disleksia

16
BAB I PENDAHULUAN I.I Definisi Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis . Perkataan disleksia berasal dari bahasa Yunani “dys” adalah “kesulitan untuk" dan lexis adalah "huruf" atau "leksikal" Disleksia adalah kesulitan patologis dalam membaca, yang bukan diakibatkan oleh defisit visual, motorik, atau intelektual secara umum.(KAPLAN) Ada dua tipe disleksia yang berbeda secara fundamental: developmental dyslexia (disleksia perkembangan), disleksia yang menjadi kasat mata ketika anak belajar membaca, dan acquired dyslexia (disleksia yang didapat), disleksia yang disebabkan oleh kerusakan otak pada individu- individu yang sudah bisa membaca. Disleksia perkembangan adalah masalah yang meluas. Estimasi seluruh insiden disleksia perkembangan dikalangan anak-anak berbahasa inggris berkisar antara 5,3% sampai 11,8% bergantung kriteria yang diterapkan untuk mengidentifikasi disleksia, tetapi insidennya dua sampai tiga kali lebih tinggi di kalangan anak laki-laki daripada di kalangan anak perempuan (Katusic, et al dalam Pinel, 2009). Sebaliknya, disleksia yang didapat relatif jarang. (PPDGJ)

description

ddssdd

Transcript of disleksia

BAB IPENDAHULUAN

I.I Definisi

Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis . Perkataan disleksia berasal dari bahasa Yunani dys adalah kesulitan untuk" dan lexis adalah "huruf" atau "leksikal" Disleksia adalah kesulitan patologis dalam membaca, yang bukan diakibatkan oleh defisit visual, motorik, atau intelektual secara umum.(KAPLAN) Ada dua tipe disleksia yang berbeda secara fundamental: developmental dyslexia (disleksia perkembangan), disleksia yang menjadi kasat mata ketika anak belajar membaca, dan acquired dyslexia (disleksia yang didapat), disleksia yang disebabkan oleh kerusakan otak pada individu-individu yang sudah bisa membaca. Disleksia perkembangan adalah masalah yang meluas. Estimasi seluruh insiden disleksia perkembangan dikalangan anak-anak berbahasa inggris berkisar antara 5,3% sampai 11,8% bergantung kriteria yang diterapkan untuk mengidentifikasi disleksia, tetapi insidennya dua sampai tiga kali lebih tinggi di kalangan anak laki-laki daripada di kalangan anak perempuan (Katusic, et al dalam Pinel, 2009). Sebaliknya, disleksia yang didapat relatif jarang. (PPDGJ)

Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa KaplanTerminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai Aleksia. Selain mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga ditengarai juga mempengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya.(korea)Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar. MiyabiPara peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua. MiyabiAda dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca). Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis (membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami keuslitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.[1]Tokoh-tokoh terkenal yang diketahui mempunyai disfungsi disleksia adalah Albert Einstein, Tom Cruise, Orlando Bloom, Whoopi Goldberg, Lee Kuan Yew dan Vanessa Amorosi

Dalam Model Kurikulum Bagi Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar Pusat Kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (2007). Adapun bentuk-bentuk kesulitan membaca (disleksia) di antaranya berupa:a. Penambahan (Addition)Menambahkan huruf pada suku kataContoh : suruh disuruh; gula gulka; buku bukukub. Penghilangan (Omission)Menghilangkan huruf pada suku kataContoh : kelapa lapa; kompor kopor; kelas kelac. Pembalikan kiri-kanan (Inversion)Membalikkan bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik kirikanan.Contoh : buku duku; palu lupa; 3 ; 4 d. Pembalikan atas-bawah (ReversalI)Membalikkan bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik atasbawah.Contoh : m w; u n; nana uaua; mama wawa; 2 5; 6 9e. Penggantian (Substitusi)Mengganti huruf atau angka.Contoh : mega meja; nanas mamas; 3 8

1.2 Prevalensi Lebih banyak anak laki-laki yang memperoleh diagnosis gangguan membaca daripada anak perempuan, tetapi perbedaan ini mungkin lebih disebabkan oleh adanya bias dalam mengidentifikasi gangguan terhadap anak laki-laki daripada oleh perbedaan gender dalam jumlah gangguan ini (APA dalam Nevid, 2005). Anak laki-laki dengan disleksia cenderung lebih besar kemungkinannya untuk menjalani evaluasi. Penelitian yang dilakukan secara cermat menemukan jumlah yang setara dari gangguan ini baik pada anak laki-laki maupun perempuan (APA;Shaywitz dalam Nevid, 2005). Endang dan Ghozali (1984) menyatakan bahwa 10% dari anak dengan inteligensi normal menderita disleksia primer. Perbandingan anak laki-laki : anak perempuan = 5 : 1.

BAB IIISI

2.I. ETIOLOGIMeski belum ada yang dapat memastikan penyebab disleksia ini, namun ada beberapa faktor penyebab disleksia itu sendiri, yaitu;1. Faktor keturunan dan biologisDisleksia cenderung terdapat pada keluarga yang mempunyai anggota kidal. Orang tua yang disleksia tidak secara otomatis menurunkan gangguan ini kepada anak-anaknya, atau anak kidal pasti disleksia. Penelitian Bradford (1999) di Amerika menemukan indikasi, bahwa 80 persen dari seluruh subjek yang diteliti oleh lembaganya mempunyai sejarah atau latar belakang anggota keluarga yang mengalami learning disabilities, dan 60% di antaranya punya anggota keluarga yang kidal.Shaywitz dan Mody (2006), mengemukakan bahwa adanya gangguan pada belahan orak kiri system saraf posterior pada anak dan remaja penderita disleksia saat mereka mencoba membaca. Disleksia lebih besar kemungkinan ditemui pada kembar identik daripada kembar fraternal, sekitar 70% vs. 40% (Plomin dkk, 1994) dan mereka yang memiliki orang tua disleksia akan beresiko lebih besar untuk memiliki gangguan tersebut (Volger, DeFris, dan Decker, 1985 dalam Pinel 2009).2. Problem pendengaran sejak usia diniApabila dalam 5 tahun pertama, seorang anak sering mengalami flu dan infeksi tenggorokan, maka kondisi ini dapat mempengaruhi pendengaran dan perkembangannya dari waktu ke waktu hingga dapat menyebabkan cacat. Kondisi ini hanya dapat dipastikan melalui pemeriksaan intensif dan detail dari dokter ahli.Jika kesulitan pendengaran terjadi sejak dini dan tidak terdeteksi, maka otak yang sedang berkembang akan sulit menghubungkan bunyi atau suara yang didengarnya dengan huruf atau kata yang dilihatnya. Padahal, perkembangan kemampuan ini sangat penting bagi perkembangan kemampuan bahasa yang akhirnya dapat menyebabkan kesulitan jangka panjang, terutama jika disleksia ini tidak segera ditindaklanjuti. Konsultasi dan penanganan dari dokter ahli amatlah diperlukan .

Faktor kombinasiAda pula kasus disleksia yang disebabkan kombinasi dari 2 faktor di atas, yaitu problem pendengaran sejak kecil dan faktor keturunan. Faktor kombinasi ini menyebabkan kondisi anak dengan gangguan disleksia menjadi kian serius atau parah, hingga perlu penanganan menyeluruh dan kontinyu. Bisa jadi, prosesnya berlangsung sampai anak tersebut dewasa.Dengan perkembangan teknologi CT Scan, bisa dilihat bahwa perkembangan sel-sel otak penderita disleksia berbeda dari mereka yang nondisleksia. Perbedaan ini mempengaruhi perkembangan fungsi-fungsi tertentu pada otak mereka, terutama otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis.Selain itu, terjadi perkembangan yang tidak proporsional pada sistem magno-cellular di otak penderita disleksia. Sistem ini berhubungan dengan kemampuan melihat benda bergerak. Akibatnya, objek yang mereka lihat tampak berukuran lebih kecil. Kondisi ini menyebabkan proses membaca jadi lebih sulit karena saat itu otak harus mengenali secara cepat huruf-huruf dan sejumlah kata berbeda yang terlihat secara bersamaan oleh mata (http://www.tabloid-nakita.com/Panduan/panduan05228-02.htm).3. Faktor budayaPaule (dalam Pinel, 2009) berasumsi bahwa disleksia perkembangan tidak mungkin merupakan sebuah gangguan otak karena dipengaruhi oleh budaya dan berdasarkan temuan mereka bahwa sejumlah penutur bahasa inggris yang di diagnosis disleksia sekitar dua kali lebih banyak dibanding penutur bahasa italia.

2.2. GEJALA

Kriteria diagnostik gangguan membaca (disleksia) berdasarkan DSM IV-TR :a. Pencapaian membaca, seperti yang diukur dengan standar tentang akurasi dan pemahaman membaca yang diberikan secara individual, adalah secara substansial di bawah dari yang diharapkan menurut umur kronologis, inteligensi yang diukur dan pendidikan yang sesuai dengan umur orang tersebut.b. Gangguan pada kriteria A secara bermakna mengganggu pencapaian akademik atau aktivitas kehidupan sehari-hari yang membutuhkan keterampilan membaca.c. Apabila terdapat defisit sensoris, kesulitan membaca adalah secara jelas melebihi dari yang biasanya berhubungan dengannya.

Gejala-gejala, dilihat dari 2 karakteristik disleksia yang dikemukakan oleh Endang dan Ghozali (1984) :1. Disleksia PrimerDisebabkan oleh kelainan biologis dan tidak didapatkan kelainan saraf yang nyata. Gejala-gejalanya : a. Sukar berpikir abstrak,b. Sukar membuat konsep berpikir, untuk ukuran panjang, jumlah dan waktu,Contoh kalimat:1) Rata-rata tinggi orang wanita Amerika 2 meter2) Hari natal pada bulan Juli3) Musim hujan pada bulan Mei4) Penduduk Indonesia: 10 juta.c. Sukar membedakan skema atau anggota badan sebelah kanan atau kiri.d. Dapat mengulang Alfabet tetapi tak dapat merangkai suku kata untuk membuat kata atau kalimat.e. Dapat menyebutkan atau membunyikan beberapa kata tetapi tidak dapat mengerti artinya atau menggambarkan maknanya.f. Kecakapan berhitung atau matematika jauh lebih baik dari-pada membaca.g. Kemampuan ketrampilan motorik lebih baik daripada kemampuan verbal.h. Sukar membedakan huruf: d, b, pi. Membaca kata: dor, dir sama saja tanpa berbeda.j. Menyusun kata terbalik-balik (reversal) atau susunan kata tak teratur.Contoh:Mandi Madin atau Mnadi Negro Nergo atau Nrego

2.3 DIAGNOSA

Siapa pun yg diduga memiliki disleksia harus mendapatkan evaluasi yg komprehensif (luas dan lengkap), termasuk pendengaran, penglihatan dan pengujian intelijen. Tes harus mencakup semua bidang pembelajaran dan proses belajar, bukan hanya membaca.Dalam point-point penelitian lebih lanjut, gen adalah yang bertanggung jawabsebagai penyebab beberapa kasus disleksia, ada kemungkinan bahwa tes diawal akan dilakukan untuk memungkinkan intervensi tepat waktu untuk mencegah terjadinya gejala awal dan untuk mengobati ketika telah terkena gejala disleksia.

2.4 TERAPIAnak dengan disleksia primer perlu bimbingan khusus untuk diajar membaca. Untuk itu anak perlu ditempatkan pada Remedial Teaching yang akan mengajar anak dalam 3 hal, yaitu:A. Menggunakan ketajaman penyerapan panca indera, terutama ketajaman penglihatan, perabaan, skema badan.

1) Penglihatan, a. Disuruh meniru bentuk-bentuk geometrik, bila bentuk geometrik yang ditiru sudah benar, anak disuruh menggambarkan masing-masing bentuk geometrik tersebut tanpa contoh. Misalnya: Coba gambar bentuk segitiga, bulatan, persegi panjang, bujur sangkar dan sebagainya.

b. Ditanya beda bentuk yang satu dengan yang lain (visual figure-back ground perception). Diminta untuk meniru garis-garis yang menghubungkan titik-titik (spatial relationship). c. Ditanyakan pada anak (position in space).

Posisi yang terbalik pada urutan kursi.

gambar bulatan mana dari urutan bulatan y yang sama dengan bulatan x

Position in space dipakai pada anak yang sukar membedakan huruf: b, d, p (reversals).

2) Pendengaran, a. Anak disuruh menirukan nada tinggi dan nada rendah do do, do/00' re 7 mib. Anak disuruh menirukan kata-kata:bar-dar, dor-tor, stop-top taman-tamat, parit-parut muda-mudi, bolak-balikc. Dilatih diskriminasi irama dalam nyanyian, sajak-sajak, perabaan. Diminta untuk meraba benda:a. Bundar: bolab. Kotak persegi panjangc. Kubus:d. Tabung bulat dan sebagainya. e. Ditanya apakah bentuk benda ini, sesudah benda tersebut dirabaf. Bundar, tabung, kubus, kotak dan sebagainya.3) Skema badan, posisi anggota badan:a. Ditanya mana: telinga kiri, tangan kanan, mata kiri, telinga kanan.b. Coba ditarik : tungkai ke muka, tungkai ke belakang, lengan ke samping kanan/kiri, lengan ke atas, lengan ke bawah dan sebagainya.c. Dihitung semua jumlah jari jari, yang mana ibu jari, jari manis, jari kelingkung, jari telunjuk, jari tengah.B. Mengembangkan integrasi dua atau tiga macam penyerapan : penglihatan, perabaan, dan pendengaran.Contoh: lonceng berlagu -- bentuk bulat. Ditanya : benda apa ini? -- coba raba. Bentuknya bagaimana? -- coba tirukan lagu benda ini!C. Mengembangkan kemampuan bahasa: bahasa reseptif, dan bahasa ekspresif.Latihan:a. Bahasa reseptif: mengerti isi kalimat atau isi cerita.b. Bahasa ekspresif: menceritakan kembali isi cerita, mengutarakan maksud hati atau isi pikirannya.Untuk disleksia sekunder karena dasar kemampuan membaca sebenarnya baik, pengobatan terutama ditujukan untuk menghilangkan gangguan emosi atau tingkah lakunya, yang biasanya dapat ditangani oleh seorang psikolog atau psikiater. Latihan membaca atau menulis dapat dilakukan di tempat Remedial Teaching. Kemajuan biasanya cepat karena dasar kemampuan membacanya memang masih baik.

2.5 PROGNOSISPrognosis disleksia umumnya baik, jika disleksia ini dapat didiagnosa dini dan memiliki dukungan dari keluarga, teman dan citra diri yang kuat dalam [rogram pemulihan yang tepat. Banyak orang-orang sukses yang memiliki kelainan disleksia, tp mereka memiliki kemampuan untuk tampil lebih baik di kehidupan sehari-hari yang tergantung dari masalah yang dimiliki oleh individu tersebut.

BAB IIIKESIMPULAN

Disleksia adalah kesulitan membaca di mana penderitanya kesulitan untuk mempelajari komponen-komponen kata padahal secara inteligensi dan keterampilan memiliki kapasitas yang sesuai untuk membaca, yang mana penyebab dari gangguan ini bisa berasal dari faktor neurologis maupun faktor lingkungan.Walaupun telah banyak penelitian yang dilakukan terhadap kasus disleksia, namun kontroversi tentang penyebabnya masih menjadi polemic diantara peneliti tersebut. Penanganan yang dilakukan untuk penderita disleksia dengan cara Remedial Teaching sudah efektif menangani sebagian atau keseluruhan masalah gangguan disleksia, hanya saja kelemahan dari cara ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk menerapkan cara itu sangat lama. Dalam makalah ini masih kurangnya referensi mengenai perspekif psikologi yang membahsa tentang disleksia, dikarenakan pandangan terhadap gangguan disleksia merupakan gangguan neurologis. Namun dampak dari gangguan disleksia ini, dapat mempengaruhi perilaku. sementara yang kita ketahui, psikologi itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang mental dan perilaku.