Dolby 3D Menggunakan Dolby Digital Cinema Proyektor Yang Dapat Menampilkan Kedua Film 2D Dan 3D

download Dolby 3D Menggunakan Dolby Digital Cinema Proyektor Yang Dapat Menampilkan Kedua Film 2D Dan 3D

of 18

Transcript of Dolby 3D Menggunakan Dolby Digital Cinema Proyektor Yang Dapat Menampilkan Kedua Film 2D Dan 3D

Dolby 3D menggunakan Dolby Digital Cinema proyektor yang dapat menampilkan kedua film 2D dan 3D. Untuk presentasi 3D, sebuah roda warna alternatif ditempatkan dalam proyektor. Warna ini roda berisi satu set lebih merah, hijau, dan biru filter di samping filter merah, hijau, dan biru yang ditemukan pada roda warna yang khas. Tambahan tiga set filter mampu menghasilkan gamut warna yang sama seperti aslinya tiga filter, tetapi mengirimkan cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Kacamata dengan filter dichroic pelengkap dalam lensa dipakai, yang menyaring salah satu atau set lain tiga panjang gelombang cahaya. Dengan cara ini, satu proyektor dapat menampilkan gambar stereoskopik kiri dan kanan secara bersamaan. Metode ini proyeksi stereoscopic disebut panjang gelombang multipleks visualisasi. The filter dichroic di Dolby kacamata 3D lebih mahal dan rapuh daripada teknologi kacamata yang digunakan dalam sistem polarisasi melingkar seperti RealD Cinema dan tidak dianggap sekali pakai. Namun, manfaat penting dari Dolby 3D dibandingkan dengan RealD adalah bahwa Dolby 3D bekerja dengan layar proyeksi konvensional.

Sekilas Cara Kerja Dolby3DPenampilan kinerja Dolby 3D yg dipakai pada filmJourney to The Center of The Earth 3Ddi gedung bioskop Plaza Senayan XXI sangatlah menyakinkan. Gambar 3D yg stabil, detil, jernih dan tidak membuat sakit kepala atau pusing. Ngga ada salahnya artikel kali ini kita mengupas cara kerja Dolby 3D.Sebelum lanjut membahas cara kerja Dolby 3D ada baiknya meninjau perkembangan beberapa teknik menampilkan film 3D di gedung bioskop.AnaglyphTeknik yg paling awal dan sederhana ini cukup sukses diawal-awal zaman keemasan film 3D. Hanya dng kaca mata merah-sian (biru muda), sdh dpt memfilter gambar kiri dan kanan pada layar putih di gedung bioskop. Teknik ini juga tidak memerlukan projektor khusus, cukup hanya satu projektor film (celuloid) ataupunDigital Cinemasudah bisa memainkan film 3D. Hal ini dimungkinkan karena materi film lah yg berformatanaglyph. Disamping kemudahannya, memang ada kekurangannya yaitu warna film menjadi terdistorsi khususnya pada gambardisparityyaitu gambar rangkap 2 yg terpisah krn adanya beda paralax akan berwarna merah dan cyan berdampingan. Warna yg timpang tsb membuat penonton tidak cukup nyaman untuk menonton film panjang, dimana mata kiri selalu melihat dng kaca mata filter merah dan kanan dng kaca mata sian. Oleh sebab itu, pada film spt Spykid3D ada jeda adegan non-3D kurang lebih setalah 15menit pertunjukkan 3D agar, mata penonton bisa istirahat.Polarisazed(polarisasi)Tenik ini muncul di awal thn 50an, dng prisip bahwa sinar bisa diatur rambatannya dng sudut kutub tertentu. Sehingga dua gambar stereoskopis bisa difilter dng kutub yg berbeda. Umumnya mata kiri dng kutub 0 derajat dan kanan 90 derajat (ada juga yg -45 dan 45). Gambar kiri dan kanan bertumpang tindih pada layar akan disaring dng sempurna sesuai sudut kutub pada kacamata yg dikenakan penonton. Teknik polarisasi ini membuat penonton merasa nyaman krn film disajikan dalam tata warna penuh. Adegan-adegan film 3D menjadi lebih nyata. Hanya saja teknik ini merepotkan atau memerlukan biaya tambahan bagi pihak bioskop. Teknik mengharuskan memakai dua projetor kembar (baik ygDigital Cinemaataupun analog -filmceluloid) dan layarnya harus khusus pula, yaitusilver screen. Ini dimaksud agar sinar terpolarisasi tsb sampai sempurna ke kacamata penonton. Repotnya lagi, setelah bioskop dibuat untuk 3D selanjutnya tdak cocok lagi untuk memutar film biasa (2D), krn layar perak tadi menjadi tidak nyaman. Biasanya teknik polarisasi ini sering dipakai pada gedung bioskop yg hanya khusus memutar film 3D saja. Film-film dokumenter atau hiburan pendek spt bisa anda saksikan Biokop 4D di Ancol atau The Jungle (Bogor). Tentu teknik ini akan menambah biaya yg besar pada gedung bioskop biasa untuk film-film panjang. Apalagi film 2D masih lebih dominan daripada 3D. Sehingga investasi di bioskop film biasa menjadi mubazir.Liquid Crystal Display (LCD) ShutterTeknik ini lebih cocok hanya untukDigital Cinema. Dan tidak perlu layar perak atau dua projector selama pemutaran film 3D. Hal ini memungkinkan karena gambar kiri dan kanan ditampilkan tidak secara bersamaan spt teknik polarisasi diatas, melainkan bergantian sangat cepat 144 frame/detik. Agar mata kiri hanya menangkap gambar informasi kiri, diperlukan kacamataLCD shutteryg akan berkedip bergantian untk memblokir mata kanan dan kiri bergantian sehingga serempak dng tampilan gambar kiri-kanan di layar bioskop. Hasilnya cukup menyakinkan, film 3D mampu tampil dng warna penuh seperti halnya teknik polarisasi. Hambatan dari teknik ini adalah biaya kacamata yg menjadi mahal dan memerlukan rangkain elektronik yg aktif (memerlukan bettery, kabel sycn atau freq radio) pada setiap kacamata yg dipakai penonton. Dan kekurangan lainnya yg sering terjadi, teknik ini tidak handal untuk gedung bioskop dng kapasitas lebih dari 200 orang. Selain biaya mahal juga tidak bisa menjamin semua kaca mata tidak kehabisan battery atau kedipannya tidak sinkron dng tampilan gambar di layar. Yg jelas kaca mata LCD tidak seringan dan semurahanaglyphatau polarisasi di atas.Teknik TerkiniAda 3 metode yg menjanjikan untuk dipakai pada film-film 3D terkini dan akan datang, yaituXpanD,RealDdanDolby 3D. Teknik yg terkini tsb bersaing untuk dipakai secara umum pada film cerita 3D. Semuanya berusaha mengambil keuntungan ke tiga teknik terdahulu di atas dan juga berusaha menghilangkan kekurangan-kekurangannya. Memang ketiga metode 3D terkini sangat diuntungkan dng perkembang perbioskopan ke arahDigital Cinema. Nontonlah sebuah film dariDigital Cinemapada minggu terakhir film tsb diputar, kita tidak akan menemukan penurunan mutu warna atau garis-garis goresan krn film telah diputar puluhan kali di gedung bioskop. Misalkan, satu hari sebuah judul film umumnya diputar 5 kali pertujukan, bila film box-office akan bertahan dibioskop 21 hari, maka pada film celuloid akan kena lampu danprojectors sprocketsebanyak 100-an lebih. Biasanya film celuloid mulai kelihat garis2 goresan ketika diputar untuk ke 30 kalinya. Hal ini tdk akan ditemukan padaDigital Cinema.Untuk artikel ini hanya membahas Dolby 3D. Selain itu,RealDternyata masih memakaicirculary polarization glassesartiya masih perlu layar khusus danXpandtetap menghandalkanActive Glasses. Oleh Krn itu banyak gedung biokop di dunia senang memilih teknik Dolby 3D pada gedung bioskop yg sdh ada. Dolby 3D tidak memerlukan layar perak seperti halnya teknik polarisasi. Layar putih yg terdapat pada umumnya pada gedung biokop masih tetap terpakai. Untungnya lagi, cukup memerlukan satuDigital CinemaProjectorsaja, tentu yg telah dimodifikasi sedikit. Selanjutnya projektor hasil modifikasi masih bisa terpakai lagi untuk film 2D biasa. Tidak perlu kaca mata aktif, jadi tetap kacamata pasif mirip kacamataanaglyphatau polarisasi yg tidak ada battery atau rangkaian elektronik pada kacamata. Alhasil kacamata Dolby 3D tetap ringan.Cara Kerja Dolby 3DDolby 3D memakai teknik wavelenght triplet yg asalnya dikembangkan oleh perusahaan Infitec dari Jerman. Di dalam projector Digital Cinema, umumnya memakai DLP dng tiga warna primer, yaitu merah-hijau-biru atau sering disingkat dng RGB (Red, Green, Blue). Dengan Dolby 3D, ketiga panjang gelombang (pada masing2 warna dasar) dibagi lagi menjadi dua. Sehingga terdapat warna merah utama dan merah dng panjang gelombang sedikit bergeser di bawah merah yg utama. Begitu juga dng yg biru dan hijau memiliki kembarannya dng panjang gelombang sedikit dibawah. (lihat gambar)

pembagian panjang gelombang cahaya pada RGBNah, warna RGB yg utama akan menampilkan gambar-kanan sedangkan RGB yg sedikit dibawah panjang gelombang RGB utama akan menampilkan gambar kiri. Selanjutnya setelah diproyeksi ke layar putih yg pada umumnya di gedung2 bioskop, penonton akan memakai kacamata khusus. Dimana filter ini kacamata yg kiri sesuai dng panjang gelombangnya.Karena Dobly 3D memakai satu projektor saja, maka frame gambar kiri dan kanan ditampil bergantian. Jangan kuatir akan terlihat kedipan selama menonton film 3D, karena pergantian frame (frame rate) sangat cepat yaitu 144 frame/detik atau masing gambar kiri atau kanan mendapat 72 frame/detik (bandingkan dng projector celuloid 24 frame/detik). Dan urutan gambar kiri dan kanan yg sangat tinggi itu hanya terjadi di sisi projector saja, tidak pada kacamata penonton. Ingat, kacamata penonton tetap bersifat pasif.Agar saat gambar kiri menghasilkan panjang gelombang yg sedikit begeser, maka projector memerlukan modifikasi kecil dng menambahkan filter berbentuk cakram. Cakram ini berputar persis di depan lampu projektor sebelum image device- DLP. Cakram terdiri dari dua filter warna yg akan mempengaruhi panjang gelombang cahaya putih dari lampu projector. Rotasi filter cakram akan diselaraskan dng tampilan gambar kiri-kanan yg bergantian di DLP. (Lihat gambar)

Dengan teknik Dolby 3D, pemilik bioskop (yg sdh ber-Digital CInema, tentunya), tidak perlu mengubah layar atau menambah projector hanya sekedar untuk memutar film 3D saja. Bila ingin memutar kembali film 2D, cukup melepas atau menggeser (secara elektronik) filter carkram tsb dari lampu projektor.Jika kita amati cara kerja dolby 3D:- mirip gabungan antara teknikanaglyph(yg memanfaatkan spetrum warna) dan teknikLCD shutter(yg ingin memanfaatkan satu projector saja). Namun berbeda dnganaglyph,disparity imageyaitu gambar rangkap 2 yg terpisah krn adanya beda paralax akan berwarna merah dan cyan berdampingan, sehingga dng anaglyph membuat warna film selama pertunjukan 3D menjadi terdistorsi. Hal ini tidak terjadi di Dolby 3D, krn masing2 mata tetap mendapatkan spektrum warna yg utuh & lengkap.- prosess pengiriman gambar stereoskopis ke penonton terjadi pada proses akhir presentasi film, yaitu di projektor gedung bioskop. Artinya, film/gambar 3D yg memuat informasi stereoskopik (kiri & kanan) apasaja dpt ditampil dng Dolby 3D. Ini juga meringankan si pembuat film 3D yg tidak perlu memikirkan teknik akhir penyajian tiga dimensi pada penonton.

Kaca mata Dolby 3DKacamata ini memang tidak sesederhana bila dibandingkan dng kacamataanaglyphataupun kacamata polarisasi. Dilapisi dng beberapa lapisan (coating) dng teknik yg sangat presisi dan agar tidak terjadi bocor dan memfilter sesuai panjang gelombang cahaya yg diproduksi oleh projektor. Bila dilihat sepintas,coating-nya mirip lensa kamera (emas keperakan), dan tidak segelap pada kacamata hitam (sun glasses).

Kacamata pasif dan beningKita amati ketika memakai kacamata dolby 3D, cobalah memejamkan mata kanan maka mata kiri akan melihat gambar (kiri) yg sedikit lebih pucat dan berwarna dingin. Sebaliknya bila kita memejamkan mata kiri, maka gambar kanan lebih terlihatsaturateddan berwarna lebih hangat. Namum perbedaan tsb sangat halus. Boleh dikatakan hampir tidak terasa pada beberapa orang. Tapi hasil penyaringan kacamata sangat mengagumkan. Ketika saya menontonJourney to The Center of The Earth 3D(.hingga 2x lho) baik pada adegan gelap dalam gua atau cerah-kontras pada adegan siang hari, tidak pernah saya jumpaighosting imagebahkan saat gambar memiliki area yg gelap dan terang sangat mencolok sekalipun. Juga pada saat lampu ruangan bioskop dinyalakan pada akhir film (ending credit title biasanya penonton sdh berjalan menuju pintu keluar), kacamata ini masih bisa memfilter dng baik dan sensasi 3D tetap tampil sempurna dan stabil tanpa bayangan bocor antara gambar kiri dan kanan, tulisan nama-nama aktor, aktris dan crew film masih tampil melayang mendekati penonton. ..hmm hal yg sulit dicapai pada sistem anaglyph.- referensi cara kerja Dolby 3D dariSINI- untuk infromasi lebih jauh tentang Dolby 3D dpt dilihat diSINIMemang Kacamata Dolby 3D lebih mahal (harganya sekitar $ 40) dari pada kaca mataanaglyphataupunpolarized(sekitar $1 hingga $5) tetapi tidak semahal LCDshutter glasses(lebih dari $ 100), krn kaca mata Dolby 3D tetap pasif alias tidak ada rangkaian elektroniknya. Namun masih mahal untuk diberikan secara cuma-cuma kepada penonton usai pertunjukan. Makanya gedung biokop dan kacamata dilengkapi sensor anti-curi (he he he), alaram di pintu akan berbunyi bila kacamata dibawa keluar dari ruang theater bahkan untuk ke WC sekalipun.

Kacamata dilengkapi anti-curi dng bingkai plastik dan filter kaca.Bila Dolby 3D menjadi umum dikemudian hari, diharapkan kacamata ini dapat dibeli bebas. Penonton bisa memiliki dan membawa sendiri kacamatanya ke gedung bioskop bila ingin menonton film 3D. Ya, seperti kita membawa kacamata renang sendiri bila mau berenang ke kolam renang, bukan.http://gambar3dimensi.wordpress.com/2008/11/28/sekilas-cara-kerja-dolby-3d/

Eclipse method[edit]

A pair of LCD shutter glasses used to view XpanD 3D films. The thick frames conceal the electronics and batteries.Main article:Active shutter 3D systemWith the eclipse method, a shutter blocks light from each appropriate eye when the converse eye's image is projected on the screen. The projector alternates between left and right images, and opens and closes the shutters in the glasses or viewer in synchronization with the images on the screen. This was the basis of theTeleviewsystem which was used briefly in 1922.[10][59]A variation on the eclipse method is used inLCD shutter glasses. Glasses containingliquid crystalthat will let light through in synchronization with the images on the cinema, television or computer screen, using the concept ofalternate-frame sequencing. This is the method used by nVidia,XpanD 3D, and earlierIMAXsystems. A drawback of this method is the need for each person viewing to wear expensive, electronic glasses that must be synchronized with the display system using a wireless signal or attached wire. The shutter-glasses are heavier than most polarized glasses, though lighter models are no heavier than some sunglasses or deluxe polarized glasses.[60]However these systems do not require a silver screen for projected images.Liquid crystal light valves work by rotating light between two polarizing filters. Due to these internal polarizers, LCD shutter-glasses darken the display image of any LCD, plasma, or projector image source, which has the result that images appear dimmer and contrast is lower than for normal non-3D viewing. This is not necessarily a usage problem; for some types of displays which are already very bright with poor grayishblack levels, LCD shutter glasses may actually improve the image quality.Interference filter technology[edit]Main article:Anaglyph 3D#Interference filter systemsDolby 3Duses specific wavelengths of red, green, and blue for the right eye, and different wavelengths of red, green, and blue for the left eye. Eyeglasses which filter out the very specific wavelengths allow the wearer to see a 3D image. This technology eliminates the expensive silver screens required for polarized systems such asRealD, which is the most common 3D display system in theaters. It does, however, require much more expensive glasses than the polarized systems. It is also known asspectral comb filteringorwavelength multiplex visualizationThe recently introduced Omega 3D/Panavision 3Dsystem also uses this technology, though with a wider spectrum and more "teeth" to the "comb" (5 for each eye in the Omega/Panavision system). The use of more spectral bands per eye eliminates the need to color process the image, required by the Dolby system. Evenly dividing the visible spectrum between the eyes gives the viewer a more relaxed "feel" as the light energy and color balance is nearly 50-50. Like the Dolby system, the Omega system can be used with white or silver screens. But it can be used with either film or digital projectors, unlike the Dolby filters that are only used on a digital system with a color correcting processor provided by Dolby. The Omega/Panavision system also claims that their glasses are cheaper to manufacture than those used by Dolby.[61]In June 2012 the Omega 3D/Panavision 3Dsystem was discontinued by DPVO Theatrical, who marketed it on behalf of Panavision, citing "challenging global economic and 3D market conditions".[62]Although DPVO dissolved its business operations, Omega Optical continues promoting and selling 3D systems to non-theatrical markets. Omega Opticals 3D system contains projection filters and 3D glasses. In addition to the passive stereoscopic 3D system, Omega Optical has produced enhanced anaglyph 3D glasses. The Omegas red/cyan anaglyph glasses use complex metal oxide thin film coatings and high quality annealed glass optics.Autostereoscopy[edit]Main article:AutostereoscopyIn this method, glasses are not necessary to see the stereoscopic image.Lenticular lensandparallax barriertechnologies involve imposing two (or more) images on the same sheet, in narrow, alternating strips, and using a screen that either blocks one of the two images' strips (in the case of parallax barriers) or uses equally narrow lenses to bend the strips of image and make it appear to fill the entire image (in the case of lenticular prints). To produce the stereoscopic effect, the person must be positioned so that one eye sees one of the two images and the other sees the other.Both images are projected onto a high-gain, corrugated screen which reflects light at acute angles. In order to see the stereoscopic image, the viewer must sit within a very narrow angle that is nearly perpendicular to the screen, limiting the size of the audience. Lenticular was used for theatrical presentation of numerous shorts in Russia from 19401948[51]and in 1946 for the feature length filmRobinzon Kruzo[63]Though its use in theatrical presentations has been rather limited, lenticular has been widely used for a variety of novelty items and has even been used in amateur 3D photography.[64][65]Recent use includes theFujifilm FinePix Real 3Dwith anautostereoscopicdisplay that was released in 2009. Other examples for this technology include autostereoscopicLCD displayson monitors, notebooks, TVs, mobile phones and gaming devices, such as theNintendo 3DS.Health effects[edit]Some viewers have complained of headaches and eyestrain after watching 3D films.[66]Motion sickness, in addition to other health concerns,[67]are more easily induced by 3D presentations.There are primarily two effects of 3D film that are unnatural for the human vision: crosstalk between the eyes, caused by imperfect image separation, and the mismatch between convergence and accommodation, caused by the difference between an object's perceived position in front of or behind the screen and the real origin of that light on the screen.It is believed that approximately 12% of people are unable to properly see 3D images, due to a variety of medical conditions.[68][69]According to another experiment up to 30% of people have very weak stereoscopic vision preventing them from depth perception based on stereo disparity. This nullifies or greatly decreases immersion effects of digital stereo to them.[70]The concerns affected such a large portion of audiences that, in 2010, online entrepreneurHank Greencreated "2D Glasses", a product designed to combat adverse effects by reversing three-dimensional cinema images into ordinary two-dimensional ones, selling his creation through online retailers.[71][72]Criticism[edit]AfterToy Story, there were 10 really bad CG movies because everybody thought the success of that film was CG and not great characters that were beautifully designed and heartwarming. Now, you've got people quickly converting movies from 2D to 3D, which is not what we did. They're expecting the same result, when in fact they will probably work against the adoption of 3D because they'll be putting out an inferior product.

Avatardirector James Cameron[73]

Most of the cues required to provide humans with relative depth information are already present in traditional 2D films. For example, closer objects occlude further ones, distant objects are desaturated and hazy relative to near ones, and the brain subconsciously "knows" the distance of many objects when the height is known (e.g. a human figure subtending only a small amount of the screen is more likely to be 2m tall and far away than 10cm tall and close). In fact, only two of these depth cues are not already present in 2D films:stereopsis(or parallax) and the focus of the eyeball (accommodation).3D film-making addresses accurate presentation of stereopsis but not of accommodation, and therefore is insufficient in providing a complete 3D illusion. However, promising results from research aimed at overcoming this shortcoming were presented at the 2010 Stereoscopic Displays and Applications conference in San Jose, U.S.[74]Film criticMark Kermode[75]argued that 3D adds "not that much" value to a film, and said that, while he likedAvatar, the many impressive things he saw in the movie had nothing to do with 3D. Kermode has been an outspoken critic of 3D film describing the effect as a "nonsense" and recommends using two right or left lenses from the 3D glasses to cut out the "pointy, pointy 3D stereoscopic vision", although this technique still does not improve the huge brightness loss from a 3D film.[76]Versions of these "2-D glasses" are being marketed.[77]Director Christopher Nolan has criticised the notion that traditional film does not allow depth perception, saying "I think it's a misnomer to call it 3D versus 2D. The whole point of cinematic imagery is it's three dimensional... You know 95% of ourdepth cuescome from occlusion, resolution, color and so forth, so the idea of calling a 2D movie a '2D movie' is a little misleading."[78]Nolan also criticised that shooting on the requireddigital videodoes not offer a high enough quality image[79]and that 3D cameras cannot be equipped withprime lenses.[78]Late film criticRoger Ebertrepeatedly criticized 3D film as being "too dim", sometimes distracting or even nausea-inducing, and argued that it is an expensive technology that adds nothing of value to the movie-going experience (since 2-D movies already provide a sufficient illusion of 3D).[80]While Ebert was "not opposed to 3-D as an option", he opposed it as a replacement for traditional film, and preferred 2-D technologies such asMaxiVision48that improve image area/resolution andframes per second.[80]Brightness concerns[edit]Any 3D system will cut down the brightness of the picture considerably the light loss can be as high as 88%. Some of this loss may be compensated by running the projectors bulb at higher power or using more powerful bulbs.[3]The 2D brightness cinema standard is 14foot-lamberts(48candela per square metre), as set by theSMPTEstandard 196M. As of 2012, there is no official standard for 3D brightness. According to the industry de-facto standard, however, the "acceptable brightness range" goes as low as 3.5fL (12cd/m2) just 25% of the standard 2D brightness.[81]Among others, Christopher Nolan has criticized the huge brightness loss: "You're not that aware of it because once you're 'in that world,' your eye compensates, but having struggled for years to get theaters up to the proper brightness, we're not sticking polarized filters in everything."[82]In September 2012, theDCIstandards body issued a "recommended practice" calling for a 3D projection brightness of 7fL (24cd/m2), with an acceptable range of 59fL (1731cd/m2).[4]It is not known how many theaters actually achieve such light levels with current technology. Prototype laser projection systems have reached 14fL (48cd/m2) for 3D on a cinema screen.[5]Post-conversion[edit]Another major criticism is that many of the movies in the 21st century to date were not filmed in 3D, butconverted into 3-Dafter filming. Filmmakers who have criticized the quality of this process includeJames Cameron, whose filmAvatarwas created in 3D from the ground up and is largely credited with the revival of 3D, andMichael Bay.[73]Despite this, a significant portion of Bay'sTransformers: Dark of the Moonwas post-converted to 3D, and the results were still acclaimed.[83]

Getty ImagesThe company teams with early adopter The Foundry to demo how the format can be used in postproduction.Dolby Laboratories and Royal Philips have launched a technical specification for their co-developed Dolby 3D content delivery format, meaning that users could begin to develop content for and build products that support Dolby 3D. The announcement was made Monday as the NAB Show opened in Las Vegas.OUR EDITOR RECOMMENDSDolby and Philips Introduce 'Dolby 3D' HD Format

Dolby Theatre Ready for the OscarsDolby 3D was initiated to support the creation, delivery, and playback of glasses-free 3D content on TVs, smartphones, tablets or other mobile devices. Dolby believes 3D with glasses isnt going to work in the home, Dolby'sCsilla Andersensaid, added that there also needs to be a way for studios to easily add a [glasses-free] 3D deliverable."PHOTOS: 10 High-Tech Gadgets for MenIn recommending Dolby 3D, the companies first previewed the development at NAB in 2012, and have since demonstrated the technology at events such asCES, as well as during receptions held at the Dolby Theatre in Hollywood. Good glasses free 3D is of course a tricky thing to do, but recent feedback on the quality of Dolby 3D seems to be generally positive.Dolby and Philips are aiming to standardize the Dolby 3D format with standards body Society of Motion Picture and Television Engineers.The newl spec for Dolby 3D, which attaches playback information to content, will be available for licensing, initially through an early adopters program. Dolby plans to publish the spec for wide use by years end, and expects to see Dolby 3D-supported devices become available in the next year or two.At Dolbys booth this week at NAB, software developer The Foundrya member of the early adopter programplans to demonstrate the future integration of the Dolby 3D format into its Nuke and Ocula postproduction products. Were building [Dolby 3D] into the existing tools,Simon Robinson, chief scientist and co-founder of The Foundry, said. To get 3D to grow I think we need to follow through on initiatives like this one.At NAB, Dolby will also show streaming of Dolby 3D content onto glasses-free devices through Vudu.

Cara Kerja Kacamata 3D dan Film 3DAuthorwahw33d,@Wednesday, July 21, 2010Bersantai di HotelBerjemur di PantaiRaja Ampat Scuba DivingBercinta di Tepi Pantai

Sekitar 57 tahun yang lalu, tepatnya pada bulan Desember 1952, dimulailah trend film 3D di bioskop. Namun, hanya dalam dua tahun, trend tersebut menghilang, terutama karena masalah teknik yang digunakan.

Efek 3D tidak terlalu mengesankan, yang terlihat hanyalah gambar bayang-bayang apabila kepala sedikit bergerak. Bahkan, banyak penonton yang sakit kepala saat melihat tayangan 3D tersebut.

Pada bioskop-bioskop IMax, efek 3D memang masih ada, namun hanya untuk film-film pendek. Tidak ada 3D untuk feature film yang berdurasi 90 menit atau lebih. Tampaknya kondisi ini akan segera berubah.

Semakin banyak produsen dan studio film yang memproduksi film baru mereka tidak hanya dalam 2D, tetapi juga dalam format 3D. Bahkan, studio film Pixar dan DreamWorks menerapkan 3D sebagai standar film animasi mereka, seperti pada film terbaru mereka Bolt dan Monsters vs. Aliens.

Teknologi dan teknik film 3D kini sudah jauh berbeda dari teknik yang diaplikasikan pada 57 tahun yang lalu. Ada 4 cara kerja yang umum untuk menampilkan film 3D, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.1. XPANDTeknologi ini dulunya bernama nuvision dan bekerja dengan sebuah lensa pengatur cahaya dan proyektor. Gambar diproyeksikan secara bergantian untuk mata kiri dan kanan.

Lensa pengatur cahaya yang dikendalikan melalui inframerah dan dioperasikan dengan baterai akan mengurangi cahaya pada masing-masing mata, terutama pada saat sebuah gambar tidak harus terlihat oleh mata tersebut. Lantaran bekerja tanpa polarisasi, teknologi ini dapat menggunakan jenis layar apa saja.Kelebihan :Tidak pakai layar perakKekurangan :Kacamata mahal dan kepala tidak boleh miring

2. Real DProyektor akan menampilkan gambar secara bergantian melalui Z-Filter ke sebuah layar perak. Proyektor ini akan mengubah cahaya untuk masing-masing mata dengan menggunakan polarisasi sirkular. Kacamata hanya untuk melewatkan cahaya yang sesuai.

Kelebihan :Kepala boleh miringKekurangan :Memerlukan layar perak

3. Dolby 3D Digital CinemaSebuah color filter yang berputar akan mengganti panjang gelombang pada gambar-gambar yang diputar secara bergantian untuk masing-masing mata. Sebuah kacamata interferensi akan menyaring semua panjang gelombang, kecuali yang sengaja dihasilkan untuk masing-masing mata.

Kelebihan :Tidak harus menggunakan layar perakKekurangan :Perlengkapan mahal

4. Proyeksi ganda dengan polarisasiDua proyektor sekaligus, masing-masing untuk mata kiri dan kanan, akan mengirim cahaya dengan polarisasi berbeda secara bersamaan ke layar perak. Kacamata hanya untuk melewatkan gambar yang telah ditentukan untuk mata tersebut.

Kelebihan :Brightness tinggiKekurangan :Kepala tidak boleh miring

Kesimpulan :Film dengan feature 3D memang tengah marak dan selalu ramai dibicarakan. Teknologi 3D memang masih mahal untuk home theater. Namun, begitu film-film 3D bermunculan dalam format Bluray, player yang dibutuhkan pun bakal terjangkau oleh pasar. Jadi, setiap orang dapat menikmati tayangan film 3D secara optimal di rumah.Cara Kerja 3D :Kacamata ini membuat gambar pada film bioskop dan televisi seperti adegan 3 dimensi yang terjadi tepat di depan anda. Dengan objek bergerak keluar masuk layar dan seolah menuju ke arah anda, dan tokoh jahat yang bergerak keluar untuk menangkap dan meraih tangan anda.

Kacamata 3D membuat anda merasa bagian dari adegan film, tidak hanya seseorang yang duduk disana menonton adegan tersebut. Mengingat alat ini mempunyai nilai entertainment yang tinggi, anda akan terkejut betapa sederhananya sebetulnya kacamata 3D ini.Manusia lahir dengan dua buah mata dan sistem penglihatan binocular yang sangat luar biasa. Untuk objek dengan jarak lebih dari 20 kaki (6 - 7 meter), sistem binocular membuat kita mudah menetukan seberapa jauh jarak objek tersebut secara akurat. Sebagai contoh.

Jika ada beberapa objek di depan, kita akan dengan mudah mengetahui objek mana yang lebih jauh dan objek mana yang lebih dekat, serta seberapa jauhnya jarak objek tersebut dengan kita. Apabila anda melihat dunia dengan sebelah mata tertutup, anda akan tetap dapat memperkirakan jarak, namun keakuratan perkiraan jarak akan menurun.Untuk melihat seberapa besar perbedaannya, mintalah seorang teman untuk melemparkan bola dan coba untuk menangkap bola tersebut sementara sebelah mata anda tertutup.

Juga coba pada ruangan yang sedikit cahaya atau pada malam hari. Pada kondisi ketersediaan cahaya sedikit, perbedaan akan semakin terlihat. Akan lebih sulit untuk menangkap bola hanya dengan sebelah mata terbuka di banding kedua mata terbuka.Lakukan percobaan berikut :Fokuskan pandangan anda pada gambar sebuah mata di bawah ini. Lalu taruh ibu jari didepan hidung anda menghalangi pandangan. Pandangan tetap fokus pada gambar mata tadi. Maka anda akan melihat gambar mata tersebut berada diantara dua ibu jari.

Dan jika fokus pandangan anda alihkan pada ibu jari anda, maka ibu jari anda berada di antara gambar dua mata. Jika hasil yang anda dapatkan seperti itu, maka sistem binocular anda masih berfungsi baik.

Sistem penglihatan binocular berdasarkan pada kenyataan bahwa dua mata kita terpisah dengan jarak 2 inchi (5 cm). Dengan demikian setiap mata melihat dunia dari perspektif yang sedikit berbeda, dan otak menggunakan perbedaan tersebut untuk menghitung jarak secara akurat.

Otak memiliki kemampuan untuk mengkorelasikan dan memperkirakan posisi, jarak, bahkan kecepatan suatu benda melalui data yang diperoleh dari sistem binocular mata.

Dalam menonton film 3D, alasan kenapa anda memakai kacamata 3D adalah untuk memberikan gambar yang berbeda pada mata. Layar sesungguhnya menampilkan dua gambar, dan kacamata menyebabkan satu gambar masuk ke satu mata dan gambar lainnya masuk ke mata yang satunya. Terdapat dua sistem umum yang digunakan.1. Kacamata Merah-Hijau2. Kacamata Merah-BiruSistem ini menggunakan kacamata berbeda warna. Merah/hijau atau yang lebih umum merah/biru. Pada film 3D, proyektor akan menampilkan dua jenis gambar sekaligus.

Filter pada kacamata memperbolehkan hanya satu jenis gambar yang masuk ke tiap-tiap mata, kemudian otak akan menyelesaikan sisanya. Sistem kacamata berbeda warna ini mempunyai kelemahan. Warna pada film tidak terlihat dengan baik, sehingga kualitas gambar yang terlihat kurang begitu baik.

source: http://apakabardunia.com/post/teknologi/cara-kerja-kacamata-3d-dan-film-3d

Sumberhttp://wahw33d.blogspot.com/2010/07/cara-kerja-kacamata-3d-dan-film-3d.html#ixzz2TaviPYxK