distribusi air
-
Upload
yahyaalansor3111 -
Category
Documents
-
view
253 -
download
7
Transcript of distribusi air
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Standard Kualitas Air Bersih
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang
”Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air “, air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah:
1. Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme
yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi
dalam empat group, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis
mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah
bakteri seperti Eschericia coli.
2. Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni
derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya selain
penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti
suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada
persyaratan biologis dan kimiawi, seperti warna air dan bau.
3. Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi
air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses
biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai macam logam
Universitas Sumatera Utara
berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium dapat menjadi gangguan pada
faal tubuh dan berubah menjadi racun.
4. Persyaratan Radioaktif
Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan
fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada
wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir.
2.2. Pengaruh Air Terhadap Kesehatan
Menurut Soemirat (2002), secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan
dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.
2.2.1. Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat
pendayagunaan air yang dapat meningkatkan atau pun menurunkan kesejahteraan
masyarakat. Misalnya, air yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, untuk
industri, untuk irigasi, perikanan, pertanian, dan rekreasi dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya pengotoran air dapat menurunkan
kesejahteraan masyarakat.
2.2.2. Pengaruh Langsung
Air minum atau air konsumsi penduduk dapat menyebabkan penyakit seperti :
1. Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50 -70 % dari seluruh berat badan.
Air terdapat di seluruh badan, di tulang terdapat air sebanyak 22 % berat tulang,
di darah dan ginjal sebanyak 83 %. Kehilangan air untuk 15 % dari berat badan
dapat mengakibatkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu minum minimum
1,5 – 2 liter air sehari. Kekurangan air ini menyebabkan banyaknya didapat
Universitas Sumatera Utara
penyakit batu ginjal dan kandung kemih di daerah tropis seperti Indonesia,
karena terjadinya kristalisasi unsur –unsur yang ada di dalam cairan tubuh.
(Soemirat, 2002).
2. Penyebab Penyakit Menular
Air yang telah tercemar oleh bakteri penyebab berbagai penyakit, dapat
menularkan kepada manusia atau hewan melalui empat mekanisme:
a. Water Borne Disease
Mekanisme penyebaran penyakit dimana pathogen penyebab penyakit berada
dalam air yang telah tercemar dan dapat menyebabkan penyakit infeksi bila terminum
oleh manusia atau hewan. Hal ini karena air tersebut mengandung kuman pathogen.
Diantara penyakit- penyakit yang disebarkan dengan mekanisme ini adalah penyakit
kolera, tifoid, hepatitis A, disentri, poliomyelitis, dan diare.
Menurut Slamet (2002) penyakit yang disebabkan oleh pathogen penyebab
penyakit berada dalam air yang telah tercemar adalah :
1. Kolera
Penyakit kolera disebabkan oleh Vibrio cholera. Kolera adalah penyakit usus
halus yang akut dan berat, sering mewabah yang mengakibatkan kematian. Gejala
utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps dapat terjadi dengan cepat.
Sedangkan gejala kolera yang khas adalah tinja yang menyerupai air cucian beras,
tetapi sangat jarang ditemui.
Universitas Sumatera Utara
2. Tifoid
Tifoid merupakan penyakit yang menyerang usus halus, penyebabnya adalah
Salmonella typhi. Gejala utama adalah panas yang terus menerus dengan taraf
kesadaran yang menurun, terjadi rata-rata dua minggu. Penularan dapat terjadi dari
orang ke orang, atau tidak langsung lewat makanan, minuman yang terkontaminasi
bakteri.
3. Hepatitis A
Hepatitis A dikenal juga sebagai Hepatitis infectiosa, disebabkan oleh Virus
hepatitis A. Gejala utama adalah demam yang akut, dengan perasaan mual dan
muntah, hati membengkak, dan sclera mata menjadi kuning, diikuti oleh icterius
seluruh kulit. Penyakit ini dapat menyebar secara langsung dari orang ke orang,
secara tak langsung lewat air, makanan yang terkontaminasi virus, dan lewat udara.
4. Poliomyelitis
Penyakit ini seringkali disebut “Polio” saja ataupun dikenal sebagai
kelumpuhan anak- anak. Polio disebabkan oleh virus. Polio meninggalkan cacat,
menyebar lewat lingkungan air yang tidak saniter. Gejala polio sangat bervariasi,
dapat sangat ringan, menyerupai penyakit influenza, sampai keadaan kelumpuhan
ringan, parah, dan kematian.
5. Diare
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah penyebab nomor
satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita
nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Universitas Sumatera Utara
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang
mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi
tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat
membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua.
Menurut USAID yang menjadi penyebab diare adalah:
a. Infeksi dari berbagai bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun
air minum.
b. Infeksi berbagai macam virus.
c. Alergi makanan, khususnya susu atau laktosa (makanan yang mengandung susu)
d. Parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang kotor.
b. Water Washed Disease
Mekanisme penyebaran penyakit bila suatu penyakit infeksi dapat dicegah
dengan memperbanyak volume pemakaian air serta memperbaiki hygiene
perorangan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup, maka
penyakit- penyakit tertentu dapat dikurangi penularannya pada manusia, dan penyakit
ini banyak terjadi di daerah tropis. Contoh penyakit yang disebabkan adalah penyakit
infeksi saluran pencernaan, penyakit infeksi kulit dan selaput lendir, penyakit yang
ditimbulkan oleh insekta pada kulit dan selaput lendir.
c. Water Based Disease
Cara penyebaran penyakit ini terjadi bila sebagian siklus hidup penyebab
penyakit memerlukan hospes perantara seperti siput air. Infeksi pada manusia dapat
dicegah dengan menurunkan keinginan dengan kontak dengan air, mengontrol
Universitas Sumatera Utara
populasi siput air, dan memperbaiki kualitas air. Contoh penyakit yang disebabkan
adalah Schistomiasis. Dimana larva schistosoma hidup dalam keong - keong air.
Setelah waktunya larva ini mengubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit
(kaki) manusia yang berada dalam air tersebut.
d. Insect Vector Disease
Cara penyebaran berkaitan dengan serangga sebagai vektor penyebaran
pathogen penyebab penyakit yang hidup di air. Strategi pencegahan penyebaran
penyakit dapat melalui perbaikan pengelolaan air permukaan, menghilangkan tempat-
tempat perkembangbiakan serangga yang menjadi vektor penyebaran penyakit
infeksi. Contoh- contoh penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya
bergantung pada air misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, Yellow fever, dan
lain sebagainya.
2.3. Kualitas Air Baku dan Air Bersih
Masalah air baku untuk industri air bersih menjadi sangat penting. Kualitas air
bersih yang dipengaruhi kualitas air baku tersebut akan berpengaruh pada kesehatan
masyarakat yang mengkonsumsinya (Amsyari, 1996).
Kualitas air bersih sangat erat kaitannya dengan kualitas air bakunya.
Umumnya air baku dari air sumber (air tanah) kualitasnya sudah cukup baik sehingga
tidak sulit menjadikannya air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan. Pada sisi
lain air bersih dalam jumlah banyak harus mengambil dari sumber air yang besar
pula. Ini sering terjadi di kota besar dan akhirnya memilih air sungai yang ada di
dekatnya sebagai sumber air baku. Kualitas air sungai sebagai air permukaan jelas
berbeda dengan air sumber dan air tanah dalam sehingga perlu proses yang lebih
Universitas Sumatera Utara
banyak. Pada awalnya proses itu pun tidak begitu berat karena air sungai hanya
terkait dengan limbah rumah tangga yang jumlahnya pun terbatas sehingga proses
penjernihannya pun relatif sederhana (Amsyari, 1996).
Dengan perkembangan industri masalah air baku tidak hanya karena
pencemaran dari limbah domestik, akan tetapi juga dari limbah industri yang pekat
dengan macam bahan kimiawi yang luas. Bahan beracun dan berbahaya jelas tidak
banyak dikeluarkan oleh limbah rumah tangga. Bahan seperti itu umumnya dari
industri yang melibatkan banyak reaksi kimia, seperti industri kertas, cat dan lainnya.
Jelas proses pengolahan air bersih yang akan dilakukan akan lebih kompleks
(Amsyari, 1996).
2.4. Proses Pengolahan Air Bersih
Tujuan pengolahan air bersih merupakan upaya untuk mendapatkan air bersih
dan sehat sesuai dengan standard mutu air. Proses pengolahan air bersih merupakan
proses fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan
sebagai air minum. (Mulia, 2005).
Sumber air untuk keperluan domestik dapat berasal dari beberapa sumber,
misalnya dari aliran sungai yang relatif masih sedikit terkontaminasi, berasal dari
mata air pegunungan, berasal dari danau, berasal dari tanah, atau sumber lain, seperti
air laut. Air tersebut harus terlebih dahulu diolah di dalam wadah pengolahan air
sebelum didistribusikan kepada pengguna. Variasi sumber air akan mengandung
senyawa yang berbeda, maka sudah menjadi kewajiban pengelola air untuk
menjadikan air aman untuk dikonsumsi, yaitu air yang tidak mengandung bahan
Universitas Sumatera Utara
berbahaya untuk kesehatan berupa senyawa kimia untuk mikroorganisme (Manihar,
2007)
Ada banyak cara untuk pengolahan air untuk keperluan air bersih, tergantung
pada jenis senyawa atau partikel yang terdapat di dalam air yang akan diolah dan
jenis sumber bahan baku air. Modifikasi pengolahan air dan pemilihan serta
penambahan bahan pengendap dapat dilakukan untuk efisiensi pengolahan air bersih.
Menurut Manihar (2007), beberapa bagian atau langkah penting pengolahan air
(bukan hanya air minum) yang sering dilakukan untuk mendapatkan air bersih adalah:
1. Menghilangkan Zat Padat
Sebelum air diolah untuk air bersih, sering ditemukan bahan baku air
mengandung bahan-bahan yang terbawa ke dalam arus air menuju bak penampungan.
Bahan padat yang mengapung dan melayang dengan ukuran besar tersebut dapat
dihilangkan dengan proses penyaringan (filtrasi). Sedangkan untuk bahan padat
ukuran kecil dihilangkan dengan proses pengendapan (sedimentasi). Untuk
mempercepat proses penghilangan bahan ukuran kecil yang dikenal sebagai koloid,
perlu ditambahkan koagulan.
Bahan Koagulan yang sering dipakai adalah alum (tawas). Tawas di dalam air
akan terhidrolisa dan membentuk senyawa kompleks aluminium yang siap bereaksi
dengan senyawa basa di dalam air. Endapan berupa senyawa aluminium hidroksida
akan terbentuk dan membawa serta mengikat senyawa- senyawa lain yang tersuspensi
ke dalamnya dan mengendap bersama- sama berupa lumpur.
2. Menghilangkan Kesadahan Air
Universitas Sumatera Utara
Kalsium dan Magnesium dalam bentuk senyawa bikarbonat dan sulfat sering
ditemukan dalam air yang menyebabkan kesadahan air. Salah satu pengaruh
kesadahan air adalah dalam proses pencucian dengan menggunakan sabun karena
terbentuknya endapan garam yang sukar larut bila sabun bereaksi dengan ion
magnesium dan kalsium.
Cara untuk menghilangkan kesadahan air, misalnya air untuk konsumsi
masyarakat digunakan proses penghilangan kesadahan air dengan penambahan soda
Ca(OH2) dan abu soda Na2CO3 sehingga kalsium akan mengendap sebagai Mg(OH)2.
Bila kesadahan hanya disebabkan oleh kesadahan karbonat maka cukup hanya
dengan menambahkan Ca(OH)2 untuk menghilangkannya.
3. Menghilangkan Bakteri Pathogen
Penghilangan mikroba pathogen dapat dilakukan dengan menggunakan
disinfectant. Umumnya bahan- bahan disinfectant ini bersifat oksidator, sehingga
dapat membunuh mikroba pathogen. Menurut Waluyo bahan- bahan disinfectant
yang banyak dipakai adalah :
a. Kaporit
Klorin bila ditambahkan ke dalam air akan terhidrolisis dengan cepat
menghasilkan ion klor dan asam hipoklorit.
b. Ozon
Ozon atau O3 bersifat mudah larut dalam air dan mudah terdekomposisi pada
temperatur dan pH tinggi. Penggunaan ozon lebih aman dibanding kaporit, terutama
bagi mereka yang sensitif terhadap klor. Pengolahan dengan proses ozonisasi
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan cara menyaring air, mendinginkannya, tekanan ditinggikan, dan
ozon dipompakan ke dalam wadah air selama 10- 15 menit. Permasalahannya adalah
kelarutan ozon di dalam air relatif kecil sehingga kekuatan desinfektannya sangat
terbatas. Ozon sangat bereaksi dengan cepat yang menyebabkan persistensinya di
dalam air hanya sebentar saja.
c. Iodine dan Bromin
Sudah sejak lama senyawa ini digunakan sebagai antiseptik pada luka,
meskipun penggunaanya sebagai desinfektan tidak atau kurang populer sampai saat
ini. Dibandingkan dengan klorin, penggunaan ion memerlukan biaya lebih besar.
Seperti halnya klorin dan bromine, efektifitas iodine dalam membinasakan bakteri
dan kista sangat tergantung pada pH. Tetapi dalam membinasakan virus iodin lebih
efektif daripada klorin dan bromine.
Bromin merupakan bakterisida dan virusida yang efektif. Karena kehadiran
ammonia dalam air bromin masih lebih efektif bila dibandingkan dengan klorin.
d. Desinfektan lain.
Beberapa desinfektan belum atau tidak banyak digunakan karena kurang
efektif atau karena penggunaannya masih merupakan hal baru. Desinfektan tersebut
adalah:
1. Ferrat
Ferrat merupakan garam dari asam ferric (H2FeO4) dimana Fe bervalensi 6.
Sebagai bakterisida dan virusida, ferrat lebih baik daripada kloramin.
2. Hidrogen Peroksida
Universitas Sumatera Utara
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah oksidator kuat yang digunakan pula
sebagai desinfektan. Penggunaannya tidak populer, karena harganya mahal dan
konsentrasi yang diperlukan sebagai desinfektan cukup tinggi.
3. Kalium Permanganat
Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan oksidator kuat yang sudah lama
digunakan. Dalam proses pengolahan air bersih, penggunaan KMnO4 adalah sebagai
oksidator untuk mengurangi kadar Fe dan Mn dalam air, serta untuk menghilangkan
rasa dan bau dari air yang diolah. Selain itu, kalium permanganat digunakan pula
sebagai algisida. Penggunaannya sangat terbatas karena harganya mahal, daya
bakterisidanya rendah serta warnanya mengganggu bila digunakan pada konsentrasi
tertentu.
2.5. Proses Pengolahan Air Bersih di PDAM Tirtanadi Sunggal
2.5.1. Profil Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal
PDAM Tirtanadi cabang Sunggal merupakan perusahaan yang menyediakan
jasa pelayanan dan penyediaan air bersih. Seiring dengan banyaknya permintaan akan
air bersih dan setelah sumber air yang ada di Sibolangit tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat kota Medan, maka pada tanggal 1 April 1969
dilakukanlah pencangkulan pertama tanda dimulainya proyek pembangunan Instalasi
Pengolahan Air (IPA) di Sunggal oleh Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera
Utara yaitu Marah Halim Harahap dan ketua DPRGR Tingkat I Propinsi Sumatera
Utara, J. Hutauruk.
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal terletak di kecamatan Medan Sunggal
dengan kapasitas sebesar 1.800 ltr/dtk. Dibangun secara bertahap dari tahun 1970
Universitas Sumatera Utara
hingga tahun 1986. Dengan sumber air untuk instalasi ini berasal dari Sungai
Belawan.
Semakin berkembangnya produksi seksi Sunggal maka pada tanggal 19 Mei
1989 seksi Sunggal berubah status organisasi menjadi cabang Sunggal. Selain
melakukan pengolahan air untuk kegiatan produksi juga bergerak dalam bidang
pemasaran. PDAM Tirtanadi Sunggal telah banyak memperoleh sertifikat ISO 9001-
2000 oleh KEMA, Requisteres Quality dan pada tahun 2004 Instalasi Sunggal juga
memperoleh sertifikat ISO 14001-2004 oleh TUV.
Instalasi Pengolahan Air Sunggal mempunyai wewenang dan bertanggung
jawab untuk menjamiin bahwa air baku yang diolah menjadi air minum yang
berkualitas. Air bersih tersebut dialirkan secara kontiniu selama 24 jam sehari dengan
debit maksimal 2.100 ltr/dtk, debit minimal 1.200 ltr/dtk.
2.5.2. Proses Pengolahan Air Bersih di Instalasi Pengolahan Air Sunggal
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal merupakan salah satu unit pengolahan
air milik PDAM Tirtanadi dengan sumber air baku dari Sungai Belawan dan
merupakan instalasi yang kedua dibangun setelah Instalasi Mata Air ( IMA)
Sibolangit.
Sumber energi yang digunakan adalah energi listrik dari PLN tarif I-3 dengan
nominal daya 2.770 KVA dimana hampir 1.500.000 kWH setiap bulannya. Selain itu
juga digunakan genset sebagai cadangan dengan daya 4.025 KVA.
1. Bendungan
Sumber air baku adalah air permukaan Sungai Belawan yang diambil melalui
bendungan dengan panjang 25 meter (sesuai lebar sungai) dan tinggi ± 4 meter. Pada
Universitas Sumatera Utara
sisi kanan bendungan di buat sekat (chanel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2
meter dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake.
2. Intake
Bangunan ini adalah saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar
screen (saringan kasar) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk
mencegah masuknya kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai. Masing-masing
saluran dilengkapi dengan pintu (sluice gate) pengatur ketinggian air dan penggerak
air electromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara
periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air yang masuk.
3. Raw Water Tank (RWT)
Bangunan RWT (bak pengendap) dibangun setelah intake terdiri dari 2 unit (4
sel). Setiap unitnya berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi ± 5 m dilengkapi dengan 2 buah
inlet gate, 2 buah outlet sluice gate dan pintu bilas 2 buah, berfungsi sebagai tempat
pengendapan lumpur, pasir dan lain-lain yang bersifat sedimen.
4. Raw Water Pump (RWP)
RWP (pompa air baku berfungsi untuk memompa air dari RWT ke clearator
terdiri dari 16 unit pompa air baku, kapasitas tiap pompa 130 l/det dengan rata-rata
head 18 meter memakai motor AC nominal daya 55 KW.
5. Clearator / Clarifier
Bangunan clearator (proses penjernihan air) terdiri dari 5 unit, dengan
kapasitas masing-masing 350 l/det berfungsi sebagai tempat pemisah antara flok yang
bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent (hasil olahan) dilengkapi agitator
Universitas Sumatera Utara
sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-flok
tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis.
Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang
dilengkapi dengan sekat-sekat pemisah untuk proses - proses sebagai berikut :
a. Primary Reaction Zone
b. Secondary Reaction Zone
c. Return reaction Zone
d. Clarification Reaction Zone
e. Concentrator
Air baku yang mengandung molekul koagulan akan masuk ke clearator
melalui primary reaction zone yang berada pada bagian dinding tengah sel secondary
reaction zone. Sel secondary adalah inti dari clearator, terletak pada bagian tengah
clearator ada alat pengaduk yang disebut blade agitator. Blade agitator bergerak
lambat agar terjadi flokulasi. Setelah tawas larut selanjutnya akan mengikat padatan
atau partikel yang ada di dalam air dan membentuk partikel (flok) yang lebih besar.
Flok-flok ini selanjutnya akan melakukan pengikatan kembali dengan flok lainnya
dengan bantuan turbulensi dari gerakan blade agitator tersebut. Flok-flok yang
terbentuk akan semakin besar (return reaction zone). Setelah melalui daerah
pembentukan flok, air yang lebih bersih masuk ke daerah penjernihan menuju filter
sedangkan flok yang lebih besar akan mengendap secara gravitasi ke daerah
pengendapan.
Universitas Sumatera Utara
6. Filter
Dari clearator air dialirkan ke filter untuk menyaring kekeruhan
(turbidity)berupa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari clearator melalui
lekatan pada media filter yang berjumlah 32 unit menggunakan jenis saringan cepat
masing-masing menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW.
Dalam jangka waktu tertentu filter ini harus dibersihkan dari endapan yang
dapat mengganggu proses penyaringan dengan menggunakan electromotor.Dalam
jangka waktu tertentu filter akan tersumbat (clogging) oleh flok yang masih tersisa
dari proses. Selanjutnya dilakukan back wash yaitu pencucian filter untuk
mengoptimalkan kembali fungsi filter.
7. Reservoir
Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m,
tinggi 3,5 m berfungsi untuk menampung air minum / air olahan setelah melewati
media filter dengan kapasitas 12.000 m3 dan kemudian didistribusikan ke pelanggan
melalui reservoir-reservoir distribusi diberbagai cabang. Air yang mengalir dari filter
ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorination) dan untuk proses netralisasi
dibubuhkan larutan kapur jenuh atau soda.
8. Finish Water Pump (FWP)
FWP (pompa distribusi air bersih) berjumlah 14 unit berfungsi untuk
mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi
cabang-cabang melalui pipa transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur Q1 s/d Q5 dengan
kapasitas masing-masing 150 ltr/det, total head 50 m menggunakan motor AC rata-
rata nominal daya 132 KW.
Universitas Sumatera Utara
Distribusi air yang dialirkan melalui Instalasi Pengolahan (IPA) Sunggal
terdiri dari 5 (titik) yaitu :
Dari reservoir 1 air akan didistribusikan melalui tiga jalur yaitu :
Q1 dengan menggunakan pompa 3 dan 4 air didistribusikan ke Diski
Q2 dengan menggunakan pompa 5, 6, dan 7 air didistribusikan ke Sei Agul.
Q3 dengan menggunakan pompa 8, 9, 10 air didistribusikan ke Sisingamangaraja.
Dari reservoir 2 air akan didistribusikan melalui dua jalur yaitu :
Q4 dengan menggunakan pompa 3 dan 4 air didistribusikan ke Padang Bulan
( pasar empat).
Q5 dengan menggunakan pompa 3 dan 4 air didistribusikan ke Setia Budi
9. Sludge Lagoon
Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi dan
meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di
unit Instalasi Pengolahan Air Sunggal yaitu dengan membangun unit pengendapan
berupa Lagoon dengan kapasitas 10.800 m3. Lagoon ini berfungsi sebagai media
penampung air buangan bekas pencucian system pengolahan dan kemudian air
olahannya disalurkan ke RWT untuk diproses kembali.
2.5.3. Laboratorium Pengendalian Mutu Analisa Sisa Chlor
Tujuan : Mengukur sisa chlor didalam air
Metode : Colorimetry
Alat : - Comparator dan Kuvet
Bahan : - Indikator Tetra Methyl Benzidine
- Sampel air
Universitas Sumatera Utara
Prosedur kerja :
1. Kuvet diisi dengan air sampel + 10 ml.
2. Ditambahkan 3-5 tetes indikator Tetra Methyl Benzidine.
3. Tepatkan kuvet sampel di sebelah kanan dan kuvet blanko disebelah kiri tepat
kuvet comparator.
4. Bandingkan warna sampel dengan standar pada comparator.
a. Jika warna sampel sama atau mendekati maka nilai sisa chlor dibaca pada disc
comparator.
b. Jika warna sampel tidak sama dengan warna pada disc comparator, maka
dilihat nilai tengah (median).
Catatan : Standar sisa chlor di reservoir 0,30 – 1,0 ppm
2.6. Proses Klorinasi
2.6.1. Klorin
Desinfektan ini banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah
sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator digunakan untuk
menghilangkan bau, rasa, dan warna pada pengolahan air bersih. Dan untuk
mengoksidasi Fe (II) dan Mn (II) yang banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe
(III) dan Mn (III).
Klorin ini tidak hanya Cl2 saja, tetapi termasuk juga asam hipoklorit (OCl).
Juga beberapa kloramin, seperti monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin (NHCl2)
termasuk di dalamnya. Klorin dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari garam- garam
NaOCl dan Ca(OCl)2. Sedangkan kloramin terbentuk karena adanya reaksi antara
Universitas Sumatera Utara
ammonia (NH3), baik organik maupun organik ammonia, di dalam air klorin.
(Waluyo, 2009).
Dalam mencari kebutuhan chlor, harus ditentukan besar daya sergap chlornya.
Daya sergap chlor adalah banyaknya chlor aktif yang dipakai oleh senyawa pereduksi
yang ada dalam air. Jika daya sergap chlor telah dapat ditentukan, maka kebutuhan
kaporit dapat ditentukan. (Mulia, 2005).
2.6.2. Jenis –Jenis Klorin
1. Kloramin Anorganik
Kloramin anorganik terbentuk karena adanya ammonia di dalam air. Kloramin
kurang efektif sebagai desinfektan bila dibandingkan dengan klorin, tetapi lebih
bersifat stabil sehingga residunya lebih persisten.
2. Natrium dan Kalsium Hipoklorit
Kedua senyawa ini banyak digunakan sebagai desinfektan di kolam renang.
Keduanya mempunyai efektifitas yang sama dengan klorin.
3. Klorin Dioksida
Klorin dioksida (ClO2) sudah digunakan dalam proses pengolahan air bersih,
untuk menghilangkan rasa dan bau akibat adanya fenol. Selain menghilangkan rasa
dan bau, klorin dioksida digunakan pula untuk menghilangkan zat besi (Fe) dan
mangan (Mn), serta desinfektan dan mencegah adanya algae.
Klorin dioksida bereaksi dengan berbagai jenis zat organik dan zat anorganik,
tetapi tidak membentuk THM (trihalometan). Selain itu ClO2 tidak bereaksi dengan
ammonia.
Universitas Sumatera Utara
2.6.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Chlorinasi
Menurut Waluyo (2009), Kecepatan dan keampuhan dalam proses chlorinasi
tergantung dari beberapa faktor yaitu:
1. Keadaan Mikroorganisme
Faktor- faktor yang mempengaruhi keadaan mikroorganisme, antara lain:
a. Jenis Mikroorganisme
Jenis mikroorganisme dapat meliputi bakteri, virus, atau parasit mempunyai
kepekaan tertentu terhadap desinfektan yang berlainan. Misalnya resistensi kista
protozoa lebih besar daripada Enterovirus. Resistensi Enterovirus lebih besar
daripada bakteri enterik.
b. Jumlah Mikroorganisme
Jumlah mikroorganisme yang besar, terutama mikroba pathogen akan
memerlukan dosis desinfektan yang lebih besar.
c. Penyebaran Mikroorganisme
Mikroorganisme yang menyebar, akan mudah ditembus oleh desinfektan.
Sebaliknya kumpulan bakteri akan lebih sulit ditembus oleh desinfektan. Bakteri
cenderung membentuk “clam” dengan supended solids yang ada dalam air yang
keruh harus dicurigai sebagai air yang mempunyai bakteri pathogen lebih banyak.
2. Jenis dan Konsentrasi Desinfektan
Setiap desinfektan mempunyai keunggulan dan kelemahannya masing- masing,
baik dari segi teknis (pelarutan dan pembubuhan) mau pun non teknis (harga).
Konsentrasi desinfektan berkaitan dengan waktu kontak.
Universitas Sumatera Utara
3. Waktu Kontak
Desinfektan agar dapat berfungsi dengan optimal harus mempunyai waktu
kontak yang cukup dengan air yang diproses. Waktu kontak ditentukan sebagai waktu
yang tersedia untuk interaksi antara chlor dengan bahan – bahan pereduksi chlor
dalam air. Waktu kontak air dengan desinfektan yang dibubuhkan, jika digunakan
khlor atau senyawa khlor waktu kontak diantara 30 – 60 menit, sebelum air
digunakan, dengan mempertahankan sisa khlor paling sedikit 0,3- 0,5 mg/ l Cl2
setelah waktu kontak tersebut.
4. Faktor Lingkungan
Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi desinfeksi antara lain:
a. Suhu
Makin tinggi suhu air, makin tinggi pula efektifitas desinfektan
b. pH
Setiap desinfektan akan berfungsi dengan optimal pada pH tertentu, misalnya
ozon lebih stabil pada pH rendah (pH= 6). Sedangkan pada klorin daya basminya
semakin menurun bila pH nya makin bertambah. Bila pH larutan ≥ 7, maka akan
terbentuk kloramin, sedangkan pada pH ≤ 6 maka akan terbentuk dikhloramin
c. Kualitas Air
Air yang mengandung zat organik dan unsur lainnya, akan mempengaruhi
besarnya clorine demand sehingga diperlukan konsentrasi klorin yang makin tinggi.
d. Pengolahan Air
Universitas Sumatera Utara
Proses pendahuluan yang dilakukan desinfeksi, misalnya pengendapan dan filtrasi,
akan mempengaruhi hasil akhir yang akan dicapai. Selain itu saat yang tepat bagi
penambahan klorin yang akan mempengaruhi pula akhir yang akan dicapai.
2.7. Mikrobiologi Pada Air
Mikroorganisme yang terdapat di dalam air berasal dari berbagai sumber
seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau
mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan organik lainnya, dan sebagainya.
Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup di dalam air, atau tidak tahan
lama hidup dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok. (Fardiaz, 1992).
Jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air bervariasi
tergantung dari berbagai faktor. Faktor- faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sumber Air
Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air
tersebut, misalnya air permukaan (danau, sungai), air tanah (sumur, mata air), air
tergenang, air laut, dan sebagainya. Misalnya pada air laut yng ditumbuhi ganggang
memungkinkan pertumbuhan bakteri fotosintetik sulfur hijau dan ungu, bakteri yang
hanya dapat tumbuh pada medium air laut seperti Thiothirx, Beggiatoa, Thiovalum
dan Thiobacillus.
2. Komponen Nutrien Dalam Air
Air, terutama air buangan sering mengandung komponen- komponen yang
dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Mikroorganisme yang bersifat
saprofit organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah
Universitas Sumatera Utara
tanaman dan bangkai hewan. Semua air secara alamiah juga mengandung mineral-
mineral yang cukup untuk kehidupan mikroorganisme di dalam air.
3. Komponen Beracun
Komponen beracun yang terdapat di dalam air mempengaruhi jumlah dan
jenis mikroorganisme di dalam air tersebut. Sebagai contoh, air laut mengandung
garam dengan konsentrasi yang terlalu tinggi untuk kehidupan kebanyakan spesies
mikroorganisme. Hidrogen sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk
dari sampah- sampah organik bersifat racun terhadap ganggang dan mikroorganisme
lainnya, tetapi sebaliknya H2S dapat digunakan oleh bakteri fotosintetik sebagai
donor electron/ hydrogen untuk mereduksi karbondioksida.
4. Organisme Air
Adanya organisme lain di dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme. Sebagai contoh, plankton merupakan organisme yang makan
bakteri, ganggang dan plankton lainnya, sehingga adanya plankton dapat mengurangi
jumlah organisme-organisme tersebut. Adanya protozoa dan bakteriophage
mengurangi jumlah bakteri di dalam air karena kedua organisme tersebut dapat
membunuh bakteri.
5. Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik yang berpengaruh terhadap jumlah dan jenis
mikroorganisme adalah suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan
penetrasi sinar matahari. Sebagai contoh, mikroorganisme yang dapat hidup di dalam
air laut adalah yang tahan terhadap tekanan osmotik tinggi.
Universitas Sumatera Utara
6. Komponen polutan.
Air yang mengandung polutan yang berasal dari tanaman dan bangkai hewan
mengandung bakteri koliform, sedangkan air yang mengandung sampah organik akan
menyebabkan pertumbuhan bakteri anaerob seperti Clostridium dan Disulfovibrio.
2.8. Bakteri Indikator Polusi
Bakteri indikator polusi atau indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat
digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan,
karena organisme tersebut merupakan organisme komensal yang terdapat di dalam
saluran pencernaan manusia atau hewan.
Syarat- syarat bakteri indikator tersebut mungkin tidak selalu dapat dipenuhi
karena bakteri indikator mungkin berbeda dalam hal toleransi terhadap suhu, tingkat
khlorinasi, dan terhadap konsentrasi garam. Bakteri indikator tersebut adalah :
1. Escherichia coli
Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup
secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut
juga koliform fekal.
2. Streptococcus Fecal
Streptococcus adalah suatu bakteri yang bersifat gram positif, berbentuk bulat
memanjang yang disebut juga kokobasili. Streptococcus fecal dapat dibedakan dari
Streptococcus lainnya karena bakteri ini hidup di dalam saluran pencernaan hewan
berdarah panas, tahan terhadap bile, dan dapat tumbuh pada suhu 45oC.
Universitas Sumatera Utara
3. Clostridium perfringens
C. perfringens merupakan bakteri yang bersifat gram positif berbentuk batang
dan membentuk spora. Bakteri ini tersebar luas di alam, yaitu di dalam tanah, debu,
dan merupakan bagian dari mikroflora normal di dalam saluran usus manusia dan
hewan. Bakteri ini bersifat aerobik, tetapi masih tahan hidup pada kondisi aerobik,
meskipun pertumbuhannya lebih dirangsang pada kondisi anaerobik.
2.9. Escherichia coli
Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup
dalam saluran pencernaan baik manusia maupun hewan yang sehat. Nama bakteri ini
diambil dari nama seorang bacteriologist yang berasal dari Germani yaitu Theoder
Von Escherich, yang berhasil melakukan isolasi bakteri ini pertama kali pada tahun
1885. DR. Escherich juga berhasil membuktikan bahwa diare dan gastroenteritis yang
terjadi pada infant adalah disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (Andriani, 2004).
2.9.1. Escherichia coli Yang Berhubungan Dengan Penyakit Diare
Berdasarkan Brooks (2005), Escherichia coli yang berhubungan dengan
penyakit diare adalah :
1. Enterophatogenic E. coli (EPEC)
Enterophatogenic E. coli (EPEC) merupakan penyebab penting diare pada
bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC awalnya dihubungkan dengan
terjangkitnya diare di ruang perawatan di negara berkembang. EPEC melekat pada sel
mucosa usus kecil. Faktor yang berhubungan dengan kromosom mendukung
pelekatan yang erat.
Universitas Sumatera Utara
Akibat dari infeksi EPEC adalah diare yang cair, yang biasanya susah
diatasinamun tidak kronis. Diare EPEC berhubungan dengan berbagai serotype
spesifik dari E. coli. Waktu diare EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat
disembuhkan dengan pemberian antibiotik.
2. Enterotoxigenic E.coli (ETEC)
Enterotoxigenic E.coli (ETEC) merupakan penyebab umum diare pada
musafir dan merupakan penyebab yang sangat penting dari diare pada bayi di Negara
berkembang. Cara untuk membantu mencegah diare ini adalah dengan
memperhatikan pemilihan dan pengkonsumsian makanan yang potensial
terkontaminasi ETEC. Antimicrobial prophylaxis dapat menjadi efektif tetapi dapat
terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik pada bakteri dan mungkin tidak
dianjurkan secara keseluruhan. Pemberian antibiotik yang efektif akan
memperpendek jangka waktu penyakit.
3. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC)
Enterohemorrhagic E.coli (EHEC) memproduksi verotoksin. EHEC banyak
dihubungkan dengan hemorrhagic colitis, sebuah bentuk diare yang parah, dan
dengan sindroma uremic hemolytic, sebuah penyakit akibat kegagalan ginjal akut,
microangiopathi hemolytic anemia, dan thrombocytopenia. Hemorrhagic colitis dan
komplikasinya dapat dicegah dengan cara memasak daging segar.
4. Enteroinvasire E. coli (EIEC)
Enteroinvasire E. coli (EIEC) menyebabkan penyakit yang mirip dengan
shigellosis. Penyakit yang terjadi umumnya pada anak di Negara berkembang dan
Universitas Sumatera Utara
dalam perjalanan ke Negara tersebut. EIEC menyebabkan penyakit dengan
menyerang sel epithelial mukosa usus.
5. Enteroagregative E. coli (EAEC)
Enteroagregative E. coli (EAEC) menyebabkan diare yang akut dan kronis
(dalam jangka waktu > 14 hari) pada orang di negara berkembang. Organisme ini
juga menyebabkan penyakit karena makanan di negara industri. Mereka digolongkan
berdasarkan bentuk dan perlekatan pada sel manusia. Patogenesis EAEC penyebab
diare tidak begitu dipahami dengan baik, meskipun demikian dinyatakan bahwa
EAEC melekat pada mukosa intestinal dan menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin.
Akibatnya adalah kerusakan mukosa, pengeluaran sejumlah besar mucus, dan
terjadinya diare.
2.9.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Eschericia coli Dalam Air
1. Sumber air.
Sumber air yang berbeda seperti air hujan, air laut, air permukaan dan air
tanah mengandung mikroorganisme dalam jumlah dan jenis yang berbeda pula. Air
permukaan yang tercemar oleh kotoran hewan dan manusia akan mengandung bakteri
Eschericia coli (Anonim).
2. Suhu.
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu
pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum.
Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu
optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum
adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba. Eschericia coli merupakan mikroba
Universitas Sumatera Utara
yang tahan hidup pada suhu tinggi (mikroba termofi). Kelompok ini mempunyai
suhu minimum 400C, optimum pada suhu 55-600C dan suhu maksimum untuk
pertumbuhannya 750C (Anonim, 2009).
3. pH
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Eschericia coli merupakan
mikroba alkalifil yaitu kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.
(Anonim, 2009).
4. Kerusakan atau kebocoran pipa
Adanya kerusakan atau kebocoran pipa dapat menyebabkan masuknya air
tanah ke dalam sistem distribusi terutama bila tekanan airnya rendah dan lebih kecil
dari tekanan air tanah. Dengan masuknya air tanah ke dalam sistem distribusi akan
menyebabkan pencemaran baik secara kimiawi maupun pencemaran bakteriologis.
(Said, 2002).
2.10. Sistem Distribusi Air Bersih
2.10.1. Defenisi Sistem Distribusi Air Bersih
Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air melalui
sistem perpipaan dari bangunan pengolahan (reservoir) ke daerah pelayanan
(konsumen). Dalam perencanaan sistem distribusi air bersih, beberapa faktor yang
harus diperhatikan antara lain adalah :
1. Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani.
Daerah layanan ini meliputi wilayah IKK (Ibukota Kecamatan) atau wilayah
kabupaten/ Kotamadya. Jumlah penduduk yang akan dilayani tergantung pada
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan, kemauan (minat), dan kemampuan atau tingkat sosial ekonomi
masyarakat. Sehingga dalam suatu daerah belum tentu semua penduduk terlayani.
2. Kebutuhan air
Kebutuhan air adalah debit air yang harus disediakan untuk distribusi daerah
pelayanan.
3. Letak topografi daerah layanan
Letak topografi daerah layanan akan menentukan sistem jaringan dan pola
aliran yang sesuai.
4. Jenis sambungan sistem
Jenis sambungan dalam sistem distribusi air bersih dibedakan menjadi :
a. Sambungan halaman yaitu pipa distribusi dari pipa induk/ pipa utama ke tiap- tiap
rumah atau halaman.
b. Sambungan rumah yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa induk/ pipa utama ke
masing- masing utilitas rumah tangga.
c. Hidran umum merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara komunal
pada suatu daerah tertentu unuk melayani 100 orang dalam setiap hidran umum.
d. Terminal air adalah distribusi air melalui pengiriman tangki-tangki air yang
diberikan pada daerah-daerah kumuh, daerah terpencil atau daerah yang rawan air
bersih.
e. Kran umum merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara komunal pada
kelompok masyarakat tertentu, yang mempunyai minat tetapi kurang mampu
dalam membiayai penyambungan pipa ke masing- masing rumah. Biasanya satu
kran umum dipakai untuk melayani kurang lebih dari 20 orang.
Universitas Sumatera Utara
2.10.2. Pipa Distribusi
Pipa distribusi adalah pipa yang membawa air ke konsumen meliputi :
1. Pipa induk yaitu pipa utama pembawa air yang akan dibagikan kepada konsumen.
2. Pipa cabang yaitu pipa cabang dari pipa induk.
3. Pipa dinas yaitu pipa pembawa air yang langsung melayani konsumen.
2.10.3. Tipe Pengaliran
Tipe pengaliran sistem distribusi air bersih meliputi aliran gravitasi dan aliran
secara pemompaan. Tipe pengaliran secara gravitasi diterapkan bila tekanan air pada
titik terjauh yang diterima konsumen masih mencukupi. Jika kondisi ini tidak
terpenuhi maka pengaliran harus menggunakan sistem pemompaan.
2.10.4. Pola Jaringan
Macam pola jaringan sistem distribusi air bersih :
1. Sistem cabang
Sistem cabang adalah sistem pendistribusian air bersih yang bersifat terputus
membentuk cabang- cabang sesuai dengan daerah pelayanan.
2. Sistem Loop
Sistem Loop adalah sistem perpipaan melingkar dimana ujung pipa yang satu
bertemu kembali dengan ujung pipa lain.
2.10.5. Perlengkapan Sistem Distribusi Air Bersih
1. Reservoir
Fungsi reservoir adalah untuk menampung air bersih yang telah diolah dan
memberi tekanan. Jenis reservoir meliputi :
Universitas Sumatera Utara
a. Ground reservoir yaitu bangunan penampung air bersih di bawah permukaan
tanah.
b. Elevatad reservoir adalah bangunan penampung air yang terletak di atas
permukaan tanah dengan ketinggian tertentu sehingga tekanan air pada titik terjauh
masih tercapai.
2. Bahan Pipa
Bahan pipa yang biasa dipakai untuk pipa induk adalah pipa galvanis, bahan
pipa cabang adalah PVC, sedangkan untuk pipa dinas dapat digunakan pipa dari jenis
PVC atau galvanis. Keuntungan jika memakai pipa galvanis adalah pipa tidak mudah
pecah bila tekanan air yang mengalir cukup besar atau mendapat tekanan dari luar
yang cukup berat meskipun harganya relatif mahal. Sedangkan untuk pipa PVC akan
lebih mudah pecah walaupun dari segi harga lebih murah.
3. Valve (Katup).
Valve berfungsi untuk mengatur arah aliran air dalam pipa dan menghentikan
air pada suatu daerah apabila terjadi kerusakan.
4. Meter Air
Meter air berfungsi untuk mengukur besar aliran yang melalui suatu pipa.
5. Flow Restrictor (Pembatas arus).
Flow restrictor berfungsi untuk pembatas air baik untuk rumah maupun kran
umum agar aliran merata.
6. Assessoris Perpipaan
a. Sok (sambungan pipa), fungsinya untuk menyambungkan pipa pada posisi lurus.
Sok dibedakan menjadi:
Universitas Sumatera Utara
i. Sok turunan yang menghubungkan dua pipa yang mempunyai diameter berbeda
ii. Sok adaptor yang menghubungkan dua pipa yang mempunyai tipe yang berbeda,
misalnya PVC dengan galvanis.
b. Flens (sambungan pipa), berfungsi untuk menyambung pipa. Penyambungan
dengan flens dilakukan untuk pipa yang kedudukannya di atas permukaan tanah
dengan diameter yang lebih besar dari 50 mm. Flens diperlukan dalam bentuk
flens adaptor.
c. Water mul dan Nipel (sambungan pipa), berfungsi untuk menyambung pipa dalam
posisi lurus. Pipa ini dapat dibuka kembali meskipun kedudukan pipa-pipa yang
disambung dalam keadaan mati.
d. Penyambung gibault (sambungan pipa), khusus dipakai menyambung pipa
asbestos semen.
e. Dop dan plug (penutup), berfungsi untuk menutup ujung akhir pada pipa.
f. Bend (sambungan pipa), berfungsi untuk menyambung pipa yang posisinya
membentuk sudut satu sama lainnya.
g. Tee (sambungan pipa berbentuk T), fungsi untuk menyambung pipa bila ada
pencabangan tiga pipa yang saling tegak lurus.
2.10.6. Deteksi Kebocoran
Dalam perencanaan sistem distribusi air besih tidak menutup kemungkinan
terjadi kebocoran atau kehilangan air. Kehilangan air didefinisikan sebagai jumlah air
yang hilang akibat :
1. Pemasangan sambungan yang tidak tetap.
2. Terkena tekanan dari luar sehingga menyebabkan pipa retak atau pecah.
Universitas Sumatera Utara
3. Penyambungan liar.
Untuk mengetahui jika terjadi kebocoran yang tidak tepat misalnya air
rembesan dari keretakan pipa, dapat diatasi dengan alat pendeteksi kebocoran yang
disebut Leak detector. Sedangkan upaya untuk mengurangi terjadinya kehilangan air
yang lebih besar dalam perencanaan sistem distribusi air dilakukan pembagian
wilayah atau zoning untuk memudahkan pengontrolan kebocoran pipa, serta
pemasangan meteran air.
2.11. Kerangka Konsep
Air PDAM Sunggal
Jarak pelanggan dari sumber pengolahan air bersih
E.coli
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
Pemeriksaan Laboratorium
PERMENKES No. 416 Tahun 1990
Ada
Tidak Ada
Universitas Sumatera Utara
2.12. Hipotesis
Ha : Ada hubungan antara jarak distribusi air bersih dengan jumlah Eschericia coli
di rumah pelanggan PDAM Sunggal di Kecamatan Medan Sunggal
Ho: Tidak ada hubungan antara jarak distribusi air bersih dengan jumlah
Eschericia coli di rumah pelanggan PDAM Sunggal di Kecamatan Medan
Sunggal
Universitas Sumatera Utara