DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA...

138
DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Oleh: Regina Ema Pratiwiningrum NIM: 051114003 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

Transcript of DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA...

Page 1: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK

PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA

DALAM HIDUP MEMBIARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

 

Oleh:

Regina Ema Pratiwiningrum

NIM: 051114003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010 

Page 2: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

i

 

DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK

PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA

DALAM HIDUP MEMBIARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

 

Oleh:

Regina Ema Pratiwiningrum

NIM: 051114003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 3: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

ii

 

Page 4: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

iii

 

Page 5: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

iv

 

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia

yang memberi kekuatan kepadaku.”

(Flp 4: 13)

“Orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru:

mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya;

mereka berlari dan tidak menjadi lesu,

mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

(Yes 40: 31)

“Bila kamu tidak mengolah hidup batinmu,

kamu tidak dapat berbuat sesuatu yang sungguh-sungguh berharga.”

(St. Jullie Billiart)

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

♥ Hati Kudus Yesus dan Bunda Maria tercinta yang dengan setia mendampingi

dan menemaniku dalam suka dan duka.

♥ Para Suster Kongregasi Santa Perawan Maria yang mendukung dalam

panggilan dan studiku.

♥ Bapak, ibu, kakak-kakak, dan sahabatku yang selalu mendukung dan setia

mendoakanku.

♥ Almamaterku tercinta: Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma yang telah mendidik dan mendewasakan aku.

Page 6: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

v

 

Page 7: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

vi

 

Page 8: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

vii

 

ABSTRAK

DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA

DALAM HIDUP MEMBIARA

Regina Ema Pratiwiningrum Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan discernment dalam penyelesaian konflik yang dilakukan oleh tiga suster SPM dalam hidup membiara dan untuk menemukan program pembinaan yang sebaiknya dilakukan para suster SPM untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan discernment.

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian berjumlah tiga suster SPM yang tinggal di tiga komunitas yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam. Instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan pedoman wawancara yang disusun oleh peneliti dan dikonsultasikan dengan pembimbing. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan subjek penelitian direkam dengan menggunakan tape recorder dan disusun dalam bentuk transkrip.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga subjek penelitian mampu melakukan discernment dalam menyelesaikan konflik, hanya saja masih kurang mendalam dan perlu ketekunan untuk terus dilatih, karena emosi yang muncul belum diolah secara mendalam dan masih menyulitkan mereka dalam mengambil keputusan dengan tepat. Meskipun demikian, pergulatan dan hambatan selama ber-discernment, membuat mereka mampu memaknai dan menemukan manfaat positif dari discernment bagi perkembangan kepribadian dan kedewasaan iman mereka. Nilai-nilai yang semakin bertumbuh kuat dalam proses discernment adalah iman yang kuat, kasih, kesetiaan, keberanian menanggung resiko, kerendahan hati, penghargaan diri, dan pengampunan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti mengusulkan beberapa program pembinaan untuk meningkatkan kemampuan melakukan discernment. Usulan kegiatan meliputi: Pengolahan Hidup, pelatihan khusus discernment, Correctio Fraterna, dan mengagendakan discernment sebagai habitus berupa: refleksi, retret, dan rekoleksi. Topik-topik kegiatan antara lain: Peta Perjalanan Batin, Eneagram, Genogram, penerimaan diri, kepercayaan diri, penghargaan terhadap diri sendiri, pengampunan, persaudaraan sejati, Correctio Fraterna, dan ekaristi. Program ini dimaksudkan agar para suster SPM mampu mengolah batin/emosi, menerima diri, mengenal gerakan batin, lebih peka mendengarkan suara hati, dapat membedakan roh baik atau jahat, mampu menimbang-nimbang, berani mengambil keputusan, dan bertindak sesuai keputusan itu.

Page 9: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

viii

 

ABSTRACT

DISCERNMENT IN RESOLVING CONFLICT OF THREE SISTERS OF OUR LADY

IN CONVENT LIFE

Regina Ema Pratiwiningrum Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

This research was aimed to describe discernment in resolving conflict done by three sisters of Our Lady in convent life and to discover the best development program employed by sisters of Our Lady to be able to boost the skill of discernment.

This type of research was qualitative. The research subjects were three sisters of Our Lady living in a community that is Central Java and East Java. The data collecting method employed was a profound interview. The instrument of research was several interview questions for guidance which were compiled by researcher and consulted to the supervisor. The data taken from the subject’s interview result was recorded by a tape recorder and arranged in transcript form.

The result showed that the three research subjects were able to employ discernment in resolving conflict, only it was not too profound yet and there was a need of persistence to develop it more, because the appeared emotion was not yet cultivated profoundly and makes them difficult to take a decision appropriately. Nevertheless, the struggle and obstacle during discerning make them able to value and discover benefit o the discernment itself for personality development and the maturity of their faith. The values which grow stronger in the process of discernment were commanding faith, affection, loyalty, brave to carry a risk, modesty, self-esteem, and forgiveness.

Based on the research, the researcher suggested several guidance programs to increase the ability of discernment. The offered activities comprise: Life Cultivation, discernment distinctive training, Correction Fraterna, and slating discernment as a habitus namely: reflection, retreat, and recollection. The activity topics were: Maps of The Inner Journey, Eneagram, Genogram, self-acceptance, self confidence, self-esteem, forgiveness, truly friendship, Correction Fraterna, and eucharist. These programs were meant to train sisters of Our Lady to be able to cultivate emotion, accept themselves, know the inner movement, be sensitive to listen to their own heart, differentiate the good and the bad, consider, be brave in taking a decision, and act according to the decision.

Page 10: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

ix

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Mahabaik atas rahmat dan kesetiaan-

Nya sehingga penulis memperoleh kekuatan dan semangat untuk tetap setia

menyusun skripsi. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bimbingan dan Konseling di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini

dapat terselesaikan berkat bantuan, perhatian, dukungan, dan bimbingan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah berkenan mengesahkan skripsi ini.

2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling yang telah memberi kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Y.B. Adimassana, M.A., selaku pembimbing pertama yang telah setia

dan sabar membimbing, mendukung, dan memberi banyak masukan kepada

penulis.

4. Drs. H. Sigit Pawanta, SVD, M.A., selaku pembimbing kedua yang telah

memberi inspirasi/masukan dan memberi semangat kepada penulis.

5. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma yang telah berjerih payah memberikan seluruh tenaga, ilmu, dan

perhatian kepada penulis.

Page 11: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

x

 

6. Para karyawan perpustakaan, sekretariat BK, rumah tangga Universitas

Sanata Dharma yang dengan sabar, ramah, setia membantu penulis dalam

peminjaman buku, pengurusan administrasi, dan menciptakan suasana

nyaman dalam belajar.

7. Kongregasi Santa Perawan Maria yang telah memberikan kepercayaan dan

kesempatan untuk studi lanjut, mendoakan, dan memberi dukungan selama

penulis menjalankan tugas belajar.

8. Para suster SPM tiga komunitas di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah

mengijinkan penulis mengadakan penelitian.

9. Sr. X, Sr. Y, Sr. Z (nama samaran) yang rela membagikan pengalamannya

selama penelitian.

10. Para suster SPM komunitas Mliwis yang telah memberikan perhatian dan

dukungan kepada penulis selama belajar sampai pada penyusunan skripsi ini.

11. Rm. Agustinus Riyanto, SCJ, Rm. Eltus Mali, Pr, dan Fr. Siprianus, OFM

yang telah membantu dalam proses penyusunan proposal skripsi, memberi

masukan, mengoreksi, dan mengkritisi skripsi ini.

12. Kedua orangtua, kakak-kakak, dan keponakan-keponakan yang setia

mendoakan, perhatian, dan memberi dukungan kepada penulis.

13. Sahabat-sahabat yang selalu mencintai, memotivasi, menyemangati,

mendoakan, dan mendukung penulis

14. Teman-teman angkatan 2005 dan kakak-kakak angkatan yang setia dalam

kerja sama, saling berbagi pengalaman, dan saling mendukung.

Page 12: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

xi

 

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu

terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis terbuka terhadap sumbangan pemikiran, kritik, dan saran agar skripsi ini

menjadi lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 11 Maret 2010

Penulis

Page 13: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

xii

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN......................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................. vii

ABSTRACT .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

E. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ........................ 7

1. Definisi Operasional ........................................................ 7

2. Variabel Penelitian .......................................................... 8

Page 14: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

xiii

 

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Hidup Membiara ..................................................................... 9

1. Pengertian Hidup Membiara .............................................. 9

2. Gaya Hidup Membiara ...................................................... 11

3. Dimensi Hidup Eskatologis ............................................... 14

B. Para Suster SPM ..................................................................... 16

1. Identitas SPM .................................................................... 16

2. Spiritualitas SPM ............................................................... 17

C. Penyelesaian Konflik .............................................................. 20

1. Pengertian Konflik ............................................................. 20

2. Penyebab Konflik .............................................................. 23

3. Akibat Konflik ................................................................... 27

4. Cara Mengatasi Konflik ..................................................... 31

D. Discernment dalam Pengolahan Batin ................................... 38

1. Pengertian Discernment ..................................................... 38

2. Cara-cara Discernment dalam Pengolahan Batin .............. 39

a. Pengenalan Diri Sebagai Landasan/Dasar .................... 40

b. Discernment Sebagai Salah Satu Cara Mengatasi

Konflik .......................................................................... 47

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ....................................................................... 56

B. Subjek Penelitian .................................................................... 58

C. Metode Pengumpulan Data .................................................... 59

Page 15: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

xiv

 

D. Tahap-tahap Penelitian ........................................................... 64

E. Tehnik Analisis Data .............................................................. 66

F. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................. 68

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ....................................................................... 70

B. Pembahasan ............................................................................ 78

1. Discernment dalam Penyelesaian Konflik ......................... 79

2. Program Pembinaan Untuk Meningkatkan Kemampuan

Melakukan Discernment .................................................... 85

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 89

B. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 90

C. Saran....................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 92

LAMPIRAN ............................................................................................... 95

Page 16: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

xv

 

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian ..................................................... 58

Tabel 2 Kisi-kisi Panduan Wawancara ....................................................... 60

Tabel 3 Hasil Penelitian dari Subjek Penelitian dan Sumber Lain ............. 71

Page 17: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

xvi

 

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Hasil Wawancara ......................................................................................... 95

Surat Ijin Penelitian ..................................................................................... 117

Page 18: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

1

 

BAB I

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan variabel penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan untuk mengolah batin dan meneliti struktur dinamis

pengalaman iman pribadi merupakan unsur dasariah dalam tiap usaha untuk

mengadakan peresapan spiritualitas, karena pengolahan batin yang benar

mampu membawa tiap pribadi pada pengakaran iman dalam hidup sebagai titik

tolak pembaharuan dan perjalanan batin terus-menerus. Pengolahan batin yang

benar menjadi suatu proses discernment apabila seseorang menempatkannya

dalam konteks mencari kehendak Allah secara terus-menerus (Prasetya,

1992:35). Pengolahan batin ini dapat dilakukan oleh seseorang setiap saat dan

dalam situasi apapun. Namun, lebih tepat dilakukan apabila seseorang sedang

menghadapi konflik. Konflik yang dialami tiap pribadi dan cara mengolah

batin berbeda satu dengan yang lain. Salah satu cara untuk mengolah batin

adalah dengan discernment. Melalui discernment, orang melihat gerakan roh

yang ada dalam batinnya, apakah tindakannya mengikuti roh baik atau roh

jahat. Dalam proses discernment ini dibutuhkan waktu, energi, dan keterbukaan

hati.

Page 19: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

2

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti dalam hidup bersama

dengan para suster Santa Perawan Maria (SPM), didapatkan adanya para suster

yang ketika mengalami konflik kurang dapat mengolahnya dengan baik. Hal

ini tampak dari perilaku, cara bicara, dan cara pandang yang tidak seperti

biasanya dan kurang terkontrol. Dari antara para suster ada yang mudah marah,

menjadi pendiam, dan bahkan gembira yang berlebihan sebagai pelampiasan

konflik yang dialami. Bentuk konflik yang dialami adalah konflik pribadi

(intrapersonal) dan konflik dengan sesama suster atau orang lain

(interpersonal). Konflik ini dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain

pengalaman masa lalu yang belum terselesaikan dan belum dapat mengampuni,

pengalaman ditolak, tidak dihargai, luka-luka batin yang membelenggu hingga

sekarang, tugas perutusan yang tidak sesuai dengan minat, minder karena

keterbatasan diri, dan kebutuhan yang kurang terpenuhi. Hal ini mempengaruhi

munculnya pikiran negatif terhadap diri sendiri maupun orang lain, selalu

menyalahkan diri sendiri atau orang lain, mudah berprasangka, dan

berpandangan sempit. Konflik juga mempengaruhi perasaan, misalnya mudah

kecil hati, cemas, gelisah, tertekan, merasa tidak berarti, frustrasi, stres, dan

tidak bergairah dalam tugas. Situasi hati yang demikian memunculkan perilaku

yang dapat mengganggu orang lain atau sesama suster se-komunitas. Hal itu

juga memunculkan gangguan fisik antara lain, psikosomatis, batuk, pusing, dan

penyakit lain yang tidak sembuh-sembuh. Yang lebih memprihatinkan lagi,

karena tidak mampu mengolah konfliknya, pribadi itu cepat memutuskan untuk

keluar dari biara.

Page 20: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

3

Kenyataan ini menunjukkan bahwa para suster tampaknya belum

sepenuhnya mampu menyelesaikan konflik dengan pengolahan batin yang baik

dan tepat. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang menyakitkan sehingga

berusaha untuk menghindari, menyingkirkan, bahkan menguburkan. Mereka

kurang siap menghadapi konflik dan kurang menerima konflik itu sebagai

peluang yang dapat memperkembangkan diri dan mendewasakan iman.

Konflik tidak pernah terselesaikan apabila pribadi kurang berani untuk masuk

sampai pada akar masalah. Apabila suatu saat terjadi konflik lagi dia akan

merasa kesakitan lagi dan mencari cara untuk lari dari konflik dengan

melakukan pelampiasan. Pribadi ini hidup dalam tekanan dan tidak menjadi

manusia yang lepas bebas. Pengolahan konflik yang demikian sangatlah

dangkal dan kurang tepat. Oleh karena itu dibutuhkan cara-cara tertentu dalam

mengolah konflik, antara lain dengan discernment. Discernment ini dilakukan

dengan tujuan untuk melihat permasalahan itu dengan pikiran jernih dan hati

yang tenang sehingga memungkinkan Allah tinggal, bersemayam, dan berkarya

dalam diri seseorang khususnya yang sedang mengalami konflik. Kehadiran

Allah akan mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik.

Menurut William Hendricks (2006:43-44) ada dua tipe konflik. Tipe

konflik yang pertama adalah konflik intrapersonal yaitu proses perubahan dan

timbulnya konflik yang terjadi di dalam diri seseorang. Konflik intrapersonal

dirasakan atau dialami baik secara fisik, mental maupun emosional. Konflik ini

sering disebut konflik diri. Tipe konflik yang kedua adalah konflik

Page 21: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

4

interpersonal yaitu konflik terjadi antara individu yang satu dengan individu

yang lain maupun antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

Berdasarkan pengalaman konflik para suster SPM, peneliti akan

memfokuskan pada konflik interpersonal. Peneliti melihat bahwa para suster

sering mengalami konflik karena perbedaan-perbedaan tertentu dengan orang

lain, ketidakcocokan dengan tugas perutusan, dan berbagai hal yang terjadi

munculnya konflik. Melihat keprihatinan yang dihadapi oleh para suster,

peneliti berharap agar para suster SPM tidak tergesa-gesa dalam menyelesaikan

konfliknya. Mereka perlu terbuka dan mempunyai kesadaran diri dalam

mengolah batin secara benar. Salah satu cara untuk mengolah batin adalah

dengan melakukan discernment. Melalui discernment, para suster akan dapat

merasakan gerakan Roh yang hadir dan berkarya dalam dirinya. Allah juga ikut

campur tangan dalam setiap permasalahan sejauh para suster yakin bahwa

segala masalah akan dapat terselesaikan. Apabila pengolahan batin dilakukan

dengan benar maka para suster akan mengalami kedamaian, kebebasan, dan

kebahagiaan dalam hidup khususnya dalam menghayati hidup sebagai seorang

biarawati.

Berkaitan dengan judul penelitian ini, penelitian tentang discernment

dalam penyelesaian konflik pada tiga suster SPM dalam hidup membiara

belum pernah diteliti oleh peneliti lain. Oleh karena itu, peneliti merasa bahwa

penelitian ini sungguh relevan dan merupakan hal baru untuk diteliti pada saat

ini. Semoga penelitian ini dapat membantu siapa saja khususnya para suster

Page 22: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

5

SPM untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan discernment

dalam menyelesaikan konflik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, disusunlah rumusan masalah

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah discernment dalam penyelesaian konflik yang dilakukan oleh

tiga suster SPM dalam hidup membiara?

2. Bagaimanakah program pembinaan yang sebaiknya dilakukan para suster

SPM untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan

discernment?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan discernment dalam penyelesaian konflik yang dilakukan

oleh tiga suster SPM dalam hidup membiara.

2. Menemukan program pembinaan yang sebaiknya dilakukan para suster

SPM untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan

discernment.

Page 23: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Bagi program studi Bimbingan dan Konseling

Supaya dapat menambah khasanah tentang ilmu Bimbingan dan Konseling

terutama dalam bimbingan pribadi dan membantu klien menyelesaikan

konflik.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti sendiri

Menambah wawasan untuk dapat mengolah konflik demi kematangan

dan pengembangan diri.

b. Bagi para suster SPM

Memberikan wawasan yang dapat membantu para suster SPM untuk

melihat secara jernih akar konflik yang dialami, sehingga mereka dapat

menyelesaikan konflik dengan tepat.

c. Bagi para pembina Kongregasi SPM

Memberikan masukan bagi para pembina (magistra, pimpinan komunitas,

pimpinan) untuk dapat dengan jernih melihat konflik orang-orang yang

dibina dan dapat membantu memberikan penyelesaian yang tepat.

Page 24: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

7

E. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

1. Definisi Operasional

a. Discernment atau pembedaan roh adalah sebuah aktivitas untuk melihat

hidup, cara mengambil keputusan secara jernih dan obyektif dan tidak

dikuasai atau dikendalikan melulu oleh emosi, keinginan dan perasaan

sesaat belaka. Pembedaan roh mengajak untuk melihat arah panggilan

hidup sesuai dengan kehendak Tuhan sendiri (Admin, 2007).

b. Konflik adalah perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau

tuntutan yang bertentangan. Pada dasarnya konflik terjadi bila dalam satu

peristiwa terdapat dua atau lebih pendapat atau tindakan yang

dipertimbangkan. Konflik tidak lebih dari adanya beberapa pilihan yang

saling bersaing atau tidak selaras (Pickering, 2001:1).

c. Suster dalam arti sempit adalah saudari. Dalam arti luas berarti semua

anggota lembaga hidup bakti wanita (Heuken, 1994:305). Suster SPM

adalah wanita yang menggabungkan diri dalam suatu lembaga hidup

bakti dan menamakan diri suster Santa Perawan Maria (Kapitel Umum

Kongregasi, 1984:15).

d. Hidup membiara sering disebut hidup bakti atau hidup religius, artinya

hidup yang dibaktikan dengan pengikraran nasihat-nasihat injili dan

merupakan bentuk hidup yang tetap dengannya orang beriman, yang tata

dorongan Roh Kudus mengikuti Kristus secara lebih dekat,

dipersembahkan secara utuh kepada Allah yang paling dicintai agar

mereka, demi kehormatan bagi-Nya dan juga demi pembangunan Gereja

Page 25: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

8

serta keselamatan dunia, dilengkapi dengan alasan baru dan khusus,

mengejar kesempurnaan cintakasih dalam pelayanan Kerajaan Allah dan,

sebagai tanda unggul dalam Gereja, mewartakan kemuliaan surgawi

(KWI, 2006:177).

2. Variabel Penelitian

Variabel utama dalam penelitian ini adalah discernment dalam

penyelesaian konflik pada tiga suster Santa Perawan Maria dalam hidup

membiara. Untuk memperoleh data tentang discernment yang dilakukan

oleh tiga suster SPM dalam penyelesaian konflik, peneliti menggunakan

instrumen berupa wawancara mendalam (depth interviews) kepada para

suster secara pribadi dengan menggunakan panduan wawancara berupa

pertanyaan-pertanyaan terbuka. Pertanyaan-pertanyaan terbuka tersebut

tidak terstruktur secara ketat sesuai dengan judul penelitian yaitu

Discernment dalam Penyelesaian Konflik Pada Tiga Suster Santa Perawan

Maria dalam Hidup Membiara. Wawancara dengan pertanyaan tidak

terstruktur adalah suatu wawancara di mana pertanyaan-pertanyaan yang

disediakan memberi kebebasan kepada yang diwawancarai untuk

menjawabnya atau mengungkapkan pendapatnya (Masidjo, 1995:75).

Penggunaan instrumen wawancara ini bertujuan untuk mengetahui tinggi

rendahnya tingkat kemampuan para suster SPM dalam melakukan

discernment untuk menghadapi persoalan atau menyelesaikan konflik yang

dialami dalam hidup membiara.

Page 26: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

9

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini disajikan uraian tentang hidup membiara, para suster

SPM, penyelesaian konflik, dan discernment dalam pengolahan batin.

A. Hidup Membiara

1. Pengertian Hidup Membiara

Allah memanggil manusia dalam berbagai cara, manusia pun

menjawabnya, antara lain dengan cara yang khusus, yakni memasuki cara

hidup membiara. Hidup membiara merupakan salah satu cara menanggapi

panggilan Allah. Allah memanggil manusia agar bahagia, dan manusia

menjawabnya dengan penuh kasih, dengan cara meninggalkan segalanya,

dan memulai hidup dalam pertobatan, hidup dalam biara. Hidup membiara

dapat disebut hidup bakti atau sering pula disebut hidup religius. Kekhasan

hidup bakti dapat ditemukan dalam Kitab Hukum Kanonik, kanon 573 § 1

yang menyatakan:

Hidup yang dibaktikan dengan pengikraran nasihat-nasihat injili adalah bentuk hidup yang tetap dengannya orang beriman, yang tata dorongan Roh Kudus mengikuti Kristus secara lebih dekat, dipersembahkan secara utuh kepada Allah yang paling dicintai agar mereka, demi kehormatan bagi-Nya dan juga demi pembangunan Gereja serta keselamatan dunia, dilengkapi dengan alasan baru dan khusus, mengejar kesempurnan cintakasih dalam pelayanan Kerajaan Allah dan, sebagai tanda unggul dalam Gereja, mewartakan kemuliaan surgawi (KWI, 2006:177).

Page 27: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

10

Hidup bakti ini dapat diartikan sebagai hidup yang dibaktikan kepada Allah,

dan Allah menerimanya dengan penyertaan dan bimbingan kasih-Nya, serta

Allah sendiri yang menyucikannya. Hidup yang disucikan ini merupakan

suatu hidup yang berjuang untuk mencari kesempurnaan dalam Allah.

Tentang hidup religius ditulis dalam Kitab Hukum Kanonik kanon 607 § 1

sebagai berikut:

Hidup religius, sebagai pembaktian seluruh pribadi, menampakkan di dalam Gereja pernikahan yang mengagumkan yang diadakan oleh Allah, pertanda dari zaman yang akan datang. Demikianlah hendaknya religius menyempurnakan penyerahan diri seutuhnya bagaikan kurban yang dipersembahkan kepada Allah; dengan seluruh eksistensi dirinya menjadi ibadat yang terus-menerus kepada Allah dalam cintakasih (KWI, 2006:183).

Jadi, hidup religius merupakan hidup yang dibaktikan dan dipersembahkan

hanya pada Allah. Allah sebagai pusat seluruh hidup. Hidup religius ini

diharapkan merupakan bentuk tetap untuk mengikuti Kristus sebagai yang

dicintai lebih dari segala sesuatu. Cinta kepada Allah dapat diwujudkan

antara lain dalam doa, ibadat, samadi, dan melayani sesama dalam hidup

sehari-hari. Jadi, dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hidup

membiara adalah suatu cara hidup tertentu yang dibaktikan dan

dipersembahkan kepada Allah untuk mengejar kesempurnaan cinta kasih.

Mereka yang menghayati hidup membiara disebut biarawan/biarawati.

Dalam bukunya, Tom Jacobs (1987:130) mengatakan, “Menurut hukum

Gereja biarawan/biarawati adalah orang yang (1) mengikatkan diri dengan

ketiga kaul: selibat, kemiskinan, dan ketaatan, dan (2) hidup dalam suatu

tarekat yang diakui oleh Gereja.”

Page 28: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

11

Dalam gereja Katolik, untuk mengatur tugas kepemimpinan jemaat

dibentuk struktur hierarkhi sesuai dengan fungsi dan peran. Struktur

hierarkhi itu terdiri dari paus, uskup, imam, dan diakon. Dalam buku Iman

Katolik (KWI, 1996:375-377) dikatakan bahwa biarawan/biarawati tidak

termasuk hierarkhi, hanya saja ada biarawan yang ditahbiskan imam

(klerus). Mereka sekaligus anggota kelompok kebiaraan dan pembantu

uskup, tetapi hidup membiara sendiri bukan fungsi gerejawi tetapi corak

kehidupan. Biarawan/biarawati kecuali imam termasuk golongan awam.

Istilah awam ada dua arti, secara teologis dan secara tipologis. Secara

teologis, awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan, meliputi

biarawan yang tidak ditahbiskan. Secara tipologis, awam adalah warga

Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan biarawan. Jadi, posisi

biarawan/biarawati dalam Gereja adalah awam yang mempunyai corak

kehidupan tertentu yang berbeda dengan awam yang bukan

biarawan/biarawati. Pembedaan dilihat dari kondisi dan tata kehidupan

status kebiaraan yang dengan cara khusus menuju kekudusan dan

kesempurnaan yang khas. Itulah kekhasan dari gaya hidup membiara para

biarawan/biarawati.

2. Gaya Hidup Membiara

Pokok hidup membiara ialah mengikuti Kristus. Mengikuti Kristus

berarti “hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yoh 2:6). Hal ini berarti

juga saling mengasihi. Oleh karena itu yang paling pertama dan yang paling

Page 29: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

12

pokok dalam hidup membiara adalah kebersamaan hidup dalam iman dan

kasih Kristus. Bentuk hidup bersama dengan saling meneguhkan dan

menguatkan dalam iman merupakan bentuk kehidupan khusus.

Kekhususannya adalah bahwa ada kebersamaan yang menjadi komitmen

setiap anggota. Bentuk kebersamaan itu antara lain, adanya aturan dalam

komunitas yang harus ditaati semua anggota dan komunikasi iman yang

saling meneguhkan dalam iman.

Pada abad ke-4, ketika seluruh masyarakat lama-kelamaan menjadi

Kristen, kekhasan kristiani mulai meluntur. Pada saat itu, ada orang-orang

yang mengundurkan diri dari masyarakat ramai untuk mencari bentuk

kehidupan yang lebih khas kristiani. Pengunduran diri ini adalah titik

pangkal dan dasar untuk selibat. Jadi, selibat sebagai gaya hidup untuk

orang yang dengan jelas mau hidup untuk Tuhan (Jacobs, 1987:117). Hidup

untuk Tuhan berarti hidup yang dipersembahkan hanya untuk Tuhan dengan

rela meninggalkan harta, benda, dan kuasa. Mereka dalam tugas perutusan

akan berhubungan dengan semuanya itu, namun sekaligus mengambil jarak.

Hal-hal duniawi bukan satu-satunya tujuan tetapi sarana untuk kelancaran

perutusan. Menurut Tom Jacobs (1987:119), “Selibat berarti jarak, bukan

ketertutupan. Selibat bukan untuk mau mematikan aktivitas manusia, tetapi

mau menampilkan Allah di tengah-tengah pergaulan manusia.”

Gaya hidup biarawan/biarawati (religius) meneladan Yesus sendiri,

yang mampu menyatukan diri-Nya dengan Bapa dan hidup sebagai

manusia. Menurut Mardi Prasetya (2005:16-18) ada empat unsur pokok

Page 30: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

13

gaya hidup religius, yakni hidup inkarnatoris, tinggal bersama Yesus,

bekerja bersama Yesus, dan bekerja seperti Yesus. Pertama, hidup

inkarnatoris artinya menjadikan seluruh pergumulan manusiawi kita ini

sebagai sarana untuk mengungkapkan hidup Allah. Meskipun dalam hidup

mengalami kesulitan, ketegangan antara usaha untuk hidup dalam Roh dan

realita kelemahan diri, namun tetap diusahakan keseimbangan batin dan

usaha mengolah hidup terus-menerus. Kedua, tinggal bersama Yesus adalah

usaha untuk membangun relasi personal sampai terbentuk cinta bakti

(devosi) yang mendalam pada Kristus sehingga Kristus menjadi dasar

panggilan. Caranya dengan kontemplasi untuk senantiasa hadir, mengalami,

mengerti, dan memilih Yesus. Ketiga, bekerja bersama Yesus artinya ikut

serta dalam tugas perutusan Yesus. Hal ini dapat diartikan pula,

menyerahkan diri secara total dalam tugas perutusan Yesus, dengan

konsekuensi harus berani hidup melawan arus dunia yang menghambat

keselamatan dengan bertolak dari iman. Keempat, bekerja seperti Yesus

artinya menghayati cara hidup Yesus yakni hidup diskretif maksudnya

kerelaan untuk menguji setiap gerak batin dan motivasi apakah berasal dari

Allah atau sekadar ikut arus zaman. Diskresi ini melibatkan kemampuan

hati dan citarasa rohani melihat kehadiran Tuhan, kemampuan berefleksi,

dan kemampuan kehendak untuk melaksanakan rencana Allah.

Gaya hidup religius yang demikian itu merupakan inti hidup religius

yang terus-menerus selalu diusahakan dan dihayati oleh biarawan/biarawati

agar semakin bertumbuh dewasa dalam iman kepada Kristus, memiliki

Page 31: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

14

citarasa Kristus, ikut terlibat dalam karya Kristus, memeluk cara hidup

Kristus, dan mampu melihat kehadiran Kristus dalam situasi apapun. Orang

yang mampu menghayati ini akan mengalami kebahagiaan karena seluruh

hidupnya hanya untuk Tuhan dan mempunyai tujuan untuk memperoleh

hidup yang baru, kekal, dan yang akan datang. Hal inilah yang disebut

dimensi hidup eskatologis.

3. Dimensi Hidup Eskatologis

Menurut pendapat Tom Jacobs (1987:178), dimensi hidup eskatologis

artinya dimensi surgawi, kekal, baru, dan yang akan datang. Dimensi hidup

itu sudah ada tetapi berbeda dari kehidupan sekarang. Dimensi hidup ini

baru akan menjadi jelas kalau Kristus akan menampakkan diri dalam

kemuliaan surgawi-Nya. Dalam Lumen Gentium dikatakan:

Umat Allah tidak mempunyai kediaman tetap di sini, melainkan mencari kediaman yang akan datang. Maka status religius, yang lebih membebaskan para anggotanya dari keprihatinan-keprihatinan duniawi, juga lebih jelas memperlihatkan kepada semua orang beriman harta sorgawi yang sudah hadir di dunia ini, memberi kesaksian akan hidup baru dan kekal yang diperoleh berkat penebusan Kristus, dan mewartakan kebangkitan yang akan datang serta kemuliaan Kerajaan sorgawi (KWI, 1990:67). Iman akan hidup eskatologis itu tidak merupakan kekhususan para

biarawan/biarawati. Semua orang kristiani percaya akan “kebangkitan orang

mati dan hidup di akhirat” (= eskaton). Tetapi tidak semua orang kristiani

mengungkapkan atau melahirkan iman itu secara radikal dan menyeluruh.

Itulah kekhususan hidup membiara: tidak hanya percaya, bahwa “hidup itu

Page 32: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

15

Kristus dan mati keuntungan” (Flp 1:21), tetapi juga mengekspresikan iman

itu dalam hidup yang bagi dunia tidak mempunyai arti lagi. Hidup

eskatologis yang diimani dan dirindukan oleh semua orang kristiani,

dinyatakan dalam keperawanan: atau sebetulnya bukan hidup eskalotogis

sendirilah yang dinyatakan, melainkan iman dan kerinduan akan hidup

Kristus itu (Jacobs, 1987:31). Jadi, keperawanan adalah sebagai ungkapan

harapan eskatologis.

Mereka yang telah membaktikan hidupnya demi Kristus seharusnya

selalu hidup dalam kerinduan akan kebersatuannya dengan Kristus

selamanya. Kehidupannya dipenuhi dengan perkara-perkara Tuhan, mencari

Kerajaan Allah dan kebenarannya, dan selalu memohon akan kedatangan

Tuhan. Kerinduan akan Tuhan dihayati dalam pengikraran nasihat-nasihat

Injil yakni ketiga kaul, keperawanan, kemiskinan, dan ketaatan yang secara

konkrit diwujudkan dalam kesaksian hidup sehari-hari dan dalam tugas

perutusan. Tom Jacobs mengatakan, bahwa ketiga kaul ini tidak berdiri

sendiri tetapi merupakan kesatuan dalam membentuk sikap yang sama,

yakni kerinduan akan hidup eskatologis. Sikap itu langsung diungkapkan

dalam keperawanan, dinyatakan diri dalam kemiskinan yang diatur dalam

ketaatan (1987:33). Kebersatuan dengan Kristus karena iman, berarti kita

sudah bersatu dengan Allah. Namun, kebersatuan karena iman masih harus

dipenuhi “pada akhir zaman”. Inilah yang disebut eskatologis.

Secara nyata dalam kehidupan ini, orang-orang yang hidup bagi

Tuhan secara radikal adalah para biarawan/biarawati. Pada saat ini ada

Page 33: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

16

berbagai macam kongregasi biarawan/biarawati dengan spiritualitasnya

masing-masing yang ingin mengabdikan hidup seutuhnya kepada Tuhan,

salah satunya adalah kongregasi suster-suster Santa Perawan Maria (SPM).

B. Para Suster SPM

1. Identitas SPM

Suster-suster SPM ingin mengidentifikasikan diri dengan Maria yang

memiliki sikap iman yang mendalam. Seperti tertulis dalam Konstitusi SPM

berikut:

Kita menamakan diri Suster-Suster Santa Perawan Maria. Dalam Maria kita mau mengenal diri kita. Dalam dia nampaklah sikap iman, sehingga Allah menjadi kekuatan dalam manusia. Maria mempercayakan diri kepada-Nya, tanpa menduga ke mana ia akan dibawa oleh fiatnya. Penuh rasa kagum ia bersuka ria, bagaimana Tuhan memperhatikan hamba-Nya yang hina. Apa yang dinantikan angkatan demi angkatan sekarang telah terlaksana padanya. Allah telah menyelamatkan umat-Nya dalam buah tubuhnya, Yesus dan mengikat perjanjian baru dengan kita (Kapitel Umum Kongregasi, 1984:15 al 1-2).

Sikap iman Maria hendaknya menjiwai sikap hidup dan menjadi teladan

hidup para suster SPM. Maria sebagai Hawa baru dan sebagai ibu pembawa

kehidupan baru telah melahirkan Yesus sebagai manusia baru. Demikian

juga para suster SPM diharapkan dapat melahirkan kehidupan baru dalam

kehadiran karya pelayanan yang dilakukannya. Para suster SPM hidup

memenuhi panggilan Yesus yang dalam hidupnya memperhatikan dan

mencintai setiap pribadi bukan hanya diri sendiri. Dalam Konstitusi SPM

Yesus sendiri menyatakan diri satu khususnya dengan mereka yang paling

hina dina dan Dia menempatkan sesama sebagai sahabat-sahabat-Nya

Page 34: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

17

(Kapitel Umum Kongregasi, 1984:17). Sikap iman Maria yang mendalam

inilah yang menjadi kekhasan dari para suster SPM.

Kongregasi SPM memberikan sumbangan khas dalam karya di bidang

pembinaan dan pendidikan. Dalam menghayati hidup membiara dan dalam

karya-karyanya para suster SPM disemangati oleh semboyan Tota Christi

Per Mariam yang berarti segalanya milik Kristus melalui Maria. Yesus

menjadi pusat hidup para suster SPM. Melalui Maria, para suster SPM

sampai kepada Kristus. Maria sebagai pengantara dalam penyerahan hidup

para suster SPM kepada Yesus. Semboyan Tota Christi Per Mariam

merupakan salah satu usaha dari para suster SPM untuk menyadari,

menghayati, dan menghidupkan serta mewujudkan semangat dan

spiritualitas Kongregasi SPM.

2. Spiritualitas SPM

Spiritualitas berasal dari kata latin Spiritus artinya Roh. Spiritualitas

pada umumnya diartikan sebagai ‘kehidupan rohani’. Spiritualitas

merupakan hubungan pribadi seorang beriman dengan Allah yang terungkap

dalam sikap dan perbuatan yang berupa ungkapan pengalaman hidup dalam

situasi yang konkret. Spiritualitas adalah seluruh kenyataan hidup yang

mencerminkan nilai-nilai hidup berdasarkan iman yang dihayati, sikap-sikap

ataupun keutamaan hidup yang mendukung untuk mewujudkan nilai-nilai

hidup tersebut dan pilihan-pilihan tingkah laku konkret beserta tindakan-

tindakan untuk mewujudkan nilai-nilai hidup tersebut. Singkatnya, yang

Page 35: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

18

dimaksudkan spiritualitas ialah kenyataan-kenyataan konkret hidup yang

mencakup keyakinan, keutamaan, dan perwujudannya (Darminta, 1987 via

Widyastuti, 2001:46).

Pengalaman akan kebaikan Allah yang dialami oleh Santa Julie

Billiart (ibu rohani kongregasi SPM) dan kharisma pribadinya telah

menggerakkan hati dan hidupnya untuk memperjuangkan dan mengangkat

generasi muda yang terlantar, miskin spiritual dan material. Pengalaman

iman akan Allah dalam hidupnya memberikan inspirasi dalam menjawab

jeritan sesamanya dalam situasi jamannya. Dalam Konstitusi SPM

dikatakan:

Ia memperlihatkan kepada kita apa arti manusia di mata Tuhan. Setiap orang ada artinya tidak seorangpun hina. Ia mengatakan diri satu, khususnya dengan mereka yang paling hina. Ia malahan menyebut kita sahabat-sahabat-Nya. Demikian bagi kita Ia menjadi jalan kebenaran dan hidup (Kapitel Umum Kongregasi, 1984:17).

Isi Konstitusi tersebut merupakan suatu warta gembira-Nya yang

diwartakan bagi para suster SPM dalam usaha menghayati spiritualitasnya.

Perwujudan spiritualitas SPM bersumber pada Kitab Suci dan

Konstitusi SPM. Oleh karena itu diilhami oleh belas kasih dan keadilan

Allah kita bergaul dengan sesama sedemikian rupa sehingga kesamaan

martabat semua orang diakui. Pengakuan akan kesamaan martabat manusia

itu merupakan inti spiritualitas SPM.

Menurut Mardi Prasetya, dalam perjalanan hidup setiap pribadi pasti

menghadapi berbagai kesulitan (konflik) dan hambatan baik dalam level

intelektual, afeksi, maupun keinginan karena pengaruh dari lingkungan

Page 36: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

19

sekitar (1992:35-36). Sebagai manusia yang menghayati spiritualitas tak

jarang para suster SPM mengalami berbagai masalah, kesulitan, atau konflik

dalam hidupnya. Konflik dapat terjadi karena tidak terpenuhinya apa yang

menjadi harapan. Dalam menghadapi konflik, para suster kadang-kadang

tidak bisa menghindari, mau tidak mau harus menghadapinya dengan jatuh

bangun. Konflik yang dialami oleh para suster itu berasal dari dalam dirinya

maupun dari luar dirinya. Dalam Konstitusi SPM dikatakan pula bagaimana

harus bergumul dengan konflik baik dengan diri sendiri maupun dengan

orang lain, dan bagaimana harus menyikapi konflik itu. Berikut isi

Konstitusi SPM:

Mengasihi musuhmu, berbuat baik kepada yang membencimu, memberkati yang mengutukmu dan berdoa bagi mereka yang mau menghancurkan kamu. Hidup dalam semangat ini berarti mempertaruhkan segala sesuatu, penuh perhatian dan terbuka, mendengarkan dengan setulus hati tidak takut akan kesunyian, bergumul dengan dirimu sendiri dan sadar akan sentuhan Allah. Bersama hidup dalam semangat itu berarti berani saling menghadapi, percaya dan berani mengambil risiko, berani mendekati dan melepaskan, tertawa, menangis, menghibur, saling membesarkan hati (Kapitel Umum Kongregasi, 1984:37 al 1.2).

Aturan ini jika dilakukan dengan kesungguhan hati dan dengan sikap iman,

maka para suster SPM akan mendapat kesegaran dan kebahagiaan dalam

hidup.

Dalam penelitian ini, peneliti mau menyoroti dan mengkhususkan

pada konflik interpersonal/antar pribadi yang dialami oleh para suster SPM

dalam hidup membiara.

Page 37: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

20

C. Penyelesaian Konflik

1. Pengertian Konflik

Setiap pribadi dalam hidup sehari-hari baik dalam hidup pribadi,

hidup doa, maupun hidup dengan teman dan masyarakat, sering menemukan

halangan atau ketidakselarasan. Ketidakselarasan ini menimbulkan

ketegangan atau konflik. Seakan-akan ada perang dalam diri pribadi.

Konflik juga sering terjadi dalam hidup membiara. Meskipun dalam suatu

komunitas sudah terbangun secara mendalam dasar spiritualitas dan

semangat yang sama bagaimanapun juga tidak lepas dari konflik. Konflik

yang para suster alami dapat bersifat intrapersonal (konflik pribadi) tetapi

dapat juga bersifat interpersonal (konflik dengan orang lain). Konflik

intrapersonal dan konflik interpersonal ini saling berkaitan satu sama lain

dan saling mempengaruhi. Konflik intrapersonal muncul karena pengaruh

dari konflik interpersonal/hubungan tidak baik dengan orang lain.

Sebaliknya, jika seseorang sedang mengalami konflik intrapersonal maka

akan mempengaruhi relasi dengan orang lain menjadi tidak baik, akhirnya

terjadi konflik interpersonal. Konflik intrapersonal merupakan bias dari

konflik interpersonal.

Menurut pendapat Daniel Webster (Pickering, 2005:1), konflik adalah

perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau tuntutan yang

bertentangan. Pada dasarnya konflik terjadi bila dalam satu peristiwa

terdapat dua atau lebih pendapat atau tindakan yang dipertimbangkan.

Page 38: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

21

Konflik tidak lebih dari adanya beberapa pilihan yang saling bersaing atau

tidak selaras.

Hardjana (2006:9) mengatakan, konflik terjadi manakala dalam

hubungan antara dua orang atau dua kelompok, perbuatan yang satu

berlawanan dengan perbuatan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya

saling terganggu. Perbuatan dapat mengganggu karena tidak mendukung,

memudahkan, membantu kegiatan dan situasi hidup yang sedang

berlangsung, atau malah merugikan, merusak dan melumpuhkannya. Mary

Rebecca (2000:152) mengemukakan, “Konflik adalah bila dua atau lebih

kecenderungan untuk bertindak yang tidak sejalan menjadi aktif dan si

organisme ingin melakukan dua tindakan atau dua cara bertindak, namun

hanya satu yang mungkin.”

Yustinus Semiun (2009:400) berpendapat, konflik adalah tegangan

dalam diri kita apabila kita berusaha mencapai keputusan yang memuaskan

terhadap situasi-situasi yang sama menariknya atau juga situasi-situasi yang

sama tidak menariknya. Atau dapat juga dikatakan keadaan jiwa yang

tegang sebagai akibat dari bentrokan antara motivasi-motivasi yang

bertentangan. Konflik sama seperti frustasi merupakan pengalaman individu

dan selalu menimbulkan tegangan emosi. Menurut Luthans (1981), “Konflik

adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling

bertentangan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia”

(Arianto, 2008).

Page 39: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

22

Menurut Paul Suparno (2002:33), konflik yang terjadi dalam hidup

membiara dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni konflik besar dan

konflik kecil. Konflik besar adalah konflik yang prinsipial, yang

menyangkut hal-hal pokok dalam hidup bertarekat seperti visi dan misi serta

pilihan karya yang besar, tentang cara hidup apakah hidup miskin atau tidak.

Konflik kecil adalah konflik dalam hal hidup sehari-hari tentang hal-hal

kecil yang didasarkan pada rasa, kesenangan, kebiasaan, budaya yang

berbeda seperti soal makan, kebersihan, sopan santun, atau tata busana.

Dalam praktik kehidupan justru konflik ini yang sering terjadi karena

memang dialami sehari-hari baik secara langsung pada diri pribadi maupun

dengan orang lain.

Keenam pengertian itu dapat disimpulkan bahwa konflik adalah

ketegangan atau gangguan emosi yang dialami seseorang dipengaruhi oleh

tuntutan dari luar baik berupa tugas/tanggung jawab yang tidak sesuai

kemampuan diri, tidak terpenuhinya kebutuhan dan harapan, dan perbedaan

kebiasaan/gaya hidup/budaya, yang dirasakan seseorang sebagai beban

hidup. Konflik ini juga dialami oleh para suster SPM dalam menghayati

hidup membiara. Para suster sering dihadapkan pada suatu masalah yang

mungkin sulit dihindari bahkan sulit juga dipecahkan. Masalah-masalah

yang sering terjadi antara lain berkaitan dengan hidup berkomunitas, tugas

perutusan yang kurang sesuai dengan minat dan kemampuan, pengambilan

keputusan, keterbatasan diri/kurang bisa menyesuaikan diri, sakit, pergaulan

dengan lawan jenis, ketidaksetiaan menghayati kaul, dan berbagai masalah

Page 40: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

23

yang dirasakan sebagai hambatan yang mengganggu dalam perjalanan

panggilan. Dalam menghadapi konflik itu, para suster sudah berusaha

mencari cara yang tepat sesuai dengan kemampuannya untuk dapat keluar

dari masalah itu. Tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama dan

keseriusan dalam mengolah konflik. Langkah awal untuk dapat menemukan

akar masalah yaitu dengan mencari penyebab konflik.

2. Penyebab Konflik

Menurut Alan A. Caviola dan Neil J. Lavender (2000), ada empat

penyebab terjadinya konflik. Empat penyebab konflik itu adalah perbedaan

kepribadian, perbedaan cara pandang, perbedaan tujuan, dan perbedaan

pemahaman. Pertama, perbedaan kepribadian menyebabkan orang sulit

menghadapi orang lain yang memiliki kepribadian yang berbeda. Orang

tersebut juga cenderung mencari-cari kesalahan dan memaksakan

kehendaknya pada orang lain. Selain itu menganggap bahwa dialah yang

paling baik. Kedua, perbedaan cara pandang bisa terjadi ketika seseorang

hanya mau menekankan salah satu aspek saja dalam kehidupannya misalnya

lebih mementingkan kesuksesan (hasil) daripada proses. Adapula yang lebih

mementingkan jabatan atau gengsinya daripada nilai kemanusiaan dalam

suatu relasi ataupun pekerjaan. Ketiga, perbedaan tujuan menyebabkan

seseorang cenderung melakukan berbagai cara untuk mencapainya.

Keempat, perbedaan pemahaman sering menyebabkan miscommunication

satu sama lain. Hal itu disebabkan oleh penjelasan yang kurang jelas dan

Page 41: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

24

kurang akurat dari masing-masing pribadi. Di samping itu perbedaan

pemahaman ini juga sering disertai dengan pikiran negatif terhadap

perilaku, kata-kata, atau tindakan seseorang. Akibatnya menimbulkan rasa

benci dan timbullah konflik (Sembel, 2003). Penyebab konflik ini yang

sering dialami seseorang dan di kalangan para suster SPM yang dirasa berat,

menjadi tidak bebas, dan menghambat dalam perjalanan hidupnya.

Menurut Paul Suparno (2002:33-34), ada lima penyebab terjadinya

konflik khususnya dalam hidup membiara. Kelima penyebab itu adalah

perbedaan budaya, perbedaan karakter atau sifat atau watak pribadi,

perbedaan ide dan pemikiran, perbedaan generasi, dan konflik karena tidak

oke. Pertama, perbedaan budaya mudah menimbulkan salah mengerti.

Misalnya yang satu dari budaya yang tertutup dan suka tidak terus terang,

sedangkan yang lain berasal dari budaya yang terus terang. Yang satu dari

budaya yang relasi keluarganya akrab dan mengikat, yang lain dari budaya

yang relasi keluarga tidak begitu kuat. Kedua, perbedaan karakter, sifat,

watak pribadi yang sering membuat frustasi. Misalnya yang satu suka

marah, dan yang lain pendiam. Yang satu tegas, cekatan dalam bekerja,

tetapi yang lain lamban dan mengulur waktu. Jika orang itu disatukan

akhirnya menimbulkan konflik. Ketiga, perbedaan ide dan pemikiran karena

memang pemikiran sungguh lain atau sebenarnya sama tetapi modelnya

lain. Misalnya pemahaman isi ketiga kaul yang berbeda atau gagasan

tentang gereja yang berbeda. Keempat, perbedaan generasi yang masing-

masing mempunyai gagasan dan praktik hidup sendiri berdasarkan

Page 42: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

25

keyakinan dan aturan main. Kelima, konflik karena tidak oke terjadi di saat

tidak tenang dalam hidup membiara, ragu-ragu dalam panggilan, sedang

mempunyai masalah pribadi, dan pada saat hidup rohani kering. Di situlah

perlunya sikap hati-hati dalam berkomunikasi dan berkomentar.

Mary Rebecca (2000:153-154) mengatakan, penyebab konflik ada tiga

yakni konflik intraindividual, konflik antar nilai, dan konflik peran.

Pertama, konflik intraindividual berasal dari dalam diri orang yang

bersangkutan sendiri, mungkin karena tidak ada kesesuaian antara yang

diinginkan dan yang sesungguhnya. Kedua, konflik antar nilai artinya ada

tuntutan mempelajari nilai-nilai, perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang

dipandang benar atau sesuai dengan para sesepuh. Ketiga, konflik peran

artinya terjadi konflik dalam melakukan peran yang sudah menjadi bagian

hidupnya, misalnya sebagai konselor yang harus memberikan konseling dan

sekaligus menertibkannya.

Menurut Carl Rogers (Hall & Lindzey, 2009:139), konflik akan terjadi

antara nilai-nilai sadar yang diintroyeksikan dan palsu, dengan nilai-nilai tak

sadar yang ‘sebenarnya’. Apabila makin banyak nilai-nilai yang

‘sebenarnya’ dari seseorang digantikan dengan nilai-nilai yang diambil atau

dipinjam dari orang-orang lain, kendati begitu dipersepsikan sebagai

miliknya sendiri, maka diri akan menjadi sebuah rumah yang terbagi

melawan dirinya sendiri. Pribadi ini akan merasa tegang, tidak enak, dan

merasa seolah-olah benar-benar tidak tahu siapa dirinya dan yang

diinginkannya.

Page 43: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

26

Rogers (Naisaban, 2004:346) juga berpendapat, sering ada

ketidaksesuaian antara konsep diri seseorang dengan kenyataan. Bila

pengalaman tidak mendukung pandangan seseorang atas dirinya sendiri,

maka ia mungkin akan mengerahkan berbagai mekanisme pertahanan diri,

seperti pemutarbalikkan dan pengingkaran. Pemutarbalikkan ini akan

membuahkan konflik, perasaan kecemasan, dan terjadi konflik atau

dualisme dalam kepribadiannya. Pengalaman inilah yang menjadikan

pribadi berhenti berkembang sampai konflik teratasi.

Pendapat Mary Rebecca dan Carl Rogers hampir sama, bahwa konflik

dapat terjadi jika tidak ada kesesuaian antara nilai-nilai yang diinginkan

dengan nilai-nilai sesungguhnya, atau nilai-nilai yang dimiliki seseorang

dengan nilai-nilai yang diadopsi dari orang lain. Pengalaman ini menjadikan

seseorang kurang mengenal dan menerima dirinya, bingung menemukan

kekhasan nilai diri sesungguhnya, nilai itu sudah campur aduk.

Dari pendapat-pendapat mengenai penyebab konflik di atas menjadi

jelas bagi peneliti bahwa konflik dapat terjadi karena perbedaan dari

beberapa faktor baik dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang.

Apabila relasi seseorang dengan orang lain tidak baik maka akan mengalami

konflik diri (intrapersonal). Sebaliknya, apabila seseorang sedang berkonflik

dengan dirinya sendiri, akan berpengaruh pada relasinya dengan orang lain

menjadi tidak baik dan tidak harmonis (konflik interpersonal).

Berdasarkan pengamatan peneliti dalam hidup bersama dengan para

suster SPM, penyebab konflik yang mereka alami antara lain, perbedaan

Page 44: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

27

kepribadian, perbedaan pemahaman, perbedaan minat/kemampuan,

perbedaan pemikiran/pendapat, dan perbedaan prinsip hidup. Perbedaan-

perbedaan ini terjadi baik dalam relasi para suster dengan sesama suster di

komunitas maupun relasi dengan orang lain di luar komunitas. Para suster

yang sedang berkonflik akan kelihatan dari raut wajah, tingkah laku,

maupun dari cara bicara. Maka perlu memberi kesempatan bagi para suster

yang berkonflik ini untuk berproses agar dia dapat menemukan dirinya,

berkembang maju, mempunyai cara yang tepat untuk menyesuaikan diri,

dan menghargai dirinya secara positif. Caranya dengan introspeksi diri,

mengolah batin, menata hati, dan mengelola emosi.

3. Akibat Konflik

Setiap orang mempunyai empat kebutuhan dasar psikologis yang

mana dapat menjadi pencetus konflik. Keempat kebutuhan dasar psikologis

ini adalah keinginan untuk dihargai dan diperlakukan sebagai manusia,

keinginan memegang kendali, keinginan memiliki harga diri yang tinggi,

dan keinginan untuk konsisten (Pickering, 2005:14). Bila kebutuhan itu

tidak terpenuhi akibatnya seseorang mengalami konflik. Konflik akan

menghambat kehidupan sehari-hari, misalnya dalam pekerjaan, relasi

dengan orang lain, hidup rohani, maupun penghayatan panggilan. Konflik

juga dapat mengakibatkan orang kehilangan akal tidak tahu harus berbuat

apa dan tidak tahu arah yang dituju.

Page 45: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

28

Menurut Hardjana (2006:31-32), ada tiga akibat konflik, yaitu

pengaruhnya pada diri sendiri, pada orang lain, dan pada pelaksanaan kerja.

Pertama, pengaruhnya pada diri sendiri yaitu, orang mudah tersinggung dan

panas hati, mudah marah, menjadi penuntut dan tidak mau bekerjasama,

terlalu terpusat pada diri sendiri dan tidak peduli pada orang lain, mudah

bermusuhan dengan menyerang orang lain. Kedua, pengaruhnya pada orang

lain adalah antara orang-orang yang terlibat konflik pada umumnya

hubungan renggang, komunikasi terputus, dingin/seperlunya saja, saling

tidak percaya, saling curiga, tidak bersedia, dan tidak mau bekerjasama.

Ketiga, pengaruhnya pada pelaksanaan kerja antara lain, hati tidak tenang,

pikiran tidak jernih, kehendak melemah, semangat kerja menurun, kerja

malas, asal jalan, tanpa tekad, tak terkobarkan oleh visi, idealisme, tidak

berminat mencapai apa-apa, dan prestasi kerja tidak prima.

Pada tahap paling ringan, konflik menimbulkan pusing kepala, nyeri

punggung. Pada tahap kedua ditandai dengan stres yang parah. Kalau orang

sudah mempunyai pikiran lebih baik mati/bunuh diri, dia sudah berada di

tahap ketiga (Pickering, 2005:12-13). Maka seseorang perlu mengontrol diri

dan menilai situasi hati yang sedang dialami jika mengalami konflik agar

tidak menimbulkan bahaya baik terhadap diri sendiri maupun pihak lain.

Sifat khas manusia ideal menurut Rogers (1987:37) adalah pribadi

yang berfungsi sepenuhnya. Pribadi yang ideal ini merupakan gambaran

ideal yang utopis, yang harus diusahakan untuk mencapainya walaupun

ideal itu tidak pernah akan dicapai sepenuhnya. Pribadi ini telah mengalami

Page 46: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

29

penghargaan positif tanpa syarat. Berarti, dia dicintai dan dihormati karena

nilai adanya sendiri sebagai person. Sebab itu, orang ini tidak perlu defensif,

tetapi dapat menerima diri dengan penuh kepercayaan dan dapat

menyerahkan diri kepada proses vital dari perasaan dan pengalaman yang

mengalir terus.

Berdasarkan teori itu dapat disimpulkan bahwa orang yang mengalami

konflik, dia merasa kurang adaptif dalam menerima penghargaan positif

maka perasaan harga diri sangat dipengaruhi oleh dan bergantung pada

harapan orang lain. Harapan-harapan ini mengasingkan bagi dia dan

mengakibatkan rasa takut terhadap pengalaman batin. Pikiran, perasaan, dan

tingkah lakunya menjadi defensif dan kaku. Dia merasa tidak bebas dan

otonom karena dipengaruhi oleh kekuatan luar dan tergantung dari orang

lain.

Salah satu hakekat pribadi yang dikemukakan Rogers sebagai berikut:

Setiap pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self akan diamati sebagai ancaman (threat). Semakin kuat struktur selfnya, semakin banyak pengalaman yang dianggap ancaman karena tidak sesuai dengannya, sehingga semakin kuat pula sikap mempertahankan diri dari ancaman. Self kemudian menciptakan pertahanan diri dengan menolak pengalaman masuk ke kesadaran. Semakin sering ini dipakai, self menjadi tidak saling suai (incongruence): kehilangan hubungan dengan pengalaman nyata. Pertentangan antara self dengan realita semakin meningkatkan ketegangan psikologik yang menimbulkan salah suai (Alwisol, 2004:336).

Ketegangan-ketegangan yang dialami sangat mengganggu dalam

perkembangan dirinya dan dalam relasi dengan orang lain. Ketegangan itu

Page 47: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

30

juga mengganggu keadaan psikis dalam bentuk misalnya, ketakutan, rasa

kurang puas, depresi, cemas, gangguan bicara, dan sakit fisik.

Menurut Mardi Prasetya (2001:192-193) ada dua hal yang perlu

dipertimbangkan berkenaan dengan berat ringannya gangguan dan macam-

macam gejala orang yang mengalami konflik. Pertama, berat ringannya

gangguan itu antara lain gangguan mempengaruhi seluruh hidup pribadi tapi

terselubung; disertai tanda yang jelas atau tidak; gangguan itu terus-

menerus, periodik atau hanya kadang-kadang terjadi; ada atau tidak ada

penyebab yang mempercepat munculnya gangguan; dan gangguan

seluruhnya bawah sadar atau kadang-kadang disadari akibatnya. Kedua,

macam-macam gejala terdiri dari tanda-tanda gangguan ringan dan tanda-

tanda patologi berat. Tanda-tanda gangguan ringan antara lain menghindari

tanggung jawab, ekstrem/tidak wajar, menangis berlarut-larut, histeris,

marah besar, frustrasi, menarik diri, depresi, gelisah, agresif, dan tidak dapat

mempunyai sublimasi yang membangun. Sedangkan tanda-tanda patologi

berat misalnya penggunaan mekanisme pertahanan diri, ingin menguasai,

menganggap orang lain musuh, tidak punya gairah, pandangannya campur

aduk, berkhayal, dan tidak dapat berbicara logis.

Dalam hidup membiara pun khususnya para suster SPM banyak

ditemukan akibat-akibat dari konflik, misalnya menjadi pendiam,

pemurung, mudah marah, malas mengikuti kegiatan bersama di komunitas,

curiga, tidak nafsu makan, tidak bergairah dalam kerja, dendam, selalu

menyalahkan orang lain, kecil hati, dan mudah sakit. Agar tidak terlalu

Page 48: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

31

terbebani oleh banyaknya persoalan dirinya, para suster SPM perlu cara-

cara untuk mengatasinya dan mengolah konflik dengan tepat. Hal ini

bertujuan agar dia semakin menerima dan menghargai diri secara positif,

menjadi pribadi yang bebas, dan menerima konflik sebagai bagian dari

hidupnya. Apabila konflik diatasi dan diolah dengan baik maka jika suatu

saat ada persoalan/kesulitan lagi dia akan lebih tenang menghadapinya.

4. Cara Mengatasi Konflik

Ada lima hal yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk mengatasi

konflik dalam hidupnya. Kelima hal itu adalah berusaha bergaul dengan

konflik, bersikap netral atau wajar, mengubah sikap, blending, dan

understanding. Pertama, berkaitan dengan aspek bergaul dengan konflik,

Daniel Robin mengatakan bahwa perlunya usaha untuk bersikap wajar

terhadap orang yang sedang berkonflik. Maksudnya, tidak perlu menguras

tenaga, pikiran, dan waktu untuk mengubah mereka ataupun mengubah diri

sendiri. Dengan kebebasan yang bertanggung jawab melakukan pekerjaan

masing-masing tanpa harus dipusingkan untuk menghadapi

ketidakcocokkan atau perbedaan-perbedaan lainnya yang dapat

menyebabkan konflik. Kedua, Robin juga berpendapat, bersikap netral

artinya menetralisir sikap terhadap orang-orang yang berpotensi menjadi

sumber konflik. Misalnya, dapat mengabaikan kebiasaan-kebiasaan buruk

mereka yang menyebalkan dan perlu memfokuskan perhatian pada

kelebihan dan kekuatan orang-orang tersebut dan mencari strategi yang

Page 49: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

32

tepat untuk memanfaatkan kekuatan mereka untuk mendukung kehidupan

pribadi. Ketiga, berkaitan dengan aspek mengubah sikap, Brinkman dan

Kirschner (1994) berpendapat bahwa tidak perlu mengubah orang-orang

yang menyebabkan konflik secara seratus persen tetapi justru mengubah

sikap diri sendiri pada pengaruh negatif yang mereka timbulkan. Misalnya,

apabila mereka berubah tidak perlu merasa terusik tapi menghadapi mereka

dengan tenang dan menghargai serta menghormati mereka sebagai makhluk

ciptaan Tuhan yang bermartabat tinggi. Keempat, blending yaitu cara yang

dilaksanakan oleh seseorang untuk mengurangi perbedaan yang ada,

mencari persamaan dan berangkat dari persamaan tersebut. Kelima,

understanding adalah mencari sumber masalahnya untuk kemudian

memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian konflik yang dihadapi

akan segera teratasi dengan baik (Sembel, 2003).

Menurut Erwin Arianto (2008), untuk menangani atau mengatasi

konflik secara efektif, harus mengetahui kemampuan diri sendiri dan juga

pihak-pihak yang mempunyai konflik. Ada empat cara mengatasi konflik

yakni, introspeksi diri, mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat, identifikasi

sumber konflik, dan mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan

konflik yang ada dan memilih yang tepat. Pertama, introspeksi diri yaitu

dengan bertanya pada diri sendiri. Bagaimana biasanya menghadapi

konflik? Gaya apa yang biasa digunakan? Apa saja yang menjadi dasar dan

persepsi? Hal ini penting dilakukan untuk mengukur kekuatan diri sendiri.

Kedua, mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat yaitu dengan

Page 50: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

33

mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka miliki, bagaimana nilai

dan sikap mereka atas konflik itu dan apa perasaan mereka atas terjadinya

konflik. Ketiga, identifikasi sumber konflik yaitu sumber konflik sebaiknya

dapat diidentifikasi sehingga sasaran penanganannya lebih terarah kepada

sebab konflik. Keempat, mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan

konflik yang ada dan memilih yang tepat.

Spiegel (1994) menjelaskan ada lima tindakan untuk mengatasi

konflik yakni:

a. Berkompetisi

Jika pribadi mencoba memaksakan kepentingan sendiri di atas

kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan bisa berhasil jika situasi saat itu

membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih

utama dan pilihan pribadi sangat vital.

b. Menghindari konflik

Jika salah satu pihak menghindari dari situasi itu secara fisik ataupun

psikologis. Sifatnya hanya menunda konflik yang terjadi.

c. Akomodasi

Jika pribadi mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri

agar pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu.

d. Kompromi

Jika kedua pihak merasa bahwa kedua hal itu sama-sama penting dan

hubungan baik menjadi yang utama.

Page 51: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

34

e. Berkolaborasi

Pilihan tindakan ada pada diri sendiri dengan konsekuensi dari masing-

masing tindakan (Arianto, 2008).

Winardi (1994:17) berpendapat, ada tiga cara untuk mengatasi konflik

yakni sikap tidak acuh, menekan, dan menyelesaikan. Pertama, sikap tidak

acuh artinya tidak adanya upaya langsung untuk menghadapi sebuah konflik

yang telah termanifestasi. Dalam keadaan demikian, konflik dibiarkan

berkembang menjadi sebuah kekuatan konstruktif atau sebuah kekuatan

destruktif. Kedua, menekan (suppression) artinya menyebabkan

menyusutnya dampak konflik yang negatif, tetapi tidak mengatasi ataupun

meniadakan pokok-pokok penyebab timbulnya konflik itu. Ia hanya

merupakan pemecahan semu yang merupakan penyebab orisinal terjadinya

konflik tetap ada. Ketiga, penyelesaian konflik hanya terjadi apabila alasan

latar belakang terjadinya konflik ditiadakan dan tidak disisakan kondisi

yang menggantung untuk penyebab timbulnya lagi konflik pada masa

mendatang.

Menurut Paul Suparno (2002:35) agar usaha memecahkan konflik

dapat berjalan dengan baik dan lancar, perlu memperhatikan beberapa

unsur. Pertama, perlunya pemecahan win-win artinya kedua belah pihak

harus menang, bukannya salah satu dikalahkan. Dengan cara ini keduanya

akan senang dan tidak sakit hati. Kedua, perlunya keterbukaan dan rela

berkomunikasi satu dengan yang lain. Keterbukaan perlu dilatih agar dapat

melihat persoalan secara objektif dan dari segala macam sudut pandang.

Page 52: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

35

Ketiga, pendalaman kasih dan pengampunan akan memudahkan usaha

penyatuan jika terjadi persoalan dan jika ada yang berbuat salah tidak

disingkirkan, tetapi diterima kembali. Sikap lain yang tak kalah penting

ialah kerelaan menerima yang lain dalam perbedaan. Maka dituntut sikap

tenggang rasa dan menerima keberbedaan sebagai kenyataan hidup bersama.

Keempat, bahasa badan, isyarat, hati, wajah untuk mengembangkan

kepekaan terhadap apa yang dilakukan, sehingga semakin mudah mengerti

orang lain. Dengan lebih mengenal keadaannya maka dapat lebih bersikap

secara tepat terhadap orang itu.

Mary Rebecca (1996:154-155) mengemukakan bahwa konflik sering

mengakibatkan orang frustrasi dan cemas. Untuk mengatasi itu dengan

menggunakan bentuk-bentuk pertahanan yang disebut mekanisme

pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri adalah penggeseran fokus

perhatian, fantasi, atau cara-cara lain untuk menetralisirkan daya dorongan

yang membahayakan. Ada beberapa bentuk mekanisme pertahanan diri,

antara lain:

a. Rasionalisasi

Proses menemukan alasan yang baik untuk menutupi alasan

sesungguhnya.

b. Represi

Reaksi di mana seseorang melenyapkan dari kesadarannya dorongan atau

pikiran yang menimbulkan kecemasan.

Page 53: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

36

c. Menyangkal

Tidak mau mengakui adanya kenyataan yang menyakitkan, atau tidak

mau mengakui kebenaran.

d. Isolasi

Berusaha menghalangi agar efek dari suatu gagasan tertentu jangan

sampai terungkap keluar.

e. Supresi

Tidak membiarkan suatu gagasan yang muncul terus berkembang dan

terungkap dalam tingkah laku.

f. Pemindahan

Tidak secara langsung mengatasi penyebab konflik, melainkan

melampiaskan amarahnya pada orang lain atau pada aneka objek yang

kurang mengandung risiko yang terdapat di sekitarnya.

g. Proyeksi

Secara tidak sadar orang takut memiliki sejumlah motif tertentu, lalu

melihat semuanya itu dalam diri orang lain.

h. Introyeksi

Mengatribusikan diri sendiri apa yang dilihatnya di dalam diri orang lain.

i. Regresi

Melakukan bentuk tingkah laku yang lebih lazim dilakukan oleh anak-

anak daripada orang seusianya.

Page 54: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

37

j. Identifikasi

Jika mengalami frustrasi, maka mungkin ia akan bereaksi dengan cara

menyamai individu lain.

k. Fantasi

Melarikan diri dari dunia nyata dan masuk dalam dunia fantasi.

l. Kompensasi

Memusatkan diri pada salah satu jenis tingkah laku, untuk menutupi

kekurangan yang dirasakannya pada bidang lain.

m. Intelektualisasi

Menyembunyikan perasaan dengan menganalisa situasi yang dihadapi

secara serba intelektual.

Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi

konflik, seseorang diharapkan mempunyai kerelaan untuk mengubah diri,

bersikap netral/tidak mudah terpengaruh oleh situasi atau emosi orang lain,

dapat mengendalikan diri, terbuka, positive thinking, berani menghadapi

risiko, mampu berefleksi, dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Cara-

cara ini berlaku bagi setiap pribadi termasuk para suster SPM. Dari bentuk-

bentuk mekanisme pertahanan diri yang sering peneliti amati dari para

suster antara lain, rasionalisasi, menyangkal, isolasi, pemindahan, proyeksi,

introyeksi, kompensasi, dan intelektualisasi. Dari berbagai konflik yang

dialami oleh para suster SPM itu dibutuhkan suatu cara penyelesaian yang

tepat. Salah satu cara itu adalah dengan melakukan discernment.

Discernment sangat membantu selain untuk menyelesaikan konflik juga

Page 55: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

38

untuk mengolah batin. Berikut ini akan dijelaskan bagaimana pengolahan

batin para suster SPM dalam hidup membiara.

D. Discernment dalam Pengolahan Batin

1. Pengertian Discernment

Ciri khas spiritualitas Ignasian adalah Discernment atau Pembedaan

Roh yang diajarkan oleh Santo Ignatius Loyola di dalam Latihan Rohani.

Menurut Admin (2007), pembedaan roh adalah sebuah aktivitas untuk

melihat hidup, cara mengambil keputusan secara jernih dan obyektif dan

tidak dikuasai atau dikendalikan melulu oleh emosi, keinginan dan perasaan

sesaat belaka. Pembedaan roh mengajak untuk melihat arah panggilan hidup

sesuai dengan kehendak Tuhan sendiri. Tomi Hariono (2009) juga

berpendapat bahwa pembedaan roh berarti tindakan memilah-milah,

membedakan aneka gerakan dalam batin. Pembedaan roh membantu untuk

meneliti dengan jelas aneka dorongan batin untuk asal-usulnya, menemukan

mana yang berasal dari Roh Kudus dan mana yang bertentangan dengan-

Nya.”

Darminta mengatakan bahwa pembedaan roh untuk penegasan rohani

berarti proses kegiatan meneliti, dalam terang iman dan gerak perjumpaan

cinta, keadaan rohani dalam pengalaman pribadi dan dalam pengalaman

orang lain. Tujuannya adalah untuk memutuskan, sejauh itu mungkin, mana

gerakan-gerakan yang dirasakan dan alami itu membimbing diri sendiri atau

orang lain kepada Tuhan Allah dan ke pelayanan yang lebih baik kepada

Page 56: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

39

Tuhan dan sesama dan mana yang menjauhkan diri dari tujuan itu

(2009:34).

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembedaan roh adalah

suatu tindakan untuk meneliti dan membedakan gerakan batin, mengenali

roh apa yang sedang bekerja apakah roh baik atau roh jahat, dilakukan

dalam terang iman. Tindakan ini dilakukan dengan melibatkan Tuhan di

dalamnya agar menemukan pencerahan dari Roh Kudus sendiri sehingga

memampukan untuk mengambil keputusan yang benar.

Tak jarang para suster SPM dihadapkan pada suatu masalah,

kesulitan, dan tantangan yang sangat bertentangan dengan keinginan dan

suara hatinya. Para suster mengalami dilema harus berbuat apa, memilih

mana yang baik dan benar, bagaimana harus mengambil keputusan.

Pengalaman para suster dalam melakukan discernment ternyata sangat

membantu dalam mengolah hidup. Hal ini tampak dari sikap yang dewasa,

bijaksana, dan mantap dalam menghayati hidup membiara. Mereka tidak

mudah emosi, patah semangat, dan pesimis tetapi mempunyai semangat dan

gembira dalam hidupnya.

2. Cara-cara Discernment dalam Pengolahan Batin

Salah satu bentuk proses pengolahan batin adalah discernment.

Kemampuan untuk mengolah batin dan meneliti struktur dinamis

pengalaman pribadi seseorang merupakan unsur dasariah dalam tiap usaha

untuk mengadakan peresapan spiritualitas yang membawa tiap pribadi pada

Page 57: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

40

pengakaran iman dalam hidup sebagai titik tolak pembaharuan dan

perjalanan batin terus-menerus (Prasetya, 1992:35). Menurut Darminta,

Peresapan spiritualitas merupakan proses mendarahdagingkan hidup Illahi, yang ditawarkan oleh Tuhan kepada kita. Allah sendiri lewat sabda-sabda, peristiwa hidup, dan semua ciptaan-Nya melibatkan Diri di dalam hidup manusia. Rasanya manusia menemukan dan semakin sadar bahwa menghadapi arus hidup yang semakin menawarkan nilai-nilai duniawi tidak ada jalan lain kecuali orang harus memiliki pijakan kuat dalam dunia sekular, yaitu pengalaman akan Allah. Tidak mengherankan jika Latihan Rohani semakin menuju ke kedalaman hidup batin manusia. Untuk sampai ke kedalaman hidup batin manusia itu, orang memperkembangkan metode pengolahan hidup untuk mencoba memahami batin manusia yang terbuka dan bahkan dalam relasinya dengan hidup ilahi. Pengolahan hidup ini mengajak orang untuk mengolah hidupnya khususnya mengolah batin yang sedang hidup berdasarkan pengalaman hidupnya dalam perspektif hidup di dalam Tuhan (1997:11-14).

Ada dua unsur untuk mengolah batin dalam membantu mengatasi

konflik batin seseorang yaitu:

a. Pengenalan Diri Sebagai Landasan/Dasar

Menurut Mardi Prasetya (1992:81-83), masalah dasariah

dalam pengolahan batin pada langkah awal adalah menjawab secara

mendetail pertanyaan dasar: “Siapakah saya ini?” Langkah awal dalam

pengolahan batin adalah mengenal secara mendalam diri sendiri. Ada dua

arah untuk mengenali diri, yaitu:

1) Bagaimana saya secara nyata menjadi pribadi yang bebas yang

mampu mencapai tujuan tertinggi hidup rohani dan hidup panggilan?

2) Bagaimana taraf kedewasaan saya dilihat dari tiga dimensi?

a) Dimensi I: adalah bidang sadar dan bebas dalam pribadi seseorang,

maka sarana-sarana dalam hidup rohani seperti doa, penghayatan

Page 58: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

41

sakramen dan cara mengatasi kesulitan hidupnya, dapat menjadi

petunjuk kedewasaan. Keutamaan hidup dapat diamati dari

kesesuaian antara nilai-nilai yang diidealkan dan yang nyata

dihayati dalam hidup tiap hari.

b) Dimensi II: adalah bidang hidup di mana dialektika dan pergulatan

hidup paling terasa, karena dimensi ini menjadi medan tarikan

antara unsur sadar dan unsur bawah sadar. Perilaku baik yang

dilakukan dengan sadar demi kebaikan itu sendiri akan menjadi

kebaikan sejati, sedangkan perilaku yang dari luar tampak baik,

tetapi karena dipakai sebagai defence dan dimotivasi oleh unsur

bawah sadar yang bertentangan dengan cita-cita dan nilai yang

diwartakan, akan menjadi kebaikan palsu.

c) Dimensi III: adalah bidang normalitas dan patologi. Normal

dipahami sebagai tidak ada keretakan pribadi, karena fungsi-fungsi

kodratinya berjalan normal. Ini berarti bahwa meskipun orang

mengalami pergulatan hidup, masih dapat mengintegrasikan rasa,

budi, hati, naluri dan kehendak untuk hidup. Sedangkan patologi

berupa taraf-taraf disorganisasi dari level yang paling ringan

sampai yang paling berat (seperti gangguan ringan, neurosi),

biasanya mempengaruhi cara penyesuaian diri, adaptasi dan

komunikasi dalam hidup bersama.

Dua arah dalam mengenali diri beserta refleksi di atas dalam kenyataan

agak sulit diwujudkan karena sungguh-sungguh membutuhkan

Page 59: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

42

keterbukaan, kerelaan hati untuk dibentuk oleh Allah, berani sakit dalam

mengolah konflik, sikap lepas bebas dari emosional yang cenderung

egosentris, dan memahami nilai luhur yang ingin dicapai.

Ignasius (Barry & Doherty, 2009:21) mengungkapkan, “Latihan

Rohani juga dapat membantu segala macam orang untuk menemukan

Allah dan menata hidup mereka selaras dengan Allah yang mereka

temukan itu. Allah dapat ditemukan dalam setiap peristiwa hidup sehari-

hari, di sana Allah bertindak dalam kehidupan pribadi seseorang.” Allah

mengajak setiap orang mengenal dirinya melalui pengalaman hidup dan

melalui permenungan pribadi. Dalam buku Tahan Uji, dikemukakan

sebagai berikut:

Latihan Rohani membantu untuk memperdalam kerohanian, sebab Latihan Rohani dapat melatih orang untuk makin mampu mengambil keputusan yang tepat dalam menjalankan hidup. Tak berlebihan jika dikatakan bahwa Latihan Rohani pun melatih orang beriman untuk hidup tahan uji. Orang akan semakin tahan uji jika dia mampu menerima dan mengolah segala permasalahan atau konflik yang dialami bukannya lari dari konflik (Komunitas Kolsani SJ, 2006:5).

Maka tepatlah jika para suster SPM juga dapat menggunakan metode

Latihan Rohani sebagai salah satu cara untuk mengolah batin dalam

menyelesaikan konflik batinnya agar dapat mencapai pengalaman iman

bahwa bukan dirinya sendiri, melainkan Tuhanlah yang menyelesaikan

masalah-masalah hidupnya. Kerjasama dengan rahmat Allah dapat

menjadi jalan untuk mengubah konflik yang semata-mata psikologis

menjadi pergulatan religius, mengubah ketegangan yang gelap menjadi

arena ketegangan yang lebih terang, bertanggung jawab dan bebas, yang

Page 60: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

43

membuka dan mengarah ke penerimaan dan penyerahan diri. Rahmat ini

akhirnya dapat membina relasi dengan sesama, dengan diri sendiri, dan

dengan Allah.

Menurut Ki Ageng Suryomentaram (Adimassana, 1986:41-56),

manusia terdiri dari jiwa dan raga. Jiwa adalah bagian dari manusia yang

tidak dapat dilihat dan raga adalah bagian dari manusia yang kelihatan,.

Namun jiwa itu ada karena adanya “rasa”. Yang dimaksudkan “rasa”

adalah segala gerak batin, meliputi perasaan, gagasan/pikiran, dan

keinginan. Dari “rasa” ditemukan macam-macam rasa dengan sifat dan

tabiat seseorang. Ki Ageng akhirnya dapat menamakan penemuannya

dengan struktur kejiwaan manusia atau “pengetahuan diri sendiri”.

Pengetahuan diri sendiri diarahkan untuk memecahkan kesulitan

(konflik) kejiwaan atau batin, sehingga jiwa menjadi “bebas”, artinya

terlepas dari segala macam rasa yang menyebabkan timbulnya kesulitan

atau konflik. Jiwa yang bebas menjadi dasar bagi hidup bahagia, damai,

tentram dan menjadi pangkal kerukunan di dalam masyarakat.

Pengetahuan diri sendiri juga dimaksudkan sebagai jalan

mengembangkan “akal budi” yang sehat, yang reaslitis dan yang rasional,

artinya yang berpedoman pada apa yang kini dan di sini dihadapi dan

diperlukan.

Ada dua unsur pokok dalam struktur jiwa manusia, yakni ”rasa

keakuan Kramadangsa” dan “rasa aku” yang sejati atau “manusia baru”

atau “manusia tanpa ciri”. “Rasa keakuan Kramadangsa” menunjuk pada

Page 61: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

44

rasa yang sifatnya individual, yakni yang tidak bisa diwakili oleh orang

lain. “Rasa aku sejati” atau “manusia baru” adalah inti pribadi manusia,

yang mengatasi Kramadangsa. Di sana terdapat “kesadaran” yang

mengawasi gerak rasa keakuan Kramadangsa dengan segala rasa

tanggapan, gagasan dan keinginannya. “Manusia baru” menentukan

kebahagiaan seseorang dan selalu dalam keadaan bahagia dan senang

abadi. Oleh sebab itu kebahagiaan seseorang itu tidak ditentukan oleh

dinamika kehidupan pengalaman, melainkan oleh kebebasan dan peranan

“manusia baru” dalam dirinya. Bila manusia baru dengan bebas bisa

tampil dan berperanan dalam hidupnya, maka di mana saja, kapan saja, ia

bisa hidup dengan bahagia.

Menurut pemikiran Ki Ageng Suryomentaram yang dikutip oleh

Adimassana (dalam Cahya, dkk, 2001:95):

Kesempurnaan hidup dan kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai jika orang memiliki jiwa yang bebas merdeka. Jiwa yang bebas harus diusahakan melalui self-analysis secara terus-menerus, guna memahami keadaan diri dan membebaskan dari cengkeraman “keakuan” yang semu, tempelan (palsu), dan temporal (yang oleh Ki Ageng diberi nama Kramadangsa) yang cenderung bersifat sewenang-wenang, bengis, keras, dan egoistis.

Adimassana (dalam Cahya, dkk, 2001:103) berpendapat, bahwa proses

self-analysis dapat ditunjang dengan proses pemurnian, penyucian,

pembersihan, dan pertobatan agar mencapai pembebasan jiwa. Proses ini

diarahkan untuk menyiapkan disposisi jiwa/hati agar mempunyai niat

kuat, rasa percaya/terarah penuh pada kehendak Illahi, terbuka, bebas

dari segala hawa nafsu atau kelekatan tak teratur, jujur, tanggung jawab,

Page 62: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

45

tulus, sederhana, rendah hati, taat, kuat, tegar, dan berani menanggung

risiko.

Menurut Freud (Taniputera, 2005:44-46), unsur pembentuk sang

“aku” merupakan fungsi kepribadian secara keseluruhan dan tidak bisa

dipisahkan. Unsur itu adalah id, ego, dan superego. Id, ada sejak lahir

(bawaan). Unsur kepribadiannya merupakan tempat bersemayamnya

naluri yang sifatnya buta dan tidak terkendali. Asas yang mengatur

bekerjanya id adalah asas kesenangan yang diarahkan bagi pengurangan

ketegangan atau ketidaknyamanan untuk mencapai kepuasan atau

kebahagiaan naluriah. Id bersifat tidak sadar. Ego, berfungsi untuk

mengendalikan dan mengatur tindakan yang dilakukan dengan

berlandaskan asas kenyataan. Maka akan berlaku realistis, berpikir logis,

dan merumuskan rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan. Ego dapat

mengendalikan kesadaran. Superego, merupakan aspek moral seseorang

yang menentukan benar dan salahnya perbuatan yang dilakukan. Ia

menampilkan hal-hal ideal dan bukan riil, digerakkan oleh asas

kesempurnaan. Superego dapat menghambat dorongan pemuasan dari id.

Menurut Rogers (Alwisol, 2004:346-347), ada lima ciri

kepribadian orang yang berfungsi sepenuhnya. Lima ciri ini untuk

membantu orang mengenal diri sendiri, meliputi terbuka untuk

mengalami, hidup menjadi, keyakinan organismik, pengalaman

kebebasan, dan kreativitas. Pertama, terbuka untuk mengalami yaitu

mampu mendengar dirinya sendiri, merasakan secara mendalam

Page 63: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

46

pengalaman visceral, sensori, emosional, dan kognitif dalam dirinya

tanpa merasa terancam. Mereka sadar dengan pikiran dan perasaannya

semua disimbolisasi dalam kesadaran tanpa distorsi atau denial. Kedua,

hidup menjadi artinya setiap pengalaman dipandang baru dan unik –

berbeda dengan yang pernah terjadi; berkembang tanpa diawali

prasangka dari harapan sebelumnya. Ketiga, keyakinan organismik

artinya orang mengambil keputusan berdasarkan pengalaman

organismiknya sendiri, mengerjakan apa yang dirasanya benar sebagai

bukti kompetensi dan keyakinannya untuk mengarahkan tingkah laku

yang memuaskan. Keempat, pengalaman kebebasan artinya pengalaman

hidup bebas dengan cara yang diinginkan/dipilih sendiri, tanpa perasaan

tertekan atau terhambat. Kelima, kreativitas artinya orang dengan hidup

baik kemungkinan besar dapat memunculkan produk kreatif dan hidup

kreatif.

Peneliti menyimpulkan bahwa pengenalan diri mengarahkan

seseorang pada penerimaan diri yang sebenarnya dan bukan diri yang

seharusnya. Semakin mengenal diri orang akan semakin mengenal jati

dirinya, semakin nyaman dengan dirinya sendiri, dan mencapai

otonominya. Dia tidak mudah terpengaruh atau dipengaruhi situasi dari

luar dirinya. Dia pun memiliki kehendak bebas di mana dapat

mengungkapkan gagasan, pemikiran, dan rasa yang mendorongnya.

Page 64: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

47

b. Discernment Sebagai Salah Satu Cara Mengatasi Konflik

Selain pengenalan diri, salah satu cara untuk mengolah batin dalam

mengatasi konflik adalah dengan melakukan discernment. Menurut

Ignasius Loyola, dalam discernment dibutuhkan keterbukaan hati,

kemampuan budi untuk berpikir dan mengerti, merasakan, rela

mempersembahkan kehendak kepada Tuhan, dan berlatih membedakan

roh baik dan roh jahat sehingga mampu untuk mengambil keputusan

dengan tepat. Proses discernment tidak sekali jadi tetapi membutuhkan

waktu dan energi, namun hasilnya akan menggembirakan bagi yang

melakukannya.

Menurut Ki Priyo Dwiarso (2008) ada beberapa cara untuk

mengatasai masalah yakni dengan melakukan “neng”, “ning”, “nung”,

“nang”. “Neng” artinya meneng/diam, tercapainya ketentraman fisik,

dengan menyadari diri apa yang menjadi beban hidup atau ada kelekatan-

kelekatan tak teratur entah dengan kelemahan diri, dengan barang,

dengan orang, atau peristiwa tertentu. Setelah disadari, perlu melepaskan

dan membebaskan diri dari kelekatan tak teratur itu dan mengarahkan

diri untuk mencari dan menemukan kehendak Tuhan. “Ning” artinya

wening, hening, tercapainya ketentraman batin sehingga nurani menjadi

tenang untuk berpikir dan berefleksi. Diri sendiri perlu tenang tanpa

tergesa-gesa mempertimbangkan apa yang ingin dipilihnya. Di saat jiwa

diganggu dengan macam-macam roh, maka dapat menggunakan daya

kodrati seperti pikiran, budi, dan kehendak yang bebas. Di sini akan

Page 65: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

48

dihadapkan pada pro dan kontra atas pilihan itu, hasilnya dibawa kepada

Tuhan dan mohon petunjuk pada-Nya apakah hasil ini sesuai dengan

kehendak-Nya. “Nung” artinya dunung/hanung yaitu dengan kebesaran

jiwa, dapat melihat segala sesuatu dengan jelas dan jernih, dan

mementingkan masa depan. Apabila batin merasa tenang, damai, dan

mendapatkan pencerahan/kejelasan maka kiranya pilihan itu tepat

sehingga dapat memutuskan dengan bijaksana. “Nang” artinya menang

yaitu berhasil menguasai dan mengendalikan diri dari kelekatan tak

teratur yang merintangi hidup sehingga dapat melaksanakan

kebaikan/kehendak Tuhan. Di sinilah orang akan mengalami hati yang

bebas dan menjadi manusia yang baru.

Berikut ini akan dipaparkan proses pembedaan roh menurut

Ignasius Loyola (Darminta, 2002:57-183) berdasarkan pedoman

pembedaan roh I dan II yang dapat digunakan sebagai latihan rohani:

Minggu I (untuk tahap pemula):

Tujuannya agar dapat merasa dan mengenal berbagai gerak yang

timbul dalam jiwa: yang baik untuk diterima, yang buruk dibuang dan

agar mampu mengambil sikap yang benar terhadap dosa dan terhadap

kerahiman kasih Allah.

Pada orang yang jatuh beruntun dari dosa besar ke dosa besar, musuh

biasanya menyodorkan kesenangan semu, membuat mereka

membayangkan kenikmatan dan kesenangan inderawi, supaya mereka

tetap pada keadaan berdosa. Cara roh baik adalah menghantami dan

Page 66: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

49

menyesakkan hati nurani dengan teguran pada budi. Sebaliknya pada

orang tekun yang terus membersihkan dosanya dan dalam pengabdian

kepada Allah meningkat dari taraf baik ke taraf lebih baik. Ciri roh

buruk ialah menyesakkan, menyedihkan dan menghalangi dengan

alasan palsu, supaya orang tidak maju. Ciri roh baik ialah memberi

semangat dan kekuatan, hiburan, airmata, inspirasi, ketenangan, dan

membuat semuanya menjadi mudah.

Dalam waktu kesepian, jangan sekali-kali membuat perubahan, tetapi

teguh dan tetap dalam niat dan keputusan yang dipegang pada hari

sebelumnya selama hiburan sebelumnya itu, karena dalam kesepian

roh buruk menyapa dan menasihati ke arah yang tidak benar. Dalam

hiburan perlu waspada dan memikirkan bagaimana akan bersikap

dalam kesepian yang akan datang kemudian, dan mencari kekuatan

baru untuk menghadapi waktu itu.

Latihan pembedaan roh I sebagai berikut:

1. Doa persiapan: mohon rahmat kepada Tuhan supaya semua

maksud, perbuatan, dan pekerjaan diarahkan hanya untuk

pengabdian kepada Tuhan.

2. Pendahuluan: membayangkan tempat dalam angan-angan batin

dengan kontemplasi/meditasi. Bayangan tempat dibentuk dengan:

melihat dalam angan-angan jiwa seakan-akan terpenjara dalam

badan yang fana dan seluruh diri dan adaku seakan-akan dibuang di

lembah kedukaan. Selanjutnya mohon kepada Tuhan apa yang

Page 67: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

50

dikehendaki/diinginkan. Mohon rasa malu dan aib atas diri sendiri,

sebab melihat betapa banyak orang yang terkutuk hanya karena

satu dosa berat saja, dan telah berapa kali aku berbuat dosa.

3. Pokok: menimbang-nimbang dosa yang banyak dibanding dengan

dosa malaikat yang hanya berdosa satu kali sudah masuk neraka.

4. Percakapan: membayangkan Kristus hadir di hadapanmu,

tergantung di salib, dan bertanya kepada-Nya dalam percakapan

bagaimana Dia telah berkenan menjadi manusia; dan bagaimana

dari hidup abadi Dia sampai kepada kematian bahkan wafat demi

dosa-dosa manusia termasuk diri sendiri. Perlu juga bertanya pada

diri sendiri, “Apa yang telah kuperbuat bagi Kristus, apa yang

sedang kuperbuat bagi Kristus, dan apa yang harus kuperbuat bagi

Kristus?” Dilanjutkan wawancara sewajarnya seperti seorang

sahabat dengan sahabatnya. Mohon rahmat dan nasihat dari Tuhan.

Diakhiri dengan doa Bapa Kami satu kali.

Minggu II (tahap lanjutan):

Tujuannya agar memahami gerak batin yang timbul dalam jiwa dan

dapat lebih jauh membedakan roh.

Ciri khas Allah adalah memberi sukacita dan kegembiraan sejati

dengan menyingkirkan segala kesedihan dan kekacauan, yang

dimasukkan oleh musuh. Ciri khas musuh adalah berjuang melawan

sukacita dan hiburan rohani dengan menyodorkan alasan-alasan semu,

pandangan sesat, dan tipuan licin terus-menerus.

Page 68: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

51

Allah memberi hiburan kepada jiwa tanpa sebab sebelumnya, artinya

tanpa ada perasaan atau pengertian apa-apa yang dapat mendatangkan

hiburan karena kerja budi atau kehendaknya sendiri. Bila ada sebab,

maka hiburan datang dari malaikat baik maupun malaikat jahat tetapi

tujuan berlawanan. Malaikat baik menghibur bertujuan demi

kemajuan jiwa agar berkembang menjadi lebih baik, sedangkan

malaikat jahat menghibur bertujuan menyeret jiwa ke arah

kedurhakaan. Ciri khas malaikat jahat yang berganti rupa menjadi

malaikat terang, ialah memulai dengan mengikuti suasana jiwa yang

saleh, akhirnya menggiring ke arah maksud jahat.

Perlu diperhatikan jalan pikiran: bila awal, tengah, dan akhir

seluruhnya baik, mengarah kepada yang serba baik, berarti berasal

dari malaikat baik. Bila jalan pikiran berakhir buruk, pertanda asalnya

dari roh jahat yang menyebabkan jiwa lemah, resah, tidak damai, dan

bingung.

Walaupun hiburan tanpa sebab datangnya dari Tuhan, harus hati-hati

membedakan saat berlangsungnya hiburan itu sendiri dan saat

berikutnya, yang mungkin dipengaruhi oleh roh jahat.

Latihan pembedaan roh II sebagai berikut:

1. Doa persiapan: mohon rahmat kepada Tuhan supaya semua

maksud, perbuatan dan pekerjaan diarahkan hanya untuk

pengabdian kepada Tuhan.

Page 69: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

52

2. Pendahuluan: membayangkan tempat dalam angan-angan, yakni

melihat sinagoga, desa-desa dan kota-kota di mana Kristus

berkhotbah. Mohon rahmat yang dikehendaki dan mohon supaya

tidak tuli terhadap panggilan-Nya, tetapi siap-siaga dan penuh

minat untuk melaksanakan kehendak-Nya.

3. Pokok: membayangkan di depan mata seorang raja pilihan Tuhan

sendiri. Semua pembesar Kristiani bersama rakyat menaruh hormat

dan taat padanya. Setelah itu dilanjutkan dengan menimbang-

nimbang bagaimana raja berpidato kepada bawahannya agar taat

pada kehendaknya sehingga kelak akan mendapat bagian

kemenangan bersamanya. Akhirnya menimbang-nimbang kembali

ketaatan bawahan kepada rajanya yang rela berkorban demi cinta

kepada sesama.

4. Percakapan: wawancara dengan Tuhan sambil mohon rahmat agar

setia mengikuti dan meneladan Tuhan. Diakhiri dengan doa Bapa

Kami satu kali.

Cara konkrit lain dalam mengatasi konflik adalah discernment

menurut Ki Ageng Suryomentaram (Adimassana, 1986:83) yakni dengan

mawas diri. Caranya sebagai berikut:

1. Mengamati dan meneliti rasa batin yang muncul serta bertanya dari

mana dan ke mana rasa batin itu mengarah, apakah dari rasa “aku”

yang sejati atau dari rasa “aku” individual.

Page 70: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

53

2. Membangkitkan kesadaran akan “aku” sejati yang seharusnya menjadi

subjek yang menghayati hidup ini dengan disertai keberanian dan

ketabahan untuk menghadapi kenyataan hidup yang dialaminya di sini

pada saat ini, apapun wujudnya.

3. Mengambil keputusan atau menentukan sikap berdasarkan

pemahaman terhadap situasi yang sedang dihadapi, dengan

memperhatikan nilai-nilai yang diyakininya.

Menurut Paul Suparno (2009:58-62), terdapat model discernment

pribadi yang dapat dilakukan pula untuk memilih atau menentukan

keputusan. Yang diperlukan dalam model ini adalah pribadi tersebut

menyediakan waktu cukup untuk tenang, berpikir, dan berdoa. Langkah-

langkahnya seperti berikut:

1. Duduk tenang, entah di kamar, kapel, atau ruangan yang tenang.

2. Mengingat kembali dalam batin, tujuan hidup atau nilai yang menjadi

pegangan hidup.

3. Bahan pemilihan atau yang mau dijadikan keputusan diungkapkan,

diekspresikan, dilihat, dihadapi.

4. Mohon terang dari Tuhan agar dapat melakukan pemilihan dengan

baik sesuai kehendak-Nya dan menyerahkan semua hasil pemilihan

kepada-Nya.

5. Unsur objektivitas. Dengan pikiran mengolah bahan pemilihan,

mengumpulkan informasi, keterangan, keunggulan, kelemahan, dan

semua yang terkait dengan pilihan itu. Perlu melihat pribadi yang

Page 71: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

54

terlibat, unsur yang mendukung, dan unsur yang tidak mendukung.

Semuanya dicatat dengan lengkap sehingga dapat menjadi

pertimbangan.

6. Melihat alternatif terbaik atau kecenderungan.

7. Membawa dalam doa (unsur hati, afeksi). Dengan tenang, pilihan

diserahkan kepada Tuhan dan mohon agar Tuhan memberikan tanda

apakah pilihan itu yang terbaik bagi kemuliaan-Nya dan bagi hidup

pribadi itu sendiri. Hening di hadapan-Nya, mendengarkan yang

disampaikan-Nya. Bila dalam keheningan, hati merasa damai,

gembira, semangat, dan semakin mencintai Tuhan; maka keputusan

itu tepat. Jika sebaliknya, hati menjadi gundah, bingung, sedih, tidak

damai; maka keputusan itu tidak tepat.

8. Sebaiknya membawa keputusan dalam doa tidak hanya sekali tetapi

berkali-kali. Bila setiap kali membawa dalam doa hati menjadi damai,

bahagia, maka pasti itulah yang dikehendaki Tuhan. Lalu dapat

menjadikan pilihan itu keputusan hidup.

9. Bila Tuhan menunjukkan pilihan itu tidak tepat, maka dapat

mengadakan pilihan ulang.

Berdasarkan cara-cara discernment dalam pengolahan batin di atas

disimpulkan bahwa discernment sangat membantu seseorang dalam

mengatasi konfliknya. Discernment tidak hanya dilakukan pada saat terjadi

konflik tetapi berlaku terus-menerus sampai akhir hidup karena sebagai

manusia masalah itu pasti selalu ada dalam hidup. Tujuan discernment

Page 72: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

55

dalam pengolahan batin adalah agar orang dapat memilah-

milah/membedakan gerakan roh dalam batin, menerima diri dan kenyataan

hidup dengan tenang, dapat mengambil keputusan dengan tepat, dan

mengubah diri selama masih dapat diubah. Orang yang berhasil melakukan

pengolahan batin seperti ini dapat disebut orang yang proaktif.

Menurut Stephen Covey (1997:61-62), orang yang proaktif tidak

menyalahkan keadaan, kondisi, atau pengkondisian untuk perilaku mereka.

Perilakunya berdasarkan pilihan sadar, nilai, dan bukan dari perasaan.

Mereka mempunyai kemampuan untuk menomorduakan impuls sesudah

nilai. Maka orang yang proaktif mampu mengadakan perubahan positif,

menjadi lebih banyak akal, lebih rajin, lebih kreatif, dan lebih mau bekerja

sama. Sebaliknya orang yang reaktif seringkali dipengaruhi oleh lingkungan

fisik, lingkungan sosial, dan membangun kehidupan emosional di sekitar

perilaku orang lain. Mereka digerakkan oleh perasaan, keadaan, kondisi, dan

oleh lingkungan.

Discernment merupakan satu cara pemecahan konflik yang perlu

dilatihkan dengan memperhatikan langkah-langkah dengan seksama.

Latihan tidak hanya sekali tetapi berulang kali, bila gagal perlu mengulang

kembali. Bagi suster-suster SPM perlu mencoba dan melakukan model-

model yang dapat membantu dalam proses ber-discernment. Untuk saat

sekarang diperlukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana mereka telah

mampu melakukan hal itu. Selanjutnya dari hasil penelitian akan

ditindaklanjuti dengan pembinaan. 

Page 73: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

56

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas jenis penelitian, subjek penelitian, metode

pengumpulan data, tahap-tahap penelitian, teknik analisis data, dan pemeriksaan

keabsahan data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Moleong menjelaskan

bahwa penelitian kualitatif adalah

Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (2006:6).

Menurut Arikunto (2002:12), salah satu dasar filosofis dari penelitian kualitatif

adalah “fenomenologis”, artinya bahwa kebenarannya diperoleh dengan cara

menangkap fenomena atau gejala yang memancar dari subjek yang diteliti.

Fenomena yang ditemukan adalah di antara para suster SPM jika

mengalami konflik kurang dapat mengolah dan menyelesaikan dengan baik.

Hal ini tampak dari perilaku, cara bicara, cara pandang negatif, emosi tidak

terkontrol, dan sikap yang berlebihan. Konflik yang kurang terolah dengan baik

mempengaruhi fisik dan psikis, misalnya psikosomatis, batuk, pusing, dan

penyakit lain yang tidak sembuh-sembuh, kecil hati, cemas, gelisah, tertekan,

merasa tidak berarti, frustrasi, stres, dan tidak bergairah dalam tugas. Yang

Page 74: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

57

lebih memprihatinkan lagi, karena tidak mampu mengolah konfliknya cepat

memutuskan untuk keluar dari biara. Berdasarkan fenomena itu peneliti

memilih penelitian kualitatif karena peneliti ingin mengetahui discernment

yang dilakukan oleh tiga suster SPM dalam menyelesaikan konflik dalam

hidup membiara dan menemukan program pembinaan yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan discernment.

Menurut Moleong (2006:8-13) ada beberapa karakteristik yang dapat

digunakan dalam penelitian kualitatif. Pertama, penelitian ini menggunakan

metode kualitatif yaitu metode dengan menggunakan pengamatan, wawancara,

atau penelaahan dokumen. Kedua, analisis data yang digunakan adalah analisis

data induktif, di mana tidak hanya membatasi penelitian pada upaya menerima

atau menolak dugaan melainkan mencoba memahami situasi sesuai dengan

bagaimana situasi tersebut menampilkan diri. Alasan menggunakan analisis

data induktif adalah lebih dapat menemukan kenyataan jamak yang terdapat

dalam data; hubungan peneliti-responden lebih eksplisit, dikenal, dan

akuntabel; menguraikan latar secara penuh; menemukan pengaruh bersama

yang mempertajam hubungan; dan memperhitungkan nilai-nilai secara

eksplisit. Ketiga, teori yang digunakan adalah teori dari dasar (grounded

theory), artinya penyusunan teori substantif berasal dari data atau dari bawah

ke atas. Hal ini dimaksudkan dari sejumlah data yang saling berhubungan

dikumpulkan dan setelah itu baru disusun teori yang akhirnya menghasilkan

teori baru.

Page 75: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

58

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah tiga suster SPM yang tinggal di tiga

komunitas yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ketiga suster tersebut

merupakan sampel dari seluruh populasi para suster SPM. Keterangan

mengenai karakteristik subjek penelitian dipaparkan dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian

No Nama Umur (th)

Tahap Biara Komunitas

1

2

3

X

Y

Z

27

37

74

Yunior

Medior

Senior

Jawa Tengah

Jawa Timur

Jawa Tengah

Ada empat alasan peneliti memilih tiga suster SPM sebagai subjek

penelitian. Keempat alasan itu adalah: 1) tiga suster yunior, medior, dan senior

tersebut pasti pernah mengalami konflik dalam penghayatan hidup membiara

atau dalam tugasnya; 2) mereka berpengalaman dalam mengatasi konflik

dalam hidup membiara dengan cara discernment/pengolahan batin, sehingga

tetap setia dalam menghayati panggilannya; 3) hasil penelitian dengan tiga

suster SPM ini dapat ditindaklanjuti bagi peneliti kelak sebagai acuan dalam

mengolah konflik demi kematangan dan pengembangan diri; 4) pengalaman

ketiga suster ini menjadi inspirasi bagi peneliti sebagai anggota Kongregasi

Suster SPM untuk ikut terlibat meningkatkan mutu pembinaan para suster

SPM, dapat melihat dengan jernih masalah orang yang dibina, dan dapat

membantu memberikan penyelesaian masalah dengan tepat.

Page 76: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

59

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu bentuk penerimaan data yang dilakukan

dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya, dan

mencatatnya (Arikunto, 2002:197). Metode pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara berdasarkan pedoman

wawancara tidak terstruktur. Pedoman wawancara tidak terstruktur adalah

pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar hal-hal yang akan

ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan.

Pewawancara harus menjadi pengemudi jawaban responden. Oleh karena itu,

pewawancara perlu menciptakan suasana rileks agar data yang diperoleh

objektif dan dapat dipercaya. Wawancara dapat dilaksanakan dengan efektif,

jika dalam kurun waktu yang singkat dapat diperoleh data sebanyak-banyaknya

(Arikunto, 2002:202-203). Pewawancara yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah peneliti sendiri. Keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi

dari subjek yang diteliti sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam

mewawancarai. Untuk memperlancar tugas ini, peneliti menggunakan sarana

berupa tape recorder untuk merekam semua pembicaraan dalam wawancara

dan alat tulis untuk mencatat jawaban/informasi dari subjek yang

diwawancarai.

Berkaitan dengan pedoman wawancara, peneliti membuat kerangka dasar

atau bagan yang memuat secara rinci pertanyaan-pertanyaan yang sesuai

dengan jenis data yang dibutuhkan. Dari pertanyaan-pertanyaan yang disusun

dalam kerangka dasar, peneliti akan memilihnya secara sungguh-sungguh agar

Page 77: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

60

sesuai atau relevan dengan jenis data yang dibutuhkan. Menurut Masidjo

(2005:73), pertanyaan-pertanyaan dalam kerangka dasar dianggap memenuhi

syarat apabila:

1. Setiap pertanyaan dirumuskan secara singkat, padat, tegas, dan hanya

memuat 1 hasil.

2. Setiap pertanyaan dirumuskan secara netral sehingga tidak mengundang

reaksi-reaksi tertentu terhadap pihak yang diwawancarai, misalnya sikap

tidak senang.

3. Hindari pertanyaan yang bersifat mengejek ataupun yang bernada

menakut-nakuti.

Wawancara dalam penelitian ini diarahkan untuk menggali informasi dari

subjek penelitian tentang hal-hal yang tercantum dalam kisi-kisi panduan

wawancara pada Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2 Kisi-kisi Panduan Wawancara

Kode Aspek Wawancara Pertanyaan Panduan

A Pengalaman konflik

1. Apakah Anda pernah mengalami konflik dalam hidup membiara?

2. Konflik-konflik apa sajakah yang pernah Anda alami dalam hidup membiara?

3. Apa yang menyebabkan konflik itu? 4. Apa pengaruh konflik itu terhadap diri Anda

baik secara fisik maupun psikis? 5. Apakah manfaat konflik bagi Anda? 6. Apakah Anda mendengarkan kata hati yang

membisiki Anda ketika mengalami konflik? B Reaksi spontan

ketika mengalami konflik

1. Bagaimana perasaan Anda ketika menghadapi konflik?

2. Bagaimana reaksi Anda ketika konflik itu muncul?

3. Bagaimana perasaan Anda setelah dapat

Page 78: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

61

mengatasi konflik itu? C Sikap/tanggapan

terhadap konflik 1. Apakah yang Anda inginkan ketika

mengalami konflik? 2. Bagaimana tanggapan Anda tentang

konflik? D Cara mengatasi

konflik 1. Bagaimana cara Anda mengatasi konflik

itu? 2. Apakah Anda mempunyai tips khusus atau

cara yang tepat untuk mengatasi konflik? 3. Apakah Anda melibatkan Tuhan dalam

proses penyelesaian konflik itu? 4. Apakah Anda mempunyai orang yang Anda

percaya yang akan mendengarkan penuh perhatian apa yang Anda bicarakan?

5. Apakah Anda tahu kepada siapa Anda pergi ketika merasa berbeban berat dan ketika Anda membutuhkan pertolongan?

6. Apakah ada cara lain untuk menyelesaikan konflik Anda?

E Frekuensi konflik 1. Kapan konflik itu terjadi? 2. Seberapa sering Anda dapat menyelesaikan

konflik itu? Apakah persoalannya sama? F Proses

discernment dalam mengatasi konflik

1. Apakah Anda terbiasa melakukan permenungan/pertimbangan batin yang serius/mendalam atau tindakan meneliti atau membedakan gerakan batin yang sedang Anda alami ketika terjadi konflik?

2. Bagaimana proses pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan selama ini?

3. Sejauh mana Anda mengenal gerakan batin dan gerakan roh yang hidup dalam diri Anda saat itu?

4. Bagaimana Anda dapat membedakan adanya dua gerakan yaitu, roh jahat dan roh baik?

5. Mana yang lebih mudah bagi Anda, mengikuti gerakan roh baik atau roh jahat? Mengapa?

6. Selama meneliti gerakan batin/roh, Anda harus menentukan pilihan dan keputusan. Bagaimana Anda melakukan itu? Atau bagaimana Anda yakin bahwa keputusan Anda tersebut tepat/benar/baik?

7. Apakah Anda mengalami kesulitan atau hambatan dalam pengambilan keputusan?

Page 79: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

62

Faktor-faktor apa saja yang menyulitkan Anda?

8. Apa yang Anda jadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan itu?

9. Bagaimana langkah-langkah Anda dalam pengambilan keputusan?

10. Apakah gerakan roh dan pembedaan roh ikut menentukan keputusan Anda?

G Kesadaran tentang manfaat discernment

1. Sejauh mana pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan membantu menyelesaikan konflik Anda?

2. Apakah proses pertimbangan/pengolahan batin atau meneliti gerakan batin/membedakan roh juga mempengaruhi perkembangan pribadi dan kedewasaan iman Anda, khususnya sebagai seorang biarawati (suster SPM)? Jelaskan!

H Nilai yang semakin bertumbuh kuat dalam proses discernment

1. Nilai-nilai apa saja yang semakin bertumbuh kuat dalam proses pertimbangan/pengolahan batin?

2. Bagaimana Anda menghidupi nilai-nilai itu dalam hidup membiara?

Menurut Sarwono (2006:225), cara melaksanakan wawancara dimulai

dengan mengemukakan topik yang umum untuk membantu peneliti memahami

perspektif subjek yang diwawancarai. Hal ini sesuai dengan asumsi dasar

penelitian kualitatif bahwa jawaban yang diberikan harus dapat membeberkan

perspektif yang diteliti bukan sebaliknya, dari peneliti sendiri. Dalam

wawancara ini, peneliti akan mengajak subjek yang diwawancarai untuk

terbuka dan jujur dalam menjawab pertanyaan, sabar mendengarkan, dan

mengemas jawaban dengan baik.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan juga oleh peneliti adalah mengetahui

sifat-sifat pribadi peneliti sendiri. Menurut Masidjo (2005:74-75), sifat-sifat

pribadi yang harus ada dan dimiliki oleh peneliti sendiri adalah sebagai berikut:

Page 80: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

63

1. Sifat jujur

Sifat jujur peneliti sangat penting demi hasil wawancara yang sesuai

dengan kenyataan. Misalnya, peneliti tidak memanipulasikan jawaban

subjek yang diwawancarai apalagi membuat jawaban sendiri tanpa

wawancara, ataupun membuat suatu kesimpulan hasil wawancara

berdasarkan cara pandang peneliti sendiri.

2. Sifat akurat

Sifat ini sangat penting terutama dalam mencatat keterangan dari yang

diwawancarai secara teliti, sehingga diperoleh hasil wawancara yang

akurat.

3. Sifat penuh minat

Sifat yang dibutuhkan adalah sikap ramah, adil, dan netral. Sikap-sikap

semacam ini tidak mudah direalisasikan apabila peneliti tidak penuh minat

dalam melaksanakan tugasnya.

4. Sifat adaptif

Diharapkan memiliki sifat mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan

kondisi wawancara, seperti keadaan yang diwawancarai, lingkungannya

dan sebagainya dengan tetap menyadari fungsinya sebagai pewawancara

yang memiliki integritas pribadi.

Sifat-sifat tersebut perlu ditanamkan dan dikembangkan oleh peneliti jika

berhadapan dengan yang diwawancarai sehingga hasil penelitian objektif.

Usaha yang dapat dilakukan antara lain gembira, bertutur kata yang menarik

dan mudah dimengerti, antusias mendengarkan, sopan, dan sabar.

Page 81: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

64

D. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pra-

lapangan dan tahap pekerjaan lapangan (Moleong, 2006:127-148).

1. Tahap Pra-Lapangan

Tahap pra-lapangan meliputi:

a. Menyusun rancangan penelitian

Peneliti mengajukan rancangan penelitian dengan melakukan

pendekatan dengan subjek penelitian maupun sumber lain,

menginformasikan topik penelitian, menyiapkan daftar pertanyaan, dan

menentukan waktu penelitian, dan wawancara.

b. Memilih lapangan penelitian

Peneliti memilih tiga komunitas yang berada di Tumpang, Malang, dan

Magelang sebagai lapangan penelitian agar mudah dijangkau.

c. Mengurus perizinan

Peneliti meminta izin untuk mengadakan wawancara kepada para

pimpinan komunitas, teman dekat subjek, dan subjek penelitian baik

secara langsung maupun melalui telepon.

d. Menjajaki dan menilai lapangan

Peneliti tinggal bersama di komunitas-komunitas tempat penelitian,

menyesuaikan diri dengan kegiatan komunitas dan tugas subjek

penelitian.

Page 82: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

65

e. Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian. Informan dapat disebut juga sumber

lain selain subjek penelitian. Mereka adalah para suster yang pernah

tinggal se-komunitas dan para pimpinan komunitas di mana subjek

penelitian tinggal.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian

Peneliti menyiapkan berbagai perlengkapan yang akan digunakan

dalam penelitian, antara lain tape recorder, alat tulis, dan rencana biaya

penelitian.

g. Persoalan etika penelitian

Peneliti memperhatikan dan menjaga etika dengan menghormati,

menghargai, membina relasi yang baik, dan memegang kerahasiaan

berkenaan dengan informasi dari subjek.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini dilakukan ketika peneliti melakukan pengumpulan data

penelitian. Peneliti mewawancarai tiga suster SPM sebagai subjek

penelitian dan beberapa sumber lain, mereka tinggal di tiga komunitas yaitu

Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan tiga tahap. Tahap I

di Jawa Tengah pada tanggal 27 sampai dengan 28 Desember 2009. Tahap

II di Jawa Tengah pada tanggal 7 sampai dengan 8 Januari 2010. Tahap III

di Jawa Timur pada tanggal 10 sampai dengan 11 Januari 2010.

Page 83: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

66

E. Tehnik Analisis Data

Menurut Jonathan Sarwono (2006:239), analisis kualitatif merupakan

analisis yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar variabel yang

sedang diteliti. Tujuannya ialah agar peneliti mendapatkan makna hubungan

variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang

dirumuskan dalam penelitian. Hubungan antar semantis sangat penting karena

dalam analisis kualitatif, peneliti tidak menggunakan angka-angka seperti pada

analisis kuantitatif.

Sarwono (2006:239-240) mengemukakan, prinsip pokok teknik analisis

kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi

data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna. Ada lima

langkah prosedur analisis data kualitatif. Kelima langkah itu adalah: 1)

mengorganisir data yakni dengan membaca berulang kali data yang ada

sehingga peneliti menemukan data sesuai dengan penelitiannya dan membuang

data yang tidak sesuai; 2) membuat kategori, menentukan tema, dan pola; 3)

menguji hipotesis yang muncul dengan menggunakan data yang ada; 4)

mencari eksplanasi alternatif data yakni peneliti memberikan keterangan yang

masuk akal terhadap data yang ada dan menerangkan data itu berdasarkan

makna yang terkandung dalam data; dan 5) menulis laporan yakni peneliti

harus mampu menuliskan kata, frasa dan kalimat serta pengertian secara tepat

yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan data dan hasil analisisnya.

Menurut Poerwandari (2005:150-151) langkah penting pertama dalam

proses analisis adalah membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh.

Page 84: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

67

Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistematisasikan

data secara lengkap dan detil sehingga data dapat memunculkan gambaran

tentang topik yang dipelajari. Dengan demikian peneliti akan menemukan

makna dari data yang dikumpulkan. Secara praktis dan efektif, langkah awal

koding dapat dilakukan dengan cara: 1) menyusun transkripsi verbatim (kata

demi kata) atau catatan lapangan sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong

yang cukup besar di sebelah kiri dan kanan transkrip; 2) secara urut dan

kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip dan atau catatan

lapangan itu; 3) memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode

tertentu.

Analisis data kualitatif ini menggunakan model Analisis Komparasi

Konstan (Grounded Theory Research). Menurut Sarwono (2006:244) ada tiga

cara melakukan Analisis Komparasi Konstan yaitu, mengumpulkan data untuk

menyusun/menemukan suatu teori baru, berkonsentrasi pada deskripsi yang

rinci mengenai sifat atau ciri dari data yang dikumpulkan untuk menghasilkan

pernyataan teoritis secara umum, dan mengembangkan suatu teori baru. Di

samping cara melakukan analisis, ada lima jenis kegiatan yang terdapat pada

Analisis Komparasi Konstan. Kelima jenis kegiatan itu adalah: 1) menulis

catatan: menulis hal-hal yang pokok, dan kemudian mendiskripsikan atau

merinci lebih detil dengan cara memberi penjelasan secara lengkap, misalnya

mengungkapkan data faktual dan penilaian peneliti; 2) memulai dari data ke

konsep; 3) memodifikasi konsep dengan cara membuat hal-hal yang spesifik

Page 85: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

68

menjadi abstrak; 4) melakukan analisis bergelombang, dari yang sempit

menjadi meluas; dan 5) pengembangan tema inheren menjadi suatu teori.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Berkaitan dengan keabsahan data, peneliti berusaha untuk mencatat,

mendokumentasikan, dan akhirnya menafsirkan setiap jawaban dari yang

diwawancarai. Di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data, menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong

(2006:330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik triangulasi yang paling banyak

digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Menurut Burhan Bungin

(2007:152), untuk menguji keakuratan data digunakan triangulasi metode

pengumpulan data seperti: observasi, wawancara tak berstruktur, dokumentasi,

interpretasi dokumen sejarah oral dan pribadi, introspeksi dan refleksi diri.

Dengan demikian, triangulasi akan diperlakukan sebagai suatu alternatif bagi

validasi, bukan sekadar alat atau strategi validasi. Informasi yang terkumpul

memiliki variasi yang lengkap apabila melibatkan pihak luar yang dianggap

memahami fenomena yang ada. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti

memilih beberapa suster yang dapat dijadikan sumber informasi.

Istilah lain untuk mengukur kualitas penelitian kualitatif yaitu

kredibilitas. Menurut Poerwandari (2005:181), kredibilitas penelitian terletak

pada keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau

mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang

Page 86: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

69

kompleks. Deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan

(kompleksitas) aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek menjadi

salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif. Poerwandari (2005:194-195)

juga berpendapat, agar deskripsi lebih akurat peneliti perlu memperhatikan

langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:

1. Mencatat bebas hal-hal penting serinci mungkin, mencakup catatan

pengamatan objektif terhadap setting, partisipan ataupun hal lain yang

terkait. Mendokumentasikan secara lengkap dan rapi data yang terkumpul,

proses pengumpulan data maupun strategi analisisnya.

2. Memanfaatkan langkah-langkah dan proses yang diambil peneliti

sebelumnya sebagai masukan bagi peneliti untuk melakukan pendekatan

terhadap subjek, dan menjamin pengumpulan data yang berkualitas untuk

penelitiannya sendiri.

3. Menyertakan partner atau orang yang dapat berperan sebagai pengritik

untuk memberikan saran, pembelaan, dari pertanyaan kritis terhadap

analisis yang dilakukan peneliti.

4. Melakukan upaya konstan untuk menemukan kasus negatif.

5. Melakukan pengecekan kembali data, dengan menguji kemungkinan

dugaan yang berbeda dengan cara mengecek analisis, mengaplikasikan

pada data, dan mengajukan pertanyaan tentang data.

Partner yang akan membantu peneliti dalam memberikan saran,

pembelaan, dan kritikan terhadap analisis penelitian ini adalah AR (nama

samaran).

Page 87: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

70

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang hasil penelitian dan pembahasan.

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan tiga subjek penelitian

dan beberapa sumber lain, diperoleh temuan-temuan yang disajikan dalam

Tabel 3. Temuan-temuan tersebut dapat peneliti rumuskan secara ringkas

sebagai jawaban atas masalah pertama penelitian ini, “Bagaimanakah

discernment dalam penyelesaian konflik yang dilakukan oleh tiga suster SPM

dalam hidup membiara?” sebagai berikut: ketiga suster cukup mampu

melakukan discernment dalam menyelesaikan konflik namun masih perlu

latihan terus menerus. Kecenderungan mereka yang merupakan penghambat

dalam proses discernment adalah munculnya emosi yang kurang terkontrol.

Emosi yang tidak stabil dapat menyulitkan dalam pengambilan keputusan.

Meskipun ada hambatan dalam ber-discernment namun mereka tetap

melakukan juga berkat relasi personal/kedekatan dengan Tuhan. Melalui

discernment mereka mampu mengenal gerakan roh, mampu menimbang-

nimbang, lebih peka dengan suara hati, dan dapat mengambil keputusan. Jadi,

meskipun emosi masih belum stabil ketiga suster tersebut tetap setia

melakukan discernment khususnya dalam menyelesaikan konflik.

Page 88: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

 

71

Tabel 3 Hasil Penelitian dari Subjek Penelitian dan Sumber Lain

Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3

Kode Aspek Wawancara X Sumber Lain Y Sumber Lain Z Sumber Lain

A 1-6

Pengalaman konflik

• Konflik yang dialami disebabkan: perbedaan latar belakang, budaya, ideal diri, pemahaman, kebiasaan.

• Bentuk konflik:kurang minat dengan masakan Jawa, membatasi sikap karena menyesuaikan budaya orang Jawa, harapan tidak sesuai dengan kenyataan, pendapat berbeda akhirnya sulit mencapai kesepakatan, tidak sabar dengan cara kerja.

• Pengaruh fisik: sering batuk, selera makan berkurang, lelah. Psikis: tidak bersemangat hidup,

• Pernah mengalami konflik, dengan diri sendiri dan orang lain.

• Manfaat konflik: mendewasakan dirinya.

• Penyebab konflik: kesalahpahaman, kurang PD, kurang komunikasi, latar belakang, budaya, usia, pendidikan

• Bentuk konflik: kekeliruan menangkap maksud, takut salah, menganggap orang lain mengerti, selisih usia jauh sehingga sulit menerima pribadinya, tidak terpenuhinya harapan dan tidak bisa memenuhi harapan orang lain, pendidikan lama dengan sekarang menimbulkan beda pemahaman.

• Pengaruh fisik: pusing, sakit kepala. Psikis: bingung, tidak krasan,

• Pernah mengalami konflik, dengan diri sendiri maupun orang lain.

• Penyebab: kekerasan sifat, beda pendapat, beda generasi, pemahaman/pemikiran.

• Bentuk konflik: cuek/tidak mau tahu, sulit menerima pendapat orang lain, kaku dalam sikap/bertutur kata.

• Pengaruh fisik: sakit karena kurang mengatur diri. Psikis: emosi, cuek.

• Manfaat konflik: mendewasakan diri, terbuka, mau berubah.

• Penyebab konflik: perbedaan pendapat, ide, kebiasaan.

• Bentuk konflik: kesepakatan bersama yang tidak direalisasikan bersama, harapan tidak sesuai kenyataan, tidak nyaman dengan cara/sikap orang lain.

• Pengaruh fisik: lelah, sakit. Psikis: emosi bertambah, tidak sabar.

• Manfaat konflik: semakin bersemangat hidup, berjuang mencari penyebab, semangat mengolah batin.

• Mendengarkan suara hati meskipun tidak langsung, namun setelah merenungkannya baru ada pencerahan untuk berani hadapi /selesaikan konflik dan mendekati orang yang berkonflik.

• Pernah alami konflik, dengan diri sendiri dan sesama.

• Penyebab: perbedaan latar belakang, budaya, kebiasaan, pendidikan, generasi, pemahaman, ideal diri.

• Bentuk konflik: sikap orang lain yang sulit diingatkan, kurangnya pengetahuan, keinginan yang tidak terwujud.

• Pengaruh fisik: sulit tidur, tidak selera makan. Psikis: marah, bicara ketus, tidak bisa konsentrasi.

• Manfaat konflik: ‐ mengembangkan diri ‐ mau berubah ‐ memahami orang lain ‐ rendah hati ‐ matang dalam olah

rasa. • Mampu mendengarkan

suara hati yang

Page 89: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

 

72

berat menghayati panggilan.

• Manfaat konflik: mendewasakan diri, mengenal diri, sadar akan kelemahan diri, semakin dekat Tuhan, nyaman dengan panggilan, tahu cara berelasi yang baik.

• Sadar bisikan suara hati yang mengajak berbicara dengan Tuhan

diam(berpikir), ambil jarak.

• Manfaat konflik: kesempatan bertumbuh- kembang, atau menjadi mandeg.

• Saat konflik: mendengarkan suara hati yang membuat dia bertanya, lalu dibawa doa.

membisiki ketika konflik terjadi.

B 1-3

Reaksi spontan ketika mengalami konflik

• Perasaan saat konflik: ingin menangis, sedih, berat hati.

• Reaksi spontan: bicara seperlunya, emosi, berani terbuka, berani mengakui kesalahan, mau menyesuaikan diri dengan lingkungan.

• Perasaan setelah dapat mengatasi konflik: bahagia, bersemangat, mengalami Paskah, merasa lahir kembali

• Perasaan ketika berkonflik: sedih.

• Reaksi spontan: diam, terbuka pada saat yang tepat.

• Setelah dapat mengatasi konflik merasa gembira.

• Perasaan ketika konflik: susah, terbelenggu, tidak bebas, berpikir negatif terhadap orang lain.

• Reaksi spontan: diam (bertanya/berpikir), ambil jarak, tanpa senyum, emosi, menyibukkan diri di kamar, betah melek, doa minta peneguhan.

• Perasaan setelah bisa atasi konflik: bebas, senang, syukur, bangga

• Perasaan ketika konflik: jengkel, marah.

• Reaksi spontan: diam dulu, jujur mau terbuka setelah beberapa waktu kemudian, berani ambil risiko.

• Perasaan saat konflik: ingin menghindari, sedih, bingung, jengkel, refleksi diri.

• Reaksi spontan: emosi, mengomel jika tidak ada orang yang berkonflik.

• Perasaan setelah bisa atasi: senang, bahagia, syukur.

• Perasaan ketika konflik: sedih, tidak damai.

• Reaksi spontan: awalnya diam, tapi akhirnya bisa menegur, emosi, ngomel di depan/belakang, ingin marah.

• Perasaan setelah bisa atasi konflik: lega, damai, bahagia.

Page 90: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

 

73

C 1-2

Sikap/tanggapan terhadap konflik

• Ingin cepat menyelesaikan konflik dan ingin cepat mengalami Paskah/kebangkitan, tidak menghindari konflik, mensyukuri dan mempersembahkan konflik pada Tuhan, dan dapat memaknai denyutan konflik yang terjadi pada dirinya.

• Konflik merupakan makanan jiwa yang menumbuhkan pribadi dan hidup. Konflik artinya masalah yang ditimbulkan dari dalam/batin atas situasi yang berasal dari luar.

• Ingin segera menyelesaikan konflik.

• Konflik adalah relasi yang terhambat/tidak lancar.

• Ingin segera menyelesaikan konflik

• Ingin konflik cepat selesai dan berjuang untuk membuktikan kebenaran masalah itu. Misal: ajak bicara dan katakan kebenaran pada orang itu.

• Konflik adalah masalah yang ditimbulkan karena ketidakcocokkan satu dengan yang lain. Konflik bisa terselesaikan jika kedua pihak mengakui kesalahan.

• Ingin bisa selesaikan konflik dan tidak ada dendam tetapi damai/rekonsiliasi.

• Konflik merupakan cara Tuhan mendidik agar mengenal kehendakNya dan menerima keterbatasan. Konflik itu rahmat Allah yang harus disyukuri dan konflik itu baik sejauh pribadi bisa menerima, melihat, dan mengatasi dengan baik.

D 1-6

Cara mengatasi konflik

• Cara mengatasi konflik: ‐ diam dahulu sambil

melibatkan Tuhan dalam doa

‐ setelah itu sharing dengan orang yang dipercayai yang tepat bagi dirinya sesuai dengan masalah yang

• Cara mengatasi konflik: tidak lari/menghindari, doa, tanggung jawab, tenang. Selalu melibatkan Tuhan dalam menyelesaikannya.

• Mempunyai orang yang dipercayai yang bisa mendengarkan.

• Cara mengatasi konflik yaitu: ‐ melihat dalam diri

ttg relasi dengan orang yang berkonflik, mempelajari orang itu

‐ konsultasi ‐ doa, refleksi ‐ mengubah diri

• Cara mengatasi konflik: berani bicara/terbuka, rendah hati.

• Ada orang lain yang mau mendengarkan masalahnya.

• Cara mengatasi konflik: doa, refleksi diri, visualisasi, ajak bicara, memaafkan.

• Ada orang yang dipercaya untuk mau mendengarkan masalahnya, yang bisa pegang rahasia, memberi jalan keluar.

• Cara lain adalah

• Cara mengatasi konflik: doa, bicara dengan sumber konflik(diri maupun orang lain), diam, menata hati, mempelajari orang itu/mencari waktu untuk bicara, kadang harus pasrah/diam selama orang itu tidak bisa ditegur/diajak berbaikan.

Page 91: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

 

74

dihadapi sambil melihat situasi orang itu entah pada teman se-kom/pada pembimbing/piko

‐ memaafkan orang yang berkonflik

‐ mau mengubah diri • Cara lain yang

dilakukan: menulis di buku harian dan menimbang2 dalam batin/discernment

• Cara lain mengatasi konflik: mengolah batin/discernment

• Cara yang tepat atasi konflik: langsung bertanya pd orang itu minta ditunjukkan kesalahannya, dan dibawa dalam doa.

• Butuh orang yang mau mendengarkan, kadang hanya ingin didengarkan, butuh orang yang menentang dengan kata2 sehingga membuatnya refleksi.

• Cara lain dengan discernment

discernment. • Ada orang yang bisa diajak bicara/mendengarkan masalahnya.

• Cara lain adalah discernment dan konfrontasi dengan diri sendiri.

E 1-2

Frekuensi konflik

• Konflik terjadi tidak kenal waktu dan dapat bersamaan. Misal: harapan tidak terpenuhi, sibuk.

• Konflik sering dapat terselesaikan baik konflik kecil maupun besar. Persoalan berbeda, misalnya masalah keuangan sekolah, masalah guru, hidup bersama.

• Konflik terjadi saat banyak pekerjaan di sekolah.

• Cepat menyelesaikan konflik

• Konflik terjadi saat malas doa, capek.

• Kadang dapat menyelesaikan konflik. Persoalan: kesalahpahaman dalam pemberian tugas.

• Konflik terjadi di saat sibuk, capek

• Konflik terjadi di saat sibuk, banyak tamu, pekerjaan belum selesai, bicara salah/tidak teratur.

• Sering bisa selesaikan konflik. Persoalan: hidup bersama, tidak bisa memenuhi harapan orang lain/para Sr

• Konflik terjadi di saat salah paham, ideal diri tidak sesuai kenyataan.

• Sering bisa selesaikan konflik, persoalannya tidak sama tapi tipenya mirip

F 1-10

Proses discernment dalam mengatasi konflik

• Kadang melakukan pertimbangan batin melihat konteks masalahnya.

• Biasa melakukan pertimbangan batin ketika terjadi konflik, yaitu dengan doa ,

• Biasa melakukan discernment: dengan doa, menimbang2 baik-buruknya, apa

• Melakukan discernment dalam konflik dan pengambilan keputusan.

• Biasa ber-discernment. • Biasanya keputusan

yang menyangkut kepentingan

• Biasa ber-discernment. • Prosesnya: diam sambil

merenung dan mencari solusi,

Page 92: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

 

75

• Melalui discernment merasakan dan mengenal gerakan roh

• Membedakan roh baik dan roh jahat, dapat dilihat dari kepekaan mendengarkan suara hati. Hal ini memampukan untuk mengambil keputusan.

• Hasil tidak selalu baik/benar, harus membutuhkan waktu yang kadang lama, mengalami jatuh-bangun.

• Faktor penghambat pengambilan keputusan: risiko, perasaan, situasi, dan jenis masalah.

• Yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan: dampak keputusan terhadap orang lain.

• Langkah2 pengambilan keputusan: ‐ melihat pedoman

tenang, refleksi diri. • Gerakan roh

menentukan dalam pengambilan keputusannya, namun tak luput dari kesulitan.

• Faktor yang menghambat dalam mengambil keputusan: perbedaan pemahaman

yang Tuhan kehendaki atas dirinya. Cara ini mendayai dalam relasi dengan orang lain dan lebih sabar.

• Mengenal gerakan batin melalui sikap dan kata2.

• Bisa membedakan roh baik dan roh jahat. Roh baik: membuat tenang, terselesaikan dengan baik, win2 solution, sama2 berkembang. Roh jahat: prasangka, keinginan untuk menang/harus bisa.

• Yang lebih mudah diikuti adalah roh baik karena ada kepercayaan bahwa Allah membimbing.

• Kedekatan dengan Allah/gerakan roh menyadarkannya dan memberi jalan untuk bisa ambil keputusan yang terbaik.

• Butuh waktu untuk ambil keputusan, kadang gagal, tetapi

pribadi/umum. Tidak cukup hanya meditasi tetapi ada usaha dengan mempertimbangkan baik-buruknya, akibat/kemungkinan yang akan terjadi, baru dicari solusi yang membawa kebahagiaan/kedamaian bagi pribadi maupun sesama.

• Prosesnya: refleksi/doa lebih lama/mendalam, perlu kesiapan hati dalam ambil keputusan (sakit,diomeli).

• Dengan membiasakan tenang, hening, doa, akan merasakan gerakan roh yang bekerja. Suara hati mengajak untuk mempertimbangkan dulu sebelum memutuskan. Roh baik mengajak pada perbuatan baik, tenang, damai. Roh jahat menghasilkan hati tidak damai, kecewa.

• Kenyataan: lebih mudah mengikuti roh jahat.

• Dalam pengambilan keputusan: melihat, merasakan, mengalami, mantap/yakin bahwa itu

mempertimbangkan baik-buruknya keputusan yang akan diambil, melihat buah dari keputusan

• Dapat mengenal gerakan batin sejauh hati tenang/damai, membiarkan diri tanpa harus menekan.

• Roh baik: membawa damai, membimbing, bisa atasi masalah. Roh jahat: membawa ketidaktenangan, ketegangan, kekeruhan batin/perpecahan.

• Yang mudah diikuti adalah roh jahat karena malas untuk tenang, ingin cepat selesai, menjanjikan yang nampaknya instan/mudah.

• Untuk menentukan keputusan/pilihan yang benar, perlu yakin bhw keputusan benar dan buah dari keputusan itu membawa damai dan kebaikan bagi yang lain atau diri sendiri.

• Faktor penghambat: perasaan, kepribadian,

Page 93: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

 

76

tertulis/bukti fisik dan menguasai dahulu

‐ konsultasi pada orang yang mahir

‐ melakukan, mempersiapkan risiko, dan memberi jalan terbaik untuk orang lain

‐ memutuskan

mau mencoba lagi. Akhirnya bisa baikan dengan orang itu dan menjadi lebih dekat.

• Hambatan:dari faktor ego, cuek, dan situasi lingkungan kurang kondusif.

• Yang menjadi pertimbangan dalam ambil keputusan: hasil akhir menjadi lebih baik, sama2 memperkembangkan diri menjadi baik.

• Langkah ambil keputusan: mengajak bicara orang yang berkonflik, tenang, sabar, sehingga mampu memahami dan mengampuni orang itu.

benar meskipun ada godaan. Kadang gagal setelah memutuskan karena tidak ada perubahan pada orang lain malah menerima perlakuan di luar dugaan. Lalu mencoba tenang kembali dan mengambil keputusan lain lagi. Jika tetap gagal, akhirnya pasrah pada Tuhan, percaya Tuhan pasti beri jalan terbaik bagi kedua pihak

• Hambatan: dari diri sendiri: kurang luas pengetahuan.

• Yang jadi pertimbangan ambil keputusan: ‐ kepentingan bersama:

menampung pendapat dari orang lain, ketegasan, menentukan tujuan hidup bersama

‐ motivasi ‐ situasi/kondisi Sr yang

mendesak (sakit) yang perlu diselamatkan.

• Langkah pengambilan keputusan: renungkan baik-buruk masalah

sifat, kurangnya pemahaman diri/orang lain,stempel dari orang lain, egoisme.

• Yang dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan: kepentingan bersama, kondisi komunitas

• Langkah dalam pengambilan keputusan: diam, refleksi, menerima konflik yang ada, sadar bahwa sedang berkonflik, melihat konflik dengan tenang kalau perlu minta bantuan orang lain, menimbang2 alternatif solusi, baru memutuskan

G Kesadaran • Manfaat discernment: • Manfaat discernment: • Manfaat discernment: • Manfaat discernment: • Manfaat discernment: • Manfaat discernment:

Page 94: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

 

77

1-2 tentang manfaat discernment

‐ mampu menempatkan posisi batin

‐ mengenal pribadi ‐ mendewasakan diri ‐ menjiwai

spiritualitas SPM ‐ meneladan Maria

dan Julia Billiart

‐ tumbuh kepercayaan diri

‐ mendewasakan diri ‐ mematangkan

pribadi ‐ mampu terbuka ‐ percaya pada

Tuhan ‐ mantap dalam

tugas ‐ dapat mewujudkan

spiritualitas SPM dalam tugas dan hidup bersama

‐ membantu membedakan baik/tidak, apakah hanya mengikuti ego, apakah ini jalan yang diberikan Tuhan

‐ menerima orang lain

‐ semakin tekun doa ‐ meneguhkan

panggilan

‐ membantu menentukan pilihan/keputusan

‐ sadar diri/mau berubah lebih baik

‐ kreatif ‐ tanggung jawab ‐ berani ambil risiko ‐ bisa menggerakkan

orang lain

‐ membantu dalam pengambilan keputusan

‐ memurnikan motivasi ‐ semakin tegas/mantap ‐ tidak takut risiko ‐ semangat dalam

latihan rohani ‐ memahami/mengenal

diri sendiri dan orang lain

‐ tenang, damai, bahagia, dapat mengontrol emosi

‐ membantu menyelesaikan masalah dengan bijak, tidak ada yang terluka

‐ memberikan spirit ‐ iman semakin kuat ‐ tidak merasa sendiri

H 1-2

Nilai yang semakin bertumbuh kuat dalam proses discernment

• Nilai2 yang semakin tumbuh kuat: ‐ kesetiaan

meneladan Yesus dan Maria

‐ kepercayaan dan pasrah pada Tuhan

‐ penghargaan diri ‐ percaya diri

• Nilai2 ini dihayati dengan mensyukuri setiap pemberian Tuhan (termasuk konflik), mau bekerja sama dengan orang lain, dan mencintai mereka

• Nilai2 yang semakin tumbuh kuat: ‐ kesetiaan ‐ keterbukaan ‐ berani ambil risiko ‐ jujur

• Nilai2 ini dihidupi dengan berbagi pengalaman dan mewujudkan persaudaraan kepada siapapun

• Nilai2 yang semakin tumbuh kuat: ‐ Iman ‐ sadar

diri/penghargaan diri

‐ ketulusan ‐ sabar ‐ kasih ‐ kesetiaan ‐ berani ambil risiko

• Nilai2 dihidupi dengan menerima orang lain, menciptakan suasana krasan, mendengarkan dengan hati, berpikir positif, pengertian, mengubah diri

• Nilai2 yang semakin tumbuh kuat: ‐ tanggung jawab ‐ kasih ‐ kerukunan/persaudar

aan ‐ pengampunan

• Nilai2 dihidupi dalam kerjasama dengan guru, dekat dengan anak2, terbuka dan mendengarkan dengan para Sr, mengubah diri

• Nilai2 yang semakin tumbuh kuat: ‐ ketekunan ‐ kerja keras ‐ setia ‐ iman yang kuat ‐ penerimaan diri ‐ kerendahan hati

• Nilai2 dihidupi dengan mendekatkan diri pada Tuhan (doa/refleksi/meditasi), merawat, mengembangkan, tidak emosi, sadar keterbatasan diri.

• Nilai2 yang semakin tumbuh kuat: ‐ iman, harap, kasih

yang kuat ‐ penghargaan diri ‐ kesetiaan ‐ kesabaran ‐ disiplin diri ‐ berani ambil risiko ‐ penyerahan diri ‐ optimis/tidak sendiri

• Nilai2 dihidupi dengan menjaga kesehatan, tidak putus asa, mencintai panggilan

Page 95: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

78

B. Pembahasan

Dalam proses penelitian dengan ketiga subjek, peneliti mengalami

beberapa kesulitan atau hambatan. Pertama, di luar rencana, salah satu subjek

tidak sanggup untuk diwawancarai dengan alasan pribadi, akhirnya peneliti

mencari subjek lain di luar Jawa Tengah. Begitu pula sumber lain, mendadak

tidak siap diwawancarai pada hari yang sudah disepakati karena alasan

tertentu. Akhirnya wawancara tetap berjalan dengan waktu dan informasi yang

sangat terbatas dan kurang mendalam. Kedua, dua subjek agak kesulitan

memahami pertanyaan dan merasa berat dan sulit menceritakan pengalaman

khususnya pengalaman konflik, pergulatan ber-discernment, dan pengambilan

keputusan. Peneliti juga agak kesulitan mengajak mereka untuk lebih

mendalam menceritakan pergulatan hidup mereka, sehingga peneliti berusaha

mencari kata-kata yang sederhana agar dapat dipahami dan menciptakan

suasana rileks agar mereka merasa nyaman. Akhirnya mereka dapat terbuka

meskipun tidak mendetil dan kurang mendalam menceritakan pengalamannya.

Ketiga, menurut rencana, peneliti akan memfokuskan pada konflik diri

(intrapersonal) dan sasarannya adalah para suster SPM secara keseluruhan

yang diwakili oleh tiga suster sebagai sampel. Namun, berhubung data yang

diperoleh dari subjek lebih mengarah kepada konflik interpersonal maka

penelitian berubah fokus pada konflik interpersonal. Hasil dari data yang

diperoleh juga tidak dapat sepenuhnya mewakili keseluruhan para suster SPM

karena menurut pengamatan peneliti dalam hidup bersama tidak semua suster

kurang mendalam mengolah batin atau kurang dewasa emosinya.

Page 96: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

79

1. Discernment dalam Penyelesaian Konflik

Berdasarkan hasil penelitian kepada tiga subjek, berikut ini

dipaparkan pembahasan pengalaman mereka secara umum berdasarkan

pedoman wawancara ditinjau dari delapan aspek:

a. Pengalaman konflik

Konflik yang sering dialami ketiga subjek adalah konflik dengan

orang lain. Penyebab konflik pun hampir sama satu dengan yang lain

yakni perbedaan pemahaman, perbedaan latar belakang, perbedaan

budaya, perbedaan kebiasaan, perbedaan pendidikan, perbedaan usia, dan

ideal diri tidak sesuai kenyataan. Bentuk konflik antara lain, ketegangan

karena beda pendapat, tidak biasa dengan cara/sikap dari orang lain,

penyesuaian dengan makanan khas daerah, kesepakatan yang tidak

terealisasi, pengetahuan kurang, dan keterbatasan diri karena usia.

Pengaruh konflik bagi fisik dan psikis antara lain, sakit, pusing, tidak

selera makan, tidak bersemangat hidup, batuk, bingung, emosi, tidak

sabar, dan berat menghayati panggilan. Manfaat konflik pun bagi

masing-masing sangat positif dan mengembangkan pribadi mereka.

Hanya yang perlu mendapat perhatian di sini adalah pengaruh psikis

yang dominan adalah emosi yang kuat. Hal ini tampak dari sikap dan

tutur kata yang menunjukkan ketegangan dalam dirinya. Kecenderungan

itu kemungkinan disebabkan oleh nilai kodrati sebagai manusia.

Page 97: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

80

b. Reaksi spontan ketika mengalami konflik

Perasaan yang dialami subjek ketika mengalami konflik yakni

sedih, ingin menangis, terbelenggu/tidak bebas, marah, jengkel, bingung,

dan tidak damai. Setelah dapat mengatasi konflik mereka merasa

bahagia, damai, bangga, syukur, dan bebas. Reaksi spontan menunjukkan

luapan emosi yang tidak terkontrol yakni diam, ambil jarak, bicara

ketus/kasar, dan mengomel. Perasaan dan reaksi yang muncul ini menjadi

kekhasan setiap subjek. Mereka mempunyai keterbatasan yang perlu

diakui, disadari, dan diterima. Namun perlu mengupayakan cara yang

terbaik untuk dapat mengolah rasa/batin/emosi sehingga semakin lama

emosi semakin dapat tertata dengan baik. Emosi yang diolah dengan baik

dapat membentuk subjek ini menjadi lebih tenang menghadapi segala

masalah hidupnya.

c. Sikap/tanggapan terhadap konflik

Dalam menanggapi konflik ketiga subjek bersikap sangat positif.

Mereka selalu mengandalkan/melibatkan Tuhan dalam setiap masalah,

terbuka, mau mengubah diri menjadi lebih baik, dan dapat memaknai

konflik itu sebagai suatu rahmat dari Tuhan yang perlu disyukuri.

Konflik merupakan makanan jiwa yang memberi hidup dan sebagai cara

Tuhan mendidik agar mengenal kehendak-Nya dan menerima

keterbatasan diri. Pengalaman konflik membawa kepada kesadaran dan

pemaknaan yang mendalam sehingga memungkinkan mereka untuk tidak

menghindarinya.

Page 98: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

81

d. Cara mengatasi konflik

Cara mengatasi konflik ketiga subjek sangat sederhana dan sering

berhasil dengan baik. Cara yang sudah dilakukan adalah dengan doa,

tenang/hening, refleksi, mempelajari sumber konflik, mencari informasi

pada orang lain, membaca, mengajak bicara dengan yang berkonflik, dan

akhirnya berani mengambil keputusan yang terbaik yang dapat

mengembangkan pribadi maupun orang lain. Tak jarang mereka

menemukan hambatan atau kesulitan karena keterbatasan diri maupun

keterbatasan orang lain atau situasi yang tidak memungkinkan

terselesaikannya masalah. Usaha itu diperjuangkan sungguh-sungguh

yang akhirnya mereka mengalami damai dan dapat saling

memaafkan/rekonsiliasi meskipun prosesnya tidak cepat dan mengalami

jatuh bangun. Orientasi mereka bukan untuk kepentingan diri sendiri

tetapi memikirkan kepentingan orang lain juga. Di sanalah tampak

perjuangan mereka mempertahankan kesamaan martabat manusia.

e. Frekuensi konflik

Konflik terjadi tidak kenal waktu dan dapat bersamaan. Ketiga

subjek mengakui bahwa konflik muncul di saat sibuk, harapan tidak

terpenuhi, capek, malas doa. Namun yang paling dominan adalah di saat

emosi tidak terkontrol. Di saat diri sendiri sedang mengalamai masalah,

mudah sekali melampiaskan emosi kepada orang lain. Kecenderungan ini

kemungkinan disebabkan kurangnya latihan mengolah rasa/batin

sehingga di saat situasi tidak menentu, mendesak, atau kesulitan, muncul

Page 99: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

82

emosi yang tidak terkontrol. Pengolahan batin tidak hanya pada saat

berdoa atau waktu khusus tetapi setiap waktu dalam situasi dan kondisi

apapun. Faktor penyebab lain adalah banyaknya kegiatan atau pekerjaan

yang memungkinkan kurangnya waktu untuk hening, menjalin relasi

personal dengan Tuhan dan menimba kekuatan dari-Nya.

e. Proses discernment dalam mengatasi konflik

Discernment yang mereka lakukan sesuai konteks masalahnya.

Kemampuan ber-discernment yang sudah dilakukan sangat sederhana

sekali. Discernment dilakukan tidak hanya pada saat terjadinya konflik,

tetapi terus-menerus, karena setiap saat dihadapkan pada suatu pilihan

dan keputusan. Selain membantu dalam perkembangan diri dan

kedewasaan iman, mereka menjadi mampu mengenal dan membedakan

gerakan batin/roh yang sedang bekerja, menjadi peka dengan suara hati

yang membisikinya, mendayai dalam relasi dengan orang lain,

menyadarkan, mampu mempertimbangkan baik-buruk akibat yang akan

terjadi, akhirnya mendorong untuk berani mengambil keputusan. Berkat

relasi personal dan keyakinan penuh kepada Tuhan, jika godaan datang

maka mereka cepat sadar diri untuk tidak mengikutinya.

Mereka mengakui bahwa tim pembina SPM dalam program

pembinaan sudah mengadakan kegiatan pengolahan hidup dan

melatihkan discernment di awal pembinaan, namun dalam praktek

selanjutnya mereka masih mengalami hambatan. Hambatan ditemukan

karena faktor pribadi yaitu: rasa ego dan kekerasan sifat, kurang luas

Page 100: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

83

pengetahuan karena usia, kurang dapat menyesuaikan diri dengan

komunitas, kecil hati ketika mendapat stempel dari orang lain, dan

kurang memahami orang lain. Dalam proses ber-discernment tak jarang

mengalami jatuh bangun meskipun sudah mengambil keputusan namun

dapat terjadi konflik lagi. Mereka berusaha untuk memperbaiki diri

terhadap relasi dengan orang lain dan berusaha bangkit dengan

merefleksi diri/discernment kembali apa yang menyebabkan kegagalan

itu. Lambat laun konflik dapat teratasi meskipun membutuhkan waktu

yang lama.

f. Kesadaran tentang manfaat discernment

Secara umum mereka mengalami perkembangan diri berkat

discernment, membantu dalam mengolah batin, mendewasakan diri,

memberi semangat dalam menghayati panggilan sebagai suster SPM dan

dalam tugas perutusan masing-masing. Discernment juga memantapkan

dalam menentukan pilihan dan pengambilan keputusan, tidak hanya bila

terjadi konflik tetapi dilakukan dalam situasi apa saja.

g. Nilai yang semakin bertumbuh kuat dalam proses discernment

Nilai-nilai yang ditemukan yang semakin tumbuh kuat dalam

proses discernment dihayati dalam hidup sehari-hari baik di komunitas,

sekolah, lingkungan, dan di manapun. Nilai-nilai tersebut adalah iman

yang kuat, keterbukaan, kasih, kesetiaan, pengampunan, kerendahan hati,

dan keberanian ambil risiko. Nilai ini menjadi kekhasan setiap pribadi

dan selalu diperjuangkan.

Page 101: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

84

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa ketiga suster sudah cukup

mampu melakukan discernment dalam menyelesaikan konflik, namun masih

perlu ketekunan untuk terus dilatih. Kecenderungan mereka adalah sering

emosi kurang terkontrol, tampak dari sikap dan tutur kata. Mereka dapat

dikatakan belum matang dan belum dewasa dalam emosi. Kecenderungan

itu dapat diatasi dengan latihan mengolah rasa/batin dan melakukan

discernment terus menerus agar dapat menata hati dan dapat menghadapi

situasi apapun dengan baik khususnya dalam mengatasi konflik. Jika latihan

discernment dilakukan dengan baik lambat laun mereka akan dapat

menyelesaikan konflik dengan baik pula. Mereka yang melakukan

discernment hidupnya akan tahan uji, damai, bahagia, bebas, penuh

reflektif, kreatif, dan dapat mengambil keputusan. Sebaliknya yang tidak

melakukan discernment mengalami ketegangan, tidak bahagia, tertekan, dan

sulit mengambil keputusan.

Tepatlah seperti yang ditulis oleh komunitas Kolsani dalam buku

Tahan Uji (2006:5) bahwa Latihan Rohani dapat melatih orang untuk makin

mampu mengambil keputusan yang tepat dalam menjalankan hidup dan

melatih orang beriman untuk hidup tahan uji. Orang akan semakin tahan uji

jika dia mampu menerima dan mengolah segala permasalahan atau konflik

yang dialami bukannya lari dari konflik. Ki Ageng Suryomentaram

(Adimassana, 2001:95) juga berpendapat bahwa kesempurnaan hidup dan

kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai jika orang memiliki jiwa yang bebas

Page 102: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

85

merdeka. Jiwa yang bebas harus diusahakan melalui self-analysis secara

terus-menerus.

Perjuangan para suster untuk melakukan discernment sesuai dengan

harapan kongregasi SPM dan inti spiritualitas SPM. Mereka menjiwai isi

konstitusi SPM halaman 37 al 1.2, yang mengajak untuk bergaul dengan

konflik. Mereka juga konsisten menghayati inti hidup religius. Berkat

kesetiaan ber-discernment mereka menikmati buah-buah yang dapat

dirasakan dalam hidup seperti yang disebutkan dalam Gal 5:22-23a. Buah-

buah roh itulah yang membuat mereka tetap krasan di biara.

Pengalaman ketiga subjek penelitian tidak dapat sepenuhnya mewakili

para suster SPM melakukan discernment dalam penyelesaian konflik dalam

hidup membiara karena tidak semua suster SPM mengalami hal yang sama

seperti pengalaman ketiga subjek ini.

2. Program Pembinaan Untuk Meningkatkan Kemampuan Melakukan

Discernment

Berdasarkan hasil penelitian dengan ketiga suster SPM tersebut,

ditemukan bahwa mereka mampu melakukan discernment dalam

penyelesaian konflik hanya kurang mendalam dalam mengolah batin, masih

perlu ketekunan untuk dilatih terus menerus. Kecenderungan yang tampak

adalah emosi tidak terkontrol ketika terjadi konflik. Emosi yang belum

diolah secara mendalam masih menyulitkan mereka dalam mengambil

keputusan dengan tepat. Maka dapat disimpulkan bahwa ketiga suster

Page 103: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

86

tersebut belum matang atau belum dewasa emosinya. Emosi yang belum

matang ini dapat menjadi stabil dan baik apabila ditunjang dengan latihan

discernment. Tim pembina kongregasi SPM sudah mengusahakan untuk

memperkenalkan dan melatih para postulan, novis, dan yunior dalam

pengolahan hidup misalnya, pembuatan peta perjalanan batin dan

discernment. Namun, dalam perjalanan selanjutnya setelah berkarya mereka

kadang-kadang mengalami kesulitan ber-discernment karena faktor pribadi,

antara lain: nilai kodrati manusia, kebutuhan bawah sadar, kelekatan tidak

teratur, dan tidak adanya kesesuaian antara diri ideal dan diri aktual.

Oleh karena itu, peneliti mengusulkan beberapa program pembinaan

yang dapat dilakukan oleh para suster SPM untuk meningkatkan

kemampuan melakukan discernment. Beberapa program sudah pernah

diberikan secara khusus oleh tim pembina SPM, namun ada beberapa

program yang belum diberikan. Usulan program pembinaan sebagai berikut:

a. Pengolahan Hidup yang pernah dilakukan di postulat, novisiat, dan

yuniorat bukan hanya disadari tetapi diolah secara serius. Pengolahan

dilakukan sampai pribadi tersebut menemukan diri sesungguhnya dan

mengenal masa lalu termasuk sejarah biologisnya. Apabila suatu ketika

mengalami konflik diharapkan mampu menemukan akar konflik

kemudian diolah lebih mendalam. Topik kegiatan ini meliputi:

pembuatan Peta Perjalanan Batin, Eneagram, Genogram, penerimaan

diri, kepercayaan diri (self confidence), dan penghargaan terhadap diri

sendiri (self esteem). Maksud kegiatan ini adalah agar pribadi semakin

Page 104: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

87

mengenal dan menerima diri, lebih dewasa, dan dapat menyelesaikan

masalahnya sendiri dengan bijak. Pengolahan ini membutuhkan

keberanian untuk masuk lebih dalam apa yang menjadi keterbatasan diri

dan berani menghadapi sakit saat mengolah. Pengolahan tidak sekali

jadi, membutuhkan waktu untuk berproses dan perlu evaluasi untuk

melihat perkembangan pribadi dan rohani.

b. Pelatihan khusus tentang discernment. Pelatihan ini dimaksudkan agar

para suster mampu mengenal gerakan batin dan membedakan roh yang

bekerja, mempunyai kepekaan hati, menentukan pilihan yang tepat,

mempunyai keberanian mengambil keputusan, akhirnya berani

menghadapi konsekuensi/risiko dari keputusan itu. Setiap pribadi perlu

memiliki disposisi/kesiapan batin agar mampu membuat pembedaan

roh. Disposisi ini akan mempengaruhi cara pribadi dalam melihat

pengalaman, memahami pengalaman, menilai pengalaman, menimbang,

memutuskan, dan bertindak dalam hidup. Pelatihan dilakukan secara

bertahap dan perlu ada evaluasi kegiatan baik secara pribadi dalam

bimbingan rohani maupun bersama.

c. “Correctio Fraterna”, yaitu panggilan untuk saling mengingatkan,

menegur, dan mengoreksi dalam suasana kasih persaudaraan. Hal ini

dibutuhkan keterbukaan, keberanian, motivasi yang baik, dan

pengampunan agar hubungan antar sesama menjadi harmonis. Kegiatan

ini dilakukan bersama di komunitas atau di lingkup karya pada waktu

tertentu atau setiap saat sesuai kesepakatan bersama.

Page 105: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

88

d. Mengagendakan discernment sebagai suatu habitus (kebiasaan). Bentuk

kegiatan antara lain, memaksimalkan kegiatan meditasi/refleksi harian

dan mingguan; retret tahunan; memanfaatkan rekoleksi bulanan sebagai

kesempatan untuk discernment. Retret dan rekoleksi dapat mengambil

topik khusus yang berkaitan dengan discernment antara lain:

pengampunan, persaudaraan sejati, correctio fraterna, dan ekaristi.

Kegiatan rohani ini dilakukan bukan sebagai kewajiban tetapi menjadi

suatu kebutuhan dan kebiasaan baik yang memberi makna mendalam

bagi hidup.

Page 106: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

89

 

BAB V

PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

tiga subjek penelitian mampu dalam melakukan discernment dalam

menyelesaikan konflik hanya saja masih kurang mendalam dan perlu dilatih,

karena emosi yang muncul belum diolah secara mendalam dan masih

menyulitkan mereka dalam mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini

menunjukkan bahwa ketiga suster tersebut belum matang atau belum dewasa

emosinya sehingga kurang mampu pula menyelesaikan konflik dengan

baik/tepat. Emosi tersebut kemungkinan disebabkan oleh nilai kodrati manusia,

kebutuhan bawah sadar, kelekatan tidak teratur, dan tidak adanya kesesuaian

antara diri ideal dan diri aktual. Meskipun demikian, pergulatan dan hambatan

selama ber-discernment, membuat mereka mampu memaknai dan menemukan

manfaat positif dari discernment bagi perkembangan kepribadian dan

kedewasaan iman mereka. Nilai-nilai yang semakin bertumbuh kuat dalam

proses discernment adalah iman yang kuat, keterbukaan, kasih, kesetiaan,

berani ambil resiko, kerendahan hati, penghargaan diri, dan pengampunan.

Dari hasil penelitian itu peneliti mengusulkan beberapa program

pembinaan untuk meningkatkan kemampuan melakukan discernment yang

Page 107: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

90

berbentuk kegiatan. Kegiatan tersebut meliputi: Pengolahan Hidup, pelatihan

khusus discernment, Correctio Fraterna, dan mengagendakan discernment

sebagai habitus (kebiasaan) berupa meditasi/refleksi, retret, dan rekoleksi.

Topik-topik pembinaan antara lain: Peta Perjalanan Batin, Eneagram,

Genogram, penerimaan diri, kepercayaan diri (self confidence), penghargaan

terhadap diri sendiri (self esteem), pengampunan, persaudaraan sejati, correctio

fraterna, dan ekaristi. Kegiatan-kegiatan ini dimaksudkan agar para suster

SPM mampu mengolah batin/emosi, menerima dirinya, mampu mengenal

gerakan batin, dapat membedakan roh yang bekerja dalam dirinya, mampu

menimbang-nimbang terhadap masalah yang dihadapi, mempunyai kepekaan

mendengarkan suara hati, dapat menentukan pilihan yang tepat, mempunyai

keberanian mengambil keputusan, dan bertindak sesuai keputusan itu.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah kurang memaparkan pergulatan subjek

penelitian dalam proses discernment secara mendetil/lebih mendalam

khususnya pergulatan ketika harus mengambil keputusan dan kurang menggali

akar konflik. Untuk mencapai hasil yang maksimal dibutuhkan waktu yang

cukup lama dan pendekatan kepada masing-masing subjek sehingga mereka

lebih bebas mengungkapkan pengalaman pribadi dan dapat menaruh

kepercayaan kepada peneliti.

Page 108: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

91

C. Saran

Saran-saran yang dapat peneliti berikan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Bagi para pembina kongregasi SPM

a. Suster pendamping para postulan, novis, dan yunior SPM agar

meningkatkan bimbingan pribadi secara intensif dan memotivasi mereka

untuk setia melatih diri ber-discernment sehingga mereka semakin

menjadi pribadi yang dewasa dan mampu mengambil keputusan dengan

tepat.

b. Suster pendamping On Going Formation (Tim Bina Lanjut) baik medior

maupun senior SPM agar meningkatkan perhatian dan pendampingan

bagi para suster SPM terutama dalam ber-discernment dalam mengatasi

masalah hidup dalam biara maupun dalam tugas perutusan. 

2. Bagi para suster SPM

Agar meningkatkan pengolahan batin/discernment dan menata hati/emosi.

Dengan discernment, para suster SPM diharapkan mampu menentukan

pilihan/keputusan, menyelesaikan konflik dengan tepat, dan dapat melihat

dengan jernih akar dari konflik.

3. Bagi para pembaca dan peneliti lain

Peneliti sadar bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan. Maka

peneliti menyarankan bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan topik

ini, agar lebih jeli melihat pergulatan subjek penelitian sampai menemukan

akar masalah dari konflik yang dialami.

Page 109: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

92

 

DAFTAR PUSTAKA

Adimassana. 1986. Ki Ageng Suryomentaram tentang Citra Manusia. Yogyakarta: Kanisius.

Admin. 2007. “Pembedaan Roh.” Dipungut 20 September, 2009, dari

http://ignatiusofloyola.wordpress.com. Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah. Arianto, Erwin. 2008. “Memanajemeni Konflik dalam Suatu Organisasi.”

Dipungut 20 September, 2009, dari http://www.malinghistarchive.com. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. Barry, William A. & Doherty, Robert G. 2009. The Jesuit Way: Kontemplasi

dalam Aksi. Yogyakarta: Kanisius. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group. Cahya, dkk. (Ed). 2001. Bunga Rampai Psikologi 2. Yogyakarta: USD. Covey, Stephen. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta: Binarupa

Aksara. Darminta. 1997. Doa dan Pengolahan Hidup. Yogyakarta: Kanisius.

_________ 2002. Latihan Rohani St. Ignasius Loyola (terjemahan). Yogyakarta: Kanisius.

_________ 2009. Penegasan Panggilan. Yogyakarta: Kanisius.

Dwiarso, Ki Priyo. 2008. “Problem Solving ala Ki Hadjar Dewantara.” Dipungut 13 Maret, 2008, dari http://tamansiswa.org.

Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardener. 2009. Teori-teori Holistik (Organismik-

Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius. Hardjana, Agus. 2006. Konflik di Tempat Kerja. Yogyakarta: Kanisius. Hardawiryana (Penterjemah). 1990. Lumen Gentium (Terang Bangsa-bangsa).

Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Page 110: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

93

Hendricks, William. 2008. Bagaimana Mengelola Konflik: Petunjuk Praktis untuk

Manajemen Konflik yang Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Heuken, A. 1994. Ensklopedi Gereja Jilid IV:Ph-To. Jakarta: Cipta Loka Caraka. Jacobs, Tom. 1987. Hidup Membiara: Makna dan Tantangannya. Yogyakarta:

Kanisius. Kapitel Umum Kongregasi. 1984. Konstitusi Kongregasi Suster-suster Santa

Perawan Maria Amersfoort. Amersfoort. Konferensi Waligereja Indonesia. 1996. Iman Katolik: Buku Informasi dan

Referensi. Yogyakarta: Kanisius. _________ 2006. Kitab Hukum Kanonik. Jakarta: Obor. Komunitas SJ Kolsani. 2006. Tahan Uji: 9 Latihan Ignasian. Semarang: Serikat

Yesus Provinsi Indonesia. Lembaga Alkitab Indonesia. 1985. Alkitab. Bogor: Lembaga Alkitab Indonesia. Masidjo. 2005. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.

Yogyakarta: Kanisius. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Naisaban, Ladislaus. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia. Jakarta: Gramedia. Pickering, Peg. 2005. How to Manage Conflict. Jakarta: Erlangga. Poerwandari, Kristi. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku

Manusia. Jakarta: LPSP3 UI. Prasetya, Mardi. 2001. Psikologi Hidup Rohani 1. Yogyakarta: Kanisius. _________ 1992. Psikologi Hidup Rohani 2. Yogyakarta: Kanisius. _________ 2005. Tugas Pembinaan demi Mutu Hidup Bakti 1. Yogyakarta:

Kanisius. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Page 111: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

94

Rebecca, Mary. 2000. Tumbuh Bersama Sahabat 1: Konseling Sebaya Sebuah Gaya Hidup. Yogyakarta: Kanisius.

Rogers, Carl Ransom. 1987. Antara Engkau dan Aku. Jakarta: Gramedia. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu. Sembel, Roy. & Sembel, Sandra. 2003. “Mengubah Konflik Menjadi Kerja

Sama.” Dipungut 25 September, 2008, dari http://www.sinarharapan.co.id. Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius. Suparno, Paul. 1998. Roh Baik dan Roh Jahat. Yogyakarta: Kanisius. _________ 2002. “Konflik Dalam Hidup Membiara”. Majalah Rohani. Nomor

05, bulan Mei. h. 31 – 35. _________ 2009. Discernment: Panduan Mengambil Keputusan. Yogyakarta:

Kanisius. Taniputera, Ivan. 2005. Psikologi Kepribadian: Psikologi Barat Versus

Buddhisme. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hariono, Tomi. 2009. “Menjadi Rasul Sejati Menurut Paulus.” Dipungut 2

September, 2009. dari http://jurnalstudi.blogspot.com. Widyastuti, Theresia. 2001. Sumbangan Ilmu Kateketik Dalam Proses

Penanaman Nilai Spiritualitas Kongregasi Suster Santa Perawan Maria Dalam Masa Pembinaan di Novisiat. Yogyakarta: Skripsi S1, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma.

Winardi. 1994. Manajemen Konflik (Konflik Perubahan dan Pengembangan).

Bandung: Mandar Maju.

 

 

Page 112: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

95

Kode Aspek Wawancara Pertanyaan Panduan Hasil Wawancara

A Pengalaman konflik

1. Apakah Anda pernah mengalami konflik dalam hidup membiara?

Pernah

2. Konflik-konflik apa sajakah yang pernah Anda alami dalam hidup membiara?

1. Kepribadian yang berbenturan, kebiasaan, latar belakang, budaya

2. Ideal dengan realita yang ada 3. Karya. Bagaimana membawakan sosok seorang

Sr, sebagai umat Allah, sebagai teman. 3. Apa yang menyebabkan

konflik itu? Secara umum lebih pada ideal, keinginan yang tidak sepaham dengan kenyataan

4. Apa pengaruh konflik itu terhadap diri Anda baik secara fisik maupun psikis?

Fisik: sering batuk, selera makan kurang, merasa lelah Psikis: selera hidup hilang, mempertanyakan panggilan (berat)

5. Apakah manfaat konflik bagi Anda?

Sadar dimana letak kelemahan, mengenal bagaimana berelasi, kedewasaan, mengenal diri, mengenal dekat dengan Tuhan, sehingga panggilan hidup religius mendarat, semakin enak

6. Apakah Anda mendengarkan kata hati yang membisiki Anda ketika mengalami konflik?

Kadangkala. Diam, pasrah, menjadi inspirasi saya harus bagaimana. Butuh fase harus berhenti, hanya bisa bicara dengan Tuhan/pasrah. Bisikan suara hati pasti baik.

B Reaksi spontan ketika mengalami konflik

1. Bagaimana perasaan Anda ketika menghadapi konflik?

Ingin menangis kalau sudah berat masalah itu, sedih, berat hati.

2. Bagaimana reaksi Anda ketika konflik itu muncul?

Bicara seperlunya, berani terbuka untuk menyelesaikan, berani mengakui salah jika salah, meng-orangkan, mau belajar dari orang lain, menyesuaikan diri dengan lingkungan/budaya/kebiasaan setempat

3. Bagaimana perasaan Anda setelah dapat mengatasi konflik itu?

Bahagia luar biasa karena sudah berhasil melewati sesuatu yang sulit, ada sesuatu yang menyemangati, mengalami Paskah, merasa lahir kembali.

C Sikap/tanggapan terhadap konflik

1. Apakah yang Anda inginkan ketika mengalami konflik?

Ingin cepat selesai/ingin cepat mengalami Paskah/kebangkitan, semakin krasan dengan konflik, tidak keluar dari konflik tetapi dinikmati, mensyukuri konflik, dipersembahkan pada Tuhan. Shg merasa tidak sendiri dalam memaknai denyutan/tusukan konflik

2. Bagaimana tanggapan Anda tentang konflik?

Konflik seperti makanan jiwa. Bisa menumbuhkan pribadi dan semakin hidup. Dengan merasa2kan makanan. Arti konflik: masalah yang berasal dari dalam/batin, tanggapan akan sesuatu, reaksi batin atas situasi dari luar.

D Cara mengatasi konflik

1. Bagaimana cara Anda mengatasi konflik itu?

Dengan banyak doa mendekatkan diri dengan Tuhan, banyak membaca, belajar dari orang lain, cerita/sharing pada orang lain/kakak, mau memaafkan orang lain, mau mengubah diri. Dengan cara ini hati jadi longgar, tenang, terinspirasi dengan masukan dari orang lain, dan

Page 113: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

96

dapat menyampaikan pesan ke orang lain dengan benar.

2. Apakah Anda mempunyai tips khusus atau cara yang tepat untuk mengatasi konflik?

Diam dulu, melihat masalahnya dulu, melihat gerakan Roh dalam doa, baru cerita pada orang sesuai konteks/masalahnya.

3. Apakah Anda melibatkan Tuhan dalam proses penyelesaian konflik itu?

Ya, menangis di hadapan Tuhan, pasrah, meneladan Maria yang pasrah, cerita dengan hati, percaya pada Tuhan.

4. Apakah Anda mempunyai orang yang Anda percaya yang akan mendengarkan penuh perhatian apa yang Anda bicarakan?

Dengan teman Sr se komunitas yang dipercaya namun tidak utuh karena Sr itu juga punya masalah dan keterbatasan juga. Biasa terbuka dengan Sr C (yang sama2 muda). Sosok-sosok tertentu bisa dijadikan tempat untuk mengeluh, marah tetapi dengan bicara dulu maksudnya. Berusaha mandiri, tidak tergantung pada Sr lain, lebih bisa memutuskan sendiri. Bicara dengan orang lain sudah jadi, jadi orang lain hanya sebagai tempat curhat.

5. Apakah Anda tahu kepada siapa Anda pergi ketika merasa berbeban berat dan ketika Anda membutuhkan pertolongan?

Datang pada Tuhan, lalu bertanya pada orang lebih dipercaya. Bisa membedakan masalah, masalah sekolah bertanya pada Sr yang tahu tentang sekolah, masalah panggilan lebih pd pembimbing yunior, masalah komunitas pada Sr di komunitas, masalah pribadi pada kakak. Jika masalah itu sudah sangat berat dan sulit diselesaikan hanya lari ke Tuhan

6. Apakah ada cara lain untuk menyelesaikan konflik Anda?

Ya, dengan discernment saat berdoa dan saat mengalami konflik dan dengan cara menulis di buku harian.

E Frekuensi konflik

1. Kapan konflik itu terjadi? Tidak kenal waktu. Saat emosi tidak terkendali, kurang sabar, harapan tidak terpenuhi, saat sibuk. Bisa datang bersamaan.

2. Seberapa sering Anda dapat menyelesaikan konflik itu? Apakah persoalannya sama?

Konflik kecil sering terjadi. Persoalan: masalah guru, hidup bersama. Konflik besar jarang terjadi. Persoalan: keuangan sekolah

F Proses discernment dalam mengatasi konflik

1. Apakah Anda terbiasa melakukan permenungan/pertimbangan batin yang serius/mendalam atau tindakan meneliti atau membedakan gerakan batin yang sedang Anda alami ketika terjadi konflik?

Tidak sering melakukan, tetapi bisa mengenal roh jahat dan roh baik.

2. Bagaimana proses pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan selama ini?

Proses tidak selalu berhasil tetapi tetap jeli dan sadar. Roh jahat bisa masuk pada dirinya diakui/ditanggapi sebagai roh baik. Tapi setelah direnungkan ternyata roh jahat telah menguasai. Diri sendiri perlu peka dengan gerakan roh. Pengalaman orang lain tidak selalu harus diikuti, keputusan akhir pada diri sendiri.

3. Sejauh mana anda mengenal gerakan batin dan gerakan roh yang hidup dalam diri

Dengan selalu kontak personal dengan Tuhan akan mudah mengetahui hati nurani/suara Tuhan sehingga bisa mengambil keputusan/tindakan

Page 114: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

97

Anda saat itu? yang dilakukan. Jika mengikuti hati nurani maka dapat mengenal roh yang bekerja

4. Bagaimana Anda dapat membedakan adanya dua gerakan yaitu, roh jahat dan roh baik?

Membedakannya dilihat dari hati seperti apa, maka gerakan roh akan nampak. Maka butuh kepekaan, keheningan, doa. Gerakan roh akan terasa. Terdorong untuk meminta maaf kalau memang salah, kalau diam saja akan dilema. Semakin tahu dan kenal diriku dan gejolak batin.

5. Mana yang lebih mudah bagi Anda, mengikuti gerakan roh baik atau roh jahat? Mengapa?

Roh jahat. Karena asyik, menyemarakkan suasana, wah/paling hebat, tapi suatu saat akan mengalami akibat luar biasa. Menolak yang disukai itu susah. Contoh: tugas bendahara itu enak/menarik karena bergumul dengan uang, hanya makan yang disukai saja. menentukan pilihan antara mengikuti keinginan guru dan harus melihat keuangan sekolah.

6. Selama meneliti gerakan batin/roh, Anda harus menentukan pilihan dan keputusan. Bagaimana Anda melakukan itu? Atau bagaimana Anda yakin bahwa keputusan Anda tersebut tepat/benar/baik?

Setelah beberapa kali refleksi, memikirkan yang terburuk dan terbaik dan memikirkan bagaimana akan terjadi, menimbang2 pilihan. Baik buruknya dapat dilihat hasilnya. Belajar dari pengalaman lalu berhasil/tidak. Hasil tidak selalu baik/benar, harus membutuhkan waktu yang kadang lama, mengalami jatuh-bangun.

7. Apakah Anda mengalami kesulitan atau hambatan dalam pengambilan keputusan? Faktor-faktor apa saja yang menyulitkan Anda?

Ya. Faktor: masalah, risiko, perasaan takut, situasi

8. Apa yang Anda jadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan itu?

Dampak, pengaruh terhadap orang lain, manfaat, risiko

9. Bagaimana langkah-langkah Anda dalam pengambilan keputusan?

1. Melihat pedoman yang tertulis dahulu, menguasai dahulu

2. Bertanya pada orang yang mahir/tahu 3. Memutuskan 4. Melakukan, mempersiapkan risiko, dan memberi

jalan terbaik untuk orang lain 10. Apakah gerakan roh

dan pembedaan roh ikut menentukan keputusan Anda?

Ya. Harus dilakukan, tanpa discernment keputusan menjadi tidak baik dan tidak siap menghadapi risiko karena lebih pada emosi.

G Kesadaran tentang manfaat discernment

1. Sejauh mana pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan membantu menyelesaikan konflik Anda?

Discernment harus dipahami dengan tepat, digunakan sesuai dengan porsi. Yang sering digunakan adalah penyadaran indra (sederhana). Ini juga menentukan discernment

2. Apakah proses pertimbangan/pengolahan batin atau meneliti gerakan batin/membedakan roh juga mempengaruhi perkembangan pribadi dan kedewasaan iman Anda, khususnya sebagai seorang biarawati (Suster SPM)?

Ya. Dari segi kepribadian/kemanusiaan, dapat: mengenal posisi batin, mengenal pribadi, menempatkan hati/posisi di mana (mis: sedih), mendewasakan diri, menjiwai spiritualitas SPM, meneladani Maria dan Ibu Julia Billiart.

Page 115: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

98

Jelaskan! H Nilai yang

semakin bertumbuh kuat dalam proses discernment

1. Nilai-nilai apa saja yang semakin bertumbuh kuat dalam proses pertimbangan/pengolahan batin?

1. Kesetiaan: meneladan kesetiaan Yesus dan Maria

2. Percaya dan pasrah pada Tuhan 3. Penerimaan diri dan menerima orang lain 4. Percaya diri

2. Bagaimana Anda menghidupi nilai-nilai itu dalam hidup membiara?

1. Mensyukuri 2. Mau kerja sama dengan orang lain 3. Mencintai orang lain

Page 116: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

99

Subjek X (sumber lain) Kode Aspek

Wawancara Pertanyaan Panduan Hasil Wawancara A Pengalaman

konflik 1. Apakah Anda pernah

mengalami konflik dalam hidup membiara?

Pernah

2. Konflik-konflik apa sajakah yang pernah Anda alami dalam hidup membiara?

Konflik dengan diri, urusan sekolah, hidup bersama

3. Apa yang menyebabkan konflik itu?

4. Apa pengaruh konflik itu terhadap diri Anda baik secara fisik maupun psikis?

5. Apakah manfaat konflik bagi Anda?

Mendewasakan pribadi

6. Apakah Anda mendengarkan kata hati yang membisiki Anda ketika mengalami konflik?

Ya

B Reaksi spontan ketika mengalami konflik

1. Bagaimana perasaan Anda ketika menghadapi konflik?

Sedih

2. Bagaimana reaksi Anda ketika konflik itu muncul?

Diam, bisa terbuka

3. Bagaimana perasaan Anda setelah dapat mengatasi konflik itu?

Gembira

C Sikap/tanggapan terhadap konflik

1. Apakah yang Anda inginkan ketika mengalami konflik batin?

2. Bagaimana tanggapan Anda tentang konflik?

D Cara mengatasi konflik

1. Bagaimana cara Anda mengatasi konflik itu?

Doa, tenang, terbuka apa adanya, mau minta maaf jika salah dan mau memaafkan, mau bertanya dan mendekati orang yang berkonflik dengan dia, tidak lari dari konflik, tanggung jawab

2. Apakah Anda mempunyai tips khusus atau cara yang tepat untuk mengatasi konflik?

3. Apakah Anda melibatkan Tuhan dalam proses penyelesaian konflik itu?

Pasti

4. Apakah Anda mempunyai orang yang Anda percaya yang akan mendengarkan penuh perhatian apa yang Anda bicarakan?

Ya

5. Apakah Anda tahu kepada siapa Anda pergi ketika merasa berbeban berat dan ketika Anda membutuhkan pertolongan?

Ya

Page 117: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

100

6. Apakah ada cara lain untuk menyelesaikan konflik Anda?

Discernment/mengolah batin

E Frekuensi konflik

1. Kapan konflik itu terjadi? Banyak pekerjaan di sekolah

2. Seberapa sering Anda dapat menyelesaikan konflik itu? Apakah persoalannya sama?

Cepat bisa menyelesaikan konflik

F Proses discernment dalam mengatasi konflik

1. Apakah Anda terbiasa melakukan permenungan/pertimbangan batin yang serius/mendalam atau tindakan meneliti atau membedakan gerakan batin yang sedang Anda alami ketika terjadi konflik?

Ya

2. Bagaimana proses pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan selama ini?

Doa, tenang

3. Sejauh mana anda mengenal gerakan batin dan gerakan roh yang hidup dalam diri Anda saat itu?

4. Bagaimana Anda dapat membedakan adanya dua gerakan yaitu, roh jahat dan roh baik?

5. Mana yang lebih mudah bagi Anda, mengikuti gerakan roh baik atau roh jahat? Mengapa?

6. Selama meneliti gerakan batin/roh, Anda harus menentukan pilihan dan keputusan. Bagaimana Anda melakukan itu? Atau bagaimana Anda yakin bahwa keputusan Anda tersebut tepat/benar/baik?

7. Apakah Anda mengalami kesulitan atau hambatan dalam pengambilan keputusan? Faktor-faktor apa saja yang menyulitkan Anda?

Ada. Faktor: perbedaan pemahaman

8. Apa yang Anda jadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan itu?

9. Bagaimana langkah-langkah Anda dalam pengambilan keputusan?

Refleksi diri

10. Apakah gerakan roh dan pembedaan roh ikut menentukan keputusan Anda?

Ya

G Kesadaran 1. Sejauh mana pertimbangan- Menumbuhkan kepercayaan diri, mendewasakan

Page 118: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

101

tentang manfaat discernment

pertimbangan batin yang Anda lakukan membantu menyelesaikan konflik Anda?

diri, pribadi matang, tegas, mampu terbuka

2. Apakah proses pertimbangan/pengolahan batin atau meneliti gerakan batin/membedakan roh juga mempengaruhi perkembangan pribadi dan kedewasaan iman Anda, khususnya sebagai seorang biarawati (Suster SPM)? Jelaskan!

Ya. Semakin percaya pada Tuhan dan dekat dengan Tuhan, mantap dalam tugas, dapat mewujudkan spiritualitas SPM dalam tugas dan hidup bersama.

H Nilai yang semakin bertumbuh kuat dalam proses discernment

1. Nilai-nilai apa saja yang semakin bertumbuh kuat dalam proses pertimbangan/pengolahan batin?

Kesetiaan, keterbukaan, berani risiko, jujur

2. Bagaimana Anda menghidupi nilai-nilai itu dalam hidup membiara?

Mau berbagi pengalaman, persaudaraan

Page 119: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

102

Subjek Y Kode Aspek

Wawancara Pertanyaan Panduan Hasil Wawancara A Pengalaman

konflik 1. Apakah Anda pernah

mengalami konflik dalam hidup membiara?

Pernah

2. Konflik-konflik apa sajakah yang pernah Anda alami dalam hidup membiara?

Relasi antar para Sr dan konflik diri sendiri, takut gagal

3. Apa yang menyebabkan konflik itu?

Kurang PD, kesalahpahaman, salah pengertian, kurang komunikasi, latar belakang, budaya, usia, pendidikan, tidak terpenuhinya harapan dan tidak bisa memenuhi harapan orang lain

4. Apa pengaruh konflik itu terhadap diri Anda baik secara fisik maupun psikis?

Fisik: pusing, bingung, sakit kepala Psikis: tidak krasan, diam (berpikir), seperti mengambil jarak

5. Apakah manfaat konflik bagi Anda?

Kesempatan untuk tumbuh, berkembang, atau mandeg

6. Apakah Anda mendengarkan kata hati yang membisiki Anda ketika mengalami konflik?

Ya, sambil bertanya: ada apa ini? Lalu dibawa dalam doa, kadang protes pada Tuhan

B Reaksi spontan ketika mengalami konflik

1. Bagaimana perasaan Anda ketika menghadapi konflik?

Susah, merasa terbelenggu, tidak bebas, berpikir negatif terhadap orang lain

2. Bagaimana reaksi Anda ketika konflik itu muncul?

Diam (yang dimaui orang itu apa?), ambil jarak, tanpa senyum, menyibukkan diri di kamar (baca dll), kuat melek, doa minta peneguhan

3. Bagaimana perasaan Anda setelah dapat mengatasi konflik itu?

Bebas, senang, syukur yang mendalam, bangga tidak bisa diungkapkan hanya bisa dirasakan

C Sikap/tanggapan terhadap konflik

1. Apakah yang Anda inginkan ketika mengalami konflik?

Segera terselesaikan karena tidak enak memendam masalah terlalu lama

2. Bagaimana tanggapan Anda tentang konflik?

Relasi yang terhambat/tidak lancar

D Cara mengatasi konflik

1. Bagaimana cara Anda mengatasi konflik itu?

1. Melihat dalam diri ttg relasi dengan orang yang berkonflik, mempelajari orang itu

2. Bertanya pada orang lain atau orang yang berkonflik

3. Doa, refleksi 4. Mengubah diri

2. Apakah Anda mempunyai tips khusus atau cara yang tepat untuk mengatasi konflik?

Menghadapi orang tsb dulu/bertanya, minta ditunjukkan kesalahannya di mana, doa

3. Apakah Anda melibatkan Tuhan dalam proses penyelesaian konflik itu?

Ya

4. Apakah Anda mempunyai orang yang Anda percaya yang akan mendengarkan penuh perhatian apa yang Anda bicarakan?

Ada, tetapi tidak hanya 1 orang. Melihat konteks masalah, melihat situasi orang yang diajak bicara, kadang hanya ingin didengarkan, kadang butuh orang yang menentang dengan kata2 sehingga membuatnya berpikir/semangat/terinspirasi

Page 120: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

103

5. Apakah Anda tahu kepada siapa Anda pergi ketika merasa berbeban berat dan ketika Anda membutuhkan pertolongan?

Ya.

6. Apakah ada cara lain untuk menyelesaikan konflik Anda?

Doa, refleksi, menimbang2 baik-buruknya, akibatnya

E Frekuensi konflik

1. Kapan konflik itu terjadi? Doa kurang, malas, emosi, capek

2. Seberapa sering Anda dapat menyelesaikan konflik itu? Apakah persoalannya sama?

Kadang. Persoalan: kesalahpahaman, salah pengertian dalam pemberian tugas

F Proses discernment dalam mengatasi konflik

1. Apakah Anda terbiasa melakukan permenungan/pertimbangan batin yang serius/mendalam atau tindakan meneliti atau membedakan gerakan batin yang sedang Anda alami ketika terjadi konflik batin?

Ya

2. Bagaimana proses pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan selama ini?

Melalui doa, menimbang2 baik-buruknya, apa yang Tuhan kehendaki atas dirinya. Hal ini mendayai dalam relasi dengan orang lain, lebih sabar

3. Sejauh mana anda mengenal gerakan batin dan gerakan roh yang hidup dalam diri Anda saat itu?

Lewat sikap dan kata2

4. Bagaimana Anda dapat membedakan adanya dua gerakan yaitu, roh jahat dan roh baik?

Roh baik: membuat hati tenang, terselesaikan dengan baik, win2 solution, sama2 berkembang Roh jahat: prasangka, keinginan harus menang, keinginan harus bisa

5. Mana yang lebih mudah bagi Anda, mengikuti gerakan roh baik atau roh jahat? Mengapa?

Roh baik. Karena ada kepercayaan Allah membimbing, kedekatan dengan Tuhan menyadarkannya, selalu bermohon menjadi seperti hatiNya

6. Selama meneliti gerakan batin/roh, Anda harus menentukan pilihan dan keputusan. Bagaimana Anda melakukan itu? Atau bagaimana Anda yakin bahwa keputusan Anda tersebut tepat/benar/baik?

Keyakinan pada Tuhan pasti membantu, pasrah atas kehendak Tuhan, percaya Tuhan memberi jalan terbaik meskipun harus berkonflik. Kalau tidak prinsip maka lebih banyak mengalah/menyerahkan pada orang yang berkonflik selama itu baik. Butuh waktu untuk ambil keputusan, kadang gagal, tetapi mau mencoba lagi. Akhirnya bisa baikan dengan orang itu dan menjadi lebih dekat.

7. Apakah Anda mengalami kesulitan atau hambatan dalam pengambilan keputusan? Faktor-faktor apa saja yang menyulitkan Anda?

Ya. Faktor: rasa ego (pergulatan dengan diri sendiri mana yang lebih baik), kurang perhatian pada orang lain (khususnya yang pinter bicara saja), situasi lingkungan

8. Apa yang Anda jadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan itu?

Hasil akhir menjadi lebih baik, sama2 memperkembangkan diri menjadi baik

9. Bagaimana langkah-langkah Anda dalam pengambilan keputusan?

Mengajak orang yang berkonflik untuk bicara/bertanya, tenang, sabar sehingga mampu mengerti/memahami/mengalah, mengampuni.

Page 121: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

104

10. Apakah gerakan roh dan pembedaan roh ikut menentukan keputusan Anda?

Ya

G Kesadaran tentang manfaat discernment

1. Sejauh mana pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan membantu menyelesaikan konflik Anda?

Membantu membedakan mana yang baik dan tidak baik, apakah hanya mengikuti ego sendiri, apakah ini jalan yang diberikan Tuhan agar bisa mengatasi konflik dengan orang itu

2. Apakah proses pertimbangan/pengolahan batin atau meneliti gerakan batin/membedakan roh juga mempengaruhi perkembangan pribadi dan kedewasaan iman Anda, khususnya sebagai seorang biarawati (Suster SPM)? Jelaskan!

Ya. Pengaruhnya dalam menghadapi orang lain, dalam bersikap dan bertutur kata, menerima orang lain. Semakin tekun dalam doa, meneguhkan panggilan sebagai Sr SPM

H Nilai yang semakin bertumbuh kuat dalam proses discernment

1. Nilai-nilai apa saja yang semakin bertumbuh kuat dalam proses pertimbangan/pengolahan batin?

Iman, kesadaran akan pribadi seseorang/penghargaan diri, ketulusan, sabar, kasih, kesetiaan, berani menghadapi risiko

2. Bagaimana Anda menghidupi nilai-nilai itu dalam hidup membiara?

Menerima orang lain, menciptakan suasana krasan, mencintai orang lain, mau mendengarkan dengan hati, berpikir positif, pengertian/mau memahami orang lain, mengubah diri menjadi lebih baik

Page 122: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

105

Subjek Y (sumber lain) Kode Aspek

Wawancara Pertanyaan Panduan Hasil Wawancara A Pengalaman

konflik 1. Apakah Anda pernah

mengalami konflik dalam hidup membiara?

Pernah

2. Konflik-konflik apa sajakah yang pernah Anda alami dalam hidup membiara?

Konflik dengan diri sendiri dan dengan orang lain

3. Apa yang menyebabkan konflik itu?

Kekerasan sifat, cuek, beda pendapat, beda generasi, beda pemahaman/pemikiran

4. Apa pengaruh konflik itu terhadap diri Anda baik secara fisik maupun psikis?

Fisik: sakit, karena kurang mengatur diri Psikis: emosi, cuek

5. Apakah manfaat konflik bagi Anda?

Mengembangkan diri menjadi lebih dewasa, mau berubah, terbuka

6. Apakah Anda mendengarkan kata hati yang membisiki Anda ketika mengalami konflik?

Ya

B Reaksi spontan ketika mengalami konflik

1. Bagaimana perasaan Anda ketika menghadapi konflik?

Jengkel, marah

2. Bagaimana reaksi Anda ketika konflik itu muncul?

Diam, jujur, bisa terbuka, berani bicara setelah beberapa waktu, berani ambil risiko,

3. Bagaimana perasaan Anda setelah dapat mengatasi konflik itu?

Gembira, lega

C Sikap/tanggapan terhadap konflik

1. Apakah yang Anda inginkan ketika mengalami konflik?

Ingin segera selesai

2. Bagaimana tanggapan Anda tentang konflik?

D Cara mengatasi konflik

1. Bagaimana cara Anda mengatasi konflik itu?

Tenang, banyak doa, refleksi diri, mau menyelesaikan dengan berani bicara/terbuka dan mau rendah hati pada yang berkonflik, mengubah diri yang dipraktekkan dalam sikap/tutur kata kepada orang lain yang berkonflik

2. Apakah Anda mempunyai tips khusus atau cara yang tepat untuk mengatasi konflik?

3. Apakah Anda melibatkan Tuhan dalam proses penyelesaian konflik itu?

Ya

4. Apakah Anda mempunyai orang yang Anda percaya yang akan mendengarkan penuh perhatian apa yang Anda bicarakan?

Ada

5. Apakah Anda tahu kepada siapa Anda pergi ketika merasa berbeban berat dan ketika Anda membutuhkan

Ya

Page 123: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

106

pertolongan? 6. Apakah ada cara lain untuk

menyelesaikan konflik Anda?

E Frekuensi konflik

1. Kapan konflik itu terjadi? Sibuk, capek

2. Seberapa sering Anda dapat menyelesaikan konflik itu? Apakah persoalannya sama?

F Proses discernment dalam mengatasi konflik

1. Apakah Anda terbiasa melakukan permenungan/pertimbangan batin yang serius/mendalam atau tindakan meneliti atau membedakan gerakan batin yang sedang Anda alami ketika terjadi konflik?

Ya

2. Bagaimana proses pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan selama ini?

3. Sejauh mana anda mengenal gerakan batin dan gerakan roh yang hidup dalam diri Anda saat itu?

4. Bagaimana Anda dapat membedakan adanya dua gerakan yaitu, roh jahat dan roh baik?

5. Mana yang lebih mudah bagi Anda, mengikuti gerakan roh baik atau roh jahat? Mengapa?

6. Selama meneliti gerakan batin/roh, Anda harus menentukan pilihan dan keputusan. Bagaimana Anda melakukan itu? Atau bagaimana Anda yakin bahwa keputusan Anda tersebut tepat/benar/baik?

7. Apakah Anda mengalami kesulitan atau hambatan dalam pengambilan keputusan? Faktor-faktor apa saja yang menyulitkan Anda?

8. Apa yang Anda jadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan itu?

9. Bagaimana langkah-langkah Anda dalam pengambilan keputusan?

10. Apakah gerakan roh dan pembedaan roh ikut menentukan keputusan Anda?

Ya

Page 124: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

107

G Kesadaran tentang manfaat discernment

1. Sejauh mana pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan membantu menyelesaikan konflik Anda?

Discernment membantu dalam menentukan pilihan dan keputusan, mengajak untuk sadar diri dan berubah menjadi lebih baik

2. Apakah proses pertimbangan/pengolahan batin atau meneliti gerakan batin/membedakan roh juga mempengaruhi perkembangan pribadi dan kedewasaan iman Anda, khususnya sebagai seorang biarawati (Suster SPM)? Jelaskan!

Kreatif, tanggung jawab, berani ambil risiko, bisa menggerakkan orang lain

H Nilai yang semakin bertumbuh kuat dalam proses discernment

1. Nilai-nilai apa saja yang semakin bertumbuh kuat dalam proses pertimbangan/pengolahan batin?

Tanggung jawab, kasih, kerukunan/persaudaraan, pengampunan

2. Bagaimana Anda menghidupi nilai-nilai itu dalam hidup membiara?

Kerjasama dengan guru, dekat dengan anak2, terbuka dan mendengarkan dengan para Sr, mengubah diri

Page 125: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

108

Subjek Z No Aspek

Wawancara Pertanyaan Panduan Hasil Wawancara A Pengalaman

konflik 1. Apakah Anda pernah

mengalami konflik dalam hidup membiara?

Pernah

2. Konflik-konflik apa sajakah yang pernah Anda alami dalam hidup membiara?

Konflik di luar diri: dengan orang, barang, peristiwa

3. Apa yang menyebabkan konflik itu?

Perbedaan pendapat, kesepakatan yang tidak terealisasi, perbedaan ide, perbedaan kebiasaan

4. Apa pengaruh konflik itu terhadap diri Anda baik secara fisik maupun psikis?

Fisik: lelah, sakit Psikis: emosi bertambah, tidak sabar

5. Apakah manfaat konflik bagi Anda?

Semakin bersemangat dalam hidup, berjuang untuk mencari penyebab, semangat dalam mengolah

6. Apakah Anda mendengarkan kata hati yang membisiki Anda ketika mengalami konflik?

Ya, tetapi tidak secara langsung. Setelah merasakan/merenungkan, baru ada titik terang untuk tidak menghindari konflik dan mendekati/mengajak bicara dengan yang berkonflik. Tuhan membisikkan: untuk berjuang dan mencari penyelesaian

B Reaksi spontan ketika mengalami konflik

1. Bagaimana perasaan Anda ketika menghadapi konflik?

Ingin menghindari, sedih, bingung, jengkel, mau refleksi diri

2. Bagaimana reaksi Anda ketika konflik itu muncul?

Emosi: mengomel jika tidak ada orang yang berkonflik

3. Bagaimana perasaan Anda setelah dapat mengatasi konflik itu?

Senang, bahagia, syukur bisa menyelesaikan meskipun tidak mudah

C Sikap/tanggapan terhadap konflik

1. Apakah yang Anda inginkan ketika mengalami konflik?

Cepat terselesaikan dan berjuang untuk membuktikan kebenaran masalah itu. Misal: mengajak bicara orang itu dan mengatakan kebenaran.

2. Bagaimana tanggapan Anda tentang konflik?

Suatu masalah yang ditimbulkan karena ketidakcocokan satu dengan yang lain meskipun sulit menyatukan. Konflik bisa terselesaikan jika kedua pihak mengakui kesalahan

D Cara mengatasi konflik

1. Bagaimana cara Anda mengatasi konflik itu?

Mendoakan, memaafkan, menyebut nama orang itu dalam doa, menghadirkan orang itu melalui visualisasi dalam renungan

2. Apakah Anda mempunyai tips khusus atau cara yang tepat untuk mengatasi konflik?

Ketika konflik datang, yang muncul emosi spontan. Maka perlu refleksi diri/bertanya pada diri sendiri kira2 Yesus mau apa ?

3. Apakah Anda melibatkan Tuhan dalam proses penyelesaian konflik itu?

Pasti

4. Apakah Anda mempunyai orang yang Anda percaya yang akan mendengarkan penuh perhatian apa yang Anda bicarakan?

Ya

Page 126: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

109

5. Apakah Anda tahu kepada siapa Anda pergi ketika merasa berbeban berat dan ketika Anda membutuhkan pertolongan?

Yang bisa dipercaya, tidak harus orang hebat, yang bisa pegang rahasia, bisa bantu memberi jalan keluar, mau mendengarkan dengan penuh kepercayaan

6. Apakah ada cara lain untuk menyelesaikan konflik Anda?

Discernment.

E Frekuensi konflik

1. Kapan konflik itu terjadi? Saat sibuk, banyak tamu, pekerjaan belum selesai, emosi tidak terkontrol, bicara keliru/tidak teratur

2. Seberapa sering Anda dapat menyelesaikan konflik itu? Apakah persoalannya sama?

Ya, sering bisa menyelesaikan konflik itu. Persoalan: hidup bersama, tidak bisa memenuhi semua harapan orang lain/para Sr.

F Proses discernment dalam mengatasi konflik

1. Apakah Anda terbiasa melakukan permenungan/pertimbangan batin yang serius/mendalam atau tindakan meneliti atau membedakan gerakan batin yang sedang Anda alami ketika terjadi konflik?

Ya. Biasanya keputusan yang menyangkut kepentingan pribadi/umum. Secara mendalamnya tidak cukup hanya meditasi. Masalah dibawa secara khusus, dipertimbangkan baik-buruknya, akibat/kemungkinan yang akan terjadi. Baru dicari solusi yang bisa membawa kebahagiaan/kedamaian/membuahkan hasil yang baik bagi pribadi maupun sesama. Keputusan tidak bisa cepat.

2. Bagaimana proses pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan selama ini?

Dengan refleksi/doa lebih lama/dalam. Perlu kesiapan hati dalam mengambil keputusan. Misal: diomeli, sakit.

3. Sejauh mana anda mengenal gerakan batin dan gerakan roh yang hidup dalam diri Anda saat itu?

Dengan membiasakan tenang, hening, doa pada Tuhan akan semakin merasakan gerakan roh yang bekerja. Suara hati akan mengajak untuk mengikuti atau tidak. Dengan sendirinya harus mempertimbangkan dulu sebelum memutuskan.

4. Bagaimana Anda dapat membedakan adanya dua gerakan yaitu, roh jahat dan roh baik?

Roh baik mengajak pada perbuatan yang baik, situasi hati tenang, buah dapat dirasakan baik pada diri sendiri maupun sesama. Kalau motivasi baik, hati damai meskipun orang tidak senang tapi ada keyakinan baik. Roh jahat hasilnya: hati tidak damai, mengecewakan.

5. Mana yang lebih mudah bagi Anda, mengikuti gerakan roh baik atau roh jahat? Mengapa?

Roh jahat.

6. Selama meneliti gerakan batin/roh, Anda harus menentukan pilihan dan keputusan. Bagaimana Anda melakukan itu? Atau bagaimana Anda yakin bahwa keputusan Anda tersebut tepat/benar/baik?

Melihat, merasakan, mengalami itu benar kalau mantap meskipun ada godaan yang merintangi keputusan. Kadang gagal setelah memutuskan karena tidak ada perubahan pada orang lain malah menerima perlakuan di luar dugaan. Lalu mencoba tenang kembali dan mengambil keputusan lain lagi. Jika tetap gagal, akhirnya pasrah pada Tuhan, percaya Tuhan pasti beri jalan terbaik bagi kedua pihak

7. Apakah Anda mengalami kesulitan atau hambatan dalam pengambilan keputusan? Faktor-faktor apa saja yang menyulitkan Anda?

Ya, dari diri sendiri: kurang luas pengetahuan tapi banyak pengalaman bergaul dengan para Sr. Meskipun ada hambatan tapi tidak ingin ketinggalan, tetap mengikuti perkembangan/situasi lingkungan/komunitas, ingin belajar.

Page 127: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

110

8. Apa yang Anda jadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan itu?

1. Jika keputusan menyangkut bersama, harus menampung pendapat dari orang lain dulu, perlu ketegasan, menentukan tujuan hidup persekutuan supaya semakin mengarah hidup baru

2. Motivasi 3. Situasi Sr. lain yang mendesak (sakit), perlu

diselamatkan 4. Bagaimana langkah-langkah

Anda dalam pengambilan keputusan?

Renungkan baik-buruknya masalah, kalau baik dilakukan dan kalau akhirnya membuahkan konflik ya tidak dilakukan

5. Apakah gerakan roh dan pembedaan roh ikut menentukan keputusan Anda?

Ya

G Kesadaran tentang manfaat discernment

1. Sejauh mana pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan membantu menyelesaikan konflik Anda?

Membantu dalam pengambilan keputusan meskipun orang lain menolah, memurnikan motivasi, semakin tegas, mantap, tidak takut resiko

2. Apakah proses pertimbangan/pengolahan batin atau meneliti gerakan batin/membedakan roh juga mempengaruhi perkembangan pribadi dan kedewasaan iman Anda, khususnya sebagai seorang biarawati (Suster SPM)? Jelaskan!

Tertolong untuk lebih kuat melaksanakan latihan rohani, mencari motivasi yang baik, buahnya pun baik daripada sebelumnya, memahami/mengenal diri sendiri dan orang lain.

H Nilai yang semakin bertumbuh kuat dalam proses discernment

1. Nilai-nilai apa saja yang semakin bertumbuh kuat dalam proses pertimbangan/pengolahan batin?

Ketekunan, kerja keras, setia, iman yang kuat, penerimaan diri, kerendahan hati

2. Bagaimana Anda menghidupi nilai-nilai itu dalam hidup membiara?

Mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa/refleksi/renungan, usaha untuk merawat, mengembangkan, tidak mengikuti emosi sesaat, sadar akan keterbatasan diri

Page 128: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

111

Subjek Z (sumber lain 1)

Kode Aspek Wawancara Pertanyaan Panduan Hasil Wawancara

A Pengalaman konflik

1. Apakah Anda pernah mengalami konflik dalam hidup membiara?

Pernah

2. Konflik-konflik apa sajakah yang pernah Anda alami dalam hidup membiara?

Konflik kesalah pahaman, konflik dengan diri karena ada ketegangan antara ideal dan kenyataan

3. Apa yang menyebabkan konflik itu?

Latar belakang budaya (pendidikan dalam keluarga, nilai, suku,

4. Apa pengaruh konflik itu terhadap diri Anda baik secara fisik maupun psikis?

Pengaruh secara fisik: sulit tidur, kurus, nafsu makan hilang Pengaruh secara psikis:

5. Apakah manfaat konflik bagi Anda?

Menjadikan aku mengenal sesama suster, makin matang dalam olah rasa

6. Apakah Anda mendengarkan kata hati yang membisiki Anda ketika mengalami konflik?

Ya. Yang diimani sebagai suara hati/Tuhan. Bila hati tidak damai/

B Reaksi spontan ketika mengalami konflik

1. Bagaimana perasaan Anda ketika menghadapi konflik?

Tidak damai

2. Bagaimana reaksi Anda ketika konflik itu muncul?

tidak bisa konsentrasi, ingin marah

3. Bagaimana perasaan Anda setelah dapat mengatasi konflik itu?

Lega, damai diperbaharui

C Sikap/tanggapan terhadap konflik

1. Apakah yang Anda inginkan ketika mengalami konflik?

Dapat menyelesaikan dengan baik dan damai

2. Bagaimana tanggapan Anda tentang konflik?

Konflik baik sejauh pribadi bisa menerima, melihat dan mengatasi dengan baik pula. Konflik sebagai salah satu cara Tuhan mendidik agar mengenal kehendakNya dan kelemahan serta keterbatasan.

D Cara mengatasi konflik

1. Bagaimana cara Anda mengatasi konflik itu?

Berdoa, dan berbicara dengan sumber konflik (baik diri maupun dengan orang lain)

2. Apakah Anda mempunyai tips khusus atau cara yang tepat untuk mengatasi konflik?

Pertama berdoa untuk berbicara apapun yang kita rasakan dan mempengaruhi seluruh warna hidup kita selama berkonflik

3. Apakah Anda melibatkan Tuhan dalam proses penyelesaian konflik itu?

Ya. Pasti

4. Apakah Anda mempunyai orang yang Anda percaya yang akan mendengarkan penuh perhatian apa yang Anda bicarakan?

Ya, punya

5. Apakah Anda tahu kepada siapa Anda pergi ketika merasa berbeban berat dan ketika Anda membutuhkan

Ya, tahu

Page 129: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

112

pertolongan? 6. Apakah ada cara lain untuk

menyelesaikan konflik Anda? Ada, konfrontasi dengan diri sendiri

E Frekuensi konflik

1. Kapan konflik itu terjadi? Salah paham, ideal diri tidak sesuai dengan real diri

2. Seberapa sering Anda dapat menyelesaikan konflik batin itu? Apakah persoalannya sama?

Sering saja, persoalannya tidak sama tapi tipenya mirip

F Proses discernment dalam mengatasi konflik

1. Apakah Anda terbiasa melakukan permenungan/pertimbangan batin yang serius/mendalam atau tindakan meneliti atau membedakan gerakan batin yang sedang Anda alami ketika terjadi konflik?

Ya

2. Bagaimana proses pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan selama ini?

Melihat, memahami dan menimbang-nimbang untuk dan rugi. Melihat buah dari keputusan yang telah diambil

3. Sejauh mana anda mengenal gerakan batin dan gerakan roh yang hidup dalam diri Anda saat itu?

Sejauh hati saya tenang dan damai. Membiarkan diri tanpa harus menekan

4. Bagaimana Anda dapat membedakan adanya dua gerakan yaitu, roh jahat dan roh baik?

Roh Jahat akan membawa pada kekeruhan batin/perpecahan. Roh baik akan membawa kedamaian

5. Mana yang lebih mudah bagi Anda, mengikuti gerakan roh baik atau roh jahat? Mengapa?

Biasanya roh jahat karena roh jahat menjanjikan yang nampaknya instan dan cepat serta mudah.

6. Selama meneliti gerakan batin/roh, Anda harus menentukan pilihan dan keputusan. Bagaimana Anda melakukan itu? Atau bagaimana Anda yakin bahwa keputusan Anda tersebut tepat/benar/baik?

Keputusan saya bai/benar dan tepat bila buah dari keputusan itu akan membawa kedamaian dan juga kebaikan bagi yang lain ataupun diri sendiri

7. Apakah Anda mengalami kesulitan atau hambatan dalam pengambilan keputusan? Faktor-faktor apa saja yang menyulitkan Anda?

Kadang-kadang. Factor yang menyulitkan adalah kurangnya pemahaman akan diri sendir atau orang lain, stempel yang telah ditandakan pada orang itu sehingga kurang percaya, egoisme,

8. Apa yang Anda jadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan itu?

Diri, orang lain, lingkungan, Tuhan

9. Bagaimana langkah-langkah Anda dalam pengambilan keputusan?

Menerima konflik yang ada dan menyadari saya sedang berkonflik, melihat konflik secara tenang kalau perlu dengan bantuan orang lain, menimbang-nimbang alternative solusi, mengambil keputusan

10. Apakah gerakan roh Ya

Page 130: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

113

dan pembedaan roh ikut menentukan keputusan Anda?

G Kesadaran tentang manfaat discernment

1. Sejauh mana pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan membantu menyelesaikan konflik Anda?

Pertimbangan batin sangat membantu dalam menyelesaikan konflik terutama memberikan spirit dalam menerima dan berusaha menyelesaikan dalam terang iman

2. Apakah proses pertimbangan/pengolahan batin atau meneliti gerakan batin/membedakan roh juga mempengaruhi perkembangan pribadi dan kedewasaan iman Anda, khususnya sebagai seorang biarawati (Suster SPM)? Jelaskan!

Sangat mempengengaruhi, iman saya dikembangkan akan penyelenggaraan Tuhan yang baik, saya tidak merasa sendiri ada daya yang sangat besar membantu saya (kekuatan Allah)

H Nilai yang semakin bertumbuh kuat dalam proses discernment

1. Nilai-nilai apa saja yang semakin bertumbuh kuat dalam proses pertimbangan/pengolahan batin?

Nilai iman, penyerahan, optimis karena saya tidak sendiri,

2. Bagaimana Anda menghidupi nilai-nilai itu dalam hidup membiara?

Nilai saya hidupi dalam menjawab panggilan saya setiap hari karena setiap hari pasti ada konflik dalam arti mengambil keputusan mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi.

Page 131: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

114

Subjek Z (sumber lain 2) Kode Aspek

Wawancara Pertanyaan Panduan Hasil Wawancara A Pengalaman

konflik 1. Apakah Anda pernah

mengalami konflik dalam hidup membiara?

Pernah

2. Konflik-konflik apa sajakah yang pernah Anda alami dalam hidup membiara?

Konflik diri dan sesama

3. Apa yang menyebabkan konflik itu?

Perbedaan latar belakang, budaya, kebiasaan, pendidikan, generasi, pemahaman

4. Apa pengaruh konflik itu terhadap diri Anda baik secara fisik maupun psikis?

Psikis: marah, bicara ketus

5. Apakah manfaat konflik bagi Anda?

Mengembangkan dirinya, mau berubah, bisa memahami orang lain, rendah hati

6. Apakah Anda mendengarkan kata hati yang membisiki Anda ketika mengalami konflik?

Ya

B Reaksi spontan ketika mengalami konflik

1. Bagaimana perasaan Anda ketika menghadapi konflik?

Sedih

2. Bagaimana reaksi Anda ketika konflik itu muncul?

Awalnya diam, tapi akhirnya bisa menegur. Secara spontan ngomel di depan/di belakang

3. Bagaimana perasaan Anda setelah dapat mengatasi konflik itu?

Lega, damai, bahagia

C Sikap/tanggapan terhadap konflik

1. Apakah yang Anda inginkan ketika mengalami konflik?

Bisa menyelesaikan konflik dan tidak ada dendam tapi dengan damai. Ada usaha untuk rekonsiliasi

2. Bagaimana tanggapan Anda tentang konflik?

Konflik mengembangkan pribadi, tampak dari doa2. Konflik mendewasakan diri. Konflik merupakan rahmat Allah yang perlu disyukuri

D Cara mengatasi konflik

1. Bagaimana cara Anda mengatasi konflik itu?

1. Diam, menata hati, refleksi/banyak discernment mempelajari orang itu dan mencari waktu untuk ketemu

2. Baru mengajak bicara orang itu 3. Kadang mendiamkan selama tidak bisa diajak

bicara/tidak bisa ditegur baik2 4. Rendah hati untuk minta maaf, mau terbuka

5. Apakah Anda mempunyai tips khusus atau cara yang tepat untuk mengatasi konflik?

Selalu menyertakan Tuhan dalam mengatasi masalah, discernment dalam mengolah batin, harapan akan keterlibatan roh Allah

6. Apakah Anda melibatkan Tuhan dalam proses penyelesaian konflik itu?

Ya

7. Apakah Anda mempunyai orang yang Anda percaya yang akan mendengarkan penuh perhatian apa yang Anda bicarakan?

8. Apakah Anda tahu kepada

Page 132: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

115

siapa Anda pergi ketika merasa berbeban berat dan ketika Anda membutuhkan pertolongan?

9. Apakah ada cara lain untuk menyelesaikan konflik Anda?

Discernment

E Frekuensi konflik

1. Kapan konflik itu terjadi?

2. Seberapa sering Anda dapat menyelesaikan konflik itu? Apakah persoalannya sama?

F Proses discernment dalam mengatasi konflik

1. Apakah Anda terbiasa melakukan permenungan/pertimbangan batin yang serius/mendalam atau tindakan meneliti atau membedakan gerakan batin yang sedang Anda alami ketika terjadi konflik?

Ya

2. Bagaimana proses pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan selama ini?

Ketika masalah terjadi, dia diam sambil merenung dan mencari jalan keluar, mempertimbangkan baik-buruknya keputusan yang akan diambil

3. Sejauh mana Anda mengenal gerakan batin dan gerakan roh yang hidup dalam diri Anda saat itu?

Jika dirasa perlu, maka baru ambil sikap, bicara dengan yang berkonflik

4. Bagaimana Anda dapat membedakan adanya dua gerakan yaitu, roh jahat dan roh baik?

Roh baik membawa pada kedamaian, membimbing, bisa atasi masalah Roh jahat membawa pada ketidaktenangan, ketegangan

5. Mana yang lebih mudah bagi Anda, mengikuti gerakan roh baik atau roh jahat? Mengapa?

Roh jahat, karena malas untuk tenang, ingin cepat selesai

6. Selama meneliti gerakan batin/roh, Anda harus menentukan pilihan dan keputusan. Bagaimana Anda melakukan itu? Atau bagaimana Anda yakin bahwa keputusan Anda tersebut tepat/benar/baik?

Selama dia yakin bahwa keputusan benar dan orang yang bersangkutan tidak bisa diberitahu lagi maka dibiarkan meskipun bertentangan dengan suara hati

7. Apakah Anda mengalami kesulitan atau hambatan dalam pengambilan keputusan? Faktor-faktor apa saja yang menyulitkan Anda?

Ya. Faktor: perasaan (tidak ingin orang lain terluka), kepribadian, sifat

8. Apa yang Anda jadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan itu?

Untuk kepentingan bersama dan kondisi komunitas

9. Bagaimana langkah-langkah Anda dalam pengambilan keputusan?

Diam, refleksi, mempelajari. Setelah dia mengerti/mengenal gerakan hati baru diputuskan dan dipraktekkan dengan mengajak bicara orang yang berkonflik

Page 133: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

116

10. Apakah gerakan roh dan pembedaan roh ikut menentukan keputusan Anda?

Ya

G Kesadaran tentang manfaat discernment

1. Sejauh mana pertimbangan-pertimbangan batin yang Anda lakukan membantu menyelesaikan konflik Anda?

1. Mengalami ketenangan, kedamaian, kebahagiaan, dapat mengontrol emosi

2. Membantu menyelesaikan masalah dengan bijak, tidak ada yang terluka

2. Apakah proses pertimbangan/pengolahan batin atau meneliti gerakan batin/membedakan roh juga mempengaruhi perkembangan pribadi dan kedewasaan iman Anda, khususnya sebagai seorang biarawati (Suster SPM)? Jelaskan!

Ya

H Nilai yang semakin bertumbuh kuat dalam proses discernment

1. Nilai-nilai apa saja yang semakin bertumbuh kuat dalam proses pertimbangan/pengolahan batin?

1. Iman, harap, dan kasih yang kuat berkat relasi personal dengan Tuhan

2. Penghargaan terhadap diri sendiri/orang lain 3. Kesetiaan 4. Kesabaran 5. Disiplin diri 6. Keberanian menghadapi risiko

1. Bagaimana Anda menghidupi nilai-nilai itu dalam hidup membiara?

1. Tidak mudah putus asa/inner power 2. Menjaga kesehatan

Page 134: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

117

Page 135: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

118

Page 136: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

119

Page 137: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

120

Page 138: DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA … · DISCERNMENT DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PADA TIGA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DALAM HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

 

 

 

 

121