DISFAGI1

13
 DISFAGIA A. PENGERTIAN Kesulitan menelan (disfagia), merupakan salah satu gejala kelainan atau penyakit di orofaring dan esofagus. Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan geraka n otot-otot menelan dan gangguan gerakan otot-otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung. Disfagia dapat disertai dengan keluhan lainnya, seperti odinofagia (rasa nyeri waktu menelan), rasa panas di dada, rasa mual, muntah, regurgitasi, hematemesis , melena, anoreksia, hipersalivasi, batuk dan berat badan cepat berkurang.  (Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan-Kep ala Leher, 2004, hal.232)

Transcript of DISFAGI1

5/16/2018 DISFAGI1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/disfagi1-55ab520b95e5a 1/13

DISFAGIA

A.  PENGERTIAN

Kesulitan menelan (disfagia), merupakan salah satu gejala kelainan atau penyakit di

orofaring dan esofagus. Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot

menelan dan gangguan gerakan otot-otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari

rongga mulut ke lambung. Disfagia dapat disertai dengan keluhan lainnya, seperti

odinofagia (rasa nyeri waktu menelan), rasa panas di dada, rasa mual, muntah, regurgitasi,

hematemesis, melena, anoreksia, hipersalivasi, batuk dan berat badan cepat berkurang. 

(Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan-Kepala Leher, 2004, hal.232)

5/16/2018 DISFAGI1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/disfagi1-55ab520b95e5a 2/13

GAMBAR DISFAGIA

5/16/2018 DISFAGI1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/disfagi1-55ab520b95e5a 3/13

B.  FISIOLOGI MENELAN

Selama proses menelan, otot-otot diaktifkan secara berurutan dan secara teratur

dipicu dengan dorongan kortikal atau input sensoris perifer. Begitu proses menelan dimulai,

 jalur aktivasi otot beruntun tidak berubah dari otot-otot perioral menuju kebawah. Jaringan

saraf, yang bertanggung jawab untuk menelan otomatis ini, disebut dengan pola generator

pusat. Batang otak, termasuk nucleus tractus solitarius dan nucleus ambiguus dengan

formatio retikularis berhubungan dengan kumpulan motoneuron kranial, diduga sebagai pola

generator pusat.

Tiga Fase Menelan

Deglutition adalah tindakan menelan, dimana bolus makanan atau cairan dialirkan dari

mulut menuju faring dan esofagus ke dalam lambung. Deglutition normal adalah suatu

proses halus terkoordinasi yang melibatkan suatu rangkaian rumit kontraksi neuromuskuler

valunter dan involunter dan dan dibagi menjadi bagian yang berbeda: (1) oral, (2) faringeal,

dan (3) esophageal. Masing-masing fase memiliki fungsi yang spesifik, dan, jika tahapan ini

terganggu oleh kondisi patologis, gejala spesifik dapat terjadi.

1.  Fase Oral 

Fase persiapan oral merujuk kepada pemrosesan bolus sehingga dimungkinkan untuk 

ditelan, dan fase propulsif oral berarti pendorongan makanan dari rongga mulut kedalam orofaring. Prosesnya dimulai dengan kontraksi lidah dan otot-otot rangka

mastikasi. Otot bekerja dengan cara yang berkoordinasi untuk mencampur bolus

makanan dengan saliva dan dan mendorong bolus makanan dari rongga mulut di bagian

anterior ke dalam orofaring, dimana reflek menelan involunter dimulai.

Cerebellum mengendalikan output untuk nuklei motoris nervus kranialis V (trigeminal),

VII (facial), dan XII (hypoglossal).

Dengan menelan suatu cairan, keseluruhan urutannya akan selesai dalam 1 detik. Untuk 

menelan makanan padat, suatu penundaaan selama 5-10 detik mungkin terjadi ketika

bolus berkumpul di orofaring.

2.  Fase Faringeal 

Fase faringeal adalah sangat penting karena, tanpa mekanisme perlindungan faringeal

yang utuh, aspirasi paling sering terjadi pada fase ini. Fase inimelibatkan rentetan yang

cepat dari beberapa kejadian yang saling tumpang tindih. Palatum mole terangkat.

Tulang hyoid dan laring bergerak keatas dan kedepan. Pita suara bergerak ke tengah, dan

epiglottis melipat ke belakang untuk menutupi jalan napas. Lidah mendorong

5/16/2018 DISFAGI1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/disfagi1-55ab520b95e5a 4/13

kebelakang dan kebawah menuju faring untuk meluncurkan bolus kebawah. lidah

dubantu oleh dinding faringeal, yang melakukan gerakan untuk mendorong makanan

kebawah.

Sphincter esophageal atas relaksasi selama fase faringeal untuk menelan dan dan

membuka oleh karena pergerakan os hyoid dan laring kedepan. Sphincter akan menutup

setelah makanan lewat, dan struktur faringeal akan kembali ke posisi awal.

Fase faringeal pada proses menelan adalah involunter dan kesemuanya adalah reflek,

 jadi tidak ada aktivitas faringeal yang ter jadi sampai reflek menelan dipicu. Reflek ini

melibatkan traktus sensoris dan motoris dari nervus kranialis IX (glossofaringeal) dan X

(vagus).

3.  Fase Esophageal

Pada fase esophageal, bolus didorong kebawah oleh gerakan peristaltik. Sphincter

esophageal bawah relaksasi pada saat mulai menelan, relaksasi ini terjadi sampai bolus

makanan mecapai lambung. Tidak seperti shincter esophageal bagian atas, sphincter

bagian bawah membuka bukan karena pengaruh otot-otot ekstrinsik.

Medulla mengendalikan reflek menelan involunter ini, meskipun menelan volunter

mungkin dimulai oleh korteks serebri.

Suatu interval selama 8-20 detik mungkin diperlukan untuk kontraksi dalam

menodorong bolus ke dalam lambung.

5/16/2018 DISFAGI1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/disfagi1-55ab520b95e5a 5/13

C.  ETIOLOGI

Berdasarkan penyebabnya disfagia dibagi atas:

1.  Disfagia Mekanik  

Penyebab utamanya adalah sumbatan lumen esofagus oleh massa tumor dan benda asing.

Penyebab lain ; akibat peradanangan mukosa esofagus, striktur lumen esofagus, serta

akibat penekanan lumen esofagus dari luar, misalnya oleh pembesaran kelenjar timus,

kelenjar tiroid, kelenjar getah bening di mediastinum, pembesaran jantung, dan elongasi

aorta.

2.  Disfagia Motorik  

Penyebab utama: akalasia, spasme difus esofagus, kelumpuhan otot faring, dan

sklerodema esofagus.

Keluhan disfagia motorik disebabkan oleh kelainan neuromuskuler yang berperan dalamproses menelan. Lesi di pusat menelan di batang otak, kelainan saraf otak n.V, n.VII,

nIX, n.X dan n.XI, kelumpuhan otot faring dan lidah serta gangguan peristaltik esofagus

dapat menyebabkan disfagia.

3.  Disfagia oleh gangguan emosi

5/16/2018 DISFAGI1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/disfagi1-55ab520b95e5a 6/13

D.  PATOFISIOLOGI

( Silvia A.Price, Patofisiologi, 2002)

Makanan diproses

Fase Oral Fase EsofagealFase Faringeal

Palatum mole &

uvula bergerak

secara refleks 

menutup

rongga hidung

Makanan

dikunyah

(bolus)

BolusOtot

krikofaringues

Laring terangkat

& menutup glotis

(mencegah

Didorong

ke

belakang

Dinding

posterior

faring oleh

gerakan

volunter

lidah

relaksasi

esofagus

Gelombang

Peristaltik

Primer

kontraksi

Kontraksi otot

konstriktor

Rangsangan

gerakan

refleks Menodorong

bolus

Bolus melewati 

epiglotis

Faring bagian 

bawah

Sfingter esofagus

bagian distal

Otot sfingter

distal relaksasi

Masuk ke esofagus

Bolus masuk

lambung

5/16/2018 DISFAGI1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/disfagi1-55ab520b95e5a 7/13

 

Pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik. Upaya sfingter

mencegah terhamburnya bolus ini dalam fase-fase menelan. Kerjasama yang baik dari otot-otot

di rongga mulut untuk mendorong bolus makanan ke arah lambung. Mencegah masuknya

makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring. Mempercepat masuknya bolus makanan

ke dalam faring pada saat respirasi. Usaha untuk membersihkan kembali esofagus.

Proses menelan ada 3:

Fase Oral

-  Terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan

membentuk bola makanan

Fase Faringal

-  Terjadi secara reflek pada akhir fase oral, yaitu perpindahan bolus makanan dari faring ke

esofagus.

Fase Esofagal

-  Merupakan fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke lambung

5/16/2018 DISFAGI1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/disfagi1-55ab520b95e5a 8/13

E.  TANDA DAN GEJALA

Disfagia Oral atau faringeal

-  Batuk atau tersedak saat menelan

-  Kesulitasn pada saat mulai menelan 

-  Makanan lengket di kerongkongan

-  Sialorrhea

-  Penurunan berat badan 

-  Perubahan pola makan 

-  Pneumonia berulang 

-  Perubahan suara (wet voice)

-  Regusgitasi Nasal 

Disfagia Esophageal-  Sensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dada 

-  Regurgitasi Oral atau faringeal 

-  Perubahan pola makan 

-  Pneumonia rekuren 

F.  EPIDEMIOLOGI

Disfagia telah dilaporkan dalam beberapa jenis gangguan, dan dapat digolongkan sebagai

neurologis dan non neurologis. meskipun disfagia mencakupbanyak variabel, juga sangat

berpengaruh terhadap hasil pengobatan.

Gangguan menelan neurologis ditemui lebih sering pada unit rehabilitasi medis daripada

spesialisasi kedokteran lainnya. Stroke adalah penyebab utama dari disfagia neurologis.

Sekitar 51-73% pasien dengan stroke mengalami disfagia, yang merupakan faktor resiko

bermakna berkembangnya pneumonia; hal ini dapat juga menunda pemulihan fungsional

pasien.

Pneumonia terjadi pada sekitar 34% dari seluruh kematian terkait stroke dan merupakan

penyebab kematian ketiga terbanyak pada bulan pertama setelah mengalami stroke,

meskipun tidak seluruh kasus pneumonia berkaitan dengan aspirasi makanan. Oleh

karenanya, deteksi dini dan pengobatan disfagia pada pasien yang telah mengalami strokes

adalah sangat penting.

5/16/2018 DISFAGI1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/disfagi1-55ab520b95e5a 9/13

G.  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a.  Scan – CT dan Tomogram 

Mengevaluasi bentuk esofagus dan jaringan disekitarnya 

b.  MRI 

Membantu melihat kelainan di otak yang menyebabkan disfagia motorik.

c.  Fluoroskopi 

Melihat kelenturan dinding esofagus, kelenturan dinding esofagus, adanya gangguan

peristaltik, penekanan esofagus dari luar, isi lumen esofagus dan kadang-kadang kelainan

mukosa esofagus.

d.  Pemeriksaan Kontras ganda 

Digunakan untuk memperlihatkan adanya karsinoma stadium dini 

e. 

EsofagoskopiUntuk melihat langsung isi lumen esofagus dan keadaan mukosanya.

f.  Pemeriksaan Manometrik 

Digunakan untuk menilai fungsi motorik esofagus

H.  PENATALAKSANAAN MEDIS

1.  Berbagai pengobatan telah diajukan unutk pengobatan disfagia orofaringeal pada

dewasa. Pendekatan langsung dan tidak langsung disfagia telah digambarkan.

Pendekatan langsung biasnya melibatkan makanan, pendekatan tidak langsung biasanya

tanpa bolus makanan. 

2.  Modifikasi diet 

Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum disfagia. Suatu diet

makanan yang berupa bubur direkomendasikan pada pasien dengan kesulitan pada fase

oral, atau bagi mereka yang memiliki retensi faringeal untuk mengunyah makanan

padat.

Jika fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak atau

semi-padat sampai konsistensi normal.

3.  Suplai Nutrisi 

Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat menyebabkan

malnutrisi

Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan bantuan nutrisi. Bahan-

bahan pengental, minuman yang diperkuat, bubur instan yang diperkuat, suplemen cairoral. Jika asupan nutrisi oral tidak adekuat, pikirkan pemberian parenteral.

4.  dehidrasi

5/16/2018 DISFAGI1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/disfagi1-55ab520b95e5a 10/13

Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan hidrasi pasien

sangat penting dan cairan intravena diberikan jika terapat dehidrasi

5.  Pembedahan

-  Pembedahan gastrostomy

Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan laparotomy

dengan anestesi umum ataupun lokal.

-  Cricofaringeal myotomy 

Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan unutk mengurangi

tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES) dengan mengincisi komponen otot

utama dari PES.

Injeksi botulinum toxin kedalam PEpS telah diperkenalkan sebagai ganti dari CPM

5/16/2018 DISFAGI1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/disfagi1-55ab520b95e5a 11/13

I.  ASUHAN KEPERAWATAN

1.  DIAGNOSA DAN INTERVENSI

a.  Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret yang

terakumulasi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat menunjukkan

pembersihan jalan napas yang efektif, dibuktikan dengan status pernapasan

Intervensi:

  kaji dan dokumentasi hal-hal berikut:

-  keefektifan pemberian oksigen

-  keefektifan pengobatan yang diresepkan

-  kecenderungan pada gas darah arteri

  auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya

penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi tambahan

   jelaskan penggunaan peralatan pendukung dengan benar, contohnya

oksigen

  instruksikan kepada pasien/keluarga tentang pentingnya perubahan pada

sputum, seperti warna, karakter, jumlah dan bau

  instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam untuk 

memudahkan keluarnya sekresi

  berikan terapi oksigen yang telah dihumidifikasikan sesuai dengan

kebijakan institusi

  kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian aerosol, nebulizer ultrasonik,

dan perawatan paru lain

b.  nutrisi kurang dari kebutuhan b.d susah menelan

tujuan: kebbutuhan nutrisi pasien tercukupi

intervensi:

-  kaji berat badan

-  kaji pola eliminasi

-  beri pemasukan melalui NGT

-  beri lingkungan yang nyaman

-   jelaskan tujuan dipasang NGT

-  kolaborasi dalam pemberian oba 

5/16/2018 DISFAGI1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/disfagi1-55ab520b95e5a 12/13

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Sudarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol-2, EGC, Jakarta, 2002.

Doengoes, Marilyn. E, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Pasien Edisi 3, EGC, Jakarta, 2000.

Santosa, Budi (editor), Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006,

Definisi dan Klasifikasi, Prima Medika, Jakarta, 2005.

Efiaty Arsyad Soepardi, Dr. H., Sp.THT dan Nurbaiti Iskandar, Prof. Dr. H., Sp.THT,

(editor), Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga  –  Hidung  –  Tenggorok  –  Kepala Leher

Edisi kelima, FKUI, Jakarta, 2004.

5/16/2018 DISFAGI1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/disfagi1-55ab520b95e5a 13/13

LAPORAN KASUS INDIVIDU

DISFAGIA 

OLOEH:

DISUSUN OLEH:

I GEDE MADE INDRA PUTRA WISNAWA

(1002053)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESAHATAN BETHESDA YAKUM

YOGYAKARTA

2011