Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

24
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 32 Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada Lansia terhadap Permasalah Hidup Miftahul Jannah Email: [email protected] Institut Agama Islam Nurul Hakim Nusa Tenggara Barat Abstrak Lansia adalah bagian dari tahap perkembangan dewasa akhir yang pasti akan dialami oleh manusia secara alamiah. Proses penuaan yang tidak dapat dihindari, secara biologis tubuh akan mengalami perubahan sel-selnya menua dan mulai melemah ketahanannya. Proses penuaan ini akan diikuti dengan penurunan kualitas fisik, mental, moral, kesehatan, dan potensi seseorang. Resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi situasi sulit yang ada dalam hidup dan melanjutkan perkembangan normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana hubungan antara coping dan resiliensi lansia perempuan dalam menyingkapi permasalahan hidup. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara coping dan resiliensi pada lansia perempuan dalam menyikapi pemasalahan hidup. Adapun metode yang digunakan adalah menerapkan metode deskriptif kualitatif, dengan menggunakan pendekatan penelitian dalam pandangan fenomelogis yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu. Sumber data dalam penelitian ini dipilih secara purposive. Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan dengan tiga metode diantaranya: dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai 10 orang informan yaitu para lansia perempuan yang masih aktif, produktif dan mandiri dalam menjalankan kehidupannya dengan menerapkan strategi coping stres dan resiliensi dalam menyingkapi berbagai macam permasalahan hidup. Setelah melakukan penelitian, peneliti dapat menyimpulkan berbagai hal yang didapatkan ketika melakukan proses penelitian yaitu mengetahui sejauhmana hubungan antara coping dan resiliensi yang diterapkan lansia perempuan dalam menyingkapi berbagai permasalahan hidup yang berasal dari empat faktor diantaranya: faktor kesehatan, faktor psikologi, faktor sosial dan faktor ekonomi. Kata kunci: Stres, coping, resiliensi lansia, permasalahan hidup

Transcript of Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

Page 1: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 32

Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada

Lansia terhadap Permasalah Hidup

Miftahul Jannah

Email: [email protected]

Institut Agama Islam Nurul Hakim Nusa Tenggara Barat

Abstrak

Lansia adalah bagian dari tahap perkembangan dewasa akhir yang pasti akan dialami

oleh manusia secara alamiah. Proses penuaan yang tidak dapat dihindari, secara

biologis tubuh akan mengalami perubahan sel-selnya menua dan mulai melemah

ketahanannya. Proses penuaan ini akan diikuti dengan penurunan kualitas fisik,

mental, moral, kesehatan, dan potensi seseorang. Resiliensi adalah kemampuan untuk

mengatasi situasi sulit yang ada dalam hidup dan melanjutkan perkembangan normal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana hubungan antara coping dan

resiliensi lansia perempuan dalam menyingkapi permasalahan hidup. Hipotesis

penelitian ini adalah terdapat hubungan antara coping dan resiliensi pada lansia

perempuan dalam menyikapi pemasalahan hidup. Adapun metode yang digunakan

adalah menerapkan metode deskriptif kualitatif, dengan menggunakan pendekatan

penelitian dalam pandangan fenomelogis yang berusaha memahami arti peristiwa dan

kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu.

Sumber data dalam penelitian ini dipilih secara purposive. Teknik pengumpulan data

yang peneliti lakukan dengan tiga metode diantaranya: dengan observasi, wawancara

dan dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai 10 orang informan

yaitu para lansia perempuan yang masih aktif, produktif dan mandiri dalam

menjalankan kehidupannya dengan menerapkan strategi coping stres dan resiliensi

dalam menyingkapi berbagai macam permasalahan hidup. Setelah melakukan

penelitian, peneliti dapat menyimpulkan berbagai hal yang didapatkan ketika

melakukan proses penelitian yaitu mengetahui sejauhmana hubungan antara coping

dan resiliensi yang diterapkan lansia perempuan dalam menyingkapi berbagai

permasalahan hidup yang berasal dari empat faktor diantaranya: faktor kesehatan,

faktor psikologi, faktor sosial dan faktor ekonomi.

Kata kunci: Stres, coping, resiliensi lansia, permasalahan hidup

Page 2: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 33

Pendahuluan

Masalah lansia memang permasalahan kependudukan yang relatif belum

menjadi perhatian serius. Secara alami seseorang akan mengalami proses penuaan

yang tidak dapat dihindarkan oleh siapapun atau apapun kedudukan seseorang. Secara

biologis tubuh akan mengalami perubahan, sel-selnya menua dan mulai melemah

ketahanannya. Proses penuaan ini akan diikuti dengan penurunan kualitas fisik,

mental, moral, kesehatan, dan potensi seseorang. Hal ini bisa terjadi karena kekuatan

otot dan tulangnya mulai melemah. Kemampuan pendengaran dan penglihatan yang

mulai berkurang.1 Rambut menjadi jarang dan beruban, kulit mengering dan keriput.2

Penyusutan tulang sehingga mengalami kebungkukan pada bagian belakang leher.3

Dan gangguan mental lain yang dialami adalah obsesif, kecemasan, hilangnya relasi

sosial dan pekerjaan.4

Menurut Erikson dalam bukunya Alwisol menjelaskan tentang standarisasi

lansia atau tua adalah dengan standar umur (Mature) 65 tahun ke atas.5 Sedangkan

dalam Partini disebutkan, semua makhluk hidup memiliki siklus kehidupan yang

diawali dengan proses kelahiran, kemudian tumbuh menjadi dewasa dan berkembang

biak, selanjutnya menjadi semakin tua dan akhirnya akan meninggal.6 Saat ini

Indonesia merupakan negara peringkat ke empat di dunia dari jumlah penduduk dan

peringkat ke sepuluh dari jumlah penduduk lanjut usia.

Dengan demikian, beberapa hal penting mengenai berbagai permasalahan

lansia, menggambarkan beberapa hal yang menuntun peneliti untuk meneliti

permasalahan-permasalahan hidup yang dihadapi oleh lansia. Di berbagai wilayah

1 Argyo Demartoto. Pelayanan Sosial Non Panti Bagi Lansia, (Surakarta: Sebelas Maret

University Press, 2006), h. 6-7. 2 Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: Rosdakarya, 2005), h, 236. 3 Papalia Olds Feldman, Human Development Perkembangan Manusia Edisi 10 Buku

2,(Jakarta:Salemba Humanika, 2009), h.350. 4 Moeljono Notosoedirdjo & Latipun, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan,

(Malang:UMM Pres, 2011), h.199. 5 Alwilsol, Edisi Revisi Psikologi Kepeibadian, (Malang, UMM Press, 2009), h.89. 6 Siti Partini Suardiman, Psikologi Usia Lanjut (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

2011), h.1.

Page 3: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 34

terdapat lansia dengan berbagai latar belakng permasalahan hidup salah satunya

permasalahan ekonomi berbondong-bondong bekerja dalam mengatasi permasalahan

hidup. Stigma yang ditujukan bagi lansia dapat terbantahkan dengan adanya beberapa

aspek yang ditujukan oleh para lansia. Kehadiran penelitian ini akan menggambarkan

aspek identitas lansia dalam kehidupan keseharian mereka yang sebenarnya, yang

mampu membuktikan bahwa lansia bukanlah sosok lemah seperti pandangan

masyarakat pada umumnya. Bahwa sesungguhnya mampu mengatasi berbagai

macam problematika kehidupannya dengan tatap resilien.

Dalam Infodatin Kementrian Kesehatan RI mejelaskan: terjadinya perubahan

struktur lansia membawa implikasi pada perumusan dan arah kebijakan

pembangunan, salah satunya untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan

lansia. Dilakukan suatu upaya secara terpadu dan lintas sektor, karena misi yang ingin

dicapai oleh Pemerintah sendiri adalah terwujudnya masyarakat lansia yang sehat,

mandiri, aktif dan produktif.7 Keberhasilan pembangunan negara-negara di dunia

dalam segala bidang termasuk kesehatan, dapat memperbaiki kualitas hidup dan

kesehatan masyarakat khususnya bagi jumlah penduduk lansia.

Sedangkan pada aspek lain, yang menjadi permasalahan yang dihadapi oleh

pemerintah Indonesia dalam menghadapi peledakan penduduk lansia adalah,

Pertama: prioritas untuk memenuhi kebutuhan lansia masih kecil. Kedua: kurangnya

informasi mengenai problem kehidupan lansia yang berhubungan dengan program

dan kebijakan. Ketiga: problem yang berhubungan dengan kurangnya fasilitas

infrastruktur dan fasilitas yang ada untuk kepentingan lansia. Keempat: kurangnya

personil atau tenaga yang terdidik dalam memberikan pelayanan kepada para lansia.

Kelima: biaya untuk kesehatan lansia cenderung meningkat. Keenam: adanya transisi

demografi (transisi vital dan transisi mobilitas) dan transisi epidemiologi terjadi

pergeseran pada penyakit. Sebagai contoh, dulu pola penyakit infeksi yang

mendominasi morbiditas penduduk Indonesia, tetapi pada masa sekarang pola

7 Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Situasi dan Analisis Lanjut Usia(Pusat

Data dan Informasi, Jakarta Selatan:2014), h.6.

Page 4: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 35

penyakit berubah menjadi penyakit-penyakit degeneratif, kanker maupun

psychososial, dengan demikian bentuk atau macam pelayanannya pun berbeda.

Ketujuh: kurangnya dana yang dipergunakan untuk memenuhi kehidupan lansia yang

sejahtera, disamping terjadinya penurunan dukungan dari pihak keluarga lansia.

Kedelapan: kurangnya kegiatan penelitian mengenai lansia dan yang berhubungan

dengan populasi lansia.8

Setiap kebijakan publik dilaksanakan oleh administrasi negara yang

dijalankan oleh birokrasi pemerintah. Fokus utama kebijakan pemerintah adalah

dengan memberikan pelayanan publik kepada masyarakat baik itu berupa pelayanan

barang maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tugas dan tanggung jawab

oleh negara dalam mempertahankan atau meningkatkan kualitas kehidupan orang

banyak.9 Dengan tujuan membantu masyarakat dalam mengatasi pemasalahan

kesehatan, sosial, ekonomi dan lainnya, sehingga terciptanya suatu kesejahteraan

dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Secara normatif pemerintah telah menunjukkan keseriusan dan kepeduliannya

mengenai fenomena penuaan penduduk. Sehingga pada tahun 1998, pemerintah telah

melahirkan UU Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Penduduk Lansia.10

Karena kehidupan lansia sebagian besar adalah tanggung jawab pemerintah seperti

dengan adanya (panti-panti sosial), termasuk berbagai kemudahan yang patut

diterimanya seperti: potongan biaya perjalanan, aksesibilitas umum, dana

perlindungan hari tua, potongan biaya pengobatan, dan lain-lain.11 Namun perlu

diketahui juga bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia bukan

merupakan tugas aparat pemerintahan saja, akan tetapi memerlukan keikutsertaan

masyarakat dari berbagai kalangan seperti swasta, perguruan tinggi, organisasi sosial

8 Argyo Demartoto, Pelayanan Sosial Non Panti Bagi Lansia….h.8. 9 Edi Suharto, Kemiskinan & Perlindungan Sosial di Indonesia, (Bandung, Alfabeta, 2009),

h.34. 10 Nahiyah J. Faraz, Memanusiakan Lanjut Usia, (Yogyakarta:Perpustakaan Nasional, 2012),

h.26. 11 Utami Munandar, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Kpribadian dari Bayi Sampai

Lanjut Usia, (Jakarta: UI-PRESS, 2001), h. 186.

Page 5: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 36

kemasyarakatan dan lain sebagainya. Karena kondisi seperti ini juga patut menjadi

perhatian semua pihak, sebab bertambahnya jumlah penduduk lansia yang terus

meningkat ditakutkan permasalahannyapun semakin beragam.

Begitu kompleksnya permasalahan sosial lanjut usia di Indonesia. Hal ini

mendorong pemerintah, khususnya Departemen Sosial RI untuk melaksanakan

upaya-upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia yang diarahkan agar

diberdayakan sehingga dapat berperan dalam kegiatan pembangunan dengan

memperhatikan kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman usia dan

kondisi fisiknya serta terselenggaranya pemeliharaan dalam taraf kesejahteraan

lansia.12 Perubahan dalam perspektif sosial yang dihadapi lansia adalah sejalan

dengan pandangan sosial yang menyebutkan bahwa lansia pada aspek ini hubungan

sosial lansia dengan lingkungan sekitarnya mulai berkurang sehingga lansia sering

merasa murung, sendirian, dan tersisih dengan lingkungan masyarakat.13

Beberapa tahun ini terjadi perubahan paradigma tentang lansia. Banyak yang

memandang lansia rentan dan tidak berdaya. Maka dari itu, lansia seharusnya lebih

diakui dan didorong potensi yang dimiliki, sehingga lansia dapat sehat, aktif, dan

mandiri. Lansia harus diberdayakan, bukan malah dibiarkan sendirian. Justru ketika

lansia tidak diberdayakan, selain berimbas pada rendahnya produktivitas, juga

berimbas pada naiknya biaya kesehatan mereka. Ketika mereka masih mampu

produktif, mereka akan mampu mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri sehingga

tidak menjadi beban bagi keluarga maupun orang lain.

Nilai-nilai kemandirian lansia dan ketidakinginan tergantung kepada anak

sebagai bentuk perwujudan harga diri yang umumnya dimiliki lansia telah membuat

lansia memilih hidup terpisah dari anak-anaknya, agar tetap merasa berguna dan

12 Hardywinoto dan Tony Setiabudy, Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek:

Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia, (Jakarta: PT, Gramedia Pustaka Utama,

1999), h. 11. 13 Siti Partini Suardiman, Psikologi Usia Lanjut, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

2011), h.7.

Page 6: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 37

bahagia.14 Berbagai proses yang digunakan dalam mengatasi dan merefleksi

kebiasaan hidup, nilai dan konsep diri. Menurut Neugarten yang dikutip oleh

Desmita: mengidentifikasi beberapa pola penyesuaian diri yang dilakukan orang-

orang tua dengan berbagai jenis kepribadian tertentu.15

Dari berbagai permasalahan yang dipaparkan penulis, maka dari itu, untuk

menghindari terjadinya kondisi-kondisi tersebut bagi lansia penting adanya suatu

resiliensi diri sejak awal, untuk membangun kekuatan-kekuatan dasar bagi lansia agar

mampu bertahan dengan menerapkan strategi coping sehingga mampu resiliensi

dalam menyingkapi permasalahan hidup.

Landasan Konseptual

1. Pengertian Lanjut Usia

Proses menua atau aging adalah suatu proses alami pada semua makhluk

hidup. Menyatakan bahwa menjadi tua (aging) merupakan proses perubahan biologis

secara terus menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu,

sedangkan lanjut usia (old age) adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan

tersebut. Semua makhluk hidup memiliki siklus kehidupan menjadi tua yang diawali

dengan proses kelahiran, kemudian tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak,

selanjutnya menjadi semakin tua dan akhirnya akan meninggal.16

Di Indonesia, hal-hal yang terkait dengan lansia dalam suatu undang-undang

yaitu UU RI NO.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. “Dalam pasal 1

ayat 2 undang-undang No.13 tahun 1998 tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud

dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas.17 Menurut

Keputusan Menteri Sosial NO HUK. 3-150/107 tahun 1971 seseorang dikatakan

14 Deddy Kurniawan Halim, Psikologi Lingkungan Perkotaan, (Jakarta: Bumi Aksara,

2008),h.149. 15 Desmita, Psikologi Perkembangan…h, 254. 16 Siti Partini Suardiman, Psikologi Usia Lanjut, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

2011), h.1. 17 UU No.6, Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Lembaran

Negara, 1974), h. 642.

Page 7: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 38

jompo setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun.18 Sedangkan menurut

Buhler yang dikutip Hurlock, lansia adalah priode akhir dari rentang kehidupan.19

2. Masalah yang dihadapi Lanjut Usia

Masalah-masalah pada umumnya sering dihadapi oleh lansia adalah dapat

dikelompokkan ke dalam berbagai masalah diantaranya sebagai berikut:

a. Masalah Ekonomi

b. Masalah Sosial

c. Masalah Kesehatan

d. Masalah Psikologis.20

Adapaun masalah khusus yang sering dihadapi lansia perempuan selain dari

permasalahan di atas yaitu: situasi disaat lansia perempuan tanpa mata pencaharian,

yang menyebabkan ia tergantung pada anak dan menantu atau kerabat lainnya.

Karena kebanyakan perempuan tidak menyiapkan kemandiriannya, itulah sebabnya

mereka menjadi segera terpuruk bila suaminya meninggal yang berarti mereka akan

kehilangan tempat bergantung.

Sejumlah keputuasaan merupakan hal yang wajar dan dibutuhkan untuk

kematangan psikologis bagi para lansia. Pertarungan tak terelakkan antara integritas

dan keputusasaan menghasilkan kebijaksanaan, kekuatan dasar bagi lansia. Erikson

mendefinisikan kebijaksanaan sebagai “kepedulian terdidik dan terpisah dengan

kehidupan itu sendiri dalam menghadapi kematian itu sendiri” dengan kebijaksanaan

yang matang, mereka mempertahankan integritas mereka walaupun kemampuan fisik

dan mentalnya menurun.21

18 Argyo Demartoto. Pelayanan Sosial Non Panti Bagi Lansia....h.,12 19 Hurlock Elizabeth, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan, (Jakarta: Erlangga,1992), h. 380 20Ibid, h. 9-13 21Jess Feist & Gregory J. Feist. Teori Kepribadian Edisi 7-Buku 1, (Jakarta: Salemba

Humanika, 2014).,h.310-311

Page 8: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 39

3. Pengertian Stres

Stres mencerminkan adanya tekanan yang dialami individu akibat persoalan

atau kondisi tertentu yang terjadi di luar harapan (stresor), karena adanya tuntutan-

tuntutan yang tidak dapat dipenuhi, atau hal-hal lain yang menyebabkan

ketidakseimbangan dalam hidup individu.

Menurut Lazarus mengemukakan bahwa stres psikologis terjadi ketika

individu menjumpai kondisi lingkungan yang penuh dengan tekanan , menilainya

sebagai ancaman besar dan melampaui kemampuan copingnya. Dua komponen

sentral dalam stres psikologis menurut Lazarus adalah (1) Appraisal, yaitu evaluasi

individu terhadap hal-halyang signifikan yang terjadi dan mempengaruhi well-being-

nya dan (2) coping yaitu usaha-usaha individu baik dalam bentuk fikiran maupun

prilaku yang ditunjukkan untuk mengelola tuntutan atau berbagai perubahan yang

dihadapi. Interaksi antara dua komponen sentral tersebut akan menentukan

berkembang tidaknya stres yang dialami oleh individu.22

Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa stres adalah

respon individu yang mencerminkan tekanan psikologis akibat adanya kondisi

tertentu di luar harapan atau karena tuntutan yang tidak dapat dipenuhi, sehingga

menyebabkan ketidakseimbangan dalam hidup. Stres terjadi apabila individu menilai

kondisi dan situasi tersebut sebagai ancaman besar yang melampaui kemampuan

kopingnya.

Middleborooks dan Audage menyebutkan adanya tiga tipe stres yaitu;

a) Stres positif

Stres positif dihasilkan dari pengalaman terhadap kesulitan atau

ketidaknyamanan yang terjadi dalam waktu yang singkat.

Misalnya: dapat mengalami stres positif ketika mereka bertemu

dengan orang baru.

22 Wiwin Hendriani, Resiliensi Psikologi Sebuah Pengantar, (Prenadamedia Grop: Jakarta

Timur, 2018), h.32

Page 9: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 40

b) Stres yang dapat ditoleransi

Stres yang dapat ditoleransi adalah pengalaman terhadap kesulitan

atau ketidaknyamanan yang lebih intens dari stres positif, namun

kemunculannya masih tergolong singkat. Misalnya: akibat

perceraian, kematian pasangan dll.

c) Stres Toksik

Stres toksik dihasilkan oleh pengalaman terhadap kesulitan atau

ketidaknyamanan yang intens, bertahan dalam jangka waktu lama,

bahkan hingga bertahun-tahun. Contoh: stres akibat pelecehan,

kekerasan dll23.

4. Pengertian Coping

Coping merupakan respons organism untuk menyesuaikan diri dengan

keadaan yang tidak menguntungkan. Strategi mengatasi masalah dapat muncul

sebagai respons terhadap suatu peristiwa atau antisipasi terhadap tuntutan yang akan

datang. Menurut Lazauruz, menyatakan bahwa coping adalah suatu proses untuk

menata tuntutan yang dianggap membebani atau melebihi kemampuan sumber daya

individu.

a. Proses Coping

Menurut Taylor, yang dikutip oleh Mochamad Nursalim proses coping

melibatkan dua sumber daya coping, yaitu sumber daya internal dan sumber daya

eksternal. Sumber daya internal adalah gaya coping dan antribut personal. Sedangkan

sumber daya eksternal meliputi uang, waktu, dukungan sosial, dan kejadian lain yang

mungkin terjadi pada saat yang sama. Semua faktor ini saling berinteraksi dan

mempengaruhi proses coping.

23 Ibid., h.32.

Page 10: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 41

b. Strategi Coping

Lazarus membedakan dua strategi coping, yaitu:

1. Menghilangkan stres dengan penanganan yang berfokus pada masalah,

yaitu:

1) Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah

strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan

oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha

menyelesaikannya.

2) Membuat individu yang bersangkutan menerima tanggung jawab

untuk menyelesaikan atau mengontrol masalah yang menimbulkan

stres. Dengan mengubah situasi dari masalah yang bersangkutan,

diharapkan efek stresnya juga akan menghilang.

3) Menyingkapi semacam rencana untuk menyelesaikan masalah

penyebab stres, dan mengambil tindakan untuk melaksanakan rencana

tersebut.

4) Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah

untuk strategi penanganan stres di mana individu memberikan respons

terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan

menggunakan penelitian defensif. Dalam emotion-focused coping ini

seseorang menghadapi stres dengan fokus pada bagaimana menata

dirinya secara emosional sehingga siap menghadapi stres itu sendiri.

Beberapa contoh penerapan teknik emotion-focused coping antara lain:

a) Menerima simpati dan pengertian dari seseorang (teman, saudara

atau support group lainnya)

b) Mencoba untuk melihat sesuatu dari sisi lain (yang lebih positif)

2. Strategi penanganan stres dengan mendekat dan menghindar

a) Strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif

untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi

Page 11: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 42

penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres

tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung.

b) Strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif

untuk menyangkal atau meminimalkan penyebab stres dan usaha yang

muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari

penyebab stres.24

Penggunaan strategi coping yang lebih tepat dan efektif terhadap situasi

menekan akan menghasilkan adaptasi yang lebih positif. Beberapa studi terdahulu

telah menunjukkan bahwa penggunaan strategi coping memiliki peran yang penting

terhadap outcome fisik dan psikologis individu, dalam hal ini problem-focused coping

dinilai lebih memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan.

Sejumlah artikel seputar koping dan pengelolaan stres mencatat beberapa hal

terkait coping antara lain:

1) Tidak ada satu strategi kopingpun yang berfungsi efektif sepanjang

waktu di setiap situasi sulit. Strategi koping yang belum efektif di waktu

sebelumnya akan dapat menjadi efektif ketika digunakan saat ini atau

waktu-waktu berikutnya dan demikian pula sebaliknya.

2) Pada dasarnya individu tidak benar-benar melakukan koping jika

memilih untuk mengambil jarak dan tidak mau berhadapan dengan

situasi yang dipandang menekan.

3) Ketika satu strategi koping berhenti berfungsi, hal ini merupakan

pertanda bagi individu untuk mengembangkan strategi koping yang lain.

4) Metode koping tertentu yang selalu digunakan terhadap stres ternyata

juga dapat membentuk kebiasaan yang justru berdampak tidak sehat.

5) Semakin banyak individu memiliki alternatif strategi koping maka akan

semakin besar kesempatan untuk menemukan strategi atau metode yang

paling tepat untuk setiap stresor.

24 Mochamad Nursalim, Strategi & Intervensi Konseling, (Jakarta: Kademia Permata, 2013),

h.81-82.

Page 12: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 43

6) Individu dapat memutuskan koping mana yang berfungsi paling baik

untuk dirinya sesuai dengan situasi yang dihadapi.25

5. Adaptasi

Menurut pandangan Ward konsep adaptasi yang lebih didasarkan pada

dominan sosiokultural merupakan proses untuk mengubah prilaku seseorang untuk

menyesuaikan dengan perubahan lingkungan, atau sebagai respons terhadap tekanan

sosial. Adaptasi adalah proses mengubah sesuatu agar sesuai dengan berbagai kondisi

yang berlainan, sementara koping merupakan proses mengelola diri agar sejalan

dengan berbagai situasi sulit yang sedang dihadapi. Dalam pengertian ini, mengelola

tidak selalu berarti melakukan perubahan. Adaptasi merupakan hasil perubahan

perilaku dari upaya mengelola persepsi maupun emosi dalam proses koping yang

dillakukan oleh individu-individu atau keluarga saat berhadapan dengan stresor dan

krisis.26

Berdasarkan masing-masing uraian tentang koping dan adaptasi dapat

disimpulkan bahwa meskipun seringkali dipandang serupa, koping memiliki

penekanan yang berbeda dengan adaptasi. Koping lebih bersifat internal, mencakup

pengelolaan kognitif dan emosi. Mengelola tidak selalu berarti melakukan perubahan.

Sementara perubahan adalah inti dari proses adaptasi. Adaptasi merupakan hasil dari

coping yang lebih dahulu dilakukan oleh individu saat mengalami stres.

6. Pengertian Resiliensi

Resiliensi merupakan suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam

kehidupan setiap orang. Hal ini dikarenkan kehidupan manusia senantiasa diwarnai

oleh adversity (kondisi yang tidak menyenangkan). Adversity ini menantang

kemampuan manusia untuk mengatasinya, untuk belajar darinya, dan bahkan untuk

berubah karenanya. Menurut Reivich & Shatte resiliensi merupakan kemampuan

seseorang untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit.

25 Wiwin Hendriani, Resiliensi......., h.36 26 Ibid,h.38

Page 13: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 44

Resiliensi juga merupakan kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif

ketika berhadapan dengan kesengsaraan atau trauma, yang diperlukan untuk

mengelola tekanan hidup sehari-hari.27

a. Aspek-Aspek Resiliensi

Menurut Reivich dan Shatte suatu resiliensi dibangun dari tujuh kemampuan

yang berbeda dan hampir tidak ada satupun individu yang secara keseluruhan

memiliki kemampuan tersebut dengan baik, kemampuan ini terdiri dari:

a) Pengaturan Emosi (Emotion Regulation),

Pengaturan emosi merupakan suatu kemampuan individu dalam

mengatur emosi yang ada pada diri sendiri sehingga mampu merasakan

ketenangan meskipun dalam situasi yang tidak menyenangkan karena di

bawah tekanan.

b) Kontrol Terhadap Impuls (Impuls Control),

Reivich dan Shatte mendefinisikan pengendalian impuls sebagai

kemampuan mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan

yang muncul dari dalam diri seseorang. Individu dengan pengendalian

impuls rendah sering mengalami perubahan emosi dengan cepat yang

cenderung mengendalikan prilaku dan fikiran mereka.

c) Optimisme (Optimism),

Merupakan suatu kepercayaan yang ada dalam diri individu dalam

meyakinkan diri sendiri bahwa segala sesuatu itu akan terjadi dan akan

menjadi lebih baik dalam mengontrol kehidupan.

27 Reivich K & Shatte A, “Bulding Resiliency In Young People” dalam https://Teachers,

Reachoutpro, reachoutpro.com. Diakses Pada hari Kamis 19 Nopember 2015.

Page 14: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 45

d) Kemampuan Menganalisis Masalah (causal analysis)

Merupakan suatu kemampuan dari individu dalam menganalisis setiap

permasalahan yang menimpanya, yang kemudian dapat dilihat dari

bagaimana cara dari individu itu sendiri dalam mengidentifikasi sebab dari

permasalahan yang dihadapinya. Kemampuan menganaliasis masalah

menurut Reivich dan Shatte adalah sebuah konsep yang berhubungan erat

dengan analisis penyebab dari masalah itu sendiri dimana individu mampu

memikirkan apa saja yang menjadi penyebab dari permasalahan yang

dihadapinya sehingga berimbas kepada kehidupan yang dijalaninya

sekarang.

e) Empati (emphaty)

Merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam

membaca situasi, perasaan, apa yang sedang dirasakan orang lain, dan

seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Sedangkan

menurut Reivich dan Shatte mengatakan bahwa empati sangat erat

kaitannya dengan kemampuan individu untuk membaca tanda-tanda

kondisi emosional dan psikologis orang lain.

f) Efikasi Diri (self-eficacy)

Merupakan suatu efikasi diri yang mewakili kepercayaan individu

bahwa individu mampu mengatasi segala permasalahan disertai dengan

keyakinan akan kekuatan yang ada pada dirinya untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan tersebut. Reivich dan Shatte mendefinisikan

efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk

menghadapi dan memecahkan masalah dengan afektif. Efikasi diri juga

berarti keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam

melakukan tugas dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil

tertentu. Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam

strategi yang sedang digunakan itu berhasil. Individu tidak merasa ragu

karena individu memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan

Page 15: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 46

dirinya. Self-efficacy merupakan hasil yang sangat penting untuk

mencapai resiliensi.

g) Pencapaian (reaching out)

Menurtut Reivich dan Shatte, suatu pencapaian menggambarkan

kemampuan individu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif

dalam kehidupannya yang mencakup pula keberanian seseorang untuk

mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam

kehidupannya.28

b. Faktor yang Mempengaruhi Resiliensi

Resiliensi adalah sebuah kemampuan, kekuatan dan sebagai analisis

terhadap sebuah masalah yang bisa membuat hilangnya keberfungsian di

dalam diri individu sehingga membaur yang menyebabkan individu

menjadi lemah. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi resiliensi

itu sendiri diantaranya sebagai berikut:

a) Faktor-Faktor Resiko

Faktor resiko merupakan faktor yang membuat individu atau keluarga

bisa menghambat dan menghancurkan sebuah keluarga karena faktor

resiko. Sedangkan menurut Fraser and Terzian mendefinisikan faktor

resiko “ the term risk factor relenes to any event, condition, or

experience that increases a problem will be formed, maintained, or

exacerbated”29

Istilah faktor resiko berhubungan dengan apapun peristiwa, kondisi, yang bisa

menghambat atau menekan sehingga bisa membuat kondisi menjadi lebih buruk dari

kehidupan sebelumnya. Faktor resiko bisa berupa masalah-masalah yang berasal dari

dalam diri individu itu sendiri maupun yang berasal dari luar individu. Masalah yang

28 Reivich K & Shatte A, “Bulding Resiliency In Young People” dalam https://Teachers,

Reachoutpro, reachoutpro.com. 29 Jeffrey M. Jenson and Mark W. Fraser, A Risk and Resilience Framework For Child, Youth,

And Family Policy, Jurnal Of Family Process,42 (1),10. (2003), h, 6-8

Page 16: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 47

berasal dari dalam diri individu misalnya: lansia mengalami sakit-sakitan / daya tahan

tubuh secara berangsur-angsur mengalami penurunan, ketidak mampuan lansia dalam

bekerja/ beraktivitas seperti biasanya sehingga menyebabkan lansia kekurangan

dalam faktor ekonomi keluarga, komunikasi dengan keluarga mulai berkurang dan

kehilangan anggota keluarga seperti ditinggal mati suami, anak membangun suatu

keluarga baru dan keluarga lainnya. Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu

/ lansia itu sendiri yaitu faktor yang berasal dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Hubungan sosial lansia dengan lingkungan tempat tinggal secara perlahan mulai

berkurang, adanya stigma negatif masyarakat terhadap lansia yang identik dengan

“ketidakberdayaan”, dan lain sebagainya

b. Faktor-Faktor Protektif

Faktor protektif merupakan faktor yang bisa mencegah terjadinya faktor

resiko yang terjadi di dalam diri individu maupun keluarga. Faktor protektif ini bisa

memberikan dampak yang baik bagi keberlangsungan hidup dengan cara positif dan

berkembang lebih baik dari kehidupan yang sebelumnya. Faktor protektif ini bisa

berupa dukungan orangtua, keluarga, kerabat dan teman-teman.30

Adapaun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi coping stres menurut Keliat

diantara:

a. Kesehatan fisik

b. Keyakinan atau pandangan hidup

c. Keterampilan memecahkan masalah

d. Keterampilaan sosial

e. Dukungan sosial

f. Materi 31

30 Ibid,...h.11 31 Keliat BA, Pelaksanaan Stress , (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1999), h.30.

Page 17: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 48

Pembahasan

Dalam menjalani sebuah kehidupan tidak terlepas dari (adversity) tidak

menyenangkan karena begitulah hakikat dari kehidupan itu sendiri, kadang bahagia

kadang juga sengsara, susah senang datang secara silih berganti. Maka dari itu, untuk

dapat mengatasi setiap tantangan-tantangan yang datang dalam kehidupan, setiap

individu harus mampu merespon setiap permasalahan yang dihadapinya dengan

berbagai strategi tersendiri. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada landasan teori

sebelumnya tentang berbagai macam strategi yang diterapkan lansia perempuan

dalam menyingkapi permasalahan hidup, diantaranya dengan menerapkan strategi

coping stres dan resilien dalam kehidupannya.

Dalam hal ini, jika seorang individu tidak menginginkan keadaan yang serba

tidak menguntungkan selalu melekat pada dirinya, maka bagaimana upaya dari

individu itu sendiri untuk melawan segala ketidakberdayaan yang dihadapinya

dengan berbagai strategi yang dimilikinya, sesuai dengan sumber daya manusia itu

sendiri, agar mampu terbebas dari keadaan yang tidak menyenangkan yang

mengganggu bahkan menjadi ancaman bagi individu itu sendiri yang menjadikan

stres. Strategi coping stres yang diterapkan daintarnya: Menghilangkan stres dengan

penanganan yang berfokus pada masalah dan strategi penanganan stres dengan

mendekat dan menghindar.

Jika lansia mampu mengontrol dan mengelola segala permasalahan hidup

yang dihadapi dengan coping stres, begitupun lansia akan mampu resilien dalam

kehidupannya apabila lansia mampu menghadapi segala permasalahan dalam

kehidupannya dengan menanggapi setiap permasalahan itu dengan tenang, sabar,

tidak terbawa emosi maupun frustasi yang nantinya membuat lansia mengalami

goncangan dalam kehidupannya dan mengalami stres. Sebelum mencapai pada suatu

resiliensi terlebih dahulu individu mengalami masa-masa sulit dalam kehidupanya.

Sehingga dalam hal ini ketika individu mendapatkan permasalahan, individu itu

sendiri berusaha untuk bertahan, kuat, tidak menyerah dan keluar dari permasalahan

Page 18: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 49

dengan berbagai strateginya dan berupaya menjadi lebih baik dari keadaan yang

sebelumnya. Sehingga ketika individu mendapatkan permasalahan yang sama bahkan

lebih berat dari sebelumnya, individu mampu untuk mencari alternatif pemecahan

masalah dari masalah yang dihadapinya. Di sini individu membuktikan copingnya

sendiri dalam bertahan menjalankan kehidupannya.

a. Hubungan coping dan resiliensi lasnia perempuan dalam menyingkapi

permasalahan hidup

Setelah peneliti melakukan penelitian terhadap beberapa lansia perempuan

dalam menyingkapi permasalahan hidupnya di Desa Kediri, peneliti dapat menarik

keseimpulan, bahwa terdapat hubungan yang berkaitan erat dan berkesinambungan

antara coping stres dan resiliensi lansia. Berawal dari bagaimana upaya-upaya yang

dilakukan oleh lansia perempuan dalam menyingkapi berbagai macam permasalahan

dalam kehidupannya yang sangat mengganggu dan mempengaruhi emosi dan

kehidupan. Coping merupakan suatu bentuk strategi yang dilakukan lansia

perempuan dalam mengatasi dan meminimalisir situasi yang penuh akan tekanan

yang menimbulkan stres baik secara kognitif maupun prilaku.

Sebagaimana yang dijelaskan Mochamad Nursalim terkait dengan proses

coping yang melibatkan dua sumber daya coping, yaitu sumber daya internal dan

sumber daya eksternal. Sumber daya internal adalah gaya coping dan antribut

personal yang melekat dalam diri masing-masing individu. Sedangkan sumber daya

eksternal yang berasal dari luar diri individu itu sendiri yang meliputi uang, waktu,

dukungan sosial, dan kejadian lain yang mungkin terjadi pada saat yang sama. Semua

faktor ini saling berinteraksi dan mempengaruhi proses coping dan resiliensi sendiri

merupakan upaya dari lansia untuk mengontrol, mengurangi dan mengantisipasi dan

menerima setiap keadaan-keadaan yang tidak menguntungkan yang mulai

berdatangan pada diri mereka dan menghadapi setiap ancaman-ancaman kehidupan

yang akhirnya akan berujung kepada stres.

Page 19: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 50

Kemampuan menganaliasis masalah menurut Reivich dan Shatte adalah

sebuah konsep yang berhubungan erat dengan analisis penyebab dari masalah itu

sendiri dimana individu mampu memikirkan apa saja yang menjadi penyebab dari

permasalahan yang dihadapinya sehingga berimbas kepada kehidupan yang

dijalaninya sekarang. Individu yang paling resilien adalah individu yang memiliki

fleksibilitas kognisi dan dapat mengidentifikasi seluruh penyebab yang signifikan

dalam permasalahan yang mereka hadapi tanpa terperangkap dalam explanatory style

tertentu.

Strategi coping dan resiliensi merupakan suatu pilihan yang diterapkan oleh

lansia perempuan dalam menyingkapi permasalahan hidup. Beberapa faktor-faktor

yang melatar belakangi lansia perempuan dalam menererapkan coping dan resiliensi

dalam menyingkapi permasalaha hidup, dikarenakan terdapat berbagai permasalahan

yang dihadapi lansia itu sendiri. Permasalahan dalam kehidupan yang dihadapi lansia

seperti: 1). Permasalahan ekonomi : lansia ditandai dengan menurunnya produktivitas

kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini berakibat

pada menurunya pendapatan yang kemudian terkait dengan pemenuhan kebutuhan

hidup sehari-hari, seperti sandang, pangan papan, kesehatan, rekreasi dan kebutuhan

sosial. 2) Permasalahan sosial: berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota

keluarga, anggota masyarakat maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya

hubungan kerja karena pensiun.3) Permasalahan kesehatan: kemunduran sel-sel

karena proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik,

timbulnya berbagai macam penyakit pada kelemahan organ, terutama penyakit

degeneratif. sakit-sakitan. 4) Permasalahan psikologis: kesepian, keterasingan dari

lingkungan lingkungan, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya

diri, ketergantungan, ketelantaran terutama bagi lansia yang miskin.

Selain itu adapun keaadaan dan stigma negatif terhadap lansia yang serba

sulit, selalu identik dan dikatakan lemah, tidak berdaya, sakit-sakitan dan bergantung

dengan orang lain karena tidak dapat berbuat apa-apa dengan kehidupannya sendiri.

Maka dari itu beranjak dari berbagai stigma negatif masyarakat terhadap lansia, lansia

Page 20: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 51

ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa stigma negatif yang melekat pada diri

mereka agar segera dihapus. Karena pada hakikatnya lansia ingin tetap aktif,

produktif dan mandiri dalam kehidupannya sendiri tanpa harus bergantung dengan

keluarga maupun orang lain

Page 21: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 52

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai dinamika

stres coping dan adaptasi dalam resiliensi lansia dalam menyingkapi permasalahan

hidup. Bagaimana dalam hal ini masih terlihatnya lansia yang masih aktif, produktif

dan mandiri, mampu bertahan dalam menghadapi permasalahan hidup dengan

menerapkan dinamika coping stress dan adaptasi dalam resiliens dalam menyingkapi

perasalahan hidup. Mampu membuktikan tingkat adaptasi resiliensi lansia dalam

menjalankan kehidupan tidak menyerah dengan keadaan (adversity) tidak

menguntungkan dalam hidup. Maka dari itu, peneliti dapat menarik kesimpulan

diantaranya sebagai berikut:

1. Dinamika stres coping dan adaptasi dalam menyingkapi permasalahan hidup

Dinamika stres coping dan adaptasi sangat berkaitan erat dan saling

melengkapi satu sama lainnya, yang berkaitan antara dinamika resiliensi lansia

terlihat dari bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh lansia dalam menyingkapi

berbagai macam permasalahan dalam kehidupannya yang sangat mengganggu dan

mempengaruhi emosi dan kehidupan. Coping merupakan suatu bentuk strategi yang

dilakukan lansia dalam mengatasi dan meminimalisir situasi yang penuh akan

tekanan yang menimbulkan stres baik secara kognitif maupun prilaku.

Terdapat berbagai macam strategi-strategi coping dan resiliensi lansia

perempuan dalam menghadapi permasalahan hidupnya yaitu: dengan menerapkan

berbagai faktor-faktor dari resiliensi itu sendiri. Karena suatu resiliensi itu tidak

begitu saja terbentuk jika sebelumnya seorang lansia tidak pernah mengalami

berbagai rintangan-rintangan dalam kehidupannya. Berasal dari rintangan-rintangan

inilah seorang lansia mampu bertahan dan tidak menyerah begitu saja dengan

keadaan yang menimpanya. Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi lansia

sehingga lansia harus mampu resilien dalam kehidupannya diantara sebagai berikut:

permasalahan masalah ekonomi, sosial, kesehatan, dan psikologis. Dari berbagai

permasalahan diatas membuktikan bahwa mereka mampu bertahan dan mengatasi

Page 22: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 53

segala permasalahan dalam kehidupannya dengan menerapkan coping stres dan

menerapkan aspek-aspek dari resiliensi itu sendiri seperti pengaturan emosi, kontrol

terhadap impuls, optimisme, empati, efikasi diri, kemampuan menganalisis masalah,

dan pencapaian.

Diantara keragaman sejumalah strategi koping, koping efektif akan

dimunculkan oleh individu yang resilien. Koping efektif ini tidak sekedar bertujuan

untuk melepaskan emosi-emosi negatif atau justru menahannya sedemikian rupa dan

mendatangkan efek yang justru membuat persoalan menjadi berlarut-larut, terjadinya

burnout atau depresi seperti pada koping yang tidak efektif. Sebaliknya, koping

efektif akan menghasilkan reduksi terhadap stres yang diikuti oleh kemampuan

individu untuk bangkit dan kembali berfungsi seperti sedia kala.

Page 23: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 54

Daftar Pustaka

Alwilsol. 2009. Edisi Revisi Psikologi Kepeibadian Malang, UMM Press.

BA, Keliat. 1999. Pelaksanaan Stres , Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Demartoto, Argyo. 2006. Pelayanan Sosial Non Panti Bagi Lansia ,Surakarta:

Sebelas Maret University Press.

Desmita, 2005,Psikologi Perkembangan,Bandung: Rosdakarya.

Faraz, Nahiyah J. 2012. Memanusiakan Lanjut Usia, Yogyakarta:

Perpustakaan Nasional.

Feist, Jess & Gregory J. Feist. 2014. Teori Kepribadian Edisi 7-Buku 1,

Jakarta: Salemba Humanika.

Feldman, Papalia Olds. 2009. Human Development Perkembangan Manusia

Edisi 10 Buku 2,Jakarta:Salemba Humanika.

Halim, Deddy Kurniawan. 2008. Psikologi Lingkungan Perkotaan, Jakarta:

Bumi Aksara.

Hardywinoto dan Tony Setiabudy.1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari

Berbagai Aspek: Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia,

Jakarta: PT, Gramedia Pustaka Utama.

Hendriani, Wiwin. 2018. Resiliensi Psikologi Sebuah Pengantar,Prenadamedia

Grop: Jakarta Timur.

Hurlock, Elizabeth. 1992. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga.

Jenson, Jeffrey M. and Mark W. Fraser. 2003. A Risk and Resilience

Framework For Child, Youth, And Family Policy, Jurnal Of Family

Process,42 (1),10.

K, Reivich & Shatte A, “Bulding Resiliency In Young People” dalam

https://Teachers, Reachoutpro, reachoutpro.com. Diakses Pada hari Kamis

19 Nopember 2015.

Page 24: Dinamika Stres, Coping dan Adaptasi dalam Resiliensi pada ...

AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 55

Munandar, Utami. 2001. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Kpribadian

dari Bayi Sampai Lanjut Usia ,Jakarta: UI-PRESS.

Nursalim, Mochamad. 2013. Strategi & Intervensi Konseling, Jakarta:

Kademia Permata.

Notosoedirdjo, Moeljono & Latipun. 2011. Kesehatan Mental Konsep dan

Penerapan, Malang:UMM Pres.

Patmonodewo, dkk Soemiarti. 2001, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan

Pribadi dari Bayi Sampai Lanjut Usia, Jakarta: UI-Press.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2014, Situasi dan Analisis

Lanjut Usia, Pusat Data dan Informasi, Jakarta Selatan.

Suardiman, Siti Partini. 2011. Psikologi Usia Lanjut, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Suharto, Edi. 2009. Kemiskinan & Perlindungan Sosial di Indonesia,

Bandung, Alfabeta.

UU No.6, 1974,Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial,

Jakarta: Lembaran Negara.