file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan...

27
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2004 di Indonesia telah dilaksanakan pemilihan umum sebanyak sepuluh kali, yaitu dimulai tahun 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009. Jumlah kontestan partai partai politik dalam pemilihan disetiap tahunya tidak selalu sama, kecuali pada pemilu tahun 1977 sampai 1997. Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Di tengah masyarakat, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali. 1

Transcript of file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan...

Page 1: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejak proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2004 di Indonesia telah dilaksanakan

pemilihan umum sebanyak sepuluh kali, yaitu dimulai tahun 1987, 1992, 1997, 1999, 2004,

2009. Jumlah kontestan partai partai politik dalam pemilihan disetiap tahunya tidak selalu

sama, kecuali pada pemilu tahun 1977 sampai 1997.

Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota

lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah

amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres),

yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga

pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan

pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai

bagian dari rezim pemilu. Di tengah masyarakat, istilah "pemilu" lebih sering merujuk

kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan setiap 5

tahun sekali.

Namun dalam Pemilu dan Pemilu Kada di Indonesia terjadi banyak kecurangan dan

masalah hukum yang terjadi sejak orde lama hingga demokrasi sekarang ini. Oleh karena itu,

kami tertarik untuk mengambil tema dan pokok permasalahan tentang pelaksanaan pemilu di

Indonesia yang telah carut-marut,

1

Page 2: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud pemilu itu?

2. Apa saja syarat pelaksanaan pemilu?

3. Apa saja dasar hokum diadakannya pemilu?

4. Apa tujuan diselenggarakannya pemilu?

5. Bagaimana pelaksanaan pemilu di Indonesia?

6. Masalah apa saja yang timbul saat pemilu dilaksanakan?

7. Apa solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat pemilu?

C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian pemilu

2. Mengetahui syarat pelaksanaan pemilu

3. Mengetahuin dasar hokum dan asas pemilu yang berlaku di Indonesia

4. Mengetahui tujuan diadakannya pemilu

5. Mengetahui pelaksanaan pemilu di Indonesia

6. Mengetahui masalah-masalah yang timbul saat pemilu

7. Mencari solusi untuk masala-masalah yang terjadi

2

Page 3: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMILU

Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan

rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (Pasal 1 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2008 tentang

Pemilu )

Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak

memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby

dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat

dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda

banyak juga dipakaioleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik.

Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada

merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa

kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari

pemungutan suara.

Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu

ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah

ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.

3

Page 4: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

Dalam melaksanankan pemilu ada beberapa system yang digunakan, yaitu system

pemilihan mekanis dan system organis.

1. System pemilihan mekanis

a. System distrik

System pemilihan dimana warga Negara terbagi dalam daerah-daerah bagian

(distrik) pemilihan yang jumlahnya sama dengan anggota badan perwakilan

rakyat yang dikehendaki.( setian distrik satu wakil)

b. Sistem proporsional

Merupakan system pemilihan berdasarkan presentasi kursi parlemen yang akan

dibagikan pada partai politik.

2. System organis

Partai politik tidak perlu dikembangkan, karena pemilihan diselenggarakan dan

dipimpin oleh masing-masing persekutuan hidup lungkungannya sendiri.

(Dra. Rinta Rihayani S., 2009)

B. SYARAT PENYELENGGARAAN PEMILU

1. Adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara untuk menggunakan hak

pilihnya (aktif dan pasif)

2. Adanya kesempatan, perlakuan serta kemandirian yang sama bagi setiap kontestan untuk

memenangkan pemilu, mengajukan calon, berkampanye dan menggunakan sarana

komunikasi

3. Adanya kemandirian dari lemnbaga pemilu yang independen (masyarakat, parpol, KPU)

(Dra. Rinta Rihayani S., 2009)

4

Page 5: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

C. TUJUAN PEMILU

1. Menyeleksi para pemimpin dan alternative kebijakan umum

2. Memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat ke lembaga-lembaga perwakilan

3. Memobilitas dukungan rakyat terhadap Negara

4. Melaksanakan kedaulatan rakyat

5. Perwujudan HAM

6. Memilih wakil rakyat

7. Menjamin kesinambungan pembangunan nasional

(Dra. Rinta Rihayani S., 2009)

D. DASAR HUKUM TENTANG PEMILU

I. DASAR HUKUM PEMILU

a) Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen IV Tahun 2002

Bab VIIB Tentang Pemilihan umum Pasal 22 E

1. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan

adil setiap lima tahun sekali ***)

2. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memeilih anggota dewan perwakilan

rakyat, dewan perwakilan daerah, presiden dan wakil presiden dan dewan

perwakilan rakyat daerah ***)

3. Peserta pemilihan umum untuk memeilih anggota dewan perwakilan rakyat dan

anggota dewan perwakilan rakyat daerah adalah partai politik ***)

4. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota dewan perwakilan daerah adalah

perseorangan***)

5. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang

bersifat nasional, tetap dan mandiri ***)

6. Ketentuan lebih lanjut pemilihan umum diatur dengan Undang – Undang ***)

b) Menurut Undang-Undang Repubilik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 Tentang

Penyelenggara Pemilihan Umum :

5

Page 6: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

1. Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan

rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah adalah Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

3. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah Pemilu untuk memilih Presiden dan

Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila

dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Pemilu untuk memilih

kepala daerah Penyelenggara Pemilu. Agar Kode Etik Penyelenggara Pemilu dapat

diterapkan dalam penyelenggaraan pemilihan umum, dibentuk Dewan Kehormatan

KPU, KPU Provinsi, dan Bawaslu.

c) Menurut UU Pasal 19 nomor10 tahun 2008 tentang hak pilih

1. WargaNegara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap

berumur17 (tujuhbelas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin

mempunyai hak memilih.

2. WargaNegara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar oleh

penyelenggara Pemilu dalam daftar pemilih.

6

Page 7: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

II. ASAS – ASAS PEMILU

Berdasarkan Pasal 28 E ayat 1 UUD 1945, Pemilu dilaksanakan dengan cara langsung,

umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

a. Langsung

Rakyat sebagai pemilih memiliki hak untuk memberikan suaranya secara

langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara atau paksaan.

b. Umum

Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan

undang – undang ini berhak mengikuti pemilu. Pemilihan yang bersifat umum

mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua

warga negara, tanpa deskkriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis

kelamin, kedaerahan, pekerjaan, dan status social.

c. Bebas

Setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa

tekanan dan paksaan dari siapapun. Di dalam melaksanakan haknya, setiap warga

nega dijamin keamanannya sehingga dapat memmilih sesuai dengan kehendak

hati nurani dan kepentingannya.

d. Rahasia

Dalam memberikan suaranya pemilih dijamin bahwa suaranya tidak akan

diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan

suaranya pada surat suara dan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada

siapapun suaranya diberikan.

e. Jujur

Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap penyelenggara pemilu, aparat pemerintah,

peserta pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, serta semua pihak yang

terkait harus bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

f. Adil

Dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilih mendapatkan perlakuan yang

sama, serta bebas dari keccurangan pihak manapun.

7

Page 8: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

E. PELAKSANAAN PEMILU DI INDONESIA

1. PEMILU ORDE LAMA

Pada masa sesudah kemerdekaan, Indonesia menganut sistem multi partai yang ditandai

dengan hadirnya 25 partai politik. Hal ini ditandai  dengan Maklumat Wakil Presiden No.

X tanggal 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.

Menjelang Pemilihan Umum 1955 yang berdasarkan demokrasi liberal bahwa jumlah

parpol meningkat hingga 29 parpol dan juga terdapat peserta perorangan. Pemilu pertama

dilangsungkan pada tahun 1955 dan bertujuan untuk memilih anggota-anggota DPR dan

Konstituante. Pemilu ini seringkali disebut dengan Pemilu 1955, dan dipersiapkan di

bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo

mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang

oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.

Sesuai tujuannya, Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan

pada tanggal 29 September 1955, dan diikuti oleh 29 partai politik dan individu,

Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Tahap ini

diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955.

Berikut hasil Pemilu 1955:

1. Partai Nasional Indonesia (PNI) - 8,4 juta suara (22,3%)

2. Masyumi - 7,9 juta suara (20,9%)

3. Nahdlatul Ulama - 6,9 juta suara (18,4%)

4. Partai Komunis Indonesia (PKI) - 6,1 juta suara (16%)

Pada masa diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sistem kepartaian

Indonesia dilakukan penyederhanaan dengan Penpres No. 7 Tahun 1959 dan Perpres No.

13 Tahun 1960 yang mengatur tentang pengakuan, pengawasan dan pembubaran partai-

8

Page 9: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

partai.  Kemudian pada tanggal 14 April 1961 diumumkan hanya 10 partai yang

mendapat pengakuan dari pemerintah, antara lain adalah sebagai berikut: PNI, NU, PKI,

PSII, PARKINDO, Partai Katholik, PERTI MURBA dan PARTINDO. Namun, setahun

sebelumnya pada tanggal 17 Agustus 1960, PSI dan Masyumi dibubarkan.

Dengan berkurangnya jumlah parpol dari 29 parpol menjadi 10 parpol tersebut, hal

ini tidak berarti bahwa konflik ideologi dalam masyarakat umum dan dalam kehidupan

politik dapat terkurangi. Untuk mengatasi hal ini maka diselenggarakan pertemuan parpol

di Bogor pada tanggal 12 Desember 1964 yang menghasilkan "Deklarasi Bogor."

(Perpus, 2011)

2. PEMILU ORDE BARU

            Orde Baru dikukuhkan dalam sebuah sidang MPRS yang berlangsung pada Juni-

Juli 1966. diantara ketetapan yang dihasilkan sidang tersebut adalah mengukuhkan

Supersemar dan melarang PKI berikut ideologinya tubuh dan berkembang di Indonesia.

Menyusul PKI sebagai partai terlarang, setiap orang yang pernah terlibat dalam aktivitas

PKI ditahan. Sebagian diadili dan dieksekusi, sebagian besar lainnya diasingkan ke pulau

Buru. Pada masa Orde Baru pula pemerintahan menekankan stabilitas nasional dalam

program politiknya dan untuk mencapai stabilitas nasional terlebih dahulu diawali dengan

apa yang disebut dengan konsensus nasional. Ada dua macam konsensus nasional, yaitu :

1.      Pertama berwujud kebulatan tekad pemerintah dan masyarakat untuk melaksanakan

Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Konsensus pertama ini disebut

juga dengan konsensus utama.

2.      Sedangkan konsensus kedua adalah konsensus mengenai cara-cara melaksanakan

konsensus utama. Artinya, konsensus kedua lahir sebagai lanjutan dari konsensus utama

dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Konsensus kedua lahir antara pemerintah

dan partai-partai politik dan masyarakat.

Pemilu berikutnya diselenggarakan pada tahun 1971, tepatnya pada tanggal 5 Juli

1971. Pemilu ini adalah Pemilu pertama setelah orde baru, dan diikuti oleh 9 Partai

9

Page 10: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

politik dan 1 organisasi masyarakat. Lima besar dalam Pemilu ini adalah Golongan

Karya, Nahdlatul Ulama, Parmusi, Partai Nasional Indonesia, dan Partai Syarikat Islam

Indonesia.

Pada tahun 1975, melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai

Politik dan Golkar, diadakanlah fusi (penggabungan) partai-partai politik, menjadi hanya

dua partai politik (yaitu Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia)

dan satu Golongan Karya

Pemilu-Pemilu berikutnya dilangsungkan pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan

1997. Pemilu-Pemilu ini diselenggarakan dibawah pemerintahan Presiden Soeharto.

Pemilu-Pemilu ini seringkali disebut dengan "Pemilu Orde Baru". Sesuai peraturan Fusi

Partai Politik tahun 1975, Pemilu-Pemilu tersebut hanya diikuti dua partai politik dan

satu Golongan Karya. Pemilu-Pemilu tersebut kesemuanya dimenangkan oleh Golongan

Karya.

Dari hasil pemilu pada masa orde baru tersebut, terlihat ada kejanggalan-

kejanggalan yang terjadi yaitu semua pemilu yang dilaksanakan selalu dimenangkan oleh

partai Golongan Karya dan presiden yang terpilih adalah Soeharto. Sehingga pada

tahun1998 terjadi reformasi yang meminta dilenengserkannya Soeharto. Mundurnya

Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda akhirnya Orde

Baru, untuk kemudian digantikan "Era Reformasi".Masih adanya tokoh-tokoh penting

pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering membuat

beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era

Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca Orde Baru".

3. PEMILU REFORMASI

Berakhirnya rezim Orde Baru, telah membuka peluang guna menata kehidupan

demokrasi. Reformasi politik, ekonomi dan hukum merupakan agenda yang tidak bisa

ditunda. Demokrasi menuntut lebih dari sekedar pemilu. Demokrasi yang mumpuni harus

dibangun melalui struktur politik dan kelembagaan demokrasi yang sehat. Namun

10

Page 11: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

nampaknya tuntutan reformasi politik, telah menempatkan pelaksanan pemilu menjadi

agenda pertama.

Pemilu pertama di masa reformasi hampir sama dengan pemilu pertama tahun

1955 diwarnai dengan kejutan dan keprihatinan. Pertama, kegagalan partai-partai Islam

meraih suara siginifikan. Kedua, menurunnya perolehan suara Golkar. Ketiga, kenaikan

perolehan suara PDI P. Keempat, kegagalan PAN, yang dianggap paling reformis,

ternyata hanya menduduki urutan kelima. Kekalahan PAN, mengingatkan pada

kekalahan yang dialami Partai Sosialis, pada pemilu 1955, diprediksi akan memperoleh

suara signifikan namun lain nyatanya.

Pemilu pertama setelah runtuhnya orde baru, yaitu Pemilu 1999 dilangsungkan

pada tahun 1999 (tepatnya pada tanggal 7 Juni 1999) di bawah pemerintahan Presiden BJ

Habibie dan diikuti oleh 48 partai politik.

Walaupun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan meraih suara terbanyak

(dengan perolehan suara sekitar 35 persen), yang diangkat menjadi presiden bukanlah

calon dari partai itu, yaitu Megawati Soekarnoputri, melainkan dari Partai Kebangkitan

Bangsa, yaitu Abdurrahman Wahid (Pada saat itu, Megawati hanya menjadi calon

presiden). Hal ini dimungkinkan untuk terjadi karena Pemilu 1999 hanya bertujuan untuk

memilih anggota MPR, DPR, dan DPRD, sementara pemilihan presiden dan wakilnya

dilakukan oleh anggota MPR.

Walaupun pengesahan hasil Pemilu 1999 sempat tertunda, secara umum proses

pemilu multi partai pertama di era reformasi jauh lebih Langsung, Umum, Bebas dan

Rahasia (Luber) serta adil dan jujur dibanding masa Orde Baru. Hampir tidak ada

indikator siginifikan yang menunjukkan bahwa rakyat menolak hasil pemilu yang

berlangsung dengan aman. Realitas ini menunjukkan, bahwa yang tidak mau menerima

kekalahan, hanyalah mereka yang tidak siap berdemokrasi, dan ini hanya diungkapkan

oleh sebagian elite politik, bukan rakyat.

Pemilu 2004, merupakan pemilu kedua dengan dua agenda, pertama memilih

anggota legislatif dan kedua memilih presiden. Untuk agenda pertama terjadi kejutan,

yakni naiknya kembali suara Golkar, turunan perolehan suara PDI-P, tidak beranjaknya

11

Page 12: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

perolehan yang signifikan partai Islam dan munculnya Partai Demokrat yang melewati

PAN.

Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama di mana para peserta dapat memilih

langsung presiden dan wakil presiden pilihan mereka. Dalam pemilihan presiden INI

diikuti lima kandidat, yakni Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarno Putri,

Wiranto, Amin Rais dan Hamzah Haz. Pilpres ini dilangsungkan dalam dua putaran,

karena tidak ada pasangan calon yang berhasil mendapatkan suara lebih dari 50%.

Putaran kedua digunakan untuk memilih presiden yang diwarnai persaingan antara

Yudhoyono dan Megawati yang akhirnya dimenangi oleh pasangan Yudhoyono-Jusuf

Kalla

Pergantian kekuasaan berlangsung mulus dan merupakan sejarah bagi Indonesia

yang belum pernah mengalami pergantian kekuasaan tanpa huru-hara. Satu-satunya cacat

pada pergantian kekuasaan ini adalah tidak hadirnya Megawati pada upacara pelantikan

Yudhoyono sebagai presiden.

Pilpres 2009 diselenggarakan pada 8 Juli 2009. Pasangan Susilo Bambang

Yudhoyono-Boediono berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran langsung dengan

memperoleh suara 60,80%, mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo

Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.

F. MASALAH DALAM PEMILU

1. Meningkatnya golongan golput dimasyarakat

Golput adalah wujud apriori rakyat, sebagai suatu mosi tidak percaya terhadap

Parpol maupun Capres/Cawapres peserta Pemilu atau para kandidat yang berlaga dalam

Pilkada. Ataupun memahami Golput sebagai basis perkembangan dan pertahanan

demokrasi radikal.Alasan terjadinya golput pertama, adalah orang yang secara sadar

memilih untuk tidak memilih. Termasuk di dalamnya adalah kelompok pemilih cerdas

yang mungkin karena pengalaman pahitnya dengan Pemilu atau Pilkada, maka dia

memilih Golput. Beberapa diantaranya adalah sebagai bentuk protes sosial yang

disebabkan, antara lain, karena tingkat kepercayaannya yang rendah terhadap

penyelenggara Negara, kesulitan hidup yang dialaminya dan lain sebagainya.Umumnya

12

Page 13: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

pemilih seperti ini berada di daerah perkotaan. Sehingga sampai atau tidak sampai

sosialisasi Pemilu, terdaftar atau tidak terdaftar dia sebagai pemilih, tidak banyak

mempengaruhi keputusannya itu. Meski mungkin tidak sedikit, tetapi jumlah pemilih

seperti ini juga tidak terlalu banyak.Kedua, adalah kelompok pemilih yang tidak terdaftar.

Mereka sebenarnya punya minat untuk menggunakan hak suaranya tapi tidak terdaftar

sebagai pemilih hingga secara otomatis mereka masuk ke daftar Golput karena tidak

dapat menyumbangkan suaranya.Penyebab masalah ini adalah hal-hal teknis pendataan

pemilihan yang disebabkan pendatan kita dan mungkin keterbatasan lainnya. Kelemahan

inilah yang sering di jadikan isu yang di usung para Parpol atau para Caleg untuk

mengklaim suara konstituennya yang tidak terdaftar. Tidak jarang pula masalah ini

menuai konflik. Namun karena sifatnya yang sangat politis, sering kali kebenaran dari

data pemilihan yang tidak terdaftar ini menjadi kabur.Ketiga, adalah orang yang terpaksa

tidak memilih karena kesibukannya. Sering kali orang yang tidak bisa meninggalkan

pekerjaannya atau orang yang sedang perjalanan keluar daerah. Untuk memilih bagi

mereka adalah hal yang sulit dan memerlukan waktu ekstra karena itu hak memilih sering

diabaikan.Keempat, adalah suara tidak sah. Sebetulnya mereka adalah orang yang sudah

memberikan suaranya dan berpartisipasi dalam pemilihan. Hal teknis seperti kesalahan

dalam mencoblos membuatnya menjadi tidak punya suara karena pemilihannya di

batalkan. (DR. Drs. H. Ramli, 2009)

2. Adanya pengelembungan daftar pemilih tetap

Berbagai cara dilakukan oleh para kandidat untuk memnangkan pemilu salah satunya

dengan penggelembungan daftar pemilih tetap. Masalah DPT terjadi di beberapa daerah

atau sebagian besar daerah di Indonesia atau bahkan diseluruh Indonesia dan kemudian

banyak pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan penggelembungan DPT sehingga bisa

menjadi stimulan untuk menjadi pemicu konflik.

Kisruh masalah DPT akhirnya masuk ke wilayah politik DPR. Hak angket digunakan

untuk membedah kesemrawutan daftar tersebut. Sebanyak 22 anggota DPR dari enam fraksi

menggunakan hak konstitusional mereka untuk mempersoalkan kesemrawutan DPT (Daftar

Pemilih Tetap). Mereka menilai bahwa pemerintah ikut bertanggung jawab atas hilangnya

13

Page 14: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

hak pilih warga negara dalam pemilu legislatif 9 April 2009 yang lalu. Langkah politik DPR

ini sangat masuk akal manakala langkah hukum atas hilangnya hak pilih warga negara belum

menemukan salurannya. Pengaduan warga negara ke kepolisian belum mendapatkan

tanggapan memadai. Padahal, hilangnya hak pilih warga negara adalah pelanggaran hak asasi

manusia yang diatur dalam Konstitusi UUD 1945 dan Kovenan Internasional Hak Sipil dan

Politik. (Rencana, 2009)

Adalah suatu kenyataan bahwa hingga kini belum ada pihak yang bertanggung jawab atas

kesemrawutan DPT (Daftar Pemilih Tetap). Komisi Pemilihan Umum yang kewenangannya

turun dari konstitusi menolak untuk bertanggung jawab, sementara Departemen Dalam

Negeri menimpakan tanggung jawab kepada KPU. Pada akhirnya, rakyat ditempatkan

sebagai pihak yang ikut bersalah karena tidak mau mengecek Daftar Pemilih Sementara

(DPS) serta aktif mendaftarkan diri. Kecurangan Pemilu melalui manipulasi DPT atau

electoral fraud merupakan pelanggaran HAM Pasal 25 Kovenan Internasional Hak Sipil dan

Politik. Hal ini adalah indikasi pengurangan integritas masyarakat. Suatu hal kritis yang telah

memaksa BAWASLU (Badan Pengawas Pemilu) menyatakan perlunya suatu pemungutan

suara ulang. Kecuarangan tersebut sudah tidak mungkin dipermaklumkan sebagai kesalahan

yang tidak bisa dihindari. Kelemahan administrasi penyelenggaraan Pemilu sudah semakin

terlihat sebagai bentuk lain dari strategi pemenangan dengan medium pemilu. (Putri, 2009)

3. System pehitungan hasil pemilu

Di era globalisasi seperti sekarang ini Indonesia memilih cara yang manual untuk

menghitung hasil pemilihan umum. Sistem ini memperlama pengumuman hasil pemilihan

umum , para perancang Undang-undang Pemilu di negara kita ini benar-benar tidak mau

mempercayai teknologi. Buktinya, Indonesia tetap memilih menggunakan hitungan manual

di abad informasi saat ini. Hitungan secara eletronik diperkenankan, tetapi yang menjadi

patokan tetap hitungan manual yang yang hasilnya bisa memakan waktu satu bulan. Padahal

selain masalah waktu yang jika dinilai dengan uang adalah sulit, penggunaan IT juga akan

memangkas biaya secara signifikan –tentu dengan catatan jika dibuat dengan benar.Oleh

sebab itu, tidak berlebihan kiranya jika bangsa Indonesia mulai memikirkan untuk

menggunakan IT dalam pemungutan suara di tahun 2014 seperti yang telah dilakukan oleh

banyak negara maju di dunia. Penggunaa IT dalam pemilu berikutnya bukan hanya

14

Page 15: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

membicarakan masalah waktu dan biaya, namun juga sesuatu yang lebih penting yakni

masalah transparansi hasil Pemilu.

4. Kekurangan Surat Suara

Hal ini biasanya disebabkan karena kurangnya koordinasi antara pihak TPS dengan pihak

penyelenggara PEMILU. Kekurangan surat suara cukup merepotkan, apalagi jika hal ini baru

disadari pada saat hari dilaksanakannya PEMILU.

5. Pembagian Form C-4 Tidak Merata

Sehari sebelum pelaksanaan PEMILU, ada warga yang protes karena tidak mendapatkan

Form C-4. Warga tersebut protes karena merasa tidak bisa menyalurkan hak pilihnya pada

saat PEMILU. Sebenarnya, pemilih tidak diwajibkan membawa Form C-4 tersebut asalkan

namanya sudah benar-benar terdaftar dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap). Bagi warga yang

tidak mendapatkan Form C-4, tetap bisa melakukan pencontrengan dengan menunjukkan

kartu identitas diri, baik itu berupa KTP, SIM, dll.

6. Ukuran Surat Suara yang Terlalu Besar

Masalah ini saya rasakan sendiri. Saat membuka surat suara, ternyata ukurannya sangat

besar dan lebar sehingga cukup menyulitkan pemilih dalam mencontreng karena biliknya

cukup kecil. Mungkin masalah ini bisa diatasi dengan memperkecil surat suara atau

memperbesar ukuran bilik.

7. Pemilih yang Buta Huruf

Masalah yang satu ini memang sulit untuk dihindari terutama untuk PEMILU yang

diadakan di pelosok desa. Surat suara yang hanya dipenuhi nama-nama calon tanpa foto

cukup menyulitkan para penyandang buta huruf. Hal ini tidak jarang membuat mereka

memilih sembarang calon. (Alexander Sirait, 2009)

8. Pencontrengan yang dilakukan lebih dari 1 (satu) kali

9. Money politic yang dilakukan salah satu caleg untuk mencari simpati rakyat.

10. Pelanggaran administratif

15

Page 16: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

Yaitu pelanggaran tentang tata cara atau tahapan Pemilu. Jenis pelanggaran ini ditangani oleh

KPU akan tetapi cenderung kurang maksimal dijalankan

11. Pelanggaran pidana

Pelanggaran ini merupakan wilayah dengan penyelesian “criminal justice system” yang

melibatkan pihak Kepolisian, Kejaksaan, atau Pengadilan serta ditambah bawaslu atau

Panwaslu

12. Sengketa Pemilu

Yaitu sengketa antar peserta Pemilu yang selama ini kurang menonjol karena faktanya jarang

sekali terjadi sengketa antar peserta Pemilu diluar masalah hasil Pemilu dan Tindak Pidana

Pemilu

13. Perselisihan hasil Pemilu

Yang merupakan domain Mahkamah Konstitusi (MK).

G. SOLUSI MASALAH YANG TIMBUL SAAT PEMILU

1. Melakukan sosialisasi pentingnya pemilu dan cara-cara pemilu

2. Menyeleksi kandidat dalam pemilu dengan hati-hati dan dengan seksama sesuai dengan

prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menghindari adanya

money politic

3. Menyeleksi anggota KPU

4. Melakukan pendataan DPT secara menyeluruh

5. Memenfaatkan teknologi di era global ini agar perhitungan suara sesuai dengan hasil

yang ada

16

Page 17: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilu adalah sarana pelaksanaan

kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) UU No.

10 Tahun 2008. Pelaksanaan pemilu diatur dalam UUD 1945 Hasil Amandemen IV Tahun

2002 Bab VIIB Tentang Pemilihan umum Pasal 22 E, Undang-Undang Repubilik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, UU Pasal 19 nomor10

tahun 2008 tentang hak pilih, dan asas pemilu diatur dalam Pasal 28 E ayat 1 UUD 1945.

Indinesia telah melakukan sepuluh kali pemilu, yaitu pada tahun 1955, 1971,1977,1982,

1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009. Pelaksanaaan pemilu di Indonesia mengalami beberapa

kendala sejak masa orde lama, tetapi memuncaknya pada tahun 2009. Permasalahan-

permasalahan yang terjadi antara lain meningkatnya golongan golput dimasyarakat, adanya

pengelembungan daftar pemilih tetap, system pehitungan hasil pemilu, kekurangan surat

suara, pembagian form C-4 tidak merata, ukuran surat suara yang terlalu besar, pemilih yang

buta huruf, pencontrengan yang dilakukan lebih dari 1 (satu) kali, money politic yang

dilakukan salah satu caleg untuk mencari simpati rakyat, pelanggaran administratif,

pelanggaran pidana, sengketa pemilu, dan perselisihan hasil pemilu.

Solusi yang dapat diambil oleh pemerintah antara lain dengan, melakukan sosialisasi

pentingnya pemilu dan cara-cara pemilu, menyeleksi kandidat dalam pemilu dengan hati-hati

dan dengan seksama sesuai dengan prosedur dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku untuk menghindari adanya money politic, menyeleksi anggota KPU, melakukan

pendataan DPT secara menyeluruh, dan memenfaatkan teknologi di era global ini agar

perhitungan suara sesuai dengan hasil yang ada.

17

Page 18: file · Web viewSetelah amandemen keempat UUD 1945. pada 2002, pemilihan presiden. dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR ... (Pasal 1 ayat (1)

DAFTAR PUSTAKA

Alexander Sirait, R. (2009, April). Masalah-Masalah Pemilu. Retrieved November 20, 2011, from http://sebuah-blog.blodgspot.com/2009/04/malasah-masalah-pemilu-2009.html

DR. Drs. H. Ramli, M. (2009, Januari 27). Meningkatkan Partisipasi Politik Rakyat Dalam Pemilu. Retrieved November 20, 2011, from http://beritasore.com/2009/01/27/meningkatkan-partisipasi-politik-rakyat-dalam-pemilu/

Dra. Rinta Rihayani S., M. S. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: SMAN 2 Bantul.

Parawansa, K. I. (2009). Pencerdasan Demokrasi. Jakarta: Harian Seputar Indonesia.

Parawansa, K. I. (2009, April 27). Pencerdasan Demokrasi. Harian Seputar Indonesia , p. 4.

Perpus, H. A. (2011, maret 24). Retrieved November 20, 2011, from http://unnes.com

Putri, A. (2009, April 18). Terulanginya Pemilu Manipulator. Harian Kompas , p. 6.

Rencana, T. (2009, April 29). Isu DPT Masuk Parlemen. Harian Kompas , p. 6.

18