Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

download Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

of 12

Transcript of Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

  • 7/26/2019 Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    1/12

    250

    DOMINASI DAN KETIDAKSETARAAN HUBUNGAN KREDITOR-DEBITOR

    PADA SURAT PERJANJIAN PEMBIAYAAN KENDARAAN

    SukarnoFakultas Sastra Universitas Jember

    e-mail: [email protected]

    AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan dominasi dan ketidaksetaraan hubungan

    antara Kreditor dan Debitor dalam Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan (SPPK).Sumber data adalah dokumen SPPK yang dikeluarkan oleh PT Toyota Astra FinancialServices Cabang Jember. Pengumpulan data dengan teknik simak dan catat. Analisismenggunakan kerangka teori wacana kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwaKreditor sebagai pihak yang berkuasa mendominasi pemroduksian teks SPPK, mencakup:

    perumusan isi surat perjanjian, penataan urutan bagian-bagian, proses pembuatan, danpenandatanganan. Mengacu pada isi perjanjian, pihak Kreditor menunjukkan dominasiterhadap Debitor. Hal itu terungkap melalui pasal-pasal yang selalu berpihak danmelindungi kepentingan Kreditor serta tidak adanya pasal yang berpihak pada Debitor.Fakta tersebut membuktikan bahwa relasi sosial didominasi oleh Kreditor, sehinggaterjadi hubungan yang tidak setara.

    Kata kunci:Kreditor, Debitor, dominasi, ketidaksetaraan, surat perjanjian

    DOMINATION AND INEQUALITY OF THE CREDITOR-DEBTORRELATIONSHIP IN THE VEHICLE FINANCING AGREEMENT LETTER

    AbstractThis study aims to describe dominance and inequality of the creditor-debtor relationship

    in the Vehicle Financing Agreement Leer (VFAL). The data sources were VFALs issuedby PT Toyota Astra Financial Services, Jember Branch. The data were collected throughreading and note taking. The analysis used the critical discourse theory framework.The results of the study show that the creditor, as the party with power, dominates theproduction of a VFAL text, consisting of: the formulation of agreement leer contents, thearrangement of the parts, the writing process, and the signing. Referring to the agreementcontents, the creditor shows the domination over the debtor. This is indicated by the articlesthat always take the creditors side and protect the creditors interest and the fact that noarticles take the debtors side. Such a fact shows that the social relationship is dominated

    by the creditor, resulting in an unequal relationship.

    Keywords:creditor, debtor, inequality, agreement leer

    PENDAHULUANDalam kehidupan sehari-hari, manu-

    sia tidak mungkin dapat memenuhi semuakebutuhannya sendiri. Setiap orang selalumemerlukan bantuan (jasa dan barang)dari orang lain, baik dengan cara saling

    bertukar barang (barter) atau dengan caramembeli, maupun meminjam. Hal yangsering terjadi dalam rangka memenuhikebutuhan adalah keinginan memilikisuatu barang atau jasa yang besar tetapidana yang dimilikinya tidak mencukupi.

  • 7/26/2019 Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    2/12

    251

    Dominasi dan Ketidaksetaraan Hubungan pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    waktu, cara, dan tempat pembayarankembali angsuran, (6) penggunaan dana,(7) pembebanan biaya-biaya lain atas

    peminjaman dana tersebut, dan (8) ber-bagai sanksi yang timbul apabila hal-halyang telah disepakati dalam surat perjan-jian tidak dilaksanakan dengan baik (olehDebitor). Selanjutnya, untuk mewujudkankegiatan praktik sosial dalam surat per-janjian diperlukan bahasa yang berfungsisebagai penyampai informasi terutamakeinginan Kreditor kepada Debitor.

    Pada awalnya bahasa diartikan se-bagai alat untuk berkomunikasi, atau

    bahasa memiliki fungsi informatif, yaknisebagai alat penyampai informasi ses-eorang (penutur) kepada orang lain (mi-tratutur) (Leech, 1983: 47). Namun dalamperkembangannya, bahasa tidak hanyaberhenti pada pengertian sekadar untukberkomunikasi (fungsi informatif), tetapibahasa juga dipakai sebagai media untukmelakukan sesuatu (Weerell, Taylor, danSimeon, 2001: 3). Bahkan bahasa dapat di-pandang sebagai alat untuk menjalankan

    kekuasaan dalam rangka mencapai tujuanyang diinginkan (penutur). Oleh karenaitu, bahasa dapat digunakan untuk be-ragam fungsi seperti untuk memerintah,memengaruhi, membujuk mitratutur un-tuk melakukan sesuatu, mendeskripsikan,mengiba, memanipulasi dan sebagainya.Hal penting dalam berbahasa adalah se-lalu ada sesuatu yang ingin dicapai olehsi penutur (pemroduksi wacana).

    Maksud pemroduksi wacana dalamtuturan/tulisannya tidak selalu disampai-

    kankan secara jelas. Akan tetapi, maksudtersebut dapat diungkap dengan caramenganalisis teks secara kritis. Kajianyang berusaha mengungkap maksud-maksud yang terselubung dalam tekssecara kritis disebut analisis wacana,yaitu sebuah upaya untuk menjelaskanrealisasi sosial yang diungkapkan dalamteks yang ditengarahi terdapat penya-lahgunaan kekuasaan, dominasi, atauketidaksetaraan (van Dk, 2005: 252), atau

    Misalnya, kebutuhan untuk memiliki tem-pat tinggal (rumah), kendaraan, dan se-bagainya. Oleh karena keterbatasan dana

    dan semakin mendesaknya kebutuhan,banyak orang yang menggunakan jasa pe-nyedia dana, seperti: bank, koperasi, jasafasilitas pembelian kendaraan (leasing) dansebagainya untuk memenuhi kebutuhantersebut. Karena melibatkan dua pihak,pihak penyedia dana dan pengguna dana,peminjaman uang perlu diatur dalam su-rat perjanjian yang berkekuatan hukum.Surat perjanjian merupakan bagian dariteks hukum yang melingkupi dua pihak

    yang sedang melakukan kesepakatan ataspersetujuan dan kewajiban yang telahsepakati (Sriyono, 2014).

    Pada dasarnya, teks hukum dapat di-bedakan menjadi tiga jenis, yakni: (1) tekslegislatif, (2) teks yuridis, dan (3) teks hu-kum pribadi (Cao, 2007: 9). Yang termasukteks hukum pribadi antara lain surat per-janjian atau kontrak baik yang ditulisoleh pengacara ataupun bukan oleh pe-ngacara yang berkekuatan hukum karena

    surat perjanjian tersebut telah dibubuhimaterai. Dengan surat perjanjian yangberkekuatan hukum, diharapkan bahwasemua pihak yang terlibat dalam perjan-jian saling menepati kesepakatan yangtelah dibuat. Apabila terjadi permasalah-an atau perselisihan di antara mereka dikemudian hari, permasalahan itu dapatdiselesaikan secara hukum.

    Di antara sekian banyak surat perjan-jian, salah satu di antaranya adalah suratperjanjian pembiayaan pembelian ken-

    daraan. Dalam surat perjanjian pembia-yaan pembelian kendaraan disajikan ber-bagai hal yang menginformasikan antaralain tentang: (1) penyebutan atas pihakpemberi pinjaman dana (Kreditor), danpihak penerima pinjaman dana (Debitor),(2) jumlah dana yang diterima, (3) jumlahbunga yang harus dibayar berkaitan de-ngan peminjaman dana, (4) besar ang-suran (pokok pinjaman dan bunganya) se-tiap bulan yang harus dibayar, (5) jangka

  • 7/26/2019 Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    3/12

    252

    LITERA, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2015

    terdapat kecenderungan untuk mem-peroleh tujuan tertentu yang diinginkan(Mardikantoro, 2014).

    Pendekatan kajian kritis menempat-kan wacana sebagai suatu kekuatan power(Asher dan Simpson, 2006: 940), sehinggawacana juga dipandang sebagai cerminsuatu relasi kekuasaan dalam praktek so-sial (Renkema, 2004:282). Oleh karena itu,dalam wacana kritis, wacana tidak hanyadipandang sebagai suatu studi bahasabiasa, melainkan juga dipahami sebagaisuatu bentuk praktik sosial (Fairclaughdan Wodak, 1997). Dalam praktik sosial,

    seseorang atau sekelompok orang dapatberwacana untuk mencapai tujuan yangdiinginkan, termasuk untuk menjalankankekuasaannya terhadap pihak lain yangdianggap tidak berdaya (Subagyo, 2010).Dalam kegiatan berwacana seperti yangterjadi pada surat perjanjian pembiyaankendaraan dapat menampilkan efekideologi, yakni memproduksi dan mere-produksi hubungan kekuasaan yang tidaksetara (unequal relationship) atau terjadi

    hubungan kekuasaan dan dominasi (vanDk, 2005: 254) antara pihak yang lebihkuat atau yang berkuasa (thepowerful) se-cara nansial terhadap pihak yang lebihlemah atau tak berdaya secara nansial.Oleh karena itu, studi ini bertujuan untukmengungkap dominasi dan ketidak-setaraan kekuasaan yang terjadi dalamhubungan antara Kreditor dan Debitorpada wacana surat perjanjian peminjamandana untuk membeli kendaraan.

    METODEData penelitian ini bersumber dari

    dokumen (documentary data). MenurutDenscombe (2007: 227) dokumen dapat di-gunakan sebagai sumber data dalam ben-tuk sebagaimana aslinya. Dokumen yangdadikan sumber data pada penelitianini adalah surat perjanjian pembayaranhutang (kredit) atas fasilitas pembeliankendaraan yang dikeluarkan oleh PT

    Toyota Astra Finansial Services tanggal31 Mei 2011 dengan nomor pelanggan:0000432975, dan nomor perjanjian 021647-

    11, dalam rangka pembelian kendaraanToyota Avanza/F 61 E M/T 10. Dokumentersebut dalam penelitian ini disebutSurat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan(selanjutnya disebut SPPK).

    Pengumpulan data pada penelitian inidilakukan dengan metode pustaka yaitudengan memanfaatkan sumber-sumbertertulis (dokumen, SPPK) untuk menda-patkan data yang diinginkan (Subroto,1992:42), dan dilakukan dengan teknik

    simak dan catat (Sudaryanto, 2003: 5).Setelah dilakukan pengamatan secara me-nyeluruh atas dokumen SPPK, dilakukanpengidentikasian data kebahasaan yangberupa kata, frasa, dan penggalan wacana(kalimat atau penggalan kalimat) padaSPPK. Hasil identikasi tersebut dicatatdan disusun berdasarkan urutan kebu-tuhan analisis. Desain ini sengaja dipilihuntuk memperoleh kerangka kerja dalamrangka mengumpulkan, menganalisis,

    dan membahas data guna mencapai tuju-an penelitian (Creswell dan Clark, 2011)yakni untuk mengungkap dominasi danketidaksetaraan hubungan antara Kredi-tor dan Debitor dalam SPPK. Karenaberupa kata, frasa, dan penggalan wacanaatau uraian, data penelitian ini disebutdata kualitatif (Denscombe, 2007: 286).Sesuai dengan sifat data (kualitatif),analisis pada penelitian ini juga bersifatdeskriptif kualitatif kritis. Pendekatankritis pada analisis ini dilakukan dengan

    cara menempatkan wacana sebagaipower(kekuasaan) (Asher dan Simpson, 2006:940) untuk mencapai tujuan yang hendakdicapai. Dalam kajian ini, peneliti telahmenempatkan persepsinya bahwa telahterjadi ketidakberesan sosial melaluiproduksi hubungan kekuasaan yang tidakseimbang antara Kreditor dan Debitordalam SPPK.

  • 7/26/2019 Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    4/12

    253

    Dominasi dan Ketidaksetaraan Hubungan pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    HASIL DAN PEMBAHASANAnalisis wacana kritis memanfaatkan

    bahasa dalam teks yang dianalisis. Bahasa

    yang dianalisis tidak sekedar menggam-barkan aspek-aspek kebahasaan yang ter-jadi dalam teks, tetapi juga menunjukkanhubungan antara teks dengan konteksnya(Halliday dan Hasan, 1989:10). Dalamhal ini, bahasa dikaji untuk mengungkaptujuan-tujuan yanghendak dicapai olehpemroduksi wacana termasuk di dalam-nya pengungkapan wacana sebagai rea-lisasi untuk melakukan praktik kekuasaan(Mardikantoro, 2014). Menurut van Dk

    (dalam Keshavarz dan Zonoozi, 2011),analisis wacana kritis tidak memilikisuatu kerangka teori atau metodologiyang baku, sebaliknya analisis ini dipan-dang sebagai paradigma bersama yangdapat menaungi berbagai pendekatanyang re-levan, seperti: pragmatik, analisispercakapan, analisis narasi, retorika, stilis-tik, sosiolinguistik, etnogra komunikasi,analisis media, dan lain-lainnya (van Dk,2005: 252) dari pada hanya berpaku pada

    satu kerangka teori tertentu.Dalam studi ini, wacana dikaji secarakritis dari konteks yang menaungi wa-cana SPPK. Menurut Halliday dan Hasan(1989: 10) wacana adalah bahasa yangsedang menjalankan fungsinya (languagein use), yakni bahasa yang sedangmen-jalankan tugas tertentu dalam kontekssituasi tertentu, yang beroposisi dengankalimat-kalimat lepas yang tidak mengacupada konteks situasi tertentu. Kontekssituasi memiliki tiga unsur utama yaitu:

    medan wacana (eld of discourse), pelibatwacana (tenor of discourse) dan saranawacana (mode of discourse) (Thompson,2004: 30). Medan wacana mengacu padahal yang sedang terjadi atau sesuatu yangsedang diperbincangkan, pelibat wacanamenunjuk pada orang-orang yang ambilbagian dalam perbincangan, yakni: sifat,kedudukan, dan peran mereka dalamperbincangan, dan sarana wacana adalahbagian yang diperankan oleh bahasa da-

    lam perbincangan (Halliday dan Hasan,1989: 12).

    Ciri-ciri medan pada wacana SPPK

    dapat diungkap dari analisis transitivitasdan kompleksitas. Hasil analisis transitivi-tas menunjukkan bahwa hal yang diper-bincangkan dalam wacana SPPK berkaitandengan: hak, kewajiban, waktu, tempatserta sanksi atas pemberian kredit olehKreditor kepada Debitor untuk melaku-kan pembelian kendaraan. Sementara itu,analisis kompleksitas menunjukkan bah-wa klausa-klausa (istilah untuk kalimatpada tata bahasa fungsional atau systemic

    functional linguistics, Halliday, 2004) yangdigunakan pada wacana SPPK didominasioleh klausa-klausa kompleks (kalimat ma-jemuk) daripada klausa simpleks (kalimatsederhana). Hal ini menunjukkan bahwaapa yang diperbincangkan dalam SPPKdiungkapkan sejelas mungkin agar tidakterjadi salah pengertian atau penafsiranganda.

    Dalam wacana SPPK, terdapat duapelibat utama: Kreditor, pihak pemberi

    kredit (Tim Pustaka Phonix, 2010), yaitupihak yang menyediakan dana untukmembeli kendaraan, dan Debitor, pihakpenerima kredit (Tim Pustaka Phonix,2010), yaitu pihak yang menerima danauntuk melakukan pembelian kendaraan.Kedua pelibat pada SPPK, Kreditor danDebitor, memiliki ciri sifat pelibat yangberlawanan. Kreditor bersifat sangat ber-kuasa. Dia berkuasa mengatur, menentu-kan, dan menetapkan segala hal terkaitdengan segala sesuatu yang diperbin-

    cangkan pada wacana SPPK. Sebaliknya,Debitor bersifat sangat lemah, bahkantidak berdaya, sehingga selalu menerimasemua hal yang diatur, ditentukan, danditetapkan oleh Kreditor. Dengan katalain, hubungan antarpelibat pada wacanaSPPK bersifat tidak setara (unequal) karenapihak yang satu (Kreditor) mendominasipihak yang lainnya (Debitor).

    Unsur konteks situasi yang ketigaadalah peran bahasa dalam perbincangan.

  • 7/26/2019 Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    5/12

    254

    LITERA, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2015

    Dalam SPPK, bahasa memegang peranyang sangat penting yang diwujudkandalam beberapa hal berikut. Pertama,

    jenis teks yang dipilih selalu dalam bentukbahasa tulis, bukan bahasa lisan. Hal inidimaksudkan agar surat perjanjian terse-but sebagai dokumen perjanjian utangpiutang tidak mudah dilupakan dan hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginanpelibat wacana (terutama keinginan Kre-ditor) dapat dihindari. Kedua, bahasayang dipilih adalah bahasa yang resmi,dan memiliki kekuatan hukum karenaitu perlu dilakukan pembubuhan materi.

    Ketiga, untuk mewujudkan keinginanpelibat wacana (terutama Kreditor), se-lalu dipilih istilah-istilah yang tegas danjelas, seperti penggunaan kata wajib,hak, sanksi, denda, jatuh tempo dansebagainya.

    Struktur SPPKSetiap teks mempunyai kekhususan

    tersendiri, demikian pula dengan tekshukum laras perjanjian (Sriyono, 2014).

    SPPK sebagai teks hukum laras per-janjian yang dikeluarkan oleh PT AstraFinansial Services secara keseluruhanterdiri dari tiga bagian yang merupakansuatu kesatuan yang tidak terpisahkan,yaitu: (1) Perjanjian Pembiayaan, (2) SuratPernyataan Bersama, dan (3) Syarat danKetentuan Umum Perjanjian Pembiayaan.Bagian pertama, perjanjian pembiyaan,berisi pihak-pihak yang mengikat janji,yakni Kepala bagian penjualan (Sale head)yang selanjutnya disebut Kreditor, dan

    pihak yang menerima jasa pembiayaanpembeliaan kendaraan bermotor yangselanjutnya disebut Debitor. Dalam bagianperjanjian pembiayaan terdapat lima halyang diperjanjikan, yakni: identitas (jenis/merk/model/tahun) kendaraan yang di-beli, jumlah hutang keseluruhan (hutangpokok dan bunga), jangka waktu pengem-balian pinjaman beserta bunganya, ja-minan pembayaran, dan tanggal efektifberlakunya perjanjian. Bagian kedua,

    surat pernyataan bersama, berisikan sem-bilan poin, yang isinya hampir sama de-ngan isi perjanjian pembiayaan, unsur

    tambahannya adalah kesepakatan atas pe-nyerahan dan penyimpanan buku pemilikkendaraan bermotor (BPKB) oleh Debitorkepada Kreditor sampai kewajiban Debi-tor dipenuhi seluruhnya, dan kesepakatanbahwa kendaraan dan BPKB tidak akandialihkan kepada pihak ketiga.

    Bagian ketiga, syarat dan ketentuanumum perjanjian pembiayaan, merupak-an bagian yang paling menentukan karenapada bagian ini semua keinginan Kredi-

    tor dituangkan, dan pada bagian inilahpraktik sosial berwacana yang melibatkanunjuk kekuatan (dominasi) Kreditor ter-hadap Debitor, dan ketidaksetaraan (un-equality) hubungan direalisasikan. Syaratdan ketentuan umum pada bagian ketigaini dabarkan dalam bentuk pasal-pasaldan dirinci ke dalam ayat-ayat. Bagian initerdiri dari 15 pasal dan beberapa pasalpenting dabarkan lagi dalam ayat-ayat,misalnya pasal 4 tentang pembayaran

    kembali dabarkan menjadi 7 ayat, pasal6 tentang penguasaan barang dabarkanmenjadi 10 ayat, dan pasal 7 tentangansuransi dabarkan ke dalam 11 ayat.Penjabaran paling rinci terjadi pada pasal8 tentang peristiwa wanprestasi, yang ter-diri dari tiga sub pasal (8.1, 8.2, dan 8.3)dan dabarkan ke dalam 30 ayat.

    Selanjutnya, penataan atau tata uru-tan penyajian ketiga bagian pada SPPKcukup menarik untuk dikritisi. Bagianyang memerlukan tanda tangan persetu-

    juan ditempatkan di bagian awal (bagianpertama dan kedua). Pada dua bagian inibelum ditampilkan hal-hal yang mengaturkewajiban-kewajiban Debitor secara rinci,termasuk: denda, sanksi, dan biaya admin-istrasi. Dengan demikian ada kecenderu-ngan bahwa Debitor dengan mudah akanmenandatangani surat perjanjian tersebutdengan hanya membaca kedua bagianitu yang isinya masih bersifat netraldan normatif. Beberapa hari kemudian,

  • 7/26/2019 Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    6/12

    255

    Dominasi dan Ketidaksetaraan Hubungan pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    setelah menerima salinan SPPK, Debitorbiasanya baru menyadari isi SPPK yangdabarkan secara rinci pada bagian ketiga,

    padahal mereka sudah terlanjur menan-datanganinya. Secarafairseharusnya, drafSPPK, terutama bagian yang ketiga yangberisi syarat dan ketentuan umum yangmenjabarkan semua kewajiban Debitortermasuk resiko yang harus ditanggung,diberikan kepada calon Debitor beberapahari sebelum hari penandatangananSPPK tersebut. Dengan demikian, Debitormemiliki cukup waktu untuk mempelajariisi SPPK dan Debitor dapat mengajukan

    keberatan atau perubahan atas hal-halyang dianggap memberatkan atau kurangwajar.

    Dominasi dan Ketidaksetaraan HubunganUraian konteks situasi yang me-

    lingkupi wacana SPPK tersebut di atasmemaparkan bahwa medan wacanabercirikan tentang hak dan kewajibanKreditor dan Debitor atas pencairan danauntuk membeli kendaraan. Ciri pelibatnya

    menunjukkan bahwa Kreditor merupakanpelibat yang lebih berkuasa (more power-ful) daripada Debitor dalam hal mengatursegala sesuatu yang menyangkut isi suratperjanjian tersebut. Praktik sosial yangmenggambarkan dominasi dan ketidak-setaraan hubungan dalam surat perjan-jian ini diwujudkan dalam peran bahasayang sengaja dirancang oleh pemroduksiteks (Kreditor) berupa pilihan kata, frasa,gramatika, serta struktur teks yang secarakeseluruhan cenderung menguntungkan

    pihak Kreditor, bahkan hak-hak Debitorterabaikan.

    Pilihan Kata, dan FrasaData kebahasaan yang berupa pi-

    lihan kata dan frasa yang menunjukkandominasi dan ketidaksetaraan relasi sosialantara Kreditor dan Debitor pada SPPKdisajikan pada Tabel 1.

    Berdasarkan data kebahasaan yangberupa pilihan dan penggunaan kata dan

    frasa pada wacana SPPK (sebagaimanadikutip pada Tabel 1), tampak jelas bahwaKreditor sangat mendominasi atas isi

    perjanjian yang pada dasarnya cenderungmengarah pada kepentingan Kreditordan mengabaikan hal-hal yang merupa-kan hak Debitor. Mengacu pada Tabel 1,setiap data kebahasaan yang ditujukanpada Kreditor selalu bernuansa positifyang menempatkan Kreditor sebagaipihak berkuasa. Dalam bentuk verba,data kebahasaan tersebut misalnya: ber-hak, menyetujui, menginkan, menentukan,menolak, sertamenyesuaikan, dan dalam

    bentuk frasa verba, seperti:melakukanperubahan, memberikan persetujuan, me-minta keterangan. Bahkan hampir setiaphal yang mengacu pada Kreditor selalubernuansa hak. Barang kali, ungkapanyang mengacu pada kewajiban bagiKreditor hanyalah menyerahkan barangyang dibeli kepada Debitor.

    Sebaliknya, data kebahasaan yangditujukan kepada Debitor lebih berupa ke-wajiban-kewajiban yang harus dilaksana-

    kan beserta sanksi yang harus ditanggung(seperti penalti, denda keterlambatan,biaya administrasi) apabila Debitor tidakmemenuhi kewajibannya. Dalam bentukverba, data kebahasaan tersebut misalnyaberwujud: berkewajiban, membayar, me-nyerahkan, mengikuti, menjaminkan, sertamengansuransikan, dan dalam bentuk frasaverba seperti:memenuhi kewajiban, memberikuasa. Dalam bentuk nomina, data terse-but berupa: kewajiban, penalti, denda, bunga,teguran, sertakerugian,dan dalam bentuk

    frasa nomina misalnya: biaya administrasi,denda keterlambatan, harta kekayaan Debitor.Bahkan, hampir tidak terdapat data keba-hasaan yang menunjukkan hak Debitor,kecuali ia dapat menggunakan barangatau kendaraan yang dibelinya sesuaidengan kebutuhan. Pemberian hak inipun dibatasi oleh pernyataan bahwapenggunaan kendaraan harus dihentikanapabila mendapat pemberitahuan secaratertulis oleh Kreditor (pasal 6, ayat 6.4).

  • 7/26/2019 Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    7/12

    256

    LITERA, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2015

    Penggalan Wacana yang Mengarah padaDominasi dan Ketidaksetaraan

    Bentuk dominasi dan ketidaksetaraanantara Kreditor dan Debitor secaralengkap dapat diungkap melalui klausa-klausa yang menguraikan syarat danketentuan umum pada bagian ketigaSPPK. Temuan data kebahasaan berupaklausa dalam SPPK disajikan dan dibahasdalam upaya mengungkap dominasi dan

    ketidaksetaraan tersebut. Dalam SPPK,Kreditor selalu mengutamakan hak-hakdan menyembunyikan kewajiban, sepertitampak pada data di bawah ini.

    (1) Apabila terjadi tindakan moneter dan/atau di bidang-bidang yang lain olehPemerintah RI yang berakibat lang-sung pada perjanjian ini, Kreditor ber-hak menyesuaikan jumlah kewajibanpembayaran Debitor kepada Kreditor

    (pasal 4, ayat 4.4).

    (2) Semua pembayaran harus dilakukandengan cara, di tempat, dan waktuyang ditetapkan oleh Kreditor (pasal4, ayat 4.5).

    (3) Setiap hari keterlambatan pembayaranangsuran Debitor berkewajibanmembayar denda keterlambatan (pasal 4, ayat 4.3)

    (4) Jumlah biaya, denda dan atau penaltitersebut dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebakan yangberlaku yang ditetapkan oleh Kreditor(pasal 4, ayat 4.7).

    (5) Debitor memberi kuasa kepada Kredi-tor untuk membuat, menandatangani,atau melakukan pembaharuan hutangterhadap perjanjian ini yang menurutKreditor perlu dilakukan perubahan,

    Tabel 1. Pilihan Kata dan Frasa pada SPPK

  • 7/26/2019 Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    8/12

    257

    Dominasi dan Ketidaksetaraan Hubungan pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    penambahan, atau pembaharuan atasperjanjian ini (pasal 12, ayat 12.1 ).

    Kutipan data di atas menunjukkanbetapa perkasanya Kreditor dalam men-jalankan kekuasaannya. Bila terjadi pe-rubahan kebakan moneter seperti kenai-kan suku bunga, misalnya, pihak Kreditorakan menaikkan jumlah angsuran sesuaidengan yang diinginkan, sebagaimanadiungkapkan oleh data (1) Kreditor berhakmenyesuaikan jumlah kewajiban pembayaranDebitor kepada Kreditor. Padahal, be-sar angsuran (pengembalian pinjaman

    pokok dan tingkat suku bunganya) telahdisepakati di awal perjanjian. Dengan de-mikian, pihak Kreditor tidak akan pernahmenanggung kerugian sekalipun terjadikenaikan suku bunga. Semua resiko ituselalu dibebankan kepada Debitor. Se-baliknya, tidak ada klausa yang menya-takan, misalnya bila terjadi penurunansuku bunga bank, jumlah ansuran akanditurunkan atau dihitung ulang. Hal inimenunjukkan bahwa Debitor merupakan

    pihak yang lemah, yang didominasi olehKreditor.Dominasi Kreditor terhadap Debitor

    dapat pula diungkap melalui data (2),(3), dan (4). Pertama, segala tatacara yangterkait dengan pembayaran angsuran,seperti: cara, tempat, dan waktu pemba-yaran diatur oleh Kreditor, data (2). Beri-kutnya apabila Debitor melakukan suatukesalahan, misalnya terjadi kelalaian atauketerlambatan pembayaran angsuran,akan dikenakan denda atau penalti. Bah-

    kan jumlah biaya, denda atau penalti yangdikenakan kepada Debitor dapat diubah-ubah sesuai dengan yang diinginkanKreditor, data (4), tanpa memperhatikankeberatan ataupun pendapat dari Debi-tor. Mengapa denda dan ataupenaltitidakdirundingkan atau dibicarakan bersamaantara Kreditor dan Debitor? Sebaliknya,bagaimana bila pihak Kreditor yangmelakukan kelalaian, apa sanksinya?

    Selanjutnya, bukti nyata bahwa Kredi-tor menjalankan kekuasaannya kepadaKreditor sebagai pihak yang lemah di-

    tunjukkanoleh data (5). Dalam hal ini,Kreditor meminta Debitor untuk me-limpahkan kekuasaan kepada Kreditorguna melakukan perubahan-perubahanatas isi perjanjian sesuai dengan keinginanatau kepentingan Kreditor, tanpa mem-perhatikan kepentingan Debitor. Kelimacontoh data di atas telah menunjukkandan membuktikan betapa kuasanya (the-

    powerfulness) Kreditor terhadap Debitorkarena semua kepentingan Kreditor selalu

    terakomodasi. Sebaliknya, sebagai pihakyang lemah, tak berdaya, tidak memilikinilai tawar, Debitor merupakan pihakyang selalu menanggung segala resikoyang mungkin terjadi atas pasal-pasalpada SPPK tersebut.

    Bila diperhatikan pasal-pasal yangmengacu kepada Kreditor merupakanpasal-pasal yang selalu mengedapankanhak-hak Kreditor. Bahkan tidak ada ke-wajiban Kreditor yang tertuang dalam

    surat perjanjian. Hak-hak Kreditor dalamSPPK secara otomatis menjadi kewajibanbagi Debitor. Kewajiban-kewajiban yangharus dilaksanakan oleh Debitor meru-pakan perisai yang memproteksi semuakemungkinan yang diperkirakan dapatmerugikan Kreditor. Sebaliknya bila dicer-mati, pasal-pasal yang mengacu kepadaKreditor tidak ada yang menjadi perisaibagi kepentingan Debitor. Bahkan Debi-tor selalu dihadapkan pada kewajiban-kewajiban yang selalu dibentengi dengan

    sanksi-sanksi apabila Debitor tidak da-pat melaksanakan kewajibannya kepadaKreditor.

    Dalam hal kewajiban, Debitor harusmengutamakan pelaksaknaan kewajiban-kewajibannya, yang kewajiban-kewajibantersebut selalu menguntungkan Kreditor.Hal ini dapat diungkap dari bunyi pasal4, ayat 4.2 data (6), sebagai berikut.

  • 7/26/2019 Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    9/12

    258

    LITERA, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2015

    (6) Debitor berkewajiban mendahulukansetiap kewajiban ... (pasal 4, ayat 4.2)

    Salah satu kewajiban tersebut, misal-nya, kewajiban mengembalikan dana yangdigunakan untuk membeli kendaraan.Pembayaran kembali dana tersebut di-lakukan dengan cara mengangsur, pokokpinjaman beserta bunga, yang besarnyaditetapkan oleh Kreditor secara sepihak.Di samping itu, masih banyak kewajibanyang harus dilakukan oleh Debitor yangditetapkan secara sepihak oleh Kreditor.Misalnya, masalah jatuh tempo, cara, tem-

    pat, dan waktu pembayaran, serta sanksibila terjadi keterlambatan pembayaran,seperti terlihat pada data di bawah ini.

    (7) Jika hari jatuh tempo bukan padahari kerja, maka pembayaran harusdilakukan pada hari kerja sebelumjatuh tempo (pasal 4, ayat 4.2).

    (8) untuk setiap keterlambatan pem-bayaran , Debitor berkewajiban

    membayar denda keterlambatan, danbiaya administrasi kepada Kreditor (pasal 4, ayat 4.3).

    Dalam hal keterlambatan, Debitorperlu membayar denda merupakan halyang wajar, tetapi mengapa masih harusmembayar biaya administrasi. Sebaliknya,bagaima na ji ka Debi tor mel akuka npembayaran lebih awal (daripada masajatuh tempo), apakah dia diberikan dis-count? Berbagai kewajiban lainnya terkait

    dengan barang (kendaraan) yang telahditerima oleh Debitor, antara lain, Debi-tor diwajibkan untuk mengansuransikankendaraan tersebut, bahkan perusahaanansuransinya pun ditentukan oleh Kredi-tor, seperti yang terungkap pada data dibawah ini.

    (9) Debitor wajib menjaminkan barangyang diperolehnya atas pinjamanyang diberikan oleh Kreditor (pasal

    5, ayat 5.1)

    (10) Atas beban Debitor, barang wajib di-ansuransikan pada perusahaan yangditunjuk oleh Kreditor (pasal 7, ayat

    7.1)

    Dalam hal penunjukan perusahaanansuransi, terjadi keanehan yang mem-pertontonkan betapa kuasanya Kreditorterhadap Debitor. Di satu sisi, yang me-nentukan (menunjuk) perusahaan asu-ransi adalah Kreditor, tetapi di sisi yanglain apabila terjadi permasalahan denganansuransi yang harus menanggungnyaadalah Debitor. Hal ini dapat diungkap

    dari data (11) di bawah ini.

    (11) Apabila barang yang diansuransikantuntuan ganti ruginya ditolak olehPerusahaan Ansuransi, maka Debi-tor berjanji untuk memikul danmenanggung sepenuhnya atas segalaresiko yang terjadi pada barang danatau tuntutan pihak ketiga (pasal7, ayat 7.5).

    Salah satu dari sedikit hak yang diberi-kan kepada Debitor oleh Kreditor adalahDebitor dapat melunasi hutang sebelummasa angsurannya berakhir yang disebutpelunasan yang dipercepat. Namun de-mikian, tatacara dan aturan yang diber-lakukan untuk pelunasan hutang, sekalilagi, ditentukan/diatur oleh Kreditor.Misalnya, Debitor hanya dapat melunasihutangnya tersebut apabila telah menda-pat persetujuan dari Kreditor. Selanjutnya,hal yang janggal dalam hal pelunasan

    hutang yang dipercepat adalah Debitordikenakan penalti sebesar 5% dari sisapokokhutang, membayar bunga berjalan,dan biaya administrasi, seperti terungkapdari data (12) di bawah ini.

    (12) Atas persetujuan Kreditor, Debitordapat melunasi baik seluruh atau se-bagian hutangnya kepada Kreditor diluar ketentuan jangka waktu pengem-balian hutang (pelunasan dipercepat).

  • 7/26/2019 Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    10/12

    259

    Dominasi dan Ketidaksetaraan Hubungan pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    Debitor wajib membayar sejumlahuang yang disetujui Kreditor dalamrangka pelunasan dipercepat dita-

    mbah (i) penalti sebesar 5% dari sisapokok hutang, (ii) bunga berjalan, danbiaya administrasi sebesar Rp 250.000(pasal 4, ayat 4.7)

    Ada hal-hal penting yang perlu dikriti-si atau dipertanyakan berkaitan denganpelunasan hutang yang dipercepat. Pelu-nasan hutang yang dipercepat seharusnyadinilai sebagai suatu prestasi yang baikatas perilaku atau tanggung jawab Debi-

    tor, sebagai oposisi dari kelalaian dan atauketerlambatan pembayaran angsuran.Pelunasan hutang yang dipercepat jugadapat dipandang sebagai bentuk oposisidari peristiwa wanprestasi yang diung-kapkan pada pasal 8 SPPK. Kenyataanyang dialami oleh Debitor yang melaku-kan pelunasan hutang yang dipercepatadalah dikenakan penalti atau hukumandengan membayar sebesar 5% dari sisapokok hutang, pembayaran bunga ber-

    jalan, dan membayar biaya administrasi.Istilah penalti yang berasal dari bahasaInggrispenaltyberarti hukuman atas suatutindakan yang salah (Hornby, 1982: 619).Hukuman pada umumnya diberikan ke-pada orang yang bersalah atau pihak yangtidak menjalankan kewajibannya. Apakahmelakukan pelunasan hutang yang diper-cepat (yang juga disetujui oleh Kreditordan dibenarkan oleh SPPK) dapat dika-tegorikan sebagai tindakan yang bersalah,tidak melaksankan kewajibannya, atau

    tindakan wanprestasi, sehingga Debitorharus dikenai penalti atau hukuman?

    Di samping membayar penalti, orangyang melakukan pelunasan hutang yangdipercepat juga masih harus membayarbunga yang berjalan. Bahkan yang lebihaneh lagi ialah Debitor yang melakukanpelunasan hutang dipercepat dikenaibiaya administrasi yang besarnya menca-pai Rp 250.000 (dua ratus lima puluh riburupiah). Dalam hal ini, tidak delaskan

    mengapa diperlukan biaya adminsitrasi,untuk apa dan untuk kepentingan siapabiaya administrasi tersebut, pada hal

    yang bersangkutan sudah dikenakan den-da dan bunga berjalan. Oleh karena itu,jarang sekali Debitor yang mau melaku-kan pelunasan hutang dipercepat karenayang bersangkutan harus menanggungkerugian yang lebih besar dibandingkandengan mengangsur hutang tersebutsesuai dengan jangka waktu yang telahdisepakati. Dengan demikian, dapat dika-takan bahwa melunasi hutang yang diper-cepat sebenarnya bukan suatu hak yang

    menguntungkan Debitor, melainkan lebihmerupakan hak yang menguntungkanKreditor. Dengan kata lain, pasal dan ayatini juga merupakan bentuk menjalankankekuasaan oleh Kreditor terhadap Debitormelalui wacana SPPK.

    Penegasan lebih lanjut bahwa Kreditorbetut-betul mendominasi Debitor dapatdiungkap dari data (13) berikut.

    (13) Kewajiban Debitor dalam perjanjian

    ini adalah mutlak dan tanpa syaratsekalipun jika Debitor oleh sebabapa pun tidak dapat menggunakanbarang itu.

    Data di atas menunjukkan bahwa tidakada ruang sedikit pun bagi Debitor gunamengelak dari tanggung jawab untukmelaksanakan kewajiban-kewajibannya.Sebaliknya, semua ruang yang tersediaselalu memberikan keuntungan kepadaKreditor tanpa ada ruang yang menun-

    jukkan kewajiban yang harus dilakukanoleh Kreditor.

    Pada umumnya dalam setiap suratperjanjian, kedudukan pihak-pihak yangberjanji memiliki status yang sama. Me-reka seharusnya duduk bersama untukmerumuskan hal-hal yang menjadi isisurat perjanjian yang akan mengikatkeduanya. Namun, hal yang terjadipada SPPK adalah keadaan yang tidakseimbang antara pihak pertama dan

  • 7/26/2019 Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    11/12

    260

    LITERA, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2015

    pihak kedua dalam hal merumuskan isiperjanjian. Bahkan, proses pembuatanisi perjanjian tidak pernah dibicarakan

    terlebih dulu dengan melibatkan pihakDebitor. Semua klausol atau pasal-pasalyang mengikat keduanya hanya diru-muskan oleh pihak Kreditor (atau yangmewakilinya). Sebaliknya, pihak Debitorhanya diminta membubuhkan paraf padalembar-lembar yang memuat pasal-pasaltersebut sebagai tanda bahwa Debitortelah membaca dan mengerti isinya(walaupun pada kenyataannya tidakdiberi waktu untuk membacanya), serta

    membubuhkan tanda tangan pada akhirlembar surat perjanjian tersebut sebagaibukti bahwa Debitor telah menyetujuiuntuk mengikatkan diri pada surat perjan-jian tersebut. Ketidaksetaraan hubungansebagai dampak dominasi praktik sosialpada wacana SPPK terjadi karena Kreditormerasa posisinya lebih berkuasa (secaranansial) daripada Debitor.

    Karena sifat atau ciri Kreditor (lihatkonteks situasi, unsur pelibat wacana)

    yang demikian, dia dapat menentukansegala hal terkait dengan persyaratanpeminjaman dana (kredit). Sebaliknya,sebagai pihak yang lemah, Debitor tidakberdaya untuk menolak atau keberatanatas syarat-syarat (isi perjanjian) yang te-lah dirumuskan oleh Kreditor. Penolakanatau keberatan atas isi surat perjanjiandapat berakibat pada ancaman bahwapengajuan fasilitas kredit (dana pinjaman)tidak dapat dikuncurkan alias ditolak.Praktik sosial ini benar-benar menunjuk-

    kan bukti nyata, realitas sosial atau relasikekuasaan pada kaum kapitalis yang lebihkuat (themorepowerful) untuk mendomi-nasi kaum yang lebih lemah (the powerless),sehingga tercipta relasi yang tidak setara,tidak seimbang, atau keadaan inequalityare enacted (Van Dk, 2005: 352).

    SIMPULANDengan analisis wacana kritis, dapat

    diungkap hubungan antara wacana dan

    kekuasaan. Wacana yang berupa SPPK di-gunakan sebagai sarana untuk memprak-tekkan kekuasaan kaum kapitalis (Kredi-

    tor) untuk mendominasi kaum yang lebihlemah secara nansial (Debitor). Dengandominasi tersebut terjadi hubungan (relasisosial) yang tidak seimbang (unequal rela-tion) antara pihak yang mengikatkan diripada surat perjanjian, SPPK. Ketidak-setaraan tersebut dapat diungkap denganadanya ketidakseimbangan pada caramenentukan hal-hal yang diperjanjikan.Pasal-pasal yang mengatur syarat danketentuan umum pada SPPK yang hanya

    mengutamakan hak-hak Kreditor. Seba-liknya, hal-hal yang mengarah pada Debi-tor lebih bersifat pelaksanaan kewajiban,pengenaan sanksi, penalti, dan biaya ad-ministrasi. Sementara itu, tidak ada satupasal pun dalam SPPK yang menyatakansanksi atau kewajiban kepada Kreditor.

    Ketidaksetaraan pada SPPK juga terli-hat dari pemroduksisan teks yang hanyadidominasi oleh Kreditor.Perumusanisi (pasal-pasal) syarat dan ketentuan

    umum yang mengikat kedua pihak tidakdilakukan secara bersama antara Kreditordan Debitor atau dirundingkan terlebihdulu. Semua isi surat perjanjian tersebuthanya ditentukan (dirumuskan) olehpihak Kreditor. Oleh karena itu, semuakepentingan Kreditor terkait dengan danayang dipinjamkan kepada Debitor selaluterlindungi, sebaliknya tidak ada hakdan kepentingan Debitor yang tercantumpada SPPK. Dengan analisis wacana kritis,dapat diungkap bahwa prinsip berdiri

    sama tinggi dan duduk sama rendahantara pihak yang saling berjanji yangmerupakan salah satu prinsip dalam pem-buatan surat perjanjian telah diabaikan.Prinsip yang terjadi adalah pihak yangkuat (secara nansial) mendominasi ataumenguasai pihak yang (secara nansial)lebih lemah.

  • 7/26/2019 Dominasi Dan Ketidaksetaraan Hubungan Kreditor-Debitor Pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    12/12

    261

    Dominasi dan Ketidaksetaraan Hubungan pada Surat Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    UCAPAN TERIMA KASIHArtikel ini merupakan hasil penelitian

    mandiri yang dilaksanakan pada bulan

    Januari hingga Juni 2014. Penulis me-nyampaikan terima kasih kepada RektorUniversitas Jember, melalui Ketua Lem-baga Penelitian Universitas, dan DekanFakultas Sastra Universitas Jember yangberkenan mengizinkan dan memberikesempatan penulis untuk melakukanpenelitian. Ucapan terima kasih juga di-sampaikan kepada para kolega (Prof. Dr.Samudji, M.A., Prof. Bambang Wibisono,M.Pd., Indah Wahyuningish, MA, Sabta

    Diana, MA, dan Riskia Setiarini, M.Hum.)yang telah memberikan masukan gunamempertajam hasil analisis.

    DAFTAR PUSTAKAAsher, Ronald.E., dan Simpson, J.M.Y.

    2006. The Encylopedia of Language andLinguistics. Edisi kedua. Oxford Per-gamon Press.

    Cao, Deborah. 2007.Translating Law. UK:Multilingual Maers Ltd.

    Creswell, John W., dan Clark, V.L.P.2011. Designing and Conducting MixedMethod Research. Thousand Oaks, CA:Sage Publication.

    Denscombe, Martyn. 2007. The GoodResearch Guide for Small-scale SocialResearch Project. Bekshire. MacgrawHill Open University Press.

    Fairclaugh, Norman, dan Wodak, Ruth.1997. Critical discourse Analysis.Dalam T.A. van Dk (Editor). DiscourseStudies: A Multidisciplinary Introduc-

    tion, Vol. 2: Discourse as Social Interac-tion, London: Sage Publication. (hal.258-284)

    Halliday, Michael Alexander Kirkword,dan Hasan, Ruqaiyah. 1989. Language,Context, and Text: Aspects of Languagein a Social-semiotic Perspective. Victoria:Deakin University Press.

    Halliday, Michael Alexander Kirkword.2004. An Introduction to FunctionalGrammar. London: Arnold.

    Hornby, Albert Sidney. 1982. Oxford Ad-vanced Dictionary of English. London:Oxford University Press.

    Keshavarz, Mohammad Hossein, danZonoozi, Leila Alimadadi. 2011. Ma-nipulation of Ideology in Translationof Political Texts: a Critical DiscourseAnalysis Perspective.Journal of Lan-

    guage and Translation. Vol. 2 (1): 1-12.Leech, Geografy.1983. Principles of Prag-

    matics. London: LongmanMardikantoro, Hari Bakti. 2014. Analisis

    Wacana Kritis pada Tajuk (anti)koru-psi di Surat Kabar Berbahasa Indone-

    sia. Litera, Vol. (2): 215-225.Renkema, Jan. 2004. Introduction to Dis-

    course Studies.Philadelpia: John Ben-jamins Publishing Company.

    Sriyono. 2014. Penerjemahan Tema padaTeks Hukum.Adabiyyat, Jurnal Bahasadan Sastra.Volume13, (1): 66-93.

    Subagyo, Paulus Ari. 2010. PragmatikKritis: Paduan Pragmatik denganAnalisis Wacana Kritis. Jurnal Lin-

    guistik Indonesia. Vol. 28 (2): 177-187

    Sudaryanto,2003.Metode dan Aneka TeknikAnalisis Bahasa: Pengantar Penelitian Ke-budayaan secara Linguistis. Yogyakarta:Duta Wacana University Press.

    Subroto, D. Edi. 1992. Pengantar Metode Pe-nelitian Linguisitk Struktural. Surakarta:Sebelas Maret University Press.

    Thompson, Geoff. 2004. IntroducingFunctional Grammar. London: OxfordUniversity Press.

    Tim Pustaka Phoenix. 2010. Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta: PT Media

    Pustaka Phoenix.van Dk, Teun Andianus. 2005. Critical

    Discourse Analysis. dalam Schrin,D, Tannen, D., Hamilton, H.E. (Edi-tor).The Handbook of Discourse Analysis.New York: Blackwell Publishers Ltd.

    Wetherell, Margaret, Taylor, S., dan Yates,Simeon J. 2001. Discourse Theory andPractice. London: Sage.