D0212039.docx · Web viewJURNAL PEMBERITAAN SIDANG PENGADILAN DUGAAN PENISTAAN TERHADAP AGAMA DI...
Transcript of D0212039.docx · Web viewJURNAL PEMBERITAAN SIDANG PENGADILAN DUGAAN PENISTAAN TERHADAP AGAMA DI...
JURNAL
PEMBERITAAN SIDANG PENGADILAN DUGAAN PENISTAAN
TERHADAP AGAMA DI MEDIA CETAK
(Analisis Framing mengenai Pemberitaan Sidang Pengadilan Dugaan Penghinaan
terhadap Surat Al-Maidah Ayat 51 oleh Basuki Tjahaja Purnama pada Koran
Harian Republika Periode Desember 2016 – Mei 2017)
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh:
ENDERA AYU LUVIANA
D0212039
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
PEMBERITAAN SIDANG PENGADILAN DUGAAN PENISTAAN
TERHADAP AGAMA DI MEDIA CETAK
(Analisis Framing mengenai Pemberitaan Sidang Pengadilan Dugaan Penghinaan
terhadap Surat Al-Maidah Ayat 51 oleh Basuki Tjahaja Purnama pada Koran
Harian Republika Periode Desember 2016 – Mei 2017)
Endera Ayu Luviana
Sri Herwindya Baskara Wijaya
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
Abstract
The case of alleged blasphemy by Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok
started from his visit to Pramuka Island, Thousand Islands, on 27 September
2016. As Governor of DKI Jakarta at that time, Ahok deliveredsome work
programs about cultivation of grouper fish.However, on the sidelines of his
speech, Ahok gave a statement that offends the content of the holy book of the Al-
Qur’an, especially the letter of Al-Maidah verse 51.Indonesia as a country with a
majority of its population is Muslim;that matter surely causes turmoil in society.
Media’s also continuouslyreporting this. Each media has its own frame in viewing
the case of alleged blasphemy by Ahok.Therefore, this study aims to obtain data
about media coverage of the alleged sanctimonious blasphemy of the Al-Qur’an
by Ahok in Daily Newspaper Republika and to explain the meaning of framing
formed from the media.
This research is a qualitative descriptive research. Media analysis
conducted in this study is a framing model by Robert N. Entman who uses four
elements, namely define problem, diagnose cause, make moral judgement,
andtreatment recommendation.
1
The result of this study is that there is framing in the news of alleged
blasphemy by Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok in Daily Newspaper
Republika.Framing made by Republika is based on two ideologies that exist in the
news; they are Islamic ideology and market ideology. Based on those ideologies,
in accordance with Republika which is one of the media companies of Islam in
Indonesia, then Republikatook a counter with Ahok and supportedhim
beingarrested in its news.
Key Words: framing, mass media, print media, religion, media
Pendahuluan
Pada bulan Oktober 2016, Indonesia dikejutkan adanya isu penistaan agama
terkait dengan beredarnya potongan video yang menampilkan Gubernur DKI
Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, sedang berpidato dalam sebuah kunjungan
kerja. Potongan berdurasi 30detik tersebut muncul pertama kali diunggah oleh
seorang warga bernama Buni Yani di akun facebook miliknya dengan judul
“Penistaan terhadap Agama?” yang disertai dengan transkripsi dari potongan
video. Potongan video ini diambil dari pidato Ahok pada tanggal 27 September
2016 saat Ahok melakukan kunjungan kerja di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu,
untuk meninjau program pemberdayaan ikan kerapu. Namun disela-sela pidato
tersebut Ahok sedikit memasukkan pembicaraan mengenai Pemilihan Gubernur
DKI Jakarta yang akan dilaksanakan pada Februari 2017 yang kemudian disertai
denga kutipan mengenai Surat Al-Maidah ayat 51.
Berlandaskan pada video pidato Ahok di Kepulauan Seribu itulah kemudian
Buni Yani memuat potongan pidato tersebut pada laman Facebook miliknya.
Transkripsi yang dituliskan Buni Yani untuk menjelaskan tentang video tersebut
sebagai berikut : “ ‘PENISTAAN TERHADAP AGAMA?’ Bapak-Ibu [pemilih
Muslim]... dibohongi Surat Al-Maidah 51... [dan] masuk neraka [juga Bapak-Ibu]
dibodohi.. Feeling saya akan terjadi sesuatu dengan video ini.”Akibat dari
unggahan inilah kemudian isu ini menjadi viral di media sosial dan menimbulkan
gejolak di masyarakat.
2
Setelah adanya desakan umat muslim melalui tiga kali aksi yang dilakukan
oleh berbagai organisasi masyarakat Islam dan juga kaum muslimin Indonesia,
maka pada tanggal 13 Desember 2016, Ahok menjalani proses sidang yang
pertama. Pada sidang tersebut Ahok mendengarkan dakwaan dari Jaksa Penuntut
Umum (JPU) yang dijatuhkan pada dirinya. JPU menuntut Ahok dengan pasal
156a KUHP dan juga pasal 28 ayat 2 UU ITE.
Eratnya nilai berita yang ada pada kasus ini, tentu saja berbagai media turut
memberitakan mengenai perkembangan kasus dugaan penistaan agama yang
dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Seperti yang diketahui
bahwasanya media memiliki peranan penting dalam bidang politik maupun
bidang lainnya.Media digunakan sebagai wadah untuk menyalurkan informasi
kepada individu maupun khalayak.Kebutuhan informasi, hiburan, pendidikan, dan
kebutuhan lainnya sering kali dapat dipenuhi dengan hanya dengan melalui
teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia.
Dalam setiap pemberitaan yang disampaikan oleh sebuah media, tentu saja
media tersebut melihat peristiwa dari sudut pandang media itu sendiri. Oleh
karena itu, selalu ada pembingkaian atau pengkonstruksian di dalam berita yang
dimuat. Framing dalam konteks penelitian komunikasi dipahamii sebagai
pendekatan yang digunakan untuk melihat konstruksi media. Jadi, untuk melihat
bagaimana berita dikonstruksi oleh media, maka digunakanlah analisis framing.
Ideologi media menjadi salah satu hal penting dalam bagaimana media
membingkai dan mengkonstruksi peristiwa yang terjadi. Oleh sebab itu, peneliti
memilih Republika sebagai media yang diteliti guna melihat bagaimana Republika
membingkai peristiwa yang terjadi sesuai dengan ideologi yang ada pada diri
Republika. Terlebih lagi, melihat pada visi-misi dan sejarah, Republika memiliki
keterikatan dengan komunitas muslim Indonesia.
Rumusan Masalah
3
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka rumusan
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana koran harian Republika mengonstruksi pemberitaan sidang
pengadilan dugaan penghinaan terhadap Surat Al-Maidah Ayat 51 oleh Gubernur
DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, pada periodeDesember 2016 sampai
dengan Mei 2017?”
Tinjauan Pustaka
1. Media Massa
Media massa dan komunikasi massa adalah dua hal yang saling
berkaitan. Frasa komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris,
mass communication, atau mass media (komunikasi media massa) yang
berarti komunikasi yang mass mediated-artinya komunikator tak dapat
bertatap langsung dengan khalayak (Mursito, 2013:16). Komunikasi
massa merupakan komunikasi yang dilakukan dengan melalui media
massa. Media massa, atau-kita sebut saja-media, merupakan dan
berfungsi sebagai sarana, forum, media, atau “wadah” bagi komunikasi
massa (Mursito, 2013:15).
Media massa juga mempunyai fungsi-fungsi lain, yaitu (Sudarman,
2008:7-8); a) Menginformasikan (to inform). Media massa
merupakan tempat untuk menginformasikan peristiwa-peristiwa yang
layak untuk diketahui oleh khalayak. Media massa adalah sumber
informasi; b) Medidik (to eduate). Tulisan di media massa dapat
mengalihkan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan
intelektual, membentuk watak dan dapat meningkatkan ketrampilan
serta kemampuan yang dibutuhkan para pembacanya; c) Menghibur
(to entertain). Media massa merupakan tempat yang dapat
memberikan hiburan atau rasa senang kepada pembacanya atau
khalayak. Menurut William S. Howell, hiburan bisa digunakan untuk
4
meredamkan ketegangan dan melunakkan potensi pertentangan atau
friksi; d) Mempengaruhi (to influence). Media massa dapat
mempengaruhi pembacanya. Baik pengaruh yang bersifat
pengetahuan (cognitive), perasaan (afektive), maupun tingkah laku
(conative).
Media massa terbagi menjadi dua jenis, ada media cetak dan media
eletronik. Media cetak merupakan media massa yang paling tua. Media
cetak sendiri ada berupa surat kabar/koran, majalah, buletin, dan lain-
lain. Jika dibandingkan dengan yang lainnya, surat kabar merupakan
media tertua. Surat kabar adalah media cetak yang diterbitkan secara
berkala berupa lembaran-lembaran kertas yang relatif lebar dan tidak
dijilid. Lembaran-lembaran tersebut memuat berita atau iklan
(Wiryawan, 2007:64)
Sebagai sebuah media massa cetak, surat kabar mempunyai
beberapa karakteristik, yaitu publisitas (publicity), periodesitas,
universalitas, aktualitas, dan terdokumentasi (Sudarman, 2008:11-12).
2. Berita
Secara bahasa, berita berasal dari Bahasa Sansekerta “vrit” yang
berarti “ada” atau terjadi. Yang kemudian dikembangkan dalam Bahasa
Inggris menjadi “write” yang berarti menulis (Sudarman, 2008:74-
75).Mursito juga menegaskan dalam bukunya (2013:81), berita adalah
realitas simbolik, realitas yang terdiri dari kata-kata yang memberntuk
kalimat, yang tersusun sistematis, terstruktur.
Ada dua “pendekatan” dalam penulisan berita, yakni penulisan
berita obyektif dan penulisan berita interpretatif. Mereka yang
menganut pedekatan obyektif beralasan bahwa berita harus sepenuhnya
berasal dari fakta di lapangan. Tidak ada intepretasi, tidak ada tambahan
fakta lain. Semetara berita interprtatif adalah berita yang bahannya dari
5
lapangan tetapi dilengkapi dengan fakta-fakta lain, baik berupa data-
data dari dokumentasi tertulis maupun peristiwa-peristiwa di masa lalu.
Berita dan peristiwa merupakan dua hal yang berbeda. Peristiwa
merupakan hal yang benar-benar terjadi pada realita, sedangkan berita
merupakan hasil pengkonstruksian pemikiran manusia akan sebuah
peristiwa. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebenarnya pembaca berita
bukanlah mempersepsikan peristiwa, akan tetapi mempersepsikan berita
mengenai sebuah peristiwa.
3. Teori Agenda Setting
Teori agenda setting pertama kali dikemukakan oleh McCombs dan
DL Shaw dalam bukunya Public Opinion Quarteley. Menurut Bungin,
asumsi teori agenda setting adalah jika media memberi tekanan pada
suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk
menganggapnya penting (Bungin, 2010:189). Dengan kata lain, isu yang
dianggap masyarakat penting disebabkan oleh media yang
menganggapnya penting.
Menuurt John Kingdon, terdapat tiga proses dalam agenda setting,
yaitu; (1) problem stream (membahas masalah yang perlu diperhatikan,
krisis yang muncul, dan konseptualisasi masalah); (2) policy stream
(kemampuan teknik terkait masalah kesiapan teknologi, pendapat
masyarakat akan solusi dari masalah); (3) political stream (unsur politik
yang mempengaruhi solusi seperti keadaan negara, opini publik,
pemilihan politik, dan kelompok kepentingan) (James P Lester dan
Joseph Stewart Jr, 2009:6-5).
4. Framing
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai
analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, actor,
kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut
tentu saja melalui proses konstruksi. Disini realitas social dimaknai dan
dikonstruksi dengan makna tertentu (Eriyanto, 2002:3).Goffman dalam
6
buku Alex Sobur yang berjudul Analisis Teks Media, mengandaikan
frame sebagai kepingan-kepingan perilaku yang memiliki kemampuan
untuk membimbing individu dalam membaca. Pada sudut pandang
komunikasi, framing dipakai untuk melihat ideologi yang digunakan
oleh media saat mengkonstruksi fakta, atau secara sederhananya framing
digunakan untuk melihat atau menyeleksi fakta yang ingin ditonjolkan
sesuai dengan sudut pandang media.
Pada dasarnya, framing didasari pada perspektif yang diberikan
oleh media dan wartawan.Tujuan dari framing sendiri adalah
mempengaruhi khalayak dalam memahami peristiwa-peristiwa atau
realitas.Terdapat dua aspek penting dalam framing.Aspek pertama
adalah memilih realitas.Aspek yang kedua yakni menuliskan fakta.
5. Framing model Robert N. Entman
Robert N. Entmant adalah seorang ahli ilmu komunikasi yang
menyumbangkan pemikirannya pada analisis framing untuk studi isi
media.Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada
pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu
wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa
yang diwacanakan (Eriyanto, 2002:88).Jadi, menurut Entman, berita
yang disajikan kepada khalayak merupakan hasil dari olahan yang telah
dilakukan oleh media dan wartawan dimana fakta yang sebenarnya
sudah dikonstruksikan bagian mana yang perlu ditonjolkan dan bagian
mana yang perlu dibuang.
Konsepsi dari Entman mengenai framing menggambarkan
bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandai oleh wartawan. Berikut
adalah konsepsi yang di sampaikan Entman:
Define problems
(pendefinisian masalah)
Bagaimana suatu peristiwa/ isu dilihat?
Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?
Diagnose causes
(memperkirakan masalah
atau sumber masalah)
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa?
Apa yang dianggap sebagai penyebab dari
suatu masalah? Siapa (aktor) yang
7
dianggap sebagai penyebab masalah?
Make moral judgement
(membuat keputusan
moral)
Nilai moral apa yang disajikan untuk
menjelaskan masalah? Nilai moral apa
yang dipakai untuk melegitimasi atau
mendelegitimasi suatu tindakan?
Treatment
Recommendation
(menekankan
penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk
mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang
ditawarkan dan harus ditempuh untuk
mengatasi masalah?
6. Ideologi media
Berita yang merupakan hasil konstruksi tidak ada dengan
sendirinya. Konstruksi media ini terbentuk karena ia hadir di tengah
realitas sosial, nilai-nilai, dan ideologi. Dengan kata lain, berita
merupakan cerminan dari ideologi, realitas, maupun nilai yang ada di
masyarakat.
Gramsci (dalam Syaiful Arief, 2001:68) memaknai bahawa
ideologi adalah historis.Ideologi bagi Althusser (1989) bukan
“kesadaran palsu” seperti yang dikatakan Karl Marx, melainkan
profoundly unconcius, sebagai hal-hal yang secara mendalam tidak
disadari, yang tertanam dalam diri individu sepanjang hidupnya (Acan
Mahdi, 2015:209).
Daniel Hallin membuat sebuah ilustrasi mengenai berita apabila
dimasukkan dalam peta ideologi. Ia membagi dunia jurnalistik ke dalam
8
tiga bidang: bidang penyimpangan (sphere of deviance), bidang
kontroversi (sphere of legitimate controversy), dan bidang konsensus
(sphere of consensus). Bidang- bidang ini menjelaskan bagaimana
peristiwa-peristiwa dipahami dan ditempatkan oleh wartawan dalam
keseluruhan peta ideologis (Eriyanto, 2002:127).
“Dalam upaya membuat peristiwa menjadi bermakna bagi khalayak
itu, orientasi media bukan hanya pada peristiwa itu sendiri, melainkan
juga kepada penerima berita/khalayak. Artinya, ketika membuat
berita, wartawan memperhitungkan khalayak yang akan membaca
berita tersebut” (Eriyanto, 2002: 134). Berita dibuat untuk berdialog
dengan khalayak. Proses dialog semacam ini yang akan menempatkan
pembaca pada peta ideologis tertentu. Jadi ketika mengkonstruksi
berita, wartawan tidak hanya memperhitungkan peristiwa, akan tetapi
juga memperhitungkan bagaimana menempatkan pembaca pada sebuat
ideologi.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan jenis metode kualitatif.Penelitian jenis ini
biasanya tidak dimaksudkan untuk memberikan penjelasan-penjelasan
(explanation), mengontrol gejala-gejala komunikasi atau mengemukakan
prediksi-prediksi tetapi dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran dan/atau
pemahaman (understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau
realitas komunikasi terjadi (Pawito, 2007:35).
Peneliti memilih untuk menggunakan analisis framing yang dikembangkan
oleh Robert N. Entman. Menurut Entman, framing pada dasarnya merujuk pada
pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalah suatu wacana
peristiwa yang diwacanakan (Eriyanto, 2002:188).
Objek penelitian yang diteliti oleh peneliti adalah berita-berita yang ada
dalam koran Republika.Pengambilan objek penelitian berupa berita dibatasi pada
bulan Desember 2016 sampai dengan Mei 2017. Berita yang dipilih berfokus pada
berita sidang dugaan penistaan Kitab Suci Al-Quran yang dilakukan oleh
9
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama hingga dijatuhinya vonis kepada
Basuki Tjahaja Purnama.
Ada dua teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu dokumentasi dan
juga studi pustaka.Metode studi pustaka/ dokumentasi adalah metode yang
digunakan untuk menelurusuri data historis (Jalaludin, 1991:124).
Pada penelitian ini, teknik triangulasi yang digunakan oleh peneliti adalah
triangulasi penyidik, dimana triangulasi digunakan dengan cara menggunakan
pengamat lain sebagai pengecek tautan berita yang digunakan sebagai objek
penelitian. Hal ini digunakan untuk memastikan kebenaran kesesuaian tautan dan
keberadaan berita dalam tautan.
Sajian dan Analisis Data
Akhir tahun 2016, Indonesia dikejutkan dengan viralnya isu penistaan
agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama dalam kunjungannya ke
Kepulauan Seribu.Video yang diduga terdapat unsur penistaan agama ini pertama
kali diunggah oleh Buni Yani dalam laman facebook miliknya.Oleh karena
banyaknya nilai berita yang erat dalam kasus ini, tentu saja memancing berbagai
media untuk meliput perkembangan kasus penistaan agama ini, salah satunya
adalah media cetak.
Salah satu media cetak yang ikut mengawal jalannya persidangan kasus
dugaan penistaan agama Islam ini ialah Koran Harian Republika. Melihat dari
perjalanan sejarah Republika yang tidak bisa lepas dari agama Islam, maka tentu
saja akan membentuk sebuah bingkai di dalam pemberitaannya. Berdasarkan
ideologi-ideologi media dari Republika yang didasari sejarah dan visi misi inilah
kemudian peneliti ingin melihat seperti apa bingkai yang dibuat oleh Republika
dengan menggunakan empat elemen Robert N. Entman.
Framing di dalam Koran Harian Republika :
a. Define problem
Dalam pemberitaan Republika, permasalahan yang muncul adalah
bagaimana kasus dugaan penistaan agama oleh terdakwa Ahok berlangsung,
10
mulai dari tuntutan hingga putusan majelis hakim terhadap Ahok pada kasus
ini.Sesuai dengan ideologi media dari Republika, maka Republika lebih kepada
perspektif agama Islam dalam setiap pemberitaannya mengenai kasus ini. Sebagai
salah satu media Islam di Indonesia, maka tentu saja Republika melihat
bahwasanya pernyataan Ahok ‘dibohongi Al-Maidah ayat 51’ dalam pidatonya
telah menodai Al-Quran dan menghina Islam.
Dari berita yang memuat persidangan Ahok, banyak dari judul yang
dicantumkan Republika terlihat bermaksud untuk mengatakan kepada pembaca
bahwa Ahok telah bersalah, seperti : “Jaksa : Ahok Sengaja”, “JPU : Pidato Ahok
Penuhi Unsur Pidana”, “Saksi : Ahok Kerap Sebut Al-Maidah 51”, “Saksi Fakta
Kecewa Ucapan Ahok”, “Ahli : Ucapan Ahok Ada Penistaan”, dan “Ahli Sebut
Enam Ungkapan Ahok Bermasalah”.
Republika dalam pemberitaannya menilai bahwa Ahok telah melakukan
penistaan agama di dalam pidatonya di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.Hal ini
ditegaskan oleh Republik di dalam beritanya dengan mengutip pernyataan-
pernyataan dalam persidangan.
“Jaksa Penuntut Umum (JPU) meyakini pidato terdakwa
penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), saat
kunjungan kerjanya di Kepulauan Seribu 27 September lalu
sudah memenuhi unsur pidana. Perkara penistaan agama
ini dinilainya sudah memenuhi pasal 156 a atau 156
KUHP.”( Judul berita, JPU : Ahok Penuhi Unsur Pidana.
Paragraf 1)
Selain berita kutipan di atas yang disampaikan Republika melalui
pernyataan JPU dalam sidang, ada contoh lain yang disampaikan melalui saksi
ahli ketika memberikan keterangan dalam persidangan.
“Ahli bahasa dari Universitas Mataram ini mengatakan,
Ahok sudah mempergunakan surah al-Maidah ayat 51
sebagai alat dan sumber kebohongan. “Saya memahaminya
11
sebagai alat dan sumber kebohongan.Alat dan sumber itu
sama saja,” jelas Mahyuni dalam persidangan di
Auditorium Kementrian Pertaniah Jakarta.”(Judul berita,
Saksi Ahli Beratkan Ahok. Paragraf 2)
b. Diagnose cause
Sumber permasalahan dalam pemberitaan ini menurut Republika adalah
Basuki Tjahaja Purnama mengatakan ‘dibohongi Al-Maidah ayat 51’ di dalam
pidatonya. Kemudian pernyataan Ahok ini membuat gejolak yang besar kaum
muslim Indonesia. Pernyataan Ahok pada pidatonya di Pulau Pramuka,
Kepulauan Seribu, mengundang amarah mayoritas muslim Indonesia. Republika
juga menilai adanya keterkaitan ucapan Ahok tersebut dengan pilkada 2017, yang
tentu saja hal ini tidak relevan dengan kehadiran Ahok dalam acara budidaya ikan
kerapu.Hal-hal ini dituliskan Republika dalam kutipan berita berikut ini.
“JPU, kata dia, berani menempatkan Ahok pada posisi
melanggar kedudukan dan aturan.Ahok dinilai melontarkan
kalimat-kalimat yang tidak pas disampaikan di Pulau
Pramuka, Kepulauan Seribu, beberapa waktu lalu
mengingat saat itu belum memasuki waktu
kampanye.”(Judul berita, Jaksa Dinilai Profesional. Paragraf
3)
Selain kutipan tersebut, kutipan saksi ahli yang dihadirkan dalam
persidangan juga menegaskan hal yang menjadi sumber permasalahan berita bagi
Republika.Republika menilai ungkapan Ahok dalam pidatonya di Pulau Pramuka
memiliki maksud menyesatkan dan terbukti salah.Seperti pada kutipan keterangan
saksi ahli dalam persidangan yang dituliskan Republika dalam beritanya sebagai
berikut.
“Kepada majelis hakim, Miftachul menyayangkan pidato
Gubernur DKI Jakarta Ahok yang menyinggung surah al-
Maidah ayat 51 saat melakukan kunjungan kerja di Pulau
12
Pramuka, Kepulauan Seribu, pada 27 September 2016
lalu.Menurutnya, terdapat indikasi penyesatan terhadap
umat Islam dalam pidato mantan bupati Belitung Timur
itu.” (Judul berita, Ahli : Ucapan Ahok Ada Penistaan.
Paragraf 2)
“”Keenam ungkapan itu adalah kata ‘jangan percaya sama
orang’, lalu pernyataan ‘enggak pilih saya’, kemudian
‘dibohongi surah Al-Maidah ayat 51’, ungkapan ‘macam-
macam itu’, kemudia kata ‘karena saya masuk neraka’,
serta ungkapan ‘dibodohi pakai surah Al-Maidah ayat 51’,”
jelas Habib Rizieq dalam persidangan ke 12 kasus dugaan
penodaan agama di Auditorium Kementerian Pertanian,
Jakarta Selatan, Selasa (28/2).”(Judul berita, Ahli Sebut
Enam Ungkapan Ahok Bermasalah. Paragraf 2)
c. Make moral judgement
Dalam keputusan moral yang diambil oleh Republika pada pemberitaan
kasus ini ialah bahwa terdapat indikasi yang cukup kuat bahwa Ahok telah
sengaja melakukan penistaan agama.Selain pada kasus ini, Ahok juga sudah
beberapa kali menyerang Islam. Indonesia sebagai negara mayoritas muslim, tentu
saja perihal semacam ini cepat membakar amarah di masyarakat, karena agama
merupakan isu yang sangat sensitif. Hal ini disampaikan oleh Republika dalam
beritanya sebagai berikut.
“Ali juga kembali membacakan eksepsi terdakwa mengenai
ucapannya di Kepulauan Seribu yang tidak memiliki niat
dan maksud menafsirkan surah Al-Maidah ayat 51.Dia juga
membacakan beberapa tulisan Ahok di buku Merubah
Indonesia dalam subbab berlindung dibalik ayat suci.Ahok
menuliskan, surah Al- Maidah ayat 51 memecah belah
rakyat dengan ruh kolonialisme.Buku itu sudah diterbitkan
13
sejak 2008.” (Judul berita, JPU : Ahok Penuhi Unsur
Pidana. Paragraf 3)
Republika juga mengutip pernyataan ahli yang dihadirkan
dalam persidangan yang menyebutkan bahwa Ahok kerap menggunakan
Al-Maidah ayat 51.
“Selain itu, Habib Novel, menyatakan Ahok telah menyerang, umat
Islam semenjak menjadi calon wakil gubernur 2012. “Contohnya,
ayat suci, no, ayat konstitusi, yes, atau ayat-ayat konstitusi di atas
ayat-ayat suci.Itu yang saya sampaikan,” ucapnya.”(Judul berita,
Saksi : Ahok Kerap Sebut Al-Maidah 51. Paragraf 4)
d. Treatment Recommendation
Rekomendasi penyelesaian pada kasus ini menurut Republika adalah
teguhnya profesionalitas seluruh kekuatan hukum yang menangani kasus ini, dan
juga tidak adanya intervensi politik maupun hal lain yang dapat mengganggu
jalannya persidangan. Sehingga, kasus ini dapat diputuskan sesuai dengan hukum
yang berlaku di Indonesia. Republika juga beberapa kali menegaskan dalam
beritanya bahwa seorang penoda agama selazimnya ditahan.
“Sementara itu, pakar hukum pidana UII Yogyakarta, Prof
Mudzakkir, mempertanyakan belum juga ditahannya Ahok
meski putusan sela telah dibacakan. Menurut Mudzakkir,
dalam kasus penodaan agama, seorang tersangka
selazimnya ditahan.” (Judul berita, Majelis Hakim Tolak
Eksepsi Ahok. Paragraf 13)
Selain kutipan tersebut, pernyataan yang dikutip oleh Republika dalam
memberikan rekomendasi penyelesaian adalah pernyataan Pedri Kasman selaku
saksi pelapor.
14
“Pedri berharap, hukum dalam persidangan dugaan
penistaan agama bisa selesai sesuai dengan proses hukum
yang berlaku. “Semoga masih ada harapan tegaknya
keadilan di Indonesia tercinta ini,” katanya.”(Judul berita,
Hakim Tegur JPU Kasus Ahok. Paragraf 19)
Ada dua ideologi yang dikedepankan oleh Republika dalam membingkai
pemberitaan sidang dugaan kasus penistaan agama oleh Ahok, yaitu ideologi
Islam dan ideologi pasar. Dalam ideologi Islam, dapat dilihat pada latar belakang
berdirinya Republika dan juga visi-misi yang diemban oleh Republika yang
mengutamakan serta menjadi bagian dari umat Islam di Indoneisa. Sedangkan
pada ideologi pasar, segmentasi pasar yang dibentuk oleh Republika adalah dari
komunitas muslim, sehingga tentu saja rubrik dan isi pada koran Republika
disesuaikan dengan potential reader media itu sendiri.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis framing
dalam pemberitaan sidang kasus dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja
Purnama alias Ahok dalam Koran Harian Republika dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Setelah dilakukan analisi media dengan menggunakan metode framing
Robert N. Entman, maka didapatkan hasil analisis sebagai berikut:
a. Define problem, dalam Koran Harian Republika periode Desember
2016 – Mei 2017 berkaitan dengan berita sidang pengadilan Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok) dalam kasus dugaan penistaan agama,
maka define problemnya adalah Republika mengesankan Ahok
sebagai pihak yang bersalah. Pada 21 berita yang dituliskan, ada 3
berita Republika memposisikan bahwa Ahok telah melakukan
penistaan terhadap agama Islam, kemudian ada 13 berita yang
bersangkutan dengan jalannya kasus hokum Ahok sebagai tersangka
15
dan terdakwa, dan ada 5 berita yang memperlihatkan saksi
persidangan menyatakan Ahok telah menista agama Islam.
b. Diagnose cause, Republika melihat sumber permasalahan ini adalah
ungkapan Ahok dalam pidatonya di Pulau Pramuka, Kepulauan
Seribu, yang mengutip surat dalam kitab suci Al-Quran, yaitu Al-
Maidah ayat 53, dinilai memiliki maksud menyesatkan. Pada 21
berita yang peniliti analisis, terdapat 6 berita yang berkaitan dengan
jalannya persidangan kasus hokum Ahok, dan 15 berita yang
memposisikan sumber permasalahan dalam pemberitaan ini adalah
ungkapan Ahok yang dianggap bersalah.
c. Make moral judgement, dalam keputusan moral dari Koran harian
Republika adalah menyatakan bahwa terdapat indikasi Ahok
melakukan penistaan terhadap agama Islam dalam pidatonya di
Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
d. Treatment recommendation, rekomendasi penyelesaian dalam
kasus ini bagi Koran harian Republika adalah teguhnya
profesionalitas seluruh kekuatan hukum yang menangani kasus ini
dan juga tidak adanya intervensi politik dalam jalannya persidangan.
2. Republika memandang kasus Basuki Tjahaja Purnama tidak sekedar
persoalan hukum dan politik, akan tetapi sudak masuk pada ranah
ideology agama. Isu Ahok juga dianggap sebagai market oleh
Republika, karena mayoritas pembaca dari Koran Republika adalah
masyarakat muslim.
Saran
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat
diberikan saran sebagai berikut :
1. Perbandingan dengan media lainnya atau koran harian lainnya guna
menelaah lebih jauh bingkai yang diciptkan oleh media massa dapat
dilakukan pada penelitian selanjutnya.
16
2. Republika diharapkan dapat memberikan bacaan yang objektif agar
dapat memberikan informasi fakta-fakta terkait peristiwa yang terjadi.
Daftar Pustaka
BM, M. (2013). Jurnalisme Komprehensif Konsep, Kaidah & Teknik Penulisan Berita, Feature Artikel. Jakarta: Literate.
Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Carloz Muniz, S. A. (2015). European Public Sphere The Online Public Debate:The Relationship Between The News Framing of The Expropriation of Ypf And Reader's Comments. Internatioal Journal of Communication Vol. 9 .
Eriyanto. (2002). Analisis Framing. Yogyakarta: LKis.
Hamad, I. (2004). Kontruksi realitas politik dalam media massa: sebuah studi critical course analysis terhadap berita-berita politik. Jakarta: Granit.
James P Lester & Joseph Stewart Jr. (2009). Public Policy on Evolutionary Approach, Second Edition. Belmont: Wadsworth.
Kertopati. (2000). Dasar-dasar Publisitik. Jakarta: Garindo.
Mahdi, A. (2015). Berita sebagai Representasi Ideologi Media. 206-217.
Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKis.
Rachmadi, F. (1990). Perbandingan Sistem Pers. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rakhmat, J. (Metode Penelitian Komunikasi). 1991. Bandung: Rosdakarya.
Ratna, N. K. (2010). Metode Penelitian:Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Republika. (n.d.). Retrieved Agustus 24, 2017, from Republika: http://www.republika.co.id/
Sudarman, P. (2008). Menulis di Media Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung.
Zakiyah. (2015). Religion in the construction of mass media; a study on the kompas and republika framing of the terorism news. Analisa journal of social science and religion Vol. 22 No. 01 , 83-96.
17