dkp2
-
Upload
jefry-alfarizy -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
description
Transcript of dkp2
Dkp2 wenni
10. obat-obatan apa saja yang perlu dihindari pada ibu hamil
United States food and drug administration (US FDA) menyusun klasifikasi obat
berdasarkan tingkat keamanan penggunaannya selama kehamilan. Dalam hal ini, obat
dibagi dalam lima kategori (A,B,C,D,X).
a. Kategori A
Studi pembandingan menunjukkan tidak ada resiko. Studi berpembanding
yang cukup pada wanita hamil menunjukkan tidak adanya resiko terhadap fetus
pada kehamilan trimester pertama,kedua, maupun ketiga.
b. Kategori B
Tidak ada bukti terdapat risiko pada manusia. Studi pembanding yang
cukup pada wanita hamil menunjukkan tidak adanya peningkatan resiko kelainan
fetus meskipun ditemukan adanya kelainan pada hewan,atau tidak ada studi yang
cukup pada manusia, sedangkan studi pada hewan menunjukkan tidak adanya
atau terdapat kemungkinan kecil resiko terhadap fetus. Efek merugikan pada fetus
kemungkinan kecil,tetapi tetap ada.
c. Kategori C
Risiko tidak dapat disingkirkan. Studi berpembanding yang cukup pada
manusia tidak ada, dan pada hewan juga tidak ada atau telah menunjukkan
adanya resiko terhadap fetus. Ada kemungkinan terjadi efek merugikan pada
fetus jika obat diberikan selama kehamilan,tetapi potensi manfaatnya melebihi
potensi risikonya.
d. Kategori D
Bukti positif terdapat resiko. Studi pada manusia atau data penelitian atau
data pasca pemasaran menunjukkan adanya risiko terhadap fetus. Meskipun
demikian, potensi manfaat dari penggunaan obat melebihi potensi risikonya.
e. Kategori X
Kontraindikasi pada kehamilan. Studi pada hewan atau manusia, atau
laporan penelitian atau laporan pasca pemasaran, telah menunjukkan bukti positif
adanya kelainan atau resiko pada fetus, yang jelas melebihi manfaat bagi pasien.
Berikut beberapa obat yang menjadi kontraindikasi saat kehamilan; (1)
Tertrasiklin, dapat menyebabkan yellow discoloration apabila diberikan pada periode
perkembangan tulang dan gigi, obat ini termasuk kategori D. (2) ACE-inhibitor dan
Angiotensin Receptor Blocker (ARB), dapat menyebabkan kelainan berupa gagal ginjal
pada fetus,hipotensi neonates,PDA,gangguan pertumbuhan intra-uterin, dan
oligohidroamnion, obat obat ini termasuk dalam golongan D atau X. (3) Amiodaron
yang dipakai pada jangka panjang selama masa kehamilan dapat menyebabkan
hipotiroidisme pada neonatus, obat ini termasuk dalam ketegori D. (4) Warfarin apabila
diberikan saat trimester pertama kehamilan maka akan menyebabkan fetal warfarin
syndrome berupa hypoplasia nasal,distress pernapasan dan gangguan perkembangan
epifisis, selain itu dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan SSP berupa
mikrosefali, hidrosefalus, retardasi mental, dan atropi optic.1
1. Nafrialdi . Farmakoterapi pada Kehamilan . Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
jilid III ed.6. Jakarta : Interna Publish. 2014 ; h.3997-4004
Antenatal Care dan Prenatal Care1. Pengertian ANC
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar .1 Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil
ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk
mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa
komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik
fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan
dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak
hanya fisik tetapi juga mental.2 Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan
integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang
sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang
diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.
Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal
terintegrasi meliputi :
a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).
2. Tujuan, Manfaat, dan Cara Antenatal Care
Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara
teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas
ibu dan bayi jelas menurun. Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan
sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat
dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal
care harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang – kurangnya harus sama
sehatnya atau lebih sehat,
b. Kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan sejak dini dan diobati,
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik
dan metal.2
1) Tujuan Asuhan Antenatal yaitu :
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan
tumbuh kembang bayi;
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial
ibu dan bayi,
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan,
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
Ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,
e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal . 3
2) Keuntungan Antenatal Care
Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu
hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. 1
3) Fungsi Antenatal Care
a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan.
b. Melakukan screening, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko
tinggi dan merujuk bila perlu.
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi.
4) Cara Pelayanan Antenatal Care
Cara pelayanan Antenatal care disesuaikan dengan standar pelayanan
antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :
a. Kunjungan Pertama
1. Catat identitas ibu hamil
2. Catat kehamilan sekarang
3. Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
4. Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
5. Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium
6. Pemeriksaan obstetri
7. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
8. Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan
mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.
9. Penyuluhan/konseling.
b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Wanita hamil memerlukan sedikitnya empat
kali kunjungan selama periode antenatal yang terdiri dari:
1. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14
– 28).
3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 –
36 dan sesudah minggu ke 36) 3
4. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada
gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam.
Pada setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan perlu melakukan
beberapa hal serta mendapatkan informasi yang sangat penting, yaitu:
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14
1. Membangun hubungan saling percaya antara petugas
kesehatan dan ibu hamil.
2. Mendeteksi masalah dan menanganinya.
3. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,
anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional
yang merugikan.
4. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi.
5. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya.
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28
Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus
mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala
preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa
untuk apakah ada kehamilan ganda).
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk
mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang
tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di
rumah sakit. 3
5) Tinjauan tentang Kunjungan Ibu Hamil
Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung
arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya,
yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan (Depkes RI, 2004).
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “14 T” terdiri dari : 4
1. Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ).
2. Ukur Tekanan Darah ( T2).
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri ( T3 )
4. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4 )
5. Pemberian Imunisasi TT ( T5 )
6. Pemeriksaan Hb ( T6 )
7. Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab. ) ( T7 )
8. Pemeriksaan Protein urine (T8)
9. Pemeriksaan Urine Reduksi (T9)
10. Perawatan Payudara ( T10 )
11. Senam Hamil ( T11 )
12. Pemberian Obat Malaria ( T12)
13. Pemberian Kapsul Minyak Yodium ( T13 )
14. Temu wicara / Konseling ( T14)
3. Kebijakan Pelayanan Antenatal
a. Kebijakan Program
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat
penurunan AKI dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi
strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu meliputi : Keluarga
Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri
Essensial.
Pendekatan pelayanan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hamil
ini sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang
mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :
a) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
b) Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat.
c) Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan
dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanganannya komplikasi keguguran. 5
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan,
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).
2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).
3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4). 6
b. Kebijakan teknis
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga
kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu
perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan
untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan
teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
1) Mengupayakan kehamilan yang sehat
2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal
serta rujukan bila diperlukan.
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman
4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi komplikasi.
Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini
dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain
meliputi :
a. Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku
KIA, dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan
kelompok Kelas Ibu Hamil.
b. Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan
kemitraan Bidan dan Dukun.
c. Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.
d. Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu. 6
4. Intervensi dalam Pelayanan Antenatal
Intervensi dalam pelayanan antenatal adalah perlakuan yang diberikan
kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam
pelayanan antenatal adalah :
a) Intervensi Dasar
1. Pemberian Tetanus Toxoid
a. Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus
neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan
bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4
minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali
pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT
cukup diberikan satu kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas
vaksin perlu diperhatikan cara penyimpanan serta dosis pemberian
yang tepat.
b. Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas
2. Pemberian Vitamin Zat Besi
a. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe
pada ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas
kebutuhan meningkat.
b. Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah
rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi
60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet.
Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena
mengganggu penyerapan.3
b) Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada
ibu hamil sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan,
meliputi:
1. Faktor resiko, meliputi:
a. Umur
1) Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun
2) Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun
b. Paritas
(1) Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)
(2) Paritas > 3
c. Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang
– kurangnya 2 tahun.
d. Tinggi badan kurang dari 145 cm
e. Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
2. Komplikasi Kehamilan
a. Komplikasi obstetri langsung
1) Perdarahan
2) Preeklamasi/eklamsia
3) Kelainan letak lintang, sungsang primi gravid
4) Anak besar, hidramnion, kelainan kembar
5) Ketuban pecah dini dalam kehamilan.
b. Komplikasi obstetri tidak langsung
1) Penyakit jantung
2) Hepatitis
3) TBC (Tuberkolosis)
4) Anemia
5) Malaria
6) Diabetes militus
c. Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat
kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran).7
Sumber :
2. Manuaba IBG .Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC; 1998.
3. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Ketujuh. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005.
4. Saifudin AB, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.
5. Ari S. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika; 2009.
6. Depkes RI. Angka Kematian Ibu Tahun 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2009.
7. Depkes RI. Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia
2001 – 2010. Jakarta: Departemen kesehatan & WHO; 2001.
8. Mochtar,R : Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi-Obstetri Patologi I, ed-2 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1991. hal : 129-132