Diterpenoid Dan Giberelin

3
Diterpenoid dan giberelin 1. Kimia dan penyebarannya Diterpenoid meliputi golongan senyawa yang secara kimia beraneka ragam, semuanya mempunyai kerangka karbon C20 yang berasal dari empat satuan isoprene, kebanyakana penyebarannya sangat terbatas. Barangkali, satu-satunya diterpena yang tersebar di alam adalah senyawa induk asiklik dari deret senyawa tersebut, yaitu fitol, yang terdapat sebagai bentuk ester dalam molekul klorofil. Disini akan dibahas tiga kelompok diterpenoid, yaitu: diterpena dammar, diterpena racun dan giberelin. Diterpena dammar meliputi senyawa seperti asam abietat dan asam agatat yang terdapat dalam dammar tumbuhan mutakhir dan tumbuhan fosil (Thomas, 1970). Di dalam senyawa dammar ini berfungsi sebagai pelindung ketika dikeluarkan sebagai eksudat dari kayu pepohonanatau sebagai getah tumbuhan herba. Asam abietat terdapat luas dalam dammar gimnospermae, terutama dalam pinus. Berbagai dammar ‘kopal’ pada tumbuhan kacang-kacangan mengandung sederetan diterpena yang berlainan (Ponsinet dkk., 1968), salah satunya adalah asam hardwikat. Sekelompok diterpena racun ialah grayanatoksin, contohnya grayanatoksin-1 yang terdapat dalam daun kebanyakan jenis Rhododendron dan Kalmia. Dau tersebut beracun oleh adanya senyawa tersebut. Kelas diterpenoid yang ketiga adalah giberelin, segolongan hormone yang merangsang pertumbuhan secara umum dan diketahui sangat tersebar luas pada tumbuhan. Asam Giberelat (GA3) adalah giberelin yang paling terkenal, tetapi sebenarnya lebih dari 60 senyawa dalam deret ini yang sekarang telah dikenal. Secara kimia merka sangat erat berkaitan, jadi sukar dipisahkan dan dibedakan. Satu-satunya cara penentuan yang meuaskan ialah KGC-SM. Kimia diterpena dan penyebarannya di alam telah ditinjau oleh Hanson (1968,1972). Banyak tinjauan mutakhir mengenai giberelin tumbuhan (misalnya McMillan, 1982) dan satu monografi mengenai fisiologi dan biokimianya baru-baru ini telah terbit (Crozier, 1983).

Transcript of Diterpenoid Dan Giberelin

Page 1: Diterpenoid Dan Giberelin

Diterpenoid dan giberelin

1. Kimia dan penyebarannya

Diterpenoid meliputi golongan senyawa yang secara kimia beraneka ragam, semuanya mempunyai kerangka karbon C20 yang berasal dari empat satuan isoprene, kebanyakana penyebarannya sangat terbatas. Barangkali, satu-satunya diterpena yang tersebar di alam adalah senyawa induk asiklik dari deret senyawa tersebut, yaitu fitol, yang terdapat sebagai bentuk ester dalam molekul klorofil. Disini akan dibahas tiga kelompok diterpenoid, yaitu: diterpena dammar, diterpena racun dan giberelin.

Diterpena dammar meliputi senyawa seperti asam abietat dan asam agatat yang terdapat dalam dammar tumbuhan mutakhir dan tumbuhan fosil (Thomas, 1970). Di dalam senyawa dammar ini berfungsi sebagai pelindung ketika dikeluarkan sebagai eksudat dari kayu pepohonanatau sebagai getah tumbuhan herba. Asam abietat terdapat luas dalam dammar gimnospermae, terutama dalam pinus. Berbagai dammar ‘kopal’ pada tumbuhan kacang-kacangan mengandung sederetan diterpena yang berlainan (Ponsinet dkk., 1968), salah satunya adalah asam hardwikat.

Sekelompok diterpena racun ialah grayanatoksin, contohnya grayanatoksin-1 yang terdapat dalam daun kebanyakan jenis Rhododendron dan Kalmia. Dau tersebut beracun oleh adanya senyawa tersebut.

Kelas diterpenoid yang ketiga adalah giberelin, segolongan hormone yang merangsang pertumbuhan secara umum dan diketahui sangat tersebar luas pada tumbuhan. Asam Giberelat (GA3) adalah giberelin yang paling terkenal, tetapi sebenarnya lebih dari 60 senyawa dalam deret ini yang sekarang telah dikenal. Secara kimia merka sangat erat berkaitan, jadi sukar dipisahkan dan dibedakan. Satu-satunya cara penentuan yang meuaskan ialah KGC-SM.

Kimia diterpena dan penyebarannya di alam telah ditinjau oleh Hanson (1968,1972). Banyak tinjauan mutakhir mengenai giberelin tumbuhan (misalnya McMillan, 1982) dan satu monografi mengenai fisiologi dan biokimianya baru-baru ini telah terbit (Crozier, 1983).

2. Cara yang dianjurkana. Diterpena

Umumnya senyawa ini dipisahkan dengan KGC dan KLT memeakai cara yang sama seperti pada terpena rendah. Tetapi, keatsirian diterpena lebih rendah daripada seskuiterpena dan dalam beberapa kasus mungkin diperlukan cara KGC yang agak berbeda. Sebagian besar identifikasi lebih lanjut didasarkan pada spectrum inframerah dan spectrum massa.KGC telah digunakan oleh Aplin dkk. (1963) untuk memeriksa sebaran 11 diterpena hidrokarbon dalam podocarpoaceae. Dengan cara mengekstraksi jaringan daun kering (20-40 g) dalam Soxhlet, memakai eter selama 12-18 jam. Setelah pemekatan, sisa dilarutkan dalam benzene dan dikromatografi pada kolom alumina (diniraktifkan dengan asam asetat 5%) dan dikemas dengan eter minyak bumi (t d 60-80oC). Elusi dengan pengelusi yang terakhir menghasilkan diterpena dalam fraksi awal dan fraksi ini dikromatografi memakai dua kolom yang berbeda. Kolom pertama ialah kolom’embacel’ dengan 3 % minyak silicon

Page 2: Diterpenoid Dan Giberelin

E301, panjang kolom 350 cm, dan suhu kerja 160oC. Kolom kedua ialah kolom gas Chrom P(100-120 mesh) yang sebelumnya disilikoni, fase diamnya 1% minyak silicon E301, dan suhu kerja 140oC. Untuk KLT diterpena dipakai cara yang sama dengan cara untuk terpenoid lain. Misalnya, Demole dan Lederer (1958) memisahkan fitol (RF 35, isofitol (RF 50), geranil-linalool (44), dan fitil asetat (66) pada silica gel memakai n-heksana-etil asetat (17:3). Akhir-akhir ini telah digunakan pula KLT pada silica gel-AgNO3 (10:1) memakai pengembang eter minyak bumi (Norin Westfelt, 1963). Untuk deteksi digunakan cara baku (H2SO4 pekat, pereaksi antimony klorida, KMnO4 0,2% dan lain-lain).Bila kita memeriksa diterpenoid dalam sederet tumbuhan , biasanya kita menggunakn cara KLT sederhana, tetapi KCKT mungkin menguntungkan, terutama bila menghadapi turunan teroksigenasi. Jadi, Ganjian dkk. (1980) dapat mendeteksi diterpena yang aktif secara biologi dalam sehelai daun kering Rabdosia umbrosus yang bobotnya 45 mg dengan KCKT. Ekstraks methanol disuntikkan ke dalam kolom zaorbax ODS C18, dielusi dengan metano-air (9:11), dan dipantau pada 230 nm. Untuk pemisahan preparative, diterpenoid dimurnikan secara rutin dengan kromatografi kolom pada silica gel atau alumina (Croteau dan Ronald, 1983).

b. GiberilinMengingat pentingnya senyawa ini sebagai hormone tumbuhan, telah banyak upaya yang dicurahkan untuk mengisolasinya dan memperkirakan kadarnya dalam jaringan tumbuhan. Ada 62 giberelin yang telah diketahui, tetapi tak satupun system KLT dapat digunakan untuk memisahkannya. Identifikasi dengan KLT saja tidak dapat diandalkan dank arena itu cara lain harus digunakan bersama-sama dengan cara tersebut.Paling sedikit 30 pengembang telah digunakan pada pemisahan giberelin pada lapisan silica gel tak aktif atau yang diaktifkan (Kaldewey, 1969). Dua pengembang yang dapat dipakai secara umum pada pelat yang diaktifkan ialah benzene butanol asam asetat (70:25:5) dna benzene asam asetat air (50:19:31) lapisan atas; waktu pengembangan kira-kira satu jam. Elektroforesis-KLT pada silica gel G pada tegangan 3,8-5 V/cm ternyata berguna juga (Schneider dkk. 1965). Lalu dipanaskan pada 120oC. Dengan sinar UV giberelin tampak berupa bercak berfluoresensi hijau kuning.