diskusi miringotomi

20
BAB I PENDAHULUAN Miringotomi merupakan terapi bedah pada OMA yang popular pada tahun 1950-1960-an. Schwartze, 50 tahun kemudian mengatakan: “Tidak ada prosedur bedah lain yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan kehidupan seseorang selain dengan mengevakuasi pus secara bijaksana dari kavum timpani melalui insisi pada membrane timpani.” Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi dreinase sekret dari liang telinga tengah ke liang telinga luar serta harus dilakukan secara avue. Miringotomi merupakan tindakan pembedahan yang biasanya dilakukan untuk menangani OMA stadium supurasi. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang, luka insisi cepat menutup dan ruptur dapat dihindari. Komplikasi miringotomi yang mungkin terjadi ialah perdarahan akibat trauma pada liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum, trauma pada nervus fasialis, trauma pada bulbus jugulare (bila ada anomali letak). 1

Transcript of diskusi miringotomi

Page 1: diskusi miringotomi

BAB I

PENDAHULUAN

Miringotomi merupakan terapi bedah pada OMA yang popular pada tahun

1950-1960-an. Schwartze, 50 tahun kemudian mengatakan: “Tidak ada prosedur

bedah lain yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan kehidupan seseorang selain

dengan mengevakuasi pus secara bijaksana dari kavum timpani melalui insisi pada

membrane timpani.” Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran

timpani, agar terjadi dreinase sekret dari liang telinga tengah ke liang telinga luar

serta harus dilakukan secara avue.

Miringotomi merupakan tindakan pembedahan yang biasanya dilakukan untuk

menangani OMA stadium supurasi. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih

cepat hilang, luka insisi cepat menutup dan ruptur dapat dihindari.

Komplikasi miringotomi yang mungkin terjadi ialah perdarahan akibat trauma

pada liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum,

trauma pada nervus fasialis, trauma pada bulbus jugulare (bila ada anomali letak).

Pasien dengan OMA seringkali berobat ketika penyakit berada pada stadium

supuratif. Selain pemberian antibiotik, sebaiknya juga dilakukan miringotomi untuk

mencegah perburukan penyakit lebih lanjut. Hal tersebut menekankan pentingnya

untuk mempelajari miringotomi. Pada makalah diskusi ini akan dibahas mengenai

definisi, indikasi, prosedur tindakan serta komplikasi dari miringotomi.

1

Page 2: diskusi miringotomi

BAB II

PERMASALAHAN

1. Apa yang dimaksud miringotomi?

2. Apa indikasi miringotomi?

3. Apa keuntungan dan kerugian dilakukan miringotomi?

2

Page 3: diskusi miringotomi

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Anatomi Pendengaran

3.1.1 Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran

timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telinga

berbentuk seperti cekungan dengan bagian terdalam disebut concha dan pinggiran

bebasnya disebut helix. Pada concha ada lubang masuk liang telinga (meatus

acusticus externus).

Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga

bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.

Panjangnya kira-kira 2,5 – 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga

terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar

keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam

hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.1

Gambar 3.1 Anatomi Telinga Luar

3

Page 4: diskusi miringotomi

3.1.2 Telinga Tengah

Gambar 2.2 Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang

temporalis) yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang

martil), inkus (tulang landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling

berhubungan melalui persendian. Tangkai maleus melekat pada permukaan dalam

membran timpani, sedangkan bagian kepalanya berhubungan dengan inkus.

Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan dengan membran

pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra ovalis

(tingkap lonjong/fenestra vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapat tingkap bundar

atau fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut membran timpani

sekunder.

Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina

propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga

tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai

fungsi konduksi suara.

Telinga tengah merupakan bangunan berbentuk kubus yang terdiri dari: 1

4

Page 5: diskusi miringotomi

Batas luar : membran timpani

Batas depan : tuba eustachius

Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis

Bata belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

Batas atas : tegmen timpani (meningen/ otak)

Batas dalam : berturut- turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis

horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar

(round window) dan promontorium.

Membran timpani yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu

mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga

dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars

flaccida (membrane Sharpnell) dimana lapisan luarnya merupakan

lanjutan epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel

kubus bersilia, dan pars tensa merupakan bagian yang tegang dan

memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat

kolagen dan sedikit serat elastin.

Tulang pendengaran; yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Tulang

pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan.

Tuba eustachius; yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan

nasofaring.

5

Page 6: diskusi miringotomi

Gambar 3.3 Anatomi Membran Timpani

Membran timpani yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu

mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat

oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaccida (membrane

Sharpnell) dimana lapisan luarnya merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga

sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa merupakan

bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri

dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut

sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah bawah

yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani

kanan. Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh

membran timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan

radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa

6

Page 7: diskusi miringotomi

kerucut itu. Secara klinis reflek cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya

mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba Eustachius.

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah

dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,

sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-

belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.

Bila melakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi di bagian bawah

belakang membran timpani, sesuai dengan arah serabut membran timpani. Di daerah

ini tidak terdapat tulang pendengaran. Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang

pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes.2

3.1.3 Telinga Dalam

Gambar 3.4 Anatomi Telinga Tengah

Telinga dalam terdiri dari labirin osea dan labirin membranasea. Labirin osea

adalah serangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum berisi cairan

perilimfe. Sedangkan labirin membranasea memiliki bentuk yang sama dengan

labirin osea, tetapi terletak di bagian yang lebih dalam dan dilapisi sel epitel serta

berisi cairan endolimfe.

7

Page 8: diskusi miringotomi

Labirin osea terdiri dari tiga bagian yaitu kanalis semisirkularis (saluran

setengah lingkaran), vestibula, dan koklea. Kanalis semisirkularis dan vestibula

mengandung reseptor keseimbangan tubuh , sedangkan koklea mengandung reseptor

pendengaran. Vestibula terdiri dari dua bagian yaitu utrikulus dan sakulus. Di depan

vestibula terdapat koklea (rumah siput). Koklea terdiri dari tiga bagian yaitu bagian

atas disebut skala vestibule, bagian bawah disebut skala timpani dan bagian yang

menghubungkan keduanya pada ujung atas koklea. Bagian dasar dari skala vestibule

berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui suatu jendela berselaput yang disebut

dengan tingkap oval. Sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah

melalui tingkap bulat. Diantara skala vestibule dan skala timpani terdapat skala media

yang berisi cairan endolimfe.

3.2 Miringotomi

3.2.1 Definisi Miringotomi

Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar

terjadi dreinase sekret dari liang telinga tengah ke liang telinga luar. Istilah

miringotomi sering dikacaukan dengan parasentesis. Timpanosenteis sebetulnya

berarti pungsi pada membran timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan

mikrobiologik (dengan semprit dan jarum khusus).

Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan

syarat tindakan ini harus dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang

dan dapat dikuasai,(sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik).

Lokasi miringotomi ialah di kuadran antero-posterior atau posterior-inferior.

Untuk tindakan ini haruslah memakai lampu kepala yang mempunyai sinar yang

cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga, dan

pisau khusus (miringotom) yang berukuran kecil dan steril.2 Jika terapi yang diberikan

sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga

tengah.3

8

Page 9: diskusi miringotomi

3.2.2. Indikasi Miringotomi

Miringotomi merupakan tindakan pembedahan yang biasanya dilakukan untuk

menangani OMA stadium supurasi. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih

cepat hilang, luka insisi cepat menutup dan ruptur dapat dihindari. Miringotomi

merupakan terapi bedah pada OMA yang popular pada tahun 1950-1960-an.

Schwartze, 50 tahun kemudian mengatakan: “Tidak ada prosedur bedah lain yang

dapat dilakukan untuk menyelamatkan kehidupan seseorang selain dengan

mengevakuasi pus secara bijaksana dari kavum timpani melalui insisi pada membrane

timpani.”4

Indikasi miringotomi pada otitis media akut adalah (1) nyeri yang menetap

setelah 48 jam terapi antibiotik; (2) kemungkinan komplikasi seperti mastoiditis akut

atau paralisis saraf fasialis; (3) perkembangan otitis media akut sementara dalam

pengobatan antibiotik; (4) perkembangan otitis media pada pasien imunosupresi.

Miringotomi merupakan prosedur terapi yaitu dengan menghilangkan tekanan udara

di telinga tengah, dan juga prosedur yang bertujuan untuk diagnostic karena cairan

yang didapat dari tindakan miringotomi dapat dikirim untuk kultur dan sensivisitas.

(5) Miringotomi juga dilakukan sebagai terapi komplikasi otitis media seperti

mastoiditis atau paralisis saraf fasialis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat.

Miringotomi dapat dilanjutkan dengan pemasangan pipa ventilasi ke telinga

tengah. Teknik ini diusulkan oleh Armstrong (1954). Sejak saat itu cara ini menjadi

teknik yang popular untuk mempertahankan pembersihan cairan telinga tengah,

meminimalkan rekurensi episode OMA dan mengoptimalkan pendengaran selama

masa-masa perkembangan berbicara. Pemasangan pipa ventilasi ini juga merupakan

terapi pada otitis media efusi.

3.2.3. Prosedur Miringotomi

9

Page 10: diskusi miringotomi

Tindakan Pra Pembedahan

Tes darah

Tes pendengaran

Timpanogram

Pemeriksaan telinga dengan otoskop

Tindakan Pembedahan

Mayoritas dilakukan anestesia umum, bisa juga dengan anestesi lokal

Dokter menggunakan mikroskop

Insisi dilakukan pada membran timpani dengan menggunakan skapel atau

laser

Drainase cairan

Prosedur Pembedahan

Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan

syarat tindakan ini harus dilakukan secara avue (dilihat langsung), penderita harus

tenang (jika penderita merupakan seorang anak, anak harus dapat dikuasai) sehingga

membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran

anterior-inferior atau posterior-inferior, sesuai dengan arah serabut membran timpani.

Di daerah ini tidak terdapat tulang pendengaran. Untuk tindakan ini haruslah

memakai lampu kepala yang mempunyai sinar yang cukup terang, memakai corong

telinga yang sesuai dengan besar liang telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang

digunakan berukuran kecil dan steril.

Awalnya, serumen dibersihkan dari liang telinga untuk lapangan pandang

yang lebih baik sekaligus dapat memberikan gambaran respon dari penderita. Liang

telinga kemudian disterilkan dengan menggunakan alkohol 70% selama 1 menit,

setelah itu liang telinga dikeringkan dengan menggunakan penghisap (suction).

Setelah itu, dengan menggunakan miringotom, dilakukan insisi lurus melengkung

10

Page 11: diskusi miringotomi

sekitar 2 mm pada pars tensa membran timpani. Insisi dibuat pada kuadran

anteroposterior atau posteriorinferior untuk menghindari trauma pada rangkaian

osikula. Secara teknis lebih mudah membuat insisi pada kuadran posteroinferior, dan

daerah ini juga kurang peka. Pisau tidak boleh dimasukkan lebih dari 2 mm guna

mencegah terkenanya dinding medial telinga tengah, yang dapat menimbulkan nyeri

dan perdarahan. Lebih jauh, dapat pula terbentuk celah atau tonjolan vena jugularis

ke dalam basis telinga tengah. Kerusakan fenestra rotundum dihindari dengan insisi

hanya melalui membran timpani dan membatasi kedalaman insisi.

Setelah berhasil dilakukan insisi, hisap sekret yang keluar dari telinga tengah

sampai tidak ada yang tersisa. Hal ini dilanjutkan dengan pemberian antibiotik topikal

pada liang telinga.

Gambar 3.5 Miringotomi.

Gambar 3.6 Insisi Membran Timpani dilanjutkan dengan Pemasangan Tuba

Ventilasi

11

Page 12: diskusi miringotomi

Pasca Pembedahan

Jika kapas diletakkan di liang telinga untuk drainase pasca pembedahan, ganti

kapas secara teratur 2-3 hari sekali.

Obat tetes telinga

Lakukan aktivitas sehari-hari secara normal

Gunakan alat sumbat ketika mandi, hindari kegiatan berenang/menyelam

3.5.Komplikasi Miringotomi

Komplikasi miringotomi yang mungkin terjadi ialah perdarahan akibat trauma

pada liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum,

trauma pada nervus fasialis, trauma pada bulbus jugulare (bila ada anomali letak).

Mengingat kemungkinan komplikasi itu, maka dianjurkan untuk melakukan

miringotomi dalam narkose dan memakai mikroskop. Tindakan miringotomi dengan

memakai mikroskop, selain aman, dapat juga menghisap sekret dari telinga tengah

sebanyak-banyaknya. Hanya saja dengan cara ini biayanya lebih mahal.

Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, sebetulnya miringotomi tidak perlu

dilakukan, kecuali bila jelas tampak adanya nanah di telinga tengah. Dewasa ini

sebagian ahli berpendapat bahwa miringotomi tidak perlu dilakukan, apabila terapi

yang adekuat sudah dapat diberikan (antibiotika yang tepat dan dosis yang cukup).

3.6 Keuntungan dan Kerugian Miringotomi

Keuntungan dari miringotomi adalah dengan melakukan miringotomi luka

insisi dapat menutup kembali dengan mudah sedangkan tidak dilakukan miringotomi

dan terjadi ruptur dari membran timpani luka perforasi sulit untuk menutup kembali.

Sedangkan kekurangan dari miringotomi adalah dapat timbulnya komplikasi dari

tindakan miringotomi berupa trauma pada liang telinga luar, dislokasi tulang

pendengaran, trauma pada fenestra rotundum, trauma pada nervus fasialis, trauma

pada bulbus jugulare (bila ada anomali letak).

12

Page 13: diskusi miringotomi

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 14: diskusi miringotomi

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.

2. Bashiruddin J, Soetirto I. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga dalam

Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher, editor Soepardi I, et al. Edisi 6.

Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2007.

3. Djafaar, Z., Helmi, Ratna D. Kelainan Telinga Tengah dalam Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta:

FKUI.2007.

4. Friedberg J, Gordon D. Acute Otitis Media: The Evolution of Surgical

Management. The Journal of Otolaryngology; 1998; 27, 2-6.

14