DISIPLIN DALAM OLAHRAGA.docx
-
Upload
joonpyo-kukkiwon -
Category
Documents
-
view
1.125 -
download
39
Transcript of DISIPLIN DALAM OLAHRAGA.docx
DISIPLIN DALAM OLAHRAGA
1. Pengertian Disiplin
Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda – beda, oleh karena itu disiplin
mempunyai berbagai macam pengertian. Pengertian tentang disiplin telah banyak di
definisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Ahli yang satu mempunyai batasan lain
apabila dibandingkan dengan ahli lainnya. Definisi pertama yang berhubungan dengan
disiplin diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Andi Rasdiyanah (1995 : 28) yaitu
kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan
orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku. Dengan kata
lain, disiplin adalah kepatuhan mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Depdiknas (1992 : 3) disiplin adalah : “ Tingkat konsistensi dan
konsekuen seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan bersama yang
berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai waktu dan proses pelaksanaan suatu
kegiatan”. Seirama dengan pendapat tersebut diatas, (Sudibyo, 1989) Disiplin pada
hakekatnya adalah taat dan rasa tanggung jawab untuk tidak melanggar ketentuan, tata
tertib dan nilai-nilai yang dianggap baik oleh masayarakat.
Dari berbagai macam pendapat tentang definisi disiplin diatas, dapat kita
simpulkan bahwa disiplin itu mengandung dua makna yaitu patuh waktu dan juga
peraturan atau tata tertib. Jadi Disiplin dalam olahraga, berarti taat dan tanggungjawab
terhadap ketentuan, tata tertib, program latihan, peraturan pertandingan, dan nilai-nilai
yang berlaku dalam pertandingan.
2. Jenis-jenis Disiplin
Disiplin yang dilakukan atlet dapat dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu
disiplin semu dan disiplin diri (self discipline). Disiplin semu adalah sikap atlet yang
tampaknya selalu patuh dan menurut perintah, tetapi karena tidak disertai kesediaan
psikologis dan tidak disertai kesadaran untuk melakukan perintah, sehingga pada saat
pengawasan dan sangsi kendor, porak porandalah segala ketentuan dan peraturan
baginya dan dengan se-enaknya atlet melanggar ketentuan dan peraturan yang
disepakatinya. Disiplin semu hanya terjadi karena terpaksa, takut dihukum, hanya karena
diperintah dan tanpa disertai kesadaran pada diri sendiri. Disiplin semu adalah disiplin
yang tampak dipermukaan saja, kepatuhan yang dilandasi disiplin semu tidak dapat
bertahan lama, karena disiplin semu terjadi hanya pada saat ada pengawasan, disertai
rasa takut pada sangsi dan ancaman pelatih.
Sebagaimana ditegaskan Dobson (1986), rasa hormat dan tanggung jawab
merupakan hasil dari cinta-kasih dan disiplin, sedangkan rasa tidak aman sebagian besar
disebabkan oleh tindakan kekerasan. Pengawasan bukan dimaksudkan mencari
kesalahan, tetapi lebih ditekankan pada pemanfaatan untuk menujukan hal-hal yang baik
dan yang kurang baik, kemudian memberi kesepakatan pada atlet untuk lebih memahami,
menyadari, dan lebih lanjut menimbulkan dorongan, motivasi untuk berbuat sesuatu yang
membanggakan.
Sedangkan disiplin diri, jenis disiplin ini ada hubungannya dengan sikap penuh
tanggung jawab, karenanya atlet yang disiplin cenderung untuk menepati, mendukung dan
mempertahankan nilai-nilai. Disiplin diri adalah sikap yang mengandung rasa tanggung
jawab untuk kelangsungan nilai-nilai tersebut. Untuk mendukung dan mempertahankan
nilai-nilai yang dianutnya, atlet harus berusaha tidak mengingkari aturan yang berlaku.
Rasa tanggung jawab untuk memenuhi dan mematuhi nilai-nilai tersebut berkembang
menjadi sikap dalam hidup sehari-hari.
Atlet yang memiliki disiplin diri setia untuk menepati kebiasaan hidup sehat,
mematuhi petunjuk-petunjuk pelatih, setia untuk melakukan program-program latihan.
Sehingga memberikan kemungkinan lebih besar untuk mencapai prestasi maksimal.
Disiplin pada diri atlet jika dikembangkan lebih lanjut dapat menimbulkan pemahaman dan
kesadaran lebih mendalam untuk mematuhi nilai-nilai, norma-norma dan kaidah-kaidah
yang berlaku, meskipun tidak ada yang memerintah, memberi sangsi, dan mengawasinya.
Bahkan akhirnya atlet mematuhi rencana-rencana yang dibuatnya sendiri, sesuai dengan
nilai-nilai yang diketahuinya. Atlet yang memiliki disiplin diri, memiliki kesadaran untuk
berlatih sendiri, meningkatkan keterampilan, menjaga kondisi fisik, dan kesegaran
jasmaninya, dapat menguasai diri untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan peraturan atau yang dapat merugikan kesehatan dirinya, selalu berusaha untuk
hidup dan berbuat sebaik-baiknya sesuai dengan citranya sebagai atlet yang ideal.
Atlet yang telah mampu menumbuhkan disiplin diri memiliki “citra-diri” sebagai
orang yang disiplin. Disiplin yang disertai pemahaman dan kesadaran erat hubungannya
dengan sikap tanggung jawab, individu yang bersangkutan cenderung berusaha menepati,
mendukung, dan mempertahankan nilai-nilai yang dianutnya. Rasa tanggung jawab untuk
patuh, tidak mengingkari, dan harapan untuk kelangsungan nilai-nilai akan berkembang
menjadi sikap hidupnya sehari-hari.
3. Ciri-Ciri Atlet yang Disiplin dan Tidak Disiplin
Ciri-Ciri Atlet yang Disiplin
Konsisten dengan rencana yang telah dibuat
Berusaha untuk datang selalu tepat waktu
Tidak membuang waktu untuk perbuatan yang tidak bermanfaat
Mampu mengendalikan diri untuk perbuatan yang merugikan
Mampu menanggung resiko bahkan penderitaan untuk melakukan hal yang
bermanfaat dan menjadi tujuan hidupnya
Ciri-Ciri Atlet yang tidak Disiplin
Tidak konsisten dengan rencana yang telah dibuat
Tidak tepat waktu
Menggunakan waktu untuk perbuatan yang tidak jelas manfaatnya
Tidak mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang merugikan
Tidak berani menanggung resiko bahkan penderitaan untuk melakukan hal yang
bermanfaat dan menjadi tujuan hidupnya
4. Cara menumbuhkan Disiplin
Salah satu pondasi yang dibutuhkan semua orang untuk meraih sukses adalah
kedisiplinan. Membiasakan diri untuk selalu disiplin dalam segala hal membuat seseorang
belajar bekerja secara terencana, hingga semua kewajiban yang menjadi tugas utamanya
dapat terselesaikan dengan tuntas.
Namun sayangnya, selama ini sebagian besar orang masih beranggapan bahwa
sebuah kedisiplinan hanya akan membatasi diri kita untuk memiliki kebebasan. sehingga
banyak orang merasa terpaksa untuk mengikuti semua jadwal yang telah ditentukan.
Dalam kegiatan olahraga atlet selalu menghadapi pilihan antara melakukan
ketentuan sesuai program latihan yang ditetapkan atau mangkir dari latihan, antara patuh
pada peraturan dan melanggar peraturan dengan alasan dapat memenangkan
pertandingan.
Hal inilah yang sering membuat seseorang merasa berat untuk mulai berdisiplin.
Dan lebih memilih bebas melakukan semua kegiatan sesuai dengan keinginan hatinya.
Padahal tanpa membiasakan diri untuk disiplin, mustahil seseorang dapat meraih
suksesnya. Lalu, Bagaimana cara menumbuhkan disiplin diri?
Mulailah dengan memotivasi diri Anda sendiri.
Hal utama yang Anda perlukan untuk membangun disiplin yaitu
memotivasi diri Anda untuk terbiasa disiplin dalam berbagai kesempatan. Mungkin
pada awalnya kebiasaan ini cukup berat untuk Anda jalankan, namun setelah
Anda dipaksa menjalankannya setiap hari, maka lama-kelamaan hal tersebut akan
menjadi budaya yang tertanam kuat dalam diri Anda.
Membuat target yang ingin dicapai dalam waktu tertentu.
Dengan membuat sebuah target dengan batas waktu tertentu, maka
secara tidak langsung Anda akan mulai belajar disiplin dan merencanakan segala
hal dengan teratur, guna mencapai target sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Meskipun berawal dari perasaan terpaksa, namun jika dilakukan
berulang-ulang maka pada akhirnya akan menjadi sebuah kebiasaan yang Anda
lakukan dengan suka rela.
Biasakan untuk tidak menunda segala tugas anda.
Sebisa mungkin kerjakan semua tugas dengan segera, sebab semakin
lama Anda menunda sebuah pekerjaan maka akan semakin sulit juga Anda untuk
memulainya kembali. Inilah yang menjadi kebiasaan buruk kita, terbiasa
menggampangkan sebuah pekerjaan dan menundanya hingga akhirnya hasil yang
didapatkan juga kurang optimal.
Memiliki tekad dan komitmen yang kuat.
Tanpa adanya tekad dan komitmen yang kuat, maka semua jadwal yang
telah Anda susun dan semua target yang telah Anda tentukan hanya akan menjadi
wacana saja. Karena itu, kuatkan tekad dan komitmen Anda untuk mulai belajar
disiplin. Bila Anda masih kesulitan, mulailah dari hal-hal yang paling mudah.
Hingga akhirnya tekad dan komitmen Anda semakin hari semakin meningkat.
Action (lakukan) dari sekarang.
Setelah Anda merencanakan semua jadwal dengan rapi, dan
berkomitmen kuat untuk belajar disiplin. Selanjutnya terapkan semuanya dalam
kehidupan sehari-hari Anda. Biasakan budaya disiplin dari sekarang, dan lihatlah
perubahan besar yang akan Anda dapatkan.
Pastikan budaya disiplin telah tertanam dalam diri Anda, karena berawal dari
sebuah kedisiplinan segala kendala meraih sukses dapat Anda lewati dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Gerungan, A. 1980. Psychologi Sosial. Jakarta: P.T. Eresco.
Gunarsa, Singgih, dkk. 1987. Psikologi Olahraga. Jakarta: BPK-GM.
Pate, Russel, dkk. 1964. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Sears, David, dkk. 1994. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Setyobroto, Sudibyo. 1989. Psikologi Olahraga. Copyright.
Walgito, Bimo. 1981. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.