DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS,...

252
DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, SIKLON SEPARATOR DAN RUANGAN BAHAN UNTUK PENGASAPAN IKAN AN INTEGRATED DESIGN OF FURNACE, HEAT EXCHANGER, CYCLONE SEPARATOR, AND SMOKE CHAMBER FOR FISH SMOKING MUH. TAHIR SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS,...

Page 1: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

DISERTASI

DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS,

SIKLON SEPARATOR DAN RUANGAN BAHAN

UNTUK PENGASAPAN IKAN

AN INTEGRATED DESIGN OF FURNACE, HEAT EXCHANGER,

CYCLONE SEPARATOR, AND SMOKE CHAMBER

FOR FISH SMOKING

MUH. TAHIR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

ii

DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS,

SIKLON SEPARATOR DAN RUANGAN BAHAN

UNTUK PENGASAPAN IKAN

DISERTASI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Doktor

Program Studi

Ilmu Pertanian

Disusun dan diajukan oleh

MUH. TAHIR

Kepada

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 3: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

iii

Page 4: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

iv

PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muh. Tahir

Nomor Pokok : P0100313403

Program Studi : Ilmu Pertanian

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang

lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau

keseluruhan disertasi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Makassar, 10 Maret 2018

Yang menyatakan,

Muh. Tahir

Page 5: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

iv

PRAKATA

Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji syukur ke

hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah‐Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan disertasi ini.

Disertasi ini menyajikan kegiatan desain, konstruksi dan pengujian sistem

pengasapan ikan metode tidak langsung yang menjadi rekomendasi FAO/WHO

dalam Joint Expert on Food Standards Programme 2008. Sistem pengasapan

tidak langsung memiliki makna penempatan bahan atau ikan yang diasapi tidak

satu ruangan dengan proses pembakaran biomassa untuk menghasilkan asap dan

panas. Dengan demikian sistem memiliki jalur asap dan panas yang panjang

sebelum memasuki ruang pengasapan. Sistem pengasapan terdiri atas desain

terintegrasi tungku pembakaran, penukar panas, siklon separator dan ruang

pengasapan bahan.

Atas terselenggaranya penelitian berjudul ”Desain terintegrasi tungku,

penukar panas, siklon separator dan ruangan bahan untuk pengasapan ikan”,

perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

a. Tim Promotor/Penguji yang membimbing dan mengoreksi secara langsung,

b. Ketua Program Studi S3 Ilmu Pertanian yang memberikan arahan studi,

c. Dekan Sekolah Pascasarjana dan stafnya yang membantu administrasi studi,

d. Rektor Universitas Hasanuddin atas kebijakan terkait atmosfer studi di

kampus merah di mana saya memilih tempat untuk berkreasi mengkaji ilmu

teknik dalam nuansa perkuliahan yang lugas dan akomodatif.

Demikian pengantar disertasi ini semoga dapat bermanfaat khususnya

dalam bidang teknik desain peralatan pengolahan hasil pertanian, peternakan,

perikanan dan kelautan. Terima kasih tidak lupa diucapkan kepada semua pihak

yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini meski tidak tersebutkan.

Makassar, 14 Nopember 2017

Wassalam,

Penulis

Page 6: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

v

ABSTRAK

Muh Tahir. Desain Terintegrasi Tungku, Penukar Panas, Siklon Separator dan

Ruangan Bahan untuk Pengasapan Ikan. (Dibimbing oleh Mursalim, Salengke dan

Metusalach)

Penelitian bertujuan mendesain sistem pengasapan ikan secara tidak

langsung. Pengasapan tidak langsung memiliki makna sistem pengasapan berupa

integrasi unit tungku, penukar panas, siklon separator dan ruang pengasapan

sehingga ikan tidak seruangan dengan proses pembangkitan asap. Desain

pengasapan dilengkapi siklon separator dan penukar panas untuk menghasilkan

ikan asap bersih melalui pemisahan partikel padat abu terbang dan tar sehingga

aman dari resiko karsinogen benzo[a]piren. Metode penelitian mencakup desain

dan konstruksi alat, uji performansi dan uji kadar nutrisi, syarat SNI dan

kandungan benzo[a]piren. Hasil menunjukkan bahwa desain pengasapan mampu

mencapai suhu internal daging ikan 68-80oC selama 30 menit lebih mengikuti

pola pengasapan ikan yang dikembangkan oleh The Three Pacipic Northwest

Universities. Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai dalam 13,2

jam pengasapan, nutrisi protein 40%, lemak 8,5%, abu 4,3%, garam 3,68% dan

fenol 61,32 µg/g. Efisiensi penukar panas mencapai 91% dengan koefisien

transfer panas keseluruhan 20,3 Watt/m2o

C dan efektivitas 63%. Efisiensi

pemisahan partikel padat oleh siklon separator mencapai 94,7% dengan diameter

abu 0,2-600 µm. Pemisahan kontaminan asap oleh siklon separator dan selubung

bersekat menyebabkan kadar rendah benzo[a]piren 1,29 µg/kg dari nilai yang

diperkenankan BPOM sebesar < 2,0 µg/kg. Kadar benzo[a]piren tersebut juga

memenuhi kriteria yang dipersyaratkan Uni Eropa dan FAO/WHO sebesar < 5,0

µg/kg.

Kata kunci : pengasapan, penukar panas, pemisah siklon, karsinogen, performansi

desain.

Page 7: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

vi

ABSTRACT

Muh Tahir. An integrated design of furnace, heat exchanger, cyclone separator

and smoke chamber for fish smoking. (Supervised by Mursalim, Salengke and

Metusalach).

The research was aimed at designing an indirect fish smoking system.

With this system, the fish smoking chamber is separated from biomass burning

furnace by a tubular heat exchanger and a cyclone separator. The smoking system

was equipped with the cyclone separator and heat exchanger to produce clean

smoked fish through the separation of the fly ash solid particle, tar and was free

from benzo[a]pyrene. The research procedure include the design and construction,

the smoking system performance test, nutrient content analysis and measurement

of benzo[a]pyrene content. The results showed that the smoking system can

provide the fish internal temperature of 68-80oC for at least 30 minutes following

the fish smoking pattern developed by the Three Pacific Northwest Universities.

Water content of smoked fish produced was 52.9% (SNI of smoked fish <60%)

which was achieved after 13,2 hours of smoking process. Nutrition contents were

protein 40%’, fat 8.5%, ash 4.3%, salt 3.68%, phenol 61,32 µg/g. The heat

exchanger efficiency reached 91% with overall heat transfer coefficient of 20.33

Watt/m2o

C and effectiveness of 63%. The solid particle separation efficiency by

the cyclone separator reaches 94.7% with the ash diameter of 0.2-600 μm. The

separation of smoke contaminant by the cyclone separator and the baffle within

the heat exchanger resulted in low benzo[a]pyrene content (1.29 µg/kg) which is

lower than the value permitted by BPOM RI of 2.0 µg/kg. The benzo[a]pyrene

content also meets the criteria required by European Union, FAO/WHO of 5.0

µg/kg.

Key words: fish smoking, heat exchanger, cyclone separator, carcinogens, design

performance.

Page 8: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

vii

DAFTAR ISI

halaman

PRAKATA ............................................................................................................ iv

ABSTRAK ............................................................................................................ v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................... 9

F. Defenisi dan Istilah ................................................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12

A. Pengasapan .............................................................................................. 12

B. Pengasapan tipe konveksi paksa ............................................................. 14

C. Asap dan pengasapan panas .................................................................... 17

D. Pembangkit Panas dan Asap ................................................................... 22

1. Tungku Pembakaran ......................................................................... 23

2. Penukar Panas ................................................................................... 24

3. Siklon Separator ................................................................................ 28

4. Ruang Pengasapan ............................................................................ 31

E. Ikan Cakalang ......................................................................................... 33

F. Kerangka Pemikiran................................................................................ 34

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 37

A. Rancangan Penelitian .............................................................................. 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 44

Page 9: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

viii

C. Alat dan Bahan ........................................................................................ 45

1. Alat, komponen desain dan instrumen ............................................... 45

a. Perlengkapan bengkel ................................................................. 45

b. Blower Sentrifugal ...................................................................... 46

a. Termokopel dan peraga suhu digital ........................................... 46

b. Instrumen ukur kelistrikan .......................................................... 47

c. Instrumen ukur kecepatan dan tekanan udara ............................. 47

d. Instrumen ukur berat ................................................................... 47

e. Instrumen ukur kadar air bahan bakar ......................................... 48

f. Instrumen ukur suhu dan kelembaban udara ............................... 48

g. Instrumen ukur jarak desain penukar panas ................................ 48

2. Bahan .................................................................................................. 48

D. Pendekatan Desain dan Analisis ............................................................. 49

1. Siklon Separator ................................................................................ 49

2. Penukar panas ................................................................................... 55

a. Sisi pipa penukar panas ............................................................... 62

b. Sisi saluran penghubung ............................................................. 63

c. Sisi selubung penukar panas ....................................................... 64

3. Sistem Pengasapan ............................................................................ 65

4. Bahan bakar tempurung dan sabut kelapa ........................................ 67

5. Bahan ikan cakalang ......................................................................... 67

6. Konsumsi energi dan laju pengeringan bahan .................................. 70

7. Perhitungan kadar air bahan ............................................................. 71

8. Kadar Abu ......................................................................................... 72

9. Kadar Protein .................................................................................... 73

10. Kadar Lemak ..................................................................................... 73

11. Kadar garam ...................................................................................... 74

12. Kadar fenol ....................................................................................... 74

13. Analisa Formalin ............................................................................... 75

14. Analisa benzo[a]piren ....................................................................... 75

15. Analisa organoleptik ......................................................................... 76

16. Fungsi Psychrometric add ins........................................................... 76

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 78

Page 10: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

ix

A. Desain Fungsional ................................................................................... 78

1. Unit Ruang Pengasapan .................................................................... 78

2. Unit Kerangka Gantungan Ikan ........................................................ 79

3. Unit Penukar Panas ........................................................................... 80

4. Unit Siklon Separator dan Blower Sentrifugal ................................. 83

5. Unit Tungku ...................................................................................... 84

B. Desain Struktural .................................................................................... 86

1. Unit Ruang Pengasapan .................................................................... 86

2. Unit Kerangka Gantungan Ikan ........................................................ 87

3. Unit Penukar Panas ........................................................................... 88

4. Unit Siklon Separator ........................................................................ 92

5. Unit Tungku ...................................................................................... 94

C. Desain Terintegrasi ................................................................................. 95

1. Aliran Udara ..................................................................................... 96

2. Ikan dan Bahan lain .......................................................................... 97

3. Bahan bakar tempurung kelapa dan sabut ........................................ 98

D. Pengujian Desain .................................................................................. 100

1. Pengujian Terintegrasi Tanpa Beban .............................................. 100

2. Pengujian Terintegrasi dengan Beban Ikan Cakalang .................... 107

3. Aspek Suhu Sistem Pengasapan Ikan ............................................. 107

4. Aspek Penukaran Panas .................................................................. 121

5. Aspek Konsumsi Energi Sistem ..................................................... 133

6. Aspek Pemisahan dan Pengumpulan Partikel Abu dan Tar ........... 135

7. Aspek Penurunan Tekanan Statis Siklon Separator ........................ 142

E. Aspek Ikan Cakalang Asap yang Dihasilkan ........................................ 143

1. Uji Formalin dan Histamin ............................................................. 152

2. Mikrobiologi ................................................................................... 152

3. Kadar Garam ................................................................................... 153

4. Kadar Protein, Lemak dan Abu ...................................................... 154

5. Kadar Fenol ..................................................................................... 155

6. Benzo[a]piren .................................................................................. 157

7. Uji ALT, Kadar air sampel dan Organoleptik ................................ 160

8. Uji X-Ray Diffraction ..................................................................... 162

Page 11: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

x

F. Aspek Perbaikan pada Iterasi Pengujian ............................................... 168

1. Pengujian iterasi ke-1: .................................................................... 168

2. Pengujian iterasi ke-2: .................................................................... 171

3. Pengujian iterasi ke-3: .................................................................... 174

G. Aspek Kebaruan (Novelty) ................................................................... 178

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 180

A. Kesimpulan ........................................................................................... 180

B. Saran ..................................................................................................... 181

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... 182

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 183

Page 12: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

xi

DAFTAR TABEL

Nomor halaman

1. Parameter blower suhu tinggi seri XYGR ..................................................... 46

2. Nilai parameter dalam SNI ikan asap ............................................................ 68

3. Dimensi, skala dan ukuran siklon .................................................................. 92

4. Dimensi penukar panas, ukuran dan satuan ................................................... 89

5. Dimensi rata-rata ikan cakalang belah ........................................................... 98

6. Kecepatan udara pada tiap unit integrasi ..................................................... 101

7. Suhu dan durasi proses pasteurisasi dan pematangan .................................. 121

8. Data sampel suhu pada ketiga pengujian ..................................................... 122

9. Ringkasan karakteristik transfer panas pipa besi galvanis ........................... 125

10. Daftar Analisa Performansi Penukar Panas ................................................. 127

11. Besaran tekanan statis desain sistem ............................................................ 132

12. Konsumsi energi sistem pengasapan............................................................ 133

13. Berat partikel padat hasil pemisahan siklon ................................................. 140

14. Tekanan statis siklon separator .................................................................... 143

15. Data teknis pengasapan ikan cakalang ......................................................... 144

16. Beberapa parameter hasil uji laboratorium ikan asap .................................. 151

17. Uji ALT, kadar air dan organoleptik ............................................................ 161

18. Senyawa teroksidasi pada sampel abu tempurung kelapa ........................... 164

Page 13: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman

1. Tipikal suhu pusat ikan & ruangan dalam siklus pengasapan. ...................... 20

2. Penukar panas tipe selubung dan pipa ........................................................... 25

3. Konfigurasi laluan selubung dengan banyak pipa ......................................... 25

4. Profil suhu untuk jenis aliran melawan .......................................................... 27

5. Siklon separator: (a) geometri (b) skema aliran udara ................................... 29

6. Skema ukuran partikel padat dan proses pemisahan yang sesuai .................. 30

7. Ilustrasi perbandingan ukuran partikel dalam mikron ................................... 30

8. Profil temperatur untuk aliran berlawanan dan siklon ................................... 35

9. Diagram alur perencanaan desain pengasapan dan uji performansi .............. 38

10. Diagram alur desain penukar panas ............................................................... 39

11. Diagram alur desain penukar panas ............................................................... 40

12. Diagram alur desain siklon separator ............................................................. 41

13. Diagram alur desain unit ruang pengasapan .................................................. 42

14. Skema desain sistem pengasapan tidak langsung, aliran asap ....................... 43

15. Peta lokasi penelitian ..................................................................................... 45

16. Pembesaran skala kurva performansi ............................................................. 51

17. Kurva performansi siklon efisiensi tinggi ...................................................... 51

18. Faktor pressure drop siklon ............................................................................ 52

19. Tipikal suhu pengasapan yang dimodifikasi.. ................................................ 65

20. Susunan pola pipa segitiga 30º (Staggered) ................................................... 82

21. Sekat (baffle) dan potongan sekat (baffle cut) penukar panas. ...................... 82

22. Skema tungku biomassa ................................................................................. 86

Page 14: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

xiii

23. Ruang pengasapan berbentuk silinder............................................................ 87

24. Kerangka gantungan ikan ............................................................................... 87

25. Susunan pipa segitiga dan jarak antar pipa, clearance ................................... 88

26. Skema dasar penukar panas yang diperkaya sekat ......................................... 91

27. Skema aliran berlawanan pada penukar panas. .............................................. 92

28. Siklon separator dengan beberapa arah pandang ........................................... 93

29. Saluran hubung siklon separator dan penukar panas ..................................... 94

30. Tungku; (a) tampak samping, (b) tampak muka, (c) tampak atas, ................. 95

31. Desain terintegrasi sistem pengasapan ........................................................... 96

32. Pola ikan; (a) skema penampang, (b) skema memanjang ( Ti: termokopel

untuk ikan bagian dalam dan luar, Tr: termokopel bagian dalam dan luar). 101

33. Pola suhu ruangan terhadap waktu dari masing-masing berat tempurung

kelapa yang diumpan. .................................................................................. 103

34. Pola dan capaian suhu ruangan dan suhu prediksi ....................................... 105

35. Foto SEM partikel abu berukuran: (a) 20 µm, (b) 10 µm (c) ukuran 2 µm. 106

36. Profil suhu terhadap waktu pengasapan pengujian 1 ................................... 108

37. Profil suhu terhadap waktu pengasapan pengujian 2 ................................... 111

38. Profil suhu terhadap waktu pengasapan pengujian 3 ................................... 112

39. Pola suhu dan kelembaban udara terhadap waktu; (a) Suhu udara-asap dan

ikan, (b) Suhu dan kelembaban udara lingkungan, (c) Suhu dan kelembaban

udara ruangan. .............................................................................................. 114

40. Capaian suhu internal ikan cakalang dan durasinya pada (a) pengujian 1, (b)

pengujian 2 dan (c) pengujian 3. .................................................................. 120

41. Faktor koreksi LMTD (F) untuk operasi aliran berlawanan pada satu laluan

selubung dan multi laluan pipa genap. ......................................................... 129

42. Partikel padat yang terpisah, (a) Berat partikel padat tertimbang 17,54 g, (b)

Partikel padat berbentuk pipih hingga ukuran panjang 20 mm. .................. 136

Page 15: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

xiv

43. Distribusi ukuran partikel abu hasil pemisahan siklon 250 mm .................. 137

44. Efisiensi pemisahan siklon separator 250 mm ............................................. 138

45. Kecenderungan garis efisiensi dan dpc berdasarkan perubahan densitas

partikel. 139

46. (a) Dustbin transparan berisi tar dengan warna kehitaman, (b) Senyawa tar

konsentrasi tinggi sehingga tampak kental. ................................................. 141

47. (a) Pengaruh asap yang hitam pada kain masker, (b) Warna coklat/kuning

keemasan dan bersih pada permukaan ikan asap yang dihasilkan. .............. 142

48. Tingkat kadar air terhadap aw dan spesifikasi SNI ikan asap ...................... 148

49. Perhitungan lama pengasapan berdasarkan penurunan kadar air menggunakan

persamaan Nikitin. ....................................................................................... 149

50. Profil uji X-Ray Diffraction abu tempurung kelapa .................................... 163

51. Profil uji X-ray Diffraction kulit ikan cakalang asap ................................... 165

52. Metana hidrat berbentuk gumpalan salju dan terbakar ................................ 167

53. Pola susunan ikan dalam ruangan iterasi ke-1 ............................................. 169

54. Perubahan lengkungan rak pada iterasi ke-2 ................................................ 170

55. Pengamatan aspek ergonomi operator tungku ............................................. 172

56. Perubahan posisi operator yang lebih ergonomis ........................................ 174

57. Aliran asap keluar outlet ruang pengasapan ................................................ 175

58. Pengubahan konsumsi listrik dari kondisi penuh ke posisi daya 69,0 W

melalui instrumen penurun daya. ................................................................. 178

Page 16: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor halaman

1. Nilai aproksimasi transfer panas keseluruhan, U. ......................................... 191

2. Properti fisik padatan ................................................................................... 192

3. Thermal Properties of Metals ....................................................................... 193

4. Diagram Moody ............................................................................................ 194

5. Perhitungan dimensi ruang pengasapan ....................................................... 195

6. Perhitungan tinggi desain penukar panas ...................................................... 198

7. Perhitungan desain siklon separator ............................................................. 199

8. Perhitungan tinggi tungku dan pembagian ruangannya ................................ 203

9. Perhitungan energi untuk berat dasar pengumpanan bertambah.................. 204

10. Perhitungan efisiensi siklon separator 250 mm ............................................ 205

11. Kadar air tempurung kelapa .......................................................................... 206

12. Perhitungan analisis performansi penukar panas .......................................... 209

13. Perhitungan nilai organoleptik ...................................................................... 229

14. Perhitungan waktu pengasapan ..................................................................... 230

15. Senyawa aromatik dalam asap ...................................................................... 232

16. Gambar teknik desain sistem pengasapan ..................................................... 236

Page 17: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan peralatan pengeringan dan pengasapan berlangsung

seiring dengan tuntutan performansi alat yang tinggi dengan berbagai faktor

pembatas seperti ketersediaan sumber energi, material, dan teknologi yang

mampu diaplikasikan. Jenis alat pengeringan dan pengasapan terutama dari

aspek bentuk akan sangat bervariasi dan bersifat lokal terkait dengan jenis

komoditas atau produk yang akan dikeringkan dan diasapi dengan sumber

energi yang tersedia. Penggunaan energi biomassa sebagai upaya

meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam negeri sebagaimana peraturan

dan perundang-undangan yang terkait (Kamaruddin, 2007):

a. Kebijakan Energi Nasional-KEN, SK Menteri No. 0983/K/16/MEM/ 2004

yang menargetkan keharusan penggunaan energi terbarukan mencapai

minimal >5% dari total energi primer pada 2020.

b. Konsep energi hijau – SK Menteri No. 0002/2004; yang berisikan prioritas

pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan, pemanfaatan energi bersih

dan mempunyai efisiensi tinggi serta kegiatan konservasi energi.

c. PP No. 3, 2005 tentang kewajiban menggunakan energi setempat terutama

yang berasal dari sumber-sumber energi terbarukan.

Salah satu jenis pengeringan dan pengasapan yang berkembang dari

cara tradisional adalah pemanfaatan panas hasil pembakaran biomassa yang

disertai asap. Biomassa adalah salah satu bentuk bahan bakar yang dikenal dan

digunakan sejak awal peradaban memanfaatkan unsur api. Proses pengeringan

Page 18: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

2

dengan bahan bakar biomassa cenderung mengabaikan asap dan memandang

panas sebagai aspek utamanya. Pada konteks pengasapan, asap dan panas

yang sifatnya menyatu turut dipertimbangkan memiliki nilai manfaat pada

bahan pangan karena citarasa dan aromanya yang khas.

Pada konteks pengeringan modern, panas dipisah dari komponen asap

dan gas buang lainnya melalui prinsip penukaran panas. Prosesnya

berkembang sedemikian rupa hingga dewasa ini dan memandang bahwa

komponen asap, gas dan material buang lainnya adalah kontaminan bagi

bahan tertentu yang dikeringkan. Pemisahan panas dari asap, gas dan material

buang lainnya menjadi salah satu tonggak pemanfaatan peralatan penukar

panas. Sholahuddin dkk., (2002) menyatakan bahwa penggunaan penukar

panas terutama untuk mengatasi kendala asap pengeringan dari pembakaran

langsung disamping untuk mengefektifkan pengendalian suhunya. Penukar

panas jenis tertutup atau recuperator membuat fluida tidak saling bersentuhan.

Fluida yang dimaksud adalah media bersifat mengalir dalam wadah dapat

berupa fase gas, cair, gas-cair atau fase gas-padat. Fase gas-padat dalam kajian

ini adalah asap yang disertai partikel padat seperti abu, arang, jelaga dan tar

serta fase gas-cair berupa uap dalam asap yang disertai kandungan air atau tar

dalam bentuk uap.

Pada proses pembakaran biomassa, output berupa panas dan asap serta

arang yang tertinggal sebagai sisa dapat dirasakan dan dilihat. Pengamatan

seksama pada proses pembakaran terhadap lingkungan sekitarnya

menampakkan komponen terbang berupa jelaga dan partikel kecil melayang

berupa abu. Pengamatan lebih teliti dengan bantuan instrumen menunjukkan

Page 19: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

3

komponen berupa uap air, senyawa tar dan gas. Pemanfaatan asap dari

pembakaran langsung biomassa yang ditujukan untuk bahan pangan seperti

membakar ikan (barbeque) dan pengasapan (smoking) memiliki peluang

terkena abu, arang, jelaga dan senyawa tar. FAO dan WHO sejak 1961

mempublikasikan temuan terkait sejumlah arang hitam tertentu yang terbukti

mengandung cemaran senyawa 3,4-benzopyrene. Pangan asap mengandung

cemaran yang sama sekitar 1,9 – 10,5 g/kg dalam produk sosis dan 1,7 – 7,5

g/kg dalam produk ikan asap. Senyawa hidrokarbon bersifat karsinogen yang

ditemukan dalam makanan adalah akibat proses pengasapan dan kadang-

kadang konsentrasinya lebih tinggi jika terkontaminasi jelaga (soot). Fakta-

fakta tersebut menunjukkan pentingnya melakukan kajian pengolahan pangan

yang dapat memproteksi bahan pangan dari cemaran polycyclic aromatic

hydrocarbons (PAH) dengan indikator senyawa benzo[a]piren. Kajian

pengolahan pangan dapat berupa proses atau desain peralatan yang

mendukung sanitasi dan higienitas produk pangan.

Desain peralatan pengasapan yang ditujukan untuk pengolahan pangan

seperti dalam proses pengasapan ikan menjadi aspek yang penting dikaji.

Kajian dapat berupa proses pengasapan langsung menjadi tidak langsung dan

upaya memurnikan asap yang akan mengenai ikan. Pemurnian asap memiliki

makna upaya pemisahan komponen yang berpotensi sebagai cemaran seperti

abu, arang, jelaga dan tar. Pemisahan partikel padat dari aliran udara panas

dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti siklon separator, pengendapan

bermuatan listrik (electrostatic precipitators), saringan (filters), cairan

perangkap (liquid scrubbers) dan ruang penyekat (settling chambers). Siklon

Page 20: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

4

separator merupakan salah satu mekanisme pemisah partikel padat dengan

ukuran sekitar 0,0012 mm hingga 1 mm (Elsayed, 2011). Siklon separator

memiliki kesesuaian dari segi karakteristik ukuran sehingga menjadi salah satu

pilihan. Struktur bangun dari siklon separator juga bersifat sederhana, tahan

dari suhu dan tekanan operasional yang tinggi.

Desain proses pengasapan yang dilengkapi pemisah partikel padat

dapat dibangun dari rangkaian unit tungku, penukar panas, siklon separator

dan ruang pengeringan bahan. Desain proses pengasapan secara spesifik

ditujukan untuk menghasilkan produk ikan asap. Desain dapat pula ditujukan

untuk pengeringan tanpa memperoleh faedah citarasa dan aroma asap jika

komoditasnya memiliki cangkang seperti kacang tanah. Komoditas lain

seperti kopra dapat pula dikeringkan hanya jika secara organoleptik, penilaian

mutunya dapat mengabaikan pengaruh asap.

Pengembangan desain pengasapan juga mempertimbangkan aspek

bahan bakar. Ketersediaan bahan bakar dan kemampuan menyediakan untuk

operasionalnya menjadi pertimbangan krusial. Oleh karena itu, desain

peralatan didasarkan pada keberadaan bahan bakar biomassa yang tersedia

diseluruh daerah di Indonesia. Bahan bakar biomassa merupakan sumber

energi terbarukan yang memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan. Penelitian

untuk menghasilkan teknologi pengeringan dan atau pengasapan dari sumber

energi terbarukan telah banyak dilakukan di berbagai negara. Kamaruddin,

(2007) melakukan diseminasi pengering surya tipe green house effect (GHE)

di Indonesia memanfaatkan energi surya dan biomassa untuk mengeringkan

berbagai komoditas hasil pertanian dan perikanan. Berbagai rancangan

Page 21: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

5

berbiaya murah telah diujicoba di berbagai daerah dan diklaim dapat

beroperasi hingga di tempat terpencil sekalipun. Pengeringan model rak pada

jenis pengering efek rumah kaca dengan bahan bakar sabut dan tempurung

kelapa diujicoba untuk mengeringkan kopra dan kacang tanah di daerah

Gorontalo (Tahir dkk., 2013; 2014). Ujicoba jenis pengering memanfaatkan

energi panas surya dan biomassa ditujukan untuk memodernisasi jenis

pengering tradisional yang digunakan oleh petani kopra di sentra perkebunan

kelapa rakyat. Pengering tradisional berupa para-para yang disebut Porono

dengan bahan bakar sabut dan tempurung kelapa memiliki resiko kebakaran

yang merugikan. Oyerinde et al., (2013) mengembangkan kiln pengasapan

ikan tipe aliran silang (cross-flow) yang berbahan bakar biomassa dengan

tujuan memberikan solusi peralatan untuk mengatasi pengasapan ikan

tradisional di Nigeria yang bersifat terbuka dan menyebabkan polusi

lingkungan. Disamping dampak lingkungan, pengasapan tradisional tersebut

juga menghasilkan mutu ikan yang tidak seragam.

Produk ikan asap berdasarkan Pigott, (1981) memiliki 4 spektrum

yakni ikan asap yang dikonsumsi sebagai produk segar (ikan asap langsung

konsumsi dengan kadar air masih tinggi), ikan asap yang dibekukan

(mengalami proses thawing sebelum diolah untuk konsumsi), ikan yang

diasapi hingga kering (agar produk awet disimpan pada suhu ruang hingga

periode waktu tertentu) dan ikan asap yang dikalengkan. Dalam pengolahan

ikan asap, spektrum ikan asap segar yang diasapi hingga kadar air memenuhi

syarat (Standar Nasional Indonesia, 2009) menjadi pilihan agar fungsi

pengasapan dan penguapan airnya dapat diamati sekaligus.

Page 22: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

6

Citarasa asap (smoky taste) bahan pangan yang diolah dengan metode

pengasapan, seperti ikan asap, digemari banyak konsumen pada berbagai

kalangan. Disamping kelezatannya, ikan asap diduga dapat menimbulkan

permasalahan kesehatan terkait metode pengolahan yang dapat menyisakan

residu bersifat karsinogen. Senyawa polycyclic aromatic hydrocarbons

(PAH); benzo(a)pyrene merupakan indikator tercemarnya produk asap yang

jika dirunut dapat bersumber dari bahan bakar yang digunakan, metode

pembakaran dan pengasapan. FAO dan WHO merekomendasikan berbagai

upaya pengurangan senyawa benzo[a]piren. Upaya tersebut mencakup jenis

bahan bakar yang digunakan, teknik pembakaran yang memicu terbentuknya

senyawa benzo[a]piren, desain ruang pengeringan atau pengasapan serta

peralatan lain yang terkait dengan proses pengeringan dan pengasapan (Codex

Alimentarius Commission, 2008).

Berdasarkan uraian sebelumnya maka dalam penelitian ini didesain

sistem pengasapan yang memanfaatkan siklon separator untuk memisahkan

partikel padat dalam aliran udara panas dan asap. Pada aspek teknik, partikel

padat umumnya menjadi penyumbat terhadap aliran udara di sela pipa penukar

panas. Pada aspek produk asapan, partikel padat berupa abu, arang dan jelaga

mengurangi nilai tampilan dan citarasa serta sanitasi produk yang diasapi.

Pada aspek keamanan pangan, senyawa semipadat berupa tar jika terbentuk

adalah indikasi sumber kontaminan karena pembakaran dapat menghasilkan

tar dan senyawa lain termasuk PAH. Pemanfaatan asap dalam desain

meningkatkan efisiensi termal karena udara panas buangan bercampur asap

tetap dapat dimanfaatkan baik untuk tujuan pengasapan maupun pengeringan.

Page 23: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

7

Komoditas yang sesuai untuk proses pengasapan adalah ikan menjadi produk

ikan asap pada berbagai tingkat kadar air yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut di atas, beberapa permasalahan

yang terkait dengan desain sistem pengasapan adalah:

1. Belum tersedianya teknologi pengasapan yang memanfaatkan sumber

energi murah dan terbarukan melalui desain yang mengintegrasikan

tungku pembakaran biomassa, penukar panas dan siklon separator serta

ruang pengasapan.

2. Belum tersedianya pembangkit panas dan asap yang mengintegrasikan

siklon separator pada penukar panas sehingga udara panas yang akan

terbuang dapat diubah menjadi media pengasapan. Dengan demikian

desain mengakomodasi sistem pengasapan tidak langsung dengan jalur

asap yang panjang, melewati saluran bersekat untuk mengurangi

kontaminan.

3. Belum tersedia teknologi pemurnian asap yang memisahkan partikel padat

seperti abu, arang, jelaga dan tar sehingga udara panas yang memiliki

kondisi kotor berubah menjadi udara bersih untuk mengurangi potensi

pengotoran pada produk dan penyumbatan atau fouling pada sela pipa

penukar panas.

4. Tuntutan mutu SNI ikan asap dan aturan keamanan pangan terkait

pengurangan kandungan benzo(a)piren yang dapat muncul pada produk-

produk yang diasapi.

Page 24: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

8

C. Tujuan Penelitian

Beberapa tujuan atau sasaran yang dicapai dalam kegiatan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan desain sistem pengasapan panas tidak langsung dengan

capaian suhu yang mendukung proses pasteurisasi dan kematangan ikan.

2. Mendesain sistem pengasapan ikan yang dilengkapi unit pemisah

kontaminan berupa partikel padat dan tar.

3. Menghasilkan prototipe alat pengasapan untuk menghasilkan produk ikan

asap yang memenuhi kriteria yang dipersyaratkan dalam SNI ikan asap

dan aspek keamanan pangan dari kandungan benzo[a]piren.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari kegiatan penelitian ini antara lain :

1. Berkembangnya kemampuan desain dan konstruksi peralatan berupa

sistem pengasapan sebagai bagian dari kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

2. Teknologi pengasapan yang mengintegrasikan siklon separator pada unit

tungku dan penukar panas untuk mengubah udara buangan menjadi udara

masukan bersih yang akan dipanaskan menjadi media pengasapan.

3. Perbaikan efisiensi sistem penukar panas dari pemanfaatan udara panas

bercampur asap yang tadinya terbuang menjadi energi berguna.

Page 25: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

9

4. Adanya solusi pengurangan aktifitas pengotoran dan penyumbatan pada

aliran udara di sela pipa penukar panas yang sangat umum terjadi,

khususnya dalam desain unik ini.

5. Adanya peningkatan sanitasi dan higienitas produk ikan asap yang

dihasilkan baik dari sisi proses produksi maupun keamanan pangan.

6. Terbentuknya hasil desain sistem pengasapan (dapat berfungsi sebagai

pengeringan) yang menjadi salah satu opsi bagi masyarakat luas sebagai

upaya perbaikan proses pengolahan pangan baik hasil pertanian,

perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mencakup aspek desain yang

mengintegrasikan unit tungku biomassa, unit penukar panas, unit siklon

separator, unit ruang pengasapan serta bahan yang diasapi. Tungku dan jenis

bahan bakar berupa sabut dan tempurung kelapa mencakup dimensi dan

volume ruang untuk pembakaran sejumlah bahan. Parameter pengamatan pada

unit tungku adalah suhu udara pembakaran, kecepatan udara masuk tungku

dan massa bahan bakar yang diumpan. Proses pembakaran menghasilkan

udara panas, asap dan partikel padat seperti abu, arang, jelaga dan tar yang

selanjutnya masuk ke siklon separator dan penukar panas. Panas dan asap

menjadi komponen berguna dalam proses pengasapan sedangkan partikel

padat akan dipisahkan melalui unit siklon separator. Pemisahan partikel padat

dilakukan melalui identifikasi distribusi partikel abu dari bahan tempurung

kelapa untuk menentukan dimensi unit siklon separator dan diameter partikel

yang akan terpisah dengan efisiensi 50% (D50).

Page 26: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

10

Penukar panas meliputi bentuk dan dimensi bertujuan menukarkan

panas dari fluida panas ke fluida dingin. Fluida panas dalam hal ini adalah

output pembakaran tungku yang terdiri atas udara panas, asap dan partikel

padat serta tar. Udara dan asap setelah terpisah dari partikel padat pada unit

siklon separator akan bertindak sebagai fluida dingin yang akan menerima

panas pada ruang selubung. Parameter yang diamati pada unit penukar panas

mencakup laju aliran udara dan suhu udara asap. Lokasi pengamatan antara

lain suhu udara tungku yang masuk ke pipa penukar panas, suhu udara keluar

pipa yang masuk ke siklon separator, suhu udara keluar siklon separator yang

masuk ke selubung penukar panas serta suhu udara keluar penukar panas yang

masuk ke ruang pengasapan. Suhu tersebut menjadi dasar untuk perhitungan

efisiensi penukar panas.

Siklon separator meliputi bentuk, dimensi dan fungsi memisahkan

partikel padat seperti abu, arang, jelaga dan tar. Partikel padat yang terkumpul

pada wadah pengumpul atau dustbin akan dianalisa distribusinya untuk

menghitung efisiensi dan diameter cutoff nya. Pemisahan tar ke dalam wadah

pengumpul atau dustbin akan diamati secara visual demikian pula senyawa

yang diassosiasikan sebagai senyawa polisiklik aromatik hidrokarbon akan di

tracing pada partikel padat terpisah dan yang sampai ke permukaan ikan.

Uji performansi desain sistem pengasapan dilakukan dengan bahan

berupa ikan cakalang. Pengujian dilakukan 3 kali dengan beban sekitar 30 kg

ikan setelah dibelah dan dibersihkan. Parameter pengamatan meliputi kadar

air, kadar abu, garam, lemak, protein, fenol, formalin dan histamin, cemaran

senyawa benzo[a]piren dan cemaran mikrobiologi termasuk jumlahnya. Uji

Page 27: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

11

sensori ditujukan untuk menilai produk ikan cakalang asap yang dihasilkan

sebagai bagian dari parameter uji SNI No. 2725-1-2009 tentang mutu ikan

asap. Kriteria cemaran benzo[a]piren mengacu ke aturan Kepala Badan POM

Tahun 2011 terkait batas kandungan yang diperkenankan.

F. Defenisi dan Istilah

Biomassa : Sumber energi terbarukan yang mengacu pada bahan

organik dari suatu organisme hidup terutama tumbuhan.

Pembakaran : Dekomposisi kimia bahan organik dengan pemanasan

baik bereaksi dengan atau tanpa oksigen menghasilkan

energi panas, uap, asap dan partikel padat lainnya.

Asap : Fase gas berupa suspensi partikel padat, cair dan uap

dengan ukuran partikel umumnya berkisar 0,2-0,4 m (

atau dalam selang lebih luas 0,05-1 m (CAC, 2008)).

Penukar panas : Peralatan pindah panas yang memiliki cara kerja

menukar panas dari suatu media yang berbeda derajat

panasnya.

Siklon separator : Alat yang digunakan untuk memisahkan partikel padat

dari aliran gas dengan memanfaatkan gaya setrifugal

aliran dan gaya gravitasi bumi.

Pengasapan : Proses produksi dan aplikasi asap serta penyerapan

beragam senyawa kimia dari komponen asap oleh

bahan yang diasapi.

Page 28: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengasapan

Fellows, (2017) menyatakan bahwa pengasapan adalah proses kuno

yang telah lama digunakan mengawetkan makanan kaya protein untuk

penyimpanan pada suhu ruang selama masa paceklik seperti musim dingin

dan musim kemarau. Sekarang ini, tujuan pengasapan lebih cenderung ke

aspek mengubah citarasa dan warna produk pangan dari pada aspek

pengawetan. Dinyatakan pula bahwa pengasapan adalah suatu operasi yang

mahal untuk meningkatkan ragam produk bagi konsumen dan produsen atau

pengolah pangan asap menambahkan nilai ke produk pangan tersebut.

Pada proses pengasapan panas atau hot smoking, panas menjadi

kombinasi dari asap yang menyebabkan proses denaturasi protein (Sikorski

and Kołakowski, 2010), menyebabkan bahan pangan matang (cooked) dan

mematikan mikroorganisme yang menjadi kontaminan (Fellows, 2017).

Bahan pangan yang paling sering diasapi adalah ikan seperti tuna, salmon,

mackerel, cod dan trout, kerang-kerangan dan daging serta keju. Bahan

pangan lainnya termasuk sayuran seperti chipotles (smoked jalapeno

peppers), kacang-kacangan, teh lapsang souchong, sari gandum yang

digunakan dalam pembuatan wiski dan bir asap Jerman (Fellows, 2017).

Berhubung banyaknya variabel di dalam proses pengasapan, produksi bahan

atau produk pangan asap secara tradisional, umumnya dianggap oleh banyak

orang sebagai kerajinan atau seni dari pada sains (Ruhlman et al., 2013).

Page 29: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

13

Demikian halnya prosedur pengasapan yang sangat beragam digunakan baik

dalam industri maupun pengolah daging asap yang disebut sebagai perajin,

pengolah atau seniman (artisan). Mereka menghasilkan karakteristik sensori

yang sangat berbeda dan masa simpan produk yang beragam. Pada prosedur-

prosedur tersebut, pengaruh pengeringan, pemanasan dan perlakuan asap

menyebabkan kualitas produk yang dapat berbeda (Sikorski and Kołakowski,

2010).

Proses pengasapan yang berkembang dari proses kuno (praktek dan

kebiasaan) menyebabkan batas defenisi seperti barbeque, smoking, hot

smoking, warm smoking dan cold smoking tidak begitu jelas. Tidak jelas

perbedaan konsentrasi asap diantara bakar-bakar (barbeque) dan pengasapan

(smoking). Demikian pula defenisi pengasapan panas (hot smoking),

pengasapan hangat (warm smoking) dan pengasapan dingin (cold smoking)

memiliki batasan suhu yang saling tindih (overlapping) dan perbedaan karena

pengaruh iklim di masing-masing wilayah pelaku/perajin/seniman (artisan)

pengasapan. Sebagai contoh adalah suhu 12-25oC (Sikorski and Sinkiewicz,

2014) yang diterapkan dalam pengasapan dingin di wilayah eropa menjadi hal

biasa, dan berbeda dengan pengasapan dingin yang disarankan pada suhu

kurang dari 30oC (Ahmad, 2003; Hall and Köse, 2014). Demikian halnya

pengasapan panas (hot smoking) yang dinyatakan dalam batasan suhu 40-

90oC (Sikorski and Sinkiewicz, 2014), sedangkan artisan lainnya menyatakan

batas suhu paling tidak 80oC dan kadang-kadang mencapai 100

oC (Ahmad

2003; Hall and Köse 2014). Perbedaan batasan suhu pada defenisi

pengasapan dingin dan pengasapan panas di antara pelaku/perajin/seniman

Page 30: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

14

(artisan) tersebut maka defenisi pengasapan hangat dengan batasan suhu 25-

45oC (Sikorski and Sinkiewicz, 2014) juga akan berbeda pada

pelaku/perajin/seniman (artisan) yang lain. Fakta ini memberikan gambaran

tentang banyak dan beragamnya variabel seperti halnya batasan suhu pada

istilah pengasapan. Gambaran tersebut juga membuka kemungkinan variasi

lain dari pelaku/perajin/seniman (artisan) untuk mengungkapkan ciri khasnya

masing-masing berdasarkan fakta yang diperolehnya.

Perkembangan teknologi pengasapan terus berlangsung dalam fase

dasar yakni gas berupa campuran udara dan asap. Perkembangan

teknologinya mengarah ke aspek media pengasapan atau ruang yang dikenal

dengan rumah asap atau smokehouse. Ahmad, (2003) mengelompokkan

rumah pengasapan menjadi tiga tipe berdasarkan aliran udara-asap yakni; (1)

sirkulasi udara-asap secara alami, (2) aliran udara-asap terkondisikan atau

konveksi paksa dan (3) sirkulasi udara-asap kontinyu. Modifikasi dari ketiga

tipe rumah pengasapan tersebut dapat ditemukan di berbagai tempat tetapi

memiliki kecenderungan dimana tipe sirkulasi udara-asap alami digantikan

dengan tipe aliran udara-asap terkondisikan atau melibatkan peralatan

konveksi paksa seperti blower.

B. Pengasapan tipe konveksi paksa

Hilderbrand, Jr., (1992) menyatakan bahwa metode tradisional

pengawetan pangan memiliki salah satu ciri yakni produknya asin karena

kadar garam yang tinggi dengan kadar air yang rendah. Produk ini biasanya

tidak disenangi oleh konsumen sehingga pihak pengolah harus bisa mengatur

pengolahannya untuk menurunkan kadar garam dan tingkat kandungan air

Page 31: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

15

yang sesuai dengan tuntutan pasar. Salah satu dampak perubahan dari praktek

pengolahan tersebut adalah perlunya standar proses pengolahan, pengawasan

dan dokumentasi sehingga potensi munculnya racun bahkan yang mematikan

dari produk pangan dapat dieliminasi. Hal ini khususnya berlaku untuk

produk-produk perikanan yang dapat mengandung racun mikroba dari

lingkungan asalnya dan lebih sulit dikontrol dibandingkan dengan mikroba

pangan dari daratan. Salah satu contohnya adalah mikroba Clostridium

botulinum tipe E adalah yang paling berbahaya dari mikroba laut dan paling

mendapat perhatian dalam pengolahan asap agar racun yang dihasilkannya

dapat dieliminasi. Pengetahuan yang luas dan dalam tentang proses

pengasapan diperlukan agar dapat menentukan kondisi optimum pengasapan

untuk menghasilkan produk yang baik dan pada saat yang sama level suhu

yang cukup tercapai untuk inaktivasi spora Clostridium botulinum tipe E.

(Chan et al., 1975).

Hilderbrand, Jr., (1992) juga menyatakan bahwa pengasapan hasil

laut dan perikanan biasanya melibatkan metode pengasapan dingin dan atau

pengasapan panas. Peralatan pengasapan dingin memiliki satu fungsi dasar

yakni mengaplikasikan asap ke bahan. Sedangkan peralatan pengasapan

panas memiliki dua fungsi yakni mengaplikasikan asap dan panas sekaligus.

Berhubung pengawetan ikan biasanya membutuhkan pengurangan kandungan

air, sistem pengasapan dingin dan pengasapan panas ikan didesain memiliki

fungsi dehidrasi atau pengurangan air. Dengan demikian peralatan modern

dalam pengasapan ikan biasanya didesain menghasilkan asap baik metode

Page 32: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

16

dingin atau panas dan dilengkapi aliran udara untuk membawa sejumlah besar

air dari bahan yang diasapi dan membuangnya keluar sistem.

Lebih lanjut dinyatakan oleh Hilderbrand, Jr., (1992) bahwa sirkulasi

udara pada sebuah rumah pengasapan adalah sangat mendasar dalam

mengaplikasikan asap dan panas serta pemindahan air dari bahan. Jika rumah

asap tradisional menggunakan sirkulasi asap secara gravitasi, rumah asap

modern menggunakan gaya mekanis untuk menghasilkan konveksi paksa.

Konveksi udara paksa dapat diaplikasikan ke bahan baik arah horisontal

maupun vertikal. Pergerakan aliran udara horisontal berfungsi sangat baik

pada bahan yang ditempatkan di dalam rumah asap pada rak berkawat kasa

(screened) untuk irisan daging atau ikan teri. Pergerakan aliran udara vertikal

bekerja baik pada bahan yang menggantung pada troli di dalam rumah asap

untuk bahan seperti ikan utuh atau belah. Meski demikian, desain rumah asap

yang terbaik untuk jenis ikan memiliki aliran udara horisontal yang

digerakkan berdasarkan konveksi paksa.

Ikan merupakan produk atau bahan pangan utama yang diproses

dengan metode pengasapan panas (Fellows, 2017). Pengasapan dalam arti

kombinasi perlakuan asap, garam dan pengeringan ditujukan untuk

menurunkan kadar air dibawah aktivitas air bahan, memberi aksi antioksidan

pada bahan dari komponen kimia yang terkandung di dalam asap,

pemusnahan mikroorganisme dan enzim dengan panas, aksi antimikroba

bahan yang berasal dari beberapa komponen asap seperti fenol dan sifat

antimikroba bahan dari perlakuan garam yang digunakan (Fellows, 2017).

Page 33: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

17

C. Asap dan pengasapan panas

Secara umum, asap adalah udara dan beberapa gas serta uap yang

mengandung campuran dari partikel kecil hidrokarbon yang berbeda-beda

ukurannya. Komponen kimia penting dari asap di antaranya adalah nitrogen

oksida, senyawa fenol, furan, senyawa karbonil, asam-asam karboksil

alipatik, senyawa polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) dan senyawa tar

(Council of Europe 1992; Fellows, 2017). Woolcock and Brown (2013)

melakukan klassifikasi senyawa aromatik antara lain senyawa aromatik yang

terkait secara erat dengan tar yakni golongan heterosiklik aromatik berupa tar

yang mengandung hetero atom terutama yang larut dengan air seperti

pyridine, phenol, quinoline, isoquinoline, dibenzophenol dan cresols.

Senyawa aromatik atau hidrokarbon ringan (1 cincin) seperti toluene,

ethylbenzene, ylenes dan styrene. Senyawa polisiklik aromatik hidrokarbon

ringan (2-3 cincin) dapat mengembun pada suhu rendah meskipun

konsentrasinya rendah seperti indene, napthalene, methylnapthalene,

biphenyl, acenaphthalene, fluorene, phenanthrene dan anthracene. Senyawa

polisiklik aromatik hidrokarbon berat (4-7 cincin) mengembun pada suhu

tinggi meskipun konsentrasinya rendah seperti fluoranthene, pyrene,

chrysene, perylene dan coronene. Senyawa aromatik yang lebih lengkap

dimuat pada Lampiran 15, sedangkan senyawa polisiklik aromatik

hidrokarbon yang bersifat karsinogenik antara lain benzo[a]anthracene,

benzo[b]fluoranthene, benzo[c]phenanthrene, benzo[j]fluoranthene, benzo[k]

fluoranthene, benzo[a]pyrene, benzo[e]pyrene dibenzo[a,h]acridine,

dibenzo[a,j]acridine, dibenz[ac]anthracene, dibenzo[a,h]anthracene, dibenzo

Page 34: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

18

[aj]anthracene, 7H-dibenzo[c,g]carbazole, dibenzo[a,e]pyrene, dibenzo[a,h]

pyrene, dibenzo[a,i]pyrene, dibenzo[a,l]pyrene, chrysene, fluoranthene

phenanthrene, triphenylene (Guille´n et al., 2000; Mahardini dkk., 2007).

Kamaruddin dkk., (1998) menyatakan bahwa pembakaran atau

pirolisis adalah penguraian (lysis) bahan biomassa karena panas (pyro).

Proses reaksinya menggunakan karbon yang terkandung dalam biomassa

bereaksi dengan oksigen melalui bantuan panas berupa api. Terdapat dua

jenis proses pembakaran jika diamati melalui reaksi fisik dan kimia tersebut.

Pembakaran sempurna terjadi jika ketersediaan oksigen dan panas mencukupi

bagi sejumlah karbon dalam bahan biomassa untuk melangsungkan reaksinya.

Pembakaran tidak sempurna terjadi jika volume oksigen dan panas yang

dibutuhkan kurang dalam reaksinya. Terdapat dua tingkatan dalam

hubungannya dengan proses pembakaran atau pirolisis tersebut yakni pirolisis

primer dan pirolisis sekunder. Pirolisis primer adalah proses pembakaran

terhadap bahan biomassa sedangkan pirolisis sekunder adalah proses

pembakaran terhadap partikel atau gas dan uap hasil pirolisis primer. Pirolisis

sekunder inilah yang menyebabkan gejolak api karena menambah volume

pembakaran melalui partikel, gas dan uap hasil pirolisis primer.

Berdasarkan uraian Kamaruddin dkk., (1998) tersebut di atas, pada

pembakaran biomassa untuk menghasilkan asap bagi proses pengasapan

maka proses pembakarannya sebaiknya dilakukan dengan mengurangi

oksigen agar pembakaran yang terjadi hanya pada tingkat pirolisis primer

terhadap bahan baku sedangkan komponen gas, partikel hidrokarbon dan uap

dari hasil pirolisis primer terkonversi menjadi asap yang mengandung

Page 35: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

19

sejumlah komponen bermanfaat. Pengaturan suplai oksigen melalui aliran

udara adalah faktor penting untuk menghasilkan asap dan atau panas yang

dibutuhkan tersebut.

Demikian pula dinyatakan bahwa pembakaran secara umum terjadi

pada suhu lebih dari 150oC dan proses pirolisis primer terjadi pada suhu

kurang dari 600oC. Proses pembakaran pada pirolisis primer dapat dibedakan

atas pirolisis primer lambat yakni terjadi pada laju pemanasan lambat suhu

150-300oC. Sedangkan pirolisis primer cepat terjadi pada suhu lebih dari

300oC dan berada pada reaksi dekomposisi selulosa dan lignin bersamaan

dengan terbentuknya uap, arang dan air. Uap dalam konteks ini adalah gas

yang dapat terkondensasi pada suhu kamar dan menjadi larutan yang disebut

primary pyrolisis oil (PPO). Minyak pirolisis ini mengandung ratusan

senyawa monomer, oligomer, monomer penyusun selulosa dan lignin

(Kamaruddin dkk,. 1998). Dekomposisi bahan biomassa berdasarkan

perubahan suhu dapat dibedakan atas penguapan air yang terjadi pada suhu

150oC hingga sekitar 170

oC, dekomposisi selulosa dan hemi-selulosa yang

intensif pada suhu 270-280oC dan dekomposisi lignin yang intensif pada suhu

350-450oC. Oleh karena itu disarankan untuk membatasi suhu pembakaran

biomassa 425oC pada zona dekomposisi karbon dan 325

oC pada zona

oksidasi untuk produksi asap yang ditujukan pada pengasapan pangan

(Kowalski et al., 2010).

Referensi yang lebih detail mengenai pola suhu pengasapan

dikemukanan oleh Rasco, (2009); Hilderbrand, Jr., (1988) bahwa pada

metode pengasapan panas, diperlukan dua rangkaian proses yakni pengasapan

Page 36: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

20

diikuti pemasakan (cooking). Lama waktu pengasapan tergantung citarasa dan

tingkat kadar air yang diinginkan. Pengasapan menyebabkan citarasa dan

aroma bahan pangan terbakar yang matang karena pendidihan air yang ada

dalam daging ikan. Proses pengasapan awal berlangsung hingga 2 jam pada

suhu sekitar 90oF dan secara berangsur ditingkatkan hingga pusat daging ikan

mencapai suhu minimal 150oF (paling baik 160

oF) dan memasaknya selama

30 menit. Penempatan termokopel ke dalam pusat daging ikan yang paling

tebal (mewakili) memungkinkan suhu tinggi yang cukup terpantau meskipun

ruang pengasapan tertutup. Suhu pengasapan yang tidak mencapai 200-225oF

mengharuskan proses pemasakan lanjut di dapur dalam kurun waktu 2 jam

setelah proses pengasapan tersebut. Jeda waktu lebih lama menyebabkan

kerusakan berbahaya karena pertumbuhan bakteri. Suhu pusat daging ikan

yang paling tebal dipertahankan minimal 150oF selama 30 menit (Gambar 1).

Gambar 1. Tipikal suhu pusat ikan & ruangan dalam siklus pengasapan.

Reproduksi atas ijin dari Rasco, (2009). Copyright 2009

Washington State University Extension.

Page 37: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

21

Pada metode pengasapan panas yang menggunakan bahan biomassa,

batasan suhu pembakaran dalam tungku menjadi aspek yang harus

diperhatikan terkait dengan pembentukan senyawa PAH. Senyawa PAH

terdiri atas beberapa senyawa yang bersifat karsinogen yang ditandai dengan

benzo[a]piren sebagai indikator senyawa paling karsinogenik (Mahardini

dkk., 2007). Hal tersebut didukung oleh fakta bahwa rasio kandungan

benzo[a]piren terhadap senyawa PAH lainnya terlihat konstan (Stołyhwo and

Sikorski, 2005). Disamping kemunculan senyawa benzo[a]piren yang

disebabkan oleh suhu, jenis biomassa yang digunakan juga menjadi faktor

penentu lain. Jenis kayu lunak adalah sumber terbentuknya senyawa

benzo[a]piren dengan kadar yang tinggi. Oleh karena itu dianjurkan

menggunakan jenis kayu keras sebagai sumber asap untuk diaplikasikan ke

bahan pangan (Maga and Fapojuwo, 1986). Kayu besi atau kayu ulin, jati,

bakau, ampas tebu, sabut dan tempurung kelapa adalah beberapa jenis bahan

biomassa di daerah tropik yang dapat dijadikan sumber panas dan asap.

Faktor lain yang menjadi pertimbangan keamanan pangan dari sisi

terbentuknya senyawa PAH adalah desain sistem pengasapan panas yang

digunakan. Upaya mengontrol pembentukan senyawa PAH dapat dilakukan

melalui batasan suhu pembakaran, jenis kayu yang digunakan dan desain

sistem pengasapan tidak langsung. Sistem pengasapan langsung yang

memiliki makna bahwa bahan yang diasapi kontak langsung dengan asap dan

bara api dalam satu ruangan memiliki peluang yang sangat tinggi untuk

terjadi kontaminasi. Kontaminasi yang dapat terjadi lebih luas jika ditinjau

dari aspek higienitas dan sanitasi sistem pengasapan. Kontaminasi tersebut

Page 38: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

22

dapat terjadi dari abu, jelaga dan tar yang berasal dari hasil pembakaran

biomassa, kandungan senyawa ikan yang menetes ke bara api menyebabkan

peluang terbentuknya senyawa PAH dengan lebih mudah. Disamping

memiliki peluang terkontaminasi senyawa PAH secara lebih mudah, produk

juga menjadi kotor karena abu dan fraksi kecil arang serta jelaga. The joint

FAO/WHO expert committe on Food Additives (JECFA) merekomendasikan

untuk mengganti sistem pengasapan langsung seperti yang banyak digunakan

pada pengasapan tradisional dengan sistem pengasapan tidak langsung

(JECFA, 2006). Lebih lanjut disarankan untuk menyalurkan asap ke ruang

bersekat (baffles) yang dilengkapi dengan alat pendingin untuk menuang tar

sebelum asap mencapai ruang pengasapan (Codex Alimentarius Commission,

2008).

Salah satu produk olahan ikan yang terkontaminasi dengan senyawa

PAH dengan konsentrasi tinggi adalah ikan kayu (katsuobushi). Produk ini

dihasilkan dari proses pengasapan berulang-ulang selama beberapa jam pada

suhu 80-120oC dan dilanjutkan dengan pengeringan sepanjang malam.

Lapisan tar yang menempel pada permukaan ikan mencapai 3% dari berat

ikan dengan kandungan benzo[a]piren sekitar 20-40 kali dari kandungan

benzo[a]piren pada lapisan daging di dalamnya (Kikugawa et al., 1986;

Stołyhwo and Sikorski 2005).

D. Pembangkit Panas dan Asap

Pembangkit panas dan asap atau generator adalah unit yang

difungsikan sebagai tempat pembakaran atau pirolisis bahan biomassa untuk

menghasilkan panas sekaligus asap. Panas yang dihasilkan harus dapat

Page 39: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

23

memenuhi tingkat suhu yang dibutuhkan pada ruang pengasapan untuk

kriteria pengasapan panas yakni dapat mencapai 100oC atau lebih. Demikian

halnya produksi asap harus dapat memberi citarasa dan aroma yang khas agar

dapat diterima konsumen. Pembangkit panas dan asap dapat didesain dalam

bentuk sederhana hingga kompleks dengan fungsi tambahan seperti

memisahkan partikel padat seperti abu sebelum asap mengenai bahan,

memuat sistem dehumidifier agar kelembaban udara pengasapan tertentu

dapat dicapai. Dalam banyak kejadian, kelembaban udara 60% dan suhu

udara 160oF akan menghasilkan deposit asap maksimum pada beberapa

spesies ikan (Hilderbrand, Jr. 1992).

1. Tungku Pembakaran

Inti dari pembangkit panas dengan menggunakan bahan biomassa

adalah tungku pembakaran. Tungku dimaksudkan untuk membakar berbagai

jenis bahan atau briket kayu. Bagian terpenting adalah material baja atau besi

dengan ketebalan 5 – 8 mm (Malatak et al., 2007).

Kamaruddin dkk., (1998) menyatakan untuk pembakaran jenis

biomassa, semakin panjang jalur konversi yang ditempuh maka makin kecil

efisiensinya menjadi energi. Konversi biomassa menjadi energi panas dengan

cara pembakaran langsung dalam tungku dapat mencapai efisiensi sekitar

40%. Bentuk biomassa dimana makin besar kandungan zat arang per satuan

bobotnya, makin baik fungsi bahan tersebut sebagai bahan bakar. Akan tetapi

besar kecilnya energi pembakaran dipengaruhi pula oleh beberapa faktor lain:

sempurna atau tidaknya pembakaran berlangsung; artinya semua zat arang

dan oksigen bereaksi menjadi CO2 dan terjadinya pembakaran habis dimana

Page 40: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

24

bahan bakar terbakar habis tetapi zat oksigen yang diperlukan untuk

pembakaran tidak semuanya bereaksi menjadi CO2.

Oleh karena itu sebuah tungku disamping memperhatikan aspek

dimensi juga sangat menekankan aspek kebutuhan oksigen melalui jalur

suplai udara dan efek kecepatan udara bagi proses pembakaran yang terjadi.

Aspek ini dapat diwujudkan melalui saluran udara yang bukaannya dapat

diatur luas penampangnya sedemikian rupa.

(Tahir, 2009) menguji tungku tipe hisap dengan penempatan pada

sudut ruangan bagian belakang dari pengering tanpa dilengkapi penukar

panas. Panas yang dihasilkan dari tungku berbahan bakar arang tempurung

kelapa selanjutnya dihembuskan ke ruangan bahan melalui ruang plenum dan

menimbulkan efek pengotoran terhadap bahan yang dikeringkan. Laju

pengumpanan arang 0,8 kg/jam mampu menyuplai dan mempertahankan

panas pada suhu 60,7oC dalam bak pengering.

(Tahir dan Purnama, 2010) menguji penggunaan tungku biomassa tipe

hisap untuk menyuplai panas bagi pengeringan benih dengan sistem kontrol

on/off pada setting suhu 40oC. Penetapan suhu 40

oC untuk menghindari

kerusakan benih sebagai perlakuan suhu untuk memecah dormansi benih.

Hasil menunjukkan bahwa dormansi sampel benih dapat dipatahkan pada

suhu sekitar 40oC yakni pada selang 38-41

oC dibandingkan dengan sampel

yang tidak mendapat perlakuan.

2. Penukar Panas

Penukar panas diaplikasikan dalam kaitan transfer-energi pada sebuah

sistem terintegrasi antara sumber pembangkit panas dengan unit pemanfaatan

Page 41: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

25

panas. Penukar panas jenis tertutup atau recuperator memiliki aliran fluida

panas dan aliran fluida dingin yang tidak saling bersentuhan secara langsung

melainkan dipisahkan oleh dinding tabung. Klasifikasi recuperator dibedakan

dari konfigurasi dan jumlah laluan yang dibuat untuk setiap aliran fluida

melewati penukar panas (Welty et al., 2004). Penukar panas laluan tunggal

dapat berupa aliran paralel dan aliran searah atau cocurrent, aliran melawan-

arus atau counter-current dan aliran-silang atau crossflow jika kedua aliran

fluida mengalir saling tegak lurus. Jenis lain berupa laluan ganda dari salah

satu atau kedua fluida untuk mendapatkan sebanyak mungkin transfer energi

dalam sekecil mungkin ruang yang tersedia.

Gambar 2. Penukar panas tipe selubung dan pipa

Gambar 3. Konfigurasi laluan selubung dengan banyak pipa

Page 42: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

26

Identifikasi beda suhu rata-rata aritmetika (Arithmetic Mean

Temperature Differensial, AMTD) pada Gambar 2 berkaitan dengan beda

suhu rata-rata logaritmik (Logarithmic Mean Temperature Differensial,

LMTD) melalui persamaan (Fakheri, 2007);

( AMTD ) F ( LMTD ) ................................................................. (1)

: Efisiensi penukar panas, %

AMTD : Beda temperatur rata-rata aritmetika, oC

F : Faktor koreksi penukar panas, %

LMTD : Beda temperatur rata-rata logaritmik, oC

LMTD selalu didefenisikan pada aliran melawan dan pada kasus

tertentu pengaturan alirannya murni berlawanan sehingga nilai F=1.

Sedangkan pada aliran yang tidak persis sama dengan aliran yang

digambarakan tersebut maka nilai F<1. Secara umum dalam desain

penukar panas, nilai F tidak dikehendaki lebih rendah dari 0,75 karena

akan berdampak pada kebutuhan luas bidang penukaran panas

(Anonimous, 2015).

AMTD adalah kondisi penukar panas dibawah perbedaan rata-rata

suhu antara fluida panas dan fluida dingin secara aritmetika. Laju

penukaran panas pada kondisi AMTD dengan produk UA yakni koefisien

transfer panas keseluruhan pada suatu luasan merupakan laju optimum.

Sedangkan laju transfer panas pada sebuah penukar panas dengan produk

UA dan AMTD selalu lebih kecil dari nilai transfer panas optimumnya.

Hal inilah yang dinyatakan dalam konsep efisiensi penukar panas dimana

nilainya lebih kecil atau sama dengan satu, ( 1 ), (Fakheri, 2007).

Page 43: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

27

Pada sisi lain analisis penukar panas, metode efektivitas number

transfer unit atau -NTU menyajikan identifikasi terhadap kapasitas panas

dari fluida panas maupun fluida dinginnya. Kapasitas panas minimum atau

Cmin adalah nilai dari salah satu kapasitas panas fluidanya dengan nilai

yang lebih rendah. Hal ini terjadi sehubungan bahwa satu fluida

mengalami perubahan suhu atau temperatur total yang lebih besar

dibandingkan yang lain. Dengan demikian fluida yang mengalami

perubahan suhu atau temperatur yang lebih besar adalah fluida yang

mempunyai koefisian kapasitas yang lebih kecil (Cmin). Jika CH = Cmin

seperti dalam Gambar 4, dan jika terdapat luas infinit yang digunakan

untuk transfer energi, maka suhu atau temperatur keluaran dari fluida

panas akan sama dengan suhu atau temperatur masukan fluida dingin.

CC > CH , CH = Cmin

Gambar 4. Profil suhu untuk jenis aliran melawan

NTU selanjutnya didefenisikan sebagai rasio dari produk UA terhadap

kapasitas panas minimumnya. Efektivitas penukar panas didefenisikan

sebagai rasio antara laju panas aktual terhadap produk Cmin dengan selisih

suhu udara masuk pada kedua fluidanya yakni laju panas maksimum.

Dalam persamaan matematika dinyatakan, (Zainuddin dkk., 2005):

TC i

TH o

TH i

TC o

Page 44: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

28

........................................................................ (2)

Dengan ekspresi Number Transfer Unit (NTU) sebagai UA/Cmin dan CR

sebagai Cmin/Cmaks maka efektivitas dinyatakan dengan persamaan

berikut ini yang diturunkan dari kondisi Cc = Cmin, (Welty et al., 2004).

CR-1NTU-exp CR-1

CR-1NTU-exp1 ............................................................ (3)

Persamaan selanjutnya dalam hubungannya dengan perpindahan panas q

dalam penukar panas adalah (Welty et al., 2004):

)TT(C q icihmin ............................................................................. (4)

3. Siklon Separator

Siklon memiliki prinsip dasar memisahkan partikel padat dari

aliran gas dengan memanfaatkan gaya setrifugal aliran dan gaya gravitasi

bumi. Penggunaannya dalam industri misalnya untuk memisahkan partikel

debu seperti serbuk gergaji, debu semen dan pada industri pangan seperti

pemisahan kotoran biji-bijian. Siklon cocok digunakan pada temperatur

tinggi dan kondisi bertekanan karena desainnya yang kokoh dan pemilihan

material komponennya yang fleksibel. Efisiensi pengumpulan siklon dapat

mencapai lebih dari 99% untuk partikel yang sangat halus dan dapat

dioperasikan pada beban debu yang sangat tinggi.

Secara geometri sebuah siklon memiliki parameter seperti pada

Gambar 5. Pada Gambar 5(a) memuat parameter geometri sebuah siklon

Page 45: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

29

yang terdiri atas diameter tabung siklon (D), diameter pipa buangan (do),

diameter kerucut abu (Bc), tinggi pipa pemisah (S), tinggi tabung siklon

(h), tinggi kerucut (hc), tinggi total siklon (ht), tinggi inlet siklon (a), dan

lebar inlet siklon (b).

Pada Gambar 5(b) aliran gas berupa udara panas dan asap yang

mengandung partikel padat dengan berbagai ukuran masuk secara

tangensial pada saluran masuk. Aliran masuk yang terbentuk akan

menghasilkan aliran swirling partikel yang terbawa dan bergerak ke arah

dinding karena gaya sentrifugal. Sedangkan pengaruh gaya gravitasi massa

pada partikel tersebut menyebabkan gerakan dalam bentuk spiral ke arah

bawah dan terkumpul pada kotak abu pada bagian bawah siklon. Aliran

udara akhirnya bergerak ke dalam membentuk secondary swirling dan

bergerak ke arah atas selanjutnya keluar melalui pipa buangan di ujung

atas siklon.

Gambar 5. Siklon separator: (a) geometri (b) skema aliran udara

Page 46: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

30

Siklon separator merupakan salah satu mekanisme pemisahan

partikel padat dengan ukuran sekitar 0,0021 mm hingga 1,2 mm. Bentuk

pemisahan partikel lainnya adalah pengendapan bermuatan (electrostatic

precipitators), saringan (filters), cairan perangkap (liquid scrubbers) dan

ruang penyekat (settling chambers) sebagaimana skema ukuran partikel

padat pada Gambar 6 (Elsayed, 2011).

Gambar 6. Skema ukuran partikel padat dan proses pemisahan yang sesuai

(Elsayed, 2011).

Gambar 7. Ilustrasi perbandingan ukuran partikel dalam mikron (Pentz,

2012; Department of Ecology, State of Washington 2012).

Page 47: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

31

Ukuran mikron atau 1 m setara dengan 10-6

m dan 1 meter setara

dengan 1000 mm. Pemahaman dalam dimensi ini dapat dilakukan dengan

perbandingan ukuran diameter partikel asap; 0,05 – 1 m terhadap debu

halus atau fine dust; < 10 m, debu yang melayang di udara atau airborne

dust; < 30 m, diameter rambut manusia; 30-70 m dan diameter pasir

pantai yang halus; 90 m (Pentz, 2012; Department of Ecology, State of

Washington 2012).

Pada desain siklon separator terdapat empat faktor yang sangat

berpengaruh yakni diameter pipa buangan (the vortex finder), lebar inlet

siklon, tinggi inlet siklon serta tinggi tabung dan kerucut siklon. Elsayed,

(2011) dalam pengamatan secara komputasi menggunakan Reynolds Stress

Turbulence Model (RSM) pada lima jenis siklon memperoleh fakta

mengenai kecepatan maksimum tangensial. Peningkatan dimensi inlet

siklon menyebabkan penurunan kecepatan maksimum tangensial dan

pressure drop-nya. Perubahan lebar inlet siklon (b) lebih signifikan dari

pada tinggi inlet (a) dimana rasio optimalnya (b/a) antara 0,5 – 0,7. Lebih

lanjut dinyatakan bahwa perubahan tinggi total siklon juga berpengaruh

pada kecepatan maksimum tangensial dan pressure drop-nya. Perubahan

performansi setelah h/D = 1,8 kecil pada hc konstan dan peningkatan

performansi siklon berhenti setelah hc/D = 4,0 dan ht/D = 5,5.

4. Ruang Pengasapan

Ruang pengasapan memiliki peranan penting sebagai tempat

terjadinya kontak antara udara panas dan asap dengan bahan berupa ikan.

Page 48: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

32

Pada kontak inilah udara panas melakukan penetrasi ke dalam ikan dan

menyebabkan difusi cairan ke permukaan bahan. Pada tahap awal aliran

udara pengering akan menyebabkan penguapan pada molekul air yang

terdapat pada permukaan ikan dan menyebabkan perbedaan tekanan

dengan bagian dalam. Suhu udara yang tinggi tidak diperlukan pada tahap

ini agar lapisan bahan tidak mengalami pengerasan mendadak atau case

hardening. Sejalan dengan pengasapan, citarasa daging ikan akan menjadi

lebih baik karena penurunan rasa amis dan proses pematangan melalui

pendidihan air yang terkandung pada daging ikan. Proses ini berlangsung

sekitar dua jam di awal pada temperatur 32,2oC dan secara berangsur

ditingkatkan hingga titik tengah daging ikan mencapai suhu 65,6-71,1oC

selama 30 menit sehingga terjadi proses pematangan. Pada proses

pematangan ini sangat perlu di desain peralatan yang mampu menyuplai

suhu udara ruang pengasapan pada suhu 93,3-107,2oC agar daging ikan

matang dan tidak perlu dimasak lagi di dapur (Rasco, 2009). Hubungan

antara tingkat suhu internal daging dengan kematangan secara umum dapat

dibedakan dalam 5 kriteria (Dwayne, 2015) yakni:

(1) Setengah matang, suhu internal daging harus berkisar 52-55oC

(2) Antara setengah matang dan matang; suhu internal berkisar 55-60oC

(3) Matang; suhu internal daging harus berkisar 60-65oC

(4) Antara matang dan matang sempurna; suhu internal berkisar 65-69oC

(5) Matang sempurna; suhu internal daging harus berkisar 71-100oC.

Kriteria kematangan daging seperti yang diuraikan di atas lebih

menekankan segmen waktu pematangan dengan lama minimum 30 menit.

Page 49: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

33

Lama waktu tersebut tidak mencakup keseluruhan waktu proses yang lebih

panjang dari saat awal memanaskan bahan. Secara khusus untuk proses

pengasapan, lama waktu pengasapan dapat diduga melalui sebuah

persamaan. Pendugaan lama waktu proses pengasapan ikan dalam

kaitannya dengan kadar air akhir ikan asap yang diinginkan dapat didekati

secara lebih tepat menggunakan persamaan semi-empirik Nikitin (Doe et

al. 1998; Heruwati, 2002) sebagai berikut:

............................................................................... (5)

..................................... (6)

t = Waktu pengasapan (menit)

k = Konstanta laju pengasapan (1/jam)

cf = Kadar lemak ikan (%)

v = Kecepatan aliran udara (m/detik)

a = Kelembaban relatif (%)

T = Temperatur asap (oC).

Wo = Kadar air awal (kg/kg bobot kering)

We = Kadar air ekuilibrium (kg/kg bobot kering)

Wt = Kadar air akhir (kg/kg bobot kering)

E. Ikan Cakalang

Ikan cakalang merupakan jenis ikan laut yang termasuk dalam famili

scombridae, genus katsuwonus dan spesies katsuwonus pelamis. Dalam famili

tersebut, ikan cakalang memiliki kemiripan dengan ikan tuna dan ikan

tongkol. Ikan cakalang memiliki bentuk tubuh bulat memanjang (fusiform),

ekor kuat dan terdapat garis lateral berwarna kehitaman pada sisi sampingnya.

Page 50: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

34

Berat tubuhnya berkisar 0,5–11,5 kg dan memiliki panjang 30-80 cm atau

lebih. Suhu perairan yang disukai berkisar 17-31°C sehingga ikan cakalang

umumnya ditemui sepanjang pantai tropis yang hangat pada kedalaman

penangkapan 0-400 meter (Wikipedia, 2017).

Perikanan tangkap Indonesia dari 2012-2016 menunjukkan volume

yang terus meningkat dari 5,44 juta ton – 6,4 juta ton dan tahun 2017

volumenya sekitar 6,8 juta ton. Pada sisi lain, peranan produk domestik bruto

industri pengolahan kelautan dan perikanan terhadap PDB Indonesia tahun

2012 tercatat kecil sebesar 0,22% dari total peranan PDB usaha kelautan dan

perikanan (Sidatik, 2017; Marta, 2017). Peningkatan volume tangkap

perikanan tersebut mestinya dibarengi dengan tekad meningkatkan upaya

pengolahan ikan termasuk penciptaan sarana dan teknologi peralatan

pengasapan.

F. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan untuk melihat aspek fungsi dan performansi

desain sistem pembangkit panas dan asap untuk pengasapan ikan. Sistem

pembangkit panas dan asap terdiri atas unit tungku pembakaran biomassa, unit

penukar panas dan unit siklon separator yang terintegrasi satu sama lain.

Desain pengasapan secara khusus memanfaatkan asap yang terbentuk pada

proses pembakaran biomassa dilakukan dengan terlebih dahulu memisahkan

partikel padat seperti abu, arang, jelaga dan tar melalui siklon separator. Pada

desain pembangkit panas dan penukar panas secara umum, asap yang

bercampur dengan partikel padat dan sebagian panas menjadi buangan sebagai

Page 51: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

35

komponen yang menurunkan efisiensi sistem. Dengan demikian dalam desain

ini memuat aspek yang akan membalikkan komponen penurun efisiensi sistem

tersebut menjadi bagian dari energi berguna sekaligus meningkatkan

efisiensinya. Demikian pula keberadaan asap hasil pembakaran yang selama

ini tidak dimanfaatkan, akan menjadi bagian yang berguna sebagai komponen

yang memberi citarasa dan aroma asap serta pengawet bahan pangan.

Profil aliran udara pada penukar panas dari desain pembangkit panas

secara umum ditunjukkan pada Gambar 8. Udara panas yang dibangkitkan

oleh tungku pembakaran akan menjadi panas masuk pada penukar panas (THi).

Panas ini selanjutnya dipindahkan ke fluida dingin umumnya dari udara

lingkungan sehingga suhunya naik dari TCi menjadi TCo dan mengakibatkan

temperatur fluida panas turun menjadi THo.

Gambar 8. Profil temperatur untuk aliran berlawanan dan siklon

Siklon separator dalam desain ini akan menjembatani udara panas dan

asap (THo) yang umumnya terbuang, menjadi udara dan asap masuk dengan

komponen panasnya (TCi) dan akan dipanaskan kembali menjadi udara dan

asap (TCo) untuk pengasapan ikan. Disamping berfungsi sebagai

TC i

TH o

TH i

TC o

Siklon

Page 52: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

36

perantara/jembatan atau pembalik aliran udara, siklon juga ditujukan untuk

memisahkan abu dan partikel padat lainnya yang terbawa dalam aliran udara

dan asap sehingga efek pengotoran dan penyumbatan aliran udara pada sela

pipa penukar panas berkurang. Kondisi udara dan asap yang bersih pada sisi

lain meningkatkan sanitasi dan higienitas produk yang diasapi.

Pengasapan ikan cakalang dilakukan sebagai proses lanjut pengujian

panas dan asap yang dihasilkan dari desain pembangkit. Proses pengasapan

akan berlangsung dalam ruangan yang disesuaikan dengan jumlah bahan.

Performansi sistem pengasapan akan dilakukan melalui perhitungan teknik

yang melibatkan konsumsi energi dan jumlah kandungan air yang diuapkan.

Parameter uji pada ikan sebagai bahan yang diasapi adalah nutrisi berupa

kadar protein, lemak, abu, fenol dan formalin. Parameter yang diatur dalan

Syarat Nasional Indonesi (SNI) ikan asap Tahun 2009 bagian spesifikasi mutu.

Analisis benzo[a]piren dilakukan dengan metode high performance liquid

chromatografi (HPLC). Analisis ini dimaksudkan untuk mengevaluasi

kandungan senyawa karsinogen yang muncul seiring terbentuknya senyawa

polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) dan fraksi tar pada pembakaran bahan

biomassa.

Page 53: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini di desain pengasapan tidak langsung dari unit

siklon separator, penukar panas, tungku dan ruang pengasapan untuk

mengasapi ikan cakalang. Penelitian mencakup desain dan konstruksi di

bengkel produksi, instalasi alat dan instrumen ukur untuk pengujian

fungsional dan pengujian performansi. Untuk mencapai tujuan maka dalam

pelaksanaannya disusun uraian tahapan berikut dan diagram alur pada Gambar

9.

1. Mendesain ruang pengasapan berdasarkan jumlah ikan cakalang dan

kebutuhan laju energinya.

2. Mendesain penukar panas, analisis fungsi dan kesesuaian struktural, aspek

ergonomi secara sederhana, material dan dimensi khususnya tinggi

berdasarkan tinggi desain siklon. Modifikasi dari skema standar dalam

menentukan dimensi penukar panas, sekat atau baffles, pola atau susunan

pipa dalam selubung.

3. Mendesain siklon separator berdasarkan distribusi partikel abu yang akan

dipisahkan, karakteristik tempurung kelapa, debit udara blower dan

referensi siklon standar tipe Stairmand dan optimasi inletnya.

4. Mendesain tungku pembakaran biomassa, pengaturan tinggi ruang abu dan

ruang biomassa didasarkan pada ketinggian siklon dengan dustbin-nya,

melakukan pengujian terintegrasi dan performansi sistem. Evaluasi hasil

Page 54: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

38

meliputi performansi desain sistem pengasapan dan ikan cakalang asap

yang dihasilkan.

Gambar 9. Diagram alur perencanaan desain pengasapan dan uji performansi

Persiapan Desain

Desain tungku

Desain penukar panas

Desain siklon separator

Desain ruang pengasapan

Integrasi desain pengasapan tidak langsung

Menentukan massa tempurung

untuk capaian suhu bertingkat

Suhu target 100

Ya

Merencanakan uji desain

terintegrasi tanpa beban

Uji performansi sistem

pengasapan dengan ikan cakalang

berdasarkan SNI ikan asap

Menyiapkan ikan cakalang +

rendam garam 15%

Kadar air ikan

< 60%

Ya

Prototipe Desain

Tidak

Tidak

Page 55: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

39

Secara detail, desain yang terdiri atas siklon separator, penukar panas, tungku

biomassa dan ruang pengasapan masing-masing ditampilkan diagram alurnya

pada Gambar 10 - 13.

Gambar 10. Diagram alur desain ruang pengasapan

Menentukan tipe ruang

pengasapan

Menentukan dimensi panjang

silinder dan membuat rak

gantungan/troli beroda

Massa ikan

Karakteristik ikan

Hasil simulasi

Menghitung laju energi

ruang pengasapan

Menghitung jarak & susunan ikan di

dalam ruangan berdasarkan dimensi

ikan, rendemen & jumlahnya.

Prototipe ruang pengasapan

Page 56: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

40

Gambar 11. Diagram alur desain penukar panas

Menentukan pola susunan pipa 30o, PT

dan menghitung luas proyeksi pipa

Laju energi ruang

pengasapan = laju aktivitas

energi penukar panas.

Target suhu pengasapan

Menghitung luas bidang

penukaran panas

Memilih nilai F dan

aproksimasi U

Menghitung jumlah pipa dan

tinggi penukar panas

Menentukan dimensi

P x L Ds (ergonomi)

Penentuan besaran suhu

keempat parameter hitung

penukar panas

Prototipe penukar panas

Menghitung suhu

logaritmik penukar

panas

Page 57: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

41

Gambar 12. Diagram alur desain siklon separator

Prototipe siklon separator

Menentukan jenis & tipe

siklon separator

Prediksi ef. pemisahan

partikel abu

Efisiensi > 0,9

Debit blower = LU

Referensi kecepatan pemisahan

Densitas bahan bakar

Ya

Menghitung diameter

siklon separator

Tidak

Menentukan lebar inlet <

tinggi inlet secara signifikan

Menghitung dimensi lengkap

siklon separator

Page 58: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

42

Gambar 13. Diagram alur desain tungku

Secara skematik desain sistem pembangkit panas dan asap terdiri

atas tungku pembakaran biomassa, penukar panas dan siklon separator serta

ruang pengasapan seperti terlihat pada Gambar 14. Ruang pengasapan dibagi

menjadi dua segmen yakni bagian inlet dan bagian outlet untuk pengamatan

suhu baik suhu pusat ikan maupun suhu ruangan. Pada sistem pembangkit

Tinggi siklon+dustbin tinggi

PP+tungku ( 1500 mm)

Luas penampang selubung PP

Energi pengasapan & pengeringan

Energi tempurung

Perkiraan tinggi dustbin

Ya

Tidak

Menghitung laju pembakaran

Menghitung volume tungku

Menghitung tinggi tungku

Proyeksi energi pengeringan 4x target

energi pengasapan

Prototipe tungku

Pengaturan tinggi ruang tempurung

dan tinggi ruang abu

Page 59: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

43

panas dan asap, pengamatan suhu dilakukan pada ruang tungku, outlet pipa

penukar panas, inlet selubung dan outlet selubung penukar panas.

a. Udara masuk tungku

b. Bahan bakar diumpan

c. Asap tungku masuk inlet pipa

d. Asap keluar outlet pipa

e. Abu terpisah ke dustbin melalui siklon

f. Asap dari siklon masuk ke inlet selubung

g. Asap dari outlet selubung ke ruangan

h. Asap mengenai ikan dalam ruangan

i. Asap meninggalkan outlet ruangan

Posisi termokopel pada:

1. Tungku (inlet pipa penukar panas)

2. Outlet pipa penukar panas

3. Inlet selubung penukar panas

4. Outlet selubung penukar panas

5. Inlet ruang pengasapan

6. Pusat Ikan di inlet ruang pengasapan

7. Outlet ruang pengasapan

8. Pusat ikan di outlet ruang pengasapan

Gambar 14. Skema desain sistem pengasapan tidak langsung, aliran asap

dan lokasi penempatan termokopel.

Prinsip kerja aliran udara dan asap pada desain pengasapan ikan

(Gambar 14) dimulai pada ruang tungku sebagai ruang pembakaran

tempurung kelapa. Tempurung kelapa diumpan melalui saluran (b) masuk ke

ruang pembakaran tungku. Udara dari lingkungan (a) masuk ke tungku

mensuplai oksigen untuk pembakaran menghasilkan panas dan asap lalu

dihisap oleh blower melalui pipa-pipa hingga ke outlet pipa penukar panas (d).

Selama melewati pipa terjadi penukaran panas ke ruang selubung melalui

luasan dinding pipa-pipa. Blower mendorong udara dan asap ke dalam siklon

Page 60: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

44

untuk pemisahan partikel padat dan tar ke dalam dustbin (e) selanjutnya

berbalik menuju outlet siklon dan saluran inlet selubung penukar panas (f).

Udara dan asap di dalam selubung dari posisi inlet hingga ke outlet selubung

mengalami pemanasan dan proses pengadukan melalui ruang sekat sebanyak 5

kali laluan. Udara dan asap yang keluar outlet selubung (g) memasuki ruang

bahan untuk mengasapi ikan cakalang yang tergantung (h). Sebagian asap

meninggalkan ruang bahan melalui lubang outlet ruang pengasapan (i).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan di Gorontalo yakni kegiatan desain dan

rancang bangun di Politeknik Gorontalo (Poligon) dan kegiatan instalasi dan

pengujian desain di Desa Iluta (A dan B di insert Gambar 15). Kegiatan

desain dimulai pada bulan April - Juni 2016, perbaikan desain dilakukan

hingga bulan Agustus 2016. Kegiatan instalasi dan rangkaian pengujian dari

Agustus – Desember 2016. Pengujian laboratorium berlangsung dalam waktu

yang lebih lama yakni hingga April 2017.

Analisa hasil pengujian desain berupa pemisahan abu dan ikan

cakalang asap dilakukan pada beberapa tempat seperti Laboratorium Fisika di

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Serpong, Laboratorium Kimia di

Balai Industri Agro (BIA) Bogor, Laboratorium Fisika Universitas Negeri

Makassar (UNM) Makassar, Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)

Makassar, Laboratorium Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP)

Makassar dan Laboratorium Balai Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil

Perikanan (BPPMHP) Gorontalo.

Page 61: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

45

Gambar 15. Peta lokasi penelitian

C. Alat dan Bahan

1. Alat, komponen desain dan instrumen

a. Perlengkapan bengkel

Peralatan dalam sebuh bengkel konstruksi secara umum adalah

set tools standar seperti alat pengukur, penggambar, pemotong,

pelubang, pembentuk dan penyambungan atau konstruksi bahan logam

serta finishing tools seperti alat untuk mengecat.

Page 62: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

46

b. Blower Sentrifugal

Tipe blower sentrifugal yang sesuai dengan karakteristik udara

pada desain sistem pengasapan adalah XYGR Series High Temperature

Boiler Blower. Berdasarkan pertimbangan penggunaan daya yang

hemat dan perhitungan awal desain, dipilih blower dengan daya dan

kapasitas terendah yakni CF-XYGR63-XY dengan daya 100 Watt 50

Hz, debit udara 282 m3/jam dan tekanan statis 650 Pa. Spesifikasi dari

seri produksinya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter blower suhu tinggi seri XYGR

Seri

XYGR

Power

(W)

Voltage

(V)

Diameter

(mm)

Rotation

speed

(r/min)

Flow

Rate

(m3/h)

Full

Pressure

(Pa)

100 100 220/380 63 2800 282 650

200 200 220/380 75 2800 408 840

400 400 220/380 98 2800 822 1390

1000 1000 220/380 123 2800 1512 1780

Sumber : Xingyi, (2017).

a. Termokopel dan peraga suhu digital

Jenis termokopel yang digunakan adalah tipe K kabel teflon model

KX-2*0,4 mm. Penggunaannya didahului dengan proses kalibrasi

menggunakan air mendidih dan bongkahan es. Peragaan suhu secara

digital dilakukan dengan menghubungkannya ke beberapa instrumen

seperti peraga nilai suhu tunggal (TM-902C), selang -50–1300oC;

0,1oC, peraga nilai suhu tunggal yang dilengkapi multiflekser delapan

Page 63: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

47

saluran dan peraga nilai suhu empat saluran dan lima saluran (T4WM),

selang 0-1200oC, akurasi F.S.±0,5%; 1

oC.

b. Instrumen ukur kelistrikan

Instrumen kelistrikan digunakan untuk mengukur parameter listrik

seperti tegangan, ampere, daya dan energi dari pemakaian blower

selama proses uji sistem pengasapan. Instrumen yang terlibat meliputi

Tang ampere MT87; 0,01A, Multimeter Sanwa CD800a dan Wh-meter

80-260VAC; 100A, 1,0 digit. Wh-meter digunakan untuk mengukur

energi yang terpakai dimana nilai terakhir akan tersimpan dalam

memori jika sistem di non-aktifkan dan akan bertambah jika sistem

kembali dioperasikan.

c. Instrumen ukur kecepatan dan tekanan udara

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kedua parameter

tersebut adalah digital anemometer, manometer U dan thermal

anemometer merek Hiyoshi model AP110.

d. Instrumen ukur berat

Jenis timbangan yang digunakan adalah timbangan digital gantung;

0,001 kg merek Weiheng dan timbangan digital; 0,01 g, 5 digit model

notebook merek Digital Scale. Kapasitas timbangan digital gantung

hingga 50 kg, sedangkan timbangan digital model notebook untuk skala

hingga 5,0 g.

Page 64: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

48

e. Instrumen ukur kadar air bahan bakar

Pengukuran kadar air sabut dan tempurung kelapa dilakukan

dengan menggunakan Moisture Meter model tusuk 2 probe akurasi

±1% khusus untuk jenis kayu dan kardus. Penggunaan instrumen ini

menjadi praktis dengan hanya menusukkan kedua probe yang runcing

ke bahan yang keras seperti kayu dan tempurung kelapa.

f. Instrumen ukur suhu dan kelembaban udara

Selain menggunakan instrumen suhu dengan termokopel, dalam

percobaan juga memanfaatkan instrumen suhu berbasis sensor SHT75

yang mampu mendeteksi suhu dan kelembaban udara secara bersamaan.

Akurasi suhunya ± 0,3oC dan akurasi mutlak RH sebesar ± 1,8%.

Instrumen ini dibutuhkan terutama untuk memperoleh kondisi udara

acuan berdasarkan referensi dan penyetelannya pada desain sistem

pengasapan yang akan diuji.

g. Instrumen ukur jarak desain penukar panas

Instrumen lain yang digunakan khusus dalam desain penukar panas

meliputi jarak antar pipa atau pitch, diameter pipa dan pelubangan bor

serta dimensi panjang, lebar dan tinggi adalah meteran dan sigmat

digital. Presisi pada penentuan pola segitiga atau staggered lubang pipa

menentukan performansinya terutama pada aliran udara serta

hambatannya.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam desain adalah besi plat ketebalan 1,3

mm dan 6 mm, pipa galvanis diameter 3,2 mm, plat aluminium

Page 65: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

49

ketebalan 0,3 mm, kawat aluminium serta cat besi untuk warna.

Penyiapan bahan untuk pengujian adalah ikan cakalang dan larutan

garam beriodium. Bahan bakar yang digunakan adalah tempurung

kelapa dan sabutnya.

D. Pendekatan Desain dan Analisis

1. Siklon Separator

Desain siklon separator didasarkan pada beberapa aspek teknis

perancangan. Jenis siklon separator yang dipilih adalah tipe efisiensi

pemisahan atau pengumpulan partikel padat yang tinggi. Dengan

demikian perancangannya didasarkan pada tipe siklon stairmand

berefisiensi tinggi. Aspek teknis perancangannya antara lain adalah

hasil analisa partikel padat seperti abu/debu yang diproyeksikan akan

dipisahkan. Aspek lain adalah kecepatan aliran udara yang dijadikan

referensi dalam pemisahan partikel padat tersebut. Referensi kecepatan

aliran udara masuk ke inlet siklon separator yang sering digunakan

adalah 15 m/detik (Sinnott, 2005). Tetapi dalam desain ini digunakan

nilai kecepatan sebesar 10 m/detik berdasarkan klasifikasi penggunaan

kecepatan aliran udara untuk kontaminan yang menyerupai

asap/uap/debu (Kaupp and Goss, 1984).

Berdasarkan nilai kecepatan aliran udara yang dipilih dan nilai

debit udara blower sentrifugal yang digunakan untuk membentuk aliran

udara, maka luas dan dimensi inlet siklon separator dapat ditentukan.

Dimensi inlet siklon adalah tinggi dan lebar saluran, dengan nilai lebar

yang memiliki pengaruh dominan yaitu lebar inlet lebih kecil dari

Page 66: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

50

diameter dibagi dua dari tabung siklonnya (Elsayed, 2011). Ukuran

siklon separator biasanya didasarkan atas dimensi siklon standar yakni

203 mm pada debit aliran udara 223 m3/jam dan beda densitas padatan-

gas 2000 m3/kg serta viskositas gas-uji (udara atmosfir, suhu 20

oC)

setara 0,018 mN S/m2. (Sinnott, 2005; Gopani and Bhargava, 2011).

Tranformasi kurva efisiensi dari siklon standar ke siklon yang

direncanakan juga dapat dilakukan dengan skala sebagaimana

persamaan 7.

............................................... (7)

Dc1: Diameter siklon standar, m

Dc2: Diameter siklon yang direncanakan,m

Q1: Debit aliran udara standar, m3/jam

Q2: Debit aliran udara siklon yang direncanakan, m3/jam

1: Beda densitas padatan-gas siklon standar, kg/m3

2: Beda densitas padatan-gas siklon yang direncanakan, kg/m3

µ1: Viskositas gas-uji standar, N.s/m2

µ2: Viskositas udara operasional siklon yang direncanakan, N.s/m2

Ilustrasi grafik dari proses pembesaran skala seperti pada

Gambar 16 dan kurva performansi standar untuk tipe siklon dengan

efisiensi tinggi yang digunakan seperti Gambar 17. Selain prediksi

performansi dari siklon yang direncanakan, Stairmand juga

mengembangkan persamaan untuk menduga pressure drop. Pressure

Page 67: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

51

drop pada sebuah siklon disebabkan oleh kehilangan pada saluran

masuk dan saluran keluar serta karena gesekan dan kehilangan energi

kinetiknya.

Gambar 16. Pembesaran skala kurva performansi (Sinnott, 2005)

Gambar 17. Kurva performansi siklon efisiensi tinggi (Sinnott, 2005)

Persamaan empiris 8 dapat digunakan untuk menduga pressure drop

tersebut.

...................... (8)

Page 68: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

52

P : Pressure drop, millibar

g : densitas gas/udara, kg/m3

Vi : Kecepatan udara masuk saluran siklon atau inlet, m/detik

Vo: Kecepatan udara keluar saluran siklon atau outlet, m/detik

: Faktor pressure drop siklon, dari Gambar 18.

rt : Diameter tabung siklon – (lebar siklon/2), m

re : Diameter saluran keluar siklon atau outlet, m

: Parameter pada Gambar 18

dimana:

fc : faktor gesekan untuk gas/udara nilainya 0,005

As : Luas permukaan siklon meliputi permukaan tabung dan kerucut, m2

A1 : Luas penampang saluran masuk siklon atau inlet, m2

Gambar 18. Faktor pressure drop siklon (Sinnott, 2005)

Page 69: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

53

Pada sebuah siklon separator, partikel yang memasuki saluran

atau inlet akan dipisahkan dengan persentase separuh. Kejadian ini

dikenal dengan istilah 50% cut size diameter atau dinotasikan d50. Cut

size model Lapple yang dikembangkan berdasarkan teori keseimbangan

gaya-gaya (Wang, 2004) adalah sebagaimana persamaan 9.

...................................................................... (9)

.................................................................................... (10)

µ2 : Viskositas udara dari siklon yang direncanakan, N s/m2

a : Tinggi saluran masuk siklon, m

b : Lebar saluran masuk siklon, m

H : Tinggi total siklon separator, m

h : Tinggi tabung siklon, m

Vi : Kecepatan aliran udara masuk saluran, m/detik

p : Densitas partikel yang akan dipisahkan, kg/m3

g : Densitas gas/udara operasional siklon, kg/m3

Ne : Jumlah putaran aliran udara dalam siklon.

Perhitungan efisiensi pemisahan dari masing-masing partikel

padat seperti abu pada sebuah siklon separator, dapat dilakukan dengan

menggunakan persamaan 11.

........................................................................ (11)

i : Persentase pemisahan masing-masing partikel, %

dpc : Diameter partikel yang terpisah dengan nilai 50%, µm.

dpi : Diameter partikel rata-rata, µm.

Page 70: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

54

Selain efisiensi pemisahan partikel padat berupa abu,

performansi lain dari sebuah siklon separator adalah besaran pressure

drop dari pengukuran pada saluran masuk dan saluran keluar. Pressure

drop dari sebuah siklon meliputi pressure drop statis dan pressure drop

dinamis. Pressure drop statis dari sebuah siklon diperoleh dengan

proses pengukuran menggunakan instrumen baik pada saluran masuk

maupun pada saluran keluar. Besarannya berupa hasil pengurangan dari

pressure drop saluran masuk dengan pressure drop saluran keluar atau

(Pis – Pos). Pressure drop dinamis dengan pola yang sama dapat ditulis

dalam bentuk (Pid – Pod) dimana i dan o adalah notasi inlet dan outlet

sedangkan s dan d adalah notasi statis dan dinamis. Persamaan total

tekanan statis yang diadaptasi dari Zhu et al., (2001) adalah sebagai

berikut.

.......................................................... (12)

Komponen tekanan dinamis dari saluran masuk dan saluran keluar

dihitung dengan persamaan:

............................................................................... (13)

...................................................................... (14)

Dimana vi, vo adalah kecepatan aliran udara pada inlet dan outlet

sedangkan v adalah komponen kecepatan tangensial dalam penukar

panas yang diabaikan karena belum dapat dideteksi.

Page 71: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

55

2. Penukar panas

Desain penukar panas mencakup pemilihan jenis penukar panas,

tipe aliran kedua fluida. Dalam hal ini dipilih jenis selubung dan tabung

dengan bentuk selubung tersekat sehingga tipe aliran fluidanya

berlawanan dan silang atau counter-crossflow. Beberapa perhitungan

desain untuk menentukan dimensi penukar panas antara lain luas bidang

penukaran panas (Ao), diameter selubung (Ds), luas selubung (As),

jumlah pipa dalam bundelannya (Np), dan diameter ekivalen (De)

(Kakaç and Liu, 2002; Than et al., 2008) adalah:

.......................................................................... (15)

.................................... (16)

.................................................................................. (17)

............................................................................................ (18)

........................................................................ (19)

.............................................................................. (20)

...................................................................................... (21)

L : Panjang pipa, m

C, B : Clearance dan Baffle

do : Diameter luar pipa, m

CL : Konstanta layout pipa dengan nilai 0,87 untuk sudut 30º dan 60º

Page 72: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

56

CTP : Konstanta hitung jumlah pipa dengan nilai 0,93 untuk satu laluan

A1 : Proyeksi luas layout sebuah pipa dari luasan ruang antar pipa, m2

PT : Jarak antar pusat pipa atau Tube pitch, m

Gs : Laju massa udara dalam selubung, kg/m2detik

Persamaan-persamaan umum operasional penukar panas yang

berlaku adalah persamaan transfer panas meliputi (Fakheri, 2008):

............................................................. (22)

................ (23)

.......................................................................... (24)

U : Koefisien transfer panas keseluruhan, W/m2o

C

A : Luas bidang tukar panas, m2

F : Faktor koreksi LMTD

: efisiensi

: efektivitas

C h atau c : Kapasitas panas untuk fluida panas atau dingin, W/oC

Cmin : Kapasitas panas yang nilainya lebih rendah, W/oC

Tmin : Selisih suhu yang lebih rendah dari kedua fluida, oC

: Suhu rata-rata dari fluida panas, oC

: Suhu rata-rata dari fluida dingin, oC

: Suhu fluida panas masuk saluran/inlet, oC

: Suhu fluida panas keluar saluran/inlet, oC

: Suhu fluida dingin masuk saluran/inlet, oC

: Suhu fluida panas masuk saluran/inlet, oC

LMTD : Beda suhu rata-rata logaritmik, dalam bentuk persamaan:

............. (25)

Page 73: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

57

Faktor koreksi LMTD dengan notasi F merupakan produk dari P dan R

dan persamaannya adalah:

............................................................ (26)

................................................................... (27)

Persamaan lain dari transfer panas yang digunakan sering

diistilahkan dalam kondisi optimum atau q_optimum dan kondisi

maksimum atau q_maksimum. Transfer panas optimum (q_opt) dalam

bentuk persamaan dituliskan sebagai berikut (Fakheri, 2007):

................................................................... (28)

Transfer panas maksimum (q_maks) dapat dinyatakan dalam persamaan

(Kakaç and Liu, 2002):

..................................................... (29)

Transfer panas keseluruhan (U) dalam suatu desain dapat

menggunakan nilai-nilai aproksimasi yang sudah tersedia atau

berdasarkan perhitungan. Perhitungan nilai U dapat dilakukan dengan

persamaan yang melibatkan kedua sisi luas bidang tukar panas yakni

sisi dalam pipa (Ai) dan sisi luar pipa (Ao) sebagai berikut:

........... (30)

Dalam aplikasi, luas bidang terluas (Ao) yang digunakan sehingga:

Page 74: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

58

............. (31)

hi, ho : Koefisien transfer panas konvektif (dalam/luar), W/m2o

C.

, : Faktor resistansi fouling (dalam/luar), m2o

C/W.

, : Magnitudo efisiensi untuk berbagai konfigurasi fin.

Rw : Resistansi konduksi dinding pipa dengan persamaan:

............................................................................... (32)

dimana kw adalah konduktivitas panas pipa. Desain pipa atau

tabung penukar panas yang tidak memiliki fin, persamaan Rw

menjadi (Kakaç and Liu, 2002):

.................................................................................... (33)

Fluida yang digunakan dalam operasional desain adalah gas

berupa udara hasil pembakaran atau flue gas. Potensi terjadinya kerak

atau fouling adalah pada sisi selubung penukar panas. Keberadaan unit

siklon separator yang bertujuan memisahkan partikel padat

menyebabkan peluang terjadinya kerak menjadi nihil. Dengan demikian

komponen resistansi fouling dalam perhitungan dapat diabaikan dan

persamaan transfer panas keseluruhan menjadi:

.................................................... (34)

Nilai hi dihitung dengan persamaan:

Page 75: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

59

...................................................................................... (35)

................................................... (36)

............................................................ (37)

k : konduktifitas udara dalam pipa, W/m.oC

di : diameter dalam pipa, m

: bilangan Reynold aliran udara dalam pipa

: bilangan Prandatel aliran udara dalam pipa.

Nilai ho pada sisi selubung dihitung dengan persamaan yang

merepresentasikan pengaruh aliran silang (cross flow) dan pengaruh

aliran berlawanan (counter flow):

.......................................................... (38)

De : diameter ekivalen selubung, m

dan

.................................................................. (39)

................................ (40)

........................................................ (41)

........................................................................ (42)

Jc : faktor koreksi untuk potongan sekat dengan nilai berkisar dari

kondisi lebar 0,53 hingga yang luas jendelanya kecil 1,15.

Page 76: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

60

Jl : faktor yang berkorelasi dengan kebocoran diantara pipa dan sekat

serta selubung dengan sekat dengan nilai tipikal 0,7 – 0,8.

Jb : faktor koreksi untuk efek aliran langsung (bypass) pada ruang

diantara pipa terluar dengan dinding selubung dengan nilai berkisar

dari kondisi ruang lebar 0,7 hingga ruang sempit 0,9 dan lebih

tinggi jika menggunakan penghalang (sealing strip).

Js : faktor koreksi untuk variabel jarak pada saluran inlet dan outlet ke

sekat dengan nilai dari kondisi longgar 0,85 hingga dekat 1.0.

Jr : faktor koreksi yang berkorelasi dengan nilai bilangan Reynold

kurang dari 100 di dalam selubung. Faktor koreksi bernilai 1,0 jika

Res>100.

: laju massa udara dalam selubung, kg/detik

As : luas selubung, m2

Tw : suhu rata-rata udara permukaan pipa, oC

PT : jarak antar pusat pipa atau Tube pitch, m

do : diameter luar pipa, m

Cps, µs, ks : panas jenis udara, viskositas dan konduktivitas udara pada

suhu udara selubung (Ts). Desain layout susunan pipa berkategori

staggered dan bersudut 30º dengan bilangan Reynold berkisar 104 – 10

5

memiliki korelasi koefisien nilai a1= 0,321; a2 = -0,388; a3 = 1,45; a4 =

0,519 (Kakaç and Liu, 2002).

Kriteria performansi dari sebuah penukar panas sering

dinyatakan baik dalam efisiensi maupun efektifitas. Efisiensi

didefenisikan sebagai rasio laju transfer panas aktual sebuah penukar

Page 77: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

61

panas dengan laju transfer panas optimum penukar panas tersebut

dengan notasi . Efektivitas didefinisikan sebagai rasio laju transfer

panas aktual dengan laju transfer panas maksimum yang mungkin

terjadi dengan notasi . Persamaan kedua kriteria performansi tersebut

dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

...................................................................................... (43)

.................................................................................... (44)

Persamaan lain yang sering digunakan dalam analisa penukar

panas khususnya terkait efektivitas adalah Number of Transfer Unit

(NTU) atau rasio dari produk UA sebuah penukar panas dengan

kapasitas panas minimum dari salah satu fluidanya. Demikian juga rasio

kapasitas dari kedua fluidanya yang dinotasikan dengan CR. Kedua

persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

............................................................................... (45)

.................................................................................. (46)

Hubungan nilai efektivitas penukar panas dengan parameter

NTU dan CR untuk operasi aliran berlawanan atau counterflow dengan

kondisi CR < 1 dan CR = 1 masing-masing dapat dihitung berdasarkan

persamaan (Ko and Wedekind, 1996; Kakaç and Liu, 2002; Welty et

al., 2004):

Page 78: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

62

................................................................... (47)

.................................................................................... (48)

Faktor koreksi LMTD (F), efektivitas penukar panas () dan

efisiensi penukar panas () adalah persamaan-persamaan yang

diturunkan dari persamaan dasar yang sama sehingga dapat

dihubungkan satu dengan lainnya. Sebagaimana efisiensi dapat

dihubungkan dengan efektifitas melalui persamaan berikut (Fakheri,

2008, 2014; Ahmad et al., 1988):

........................................................................ (49)

Persamaan tersebut adalah sebuah persamaan umum, dimana dalam

desain ini digunakan untuk mengevaluasi dan validasi nilai efektifitas

dan efisiensi yang dihasilkan dari perhitungan.

Faktor lain yang sangat penting dari sebuah penukar panas

ataupun keseluruhan sistem adalah penurunan tekanan statis atau

pressure drop. Pendekatan yang digunakan baik dalam desain maupun

analisa uji adalah perhitungan penurunan tekanan statis yang dipisah

pada sisi pipa, sisi saluran hubung antara siklon separator dengan

penukar panas dan sisi selubung penukar panas.

a. Sisi pipa penukar panas

Page 79: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

63

Penurunan tekanan pada sisi pipa penukar panas terutama

disebabkan oleh jumlah pipa yang digunakan dalam satu bundel

konstruksi. Persamaan yang digunakan dalam menghitung penurunan

tekanan statis tersebut adalah sebagai berikut (Kakaç and Liu, 2002):

.................................................................................... (50)

........................................................................ (51)

: Penurunan tekanan bundelan pipa, Pa.

L : Panjang penukar panas, m.

: Jumlah laluan pipa

: Diameter dalam pipa, m

: Densitas udara pipa, kg/m3

Vp : Kecepatan udara dalam pipa, m/detik

: Faktor gesekan dalam pipa atau friction

: Bilangan Reynold aliran udara pipa

b. Sisi saluran penghubung

Persamaan yang digunakan untuk menghitung penurunan

tekanan statik pada saluran penghubung antara saluran keluar siklon

dengan saluran masuk selubung adalah (White, 2011):

........................................................... (52)

................................................................. (53)

...................................................................... (54)

: Penurunan tekanan Saluran, Pa.

Page 80: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

64

V : Kecepatan aliran udara, m/detik

D : Diameter pipa, eqivalent dengan 4A/P untuk saluran non pipa, m.

A : Luas penampang, m2

P : Perimeter atau keliling, m

L : Panjang saluran, m

: Massa jenis atau densitas udara, kg/m3

K : Koefisien hambatan bentuk saluran.

: Faktor gesekan atau friction (Diagram moody) dengan parameter

tambahan (e/D) atau rasio kekasaran permukaan saluran dengan

diameternya (Lampiran 4).

c. Sisi selubung penukar panas

Pada sisi selubung penukar panas, persamaan-persamaan yang

digunakan dalam perhitungan penurunan tekanan statik adalah sebagai

berikut (Kakaç and Liu, 2002):

...................................................................... (55)

..................................................... (56)

................................................... (57)

.................................................................................. (58)

................................................... (59)

Res : Bilangan Reynold selubung

Nb : Jumlah sekat atau baffle

Gs : Laju massa udara selubung, kg/m2.detik

Ds : Diameter selubung, m

Page 81: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

65

De : Diameter eqivalen selubung, m

: Faktor koreksi viskositas fluida selubung untuk gas.

Ts : Suhu aliran udara selubung, oC

Tw : Suhu rata-rata dinding pipa, oC

3. Sistem Pengasapan

Sistem pengasapan dengan metode tidak langsung memiliki arti

ruang pembakaran untuk menghasilkan panas-asap berbeda dengan

ruang untuk menaruh ikan yang diasapi. Sistem pengasapan juga

dilengkapi dengan sistem pemisahan abu dan partikel padat lainnya

melalui unit siklon separator. Salah satu parameter yang diperhatikan

dalam metode ini adalah capaian suhu yang mencapai ruang

pengasapan harus memenuhi pola suhu yang diharapkan. Pola suhu

yang diinginkan mengikuti grafik pada Gambar 19.

Gambar 19. Tipikal suhu pengasapan yang dimodifikasi. Reproduksi

atas ijin tertulis dari Rasco, (2009). Copyright 2009

Washington State University Extension.

Page 82: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

66

Skala suhu pada grafik tersebut dimodifikasi dengan satuan Celcius

untuk memudahkan operator mengamati pergerakannya dengan

instrumen ukur yang tersedia dan umumnya bersatuan Celcius.

Waktu yang diperlukan untuk menurunkan kandungan air dari

kadar air awal ikan hingga kadar air yang diinginkan, mengikuti

persamaan semi-empirik Nikitin (Doe et al., 1998; Heruwati, 2002).

...................................................................... (60)

.................................. (61)

t = Waktu pengasapan (menit)

k = Konstanta laju pengasapan (1/jam)

cf = Kadar lemak ikan (%)

v = Kecepatan aliran udara (m/detik)

a = Kelembaban relatif (%)

T = Temperatur asap (oC).

Wo = Kadar air awal (kg/kg bobot kering)

We = Kadar air ekuilibrium (kg/kg bobot kering)

Wt = Kadar air akhir (kg/kg bobot kering)

Kadar air equilibrium adalah kadar air kesetimbangan ikan yang

mengacu ke nilai aw 0,85 atau kurang agar produk ikan asap dari

metode pengasapan panas dapat stabil dalam penyimpanan (Arason et

al., 2014). Produk ikan cakalang asap yang diberi perlakuan garam

diperoleh kondisi penyimpanannya yang stabil pada nilai aw 0,843 dan

kadar air kesetimbangan 32,2%bk atau 24,4%bb (Reo, 2010).

Page 83: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

67

4. Bahan bakar tempurung dan sabut kelapa

Bahan bakar tempurung dan sabut kelapa dipilih karena

merupakan bahan bakar biomassa yang umum digunakan oleh

masyarakat di daerah tropis. Penggunaan bahan tempurung didasarkan

pada kondisinya yang kering sebagaimana kebiasaan masyarakat

memanfaatkannya. Pengukuran kadar air tempurung dan sabut kelapa

dilakukan sesaat sebelum diumpan setelah pengelompokan berdasar

berat atau massanya. Pengumpanan bahan bakar dilakukan dengan

metode massa atau berat bertambah (incremental) untuk pola suhu

meningkat. Jumlah massa atau berat yang digunakan adalah 200 g, 300

g, 400 g dan 500 g. Metode ini dimaksudkan untuk mengurangi

fluktuasi suhu pembakaran karena karakteristik dasar bahan biomassa

dan untuk mengikuti pola suhu pengasapan berdasarkan grafik pada

Gambar 19. Pemakaian sabut kelapa dibatasi hanya pada tahap awal

pembakaran agar memudahkan terbentuknya bara api. Disamping

parameter kadar air, laju pengumpanan, jumlah massa atau satuan berat

bahan bakar tempurung kelapa yang digunakan, juga dicatat dan

dihitung berdasarkan lama waktu pengasapan.

5. Bahan ikan cakalang

Bahan yang diasapi adalah ikan cakalang dengan kondisi

dibelah dua dari berat ikan utuh berkisar 0,7-1,0 kg/ekor. Jumlah ikan

yang diasapi untuk sekali pengujian sebanyak 30 kg bersih sehingga

berat kotor berkisar 34-38 kg. Pengujian ikan cakalang dengan sistem

pengasapan hasil desain dilakukan hingga kadar air memenuhi Standar

Page 84: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

68

Nasional Indonesia yakni kurang dari 60%. Panduan pengasapan

didasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 2009 Nomor 2725

tentang nilai parameter SNI ikan asap seperti yang tercantum pada

Tabel 2. Peraturan terkait ambang batas kandungan benzo[a]piren

dalam ikan asap yakni peraturan Pemerintah RI melalui Badan

Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.11.11.09657 Tahun

2011 tentang spesifikasi kandungan benzo[a]piren sebesar maksimum

<2,0 ppb (µg/kg) dengan metode HPLC (BPOM, 2011). Perbandingan

dengan aturan atau regulasi Negara lain seperti Turki dan Uni Eropa

serta badan dunia WHO/FAO masing-masing 2,0 µg/kg dan 5,0 µg/kg.

Tabel 2. Nilai parameter dalam SNI ikan asap

Jenis uji Satuan Persyaratan

Organoleptik Angka (1-9) Minimal 7

Cemaran mikroba*

ALT Koloni/g Maksimal 1 x 105

Escherichia coli APM/g Maksimal < 3

Salmonella Per 25 g Negatif

Vibrio cholerae* Per 25 g Negatif

Staphylococcus aureus* Koloni/g Maksimal 1 x 103

Kimia

Kadar air % fraksi massa Maksimal 60

Kadar histamin mg/kg Maksimal 100

Kadar garam % fraksi massa Maksimal 4

CATATAN *) Bila diperlukan

Langkah penyiapan ikan cakalang untuk ketiga pengujian adalah

sebagai berikut:

Page 85: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

69

a. Setiap ekor ikan cakalang dibelah menjadi 2 bagian dengan pisau

yang tajam, melepas bagian perut dan insang lalu dibilas air hingga

bersih. Pembilasan air bersih dilakukan berulang 2-3 kali agar ikan

bersih.

b. Pembuatan larutan garam dengan kadar 15% atau pelarutan 4,5 kg

garam beryodium dalam air sebanyak 30 liter untuk merendam

keseluruhan ikan.

c. Penyusunan belahan ikan cakalang bersih ke dalam larutan garam

yang telah dibuat. Penyusunan ikan dilakukan dengan arah yang

seragam agar saat pembuangan air tumpukan ikan tidak saling

mematahkan.

d. Perendaman ikan cakalang dalam larutan garam selama 40 – 45

menit.

e. Penirisan ikan cakalang dan dilanjutkan dengan penimbangan agar

berat total dapat diketahui. Berat awal ikan menjadi dasar

perhitungan kadar air selama proses pengasapan baik untuk

pendugaan maupun untuk perhitungan kadar air akhir ikan asap.

f. Pengaturan menggantung ikan cakalang pada rak gantungan dengan

susunan berselingan sehingga terpaan asap menjadi optimal.

Penggantungan masing-masing belahan ikan dilakukan pada lubang

mata dengan kawat aluminium berbentuk S. Kawat ini selanjutnya di

taruh pada bentangan kawat aluminium pada kerangka rak yang

terbuat dari besi (mild steel).

Page 86: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

70

g. Memasukkan rak berisi ikan menggantung ke dalam ruang

pengasapan dan memasang termokopel pada ikan yang berposisi

pada ruang sebelah dalam dan ruang sebelah luar.

h. Memasang penutup ruang pengasapan dan mengoperasikan proses

pengasapan ikan cakalang.

i. Melakukan pembalikan rak berisi ikan untuk setiap 3 jam proses

pengasapan agar kematangan ikan merata.

6. Konsumsi energi dan laju pengeringan bahan

Perhitungan konsumsi energi didasarkan atas penggunaan energi

listrik sebagai penggerak blower sentrifugal dan bahan bakar tempurung

kelapa sebagai sumber energi biomassa. Konsumsi energi listrik dalam

pengujian desain sistem pengasapan diperoleh berdasarkan hasil

pengukuran Wh-meter. Nilai yang dihasilkan alat ukur memiliki satuan

Wh sehingga konversi ke Joule dengan kesetaraan 1 Wh = 3600 Joule.

Konsumsi energi biomassa tempurung kelapa didasarkan atas

jumlah massa bahan bakar yang digunakan pada tiap pengujian dengan

nilai kalor bahan tempurung tersebut. Nilai kalor tempurung kelapa

adalah sebesar 4378,16 kcal/kg (Hoque and Bhattacharya, 2001).

Konsumsi energi biomassa dalam bentuk persamaan adalah:

bmbmbm CmQ . ................................................................................. (62)

Qbm : Konsumsi energi, MJ

mbm : Massa biomassa, kg

Cbm : Kalor jenis bahan bakar, kJ/kg

Page 87: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

71

Implikasi konsumsi energi dari kedua sumber tersebut yang

memberikan efek pemanasan dan penguapan kadar air melalui proses

sirkulasi udara sistem, maka terbentuk laju pengeringan atau penguapan

kadar air bahan. Laju penguapan air ikan dihitung dengan persamaan

berikut.

Δt

WW

dt

dW to ............................................................................. (63)

dW/dt : Laju penguapan air (kg/jam)

Wo : Berat awal ikan (kg)

Wt : Berat akhir ikan (kg)

t : Lama pengasapan (jam)

Konsumsi energi spesifik (KES) adalah jumlah energi yang

digunakan baik energi untuk blower maupun panas yang dibangkitkan dari

energi tempurung untuk menguapkan 1 kg air selama proses pengasapan

(diadaptasi dari Charoenvai et al., 2013; Sulikah dkk., 2008; Sharma and

Prasad, 2006; Baker and McKenzie, 2005) dengan persamaan:

......................................... (64)

7. Perhitungan kadar air bahan

Kadar air bahan dihitung berdasarkan berat basah dan berat

keringnya sehingga disebut persentase basis basah (m%bb) dan

persentase basis kering (M%bk). Perhitungan kadar air menggunakan

persamaan berikut ini.

Page 88: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

72

............................. (65)

.............................................. (66)

............. (67)

.............................................. (68)

8. Kadar Abu

Sebanyak 5-10 g sampel ditimbang didalam cawan, kemudian

dimasukkan ke dalam tanur dan dipanaskan pada suhu 300oC, kemudian

suhu dinaikkan menjadi 420-550 C dengan waktu sesuai karakteristik

bahan (umumnya 5-7 jam). Jika diperkirakan semua karbon belum

teroksidasi, cawan diambil dari dalam tanur, lalu didinginkan dan ke

dalam desikator dapat ditambahkan 1-2 ml HNO3 pekat. Sampel

diuapkan sampai kering dan dimasukkan kembali ke dalam tanur

sampai pengabuan dianggap selesai. Selanjutnya tanur dimatikan dan

dapat dibuka setelah suhunya mencapai 250oC atau kurang. Cawan

diambil dengan hati-hati dari dalam tanur kemudian ditimbang. Kadar

abu dalam sampel dihitung dengan persamaan:

Kadar abu (%) =

....................................................... (69)

W0 = Berat cawan kosong (g)

W1 = Berat cawan + sampel sebelum pengabuan (g)

W2 = Berat cawan + sampel setelah pengabuan (g)

Page 89: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

73

9. Kadar Protein

Sebanyak 0,1-0,2 g sampel dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl

100 ml, ditambah 2 g Na2SO4 dan HgO (1:1) dan 2 ml H2SO4 pekat,

lalu dilakukan destruksi (±30 menit) hingga larutan menjadi hijau

jernih. Setelah itu didinginkan dan ditambahkan 35 ml air aquades dan

10 ml NaOH 50% sampai berwarna coklat kehitaman lalu didestilasi.

Hasil destilasi ditampung dalam erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml

H3PO3. Selanjutnya dititrasi dengan HCl 0,02 N menggunakan

indikator. Hal yang sama dilakukan untuk blanko. Kadar protein

dihitung dengan persamaan berikut:

................................ (70)

Kadar Protein (%) = N (%) 6,25 ................................................. (71)

10. Kadar Lemak

Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam tabung lemak lalu

diletakkan di dalam tabung soxhlet. Selanjutnya dimasukkan pelarut

petroleum eter ±150 ml ke dalam labu lemak yang telah diketahui

beratnya. Sampel diekstraksi selama 5 jam, setelah itu labu lemak

dipanaskan dalam oven dengan suhu 105 °C, kemudian didinginkan

dalam desikator dan ditimbang. Kadar lemak dihitung dengan

persamaan:

Kadar lemak (%) =

...................... (72)

Page 90: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

74

11. Kadar garam

Sebanyak 5 g sampel bahan dihaluskan dan diekstrak

menggunakan 15 ml aquades panas (100oC), selanjutnya dibiarkan 15

menit hingga semua garam NaCl larut dan terpisah dengan sampel. Hal

ini dilakukan sebanyak 8 kali. Cairan hasil ektraksi ditampung dalam

wadah lalu ditambah 3 ml kalium khromat 5% dan dititrasi dengan

AgNO3 0,1 N secara perlahan-lahan sampai warnanya menjadi merah

bata. Kadar NaCl dihitung menggunakan persamaan:

................................. (73)

12. Kadar fenol

Sebanyak 0,5-0,6 g sampel ditambahkan 30 ml aquadest dan

dimasukkan ke dalam labu ukuran 250 ml. Selanjutnya ditambah 5 ml

larutan NaOH 0.2 N dan diencerkan dengan aquadest sampai tanda

garis. Larutan tersebut dipipet 25 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer

ukuran 300 ml, lalu ditambah 25 ml bromat bromida 0.2 N, 50 ml

aquadest, 5 ml HCl pekat (digoyang 1 menit), 5 ml KI 15% (digoyang 1

menit) dan 5 tetes amilum (indikator), digoyang 1 menit. Selanjutnya

dititrasi larutan thiosulfat (Na2S2O3) 0.1 N (a ml) sampai terjadi

perubahan warna. Dilakukan juga pembuatan blanko, yaitu dengan

menggunakan prosedur diatas tetapi tidak menggunakan sampel (b ml).

.......... (74)

a = ml titrasi larutan thio pada sampel

b = ml titrasi larutan thio pada blanko

6 = jumlah atom brom yang dipakai pada proses bromisasi 5-30 menit

Page 91: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

75

13. Analisa Formalin

Identifikasi formalin/formaldehid pada ikan asap dilakukan

secara kualitatif dan kuantitatif. Pengujian awal dilakukan secara

kualitatif (metode asam kromatofat) dan jika hasilnya positif maka

dilanjutkan pengujian kuantitatif menggunakan spektrofotometer.

Ikan asap sebanyak 5 g dimasukan ke dalam 50 ml aquades pada

beaker glass lalu dididihkan. Kemudian dimasukan bahan yang diuji

tersebut ke dalam labu Erlenmeyer dan ditambahkan 5 ml asam

kromatofat 0,5% serta 50 ml aquades panas kemudian diaduk. Produk

yang mengandung formalin akan menunjukan perubahan warna

menjadi merah muda hingga ungu. Asam kromatofat digunakan untuk

mengetahui keberadaan formalin di dalam sampel secara kualitatif,

digunakan untuk mengikat formalin agar terlepas dari bahan. Formalin

mampu bereaksi dengan asam kromatofat sehingga menghasilkan

senyawa kompleks berwarna merah muda hingga unggu. Senyawa

kompleks yang berwarna semakin ungu, mengindikasikan kadar

formalin yang semakin tinggi. Aquades panas berfungsi mempercepat

reaksi antara sampel dan asam kromatofat.

14. Analisa benzo[a]piren

Senyawa benzo[a]piren dianalisa dengan metode high performance

liquid chromatograpy (HPLC) dengan prosedur: Menimbang sampel

dan melarutkan dengan Hexane-Diclorometane perbandingan 70:30,

dilanjutkan dengan proses vortex dan sonikasi. Membilas (Clean-up)

dengan SPEC-18, mengumpulkan analit dengan Etil Asetat dan

Page 92: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

76

menguapkannya dengan Nitrogen stream. Melarutkan kembali dengan

acetonitril dilanjutkan dengan injeksi ke HPLC merek Waters e2695,

Waters fluorescence detector 2475 dan melakukan pembacaan hasil.

15. Analisa organoleptik

Analisis organoleptik dilakukan melalui uji kesukaan (hedonik).

Pengujian mengacu ke SNI ikan asap yang memiliki skala 1-9. Skala

tersebut mewakili penilaian panelis; Amat sangat tidak suka (=1),

Sangat tidak suka (=2), Tidak suka (=3), Agak tidak suka (=4), Netral

(=5), Agak suka (=6), Suka (=7), Sangat suka (=8), dan Amat sangat

suka (=9). Tim Penguji adalah staf Balai Pembinaan Mutu Hasil

Perikanan Gorontalo sebagai panelis terlatih. Menurut Setyaningsih

dkk. (2010), analisa datanya dilakukan dengan menghitung frekuensi

atau jumlah panelis yang memilih skala kesukaan tertentu.

16. Fungsi Psychrometric add ins

Perhitungan teknis dan analisa desain melibatkan kondisi udara

dengan pendekatan Psychrometric. Penggunaan Psychrometric secara

konvensional memanfaatkan lembar grafis untuk menentukan berbagai

nilai parameter di dalamnya. Karakteristik udara dalam perhitungan dan

analisa selanjutnya memanfaatkan fungsi Psychrometric dalam bentuk

fungsi add ins pada lembar aplikasi excell. Penggunaan fungsi ini

dilakukan dengan terlebih dahulu menginstall software Psych.XLAM

dan Psych.XLA. Hal ini dimaksudkan agar penggunaannya lebih

sederhana, akurat dan terhindar dari kesalahan yang bersifat manual.

Page 93: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

77

Beberapa fungsi dan satuannya yang digunakan untuk memperoleh

nilai parameter dalam software psychrometric antara lain:

a) Tekanan udara (P) = AltitudeAtmoP(ketinggian,1), kPa

b) Kelembaban udara (RH) = Rel_hum(dryoC,wet

oC, P), %

c) Entalpi udara (h) = Enthalpy(dryoC,P,1,rel_hum,1), kJ/kg

d) Volume spesifik udara () =Volume(dryoC,P,1,wet

oC,1), m

3/kg

e) Densitas udara () = Density_air(oC+273), kg/m

3

f) Panas jenis udara (cp) = Cp_air(oC+273), J/kg.

oC

g) Konduktivitas udara (k) = Conductivity_air(oC+273), W/m.

oC

h) Viskositas udara (µ) = Viscosity_air(oC+273), N.det/m

2

i) Bilangan Prandatel = Prandtl_air(oC+273)

j) Kelembaban mutlak udara (H) = Humidratio(dryoC,P,1,wet

oC,1),

kgH2O/kg.udara kering.

Page 94: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

78

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian desain menguraikan proses dan data menyangkut desain

terintegrasi tungku biomassa, penukar panas, siklon separator, ruang pengasapan

dan ikan dengan bahan pendukung lain seperti garam, sabut dan tempurung kelapa

serta data uji laboratorium seperti performansi, uji parameter mutu SNI ikan asap

dan uji kandungan benzo[a]piren. Hasil kegiatan menguraikan aspek desain

fungsional, desain struktural, desain terintegrasi dan pengujian desain.

A. Desain Fungsional

Desain fungsional menyangkut fungsi dan kegunaan dari masing-

masing unit berupa penukar panas, tungku biomassa, siklon separator dan

ruang pengasapan sekaligus pengeringan. Berikut diuraikan fungsi dan

kegunaan masing-masing unit.

1. Unit Ruang Pengasapan

Ruang pengasapan berfungsi menampung sejumlah ikan yang

diasapi. Ruangan berbentuk silinder dengan posisi horizontal yang

dikonstruksi dari besi (mild steel) dan dilapisi dengan plat aluminium pada

bagian dalamnya. Ketebalan besi adalah 1,3 mm dan 0,3 mm untuk

aluminiumnya agar mudah dilengkungkan atau dibentuk. Diameter

lingkaran ruang pengasapan adalah 750 mm dan panjang 900 mm sehingga

jumlah ikan diujicobakan berdasarkan hitungan berkisar 38–52 ekor untuk

bobot 0,7-1,0 kg/ekor. Ukuran panjang 900 mm diperoleh berdasarkan

perhitungan pada Lampiran 5. Ukuran diameter ruang merupakan hasil

Page 95: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

79

simulasi yang memberikan nilai kecepatan udara panas dan asap sekitar

0,03–0,1 m/detik dalam kondisi kosong hingga terisi ikan. Kecepatan

udara dan asap tersebut tergolong lambat agar asap yang dihasilkan tidak

terlalu cepat berlalu dan menguap ke lingkungan. Komponen asap

diharapkan memberi efek citarasa dan aroma yang optimal dari jumlah

bahan bakar tempurung yang habis terbakar dalam satu batch proses

pengasapan. Sedangkan lapisan aluminium pada bagian dalam ruang

silinder dimaksudkan agar cairan ikan yang menetes dan uap air yang

terbentuk tidak dengan mudah menyebabkan karat. Bagian penutup

silinder terbuat dari bahan yang sama dengan lubang outlet yang kecil

sehingga terbentuk tekanan ruang yang berpengaruh dalam proses

peresapan komponen asap ke dalam daging ikan. Disamping efek tekanan

ruang, lubang outlet juga menyebabkan tahanan bagi asap untuk berbalik

dan menyebabkan efek pengasapan yang merata bagi seluruh daging ikan

yang tergantung.

2. Unit Kerangka Gantungan Ikan

Proses pengasapan dalam ruang dilakukan dengan posisi ikan

menggantung sehingga dapat diatur jalur zig zag udara panas-asap pada

arah memanjang silinder. Kerangka gantungan dengan empat roda besi

kecil memungkinkan ikan diatur diluar ruang silinder sebelum

dimasukkan. Kerangka gantungan dikonstruksi dari besi (mild steel)

dengan kawat bentang yang terbuat dari aluminium. Demikian juga kawat

gantung yang dimasukkan ke lubang mata ikan juga terbuat dari bahan

aluminium untuk menghindari mudahnya muncul karat. Disamping fungsi

Page 96: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

80

utama sebagai gantungan ikan, sistem kerangka gantungan juga berguna

untuk memudahkan proses pembalikan dengan hanya mengeluarkan dan

memutar posisi ujung kerangka. Dimensi kerangka mengikuti luas ruangan

dari ruang pengasapan berbentuk silinder tersebut.

3. Unit Penukar Panas

Unit penukar panas yang digunakan adalah tipe selubung dan pipa

atau shell and tube dengan arah perpindahan panas dari bagian dalam pipa

ke arah luar yang merupakan ruang selubung. Pipa dan keseluruhan

luasannya merupakan bidang penukaran panas. Selubung dilengkapi sekat

(baffle spacing) yang terpotong (baffle cut) sehingga menciptakan alur

udara zig-zag untuk mengoptimalkan perpindahan panas. Disamping

berfungsi menukarkan panas, ketinggian pipa juga merupakan jarak yang

menghindarkan unit blower sentrifugal dari panas tungku yang dapat

menyebabkan kerusakan. Fungsi lain dari proses penukaran panas adalah

menciptakan efek pendinginan asap sehingga senyawa tar dapat dipisah

melalui proses pengembunan ke dalam siklon separator dan dustbin.

Dimensi panjang penukar panas pada arah vertikal merupakan jarak yang

memungkinkan unit siklon separator dapat diintegrasikan pada bagian

output pipa penyaluran panas dan asap. Hal ini dilakukan dengan

menempatkan outlet tungku ke bagian inlet bundelan pipa penukar panas

dan outlet bundelan pipa penukar panas terhubung ke saluran inlet siklon

separator. Posisi vertikal penukar panas juga bersesuaian dengan arah dan

gaya angkat dari udara panas hasil pembakaran secara alamiah sehingga

Page 97: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

81

meringankan beban hisap dari blower sentrifugal yang terletak pada ujung

atas bundelan pipa penukar panas.

Dimensi panjang dan lebar penukar panas ditentukan sebesar 378

mm x 378 mm sebagai ukuran yang ergonomis pada proses pengangkatan

untuk perpindahan tempat. Ukuran tersebut memungkinkan unit dapat

dipegang oleh kedua tangan/lengan secara melingkar pada posisi rebah

unit. Pegangan pada posisi tersebut memberikan rasa aman, nyaman dan

dapat dilakukan oleh 2 orang laki-laki remaja berusia 17 tahun keatas

untuk memindahkan unit tanpa menimbulkan gelinciran dan jatuh

mengenai kaki ataupun jari-jari kaki (kecelakaan).

Dimensi tinggi penukar panas sebesar 990 mm adalah pilihan

yang bersifat ekonomis pada desain dengan pertimbangan fungsi

penukaran panas yang maksimum. Berdasarkan perhitungan kebutuhan

panas (Lampiran 6), diperoleh nilai panjang pipa atau tinggi penukar panas

sebesar 1110 mm. Pertimbangan aspek ekonomis terkait material pipa

maka pemotongan ukuran panjang 990 mm memberikan junlah penukaran

panas yang maksimum pada setiap panjang pipa yang tersedia untuk

desain. Proyeksi pipa berdiameter 32 mm searah aliran (longitudenal) atau

panjang penukar panas 378 mm menghasilkan jumlah deret pipa 8 pola

dengan jarak antar pusat pipa, Xl = 41,6 mm. Proyeksi pipa tegak lurus

aliran yakni pada arah lebar penukar panas menghasilkan jumlah baris pipa

6 dan 7 pola dengan jarak antar pusat pipa, XT = 48 mm (Gambar 20).

Keseluruhan proyeksi pipa yang terbentuk dalam penampang berukuran

pamjang 378 mm dan lebar 378 mm memiliki jumlah sebanyak 52 pola.

Page 98: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

82

Gambar 20. Susunan pola pipa segitiga 30º (Staggered)

Pembentukan sekat atau baffle pada arah tinggi penukar panas

dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah laluan yakni lima kali sehingga

jarak antar sekat atau baffles, B = 196,2 mm (Gambar 21). Pilihan ini

terkait dengan dampak pressure drop yang akan timbul dan jumlah laluan

bernilai ganjil agar posisi inlet dan outlet terbentuk pada sisi yanng

berlawanan. Selubung dilengkapi dengan sekat yang terpotong agar

menciptakan alur udara dan asap secara zig-zag untuk mengoptimalkan

perpindahan panas.

Gambar 21. Sekat (baffle) dan potongan sekat (baffle cut) penukar panas.

Page 99: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

83

Potongan sekat (baffle cut) yang digunakan sebesar 96 mm atau

25,4 % dari diameter selubung. Jarak antar penyekat (baffle spacing) 196,5

mm memiliki persentase sekitar 52% atau lebih besar dari seperlima

diameter selubung yang dipersyaratkan dalam standar TEMA (the Tubular

Exchangers Manufacturers Association), (1999).

4. Unit Siklon Separator dan Blower Sentrifugal

Unit siklon separator yang digunakan adalah tipe Stairmand untuk

pemisahan/pengumpulan partikel padat berefisiensi tinggi. Unit ini

dimaksudkan untuk memisahkan partikel padat berupa fraksi arang, abu,

jelaga ataupun bahan lain seperti pasir halus dari aliran udara dan

mengumpulkannya ke bagian penampung atau dustbin. Keberadaan

partikel padat di dalam aliran udara panas-asap adalah konsekuensi dari

pembakaran bahan biomassa dan proses hisap blower yang terletak

sebelum unit siklon separator. Blower sentrifugal disamping berfungsi

menghisap udara juga mendorong aliran udara panas dan asap ke unit

siklon separator, selubung penukar panas dan ruang pengasapan. Dengan

demikian, blower sentrifugal pada desain unit secara terintegrasi ini

memiliki fungsi sebagai pembentuk sirkulasi udara panas dan asap dari

ruang tungku hingga ke ruang pengasapan. Penentuan ukuran dimensi

siklon separator dilakukan setelah diperoleh spesifikasi blower sentrifugal

yang akan mendorong aliran udara dan asap serta partikel padat berupa

abu untuk proses pemisahan dan pengumpulan. Proses perhitungan

berdasarkan data debit udara blower dan karakteristik bahan bakar serta

Page 100: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

84

pengujian dan pengukuruan awal terkait data distribusi abu dapat dilihat

pada Lampiran 7.

5. Unit Tungku

Unit tungku yang digunakan adalah tipe pembakaran bahan bakar

jenis biomassa. Unit ini memiliki fungsi menghasilkan panas dan asap dari

proses pembakaran bahan biomassa berupa tempurung kelapa yang sudah

terpisah dari sabutnya dan kondisinya kering. Tungku didesain berbentuk

kubus berongga yang dikonstruksi dari bahan besi (mild steel) dengan

ketebalan 6 mm. Menurut (Malatak et al., 2007), bagian terpenting dari

sebuah tungku adalah material baja atau besi dengan ketebalan 5–8 mm.

Ketebalan besi ini dimaksudkan untuk menahan panas dan asap terkurung

dalam ruang tungku dan selanjutnya disalurkan ke ruang pengasapan

melalui unit penukar panas dan siklon separator. Disamping itu juga

dimaksudkan agar kokoh menahan beban unit penukar panas, siklon

separator dan blower yang akan diletakkan di atasnya.

Dimensi panjang dan lebar unit tungku adalah 378 mm x 378 mm

merupakan penyesuaian dengan dimensi panjang dan lebar penukar panas

yang akan berposisi duduk di atas tungku. Dengan demikian, unit tungku

dan penukar panas menjadi satu kesatuan yang tersambung tanpa ada

kebocoran pada bagian sambungannya. Ketinggian tungku mencakup

ruang abu dan ruang tempurung kelapa. Tinggi ruang abu ditentukan

berdasarkan tinggi penarik abu yang akan melalui tinggi abu dan

menariknya keluar. Tinggi ruang tempurung kelapa dihitung berdasarkan

kebutuhan energi pengeringan yang lebih tinggi dari pengasapan. Energi

Page 101: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

85

pengeringan sebesar 4 kali energi pengasapan (target suhu ruang

pengasapan 100oC) yang menjadi dasar perhitungan dimensi penukar

panas dalam desain ini (Lampiran 8 dan 9). Kesetaraan energi terhadap

laju konsumsi tempurung dihitung berdasarkan data percobaan yang

menghasilkan suhu ruang tungku 552,9oC dari laju pembakaran tempurung

kelapa 4,0 kg/jam pada tungku sejenis. Perhitungan menghasilkan tinggi

ruang tungku sebesar 433 mm yang diatur menjadi 425 mm agar ruang

penarikan abu lebih tinggi yakni dari 117 mm menjadi 125 mm. Tinggi

ruang abu sebesar 125 mm dimaksudkan agar penarik abu setinggi 60 mm

dapat melewati tinggi tumpukan abu sekitar 50 mm dan mengeluarkannya.

Tinggi tungku sebesar 550 mm dan ruang tempurungnya diproyeksikan

menampung 4-5 kg dalam bentuk bongkahan/lempengan. Ruang tungku

dilengkapi corong udara segar sekaligus corong pengumpanan dengan

tinggi 200 mm dan kemiringan 40º agar tempurung kelapa belahan separuh

dengan sabutnya dapat meluncur ke dalam ruangan.

Dimensi tinggi unit tungku sebesar 550 mm dipertimbangkan

berdasarkan aspek lain yakni ketinggian unit siklon separator dan dustbin

yang harus sejajar dengan ketinggian unit penukar panas dan tungku.

Aspek pertama adalah pertimbangan terkait desain siklon separator yang

memiliki tinggi total 1000 mm diluar tinggi dustbin yang akan

disambungkan pada bagian bawahnya. Desain tinggi dustbin untuk

menangkap dan menahan debu dan tar direncanakan hingga 500 mm

dengan ruang pemasangan/pencopotan sekitar 40 mm. Berhubung tinggi

desain siklon dengan dustbin mencapai 1500 mm sementara timggi

Page 102: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

86

penukar panas adalah 990 mm maka tinggi unit tungku agar ketinggian

total keduanya sejajar adalah 550 mm dan agar terbentuk ruang bebas

pemasangan dan pencopotan dustbin sekitar 40 mm.

Gambar 22. Skema tungku biomassa

B. Desain Struktural

1. Unit Ruang Pengasapan

Unit ruang pengasapan memiliki bentuk seperti tabung atau

silinder dengan saluran hubung dan lubang outlet udara. Dimensi panjang

900 mm dengan diameter 750 mm dan panjang saluran penghubung 200

mm dengan jarak dari tanah 310 mm (Gambar 23).

Penutup memiliki dua lubang outlet udara dengan ukuran panjang

60 mm dan tinggi 50 mm. Saluran hubung memiliki bentuk lubang persegi

empat mengikuti bentuk saluran udara outlet pada selubung dengan ukuran

panjang 350 mm dan tinggi 200 mm.

Page 103: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

87

Gambar 23. Ruang pengasapan berbentuk silinder (a) Tampak muka,

(b) Tampak samping.

2. Unit Kerangka Gantungan Ikan

Posisi ikan cakalang dalam ruang pengasapan dibuat menggantung.

Kerangka untuk menggantung dibuat dari besi dan kawat aluminium

dengan keempat tiang dilengkapi roda besi kecil. Dimensi panjang, lebar

dan tinggi adalah 850 mm x 650 mm x 500 mm (Gambar 24). Sisi tengah

melengkung ke atas dengan tinggi dasar tumpuan roda 610 mm. Secara

vertikal ruang pengasapan dapat terisi 2 susunan ikan dan secara

horizontal memungkinkan ikan diatur pada susunan yang rapat atau

renggang sesuai dengan jumlah ikan yang akan digantung.

Gambar 24. Kerangka gantungan ikan

Page 104: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

88

3. Unit Penukar Panas

Dimensi penukar panas berupa panjang, lebar dan tinggi memiliki

nilai 378 mm, 378 mm dan 990 mm. Luas penampang penukar panas dan

tungku didesain sama sehingga dapat disambungkan dengan struktur

tumpuan yang bersesuaian. Pada pola susunan pipa segitiga, jarak antar

pusat pipa pada arah transversal sebesar 48 mm membentuk jarak antar

permukaan pipa atau clearance, C sebesar 16 mm (Gambar 25).

Gambar 25. Susunan pipa segitiga dan jarak antar pipa, clearance

Jenis penukar panas dikenal dengan istilah selubung dan pipa atau

Shell and Tube dengan bentuk dasar persegi atau Rectangular. Dari sisi

aliran udara dalam pipa dan selubung dikenal sebagai laluan tunggal aliran

udara berlawanan atau Single shell counter flow (Gambar 26 dan 27).

Ruang tersekat dalam selubung menyebabkan aliran udara melintang pipa

atau Cross flow sehingga secara lengkap dikenal dengan istilah Shell and

tube heat exchanger with one shell pass and one tube pass (Cross-Counter

flow mode of operation). Data spesifikasi desain dirangkum dalam Tabel 4.

Page 105: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

89

Tabel 3. Dimensi penukar panas, ukuran dan satuan

Dimensi, Satuan

Simbol

Ukuran

(m*10-3

)

D Nominal, inchi 1

Diameter luar pipa (Tube outside diameter, tod), m do 320

Jarak antar pusat pipa arah transversal (Tube pitch), m XT, PT 480

Jarak antar baris pipa arah longitudenal, m XL 416

Jarak antar permukaan pipa (Clearance), m C 160

Rasio jarak antar pipa (Pitch Ratio, PT/do), desimal PR 1,5

Jumlah deret pipa arah longitudenal Ndp 8

Jumlah baris pipa arah transversal Nbp 6 & 7

Jumlah pipa dalam satu bundel laluan udara Nt 52

Diameter selubung penukar panas, m ds 378

Panjang pipa (Tube length), m L 990

Tebal plat penyekat, m t 1,5

Jumlah plat sekat Np 6

Jarak antar penyekat (Baffle spacing), m B 196,2

Rasio jarak ruang terhadap diameter selubung, persen - 52

Jumlah ruang tersekat NB 5

Potongan sekat (Baffle cut), m bc 96

Rasio potongan terhadap diameter selubung, persen - 25,4

Pada ujung atas penukar panas, terdapat saluran penghubung dari

bundelan pipa penukar panas yang juga berfungsi sebagai dudukan blower

sentrifugal. Blower sentrifugal memiliki spesifikasi debit udara 282

m3/jam and tekanan statis 0.65 kPa. Posisi blower pada ujung atas penukar

panas menyebabkan efek fungsi penghisapan udara dari lingkungan

melalui saluran udara tungku, ruang pembakaran dan bundelan pipa

penukar panas.

Page 106: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

90

Pada Gambar 26.a, ditunjukkan grafik dan skema untuk jenis

aliran berlawanan. Grafik dan skema dari jenis aliran berlawanan inilah

yang menjadi dasar bagi desain penukar panas. Gambar 26.b menampilkan

skema aliran dasar yang dirotasi dari skema Gambar 26.a sehingga

bentuknya berdiri. Modifikasi yang dilakukan pada Gambar 26.b adalah

menjadikan aliran udara pipa hanya satu kali laluan di dalam selubung

sehingga outlet pipa berada di ujung atas selubung (Gambar 26.c).

Perubahan ini didasarkan atas kebutuhan desain yakni menyesuaikan

dengan dimensi tinggi siklon separator yang akan diintegrasikan secara

struktural. Perubahan ini memiliki dampak bagi desain penukar panas

yakni mengurangi kebutuhan pipa hingga separuh dari skema dasarnya.

Dampak yang bersifat kurang baik adalah terbentuknya ruang beraliran

stagnan pada sudut selubung sebagaimana arsiran jika kecepatan aliran

udara masuk rendah. Aliran udara cenderung melewati selubung pada

bagian tengah yang tidak terarsir sebagaimana Gambar 26.c.

Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan efek aliran stagnan

sekaligus meningkatkan efek penukaran panas adalah membentuk ruang

bersekat (Gambar 26.d). Ruang bersekat memiliki fungsi untuk

mengarahkan aliran udara selubung melewati setiap ruang yang terdapat

pipa-pipa penukaran panas. Pembentukan ruang bersekat memiliki makna

pengurangan luas penampang aliran sehingga meningkatkan efek

pengadukan udara dan memudahkan terbentuknya aliran turbulen. Efek

pengadukan dari aliran turbulen akan meningkatkan proses penukaran

panas dari setiap letak pipa-pipa di dalam selubung penukar panas.

Page 107: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

91

Gambar 26. Skema dasar penukar panas yang diperkaya sekat

Gambar 27 menampilkan skema aliran udara berlawanan pada foto

desain penukar panas yang dimodifikasi dari skema dasar pada Gambar

26.a hingga diperoleh skema desain pada Gambar 26.d. Aliran udara

ditunjukkan dengan tanda panah dan notasi masing-masing adalah inlet

bundelan pipa dengan Th1, outlet bundelan pipa dengan Th2, inlet selubung

dengan Tc1, dan outlet selubung dengan Tc2. Notasi Th menunjukkan

aliran fluida panas dan Tc menunjukkan aliran fluida dingin.

Page 108: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

92

Gambar 27. Skema aliran berlawanan pada penukar panas.

4. Unit Siklon Separator

Unit siklon separator terintegrasi ke unit penukar panas melalui

blower sentrifugal. Pada unit siklon separator, blower sentrifugal

terhubung melalui lengan inlet sedangkan pada penukar panas berposisi

duduk pada saluran outlet bundelan pipa. Dengan posisi ini, blower

sentrifugal berfungsi mendorong aliran udara masuk ke unit siklon

separator, outlet siklon ke inlet selubung penukar panas dan ruang

pengasapan. Dimensi dan ukuran siklon separator disajikan pada Tabel 3.

Tabel 4. Dimensi, skala dan ukuran siklon

Dimensi Skala Stairmand Ukuran (mm)

Diameter tabung siklon (D) D 250

Tinggi inlet siklon (a) 0,5 D 125

Lebar inlet siklon (b) 0,25 D 62,5

Diameter outlet udara (do) 0,5 D 125

Diameter lubang debu (Bc) 0,375 D 93,75

Tinggi pipa pemisah (s) 0,5 D 125

Tinggi tabung (h) 1,5 D 375

Tinggi kerucut (hc) 2,5 D 625

Tinggi total (ht) h + hc 1000

Page 109: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

93

Gambar 28 menampilkan siklon separator yang dilengkapi blower

sentrifugal dan wadah pengumpul debu dari botol transparan. Desain

siklon separator mengikuti skala tipe Stairmand untuk proses pemisahan

dan pengumpulan berefisiensi tinggi atau dikenal dengan High efficiency

Stairmand Cyclone.

Gambar 28. Siklon separator dengan beberapa arah pandang

Lubang outlet udara pada siklon separator memiliki bentuk

lingkaran dengan simbol Ø sedangkan lubang inlet udara pada penukar

panas memiliki bentuk persegi empat. Dengan demikian, saluran hubung

dibuat dengan membentuk kedua ujungnya sesuai dengan bentuk lubang

outlet siklon separator dan lubang inlet selubung penukar panas. Panjang

saluran dari batas awal lengkungan hingga titik tengah persegi panjang

dengan notasi L adalah 850 mm. Diameter ekivalen sebagai perpaduan

bentuk persegi panjang dengan lingkaran pada outlet siklon adalah 140

mm, (Gambar 29).

Page 110: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

94

Gambar 29. Saluran hubung siklon separator dan penukar panas

5. Unit Tungku

Tungku pembakaran biomassa (Gambar 30) ditempatkan pada

ujung bawah penukar panas sehingga asap dan panas pembakaran

langsung tersalurkan melalui ujung pipa. Dimensi unit tungku berupa

panjang, lebar dan tinggi berukuran 378 mm x 378 mm x 550 mm. Pada

salah satu sisi tungku terdapat saluran pemasukan bahan bakar dengan

sudut kemiringan 40o, tinggi lubang umpan 200 mm dan lebar 310 mm.

Pada sisi yang sama terdapat saluran udara/abu berukuran panjang 250

mm, tinggi 125 mm dan lebar 378 mm. Sekat tungku terbuat dari plat

berlubang sehingga abu dan arang sisa pembakaran jatuh ke ruang

pengumpulan abu. Secara berkala abu di ruang pengumpulan dibersihkan

dengan cara menariknya keluar. Lubang saluran abu sekaligus udara

dilengkapi dengan penutup slider sehingga luas bukaan lubang dapat

diatur untuk volume oksigen bagi proses pembakaran. Saluran pemasukan

bahan bakar juga dilengkapi penutup sehingga aliran suplai udara/oksigen

dilakukan melalui keduanya secara bergantian atau kombinasi.

Page 111: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

95

Gambar 30. Tungku; (a) tampak samping, (b) tampak muka, (c) tampak

atas, (d) viktorial.

C. Desain Terintegrasi

Desain terintegrasi sistem pengasapan ikan terdiri atas tungku

pembakaran biomassa, penukar panas, siklon separator dengan blower

sentrifugal dan ruang pengasapan dengan kerangka gantungan ikan

(Gambar 31). Desain ini ditujukan untuk mengasapi ikan cakalang dengan

metode pengasapan panas secara tidak langsung menggunakan bahan

bakar tempurung kelapa. Secara khusus desain terintegrasi pengasapan ini

ditujukan untuk dapat diaplikasikan secara industri menghasilkan ikan

asap yang bersih sehingga lebih sehat. Kondisi ikan asap yang lebih sehat

diperoleh melalui proses pemurnian asap yaitu dengan memisahkan

partikel padat berupa abu, fraksi halus arang, jelaga dan tar ke dalam

wadah pengumpul atau dustbin sehingga tidak sampai ke ruang

pengasapan dan mengenai ikan.

Page 112: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

96

Gambar 31. Desain terintegrasi sistem pengasapan

Komponen lain yang sering diduga membahayakan kesehatan dari

produk ikan asap adalah senyawa kimia benzo[a]piren. Senyawa ini

muncul terutama pada pembakaran dengan suhu tinggi lebih dari 400oC.

Dalam desain ini, suhu pembakaran pada tungku dikondisikan lebih rendah

dari suhu tersebut.

1. Aliran Udara

Kebutuhan blower didasarkan pada 2 jenis kebutuhan yang

berbeda, yakni kebutuhan laju aliran udara untuk kinerja pemisahan oleh

siklon separator dan kinerja pengasapan dalam ruangan bahan. Dengan

demikian skenario pemasangan blower hanya satu unit jika dapat

memenuhi kebutuhan aliran udara atau dua unit jika kebutuhannya baru

dapat terpenuhi seperti jika diperlukan peningkatan kapasitas dengan

memperpanjang silinder ruang pengasapan.

Page 113: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

97

Perhitungan spesifikasi blower untuk kinerja pemisahan dalam

siklon separator didasarkan pada kecepatan udara optimal terjadinya

proses pemisahan partikel padat berdasarkan model siklon Stairmand.

Berdasarkan desain siklon untuk jenis efisiensi pemisahan tinggi

berdiameter standar 203 mm diperoleh debit udara pemisahan sekitar 223

m3/jam atau udara masuk inlet 15 m/detik (Sinnott, 2005). Kondisi

tersebut didekati dengan spesifikasi blower yang tersedia di pasaran.

Dalam desain ini disamping debit udara, kondisi udara panas yang harus

disirkulasikan juga menjadi pertimbangan lain. Sebuah blower berdaya

100 Watt (terkecil dalam seri produksinya), tegangan 220/380 VAC, 50

Hz, debit 282 m3/jam, tekanan statis 0.65 kPa dan 2800 RPM dipilih

karena 2 aspek teknis yang mendukung. Pertimbangan pertama karena

debit udara yang lebih tinggi sekitar 26,5% dari debit yang menjadi

referensi. Hal ini memungkinkan pengaturan luas penampang udara dan

panjang saluran yang menghubungkan outlet blower dengan inlet siklon

separator yang dikenal dengan lengan inlet siklon. Pertimbangan kedua

adalah jenis blower sentrifugal yang dapat beroperasi memindahkan

media udara bersuhu tinggi berkisar 160-200oC sehingga memungkinkan

desain keseluruhan sistem pengasapan menjadi lebih aman.

2. Ikan dan Bahan lain

Penyiapan ikan jenis cakalang dengan berat sekitar 0,7 – 1,0 kg

per ekor diambil langsung dari tempat pelelangan ikan terdekat di pagi

hari. Ikan cakalang dalam bentuk segar setelah pengukuran kadar air

menunjukkan nilai rata-rata sebesar 73%. Kadar air tersebut tidak berbeda

Page 114: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

98

jauh dari nilai kadar air ikan cakalang segar dengan berat 1,7 kg dan

panjang ikan 474 mm sebesar 73,2% (Manzano et al., 2007) dan nilai

kadar air 71,76% dari pengukuran Nurjanah et al., (2015). Jumlah ikan

yang digunakan pada setiap uji pengasapan sekitar 30 kg berat bersih.

Pembelahan ikan cakalang menghasilkan belahan bertulang dan belahan

tak bertulang. Dimensi ikan cakalang belah dan ukuran rata-ratanya

dirangkum pada Tabel 5.

Tabel 5. Dimensi rata-rata ikan cakalang belah

Ikan cakalang Belahan bertulang Belahan tak bertulang Rerata

Panjang (mm) 370 315 342,5

Lebar (mm) 80 85 82,5

Tebal (mm) 25 25 25

Bahan lain yang digunakan adalah garam dapur beryodium untuk

perendaman ikan cakalang dengan konsentrasi 15% selama 40 – 45 menit.

3. Bahan bakar tempurung kelapa dan sabut

Tempurung kelapa dan sabut adalah jenis biomassa yang dipilih

sebagai bahan bakar dalam pengujian sistem pengasapan ini. Kondisi

tempurung kelapa yang digunakan adalah kering dengan kandungan air

berkisar 13-16%. Tempurung kelapa dan sabut digunakan bersama hanya

pada tahap awal proses pembakaran agar memudahkan terbentuknya bara

dan nyala api. Setelah bara api terbentuk dilanjutkan dengan hanya

mengumpan tempurung kelapa. Komponen berat sabut sudah termasuk

dalam berat sekali umpan pada tahap awal proses pembakaran.

Page 115: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

99

Penggunaan tempurung kelapa dalam uji pengasapan dilakukan

dengan terlebih dahulu menimbangnya baik per karung maupun per

jumlah sekali umpan yakni 200 g, 300 g, 400 g dan 500 g. Pengukuran

kadar air dilakukan saat tempurung sudah terbagi dalam jumlah sekali

umpan tersebut. Pemilihan tempurung kelapa sebagai bahan bakar dan

sumber asap dalam pengujian desain sistem pengasapan ini didasari antara

lain:

a. Ketersediaan tempurung kelapa dalam jumlah memadai di lokasi

pengujian mengingat Gorontalo adalah daerah penghasil kopra dengan

produk samping berupa sabut dan tempurung kelapa.

b. Penggunaan tempurung kelapa sebagai bahan bakar dalam

pematangan bahan pangan dengan bara api dan asap sudah menjadi

kebiasaan harian.

c. Tempurung kelapa adalah jenis biomassa yang memiliki kandungan

energi dengan nilai kalor tinggi sehingga cocok diaplikasikan pada

sistem pengasapan panas atau hot smoking dengan tuntutan suhu yang

tinggi dibandingkan jenis pengasapan lainnya.

d. Tempurung kelapa memiliki kandungan bahan mudah terbakar yang

tinggi dan kandungan abu yang rendah sehingga cocok diaplikasikan

ke bahan pangan.

e. Tempurung kelapa secara nasional mudah ditemui disepanjang pantai

perairan Indonesia yang menjadi tempat berlabuh nelayan yang

menangkap ikan dari lautan.

Page 116: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

100

D. Pengujian Desain

Pengujian hasil desain dilakukan dengan kriteria pengujian

terintegrasi tanpa beban dan pengujian terintegrasi dengan beban ikan

cakalang. Pengujian terintegrasi tanpa beban dilakukan untuk memastikan

unit secara menyeluruh berfungsi sebelum diberi beban, sedangkan

pengujian terintegrasi dengan beban ikan cakalang dilakukan untuk

mengetahui performansi alat secara nyata sebagai salah satu tujuan akhir

perancangan. Pengujian hasil desain melibatkan pengujian lanjut di

Laboratorium seperti uji Particle Size Analyser/Distribution (PSA/PSD)

dan Scanning Electron Microscopy (SEM) terhadap abu hasil pemisahan

siklon separator.

1. Pengujian Terintegrasi Tanpa Beban

Pengujian terintegrasi tanpa beban dilakukan untuk mengevaluasi

hasil desain dari aspek aliran udara dan suhu yang terbentuk di dalam

ruang pengasapan. Kedua aspek ini diamati karena terkait langsung dengan

proses pengasapan ikan. Aspek aliran udara mencakup kecepatan udara

pada saluran masuk tungku, lubang inlet penukar panas, lubang outlet

penukar panas, lubang inlet selubung penukar panas, lubang outlet

selubung penukar panas dan lubang outlet ruang pengasapan ke udara

lingkungan.

Pengukuran kecepatan aliran udara dilakukan dengan alat ukur

anemometer digital pada ruangan yang lowong (sensor alat dapat

ditempatkan), sedangkan anemometer Hiyoshi model AP110 yang

memiliki sensor batang atau stick digunakan pada ruangan yang sempit

Page 117: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

101

(stick dapat dimasukkan ke ruang yang sempit). Hasil pengamatan

kecepatan aliran udara pada desain pengasapan dengan siklon separator

berdiameter 250 mm dan penukar panas dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6. Kecepatan udara pada tiap unit integrasi

Inlet Siklon Separator Selubung Penukar Outlet

Tungku Inlet Outlet Inlet Outlet Ruang

Luasan (x10-4 m2) 319 70 123 200 594 50

Kecepatan (m/detik) 1,8 10 6 4,8 1,4 16

Perhitungan luas celah ruang pengasapan yang dilewati asap

sebesar 0,159 m2 diperoleh dari dimensi lingkaran berdiameter 750 mm

dikurangi dengan luas penampang ikan sebesar 0,283 m2 dari 10 pola ikan

yang menggantung (Gambar 32.a).

Gambar 32. Pola ikan; (a) skema penampang, (b) skema memanjang ( Ti:

termokopel untuk ikan bagian dalam dan luar, Tr: termokopel

bagian dalam dan luar).

Pada arah memanjang ruangan terdapat 8 deret ikan sehingga

terdapat 80 total pola ikan. Ukuran rata-rata ikan cakalang dimensi

panjang 342,5 mm, lebar 82,5 mm dan tebal 25 mm, dan jika satu pola

Page 118: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

102

mengambil tambahan ruang 20 mm pada tiap sisi maka volume ruangnya

0,003 m3. Total pola ikan menempati volume ruang sebesar 0,244 m

3.

Volume silinder 0,398 m3 (=0,442 m

2 x 0,9 m) dikurangi dengan 2 ruang

(sisi kanan/kiri) dan 1 ruang (sisi bawah) yang kosong 0,0788 m3 (= 3 x

0,0263 m3) adalah 0,319 m

3. Rasio ruang terisi untuk 80 pola ikan adalah

0,244/0,319 atau mencapai 76%. Pengujian 38 kg (atau 38 ekor = 76 belah

atau pola) menghasilkan rasio ruang mencapai 73%. Ruang tersisa 27%

dapat menampung 28 pola ikan (14 ekor). Kapasitas ruang pengasapan

yang telah diuji adalah sebanyak 73% yakni sejumlah 38 ekor ikan

cakalang utuh. Kapasitas total ruang pengasapan mampu menampung 52

ekor ikan cakalang utuh yang memiliki berat rata-rata 0,85 kg/ekor.

Uji pembakaran sejumlah berat tempurung kelapa yang diumpan

dilakukan dengan mengukur suhu ruang pengasapan yang dihasilkan. Hal

ini dimaksudkan untuk memperoleh pola berat tempurung kelapa diumpan

dan terbakar sehingga menghasilkan suhu ruang pengasapan yang sesuai

dengan tingkat suhu yang diinginkan. Pengujian dilakukan dengan

menempatkan panel suhu dari ruang pengasapan, mencatat suhu pada

setiap perubahan meningkat hingga puncak, selanjutnya menurun hingga

saat mengumpan massa tempurung berikutnya. Berat tempurung kelapa

yang menunjukkan suhu puncak yang bersesuaian untuk proses

pengasapan adalah 200 g, 300 g, 400 g, dan 500 g. Perhitungan energi

untuk memperoleh berat dasar sebagai acuan, dilakukan berdasarkan data

percobaan yang menghasilkan suhu ruang tungku 552,9oC dari laju

pembakaran tempurung 4,0 kg/jam pada tungku sejenis (Lampiran 9).

Page 119: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

103

Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali untuk proses pembakaran

yang kontinyu dari 200-500 g. Perubahan suhu, lama waktu dari awal

hingga bara api tersisa (saat pengumpanan lanjutan dilakukan), juga dicatat

sehingga dapat diplot ke dalam grafik sebagaimana Gambar 33.

Gambar 33. Pola suhu ruangan terhadap waktu dari masing-masing berat

tempurung kelapa yang diumpan.

Hasil uji pembakaran menunjukkan bahwa tempurung kelapa

sebanyak 200 g, 300 g, 400 g dan 500 g menghasilkan suhu ruang

pengasapan secara berturut-turut berkisar 42-50oC, 52-70

oC, 78-93

oC dan

100-110oC. Waktu yang dibutuhkan oleh massa tempurung kelapa terbakar

di dalam tungku dari saat awal terbakar hingga saat bara masih tersisa

untuk pengumpanan lanjutan juga berbeda. Hasil pengamatan dan

pencatatan waktu uji pembakaran menunjukkan bahwa tempurung kelapa

Page 120: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

104

200 g, 300 g, 400 g, dan 500 g terbakar dalam ruang pembakaran masing-

masing selama 11-18 menit, 8-15 menit, 7-18 menit, dan 8-19 menit. Data-

data tersebut selanjutnya menjadi referensi pembentukan suhu ruang

pengasapan melalui pengumpanan tempurung kelapa ke dalam ruang

pembakaran tungku.

Pengamatan terhadap proses pembakaran untuk pengujian tiap

massa yang sama menunjukkan periode waktu yang berbeda. Perbedaan

tersebut antara lain disebabkan oleh karakteristik dasar bahan bakar

tempurung sebagai energi biomassa seperti sifat dasar kerapatan massanya,

sifat berongga atau bulky dan kadar airnya. Disamping itu, dapat

dihubungkan pada aspek keterpencaran bongkahan tempurung saat

terbakar dan subyektifitas operator dalam menyikapinya seperti upaya

mengumpulkan kembali tempurung yang terpencar serta secara subyektif

menilai bara api tersisa untuk segera mengumpan massa tempurung

berikutnya.

Pengujian massa tempurung yang bertambah (incremental) secara

kontinyu pada desain terintegrasi dilakukan untuk memperoleh pola suhu

ruang pengasapan. Capaian dan pola suhu ruang pengasapan selanjutnya

dibandingkan dengan perhitungan suhu berdasarkan performansi penukar

panas. Prediksi suhu ruang pengasapan dihitung berdasarkan data suhu

tungku, outlet pipa, inlet selubung dan outlet selubung sebagai dasar

perhitungan performansi penukar panas. Performansi tersebut

menunjukkan aktivitas penukaran panas yang akan menyuplai panas

masuk ke ruang pengasapan. Hasil pengukuran suhu ruang pengasapan dan

Page 121: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

105

suhu prediksi ditampilkan pada Gambar 34. Berdasarkan gambar tersebut,

kedua grafik suhu memiliki pola yang sama dengan besaran yang tidak

berbeda jauh. Capaian suhu tersebut diperoleh pada pengumpanan

tempurung dari awal sebesar 200 g, ditambah menjadi 300 g, 400 g dan

500 g hingga mencapai suhu maksimum 132oC dan selanjutnya dikurangi.

Suhu maksimum prediksi sebesar 138,1oC menunjukkan suhu yang lebih

tinggi dengan selisih 6,2oC. Rata-rata suhu prediksi dan pengukuran adalah

81,67oC dan 81,41

oC serta standar deviasi suhunya (81,67±1,38)

oC.

Perbedaan suhu tersebut disebabkan oleh selisih waktu saat capture suhu

penukar panas sebagai dasar perhitungan suhu prediksi dengan pengukuran

suhu ruangan karena instrumennya berbeda. Selisih waktu tersebut

mengakibatkan suhu yang terukur bukan merupakan kondisi yang tepat

bersumber dari kondisi suhu yang ter-capture tersebut.

Gambar 34. Pola capaian suhu prediksi dan suhu ruang pengasapan

Pengamatan terhadap partikel padat berupa abu terbang yang

terkumpul di dustbin dalam pengujian terintegrasi juga dilakukan. Metode

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Su

hu

, oC

Lama pengujian, Jam

Prediksi suhu ruang pengasapan

Pengukuran suhu ruang pengasapan

Page 122: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

106

analisa menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) dimaksudkan

untuk mengamati partikel padat terkecil secara visual yang menjadi abu

hasil pemisahan unit siklon separator. Foto SEM yang dikondisikan pada

butiran abu yang tidak bertumpukan agar dapat menangkap gambar abu

yang kecil. Perbesaran gambar yang ditampilkan mencakup skala 20 µm,

10 µm dan 2 µm sebagaimana Gambar 35.

Identifikasi partikel abu dalam lingkaran berwarna kuning

memiliki ukuran < 1 µm jika dibandingkan spot putih partikel berukuran 1

µm yang tertunjuk panah pada Gambar 35.a. Spot putih ini baru dapat

teramati dengan skala pada perbesaran 10 µm (Gambar 35.b) dan lebih

jelas pada perbesaran 2 µm. Pada Gambar 35.c, spot putih yang dibatasi

lingkaran berwarna kuning memiliki ukuran setengah dari skala 2 µm atau

setara 1 µm. Gugusan partikel abu dalam lingkaran berwarna kuning

memiliki ukuran yang lebih kecil dan diperkirakan berkisar 0,1-0,5 µm

jika dibandingkan dengan spot putih berukuran 1 µm tersebut.

Gambar 35. Foto SEM partikel abu berukuran: (a) 20 µm, (b) 10 µm dan

(c) ukuran 2 µm.

Page 123: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

107

2. Pengujian Terintegrasi dengan Beban Ikan Cakalang

Pengujian terintegrasi sistem pengasapan ikan dengan beban ikan

cakalang sebanyak 30 kg dilakukan sebanyak 3 kali pengujian. Ikan

cakalang diolah dengan membelah dan mengeluarkan bagian perut, insang

serta membersihkannya. Operasi pengujian sistem pengasapan dilakukan

sebagai kelanjutan dari proses penyiapan ikan secara lengkap sebagaimana

diuraikan pada bab metode halaman 69-70. Pengamatan dilakukan pada

aspek performansi meliputi pembentukan suhu ruang pengasapan ikan dan

suhu pusat daging ikan mengacu ke grafik profil suhu pengasapan pada

Gambar 19 halaman 66, pemisahan dan pengumpulan partikel padat

seperti abu terbang, pengamatan visual terhadap ikan cakalang saat proses

pembalikan dan mutu ikan cakalang asap yang dihasilkan.

3. Aspek Suhu Sistem Pengasapan Ikan

Pada setiap pengujian, proses pengumpanan tempurung kelapa

dilakukan secara bertambah atau incremental. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh tingkat suhu yang diinginkan dan upaya meredam fluktuasi

suhu yang berlebihan.

Pengujian ke-1 sistem pengasapan ikan cakalang menghasilkan

profil suhu yang dibagi menjadi sistem pembangkit panas dan asap

meliputi ruang tungku pembakaran, oulet bundelan pipa, inlet dan outlet

selubung penukar panas, dan ruang pengasapan dengan ikan meliputi

profil suhu udara-asap pada bagian dalam (dekat inlet ruangan) dan bagian

luar (dekat outlet ruangan), suhu pusat ikan pada bagian dalam (dekat inlet

Page 124: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

108

ruangan) dan bagian luar ruang pengasapan (dekat outlet ruangan). Kedua

profil suhu tersebut disajikan pada Gambar 36.

Gambar 36. Profil suhu terhadap waktu pengasapan pengujian 1; (a)

Sistem pembangkit panas dan asap, (b) Ruangan dan ikan.

Pada Gambar 36 (a), seri suhu pada unit pembangkit panas dan asap

memiliki pola yang fluktuatif terutama suhu tungku yang memiliki dua

suhu puncak amat tinggi yakni 310oC dan 365

oC. Besaran suhu ruang

Page 125: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

109

tungku masih dalam batas yang direncanakan yakni maksimum 400oC

dengan pertimbangan zona dekomposisi lignin untuk pembentukan

senyawa volatil yang diperlukan untuk citarasa ikan asap. Suhu 400oC

(Kowalski et al., 2010), dijadikan batas untuk menandai kemunculan

senyawa karsinogen dan konsentrasinya yang meningkat seiring suhu yang

melampaui batas tersebut. Fluktuasi suhu pada ruang tungku juga

disebabkan oleh tiga kali jeda pada tiap siklus. Jeda tersebut sengaja

dilakukan untuk mengurangi suhu ruang karena proses pembalikan rak

yang dijadwalkan setiap 3 jam pengasapan.

Seri suhu pada keempat titik penukar panas yang diamati

menunjukkan bahwa aliran asap dan udara panas yang menjauhi ruang

tungku memiliki fluktuasi suhu yang semakin kecil. Dengan demikian

fluktuasi suhu yang tinggi hanya terjadi pada ruang tungku yang tidak

menimbulkan dampak langsung pada ikan yang ditempatkan di ruang

pengasapan setelah unit penukar panas. Hal ini dapat diamati pada Gambar

36.b, dimana suhu ruang pengasapan bagian dekat inlet yang terbentuk

dari kejadian dua suhu puncak pada unit tungku adalah 208oC dan 152

oC.

Pengamatan seri suhu pada daging ikan cakalang menunjukkan suhu yang

bergerak perlahan ke tingkat suhu yang dipersyaratkan untuk proses

pematangan yakni 68-72oC. Pada Gambar 36.b suhu pematangan yang

terjadi adalah 69-80oC selama 48 menit yakni pada selang waktu 4,75 –

5,55 jam sebelum sistem di off kan. Pengasapan pada siklus pertama

berlangsung 5 jam dan 33 menit sedangkan pengasapan siklus ke-2

berlangsung 7 jam dan 27 menit sehingga total lama pengasapan untuk

Page 126: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

110

pengujian 1 adalah 13 jam. Pengasapan ikan cakalang pada siklus pertama

yang berlangsung hingga 5 jam ditujukan untuk memperoleh daging

mengalami pasteurisasi ditandai dengan suhu internal ikan mencapai 80oC.

Pengasapan ikan pada siklus kedua bertujuan menurunkan kadar air ikan

cakalang hingga berkisar kurang dari 60% yakni batas atas kadar air ikan

asap berdasarkan SNI. Lama waktu pengasapan untuk siklus ke-2

bergantung pada tingkat kadar air akhir ikan asap yang ingin dicapai.

Profil suhu hasil pengujian ke-2 pengasapan ikan cakalang disajikan

pada Gambar 37. Pola suhu pada sistem pembangkit panas dan asap atau

unit tungku dan penukar panas memiliki fluktuasi yang lebih kecil

dibandingkan pengujian pertama. Suhu tertinggi yang terjadi pada ruang

tungku hanya sebesar 182oC dan pada titik lain seperti outlet pipa, inlet

dan outlet selubung menunjukkan suhu yang relatif tidak besar selang

fluktuatifnya. Pola suhu pada ruang pengasapan hari pertama

menunjukkan suhu yang meningkat secara perlahan. Suhu tertinggi pada

ruang pengasapan untuk periode waktu pematangan daging ikan cakalang

berkisar 100-105oC. Demikian pula pola suhu internal daging ikan pada

hari pertama menunjukkan suhu yang terus meningkat. Suhu pematangan

yang terjadi adalah 70-80oC selama 1 jam 28 menit yakni pada rentang

waktu ke 5,82-7,3 jam.

Pada pengujian ke-2, lama waktu pengasapan untuk siklus pertama 7

jam dan 18 menit sedangkan lama waktu pengasapan siklus kedua adalah 7

jam dan 22 menit. Total lama waktu pengasapan pada pengujian 2 adalah

14 jam dan 40 menit atau 14,67 jam.

Page 127: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

111

Gambar 37. Profil suhu terhadap waktu pengasapan pengujian 2; (a)

Sistem pembangkit panas dan asap, (b) Ruangan dan ikan.

Pengamatan suhu juga dilakukan pada kedua bagian yakni sistem

pembangkit panas-asap dan ruang pengasapan dengan ikannya untuk

pengujian ke-3. Grafik pola suhu yang terbentuk disajikan pada Gambar

38. Pada pengujian ke-3, ruang tungku memiliki suhu tertinggi yakni

286oC dan menjadikan ruang pengasapan bersuhu 156

oC (Gambar 38.a).

Suhu ini terjadi pada awal pengasapan hari kedua yang bertujuan

menaikkan suhu internal ikan dari suhu 29oC hingga suhu 55

oC.

Pengamatan suhu internal ikan cakalang dari awal pengasapan

Page 128: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

112

menunjukkan peningkatan yang berlangsung secara perlahan. Suhu

pematangan daging ikan 67-71oC selama 20 menit pada rentang waktu

5,08-5,42 jam pengasapan, kemudian pengasapan didiamkan hingga besok

pagi. Pengasapan ikan cakalang pada siklus kedua yang dimulai dengan

menaikkan suhu internal ikan tersebut bertujuan untuk menurunkan kadar

air ikan dengan suhu internal ikan rata-rata 46oC dari suhu ruangan rata-

rata 68oC. Lama waktu total untuk dua siklus pengasapan ikan cakalang

adalah 12 jam.

Gambar 38. Profil suhu terhadap waktu pengasapan pengujian 3; (a)

Sistem pembangkit panas dan asap, (b) Ruangan dan ikan.

Page 129: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

113

Pada ketiga pengujian, proses pengasapan untuk siklus pertama

selalu diusahakan mencapai suhu pasteurisasi daging ikan cakalang pada

suhu 67oC atau lebih. Kondisi suhu pematangan ini umumnya dicapai

setelah lebih dari 5 jam pengasapan karena suhu internal daging ikan

diupayakan meningkat secara perlahan. Pembalikan rak atau troli

pengasapan untuk menyeragamkan kematangan daging ikan cakalang

dilakukan setiap kelipatan 3 jam.

Selain parameter suhu ruang pengasapan, kelembaban udara yang

terbentuk sebagai manifestasi kandungan air ikan yang menguap ke udara

juga direkam untuk sekali proses pengujian. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh gambaran pergerakan perubahan suhu dan kelembaban ruang

pengasapan dengan adanya uap air yang terbentuk. Kondisi suhu dan

kelembaban udara lingkungan juga direkam untuk mendapatkan

perbandingan dengan kondisi udara dan asap dari dalam ruang

pengasapan. Pola suhu ruang pengasapan dan ikan disajikan pada Gambar

39.a. Pola suhu udara-asap ruangan dan ikan disertai dengan garis linear

yang menunjukkan kecenderungan peningkatan suhunya. Trendline warna

merah untuk kecenderungan suhu udara-asap dan trendline warna kuning

untuk kecenderungan suhu internal ikan. Pola suhu dan kelembaban udara

lingkungan pada Gambar 39.b dan pola suhu dan kelembaban udara

ruangan pada Gambar 39.c. Pola suhu dan kelembaban ruangan juga

disertai garis kecenderungan bertipe polinomial. Trendline warna coklat

untuk suhu ruangan dan trendline warna merah untuk kelembaban ruangan

serta garis kuning putus-putus untuk asumsi kelembaban udara ruangan.

Page 130: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

114

Gambar 39. Pola suhu dan kelembaban udara terhadap waktu; (a) Suhu

udara-asap dan ikan, (b) Suhu dan kelembaban udara

lingkungan, (c) Suhu dan kelembaban udara ruangan.

Page 131: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

115

Pada Gambar 39.a, pola suhu internal ikan meningkat dari awal

hingga akhir pengasapan yang berlangsung selama 12 jam. Peningkatan

suhu ikan terlihat linier terhadap upaya menaikkan suhu ruang dengan

suhu puncak pada sesi akhir pengasapan 116oC. Peningkatan suhu ruangan

ditunjukkan dengan garis kecenderungan (trendline) berwarna merah

sedangkan peningkatan suhu ikan ditunjukkan dengan garis

kecenderungan (trendline) berwarna kuning.

Pada saat yang sama, suhu dan kelembaban udara lingkungan

menunjukkan pola suhu dan kelembaban udara pada kondisi yang alami

(Gambar 39.b). Kelembaban udara lingkungan berada pada kisaran 60-

90% pada suhu lingkungan 30-35oC kecuali pada suhu yang meningkat

menjadi 40oC menyebabkan kelembaban menurun menjadi 45%. Kondisi

tersebut menunjukkan bahwa secara alamiah, suhu yang meningkat akan

menyebabkan kelembaban udara yang menurun. Peningkatan kelembaban

udara lingkungan di saat suhu udara meningkat hanya dapat terjadi jika

terdapat penambahan uap. Analogi peristiwa ini disajikan untuk

memahami kejadian pada Gambar 39.c. Peningkatan suhu udara-asap di

dalam ruang pengasapan yang berisi ikan secara alami akan menyebabkan

penurunan kelembaban udara-asap. Kondisi lain seperti peningkatan

kelembaban udara-asap pada saat suhu udara-asap meningkat hanya dapat

terjadi jika terdapat komponen yang menambah uap air ke dalam udara

asap di dalam ruangan tersebut. Komponen yang dapat menambah uap air

ke dalam udara-asap di dalam ruang pengasapan tersebut adalah

kandungan air ikan yang menguap sebagai proses pengeringan.

Page 132: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

116

Pada Gambar 39.c, suhu udara ruangan mengalami peningkatan

dari 45oC hingga 100

oC mendekati pola linier dari garis kecenderungan

yang terbentuk secara polinomial (garis warna coklat). Pada saat yang

sama, kelembaban udara ruangan mengalami penurunan dari awal sebagai

respon atas peningkatan suhu meski terus mengalami fluktuasi. Fluktuasi

grafik kelembaban udara-asap tersebut menyebabkan pola lengkungan

parabolik dari garis kecenderungan yang terbentuk secara polinomial

(garis warna merah). Berdasarkan pola alami dari suhu dan kelembaban

udara sebelumnya, peningkatan suhu secara linier seharusnya

menyebabkan penurunan kelembaban udara yang konsisten seperti

ditunjukkan pada garis putus-putus warna kuning.

Grafik dan pola kecenderungan yang terbentuk pada Gambar

39.c, selanjutnya dapat dikaitkan dengan proses penguapan air pada ikan

cakalang yang diasapi. Pada grafik kelembaban udara ruangan, fluktuasi

mulai terjadi pada lama waktu 1,07 jam dari nilai 24% hingga 39% pada

suhu ruangan 52oC. Fluktuasi kelembaban udara ini berlanjut hingga

mencapai kelembaban udara 79% seiring peningkatan suhu mencapai

60oC. Fluktuasi awal dari kelembaban udara ini terjadi pada selang 1,07 –

4,7 jam proses pengasapan atau berlangsung selama 3 jam 38 menit.

Peningkatan kelembaban udara-asap di dalam ruang pengasapan ini terkait

dengan proses penguapan air yang terdapat pada permukaan ikan yang

diasapi. Kandungan air permukaan ikan mengalami penguapan lebih awal

dan mendahului kandungan air di dalam ikan yang harus mengalami difusi

cairan ke permukaan melalui proses pemanasan.

Page 133: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

117

Tahap selanjutnya pada Gambar 39.c, grafik kelembaban udara-

asap menunjukkan nilai dan fluktuasi kecil pada kisaran 14-23% pada

selang 4,7-7,37 jam pengasapan atau berlangsung selama 2 jam 40 menit.

Pada tahap ini suhu ruangan berkisar 65-74oC sedangkan suhu internal

ikan berkisar 44-58oC (Gambar 39.a) menunjukkan terjadinya proses

pemanasan baik daging ikan maupun air yang dikandungnya. Permukaan

ikan yang lebih kering karena airnya telah menguap mengawali proses

difusi air dari bagian dalam menuju permukaan melewati sel atau pun

rongga sel ikan.

Proses pengasapan yang terus dilakukan hingga rentang waktu

7,5-12 jam sebagaimana Gambar 39.c dengan rentang suhu ruangan 74-

105oC menyebabkan suhu internal ikan cakalang berkisar 71,6-72,4

oC.

Suhu internal ikan cakalang pada kisaran tersebut terjadi pada waktu

10,75-11,75 jam atau berlangsung selama 1 jam proses pengasapan

(Gambar 39.a). Pada saat bersamaan dari waktu 7,5-12 jam proses

pengasapan dengan suhu yang terus meningkat, kelembaban udara-asap

kembali meningkat ke nilai 67%, berfluktuasi hingga mencapai nilai

tertinggi 81% (Gambar 39.c). Proses pengasapan selama 1 jam terakhir

dari gambar tersebut menunjukkan berlangsungnya penguapan air ikan

cakalang untuk tahap kedua. Penguapan air ikan ini merupakan kelanjutan

difusi air dari dalam ikan ke permukaan dan menguap ke udara-asap

sebagai proses pengurangan kadar air hingga tingkat yang diinginkan.

Capaian suhu internal ikan cakalang (pusat daging), memiliki

implikasi terhadap aspek perusakan mikroorganisme dan tingkat

Page 134: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

118

kematangan yang diharapkan. Fellows (2000) dan Sun (2005) menyatakan

bahwa secara umum pada metode pasteurisasi untuk bahan pangan,

aplikasi panas dan durasinya ditujukan untuk membunuh mikroba

berbahaya, menghancurkan sporanya dan mematikan jamur. Metode

pasteurisasi jenis low temperature long time (LTLT) ditempuh dengan

suhu 62-65oC selama 30 menit sedangkan jenis high temperature short

time (HTST) ditempuh dengan suhu 71-74oC selama 15-30 detik. Secara

khusus untuk upaya mematikan bakteri patogen pada proses pengasapan

ikan, antara lain dinyatakan oleh Rasco (2009) dengan suhu 65,6-71,1oC

selama 30 menit. Ahmad (2003) menyatakan upaya menghindari bahaya

bakteri Clostridium botulinum dengan rangkaian tahapan perendaman

larutan garam. Perendaman ikan dalam larutan garam 3,5% maka suhu

internal ikan harus mencapai 82oC selama 30 menit, sedangkan jika

konsentrasi larutan garamnya 5,0% maka suhu 65oC selama 30 menit

dapat digunakan. Batasan suhu internal ikan yang lebih rendah dinyatakan

oleh Arason, et al. (2014) yakni suhu 62,8oC selama 30 menit dan kadar

garam produk 3,5% untuk mencegah racun dihasilkan oleh Clostridium

botulinum. Pendapat lain yang dikaitkan dengan lama total proses

pengasapan dikemukakan oleh Fellows (2017) bahwa suhu internal ikan

60oC selama 30 menit dari proses pengasapan hingga 8 jam pada suhu

ruang 60-85oC dapat mematikan bakteri patogen.

Pernyataan yang mengaitkan capaian suhu baik pada ruang

pengasapan maupun suhu internal ikan dikemukakan oleh Rasco (2009)

bahwa untuk memperoleh daging ikan yang matang, suhu udara ruang

Page 135: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

119

pengasapan harus mencapai 93,3-107,2oC. Jika batasan suhu tersebut tidak

tercapai maka diperlukan pemanasan ulang menggunakan oven dalam

kurung waktu 2 jam setelah ikan mengalami proses pengasapan.

Penundaan lebih lama akan menyebabkan kerusakan berbahaya dari

pertumbuhan bakteri. Arason, et al., (2014) juga menyatakan bahwa

metode pengasapan panas yang menerapkan suhu lebih dari 30oC yakni

pada suhu normal 70-80oC dengan capaian suhu internal ikan 62,8

oC

selama 30 menit untuk ikan kemasan vakum atau terkondisi dengan kadar

garam 3,5% dapat dikonsumsi langsung tanpa perlu dimasak lagi. Dwayne

(2015) secara terperinci menyatakan bahwa untuk segmen waktu

pematangan minimum 30 menit pada jenis daging, selanjutnya dapat

diuraikan dalam kategori matang jika suhu internal mencapai 60-65oC,

antara matang dan matang sempurna jika suhu internal mencapai 65-69oC,

dan matang sempurna jika suhu internal daging mencapai 71-100oC.

Pada Gambar 40, grafik bagian b dari Gambar 36-38 ditampilkan

kembali untuk mengamati segmen suhu puncak dan durasi waktunya.

Grafik suhu menunjukkan peningkatan secara perlahan hingga mencapai

suhu puncak yang disarankan. Suhu tersebut berkisar 69-80oC pada

pengujian 1 dan 2 selama minimum 48 menit sedangkan pengujian 2

berkisar 63-71oC selama 20 menit. Periode waktu dari awal proses

pengasapan hingga mencapai suhu pasteurisasi dikategorikan sebagai

siklus 1. Proses pengasapan berikutnya dengan capaian suhu sekitar 60oC

dikategorikan siklus 2. Lama waktu dari siklus 2 tergantung pada tingkat

kekeringan produk atau tingkat kadar air ikan yang ingin dicapai.

Page 136: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

120

Gambar 40. Capaian suhu internal ikan cakalang dan durasinya pada (a)

pengujian 1, (b) pengujian 2 dan (c) pengujian 3.

Berdasarkan aplikasi suhu dan durasinya sebagaimana uraian

sebelumnya, pengasapan panas ikan cakalang memenuhi aspek capaian

suhu dan durasinya pada pengujian 1 dan 2 untuk proses pasteurisasi dan

kematangan ikan. Pada pengujian 3, sampel ikan terdiri atas ikan utuh dan

ikan yang dibelah. Sampel ikan utuh baik capaian suhu maupun waktunya

Page 137: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

121

dianggap kurang sedangkan untuk sampel ikan yang dibelah, capaian

suhunya terpenuhi dan waktunya dianggap kurang. Rangkuman data ketiga

pengujian disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Suhu dan durasi proses pasteurisasi dan pematangan

Kriteria Pengujian

1 2 3

Lama pengasapan, jam 13 14,67 12

Suhu puncak ruangan, oC 108-149 100-105 108-118

Durasi puncak, menit 45 88 20

Suhu internal ikan, oC 72-80 70-80 Utuh : 67-71

Belah: 75-79,4

Pada pengujian 3, ditemui kendala teknis pada tahap penyiapan

atau pengolahan awal ikan sejak tiba dari pelelangan ikan. Tim kerja yang

disiapkan untuk mengolah dari proses pembelahan, pelepasan insang dan

bagian usus, pembersihan, penimbangan dan perendaman larutan garam

serta proses menggantung ikan pada rak berhalangan hadir. Kekurangan

tenaga menyebabkan jadwal pengasapan terancam molor sehingga untuk

segera mengasapi, separuh dari 35 ekor tidak dibelah dan hanya

dibersihkan bagian insang dan ususnya.

4. Aspek Penukaran Panas

Analisa performansi penukaran panas dapat dilakukan dengan

menggunakan data suhu udara hasil penukaran panas, data dimensi

penukar panas, data kecepatan dan karakteristik udara serta nilai

aproksimasi untuk koefisien transfer panas keseluruhan. Dalam

perhitungan, contoh sampel suhu menggunakan data pengujian dari

Page 138: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

122

ketiga pengujian pada posisi fluida panas yakni suhu inlet pipa (Thi) dan

suhu outlet pipa (Tho) serta pada posisi fluida dingin yakni suhu inlet

selubung (Tci) dan suhu outlet selubung (Tco), (Tabel 8).

Tabel 8. Data sampel suhu penukar panas pada ketiga pengujian

Sumber data Suhu Penukar Panas (

oC)

Thi Tho Tci Tco

Pengujian 1 87,75 77,5 71,5 80,25

Pengujian 2 118,75 101,75 91,0 107,5

Pengujian 3 97,5 83,75 75,75 86,5

Perhitungan diawali dengan menentukan luas bidang penukaran

panas, identifikasi kondisi udara dalam pipa dan kondisi udara dalam

selubung serta perhitungan nilai koefisien transfer panas keseluruhan

dibawah rujukan nilai-nilai aproksimasinya. Nilai luasan bidang

penukaran panas dihitung dari Tabel 4, demikian juga rujukan nilai

aproksimasi transfer panas keseluruhan mengacu ke Lampiran 1. Secara

aritmetika suhu udara dalam pipa sebagai aliran fluida panas diwakili

oleh rata-rata kedua suhu yakni (Thi+Tho)/2 dan suhu dalam selubung

sebagai aliran fluida dingin yakni (Tci+Tco)/2. Demikian juga dapat

diketahui selisih suhu dari kedua aliran fluida tersebut yang memiliki

nilai minimum atau nilai maksimum.

Analisa penukar panas pada aspek dimensi dapat dilakukan

dengan menggunakan data Tabel 4. Berdasarkan diameter pipa yang

digunakan dan pola susunan segitiga 30o (Staggered), jumlah pipa laluan

Page 139: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

123

yang dibutuhkan dan diameter selubungnya dapat dihitung dengan

panjang tertentu pipa yang digunakan yakni 0,99 m. Analisa tersebut

mengikuti persamaan 14 hingga 18 sebagaimana perhitungan berikut:

Luas awal penampang pipa, Ao = do Np L = 3,14*0,032*52*0,99

= 5,182 m2

Diameter selubung:

Ds = 0,637*(CL/CTP)1/2

*

= 0,637*(0,87/0,93)1/2

*((5,182*(1,5)2*0,032)/0,99)

1/2

= 0,378 m.

Luas proyeksi total pipa, A1 = (CL)PT2

= (0,87)*(0,048)2

= 0,00200448 m2

Jumlah laluan pipa, Np = (CTP)*( Ds2/4A1)

= 0,93*(3,14*(0,378)2/(4*0,00200448))

= 52,0661 52.

Pada ruang selubung, variabel yang berpengaruh terhadap

kecepatan udara adalah diameter selubung, Ds, jarak antar permukaan

pipa atau clearance, C, jarak antar pusat pipa atau pitch, PT, dan jarak

antar sekat atau baffle spacing, B. Lebar penampang aliran udara tepat

pada pusat selubung adalah (Ds/PT)C dan tinggi penampang aliran setara

dengan jarak antar sekat, B. Oleh karena itu, luas penampang selubung di

sekitar pipa-pipa untuk aliran silang (crossflow) dapat dihitung dengan

persamaan 16.

Luas penampang selubung, As = (DsCB)/PT

Page 140: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

124

= (0,378*0,016*0,1962)/0,048

= 0,025 m2

Dengan cara yang lain untuk mengetahui luas penampang aliran udara

selubung adalah memahami bahwa jarak antar permukaan pipa atau

clearance adalah ruang tempat mengalirnya udara. Nilainya setara

dengan jumlah clearance antar pipa ditambah 2 clearance pada masing-

masing pinggir antara pipa dan dinding selubung di kali tinggi clearance

atau sama dengan baffle adalah ((6 x 0,016) + (2 x 0,016)) x 0,1962 =

0,025 m2.

Tahap selanjutnya adalah menghitung nilai koefisien transfer

panas keseluruhan (U) baik pada sisi selubung (ho) maupun pada sisi

dalam pipa (hi) dari bahan berupa besi galvanis. Perhitungan nilai ho pada

sisi selubung menggunakan dua pendekatan yakni metode Kern untuk

pengaruh aliran silang (cross flow) dan metode Bell Delaware untuk

pengaruh aliran berlawanan (counter flow) dengan sekat-sekat (baffles).

Beberapa parameter yang terlebih dahulu ditentukan berdasarkan

persamaan 19, 37 dan 38 untuk menghitung nilai ho antara lain adalah

diameter ekivalen pada sisi selubung (De), bilangan Reynold (Re),

Prandatel (Pr) dan konduktifitas (k) udara dalam selubung. Parameter

lainnya adalah panas jenis (Cp), viskositas (µ) udara selubung dan

dinding pipa, luas penampang aliran selubung dan laju massa udaranya

sedangkan untuk nilai transfer panas dalam pipa (hi) juga

memperhitungkan faktor gesekan terhadap pipa (f) dan bilangan

Nusseltnya (Nu). Ringkasan karakteristik transfer panas pipa besi

Page 141: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

125

galvanis disajikan dalam Tabel 9. Diameter ekivalen (De) selubung dari

susunan pipa segitiga (staggered) yang digunakan dalam perhitungan

metode Kern ditentukan menggunakan persamaan 19 dengan nilai

sebesar 0,04739 m. Laju aliran massa udara dalam selubung (Gs)

dihitung dengan persamaan 20 memiliki nilai 3,1391 kg/m2.detik

(pengujian ke-1). Perhitungan lengkap disertakan pada bagian Lampiran

12 untuk ketiga pengujian.

Tabel 9. Ringkasan karakteristik transfer panas pipa besi galvanis

Parameter Pengujian ke

1 2 3

Aliran udara Selubung Pipa Selubung Pipa Selubung Pipa

Suhu udara, oC) 75,88 82,63 99,25 110,25 81,13 90,6

Gs, Kg/m2.det 3,1391 - 2,6082 - 3,081 -

Reynold, Re 57171,4 18204 45263,6 16280 55483,7 16114

Prandatel, Pr 0,7002 0,6989 0,6956 0,6934 0,6992 0,6973

Friction, f 0,3294 0,0067 0,344 0,0069 0,2232 0,0069

Nusselt, Nu - 40,110 - 36,285 - 35,686

Nilai h, W/m2 o

C 47,108 40,015 43,697 38,784 46,893 36,312

k besi galvanis 90,5 W/moC

U, W/m2 o

C 21,07 20,02 19,91

Nilai transfer panas keseluruhan (U) dari ketiga pengujian pada

Tabel 9, memiliki besaran yang seragam dengan nilai rata-rata 20,3

W/m2o

C. Perhitungan nilai koefisien transfer panas keseluruhan atau

overall heat transfer coefficient ini dilakukan melalui karakteristik aliran

udara pada sisi selubung dan pipa yang terbuat dari besi galvanis.

Perhitungan nilai U dalam desain ini mencakup pindah panas konvektif

Page 142: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

126

pada bagian dalam pipa (hi) dan pindah panas konvektif pada bagian luar

pipa (ho). Perpindahan panas konvektif pada bagian luar pipa

memperoleh pengaruh dari jenis aliran fluida silang (cross flow) dan

berlawanan (counter flow). Dengan demikian, nilai ho dalam perhitungan

diperoleh dari ho1 yakni koefisien transfer panas menurut metode Kern

yang melibatkan diameter ekivalen selubung (De) dan dari ho2 yakni

koefisien transfer panas menurut metode Bell Delaware yang

memperhitungkan ruang sekat atau baffles. Disamping itu dalam

perhitungan nilai U, konduktivitas bahan berupa besi galvanis harus

terlebih dahulu ditetapkan berdasarkan referensi yang tersedia. Besi

galvanis adalah besi yang dilapisi seng dengan tujuan meningkatkan

kemampuan anti korosi bahan. Dengan demikian, nilai konduktivitas besi

galvanis harus memperhitungkan sifat konduktifitas bahan

pembentuknya berupa besi dan seng. Konduktivitas besi galvanis dari

perpaduan kedua bahan tersebut adalah 90,5 W/moC (Welty et al., 2004;

Engineers Edge, 2017).

Nilai U rata-rata hasil perhitungan sebesar 20,3 W/m2o

C

selanjutnya dicek validitasnya berdasarkan referensi yang mengaitkannya

dengan jenis aliran kedua fluida. Kedua aliran fluida dalam desain adalah

udara panas sehingga termasuk kategori perpindahan panas dari gas ke

gas. Perpindahan panas untuk kategori fluida gas ke gas memiliki nilai

rendah dimana kisarannya adalah 10 – 40 W/m2o

C (Cengel, 2003).

Referensi lain menunjukkan nilai transfer panas dari gas ke gas hanya

berkisar 5 – 35 W/m2o

C untuk sistem bertekanan rendah (Primo, 2017).

Page 143: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

127

Tabel 10. Daftar Analisa Performansi Penukar Panas

PERFORMANSI PENUKAR PANAS Pengujian

1 2 3

Ao: luas bidang tukar panas, m2 5,182 5,182 5,182

F: faktor koreksi LMTD, desimal 0.93 0.88 0.93

q _transfer HE, Watt 685,50 1078,13 828,16

Laju massa udara pipa, kg/detik 0,066 0,063 0,060

Laju massa udara selubung, kg/detik 0,078 0,065 0,076

Ch; pipa, W/oC Cmin 66,88 63,42 60,23

Cc; selubung, W/oC Cmaks 78,34 65,34 77,04

T_fluida min, oC 8,75 16,50 10,75

T_fluida maks, oC 10,25 17,00 13,75

; udara pipa, oC 82,63 110,25 90,63

; udara selubung, oC 75,88 99,25 81,13

AMTD, oC 6,75 11,00 9,5

CR=Cmin/Cmaks 0,854 0,971 0,782

NTU=UA/Cmin 1,64 1,76 1,57

LMTD, oC 6,72 11,00 9,42

U; forward, Watt/m2o

C 21,07 20,02 19,91

U; backward, Watt/m2o

C 21,16 21,50 18,24

Q_optimum= UA ( − ), Watt 740,15 1225,35 898,01

Q_maksimum = C_min (Thi –Tci), Watt 1086,77 1759,88 1310,01

Efisiensi, desimal 0,93 0,88 0,92

Efektifitas, desimal 0,63 0,61 0,63

Efektifitas (kriteria), desimal 0,65 0,64 0,65

Metode lain untuk menentukan nilai koefisien transfer panas

dilakukan berdasarkan persamaan-persamaan penukaran panas.

Persamaaan penukaran panas tersebut mencakup persamaan 21 - 23.

Perhitungan dilakukan menggunakan data suhu penukar panas yang telah

terjadi, dimensi dan ukuran yang tersedia. Metode ini merupakan

Page 144: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

128

kebalikan dari cara sebelumnya yang bersifat forward. Perhitungan

bersifat backward yakni penelusuran balik nilai U menggunakan nilai q-

transfer dari metode -NTU. Nilai koefisien transfer panas hasil

penelusuran balik serta nilai lain yang terkait dengan performansi

penukar panas dirangkum pada Tabel 10.

Analisa Log-mean Temperature Difference (LMTD) secara umum

digunakan pada kondisi suhu masuk dan suhu keluar diketahui dengan

dimensi dan ukuran penukar panas yang ingin dikonfirmasi. Dengan

pendekatan ini, nilai F atau faktor koreksi LMTD dapat diketahui dengan

menghitung nilai-nilai P dan R dan melakukan proyeksi pada grafik

faktor koreksi LMTD (Gambar 41). Penggunaan grafik faktor koreksi

LMTD tersebut mengacu pada desain dasar penukar panas jenis aliran

berlawanan yang diperkaya dengan efek aliran melintang pada tiap sekat

(Gambar 26). Penggunaan sekat memiliki manfaat antara lain untuk

membentuk efek aliran melintang (cross flow) terhadap pipa-pipa, efek

mengaduk aliran udara sehingga terbentuk jenis aliran turbulen dan

meminimalkan daerah aliran stagnan sehingga berpengaruh pada

peningkatan efisiensi penukaran panas.

Nilai P merupakan rasio panas aktual yang tertransfer dengan

panas yang mungkin ditransfer jika suhu sisi fluida dingin meningkat

terhadap suhu inlet dari sisi fluida panas. Dengan demikian P adalah

efektivitas suhu dari penukar panas pada sisi fluida dingin. Nilai R adalah

rasio nilai ( ) fluida dingin dari fluida panas dan disebut juga rasio

Page 145: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

129

laju kapasitas panas (terlepas apakah fluidanya berada pada sisi pipa atau

selubung) (Kakaç and Liu, 2002; Cabezas-Gómez et al., 2007).

Dalam desain penukar panas, fluida dingin berada pada sisi

selubung dan fluida panas berada pada sisi pipa. Berdasarkan Gambar 41

untuk memperoleh nilai F, penyesuaian terhadap nilai R dilakukan dengan

mengambil nilai separuhnya. Hal ini dilakukan mengingat panjang pipa

dalam desain hanya separuh dari panjang pipa pada gambar yakni bahwa

pipa dalam desain tidak mengalami belokan seperti yang tampak pada

skema pipanya.

Gambar 41. Faktor koreksi LMTD (F) untuk operasi aliran berlawanan

pada satu laluan selubung dan multi laluan pipa genap

(Kakaç and Liu, 2002).

Pada ketiga pengujian perhitungan untuk menentukan faktor

koreksi LMTD, diperoleh nilai F yang sama yakni 0,93. Nilai panas yang

ditransfer melalui sistem penukar panas (q_transfer) selanjutnya dapat

ditentukan berdasarkan persamaan yang melibatkan produk UA dan

LMTD.

Page 146: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

130

Pada pendekatan -NTU (Effectiviness Number of Transfer Unit),

nilai efektivitas penukar panas diperoleh melalui persamaan yang

membagi nilai q_transfer dengan panas maksimum nyata yang ditransfer

dari fluida bersuhu Thi ke fluida bersuhu Tci. Nilai efektivitas penukar

panas pada ketiga pengujian perhitungan memiliki nilai rata-rata sebesar

0,625 0,63. Dalam pendekatan ini digunakan sebuah fungsi yang terdiri

atas dua variabel yakni CR dan NTU. CR merupakan rasio kapasitas dari

fluida minimum (Cmin) terhadap fluida maksimumnya (Cmaks) dimana

keduanya dapat berasal dari salah satu fluida (fluida dingin atau fluida

panas). NTU adalah produk dari UA dibagi dengan kapasitas fluida

minimum. Metode -NTU ini kebanyakan digunakan pada kondisi

dimensi, ukuran penukar panas dan suhu inlet fluidanya diketahui

sementara suhu keluarannya ingin dikonfirmasi.

Persamaan lain menyajikan konsep efisiensi penukar panas

dengan persamaan yang membagi q_transfer dengan laju optimum

penukaran panasnya. Nilai laju optimum diperoleh melalui perkalian

produk UA dengan hasil pengurangan dari rata-rata suhu fluida panas

terhadap rata-rata suhu fluida dingin. Nilai efisiensi penukar panas ketiga

pengujian memiliki nilai rata-rata 0,91. Pengujian 2 memiliki efisiensi dan

efektivitas yang lebih rendah yakni 0,88 dan 0,61. Nilai-nilai ini memiliki

kaitan dengan capaian suhu yang relatif rendah yaitu maksimum 182oC

sementara pengujian 1 dan 2 dengan capaian suhu lebih tinggi memiliki

efisiensi dan efektivitas masing-masing sebesar 0,93 dan 0,63.

Page 147: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

131

Perhitungan teknis pada sistem penukar panas melibatkan banyak

persamaan-persamaan yang kadangkala membingungkan. Persamaan-

persamaan yang banyak tersebut pada dasarnya diturunkan dari persamaan

dasar sehingga dapat dikembangkan sebuah persamaan umum untuk

memvalidasi kebenaran dari nilai hasil perhitungan yang diperoleh.

Persamaan umum yang dapat digunakan untuk tujuan validasi tersebut

adalah persamaan 49 yang menghubungkan nilai efisiensi dari metode

LMTD dengan nilai-nilai metode -NTU. Nilai-nilai tersebut adalah

efektivitas, CR dan NTU dari sebuah penukar panas.

Dengan analisa tersebut diatas, desain penukar panas tipe

selubung dan pipa (Shell and Tube) dengan jenis aliran silang-berlawanan

(cross-counter flow), pola satu selubung dan satu pipa (one shell but not

two tube passes) memiliki efisiensi, efektivitas dan transfer panas

keseluruhan penukaran panas masing-masing sebesar 0,91; 0,63 dan 20,3

W/m2o

C. Desain penukar panas tersebut dalam prakteknya dapat

memenuhi kebutuhan panas pada pola pengumpanan bertambah

(incremental) massa tempurung kelapa 200 g, 300 g, 400 g dan 500 g

untuk mematangkan ikan cakalang dengan suhu internal daging berkisar

68-80oC.

Perhitungan tekanan statis terutama terkait dengan desain penukar

panas dan siklon separator dimana ruangannya spesifik atau memiliki

karakteristik tertentu menyebabkan aliran udara di dalamnya mengalami

hambatan atau bahkan kehilangan (losses). Hambatan dan kehilangan ini

akan menyebabkan tekanan operasional berkurang dan berdampak pada

Page 148: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

132

menurunnya kecepatan aliran udara sistem. Bagian desain yang

berkontribusi pada penurunan tekanan adalah bagian dalam pipa, saluran

hubung dan ruang selubung serta bagian inlet dan outlet dari siklon

separator.

Secara struktural unit blower sentrifugal diletakkan setelah outlet

bundelan pipa penukar panas dan sebelum inlet siklon separator. Dengan

demikian susunan pipa, jumlah pipa dan panjangnya dalam bundelan

berpengaruh pada daya hisap blower sentrifugal tersebut, sedangkan

bagian siklon separator, saluran hubung dan selubung penukar panas

berpengaruh pada daya dorong blower sentrifugal yang memiliki nilai

tekanan statis sebesar 0,65 kPa. Berdasarkan pengukuran dan perhitungan

tekanan statis pada bagian-bagian desain diperoleh nilai tekanan dan

dirangkum dalam Tabel 11.

Tabel 11. Besaran tekanan statis desain sistem

Pressure Drop (Pa) Pengujian

1 2 3

Sisi pipa 70,1 69,4 59,8

Sisi selubung 66,9 51,1 65,5

Saluran hubung 12,0 11,3 11,9

Siklon separator 205,0 205,0 205,0

Total sistem 354,0 336,8 342,2

Berdasarkan data pada Tabel 11, penurunan tekanan statis total

pada sistem pengasapan dengan desain terintegrasi rata-ratanya sebesar

344 Pa. Penggunaan blower sentrifugal dengan nilai pressure drop 650 Pa

masih menyisakan tekanan operasional sekitar 306 Pa. Dengan ungkapan

Page 149: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

133

lain, penggunaan blower sentrifugal pada sistem pengasapan tidak

langsung ini adalah aman mengingat total penurunan tekanan statis sistem

lebih kecil dari nilai pressure drop blower sentrifugal yang tersedia.

5. Aspek Konsumsi Energi Sistem

Dari pengujian sebanyak tiga kali, diperoleh beberapa data

performansi sistem yang dirangkum dalam Tabel 12. Performansi sistem

dari aspek konsumsi energi, terutama konsumsi energi spesifik

menunjukkan kebutuhan sistem akan energi dalam menguapkan

kandungan air bahan yang diasapi. Kajian energi dalam desain sistem

pengasapan ini hanya ditujukan untuk memperoleh gambaran terkait

konsepsi energi berguna berupa konsumsi energi spesifik.

Tabel 12. Konsumsi energi sistem pengasapan

Komponen Satuan Pengujian

1 2 3

Berat tempurung kelapa Kg 17,81 22,11 17,18

Kadar air tempurung % 15,8±1,5 15,2±0,6 13,3±0,7

Lama pengasapan Jam 13,0 14,67 12,0

Laju pengumpanan Kg/jam 1,37 1,51 1,43

Kalori tempurung MJ 327,50 406,58 315,82

Energi listrik MJ 8,4 10,1 4,6

Air yang diuapkan Kg 14,0 15,0 11,0

KES* MJ/kg 23,99 27,78 29,13

*Konsumsi Energi Spesifik

Penggunaan tempurung kelapa dalam pengujian ditujukan untuk

merepresentasikan kondisi tempurung kelapa berdasarkan kebiasaan

masyarakat memanfaatkannya dalam hidup keseharian. Kondisi tersebut

Page 150: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

134

meliputi kadar air dan tingkat kebersihan bongkahan sesuai dengan

keberadaan alamiahnya. Konsumsi tempurung kelapa pada ketiga

pengujian berbeda disebabkan karena lama pengasapan berbeda

disamping pengaruh karakteristik dasar alamiahnya seperti kerapatan

massa dan kadar airnya. Konsumsi tempurung kelapa rata-rata dari ketiga

pengujian adalah 19,0 kg dengan laju pengumpanan 1,44 kg/jam.

Pengukuran kadar air tempurung dilakukan dengan instrumen moisture

meter yang khusus ditujukan untuk bahan berupa kayu keras hingga kayu

lunak seperti particle board dan kardus. Hasil pengukuran kadar air

tempurung kelapa yang digunakan selama penelitian ditampilkan pada

Lampiran 11.

Jenis energi yang terlibat dalam sistem pengasapan model tidak

langsung ini adalah energi biomassa berupa tempurung kelapa dan energi

listrik yang digunakan untuk membentuk aliran udara melalui blower

sentrifugal. Energi biomassa dihitung berdasarkan jumlah konsumsi

tempurung kelapa pada setiap pengujian dengan nilai kandungan

kalorinya. Nilai kalori tempurung kelapa berkisar dari nilai yang rendah

18388 kJ/kg (Hoque and Bhattacharya, 2001) hingga nilai yang tinggi

22830 kJ/kg (Tsai et al., 2006). Nilai yang digunakan dalam perhitungan

adalah nilai yang terendah sehingga dari ketiga pengujian pengasapan,

energi biomassa tertinggi sebanyak 406,58 MJ pada pengujian 2. Besaran

konsumsi energi biomassa bergantung pada jumlah konsumsi tempurung

kelapa yang berbanding lurus dengan lama waktu pengasapan.

Page 151: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

135

Konsumsi energi listrik pada pengujian 1 sebesar 2338 Wh atau

8,4 MJ. Konsumsi energi listrik tertinggi sebesar 2802 Wh atau 10,1 MJ

terjadi pada pengujian 2 yang berbanding lurus dengan waktu operasi

blower selama pengasapan. Konsumsi energi listrik terendah terjadi pada

pengujian 3 sebesar 1281 Wh atau 4,6 MJ yang dipengaruhi oleh waktu

operasional lebih singkat. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya

konsumsi energi listrik pengujian 3 jika dilihat dari rasio konsumsi listrik

berdasarkan beda waktu pada pengujian 1 dan pengujian 2 adalah adanya

penyetelan kecepatan blower. Aliran asap keluar ruang pengasapan

dengan kecepatan mencapai 16 m/detik pada outlet seluas 0,005 m2

menyebabkan pemanfaatan asap rendah karena asap berlalu sedemikian

cepat. Berdasarkan data pengujian 1 dan pengujian 2 maka penyetelan

kecepatan aliran asap dilakukan dengan menurunkan putaran blower ke

daya 69 Watt sehingga kecepatannya berkisar 10 m/detik. Hal ini masih

dimungkinkan berdasarkan data pressure drop blower yang tersedia (650

Pa), dimana tekanan statis desain hanya berkisar 344 Pa.

Kontribusi energi listrik pada ketiga pengujian pengasapan jika

dirata-ratakan adalah 7,7 MJ sehingga total konsumsi energi sistem

adalah sekitar 357,7 MJ. Konsumsi energi spesifik (KES) pada pengujian

1 menunjukkan nilai yang paling efisien dalam menguapkan sejumlah air

pada pengasapan ikan cakalang dari ketiga pengujian.

6. Aspek Pemisahan dan Pengumpulan Partikel Abu dan Tar

Parameter lain dalam desain terintegrasi sistem pengasapan yang

juga diamati adalah performansi pemisahan dan pengumpulan partikel

Page 152: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

136

padat berupa abu terbang, fraksi arang halus (carbon), jelaga (carbon

black) dan tar. Partikel padat ini terpisah melalui sistem pemisahan siklon

dan terkumpul dalam wadah pengumpul atau dustbin. Pada desain

terintegrasi sistem pengasapan ini diujicoba unit siklon separator

berdiameter 250 mm.

Hasil pemisahan dan pengumpulan partikel padat untuk sekali

proses pengasapan ikan dengan lama waktu rata-rata 13,2 jam disajikan

pada Gambar 42. Partikel padat hasil pemisahan siklon separator tersebut

selanjutnya dilakukan analisa distribusi ukuran dan hasilnya disajikan pada

Gambar 43. Distribusinya diperoleh melalui metode analisa Particle size

analyser/distribution mikro merek CILAS 1190 Liquid. Partikel dari abu

yang terkumpul memiliki ukuran terkecil 0,2 µm sedangkan ukuran

terbesarnya adalah 600 µm.

Gambar 42. Partikel padat yang terpisah, (a) Berat partikel padat

tertimbang 17,54 g, (b) Partikel padat berbentuk pipih

hingga ukuran panjang 20 mm.

Page 153: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

137

Gambar 43. Distribusi ukuran partikel abu hasil pemisahan siklon 250 mm

Dari data analisa particle size distribution, efisiensi pengumpulan

masing-masing partikel dan efisiensi pengumpulan total dapat dilihat pada

Lampiran 10. Perhitungan efisiensi keseluruhan siklon sebesar 94,7%

lebih tinggi dari efisiensi dugaan sebesar 93,3% (Lampiran 5). Nilai

tersebut mendekati nilai maksimum dari efisiensi siklon konvensional 90-

95% (Woolcock and Brown, 2013; Seville and Clift, 1997). Dalam

perhitungan digunakan data densitas partikel abu dari tempurung kelapa

sebesar 2050 kg/m3 berdasarkan hasil penelitian Madakson et al., (2012).

Grafik efisiensi pemisahan dan pengumpulan partikel padat disajikan pada

Gambar 44.

Gugus partikel yang terpisah dengan jumlah 50% dikenal dengan

istilah diameter cut point (dpc) adalah salah satu indikator performansi

yang lain. Hal itu dapat didefenisikan sebagai gugus partikel yang

jumlahnya 50% terkumpul ke wadah pengumpul atau dustbin dan

Page 154: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

138

selebihnya dapat melewati siklon separator. Pada Gambar 44, partikel abu

yang memiliki peluang 50% terkumpul ke dalam dustbin dan 50%

melewati siklon adalah berdiameter 3,94 µm. Gugus partikel dengan

ukuran diameter rata-rata 3,5 µm dan 1,0 µm memiliki besaran efisiensi

terkumpul masuk ke dalam dustbin masing-masing sebesar 44,1% dan

6,1%.

Gambar 44. Efisiensi pemisahan siklon separator 250 mm

Hubungan antara besaran efisiensi partikel abu yang terkumpul

dengan cut-off diameternya (dpc) sebagai karakteristik dari desain siklon

separator berubah berdasarkan jenis bahan bakar dengan densitas partikel

yang berbeda. Kecenderungan dari hubungan tersebut dapat dilihat pada

Gambar 45, yang dihasilkan (generated) dari persamaan (9) hingga (11)

untuk bahan dengan rentang densitas partikel 1500 - 2800 kg/m3.

Pengamatan secara visual terhadap partikel padat hasil pemisahan

dan pengumpulan siklon menunjukkan bahwa bahan kontaminannya dapat

berupa abu, fraksi halus arang, fraksi halus pasir dan jelaga. Potensi

Page 155: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

139

kontaminasinya tergantung pada tingkat kebersihan tempurung yang

digunakan dimana pasir dan bahan lainnya dapat menempel dan ikut serta

dalam proses pembakaran.

Gambar 45. Kecenderungan garis efisiensi dan dpc berdasarkan perubahan

densitas partikel. (Data perhitungan berdasarkan dimensi dan

karakteristik desain siklon separator).

Berat abu yang terkumpul di dalam wadah pengumpul atau

dustbin dirangkum pada Tabel 13. Analisa yang dilakukan pada partikel

padat yang terkumpul tersebut menunjukkan adanya fraksi halus pasir dan

arang disamping abu terbang dan jelaga. Keberadaan fraksi halus pasir

dapat bersumber dari kondisi tempurung yang kurang bersih dimana pasir

dapat terbawa dalam lekukannya ataupun menempel pada permukaan

luarnya yang kasar. Penyebab lainnya adalah efek penghisapan blower

yang masih tinggi sehingga mampu mengangkat fraksi halus pasir dari

lantai dasar tungku.

3

3,2

3,4

3,6

3,8

4

4,2

4,4

4,6

4,8

5

93,6

93,8

94,0

94,2

94,4

94,6

94,8

95,0

95,2

95,4

95,6

Cu

t-o

ff d

iam

eter

, u

m

Efi

sien

si,

%

Densitas Partikel, kg/m3

Efisiensi

Cut-off diameter

Page 156: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

140

Tabel 13. Berat partikel padat hasil pemisahan siklon

Komponen Satuan Pengujian

1 2 3

Partikel padat g 17,54 8,49 4,13

Kondisi tempurung yang digunakan tidak dilakukan perlakuan

dalam hal pengkondisian kadar air tertentu maupun tingkat kebersihannya.

Hal ini dimaksudkan agar nuansa penelitian mendekati kondisi ril perilaku

masyarakat memanfaatkan bahan bakar tempurung kelapa di sekitarnya.

Berat partikel padat yang paling banyak terdapat pada pengujian 1, hal ini

disebabkan karena tempurungnya diambil dari pekarangan rumah yang

sudah lama berserakan. Tingkat kebersihannya kurang karena fraksi pasir

tanah telah mengkontaminasinya selama berada di pekarangan. Faktor

daya hisap blower yang tinggi juga menyebabkan fraksi pasir dan tanah

pada proses pembakaran di dalam tungku terbawa bersama abu berkumpul

di dustbin. Faktor lain yang berpengaruh adalah upaya operator

mengkondisikan percobaan pembakaran untuk menghasilkan suhu tinggi

menyebabkan gaya angkat (updraft forces) meningkat drastis membawa

kontaminan.

Berat partikel padat pada pengujian 2 berkurang disebabkan oleh

kebersihan tempurung yang sangat baik karena bersumber dari pedagang

eceran. Kondisi kering tempurungnya juga lebih seragam karena

mengalami perlakuan sebagai barang dagangan. Sikap operator yang

mengkondisikan pembakaran hanya berdasarkan pola suhu pada Gambar

20 menyebabkan gaya angkat kontaminan hanya dipengaruhi oleh blower.

Pengujian 3 menghasilkan berat partikel padat paling sedikit disebabkan

Page 157: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

141

karena pengurangan putaran blower pada siklus (hari) kedua yang

berpengaruh pada daya hisap terhadap kontaminan. Tingkat kekeringan

tempururng yang lebih baik karena sumbernya sama dengan tempurung

pada pengujian 2 dan dikeringkan lebih lanjut hingga digunakan pada

jadwal pengujian 3.

Pengamatan tar yang terkumpul bersama abu dilakukan dengan

menyentuhkan jari telunjuk ke dinding bagian dalam dustbin yang terbuat

dari gelas dan mengoleskannya ke lembar kertas (Gambar 46).

Gambar 46. (a) Dustbin transparan berisi tar dengan warna kehitaman, (b)

Senyawa tar konsentrasi tinggi sehingga tampak kental.

Pengamatan terhadap abu yang lolos bersama asap ke ruang

pengasapan dilakukan dengan menempatkan kain masker pada outlet

selubung. Hasil pengamatan secara visual menunjukkan bahwa kain

masker tampak hitam tetapi partikelnya tidak dapat terlihat dalam bentuk

satuan (Gambar 47.a), sedangkan pengaruh asap terhadap warna yang

ditimbulkan pada permukaan ikan cakalang, tampak coklat/kuning

keemasan dan bersih (Gambar 47.b).

Page 158: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

142

Gambar 47. (a) Pengaruh asap yang hitam pada kain masker, (b) Warna

coklat/kuning keemasan dan bersih pada permukaan ikan

asap yang dihasilkan.

7. Aspek Penurunan Tekanan Statis Siklon Separator

Analisa data tekanan statis siklon separator ditampilkan pada

Tabel 14. Perhitungan tekanan statis mencakup data tekanan statis yang

diukur dengan instrumen dan tekanan dinamis dari hasil hitung

sebagaimana diadaptasi dari Zhu et al., (2001) berdasarkan persamaan 12

dan 13. Metode perhitungan tekanan statis siklon separator ini berbeda

dengan perhitungan yang bersifat pendugaan pada persamaan 8. Untuk

perhitungan menggunakan persamaan 8, kondisi udara seperti suhu,

densitas dan kecepatannya bersifat pendugaan dan hanya satu kondisi

udara yang mewakili siklon separator. Pada persamaan 12 dan 13,

perhitungan dilakukan berdasarkan tekanan statis ril dan tekanan dinamis

yang dihitung mewakili kondisi udara ril pada posisi inlet dan outlet siklon

separator.

Nilai tekanan statis (pressure drop) yang dihasilkan sebesar 205,0

Pa lebih mendekati kondisi rilnya dari pada nilai pendugaan pada tahap

awal sebesar 332 Pa (Lampiran 7). Meskipun demikian, perhitungan nilai

Page 159: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

143

pressure drop yang bersifat pendugaan memiliki peranan penting dalam

pemilihan spesifikasi blower sentrifugal pada tahap awal desain.

Tabel 14. Tekanan statis siklon separator

Posisi Kondisi udara Tekanan Jumlah

V (m/det) T (oC) (kg/m3) Statis (Pa) Dinamis (Pa) (Pa)

inlet 10,0 92 0,9578 215,6 47,9 263,5

outlet 6,3 86 0,9727 39,2 19,3 58,5

Total

205,0

E. Aspek Ikan Cakalang Asap yang Dihasilkan

Pengujian pengasapan ikan cakalang pada desain sistem

pengasapan dilakukan sebanyak tiga kali dan menghasilkan data teknis

proses pengasapan yang dirangkum pada Tabel 15.

Penyiapan ikan cakalang dari ikan utuh menjadi ikan belah dua

yang siap digantung pada rak memiliki rendemen olah rata-rata sebesar

88,3%. Dengan demikian berat bersih rata-rata ikan yang diasapi pada

setiap pengujian pengasapan adalah 31,2 kg. Proses pengasapan ikan

cakalang dilakukan dari kadar air awal 73% hingga kadar air akhir sekitar

52,9% basis basah dalam waktu sekitar 13,2 jam. Dengan demikian jumlah

air rata-rata yang diuapkan sekitar 13,4 kg dengan laju penguapan air rata-

rata 1,0 kg per jam. Perolehan kadar air akhir ikan cakalang asap

menunjukkan bahwa performansi sistem pengasapan mengikuti pola suhu

berdasarkan grafik pada Gambar 20, memenuhi tingkat kadar air yang

dipersyaratkan dalam SNI (Standar Nasional Indonesia, 2009) yakni

kurang dari 60%.

Page 160: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

144

Tabel 15. Data teknis pengasapan ikan cakalang

Komponen Satuan Pengujian

1 2 3 rerata

Berat ikan utuh Kg 34 38 35 35,7

Berat ikan olah Kg 31,2 33 29,3 31,2

Rendemen olah % 91,76 86,84 83,71 88,3

Berat ikan kering asap Kg 17,2 18,0 18,27 17,8

Kadar air awal % 73,0 73,0 73,0 73,0

Kadar air akhir % 50,7 50,5 57,6 52,9

Air yang diuapkan Kg 14,02 15,00 11,04 13,4

Lama pengasapan Jam 13,0 14,67 12,0 13,2

Laju penguapan Kg/jam 1,08 1,02 0,92 1,02

Waktu proses atau lama pengasapan pada uji desain ini

didasarkan pada kadar air akhir yang ingin dicapai yakni sekitar 50% basis

basah. Pemilihan kadar air target ini bersumber dari hasil penelusuran dan

diskusi dengan pihak stakeholder dalam bidang pembinaan dan

pengawasan mutu hasil perikanan di Gorontalo. Penelusuran mencakup

syarat mutu ikan asap yang diatur dalam SNI tahun 2009 menegaskan nilai

maksimum untuk kadar air sebesar 60%. Disisi lain, hasil diskusi

mengarah ke kriteria penilaian sensori yang menjadi acuan dimana kadar

air ikan asap yang terlalu rendah menjadikan tampilan ikan keluar dari

spesifikasi ikan asap. Kadar air ikan asap yang terlalu rendah tersebut

masuk ke tampilan fisik ikan kering atau ikan kayu. Beberapa kriteria

yang muncul pada ikan asap dengan kadar air yang terlalu rendah adalah

tampilan warna yang berubah dari kuning, coklat atau kuning keemasan

menjadi coklat kehitaman atau hitam. Kriteria lainnya adalah tampilan

Page 161: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

145

tekstur kulit ikan menjadi pecah dan keras saat dikunyah sebagai bagian

penilaian.

Oleh karena itu dikembangkan pendugaan waktu proses

pengasapan berdasarkan persamaan Nikitin (Doe et al., 1998; Heruwati,

2002) dengan menggunakan data yang seakurat mungkin. Pada persamaan

59, besaran suhu dan kelembaban udara mengacu ke sistem pengasapan

panas dimana suhunya paling tidak 80oC dan dapat mencapai 100

oC

(Ahmad, 2003; Hall and Köse, 2014). Dengan demikian, suhu rata-ratanya

adalah 90oC dimana pada sesi awal uji desain, suhu tersebut tercapai pada

nilai 90,1oC berbarengan dengan nilai kelembaban udara sebesar 37%.

Nilai kadar air kesetimbangan mengacu ke produk ikan asap yang diolah

dengan metode pengasapan panas sebagaimana metode dalam uji desain

sistem pengasapan. Kriteria tersebut bersesuaian dengan aktivitas air (aw)

sebesar 0,85 atau kurang agar produk ikan asap stabil pada

penyimpanannya (Arason et al., 2014). Pada percobaan lain, Reo (2010)

mengkaji efek suhu terhadap moisture sorption isotherm ikan kerapu asin

kering dan ikan cakalang asap yang sebelumnya direndam larutan garam.

Suhu penyimpanan sebesar 10oC dan 25

oC menghasilkan nilai aw masing-

masing sebesar 0,868 dan 0,843. Nilai adsorpsi dan desorpsi untuk aw

0,868 adalah 47,53 %bk dan 47,51 %bk sedangkan untuk aw 0,843

masing-masing sebesar 32,2 %bk dan 32,38 %bk. Nilai 32,2 %bk adalah

titik singgung garis adsorpsi dan desorpsi sebagai kadar air kesetimbangan

pada nilai aw 0,843 yang sesuai dengan kriteria aw kurang dari 0,85.

Kadar air kesetimbangan 32,2 %bk selanjutnya digunakan dalam

Page 162: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

146

perhitungan sebagai nilai yang dipersyaratkan untuk menghitung waktu

pengasapan berdasarkan kadar air akhir yang diinginkan.

Pada tahap awal, pengujian pengasapan menggunakan ikan

cakalang, diperoleh uji kadar lemak dengan nilai sebesar 1,94%. Hasil

penelusuran data kadar lemak ikan cakalang berdasarkan referensi,

diperoleh nilai 2,0% sebagai komposisi umum (Departemen Kelautan &

Perikanan dan JICA, 2008). Dari perbandingan kedua nilai tersebut, nilai

1,94% sebagai hasil pengujian langsung, dianggap valid dan digunakan

dalam perhitungan. Perhitungan menunjukkan bahwa waktu pengasapan

yang dibutuhkan untuk menurunkan kadar air dari ikan sebanyak 30 kg,

kadar air awal 73% menjadi 50,7% adalah 16,3 jam (Lampiran 14).

Spektrum ikan asap dari aspek kadar air memiliki makna dan

tujuan yang berbeda terutama berkaitan dengan spesifikasi yang

dipersyaratkan dalam SNI maupun dalam kaitan dengan penyimpanan ikan

asap pada kondisi kadar air setimbang. Gambar 48 menampilkan ilustrasi

tingkat kadar air ikan asap terhadap spesifikasi SNI dan aktifitas air, aw.

Pada Gambar 48, kadar air awal ikan cakalang adalah 73% untuk

diasapi hingga kadar air tertentu yang diinginkan. Pengasapan hingga

kadar air kurang dari 60% mengindikasikan bahwa ikan asap memenuhi

kriteria kadar air yang dipersyaratkan. Proses penguapan air dari ikan asap

yang terus berlangsung hingga kadar air 36,78% menyebabkan kriteria lain

terdampak yakni organoleptik dengan nilai 7 yang merupakan batas

minimum syarat SNI. Makna yang terkandung pada selang kadar air

tersebut adalah bahwa ikan cakalang asap yang diproses ditujukan untuk

Page 163: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

147

memenuhi syarat SNI baik dari kriteria kadar air maupun dari kriteria

organoleptik atau kriteria lain yang terdampak sebagai kesatuan utuh

penilaian. Ikan cakalang asap yang dihasilkan selanjutnya disebut sebagai

produk yang memenuhi syarat SNI ikan asap.

Produk ikan asap, seandainya proses pengasapannya dilakukan

hingga kadar air lebih rendah dari 36,78% dan menghasilkan nilai

organoleptik sebesar 6 maka pada dasarnya produk tersebut masih disebut

ikan asap tetapi memiliki makna sebagai produk yang tidak memenuhi

syarat SNI ikan asap. Demikian halnya jika produk ikan asap ditujukan

untuk dapat bertahan lama dalam penyimpanannya maka proses

pengasapan dilakukan hingga mencapai kadar air kesetimbangan. Kadar

air kesetimbangan untuk produk ikan cakalang asap yang diberi perlakuan

garam adalah 24,4%bb ( 32,2%bk) dengan nilai aw 0,843 atau kurang,

(Reo, 2010). Nilai-nilai tersebut sesuai dengan aw 0,85 atau kurang

sebagaimana dinyatakan oleh Arason et al., (2014) untuk memperoleh

produk ikan asap yang awet. Makna dan tujuan dari proses pengasapan

ikan cakalang asap hingga kadar air kurang dari 24,4%bb ( 32,2%bk)

adalah untuk memperoleh produk ikan asap yang dapat disimpan hingga

periode waktu tertentu. Produk ikan asap dengan tingkat kadar air yang

jauh lebih rendah dari nilai 36,78%bb memiliki nilai organoleptik lebih

rendah dari nilai 7 sebagai batas minimum. Dengan demikian, spesifikasi

produknya tidak memenuhi kriteria SNI ikan asap melainkan masuk dalam

kriteria ikan kering. Jenis produk ikan asap tersebut selanjutnya disebut

Page 164: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

148

ikan kering yang dihasilkan melalui proses pengasapan atau lebih tepat

disebut sebagai produk ikan kayu (dried smoked fish).

Gambar 48. Tingkat kadar air terhadap aw dan spesifikasi SNI ikan asap

Pengasapan ikan cakalang hingga tingkat kadar air akhir yang

diinginkan membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Perhitungan waktu

untuk menduga lama proses pengasapan dari kadar air 73%bb hingga

10%bb ditampilkan dalam bentuk grafik sebagaimana Gambar 49.

Page 165: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

149

Gambar 49. Perhitungan lama pengasapan berdasarkan penurunan kadar

air menggunakan persamaan Nikitin.

Berdasarkan Gambar 49, dugaan waktu yang dibutuhkan untuk

mengasapi ikan cakalang dari kadar air awal 73%bb hingga 50,7%bb dan

50,5%bb adalah 16,3 jam dan 16,4 jam. Pengujian 1 dan 2 proses

pengasapan ikan cakalang melalui desain untuk mencapai kadar air

50,7%bb dan 50,5%bb ditempuh dalam waktu 13,0 jam dan 14,67 jam.

Performansi desain berdasarkan pengujian 1 dan 2 menunjukkan waktu

yang lebih singkat dengan perbedaan waktu msing-masing 3,3 jam dan

1,73 jam. Pengujian 3 dengan penurunan kadar air ikan cakalang dari

73%bb hingga 57,6%bb ditempuh dalam waktu 12,0 jam sementara

perhitungan dugaan waktunya menghasilkan nilai 11,3 jam. Performansi

desain berdasarkan pengujian 3 menunjukkan waktu yang berbeda tipis

yakni 0,7 jam atau 42 menit lebih lambat.

Page 166: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

150

Kondisi yang berbeda pada pengujian 1, 2 dan 3 adalah ikan

cakalang yang dibelah dua untuk berat 31,2 kg pada pengujian 1 dan 33,0

kg pada pengujian 2. Perbedaan berat total untuk perlakuan yang sama

(semua ikan dibelah dua) pada pengujian 1 dan 2 menyebabkan pengujian

1 lebih cepat waktunya 3,3 jam dan pengujian 2 lebih cepat 1,73 jam dari

perhitungan dugaan waktunya. Pengujian 3 memiliki kondisi yang berbeda

yakni separuh dari 35 ekor ikan cakalang utuh tidak dibelah (bentuk utuh)

dari berat bersih keseluruhan 29,3 kg. Bentuk ikan yang utuh setelah

insang dan perutnya dibersihkan memberikan efek penguapan air yang

lebih lambat dari kondisi ikan yang diasapi pada pengujian 1 dan 2.

Kondisi yang berbeda pada pengujian 3 menyebabkan kadar air akhir yang

diperoleh sebesar 57,6%bb dalam waktu 12,0 jam. Meskipun demikian,

perhitungan dugaan waktu sebesar 11,3 jam mengindikasikan kelambatan

yang sangat tipis hanya 0,7 jam atau 42 menit. Berdasarkan kasus tersebut,

diperoleh fakta bahwa semakin tipis daging ikan (karena dibelah dua)

menyebabkan laju penguapan air yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan

data teknis pengasapan ikan pada Tabel 15 yang menampilkan laju

penguapan air untuk pengujian 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar 1,08

kg/jam, 1,02 kg/jam dan 0,92 kg/jam.

Perbandingan terhadap lama waktu produksi ikan kayu dari jenis

ikan cakalang di Kendari dilaporkan bervariasi dari 45 hari, 71 hari dan 78

hari. Analisis kadar air ikan kayu dari lama waktu produksi berbeda

tersebut memiliki kisaran 6-24%bb (Sulistiani dkk., 2017). Berdasarkan

Gambar 48, kisaran kadar air tersebut berada pada selang kadar air

Page 167: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

151

kesetimbangan yakni kurang dari 24,4%bb. Penurunan kadar air tersebut

berdasarkan Gambar 49, maka lama proses pengeringannya membutuhkan

waktu lebih dari 40 jam.

Selain data teknis pengasapan ikan, uji laboratorium beberapa

parameter yang terkait dengan ikan cakalang sebagai bahan yang diasapi

juga dirangkum pada Tabel 16.

Tabel 16. Beberapa parameter hasil uji laboratorium ikan asap

Parameter Satuan Pengujian

1 2 3

Identifikasi Awal:

Formalin - N.D - -

Histamin kolorimetri N.D - -

Kimia:

Air % 50,7 50,5 57,6

Protein % 37,94 40,71 41,68

Lemak % 7,86 7,68 9,87

Abu % 3,39 4,87 4,62

Garam % -- 3,34 4,02

Fenol µg/g -- 62,48 60,16

Benzo[a]piren µg/kg 1,59 N.D 0,99

Mikrobiologi:

Eschericia Coli APM/g negatif < 3 < 3

Salmonella sp per 25 g negatif negatif negatif

Staphilococcus Aures Koloni/g negatif negatif negatif

Vibrio Cholerae per 25 g negatif negatif negatif

-- Nilai terpengaruh kesalahan alat laboratorium.

N.D. = Not Detected (Tidak terdeteksi).

Page 168: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

152

1. Uji Formalin dan Histamin

Uji formalin dan histamin di lakukan terhadap ikan cakalang dari

nelayan yang ditetapkan sebagai sumber memperoleh ikan cakalang pada

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) terdekat di Gorontalo. Penetapan ini

dilakukan sebagai upaya memperkecil atau menghindari kemungkinan

memperoleh ikan yang diberi perlakuan formalin sebagai salah satu bentuk

penanganan yang tidak tepat. Demikian pula untuk memastikan bahwa

proses penanganan ikan cakalang hasil tangkapan nelayan berlangsung

baik dan mencapai TPI dalam kondisi ikan yang masih segar.

Hasil uji laboratorium yang dilakukan pada Balai Pembinaan dan

Pengujian Mutu Hasil Perikanan di Gorontalo menunjukkan bahwa baik

formalin maupun histamin tidak terdeteksi (Tabel 16). Berdasarkan hasil

uji pada pengujian ke-1 tersebut kemudian diputuskan bahwa peralatan

dan sistem penanganan hasil tangkapan ikan cakalang memenuhi syarat

dan diteruskan hingga pengujian 3. Pengujian parameter yang sama pada

pengujian 2 dan 3 tidak lagi dilakukan mengingat peralatan dan sistem

penanganan seperti pemberian es beku pada box yang digunakan sudah

memenuhi kriteria aman. Batas kandungan histamin yang diperkenankan

berdasarkan SNI ikan asap adalah maksimal 100 mg/kg dan batas

kandungan histamin berdasarkan Codex STAN-311 (FAO, 2013) adalah

maksimal 20 mg/ 100g daging ikan asap.

2. Mikrobiologi

Pengujian ikan cakalang asap untuk parameter mikrobiologi

seperti keberadaan bakteri Eschericia coli, Salmonella sp, Stapilococcus

Page 169: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

153

Aures dan Vibrio Cholerae dari pengujian 1 hingga pengujian 3

dinyatakan memenuhi syarat berdasarkan SNI ikan asap (Tabel 16). Hal

ini menggambarkan bahwa proses penyiapan dan pengolahan ikan

cakalang sebelum diasapi memenuhi aspek higienitas yang dibutuhkan

untuk ikan asap sebagai produk pangan. Demikian pula proses pengasapan

yang kondisinya tertutup menyebabkan peluang terkontaminasi dengan

sumber bakteri menjadi berkurang jika dibandingkan dengan pengasapan

ikan secara terbuka seperti pada pengasapan ikan tradisional.

3. Kadar Garam

Kandungan garam dalam produk ikan asap diatur dalam SNI

dengan nilai maksimal 4%. Garam memiliki beberapa kegunaan,

disamping untuk memberikan citarasa yang sedap pada kadar yang tepat,

juga menghambat pertumbuhan mikroba, juga menyebabkan koagulasi

protein yang berefek pada tekstur kenyal atau kompak saat daging ikan

digigit. Perbedaan yang diamati pada ikan cakalang yang tidak direndam

dengan larutan garam adalah menyebabkan daging ikan cakalang yang

cepat hambur bagai terigu saat daging ikan digigit. Struktur daging ikan

cakalang tanpa garam tidak kenyal/kompak dan tidak memberikan efek

tahanan atau gaya melawan (reaksi) saat gigi memberikan aksi menekan

(gigitan). Tingkat kesukaan konsumen terhadap rasa asin secara umum

bervariasi. Kadar garam dari nilai 0% hingga 4% terkait ikan asap sebagai

bahan pangan memiliki segmen konsumen tersendiri yang

menginginkannya. Sebagai contoh adalah konsumen yang memiliki

gangguan kesehatan berupa tekanan darah tinggi cenderung memilih bahan

Page 170: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

154

pangan yang berkadar garam rendah. Dengan demikian kadar garam pada

ikan asap sepanjang memenuhi batas SNI yang telah ditetapkan maka

dapat diterima dan memiliki segmen konsumen masing-masing.

Kadar garam pada ketiga pengujian pengasapan secara umum

memenuhi syarat yakni maksimal mencapai 4% (Tabel 16). Pada

pengujian 1 kadar garam rendah yakni hanya 0,26% sedangkan pengujian

2 dan 3 lebih dari 3,3%. Diduga terjadi kesalahan laboratorium pada

pengujian 1 meskipun konsentrasi garam yang diberikan sebesar 10%

dengan lama waktu perendaman 30 menit. Perlakuan garam pada

pengujian 1 relatif mengikuti panduan umum perendaman garam untuk

pangan. Pada pengujian 2 dan 3, larutan garam ditingkatkan menjadi

konsentrasi 15% dan lama perendaman 40-45 menit. Hal ini dilakukan

mengingat jenis ikan cakalang memiliki daging yang tebal (sekitar 25 mm)

dan panjang (sekitar 342,5 mm) pada kondisi terbelah sehingga

diasumsikan membutuhkan konsentrasi garam yang lebih tinggi.

4. Kadar Protein, Lemak dan Abu

Protein, lemak dan abu adalah nutrisi utama yang diuji dari ikan

cakalang asap yang dihasilkan. Kadar protein, lemak dan abu untuk ketiga

pengujian masing-masing memiliki nilai rata-rata 40,1%, 8,5% dan 4,3%

pada kadar air rata-rata 52,9% (Tabel 16). Nilai ketiga parameter mutu

tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis ikan cakalang asap

yang dihasilkan di daerah Kendari yakni 29,7%, 2,6%, 1,4% untuk protein,

lemak dan abu pada kadar air 65,6% (Isamu et al., 2012). Nilai nutrisi

tersebut juga lebih tinggi dari kadar proksimat ikan tuna asap yang diteliti

Page 171: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

155

oleh Fuentes et al., (2010) pada kadar air 58.6-66.2% memiliki kadar

protein 15.4-31.5%, kadar lemak 1.4-3.8%, dan kadar abu sebesar 6.1-

7.5%. Kadar nutrisi yang lebih tinggi tersebut dapat disebabkan karena

proses pemanasan berlangsung perlahan sehingga nutrisinya terjaga (tidak

rusak). Pada rasio tertentu, kadar air yang lebih rendah pada produk yakni

52,9%, dapat meningkatkan porsi dari nilai protein, lemak dan abu.

5. Kadar Fenol

Senyawa fenol adalah kandungan mayoritas dari komponen asap

yang dihasilkan dari bahan biomassa disamping karbonil, asam, furan,

alkohol, ester, lakton dan juga kelompok senyawa aromatik seperti

benzo[a]piren. Proporsi masing-masing komponen bergantung pada jenis

bahan biomassa yang digunakan, kadar air bahan, ukuran partikel bahan

dan proses terbentuknya asap (Maga, 1987; Pool and Lin, 1982). Fenol

terutama memegang peranan sebagai pembentuk citarasa dan aroma asap

serta memiliki sifat sebagai anti mikroba yang kuat. Kelompok senyawa

yang termasuk fenol antara lain adalah syringol, eugenol, cresols, vanillin

dan guaiacol. Kandungan fenol dalam ikan cakalang hasil pengasapan

diwakili oleh pengujian 2 sebesar 62,48 µg/g dan pengujian 3 sebesar

60,16 µg/g (Tabel 16). Nilai fenol pada pengujian 1 menghasilkan nilai

rendah dan setelah dilakukan penelusuran, diduga kuat karena faktor

teknis alat yakni penurunan fungsi unit pendingin pada destilator yang

digunakan. Nilai fenol pengujian 2 dan pengujian 3 setelah penggantian

unit pendingin menghasilkan nilai rata-rata sebesar 61,32 µg/g atau 6,132

mg/100g. Berdasarkan pengamatan Sérot et al., (2004), kandungan fenol

Page 172: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

156

pada fillet ikan herring yang diasapi dengan pembakaran biomassa

(smouldering) memiliki kecenderungan bertambah dari 0,1-0,31 mg/100g

dengan meningkatnya suhu dari 16-32oC dan cenderung konstan pada 1

jam terakhir dari total waktu 4 jam pengasapan pada nilai 0,24 mg/100g.

Penelitian yang dilakukan oleh Chan et al., (1975) mengamati

pengaruh aliran udara dan tanpa aliran udara terhadap penyerapan fenol ke

dalam daging ikan mackerel. Hasilnya menunjukkan bahwa penyerapan

fenol lebih tinggi pada pengasapan yang memiliki aliran udara dengan

nilai berkisar 3,0 mg/100g sedangkan pengasapan tanpa aliran udara hanya

berkisar 0,5 mg/100g daging ikan. Kondisi pengasapan yang diamati

adalah suhu 37,8oC dan kelembaban udara 22% selama 2 jam. Pengamatan

variabel lain berupa pengaruh suhu terhadap penyerapan fenol ke dalam

daging ikan pada kelembaban udara 60% menunjukkan bahwa suhu

pengasapan 71,1oC selama lebih dari 2 jam memiliki kandungan fenol

pada kisaran lebih dari 10 mg/100g diikuti suhu 82,2oC pada kisaran 5

mg/100g dan suhu 60oC pada kisaran lebih dari 4 mg/100g daging ikan.

Dengan demikian, hasil pengujian ikan cakalang asap dengan

kadar fenol 6,132 mg/100g selama sekitar 13 jam pada suhu pengasapan

rata-rata 76oC disebabkan level suhu dan kelembaban ruangan.

Berdasarkan penelitian Chan et al., (1975), suhu 76oC berada diantara

71,1oC dan 82,2

oC. Dengan demikian nilai capaian fenol pada pengujian

sebesar 6,132 mg/100g berada diantara 10 mg/100g dan 5 mg/100g

sebagaimana korelasi suhunyat. Nilai fenol yang mendekati 5 mg/100g

dari korelasi tersebut disebabkan oleh kelembaban ruang pengasapan yang

Page 173: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

157

belum mencapai kondisi optimum. Kondisi yang memungkinkan

kelembaban udara meningkat ke level 60% dapat diupayakan melalui

tingkat kadar air tertentu dari bahan bakar atau melalui unit dehumidifier

yang sengaja dipasang. Pengujian 2 yang memiliki kadar air tempurung

kelapa rata-rata 15,2% dan suhu rata-rata pengasapan 64,2oC memiliki

penyerapan fenol yang paling baik yakni 6,248 mg/100g. Pengujian 3

dengan kadar air tempurung 13,3% dan suhu rata-rata pengasapan 78,4oC

memiliki kandungan fenol 6,02 mg/100g. Upaya lain dari sisi desain

adalah memanfaatkan kembali asap yang keluar dari ruang pengasapan

untuk bercampur dengan asap dari outlet selubung penukar panas

(looping). Lama pengasapan berdasarkan penelitian Sérot et al., (2004)

tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan fenol melainkan cenderung

konstan pada suatu capaian fenol tertentu di dalam bahan.

Flick, G.J. (2010) menyatakan bahwa warna kuning keemasan

pada kulit ikan cakalang asap adalah dampak interaksi karbonil dengan

komponen amino pada saat pengasapan. Warna merah mengkilat pada

permukaan daging dan membentuk pellicle disebabkan oleh reaksi

denaturasi protein yang dipengaruhi oleh fenol dan aldehid dari asap.

6. Benzo[a]piren

Pengamatan terhadap kandungan senyawa benzo[a]piren untuk

ketiga pengujian masing-masing menghasilkan nilai 1,59 µg/kg, tidak

terdeteksi dan 0,99 µg/kg (Tabel 16). Benzo[a]piren adalah salah satu

senyawa polisiklik aromatik hidrokarbon yang bersifat paling karsinogenik

dan dijadikan penanda dalam produk asapan seperti ikan asap (Stołyhwo

Page 174: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

158

and Sikorski, 2005). Irisan daging tak berlemak dan daging yang berlemak

dari ikan trout yang diasapi hingga suhu internal ikan mencapai 82oC

selama 30 menit, mengandung benzo[a]piren masing-masing 5,12 µg/kg

dan 8,43 µg/kg (Zabik et al., 1996; Stołyhwo and Sikorski, 2005).

Perlakuan suhu dan lama waktu pematangan adalah sama dalam pengujian

desain ini tetapi total waktu pengasapannya tidak disebutkan,

kemungkinan lebih singkat dan menghasilkan kandungan benzo[a]piren

yang berbeda. Perbedaan dari sisi alat disebabkan oleh adanya pemisahan

partikel padat dan senyawa tar dalam pengujian desain ini sehingga

menyebabkan kandungan benzo[a]piren lebih rendah. Jelaga dan senyawa

tar yang banyak terpisah ke dalam dustbin merupakan faktor yang

berkontribusi dalam penurunan kandungan senyawa karsinogen ikan.

Disamping itu, desain sistem pengasapan dalam penelitian ini

dikategorikan pengasapan tidak langsung sehingga aliran asap yang

melewati selubung penukar panas bersekat dengan layout pipa segitiga 30o

(staggered) menjadi pereduksi senyawa tar bercampur asap untuk

mencapai ruang pengasapan ikan. Faktor lainnya adalah tercapainya pola

suhu pengasapan yang menjadi referensi yakni suhu pusat ikan berkisar

68-72oC selama 25 menit (Sikorski and Kołakowski, 2010) dari sumber

suhu tungku pembakaran pada kisaran kurang dari 300oC. Suhu

pembakaran tempurung kelapa untuk menghasilkan asap dilakukan dengan

memperhatikan zona dekomposisi karbon yang bermula pada suhu 425oC

atau zona oksidasi pada suhu lebih dari 325oC (Kowalski et al., 2010).

Page 175: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

159

Suhu tungku pembakaran pada ketiga pengujian berdasarkan

capaian tertinggi berkorelasi dengan kandungan benzo[a]piren pada daging

ikan cakalang asap. Pengujian 1 dengan suhu tertinggi sebesar 365oC,

berada pada zona oksidasi yakni diatas suhu 325oC menyebabkan

kandungan benzo[a]piren ikan cakalang asap sebesar 1,59 µg/kg.

Pengujian 2 dengan suhu tertinggi sebesar 182oC, jauh dari batasan suhu

pembentukan kelompok senyawa benzo[a]piren menyebabkan senyawa

benzo[a]piren tidak terdeteksi pada ikan cakalang asap. Pengujian 3

dengan suhu tertinggi sebesar 285,5oC, mendekati batas suhu zona

oksidasi, menyebabkan kandungan benzo[a]piren ikan cakalang asap

sebesar 0,99 µg/kg.

Hasil uji laboratorium senyawa benzo[a]piren dari ketiga

pengujian lebih rendah dari ambang batas yang ditetapkan dalam peraturan

Kepala Badan POM tahun 2011 sebesar 2,0 µg/kg. Beberapa olahan

pangan seperti turkey breast, turkey sausage dan turkey bacon juga

memiliki ragam kadar benzo[a]piren berkisar 1,1 – 1,9 µg/kg (McDonald,

2015). Namun demikian kisaran nilai benzo[a]piren pada ragam produk

tersebut masih berada di bawah ambang batas yang ditetapkan sebesar 2,0

µg/kg (Turkish Food Codex, 2008). Negara-negara dibenua Eropa yang

tergabung dalam Uni Eropa juga sedemikian memantau kontaminan

senyawa benzo[a]piren pada bahan pangan yang diasapi dengan

menetapkan ambang batas sebesar 5,0 µg/kg (EC, 2005). Demikian halnya

badan dunia FAO/WHO mengindahkan produk-produk yang diasapi

Page 176: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

160

seperti daging asap pada batas kandungan benzo[a]piren kurang dari 5,0

µg/kg (Codex Alimentarius Commission, 2008).

7. Uji ALT, Kadar air sampel dan Organoleptik

Uji angka lempeng total (ALT), organoleptik dan kadar air ikan

saat penyampelan dilakukan sebagai satu kesatuan. Uji ini dimaksudkan

untuk mengetahui jumlah mikroba dari ikan cakalang asap pada lama

penyimpanan 3 hari, 5 hari dan 15 hari dengan kondisi kadar air yang

berubah. Perubahan kadar air disebabkan oleh kondisi penyimpanan ikan

yang tidak terkemas dan berada dalam ruang polikarbonat sehingga

memungkinkan terjadinya penguapan air pada siang hari saat terkena

panas matahari. Sampel ikan bersumber dari hasil pengujian 1 dengan

kadar air awal sejak pengasapan sebesar 50,7%. Penyimpanan dalam

waktu berjangka bertujuan menempatkan parameter ALT sebagai Critical

Control Point (CCP) dari ikan asap yang dihasilkan. Tabel 17

menampilkan data uji ALT, kadar air dan penilaian organoleptik dari ikan

cakalang asap yang dihasilkan.

Berdasarkan Tabel 17, penyimpanan ikan cakalang asap selama 3

hari menyebabkan kadar airnya berkurang dari 50,7% menjadi 48,31%.

Uji ALT menghasilkan jumlah mikroba yang masih sedikit yakni kurang

dari 2500 Koloni/g dan nilai organoleptik sebesar 8. Produk ikan cakalang

asap 3 hari simpan sejak pengasapan dengan kadar air 48,31%

menunjukkan perkembangan mikroba yang masih rendah dan kondisi

organoleptik yang baik.

Page 177: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

161

Tabel 17. Uji ALT, kadar air dan organoleptik

Parameter Satuan Hari ke

3 5 15

Organoleptik Min 7 8 8 7

Kadar air % 48,31 40,71 36,78

ALT Koloni/g < 2500 3,2x103 1,5x10

5

Pengujian sampel hari ke-5 menunjukkan kondisi organoleptik yang baik

yakni nilai 8 meskipun kadar airnya turun menjadi 40,71%. Kadar air

tersebut menunjukkan kondisi ikan yang semakin kering dan mengalami

perkembangan jumlah mikroba yang meningkat yakni nilai ALT sebesar

3,2x103 Koloni/g. Pengujian pada hari ke-15 menunjukkan kondisi

organoleptik ikan cakalang asap yang menurun yakni nilai 7 dengan kadar

air rendah 36,78%, sedangkan nilai ALT sebesar 1,5x105 Koloni/g

menunjukkan nilai yang mencapai batas yang diperkenankan dalam SNI

yakni 1,0x105 Koloni/g. Hasil uji ini memberikan makna bahwa ikan

cakalang asap yang dihasilkan memenuhi syarat SNI dari aspek

organoleptik minimal 7 dari angka 1-9 dengan parameter ALT sebagai

CCP pada kondisi kering untuk selang waktu penyimpanan sekitar 10 hari.

Peningkatan jumlah populasi mikroba selama masa penyimpanan

umumnya terjadi berkaitan dengan ketersediaan air bahan. Peningkatan

jumlah mikroba sampel berbarengan dengan turunnya kadar air bahan,

terjadi karena tingkat kadar air yang belum setimbang. Penurunan kadar

air dari 48,31% hingga 36,78% masih di atas nilai kadar air kesetimbangan

produk yakni 24,4% (Gambar 48). Kondisi tersebut menyebabkan aktifitas

air, aw masih lebih tinggi dari 0,85 sehingga memungkinkan pertumbuhan

Page 178: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

162

mikroba. Menurut Burt (1988), nilai aw lebih dari 0,85 memungkinkan

mikroba seperti ragi dan bakteri (aw=0,91) dapat tumbuh dan berkembang.

Perkembangan tersebut disebabkan oleh dua hal mendasar yakni

ketersediaan air dan senyawa protein sebagai media pertumbuhan mikroba.

8. Uji X-Ray Diffraction

Uji X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan sebagai upaya

mengidentifikasi senyawa yang terbentuk pada proses pembakaran

tempurung kelapa dan senyawa yang terbentuk pada kulit ikan sebagai

proses oksidasi. Identifikasi senyawa yang teroksidasi diharapkan menjadi

petunjuk adanya golongan senyawa yang memiliki assosiasi dengan

senyawa benzo[a]piren atau senyawa PAH lainnya. Senyawa

benzo[a]piren memiliki formula empirik C20H12, berat molekul 252.31

g/mol, titik didih 495oC sinonim dengan 3,4-Benzopyrene, 3,4-

Benzpyrene, Benzo[def]chrysene. Benzo[a]piren adalah salah satu

senyawa PAH yang terbentuk dari pembakaran tidak sempurna pada suhu

berkisar 300 – 600oC (Sigma-Aldrich, 2017). Berdasarkan hasil uji X-ray

Diffraction sampel abu tempurung kelapa, senyawa yang mengalami

oksidasi memiliki pola intensitas seperti pada Gambar 50.

Berdasarkan pola intensitas pada Gambar 50, senyawa yang

teridentifikasi (Tabel 18) dapat digolongkan dalam dua kelompok yakni

kelompok abu terbang atau fly ash dan kelompok yang merupakan

komponen asap. Kelompok abu terbang adalah Alpha-Silika dioksida (Si

O2), Iron Titanium (Fe0.2 Ti0.8), Rutile (Ti O2) dan Manganosite (Mn O)

yang dapat ditelusuri sebagai komponen yang berasal dari bahan bakar

Page 179: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

163

tempurung kelapa yang terdegradasi (Ting et al., 2016; Fuller et al., 2015;

Madakson et al., 2012).

Gambar 50. Profil uji X-Ray Diffraction abu tempurung kelapa

Kelompok yang merupakan komponen asap adalah hydrogen

peroksida dihidrat (H2O2(H2O)2) dan 3-Methyl-6-methoxy-9,10-

anthraquinone-1,8-diol. Hidrogen peroksida yang terikat dengan air adalah

cairan bening yang lebih kental dari air dan merupakan oksidator kuat.

Senyawa ini berperan sebagai auto oksidator anthraquinone yang

merupakan senyawa organik aromatik. Senyawa hidrogen peroksida tidak

berbahaya, ramah lingkungan dan bahan ini dimanfaatkan oleh manusia

sebagai pemutih (bleach), disinfektan, oksidator dan sebagai bahan bakar

roket (Wikipedia, 2017b).

Page 180: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

164

Tabel 18. Senyawa teroksidasi pada sampel abu tempurung kelapa

Nama Senyawa Formula Persentase

Hydrogenperoxide dihydrate H2 O2 (H2O)2 12

Alpha-Si O2, quartz low high HP, syn Si O2 25

Iron Titanium ( Fe0.2 Ti0.8 ) 28

3-Methyl-6-methoxy-9,10-anthraquinone-1,8-diol C16 H12 O5 12

Rutile, syn Ti O2 12

Manganosite, syn Mn O 11

Senyawa anthraquinone merupakan gabungan yang dapat berasal

dari senyawa aldehid dan keton, turunan guaiacol dan senyawa PAH

ringan yang memiliki 2-3 cincin. Senyawa PAH ringan ini diklasifikasikan

sebagai uap tar (tar vapor) dan dapat menguap pada suhu rendah bahkan

pada konsentrasi yang rendah sekalipun (Woolcock and Brown, 2013;

Wikipedia, 2017a).

Berdasarkan temuan pada kedua kelompok senyawa yang terpisah

masuk di dustbin ini maka dapat disimpulkan bahwa desain sistem

pengasapan yang diintegrasikan dengan siklon separator memiliki aspek

kebaruan atau novelty yang berkontribusi nyata. Kontribusi khususnya

adalah menahan atau memisahkan partikel padat dan senyawa yang

berbahaya dalam porsi teknis agar tidak sampai ke ikan yang diasapi.

Kontribusi secara umum dapat dikaitkan dengan pengembangan keilmuan

dibidang keteknikan (engineering) ataupun dikaitkan dengan

pengembangan aspek keamanan pangan (food safety) dan penanganan

pencemaran udara lingkungan (environmental pollution).

Page 181: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

165

Dari hasil uji X-ray Diffraction sampel kulit ikan cakalang,

senyawa yang mengalami oksidasi memiliki pola intensitas seperti pada

Gambar 51 berikut.

Gambar 51. Profil uji X-ray Diffraction kulit ikan cakalang asap

Pada gambar tersebut, senyawa yang teroksidasi pada sampel kulit

ikan teridentifikasi sebanyak 2 yakni metana hidrat atau metana klarat

dengan kadar 94% dan silika atau hipotetikal silika dengan kadar 5,8%.

Senyawa silika juga teridentifikasi sebagai senyawa yang teroksidasi pada

sampel abu tempurung kelapa dan terkumpul masuk di dustbin. Senyawa

dengan formula SiO2 ini dapat merupakan bagian yang sama sumbernya

yakni bahan bakar tempurung yang terdegradasi melalui proses

pembakaran. Melalui temuan ini maka dapat dipahami bahwa abu terbang

atau fly ash yang berukuran mendekati ukuran terkecil yakni 0,2 µm

hingga diameter partikel padat yang terpisah dengan jumlah 50% (d50)

mampu melewati siklon separator. Partikel yang memiliki peluang 50%

Page 182: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

166

melewati pemisah siklon berdiameter 250 mm adalah partikel berukuran

hingga 3,94 µm. Ukuran partikel ini tidak tampak oleh mata tetapi

terdeteksi melalui uji X-ray Diffraction.

Senyawa metana hidrat atau disebut juga dengan gas hidrat adalah

senyawa kristal mirip es (Gambar 52) yang terdiri atas air dan gas metana,

terbentuk di bawah suhu, tekanan, saturasi gas dan kondisi salinitas air

yang sesuai atau sebagian diantaranya (Zhang et al., 2017). Terdapat dua

komponen utama yakni gas metana (CH4) dan air (H2O) dengan kondisi

saturasi yang ideal perbandingan mol antara gas metana dan air adalah 1 :

5,7 (Roshandell et al., 2011). Suhu nukleasi metana hidrat dalam

laboratorium dilakukan pada rentang -10oC hingga 12,91

oC atau kurang

dari suhu lingkungan dan tekanan gas dari 0 - 6 MPa (Cuadrado-Collados

et al., 2018; Zhang et al., 2017). Senyawa metana hidrat ini banyak

terdapat di alam yang terbentang di bawah permukaan air di sepanjang

samudera yang luas. Keberadaannya yang banyak ditemukan di dasar laut

memicu keingintahuan (curiousity) dewasa ini untuk mengetahui

mekanisme terbentuknya, termasuk pengaruh kondisi salinitas meniru air

laut (Lv et al., 2016).

Keberadaan senyawa metana hidrat yang terdeteksi pada sampel

kulit ikan cakalang melalui uji XRD adalah sangat logis jika ditelusuri

melalui komponen dan kondisi pembentukannya.

Page 183: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

167

Gambar 52. Metana hidrat berbentuk gumpalan salju dan terbakar

(Roshandell et al., 2011).

Komponen pertama adalah keberadaan gas metana dapat ditelusuri melalui

proses pirolisis atau istilah gasifikasi pada jenis energi biomassa dengan

sumber bahan bakar tempurung kelapa. Pada proses gasifikasi bahan

tempurung kelapa diketahui bahwa gas yang dapat dihasilkan antara lain

adalah CO2, CO, CH4, H2 (Hoque and Bhattacharya, 2001), sedangkan air

atau H2O adalah komponen yang melekat pada bahan yang diasapi atau

ikan cakalang dengan kadar air awal sekitar 73%. Kondisi salinitas air

yang dibutuhkan terbentuk melalui proses perendaman ikan ke dalam

larutan garam konsentrasi 15% pada suhu ikan yang masih dingin karena

efek pendinginan es dari tempat pelelangan ikan (TPI). Penanganan,

pembelahan dan pembersihan ikan dilakukan pada kondisi masih dingin,

direndam dalam larutan garam sebelum ditiriskan dan diasapi dengan suhu

beragam pada tekanan ruang berkisar 0 – 306 Pa.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dari sisi sumber

ketersediaan bahan pembentuknya, senyawa metana hidrat atau metana

klarat sangat mungkin didapati pada ikan cakalang yang diasapi. Namun

Page 184: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

168

prosesnya meliputi waktu dan mekanisme terbentuknya senyawa tersebut

belum bisa dinyatakan secara spesifik. Kemunculan senyawa metana

hidrat dalam lingkup penelitian ini dapat menjadi ide baru untuk

mempelajari mekanisme pembentukannya yang terjadi di luar lingkungan

perairan laut.

F. Aspek Perbaikan pada Iterasi Pengujian

Ketiga pengujian yang didasarkan pada aspek teknik

(engineering) mengandung makna sebagai iterasi pengujian yang

mengungkapkan karakteristik dasar sistem pengasapan dan langkah

perbaikan yang diupayakan untuk meningkatkan performansinya. Analisa

dan langkah perbaikan, baik terhadap aspek teknik desain maupun proses

diuraikan pada tiap iterasi pengujian.

1. Pengujian iterasi ke-1:

Analisa desain berdasarkan pengamatan visual yang dilakukan

pada pengujian iterasi ke-1 adalah tata letak ikan cakalang dalam

penampang silinder horizontal. Pemilihan ruangan pengasapan berbentuk

silinder rebah di dasari oleh beberapa pertimbangan sebagai berikut:

a. Penampang silinder berbentuk lingkaran dengan diameter 750 mm

adalah parameter yang telah disimulasikan dari awal (proposal) yakni

berada diantara 250 – 1000 mm yang memberikan gambaran

kecepatan udara ruang dan waktu pengasapan yang logis. Hasil

simulasi menunjukkan kecepatan udara dalam ruangan sebesar 0,041

– 0,01 m/detik (kondisi ruangan kosong) dan kisaran waktu

pengasapan 14,6 – 19,3 jam.

Page 185: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

169

b. Silinder dengan posisi horizontal secara struktural bersesuaian dengan

posisi lubang outlet asap sehingga memudahkan proses konstruksi dan

instalasinya.

c. Secara fungsional penampang lingkaran pada sisi bawah akan

mengalirkan cairan ikan saat proses penirisan di dalam ruang

pengasapan.

d. Referensi menyatakan bahwa desain pengasapan ikan terbaik adalah

berupa aliran udara paksa arah horisontal. Hal ini berpengaruh pada

aspek mutu ikan asap yang tetap (persistent) (Hilderbrand, Jr. 1992).

Pada pengujian iterasi 1, susunan ikan pada penampang ruang

pengasapan memiliki pola yang tidak simetris. Susunan yang tidak simetris

antara bagian bawah dan bagian atas disebabkan oleh struktur rak atau troli

tempat menggantung ikan cakalang. Susunan ikan tersebut menyisakan

ruang kosong yang lebih luas pada bagian atas sehingga mengarahkan pola

aliran asap yang dominan pada bagian tersebut (Gambar 53).

Gambar 53. Pola susunan ikan dalam ruangan iterasi ke-1

Page 186: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

170

Pengamatan secara visual menunjukkan bahwa proses

pematangan ikan dominan terjadi pada bagian atas yang ditandai dengan

warna merah. Pada bagian bawah, warna ikan tanpak lebih putih yang

menunjukkan tingkat kematangan ikan yang kurang dibandingkan ikan di

bagian atas.

Solusi pertama yang dilakukan adalah melakukan pembalikan

posisi ikan pada dua arah yakni horisontal dan vertikal. Pembalikan

dilakukan pada tiap 3 jam dimana posisi rak dibalik pada arah horisontal

dan ikan ditukar posisinya pada arah vertikal. Dengan demikian

keseragaman ikan tercapai di akhir sesi pengasapan. Solusi kedua adalah

mengubah desain konstruksi rak/troli, khususnya posisi bentangan

gantungan atas menjadi bentuk lengkung sehingga posisi ikan tidak lagi

sejajar pada garis horizontal atas (Gambar 54).

Gambar 54. Perubahan lengkungan rak pada iterasi ke-2

Page 187: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

171

Dengan demikian distribusi aliran asap lebih merata dan

perubahan ini berlaku untuk pengujian iterasi ke-2. Hal ini mengandung

makna bahwa proses pengujian berulang dalam bidang teknik berupa

pengujian desain adalah menganalisa beragam faktor baik proses maupun

data untuk mengambil tindakan sesegera mungkin dalam upaya

meningkatkan performansi sistem.

Faktor lain yang dianalisa dari data pengujian iterasi ke-1 adalah

kadar garam yang rendah. Penelusuran lanjut terhadap kadar garam rendah

disebabkan oleh faktor penurunan fungsi instrumen ukur pada proses

analisa laboratorium. Meskipun demikian, pada proses teknik, data

tersebut dapat diperbaiki melalui peningkatan konsentrasi garam untuk

pengujian iterasi berikutnya yakni pengujian 2. Hal ini mengandung

makna bahwa pengujian iterasi ke-1 melalui analisa proses dan data,

kemudian menjadi feedback untuk pengujian iterasi selanjutnya. Pada

kasus pengujian 1, desain struktur rak/troli dan kadar garam menjadi

variabel yang diubah dalam pengujian 2 dengan tujuan penyempurnaan

proses.

2. Pengujian iterasi ke-2:

Pada pengujian iterasi ke-2, pengamatan dilakukan terhadap

proses pengumpanan tempurung pada unit tungku pembakaran. Proses

pembakaran tempurung tetap dikontrol terutama pembentukan bara dan api

serta bara tersisa sebelum operator mengumpan tempurung berikutnya.

Aspek ergonomi menjadi bahan pertimbangan pada proses ini yang

memunculkan fakta bahwa operator merasakan kelelahan pada kegiatan

Page 188: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

172

tersebut. Kelelahan disebabkan karena posisi badan yang harus berdiri

ruku untuk mengumpan dan mengamati bara api melalui corong

pengumpanan/pengamatan yang berposisi miring (Gambar 55).

Gambar 55. Pengamatan aspek ergonomi operator tungku

Aspek ergonomi menyangkut pola interaksi manusia dengan

mesin (lingkungan kerja). Pola interaksi dapat menghasilkan bentuk tubuh

operator yang beragam seperti posisi berdiri, duduk, jongkok, berdiri ruku

dan berdiri bongkok. Secara alamiah, posisi tubuh manusia yang normal

dalam aktivitas bekerja adalah berdiri dan duduk. Posisi duduk

memberikan suasana yang lebih nyaman bagi tubuh untuk beraktivitas

dalam jangka waktu relatif lama.

Secara singkat ergonomi diartikan sebagai ilmu tentang manusia

dalam usaha untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja

(Nurmianto, 1996). Pandangan lain dikemukakan oleh Suma’mur (1987)

bahwa ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk

menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya

Page 189: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

173

dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-

tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya.

K3LH, (2017) menyatakan bahwa dalam penerapannya, ergonomi

mencakup 4 bidang utama yakni fisik, kognitif, organisasi dan lingkungan.

Ergonomi fisik berkaitan dengan aktifitas fisik manusia dalam bekerja

seperti anatomi tubuh manusia, antropometri, karakteristik fisiologi dan

biomekanika, kekuatan fisik manusia kerja, postur kerja, beban fisik kerja,

pemindahan material, studi gerakan dan waktu kerja, tata letak tempat

kerja, keselamatan kerja, kesehatan kerja, ukuran dan dimensi tempat atau

alat kerja, fungsi indra dalam bekerja, kontrol dan display. Ergonomi

lingkungan berkaitan dengan hal-hal di sekitar orang bekerja, biasanya

berupa lingkungan fisik. Topik yang relevan adalah pencahayaan di tempat

kerja, suhu, kebisingan, getaran, desain interior termasuk bentuk dan

warnanya. Kedua lingkup ergonomi tersebut menjadi dasar dari upaya

perbaikan proses kerja operator dalam desain ini terutama ergonomi fisik

dengan topik antropometri.

Antropometri adalah bagian dari proses ergonomi yang

mengaitkan ukuran tubuh manusia terhadap dimensi mesin sebagai

lingkungan kerja. Antropometri berkaitan dengan posisi tubuh manusia

saat bekerja seperti dimensi mesin pada ketinggian tertentu untuk diraih

atau diamati. Ukuran tinggi tubuh merupakan bagian dari posisi berdiri

untuk meraih pada suatu ketinggian. Posisi berdiri tidak bersesuaian

dengan aktivitas pengamatan dan pengumpanan pada corong yang

letaknya rendah. Oleh karena itu, posisi duduk adalah pilihan yang lebih

Page 190: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

174

tepat untuk proses pengumpanan dan pengamatan bara api ke ruang

tungku. Seiring dengan tuntutan capaian yang akurat pada pola suhu

pengasapan ikan, pengumpulan bara yang terpencar saat proses

pembakaran harus dilakukan. Upaya tersebut relatif sulit dilakukan jika

proses pembakaran dilakukan di dalam ruang tungku.

Pemindahan proses pembakaran ke ruang bagian bawah tungku

menjadi opsi yang dipilih. Pembakaran tempurung dilakukan di atas wadah

yang dapat ditarik dan didorong masuk ruang tungku sambil mengamati

suhu ruang yang tampil pada instrumen. Posisi duduk bagi operator adalah

suasana yang mendukung aktivitas secara nyaman dengan tuntutan capaian

suhu yang akurat pada proses pengasapan ikan (Gambar 56).

Gambar 56. Perubahan posisi operator yang lebih ergonomis

3. Pengujian iterasi ke-3:

Pada pengujian iterasi ke-3, pengamatan ditujukan ke aspek aliran

asap keluar outlet ruang pengasapan ikan. Aliran asap memiliki kesan

Page 191: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

175

kecepatan yang tinggi sehingga berdampak pada aspek fungsi dan

kegunaan asap yang berlalu begitu cepat. Kecepatan asap berkisar 16

m/detik sebagaimana Gambar 57. Data lain yang terkait adalah fraksi halus

pasir yang terdapat pada partikel padat terpisah ke dalam dustbin yang

menunjukkan masih tingginya efek penghisapan oleh blower hingga ke

dasar tungku.

Untuk mengupayakan kecepatan aliran asap berkurang maka

sumber listrik untuk blower sentrifugal dilewatkan ke instrumen pengatur

daya. Blower sentrifugal memiliki spesifikasi 220-380 VAC, 50 Hz dan

volumetrik 282 m3/jam sementara listrik PLN memiliki frekuensi 60 Hz.

Gambar 57. Aliran asap keluar outlet ruang pengasapan

Berdasarkan manual leaflet dan plat spesifikasi, blower memiliki daya

sebesar 100 Watt sementara pengukuran menunjukkan daya yang lebih

besar yakni mencapai 186,4 Watt dengan arus listrik 1,09 Ampere.

Perbedaan frekuensi menyebabkan spesifikasi blower termasuk debit udara

Page 192: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

176

yang lebih tinggi. Hal ini menjadi salah satu penyebab tingginya kecepatan

aliran udara-asap outlet ruang pengasapan yang teramati.

Proses penurunan kecepatan aliran udara-asap dapat dilakukan

dengan beberapa cara pada blower sentrifugal. Secara konvensional

penurunan kecepatan putar motor dapat dilakukan dengan mengurangi

panjang lilitan kawat kumparan. Cara ini menyebabkan penurunan

spesifikasi blower sentrifugal secara permanen sehingga manfaat

spesifikasi awal tidak bisa lagi dikembalikan. Pengaturan lain adalah

pengecilan ukuran luas penampang jendela aliran udara blower. Fitur ini

tidak tersedia pada setiap blower dan tidak terdapat pada blower

sentrifugal yang digunakan. Disamping itu, penurunan luas jendela pada

bibir (lid) blower akan meningkatkan kebisingan suara sebagai polusi yang

dapat menimbulkan ketidaknyamanan.

Solusi terkini seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

pemanfaatan microcontroller berbasis elektronik dan pemrograman bahasa

mesin menghasilkan perangkat (device) pengatur putaran motor. Perangkat

ini bekerja pada tingkat mikro dari arus dan tegangan listrik sehingga

aman dalam aplikasinya dan berdampak pada konsumsi daya listrik yang

rendah. Aplikasi perangkat ini bersifat eksternal sehingga spesifikasi awal

blower dapat dikembalikan baik pada saat terpasang atau dengan

melepaskannya. Kajian desain pengatur kecepatan blower melalui teknik

delay arus tegangan AC satu fase dan tiga fase telah diaplikasikan pada

berbagai keperluan. Tahir (2009) menerapkan teknik delay berbasis fuzzy

dan microcontroller menghasilkan variasi kecepatan putar blower pada

Page 193: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

177

tegangan AC satu fase. Hasil uji menunjukkan kecepatan aliran udara 1,0

m/detik pada kelembaban relatif udara 45% dan kecepatan aliran udara 8,0

m/detik pada kelembaban relatif udara 80%. Pengujian berdurasi 13 jam

pada ruang pengering jagung menghasilkan suhu rata-rata 46,8oC pada

nilai set point 47oC dan kelembaban relatif udara rata-rata 41,8% pada

nilai set point 45%. Priahutama dkk., (2010) merancang teknik delay

sebagai driver atau modul soft starting motor induksi 3 fase dengan

atmega 8535. Motor induksi 3 fase adalah jenis motor yang memanfaatkan

tegangan listrik 3 fase dan digunakan secara umum dalam industri.

Penerapan teknik delay untuk mengatasi arus awal yang tinggi pada motor

induksi menghasilkan proses soft starting dalam waktu 24 detik dan proses

stop stopping dalam waktu 10 detik dengan arus dan tegangan yang relatif

terkendali.

Aplikasi perangkat mikro pengatur putaran dilakukan pada hari

kedua pengujian iterasi ke-3 dengan menyetel konsumsi listrik ke daya 69

Watt yang memungkinkan putaran blower berkurang hingga kecepatan

aliran asap keluar outlet ruang pengasapan berkisar 10 m/detik. Upaya ini

juga berdampak pada konsumsi listrik yang semakin rendah sehingga

desain sistem menjadi lebih hemat. Gambar 58 menunjukkan perubahan

daya dari posisi penuh menjadi daya sekitar 69 Watt dengan arus listrik

sebesar 0,56 Ampere.

Perubahan dilakukan dengan tetap mengamati kinerja blower

sentrifugal baik dari aspek suara yang ditimbulkan maupun dari aspek

panas yang dapat muncul pada bagian statis motor. Efek suara yang

Page 194: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

178

ditimbulkan berkebalikan dengan cara mengurangi luas jendela lid blower.

Hal ini terjadi karena teknik delay memiliki makna memutus arus melalui

gerbang (gate) triac dalam waktu sesaat menyebabkan suara perangkat

hilang dalam waktu sesaat tersebut. Perubahan kecepatan blower dan

dampaknya ini menunjukkan peluang desain sistem pengasapan

mengalami proses optimasi melalui kegiatan penelitian selanjutnya.

Gambar 58. Pengubahan konsumsi listrik dari kondisi penuh ke posisi

daya 69,0 W melalui instrumen penurun daya.

G. Aspek Kebaruan (Novelty)

1. Teknologi pengasapan metode tidak langsung yang mengintegrasikan

tungku pembakaran bahan biomassa, penukar panas, siklon separator

dan ruang pengasapan.

2. Teknologi pengasapan yang dilengkapi dengan siklon separator yakni

sistem pemisahan partikel padat berupa abu terbang, fraksi halus arang,

jelaga dan tar untuk meningkatkan sanitasi dan higienitas produk ikan

asap serta menurunkan kandungan senyawa benzo[a]piren yang bersifat

karsinogen.

Page 195: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

179

3. Teknologi pengasapan yang dilengkapi dengan jalur udara panjang dan

ruang bersekat (baffles) berisi susunan pipa pola segitiga (staggered)

lima kali laluan sebagai upaya ganda (double) dalam menurunkan

kandungan senyawa benzo[a]piren yang terbawa asap melewati siklon

separator.

4. Teknologi pengasapan yang menghasilkan produk ikan asap dengan

permukaan kulit berwarna kuning keemasan atau coklat cerah keemasan

yang mengindikasikan kandungan tar rendah berkebalikan dengan warna

tar coklat gelap atau kehitaman.

Page 196: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

180

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan, kegiatan yang mengacu ke

item tujuan yang telah ditetapkan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Desain pengasapan tidak langsung telah dihasilkan dari integrasi tungku,

penukar panas, siklon separator dan ruang bahan. Target suhu pengasapan

panas untuk mendukung proses pasteurisasi dan kematangan ikan dapat

dicapai melalui performansi tungku pembakaran biomassa tempurung

kelapa dan penukar panas tipe selubung dan pipa.

2) Desain pengasapan telah dilengkapi proses pemisahan kontaminan partikel

padat melalui mekanisme siklon separator yang mampu memisahkan abu,

fraksi halus arang, jelaga dan tar yang terpisah ke dalam wadah

pengumpul dengan efisiensi yang tinggi.

3) Prototipe pengasapan yang dihasilkan efisien pada nilai konsumsi energi

spesifik 24x103 kJ/kg uap air dari sumber energi biomassa dan listrik.

Memenuhi syarat mutu SNI ikan asap dan kandungan senyawa karsinogen

benzo[a]piren yang aman berdasarkan aturan BPOM RI sebesar < 2,0

µg/kg serta kadar nutrisi ikan cakalang yang tinggi.

Page 197: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

181

B. Saran

Beberapa poin saran yang ingin disertakan terkait desain sistem pengasapan

ini adalah:

1) Berdasarkan performansi dasar sistem pengasapan terintegrasi yang telah

di capai, efektifitas asap yang telah dibangkitkan masih perlu dikaji sistem

pemanfaatannya agar tidak cepat terbuang ke udara lingkungan.

2) Masih perlu diupayakan penurunan kandungan benzo[a]piren hingga

dibawah 1,0 µg/kg atau meminimalkannya.

3) Analisa residu partikel abu pada permukaan ikan dengan metode swap

dan upaya menyaring lanjut partikel abu sebelum mengenai ikan.

4) Mengkaji optimasi sistem secara keseluruhan menggunakan metode

lagrange berdasarkan data performansi dasar untuk meningkatkan

efisiensi energi baik listrik maupun biomassa dan tampilan dimensi alat

yang semakin kompak terhadap biaya desain yang muncul.

Page 198: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

182

UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa terima kasih saya ucapkan ke Direktorat Riset, Teknologi dan

Pendidikan Tinggi atas bantuan beasiswa studi penuh selama empat tahun dan

bantuan hibah Penelitian Disertasi Doktor yang membantu kelancaran

penelitian dan penyusunan disertasi ini.

Ucapan terima kasih juga kepada bapak Dr. Ir. Nasruddin Aziz (Dosen

Fakultas Teknik UNHAS) atas bantuan instrumen ukur suhu 4 channel yang

sangat membantu dalam penelitian ini. Demikian juga kepada tim teknis semua

laboratorium dimana saya bermohon untuk mengungkap berbagai data dasar

penting dalam kajian ini.

Page 199: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

183

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S., Linnhoff, B. and Smith, R. 1988. Design of Multipass Heat

Exchangers: An Alternative Approach. Journal of Heat Transfer 110

(2):304–9.

———. 2008. Efficiency and Effectiveness of Heat Exchanger Series. Journal of

Heat Transfer 130 (8):084502.

———. 2014. Efficiency analysis of heat exchangers and heat exchanger

networks. International Journal of Heat and Mass Transfer 76

(September):99–104.

Ahmad, J. I. 2003. Smoked Foods - Applications of Smoking. In Encyclopedia of

Food Sciences and Nutrition (Second Edition), 5309–16. Oxford:

Academic Press.

Anonimous. 2015. Wolverine Tube Heat Transfer Data. Accessed September

2015. https://id.scribd.com.

Arason, S., Nguyen, M.V., Thorarinsdottir, K.A., & Thorkelsson, G. (2014).

Preservation of Fish by Curing. In Boziaris, I. S. (Ed.), Seafood

Processing (hlm. 129–160). John Wiley & Sons, Ltd.

Baker, C. G. J. & McKenzie, K.A. 2005. Energy Consumption of Industrial Spray

Dryers. Drying Technology 23(1-2): 365-386.

BPOM. 2011. Peraturan kepala badan pom terkait benzo(a)piren. Accessed

August 2017. https://www.jdih.pom.go.id

Burt, J.R. 1988. Fish smoking and drying: the effect of smoking and drying on the

nutritional properties of fish. Elsevier Science Publishers Ltd. Barking,

England.

Cabezas-Gómez, L., Navarro, H.A. and Saiz-Jabardo, J.M. 2007. Thermal

Performance of Multipass Parallel and Counter-Cross-Flow Heat

Exchangers. Journal of Heat Transfer 129 (3):282–90.

Cengel, Y.A. 2003. Heat Transfer, A Practical Approach. Second. New York. Mc

Graw Hill.

Chan, W.S., Toledo, R.T. and Deng, J. 1975. Effect of Smokehouse Temperature,

Humidity and Air Flow on Smoke Penetration into Fish Muscle. Journal

of Food Science 40 (2):240–42.

Charoenvai, S., Yingyuen, W., Jewyee, A., Rattanadecho, and Somsak

Vongpradubchai, S. 2013 Analysis of Energy Consumption in a Drying

Process of Particleboard Using a Combined Multi-Feed Microwave-

Convective Air and Continuous Belt System (CMCB). Thammasat

International Journal of Science and Technology 18(3):1-15.

Codex Alimentarius Commission. 2008. Proposed Draft Code of Practice for the

Reduction of Contamination of Food with Polycyclic Aromatic

Hydrocarbons (PAH) from Smoking and Direct Drying Processes.

FAO/WHO. Accessed August 2015. http://files.foodmate.com.

Page 200: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

184

Cuadrado-Collados, C., Fauth, F., Such-Basañez, I., Martínez-Escandell, M. and

Silvestre-Albero, J. 2018. “Methane hydrate formation in the confined

nanospace of activated carbons in seawater environment.” Microporous

and Mesoporous Materials 255 (Supplement C):220–25.

Council of Europe. 1992. Health aspects of using smoke flavours as food

ingredients. Reprinted September 1998. Strasbourg: Council of Europe.

Departemen Kelautan dan Perikanan dan JICA. 2008. Bantuan Teknis untuk

Industri Ikan dan Udang Skala Kecil dan Menengah di Indonesia. JICA

Project.

Department of Ecology State of Washington. 2012. How Wood Smoke Harms

Your Health. Accessed April 2017. https://fortress.wa.gov.

Doe, P.E, Sikorski Z., Haard, N., Olley, J. and Pan, B.S. 1998. Fish Drying and

Smoking: Production and Quality. Lancaster: Technomic Publishing Co

Inc.

———. 2002. Fish Drying. In Safety and Quality Issues in Fish Processing-

Edited by Bremner H.A. Woodhead Publishing Series in Food Science,

Technology and Nutrition. Cambridge, England. Woodhead Publishing.

Dwayne. 2015. Perfectly Smoked Steak On A Charcoal BBQ Using Indirect Heat.

I Like Kill Nerds (blog). Accessed September 2017.

https://ilikekillnerds.com.

European Commission. 2005. Commission Regulation (EC) No. 208/2005

amending Regulation (EC) No. 466/2001 as regards polycyclic aromatic

hydrocarbons. Official Journal of the European Union L/34. Accessed

April 2016. http://eur-lex.europa.eu.

Elsayed, K. 2011. Analysis and Optimization of Cyclone Separators Geometry

Using RANS and LES Methodologies. Brussel. Vrije Universiteit Brussel.

Engineers Edge. Thermal Properties of Metals, Conductivity, Thermal Expansion,

Specific Heat. Accessed October 2017.

https://www.engineersedge.com/.

Fakheri, A. 2007. Heat Exchanger Efficiency. Journal of Heat Transfer 129

(9):1268–76.

Food and Agricultural Organization. 2013. Standard for Smoked Fish, Smoke-

Flavoured Fish and Smoke-Dried Fish. Accessed February 2017.

www.fao.org.

Fellows, P.J. 2000. Food Processing Technology: Principles and Practice, Second

Edition. Boca Raton, USA. CRC Press LLC

———. 2017. Smoking. In Food Processing Technology (Fourth Edition), 717–

32. Woodhead Publishing Series in Food Science, Technology and

Nutrition. Cambridge, England. Woodhead Publishing.

Flick, Jr, G.J. 2010. Smoked Fish Old Product With New Appeal Offers Enhanced

Taste, Shelf Life. Global Aquaculture Alliance May/June:31-32.

Page 201: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

185

Fuentes, A., Fernandez, I.S., Barat, J.M., and Serra, J.A. 2010. Physicochemical

characterization of some smoked and marinated fish product. Journal of

Food Processing and Preservation 34(2010):83-103.

Fuller, A., Carbo, M., Savat, P., Kalivodova, J., Maier, J. and Scheffknecht, G.

2015. “Results of fly ash quality for disposal options from high thermal

shares up to pure biomass combustion in a pilot-scale and large scale

pulverized fuel power plants. Renewable Energy 75 (Supplement

C):899–910.

Gopani, N., and Bhargava, A. 2011. Design of High Efficiency Cyclone for Tiny

Cement Industry. International Journal of Environmental Science and

Development 2 (5):350–54.

Guille´n, M.D., Sopelana, P., and Partearroyo, M.A. 2008. Determination of

Polycyclic Aromatic Hydrocarbons in Commercial Liquid Smoke

Flavorings of Different Compositions by Gas Chromatography-Mass

Spectrometry. J. Agric. Food Chem., Vol. 48(2):126-131.

Hall, G.M., and Köse, S. 2014. Fish Processing Installations: Sustainable

Operation. In Seafood Processing, diedit oleh Ioannis S. Boziaris, 311–

42. John Wiley & Sons, Ltd.

Heruwati, E.S. 2002. Pengolahan Ikan secara Tradisional: Prospek dan Peluang

Pengembangan. Jurnal Litbang Pertanian 21 (3):92–99.

Hilderbrand, Kenneth S. Jr. 1988. Smoking Fish at Home Safely - Revised.

Pacific Northwest Extension publications – Oregon State University

Extension Service Publication (Revised 1988). Accessed January 2017.

http://www.uaf.edu.

———, 1992. Fish Smoking Procedures for Forced Convection Smokehouses.

Special 887. Newport, Oregon. Oregon State University Extension

Service. Accessed February 2017. http://seagrant.orst.edu.

Hoque, M.M, and Bhattacharya, S.C. 2001. Fuel characteristics of gasified

coconut shell in a fluidized and a spouted bed reactor. Energy 26

(1):101–10.

Isamu, K.T., Purnomo, H. and Yuwono, S.S. 2012. Physical, Chemical, and

Organoleptic Characteristics of Smoked Skipjack Tuna (Katsuwonus

pelamis) in Kendari City. Jurnal Teknologi Pertanian 13 (2):105–10.

Jassin, E. 2010. Kajian eksperimental nilai konduktivitas thermal dan panas

spesifik beberapa jenis ikan. http://pasca.unhas.ac.id, diakses 12 april 2014.

JECFA. 2006. Combined Compendium of Food Additive Specifications. Rome:

Food and Agriculture Organization of the United Nations. Accessed

April 2017. www.fao.org.

K3LH, 2017. Lingkup Kajian Ergonomi. Diakses 30 Desember 2017.

http://ergonomi-fit.blogspot.com

Kakaç, S., and Liu, H. 2002. Heat Exchangers: Selection, Rating, and Thermal

Design, Second Edition. CRC Press.

Page 202: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

186

Kamaruddin, A. 2007. Teknologi berbasis sumber energi terbarukan untuk

pertanian. Bogor: IPB Press.

———, Irwanto, A.K., Siregar, N., Agustina, E., Tambunan, A.H., Yamin, M.,

Hartulistiyoso, E., Purwanto, Y.A., Dyah, W., dan Nelwan, L.O. 1998.

Energi dan listrik pertanian. Bogor: JICA-DGHE/IPB

Project/ADAET:JTA-9a(132).

———,Syarief, A.M., Nugroho, E.A., dan Subekti, D. 1989. Teknik Pengolahan

Hasil Pertanian Pangan. PAU Pangan & Gizi, IPB. Bogor.

Kaupp, A. and Goss, J.R. 1984. Small Scale Gas Producer-Engine Systems.

Braunschweig/Wiesbaden: Friedr. Vieweg & Sohn.

Kikugawa, Kiyomi, Kato, T. and Hayatsu, H. 1986. Formation of Mutagenic

Substances during Smoking-and-Drying (Baikan) of Bonito Meat. Eisei

kagaku 32 (5):379–83.

Ko, C.L., and Wedekind, G.L. 1996. Analysis for the optimal performance of

three-channel split-flow heat exchangers. International Journal of Heat

and Mass Transfer 39 (4):691–705.

Kowalski, Z., Wzorek, Z. and Marcin, B. 2010. Removal of Unpleasant Odorous

Substances from Smoke Produced by Smoke Curing Houses. American

Journal of Environmental Sciences 6 (Februari).

Lv, Q.N., Li, X.S. and Chen, Z.Y. 2016. Formation of cyclopentane - methane

hydrates in brine systems and characteristics of dissolved ions. Applied

Energy 184 (Supplement C):482–90.

Madakson, P.B., Yawas, D.S. and Apasi, A. 2012. Characterization of coconut

shell ash for potential utilization in metal matrix composites for

automotive applications. International journal of engineering science

and technology 4 (3):1190–1198.

Maga, J.A. 1987. The flavor chemistry of wood smoke. Food Reviews

International 3 (1–2):139–83.

——— and Fapojuwo, O.O. 1986. Aroma Intensities of Various Wood Smoke

Fractions. Journal of Sensory Studies 1 (1):9–13.

Mahardini, T., Renawati, I. and Yulistia, A. 2007. Parameter Polycyclic Aromatic

Hydrocarbons (Pahs) dalam Standardisasi Produk Pangan. Balai Besar

Industri Agro Deprin.

Malatak, J., Gürdil, K.A.G., Jevic, P., Pınar, Y. and Selvi, K.C. 2007. Heat-

emission characteristics of some energy plants. Journal of Agriculture

Faculty of OMU 22 (2):202–206.

Manzano, M.A., Aguilar, R.P., Rojas, E.I. and Sanchez, M.E. 2000. Postmortem

changes in black skipjack muscle during storage in ice. Journal of Food

Science 44: 1228-1231.

Marta, M.F. 2017. Produksi Tangkapan Laut Melonjak Drastis. Kompas.com.

http://ekonomi.kompas.com

Page 203: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

187

McDonald, S.T. 2015. Comparison of Health Risks of Smoked Foods as

Compared to Smoke Flavorings: Are Smoke Flavors ‘Healthier’?.

Advances in Food Technology and Nutritional Sciences Open Journal 1

(6):130–34.

Nurjanah, Suseno, S.H., Hidayat, T., Paramudhita, P.S., Ekawati, Y. and

Arifianto, T.B. (2015). Changes in nutritional composition of skipjack

(Katsuwonus pelamis) due to frying process. International Food

Research Journal 22(5): 2093-2102.

Nurmianto, E. 1996. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya. Guna

Widya.

Oyerinde, A.S., Ogunlowo, A.S. and Olukunle. O.J. 2013. Development of a

Cross-Flow Fish Smoking Kiln Fired by Biomass Material. Journal of

Agricultural Science and Technology A (3):531–41.

Pentz, W.F. 2012. Dust Collection Research - Beginner’s Corner. Accessed May

2015. http://billpentz.com.

Pigott, G.M. 1981. Smoking fish: special considerations. In Smoked Fish Manual

- the National Sea Grant Library, NA81AA–D–0009:97–123. A/75-01.

Seattle: Alaska Sea Grant College Program. Accessed May 2015.

http://www.nsgd.gso.uri.edu.

Pool, B.L., and Lin, P.Z. 1982. Mutagenicity testing in the Salmonella

typhimurium assay of phenolic compounds and phenolic fractions

obtained from smokehouse smoke condensates. Food and Chemical

Toxicology 20 (4):383–91.

Priahutama, A.B., Sukmadi, T. dan Setiawan, I. 2010. Perancangan Modul Soft

Starting Motor Induksi 3 Fasa dengan Atmega 8535. Transmisi 12

(4):160-167.

Primo, J. 2016. PDH CEU Online Courses for Engineers & Surveyors (PE & LS).

Accessed October 2016. https://www.pdhonline.com.

Rasco, B. 2009. Smoking Fish at Home Safely - Revised. Pacific Northwest

Extension publications – Pullman, WA : Washington State University

Extension. Accessed June 2016. http://www.uaf.edu.

Raswari, 1986. Teknologi dan perencanaan sistem perpipaan. Jakarta. Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press).

Reo, A.R. 2010. Efek suhu terhadap moisture sorption ispotherm dari ikan kerapu

(Epinephelus merra) asin kering dan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis

L) asap. Jurnal Teknologi Pertanian Volume 5(2) : 39-47.

Roshandell, M., Glassman, J. Khalil, M., Taborek, P. and Dunn-Rankin, D. 2011.

Combustion of Methane Hydrate. In Combustion of methane hydrate,

23rd:1–6. Irvine, USA.

Ruhlman, M., Polcyn, B., and Solovyev, Y. 2013. Charcuterie: The Craft of

Salting, Smoking, and Curing. W. W. Norton & Company, London.

Page 204: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

188

Sakakibara, H., Idea, J., Yanaia, T., Yajimaa, I & Hayashia, K. 1990. Volatile

Flavor Compounds of Some Kinds of Dried and Smoked Fish.

Agricultural and Biological Chemistry 54 (1), 9-16.

Setyaningsih, D., Apriyantono, A. dan Puspita, S. M. 2010. Analisis Sensori untuk

Industri Pangan dan Agro. IPB Press. Bogor.

Seville, J. P. K., & Clift, R. 1997. Gas Cleaning in Demanding Applications (1

ed.). Springer Netherlands.

Sérot, T., Baron, R., Knockaert, C. and Vallet, J.L. 2004. Effect of smoking

processes on the contents of 10 major phenolic compounds in smoked

fillets of herring (Cuplea harengus). Food Chemistry 85 (1):111–20.

Sholahuddin, Tambunan, A.H., Manalu, L.P. dan Purwanto, W. 2002. Pendugaan

Sebaran Suhu pada Penukar Panas Pipa Vertikal. Buletin Keteknikan

Pertanian 16 (2):113–23.

Sidatik. Kelautan dan Perikanan Dalam Angka Tahun 2012-2016. Accessed

Januari 2018. http://statistik.kkp.go.id.

Sigma-Aldrich. Benzo[a]piren. Accessed August 2017.

http://www.sigmaaldrich.com.

Sikorski, Z.E., and Sinkiewicz, I. 2014. Smoking - Traditional. In Encyclopedia of

Meat Sciences (Second Edition), 321–27. Oxford: Academic Press.

——— and Kołakowski, E. 2010. Smoking. In Handbook of Meat Processing,

edited by Fidel Toldrá Ph D. researchessor member Fellow, 231–45.

Wiley-Blackwell.

Sinnott, R.K. 2005. Chemical Engineering Design. Fourth. Vol. 6. Elsevier

Butterworth-Heinemann.

Standar Nasional Indonesia. 2009. Part 1: Quality requirements of smoked fish.

SNI No. 2725.1, revised with SNI 2725:2013 - Smoked fish with hot

smoking method. Badan Standar National Indonesia Jakarta. Accessed

October 2015. http://sisni.bsn.go.id.

Stołyhwo, Andrzej, and Sikorski, Z.E. 2005. Polycyclic aromatic hydrocarbons in

smoked fish – a critical review. Food Chemistry 91 (2):303–11.

Sharma, G.P. and Prasad, S. 2006. Specific energy consumption in microwave

drying of garlic cloves. Energy 31 (2006) 1921–1926.

Sulikah, Nelwan, L.O. dan Suastawa, I.N. 2008. Disain dan uji kinerja pengering

rotari tumpukan untuk pengeringan jagung pipilan. Jurnal Keteknikan

Pertanian 22(2):99-104.

Sulistiani, W.O.N., Tamrin, Isamu, K.T. 2017. Identifikasi kapang ikan kayu jenis

cakalang (katsuwonus pelamis) dan Tongkol (euthynnus affinis c.) Pada

lama penyimpanan yang berbeda. J. Sains dan Teknologi Pangan 2

(2):425-434

Suma’mur, P.K. 1987. Hiperkes, keselamatan kerja dan ergonomi. Dharma

Bhakti

Page 205: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

189

Sun, D.W. 2005. Thermal Food Processing: New Technologies and Quality

Issues. Boca Raton, USA. CRC Press.

Tahir, M. 2009. Desain kendali laju aliran udara dan sistem pengumpan bahan

bakar biomassa berbasis fuzzy pada pengering jagung ERK-Hibrid –

tesis tidak diterbitkan. Bogor. Pascasarjana IPB.

——— dan Purnama, W. 2010. Desain Tungku Biomassa pada Sistem Pengering

ERK-Hibrid untuk Pengeringan Benih Jarak Pagar. Jurnal Keteknikan

Pertanian Vol. 24, No. 1 : 17-23.

———, Kasim, R. dan Bait, Y. 2013. Uji Performansi Desain Terintegrasi

Tungku Biomassa dan Penukar Panas. Jurnal Agritech 33 (02):219–25.

———, Amiruddin, Nelwan, L.O. and Subrata, I.D.M. 2014. Desain dan Uji

Performansi Sistem Pengeringan Model Rak Pengering ERK. Seminar

Nasional Teknologi Industri, 428–34. Unit Penelitian & Pengabdian

Masyarakat Akademi Teknik Industri Makassar.

TEMA. 1999. Standards of The Tubular Exchanger Manufactures Association.

8th. New York: Tubular Exchanger Manufacturers Association, Inc.

Than, S.T.M., Lin, K.A. and Mon, M.S. 2008. Heat Exchanger Design. World

Academy of Science, Engineering and Technology 46.

Ting, T.L., Jaya, R.P. Hassan, N.A., Yaacob, H., Jayanti, D.S. and Ariffin,

M.A.M. 2016. A Review of Chemical and Physical Properties of

Coconut Shell in Asphalt Mixture. Jurnal Teknologi 78 (4).

Tsai, W.T., Lee, M.K. and Chang, Y.M. 2006. Fast pyrolysis of rice straw,

sugarcane bagasse and coconut shell in an induction-heating reactor.

Journal of Analytical and Applied Pyrolysis 76 (1–2):230–37.

Tsamba, A.J., Yang, W., & Blasiak, W. (2005). Pyrolysis characteristics and

global kinetics of coconut and cashew nut shells. Fuel Processing

Technology, 87(2006), 523–530.

Turkish Food Codex. 2008. Turkish food codex communiqué on determining the

maximum levels of certain contaminants in foodstuffs. The Official

Gazette.

Wang, L. 2004. Theoretical Study of Cyclone Design. Texas. Texas A&M

University.

Welty, J.R., Wicks, C.E., Wilson, R.E. and Rorrer, G. 2004. Dasar-Dasar

Fenomena Transport. 4 ed. Vol. 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

White, F.M. 2011. Fluid Mechanics seventh edition. Mcgraw-Hill series in

mechanical engineering, New York.

WHO. 1961. Evaluation of the carcinogenic hazards of food additives. Joint

FAO/WHO Expert Committee on Food Additives.

Wikipedia. 2017. Cakalang. Accessed Januari 2017 http://id.wikipedia.org.

———. 2017a. Anthraquinone. Accessed October 2017. https://en.wikipedia.org.

Page 206: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

190

———. 2017b. Hidrogen peroksida. Accessed October 2017.

https://id.wikipedia.org.

Woolcock, P. J., & Brown, R. C. (2013). A review of cleaning technologies for

biomass-derived syngas. Biomass and Bioenergy, 52:54–84.

Xingyi. 2016. XYGR series high temperature boiler blower. Accessed April 2016.

https://www.chinaxingyi.com.

Zabik, M.E, Al Booren, Zabik, M.J., Welch, R. and Humphrey, H. 1996. Pesticide

residues, PCBs and PAHs in baked, charbroiled, salt boiled and smoked

Great Lakes lake trout. Food Chemistry 55 (3):231–39.

Zainuddin, Napitupulu, F.H., Sembiring, M., dan Abdullah, I. 2005. Studi

eksperimental efektivitas alat penukar kalor shell and tube dengan

memanfaatkan gas buang mesin diesel sebagai pemanas air. Accessed

April 2016. https://www.researchgate.net/publication/42322631

Zhang, P., Wu, Q. and Mu, C. 2017. Influence of temperature on methane hydrate

formation. Scientific Reports 7 (Agustus).

Zhu, Y., Kim, M.C., Lee, K.W., Park, Y.O. and Kuhlman, M.R. 2001. Design and

Performance Evaluation of a Novel Double Cyclone. Aerosol Science

and Technology 34 (4):373–80.

Page 207: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

191

Lampiran 1. Nilai aproksimasi transfer panas keseluruhan, U.

Tabel 18. Aproksimasi nilai U.

Sumber : Cengel (2003).

Tabel 19. Aproksimasi nilai U.

Sumber : Primo (2012).

Page 208: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

192

Lampiran 2. Properti Fisik Padatan

Page 209: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

193

Lampiran 3. Thermal Properties of Metals

Tabel 21. Sifat termal benda logam

Metals Thermal Properties

Material Conductivity

W/moC

Density

kg/m3

Specific Heat

kJ/kgoC

Aluminum, Pure 220.0 2.707 x 103 896.0

Beryllium, Pure 175.0 1.85 x 103 1.885 x 10

3

lass, Red, 85%Cu-15%Zn 151.0 8.8 x 103 380.0

Brass, Yellow, 65%Cu-35%Zn 119.0 8.8 x 103 380.0

Copper, Alloy, 11000 388.0 8.933 x 103 385.0

Copper, Aluminum bronze,

95%Cu-5%Al 83.0 8.666 x 10

3 410.0

Copper, Brass, 70%Cu-30%Zn 111.0 8.522 x 103 385.0

Copper, Bronze, 75%Cu-25%Sn 26.0 8.666 x 103 343.0

Copper, Constantan, 60%Cu-

40%Ni 22.7 8.922 x 10

3 410.0

Copper, Drawn Wire 287.0 8.8 x 103 376.0

Copper, German silver, 62%0J-

15%Ni-22%Th 24.9 8.618 x 10

3 394.0

Copper, Pure 386.0 8.954 x 103 380.0

Copper, Red brass, 85%Cu-9%Sn-

6%Zn 61.0 8.714 x 10

3 385.0

Gold, Pure 318.0 18.9 x 103 130.0

Inver, 64%Fe-35%Ni 13.8 8.13 x 103 480.0

Iron, Cast 55.0 7.92 x 103 456.0

Iron, Pure 71.8 7.897 x 103 452.0

Iron, Wrought, 0.5%C 59.0 7.849 x 103 460.0

Zinc, Pure 112.2 7.144 x 103 384,3

Sumber: Engineers Edge (Accessed 2017)

Perhitungan nilai konduktivitas besi galvanis (paduan besi dan seng).

Nilai terendah diperoleh pada referensi Welty et al., 2004 pada suhu 100oC ( 373

oK) :

K galvanis = (68+110)/2 = 89oC.

Nilai tertinggi diperoleh pada referensi Engineers Edge (2017) :

K galvanis = (71,8+112,2)/2 = 92oC

K galvanis rata-rata = (89+92)/2 = 90,5oC

Page 210: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

194

Lampiran 4. Diagram Moody

Page 211: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

195

Lampiran 5. Perhitungan dimensi ruang pengasapan & laju energi.

a. Dimensi ruang pengasapan

Hasil simulasi ruang pengasapan yang menghasilkan kecepatan udara-

asap berkisar 0,041-0,01 m/detik dan kisaran waktu pengasapan 14,6 – 19,3

jam adalah diameter 750 mm. Dimensi panjang ruangan dihitung berdasarkan

dimensi rata-rata ikan dan jumlahnya untuk menampung 30 kg berat ikan

cakalang bersih. Ukuran rata-rata ikan cakalang dimensi panjang 342,5 mm,

lebar 82,5 mm dan tebal 25 mm.

Pada posisi menggantung pada kawat, ikan dapat bergerak putar

sehingga dimensi lebar menjadi parameter penentu agar tidak bersentuhan.

Tambahan ruang pada kedua sisinya masing-masing 15 mm menghasilkan

lebar ruang yang digunakan sebesar (= 82,5 + 2*15) atau 112,5 mm. Ikan

dengan berat 0,7-1 kg/ekor memiliki berat rata-rata 0,85 kg, rendemen olah

rata-rata ikan cakalang sekitar 88,3%. Jumlah ikan utuh untuk memperoleh

berat bersih 30 kg dalam pengujian adalah (= 30/(0,85x88,3%)) 40 ekor.

Jumlah belahan ikan dari 40 ekor adalah 80 belah dan susunan

polanya dalam ruangan mengikuti gambar di atas. Pada luasan penampang

berdiamater 750 mm tersebut disusun belahan ikan untuk memuat 5 pola dalam

2 susun. Pada arah memanjang dengan jumlah pola 8 baris membutuhkan

panjang ruangan sebesar (= 8 x 112,5) atau 900 mm.

Page 212: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

196

b. Laju energi pengasapan

Penggunaan energi berupa pemanasan ikan dari suhu awal (28oC)

hingga mencapai suhu kritis pusat ikan sebesar 72oC dan energi penguapan air

dari bahan. Pada sisi ruangan, energi diperlukan untuk memanaskan udara

pengering dari suhu lingkungan 30oC hingga suhu puncak yang diperkirakan

mencapai 108oC. Suhu puncak tersebut tercapai berbarengan dengan level suhu

kritis pusat ikan yang ingin dicapai dalam waktu 8 jam.

Bahan ikan:

Jumlah ikan, m = 30 kg, kadar air awal 73%bb

Kadar air akhir 59%bb = syarat SNI ikan asap < 60%bb

Panas jenis ikan, Cp = 3550 J/kgoC, (Jassin, 2010)

Q_laju pemanasan = (30 kg x 3550 J/kgoC x (72-28)

oC)/(8 x 3600) detik

= 162,71 J/detik

Berat air awal = 73% x 30 kg = 21,9 kg

Berat padatan = (30 – 21,9) kg = 8,1 kg

Kadar air akhir = (berat air akhir/berat bahan) x 100%

59 = 100x/(x+8,1)

100 x = 59x + 477,9

x = 11,77

Berat air akhir = 11,77 kg

Jumlah air yang menguap = (21,9 – 11,77) kg = 10,13 kg

Proyeksi lama penguapan, t = 8 jam

Laju penguapan, LP = 10,13 kg/8 jam = 1,27 kg/jam

Psychrometric:

Suhu udara awal, Taw = 30oC, kelembaban udara awal, RH = 90,1%

Volume jenis udara, v1 = 0,8925 m3/kg.uk

Kelembaban mutlak, H1=H2 = 0,0244 kg.uap air/kg.uk

Entalpi, h1 = 92,504 kJ/kg

Suhu kritis pengasapan, Tak = 108oC, kelembaban udara, RH = 3,3%

Volume jenis udara, v2 = 1,129 m3/kg.uk

Kelembaban mutlak, H3 = 0,0284 kg.uap air/kg.uk

Entalpi, h2 = h3 = 185,34 kJ/kg

Page 213: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

197

Laju udara, LU =

= 282 m

3/jam = 0,07833 m

3/detik

Q_Laju uap =

=

= 6440,7 J/detik.

Laju energi pada ikan = laju pemanasan bahan + laju penguapan air

Q_ikan = (162,71 + 6440,7) J/detik = 6603,4 J/detik

Udara pengering:

Suhu udara lingkungan, Tl = 30oC

Suhu udara puncak, Tp = 108oC

Panas jenis udara, Cpu = 1008,7 J/kgoC

Laju massa udara, =

=

= 0,08777 kg/detik

Q_laju pemanasan udara = x Cpu x (Tp-Tl) = 6905,46 J/detik.

Laju energi yang diserap oleh ikan diasumsikan sama dengan laju energi

pemanasan udara di dalam ruang pengasapan yang merupakan aktivitas

penukar panas.

Laju energi ruang pengasapan = (6603,4 + 6905,46)/2 = 6754,4 J/detik

Page 214: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

198

Lampiran 6. Perhitungan tinggi desain penukar panas

Laju energi suplai penukar panas, Q = 6754,4 J/detik

Asumsi:

Suhu pembakaran tungku, Thi = 200oC (Perkiraan, zona oksidasi : 325

oC )

Suhu outlet pipa, Tho = 100oC (Perkiraan)

Suhu inlet selubung, Tci = 60oC (Perkiraan)

Suhu outlet selubung, Tco = 108oC (Suhu ruang pengasapan, Rasco, 2009)

Faktor koreksi, F = 0,9 (dipilih secara umum dalam desain)

Koefisien tranfer panas keseluruhan, U = 18 W/m2o

C (5-35 W/m2o

C & 10-40 W/m2o

C)

Selisih suhu logaritmik:

Tlm =

Tlm = 72,04 oC

Dari persamaan Q = UAFTlm

A =

A = 5,788 m

2

Luas penampang penukar panas ditentukan berdasarkan pertimbangan ergonomi saat

memegang dengan melingkarkan tangan adalah sebesar P = 0,378 m x L = 0,378 m

atau diameter hidrolik selubung (Ds) = 0,378 m.

Diameter pipa (do) 0,032 m berpola susunan segitiga 30o (staggered) dengan jarak

antar pipa (tube pitch, PT) sebesar 0,048 m menghasilkan luas proyeksi total pipa:

Apipa = CL*PT2, dimana nilai CL = 0,87 & CTP = 0,93 (Kakaç dan Liu, 2002)

Apipa = 0,87*(0,048)2 = 0,00200448 m

2

Jumlah laluan pipa, Np = (CTP)*( Ds2/4Apipa) = 52,0661 52.

Tinggi penukar panas atau panjang pipa, Lp =

=

= 1,11 m

Pertimbangan aspek ekonomi dan optimasi desain maka Lp dibulatkan menjadi 1,0 m.

Page 215: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

199

Lampiran 7. Perhitungan desain siklon separator.

Distribusi ukuran partikel abu tempurung yang diambil dari dinding cerobong dan

lantai serta sisa pembakaran dalam tungku. Distribusi ukuran dilakukan dengan

metode PSA/PSD oleh instrumen CILAS 1190 LIQUID.

Gambar 58. Grafik distribusi partikel abu cerobong

Tabel 22. Distribusi ukuran partikel abu cerobong

Page 216: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

200

Spesifikasi blower sentrifugal:

Laju udara dari desain penukar panas, LU = debit = 282 m3/jam = 0,07833 m

3/detik

Referensi kecepatan masuk inlet siklon = 10 m/detik

Luas inlet siklon = 0,07833 m3/detik / 10 m/detik = 0,007833 m

2

Dimensi luas inlet dalam skala Stairmand = 0,125 D2, dimana D: diameter siklon,

maka:

atau D = 0,25 m.

Dimensi dasar siklon adalah diameternya dengan nilai 0,25 m. Dimensi lain diperoleh

berdasarkan skala dimensi Stairmand seperti tabel berikut.

Tabel 23. Dimensi, skala dan ukuran siklon separator

Geometri Siklon Skala Ukuran (m)

(1) (2) (3)

Diameter (D) D 0,25

Tinggi inlet (a) 0,5*D 0,125

Lebar inlet (b) 0,25*D 0,0625

Diameter of outlet (do) 0,5*D 0,125

Diameter of outlet debu (Bc) 0,375*D 0,09375

Panjang tabung siklon (h) 1,5*D 0,375

Panjang kerucut siklon (hc) 2,5*D 0.625

Panjang total siklon (H) 4*D 1

Untuk memprediksi efisiensi pemisahan/pengumpulan/koleksi abu maka dihitung

nilai faktor skalanya dengan rumus:

µ1 = 0,0000181 N.s/m2 Q2 = 282 m3/jam

µ2 = 0,00002264 N.s/m2 Q1 = 223 m3/jam

2 = 2050 kg/m3 DC1 = 0,203 m

1 = 2000 kg/m3 DC2 = 0,25 m

D2 = 1,345

Page 217: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

201

Nilai D2 menjadi pembagi pada ukuran partikel rata-rata dari selang partikel pada

kolom 3 dan hasilnya seperti pada kolom 5.

Sebagai contoh : 50/1.345 = 37.18 (kolom 5 baris 1)

(40+(50-40)/2)/1,345 = 33.46 (kolom 5 baris 2, dst)

Tabel 24. Prediksi efisiensi masing-masing partikel dan totalnya

Ukuran

Partikel, m

Persentase

kurang dari

Partikel

m

Persentase

dlm selang Ukuran Pa.

rerata, m i

(%)

Koleksi,%

(4)*(6)/100

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

50 84.83 >50 15.17 37.18 98.5 14.94

40 73.49 40-50 11.34 33.46 97.8 11.09

28 54.17 28-40 19.32 25.28 97.0 18.74

20 37.44 20-28 16.73 17.85 95.5 15.98

10 13.85 10-20 23.59 11.15 93.0 21.94

05 5.21 05-10 8.64 5.58 88.5 7.65

02 1.61 02-05 3.60 2.60 72.5 2.61

0-02 1.61 0.74 25.0 0.40 Total 100 93.3

Sedangkan nilai pada kolom 6 diperoleh melalui proyeksi ukuran partikel rata-rata

(kolom 5) pada grafik efisiensi Stairmand pada Gambar berikut.

Gambar 59. Efisiensi Stairmand untuk desain high efficiency cyclone

Page 218: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

202

Perhitungan prediksi tekanan statis atau pressure drop desain siklon 25 cm :

Luas inlet siklon yang direncanakan berdimensi b lebih kecil dari nilai b perhitungan

desain yakni (56 mm < 62,5 mm) dan nilai a = 125 mm.

Densitas gas nitrogen pada suhu 100oC = 0,915 kg/m

3

A1 = 0,007 m2 ( luas inlet siklon ).

Luas permukaan siklon, As = Dc (h + hc) = (0,25)(0,375+0,625) = 0,786445 m2

Nilai faktor gesekan fc untuk gas = 0,005

=

= 0,56

=

= 1,8

Dari grafik pada Gambar 19 diperoleh = 0,96

Kecepatan masuk inlet, vi = 10 m/detik

Luas penampang outlet siklon = (0,125)2/4 = 0,01227 m

2

Kecepatan outlet siklon,

vo =

= 6,38 m/detik

Dari persamaan 8 :

P = 3,32 milibar

P = 332 N/m2

P = 332 Pa.

Page 219: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

203

Lampiran 8. Perhitungan tinggi desain tungku dan pembagian ruangannya

Berdasarkan target suhu penukar panas sebesar 108oC untuk proses

pengasapan membutuhkan energi sebesar Q1 = 6754,4 J/detik, maka kebutuhan proses

pengeringan diasumsikan suhunya lebih tinggi dengan menaikkan kebutuhan energi

sebanyak 4 kali atau Q2 = 27017,6 J/detik. Nilai kalor tempurung kelapa menurut

Tsamba et al., (2006) adalah 20,5 MJ/kg sehingga diperoleh laju pembakaran sebesar

4,7 kg/jam. Percobaan pada tungku sejenis dengan volume ruang, V1 = 0,0545 m3 dan

laju pembakaran 4,0 kg/jam menghasilkan suhu 552,9oC. Nilai kesetaraan suhu ruang

tungku dari laju pembakaran 4,7 kg/jam adalah 655oC, sedangkan kesetaraan volume

ruang tungku sebesar, V2 = 0,06 m3.

Dimensi panjang x lebar tungku sebagai penyesuaian terhadap dimensi

penukar panas adalah 378 mm x 378 mm. Tebal plat besi yang disarankan untuk

material tungku berkisar 5-8 mm (Malatak et al., 2007), sehingga pilihan 6 mm

menghasilkan luas penampang ruang tungku 372 x 372 = 138.384 mm2 atau A=0,1384 m2.

Tinggi ruang tungku diperoleh dari nilai V2/A yakni sebesar 0,434 m atau 434 mm.

Berhubung dimensi tinggi desain siklon dengan dustbin mencapai 1500 mm

sementara penukar panas tingginya 990 mm maka agar keduanya sejajar dan

memberikan ruang bebas untuk pemasangan dustbin, tinggi tungku = 1500 – 990 mm

+ ruang bebas sebesar 40 mm atau sebesar 550 mm.

Tinggi tungku sebesar 550 mm terbagi atas ruang tempurung dan ruang

pengumpulan abu. Ketersediaan ruang abu adalah 550 – 434 = 116 mm. Untuk

memberikan ruang longgar penarikan abu maka tinggi ruang abu dan tinggi ruang

tempurung diatur sebesar 125 mm dan 425 mm.

Skema pembagian ruang tungku:

550 mm

425 mm

125 mm

Page 220: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

204

Lampiran 9. Perhitungan energi untuk berat dasar pengumpanan tempurung.

Perhitungan untuk mengetahui laju pengumpanan tempurung kelapa yang

bersesuaian dengan suhu puncak sekitar 108oC dilakukan melalui kesetaraan suhu dan

laju pengumpanan pada tungku sejenis. Percobaan pada tungku sejenis dengan volume

ruang, V1 = 0,0545 m3 dan laju pembakaran 4,0 kg/jam menghasilkan suhu 552,9

oC.

Kriteria yang dipertimbangkan pada proses pembakaran adalah agar suhu tidak

mencapai 325oC yang merupakan suhu zona oksidasi sebagai permulaan terbentuknya

senyawa benzo[a]piren. Dengan demikian suhu pembakaran tungku ditargetkan

sebesar 300oC.

Kesetaraan terhadap data percobaan menghasilkan laju pengumpanan sebesar

2,17 kg/jam untuk mencapai suhu 300oC tersebut. Data laju pengumpanan tempurung

sebesar 2,17 kg/jam selanjutnya disetarakan dalam waktu 1 jam atau 60 menit.

Proyeksi massa 2,17 kg di asumsikan dalam 4 kali pengumpanan sehingga diperoleh

laju sebesar 0,542 kg dalam 15 menit. Dalam percobaan, data tersebut dibulatkan

menjadi 500 g sebagai pengumpanan tempurung kelapa untuk suhu puncak target.

Percobaan dengan ulangan 3 kali pada pembakaran sebanyak 500 g menghasilkan

suhu rata-rata 107oC dalam waktu rata-rata 14 menit.

Untuk memperoleh capaian suhu kurang dari 107oC sebagai upaya peningkatan

suhu secara perlahan dari awal pengasapan maka dibuat pola massa bertambah

(incremental). Pola tersebut adalah massa tempurung sebanyak 200 g, 300 g, 400 g,

dan 500 g. Capaian suhu masing-masing berat tempurung kelapa tersebut dapat dilihat

pada Gambar 33 halaman 103.

Page 221: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

205

Lampiran 10. Perhitungan efisiensi siklon separator 250 mm.

Metode penentuan efisiensi siklon menggunakan data-data perhitungan berikut dengan

rumus sebagaimana persamaan 9 hingga 11.

Data dimensi siklon dan kondisi udara pada suhu 100oC:

a = 0,125 m v_inlet = 10 m/det

b = 0,056 m µ_udara = 0,0000218 N.det/m2

h = 0,375 m _udara = 0,938006 kg/m3

ht = 1,0 m _partikel abu = 2 050 kg/m3

Perolehan nilai Ne, dpc dan i masing-masing adalah 5,5; 3,94 µm dan efisiensi

pengumpulan partikel pada baris pertama adalah 99,8% sebagaimana disajikan pada

Tabel 25.

Tabel 25. Efisiensi pengumpulan partikel siklon diameter 250 mm

Page 222: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

206

Lampiran 11. Kadar air tempurung kelapa

Tabel 26. Kadar air tempurung pengujian 1:

n Kadar air (x) ( x- )2

1 20 18

2 16 0

3 18 5

4 20 18

5 21 27

6 23 52

7 20 18

8 10 33

9 13 8

10 13 8

11 15 1

12 13 8

13 13 8

14 13 8

15 17 1

16 11,3 20

17 13 8

18 13 8

19 13,6 5

20 16,3 0

21 21 27

22 20,9 26

23 16,5 1

24 17,3 2

25 18,3 6

26 6,6 84

27 13,2 7

Rata-rata 15,8 15,04

S2 = 15,04 =

S = 3,878 5,196

Tingkat kepercayaan 95% sehingga diperoleh selang nilai:

P = 15,8 ± ( ))

P = 15,8 ± 1,5

Page 223: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

207

Tabel 27. Kadar air tempurung pengujian 2:

n Kadar air (x) ( x- )2 n Kadar air (x) ( x- )2

1 12,1 9,6 42 18,3 9,6

2 13,2 4,0 43 17,1 3,6

3 15,6 0,2 44 13,3 3,6

4 19,3 16,8 45 16,3 1,2

5 15,4 0,0 46 14,7 0,3

6 17,5 5,3 47 17,9 7,3

7 11,7 12,3 48 16,3 1,2

8 17 3,2 49 14,4 0,6

9 17 3,2 50 17 3,2

10 17,5 5,3 51 17,9 7,3

11 15,9 0,5 52 16,6 1,9

12 17 3,2 53 19,2 16,0

13 16,1 0,8 54 16,7 2,2

14 11 17,7 55 16,3 1,2

15 11,7 12,3 56 19,2 16,0

16 16,7 2,2 57 16,7 2,2

17 13,3 3,6 58 16,8 2,5

18 12,2 9,0 59 14,6 0,4

19 19,9 22,0 60 17,9 7,3

20 12 10,3 61 16,8 2,5

21 11,2 16,0 62 17 3,2

22 12,6 6,8 63 18,5 10,9

23 14,6 0,4 64 16,1 0,8

24 19,1 15,2 65 16,9 2,9

25 15,6 0,2 66 18 7,8

26 13,2 4,0 67 19,6 19,3

27 19,4 17,6 68 12,8 5,8

28 14,2 1,0 69 13,6 2,6

29 13 4,9 70 10,1 26,1

30 14,4 0,6 71 13,1 4,4

31 15,5 0,1 72 10,1 26,1

32 17,9 7,3 73 10 27,1

33 17 3,2 74 11,1 16,9

34 12,1 9,6 75 18,3 9,6

35 18,3 9,6 76 10 27,1

36 16,3 1,2 77 11,3 15,2

37 16,1 0,8 78 11,3 15,2

38 16,3 1,2 79 12,1 9,6

39 13,9 1,7 80 12,5 7,3

40 13,6 2,6 81 12,5 7,3

41 16,3 1,2 Rata-rata 15,2 7,2

S2 = 7,2 =

S = 2,7 9

Tingkat kepercayaan 95% sehingga diperoleh selang nilai: P = (15,2 ±

))

P = 15,2 ± 0,6

Page 224: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

208

Tabel 28. Kadar air tempurung pengujian 3:

n Kadar air (x) ( x- )2

1 12,3 1,1

2 14,5 1,4

3 12,1 1,5

4 13,5 0,0

5 11,5 3,3

6 12,6 0,5

7 13,6 0,1

8 12,2 1,3

9 13,5 0,0

10 14,6 1,6

11 19,5 38,1

12 17,9 20,9

13 11,9 2,0

14 15,3 3,9

15 13,9 0,3

16 12,6 0,5

17 13,6 0,1

18 13,2 0,0

19 13,1 0,1

20 12,2 1,3

21 11,2 4,5

22 12 1,8

23 16,3 8,8

24 13,9 0,3

25 13,3 0,0

26 11,5 3,3

27 12 1,8

28 11 5,4

29 11,7 2,6

Rata-rata 13,3 3,7

S2 = 3,7 =

S = 1,9 5,39

Tingkat kepercayaan 95% sehingga diperoleh selang nilai: P = (13,3 ±

))

P = 13,3 ± 0,7

Page 225: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

209

Lampiran 12. Perhitungan analisis performansi penukar panas

Tabel 29. Data sampel pengujian 1:

Sumber data

Suhu Penukar Panas (oC)

Thi Tho Tci Tco

Pengujian 1 87,75 77,5 71,5 80,25

Aliran udara pipa = fluida panas dan aliran udara selubung = fluida dingin.

Notasi suhu fluida panas: Th dan suhu fluida dingin: Tc, serta inlet: i dan outlet: o.

Persamaan suhu fluida rata-rata; Th dan Tc :

Persamaan suhu permukaan pipa; , (Kakaç dan Liu, 2002).

Tabel 30. Sifat udara berdasarkan suhu pengujian 1

Sifat udara Tw Satuan

Suhu, T 82,63 75,88 79,3 oC

Viskositas, µp, µs, µw 2,107x10-5

2,077x10-5

2,1x10-5

N.detik/m2

Panas jenis, Cp 1009,56 1008,955 J/kg.K

Densitas, 0,9811 0,9987 Kg/m3

Konduktivitas, k 0,03043 0,02992 W/m.K

Prandatel, Prp dan Prs 0,6989 0,7002 --

Pendekatan LMTD:

Selisih suhu logaritmik:

=

= 6,72oC

Pendugaan nilai F:

0,5 dan

=> R = 0,6 serta nilai F = 0,93

Page 226: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

210

Tabel 31. Dimensi Dasar Penukar Panas:

Variabel Notasi Nilai Satuan

Shell inside diameter Ds = 0,378 m

Tube Length L = 0,99 m

Tube outside diameter do = 0,032 m

Tube inside diameter di = 0,0305 m

Tube Pitch PT = 0,048 m

Clearance C = 0,016 m

Baffle spacing B = 0,1962 m

Jumlah pipa Np = 52 --

Tube pitch ratio (PT/do) PR = 1,5 --

Perhitungan koefisien tranfer panas udara pipa, (hi):

Aliran udara masuk saluran tungku:

A, m2 V, m/detik Suhu,

oC , kg/m

3

0,0319 1,9 45 1,1015

Luas total penampang pipa, A_penamp_pipa =

= 0,038 m

2

Diameter ekivalen luas total penampang pipa, di_At_pipa =

= 0,22 m

Kecepatan aliran udara pipa, Vpipa =

= 1,78 m/detik

Bilangan Reynold aliran udara pipa, Re_p =

= 18204 > 2300 (Turbulen)

Koefisien gesekan aliran udara pipa, = 0,0067

Bilangan Nusselt aliran udara pipa, Nu =

= 40,110

Koefisien tranfer panas sisi pipa,

= 40,015 W/m

2oC

Perhitungan koefisien tranfer panas udara selubung, (ho):

Aliran udara selubung:

in, m/detik out, m/detik sel, m/detik

4,91 1,3 3,11

As, m2 sel, m/detik Suhu,

oC s, kg/m

3

0,025 3,11 75,88 0,998744

Debit aliran udara selubung, Qs = As* sel = 0,078 m3/detik

Laju massa aliran udara selubung, = Qs*s = 0,078 kg/detik.

= 3,1391 kg/m

2detik

Page 227: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

211

Bilangan Reynold aliran udara selubung, Res =

= 57.171,4 => 10

4 < Res < 10

5

Perhitungan diameter ekivalen selubung, De:

= 0,04739 m

= 83,438 W/m2o

C

Tabel 32. Korelasi koefisien untuk nilai a1 dan a2 susunan pipa 30O dan bil. Re.

Sumber: Kakaç dan Liu, (2002).

Berdasarkan pola susunan pipa penukar panas yakni segitiga 30o dan bilangan Res maka:

a =

= 0,0343

= 0,00456

= 17,73 W/m

2oC

Jc = 0,8; potongan sekat berkategori sedang, tidak lebar (0,53) dan tidak kecil (1,15).

Jl = 0,8; kebocoran diantara pipa dan sekat, sekat dan selubung kecil (0,7 – 0,8).

Jb = 0,95; faktor korekasi efek aliran langsung (bypass), jika ada sealing maka > 0,9.

Js = 1; faktor koreksi variabel jarak saluran inlet/outlet terhadap sekat, dekat 1.

Jr = 1; faktor koreksi terhadap nilai bil. Reynold selubung, jika > 100 maka 1.

= 10,778 W/m2o

C

Koefisien trasfer panas sisi selubung:

ho =

= 47,108 W/m

2oC

Konduktivitas panas besi galvanis, kw = 90,5 W/moC

Koefisien transfer panas keseluruhan:

= 21,07 W/m2o

C

Luas bidang penukaran panas desain, A = do Lp Np = 5,182 m2

Page 228: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

212

Pindah panas aktual:

= 21,07*5,182*0,93*6,72 = 682,63 Watt

Pindah panas optimal:

= 21,07*5,182*(82,63-75,88) = 737,06 Watt

Efisiensi penukar panas:

= 0,93

Pendekatan e-NTU:

Identifikasi kapasitas aliran udara pipa dan selubung:

Aliran udara pipa:

At_pipa, m2 Vpipa, m/detik Suhu,

oC , kg/m

3

0,038 1,78 82,63 0,9811

Debit aliran udara pipa, Qpipa = At_pipa*Vpipa = 0,068 m

3/detik

Laju massa aliran udara pipa, = Qpipa* = 0,066 kg/detik.

Kapasitas udara pipa, Cpipa = *Cp_udara pipa = 0,066*1009,56 = 66,88 W/oC

Kapasitas udara selubung, Csel = *Cp_udara sel = 0,078*1008,955 = 78,34 W/oC

Cpipa = Cmin dan Cselubung = Cmaks.

Pindah panas maksimum:

= 66,88*(87,75-71,5) = 1086,8 Watt

Berhubung fluida panas sebagai fluida minimum maka efektivitas penukar panas dapat

dihitung dengan persamaan:

= 0,63

Rasio kapasitas udara, CR =

=

= 0,854

Number Transfer Unit,

= 1,63

Pembuktian nilai efisiensi pada pendekatan LMTD sebesar 0,93 dengan perhitungan efisiensi

menggunakan variabel pendekatan NTU:

=

= 0,93.

Persamaan lain khusus untuk menghitung nilai efektivitas penukar panas yang diturunkan dari

kondisi udara Cc = Cmin di klaim dapat digunakan untuk penukar panas secara umum.

Page 229: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

213

CR-1NTU-exp CR-

CR-NTU-exp

1

11 atau

Menghasilkan nilai:

= 0,65.

Pengecekan nilai = 0,65 menggunakan persamaan untuk menghitung efisiensi menunjukkan

nilai yang penuh yakni 100%. Interpretasi terhadap nilai ini adalah bahwa desain penukar

panas memiliki nilai efektifitas 0,65 pada kondisi aliran fluida dan penukaran panas yang

seimbang. Dengan demikian efektivitas aktual dari penukar panas adalah 0,63.

Berdasarkan perhitungan, diperoleh 2 nilai q metode LMTD yang berbeda yakni:

Perhitungan U dari awal bersifat forward menghasilkan nilai sebesar 21,07 W/m2o

C.

Perhitungan ulang nilai U dilakukan dengan metode backward untuk memastikan bahwa nilai

tersebut valid.

Berdasarkan variabel metode -NTU diperoleh nilai:

.

Hanya ada satu persamaan yang menghasilkan nilai q = 682,63 Watt dan kebanyakan

persamaan menghasilkan nilai q = 685,5 Watt.

Variabel lemah yang terdapat dalam perhitungan nilai q adalah U dan F.

Penentuan nilai F melalui grafik hanya bisa menduga angka hingga 1 desimal yang dapat saja

bernilai akurat hingga lebih dari satu desimal. Untuk perhitungan balik nilai U, nilai F

dianggap tetap yakni 0,93. Sehingga persamaan menjadi:

= 21,16 W/m

2oC

Dengan demikian diperoleh nilai U dengan perhitungan forward sebesar 21,07 W/m2o

C

dan nilai U berdasarkan perhitungan backward sebesar 21,16 W/m2o

C.

Penggunaan nilai U koreksi sebesar 21,16 W/m2o

C menghasilkan nilai pindah panas (q) yang

sama pada semua persamaan yakni:

Nilai parameter lain yang ikut terkoreksi adalah:

= 740,154 Watt

= 1,64

Perhitungan kehilangan tekanan atau pressure drop:

Perhitungan kehilangan tekanan sistem meliputi unit penukar panas terdiri atas bagian pipa

dan selubung, unit siklon separator dan unit saluran hubung antara siklon separator dan

selubung penukar panas.

Page 230: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

214

1. Penukar panas:

a. Bagian pipa:

Aliran udara, dimensi pipa dan nilainya:

Np L, m di, m Vp, m/detik Suhu oC , kg/m

3 Re

52 0,99 0,0305 1,78 82,63 0,9811 18204

= 0,0067

Pressure drop bagian pipa,

= 70,1 Pa

b. Bagian Selubung:

Aliran udara, dimensi selubung dan nilainya:

Nb Ds, m De, m Gs, kg/m2detik Ts

oC , kg/m

3 µ, Ndetik/m

2 Tw,

oC

5 0,378 0,04739 3,14 75,88 0,9987 2,077x10-5

79,3

Rangkaian perhitungan:

= 7164

= 0,3294

= 0,978

Pressure drop bagian selubung,

= 66,9 Pa

2. Unit siklon separator:

Tabel 33. Hasil perhitungan kehilangan tekanan pada siklon separator

Posisi Kondisi udara Tekanan Jumlah

V (m/det) T (oC) (kg/m3) Statis (Pa) Dinamis (Pa) (Pa)

Inlet (i) 10,0 92 0,9578 215,6 47,9 263,5

Outlet (o) 6,3 86 0,9727 39,2 19,3 58,5

Total

205,0 Perhitungan dilakukan dengan persamaan:

Pengukuran langsung menggunakan instrumen pada posisi inlet dan outlet siklon

separator menghasilkan nilai statis masing-masing 215,6 Pa dan 39,2 Pa.

Page 231: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

215

Tekanan dinamis pada masing-masing inlet dan outlet dihitung dengan rumus:

dan

. Komponen kecepatan tangensial

diabaikan

karena belum bisa dideteksi.

Dengan data kecepatan dan densitas pada posisi inlet dan outlet:

= 47,9 Pa dan

= 19,3 Pa.

Pressure drop bagian siklon separator:

= (215,6+47,9) – (39,2+19,3) = 205 Pa.

3. Unit saluran hubung:

Perhitungan kehilangan tekanan pada unit saluran mencakup kehilangan pada

keseluruhan badan saluran (mayor) dan kehilangan karena bentuk belokan (minor).

Aliran udara, dimensi selubung dan nilainya:

D, m L, m Vu, m/detik Suhu oC , kg/m

3 µ, Ndetik/m

2

0,14 0,85 5,0 73,5 1,007 2,07x10-5

Bilangan Reynold, Re =

= 34115,7 atau 3,4x104

Material saluran terbuat dari besi dengan nilai kekasaran = 0,00085 m (Kamaruddin dkk,

1989) sehingga diperoleh:

= 0,00607

Berdasarkan diagram Moody diperoleh nilai f = 0,034

=

= 2,598 Pa

Data koefisien hambatan, K = 0,75 (Raswari, 2010)

= 9,44 Pa

Pressure drop bagian saluran:

=12,03 Pa

Total pressure drop sistem = 70,1 Pa + 66,9 Pa + 205 Pa + 2,598 Pa + 12,03 Pa

= 354 Pa.

Page 232: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

216

PERHITUNGAN DENGAN CARA YANG SAMA UNTUK PENGUJIAN 2 DAN

PENGUJIAN 3 MENGHASILKAN RINGKASAN DATA BERIKUT:

Tabel 34. Sampel data suhu pengujian 2 dan 3

Sumber data

Suhu Penukar Panas (oC)

Thi Tho Tci Tco

Pengujian 2 118,75 101,75 91,0 107,5

Pengujian 3 97,5 83,75 75,75 86,5

Pendekatan LMTD:

Selisih suhu logaritmik pengujian 2:

=

= 11,0oC

Pendugaan nilai F:

0,6 dan

=> R = 0,5 serta nilai F = 0,88

Tabel 35. Sifat udara berdasarkan suhu pengujian 2

Sifat udara Tw Satuan

Suhu, T 110,25 99,25 104,8 oC

Viskositas, µp, µs, µw 2,228x10-5

2,179x10-5

2,2x10-5

N.detik/m2

Panas jenis, Cp 1012,33 1011,225 J/kg.K

Densitas, 0,9126 0,9399 Kg/m3

Konduktivitas, k 0,03253 0,03169 W/m.K

Prandatel, Prp dan Prs 0,6934 0,6956 --

Page 233: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

217

Selisih suhu logaritmik pengujian 3:

=

= 9,42oC

Pendugaan nilai F:

0,5 dan

=> R = 0,6 serta nilai F = 0,93

Tabel 36. Sifat udara berdasarkan suhu pengujian 3

Sifat udara Tw Satuan

Suhu, T 90,6 81,13 85,9 oC

Viskositas, µp, µs, µw 2,142x10-5

2,1x10-5

2,12x10-5

N.detik/m2

Panas jenis, Cp 1010,36 1009,413 J/kg.K

Densitas, 0,9612 0,9848 Kg/m3

Konduktivitas, k 0,03104 0,03032 W/m.K

Prandatel, Prp dan Prs 0,6973 0,6992 --

Tabel 37. Beberapa nilai variabel ketiga pengujian

Variabel Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3 Satuan

LMTD 6,72 11,0 9,42 oC

F 0,93 0,88 0,93 --

A pipa 5,182 5,182 5,182 m2

Kw (besi galvanis) 90,5 90,5 90,5 W/moC

A_tungku 0,0319 0,0319 0,0319 m2

A_penamp_pipa 0,038 0,038 0,038 m2

De pipa 0,22 0,22 0,22 m

A_selubung 0,025 0,025 0,025 m2

De selubung 0,04739 0,04739 0,04739 m

Page 234: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

218

Perhitungan koefisien tranfer panas udara pipa, (hi) pengujian 2:

Aliran udara masuk saluran tungku:

A_tungku, m2 Vtu, m/detik Suhu,

oC tu, kg/m

3

0,0319 1,8 47,2 1, 0943

Kecepatan aliran udara pipa, Vpipa =

= 1,81 m/detik

Bilangan Reynold aliran udara pipa, Re_p =

= 16280 > 2300 (Turbulen)

Koefisien gesekan aliran udara pipa, = 0,0069

Bilangan Nusselt aliran udara pipa, Nu =

= 36,367

Koefisien tranfer panas bagian pipa,

= 38,784 W/m

2oC

Perhitungan koefisien tranfer panas udara selubung, (ho):

Aliran udara selubung:

in, m/detik out, m/detik sel, m/detik

4,7 1,35 2,8

As, m2 sel, m/detik Suhu,

oC s, kg/m

3

0,025 2,8 99,25 0,939864

Debit aliran udara selubung, Qs = As* sel = 0,069 m3/detik

Laju massa aliran udara selubung, = Qs*s = 0,065 kg/detik.

= 2,61 kg/m

2detik

Bilangan Reynold aliran udara selubung, Res =

= 45264 => 10

4 < Res < 10

5

= 77,56 W/m2o

C

Berdasarkan pola susunan pipa penukar panas yakni segitiga 30o dan bilangan Res maka:

a =

= 0,0387

= 0,00499

= 16,1715 W/m

2oC

Page 235: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

219

Jc = 0,8; potongan sekat berkategori sedang, tidak lebar (0,53) dan tidak kecil (1,15).

Jl = 0,8; kebocoran diantara pipa dan sekat, sekat dan selubung kecil (0,7 – 0,8).

Jb = 0,95; faktor korekasi efek aliran langsung (bypass), jika ada sealing maka > 0,9.

Js = 1; faktor koreksi variabel jarak saluran inlet/outlet terhadap sekat, dekat 1.

Jr = 1; faktor koreksi terhadap nilai bil. Reynold selubung, jika > 100 maka 1.

= 9,83225 W/m2o

C

Koefisien trasfer panas sisi selubung:

ho =

= 43,697 W/m

2oC

Koefisie trannsfer panas keseluruhan:

= 20,02 W/m2o

C

Pindah panas aktual:

= 20,02*5,182*0,88*11 = 1004,14 Watt

Pindah panas optimal:

= 20,02*5,182*(110,25-99,25) = 1141,18 Watt

Efisiensi penukar panas:

= 0,88

Pendekatan e-NTU:

Identifikasi kapasitas aliran udara pipa dan selubung:

Aliran udara pipa:

At_pipa, m2 Vpipa, m/detik Suhu,

oC , kg/m

3

0,038 1,81 110,3 0,91261

Debit aliran udara pipa, Qpipa = At_pipa*Vpipa = 0,069 m3/detik

Laju massa aliran udara pipa, = Qpipa* = 0,063 kg/detik.

Kapasitas udara pipa, Cpipa = *Cp_udara pipa = 0,063*1012,33 = 63,42 W/oC

Kapasitas udara selubung, Csel = *Cp_udara sel = 0,065*1011,23 = 65,34 W/oC

Cpipa = Cmin dan Cselubung = Cmaks.

Berhubung fluida panas sebagai fluida minimum maka efektivitas penukar panas dapat

dihitung dengan persamaan:

Pindah panas maksimum:

= 63,42*(118,8-91,0) = 1759,88 Watt

Page 236: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

220

dimana : Selisih suhu fluida minimum yakni udara pipa.

= 1078,13 Watt

Efektivitas penukar panas:

= 0,61

Rasio kapasitas udara, CR =

=

= 0,97

Number transfer unit,

= 1,76

Pembuktian nilai efisiensi pada pendekatan LMTD sebesar 0,88 dengan perhitungan efisiensi

menggunakan variabel pendekatan NTU:

=

= 0,88 (sama).

Persamaan lain untuk menghitung nilai efektivitas penukar panas yang diturunkan dari kondisi

udara Cc = Cmin di klaim dapat digunakan untuk penukar panas secara umum.

CR-1NTU-exp CR-

CR-NTU-exp

1

11 atau

Menghasilkan nilai

= 0,64. Nilai ini lebih rendah dari nilai yang sudah dicapai pada pengujian sebelumnya.

Berdasarkan perhitungan, diperoleh 2 nilai q metode LMTD yang berbeda yakni:

Perhitungan U dari awal bersifat forward menghasilkan nilai sebesar 20,02 W/m2o

C.

Perhitungan ulang nilai U dilakukan dengan metode backward untuk memastikan bahwa nilai

tersebut valid.

Berdasarkan variabel metode -NTU diperoleh nilai:

.

Hanya ada satu persamaan yang menghasilkan nilai q = 1004,14 Watt dan kebanyakan

persamaan menghasilkan nilai q = 1078,13 Watt.

Berdasarkan persamaan berikut diperoleh nilai U koreksi yakni sebesar:

= 21,50 W/m

2oC

Dengan demikian diperoleh nilai U dengan perhitungan forward sebesar 20,02W/m2o

C

dan nilai U berdasarkan perhitungan backward (bantuan solver) sebesar 21,50 W/m2o

C.

Kesimpulannya nilai yang dipakai adalah nilai yang terkoreksi yakni 21,50 W/m2o

C.

Page 237: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

221

Penggunaan nilai U koreksi sebesar 21,50 W/m2o

C menghasilkan nilai pindah panas (q) yang

sama pada semua persamaan yakni:

Nilai parameter lain yang ikut terkoreksi adalah:

= 1225,35 Watt

= 1,76

Perhitungan kehilangan tekanan atau pressure drop Pengujian 2:

Perhitungan kehilangan tekanan sistem meliputi unit penukar panas terdiri atas bagian pipa

dan selubung, unit siklon separator dan unit saluran hubung antara siklon separator dan

selubung penukar panas.

1. Penukar panas:

a. Bagian pipa:

Aliran udara, dimensi pipa dan nilainya:

Np L, m di, m Vp, m/detik Suhu oC , kg/m

3 Re

52 0,99 0,0305 1,81 110,3 0,91261 16280

= 0,0069

Pressure drop pada sisi pipa,

= 69,4 Pa

b. Bagian Selubung:

Aliran udara, dimensi selubung dan nilainya:

Nb Ds, m De, m Gs, kg/m2detik Ts

oC , kg/m

3 µs, Ndetik/m

2 Tw,

oC

5 0,378 0,04739 2,61 99,25 0,9399 2,18x10-5

104,8

Rangkaian perhitungan:

= 5671

= 0,344

= 0,9734

Pressure drop pada sisi selubung,

= 51,1 Pa

Page 238: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

222

2. Unit siklon separator:

Penurunan tekanan oleh siklon separator untuk ketiga pengujian sama yakni 205 Pa

3. Unit saluran hubung:

Perhitungan kehilangan tekanan pada unit saluran mencakup kehilangan pada

keseluruhan badan saluran (mayor) dan kehilangan karena bentuk belokan (minor).

Aliran udara, dimensi selubung dan nilainya:

D, m L, m Vu, m/detik Suhu oC , kg/m

3 µ, Ndetik/m

2

0,14 0,85 5,0 94,58 0,9514 2,16x10-5

Bilangan Reynold, Re =

= 30847,4 atau 3,1x104

Material saluran terbuat dari besi dengan nilai kekasaran = 0,00085 m (Kamaruddin dkk,

1989) sehingga diperoleh:

= 0,00607

Berdasarkan diagram Moody diperoleh nilai f = 0,033

=

= 2,383 Pa

Data koefisien hambatan, K = 0,75 (Raswari, 2010)

= 8,92 Pa

=11,30 Pa

Total pressure drop sistem = 69,4 Pa + 51,1 Pa + 205 Pa + 11,30 Pa

= 336,8 Pa.

PERHITUNGAN KOEFISIEN TRANFER PANAS UDARA PIPA, (hi) PENGUJIAN 3:

Aliran udara masuk saluran tungku:

A_tungku, m2 Vtu, m/detik Suhu,

oC tu, kg/m

3

0,0319 1,69 44,0 1, 104824

Kecepatan aliran udara pipa, Vpipa =

= 1,632 m/detik

Page 239: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

223

Bilangan Reynold aliran udara pipa, Re_p =

= 16114 > 2300 (Turbulen)

Koefisien gesekan aliran udara pipa, = 0,0069

Bilangan Nusselt aliran udara pipa, Nu =

= 35,686

Koefisien tranfer panas sisi pipa,

= 36,312 W/m

2oC

Perhitungan koefisien tranfer panas udara selubung, (ho):

Aliran udara selubung:

in, m/detik out, m/detik sel, m/detik

4,8 1,3 3,1

As, m2 sel, m/detik Suhu,

oC s, kg/m

3

0,025 3,1 81,13 0,98478

Debit aliran udara selubung, Qs = As* sel = 0,0775 m

3/detik

Laju massa aliran udara selubung, = Qs*s = 0,07632 kg/detik.

= 3,081 kg/m2detik

Bilangan Reynold aliran udara selubung, Res =

= 55484 => 10

4 < Res < 10

5

= 83,124 W/m2o

C

Berdasarkan pola susunan pipa penukar panas yakni segitiga 30o dan bilangan Res maka:

a =

= 0,035

= 0,00461

= 17,54 W/m

2oC

Jc = 0,8; potongan sekat berkategori sedang, tidak lebar (0,53) dan tidak kecil (1,15).

Jl = 0,8; kebocoran diantara pipa dan sekat, sekat dan selubung kecil (0,7 – 0,8).

Jb = 0,95; faktor korekasi efek aliran langsung (bypass), jika ada sealing maka > 0,9.

Js = 1; faktor koreksi variabel jarak saluran inlet/outlet terhadap sekat, dekat 1.

Jr = 1; faktor koreksi terhadap nilai bil. Reynold selubung, jika > 100 maka 1.

= 10,662 W/m2o

C

Page 240: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

224

Koefisiean transfer panas sisi selubung:

ho =

= 46,893 W/m

2oC

Koefisien transfer panas keseluruhan:

= 19,91 W/m2o

C

Pindah panas aktual:

= 19,9*5,182*0,93*9,42 = 903,88 Watt

Pindah panas optimal:

= 19,9*5,182*(90,6-81,13) = 980,113 Watt

Efisiensi penukar panas:

= 0,92

Pendekatan e-NTU:

Identifikasi kapasitas aliran udara pipa dan selubung:

Aliran udara pipa:

At_pipa, m2 Vpipa, m/detik Suhu,

oC , kg/m

3

0,038 1,632 90,6 0,96124

Debit aliran udara pipa, Qpipa = At_pipa*Vpipa = 0,062 m3/detik

Laju massa aliran udara pipa, = Qpipa* = 0,060 kg/detik.

Kapasitas udara pipa, Cpipa = *Cp_udara pipa = 0,066*1010,36 = 60,23 W/oC

Kapasitas udara selubung, Csel = *Cp_udara sel = 0,07632*1009,413 = 77,04 W/oC

Cpipa = Cmin dan Cselubung = Cmaks.

Berhubung fluida panas sebagai fluida minimum maka efektivitas penukar panas dapat

dihitung dengan persamaan:

Pindah panas maksimum:

= 60,23*(97,5-75,8) = 1310,01 Watt

dimana : Selisih suhu fluida minimum yakni udara pipa.

= 828,165 Watt

Efektivitas penukar panas:

= 0,63

Rasio kapasitas udara, CR =

=

= 0,782

Page 241: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

225

Number transfer unit,

= 1,71

Pembuktian nilai efisiensi pada pendekatan LMTD sebesar 0,92 dengan perhitungan efisiensi

menggunakan variabel pendekatan NTU:

=

= 0,92 (sama).

Persamaan lain untuk menghitung nilai efektivitas penukar panas yang diturunkan dari kondisi

udara Cc = Cmin di klaim dapat digunakan untuk penukar panas secara umum.

CR-1NTU-exp CR-

CR-NTU-exp

1

11 atau

Menghasilkan nilai

= 0,65.

Pengecekan nilai = 0,65 menggunakan persamaan untuk menghitung efisiensi menunjukkan

nilai yang penuh yakni 100%. Interpretasi terhadap nilai ini adalah bahwa desain penukar

panas memiliki nilai efektifitas 0,65 pada kondisi aliran fluida dan penukaran panas yang

seimbang. Dengan demikian efektivitas aktual dari penukar panas adalah 0,63.

Berdasarkan perhitungan, diperoleh 2 nilai q metode LMTD yang berbeda yakni:

Perhitungan U dari awal bersifat forward menghasilkan nilai sebesar 19,91 W/m2o

C.

Perhitungan ulang nilai U dilakukan dengan metode backward untuk memastikan bahwa nilai

tersebut valid.

Berdasarkan variabel metode -NTU diperoleh nilai:

.

Hanya ada satu persamaan yang menghasilkan nilai q = 903,88 Watt dan kebanyakan

persamaan menghasilkan nilai q = 828,165 Watt.

Berdasarkan persamaan berikut diperoleh nilai U koreksi yakni sebesar:

= 18,24 W/m

2oC

Dengan demikian diperoleh nilai U dengan perhitungan forward sebesar 19,91W/m2o

C

dan nilai U berdasarkan perhitungan backward (bantuan solver) sebesar 18,24 W/m2o

C.

Kesimpulannya nilai yang dipakai adalah nilai yang terkoreksi yakni 18,24 W/m2o

C.

Penggunaan nilai U koreksi sebesar 18,24 W/m2o

C menghasilkan nilai pindah panas (q) yang

sama pada semua persamaan yakni:

Page 242: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

226

Nilai parameter lain yang ikut terkoreksi adalah:

= 898,013 Watt

Number Transfer Unit,

= 1,57

Perhitungan kehilangan tekanan atau pressure drop Pengujian 3:

Perhitungan kehilangan tekanan sistem meliputi unit penukar panas terdiri atas bagian pipa

dan selubung, unit siklon separator dan unit saluran hubung antara siklon separator dan

selubung penukar panas.

1. Penukar panas:

a. Bagian pipa:

Aliran udara, dimensi pipa dan nilainya: Np L, m di, m Vp, m/detik Suhu

oC , kg/m

3 Re

52 0,99 0,0305 1,632 90,6 0,96124 16114

= 0,00691

Pressure drop pada sisi pipa,

= 59,8 Pa

b. Bagian Selubung:

Aliran udara, dimensi selubung dan nilainya:

Nb Ds, m De, m Gs, kg/m2detik Ts

oC , kg/m

3 µs, Ndetik/m

2 Tw,

oC

5 0,378 0,04739 3,081 81,13 0,9848 2,1x10-5

85,9

Rangkaian perhitungan:

= 6952

= 0,3312

= 0,972

Pressure drop pada sisi selubung,

= 65,5 Pa

2. Unit siklon separator:

Penurunan tekanan oleh siklon separator untuk ketiga pengujian sama yakni 205 Pa

Page 243: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

227

3. Unit saluran hubung:

Perhitungan kehilangan tekanan pada unit saluran mencakup kehilangan pada

keseluruhan badan saluran (mayor) dan kehilangan karena bentuk belokan (minor).

Aliran udara, dimensi selubung dan nilainya:

D, m L, m Vu, m/detik Suhu oC , kg/m

3 µ, Ndetik/m

2

0,14 0,85 5,0 78,4 0,9915 2,09x10-5

Bilangan Reynold, Re =

= 33236,3 atau 3,3x104

Material saluran terbuat dari besi dengan nilai kekasaran = 0,00085 m (Kamaruddin dkk,

1989) sehingga diperoleh:

= 0,00607

Berdasarkan diagram Moody diperoleh nilai f = 0,034

=

= 2,5584 Pa

Data koefisien hambatan, K = 0,75 (Raswari, 2010)

= 9,30 Pa

Pressure drop pada bagian selubung:

=11,9 Pa

Total pressure drop sistem = 59,8 Pa + 65,5 Pa + 205 Pa + 11,9 Pa

= 342,2 Pa.

Page 244: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

228

Struktur desain yang menjadi faktor penilaian aliran silang (Cross flow):

Potongan sekat sebesar 25,4% dari total

panjang sekat 378 mm termasuk kategori

sedang (tidak lebar; Jc=0,53 dan tidak kecil;

Jc=1,15) sehingga diberi nilai Jc = 0,8.

Dilengkapi penutup aliran samping (by

pass) yang disebut seal sehingga diberi nilai

Jb = 0,95 atau lebih besar dari 0,9.

Kebocoran diantara pipa dan sekat sangat kecil atau

bahkan tidak ada kebocoran sehingga nilai Jl = 0,8

(nilai penuh dari selang 0,7-0,8).

Bilangan Reynold aliran udara dan asap selubung

sebesar 57171,4; 45263,6 dan 55483,7 atau jauh

lebih besar dari 100 sehingga diberi nilai Jr = 1.

Jarak jendela atau saluran inlet

selubung terhadap sekat adalah dekat

sehingga diberi nilai Js = 1.

Pada jendela atau saluran outlet

selubung memiliki jarak yang lebih

dekat lagi yakni nilai jarak antar sekat

(baffle spacing) sebesar 196,2 mm

sementara tinggi jendela outlet

sebesar 200 mm atau hampir

berimpitan.

Page 245: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

229

Lampiran 13. Perhitungan nilai organoleptik

Data pengujian 1: --

Data pengujian 2: Sampel ikan cakalang hasil pengasapan dengan kadar air 40,71%

Kriteria Panelis

( - )2

1 2 3 4 5 6

Kenampakan 9 7 9 7 7 9 (8,6-8,2)2 = 0,16

Bau 9 7 7 7 9 7 (8-8,2)2 = 0,04

Rasa 7 9 7 7 9 7 (8-8,2)2 = 0,04

Tekstur 9 7 7 9 9 7 (8-8,2)2 = 0,04

Jamur 9 9 9 9 9 9 (8,6-8,2)2

= 0,16

Lendir 9 9 9 9 9 9 (8-8,2)2 = 0,04

8,6 8 8 8 8,6 8 ( - )2 = 0,48

n 6 =

49,2 = 8,2 =>

n panelis 6 = 0,08

Nilai organoleptik dalam selang kepercayaan 95% (1,96).

Standar deviasi:

S = = 0,28

P = ( - (1,96*S/ )) ( + (1,96*S/ )) => P = 8,0 8,4 => = 8.

Data pengujian 3: Sampel ikan cakalang hasil pengasapan dengan kadar air 36,78%

Kriteria Panelis

( - )2

1 2 3 4 5 6

Kenampakan 3 3 3 7 5 7 (8-7,6)2

= 0,16

Bau 9 3 7 9 5 9 (6,3-7,6)2 = 1,69

Rasa 9 7 9 9 7 9 (7,7-7,6)2 = 0,01

Tekstur 9 7 9 7 7 7 (8,3-7,6)2 = 0,49

Jamur 9 9 9 9 9 9 (7-7,6)2

= 0,36

Lendir 9 9 9 9 9 9 (8,3-7,6) 2 = 0,49

8 6,3 7,7 8,3 7 8,3 ( - )2 = 3,20

n 6

45,6 = 7,6

n panelis

6 = 0,53

Nilai organoleptik dalam selang kepercayaan 95% (1,96).

Standar deviasi:

S = = 0,73

P = ( - (1,96*S/ )) ( + (1,96*S/ )) => P = 7,02 8,18 => = 7.

Page 246: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

230

Lampiran 14. Perhitungan Waktu Pengasapan

Tabel 35. Data Input dan sumbernya

Data Satuan Keterangan Sumber

30 Kg Berat total awal ikan Pengukuran

73 %bb Kadar air awal ikan Pengukuran

0 m Ketinggian di atas

permukaan tanah Pengukuran

30 oC Suhu lingkungan awal Pengukuran

90,1 %RH Kelembaban awal udara Pengukuran

90,4 oC

Suhu udara ruang

pengasapan

Pengukuran,

Nilai suhu berdasarkan rata-rata

untuk kategori pengasapan panas

antara 80 – 100oC (Ahmad, 2003;

Hall dan Köse 2014).

37,0 %H Kelembaban udara ruang

pengasapan

Pengukuran,

Nilai kelembaban bersesuaian

dengan suhu 90,4oC.

0,44 m2

Luas penampang ruang

pengasapan kondisi

kosong.

Pengukuran

0,159 m2

Luas penampang ruang

pengasapan kondisi terisi

ikan.

Pengukuran

1,94 % Kadar lemak ikan

cakalang asap.

Pengukuran,

Hasil uji laboratorium

32,2 %bk Kadar air kesetimbangan

Kadar air sorpsi isoterm ikan

cakalang asap dengan perlakuan

perendaman garam pada nilai

aktivitas air, aw = 0,843 < 0,85.

Referensi; Reo, 2010; Arason et

al., 2014

Waktu Jam Lama Pengasapan Data input dan hasil perhitungan

PERHITUNGAN UNTUK MENDUGA LAMA WAKTU PENGASAPAN

BAHAN

Berat bahan : 30 kg

Kadar air awal : 73,0% bb

Kadar air akhir : 50,7% bb

Berat padatan : 8,1 kg

Berat air awal : 21,9 kg 270,4% k.a. awal (bk)

Berat air akhir : 8,3 kg 102,8% k.a. akhir (bk)

Lama waktu ( trial ) : 28,3 jam 16,3 jam

Laju penguapan : 0,480 kg/jam 0,833 kg/jam

7,99 g/menit 13,88 g/menit

0,133 g/detik 0,231 g/detik

Page 247: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

231

KONDISI UDARA PENGASAPAN ( PSYCHROMETRIC )

Ketinggian (DPT) : 0 m

Suhu awal (lingkungan) : 30 oC

Kelembaban awal (RH) : 90,1%

Tekanan udara : 101,33 kPa

Humidity ratio, H1=H2 : 0,02 kgH2O/kg.uk

Specific volume, v : 0,89 m3/kg.uk

Suhu udara/asap : 90,4 oC

Kelembaban udara ruangan : 37,0%

Humidity ratio, H3 : 0,219 kgH2O/kg.uk

Debit aliran udara : 2,200 m

3/jam 3,819 m

3/jam

0,037 m3/menit 0,064 m

3/menit

0,001 m3/detik 0,001 m

3/detik

KONDISI ALAT/DESAIN

Luas penampang pengasapan : 0,44 m2 0,159 m

2

Kecepatan udara, v : 0,001 m/detik 0,01 m/detik

LAMA WAKTU PENGASAPAN BERDASARKAN PERSAMAAN NIKITIN (1965)

Referensi: Cf, kadar lemak ikan : 1,94 % (hasil uji laboratorium)

We, kadar air kesetimbangan : 32,2 %bk (Reo, 2010; Arason et al., 2014)

k = 0,0007 /jam 0,0010 /jam

t = 1697,38 menit 976,89 menit

= 28,3 jam 16,3 jam

-----------(Konvergen)------------

Tabel 36. Perhitungan waktu terhadap target kadar air

K.a., %bb K.a., %bk Jam

73,0 270,4 0

60,0 150,0 9,5

57,6 135,8 11,3

50,7 102,8 16,3

50,5 102,0 16,4

50,0 100,0 16,8

40,0 66,7 24,6

30,0 42,9 33,8

24,4 32,2 40,1

20,0 25,0 45,8

10,0 11,1 65,5

333.02.0 10RH3.1)T01.0(cfv7.2k

Page 248: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

232

Lampiran 15. Senyawa aromatik dalam asap

No. Kelompok senyawa utama dan fungsional

1 Hydrocarbons

2 Alcohols

3 Aldehydes

4 Ketones

5 Ethers

6 Phenols

7 Furans

8 Lactones

9

Acids

Sakakibara et al., (2014)

No. Nama senyawa dan kelompoknya

Hydrocarbons

1 Octane

2 Decane

3 a-Pinene

4 Undecane

5 Dodecane

6 Limonene

7 I-Tridecene

8 Tetradecane

9 1-Tetradecene

10 Pentadecane

11 Hexadecane

12 2,6, I 0,14-Tetramethyl pentadecane

13 Heptadecane

14 Naphthalene

15 Biphenyl

Alcohols

16 Ethanol

17 2-Butanol

18 2-Methylpropanol

19 1-Penten-3-ol

20 Pentanol

21 Cyclopentanol

22 (2Z)-Pentenol

23 Hexanol

24 1-0cten-3-ol

25 Heptanol

26 (I ,5E)-0ctadien-3-ol

27 (I ,5Z)-Octadien-3-ol

28 Octanol

29 (I ,5Z)-Undecadien-3-ol

30

(I ,5Z,8Z)-Undecatrien-3-ol

Page 249: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

233

Aldehydes

31 Pentanal

32 Hexanal

33 Heptanal

34 (2E)-Hexenal

35 (4Z)-Heptenal

36 Octanal

37 Nonanal

38 (2E)-0ctenal

39 (2E,4Z)-Heptadienal

40 (2E,4E)-Heptadienal

41 Benzaldehyde

42 (2E)-Nonenal

43 (2E,6Z)-Nonadienal

44 (2E,4E)-0ctadienal

45 (2Z,5E)-Octadienal

46 (2E)-U ndecenal

47 (2E,4Z)-Decadienal

48 (2E,4E)-Decadienal

49 Tridecanal

50 Pentadecanal

51 Hexadecanal

52 Heptadecanal

53 Octadecanal

Ketones

54 2-Butanone

55 2,3-Butanedione

56 2,3-Pentanedione

57 3-Penten-2-one

58 2-Heptanone

59 2-0ctanone

60 6-Methyl-5-hepten-2-one

61 3-Hydroxy-2-pentanone

62 2-Nonanone

63 (3E,52)-0ctadien-2-one

64 (3E,5E)-0ctadien-2-one

65 2-Undecanone

66 2-Tridecanone

67 Cyclopentanone

68 2-Methylcyclopentanone

69 2,5-Dimethyl-2-cyclopentenone

70 2-Cyclopentenone

71 2-Methyl-2-cyclopentenone

72 2-Cyclohexanone

73 3,5-Dimethyl-2-cyclopentenone

74 2,3-Dimethyl-2-cyclopentenone

75

2,3,4-Trimethyl-2-cyclopentenone

Page 250: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

234

76 Acetophenone

77 4-Methylacetophenone

78 1-Indanone

Ethers

79 I ,2-Dimethoxy-4-methylbenzene

80 I ,3-Dimethoxy-5-methylbenzene

81 I ,2-Dimethoxy-4-ethylbenzene

82 I ,2-Dimethoxy-4-propylbenzene

83 I ,2,3-Trimethoxybenzene

84 I ,2-Dimethoxy-4-allylbenzene

85 I ,2,3-Trimethoxy-5-methylbenzene

86 1.2.3-Trimethoxy-5-ethY.Ibenzene

87 I ,2,3-Trimethoxy-5-propylbenzene

88 I ,2-Dimethoxy-4-( 1-propenyl)benzene

Phenols

89 Guaiacol

90 2,6-Dimethylphenol

91 4-Methylguaiacol

92 a-Cresol

93 Phenol

94 4-Ethylguaiacol

95 2-Ethylphenol

96 2,5-Dimethylphenol

97 2,4-Dimethylphenol

98 m-Cresol

99 4-Propylguaiacol

100 2,3-Dimethylphenol

101 2,3,5-Trimethylphenol

102 Eugenol

103 3,5-Dimethylphenol

104 4-Ethylphenol

105 3,4-Dimethylphenol

106 Isoeugenol (cis)

107 2,6-Dimethoxyphenol

108 Isoeugenol (trans)

109 2,6-Dimethoxy-4-methylphenol

110 2,6-Dimethoxy-4-ethylphenol

111 2,6-Dimethoxy-4-propylphenol

Furans

112 2-Ethylfuran

113 2-Ethyl-5-vinylfuran

114 2-Pentylfuran

115 2-Methyltetrahydrofuran-3-one

116 2-[2(Z)-Pentenyl]furan

117 2-Hexyl-5-methylfuran

118

Furfural

Page 251: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

235

119 Methyl 2-furylketone

120 Methyl 5-methyl-2-furylketone

121 Furfuryl alcohol

122 Ethyl 5-methyl-2-furylketone

123 Dibenzofuran

Lactones

124 3-Methyl-4-octanolide

125 3-Methyl-4-octanolide

126 2,3-Dimethyl-2-nonen-4-olide

Acids

127 Tetradecanoic acid

128 Hexadecanoic acid

N-Containing compounds

129 Isovalerni trile

130 2-Methylpyrazine

131 2,5-Dimethylpyrazine

132 2,6-Dimethylpyrazine

133 2-Ethyl-6-methylpyrazine

134 2-Ethyl-5-methylpyrazine

135 2,3,5-Trimethylpyrazine

136 2-Ethyl-3,6-dimethylpyrazine

137 2-Ethyl-3,5-dimethylpyrazine

138 3-Methoxypyridine

139 Benzonitrile

140 Indole

141 Skatole

Sakakibara et al., (2014)

Page 252: DISERTASI DESAIN TERINTEGRASI TUNGKU, PENUKAR PANAS, …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 18. · Kadar air ikan 52,9% (SNI ikan asap < 60%) tercapai

236