalku, Orang harus me -maafkan klaim kepemilikannya yang tak lazim dansama sekali tak bisa dibenarkan itu, karena kebetulankapalnya adalah kapal yang ia senangi juga. Kelihatanseperti kapal kerakah, kata lelaki itu, Kurang lebih,syahbandar sependapat, ia memulai hidupnya sebagaikerakah, lalu menjalani bermacam perbaikan danperombakan sampai berubah sedikit, Tapi masihtetap kerakah, Ya, bentuk aslinya masih bertahan,Ada kapi dan layarnya, Itu yang kau butuhkan bilapergi mencari pulau tak dikenal. Si babu wanita tidakmampu lagi menahan diri. Pokoknya buatku, benaritu kapalnya, Dan siapa kau gerangan, tanya si lelaki,Kau tak ingat aku, Tidak, aku tidak ingat, Aku siwanita tukang bersih-bersih, Membersihkan apa,

- 13 -

Istana raja, Wanita yang membuka pintu petisi, Samasaja, Dan mengapa kau tidak kembali ke istana rajamembersihkan dan membuka pintu-pintu, Karenapintu yang benar-benar ingin kubuka sudah terbuka,dan karena sejak saat ini aku cuma mau member-sihkan kapal, Jadi kau mau ikut denganku mencaripulau tak dikenal, Kutinggalkan istana lewat pintuketetapan, Kalau begitu, pergi dan lihat-lihatlah ke -rakah itu, pasti sudah saatnya ia perlu dibilas baik-baik, tapi hati-hati dengan burung-burung camar,mereka tak bisa dipercaya, Kau tak ingin ikut de -nganku melihat seperti apa kapalmu dari dalamnya,Kau bilang itu kapalmu, Maaf soal itu, aku bilangbegitu cuma karena aku menyukainya, Suka bisa jadiadalah bentuk terbaik dari kepemilikan, dan kepemi-likan adalah bentuk terburuk dari rasa suka. Syah -bandar menyela percakapan mereka, Aku harus me -nyerahkan kunci-kunci kepada pemilik kapal, siapadari kalian yang jadi pemiliknya, terserah, aku takpeduli, Apa kapal perlu kunci, tanya lelaki itu, Buatmasuknya sih tidak, tapi ada almari-almari penyim-panan dan loker-loker, serta meja kapten denganbuku catatan navigasi, Kuserahkan semuanya padadia, aku pergi mencari awak, kata lelaki itu dan ber-jalan pergi.

- 14 -

Si babu wanita pergi ke kantor syahbandar un -tuk mengambil kunci, lalu naiklah ia ke atas kapal itu,dan ada dua hal yang terbukti bermanfaat buatnya,sapu istana serta peringatan soal burung camar, iabaru separuh menaiki papan titian yang menghu -bungkan lunas kapal dengan dermaga ketikamakhluk-makhluk celaka itu menghambur ke arah-nya, berkaok-kaok buas dengan paruh menganga,seolah-olah hendak memangsanya langsung di situ.Mereka tidak tahu dengan siapa mereka berurusan. Sibabu wanita menaruh embernya, menyelipkan kuncidi sela belahan dadanya, memapankan pijakannya dipapan titian, dan sambil memutar-mutar sapu di se -kelilingnya ibarat golok zaman dulu, berhasil mengo-car-ngacirkan kerumunan mematikan itu. Baru sete-lah benar-benar naik geladak pahamlah ia akan ke -marahan camar-camar itu, ada sarang di mana-mana,banyak di antaranya telantar, yang lain masih adatelurnya, dan beberapa berisi camar-camar anakanmenanti makan, mulutnya membuka lebar, Alangkahmanisnya, tapi kalian harus pindah rumah, kapal yanghendak berangkat mencari pulau tak dikenal tidakbisa terus-terusan terlihat seperti kandang ayam,ujarnya. Ia lempar sarang-sarang kosong ke dalam air,tapi membiarkan yang lain tetap berada di tempatnya

- 15 -

untuk sementara waktu. Lantas ia singsingkan lenganbajunya dan mulai menggosok geladak. Sesudah me -rampungkan kerja berat ini, ia pergi membuka lemaripenyimpanan layar dan mulai mengamati denganteliti layar-layar itu untuk melihat seperti apa kondisijahitannya sesudah begitu lama tidak melaut dantidak ditarik-tarik oleh angin kencang. Layar adalahotot kapal, kau cuma perlu melihatnya membusungdan mengencang kena angin untuk mengetahui itu,tapi seperti semua otot, bila tidak dipakai secara ter-atur mereka jadi lemah, lembek, tidak berurat tidakberdaging. Dan jahitannya ibarat urat-urat layar itu,batin si babu wanita, lega mengetahui bahwa ia me -nguasai ilmu kenakhodaan begitu cepat. Beberapajahitannya koyak, dan ini dengan teliti ia tandai, ka -rena jarum dan benang yang baru kemarin ia pakaiuntuk menisik kaus kaki para pelayan tidak akan me -madai untuk kerja ini. Dengan segera ia dapati bahwalemari-lemari lainnya kosong. Tidak adanya serbukmesiu di lemari mesiu, hanya secuil debu hitam dialasnya, yang awalnya ia sangka tai tikus, tidak me -risaukannya sama sekali, Jelas tak ada dalil, setidaknyadalam pengetahuan si babu ini, bahwa pergi mencaripulau tak dikenal niscaya sama seperti pergi berpe -rang. Yang sungguh menggusarkannya adalah sama

- 16 -

sekali tiadanya jatah makanan dalam lemari makan,bukan demi dirinya sendiri, karena ia lebih dari biasakekurangan makan di istana, tapi demi lelaki kepadasiapa kapal ini diberikan, Mentari tak lama lagi akanterbenam, dan ia akan kembali sambil ribut menun-tut makan, sebagaimana halnya semua pria sewaktutiba di rumah, seolah-olah merekalah satu-satunyaorang yang punya perut dan perlu mengisinya, Danbila ia membawa serta para pelaut untuk mengawakikapal ini, selera makan mereka senantiasa mengeri -kan, lalu, kata si babu wanita, aku tidak tahubagaimana kita menanganinya.

Ia tidak usah cemas. Matahari baru saja sirna kedalam lautan ketika lelaki pemilik kapal muncul dikejauhan ujung dermaga. Ia membawa bungkusan ditangan, tapi ia sendirian dan tampak patah arang. Sibabu wanita menunggunya di samping papan titian,tapi sebelum ia membuka mulut untuk mencari tahubagaimana sisa hari itu berlalu, lelaki itu berkata,Jangan khawatir, kubawakan cukup makanan untukkita berdua, Dan para pelaut, tanya wanita itu, Takada yang ikut, seperti bisa kau lihat sendiri, Tapitidakkah ada beberapa yang bilang mereka akan ikut,tanyanya, Mereka bilang tak ada lagi pulau tak dike-nal, dan sekalipun ada, mereka tidak siap mening-

- 17 -

galkan kenyamanan rumah-rumah mereka dan enak -nya hidup di atas kapal penumpang hanya untuk ter-libat dalam petualangan samudra, mencari yang mus-tahil, seolah-olah kita masih hidup pada zaman laut -an masih gelap, Dan apa yang kau bilang pada mere-ka, Bahwa laut senantiasa gelap, Dan kau tidak bilangpada mereka soal pulau tak dikenal, Bagaimana akubisa bilang ke mereka soal pulau tak dikenal, bila akusendiri tidak tahu di mana adanya, Tapi kau yakin ituada, Sama yakinnya seperti laut itu gelap, Sekarang,dipandang dari atas sini, dengan air sewarna giok danlangit menyala-nyala, sama sekali tidak terlihat gelapbagiku, Itu cuma ilusi, kadang pulau-pulau tampakmengambang di atas permukaan padahal tidak, Me -nurutmu, bagaimana kau menanganinya bila tidakada awak, Aku belum tahu, Kita bisa tinggal di sini,dan aku bisa mencari kerja membersihkan kapal yangberlabuh, dan kau, Dan aku, Kau pasti punya ke -ahlian, keterampilan, atau profesi, kata orang zamansekarang, Aku punya, pernah punya, akan punya bilaperlu, tapi aku ingin menemukan pulau tak dikenal,aku ingin mencari tahu siapakah aku ketika tiba dipulau itu, Tidakkah kau sudah tahu, Bila kau tidakmelangkah keluar dari dirimu sendiri, kau takkanpernah menemukan siapa dirimu, Filsuf kerajaan, saat

- 18 -

sedang tak ada kerjaan lain, akan datang dan dudukdi sampingku dan melihatku menisik kaus kaki parapelayan, dan kadang ia akan mulai berfalsafah, iabiasa bilang bahwa tiap lelaki itu ibarat pulau yangberdiri sendiri-sendiri, tapi karena itu tidak ada kait -annya denganku sebagai perempuan, aku tidak ambilpusing padanya, bagaimana menurutmu, Bahwa kauharus meninggalkan pulau guna melihat pulau,bahwa kita tidak bisa melihat diri sendiri kecuali kitaterbebas dari diri sendiri, Kecuali kita kabur dari dirisendiri, maksudmu, Tidak, itu tidak sama. Nyala diangkasa meredup, perairan mendadak ungu, kini bah -kan si babu wanita tidak bisa menyangsikan bahwalaut sungguh gelap, setidaknya pada waktu-waktutertentu dalam sehari. Lelaki itu berkata, Biarlah fal-safah jadi urusan filsuf kerajaan, toh mereka memba-yarnya untuk itu, dan yuk kita makan, tapi si wanitatidak setuju, Pertama, kau harus periksa kapalmu, kaubaru melihatnya dari luar, Bagaimana keadaannyayang kau temukan, Yah, beberapa jahitan layar perludiperkuat, Apakah kau turun ke palka, apakah kapalini kemasukan banyak air, Ada sedikit di dasar,tumpah-tumpah kena pemberat, tapi kelihatannyanormal, baik buat kapalnya, Bagaimana caranya kaupelajari hal-hal ini, Begitu saja, Tapi kok bisa, Sama

- 19 -

seperti kau beritahu syahbandar bahwa kau akanbelajar berlayar di laut, Kita belum berada di laut,Tapi kita kan sudah di air, Aku yakin bahwa dalamberlayar, cuma ada dua guru sejati, yang satu laut danyang lain kapal, Dan langit, kau lupa langit, Ya, tentusaja, langit, Angin, Awan, Langit, Ya, langit.

Butuh waktu kurang dari seperempat jam bagimereka untuk mengitari seisi kapal, sebuah kapal ke -rakah, bahkan yang sudah diubah, tidak memerlukanjalan-jalan panjang. Cantik, kata si lelaki, tapi bila akutidak bisa dapat cukup awak buat menggarapnya, akuharus kembali pada raja dan memberitahunya akutidak menginginkannya lagi, Jujur saja, baru menemuirintangan pertama kau sudah patah semangat, Rin -tangan pertama adalah menunggu raja sampai tigahari dan aku tidak menyerah waktu itu, Bila kita tidakbisa menemukan pelaut-pelaut yang sudi pergi ber -sama kita, maka kita harus mengurusnya sendiri, Kaugila, dua orang sendirian tidak mungkin bisa mena -kh odai kapal seperti ini, kenapa, aku harus berada dikemudi sepanjang waktu, dan kau, yah, aku bahkantidak sanggup menjelaskannya, ini gila, Kita lihatnanti, kini ayo pergi makan. Mereka naik ke dek bela -kang, si lelaki masih memprotes apa yang disebutnyakegilaan wanita itu, dan di sana, babu wanita itu

- 20 -

membuka bungkusan yang dibawa si lelaki, segelon-dong roti, keju kambing keras, zaitun, dan sebotolanggur. Bulan kini hanya sejengkal jaraknya di ataslautan, bayangan yang diturapkan oleh kimbul dantiang utama menghampiri dan menghampar di kakimereka. Kerakah kita sungguh cantik, kata wanita itu,lalu meralat dirinya sendiri, maksudku kerakahmu,Tidak bakal lama jadi milikku sepertinya, Entah kauberlayar atau tidak, ini punyamu, raja memberikannyapadamu, Ya, tapi aku minta dia memberikannyapadaku agar aku bisa pergi mencari pulau tak dikenal,Tapi hal-hal ini tidak berlangsung dalam sekejapmata, semuanya perlu waktu, kakekku biasa berkatabahwa siapapun yang pergi ke laut mesti memper -siapkan diri di darat terlebih dulu, dan ia bahkanbukan pelaut, Tanpa awak kita tidak bisa berlayar, Itumenurutmu, Dan kita harus membekali kapal denganseribu satu tetek bengek yang kau perlukan untukpengarungan macam ini, melihat bahwa kita tak tahuke mana ia akan membawa kita, Tentu saja, lantas kitaperlu menunggu musim yang tepat, dan pergi saatombak sedang bagus, dan menyuruh orang-orangdatang ke dermaga untuk menyampaikan selamatjalan, Kau mengolok-olokku, Sama sekali tidak, akutakkan pernah mengolok-olok orang yang mem -

- 21 -

buatku meninggalkan istana lewat pintu ketetapan,Maaf, Dan aku takkan kembali lewat pintu itu apa -pun yang terjadi. Sinar rembulan kini menerpa lang-sung muka si babu wanita, Cantik, sungguh cantik,batin lelaki itu, dan kali ini yang ia maksud bukankapalnya. Si wanita tidak memikirkan apa-apa, iapasti memikirkan semua yang perlu ia pikirkan se -lama tiga hari itu, di mana ia harus membuka pintusekarang dan melihat apakah lelaki itu masih ada disitu, menunggu. Tidak ada roti seremah pun atau kejumenyisa, tidak pula setetes anggur, mereka lempakanbiji-biji zaitun ke laut, geladak sama bersihnya seper-ti saat si babu wanita menyekakan lap di atasnya un -tuk kali terakhir. Sirene kapal uap mengeluarkanerangan kuat, pasti sama seperti yang ditimbulkannaga-naga laut, dan si wanita berujar, Bila tiba gilirankita, kita tidak akan membuat banyak kebisingan.Meski mereka masih di dermaga, air sekilas memu -kul-mukul saat kapal uap itu lewat, dan si lelakiberkata, Tapi kita akan terguncang-guncang jauhlebih hebat. Mereka berdua tertawa, lalu jatuh ter-diam, setelah sejenak, salah seorang dari merekamengusulkan bahwa barangkali mereka harus pergitidur, Bukannya aku mengantuk, dan yang lain setu-ju, Tidak, aku juga tidak, lalu mereka terdiam lagi,

- 22 -

bulan mengangkasa dan terus menjulang, di satutitik, wanita itu berkata, Ada dipan-dipan di bawahsana, si lelaki berkata, Ya, dan saat itulah merekaberdiri dan pergi ke bawah geladak, di mana si wani-ta berkata, Sampai jumpa besok, aku ke arah sini, dansi lelaki membalas, Aku ke sini, sampai jumpa besok,mereka tidak bilang lambung kiri atau lambung ka -nan, barangkali karena keduanya sama-sama pemuladalam urusan ini. Si wanita berbalik, Oh, aku lupa,dan ia mengeluarkan dua puntung lilin dari kantungcelemeknya, Kutemukan waktu sedang bersih-bersih,tapi aku tidak punya korek, Aku punya, sahut si lela-ki. Si wanita memegang lilin-lilin itu, satu di masing-masing tangan, si lelaki menggeret koreknya, kemu-dian sambil melindungi nyala apinya di balik relungjari-jemarinya yang ditangkupkan, dengan hati-hatiia dekatkan pada sumbu-sumbu tua itu, api tersulut,membesar perlahan seperti cahaya bulan, menerangiwajah si babu wanita, tak perlu dibilang lagi apa yangdipikirkan lelaki itu, Dia cantik, tapi apa yang dipikir -kan wanita itu adalah ini, Jelas matanya cuma terpakupada pulau tak dikenal, Satu contoh saja tentang be -tapa orang bisa salah menafsirkan tatapan mata oranglain, terutama bila mereka baru saja bertemu. Wanitaitu mengulurkan lilin padanya, berkata, Sampai jum -

- 23 -

pa besok, lalu, tidurlah yang nyenyak, lelaki itu inginmengucapkan hal yang sama, hanya saja secara berbe-da, Mimpi yang indah, itulah frase yang ia cetuskan,sebentar sesudahnya, ketika berada di bawah, berba -ring di dipannya, kalimat-kalimat lain terlintas dibenaknya, kalimat-kalimat yang lebih cerdas, lebihmemikat, sebagaimana seharusnya yang diucapkanseorang lelaki ketika mendapati dirinya berduaanbersama seorang wanita. Ia bayangkan apakah wanitaitu sudah tertidur, bilakah butuh waktu lama baginyauntuk terlelap, lalu ia bayangkan bahwa ia sedangmencari-cari wanita itu dan tidak bisa menemukan-nya di mana-mana, bahwa mereka berdua tersesatdalam kapal besar, tidur adalah tukang sulap yangpiawai, ia mengubah proporsi benda-benda, jarakantara mereka, ia memisahkan orang-orang dan me -reka berbaring bersebelahan, menyatukan mereka danmereka hampir tidak bisa melihat satu sama lain,wanita itu tidur cuma sekian meter darinya dan iatidak bisa menggapainya, meski sangat gampanguntuk pindah dari lambung kiri ke lambung kanan.

Ia ucapkan mimpi indah bagi wanita itu, tapijustru dialah yang menghabiskan semalam suntukuntuk bermimpi. Ia bermimpi kapal kerakahnya ber -ada di laut pasang, dengan tiga layar segitiganya me -

- 24 -

ngembang megah, memotong jalan lewati ombak,sementara ia mengendalikan kemudi dan awak kapalberistirahat dalam teduh. Ia tidak mengerti apa yangdiperbuat pelaut-pelaut itu di sini, orang-orang yangsama yang menolak berangkat bersamanya untukpergi mencari pulau tak dikenal, barangkali merekamenyesali ejekan kasar mereka terhadapnya. Ia jugabisa melihat hewan-hewan berkeliaran di geladak,bebek, kelinci, ayam, ternak piaraan lazimnya, mema -tuki bulir-bulir jagung atau memamah daun-daunkubis yang ditaburkan seorang pelaut pada mereka, iatidak ingat membawa mereka naik kapal, tapibagaimana pun toh ini sudah terjadi, wajar sekali me -reka ada di situ, sebab bagaimana bila pulau tak dike-nal itu ternyata pulau gurun, sebagaimana yang kerapterjadi di masa lampau, paling baik bermain aman,dan kita semua tahu membuka pintu kandang kelin-ci atau menjinjing kelinci pada telinganya selalu lebihgampang ketimbang harus mengejar-ngejarnya se -panjang bukit dan lembah. Dari kedalaman palka iabisa mendengar paduan suara ringkik kuda, lenguhsapi, erang keledai, bebunyian hewan-hewan gagahperkasa yang begitu vital untuk menggarap kerjaberat, dan bagaimana mereka bisa sampai ke situ,bagaimana mereka bisa muat ke dalam kerakah yang

- 25 -

hampir tak punya cukup ruang bagi awak manusia,Mendadak angin berbalik, layar utama menggelepakdan mendesir, dan di baliknya ada sesuatu yang se -belumnya tidak ia perhatikan, sekelompok perempu -an yang, tanpa perlu dihitung, pasti sama banyaknyadengan jumlah para pelaut dan mereka sibuk dengantugas-tugas keputrian, waktunya belum tiba bagimereka untuk menyibukkan diri dengan hal-hal lain,jelas ini pasti mimpi, tak seorang pun dalam kehi -dupan nyata pernah berpergian seperti ini. Lelaki dikemudi mencari-cari si babu wanita, tapi tak nampak,Barangkali ia sedang ada di dipan lambung kanan,istirahat setelah menggosok geladak, pikirnya, tapi iasedang menipu dirinya sendiri, sebab ia tahu persisbahwa, meskipun sekali lagi ia tidak tahu bagaimanaia bisa tahu, pada detik-detik terakhir wanita itu me -milih untuk tidak ikut, ia meloncat ke dermaga serayaberteriak, Selamat tinggal, selamat tinggal, sebabmatamu hanya terpaku pada pulau tak dikenal, akupergi, padahal itu tidak benar, karena saat ini matanyamencari-cari wanita itu dan tidak menemukannya.Pada waktu itu, langit berawan tebal dan hujan mulaiturun, dan sesudah hujan, tanaman-tanaman tak ter-bilang jumlahnya mulai berkecambah dari deretankarung-karung berisi tanah yang dijajar sepanjang

- 26 -

kubu kapal, mereka ada di situ bukan karena rasatakut bakal tidak ada cukup tanah di pulau tak dike-nal, melainkan dengan begitu orang bisa menghematwaktu, pada hari kita sampai, yang perlu kita perbuathanya mencangkok pohon buah-buahan, menaburbiji-bijian dari ladang gandum mini yang matang disini, dan menghiasi ranjang-ranjang bunga dengankembang-kembang yang akan mekar dari kuncup-kuncup ini. Lelaki di kemudi bertanya pada parapelaut yang beristirahat di geladak sudahkah merekamelihat pulau yang belum berpenghuni, dan merekamenjawab mereka tidak bisa melihat pulau apapunsama sekali, berpenghuni atau tidak, tapi mereka be -rencana untuk mendarat pada pulau berpenghunipertama yang terlihat, selama ada dermaga tempatkapal ini bisa berlabuh, kedai tempat mereka bisaminum-minum serta ranjang buat berasyik masyuk,sebab tak ada ruang buat melakukannya di sini, gara-gara begitu banyak orang menggerombol bersama.Tapi bagaimana soal pulau tak dikenal, tanya lelaki dikemudi, Tak ada pulau tak dikenal selain sebagai idedi kepalamu, ahli-ahli ilmu bumi raja pergi mencaridi peta-peta dan menyatakan bahwa selama berta -hun-tahun ini sudah tak ada lagi pulau tak dikenal,Kalau begitu kalian mestinya tetap di kota, daripada

- 27 -

mengacau pengarunganku, Kami mencari tempatyang lebih baik untuk tinggal dan memutuskan untukmemanfaatkan perjalananmu, Kalian bukan pelaut,Kami belum pernah jadi pelaut, Aku tak bisa mela-yarkan kapal ini sendirian saja, Kau mestinya memi -kirkan itu sebelum meminta raja memberikannyapadamu, laut takkan mengajarimu cara berlayar. Lan -tas lelaki di kemudi melihat pulau di kejauhan danmencoba berlayar lurus melewatinya, berpura-purabahwa itu fatamorgana dari pulau lain, imaji yangberkelana melintasi ruang dari sisi dunia lain, tapiorang-orang yang belum pernah jadi pelaut ituprotes, mereka bilang di situlah mereka ingin turun,Pulau ini ada di peta, jerit mereka, kami bunuh kaukalau tidak membawa kami ke sana. Lantas, atas ke -hendaknya sendiri, kapal kerakah itu mengubah halu-an menuju pulau, memasuki pelabuhan dan merapatke galangan, Kalian boleh pergi, kata lelaki di kemu-di, dan mereka semua beramai-ramai turun, pertamapara perempuan, kemudian para lelaki, tapi merekatidak pergi sendirian, mereka bawa serta bebek-bebek, kelinci-kelinci, dan ayam-ayam, mereka bawasapi, keledai, dan kuda, bahkan satu per satu burung-burung camar terbang meninggalkan kapal di bela -kangnya, membawa sarang-sarang mereka di paruh-

- 28 -

nya, sesuatu yang belum pernah disaksikan sebelum-nya, tapi toh selalu ada kali pertama. Lelaki di kemu-di memandang iring-iringan itu dalam diam, ia tidakberbuat apa-apa untuk menahan mereka yang telahmenelantarkan dia, paling tidak mereka meninggal -kan pohon-pohon buatnya, gandum dan bunga-bunga, begitu pula tanaman merambat yang meling -kari sekeliling tiang-tiang layar dan menghiasi lunas-lunas kapal. Karena tergesa-gesa pergi, karung-karung tanah pun koyak dan tumpah, sehingga se -kujur geladak menjadi ladang yang sudah dibajak dandisemai, dengan hujan sedikit lagi akan ada panenanyang bagus. Sejak perjalanan menuju pulau tak dike-nal dimulai, kita belum pernah melihat lelaki dikemudi itu makan, itu pasti karena ia bermimpi, ha -nya bermimpi, dan bila dalam mimpinya ia meng -khayalkan sekerat roti atau sebutir apel, itu pastimurni rekaan, tak lebih. Akar pepohonan kini me -nembus kerangka kapalnya sendiri, tak lama lagi layardan kapi ini tak bakal dibutuhkan, angin cuma perlumerengkuh mahkota pohon-pohon dan berangkatlahkapal kerakah itu menuju tujuannya. Inilah hutanyang berlayar dan mengapung-apung di atas air, hu -tan di mana, tanpa seorang pun tahu persis bagai -mana caranya, burung-burung mulai berkicau, mere-

- 29 -

ka pasti sembunyi entah di mana dan tiba-tiba me -mutuskan merebak menuju terang, barangkali karenaladang gandum itu matang dan perlu dituai. Lantaslelaki itu mengunci kemudi kapal dan turun ke la -dang dengan arit di tangan, dan tatkala ia menyiangibeberapa bulir pertama, ia lihat sebuah bayangan disamping bayangannya. Ia bangun dengan lenganmelingkari si babu wanita, dan lengan wanita itu me -lingkarinya, tubuh dan dipan mereka lebur jadi satu,sampai tak seorang pun bisa lagi membedakan manalambung kiri mana lambung kanan. Lantas, begitumatahari mulai menyingsing, dengan huruf-hurufputih lelaki dan wanita itu mengecat di kedua sisihaluan nama yang belum dimiliki kapal tersebut.Hampir tengah hari, bersama arus, Pulau Tak Di -kenal akhirnya melarung ke samudra, mencari dirinyasendiri.

- 30 -