dkfalkfdnalknfalknfdka
-
Upload
ivander-benedict -
Category
Documents
-
view
11 -
download
2
description
Transcript of dkfalkfdnalknfalknfdka
Makalah PBL Blok 6
Pengaruh visus dengan mekanisme dan struktur mata
Ivander Benedict H
NIM 102011287 – E6
Fakultas Kedokteran Ukrida
Pengaruh visus dengan mekanisme dan struktur mata
Ivander Benedict
NIM 102011287
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida
*Alamat korespondensi
Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
No. Telp (021) 5694-2061, e-mail : [email protected]
Pendahuluan
Mata adalah salah satu bagian terpenting dalam organ – organ didalam tubuh kita yang
tersusun dari sel – sel yang sangat banyak seperti organ lainnya. Tanpa mata didalam kehidupan
sehari – hari, kita tidak akan dapat melihat hal – hal yang sangat penting baik itu hal yang
menyenangkan ataupun yang menyedihkan karena itu ia berhubungan juga dengan pengaturan
emosi kita. Salah satu contoh ketika kita melihat sesuatu yang kita punya dirusak oleh orang lain
maka mata akan memberikan informasi keotak dan akhirnya otak akan memutuskan tindakan
yang akan diambil. Fungsi lainnya dari mata adalah untuk menghindari kita dari bahaya, tanpa
mata kita tidak akan dapat melihat berbagai macam bahaya yang ada didepan hadapan kita. Jika
mata kita yang punya begitu banyak fungsi tersebut rusak maka akan sangat menganggu
kehidupan kita sehari – hari dan oleh sebab itu kita harus segera mengatasi masalah tersebut
sesegera mungkin agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.
Struktur Mata
Mata adalah suatu bola yang berisi cairan dengan diameter kira – kira 24 mm. Struktur dasarnya adalah kamera, dengan mekanisme pemfokusan, mekanisme untuk mengontrol masuknya cahaya, lapisan sensitive cahaya, dan pembungkus bagian dalam yang gelap untuk membatasi penyebaran cahaya.1
Mata memiliki 3 lapisan yaitu :2
1. Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior tunika
fibrosa adalah sclera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa putih.
a. Sclera member bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan untuk otot
ekstrinsik.
b. Kornea adalah perpanjangan anterior yang transparan pada sclera dibagian depan
mata. Bagian ini mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.
2. Lapisan tengah bola mata disebut tunika vascular (uvea), dan tersusun dari koroid, badan
siliaris, dan iris.
a. Lapisan koroid adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah refleksi
internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan
nutrisi pada mata, dan elastic sehingga dapat menarik ligament suspensori.
b. Badan siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan koroid, mengandung
pembuluh darah dan otot siliaris. Otot melekat pada ligament suspensorik, tempat
pelekatan lensa. Otot ini penting dalam akomodasi pengelihatan, atau kemampuan
untuk mengubah jarak focus dari objek berjarak jauh ke objek berjarak dekat di depan
mata.
c. Iris, perpanjangan sisi anterior koroid, merupakan bagian mata yang berwarna bening.
Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkularis, yang berfungsi
utnuk mengendalikan diameter pupil.
d. Pupil adalah ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui cahaya untuk dapat
masuk ke interior mata.
3. Lensa adalah strukur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil. Elastisitasnya
sangat tinggi, suatu sifat yang menurun seiring proses penuaan.
4. Rongga mata. Lensa memisahkan interior mata menjadi dua rongga : rongga anterior dan
rongga posterior.
a. Ruang anterior terbagi menjadi dua ruang.
Ruang anterior terletak dibelakang kornea dan di depan iris; ruang posterior
terletak di depan lensa dan di belakang iris.
Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening diproduksi prosesus
siliaris untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea. Aqueous humor
mengalir ke saluran schlemm dan masuk ke sirkulasi darah vena.
Tekanan intraocular pada aqueous humor penting untuk mempertahankan bentuk
bola mata. Jika aliran aqueous humor terhambat, tekanan akan meningkat dan
mengakibatkan kerusakan pengelihatan, kondisi yang disebut glaucoma.
b. Rongga posterior terletak di antara lensa dan retina dan beisi vitreus humor. Semacam
gel transparan yang juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan
mempertahankan posisi retina terhadap kornea.
5. Retina, lapisan terdalam mata, adalah lapisan yang tipis dan transparan. Lapisan ini
terdiri dari lapisan terpigmentasi luar, dan lapisan jaringan saraf dalam.
a. Lapisan terpigmentasi luar pada retina melekat pada lapisan koroid. Lapisan ini
adalah lapisan tunggal sel epitel kuboidal yang mengandung pigmen melanin dan
berfungsi untuk menyerap cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal berkas
cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini juga menyimpan vitamin A.
b. Lapisan jaringan saraf dalam (optikal), yang terlerak berdekatan dengan lapisan
terpigmentasi, adalah struktur kompleks yang terdiri dari berbagai jenis neuron yang
tersusun dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.
Sel batang dan kerucut adalah reseptor fotosensitif yang terletak berdekatan
dengan lapisan terpigmentasi.
(a) Sel batang adalah neuron silindris bipolar yang bermodifikasi menjadi dendrit
sensitive cahaya. Setiap mata berisi sekitar 120 juta sel batang terletak
terutama pada perifer retina. Sel batang tidak sensitive terhadap warna dan
bertanggung jawab untuk pengelihatan malam hari.
(b) Sel kerucut berperan dalam persepsi warna. Sel ini berfungsi pada tingkat
intensitas cahaya yang tinggi dan berperan dalam pengelihatan di siang hari.
Neuron bipolar membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel batang dan sel
kerucut ke sel – sel ganglion.
Sel ganglion mengandung akson yang bergabung pada regia khusus dalam retina
untuk membentuk saraf optic.
Sel horizontal dan sel amakrin merupakan sel lain yang ditemukan diretina, sel ini
ditemukan dalam retina, sel ini berperan untuk menghubungkan sinaps – sinaps
lateral.
Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar, dan badan sel barang
serta kerucut untuk menstimulasi prosesus dendrite dan memicu impuls saraf.
Kemudian impuls saraf menjalar dengan arah terbalik melalui kedua lapisan sel
saraf.
c. Bintik buta (diskus optik) adalah titik keluar saraf optic. Karena tidak ada
fotoreseptor pada area ini, maka tidak ada sensasi pengelihatan yang terjadi saat
cahaya jatuh ke area ini.
d. Lutea macula adalah area kekuningan yang terletak agak lateral terhadap pusat.
e. Fovea adalah pelekukan sentral macula lutea yang tidak memiliki sel batang dan
hanya mengandung sel kerucut. Bagian ini adalah pusat visual mata : bayangan yang
terfokus disini akan diinterpretasi dengan jelas dan tajam oleh otak.
f. Jalur visual ke otak
(1) Saraf optic terbentuk dari akson sel – sel ganglion yang keluar dari mata dan
bergabung tepat di sisi superior kelenjar hipofisis membentuk kiasma optic.
(2) Pada kiasma optic, serabut neuron yang berasal dari separuh bagian temporal
(lateral) setiap retina tetap berada di sisi yang sama sementara serabut neuron
yang berasal dari separuh bagian nasa (medial) setiap retina menyilang ke sisi
yang berlawanan.
(3) Setelah kiasma optic, serabut akson membentuk traktus optic, yang memanjang
untuk bersinapsis dengan neuron dalam nuclei genikulasi lateral thalamus.
Aksonnya menjalar ke korteks lobus oksipital.
(4) Sebagian akson berhubungan dengan kolikuli superior, okulomotorik, dan nuclei
pratektum untuk berpartisipasi dalam reflex pupilaris dan siliaris.
Reaktivasi Fotopigmen
Segera setelah dekomposisi, struktur awal fotopigmen kembali. Sel kerucut dan sel
batang kembali menghambat pencetusan potensial aksi sel bipolar dan siap berespons terhadap
sinyal cahaya lain.3
Perbedaan antara sel batang dan sel kerucut
Sel batang mampu berespons terhadap cahaya tingkat rendah; dengan demikian, sel
batang memberika pengelihatan terbatas dalam keadaan gelap. Banyak sel batang biasanya
berkonvergensi pada satu sel bipolar. Konvergensi banyak sel batang pada satu sel bipolar
mengurangi ketajaman pengelihatan sel batang, namun meningkatkan sensitivitasnya. Sel batang
tidak peka warna. Dengan demikian, semua stimulasi dipersepsikan sebagai bayangan kelabu.
Stimulasi sel kerucut memerlukan cahaya dengan tingkat yang lebih tinggi sehingga sel kerucut
tidak mencetuskan potensial aksi dalam keadaan gelap atau temaram. Karena hanya sedikit sel
kerucut yang berkonvergensi pada satu sel bipolar, terdapat peningkatan ketajaman pengelihatan
sel kerucut.3
Pengelihatan Warna
Fotopigmen yang berbeda pada sel kerucut memungkinkan pengelihatan warna karena
sensitivitasnya terhadap warna merah, biru, dan hijau. Rasio sel kerucut warna merah, biru, dan
hijau yang diaktifkan pada suatu saat menyebabkan pengelihatan warna. Sel kerucut yang
distimulasi menentukan sel bipolar yang mengalami depolarisasi dan sel ganglion yang
mencetuskan potensial aksi. Sel ganglion dapat menerima informasi dari beberapa sel bipolar
yang berbeda yang diaktifkan oleh satu sel kerucut spesifik – warna atau beberapa sel kerucut
spesifik – warna, namun diinaktifkan oleh warna kedua. Variasi dan tingkat stimulus ini
memungkinkan diskriminasi halus antara berbagai bayangan warna.3
Neuron Lateral
Dua jenis neuron, sel horizontal dan sel amakrin, terletak secara lateral (membujur) di
retina mencetuskan potensial aksi dengan cara sedemikian rupa sehingga sel tersebut
memodifikasi dan mengontrol pesan yang disalurkan dari sel batang dan sel kerucut ke sel
bipolar dan dari sel bipolar ke sel ganglion. Sel horizontal menyesuaikan transmisi sinyal ke sel
bipolar sehingga memperhalus ketajaman pengelihatan. Sel amakrin menyesuaikan sinyal antara
sel – sel ganglion sehingga berfungsi untuk mempertajam respons sementara. Dengan
mempertimbangkan sejumlah besar neuron lateral di retina, pentingnya neuron tersebut dalam
diskriminasi pengelihatan halus sangat besar meskipun mekanisme kerjanya secara tepat kurang
dipahami.3
Saraf Optikus
Akson sel ganglion menyatu untuk membentuk saraf optikus mata (saraf cranial II). Saraf
optikus meninggalkan mata sebagai suatu berkas melalui daerah retina yang disebut diskus
optikus. Diskus optikus tidak mengandung sel batang atau sel kerucut; dengan demikian, diskus
optikus tidak berperan dalam respons terhadap cahaya (yaitu diskus optikus adalah bintik buta).
Arteri sentralis retina masuk ke mata melalui diskus optikus. Daerah yang disebut physiologic
cup terletak di bagian tengah diskus optikus.3
Saat, saraf optikus mencapai batang otak, sebagian serabut dari mata kiri menyeberang
dan memproyeksikan diri ke sisi kanan otak. Pada saat yang sama, sebagian serabut dari mata
kanan menyebrang dan memproyeksikan diri ke sisi kiri otak. Penyebrangan ini memungkinkan
kedua hemisfer serebri mengakses informasi dari setiap mata. Serabut lain tidak menyebrang ke
sisi. Saraf optikus berakhir di thalamus, di daerah yang disebut nucleus genikulatus lateral dorsal,
dan di daerah tersebut mengaktivasi neuron lain yang kemudian memproyeksikan diri ke lobus
oksipitalis. Korteks pengelihatan di otak terletak di lobus oksipitalis daerah otak yang
menginterpretasikan sinyal listrik sebagai bayangan visual yang bermakna. Integritas bayangan
dari nucleus genikulatus lateral dorsal ke lobus oksipitalis dipastikan karena setiap sel di nucleus
genikulatus lateral dorsal menyalurkan informasi dalam susunan spasial yang persis sama ke
korteks pengelihatan.3
Mekanisme Penglihatan
Cahaya sinar yang melewati kornea aqueous humor dan lensa akan membelok, suatu
proses yang dikenal sebagai proses refraksi. Hal ini memungkinkan cahaya dari area yang luas
difokuskan pada area yang lebih kecil di retina. Berkas sinar parallel dibelokkan oleh lensa
cembung menuju titik utama di retina. Jika jarak obyek kurang dari tujuh meter, lengkungan
lensa harus ditingkatkan untuk memudahkan focus pada retina. Hal ini disebut akomodasi.
Padangan jauh dapat diperoleh, jika lensa berada dalam posisi istirahat normal.4
Beberapa orang terbiasa dengan pengelihatan jarak dekat. Hal ini menunjukan bahwa
mata terlalu panjang, jadi retinanya lebih jauh dari lensa, sehingga titik focus berada di
depannya. Pada kasus ini, obyek dekat dapat melihat dengan lensa datar pada mata saat istirahat
(normalnya digunakan untuk pengelihatan jauh). Akan tetapi untuk pengelihatan jauh, kacamata
konkav penting untuk membuat titik focus lebih dekat.4
Beberapa individu lain terbiasa dengan pengelihatan jauh. Hal ini membutikan mata
mereka terlalu pendek, sehingga retina terlalu dekat dengan lensa dan titik focus berada di
belakangnya. Pada kasus ini, obyek yang jauh dapat dilihat dengan menggunakan lensa yang
lebih tebal (lensa yang lebih cembung biasanya digunakan oleh orang normal untuk pengelihatan
dekat), sehingga cahaya akan lebih dibelokkan dan membawa titik focus ke depan. Untuk
pandangan dekat, karena mereka sudah menggunakan lensa yang lebih cembung, mereka harus
menggunakan kacamata konveks untuk membelokkan cahaya bergerak dari obyek yang dekat
dengan lebih tajam.4
Bola mata bergerak di dalam orbit dengan enam otot orbital, yang berbentuk seperti pita
dan menempel pada sclera. Otot – otot ini berbentuk seperti pita dan menempel pada sclera. Otot
– otot ini bekerja pada mata dan mengkoordinasi gerakannya, sehingga kedua mata terfokus pada
suatu obyek yang sama. Kelemahan pada satu atau lebih otot dapat mengakibatkan salah satu
mata berdeviasi. Kondisi ini biasa disebut pengelihatan juling (squint).4
Fungsi lensa mata adalah untuk mengatur daya akomodasi mata agar dapat melihat benda
yang dekat maupun benda yang jaraknya jauh. Lensa mata sangat lentur waktu lahir. Lensa ini
menjadi lebih sferis jika zonula yang timbul dari korpus siliare berelaksasi, menyebabkan
kekuatan refraksi menjadi lebih kuat dan suatu bayangan yang hampir jelas. Bersamaan dengan
bertambahnya usia, lensa menjadi tidak begitu elastic lagi, proteinnya berubah, dan menjelang
usia decade kelima, lensa mata tidak mampu lagi memfokuskan objek yang letaknya dekat.
Kehilangan kemampuan akomodasi ini (presbiopia) menyebabkan orang tersebut memerlukan
kacamata baca.5
Kesimpulan
Kemampuan seseorang untuk melihat berhubungan erat dengan mekanisme mata, fungsi
lensa mata, dan juga struktur mata yang apabila ada salah satu yang terganggu atau rusak akan
berakibat terganggunya penglihatan.
Daftar Pustaka
1. Cambridge Communication Limited. Anatomi dan fisiologi sistem lokomotor dan
pengindraan. Ed 2. Hal : 49. Jakarta : EGC, 2009.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Hal : 185 – 6. Jakarta : EGC, 2004.
3. Corwin EJ. Buku saku patofisiologis. Ed 3 Hal 360 – 2. Jakarta : EGC, 2009.
4. Watson R. Anatomi dan fisiologi. Ed 10. Hal : 111 – 4. Jakarta : EGC, 2002.
5. Harrison, Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin,et al. Prinsip – prinsip ilmu penyakit
dalam. Vol 1, hal : 118. Yogyakarta : EGC, 2003.