dokumen
-
Upload
yusron-haries -
Category
Documents
-
view
108 -
download
14
description
Transcript of dokumen
BAB I
Dasar Teori
1.1 Tanda Vital (Vital Sign)
Tanda-tanda ‘vital’, adalah petunjuk penting ‘kondisi kerja’ beberapa bagian tubuh,
yang dituangkan dalam bentuk ‘angka’. Berapa angka yang normal sebenarnya sangat
bervariasi dari waktu ke waktu, dari jam ke jam, dan dari hari ke hari. Tanda vital merupakan
gabungan dua kata, yaitu tanda dan vital, yang merupakan terjemahan istilah bahasa inggris
yaitu vital sign. Vital sign adalah suatu tanda yang sifatnya objektif yang dapat berubah
setiap saat yang mencerminkan hidup. Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien
untuk memantau kondisi klien dan mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien
terhadap intervensi teknik dasar (Patricia , 2005).
Pengukuran tanda-tanda vital memberikan informasi yang berharga terutama
mengenai status kesehatn pasien secara umum. Tanda-tanda vital meliputi (i) temperatur/suhu
tubuh
(ii) denyut nadi
(iii) laju pernafasan/respirasi
(iv) tekanan darah.
(v) berat badan dan tinggi badan
Pengukuran ini harus dibandingkan dengan rentang normal sesuai usia pasien dan
hasil pengukuran sebelumnya, jika ada.
1.1.1 Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung
memompakan keseluruh tubuh. Umumnya semakin rendah tekanan darah, semakin sehat
anda untuk jangka panjang (kecuali dalam kondisi tertentu ketika tekanan darah sangat
rendah merupakan bagian suatu penyakit). Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru.
Darah yang mengandung oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan keseluruh
bagian tubuh melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar
bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil hingga berukuran
mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah
yang sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan
menghantarkan oksigen untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan demi kelangsungan
hidup. Kemudian darah yang tidak beroksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah
vena, dan dipompa kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen lagi.
Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah ke seluruh
tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal sebagai tekanan sistolik. Kemudian otot
jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya, dan tekanan ini paling rendah, yang dikenal
sebagai tekanan diastolik. Tekanan sistolik dan diastolik ini diukur ketika Anda
memeriksakan tekanan darah. Tekanan sistolik dan diastolik bervariasi untuk tiap individu.
Namun, secara umum ditetapkan, tekanan darah normal untuk orang dewasa ( ≥18 tahun)
adalah 120/80, angka 120 disebut tekanan sistolik, dan angka 80 disebut tekanan diastolik.
Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan normal. Jika melebihi nilai
normal, orang tersebut menderita tekanan darah tinggi/hipertensi. Sebaliknya, jika kurang
dari nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah rendah/hipotensi.
Cara pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Cara Palpasi (metode Riva Rocci)
Segala bentuk pakaian harus dilepaskan dari lengan atas dan manset dipasang dengan
ketat dan sempurna pada lengan. Bila manset tidak terpasang dengan ketat maka dapat
diperoleh pembacaan yang abnormal tinggi. Saluran karet dari manset kemudian
dihubungkan dengan manometer. Sekarang rabalah arteri radialis pada pergelangan tangan
orang coba dan tekanan dalam manset kemudian diturunkan dengan memutar tombol pada
pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan kira-kira 3 mm/detik. Saat dimana denyut
arteri radialis teraba kembali menunjukkan tekanan darah sistolis. Dengan metode ini tidak
dapat ditentukan tekanan darah diastole. Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan
auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan sistolis yang diharapkan.
b. Cara Auskultasi
Metode ini pertama-tama diperkenalkan oleh seorang dokter Rusia yaitu Korotkoff
pada tahun 1905. Kedua tekanan sistolik dan diastolik dapat diukur dengan metode ini,
dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brachialis yang disebut
bunyi Korotkoff. Bunyi ini terjadi akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang
disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus
diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak paling sedikit 5 cm, antara manset dan tempat
meletakkan stetoskop. Kemudian pompalah manset sehingga tekanannya melebihi tekanan
sistolis (yang diketahui dari palpasi). Turunkanlah tekanan manset perlahan-lahan sambil
meletakkan stetoskop di atas arteri brachialis pada siku. Mulamula tidak terdengar suatu
bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati arteri
yang tertekan oleh manset sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi
Korotkoff dan dapat dibagi dalam lima fase yang berbeda, yaitu:
a) Fase I; Timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas
dan makin lama makin keras sewaktu tekanan neburun
10-14 mmHg berikutnya. Ini disebut pula nada letupan.
b) Fase II; Bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan
tekanan 15-20 mmHg berikutnya.
c) Fase III; Bunyi sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi lebih
jelas dan keras selama penurunan tekanan 5-7 mmHg berikutnya.
d) Fase IV; Bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg
berikutnya. Setelah itu bunyi menghilang.
Permulaan dari Fase I yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar merupakan tekanan
sistolik. Permualaan Fase IV atau Fase V merupakan tekanan diastolik, dengan perbadaan
sebagai berikut: Fase IV terjadi pada tekanan 7- 10 mmHg lebih tinggi daripada tekanan
diastole intra arterial yang diukur secara langsung. Fase V terjadi pada tekanan yang sangat
mendekati tekanan diastolik intra arterial pada keadaan istirahat. Pada keadaan latihan otot
atau keadaan yang meningkatkan aliran darah, maka Fase V lebih tepat digunakan sebagai
Index tekanan diastolik.
Kategori Sistole Diastole
Hipotensi < 90 mmhg < 60 mmhg
Optimal < 120 mmhg < 80 mmhg
Normal ,< 130 mmhg < 85 mmhg
Normal tinggi 130 – 139 mmhg 85 – 89 mmhg
Stadium 1
(Hipertensi Ringan)140 – 159 mmhg 90 – 99 mmhg
Stadium 2
(Hipertensi sedang)160 – 179 mmhg 100 – 109 mmhg
Stadium 3
(Hipertensi berat)180 – 209 mmhg 110 – 119 mmhg
Stadium 4
(Hipertensi ringan)≥ 210 mmhg ≥ 120 mmhg
Tekanan darah dapat mengalami kelainan patologis atau keadaan faal tertentu seperti :
- Tekanan darah rendah (Hipotensi) adalah kondisi abnormal dimana tekanan darah
seseorang jauh lebih dari pada biasanya. Yang dapat menyebabkan gejala pusing/tidak
bisa berpikir secara jernih atau bergerak dengan mantap (light headedness). Jika
tekanan darah terlampau rendah, aliran darah ke jantung, otak, dan organ vital lainnya
tidak cukup.
- Tekanan darah tinggi (Hipertensi) disebut sebagai ’pembunuh bisu’ karena biasanya
tidak menimbulkan gejala-gejala sampai pada tahap lanjut penyakit. Pembuluh darah
mirip dengan tabung karet yang mengalirkan darah terus menerus ke manapun
dibutuhkan. Arteri, yang mengalirkan darah ke luar dari jantung, harus menahan
tekanan yang tinggi ketika darah dipompakan ke luar. Jika tekanan darah lebih tinggi
daripada biasanya selama bertahun-tahun, seperti pada hipertensi yang tidak diobati,
Sumber : WHO – Internasional, European & British Hypertensional Society (2004)
pembuluh darah tersebut menjadi rusak. Lapisan pada arteri dapat menjadi kasar dan
tebal, dan pada akhirnya menimbulkan penyempitan sehingga menjadi kurang lentur
daripada sebelumnya. Hal ini dikenal sebagai arteriosklerosis. Jika arteri menjadi
terlalu sempit, darah tidak dapat melaluinya dengan benar, dan bagian tubuh yang
bergantung pada arteri tersebut untuk mendapatkan darah mengalami kekurangan
darah dan oksigen yang dibutuhkan. Ketika arteri menyempit terjadi peningkatan
kecenderungan darah membeku (trombosis), yang dapat menyebabkan penyumbatan
total pada areteri sehingga bagian tubuh yang dilayaninya menjadi mati. Jika jantung
atau otak yang terkena dampaknya, bagian yang mati disebut infark.
1.1.2 Pengukuran Denyut Nadi
Nilai denyut nadi merupakan indikator untuk menilai system kardiovaskular. Denyut
nadi dapat diperiksa dengan mudah menggunakan jari tangan (palpasi) atau dapat juga
dilakukan de¬ngan alat elektronik yang sederhana maupun canggih. Pemeriksaan denyut nadi
dapat dilakukan pada daerah arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brakhialis pada
siku bagian dalam, arteri karotis pada leher, arteri temporalis, arteri femoralis, arteri dorsalis
pedis, dan pada arteri frontalis pada bayi.
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
Bayi baru lahir : 140 kali per menit
Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit
Umur 1 - 6 bulan : 130 kali per menit
Umur 6 - 12 bulan : 115 kali per menit
Umur 1 - 2 tahun : 110 kali per menit
Umur 2 - 6 tahun : 105 kali per menit
Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit
Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit
Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit
Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit
Usia Lanjut :60 - 70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi. Jika
jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:
Ateri radialis : Pada pergelangan tangan
Arteri temporalis : Pada tulang pelipis
Arteri caratis : Pada leher
Arteri femoralis : Pada lipatan paha
Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki
Arteri politela : pada lipatan lutut
Arteri bracialis : Pada lipatan siku
Ictus cordis : pada dinding iga, 5 – 7
1.1.3 Suhu tubuh
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indi¬kator untuk menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila pengeluaran panas meningkat. Kondisi demikian dapat juga disebabkan oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan lain-lain. Demikian sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun. Kondisi ini dapat dilihat pada peningkatan metabolisme dan kontraksi otot. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rektal, dan aksila.
Teori Dasar Suhu Tubuh
Suhu tubuh normal seseorang bervariasi, tergantung pada jenis kelamin, aktivitas,
lingkungan, makanan yang dikonsumsi, gangguan organ, waktu. Suhu tubuh normal, menurut
American Medical Association, dapat berkisar antara 97,8 derajat Fahrenheit, atau setara
dengan 36,5 derajat Celsius sampai 99 derajat Fahrenheit atau 37,2 derajat Celcius.
Suhu tubuh seseorang dapat diambil melalui :
1. Melalui Oral / Mulut
Suhu dapat diambil melalui mulut baik menggunakan termometer kaca klasik atau
yang lebih modern termometer digital yang menggunakan probe elektronik untuk
mengukur suhu tubuh.
2. Melalui Rektal / Anus
Suhu yang diambil melalui dubur (menggunakan termometer gelas atau termometer
digital) cenderung 0,5-0,7 derajat lebih tinggi daripada ketika diambil oleh mulut.
3. Melalui Aksilaris / Ketiak
Temperatur dapat diambil di bawah lengan dengan menggunakan termometer gelas
atau termometer digital. Suhu yang diambil oleh rute ini cenderung 0,3-0,4 derajat
lebih rendah daripada suhu yang diambil oleh mulut.
4. Melalui Telinga
Termometer khusus dengan cepat dapat mengukur suhu gendang telinga, yang
mencerminkan suhu inti tubuh (suhu dari organ-organ internal).
Mungkin suhu tubuh abnormal karena demam (suhu tinggi) atau hipotermia (suhu
rendah). Demam ditandai ketika suhu tubuh meningkat di atas 37 derajat Celsius
secara oral atau 37,7 derajat Celsius melalui dubur, menurut American Medical
Association. Hipotermia didefinisikan sebagai penurunan suhu tubuh di bawah 35
derajat Celsius.
Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah:
- Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 - 15 menit
- Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 - 5 menit
- Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 - 3 menit
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36oC -
37,5oC. Seseorang dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia), jiak suhu
tubuhnya < 36oC Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
- Demam : Jika bersuhu 37,5 oC - 38oC
- Febris : Jika bersuhu 38oC - 39oC
- Hypertermia : Jika bersuhu > 40oC
1.1.4 Pengukuran Frekuensi Nafas
Pola pernapasan adalah:
- Pernapasan normal (euphea)
- Pernapasan cepat (tachypnea)
- Pernapasan lambat (bradypnea)
- Sulit/sukar bernapas (oypnea)
Jumlah pernapasan seseorang adalah:
- Bayi : 30 - 40 kali per menit
- Anak : 20 - 50 kali per menit
- Dewasa : 16 - 24 kali per menit
1.1.5 Teori Dasar Berat dan Tinggi Badan
Pengukuran fisik Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB) sangat diperlukan dalam
memperoleh informasi tambahan yang menegakkan diagnosis, terutama yang berkaitan
dengan hormonal metabolic. Pemeriksaan TB harus dilakukan dengan posisi berdiri. Berat
badan seringkali diperbandingkan dengan Berat Badan Ideal
Berat badan ideal wanita :
BBideal maks wanita = Tinggi Badan (TB) – 110
BBideal min wanita = BBideal maks – (BBideal maks x 10%)
Berat badan ideal pria :
BBideal maks pria = Tinggi Badan (TB) – 110
BBideal min pria= BBideal maks – (BBideal maks x 10%)
Selain itu, pengukuran TB dan BB dapat juga digunakan untuk mengetahui indeks
Masa Tubuh = IMT (Body Mass Index) yang dapat digunakan untuk memprediksi kesehatan
penderita
Klasifikasi IMT/BMI
BB sangat kurus (kurus beresiko) = IMT < 18,5 kg/m2
BB kurang (kurus) = IMT < 18,5 kg/m2
BB normal = 18,5 – 24,9 kg/m2
BB berlebih (agak gemuk) = 25,0 – 29,9 kg/m2
Obesitas kelas 1 (gemuk) = 30,0 – 34,9 kg/m2
Obesitas kelas 2 (sangat gemuk) = 35,0 – 39,9 kg/m2
Ekstrem obes / obesitas kelas 3 = >40,0 kg/m2
BAB II
2.1 HASIL PERCOBAAN
2.1.1 Pengukuran Tekanan Darah (mmHg)
Orang Parameter Sphygmomanometer Aneroid Digital
I II III Rerata I II III Rerata I II III rerata
Ke-1 Tangan
kanan
123 /
85
120 /
82
121 /
83
120 /
78
120 /
78
120 /
78
100 /
70
105 /
70
103 /
70
Tangan
kiri
124 /
80
124 /
85
124 /
82
120 /
78
120 /
78
120 /
78
110 /
80
110 /
80
110 /
80
Ke-2 Tangan
kanan
100 /
70
100 /
70
100 /
70
100 /
60
100 /
62
82 /
48
100 /
68
101 /
57
102 /
79
Tangan
kiri
99 /
70
98 /
70
98 /
70
110 /
70
110 /
70
92 /
62
107 /
69
101 /
56
111 /
79
2.1.2 Pengukuran Sikap Tubuh (mmHg)
Orang Parameter Berbaring Duduk Berdiri
I II III rerata I II III Rerata I II III rerata
Ke-1 Tangan
kanan
111 /
69
108 /
66
109 /
67
124 /
68
120 /
61
120 /
78
124 /
68
120 /
61
122 /
64
Tangan
kiri
114 /
70
110 /
70
112 /
70
113 /
64
110 /
58
120 /
78
113 /
64
110 /
58
111 /
61
Ke-2 Tangan
kanan
90 /
53
89 /
47
88 /
50
82 /
48
81 / 100 /
61
82 /
48
81 /
44
81 /
46
Tangan
kiri
98 /
51
92 /
48
92 /
47
92 /
62
110 /
70
110 /
70
92 /
68
91 /
52
91 /
57
2.1.2 Pengaruh Latihan
orang parameter Nadi(kali/menit)
Sistole(mmHg)
Diastole(mmHg)
Ke-1 3 menit pertama 89 152 84
6 menit 97 147 90
9 menit 108 159 95
11 menit 96 144 82
Ke-2 3menit pertama 114 118 76
6 menit 99 125 74
9 menit 91 130 81
11 menit 105 132 72
2.1.3 Pengaruh Stress : Cold Pressure Test
Orang Parameter Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)
Ke-1 Pra Stress 120 80
30 detik 125 80
60 detik 139 98
2.1.4 Pengukuran Denyut Nadi
Posisi Dilakukan pada Denyut (kali)
Duduk A.Brachialis 78
A.Carotis 100
A.Radialis 93
Berdiri A.Brachialis 77
A.Carotis 108
A.Radialis 99
Berbaring A.Brachialis 70
A.Carotis 90
A.Radialis 89
2.1.5 Pengukuran Frekuensi Nafas
Orang coba : Yusron (laki-laki)
18 kali per menit
2.1.6 Pengukuran Suhu Tubuh
Percobaan Oral (ºC) Ketiak (ºC)
I 37,1 36,6
II 37,2 36,7
2.1.7 Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
Nama BB (kg) TB (m) Bbmaks
(kg)
Bbmin
(kg)
IMT
(kg/m²)
Klasifikasi
Medina 45 1,55 45 41,5 18,7 Normal
Fikhih 50 1,56 46 41,4 20,54 Normal
Annisa 49 1,56 46 41,4 20,13 Normal
Yusron 54 1,68 58 52,2 19,13 Normal
Nazala 50 1,52 42 37,8 21,64 Normal
Rina 49 1,60 50 45 19,14 Normal
2.2 PERTANYAAN PERCOBAAN
2.2.1 Tekanan Darah
1. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran darah dilakukan dengan tensimeter
konvensional dan digital ?
Jawab : Ada.
2. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran darah dilakukan dengan lengan kanan dan
kiri ?
Jawab : Ada.
3. Apakah ada perbedaan hasil darah dilakukan dengan tensimeter konvesional dan
digital ?
Jawab : Ada.
4. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran A.Radialis, A. Karotis,dan A.brachialis ?
Jawab : Ada.
5. Apakah ada perbedaan tekanan darah yang diukur dengan perbedaan posisi ? jelaskan
mengapa ?
Jawab : ada , karena perbedaan posisi dapat mempengaruhi besar atau kecilnya
tekanan darah. Apabila kita dalam posisi berbaring memiliki tekanan darah paling
rendah dari pada posisi duduk dan berdiri. Semakin kita banyak mengeluarkan energi
maka semakin meningkat pula tekanan darah dalam tubuh kita.
6. Sebutkan faktor apa saja yang mempengaruhi tekanan darah ?
Jawab : Pengaruh sikap tubuh, pengaruh latihan, dan pengaruh stress.
7. Jelaskan kemungkinan yang dapat terjadi di bidang kedokteran gigi jika penderita
tidak dilakukan pengukuran tanda-tanda vital terlebih dahulu ?
Jawab : Apabila tanpa dilakukan pengukuran tanda-tanda vital terlebih dahulu maka
akan mempengaruhi proses pemeriksaan ataupun pada tahap perawatan. Karena
pengukuran tanda-tanda vital merupakan bagian mekanisme diagnosa di bidang
kedokteran.
2.2.2 Denyut Nadi
1. Mengapa mahasiswa kedokteran gigi harus mengukur denyut nadi sebelum
melakukan tindakan operatif ?
Jawab : Denyut nadi merupakan indikasi dari denyut jantung. Penghitungan denyut
nadi sangat diperlukan dalam bidang kedokteran gigi karena mengetahui denyut nadi
otomatis kita akan mengetahui tekanan darah. Apabila denyut nadi cepat makan
tekanan darah dalam tubuh meningkat sehingga pasien tidak diperbolehkan
dilakukannya tindakan operatif sebelum denyut nadi normal yang secara otomatis
juga mengakibatkan tekanan darah kembali normal.
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi denyut nadi ?
Jawab : Berolahraga, sakit, trauma dan emosi.
3. Apakah ada perbedaan pengukuran denyut nadi pada berbagai posisi tubuh ? Jelaskan
mengapa !
Jawab : Ada, karena posisi tubuh kita menentukan tingkatan energi yang dikeluarkan
oleh tubuh. Semakin banyak energi yang kita keluarkan maka akan mempercepat
denyut nadi kita. Sebaliknya jika kita dalam keadan istirahat maka denyut nadi kita
akan kembali pada keadaan stabil.
4. Mengapa saat bekerja denyut nadi meningkat ?
Jawab : Karena bekerja dapat mengeluarkan energi yang besar sehingga akan
meningkatkan kecepatan dari denyut nadi.
5. Bagaimana cara menentukan denyut nadi maksimal dan optimal ?
Jawab : Denyut nadi maksimal adalah maksimal denyut nadi yang dapat dilakukan
pada saat melakukan aktivitas maksimal. Jadi denyut nadi akan berkontraksi
maksimal ketika kita melakukan aktifitas maksimal.
2.2.3 Suhu tubuh
1. Mengapa pengukuran suhu tubuh di ketiak berbeda ? Berapa perbedaannya ?
Jelaskan !
Jawab : Karena semakin dalam daerah yang kita ukur suhunya, maka suhu tubuh
semakin hangat. Perbedaan penghitungan suhu pada ketiak berbeda 0,60C
2. Kapan harus melakukan pengukuran suhu tubuh di rongga mulut atau pengukuran di
bagian tubuh lain ?
Jawab : Suhu tubuh dapat terjadi variasi dalam sehari. Suhu tubuh tertinggi pada jam
8.00 – 11.00 dan terendah 4.00 – 6.00 pagi.
2.2.4 Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
1. Apakah pengukuran TB dan BB diperlukan di bidang kedokteran gigi ? Jelaskan
untuk apa !
Jawab : pengukuran TB dan BB sangat diperlukan di bidang kedokteran gigi. Karena
dengan kita mengetahui TB dan BB maka kita dapat menghitung indeks masa tubuh.
Indeks masa tubuh. Indeks masa tubuh digunakan untuk memprediksi kesehatan
penderita.
2. Apakah akibat jika seseorang termasuk kurus beresiko dan apa pula akibat bagi yang
terlalu gemuk ? Jelaskan !
Jawab : jika seseorang terlalu kurus (kurus beresiko) maka kondisi tubuh seperti
itulah yang mengakibatkan tubuh lemah dan mudah terserang penyakit. Sedangkan
jika terlalu gemuk (obesitas) maka dalam tubuh akan tertimbun banyak lemak yang
mengakibatkan penyempitanb pada jantung sehingga jantung tidak bekerja optimal.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan berbagai macam percobaan yaitu,
pengukuran tekanan darah secara palpasi dan auskultasi, pengaruh posisi tubuh terhadap
denyut nadi dan tekanan darah,pengaruh suhu, serta pengaruh aktivitas fisik terhadap denyut
nadi dan tekanan darah. Pada percobaan ini kami menggunakan arteri radialis dextra dan
arteri brachialis dextra karena denyut pada tempat tersebut sangat besar sekali.
1. Pengaruh Sikap tubuh Terhadap tekanan darah
Pada percobaan ini, kami memberikan 3 perlakuan yaitu berbaring telentang, duduk,
dan berdiri dimana masing-masing perlakuan dilakukan pada dua orang berbeda 2 kali percobaan
pada tangan kanan dan kiri. Pada orang pertama tangan kanan memiliki tekanan darah 111/69
mmHg, dan 108/66 mmHg dengan rerata 109/67 mmHg pada saat berbaring. Pada orang kedua
tangan kanan memiliki tekanan darah 90/53 mmHg, dan 87/50 mmHg dengan rerata 88/50
mmHg pada saat berbaring. Pada orang pertama tangan kanan memiliki tekanan darah 124/68
mmHg, dan 120/61 mmHg dengan rerata 122/64 mmHg pada saat duduk. Pada orang kedua
tangan kanan memiliki tekanan darah 82/48 mmHg, dan 81/44 mmHg dengan rerata 81/46
mmHg pada saat duduk. Pada orang pertama tangan kanan memiliki tekanan darah 100/70
mmHg, dan 105/70 mmHg dengan rerata 102/70 mmHg pada saat berdiri. Pada orang kedua
tangan kanan memiliki tekanan darah 100/68 mmHg, dan 101/57 mmHg dengan rerata 100/63
mmHg pada saat berdiri. Pada orang pertama tangan kiri memiliki tekanan darah 114/70 mmHg,
dan 110/70 mmHg dengan rerata 112/70 mmHg pada saat berbaring. Pada orang kedua tangan
kiri memiliki tekanan darah 90/51 mmHg, dan 87/43 mmHg dengan rerata 88/47 mmHg pada
saat berbaring. Pada orang pertama tangan kiri memiliki tekanan darah 113/64 mmHg, dan
110/58 mmHg dengan rerata 111/61 mmHg pada saat duduk. Pada orang kedua tangan kiri
memiliki tekanan darah 92/62 mmHg, dan 91/52 mmHg dengan rerata 91/57 mmHg pada saat
duduk. Pada orang pertama tangan kiri memiliki tekanan darah 110/80 mmHg, dan 110/80 mmHg
dengan rerata 110/80 mmHg pada saat berdiri. Pada orang kedua tangan kiri memiliki tekanan
darah 107/69 mmHg, dan 101/56 mmHg dengan rerata 103/63 mmHg pada saat berdiri.
Dari data diatas pengaruh posisi tubuh yang menghasilkan denyut nadi paling tinggi
adalah posisi berdiri. Hal ini disebabkan karena adanya efek gravitasi bumi. Pada saat berbaring
gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah terlalu memompa. Pada saat duduk maupun
berdiri kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi
sehingga kecepatan denyut jantung meningkat. Pada saat duduk, jantung harus memompa dengan
lebih kuat karena jantung harus memompa darah melewati pundak dan turun ke yang terlentang,
Pada saat berdiri posisi jantung lebih tinggi daripada saat duduk maupun berbaring terlentang
sehingga aliran darah lebih lancar lagi dan harus memompa darah lebih kuat ke atas karena
adanya pengaruh gravitasi.
2. Pengaruh Suhu Trhadap Tekanan Darah
Pada percobaan ini dilakukan dengan menghitung tekanan darah saat pra-
stress,30detik, dan 60detik. Percobaan ini hanya dilakukan pada satu orang. Tekanan darah
pada pra-stress 120/80 mmHg. Tekanan darah setelah 30 detik 125/80 mmHg. Tekanan darah
saat 60 detik 139/98 mmHg.
Semakin lama pengaruh suhu semakin tinggi pula pengaruh kenaikan terhadap
tekanan darah.
3. Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Denyut Nadi terhadap Tekanan Darah
Percobaan ini dilakukan oleh dua orang yang berbeda. Percobaan orang pertama
setelah melakukan aktivitas denyut nadi yang dihasilkan dalam menit ke 3,6,9,11 berturut-turut
adalah 114,99,91,105 kali/menit sedangkan pada tekanan darah dihasilkan 118, 125, 130, 132
mmHg untuk tekanan sistolik dan 76, 74, 81,72 mmHg untuk tekanan diastolik. Percobaan orang
kedua setelah melakukan aktivitas denyut nadi yang dihasilkan dalam menit ke 3,6,9,11 berturut-
turut adalah 89,97,108,96 kali/menit sedangkan pada tekanan darah dihasilkan 152, 147, 159, 144
mmHg untuk tekanan sistolik dan 8, 90, 95,82 mmHg untuk tekanan diastolik.
Data diatas menunjukkan bahwa denyut nadi dan tekanan darah akan meningkat
setelah kita melakukan aktivitas. Saat beraktivitas, jantung memompa darah lebih cepat untuk
memenuhi kebutuhan oksigen yang telah banyak terpakai pada saat melakukan aktivitas. Oleh
karena itu,setelah selesai melakukan aktivitas denyut nadi bertambah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen kemudian denyut nadi semakin lama semakin menurun hingga kembali ke normal karena
otot sudah tidak berkontraksi lagi dan tidak memerlukan energi lagi sehingga kebutuhan oksigen
berkurang, denyut nadi dan tekanan darah kembali normal.
4. Percobaan Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
Pada percobaan ini mengukur indeks masa tubuh (IMT). Pertama harus mengetahui
TB dan BB agar bisa menghitung indeks masa tubuh (IMT).
IMT = BB (kg) / TB2 (m2)
Klasifikasi IMT/BMI
BB sangat kurus (kurus beresiko) = IMT < 18,5 kg/m2
BB kurang (kurus) = IMT < 18,5 kg/m2
BB normal = 18,5 – 24,9 kg/m2
BB berlebih (agak gemuk) = 25,0 – 29,9 kg/m2
Obesitas kelas 1 (gemuk) = 30,0 – 34,9 kg/m2
Obesitas kelas 2 (sangat gemuk) = 35,0 – 39,9 kg/m2
Ekstrem obes / obesitas kelas 3 = >40,0 kg/m2
BAB IV
KESIMPULAN
Denyut nadi dan tekanan darah dapat meningkat pada posisi tubuh berdiri dan duduk
karena melawan gaya gravitasi bumi.
Denyut nadi dan tekanan darah dapat meningkat jika kita melakakukan aktivitas.
Tekanan darah dapat meningkat ketika suhu dinaikkan ataupun sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Penyakit Edisi Revisi, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, hal 128-130
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: BukuKedokteran
EGC.Guyton & Hall.1997.