Dokter Vs Dukun

8
Pengobatan DUKUN vs pengobatan MEDIS Setting tempat 1: Ruang BP Puskesmas Nguntoronadi 2, Wonogiri. Kapasitas ruangan itu dapat dipakai untuk memeriksa dua pasien sekaligus (dilakukan oleh dua petugas kesehatan tentunya). Dokter 2 (dokter PTT) datang sedikit terlambat (kira- kira terlambat 5 menit dari waktu yang seharusnya) sehingga ruang BP untuk sementara di pegang oleh dokter 1 (kepala Puskesmas). Dokter 2 : ”Maaf dok saya terlambat, tadi banyak pasien di tempat praktek saya.” Dokter 1 : ”Ya, saya maklum bu, ini saya handle dulu karena hari ini banyak sekali pasien yang telah mengantri.” (Dokter 1 mengatakan itu sambil memeriksa seorang pasien, sementara beberapa pasien lain nampak tak sabar mengantri di depan pintu sambil berdiri). Dokter 2 : ”Saya lanjutkan saja dok, terima kasih.” Dokter 1 : ”Ya bu, ini saya selesaikan dulu yang satu ini.” Dokter2 : ”Kasus apa dok?” Dokter1 : ”gastritis kronis, tadi pasien beberapa kali vomitus.” (Gastritis = sakit maag, vomitus = muntah). Pasien tampak pucat dan kesakitan, sementara suami pasien tampak agak panik.

Transcript of Dokter Vs Dukun

Page 1: Dokter Vs Dukun

Pengobatan DUKUN vs pengobatan MEDIS

Setting tempat 1: Ruang BP Puskesmas Nguntoronadi 2, Wonogiri. Kapasitas ruangan

itu dapat dipakai untuk memeriksa dua pasien sekaligus (dilakukan oleh dua petugas

kesehatan tentunya).

 

Dokter 2 (dokter PTT) datang sedikit terlambat (kira-kira terlambat 5 menit dari

waktu yang seharusnya) sehingga ruang BP untuk sementara di pegang oleh dokter 1

(kepala Puskesmas).

Dokter 2 : ”Maaf dok saya terlambat, tadi banyak pasien di tempat praktek saya.”

Dokter 1 : ”Ya, saya maklum bu, ini saya handle dulu karena hari ini banyak sekali

pasien yang telah mengantri.” (Dokter 1 mengatakan itu sambil memeriksa

seorang pasien, sementara beberapa pasien lain nampak tak sabar

mengantri di depan pintu sambil berdiri).

Dokter 2 : ”Saya lanjutkan saja dok, terima kasih.”

Dokter 1 : ”Ya bu, ini saya selesaikan dulu yang satu ini.”

Dokter2 : ”Kasus apa dok?”

Dokter1 : ”gastritis kronis, tadi pasien beberapa kali vomitus.”

(Gastritis = sakit maag, vomitus = muntah).

Pasien tampak pucat dan kesakitan, sementara suami pasien tampak agak panik.

Suami pasien: bagaimana istri saya dok?

Dokter 1 : tidak apa-apa, stelah diberi obat insya Allah akan baikan.

Selesai diperiksa, pasien diberi resep dan keluar dari ruang BP.

Lalu dokter 2 memeriksa pasien-pasien lain yang telah antri, dan dokter 1 pergi

meninggalkan ruangan itu.

Tak berapa lama kemudian ada sedikit keributan dari luar ruangan (teriakan

kesakitan dari salah satu pasien yang ternyata pasien gastritis tadi). Lalu pasien tersebut

dibawa masuk kembali keruangan BP sambil digendong oleh suaminya dan diikuti oleh

dokter 1. Pasien tersebut kemudian dibaringkan ditempat tidur periksa.

Page 2: Dokter Vs Dukun

Dokter 1 meminta perawat 1 untuk memasang oksigen, lalu dokter 2 (sebagai

dokter penanggung jawab BP) turut memeriksa. Dari hasil pemeriksaan fisik secara

singkat dan beberapa anamnesis ulang ternyata pasien tengah mengalami gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit akibat muntah yang terlalu sering dan lama. Pasien

kejang-kejang (kram otot), perut kembung, nadi kecil, …berteriak-teriak kesakitan dan

kata-katanya sedikit mengacau.

Dokter 2 : ”Mas, tolong pasang iv line dan infus NaCl sekarang.”

Perawat 1 : ”Baik bu…”

(perawat 2 agak sibuk mempersiapkan apa yang dokter 2 sarankan, karena di

Puskesmas ini, beberapa peralatan dan obat-obatan sangat minim adanya…jadi, ditempat

itu sudah sangat terbiasa ”berimprovisasi” dengan keadaan seperti itu).

Setelah infus terpasang, dan beberapa prosedur penanganan keadaan seperti itu

telah dilakukan….beberapa menit kemudian keadaan pasien semakin membaik. Sang

suami minta ijin untuk memanggil keluarganya.

Suami pasien : Dok, bolehkah saya membawa keluarga saya ke sini?

Dokter 2 : ya..boleh pak, silahkan (Dokter 2 mengijinkan, kemudian menyiapkan

surat rujukan ke RS untuk perawatan lebih lanjut bagi pasien tersebut)

 

Pasien semakin tenang…karena beberapa ml cairan sudah masuk ketubuhnya.

Seorang kerabat datang menjenguk pasien yang semakin terlihat tenang tersebut.

Melihat kedatangan kerabatnya, pasien duduk untuk menyambut kedatangannya.

Adik pasien : kak bagaimana keadaan mu?(sambil memegang tangan pasien) Aku

khawatir sekali kata mas, td kakak tidak sadarkan diri.

Pasein : ya..dek, tapi sekarang sudah agak mendingan.

Perawat 2 datang melihat keadaan pasien, dan memeriksa keadaan pasien, setelah

melakukan pemeriksaan, Perawat 2 menyarankan untuk membiarkan pasien itu berbaring

sementara disitu sampai proses penggantian cairan dan elektrolit dapat terpenuhi.

Page 3: Dokter Vs Dukun

Sementara itu Dokter 1 dan Dokter 2 melanjutkan pemeriksaan pasien-pasien

selanjutnya.

Setelah tidak ada pasien lagi yang tampak mengantri, dokter itu pergi ke ruang

administrasi untuk absen dan melakukan beberapa prosedur administrasi lain.

Saat perawat 2 kembali ke ruangan BP untuk mengecek kondisi pasien gastritis

tadi…..dia melihat seorang bapak-bapak dengan penampilan ”kumuh” sedang berdiri di

samping pasien. Dia mengira bapak-bapak itu adalah salah satu pihak keluarga, dan

disana juga ada adik pasien yang tadi. Perawat 2 terkejut melihat apa yang dilakukan oleh

bapak-bapak itu. Sang bapak ternyata berjalan pelan-pelan mengelilingi pasien, dengan

sesekali memijit-mijit telapak kaki, atau jari, kemudian telapak tangan, dan kepala

pasien…sambil membacakan……beberapa mantra!!!

Perawat 2 semakin terheran-heran dengan sikap bapak itu, karena untuk beberapa

detik terkadang bapak itu menggeleng-gelengkan kepala, menghela nafas panjang,

menahan nafas mirip orang sedang mengedan… seolah-olah dia sedang sulit melakukan

sesuatu dan sesekali menghentakkan tangannya di beberapa bagian tubuh pasien itu.

Perawat 2 membiarkan kejadian itu karena tindakan tersebut memang tidak

membahayakan pasien.

Tak berapa lama kemudian, perawat 1 memberikan kode dan perawat 2 tersebut

mengerti. Mereka berdua tertawa kecil, kemudian melakukan beberapa percakapan

dengan nada berbisik-bisik:

Perawat 2 : ”kak…nggak merasa kepanasan?…kok dari tadi diusir dukun masih ada

disini ga pergi-pergi.”

Perawat 1 : ”Hihihihihi, tenang aja…dia nggak akan mempan mengusir setan yang

ini (sambil menunjuk diri sendiri).”

Perawat 2 : ”Hahahaha, ya jelaslah kak…kan kakak biang setannya….”

Mereka ingin tertawa tapi tertahan, lalu perawat 2 merasa harus meninggalkan

ruangan itu karena dia sudah tidak dapat menahan tawa, sementara perawat 1 tetap berada

di ruangn BP itu. Untuk beberapa saat perawat 2 itu berhasil ”melampiaskan” rasa

gelinya dengan menceritakan kejadian itu kepada beberapa staf yang lain, dan dia

Page 4: Dokter Vs Dukun

kembali lagi ke ruang BP. Di ruang itu, dia mengetahui ternyata seorang bapak tadi…

yang ternyata seorang….DUKUN! itu telah pergi. Sedangkan pasien gastritis

tersebut………..ya jelaslah sudah nampak ”sehat” kembali. Rehidrasinya telah berhasil

dengan beberapa ratus ml cairan NaCl dan tentu saja keseimbangan elektrolit telah

kembali normal.

Walaupun perawat 2 mengetahi, bahwa bapak tadi seorang dukun dia tetap

menanyakan pada pasien untuk kejelasan tentang bapak tersebut.

Perawat 2 : bagaimana buk..bagaimana perasaan ibu sekarang?

Pasien : udah agak mendingan sus

Adik pasien : ya kelihatannya kakak saya sudah mendingan sus..berkat dukun tadi.

Perawat 2 : Terlebih dulu saya minta maaf...penyakit kakak ibu ini tidak ada sangkut

pautnya dengan kedatangan dukun tadi. Kakak ibu sudah agak baikan

bukan karna dukun itu. Karna sebelum dukun tadi datang, dokter telah

memeriksa kakak ibu dan ternyata Kakak ibu menderita Gastritis kronis

yang biasa disebut dengan sakit maag dan., tadi dia beberapa kali muntah.

Akibat itu dia memngalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

akibat muntah yang terlalu sering dan lama dan kami memasang iv line

dan infus NaCl agar keseimbangan cairan dan elektrolit kembali normal.

Jadi sekarang….semua gejala-gejala tadi sudah hilang, hanya sedikit lemas masih

dirasakan , karena penyakitnya memang masih ada.

Jadi bu, intinya kesembuhan dari gejala-gejala tadi bukan di sebabkan karna

dukun, tapi karna pertolongan yang diberikan tadi dan tidak lupa ini semua juga karna

pertolongan Allah, dan perlu ibu ketahui penyakit kakak ibu ini belum sepenuhnya

sembuh, maka ibu ini harus menjaga kesehatan( sambil melihat ke arah pasien)

Kerabat pasien terdiam mendengarkan penjelasan perawat 2, dan terlihat

mengerti.

Setelah itu perawat 2 melepaskan Infus pasien...kemudian dengan beberapa

”pendidikan” tentang penyakitnya, beberapa saran dan bekal obat yang telah diresepkan

oleh dokter, dan pasien tadi dipersilahkan pulang, dengan catatan obat-obat yang

diberikan harus dikonsumsi. Pasien setuju, kemudian mereka pulang.

Page 5: Dokter Vs Dukun

Setelah selesai menjalankan tugasnya perawat kembali ke ruangan dan

menceritakan hal-hal yang dialaminya kepada rekan-rekannya dan dokter.

Di daerah yang masih minim pengetahuan, atau bisa dibilang…primitif…sering

dihadapkan dengan kondisi-kondisi seperti itu, sebuah kondisi yang sudah tercipta turun

temurun sejak berabad-abad lalu, sehingga sulit untuk dirubah, dan ini membutuhkan

penjelasan yang efektif dari seorang yang profesianaol yang mampu meyakinkan orang-

orang tersebut dalam hal ini. Pasien dan keluarganya tadi tak mampu melihat bahwa

kondisinya tadi membaik karena pemberian cairan itu. Yang mereka tau, bahwa dukun

tadi berhasil menyembuhkannya, padahal dukun tersebut datang pada saat yang paling

tepat, yaitu saat tercapainya rehidrasi dan keseimbangan elektrolit tubuh. Sehinga mereka

beranggapan dukun lah yang menyembuhkan. Tapi setelah di berikan penjelasan oleh

perawat barulah mereka percaya. Tapi juga butuh usaha yang sangat extra dari beberapa

pihak untuk menepiskan kepercayaan “salah” yang telah turun menurun dan mendarah

daging pada diri seseorang/masyarakat itu kalau-kalau mereka sangat teguh pada

pendiriannya.