PENDAHULUAN - LPPM::Triguna Dharma · Web viewJl. A.H. Nasution No. 73 F-Medan Email:...

25
REFORMASI MANAJEMEN UPAYA PENERAPANTOTAL QUALITY MANAGEMENTDALAM PENDIDIKAN ISLAMI Ahmad Calam #1 , Herriyance *2 , Syahrudin #3 #1,3 Program Studi Sistem Informasi, STMIK Triguna Dharma *2 Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Sumatera Utara Jl. A.H. Nasution No. 73 F-Medan Email: [email protected] 3 [email protected] Abstrak TQM adalah merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang berupaya memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan secara terus- menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi atau suatu system menajemen yang berfokus pada kualitas pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan Customers. TQM memiliki 11 unsur utama, yaitu; Fokus Pada Pelanggan, Obsesi terhadap Kualitas, Pendekatan Ilmiah, komitmen jangka panjang, Kerjasama Tim (Teamwork), perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, Kebebasan yang Terkendali, kesatuan tujuan, Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Pegawai serta profesionalisme. Untuk mengaplikasikan konsep TQM ke dalam pendidikan Islam, perlu menerapkan prinsip pencapaian; Pertama, Untuk menjadi lembaga pendidikan Islam yang bermutu perlu kesadaran, niat dan usaha yang sungguh-sungguh dari segenap unsur di dalamnya. Pengakuan orang lain (siswa, sejawat dan masyarakat) bahwa pendidikan Islam adalah bermutu harus diraih. Kedua, lembaga pendidikan Islam yang bermutu adalah yang secara keseluruhan memberikan kepuasan kepada masyarakat pelanggannya, artinya harapan dan kebutuhan pelanggan terpenuhi dengan jasa yang diberikan oleh lembaga tersebut. Kata Kunci: TQM, Penerapan, Pendidikan Islami Abstract TQM is an approach to doing business that seeks to maximize competitiveness through continuous improvement of the products, services, people, processes and organizational environment or a management system that focuses on quality education with the goal of sustainably increasing the Customers satisfaction . TQM has 11 main elements, namely ; Focus On Customers, obsession with quality, scientific approach, long-term commitment, Teamwork (Teamwork), continuous system improvement, education and training, Controlled Freedom , 133 ISSN : 1978- 6603

Transcript of PENDAHULUAN - LPPM::Triguna Dharma · Web viewJl. A.H. Nasution No. 73 F-Medan Email:...

REFORMASI MANAJEMEN UPAYA PENERAPANTOTAL QUALITY MANAGEMENTDALAM PENDIDIKAN ISLAMI

Ahmad Calam #1, Herriyance *2, Syahrudin #3

#1,3Program Studi Sistem Informasi, STMIK Triguna Dharma *2Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Sumatera Utara

Jl. A.H. Nasution No. 73 F-Medan Email: [email protected] [email protected]

Abstrak

TQM adalah merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang berupaya memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan secara terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi atau suatu system menajemen yang berfokus pada kualitas pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan Customers. TQM memiliki 11 unsur utama, yaitu; Fokus Pada Pelanggan, Obsesi terhadap Kualitas, Pendekatan Ilmiah, komitmen jangka panjang, Kerjasama Tim (Teamwork), perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, Kebebasan yang Terkendali, kesatuan tujuan, Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Pegawai serta profesionalisme. Untuk mengaplikasikan konsep TQM ke dalam pendidikan Islam, perlu menerapkan prinsip pencapaian; Pertama, Untuk menjadi lembaga pendidikan Islam yang bermutu perlu kesadaran, niat dan usaha yang sungguh-sungguh dari segenap unsur di dalamnya. Pengakuan orang lain (siswa, sejawat dan masyarakat) bahwa pendidikan Islam adalah bermutu harus diraih. Kedua, lembaga pendidikan Islam yang bermutu adalah yang secara keseluruhan memberikan kepuasan kepada masyarakat pelanggannya, artinya harapan dan kebutuhan pelanggan terpenuhi dengan jasa yang diberikan oleh lembaga tersebut.

Kata Kunci: TQM, Penerapan, Pendidikan Islami

Abstract

TQM is an approach to doing business that seeks to maximize competitiveness through continuous improvement of the products, services, people, processes and organizational environment or a management system that focuses on quality education with the goal of sustainably increasing the Customers satisfaction . TQM has 11 main elements, namely ; Focus On Customers, obsession with quality, scientific approach, long-term commitment, Teamwork (Teamwork), continuous system improvement, education and training, Controlled Freedom , unity of purpose, existence Employee Engagement and Empowerment and professionalism . To apply the concept of TQM into Islamic education, need to apply the principles of achievement; First, to become a qualified Islamic educational institutions need awareness , intention and earnest efforts of all the elements in it. Recognition of others (students , colleagues and the public) that the quality of Islamic education is to be achieved . Second , Islamic educational institutions is that the overall quality give satisfaction for its customers , meaning that the expectations and needs of customers are met with the services provided by the agency.

Keywords: TQM, Implementation, Islamic Education

133

ISSN : 1978-6603

Ahmad Calam, dkk, Reformasi Manajement Upaya Penerapan Total Quality...........

A. PENDAHULUAN Pemerintah telah mencanangkan wajib

belajar 9 tahun bagi anak Indonesia, kemudian diteruskan menjadi 12 tahun, akan lebih baik menjadi 16 tahun sampai meneruskan ke perguruan tinggi, setelah menamatkan pendidikan baru bekerja dengan mengembangkan manajemen yang baik. Sumber daya manusia ketika sudah menyelesaikan sampai pendidikan tinggi, maka sudah siap menjadi pemimpin yang bermutu sehingga mampu mempengaruhi laju gerak organisasi dan mengambil inisiatif. Setiap respon organisasi pendidikan terhadap suatu perubahan ditentukan oleh pola kepemimpinan yang dijalankan.Oleh karena itu pemimpin harus memberikan contoh dalam pola fikir, sikap dan tindak tentang mutu dalam setiap keputusan dan aktivitasnya. Pemimpin dalam satu struktur organisasi dapat digolongkan menjadi lower, midlle dan top management.

Ketika lembaga pendidikan memasuki lingkungan bisnis, maka saat itu juga memasuki lingkungan yang kompetitif. Oleh karena itu manajemen lembaga pendidikan memerlukan sistem manajemen strategic yang pas dan sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis. Ada 4 (empat) perspektif yang perlu menjadi perhatian utama, yaitu; keuangan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Lembaga pendidikan selalu menginginkan sekolah/kampusnya di cari oleh masyarakat. Di sisi lain masyarakat membutuhkan informasi tentang sekolah mana yang memenuhi standar mutu sesuai yang diharapkan.

Agar sekolah (termasuk kampus) yang bermutu, hemat penulis perlu melakukan reformasi manajemen secara keseluruhan, dalam makalah ini akan dijelaskan Reformasi manajemen dengan menerapkan Total Quality Manajement, yang berisikan tentang

pengertian, penerapan, kendala, implementasi dalam pendidikan Islam dan diskursus tentang aktualisasi TQM dan penerapannya dalam sekolah agar lebih mudah memahaminya.

B. PENGERTIAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)

Istilah Total Quality Manajemen (TQM) pertama kali dikemukakanoleh Nancy Warren, seorang Behavioral scientist di United State Navy. Yang mengandung arti every process, every job, dan every person. Menurut Fandy dan Anastasia dalam bukunya Total Quality Manajemen (TQM) diterangkan bahwa TQM mengandung pengertian sebagai suatupendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan organisasi. Menurut Kaoru Ishikawa mendifinisikan bahwa TQM adalah memadukan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas team work, produktifitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Mulyadi juga menjelaskan dalam bukunya Total Quality Manajemen, bahwa TQM adalah suatu system manajemen yang berfokus kepada orang dengan tujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasanCustomers pada biaya sesungguhnya yang secara berkelanjutan dan terus menerus. Sedangkan menurut Gregs Bound TQM merupakan sebuah system manajemen yang berfokus kepada orang dan bertujuan untuk meningkatkan secara kelanjutan kepuasan pelanggan pada biaya yang secara berkesinambungan turun temurun.

Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil simpulan bahwa yang dimaksud TQM adalah merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang berupaya memaksimumkan daya saing melalui

134 Jurnal SAINTIKOM Vol. 12, No. 1, Januari 2013

Ahmad Calam dkk, Reformasi manajemen Upaya penerapan total Quality .............

penyempurnaan secara terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi atau suatu system menajemen yang berfokus pada kualitas pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan Customers.

TQM juga dikenal dengan istilah MMT (Manajemen Mutu Terpadu). Dalam dunia pendidikan lebih spesifik dikenal istilah MMTP (Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan). MMTP memiliki definisi yang berbeda tergantung sudut pandang orang yang mendefinisikannya. Menurut West-Burnham, MMTP adalah semua fungsi dari organisasi sekolah ke dalam falsafah holistis yang dibangun berdasarkan konsep mutu, kerja tim, produktivitas dan prestasi serta kepuasan pelanggan. Sedangkan menurut Edward Sallis, MMTP adalah menciptakan budaya mutu dimana tujuan setiap anggota ingin menyenangkan pelanggannya, dan struktur organisasinya mengizinkan untuk berbuat seperti itu.

Maksud MMTP adalah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengubah cara tradisional menjadi sekolah yang memiliki mutu dan integritas tinggi terhadap aturan untuk menimbulkan komitmen terhadap semua level, yaitu bawah, tengah dan atas. Untuk mencapainya dibutuhkan manusia yang memahami konsep mutu dan memiliki rancangan masa depan.

Sekolah yang menginginkan MMTP berjalan dengan baik harus melakukan inovasi dan mau melangkah maju untuk mencapai visi, misi dan tujuan sekolah. Warga sekolah harus menyadari bahwa mutu harus memuaskan pelanggan dan mutu akan mempengaruhi kinerja warga sekolah. Kepala sekolah (termasuk; Rektor, Ketua, Direktur bagi perguruan tinggi) selaku pemimpin merupakan kunci yang menjadi motor penggerak dalam memelihara serta memperkuat proses peningkatan mutu secara

terus menerus. Warga sekolah harus merespon kebutuhan pelanggan guna mencapai mutu yang diinginkannya sehingga sekolah mampu berkompetisi dengan sekolah lainnya.

C. PENERAPAN UNSUR-UNSUR DALAM TQMDefinisi mengenai TQM mencakup dua

komponen, yakni apa dan bagaimana menjalankan TQM. Yang membedakan dengan pendekatan lain dalam menjalankan usaha adalah komponen bagaimana tersebut. Komponen ini memiliki 11 unsur utama, Goetch dan Davis, (1994 ) menjelaskan sebagai berikut:

1. Fokus Pada PelangganDalam TQM, baik pelanggan internal

maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.

Guru yang merupakan salah satu pelanggan internal untuk dapat menghasilkan mutu pendidikan yang baik maka berusaha semaksimal mungkin untuk mengajar dan mendidik pelanggan eksternal di dalam hal ini adalah siswa. Dengan memperhatikan semua siswayang membutuhkan, maka akan menghasilkan lulusan yang terbaik dan sekolah akan mendapat pujian dari lingkungan sekitarnya.

2. Obsesi terhadap KualitasDalam organisasi yang menerapkan

TQM, penentu akhir kualitas adalah pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memulai atau melebihi apa yang sudah ditentukan. Hal ini berarti bahwa semua pegawai pada setiap level berusaha

Jurnal SAINTIKOM Vol. 13, No. 2, Mei 2013 3

Ahmad Calam, dkk, Reformasi Manajement Upaya Penerapan Total Quality...........

melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif ”bagaimana dapat melakukannya dengan lebih baik ?” bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka berlaku prinsip ’good enough is never good enough’.

Baik siswa maupun guru sama memiliki keinginan yaitu untuk meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik lagi. Dengan bersama-sama meningkatkan kualitas yang ada maka sekolah akan turut memenuhi dan melebihi kualitas yang ada.

3. Pendekatan IlmiahPendekatan ilmiah sangat di perlukan

dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan serta pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tesebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun standarisasi (benchmark), memantau prestasi dan melaksanakan perbaikan.

Adanya pendekatan ilmiah yang ada pada TQM membuat pihak sekolah dapat mengetahui apa saja yang diperlukan dalam hal pemenuhan kualitas sekolah. Semua hal dalam pendekatan ilmiah dapat digunakan untuk mengetahui masalah yang ada di sekolah, langkah apa yang dilakukan paling tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan demikian sekolah dapat membuat rencana untuk meningkatkan prestasi siswa dan melakukan perbaikan yang tepat.

4. Komitmen Jangka PanjangTQM merupakan suatu paradigma baru

dalam melaksanakan usaha, maka dibutuhkan budaya sekolah yang baru. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting gunamengadakan perubahan agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.

Sekolah memerlukan perencanaan tentang apa yang diharapkan dari sekolah tersebut kedepannya. Untuk itu diperlukan budaya atau aturan yang dapat merealisasikan rencana tersebut. Semua pihak yang ada di dalam sekolah ikut andil demi tercapainya rencana sekolah. Budaya atau aturan harus bersifat konstan dari waktu ke waktu demi terwujudnya kualitas sekolah.

5. Kerja Sama Tim (Teamwork)Dalam sekolah yang dikelola secara

tradisional, seringkali diciptakan persaingan antar bagian yang ada dalam organisasi tersebut agar daya saingannya terdongkrak. Akan tetapi persaingan internal tersebut cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan energi yang seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas, yang pada gilirannya untuk meningkatkan daya saing eksternal.

Sementara itu dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar pegawai maupun dengan pemilik, lembaga pemerintah dan masyarakat sekitarnya.

Lingkungan sekolah memiliki multi unsur dimana untuk mendapatkan kualitas yang baik maka dibutuhkan kerja sama dari unsur yang terkait. Unsur sekolah yang dimaksud adalah kepala sekolah, guru, siswa, staf TU, Komite dan warga sekitar (dalam istilah di perguruan tinggi adalah sivitas akademika. Apabila saling mendukung satu sama lain maka sekolah dapat meningkatkan kualitasnya.

6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu system yang ada perlu diperbaiki

134 Jurnal SAINTIKOM Vol. 12, No. 1, Januari 2013

Ahmad Calam dkk, Reformasi manajemen Upaya penerapan total Quality .............

secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat meningkat.

Sekolah memiliki sistem pendidikan yang dipergunakan untuk menjalankan semua hal tentang pendidikan. Di dalamnya terdapat aturan yang dilaksanakan dalam lingkungan sekolah yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Seiring dengan waktu maka sistem pendidikan terkadang menyesuaikan dengan perkembangan zaman, karena semakin bervariasi dengan membutuhkan pemecahan masalah yang terbaik. Sistem pendidikan harus terus mengalami perbaikan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan.

7. Pendidikan dan PelatihanSedangkan dalam sekolah yang

menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia (lif long education).

Sekolah yang menerapkan TQM akan memberikan atau menganjurkan kepada guru dan pegawai untuk mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan menyampaikan ilmu lebih baik lagi kepada siswa. Dengan pelatihan yang didapat dan pendidikan yang dimiliki guru maka akan menyebabkan sekolah tersebut berkembang.

8. Kebebasan yang TerkendaliDalam TQM keterlibatan dan

pemberdayaan pegawai dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan “rasa memiliki“ dan tanggung jawab pegawai terhadap keputusan yang telah dibuat. Selain itu unsur ini dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu

keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak.

Sekolah yang menggunakan TQM akan memberikan kebebasan kepada siapa saja dari pihak sekolah untuk memberikan sumbangan ‘ide’ demi kebaikan sekolah. Selain ide diharapkan dapat mengeluarkan penyelesain dari ide tersebut. Dengan diterimanya ide dari semua pihak sekolah maka pihak sekolah akan merasa lebih peduli terhadap sekolah. Tentunya ide yang diterima dan diterapkan adalah ide yang terbaik demi kualitas sekolah yang lebih baik.

9. Kesatuan TujuanSupaya TQM dapat diterapkan dengan

baik maka sekolah harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/kesepakatan antara pihak manajemen dan pegawai mengenai upah dan kondisi kerja.

Tiap sekolah memiliki visi dan misi yang masing-masing berbeda satu sama lain sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah tersebut. Dengan visi dan misi yang ada maka pihak sekolah masing-masing memiliki cara tersendiri untuk menciptakan tujuan yang sama. Pemikiran tujuan yang sama akan menghasilkan kualitas sekolah yang sesuai dengan harapan.

10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Pegawai

Keterlibatan dan pemberdayaan pegawai merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan pegawai membawa 2 (dua) manfaat utama. Pertama, hal ini akan meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan, rencana, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak yang langsung

Jurnal SAINTIKOM Vol. 13, No. 2, Mei 2013 5

Ahmad Calam, dkk, Reformasi Manajement Upaya Penerapan Total Quality...........

berhubungan dengan situasi kerja. Kedua, keterlibatan pegawai juga meningkatkan ‘rasa memiliki” dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya. Pemberdayaan bukan sekedar berarti melibatkan pegawai tetapi juga melibatkannya dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti. Dengan adanya pembagian tugas buat pihak sekolah maka pihak sekolah tersebut akan bertanggungjawab dari tugasnya. Membuat rencana yang baik untuk meningkatkan kualitas sekolah dan menyelesaikan rencana sesuai dengan yang diharapkan.

11. ProfesionalismeProfesi memiliki pengertian bahwa

pekerjaan yang dilakoni disertai dengan teknik dan prosedur dalam melakukan pekerjaan tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan Mc Cully dalam Dantes, (2008:3) menjelaskan bahwa profesi adalah a vocation in which professed knowledge of some department of learning or science is used in it’s applicated upon it. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa dalam melakukan suatu pekerjaan professional digunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian secara langsung dapat diabdikan bagi keselamatan orang lain. Ciri ciri profesionalisme: pertama, Punya‐ keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang sertakemahiran dalam menggunakan peralatan tertentu, kedua, Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan peka di dalammembaca situasi dengan cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan, ketiga,. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya, keempat, Punya sikap mandiri

berdasarkankeyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.

C. KENDALA-KENDALA DALAM PENERAPAN TQM

Untuk mengembangkan sebuah kultur mutu, diperlukan waktu dan kerja keras. Karena jika kedua hal tersebut tidak berjalan dengan baik, maka perjalanan mekanisme kerja mutu akan terhambat. TQM membutuhkan mental juara yang mampu mengahadapi tantangan dan perubahan dalam pendidikan. Peningkatan mutu merupakan proses yang membutuhkan kewaspadaan dan kehati-hatian. Karena diam di tempat saat para pesaing terus berkembang adalah tanda-tanda kegagalan.

Kendala-kendala yang terjadi dalam dunia pendidikan antara lain:1. TQM mengharuskan kesetiaan jangka

panjang guru, TU dan staf lain terhadap sekolah. Keberadaan guru senior di sekolah sangat penting karena darinya sekolah dapat terus menjalankan visi dan misi sekolah itu di bangun. Dibutuhkan kesetiaan dari guru senior agar tercipta tujuan sekolah yang diharapkan sejak awal sekolah itu dibangun.

2. Kekhawatiran kepala sekolah dalam mengadopsi metode dan pendekatan yang baru adalah kendala utamanya. Adanya ide baru yang tidak disertai dengan pelaksanaan dan penyelesaian masalah dengan benar akan membuat kepala sekolah tidak bisa menjalankan ide baru tersebut.

3. Volume tekanan eksternal juga bisa menghalangi upaya sebuah sekolah dalam menerapkan TQM. Sekolah tidak dapat mengikuti semua keinginan dari siswa

134 Jurnal SAINTIKOM Vol. 12, No. 1, Januari 2013

Ahmad Calam dkk, Reformasi manajemen Upaya penerapan total Quality .............

yang beragam. Hanya keinginan yang sesuai dengan tujuan dari sekolah untuk menciptakan sekolah yang berkualitas yang bisa diterima.

4. Dalam hal ini, perencanaan strategis memiliki peranan penting, untuk membantu staf memahami misi sekolah dan menjembatani jurang dalam komunikasi.

5. Pihak Manajemen harus mempercayai stafnya untuk bersama-sama mengusung visi sekolah/institusi ke depan. Kepercayaan dengan sesama guru sangat diharapkan demi perkembangan sekolah yang lebih baik lagi. Tetapi tidak menyalah gunakan kepercayaan yang diberikan hanya untuk kepentingan pribadi.

6. Ketakutan kepala sekolah untuk mendelegasikan bawahannya, maka peningkatan dan pengembangan mutu akan menjadi suatu yang mustahil.

7. Masalah utama yang sering dialami oleh banyak sekolah adalah peran yang dimainkan oleh manajemen menengah.

8. Kepala sekolah harus konsisten dalam bersikap dan bertindak ketika menganjurkan dan mengkomunikasikan pesan peningkatan mutu.

9. Beberapa staf yang terlalu khawatir salah terhadap konsekwensi pemberdayaan juga bisa menghalangi mutu.Kendala-kendala yang dihadapi di sekolah

menyebabkan kegagalan dalam mutu pendidikan yang dapat disebabkan antara lain:

1. Sebab-sebab Umum Kegagalan Mutu Dalam Pendidikan Kegagalan sistem Desain kurikulum yang lemah, Bangunan yang tidak memenuhi

syarat, Lingkungan kerja yang buruk, Sistem dan prosedur yang tidak

sesuai,

Jadwal kerja yang serampangan, Sumber daya yang kurang, Pengembangan staf yang tidak

memadai

2. Sebab-Sebab Khusus Kegagalan Mutu Prosedur dan aturan yang tidak

diikuti atau ditaati, Kegagalan komunikasi atau kesalah-

pahaman Anggota individu staf yang tidak

memiliki skil, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru atau pimpinan pendidikan.

D. TQM DALAM PENDIDIKAN ISLAMNilai-nilai Kepemimpinan Islam dan

Nilai-nilai TQM, menurut Hersey dan Blanchard, seperti yang dikutip Tobroni, bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Gibson menambahkan bahwa kepemimpinan itu mempengaruhi memotivasi atau kompetensi individu dalam suatu kelompok.

Sedangkan kaitannya dengan TQM, menurut Goetsch dan Davis, bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggungjawab total terhadap usaha mencapai atau melampau tujuan organisasi. Baik dalam nilai kepemimpinan Islam maupun TQM, keduanya memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Tanggungjawab yang seimbang. Maksudnya tanggungjawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggungjawab terhadap orang yang harus melaksanakan pekerjaan tersebut. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa, setiap manusia sesungguhnya pemimpin,

Jurnal SAINTIKOM Vol. 13, No. 2, Mei 2013 7

Ahmad Calam, dkk, Reformasi Manajement Upaya Penerapan Total Quality...........

dan seorang pemimpin tersebut bertanggungjawab apa yang dipimpinnya.

2. memiliki kemampuan yang baik. Maksudnya, pemimpin yang baik adalah seorang yang mempunyai kemampuan dan ide/gagasan yang cemerlang guna meningkatkan kualitas lembaga. Dalam sebuah hadits juga disitir,bahwa jika suatu urusan diserahkan pada seseorang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya. Pemimpin dipilih berdasarkan prestasi dan kemampuan khusus tertentu yang sangat dibutuhkan untuk memimpin sebuah lembaga.

3. memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Pemimpin yang berkualitas harus bisa menyampaikan pikirannya secara jelas dengan menggunakan komunikasi yang tepat dan efektif. Banyak ayat Alquran yang menyinggung mengenai pentinggnya menggunakan bahasa, tentang qaulan karimah (perkataan yang mulia) qaulan baligha (perkataan yang sampai), dan seterusnya.

Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain akan sudut pandangnya serta mengarahkan pada tanggungjawab total terhadap pandangannya. TQM memandang bahwa kepemimpinan bukan fungsi dari kharisma. Dengan demikian, nilai-nilai kepemimpinan dapat diukur indikatornya sebagai berikut:

1. Pemimpin menentukan dan mengungkapkan misi lembaga secara jelas

2. Pemimpin menetapkan tujuan, perioritas dan standarisasi,

3. Pemimpin lebih memandang kepemimpinan sebagai tanggungjawab daripada suatu hak istimewa dari suatu kedudukan.

4. Pemimpin bekerja dengan orang yang berpengetahuan dan tangguh, serta memberikan kontribusi kepada lembaga.

5. Pemimpin memperoleh kepercayaan, respek dan integritas.

Sementara nilai-nilai kepemimpinan Islam (spiritual) menurut Tobroni, terdapat lima hal yang urgent untuk disikapi, yaitu: pertama, pemimpin merupakan murabbi (pendidik/contoh/suri tauladan). Artinya pemimpin harus peduli dan mampu ”mengemong” orang-orang yang dipimpinnya. Kedua, pemimpin pengilham, artinya seorang yang memberdayakan, mencerahkan, mengkayakan serta mensejahterakan orang yang dipimpin. Ketiga, pemimpin sebagai pemakmur. Artinya seorang yang berlomba-lomba untuk kebajikan, serta bersungguh-sungguh di jalan kebenaran sehingga dapat memakmurkan orang-orang yang dipimpinnya. Keempat, pemimpin sebagai entrepreneur. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa inovatif serta mampu mencari peluang yang dapat memajukan sebuah lembaganya. Kelima, pemimpin sebagai pemberdaya. Yaitu seorang pemimpin yang mampu melahirkan regenerasi (leader) untuk kelangsungan sebuah lembaga.

Untuk pengembangan manajemen mutu terpadu, usaha pendidikan Islam tidak lain adalah merupakan usaha “jasa” yang memberikan pelayanan kepada pelanggannya, yaitu yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut. Yaitu peserta didik yang biasa disebut klien/pelanggan primer (primary external customers). Ini yang langsung menerima manfaat layanan pendidikan dari lembaga tersebut. Para klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke lembaga pendidikan, yaitu orang tua atau lembaga tempat klien tersebut bekerja, dan ini disebut sebagai pelanggan sekunder (secondary external customers). Pelanggan lainnya yang bersifat tersier adalah lapangan kerja bisa

134 Jurnal SAINTIKOM Vol. 12, No. 1, Januari 2013

Ahmad Calam dkk, Reformasi manajemen Upaya penerapan total Quality .............

pemerintah maupun masyarakat pengguna output pendidikan (tertiary external customers).

Walaupun para para guru/tutor dan tenaga administrasi, serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut terlibat dalam proses pelayanan jasa, tetapi termasuk juga pelanggan jika dilihat dari hubungan manajemen, berkepentingan dengan lembaga tersebut untuk maju, karena semakin maju dan berkualitas semakin diuntungkan, baik secara kebanggaan maupun finansial. Seperti disebut di atas bahwa program peningkatan mutu harus berorientasi kepada kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan pendidikan Islam harus memperhatikan masing-masing pelanggan tersebut. Kepuasan dan kebanggan sebagai penerima manfaat layanan pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan pendidikan Islam. Untuk mengaplikasikan konsep TQM ke dalam pendidikan Islam, perlu menerapkan prinsip pencapaian; Pertama, Untuk menjadi lembaga pendidikan Islam yang bermutu perlu kesadaran, niat dan usaha yang sungguh-sungguh dari segenap unsur di dalamnya. Pengakuan orang lain (siswa, sejawat dan masyarakat) bahwa pendidikan Islam adalah bermutu harus diraih. Kedua, lembaga pendidikan Islam yang bermutu adalah yang secara keseluruhan memberikan kepuasan kepada masyarakat pelanggannya, artinya harapan dan kebutuhan pelanggan terpenuhi dengan jasa yang diberikan oleh lembaga tersebut.

Kebutuhan pelanggan adalah berkembangnya SDM yang bermutu dan tersedianya informasi, pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat, karya/produk lembaga pendidikan Islam tersebut. Bentuk kepuasan pelanggan misalnya para lulusannya merasakan manfaat pendidikan dalam meniti karirnya di lapangan kerja. Selain itu di dalam pendidikan Islam tersebut terjadi proses

belajar-mengajar yangteratur dan lancar, guru-gurunya produktif, berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, dan lulusannya berperestasi cemerlang di masyarakat. Ketiga, perhatian lembaga pendidikan selalu ditujukan pada kebutuhan dan harapan para pelanggan: siswa, masyarakat, industri, pemerintahan dan lainnya, sehingga merasa puas karenanya. Keempat, dalam lembaga pendidikan Islam yang bermutu tumbuh dan berkembang kerjasama yang baik antar sesama unsur di dalamnya untuk mencapai mutu yang ditetapkan. Sebagai contoh kelompok pengajar bekerjasama menyusun startegi pembelajaran siswa secara efektif dan efisien. Jika hanya satu atau dua saja guru yang mengajar secara baik tidak cukup, karena tidak akan menjamin terjadinya mutu siswa yang baik. Untuk itu, maka harus semua guru menjadi pengajar yang baik. Sebaliknya, jika gurunya menjadi pengajar yang baik, maka siswanya harus ingin belajar secara efektif. Proses belajar mengajar tidak dapat dikatakan efektif dan efisien jika hanya sepihak, gurunya saja atau siswanya saja yang baik. Interaksi yang baik antar sesama unsur dalam pendidikan Islam harus terjalin secara intensif, agar pencapaian mutu dapat berhasil sesuai harapan.

Dalam upaya menggiatkan kerjasama antar unsur dalam pendidikan Islam tersebut perlu dibentuk “tim perbaikan mutu” yang diberi kewenangan untuk mencari upaya agar mutu pendidikan Islam lebih baik. Untuk ini pelatihan kepada tim terutama tentang cara bekerjasama yang efektif dan efisisen dalam tim sangat diperlukan. Kelima, diperlukan pimpinan yang mampu memotivasi, mengarahkan, dan mempermudah serta mempercepat proses perbaikan mutu. Pimpinan lembaga (kepala sekolah/madrasah, wakil kepala sekolah, hingga kepala bagian terkait) bertugas sebagai motivator dan

Jurnal SAINTIKOM Vol. 13, No. 2, Mei 2013 9

Ahmad Calam, dkk, Reformasi Manajement Upaya Penerapan Total Quality...........

fasilitator bagi orang-orang yang bekerja dibawah pengawasannya untuk mencapai mutu. Setiap atasan adalah pemimpin, sehingga ia harus memiliki kepemimpinan. Kepemimpinan harus yang membuat orang kemudian merasa lebih berdaya, sehingga yang dipimpin mampu melaksanakan tugas pekerjaannya lebih baik dan hasil yang lebih baik pula. Keenam, semua karya lembaga pendidikan Islam (pengajaran, penelitian, pengabdian, administrasi dll). selalu diorientasikan pada mutu, karena setiap unsur yang ada didalamnya telah berkomitmen kuat pada mutu. Akibat dari orientasi ini, maka semua karya yang tidak bermutu ditolak atau dihindari. Ketujuh, Ada upaya perbaikan mutu lembaga pendidikan secara berkelanjutan. Untuk ini standar mutu yang ditetapkan sebelumnya selalu dievaluasi dan diperbaiki sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kedelapan, segala keputusan untuk perbaikan mutu.

Pelayanan pendidikan dan pengajaran selalau didasarkan data dan fakta untuk menghindari adanya kelemahan dan keraguan dalam pelaksananannya. Kesembilan, penyajian data dan fakta dapat ditunjang dengan berbagai alat dan teknik untuk perbaikan mutu yang bisa dianalisis dan disimpulkan, sehingga tidak menyesatkan. Kesepuluh, hendaknya pekerjaan di lembaga pendidikan jangan dilihat sebagai pekerjaan rutin yang sama saja dari waktu ke waktu, karena bisa membosankan. Setiap kegiatan di lembaga pendidikan harus direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat, serta hasilnya dievaluasi dan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. Hendaknya tercipta kondisi pada setiap yang bekerja dilembaga tersebut untuk bersedia belajar sambil bekerja, dan sedapat mungkin diprogramkan baik belajar tentang materi, metode , prosedur dan lain-lain. Kesebelas, dari waktu ke waktu prosedur kerja yang digunakan di lembaga pendidikan

Islam perlu ditinjau apakah mendatangkan hasil yang diharapkan.

Jika tidak maka prosedur tersebut perlu diubah dengan yang lebih baik. Keduabelas, Perlunya pengakuan dan penghargaan bagi yang telah berusaha memperbaiki mutu kerja dan hasilnya. Para guru dan pegawai administrasi mencoba cara kerja baru dan jika berhasil diberikan pengakuan dan penghargaan. Ketigabelas, Perbaikan prosedur antar fungsi di lembaga pendidikan Islam sebagai bentuk kerjasama harus dijalin hubungan saling membutuhkan satu sama lain.

Tidak ada yang lebih penting satu unsur dari unsur yang lain dalam mencapai mutu pendidikan Islam. Misalnya, tenaga administrasi sama pentingnya dengan tenaga pengajar, dan sebaliknya. Keempatbelas, tradisikan pertemuan antar pengajar dan siswa untuk mereview proses belajar-mengajar dalam rangka memperbaiki pengajaran yang bemutu. Pertemuan dengan orangtua siswa, pertemuan dengan tokoh masyarakat, dengan alumni, pemerintah daerah, pengusaha dan donatur dapat dilakukan oleh penyelenggara lembaga pendidikan Islam. Layanan pendidikan Islam adalah suatu proses yang panjang, dan kegiatannya yang satu dipengaruhi oleh kegiatannya yang lain. Bila semua kegiatan dilakukan dengan baik, maka hasil akhir layanan pendidikan tersebut akan mencapai hasil yang baik, berupa “mutu terpadu.”

E. DISKURSUS REFORMASI MANAJEMEN: TOTAL QUALITY MANAJEMENT DAN PENERAPANNYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM.

1. Penerapan Manajemen berbasis Sekolah.Pergeseran paradigma pengelolaan

pendidikan telah tercermin dalam visi pembangunan pendidikan nasional yang

134 Jurnal SAINTIKOM Vol. 12, No. 1, Januari 2013

Ahmad Calam dkk, Reformasi manajemen Upaya penerapan total Quality .............

tercantum dalam GBHN (1999): “mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan berkualitas guna mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, disiplin, bertanggung jawab, terampil, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi”, begitu juga dalam system pendidikan di perguruan tinggi. Amanat GBHN ini menyiratkan suatu kekhawatiran yang mendalam dari berbagai komponen bangsa tehadap prestasi sitem pendidikan nasional yang kini tampak mulai menurun dalam mempersiapkan SDM yang tangguh dan mampu bersaing di era tanpa batas kedepan.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memang bisa disebut suatu pergeseran paradigma dalam pengelolaan pendidikan, namun tidak berarti paradigma ini “baru” sama sekali, karena sebelumnya pernah memiliki Inpres No. 10/1973. MBS bermaksud “mengembalikan” sekolah kepada pemiliknya, yaitu masyarakat, yang diharapkan akan merasa bertanggung jawab kembali sepenuhnya terhadap pendidikan yang diselenggarakan disekolah mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi yang disebut dengan istilah otonomi.

Sisi moralnya adalah bahwa hanya sekolah dan masyarakat yang paling mengetahui berbagai persoalan pendidikanyang dapat menghambat peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian, yang seharusnya menjadi pelaku utama dalam membangun pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakatnya. Hanya kepala sekolah yang paling mengetahui apakah guru bekerja dengan baik, apakah buku kurang, apakah perpustakaan digunakan, apakah sarana pendidikan masih layak dipakai, dan sebagainya. Begitu juga di perguruan tinggi, walaupun banyak keterlibatan dalam struktur organisasi, namun yang paling banyak

mengetahui adalah pimpinan dan dosen. Kepala sekolah dapat “berunding" dengan masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan pendidikan bersama-sama termasuk mengatasi kekurangan sarana pendidikan.

Disisi lain, hanya guru yang paling memahami, mengapa prestasi belajar muridnya menurun, mengapa sebagian murid bolos atau putus sekolah, metode mengajar apakah yang efektif, apakah kurikulumnya dapat dilaksanakan, dan sebagainya. Guru bersama kepala sekolah dapat bekeja sama untuk memecahkan masalah yang mencangkup proses pembelajaran tersebut. Untuk itu, kepala sekolah dan guru harus dikembangkan kemampuannya dalam melakukan kajian serta analisis agar semakin peka dan memahami dengan cepat cara pemecahan masalah pendidikan di sekolahnya masing-masing.

Dengan MBS, pemecahan masalah internal sekolah, baik yang mencangkup proses pembelajaran maupun sumber daya pendukungnya cukup dibicarakan di dalam sekolah dengan masyarakatnya, sehingga tidak perlu diangkat ke tingkat pemerintah daerah apalagi ke tingkat pusat yang “jauh panggang dari api” itu.

Tugas pemerintah (pusat dan daerah) adalah memberikan fasilitas dan bantuan pada saat sekolah dan masyarakat menemui jalan buntu dalam suatu pemecahan masalah. Agar dapat memberikan fasilitas secara objektif, pemerintah perlu didukung oleh sistem pendataan dan pemetaan mutu pendidikan yang handal dan terbakukan secara nasional.

2. Menuju Otonomi pada Tingkat SekolahParadigma MBS beranggapan bahwa

satu-satunya jalan masuk yang terdekat menuju peningkatan mutu dan relevansi adalah demokratisasi, partisipasi, dan

Jurnal SAINTIKOM Vol. 13, No. 2, Mei 2013 11

Ahmad Calam, dkk, Reformasi Manajement Upaya Penerapan Total Quality...........

akuntabilitas pendidikan. Kepala sekolah, guru, dan masyarakat adalah pelaku utama dan terdepan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah sehingga segala keputusan mengenai penanganan persoalan pendidikan pada tingakat mikro harus dihasilkan dari interaksi ketiga pihak tersebut. Masyarakat adalah stakeholder pendidikan yang memiliki kepentingan akan keberhasilan pendidikan di sekolah, karena adalah pembayar pendidikan, baik melalui uang sekolah maupun pajak, sehingga sekolah seharusnya bertanggung jawab terhadap masyarakat.

Namun demikian, entitas yang disebut “masyarakat” sangat kompleks dan tak terbatas (borderless) sehingga sangat sulit bagi sekolah untuk berinteraksi dengan masyarakat sebagai stakeholder pendidikan. Untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah, konsep masyarakat perlu disederhanakan (simplified) agar menjadi mudah lagi sekolah melakukan hubungan dengan masyarakat tersebut.

Penyederhanaan konsep masyarakat tersebut dilakukan melalui “perwakilan” fungsi stakeholder, dengan jalan membentuk Komite Sekolah (KS) pada setiap sekolah dan Dewan Pendidikan (DP) disetiap kabupaten/kota.

DP-KS sedapat mungkin bisa merepresentasikan keragaman yang ada agar benar-benar dapat mewakili masyarakat. Dengan demikian, interaksi antara sekolah dan masyarakat dapat diwujudkan melalui mekanisme pengambilan keputusan antara sekolah dengan Komite Sekolah, dan interaksi antara para pejabat pendidikan di pemerintah kabupaten/kota dengan Dewan Pendidikan. Dalam fungsi yang melekat pada DP dan KS, yaitu fungsi pemberi pertimbangan dalam pengambilan keputusan, fungsi control dan akuntabilitas public, fungsi pendukung

(supports), serta fungsi mediator antara sekolah dengan masyarakat yang diwakilinya.

Kemandirian setiap satuan pendidikan adalah salah satu sasaran dari kebijakan desentralisasi pendidikan sehingga sekola menjadi lembaga yang otonom dengan sendirinya. Namun, tentu saja pergeseran menuju sekolah yang otonom adalah jalan panjang sehingga memerlukan berbagai kajian serta perencanaan yang hati-hati serta mendalam. Jalan panjang ini tidak selalu mulus, tetapi akan menempuh jalan terjal yang penuh dengan racun dan duri. Orang bisa saja mengatakan bahwa paradigma baru untuk mewujudkan pengelolaan pendidikan yang demokratis dan partisipatif, tidak dapat dilaksanakan di dalam suatu lingkungan birokrasi yang tidak demokratis. Namun, pengembangan demokratisasi pendidikan tidak harus menunggu birokrasinya menjadi demokratis dulu, tetapi harus dilakukan secara simultan dengan konsep yang jelas dan transparan.

Palaksanaan desentralisasi pendidikan sebaiknya tidak dilakukan melalui suatu mekanisme penyerahan “kekuasaan birokrasi” dari pusat ke daerah, karena kekuasaan telah terbukti gagal dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu. Melalui strategi “desentralisasi pemerintahan dibidang pendidikan”, kemdikbud tidak hanya berkepentingan dalam mengembangkan kabupaten/kota dalam mengelola pendidikan, tetapi juga berkepentingan dalam mewujudkan otonomi satuan pendidikan, Kemdikbud memiliki keleluasaan untuk membangun kapasitas setiap penyelenggara pendidikan, yaitu sekolah.

Sedangkan Madrasah dan perguruan tinggi agama belum diberikan otonomi secara keseluruhan, karena memang Kementerian Agama tidak masuk dalam otonomi Daerah. MBS mengembangkan satuan pendidikan secara otonom karena adalah pihak yang

134 Jurnal SAINTIKOM Vol. 12, No. 1, Januari 2013

Ahmad Calam dkk, Reformasi manajemen Upaya penerapan total Quality .............

paling mengetahui operational pendidikan. Sesuai dengan strategi ini, sekolah bukan bawahan dari birokrasi pemerintah daerah, tetapi sebagai lembaga profesional yang bertanggung jawab terhadap klien atau stakeholder yang diwakili oleh Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tidak diukur dari pendapat para birokrat, tetapi dari kepuasan masyarakat atau stakeholder. Fungsi pemerintah adalah fasilitator untuk mendorong sekolah agar berkembang menjadi lembaga profesional dan otonom sehingga mutu pelayanan mampu memberi kepuasan terhadap komunitas basisnya, yaitu masyarakat.

Peran dan fungsi dewan pendidikan dan Komite Sekolah tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan manajemen pendidikan ditingkat sekolah. Beberapa aspek manajemen yang secara langsung dapat diserahkan sebagai urusan yang menjadi kewenangan tingkat sekolah adalah sebagai berikut: Pertama, menetapkan visi, misi, strategi, tujuan, logo, lagu dan tata tertib sekolah. Urusan ini amat penting sebagai modal dasar yang harus dimiliki sekolah. Jika masa lalu sekolah lebih dipandamg sebagai lembaga birokrasi yang selalu menunggu perintah dan petunjuk dari atas, dalam era otonomi daerah ini sekolah harus telah memiliki kesadaran untuk menentukan jalan hidupnya sendiri.

Dalam hal ini,sekolah harus menjalin kerjasama sebaik mungkin dengan orang tua dan masyarakat sebagai mitra kerjaa. Bahkan dalam menyusun program kerja sebagai penjabaran lebih lanjut dari visi, misi, strategi dan tujuan sekolah tersebut, orang tua dan masyarakat yang tergabung dalam Komite Sekolah serta seluruh warga sekolah harus dilibatkan secara aktif dalam menyusun program kerja sekolah dan sekaligus lengkap dengan Rencana Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), Kedua, memiliki

kewenangan dalam penerimaan siswa baru sesuai dengan ruang kelas yang tersedia, fasilitas yang ada, jumlah guru dan tenaga administratif yang dimiliki. Berdasarkan sumber daya pendukung yang dimilikinya, sekolah secara bertanggung jawab harus dapat menentukan sendiri jumlah siswa yang akan diterima, syarat siswa yang akan diterima dan persyaratan lain yang terkait. Beberapa ketentuan yang ditetapkan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota tentu saja perlu mendapatkan pertimbangan secara bijak, Ketiga, menetapkan kegiatan imtrakurikuler dan ekstrakurikuler yang akan diadakan dan dilaksanakan oleh sekolah. Dalam hal ini dengan mempertimbangkan kepentingan daerah dan masa depan lulusannya, sekolah perlu diberikan kewenangan untuk melaksanakan kurikulum nasional dengan kemungkinan menambah atau mengurangi muatan kurikulum dengan meminta pertimbangan kepada Komite Sekolah. Kurikulum muatan lokal ,misalnya dalam mengambil kebijakan untuk menambah mata pelajaran seperti Bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya, ilmu computer dan sebagainya.

Kebijakan tersebut diambil setelah meminta pertimbangan dari Komite Sekolah, termasuk resiko anggaran yang diperlukannya. Dalam kaitannya dengan penetapan kegiatan ekstrakurikuler, sekolah juga harus meminta pendapat siswa dalam menentukan kegiatan ekstrakurikuler yang akan diadakan oleh sekolah. Oleh karena itu, sekolah dapat melakukan pengelolaan biaya operasional sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah Kabupaten/Kota maupun dari masyarakat secara mandiri. Untuk mendukung program sekolah yang telah disepakati oleh Komite Sekolah diperlukan ketepatan waktu dalam pencairan dana dari pemerintah kabupaten/kota.

Oleh karena itu, praktik birokrasi yang menghambat kegiatan sekolah harus

Jurnal SAINTIKOM Vol. 13, No. 2, Mei 2013 13

Ahmad Calam, dkk, Reformasi Manajement Upaya Penerapan Total Quality...........

dikurangi, Keempat, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, termasuk buku pelajaran dapat diberikan kepada sekolah, dengan memperhatikan standar dan ketentuan yang ada. Misalnya buku murid tidak seenaknya diganti oleh sekolah atau buku yang akan dibeli oleh sekolah adalah yang telah lulus penilaian.

Pada masa sentralisasi pendidikan, proses pembelajaran diatur secara rinci dalam kurikulum nasional. Dalam era otonomi daerah, kurikulum nasional menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sekarang terintegrasi dalam kurikulum 2013 yang menekankan pada aspek afektif. Dengan Kurikulum ini, diharapkan para guru tidak akan terpasung lagi kreativitasnya dalam melaksanakan dan mengembangkan pembelajaran dan Ketujuh, pengukuran konsep Reformasi Manajemen dilakukan secara edukatif dengan Ujian (mulai dari ujian harian, semester, sekolah dan nasional), secara kelembagaan dengan Akreditasi dan secara procedural pengelolaan melalui Sistem Penjaminan Mutu.

3. Memadukan konsep dasar TQM dengan Tujuan Pendidikan Islam

Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam adalah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan harus menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah dengan beribadah kepada Allah.

Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah adalah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat 56:“Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.

Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada

menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat.

Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang Islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.

Ibadah adalah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.

Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :1. Tujuan yang berkaitan dengan individu,

mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.

2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.

3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, seni profesi dan kegiatan masyarakat.

Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan Islam menjadi;1. Pembinaan akhlak.2. Menyiapkan anak didik untuk hidup

didunia dan akhirat.3. Penguasaan ilmu.4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.

Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan Islam dapat diperinci menjadi:

134 Jurnal SAINTIKOM Vol. 12, No. 1, Januari 2013

Ahmad Calam dkk, Reformasi manajemen Upaya penerapan total Quality .............

1. Tujuan keagamaan.2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.3. Tujuan pengajaran kebudayaan.4. Tujuan pembicaraan kepribadian.

Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan Islam menjadi:1. Bahagia di dunia dan akhirat.2. menghambakan diri kepada Allah.3.Memperkuat ikatan keislaman dan melayani

kepentingan masyarakat islam.4. Akhlak mulia.

Beberapa konsep dasar tujuan pendidikan Islam yang dikemukakan oleh para ahli, yang menekankan bahwa tujuan pendidikan Islam lebih mengarah kepada implementasi “Amal” dan penguatan diri. Maka 11 prinsip dasar dalam TQM pada dasarnya adalah merupakan bentuk amal dan penguatan diri, seperti; Fokus Pada Pelanggan, Obsesi terhadap Kualitas, Pendekatan Ilmiah, komitmen jangka panjang, Kerjasama Tim (Teamwork), perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, Kebebasan yang Terkendali, kesatuan tujuan, Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Pegawai dan profesionalisme.

F. SIMPULANDalam MMT sekolah dipahami sebagai

Unit Layanan Jasa, yakni pelayanan pembelajaran. Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah) adalah: 1. Pelanggan internal: guru, pustakawan,

laboran, teknisi dan tenaga administrasi2. Pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan

primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha)

Peningkatan kualitas merupakan salah satu prasyarat agar kita dapat memasuki era

globlalisasi yang penuh dengan persaingan. Untuk itu peningkatan kualitas layanan merupakan salah satu cara dalam meningkatkan mutu pendidikan agar dapat survive dalam era global. Secara langsung peningkatan kinerja suatu lembaga pendidikan akan berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan pelanggan eksternal ataupun internal.

Pelaksanaan TQM yang baik harus memenuhi unsur-unsur dalam TQM diantaranya: 1. fokus pada pelanggan 2. obsesi terhadap kualitas 3. pendekatan ilmiah 4. komitmen jangka panjang 5. kerja sama tim 6. perbaikan sistem secara berkesinambungan7. pendidikan dan pelatihan 8. kebebasan yang terkendali 9. kesatuan tujuan 10. adanya keterlibatan dan pemberdayaan

pegawai.

Apabila unsur-unsur tidak dilaksanakan dengan maksimal maka akan timbul beberapa kendala yang pada akhirnya akan mengakibatkan kegagalan dalam mutu pendidikan.

Sebagai seorang guru di lingkungan sekolah melaksanakan kewajiban yaitu mengajar siswa dengan baik selain itu juga mendidik siswa dengan benar. Mengikuti aturan yang ada sesuai dengan sistem pendidikan yang meliputi segala hal dalam pendidikan. Berfikir untuk memecahkan masalah yang ada sehingga kendala-kendala yang ada menjadi tidak terlalu berarti. Kendala yang paling utama dalam pelaksanaan TQM adalah adanya pelaksanaan TQM yang dilakukan secara menengah, berarti pihak di sekolah tidak mengerti perannya di sekolah sehingga tidak dapat melakukan tugas dan fungsinya dengan baik dan benar.

Jurnal SAINTIKOM Vol. 13, No. 2, Mei 2013 15

Ahmad Calam, dkk, Reformasi Manajement Upaya Penerapan Total Quality...........

DAFTAR PUSTAKA

Atmodiwirio, Soebagio. 2002. Manajemen Pelatihan. Jakarta: Ardadizya JayaBaldrige National Quality Progra.

Baldrige, Hardjosoedarmo, Sowarsono. 2004. Total Quality Management. Yokyakarta: Andi.

Fandy. 2001. TQM. Yogyakarta: AndiUmar.

Husein. 1999. Riset sumber daya manusia dalamorganisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka UtamaWahyuni.

Ismanto. 2009. Manajemen Syari’ah Implementasi TQM dalam Lembaga Keuangan Syari’ah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moenir. 2005. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Nur Uhbiyati. 1998. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Salis, Edward. 2012. Total Quality Management in Education. USA: Stylus Publishing Inc 22883 Quicksilver Drive Sterling VA 20166–2012.

Slamet, Margono. 1994. Manajemen Mutu Terpadu dan Perguruan Tinggi Bermutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tafsir,Ahmad. 2001. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tjiptono, Fandy. 1999. Aplikasi TQM dalam Manajemen Perguruan Tinggi, Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta: Depdiknas.

Tobroni. 2005. The Spiritual Leadership: engefektifan Organisasi Noble Industry.

Melalui Prinsip-prinsip Spiritual Etis. Malang: UMM Press.

134 Jurnal SAINTIKOM Vol. 12, No. 1, Januari 2013