Disampaikan dalam Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

17
KEDAULATAN ENERGI BERBASIS LINGKUNGAN The Stone Age did not end for lack of stone. And the Oil age will end long before the world runs out of oil. (James Canton) Disampaikan dalam Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia Universitas Gajah Mada, 16-17 Desember 2013 Sigit Reliantoro Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Pertambangan Energi & Migas KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

description

KEDAULATAN ENERGI BERBASIS LINGKUNGAN The Stone Age did not end for lack of stone. And the Oil age will end long before the world runs out of oil . (James Canton). Disampaikan dalam Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of Disampaikan dalam Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Page 1: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

KEDAULATAN ENERGI BERBASIS LINGKUNGAN

The Stone Age did not end for lack of stone. And the Oil age will end long before

the world runs out of oil. (James Canton)

Disampaikan dalam Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Universitas Gajah Mada, 16-17 Desember 2013

Sigit ReliantoroAsisten Deputi Pengendalian Pencemaran

Pertambangan Energi & MigasKEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

Page 2: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

KRITERIA SISTEM ENERGI YANG BERKELANJUTAN

Mark Jaccard (2005) mengemukakan kriteria Energy System Sustainability adalah :1. Sistem energi harus dapat

bertahan (tidak pernah habis) dalam hal jenis dan ketersediaannya.

2. Aktifitas ekstrasi, transformasi, transport dan konsumsi energy harus ramah lingkungan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat.

Karena kebutuhan energy akan terus bertambah maka jumlah / ketersediaan energy juga harus meningkat sesuai dengan kebutuhan. Jika sistem energi tidak dapat bertahan maka pada saat tertentu akan habis sehingga tidak dapat digunakan secara berkelanjutan.

Aliran material energi dan produk sampingnya tidak boleh melampaui kemampuan lahan, air dan udara untuk mengabsorb dan merecycle sistem energy tanpa menimbulkan dampak .

Jika sistem energi bersifat beracun terhadap manusia dan lingkungan, maka sistem tersebut tidak dapat bertahan karena akan terjadi kerusakan sumber daya dan ancaman terhadap kesejahteraan manusia.

Page 3: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

SISTEM ENERGI INDONESIA

• Sistem Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Nasional (SISPENNAS) masih sangat tergantung pada bahan bakar fosil (96%) , terdiri dari: minyak bumi (38%), gas bumi (19%) dan batubara (19%), yang merupakan sumber gas rumah kaca.

• Konsumsi terus meningkat (7% per tahun)• Masih disubsidi• Total kapasitas pembangkit listrik baru mencapai

30 GW (tahun 2009)• Rasio elektrifikasi baru mencapai 66% (tahun

2009)• Pemanfaatan energi belum efisien• Pemanfaatan EBT belum optimal.

Batubara19%

Minyak38%

Gas20%

Air3%

Geo-thermal1%

Biomassa20%

PENYEDIAAN ENERGI NASIONAL 2010

• Sistem energy kita saat ini tidak bersifat sustainable.

Sistem energi masih didominasi oleh bahan bakar fosil, yang pada saat tertentu akan habis dan tidak bertahan (sustain) lagi.

• Sistem energi kita saat ini memiliki konsekuensi sebagai berikut :

– Menyebabkan terjadinya kelangkaan sumberdaya / minyak dan gas akan habis dalam waktu tertentu.

– Menimbulkan harga energy yang sangat mahal.

– Menyebabkan konflik geopolitik karena perebutan sumber energy yang langka.

– Dapat menyebabkan terjadinya kehancuran (collaps) ekonomi global.

– Menyebabkan terjadinya pemanasan global.– Menyebabkan pencemaran udara (terutama

di perkotaan & kawasan industri).

Jika menggunakan analisis Mark Jaccard maka :

Page 4: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Skenario Sistem Energi Jangka PanjangThe Dutch Energy Center membuat skenario energi masa depan :1. Status Qou :

• Infrastruktur energi saat ini masih digunakan• Energi Final dari energi baru terbarukan

(matahari, angin dan biomassa)• Minyak, methane dan listrik masih sebagai

energi final.• Konversi batubara dan biomassa menjadi

energi yang lebih bersih.2. Ekonomi Hidrogen :

• Hidrogen merupakan energi final yang dominan terutama untuk industri, tranportasi dan daerah yang terbangun.

• Memerlukan perubahan besar infrastruktur energi

3. Ekonomi Listrik :• Listrik merupakan sumber energi yang paling

dominan.• Memerlukan perubahan fundamental

infrastrutur listrik sehingga dapat digunakan untuk menjalankan sistem transportasi listrik

Page 5: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Pengembangan EBT dari Aspek Lingkungan• Pengembangan EBT merupakan jawaban

untuk mengurangi kerusakan lingkungan namun tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

– EBT sebagai sumberdaya alam merupakan stock yang keberadaannya sangat tergantung kepada perlindungan terhadap lingkungan.

– Jika lingkungan rusak, maka stock sumberdaya alam juga rusak. Agar stock tetap berfungsi maka ekosistem harus tetap dijaga.

• Karakteristik EBT yang bersifat setempat, mendukung konsep pembangunan berbasiskan pendekatan ekosistem. Pembangunan yang menggunakan bahan baku dan sumber energi sehingga setiap daerah dapat mengembangkan keunggulan masing masing.

• Diperlukan perubahan perilaku untuk menjadikan sumber energi terbarukan sebagai sumber energi utama, karena kita sudah terlanjur tergantung dengan energi fossil.

Page 6: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Mengapa Energi Baru & Terbarukan Perlu dikembangkan ?

Sumber : Herman Darnel Ibrahim, 2008

Page 7: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Potensi Pengembangan Energi Terbarukan

Dari penafsiran Citra Satelit Landsat 7 ETM+, 2000 - 2011, luas tutupan hutan mengalami penurunan, dari 104.747.566 hektar pada 2000, menjadi 98.242.002 hektar pada 2011 (Gambar 2.33). Dengan kata lain, terjadi deforestasi seluas 6,5 juta hektar selama 11 tahun.

Page 8: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Reklamasi & Rehabilitasi Tambang(Fungsi Lingkungan vs Stuktur Ekosistem)

Page 9: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Peluang – Rehabilitasi Tambang Timah Bisa Dilakukan Belajar dari Negeri Jiran

Page 10: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Tata Ruang Untuk Urban Area• Tergantung kepada lokasinya terhadap pusat-

pusat pertumbuhan (kota), lahan bekas dapat digunakan sebagai lokasi untuk perumahan dan pusat-pusat rekreasi, pusat penelitian dan pendidikan.

• Untuk konstuksi bangunan perumahan tantangannya adalah melakukan backfiling lubang-lubang tambang dan mengelola lumpur-lumpur yang ada di dasar kolam.

• Biaya yang paling murah untuk mengelola lumpur adalah dengan mencampur dengan kapur.

• Pendekatan teknik sipil yang lain untuk mengkonsolidasi struktur tanah seperti preloading, geotextile dan wick drains juga dapat dilakukan.

• Catatan penting, beberapa pembangunan pusat rekreasi yang meng copy konsep Sunway dalam skala yang lebih kecil tidak berjalan dengan baik .

Page 11: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Tata Ruang Untuk Daerah Pedesaan• Untuk daerah pedesaan lebih diarahkan

untuk kegiatan pertanian, perkebunan dan perikanan.

Page 12: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Gangguan dalam mencapai Pembangunan Berkelanjutan

Page 13: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Pertanian Organik- Peluang Revolusi Hijau II (?)

Page 14: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Kemandirian Kelompok Jaringan (Internalization)BUKOR terbukti mengembangkan kapasitas petani dalam aspek :

1. Mengubah perilaku petani yang semula sangat tergantung kepada pupuk kimia, sekarang dapat membuat pupuk sendiri (kompos dan MOL)

2. Petani mampu menyediakan bibit sendiri

3. Petani belajar untuk meneliti kondisi tanaman dan perlakuannya

4. Petani mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari seperti sayur mayur sebagai tanaman sela

Awal Januari 2013, saya mulai mencoba MOL (Mikro Organisme Lokal) dan kompos yang kami peroleh dari Program Pembelajaran Karet Organik. Dari program ini, saya sudah bisa menikmati hasilnya karena getah tersebut sudah mencapai 100 Kg per hari hingga saat ini. Semula hanya 50 Kg per hari dengan penerapan pupuk kimia dan hanya bertahan 1,5 bulan saja tapi kemudian hasil karet kembali ke 3,5 Kg per hari.

Kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada PT Medco E&P Indonesia, karena tanpa bantuan yang diberikan, kami tidak bisa menjadi petani yang handal dan kritis. …. Secara pribadi saya anggap pelajaran BUKOR ini adalah Kami, Petani menemukan Gunung Duit” (Ahmad Aherudin, Petani Karet, Desa Pelawe)

Page 15: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Reklamasi Lahan Tambang

Zona Pagar(tanaman pencegah kebakaran)

Zona penyangga(menyediakan kebutuhan ekonomi lokal

(insentif bagi masyarakat untuk memelihara/ sumber makanan bagi satwa)

Zona inti(Menjaga

Fungsi Ekosistem)

Page 16: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Kesimpulan• Sistem energi kita tidak sustainable• Skenario pemanfaatan Energi Baru dan terbarukan sebagai sumber

energi final sesuai dengan perlindungan lingkungan.• Potensi Pengembangan EBT sangat besar• Gangguan utama untuk pengembangannya adalah adanya rent seeking .

Potensi masalah lain adalah property right.• Pertanian Organik memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi

sarana pemberdayaan petani untuk mengembangkan EBT dan rehabilitasi tanah kritis.

• Konsep reklamasi tambang dengan lebih mengoptimalkan fungsi ekosistem dibanding struktur ekosistem jauh lebih sustain dari pada pendekatan yang berorientasi restorasi struktur ekosistem.

• Reklamasi lahan tambang berpotensi untuk pengembangan EBT.

Page 17: Disampaikan dalam  Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

Terima kasih