Disain penelitian bahasa

24
Penggunaan Kata Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya FAKULTAS BAHASA DAN SENI Proposal Penelitian OLEH : VINSENSIUS HERU ANGGARA NIM 511100121 INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA PONTIANAK 2014

description

Disain ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah penelitian kebahasaan Nama : vinsensius heru anggara NIM : 511100121 kelas : Bpagi

Transcript of Disain penelitian bahasa

Page 1: Disain penelitian bahasa

Penggunaan Kata Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn

Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang

Kabupaten Kubu Raya

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

Proposal Penelitian

OLEH :

VINSENSIUS HERU ANGGARA

NIM 511100121

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

PONTIANAK

2014

Page 2: Disain penelitian bahasa

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas

berkat, rahmat, dan hidayah-Nya saya dapat menyusun proposal penelitian, Penggunaan Kata

Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang

Kabupaten Kubu Raya.

Adapun tujuan dari penyusunan laporan kegiatan penyusunan proposal ini adalah

untuk memenuhi tugas individu pada salah satu mata kuliah.

Penulis sangat menyadari sepenuhnya dalam penyusunan laporan ini masih banyak

terdapat kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya

membangun dalam penyempurnaan laporan ini sangat diharapkan.

Semoga segala bimbingan yang telah diberikan kepada saya bermanfaat

sebagaimana mestinya yang diharapkan. Akhirnya saya berharap semoga proposal yang telah

saya kerjakan dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan pada pembaca.

Kubu Raya , Mei 2014

Penulis

Page 3: Disain penelitian bahasa

Daftar Isi

Kata Pengantar ……………………………………………………i

Daftar Isi ………………………………………………………….ii

Bagian I Rancangan Penelitian …………………………………..1

a. Latar Belakang .................................................................. 1

b. Rumusan Masalah ............................................................. 3

c. Tujuan............................................................................... 3

d. Manfaat ............................................................................. 4

e. Metodologi Penelitian ....................................................... 4

f. Pendekatan Penelitian ....................................................... 5

g. Data dan Sumber Data ...................................................... 6

h. Teknik dan Alat Pengumpul Data ..................................... 7

i. Pengecekan Keabsahan Data ............................................. 9

Bagian II Penggunaan Kata Kerja (Verba) Bahasa Dayak Ahe Kanayatn Desa

Lingga Kec. Sui. Ambawang …………………..11

a. Pengertian Kata Kerja ( Verba )....................................................... 11

b. Fungsi Kata Kerja ( Verba ) ............................................ 12

c. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Transitif dan Intrasitif ..................... 17

d. Bahasa Dayak Kanayatn (Ahe ) ..................................... 19

e. Kata Kerja ( Verba ) Pasif ............................................................... 21

Daftar Pustaka ……………………………………………………………..22

Page 4: Disain penelitian bahasa

BAGIAN I

RENCANA PENELITIAN

A. Latar Belakang

Suku Dayak Kanayatn (Ahe), adalah salah suku dayak yang bermukim di

kabupaten Kubu Raya provinsi Kalimantan Barat. Suku Dayak Kanayatn (Ahe) ini

lebih memilih hidup di perkampungan dengan bermacam keunikan masing-masing.

Bahasa yang diginakan oleh suku Dayak Kanayatn yang di kenal dengan bahasa Ahe

merupakan ciri khas bahasa Dayak Kanayatn. Bahasa Ahe ini pada bahasa dayak

kuhususnya di Suku Dayak Kanayatn di dalam penggunaannya lebih khususnya pada

penggunaan Kata Kerja atau Verba.

Kemudian Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh

sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

sistem, bahasa selaian bersifat sistematis dan juga bersifat sistemis. Dengan sistematis

maksudnya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara

acak atau sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, sistem bahasa itu bukan

merupakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni

subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon.

Sistem bahasa yang dibicarakan di atas adalah berupa lambang-lambang dalam bentuk

bunyi. Artinya lambang-lambang itu berbentuk bunyi, yang lazim disebut bunyi ujar

atau bunyi bahasa. Setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut

makna atau konsep.

Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus kita sadari

benar-benar. Terutama dalam keanekaragaman bahasa di Indonesia yang begitu

banyak. Keragaman bahasa inilah yang menyebabkan situasi Sosiolinguistik di

Page 5: Disain penelitian bahasa

Indonesia menjadi bervariasi. Ini terjadi karena Indonesia adalah salah satu Negara

terkaya di seluruh permukaan bumi.

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting keberadannya bagi

masyarakat. Bahasa digunakan masyarakat untuk mengungkapkan ide, pikiran dan

perasaan kepada orang lain sehingga akan terjalin interaksi antarmasyarakan, tanpa

bahasa komunikasi tidak akan terjalin dengan baik.

Bangsa Indonesia memiliki keberagaman bahasa selain bahasa Indonesia sebagai

bahasa pemersatu dan bahasa nasional. Bahasa Dayak Kanayatn Ahe merupakan satu

di antara bahasa daerah yang terdapat di wilayah Indonesia, tepatnya di daerah

Kecamatan Sungai Ambawang, Desa Lingga, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan

Barat. Sampai sekarang, bahasa ini masih digunakan oleh Dayak Kanayatn Ahe.

Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi memiliki ciri

baik bentuk, bunyi, dan makna yang berbeda antara manusia pada satu kelompok

tertentu dengan kelompok manusia yang lain. Perbedaan bahasa tersebut tampak pada

penggunaan bahasa oleh dayak kanayatn yang ada di Desa Lingga, kecamatan Sungai

Ambawang. Bahasa daerah di Indonesia digunakan oleh masyarakat yang harus

dilestarikan kerana memiliki peran dan kedudukan yang dalam berkomunikasi. Peran

dan kedudukan bahasa bagi Dayak Kanayatn Desa Lingga Kecamatan Sungai

Ambawang sangat komunikatif terutama dalam pergaulan sehari-hari, upacara adat

dan ketika menuturkan cerita rakyat. Dari penlitian ini memfokuskan pada

penggunaan Kata Kerja Bahasa Dayak Kanayatn Sungai Ambawang.

B. Rumusan Masalah

Masalah umum yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

penggunaan kata kerja pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan

Sungai Ambawang ?” Masalah ini dirincikan lagi ke dalam submasalah sebagai

berikut.

a. Bagaimanakah penggunaan kata kerja aktif transitif dan intrasitif pada bahasa

Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang ?

Page 6: Disain penelitian bahasa

b. Bagaimanakah penggunaan bentukan kata kerja aktif transitif dan intrasitif

Dayak pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai

Ambawang ?

c. Bagaimanakah penggunaan kata kerja pasif pada bahasa Dayak Kanayatn

Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang ?

C. Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan kata

kerja pada Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang. Secara

khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan penggunaan kata kerja aktif transitif dan intrasitif pada

bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.

b. Mendeskripsikan penggunaan pembentukan kata kerja aktif transitif dan

intrasitif Dayak pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga

Kecamatan Sungai Ambawang.

c. Mendeskripsikan penggunaan kata kerja pasif pada bahasa Dayak

Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.

D. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun praktis.

Manfaat teoritis yang diharapkan adalah sebagai bahan pembelajaran dan

pengembangan dalam kajian kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan kata

penggunaan kerja. Manfaat praktisnya antara lain sebagai berikut.

a. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang bahasa,

khusunya mengenai penggunaan kata kerja pada bahasa Dayak Kanayatn

Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.

2. Bagi guru bahasa Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru bahasa Indonesia

sebagai salah satu alternasi bahan pembelajaran bahasa Indonesia,

Page 7: Disain penelitian bahasa

khususnya dalam pembelajaran kebahasaan yang berkaitan dengan

penggunaan kata kerja.

3. Bagi penelitian lainnya

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternasi

bahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya di bidang

kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan kata kerja.

E. Metologi Penelitian

Penelitian ini mengkaji bentuk kata kerja pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa

Lingga Kecamatan Sungai Ambawang. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian

ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif diarahakn sebagai prosedur

pemecahan masalah yang akan diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

keadaan subjek atau objek yang diteliti secara apa adanya sesuai dengan fakta pada

saat penelitian dilakukan.

Dengan metode deskriptif, penelitian dilakukan semata-mata berdasarkan fakta

atau fenomena yang memang hidup pada penuturnya. Dalam hal ini, metode dekriptif

memberikan gambaran yang objektif tentang sistem kata kerja bahasa Dayak

Kanayatn Ahe Sungai Ambawang yang akan dianalisis sesuai dengan faktor

pemakaian sebenarnya dari bahasa Dayak Kanayatn Ahe Kecamatan Sungai

Ambawang.

F. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian kulaitatif merupakan bentuk penelitian yang

menggambarkan suatu keadaaan dengan uraian. Data yang dikumpulkan berupa kata-

kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2005:11). Oleh karena itu, data

yang akan dikumpulkan tidak menggunakan angka-angka atau perhitungan,

melainkan mengacu pada makna atau pemahaman terhadap interkasi terhadap konsep

data yang dianalisis. Dengan demikian data dianalisis dalam bentuk uraian dalam

bentuk kata-kata atau kalimat.

Pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri berlatar alamiah, bersifat deskriptif, lebih

mengutamakan proses daripada hasil, dan analisis data bersifat induktif (Bogdan dan

Biklen, 1982 dalam Djajasudarma,1994). Berlatar alamiah, maksudnya data penelitian

Page 8: Disain penelitian bahasa

bersumber dari peristiwa-peristiwa komunikasi dan situasi alamiah yang berlangsung

di masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Kecamatan Suingai Ambawang. Bersifat

deskriptif, maksudnya data dikumpulkan berbentuk deskripsi wacana. Data dilengkapi

dengan konteks terjadinya interaksi. Pendeskripsian konteks diupayakan hingga

menyentuh hal-hal kecil, seperti waktu, tempat, dan kedudukan partisipan. Hasil

analisis data dilaporkan dalam bentuk deskripsi fenomenologis, artinya hasil analisis

dipaparkan sesuai dengan temuan di lapangan tanpa dihubungkan dengan variabel-

variabel tertentu.

Lebih mengutamakan proses daripada hasil, maksudnya dalam pelaksanaan

penelitian ini, khususnya kegiatan pengumpulan lebih diorientasikan pada proses.

Pengorientasian tersebut, misalnya pengupayaan waktu pelaksanaan pengumpulan

data yang bersifat fleksibel. Karena itu, jadwal tidak dijadikan target. Demikian

halnya dengan perolehan data, baik jenis maupun jumlahnya tidak didasarkan pada

perencanaan atau target tertentu.

Analisis data bersifat induktif, maksudnya penelitian ini tidak diarahkan untuk

memperkuat atau menolak hipotesis tertentu. Karena itu, paparan hasil analisis

penelitian yang berkaitan dengan penggunaan kata kerja pada masyarakat Dayak

Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang lebih didasarkan pada data

alamiah yang terkumpul di lapangan.

G. Data dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang mengandung kata kerja dan

konteks penggunaannya pada Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan

Sungai Ambawang

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan oleh penutur

asli bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang dan

konteks tuturan yang diperoleh melalui pengamatan, rekaman dan pencatatan

lapangan secara langsung. Konteks ini dimasukkan dalam sumber data karena

konteks tuturan berpengaruh terhadap tujuan penggunaan kata kerja pada

masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.

Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat asli

penutur bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai

Page 9: Disain penelitian bahasa

Ambawang. Namun, tidak semua masyarakat asli penutur bahasa Dayak

Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang mempunyai

kedudukan yang sama sebagai informan dalam penelitian, sebab terdapat syarat-

syarat yang harus dipenuhi sebagai seorang informan, sebagai berikut: Data

dianalisis selama dan setelah pengumpulan data. Maksudnya, selama

pengumpulan data, data ditranskripsikan (dari pita rekaman ke data tulisan) dan

disesuaikan dengan catatan peneliti. Apabila terdapat penyimpangan, pada

observasi berikutnya dapat dilakukan perekaman atau pencatatan data dengan

lebih cermat untuk menghidari kesalahan.

H. Teknik dan Alat Pengumpul Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cakap langsung,

pencatatan lapangan, dan perekaman. Teknik cakap langsung merupakan teknik

penjaringan data melalui percakapan antara peneliti dan informan. Pelaksanaan

teknik ini dilakukan dengan cara tanya jawab langsung dengan berpedoman pada

instrumen penelitian. Teknik cakap langsung digunakan untuk mengetahui secara

langsung sistem kata kerja pada masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga

Kecamatan Sungai Ambawang.

Teknik pencatatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks tuturan yang

berguna untuk memaknai data yang diperoleh, sedangkan teknik perekaman

dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang

sebenarnya, berupa penggunaan kata kerja pada masyarakat Dayak Kanayatn

Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.

2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, para ahli mengemukakan pendapatnya bahwa

yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri, atau dengan

bantuan orang lain yang merupakan alat pengumpul data utama (Guba dan

Lincoln, 1981 dalam Moleong, 2005). Hal ini dikarenakan peneliti dalam

penelitian kualitatif dipandang sebagai pencari tahu alami dalam pengumpulan

data.

Peneliti sebagai instrumen, ada beberapa prasyarat yang harus diperhatikan,

yaitu: (1) peneliti ada jarak dengan objek terteliti, (2) tetap objektif, (3)

berorientasi pada tujuan penelitian, (4) tetap setia pada data penelitian, dan (5)

Page 10: Disain penelitian bahasa

menyelesaikan sesuai dengan disiplin ilmu serta paradigma. Selain peneliti

sebagai instrumen utama, penelitian ini menggunakan instrumen bantu, yaitu alat

perekam (tape recorder), kartu data atau catatan lapangan, daftar pertanyaan dan

kalimat yang mengandung kata kerja. Alat perekam (tape recorder) digunakan

untuk merekam tuturan informan, catatan lapangan digunakan untuk mencatat

konteks tuturan, dan daftar pertanyaan dan kalimat digunakan sebagai pedoman

percakapan.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang dikemukakan oleh Miles

dan Huberman (1992: 15-20). Teknik analisis yang dimaksud meliputi: (a)

reduksi data, (b) penyajian data, dan (c) penyimpulan. Ketiga langkah tersebut

merupakan satu siklus yang saling terkait dan dilaksanakan secara serentak

selama dan setelah pengumpulan data. Ketiga langkah itu secara memadai

dipaparkan di bawah ini.

Reduksi data adalah kegiatan analisis yang meliputi (a) identifikasi, (b)

klasifikasi, dan (c) kodefikasi data. Identifikasi data adalah kegiatan menyeleksi

kelayakan data, misalnya dari segi kejelasan dan ada tidaknya penggunaan sapaan

pada masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai

Ambawang. Klasifikasi data adalah kegiatan memilah dan mengelompokkan data

berdasarkan penggunaan kata kerja dan konteks tuturan. Kodefikasi data adalah

kegiatan memberi identitas data sesuai dengan sistem kerja dan konteks tuturan.

Penyajian data adalah kegiatan mengelompokkan data yang telah direduksi.

Pengelompokan data dilakukan dengan menggunakan tabel, Dengan penyajian

data ini diharapkan penarikan kesimpulan menjadi terarah.

Penarikan simpulan adalah kegiatan analisis yang lebih dikhususkan pada

penafsiran data yang telah disajikan. Penafsiran dilakukan secara menyeluruh

tetang hubungan kekerabtan, nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan kata kerja

pada masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai

Ambawang.

I. Pengecekan Keabsahan Data

Konsekuensi bagi peneliti yang melakukan penelitian kualitatif adalah sering

dijumpai data kasus negatif dan data bervariasi. Dalam kegiatan penelitian diperlukan

kriteria tertentu yang dapat memenuhi nilai kebenaran (keabsahan) terhadap data

Page 11: Disain penelitian bahasa

informasi yang dikumpulkan peneliti dari lapangan, untuk mengantisipasi

kemungkinan-kemungkinan terjadi kesalahan, kekurangan atau bias terhadap data

yang dianalisis. Kekhawatiran ini dapat dihindari dengan melakukan trianggulasi

sebagai salah satu teknik pemeriksaan data (Moleong, 2005).

Pengecekan keabsahan data menurut Moleong (2005:175) ada sembilan teknik,

yaitu: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan pengamatan, (3) trianggulasi, (4)

pemeriksaan sejawat melalui diskusi, (5) analisis kasus negatif, (6) kecukupan

referensi, (7) pengecekan keanggotaan, (8) uraian rinci, dan (9) auditing. Dalam

penelitian ini, pemeriksaan keabsahan data hanya difokuskan pada ketekunan

pengamatan, trianggulasi, dan kecukupan referensial.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu (Moleong, 2005:178). Teknik trianggulasi paling

banyak digunakan ialah pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,

metode penyidik dan teori (Denzin dan Moleong, 2005). Perlunya diadakan

trianggulasi adalah untuk memeriksa kepercayaan dan validasi dari hasil-hasil temuan

penelitian. Trianggulasi sebagai salah satu alat yang tepat untuk mengatasi terjadinya

perbedaan-perbedaan sumber dalam temuan penelitian. Beberapa ahli mengatakan

bahwa trianggulasi dilakukan untuk pengecekan data agar penelitian memiliki taraf

kepercayaan yang tinggi (Miles dan Huberman, 1984). Dalam penelitian ini,

trianggulasi digunakan untuk memeriksa keabsahan dan kesalahan data sebagai

strategi yang dapat meningkatkan kredibitas penelitian ini.

Page 12: Disain penelitian bahasa

BAGIAN II

Penggunaan Kata Kerja (Verba) Bahasa Dayak Kanayatn (Ahe)

Kecamatan Sungai Ambawang

A. Pengertian Kata Kerja ( Verba )

Kata kerja ( verba ) adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau

tingkah laku. Verba dalam bahasa Indonesia dimaknai sebagai kelas kata yang

menyatakan suatu pekerjaan, pengalaman, keberadaan ataupun yang dalam

pengertian lainnya dalam perspektif yang dinamis. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI 2008:1546) “Verba adalah kata yang menggambarkan proses,

perbuatan, atau keadaan; kata kerja. Verba berasal dari bahasa latin Verbum yang

artinya ‘kata’. Verba dalam kalimat atau frase berposisi sebagai predikat”.

Keberadaan kata terbagi dalam berbagai kelompok yang membedakan antara

yang satu dengan yang lainnya. Menurut Harimurti Kridalaksana (1993: 226)

menyatakan bahwa “verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai

predikat dalam beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti kata,

aspek, dan pesona atau jumlah. Sebagian verba memiliki unsur semantis perbuatan,

keadaan dan proses, kelas kata dalam bahasa Indonesia ditandai dengan

kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali dengan

kata seperti sangat, lebih, dan sebagainya”.

Verba dalam tataran bahasa Indonesia merupakan bagain dari kategori

gramatikal. Verba ini mengacu kepada peristiwa dalam kaitannya sebagai bagian

dari kategori semantik. Verba dalam bahasa Indonesia memiliki kelas utama yang

terdiri dari tiga bagian yakni: keadaan, aksi atau perbuatan serta proses. Sedangkan

menurut (Van Ophuijser 1983:116) mengatakan bahwa "verba Melayu adalah

pangkal verba yang tampil secara mandiri sebagai bentuk perintah".

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai verba penulis dapat simpulkan

bahwa verba merupakan kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau

pekerjaan yang berfungsi sebagai predikat dalam beberapa bahasa lain yang

mempunyai ciri morfologis. Sebagai satu di antara kelas kata dalam tuturan

kebangsaan verba mempunyai frekuensi yang tinggi pemakaiannya dalam suatu

kalimat, verba mempunyai pengaruh yang besar terhadap penyusunan kalimat.

Page 13: Disain penelitian bahasa

Perubahan struktur pada kalimat sebagian besar ditentukan oleh perubahan bentuk

verba.

B. Fungsi Kata Kerja (Verba)

Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau inti predikat dalam

kalimat.Menurut Alwi, dkk. (2010:167) “Verba memiliki fungsi utama sebagai

predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai

fungsi lain. Jika ditinjau dari segi fungsinya, verba (maupun frasa verbal) terutama

menduduki fungsi predikat. Walaupun demikian, verba dapat pula menduduki

fungsi lain seperti subjek, objek, dan keterangan (dengan perluasan berupa objek,

pelengkap, dan keterangan).

a. Verba dan Frasa Verbal sebagai Predikat, menurut Alwi, dkk. (2010:168)

Telah dikemukakan bahwa verba berfungsi terutama sebagai predikat atau

sebagai inti perdikat kalimat.

Kaca jendela itu pecahOrang tuanya bertani.

Kedua sahabat itu berpeluk-pelukan

Mobil yang ditumpanginya tahan peluru.

Pemerintah akan mengeluarkan peraturan moneter baru.

Para tamu bersalam-salaman dengan akrab.

Dalam kalimat (a-d), verba pecah, bertani, berpeluk-pelukan dan tahan

peluru berfungsi sebagai predikat. (perlu diperhatikan bahwa tahan peluru

adalah verba majemuk. Jadi, tahan dan peluru bukan dua kata yang berdiri

sendiri). Predikat kalimat (e-f) adalah frasa verba, tetapi diikuti oleh unsur-

unsur lain. Pada (e) frasa akan mengeluarkan diikuti oleh objek kalimat

peraturan moneter baru. Pada (f) keterangan cara dengan akrab mengikuti

predikat bersalam-salaman.

Predikatadalah bagian kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh

pembicara tentang subjek. Oleh karena itu, verba atau frasa verbal sebagai

predikat dikarenakan verba berfungsi sebagai inti predikat kalimat.

b. Verba dan Frasa Verbal sebagai Subjek

Pada kalimat-kalimat di bawah ini terlihat bahwa verba dan perluasannya

(yang berupa objek, pelengkap, dan / atau keterangan dapat berfungsi sebagai

Page 14: Disain penelitian bahasa

subjek. Pada umumnya verba yang berfungsi sebagai subjek adalah verba inti.

Tanpa pewatas depan ataupun pewatas belakang. Jika verba ini memiliki unsur

lain seperti objek dan keterangan, unsur itu menjadi bagian dari subjek.

Lihatlah contoh berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:169).

Membaca telah memperluas wawasan pikirannya.

Bersenam setiap pagi membuat orang itu terus sehat.

Makan sayur-sayuran dengan teratur dapat meningkatkan kesehatan.

Berdasarkan uraian di atas subjek adalah pokok pembicaraan atau pokok

bahasan dan pada umumnya verba berfungsi sebagai subjek adalah verba inti.

Unsur bagian dari subjek bisa merupakan unsur lain seperti objek dan

keterangan.

c. Verba dan Frasa verba sebagai Objek

Dalam kalimat berikut verba dan frasa verba dengan perluasannya

berfungsi sebagai objek.Menurut Alwi, dkk. (2010:170).

Dia sedang mengajarkan menari pada adik saya.

Dia mencoba tidur lagi tanpa bantal.

Mereka menekuni membaca Alkitab pada pagi hari.

Berdasarkan uraian di atas objek merupakan hal, perkara, atau orang yang

menjadi pokok pembicaraan. Terkait verba dan frasa verbal juga berfungsi

sebagai objek yang masing-masing diikuti oleh kata keterangan.

d. Verba dan Frasa Verbal sebagai Pelengkap

Verba dan frasa verbal berserta perluasannya dapat berfungsi sebagai

pelengkap dalam kalimat seperti terlihat pada contoh-contoh berikut. Menurut

Alwi, dkk. (2010:171), contohnya :

Dia sudah berhenti merokok

Mertuanya merasa tidak bersalah.

Samuel baru mulai mengerti masalah itu.

Verba merokok, frasa verbal tidak bersalah, dan perluasan verba mengerti

masalah itu dalam kalimat (a-c) berfungsi sebagai pelengkap dari predikat

berhenti, merasa, dan mulai. Masing-masing predikat itu tidak lengkap, dan

Page 15: Disain penelitian bahasa

dengan demikian predikat yang bersangkutan tidak berterima jika tidak diikuti

oleh pelengkap.

Berdasarkan uraian di atas verba dan frasa verbal dapat juga berfungsi

sebagai pelengkap dari predikat. Predikat yang bersangkutan tidak diteriama

jika diikuti oleh pelengkap.

e. Verba dan Frasa Verbal sebagai Keterangan

Dalam kalimat berikut verba perluasannya berfungsi sebagai keterangan.

Menurut Alwi, dkk. (2010:172), contohnya :

bu sudah pergi berbelanja

Paman datang berkunjung minggu yang lalu.

Saya bersedia membantu Anda.

Mereka baru saja pulan bertamasya.

Berdasarkan contoh di atas tampak bahwa ada dua verba yang letaknya

berurutan; pertama merupakan predikat dan yang kedua bertindak sebagai

keterangan. Pada kalimat (a-c) terkandung pengertian ‘maksud’ atau ‘tujuan’

dari perbuatan yang dinyatakan predikat. Karena itu, perkataan untuk dapat

disisipkan. Pergi untuk berbelanja, datang untuk berkunjung, dan bersedia

untuk membantu Anda. Pada kalimat (d) terkandung pengertian ‘asal’ dan oleh

sebeb itu dapat disisipkan kata dari: pulang dari bertamasya. Dalam hal ini

verba (dengan perluasannya) menjadi bagian dari frasa preposisional seperti

juga dalam kedua kalimat beikut.

Dia mengawini gadis Australia itu untuk memperoleh status penduduk

menetap.

Pencuri memasuki rumah itu dengan memecahkan kaca jendela.

f. Verba yang Bersifat Atributif

Verba (bukan frasa) juga bersifat artibutif, yaitu, memberikan keterangan

tambahan pada nomina. Dengan demikian, sifat itu ada pada tataran frasa.

Perhatikan contoh berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:172)

Anjing tidur tak boleh diganggu.

Negara itu sedang berada dalam situasi berbahaya.

Kami terpaksa bekerja lembur karena banyak pekerjaan mendesak.

Emosi tak terkendali sangat merugikan.

Page 16: Disain penelitian bahasa

Verba tidur, berbahaya, medesak, dan tak terkendali bersifat atributif

dalam frasa nomina anjing tidur, situasi berbahya, pekerjaan mendesak, dan

emosi tak terkendali. Setiap verba tersebut menerangkan nomina inti anjing,

situasi, pekerjaan, dan emosi. Verba yang berfungsi atributif seperti

inimerupakan kependekan dari bentuk lain yang memakai kata yang. Dengan

demikian, bentuk panjangnya adalah adalah (anjing) yang tidur, (situasi) yang

berbahaya (pekerjaan) yang mendesak, dan (emosi) yang tak terkendali.

Berdasarkan uraian di atas verba juga bersifat atributif yang memberikan

keterangan tambahan pada nomina. dengan kata lain, verba yang bersifat

atributif tersebut menerangkan nomina inti. Frasa verbal bukan bersifat

atributif.

g. Verba yang Bersifat Apositif

Verba dan perluasannya dapat juga bersifat apositif, yaitu sebagai

keterangan yang ditambahkan atau diselipkan, seperti yang terdapat dalam

kalimat berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:173).

Pekerjaannya, mengajar, sudah dijalankan.

Usaha Pak Suroso, berdagang kain, tidak begitu maju.

Sumber pencarian penduduk desa itu, bertani dan beternak, sudah

lumayan.

Verba dan perluasannya mengajar, berdagang kain, dan bertani dan

beternak dalam kalimat-kalimat di atas berfungsi sebagai aposisi. Konstruksi

tersebut masing-masing menambah keterangan pada nomina pekerjaannya,

dan frasa nominal usaha Pak Suroso dan sumber pencarian penduduk desa itu.

Sebagaimana dapat dilihat, verba (dengan perluasannya) yang berfungsi

sebagai aposisi tersebut terletak di antara koma. Dalam membaca, intonasi

keterangan yang ditambahkan seperti itu biasanya direndahkan.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa verba dapat

berfungsi sebagai predikat, subjek, objek, pelengkap, keterangan, aposisi, dan

artibut. Namun, perlu diperhatikan bahwa kategori sintaksinya tetap verba.

Fungsinya saja yang dapat bermacam-macam.

Page 17: Disain penelitian bahasa

C. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Transitif dan Intrasitif

Verba (kata kerja) dapat digolongikan menjadi 2, yaitu: verba transitif dan

verba intransitif.

1. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Transitif

Yang dimaksud dengan kalimat transitif adalah kalimat yang mempunyai

obyek seperti: SPO, SPOK, KSPO.

Verba transitif adalah verba yang membutuhkan objek (O). Kata kerja

transitif dapat diubah menjadi bentuk pasif berbeda dengan kata kerja

intransitif yang tidak dapat diubah ke bentuk pasif. Dalam bahasa Indonesia,

verba (kata kerja) transitif terdiri dari verba atau kata kerja berimbuhan

sebagai berikut:

a) Berafiks me-

Contoh: membawa, menolong, membahas

Ibu membawa roti

Adik menolong ibu

Pak guru membahas kata kerja transitif

b) Berafiks memper-

Contoh: memperbesar, memperistri

Bupati akan memperbesar taman kota tahun depan.

Joni memperistri Tuti si kembang desa.

c) Berafik memper-kan

Contoh: mempersoalkan

Roni senang mempersoalkan masalah kecil.

d) Berafiks me-i

Contoh: mengurangi, melindungi

Pemerintah mengurangi pasokan BBM bersubsidi.

e) Berafiks memper-I

Ayah memperbaiki kursi di depan rumah

Pemerintah akan memperbaharui kurikulum pendidikan.

Page 18: Disain penelitian bahasa

f) Berafiks me-kan

Andi mengerjakan tugas .

Joni menyelesaikan permasalahan dengan baik.

2. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Intransitif

Verba (kata kerja) intransitif adalah kata kerja yang tidak membutuhkan

(menghindari) objek (O). Bentuk kalimat yang mengandung kata kerja

intransitif tidak bisa dipasifkan. Dalam bahasa Indonesia, verba (kata kerja)

intransitif terdiri dari verba atau kata kerja berimbuhan sebagai berikut:

a) Berupa verba dasar

Contoh: tenggelam,

Kapal itu tenggelam.

b) Berafiks ber-

Contoh: berlari, berpakaian

Ibu berlari dengan kencang.

Ani berpakaian dengan rapi.

c) Berafisk ber-kan

Contoh: berdasarkan, beralaskan

d) Berafiks ter-

Contoh: tersenyum, tertawa

Rina sedang tersenyum.

Ia tertawa

Page 19: Disain penelitian bahasa

e) Berafiks ke-an

Contoh: kelaparan, ketakutan

Secara garis besar perbedaan antara kata kerja (verba) transitif dan intransitif

adalah sebagai berikut.

Perbedaan Transitif Intransitif

Objek Membutuhkan objek Tidak membutuhkan objek

Bentuk pasif Bisa diubah ke bentuk pasif Tidak bisa diubah ke bentuk pasif

Imbuhan yang

digunakan

Me-, memper-, memper-kan, me-i,

memper-I, me-kan

Verba dasar, ber-, ber-kan, ter-,

ke-an

D. Bahasa Dayak Kanayatn ( Ahe )

Dayak Kanayatn adalah salah satu dari sekian ratus sub suku Dayak yang

mendiami pulau Kalimantan, yaitu wilayah Kalimantan barat, tepatnya di daerah

kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Serta Kabupaten Bengkayang, sebagian

kecil di kabupaten Ketapang serta kabupaten Sanggau.

Dayak Kanayatn memakai bahasa ahe atau nana' serta damea atau jare dan

yang serumpun. Sebenarnya secara isologis (garis yang menghubungkan

persamaan dan perbedaan kosa kata yang serumpun) sangat sulit merinci

khazanah bahasanya. Ini dikarenakan bahasa yang dipakai sarat dengan berbagai

dialek dan juga logat pengucapan. Beberapa contohnya ialah : orang Dayak

Kanayatn yang mendiami wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa ahe

atau nana' terbagi lagi ke dalam bahasa behe, padakng, bekambai, dan bahasa

moro. Dayak Kanayatn di kawasan Menyuke (Landak) terbagi dalam bahasa

satolo-ngelampa', songga batukng-ngalampa' dan angkabakng-ngabukit. selain itu

percampuran dialek dan logat menyebabkan percampuran bahasa menjadi bahasa

baru.

Dayak Kanayatn memakai bahasa ahe atau nana' serta damea atau jare dan

yang serumpun. Sebenarnya secara isologis (garis yang menghubungkan

persamaan dan perbedaan kosa kata yang serumpun) sangat sulit merinci

khazanah bahasanya. Ini dikarenakan bahasa yang dipakai sarat dengan berbagai

dialek dan juga logat pengucapan. Beberapa contohnya ialah : orang Dayak

Page 20: Disain penelitian bahasa

Kanayatn yang mendiami wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa

ahe/nana' terbagi lagi ke dalam bahasa behe, padakng bekambai, dan bahasa

moro. Dayak Kanayatn di kawasan Menyuke (Landak) terbagi dalam bahasa

satolo-ngalampa, songga batukng-ngalampa dan angkabakng-ngabukit. selain itu

percampuran dialek dan logat menyebabkan percampuran bahasa menjadi bahasa

baru.

Banyak Generasi Dayak Kanayatn saat ini tidak mengerti akan bahasa yang

dipakai oleh para generasi tua. Dalam komunikasi saat ini, banyak kosa kata

Indonesia yang diadopsi dan kemudian "di-Dayak-kan". Misalnya ialah :bahasa

ahe asli : Lea ,bahasa indonesia : seperti ,bahasa ahe sekarang : saparati .Bahasa

yang dipakai sekarang oleh generasi muda mudah dimengerti karena mirip dengan

bahasa indonesia atau melayu.

E. Kata Kerja ( Verba ) Pasif

Kata kerja pasif adalah kata kerja yang mempergunakan di atau ter. Jika ia

kata kerja aktif memberi pengertian bahwa suatu pekerjaaan sedang berlangsung,

maka kata kerja pasif memberi pengertian bahwa suatu peerjaan sudah

berlangsung atau telah selesai dikerjakan atau atau akan berlangsung.

Kata kerja pasif dapat dikelompokan menjadi beberapa macam seperti disebutkan di

bawah ini :

a) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-

Contoh :

Baju saya diambil Tono

Bajuku dibawanya kemarin

Kemarin aku dipanggil Ibunya

b) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-i

Contoh :

Mangga Pak Raden dilempari anak-anak

Buah mangga harus dikuliti sebelum dimakan

c) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-kan

Page 21: Disain penelitian bahasa

Contoh :

Bata merah itu dilemparkan ke samping

Bendera itu diturunan embali pada sore hari

d) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-per

Contoh :

Gambar itu dperkecil dua kali

Ruangan sempit itu diperkecil lagi

e) Kata kerja pasif dengan imbuhan ter-

Contoh :

Huruf itu terbaca juga olehnya

Bukunya terbawa olehku

Page 22: Disain penelitian bahasa

DAFTAR PUSTAKA

Alloy, Sujarni, dkk. (2008). Mozaik Dayak: Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak Di

Kalimatan Barat. Pontianak: Institut Dayaklogi.

Alwi, Hasan, dkk. (2010). Tata Bahasa Baku: Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hs, Widjono. (2012). Bahasa Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia.

Idrus, Muhammad. (2002). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogjakarta: Erlangga.

Moleong, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Nascucha, dkk. (2013). Bahasa Indonesia: Penulisan Karya Ilmiah, Yogyakarta: Media

Perkasa.

Permendiknas, (2009). Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, Yogjakarta: Pustaka

Timur.

Ramlan, M. (2009). Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, Yogjakarta: CV Karyono

Satori, D & Komariah, A (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Page 23: Disain penelitian bahasa

Sidu, Ode L. (2013). Sintaksis: Bahasa Indonesia. Kediri: Unhalu Press.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja RosdaKarya

Zuldafrial, dkk. (2012). Penelitian Kualitatif. Pontianak: Yuma Pustaka.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya

Nascucha, dkk. (2013). Bahasa Indonesia: Penulisan Karya Ilmiah, Yogyakarta: Media

Perkasa.

Ramlan, M. (2009). Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, Yogjakarta: CV Karyono

Rohmadi, dkk. MORFOLOGI : Telaah Morfem dan Kata, Surakarta: Yuma Pustaka.

Satori, D & Komariah, A (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukmadinata, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya.

Zuldafrial, dkk. (2012). Penelitian Kualitatif. Pontianak:Yuma Pustaka.

Stepanus Djuweng ed., Manusia Dayak, Orang Kecil yang Terperangkap Modernisasi

(Pontianak: Institute of Dayakology Research and Development, 1998) pp. 59-71.

Page 24: Disain penelitian bahasa

http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Kanayatn#Bahasa ( diunduh pada 2 Mei

2014 pukul 19.30 WIB ).