Disain penelitian bahasa
-
Upload
rahelianto -
Category
Education
-
view
229 -
download
0
description
Transcript of Disain penelitian bahasa
Penggunaan Kata Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn
Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang
Kabupaten Kubu Raya
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
Proposal Penelitian
OLEH :
VINSENSIUS HERU ANGGARA
NIM 511100121
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
berkat, rahmat, dan hidayah-Nya saya dapat menyusun proposal penelitian, Penggunaan Kata
Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang
Kabupaten Kubu Raya.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan kegiatan penyusunan proposal ini adalah
untuk memenuhi tugas individu pada salah satu mata kuliah.
Penulis sangat menyadari sepenuhnya dalam penyusunan laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun dalam penyempurnaan laporan ini sangat diharapkan.
Semoga segala bimbingan yang telah diberikan kepada saya bermanfaat
sebagaimana mestinya yang diharapkan. Akhirnya saya berharap semoga proposal yang telah
saya kerjakan dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan pada pembaca.
Kubu Raya , Mei 2014
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar ……………………………………………………i
Daftar Isi ………………………………………………………….ii
Bagian I Rancangan Penelitian …………………………………..1
a. Latar Belakang .................................................................. 1
b. Rumusan Masalah ............................................................. 3
c. Tujuan............................................................................... 3
d. Manfaat ............................................................................. 4
e. Metodologi Penelitian ....................................................... 4
f. Pendekatan Penelitian ....................................................... 5
g. Data dan Sumber Data ...................................................... 6
h. Teknik dan Alat Pengumpul Data ..................................... 7
i. Pengecekan Keabsahan Data ............................................. 9
Bagian II Penggunaan Kata Kerja (Verba) Bahasa Dayak Ahe Kanayatn Desa
Lingga Kec. Sui. Ambawang …………………..11
a. Pengertian Kata Kerja ( Verba )....................................................... 11
b. Fungsi Kata Kerja ( Verba ) ............................................ 12
c. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Transitif dan Intrasitif ..................... 17
d. Bahasa Dayak Kanayatn (Ahe ) ..................................... 19
e. Kata Kerja ( Verba ) Pasif ............................................................... 21
Daftar Pustaka ……………………………………………………………..22
BAGIAN I
RENCANA PENELITIAN
A. Latar Belakang
Suku Dayak Kanayatn (Ahe), adalah salah suku dayak yang bermukim di
kabupaten Kubu Raya provinsi Kalimantan Barat. Suku Dayak Kanayatn (Ahe) ini
lebih memilih hidup di perkampungan dengan bermacam keunikan masing-masing.
Bahasa yang diginakan oleh suku Dayak Kanayatn yang di kenal dengan bahasa Ahe
merupakan ciri khas bahasa Dayak Kanayatn. Bahasa Ahe ini pada bahasa dayak
kuhususnya di Suku Dayak Kanayatn di dalam penggunaannya lebih khususnya pada
penggunaan Kata Kerja atau Verba.
Kemudian Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh
sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah
sistem, bahasa selaian bersifat sistematis dan juga bersifat sistemis. Dengan sistematis
maksudnya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara
acak atau sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, sistem bahasa itu bukan
merupakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni
subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon.
Sistem bahasa yang dibicarakan di atas adalah berupa lambang-lambang dalam bentuk
bunyi. Artinya lambang-lambang itu berbentuk bunyi, yang lazim disebut bunyi ujar
atau bunyi bahasa. Setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut
makna atau konsep.
Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus kita sadari
benar-benar. Terutama dalam keanekaragaman bahasa di Indonesia yang begitu
banyak. Keragaman bahasa inilah yang menyebabkan situasi Sosiolinguistik di
Indonesia menjadi bervariasi. Ini terjadi karena Indonesia adalah salah satu Negara
terkaya di seluruh permukaan bumi.
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting keberadannya bagi
masyarakat. Bahasa digunakan masyarakat untuk mengungkapkan ide, pikiran dan
perasaan kepada orang lain sehingga akan terjalin interaksi antarmasyarakan, tanpa
bahasa komunikasi tidak akan terjalin dengan baik.
Bangsa Indonesia memiliki keberagaman bahasa selain bahasa Indonesia sebagai
bahasa pemersatu dan bahasa nasional. Bahasa Dayak Kanayatn Ahe merupakan satu
di antara bahasa daerah yang terdapat di wilayah Indonesia, tepatnya di daerah
Kecamatan Sungai Ambawang, Desa Lingga, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan
Barat. Sampai sekarang, bahasa ini masih digunakan oleh Dayak Kanayatn Ahe.
Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi memiliki ciri
baik bentuk, bunyi, dan makna yang berbeda antara manusia pada satu kelompok
tertentu dengan kelompok manusia yang lain. Perbedaan bahasa tersebut tampak pada
penggunaan bahasa oleh dayak kanayatn yang ada di Desa Lingga, kecamatan Sungai
Ambawang. Bahasa daerah di Indonesia digunakan oleh masyarakat yang harus
dilestarikan kerana memiliki peran dan kedudukan yang dalam berkomunikasi. Peran
dan kedudukan bahasa bagi Dayak Kanayatn Desa Lingga Kecamatan Sungai
Ambawang sangat komunikatif terutama dalam pergaulan sehari-hari, upacara adat
dan ketika menuturkan cerita rakyat. Dari penlitian ini memfokuskan pada
penggunaan Kata Kerja Bahasa Dayak Kanayatn Sungai Ambawang.
B. Rumusan Masalah
Masalah umum yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
penggunaan kata kerja pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan
Sungai Ambawang ?” Masalah ini dirincikan lagi ke dalam submasalah sebagai
berikut.
a. Bagaimanakah penggunaan kata kerja aktif transitif dan intrasitif pada bahasa
Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang ?
b. Bagaimanakah penggunaan bentukan kata kerja aktif transitif dan intrasitif
Dayak pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai
Ambawang ?
c. Bagaimanakah penggunaan kata kerja pasif pada bahasa Dayak Kanayatn
Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang ?
C. Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan kata
kerja pada Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang. Secara
khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan penggunaan kata kerja aktif transitif dan intrasitif pada
bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.
b. Mendeskripsikan penggunaan pembentukan kata kerja aktif transitif dan
intrasitif Dayak pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga
Kecamatan Sungai Ambawang.
c. Mendeskripsikan penggunaan kata kerja pasif pada bahasa Dayak
Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.
D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun praktis.
Manfaat teoritis yang diharapkan adalah sebagai bahan pembelajaran dan
pengembangan dalam kajian kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan kata
penggunaan kerja. Manfaat praktisnya antara lain sebagai berikut.
a. Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang bahasa,
khusunya mengenai penggunaan kata kerja pada bahasa Dayak Kanayatn
Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.
2. Bagi guru bahasa Indonesia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru bahasa Indonesia
sebagai salah satu alternasi bahan pembelajaran bahasa Indonesia,
khususnya dalam pembelajaran kebahasaan yang berkaitan dengan
penggunaan kata kerja.
3. Bagi penelitian lainnya
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternasi
bahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya di bidang
kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan kata kerja.
E. Metologi Penelitian
Penelitian ini mengkaji bentuk kata kerja pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa
Lingga Kecamatan Sungai Ambawang. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian
ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif diarahakn sebagai prosedur
pemecahan masalah yang akan diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subjek atau objek yang diteliti secara apa adanya sesuai dengan fakta pada
saat penelitian dilakukan.
Dengan metode deskriptif, penelitian dilakukan semata-mata berdasarkan fakta
atau fenomena yang memang hidup pada penuturnya. Dalam hal ini, metode dekriptif
memberikan gambaran yang objektif tentang sistem kata kerja bahasa Dayak
Kanayatn Ahe Sungai Ambawang yang akan dianalisis sesuai dengan faktor
pemakaian sebenarnya dari bahasa Dayak Kanayatn Ahe Kecamatan Sungai
Ambawang.
F. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian kulaitatif merupakan bentuk penelitian yang
menggambarkan suatu keadaaan dengan uraian. Data yang dikumpulkan berupa kata-
kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2005:11). Oleh karena itu, data
yang akan dikumpulkan tidak menggunakan angka-angka atau perhitungan,
melainkan mengacu pada makna atau pemahaman terhadap interkasi terhadap konsep
data yang dianalisis. Dengan demikian data dianalisis dalam bentuk uraian dalam
bentuk kata-kata atau kalimat.
Pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri berlatar alamiah, bersifat deskriptif, lebih
mengutamakan proses daripada hasil, dan analisis data bersifat induktif (Bogdan dan
Biklen, 1982 dalam Djajasudarma,1994). Berlatar alamiah, maksudnya data penelitian
bersumber dari peristiwa-peristiwa komunikasi dan situasi alamiah yang berlangsung
di masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Kecamatan Suingai Ambawang. Bersifat
deskriptif, maksudnya data dikumpulkan berbentuk deskripsi wacana. Data dilengkapi
dengan konteks terjadinya interaksi. Pendeskripsian konteks diupayakan hingga
menyentuh hal-hal kecil, seperti waktu, tempat, dan kedudukan partisipan. Hasil
analisis data dilaporkan dalam bentuk deskripsi fenomenologis, artinya hasil analisis
dipaparkan sesuai dengan temuan di lapangan tanpa dihubungkan dengan variabel-
variabel tertentu.
Lebih mengutamakan proses daripada hasil, maksudnya dalam pelaksanaan
penelitian ini, khususnya kegiatan pengumpulan lebih diorientasikan pada proses.
Pengorientasian tersebut, misalnya pengupayaan waktu pelaksanaan pengumpulan
data yang bersifat fleksibel. Karena itu, jadwal tidak dijadikan target. Demikian
halnya dengan perolehan data, baik jenis maupun jumlahnya tidak didasarkan pada
perencanaan atau target tertentu.
Analisis data bersifat induktif, maksudnya penelitian ini tidak diarahkan untuk
memperkuat atau menolak hipotesis tertentu. Karena itu, paparan hasil analisis
penelitian yang berkaitan dengan penggunaan kata kerja pada masyarakat Dayak
Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang lebih didasarkan pada data
alamiah yang terkumpul di lapangan.
G. Data dan Sumber Data
1. Data
Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang mengandung kata kerja dan
konteks penggunaannya pada Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan
Sungai Ambawang
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan oleh penutur
asli bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang dan
konteks tuturan yang diperoleh melalui pengamatan, rekaman dan pencatatan
lapangan secara langsung. Konteks ini dimasukkan dalam sumber data karena
konteks tuturan berpengaruh terhadap tujuan penggunaan kata kerja pada
masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.
Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat asli
penutur bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai
Ambawang. Namun, tidak semua masyarakat asli penutur bahasa Dayak
Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang mempunyai
kedudukan yang sama sebagai informan dalam penelitian, sebab terdapat syarat-
syarat yang harus dipenuhi sebagai seorang informan, sebagai berikut: Data
dianalisis selama dan setelah pengumpulan data. Maksudnya, selama
pengumpulan data, data ditranskripsikan (dari pita rekaman ke data tulisan) dan
disesuaikan dengan catatan peneliti. Apabila terdapat penyimpangan, pada
observasi berikutnya dapat dilakukan perekaman atau pencatatan data dengan
lebih cermat untuk menghidari kesalahan.
H. Teknik dan Alat Pengumpul Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cakap langsung,
pencatatan lapangan, dan perekaman. Teknik cakap langsung merupakan teknik
penjaringan data melalui percakapan antara peneliti dan informan. Pelaksanaan
teknik ini dilakukan dengan cara tanya jawab langsung dengan berpedoman pada
instrumen penelitian. Teknik cakap langsung digunakan untuk mengetahui secara
langsung sistem kata kerja pada masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga
Kecamatan Sungai Ambawang.
Teknik pencatatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks tuturan yang
berguna untuk memaknai data yang diperoleh, sedangkan teknik perekaman
dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang
sebenarnya, berupa penggunaan kata kerja pada masyarakat Dayak Kanayatn
Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.
2. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, para ahli mengemukakan pendapatnya bahwa
yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri, atau dengan
bantuan orang lain yang merupakan alat pengumpul data utama (Guba dan
Lincoln, 1981 dalam Moleong, 2005). Hal ini dikarenakan peneliti dalam
penelitian kualitatif dipandang sebagai pencari tahu alami dalam pengumpulan
data.
Peneliti sebagai instrumen, ada beberapa prasyarat yang harus diperhatikan,
yaitu: (1) peneliti ada jarak dengan objek terteliti, (2) tetap objektif, (3)
berorientasi pada tujuan penelitian, (4) tetap setia pada data penelitian, dan (5)
menyelesaikan sesuai dengan disiplin ilmu serta paradigma. Selain peneliti
sebagai instrumen utama, penelitian ini menggunakan instrumen bantu, yaitu alat
perekam (tape recorder), kartu data atau catatan lapangan, daftar pertanyaan dan
kalimat yang mengandung kata kerja. Alat perekam (tape recorder) digunakan
untuk merekam tuturan informan, catatan lapangan digunakan untuk mencatat
konteks tuturan, dan daftar pertanyaan dan kalimat digunakan sebagai pedoman
percakapan.
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang dikemukakan oleh Miles
dan Huberman (1992: 15-20). Teknik analisis yang dimaksud meliputi: (a)
reduksi data, (b) penyajian data, dan (c) penyimpulan. Ketiga langkah tersebut
merupakan satu siklus yang saling terkait dan dilaksanakan secara serentak
selama dan setelah pengumpulan data. Ketiga langkah itu secara memadai
dipaparkan di bawah ini.
Reduksi data adalah kegiatan analisis yang meliputi (a) identifikasi, (b)
klasifikasi, dan (c) kodefikasi data. Identifikasi data adalah kegiatan menyeleksi
kelayakan data, misalnya dari segi kejelasan dan ada tidaknya penggunaan sapaan
pada masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai
Ambawang. Klasifikasi data adalah kegiatan memilah dan mengelompokkan data
berdasarkan penggunaan kata kerja dan konteks tuturan. Kodefikasi data adalah
kegiatan memberi identitas data sesuai dengan sistem kerja dan konteks tuturan.
Penyajian data adalah kegiatan mengelompokkan data yang telah direduksi.
Pengelompokan data dilakukan dengan menggunakan tabel, Dengan penyajian
data ini diharapkan penarikan kesimpulan menjadi terarah.
Penarikan simpulan adalah kegiatan analisis yang lebih dikhususkan pada
penafsiran data yang telah disajikan. Penafsiran dilakukan secara menyeluruh
tetang hubungan kekerabtan, nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan kata kerja
pada masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai
Ambawang.
I. Pengecekan Keabsahan Data
Konsekuensi bagi peneliti yang melakukan penelitian kualitatif adalah sering
dijumpai data kasus negatif dan data bervariasi. Dalam kegiatan penelitian diperlukan
kriteria tertentu yang dapat memenuhi nilai kebenaran (keabsahan) terhadap data
informasi yang dikumpulkan peneliti dari lapangan, untuk mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan terjadi kesalahan, kekurangan atau bias terhadap data
yang dianalisis. Kekhawatiran ini dapat dihindari dengan melakukan trianggulasi
sebagai salah satu teknik pemeriksaan data (Moleong, 2005).
Pengecekan keabsahan data menurut Moleong (2005:175) ada sembilan teknik,
yaitu: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan pengamatan, (3) trianggulasi, (4)
pemeriksaan sejawat melalui diskusi, (5) analisis kasus negatif, (6) kecukupan
referensi, (7) pengecekan keanggotaan, (8) uraian rinci, dan (9) auditing. Dalam
penelitian ini, pemeriksaan keabsahan data hanya difokuskan pada ketekunan
pengamatan, trianggulasi, dan kecukupan referensial.
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu (Moleong, 2005:178). Teknik trianggulasi paling
banyak digunakan ialah pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode penyidik dan teori (Denzin dan Moleong, 2005). Perlunya diadakan
trianggulasi adalah untuk memeriksa kepercayaan dan validasi dari hasil-hasil temuan
penelitian. Trianggulasi sebagai salah satu alat yang tepat untuk mengatasi terjadinya
perbedaan-perbedaan sumber dalam temuan penelitian. Beberapa ahli mengatakan
bahwa trianggulasi dilakukan untuk pengecekan data agar penelitian memiliki taraf
kepercayaan yang tinggi (Miles dan Huberman, 1984). Dalam penelitian ini,
trianggulasi digunakan untuk memeriksa keabsahan dan kesalahan data sebagai
strategi yang dapat meningkatkan kredibitas penelitian ini.
BAGIAN II
Penggunaan Kata Kerja (Verba) Bahasa Dayak Kanayatn (Ahe)
Kecamatan Sungai Ambawang
A. Pengertian Kata Kerja ( Verba )
Kata kerja ( verba ) adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau
tingkah laku. Verba dalam bahasa Indonesia dimaknai sebagai kelas kata yang
menyatakan suatu pekerjaan, pengalaman, keberadaan ataupun yang dalam
pengertian lainnya dalam perspektif yang dinamis. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI 2008:1546) “Verba adalah kata yang menggambarkan proses,
perbuatan, atau keadaan; kata kerja. Verba berasal dari bahasa latin Verbum yang
artinya ‘kata’. Verba dalam kalimat atau frase berposisi sebagai predikat”.
Keberadaan kata terbagi dalam berbagai kelompok yang membedakan antara
yang satu dengan yang lainnya. Menurut Harimurti Kridalaksana (1993: 226)
menyatakan bahwa “verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai
predikat dalam beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti kata,
aspek, dan pesona atau jumlah. Sebagian verba memiliki unsur semantis perbuatan,
keadaan dan proses, kelas kata dalam bahasa Indonesia ditandai dengan
kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali dengan
kata seperti sangat, lebih, dan sebagainya”.
Verba dalam tataran bahasa Indonesia merupakan bagain dari kategori
gramatikal. Verba ini mengacu kepada peristiwa dalam kaitannya sebagai bagian
dari kategori semantik. Verba dalam bahasa Indonesia memiliki kelas utama yang
terdiri dari tiga bagian yakni: keadaan, aksi atau perbuatan serta proses. Sedangkan
menurut (Van Ophuijser 1983:116) mengatakan bahwa "verba Melayu adalah
pangkal verba yang tampil secara mandiri sebagai bentuk perintah".
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai verba penulis dapat simpulkan
bahwa verba merupakan kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau
pekerjaan yang berfungsi sebagai predikat dalam beberapa bahasa lain yang
mempunyai ciri morfologis. Sebagai satu di antara kelas kata dalam tuturan
kebangsaan verba mempunyai frekuensi yang tinggi pemakaiannya dalam suatu
kalimat, verba mempunyai pengaruh yang besar terhadap penyusunan kalimat.
Perubahan struktur pada kalimat sebagian besar ditentukan oleh perubahan bentuk
verba.
B. Fungsi Kata Kerja (Verba)
Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau inti predikat dalam
kalimat.Menurut Alwi, dkk. (2010:167) “Verba memiliki fungsi utama sebagai
predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai
fungsi lain. Jika ditinjau dari segi fungsinya, verba (maupun frasa verbal) terutama
menduduki fungsi predikat. Walaupun demikian, verba dapat pula menduduki
fungsi lain seperti subjek, objek, dan keterangan (dengan perluasan berupa objek,
pelengkap, dan keterangan).
a. Verba dan Frasa Verbal sebagai Predikat, menurut Alwi, dkk. (2010:168)
Telah dikemukakan bahwa verba berfungsi terutama sebagai predikat atau
sebagai inti perdikat kalimat.
Kaca jendela itu pecahOrang tuanya bertani.
Kedua sahabat itu berpeluk-pelukan
Mobil yang ditumpanginya tahan peluru.
Pemerintah akan mengeluarkan peraturan moneter baru.
Para tamu bersalam-salaman dengan akrab.
Dalam kalimat (a-d), verba pecah, bertani, berpeluk-pelukan dan tahan
peluru berfungsi sebagai predikat. (perlu diperhatikan bahwa tahan peluru
adalah verba majemuk. Jadi, tahan dan peluru bukan dua kata yang berdiri
sendiri). Predikat kalimat (e-f) adalah frasa verba, tetapi diikuti oleh unsur-
unsur lain. Pada (e) frasa akan mengeluarkan diikuti oleh objek kalimat
peraturan moneter baru. Pada (f) keterangan cara dengan akrab mengikuti
predikat bersalam-salaman.
Predikatadalah bagian kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh
pembicara tentang subjek. Oleh karena itu, verba atau frasa verbal sebagai
predikat dikarenakan verba berfungsi sebagai inti predikat kalimat.
b. Verba dan Frasa Verbal sebagai Subjek
Pada kalimat-kalimat di bawah ini terlihat bahwa verba dan perluasannya
(yang berupa objek, pelengkap, dan / atau keterangan dapat berfungsi sebagai
subjek. Pada umumnya verba yang berfungsi sebagai subjek adalah verba inti.
Tanpa pewatas depan ataupun pewatas belakang. Jika verba ini memiliki unsur
lain seperti objek dan keterangan, unsur itu menjadi bagian dari subjek.
Lihatlah contoh berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:169).
Membaca telah memperluas wawasan pikirannya.
Bersenam setiap pagi membuat orang itu terus sehat.
Makan sayur-sayuran dengan teratur dapat meningkatkan kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas subjek adalah pokok pembicaraan atau pokok
bahasan dan pada umumnya verba berfungsi sebagai subjek adalah verba inti.
Unsur bagian dari subjek bisa merupakan unsur lain seperti objek dan
keterangan.
c. Verba dan Frasa verba sebagai Objek
Dalam kalimat berikut verba dan frasa verba dengan perluasannya
berfungsi sebagai objek.Menurut Alwi, dkk. (2010:170).
Dia sedang mengajarkan menari pada adik saya.
Dia mencoba tidur lagi tanpa bantal.
Mereka menekuni membaca Alkitab pada pagi hari.
Berdasarkan uraian di atas objek merupakan hal, perkara, atau orang yang
menjadi pokok pembicaraan. Terkait verba dan frasa verbal juga berfungsi
sebagai objek yang masing-masing diikuti oleh kata keterangan.
d. Verba dan Frasa Verbal sebagai Pelengkap
Verba dan frasa verbal berserta perluasannya dapat berfungsi sebagai
pelengkap dalam kalimat seperti terlihat pada contoh-contoh berikut. Menurut
Alwi, dkk. (2010:171), contohnya :
Dia sudah berhenti merokok
Mertuanya merasa tidak bersalah.
Samuel baru mulai mengerti masalah itu.
Verba merokok, frasa verbal tidak bersalah, dan perluasan verba mengerti
masalah itu dalam kalimat (a-c) berfungsi sebagai pelengkap dari predikat
berhenti, merasa, dan mulai. Masing-masing predikat itu tidak lengkap, dan
dengan demikian predikat yang bersangkutan tidak berterima jika tidak diikuti
oleh pelengkap.
Berdasarkan uraian di atas verba dan frasa verbal dapat juga berfungsi
sebagai pelengkap dari predikat. Predikat yang bersangkutan tidak diteriama
jika diikuti oleh pelengkap.
e. Verba dan Frasa Verbal sebagai Keterangan
Dalam kalimat berikut verba perluasannya berfungsi sebagai keterangan.
Menurut Alwi, dkk. (2010:172), contohnya :
bu sudah pergi berbelanja
Paman datang berkunjung minggu yang lalu.
Saya bersedia membantu Anda.
Mereka baru saja pulan bertamasya.
Berdasarkan contoh di atas tampak bahwa ada dua verba yang letaknya
berurutan; pertama merupakan predikat dan yang kedua bertindak sebagai
keterangan. Pada kalimat (a-c) terkandung pengertian ‘maksud’ atau ‘tujuan’
dari perbuatan yang dinyatakan predikat. Karena itu, perkataan untuk dapat
disisipkan. Pergi untuk berbelanja, datang untuk berkunjung, dan bersedia
untuk membantu Anda. Pada kalimat (d) terkandung pengertian ‘asal’ dan oleh
sebeb itu dapat disisipkan kata dari: pulang dari bertamasya. Dalam hal ini
verba (dengan perluasannya) menjadi bagian dari frasa preposisional seperti
juga dalam kedua kalimat beikut.
Dia mengawini gadis Australia itu untuk memperoleh status penduduk
menetap.
Pencuri memasuki rumah itu dengan memecahkan kaca jendela.
f. Verba yang Bersifat Atributif
Verba (bukan frasa) juga bersifat artibutif, yaitu, memberikan keterangan
tambahan pada nomina. Dengan demikian, sifat itu ada pada tataran frasa.
Perhatikan contoh berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:172)
Anjing tidur tak boleh diganggu.
Negara itu sedang berada dalam situasi berbahaya.
Kami terpaksa bekerja lembur karena banyak pekerjaan mendesak.
Emosi tak terkendali sangat merugikan.
Verba tidur, berbahaya, medesak, dan tak terkendali bersifat atributif
dalam frasa nomina anjing tidur, situasi berbahya, pekerjaan mendesak, dan
emosi tak terkendali. Setiap verba tersebut menerangkan nomina inti anjing,
situasi, pekerjaan, dan emosi. Verba yang berfungsi atributif seperti
inimerupakan kependekan dari bentuk lain yang memakai kata yang. Dengan
demikian, bentuk panjangnya adalah adalah (anjing) yang tidur, (situasi) yang
berbahaya (pekerjaan) yang mendesak, dan (emosi) yang tak terkendali.
Berdasarkan uraian di atas verba juga bersifat atributif yang memberikan
keterangan tambahan pada nomina. dengan kata lain, verba yang bersifat
atributif tersebut menerangkan nomina inti. Frasa verbal bukan bersifat
atributif.
g. Verba yang Bersifat Apositif
Verba dan perluasannya dapat juga bersifat apositif, yaitu sebagai
keterangan yang ditambahkan atau diselipkan, seperti yang terdapat dalam
kalimat berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:173).
Pekerjaannya, mengajar, sudah dijalankan.
Usaha Pak Suroso, berdagang kain, tidak begitu maju.
Sumber pencarian penduduk desa itu, bertani dan beternak, sudah
lumayan.
Verba dan perluasannya mengajar, berdagang kain, dan bertani dan
beternak dalam kalimat-kalimat di atas berfungsi sebagai aposisi. Konstruksi
tersebut masing-masing menambah keterangan pada nomina pekerjaannya,
dan frasa nominal usaha Pak Suroso dan sumber pencarian penduduk desa itu.
Sebagaimana dapat dilihat, verba (dengan perluasannya) yang berfungsi
sebagai aposisi tersebut terletak di antara koma. Dalam membaca, intonasi
keterangan yang ditambahkan seperti itu biasanya direndahkan.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa verba dapat
berfungsi sebagai predikat, subjek, objek, pelengkap, keterangan, aposisi, dan
artibut. Namun, perlu diperhatikan bahwa kategori sintaksinya tetap verba.
Fungsinya saja yang dapat bermacam-macam.
C. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Transitif dan Intrasitif
Verba (kata kerja) dapat digolongikan menjadi 2, yaitu: verba transitif dan
verba intransitif.
1. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Transitif
Yang dimaksud dengan kalimat transitif adalah kalimat yang mempunyai
obyek seperti: SPO, SPOK, KSPO.
Verba transitif adalah verba yang membutuhkan objek (O). Kata kerja
transitif dapat diubah menjadi bentuk pasif berbeda dengan kata kerja
intransitif yang tidak dapat diubah ke bentuk pasif. Dalam bahasa Indonesia,
verba (kata kerja) transitif terdiri dari verba atau kata kerja berimbuhan
sebagai berikut:
a) Berafiks me-
Contoh: membawa, menolong, membahas
Ibu membawa roti
Adik menolong ibu
Pak guru membahas kata kerja transitif
b) Berafiks memper-
Contoh: memperbesar, memperistri
Bupati akan memperbesar taman kota tahun depan.
Joni memperistri Tuti si kembang desa.
c) Berafik memper-kan
Contoh: mempersoalkan
Roni senang mempersoalkan masalah kecil.
d) Berafiks me-i
Contoh: mengurangi, melindungi
Pemerintah mengurangi pasokan BBM bersubsidi.
e) Berafiks memper-I
Ayah memperbaiki kursi di depan rumah
Pemerintah akan memperbaharui kurikulum pendidikan.
f) Berafiks me-kan
Andi mengerjakan tugas .
Joni menyelesaikan permasalahan dengan baik.
2. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Intransitif
Verba (kata kerja) intransitif adalah kata kerja yang tidak membutuhkan
(menghindari) objek (O). Bentuk kalimat yang mengandung kata kerja
intransitif tidak bisa dipasifkan. Dalam bahasa Indonesia, verba (kata kerja)
intransitif terdiri dari verba atau kata kerja berimbuhan sebagai berikut:
a) Berupa verba dasar
Contoh: tenggelam,
Kapal itu tenggelam.
b) Berafiks ber-
Contoh: berlari, berpakaian
Ibu berlari dengan kencang.
Ani berpakaian dengan rapi.
c) Berafisk ber-kan
Contoh: berdasarkan, beralaskan
d) Berafiks ter-
Contoh: tersenyum, tertawa
Rina sedang tersenyum.
Ia tertawa
e) Berafiks ke-an
Contoh: kelaparan, ketakutan
Secara garis besar perbedaan antara kata kerja (verba) transitif dan intransitif
adalah sebagai berikut.
Perbedaan Transitif Intransitif
Objek Membutuhkan objek Tidak membutuhkan objek
Bentuk pasif Bisa diubah ke bentuk pasif Tidak bisa diubah ke bentuk pasif
Imbuhan yang
digunakan
Me-, memper-, memper-kan, me-i,
memper-I, me-kan
Verba dasar, ber-, ber-kan, ter-,
ke-an
D. Bahasa Dayak Kanayatn ( Ahe )
Dayak Kanayatn adalah salah satu dari sekian ratus sub suku Dayak yang
mendiami pulau Kalimantan, yaitu wilayah Kalimantan barat, tepatnya di daerah
kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Serta Kabupaten Bengkayang, sebagian
kecil di kabupaten Ketapang serta kabupaten Sanggau.
Dayak Kanayatn memakai bahasa ahe atau nana' serta damea atau jare dan
yang serumpun. Sebenarnya secara isologis (garis yang menghubungkan
persamaan dan perbedaan kosa kata yang serumpun) sangat sulit merinci
khazanah bahasanya. Ini dikarenakan bahasa yang dipakai sarat dengan berbagai
dialek dan juga logat pengucapan. Beberapa contohnya ialah : orang Dayak
Kanayatn yang mendiami wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa ahe
atau nana' terbagi lagi ke dalam bahasa behe, padakng, bekambai, dan bahasa
moro. Dayak Kanayatn di kawasan Menyuke (Landak) terbagi dalam bahasa
satolo-ngelampa', songga batukng-ngalampa' dan angkabakng-ngabukit. selain itu
percampuran dialek dan logat menyebabkan percampuran bahasa menjadi bahasa
baru.
Dayak Kanayatn memakai bahasa ahe atau nana' serta damea atau jare dan
yang serumpun. Sebenarnya secara isologis (garis yang menghubungkan
persamaan dan perbedaan kosa kata yang serumpun) sangat sulit merinci
khazanah bahasanya. Ini dikarenakan bahasa yang dipakai sarat dengan berbagai
dialek dan juga logat pengucapan. Beberapa contohnya ialah : orang Dayak
Kanayatn yang mendiami wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa
ahe/nana' terbagi lagi ke dalam bahasa behe, padakng bekambai, dan bahasa
moro. Dayak Kanayatn di kawasan Menyuke (Landak) terbagi dalam bahasa
satolo-ngalampa, songga batukng-ngalampa dan angkabakng-ngabukit. selain itu
percampuran dialek dan logat menyebabkan percampuran bahasa menjadi bahasa
baru.
Banyak Generasi Dayak Kanayatn saat ini tidak mengerti akan bahasa yang
dipakai oleh para generasi tua. Dalam komunikasi saat ini, banyak kosa kata
Indonesia yang diadopsi dan kemudian "di-Dayak-kan". Misalnya ialah :bahasa
ahe asli : Lea ,bahasa indonesia : seperti ,bahasa ahe sekarang : saparati .Bahasa
yang dipakai sekarang oleh generasi muda mudah dimengerti karena mirip dengan
bahasa indonesia atau melayu.
E. Kata Kerja ( Verba ) Pasif
Kata kerja pasif adalah kata kerja yang mempergunakan di atau ter. Jika ia
kata kerja aktif memberi pengertian bahwa suatu pekerjaaan sedang berlangsung,
maka kata kerja pasif memberi pengertian bahwa suatu peerjaan sudah
berlangsung atau telah selesai dikerjakan atau atau akan berlangsung.
Kata kerja pasif dapat dikelompokan menjadi beberapa macam seperti disebutkan di
bawah ini :
a) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-
Contoh :
Baju saya diambil Tono
Bajuku dibawanya kemarin
Kemarin aku dipanggil Ibunya
b) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-i
Contoh :
Mangga Pak Raden dilempari anak-anak
Buah mangga harus dikuliti sebelum dimakan
c) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-kan
Contoh :
Bata merah itu dilemparkan ke samping
Bendera itu diturunan embali pada sore hari
d) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-per
Contoh :
Gambar itu dperkecil dua kali
Ruangan sempit itu diperkecil lagi
e) Kata kerja pasif dengan imbuhan ter-
Contoh :
Huruf itu terbaca juga olehnya
Bukunya terbawa olehku
DAFTAR PUSTAKA
Alloy, Sujarni, dkk. (2008). Mozaik Dayak: Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak Di
Kalimatan Barat. Pontianak: Institut Dayaklogi.
Alwi, Hasan, dkk. (2010). Tata Bahasa Baku: Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hs, Widjono. (2012). Bahasa Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia.
Idrus, Muhammad. (2002). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogjakarta: Erlangga.
Moleong, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Nascucha, dkk. (2013). Bahasa Indonesia: Penulisan Karya Ilmiah, Yogyakarta: Media
Perkasa.
Permendiknas, (2009). Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, Yogjakarta: Pustaka
Timur.
Ramlan, M. (2009). Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, Yogjakarta: CV Karyono
Satori, D & Komariah, A (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sidu, Ode L. (2013). Sintaksis: Bahasa Indonesia. Kediri: Unhalu Press.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja RosdaKarya
Zuldafrial, dkk. (2012). Penelitian Kualitatif. Pontianak: Yuma Pustaka.
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya
Nascucha, dkk. (2013). Bahasa Indonesia: Penulisan Karya Ilmiah, Yogyakarta: Media
Perkasa.
Ramlan, M. (2009). Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, Yogjakarta: CV Karyono
Rohmadi, dkk. MORFOLOGI : Telaah Morfem dan Kata, Surakarta: Yuma Pustaka.
Satori, D & Komariah, A (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Zuldafrial, dkk. (2012). Penelitian Kualitatif. Pontianak:Yuma Pustaka.
Stepanus Djuweng ed., Manusia Dayak, Orang Kecil yang Terperangkap Modernisasi
(Pontianak: Institute of Dayakology Research and Development, 1998) pp. 59-71.
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Kanayatn#Bahasa ( diunduh pada 2 Mei
2014 pukul 19.30 WIB ).