dkp2

14
Dkp2 wenni 10. obat-obatan apa saja yang perlu dihindari pada ibu hamil United States food and drug administration (US FDA) menyusun klasifikasi obat berdasarkan tingkat keamanan penggunaannya selama kehamilan. Dalam hal ini, obat dibagi dalam lima kategori (A,B,C,D,X). a. Kategori A Studi pembandingan menunjukkan tidak ada resiko. Studi berpembanding yang cukup pada wanita hamil menunjukkan tidak adanya resiko terhadap fetus pada kehamilan trimester pertama,kedua, maupun ketiga. b. Kategori B Tidak ada bukti terdapat risiko pada manusia. Studi pembanding yang cukup pada wanita hamil menunjukkan tidak adanya peningkatan resiko kelainan fetus meskipun ditemukan adanya kelainan pada hewan,atau tidak ada studi yang cukup pada manusia, sedangkan studi pada hewan menunjukkan tidak adanya atau terdapat kemungkinan kecil resiko terhadap fetus. Efek merugikan pada fetus kemungkinan kecil,tetapi tetap ada. c. Kategori C Risiko tidak dapat disingkirkan. Studi berpembanding yang cukup pada manusia tidak ada, dan pada hewan juga tidak ada atau telah menunjukkan adanya resiko terhadap fetus. Ada kemungkinan terjadi efek merugikan pada fetus jika obat diberikan selama

description

ok

Transcript of dkp2

Page 1: dkp2

Dkp2 wenni

10. obat-obatan apa saja yang perlu dihindari pada ibu hamil

United States food and drug administration (US FDA) menyusun klasifikasi obat

berdasarkan tingkat keamanan penggunaannya selama kehamilan. Dalam hal ini, obat

dibagi dalam lima kategori (A,B,C,D,X).

a. Kategori A

Studi pembandingan menunjukkan tidak ada resiko. Studi berpembanding

yang cukup pada wanita hamil menunjukkan tidak adanya resiko terhadap fetus

pada kehamilan trimester pertama,kedua, maupun ketiga.

b. Kategori B

Tidak ada bukti terdapat risiko pada manusia. Studi pembanding yang

cukup pada wanita hamil menunjukkan tidak adanya peningkatan resiko kelainan

fetus meskipun ditemukan adanya kelainan pada hewan,atau tidak ada studi yang

cukup pada manusia, sedangkan studi pada hewan menunjukkan tidak adanya

atau terdapat kemungkinan kecil resiko terhadap fetus. Efek merugikan pada fetus

kemungkinan kecil,tetapi tetap ada.

c. Kategori C

Risiko tidak dapat disingkirkan. Studi berpembanding yang cukup pada

manusia tidak ada, dan pada hewan juga tidak ada atau telah menunjukkan

adanya resiko terhadap fetus. Ada kemungkinan terjadi efek merugikan pada

fetus jika obat diberikan selama kehamilan,tetapi potensi manfaatnya melebihi

potensi risikonya.

d. Kategori D

Bukti positif terdapat resiko. Studi pada manusia atau data penelitian atau

data pasca pemasaran menunjukkan adanya risiko terhadap fetus. Meskipun

demikian, potensi manfaat dari penggunaan obat melebihi potensi risikonya.

e. Kategori X

Kontraindikasi pada kehamilan. Studi pada hewan atau manusia, atau

laporan penelitian atau laporan pasca pemasaran, telah menunjukkan bukti positif

adanya kelainan atau resiko pada fetus, yang jelas melebihi manfaat bagi pasien.

Page 2: dkp2

Berikut beberapa obat yang menjadi kontraindikasi saat kehamilan; (1)

Tertrasiklin, dapat menyebabkan yellow discoloration apabila diberikan pada periode

perkembangan tulang dan gigi, obat ini termasuk kategori D. (2) ACE-inhibitor dan

Angiotensin Receptor Blocker (ARB), dapat menyebabkan kelainan berupa gagal ginjal

pada fetus,hipotensi neonates,PDA,gangguan pertumbuhan intra-uterin, dan

oligohidroamnion, obat obat ini termasuk dalam golongan D atau X. (3) Amiodaron

yang dipakai pada jangka panjang selama masa kehamilan dapat menyebabkan

hipotiroidisme pada neonatus, obat ini termasuk dalam ketegori D. (4) Warfarin apabila

diberikan saat trimester pertama kehamilan maka akan menyebabkan fetal warfarin

syndrome berupa hypoplasia nasal,distress pernapasan dan gangguan perkembangan

epifisis, selain itu dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan SSP berupa

mikrosefali, hidrosefalus, retardasi mental, dan atropi optic.1

1. Nafrialdi . Farmakoterapi pada Kehamilan . Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

jilid III ed.6. Jakarta : Interna Publish. 2014 ; h.3997-4004

Antenatal Care dan Prenatal Care1. Pengertian ANC

Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk

mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu

menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya

kesehatan reproduksi secara wajar .1 Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil

ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk

mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk

mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa

komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.

Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik

fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan

dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak

hanya fisik tetapi juga mental.2 Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan

integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang

sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang

diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.

Page 3: dkp2

Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal

terintegrasi meliputi :

a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)

b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)

c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)

d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia

e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)

f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)

g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta

h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)

i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).

2. Tujuan, Manfaat, dan Cara Antenatal Care

Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara

teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas

ibu dan bayi jelas menurun. Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan

sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam

kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat

dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal

care harus diusahakan agar :

a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang – kurangnya harus sama

sehatnya atau lebih sehat,

b. Kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan sejak dini dan diobati,

c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik

dan metal.2

1) Tujuan Asuhan Antenatal yaitu :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan

tumbuh kembang bayi;

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial

ibu dan bayi,

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan,

Page 4: dkp2

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,

Ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,

e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal . 3

2) Keuntungan Antenatal Care

Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu

hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. 1

3) Fungsi Antenatal Care

a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas

pendidikan.

b. Melakukan screening, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko

tinggi dan merujuk bila perlu.

c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan

menangani masalah yang terjadi.

4) Cara Pelayanan Antenatal Care

Cara pelayanan Antenatal care disesuaikan dengan standar pelayanan

antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :

a. Kunjungan Pertama

1. Catat identitas ibu hamil

2. Catat kehamilan sekarang

3. Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

4. Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan

5. Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium

6. Pemeriksaan obstetri

7. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

8. Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan

mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.

9. Penyuluhan/konseling.

b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa

mengancam jiwanya. Wanita hamil memerlukan sedikitnya empat

kali kunjungan selama periode antenatal yang terdiri dari:

1. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).

Page 5: dkp2

2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14

– 28).

3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 –

36 dan sesudah minggu ke 36) 3

4. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada

gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam.

Pada setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan perlu melakukan

beberapa hal serta mendapatkan informasi yang sangat penting, yaitu:

a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14

1. Membangun hubungan saling percaya antara petugas

kesehatan dan ibu hamil.

2. Mendeteksi masalah dan menanganinya.

3. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,

anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional

yang merugikan.

4. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk

menghadapi komplikasi.

5. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan,

istirahat dan sebagainya.

b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28

Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus

mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala

preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa

untuk apakah ada kehamilan ganda).

c. Trimester ketiga antara minggu 28-36

Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk

mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

d. Trimester ketiga setelah 36 minggu

Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang

tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di

rumah sakit. 3

Page 6: dkp2

5) Tinjauan tentang Kunjungan Ibu Hamil

Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk

mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung

arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya,

yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan (Depkes RI, 2004).

Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “14 T” terdiri dari : 4

1. Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ).

2. Ukur Tekanan Darah ( T2).

3. Ukur Tinggi Fundus Uteri ( T3 )

4. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4 )

5. Pemberian Imunisasi TT ( T5 )

6. Pemeriksaan Hb ( T6 )

7. Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab. ) ( T7 )

8. Pemeriksaan Protein urine (T8)

9. Pemeriksaan Urine Reduksi (T9) 

10. Perawatan Payudara ( T10 )

11. Senam Hamil ( T11 )

12. Pemberian Obat Malaria ( T12)

13. Pemberian Kapsul Minyak Yodium ( T13 )

14. Temu wicara / Konseling ( T14)

3. Kebijakan Pelayanan Antenatal

a. Kebijakan Program

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat

penurunan AKI dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi

strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu meliputi : Keluarga

Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri

Essensial.

Pendekatan pelayanan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hamil

ini sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang

mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :

a) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

b) Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang

adekuat.

Page 7: dkp2

c) Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan

dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan

penanganannya komplikasi keguguran. 5

Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi

kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan,

dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).

2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).

3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4). 6

b. Kebijakan teknis

Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga

kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu

perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan

untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan

teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

1) Mengupayakan kehamilan yang sehat

2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal

serta rujukan bila diperlukan.

3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman

4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan

jika terjadi komplikasi.

Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini

dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain

meliputi :

a. Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku

KIA, dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan

kelompok Kelas Ibu Hamil.

b. Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan

kemitraan Bidan dan Dukun.

c. Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.

d. Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu. 6

Page 8: dkp2

4. Intervensi dalam Pelayanan Antenatal

Intervensi dalam pelayanan antenatal adalah perlakuan yang diberikan

kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam

pelayanan antenatal adalah :

a) Intervensi Dasar

1. Pemberian Tetanus Toxoid

a. Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus

neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan

bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4

minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali

pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT

cukup diberikan satu kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas

vaksin perlu diperhatikan cara penyimpanan serta dosis pemberian

yang tepat.

b. Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas

2. Pemberian Vitamin Zat Besi

a. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe

pada ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas

kebutuhan meningkat.

b. Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah

rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi

60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet.

Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena

mengganggu penyerapan.3

b) Intervensi Khusus

Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada

ibu hamil sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan,

meliputi:

1. Faktor resiko, meliputi:

a. Umur

1) Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun

2) Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun

b. Paritas

(1) Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)

Page 9: dkp2

(2) Paritas > 3

c. Interval

Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang

– kurangnya 2 tahun.

d. Tinggi badan kurang dari 145 cm

e. Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

2. Komplikasi Kehamilan

a. Komplikasi obstetri langsung

1) Perdarahan

2) Preeklamasi/eklamsia

3) Kelainan letak lintang, sungsang primi gravid

4) Anak besar, hidramnion, kelainan kembar

5) Ketuban pecah dini dalam kehamilan.

b. Komplikasi obstetri tidak langsung

1) Penyakit jantung

2) Hepatitis

3) TBC (Tuberkolosis)

4) Anemia

5) Malaria

6) Diabetes militus

c. Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat

kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran).7

Sumber :

2. Manuaba IBG .Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk

Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC; 1998.

3. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Ketujuh. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005.

4. Saifudin AB, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.

Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.

5. Ari S. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika; 2009.

Page 10: dkp2

6. Depkes RI. Angka Kematian Ibu Tahun 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia; 2009.

7. Depkes RI. Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia

2001 – 2010. Jakarta: Departemen kesehatan & WHO; 2001.

8. Mochtar,R : Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi-Obstetri Patologi I, ed-2 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1991. hal : 129-132