distribusi air

33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Standard Kualitas Air Bersih Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air “, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah: 1. Persyaratan Biologis Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat group, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia coli. 2. Persyaratan Fisik Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi, seperti warna air dan bau. 3. Persyaratan Kimia Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai macam logam Universitas Sumatera Utara

Transcript of distribusi air

Page 1: distribusi air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Standard Kualitas Air Bersih

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang

”Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air “, air bersih adalah air yang digunakan

untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat

diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah:

1. Persyaratan Biologis

Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme

yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi

dalam empat group, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis

mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah

bakteri seperti Eschericia coli.

2. Persyaratan Fisik

Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni

derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya selain

penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti

suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada

persyaratan biologis dan kimiawi, seperti warna air dan bau.

3. Persyaratan Kimia

Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi

air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses

biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai macam logam

Universitas Sumatera Utara

Page 2: distribusi air

berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium dapat menjadi gangguan pada

faal tubuh dan berubah menjadi racun.

4. Persyaratan Radioaktif

Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan

fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada

wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir.

2.2. Pengaruh Air Terhadap Kesehatan

Menurut Soemirat (2002), secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan

dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.

2.2.1. Pengaruh Tidak Langsung

Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat

pendayagunaan air yang dapat meningkatkan atau pun menurunkan kesejahteraan

masyarakat. Misalnya, air yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, untuk

industri, untuk irigasi, perikanan, pertanian, dan rekreasi dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya pengotoran air dapat menurunkan

kesejahteraan masyarakat.

2.2.2. Pengaruh Langsung

Air minum atau air konsumsi penduduk dapat menyebabkan penyakit seperti :

1. Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50 -70 % dari seluruh berat badan.

Air terdapat di seluruh badan, di tulang terdapat air sebanyak 22 % berat tulang,

di darah dan ginjal sebanyak 83 %. Kehilangan air untuk 15 % dari berat badan

dapat mengakibatkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu minum minimum

1,5 – 2 liter air sehari. Kekurangan air ini menyebabkan banyaknya didapat

Universitas Sumatera Utara

Page 3: distribusi air

penyakit batu ginjal dan kandung kemih di daerah tropis seperti Indonesia,

karena terjadinya kristalisasi unsur –unsur yang ada di dalam cairan tubuh.

(Soemirat, 2002).

2. Penyebab Penyakit Menular

Air yang telah tercemar oleh bakteri penyebab berbagai penyakit, dapat

menularkan kepada manusia atau hewan melalui empat mekanisme:

a. Water Borne Disease

Mekanisme penyebaran penyakit dimana pathogen penyebab penyakit berada

dalam air yang telah tercemar dan dapat menyebabkan penyakit infeksi bila terminum

oleh manusia atau hewan. Hal ini karena air tersebut mengandung kuman pathogen.

Diantara penyakit- penyakit yang disebarkan dengan mekanisme ini adalah penyakit

kolera, tifoid, hepatitis A, disentri, poliomyelitis, dan diare.

Menurut Slamet (2002) penyakit yang disebabkan oleh pathogen penyebab

penyakit berada dalam air yang telah tercemar adalah :

1. Kolera

Penyakit kolera disebabkan oleh Vibrio cholera. Kolera adalah penyakit usus

halus yang akut dan berat, sering mewabah yang mengakibatkan kematian. Gejala

utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps dapat terjadi dengan cepat.

Sedangkan gejala kolera yang khas adalah tinja yang menyerupai air cucian beras,

tetapi sangat jarang ditemui.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: distribusi air

2. Tifoid

Tifoid merupakan penyakit yang menyerang usus halus, penyebabnya adalah

Salmonella typhi. Gejala utama adalah panas yang terus menerus dengan taraf

kesadaran yang menurun, terjadi rata-rata dua minggu. Penularan dapat terjadi dari

orang ke orang, atau tidak langsung lewat makanan, minuman yang terkontaminasi

bakteri.

3. Hepatitis A

Hepatitis A dikenal juga sebagai Hepatitis infectiosa, disebabkan oleh Virus

hepatitis A. Gejala utama adalah demam yang akut, dengan perasaan mual dan

muntah, hati membengkak, dan sclera mata menjadi kuning, diikuti oleh icterius

seluruh kulit. Penyakit ini dapat menyebar secara langsung dari orang ke orang,

secara tak langsung lewat air, makanan yang terkontaminasi virus, dan lewat udara.

4. Poliomyelitis

Penyakit ini seringkali disebut “Polio” saja ataupun dikenal sebagai

kelumpuhan anak- anak. Polio disebabkan oleh virus. Polio meninggalkan cacat,

menyebar lewat lingkungan air yang tidak saniter. Gejala polio sangat bervariasi,

dapat sangat ringan, menyerupai penyakit influenza, sampai keadaan kelumpuhan

ringan, parah, dan kematian.

5. Diare

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah penyebab nomor

satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita

nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: distribusi air

Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam

satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang

mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi

tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat

membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua.

Menurut USAID yang menjadi penyebab diare adalah:

a. Infeksi dari berbagai bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun

air minum.

b. Infeksi berbagai macam virus.

c. Alergi makanan, khususnya susu atau laktosa (makanan yang mengandung susu)

d. Parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang kotor.

b. Water Washed Disease

Mekanisme penyebaran penyakit bila suatu penyakit infeksi dapat dicegah

dengan memperbanyak volume pemakaian air serta memperbaiki hygiene

perorangan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup, maka

penyakit- penyakit tertentu dapat dikurangi penularannya pada manusia, dan penyakit

ini banyak terjadi di daerah tropis. Contoh penyakit yang disebabkan adalah penyakit

infeksi saluran pencernaan, penyakit infeksi kulit dan selaput lendir, penyakit yang

ditimbulkan oleh insekta pada kulit dan selaput lendir.

c. Water Based Disease

Cara penyebaran penyakit ini terjadi bila sebagian siklus hidup penyebab

penyakit memerlukan hospes perantara seperti siput air. Infeksi pada manusia dapat

dicegah dengan menurunkan keinginan dengan kontak dengan air, mengontrol

Universitas Sumatera Utara

Page 6: distribusi air

populasi siput air, dan memperbaiki kualitas air. Contoh penyakit yang disebabkan

adalah Schistomiasis. Dimana larva schistosoma hidup dalam keong - keong air.

Setelah waktunya larva ini mengubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit

(kaki) manusia yang berada dalam air tersebut.

d. Insect Vector Disease

Cara penyebaran berkaitan dengan serangga sebagai vektor penyebaran

pathogen penyebab penyakit yang hidup di air. Strategi pencegahan penyebaran

penyakit dapat melalui perbaikan pengelolaan air permukaan, menghilangkan tempat-

tempat perkembangbiakan serangga yang menjadi vektor penyebaran penyakit

infeksi. Contoh- contoh penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya

bergantung pada air misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, Yellow fever, dan

lain sebagainya.

2.3. Kualitas Air Baku dan Air Bersih

Masalah air baku untuk industri air bersih menjadi sangat penting. Kualitas air

bersih yang dipengaruhi kualitas air baku tersebut akan berpengaruh pada kesehatan

masyarakat yang mengkonsumsinya (Amsyari, 1996).

Kualitas air bersih sangat erat kaitannya dengan kualitas air bakunya.

Umumnya air baku dari air sumber (air tanah) kualitasnya sudah cukup baik sehingga

tidak sulit menjadikannya air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan. Pada sisi

lain air bersih dalam jumlah banyak harus mengambil dari sumber air yang besar

pula. Ini sering terjadi di kota besar dan akhirnya memilih air sungai yang ada di

dekatnya sebagai sumber air baku. Kualitas air sungai sebagai air permukaan jelas

berbeda dengan air sumber dan air tanah dalam sehingga perlu proses yang lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 7: distribusi air

banyak. Pada awalnya proses itu pun tidak begitu berat karena air sungai hanya

terkait dengan limbah rumah tangga yang jumlahnya pun terbatas sehingga proses

penjernihannya pun relatif sederhana (Amsyari, 1996).

Dengan perkembangan industri masalah air baku tidak hanya karena

pencemaran dari limbah domestik, akan tetapi juga dari limbah industri yang pekat

dengan macam bahan kimiawi yang luas. Bahan beracun dan berbahaya jelas tidak

banyak dikeluarkan oleh limbah rumah tangga. Bahan seperti itu umumnya dari

industri yang melibatkan banyak reaksi kimia, seperti industri kertas, cat dan lainnya.

Jelas proses pengolahan air bersih yang akan dilakukan akan lebih kompleks

(Amsyari, 1996).

2.4. Proses Pengolahan Air Bersih

Tujuan pengolahan air bersih merupakan upaya untuk mendapatkan air bersih

dan sehat sesuai dengan standard mutu air. Proses pengolahan air bersih merupakan

proses fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan

sebagai air minum. (Mulia, 2005).

Sumber air untuk keperluan domestik dapat berasal dari beberapa sumber,

misalnya dari aliran sungai yang relatif masih sedikit terkontaminasi, berasal dari

mata air pegunungan, berasal dari danau, berasal dari tanah, atau sumber lain, seperti

air laut. Air tersebut harus terlebih dahulu diolah di dalam wadah pengolahan air

sebelum didistribusikan kepada pengguna. Variasi sumber air akan mengandung

senyawa yang berbeda, maka sudah menjadi kewajiban pengelola air untuk

menjadikan air aman untuk dikonsumsi, yaitu air yang tidak mengandung bahan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: distribusi air

berbahaya untuk kesehatan berupa senyawa kimia untuk mikroorganisme (Manihar,

2007)

Ada banyak cara untuk pengolahan air untuk keperluan air bersih, tergantung

pada jenis senyawa atau partikel yang terdapat di dalam air yang akan diolah dan

jenis sumber bahan baku air. Modifikasi pengolahan air dan pemilihan serta

penambahan bahan pengendap dapat dilakukan untuk efisiensi pengolahan air bersih.

Menurut Manihar (2007), beberapa bagian atau langkah penting pengolahan air

(bukan hanya air minum) yang sering dilakukan untuk mendapatkan air bersih adalah:

1. Menghilangkan Zat Padat

Sebelum air diolah untuk air bersih, sering ditemukan bahan baku air

mengandung bahan-bahan yang terbawa ke dalam arus air menuju bak penampungan.

Bahan padat yang mengapung dan melayang dengan ukuran besar tersebut dapat

dihilangkan dengan proses penyaringan (filtrasi). Sedangkan untuk bahan padat

ukuran kecil dihilangkan dengan proses pengendapan (sedimentasi). Untuk

mempercepat proses penghilangan bahan ukuran kecil yang dikenal sebagai koloid,

perlu ditambahkan koagulan.

Bahan Koagulan yang sering dipakai adalah alum (tawas). Tawas di dalam air

akan terhidrolisa dan membentuk senyawa kompleks aluminium yang siap bereaksi

dengan senyawa basa di dalam air. Endapan berupa senyawa aluminium hidroksida

akan terbentuk dan membawa serta mengikat senyawa- senyawa lain yang tersuspensi

ke dalamnya dan mengendap bersama- sama berupa lumpur.

2. Menghilangkan Kesadahan Air

Universitas Sumatera Utara

Page 9: distribusi air

Kalsium dan Magnesium dalam bentuk senyawa bikarbonat dan sulfat sering

ditemukan dalam air yang menyebabkan kesadahan air. Salah satu pengaruh

kesadahan air adalah dalam proses pencucian dengan menggunakan sabun karena

terbentuknya endapan garam yang sukar larut bila sabun bereaksi dengan ion

magnesium dan kalsium.

Cara untuk menghilangkan kesadahan air, misalnya air untuk konsumsi

masyarakat digunakan proses penghilangan kesadahan air dengan penambahan soda

Ca(OH2) dan abu soda Na2CO3 sehingga kalsium akan mengendap sebagai Mg(OH)2.

Bila kesadahan hanya disebabkan oleh kesadahan karbonat maka cukup hanya

dengan menambahkan Ca(OH)2 untuk menghilangkannya.

3. Menghilangkan Bakteri Pathogen

Penghilangan mikroba pathogen dapat dilakukan dengan menggunakan

disinfectant. Umumnya bahan- bahan disinfectant ini bersifat oksidator, sehingga

dapat membunuh mikroba pathogen. Menurut Waluyo bahan- bahan disinfectant

yang banyak dipakai adalah :

a. Kaporit

Klorin bila ditambahkan ke dalam air akan terhidrolisis dengan cepat

menghasilkan ion klor dan asam hipoklorit.

b. Ozon

Ozon atau O3 bersifat mudah larut dalam air dan mudah terdekomposisi pada

temperatur dan pH tinggi. Penggunaan ozon lebih aman dibanding kaporit, terutama

bagi mereka yang sensitif terhadap klor. Pengolahan dengan proses ozonisasi

Universitas Sumatera Utara

Page 10: distribusi air

dilakukan dengan cara menyaring air, mendinginkannya, tekanan ditinggikan, dan

ozon dipompakan ke dalam wadah air selama 10- 15 menit. Permasalahannya adalah

kelarutan ozon di dalam air relatif kecil sehingga kekuatan desinfektannya sangat

terbatas. Ozon sangat bereaksi dengan cepat yang menyebabkan persistensinya di

dalam air hanya sebentar saja.

c. Iodine dan Bromin

Sudah sejak lama senyawa ini digunakan sebagai antiseptik pada luka,

meskipun penggunaanya sebagai desinfektan tidak atau kurang populer sampai saat

ini. Dibandingkan dengan klorin, penggunaan ion memerlukan biaya lebih besar.

Seperti halnya klorin dan bromine, efektifitas iodine dalam membinasakan bakteri

dan kista sangat tergantung pada pH. Tetapi dalam membinasakan virus iodin lebih

efektif daripada klorin dan bromine.

Bromin merupakan bakterisida dan virusida yang efektif. Karena kehadiran

ammonia dalam air bromin masih lebih efektif bila dibandingkan dengan klorin.

d. Desinfektan lain.

Beberapa desinfektan belum atau tidak banyak digunakan karena kurang

efektif atau karena penggunaannya masih merupakan hal baru. Desinfektan tersebut

adalah:

1. Ferrat

Ferrat merupakan garam dari asam ferric (H2FeO4) dimana Fe bervalensi 6.

Sebagai bakterisida dan virusida, ferrat lebih baik daripada kloramin.

2. Hidrogen Peroksida

Universitas Sumatera Utara

Page 11: distribusi air

Hidrogen peroksida (H2O2) adalah oksidator kuat yang digunakan pula

sebagai desinfektan. Penggunaannya tidak populer, karena harganya mahal dan

konsentrasi yang diperlukan sebagai desinfektan cukup tinggi.

3. Kalium Permanganat

Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan oksidator kuat yang sudah lama

digunakan. Dalam proses pengolahan air bersih, penggunaan KMnO4 adalah sebagai

oksidator untuk mengurangi kadar Fe dan Mn dalam air, serta untuk menghilangkan

rasa dan bau dari air yang diolah. Selain itu, kalium permanganat digunakan pula

sebagai algisida. Penggunaannya sangat terbatas karena harganya mahal, daya

bakterisidanya rendah serta warnanya mengganggu bila digunakan pada konsentrasi

tertentu.

2.5. Proses Pengolahan Air Bersih di PDAM Tirtanadi Sunggal

2.5.1. Profil Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal

PDAM Tirtanadi cabang Sunggal merupakan perusahaan yang menyediakan

jasa pelayanan dan penyediaan air bersih. Seiring dengan banyaknya permintaan akan

air bersih dan setelah sumber air yang ada di Sibolangit tidak mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat kota Medan, maka pada tanggal 1 April 1969

dilakukanlah pencangkulan pertama tanda dimulainya proyek pembangunan Instalasi

Pengolahan Air (IPA) di Sunggal oleh Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera

Utara yaitu Marah Halim Harahap dan ketua DPRGR Tingkat I Propinsi Sumatera

Utara, J. Hutauruk.

Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal terletak di kecamatan Medan Sunggal

dengan kapasitas sebesar 1.800 ltr/dtk. Dibangun secara bertahap dari tahun 1970

Universitas Sumatera Utara

Page 12: distribusi air

hingga tahun 1986. Dengan sumber air untuk instalasi ini berasal dari Sungai

Belawan.

Semakin berkembangnya produksi seksi Sunggal maka pada tanggal 19 Mei

1989 seksi Sunggal berubah status organisasi menjadi cabang Sunggal. Selain

melakukan pengolahan air untuk kegiatan produksi juga bergerak dalam bidang

pemasaran. PDAM Tirtanadi Sunggal telah banyak memperoleh sertifikat ISO 9001-

2000 oleh KEMA, Requisteres Quality dan pada tahun 2004 Instalasi Sunggal juga

memperoleh sertifikat ISO 14001-2004 oleh TUV.

Instalasi Pengolahan Air Sunggal mempunyai wewenang dan bertanggung

jawab untuk menjamiin bahwa air baku yang diolah menjadi air minum yang

berkualitas. Air bersih tersebut dialirkan secara kontiniu selama 24 jam sehari dengan

debit maksimal 2.100 ltr/dtk, debit minimal 1.200 ltr/dtk.

2.5.2. Proses Pengolahan Air Bersih di Instalasi Pengolahan Air Sunggal

Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal merupakan salah satu unit pengolahan

air milik PDAM Tirtanadi dengan sumber air baku dari Sungai Belawan dan

merupakan instalasi yang kedua dibangun setelah Instalasi Mata Air ( IMA)

Sibolangit.

Sumber energi yang digunakan adalah energi listrik dari PLN tarif I-3 dengan

nominal daya 2.770 KVA dimana hampir 1.500.000 kWH setiap bulannya. Selain itu

juga digunakan genset sebagai cadangan dengan daya 4.025 KVA.

1. Bendungan

Sumber air baku adalah air permukaan Sungai Belawan yang diambil melalui

bendungan dengan panjang 25 meter (sesuai lebar sungai) dan tinggi ± 4 meter. Pada

Universitas Sumatera Utara

Page 13: distribusi air

sisi kanan bendungan di buat sekat (chanel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2

meter dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake.

2. Intake

Bangunan ini adalah saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar

screen (saringan kasar) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk

mencegah masuknya kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai. Masing-masing

saluran dilengkapi dengan pintu (sluice gate) pengatur ketinggian air dan penggerak

air electromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara

periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air yang masuk.

3. Raw Water Tank (RWT)

Bangunan RWT (bak pengendap) dibangun setelah intake terdiri dari 2 unit (4

sel). Setiap unitnya berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi ± 5 m dilengkapi dengan 2 buah

inlet gate, 2 buah outlet sluice gate dan pintu bilas 2 buah, berfungsi sebagai tempat

pengendapan lumpur, pasir dan lain-lain yang bersifat sedimen.

4. Raw Water Pump (RWP)

RWP (pompa air baku berfungsi untuk memompa air dari RWT ke clearator

terdiri dari 16 unit pompa air baku, kapasitas tiap pompa 130 l/det dengan rata-rata

head 18 meter memakai motor AC nominal daya 55 KW.

5. Clearator / Clarifier

Bangunan clearator (proses penjernihan air) terdiri dari 5 unit, dengan

kapasitas masing-masing 350 l/det berfungsi sebagai tempat pemisah antara flok yang

bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent (hasil olahan) dilengkapi agitator

Universitas Sumatera Utara

Page 14: distribusi air

sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-flok

tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis.

Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang

dilengkapi dengan sekat-sekat pemisah untuk proses - proses sebagai berikut :

a. Primary Reaction Zone

b. Secondary Reaction Zone

c. Return reaction Zone

d. Clarification Reaction Zone

e. Concentrator

Air baku yang mengandung molekul koagulan akan masuk ke clearator

melalui primary reaction zone yang berada pada bagian dinding tengah sel secondary

reaction zone. Sel secondary adalah inti dari clearator, terletak pada bagian tengah

clearator ada alat pengaduk yang disebut blade agitator. Blade agitator bergerak

lambat agar terjadi flokulasi. Setelah tawas larut selanjutnya akan mengikat padatan

atau partikel yang ada di dalam air dan membentuk partikel (flok) yang lebih besar.

Flok-flok ini selanjutnya akan melakukan pengikatan kembali dengan flok lainnya

dengan bantuan turbulensi dari gerakan blade agitator tersebut. Flok-flok yang

terbentuk akan semakin besar (return reaction zone). Setelah melalui daerah

pembentukan flok, air yang lebih bersih masuk ke daerah penjernihan menuju filter

sedangkan flok yang lebih besar akan mengendap secara gravitasi ke daerah

pengendapan.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: distribusi air

6. Filter

Dari clearator air dialirkan ke filter untuk menyaring kekeruhan

(turbidity)berupa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari clearator melalui

lekatan pada media filter yang berjumlah 32 unit menggunakan jenis saringan cepat

masing-masing menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW.

Dalam jangka waktu tertentu filter ini harus dibersihkan dari endapan yang

dapat mengganggu proses penyaringan dengan menggunakan electromotor.Dalam

jangka waktu tertentu filter akan tersumbat (clogging) oleh flok yang masih tersisa

dari proses. Selanjutnya dilakukan back wash yaitu pencucian filter untuk

mengoptimalkan kembali fungsi filter.

7. Reservoir

Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m,

tinggi 3,5 m berfungsi untuk menampung air minum / air olahan setelah melewati

media filter dengan kapasitas 12.000 m3 dan kemudian didistribusikan ke pelanggan

melalui reservoir-reservoir distribusi diberbagai cabang. Air yang mengalir dari filter

ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorination) dan untuk proses netralisasi

dibubuhkan larutan kapur jenuh atau soda.

8. Finish Water Pump (FWP)

FWP (pompa distribusi air bersih) berjumlah 14 unit berfungsi untuk

mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi

cabang-cabang melalui pipa transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur Q1 s/d Q5 dengan

kapasitas masing-masing 150 ltr/det, total head 50 m menggunakan motor AC rata-

rata nominal daya 132 KW.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: distribusi air

Distribusi air yang dialirkan melalui Instalasi Pengolahan (IPA) Sunggal

terdiri dari 5 (titik) yaitu :

Dari reservoir 1 air akan didistribusikan melalui tiga jalur yaitu :

Q1 dengan menggunakan pompa 3 dan 4 air didistribusikan ke Diski

Q2 dengan menggunakan pompa 5, 6, dan 7 air didistribusikan ke Sei Agul.

Q3 dengan menggunakan pompa 8, 9, 10 air didistribusikan ke Sisingamangaraja.

Dari reservoir 2 air akan didistribusikan melalui dua jalur yaitu :

Q4 dengan menggunakan pompa 3 dan 4 air didistribusikan ke Padang Bulan

( pasar empat).

Q5 dengan menggunakan pompa 3 dan 4 air didistribusikan ke Setia Budi

9. Sludge Lagoon

Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi dan

meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di

unit Instalasi Pengolahan Air Sunggal yaitu dengan membangun unit pengendapan

berupa Lagoon dengan kapasitas 10.800 m3. Lagoon ini berfungsi sebagai media

penampung air buangan bekas pencucian system pengolahan dan kemudian air

olahannya disalurkan ke RWT untuk diproses kembali.

2.5.3. Laboratorium Pengendalian Mutu Analisa Sisa Chlor

Tujuan : Mengukur sisa chlor didalam air

Metode : Colorimetry

Alat : - Comparator dan Kuvet

Bahan : - Indikator Tetra Methyl Benzidine

- Sampel air

Universitas Sumatera Utara

Page 17: distribusi air

Prosedur kerja :

1. Kuvet diisi dengan air sampel + 10 ml.

2. Ditambahkan 3-5 tetes indikator Tetra Methyl Benzidine.

3. Tepatkan kuvet sampel di sebelah kanan dan kuvet blanko disebelah kiri tepat

kuvet comparator.

4. Bandingkan warna sampel dengan standar pada comparator.

a. Jika warna sampel sama atau mendekati maka nilai sisa chlor dibaca pada disc

comparator.

b. Jika warna sampel tidak sama dengan warna pada disc comparator, maka

dilihat nilai tengah (median).

Catatan : Standar sisa chlor di reservoir 0,30 – 1,0 ppm

2.6. Proses Klorinasi

2.6.1. Klorin

Desinfektan ini banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah

sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator digunakan untuk

menghilangkan bau, rasa, dan warna pada pengolahan air bersih. Dan untuk

mengoksidasi Fe (II) dan Mn (II) yang banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe

(III) dan Mn (III).

Klorin ini tidak hanya Cl2 saja, tetapi termasuk juga asam hipoklorit (OCl).

Juga beberapa kloramin, seperti monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin (NHCl2)

termasuk di dalamnya. Klorin dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari garam- garam

NaOCl dan Ca(OCl)2. Sedangkan kloramin terbentuk karena adanya reaksi antara

Universitas Sumatera Utara

Page 18: distribusi air

ammonia (NH3), baik organik maupun organik ammonia, di dalam air klorin.

(Waluyo, 2009).

Dalam mencari kebutuhan chlor, harus ditentukan besar daya sergap chlornya.

Daya sergap chlor adalah banyaknya chlor aktif yang dipakai oleh senyawa pereduksi

yang ada dalam air. Jika daya sergap chlor telah dapat ditentukan, maka kebutuhan

kaporit dapat ditentukan. (Mulia, 2005).

2.6.2. Jenis –Jenis Klorin

1. Kloramin Anorganik

Kloramin anorganik terbentuk karena adanya ammonia di dalam air. Kloramin

kurang efektif sebagai desinfektan bila dibandingkan dengan klorin, tetapi lebih

bersifat stabil sehingga residunya lebih persisten.

2. Natrium dan Kalsium Hipoklorit

Kedua senyawa ini banyak digunakan sebagai desinfektan di kolam renang.

Keduanya mempunyai efektifitas yang sama dengan klorin.

3. Klorin Dioksida

Klorin dioksida (ClO2) sudah digunakan dalam proses pengolahan air bersih,

untuk menghilangkan rasa dan bau akibat adanya fenol. Selain menghilangkan rasa

dan bau, klorin dioksida digunakan pula untuk menghilangkan zat besi (Fe) dan

mangan (Mn), serta desinfektan dan mencegah adanya algae.

Klorin dioksida bereaksi dengan berbagai jenis zat organik dan zat anorganik,

tetapi tidak membentuk THM (trihalometan). Selain itu ClO2 tidak bereaksi dengan

ammonia.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: distribusi air

2.6.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Chlorinasi

Menurut Waluyo (2009), Kecepatan dan keampuhan dalam proses chlorinasi

tergantung dari beberapa faktor yaitu:

1. Keadaan Mikroorganisme

Faktor- faktor yang mempengaruhi keadaan mikroorganisme, antara lain:

a. Jenis Mikroorganisme

Jenis mikroorganisme dapat meliputi bakteri, virus, atau parasit mempunyai

kepekaan tertentu terhadap desinfektan yang berlainan. Misalnya resistensi kista

protozoa lebih besar daripada Enterovirus. Resistensi Enterovirus lebih besar

daripada bakteri enterik.

b. Jumlah Mikroorganisme

Jumlah mikroorganisme yang besar, terutama mikroba pathogen akan

memerlukan dosis desinfektan yang lebih besar.

c. Penyebaran Mikroorganisme

Mikroorganisme yang menyebar, akan mudah ditembus oleh desinfektan.

Sebaliknya kumpulan bakteri akan lebih sulit ditembus oleh desinfektan. Bakteri

cenderung membentuk “clam” dengan supended solids yang ada dalam air yang

keruh harus dicurigai sebagai air yang mempunyai bakteri pathogen lebih banyak.

2. Jenis dan Konsentrasi Desinfektan

Setiap desinfektan mempunyai keunggulan dan kelemahannya masing- masing,

baik dari segi teknis (pelarutan dan pembubuhan) mau pun non teknis (harga).

Konsentrasi desinfektan berkaitan dengan waktu kontak.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: distribusi air

3. Waktu Kontak

Desinfektan agar dapat berfungsi dengan optimal harus mempunyai waktu

kontak yang cukup dengan air yang diproses. Waktu kontak ditentukan sebagai waktu

yang tersedia untuk interaksi antara chlor dengan bahan – bahan pereduksi chlor

dalam air. Waktu kontak air dengan desinfektan yang dibubuhkan, jika digunakan

khlor atau senyawa khlor waktu kontak diantara 30 – 60 menit, sebelum air

digunakan, dengan mempertahankan sisa khlor paling sedikit 0,3- 0,5 mg/ l Cl2

setelah waktu kontak tersebut.

4. Faktor Lingkungan

Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi desinfeksi antara lain:

a. Suhu

Makin tinggi suhu air, makin tinggi pula efektifitas desinfektan

b. pH

Setiap desinfektan akan berfungsi dengan optimal pada pH tertentu, misalnya

ozon lebih stabil pada pH rendah (pH= 6). Sedangkan pada klorin daya basminya

semakin menurun bila pH nya makin bertambah. Bila pH larutan ≥ 7, maka akan

terbentuk kloramin, sedangkan pada pH ≤ 6 maka akan terbentuk dikhloramin

c. Kualitas Air

Air yang mengandung zat organik dan unsur lainnya, akan mempengaruhi

besarnya clorine demand sehingga diperlukan konsentrasi klorin yang makin tinggi.

d. Pengolahan Air

Universitas Sumatera Utara

Page 21: distribusi air

Proses pendahuluan yang dilakukan desinfeksi, misalnya pengendapan dan filtrasi,

akan mempengaruhi hasil akhir yang akan dicapai. Selain itu saat yang tepat bagi

penambahan klorin yang akan mempengaruhi pula akhir yang akan dicapai.

2.7. Mikrobiologi Pada Air

Mikroorganisme yang terdapat di dalam air berasal dari berbagai sumber

seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau

mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan organik lainnya, dan sebagainya.

Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup di dalam air, atau tidak tahan

lama hidup dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok. (Fardiaz, 1992).

Jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air bervariasi

tergantung dari berbagai faktor. Faktor- faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sumber Air

Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air

tersebut, misalnya air permukaan (danau, sungai), air tanah (sumur, mata air), air

tergenang, air laut, dan sebagainya. Misalnya pada air laut yng ditumbuhi ganggang

memungkinkan pertumbuhan bakteri fotosintetik sulfur hijau dan ungu, bakteri yang

hanya dapat tumbuh pada medium air laut seperti Thiothirx, Beggiatoa, Thiovalum

dan Thiobacillus.

2. Komponen Nutrien Dalam Air

Air, terutama air buangan sering mengandung komponen- komponen yang

dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Mikroorganisme yang bersifat

saprofit organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah

Universitas Sumatera Utara

Page 22: distribusi air

tanaman dan bangkai hewan. Semua air secara alamiah juga mengandung mineral-

mineral yang cukup untuk kehidupan mikroorganisme di dalam air.

3. Komponen Beracun

Komponen beracun yang terdapat di dalam air mempengaruhi jumlah dan

jenis mikroorganisme di dalam air tersebut. Sebagai contoh, air laut mengandung

garam dengan konsentrasi yang terlalu tinggi untuk kehidupan kebanyakan spesies

mikroorganisme. Hidrogen sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk

dari sampah- sampah organik bersifat racun terhadap ganggang dan mikroorganisme

lainnya, tetapi sebaliknya H2S dapat digunakan oleh bakteri fotosintetik sebagai

donor electron/ hydrogen untuk mereduksi karbondioksida.

4. Organisme Air

Adanya organisme lain di dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis

mikroorganisme. Sebagai contoh, plankton merupakan organisme yang makan

bakteri, ganggang dan plankton lainnya, sehingga adanya plankton dapat mengurangi

jumlah organisme-organisme tersebut. Adanya protozoa dan bakteriophage

mengurangi jumlah bakteri di dalam air karena kedua organisme tersebut dapat

membunuh bakteri.

5. Faktor Fisik

Faktor-faktor fisik yang berpengaruh terhadap jumlah dan jenis

mikroorganisme adalah suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan

penetrasi sinar matahari. Sebagai contoh, mikroorganisme yang dapat hidup di dalam

air laut adalah yang tahan terhadap tekanan osmotik tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: distribusi air

6. Komponen polutan.

Air yang mengandung polutan yang berasal dari tanaman dan bangkai hewan

mengandung bakteri koliform, sedangkan air yang mengandung sampah organik akan

menyebabkan pertumbuhan bakteri anaerob seperti Clostridium dan Disulfovibrio.

2.8. Bakteri Indikator Polusi

Bakteri indikator polusi atau indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat

digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan,

karena organisme tersebut merupakan organisme komensal yang terdapat di dalam

saluran pencernaan manusia atau hewan.

Syarat- syarat bakteri indikator tersebut mungkin tidak selalu dapat dipenuhi

karena bakteri indikator mungkin berbeda dalam hal toleransi terhadap suhu, tingkat

khlorinasi, dan terhadap konsentrasi garam. Bakteri indikator tersebut adalah :

1. Escherichia coli

Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup

secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut

juga koliform fekal.

2. Streptococcus Fecal

Streptococcus adalah suatu bakteri yang bersifat gram positif, berbentuk bulat

memanjang yang disebut juga kokobasili. Streptococcus fecal dapat dibedakan dari

Streptococcus lainnya karena bakteri ini hidup di dalam saluran pencernaan hewan

berdarah panas, tahan terhadap bile, dan dapat tumbuh pada suhu 45oC.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: distribusi air

3. Clostridium perfringens

C. perfringens merupakan bakteri yang bersifat gram positif berbentuk batang

dan membentuk spora. Bakteri ini tersebar luas di alam, yaitu di dalam tanah, debu,

dan merupakan bagian dari mikroflora normal di dalam saluran usus manusia dan

hewan. Bakteri ini bersifat aerobik, tetapi masih tahan hidup pada kondisi aerobik,

meskipun pertumbuhannya lebih dirangsang pada kondisi anaerobik.

2.9. Escherichia coli

Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup

dalam saluran pencernaan baik manusia maupun hewan yang sehat. Nama bakteri ini

diambil dari nama seorang bacteriologist yang berasal dari Germani yaitu Theoder

Von Escherich, yang berhasil melakukan isolasi bakteri ini pertama kali pada tahun

1885. DR. Escherich juga berhasil membuktikan bahwa diare dan gastroenteritis yang

terjadi pada infant adalah disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (Andriani, 2004).

2.9.1. Escherichia coli Yang Berhubungan Dengan Penyakit Diare

Berdasarkan Brooks (2005), Escherichia coli yang berhubungan dengan

penyakit diare adalah :

1. Enterophatogenic E. coli (EPEC)

Enterophatogenic E. coli (EPEC) merupakan penyebab penting diare pada

bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC awalnya dihubungkan dengan

terjangkitnya diare di ruang perawatan di negara berkembang. EPEC melekat pada sel

mucosa usus kecil. Faktor yang berhubungan dengan kromosom mendukung

pelekatan yang erat.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: distribusi air

Akibat dari infeksi EPEC adalah diare yang cair, yang biasanya susah

diatasinamun tidak kronis. Diare EPEC berhubungan dengan berbagai serotype

spesifik dari E. coli. Waktu diare EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat

disembuhkan dengan pemberian antibiotik.

2. Enterotoxigenic E.coli (ETEC)

Enterotoxigenic E.coli (ETEC) merupakan penyebab umum diare pada

musafir dan merupakan penyebab yang sangat penting dari diare pada bayi di Negara

berkembang. Cara untuk membantu mencegah diare ini adalah dengan

memperhatikan pemilihan dan pengkonsumsian makanan yang potensial

terkontaminasi ETEC. Antimicrobial prophylaxis dapat menjadi efektif tetapi dapat

terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik pada bakteri dan mungkin tidak

dianjurkan secara keseluruhan. Pemberian antibiotik yang efektif akan

memperpendek jangka waktu penyakit.

3. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC)

Enterohemorrhagic E.coli (EHEC) memproduksi verotoksin. EHEC banyak

dihubungkan dengan hemorrhagic colitis, sebuah bentuk diare yang parah, dan

dengan sindroma uremic hemolytic, sebuah penyakit akibat kegagalan ginjal akut,

microangiopathi hemolytic anemia, dan thrombocytopenia. Hemorrhagic colitis dan

komplikasinya dapat dicegah dengan cara memasak daging segar.

4. Enteroinvasire E. coli (EIEC)

Enteroinvasire E. coli (EIEC) menyebabkan penyakit yang mirip dengan

shigellosis. Penyakit yang terjadi umumnya pada anak di Negara berkembang dan

Universitas Sumatera Utara

Page 26: distribusi air

dalam perjalanan ke Negara tersebut. EIEC menyebabkan penyakit dengan

menyerang sel epithelial mukosa usus.

5. Enteroagregative E. coli (EAEC)

Enteroagregative E. coli (EAEC) menyebabkan diare yang akut dan kronis

(dalam jangka waktu > 14 hari) pada orang di negara berkembang. Organisme ini

juga menyebabkan penyakit karena makanan di negara industri. Mereka digolongkan

berdasarkan bentuk dan perlekatan pada sel manusia. Patogenesis EAEC penyebab

diare tidak begitu dipahami dengan baik, meskipun demikian dinyatakan bahwa

EAEC melekat pada mukosa intestinal dan menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin.

Akibatnya adalah kerusakan mukosa, pengeluaran sejumlah besar mucus, dan

terjadinya diare.

2.9.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Eschericia coli Dalam Air

1. Sumber air.

Sumber air yang berbeda seperti air hujan, air laut, air permukaan dan air

tanah mengandung mikroorganisme dalam jumlah dan jenis yang berbeda pula. Air

permukaan yang tercemar oleh kotoran hewan dan manusia akan mengandung bakteri

Eschericia coli (Anonim).

2. Suhu.

Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu

pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum.

Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu

optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum

adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba. Eschericia coli merupakan mikroba

Universitas Sumatera Utara

Page 27: distribusi air

yang tahan hidup pada suhu tinggi (mikroba termofi). Kelompok ini mempunyai

suhu minimum 400C, optimum pada suhu 55-600C dan suhu maksimum untuk

pertumbuhannya 750C (Anonim, 2009).

3. pH

Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Eschericia coli merupakan

mikroba alkalifil yaitu kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.

(Anonim, 2009).

4. Kerusakan atau kebocoran pipa

Adanya kerusakan atau kebocoran pipa dapat menyebabkan masuknya air

tanah ke dalam sistem distribusi terutama bila tekanan airnya rendah dan lebih kecil

dari tekanan air tanah. Dengan masuknya air tanah ke dalam sistem distribusi akan

menyebabkan pencemaran baik secara kimiawi maupun pencemaran bakteriologis.

(Said, 2002).

2.10. Sistem Distribusi Air Bersih

2.10.1. Defenisi Sistem Distribusi Air Bersih

Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air melalui

sistem perpipaan dari bangunan pengolahan (reservoir) ke daerah pelayanan

(konsumen). Dalam perencanaan sistem distribusi air bersih, beberapa faktor yang

harus diperhatikan antara lain adalah :

1. Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani.

Daerah layanan ini meliputi wilayah IKK (Ibukota Kecamatan) atau wilayah

kabupaten/ Kotamadya. Jumlah penduduk yang akan dilayani tergantung pada

Universitas Sumatera Utara

Page 28: distribusi air

kebutuhan, kemauan (minat), dan kemampuan atau tingkat sosial ekonomi

masyarakat. Sehingga dalam suatu daerah belum tentu semua penduduk terlayani.

2. Kebutuhan air

Kebutuhan air adalah debit air yang harus disediakan untuk distribusi daerah

pelayanan.

3. Letak topografi daerah layanan

Letak topografi daerah layanan akan menentukan sistem jaringan dan pola

aliran yang sesuai.

4. Jenis sambungan sistem

Jenis sambungan dalam sistem distribusi air bersih dibedakan menjadi :

a. Sambungan halaman yaitu pipa distribusi dari pipa induk/ pipa utama ke tiap- tiap

rumah atau halaman.

b. Sambungan rumah yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa induk/ pipa utama ke

masing- masing utilitas rumah tangga.

c. Hidran umum merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara komunal

pada suatu daerah tertentu unuk melayani 100 orang dalam setiap hidran umum.

d. Terminal air adalah distribusi air melalui pengiriman tangki-tangki air yang

diberikan pada daerah-daerah kumuh, daerah terpencil atau daerah yang rawan air

bersih.

e. Kran umum merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara komunal pada

kelompok masyarakat tertentu, yang mempunyai minat tetapi kurang mampu

dalam membiayai penyambungan pipa ke masing- masing rumah. Biasanya satu

kran umum dipakai untuk melayani kurang lebih dari 20 orang.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: distribusi air

2.10.2. Pipa Distribusi

Pipa distribusi adalah pipa yang membawa air ke konsumen meliputi :

1. Pipa induk yaitu pipa utama pembawa air yang akan dibagikan kepada konsumen.

2. Pipa cabang yaitu pipa cabang dari pipa induk.

3. Pipa dinas yaitu pipa pembawa air yang langsung melayani konsumen.

2.10.3. Tipe Pengaliran

Tipe pengaliran sistem distribusi air bersih meliputi aliran gravitasi dan aliran

secara pemompaan. Tipe pengaliran secara gravitasi diterapkan bila tekanan air pada

titik terjauh yang diterima konsumen masih mencukupi. Jika kondisi ini tidak

terpenuhi maka pengaliran harus menggunakan sistem pemompaan.

2.10.4. Pola Jaringan

Macam pola jaringan sistem distribusi air bersih :

1. Sistem cabang

Sistem cabang adalah sistem pendistribusian air bersih yang bersifat terputus

membentuk cabang- cabang sesuai dengan daerah pelayanan.

2. Sistem Loop

Sistem Loop adalah sistem perpipaan melingkar dimana ujung pipa yang satu

bertemu kembali dengan ujung pipa lain.

2.10.5. Perlengkapan Sistem Distribusi Air Bersih

1. Reservoir

Fungsi reservoir adalah untuk menampung air bersih yang telah diolah dan

memberi tekanan. Jenis reservoir meliputi :

Universitas Sumatera Utara

Page 30: distribusi air

a. Ground reservoir yaitu bangunan penampung air bersih di bawah permukaan

tanah.

b. Elevatad reservoir adalah bangunan penampung air yang terletak di atas

permukaan tanah dengan ketinggian tertentu sehingga tekanan air pada titik terjauh

masih tercapai.

2. Bahan Pipa

Bahan pipa yang biasa dipakai untuk pipa induk adalah pipa galvanis, bahan

pipa cabang adalah PVC, sedangkan untuk pipa dinas dapat digunakan pipa dari jenis

PVC atau galvanis. Keuntungan jika memakai pipa galvanis adalah pipa tidak mudah

pecah bila tekanan air yang mengalir cukup besar atau mendapat tekanan dari luar

yang cukup berat meskipun harganya relatif mahal. Sedangkan untuk pipa PVC akan

lebih mudah pecah walaupun dari segi harga lebih murah.

3. Valve (Katup).

Valve berfungsi untuk mengatur arah aliran air dalam pipa dan menghentikan

air pada suatu daerah apabila terjadi kerusakan.

4. Meter Air

Meter air berfungsi untuk mengukur besar aliran yang melalui suatu pipa.

5. Flow Restrictor (Pembatas arus).

Flow restrictor berfungsi untuk pembatas air baik untuk rumah maupun kran

umum agar aliran merata.

6. Assessoris Perpipaan

a. Sok (sambungan pipa), fungsinya untuk menyambungkan pipa pada posisi lurus.

Sok dibedakan menjadi:

Universitas Sumatera Utara

Page 31: distribusi air

i. Sok turunan yang menghubungkan dua pipa yang mempunyai diameter berbeda

ii. Sok adaptor yang menghubungkan dua pipa yang mempunyai tipe yang berbeda,

misalnya PVC dengan galvanis.

b. Flens (sambungan pipa), berfungsi untuk menyambung pipa. Penyambungan

dengan flens dilakukan untuk pipa yang kedudukannya di atas permukaan tanah

dengan diameter yang lebih besar dari 50 mm. Flens diperlukan dalam bentuk

flens adaptor.

c. Water mul dan Nipel (sambungan pipa), berfungsi untuk menyambung pipa dalam

posisi lurus. Pipa ini dapat dibuka kembali meskipun kedudukan pipa-pipa yang

disambung dalam keadaan mati.

d. Penyambung gibault (sambungan pipa), khusus dipakai menyambung pipa

asbestos semen.

e. Dop dan plug (penutup), berfungsi untuk menutup ujung akhir pada pipa.

f. Bend (sambungan pipa), berfungsi untuk menyambung pipa yang posisinya

membentuk sudut satu sama lainnya.

g. Tee (sambungan pipa berbentuk T), fungsi untuk menyambung pipa bila ada

pencabangan tiga pipa yang saling tegak lurus.

2.10.6. Deteksi Kebocoran

Dalam perencanaan sistem distribusi air besih tidak menutup kemungkinan

terjadi kebocoran atau kehilangan air. Kehilangan air didefinisikan sebagai jumlah air

yang hilang akibat :

1. Pemasangan sambungan yang tidak tetap.

2. Terkena tekanan dari luar sehingga menyebabkan pipa retak atau pecah.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: distribusi air

3. Penyambungan liar.

Untuk mengetahui jika terjadi kebocoran yang tidak tepat misalnya air

rembesan dari keretakan pipa, dapat diatasi dengan alat pendeteksi kebocoran yang

disebut Leak detector. Sedangkan upaya untuk mengurangi terjadinya kehilangan air

yang lebih besar dalam perencanaan sistem distribusi air dilakukan pembagian

wilayah atau zoning untuk memudahkan pengontrolan kebocoran pipa, serta

pemasangan meteran air.

2.11. Kerangka Konsep

Air PDAM Sunggal

Jarak pelanggan dari sumber pengolahan air bersih

E.coli

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat

Pemeriksaan Laboratorium

PERMENKES No. 416 Tahun 1990

Ada

Tidak Ada

Universitas Sumatera Utara

Page 33: distribusi air

2.12. Hipotesis

Ha : Ada hubungan antara jarak distribusi air bersih dengan jumlah Eschericia coli

di rumah pelanggan PDAM Sunggal di Kecamatan Medan Sunggal

Ho: Tidak ada hubungan antara jarak distribusi air bersih dengan jumlah

Eschericia coli di rumah pelanggan PDAM Sunggal di Kecamatan Medan

Sunggal

Universitas Sumatera Utara