DINAMIKA RELASI MENANTU DENGAN MERTUA YANG TINGGAL...
Transcript of DINAMIKA RELASI MENANTU DENGAN MERTUA YANG TINGGAL...
-
DINAMIKA RELASI MENANTU DENGAN MERTUA
YANG TINGGAL BERSAMA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Devi Putri Sari
129114131
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
MOTTO
“f.o.c.u.s – follow one course until successful”
(Robert Toru Kiyosaki)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebuah persembahan karya sederhana kepada yang tercinta
Bapak dan Ibu:
Sudarmin & Wirati
Selesainya karya ini adalah tanda nyata Bapak dan Ibu selalu mempercayakan
harapan pada anakmu menyelesaikan tanggung jawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
DINAMIKA RELASI MENANTU DENGAN MERTUA
YANG TINGGAL BERSAMA
Devi Putri Sari
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan untuk memahami dinamika relasi menantu dengan mertua
yang tinggal bersama. Menantu dan mertua merupakan relasi keluarga yang menunjukkan
ambivalensi. Relasi kekeluargaan menantu dan mertua tinggal serumah juga menunjukkan
ketegangan, sehingga hubungan mereka renggang. Ketegangan yang terjadi menyebabkan hubungan
mereka tidak harmonis dan menantu menilai tidak dekat dengan ibu mertua. Hal ini berkaitan
dengan konsep dua nilai budaya Jawa yaitu nilai rukun dan hormat yang mengarahkan dan
menggerakkan keluarga Jawa mewujudkan keharmonisan sebagai harapan budaya itu sendiri. Kedua
hal ini saling berlawanan dan bagaimana titik temu untuk menyelaraskan sesuai cerminan keluarga
Jawa. Informan penelitian ini adalah menantu perempuan yang tinggal bersama mertua dengan
jumlah empat menantu perempuan. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara semi-
terstruktur. Analisis penelitian kualitatif ini menggunakan analisis fenomenologi interpretatif.
Penelitian ini mendapati dinamika relasi menantu dengan mertua berorientasi pada relasi keluarga
yang harmonis. Menantu menunjukkan dengan sikap mengalah sebagai cara menghormati mertua
dan penerimaan keadaan yang mengarah pada relasi kekeluargaan. Peran budaya Jawa mengarahkan
dan menyelaraskan tindak tanduk menantu mencerminkan norma budaya itu sendiri. Relasi menantu
terhadap mertua juga didasarkan pada keuntungan cinta yang didapat menantu selama tinggal
bersama. Menantu merasa bergantung pada bantuan mertua sehingga menantu memprioritaskan
kebersamaan dan keutuhan keluarga.
Kata kunci : relasi menantu dengan mertua, keluarga, keharmonisan, budaya Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
THE DYNAMICS OF DAUGHTER-IN-LAW AND MOTHER-IN-LAW’S
RELATIONSHIP WHO LIVES TOGETHER
Devi Putri Sari
ABSTRACT
This research aimed to understand the dynamics of daughter-in-law and mother-in-law’s
relationship who lives together. Daughter-in-law and mother-in-law is family relationship that
shows ambivalence. The familial relationship of daughter-in-law and mother-in-law who lives
together shows tension, so there is a gap between them. The tension makes their relationship
disharmonious and not intimate. It relates to Java’s culture value, such as harmonious and
respectful that direct and stir Java’s family actualize harmony as the culture’s hope. These two
contrast at each other and how the intersection synchronize due Java’s family reflection. The
subjects were 4 daughter-in-laws that lived together with their mother-in-law. The data collected
using semi-structured interview, analyzed with interpretative phenomenology analysis. This
research found that the dynamics of daughter-in-law and mother-in-law’s relationship oriented on
harmonious family relationship. Daughter-in-law shows succumb attitude as a way to respect
mother-in-law and condition acceptance that leads to family relationship. Java’s culture role leads
and sychronize daughter-in-law behavior reflects the culture norm itself. The relationship from
daughter-in-law to mother-in-law based on affection obtained during live together. Daughter-in-law
feels dependent on mother-in-law’s help so that daughter-in-law prioritize togetherness and unity of
the family.
Keyword : relationship of daughter-in-law and mother-in-law, family, harmony, Javanese culture
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Yesus Kristus atas rahmat dan kasih-
Nya yang berlimpah menyertai anak-Nya dalam proses penulisan skripsi dengan
lancar. Perjalanan selama penulisan skripsi ini mengalami kesulitan, namun selalu
diberikan pembelajaran dan kemudahan untuk menyelesaikan pada waktu yang
tepat. Banyak pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma dan segenap jajaran Dekanat.
2. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum, M. App., Ph.D., selaku Kepala
Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik
penulis yang selalu memberi masukan, semangat untuk menyelesaikan studi
S1 penulis selama di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Y.B. Cahya Widiyanto, M.Si., Ph.D., selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah membimbing dan memberi masukan sehingga penulis
dapat menyelesaikan dengan baik. Terima kasih atas kesempatan yang
Bapak berikan untuk berproses bersama dan selalu memberi keyakinan di
tengah keraguan. Banyak hal dalam hidup yang Bapak ajarkan dan kenalkan
melalui proses penyelesaian skripsi ini. Hidup bukan sekedar berproses dan
dijalani namun menemukan dan menggali makna dari setiap kejadian hidup
yang terjadi. Segala proses yang terjadi memampukan penulis mengenali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
dan memahami diri lebih jauh dari sebelumnya. Terima kasih kesempatan
berdinamika dan menjembatani bertemu dengan ibu Tuti.
5. Seluruh dosen Psikologi yang mendidik dan mendampingi dengan penuh
kesabaran selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
6. Seluruh Staff dan Karyawan Psikologi Universitas Sanata Dharma yang
telah sabar melayani dan memberikan informasi selama penulis berkuliah di
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma ini.
7. Para informan yang membantu untuk bersedia meluangkan waktu dan
berbagi pengalaman berharga kepada penulis. Terima kasih kesempatan
yang diberikan.
8. Bapak dan Ibu tercinta: Sudarmin dan Wirati sangat memberikan energi
positif dan cinta kasih yang selalu mengalir. Terima kasih memberikan
kesempatan menuntut ilmu, kesabaran menghadapi proses kehidupan
anakmu, doa-doa dan cinta kasih yang selalu terucap. Terima kasih air mata
yang harus mengalir untuk anakmu, mohon maaf menyakiti Bapak Ibu
sebagai orang tua yang sepenuh hati menyayangi penulis. Maaf kebaikan
Bapak dan Ibu belum terbalaskan.
9. Keluarga yang memberikan dukungan, perhatian, dan tak pernah putus
memberikan cinta kasih kepada penulis. Teruntuk Mas Nunung, Mbak Atik,
Mas Andi, Mbak Becha, dan keponakan Lia, Dhafin, Via, Falisha yang
selalu menguatkan dengan tawa mereka. Terima kasih pengertian dan
pemahaman untuk tidak menanyakan “kapan”, selalu mendampingi di saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
kesulitan dan memberikan motivasi persiapan mengenai kehidupan
selanjutnya.
10. Seluruh teman penulis di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
angkatan 2012. Terima kasih kesempatan mengenal kalian yang mengisi
jalan cerita hidup penulis, bertemu kalian adalah pengalaman yang
berharga. Canda tawa bersama teman-teman menjadi warna kenangan
dalam diri sebagai mahasiswa. Suka duka bersama teman-teman menjadikan
diri kita kuat dan menjadi sosok kita yang hebat memahami kehidupan.
Terima kasih energi positif yang ditularkan. Pertemuan kita adalah awal kita
berjalan bersama menapaki kehidupan untuk terus berlanjut dan saling
mendoakan dimana pun teman-teman berkembang. Teruntuk teman-teman
Karina, Maria, Fani, Reka, Anti, Priska, KaGue, Rini, Nia, Maureen, Oci,
Ogek, Gege, Sekar, Jeje, dan teman-teman lain yang selalu menularkan
senyum mereka.
11. Teman-teman seperjuangan menuliskan pemikiran di atas kertas putih.
Terima kasih kalian berproses bersama dan selalu menularkan energi positif
di tengah kesulitan. Teruntuk teman-teman Nia, Karina, Priska, Amel, Cia,
Edo, Ananta, Mas AP, Vincent, Kenang dan teman-teman angkatan 2011,
2013, 2014.
12. Teman-teman Klaten penulis yang memberikan energi positif dan harapan
akan ada hal baik. Terima kasih berbagi pengalaman suka duka kehidupan
yang memotivasi penulis untuk terus maju melawan hambatan. Teruntuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
Giffari, Ayu, Titis, Tiara, Salindri, Alphin, Yeyen dan teman-teman lain
yang selalu memberi dukungan.
13. Devi Putri Sari yang telah kuat bertahan melawan diri. Terima kasih
kesempatan tumbuh dan berkembang hingga detik ini membawa diri
menjadi lebih baik. Perjalanan sesungguhnya akan segera dimulai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xix
BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10
1. Manfaat Teoritis ....................................................................... 10
2. Manfaat Praktis ......................................................................... 10
BAB II: TINJAUAN TEORI......................................................................... 12
A. Keluarga ......................................................................................... 12
B. Penelitian Terkait Relasi Menantu dengan Mertua .......................... 13
C. Hubungan ....................................................................................... 16
D. Kaidah Dasar Masyarakat Jawa ...................................................... 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
1. Nilai Hormat ............................................................................. 19
2. Nilai Rukun .............................................................................. 21
3. Nilai Harmoni Jawa .................................................................. 22
E. Analisis Fenomenologi Interpretatif ................................................ 23
F. Dinamika Relasi Menantu dengan Mertua ...................................... 25
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 27
A. Paradigma dan Pendekatan Penelitian ............................................. 27
B. Fokus Penelitian ............................................................................. 29
C. Prosedur Penelitian ......................................................................... 29
1. Informan Penelitian................................................................... 29
2. Metode Pengambilan Data ........................................................ 31
D. Metode Analisis Data ..................................................................... 33
1. Membaca dan membaca kembali .............................................. 33
2. Membuat catatan awal .............................................................. 33
3. Mengembangkan tema .............................................................. 34
4. Mencari keterkaitan antara tema-tema yang muncul .................. 34
5. Pindah ke kasus selanjutnya ...................................................... 34
6. Mencari pola dari keseluruhan kasus ......................................... 34
E. Kredibilitas Penelitian .................................................................... 35
1. Sensitivity to context ................................................................. 35
2. Commitment and rigour ............................................................ 36
3. Coherence and transparency..................................................... 37
4. Impact and importance ............................................................. 38
F. Refleksivitas Peneliti ...................................................................... 39
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 41
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ............................................. 41
1. Persiapan Penelitian .................................................................. 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
2. Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 42
B. Informan Penelitian ........................................................................ 43
1. Latar Belakang Informan .......................................................... 43
a. Informan 1 (N) .................................................................... 43
b. Informan 2 (Wf) .................................................................. 46
c. Informan 3 (Sr) ................................................................... 47
d. Informan 4 (Fs) ................................................................... 48
e. Informan 5 (S)..................................................................... 49
f. Informan 6 (Hm) ................................................................. 51
C. Hasil Penelitian .............................................................................. 52
1. Informan N (31) ........................................................................ 52
2. Informan Wf (30) ...................................................................... 54
3. Informan Sr (27) ....................................................................... 57
4. Informan Fs (28) ....................................................................... 59
5. Informan S (59) ........................................................................ 61
6. Informan Hm (62) ..................................................................... 62
D. Analisis Data .................................................................................. 65
1. Kekurangan ekonomi hidup mandiri ......................................... 65
2. Ketegangan pendapat ................................................................ 68
3. Sanggahan perkataan mertua ..................................................... 70
4. Diam terhadap mertua ............................................................... 72
5. Introspeksi diri .......................................................................... 74
6. Nilai rukun dan hormat ............................................................. 77
a. Kerukunan .......................................................................... 78
b. Kehormatan ........................................................................ 80
7. Mengalah untuk menghormati ................................................... 82
8. Penerimaan keadaan ................................................................. 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
E. Pembahasan .................................................................................... 89
1. Mengalah untuk menghormati ................................................... 92
2. Penerimaan keadaan ................................................................. 94
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 104
A. Kesimpulan .................................................................................... 104
B. Keterbatasan ................................................................................... 105
C. Saran .............................................................................................. 106
1. Bagi peneliti selanjutnya ........................................................... 106
2. Bagi menantu dan calon menantu .............................................. 106
3. Bagi Mertua .............................................................................. 107
4. Bagi Praktisi ............................................................................. 108
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 109
LAMPIRAN ................................................................................................. 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Interview Protocol ........................................................................................ 113
Lembar Persetujuan Informan 1 .................................................................... 114
Lembar Persetujuan Informan 2 .................................................................... 115
Lembar Persetujuan Informan 3 .................................................................... 116
Lembar Persetujuan Informan 4 .................................................................... 117
Lembar Persetujuan Informan 5 .................................................................... 118
Lembar Persetujuan Informan 6 .................................................................... 119
Verbatim Informan N .................................................................................... 120
Clustering of Themes N ................................................................................. 144
Skema Informan N ........................................................................................ 147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Relasi Menantu dengan Mertua Yang Tinggal Bersama .... 26
Gambar 2. Tabel Keterangan Pelaksanaan Penelitian ................................... 42
Gambar 3. Skema Dinamika Relasi Menantu Dengan Mertua Yang Tinggal
Bersama ........................................................................................................ 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia khususnya daerah Jawa memiliki konsep keluarga yang tidak
terbatas pada hubungan sedarah, melainkan adanya unsur pelebaran hubungan
(Geertz, 1983). Salah satu pelebaran hubungan yang dimaksud adalah proses
pernikahan yang terdapat istilah ‘menantu’ dan ‘mertua’. Setelah pernikahan
terjadi, menantu tinggal bersama mertua dan telah menjadi keluarga, yang disebut
keluarga batih. Keluarga batih adalah keluarga yang dari keluarga inti (ayah, ibu,
dan anak) dan adanya posisi anggota keluarga lain di dalamnya (Lee, 1982 dalam
Lestari, 2012). Hubungan keluarga batih menekankan pada hubungan
kekerabatan. Penelitian ini memfokuskan pada hubungan menantu perempuan
dengan ibu mertua di keluarga yang tinggal bersama.
Fenomena menantu tinggal bersama mertua di Jawa masih sering ditemukan
di masyarakat pedesaan. Menantu menjadi bagian dalam keluarga mertua
dianggap seperti anak sendiri, sama halnya dengan mertua. Sebagai keluarga yang
tinggal seatap, mereka saling berinteraksi setiap harinya. Menantu dan mertua
memiliki perbedaan dalam hal menilai satu sama lain. Perbedaan tersebut memicu
masalah, yang mengakibatkan ketegangan, kekakuan interaksi serta membuat
jarak di antara keduanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
Menantu yang tinggal bersama mertua sering dijumpai di berbagai daerah.
Seperti penelitian di Asia ditemukan, sebanyak 55% menantu Vietnam dan 42%
menantu di Taiwan tinggal bersama ibu mertua (Li-Ching & Yi-Fang, 2015).
Hasil tersebut mengungkapkan masih banyak menantu perempuan yang tinggal
bersama ibu mertua. Penelitian Andriyani dan Widyayanti (2015) di Indonesia
juga menyampaikan masih adanya pasangan suami istri setelah menikah tinggal
bersama orang tua suami atau istri.
Hubungan menantu dan mertua di dalam keluarga menarik untuk dibahas.
Pada dasarnya mereka memiliki hubungan yang memengaruhi satu sama lain
(Kelley et al. dalam Sears, Freedman, & Peplau, 1985). Hal tersebut terjadi pada
hubungan menantu dengan mertua yang tinggal serumah. Hubungan menantu
dengan mertua saat tinggal serumah diwarnai ambivalensi, dimana terjadi
kedekatan hubungan dan juga terjadi permusuhan (Allendorf, 2015; Willson,
Shuey, & Elder, 2003). Hubungan ambigu tersebut menimbulkan konflik yang
berdampak pada interaksi keluarga (Fischer, 1983).
Allendorf (2015) dalam penelitiannya menjabarkan hubungan menantu
perempuan dan ibu mertua. Hubungan mereka yang ambivalensi digambarkan
hubungan dalam keluarga yang dekat seperti ibu dan anak namun secara
bersamaan terjadi situasi seperti orang asing. Keambiguan interaksi nampak pada
perilaku mereka dalam aktivitas sehari-hari. Sebuah penelitian mengungkapkan
kedekatan menantu dengan mertua justru memiliki hubungan yang rendah
(Fingerman, Gilligan, VanderDrift, & Pitzer, 2012). Dengan kata lain, kualitas
hubungan mereka mengarah pada hal negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
Salah satu informan menantu perempuan penelitian ini, Informan Wf,
menggambarkan bahwa sulitnya menganggap mertua sebagai orang tua sendiri.
Ambigu hubungan mereka diibaratkan seperti kedekatan hubungan ibu-anak, akan
tetapi secara bersamaan terhadap situasi seperti orang asing di antara keduanya.
Adanya kecenderungan dalam dirinya membedakan dan membandingkan mertua
dengan orang tua sendiri.
“..walaupun mereka bilang kamu tak anggap seperti anak
sendiri tapi tetep rasanya beda, bicaranya aja beda kalo
kita kan sama ibu kita kan biasa aja gitu lho gak pernah
sakit hati, biasa. Gini lho kalo sama ibu sendiri kan biasa
ngoko gitu lho kan gak papa kan kalo sama mertua kan lha
harus bicaranya halus seperti itu karna ya soalnya beda.
Kalo ibu sendiri bicara blak-blakan gini-gini gak akan
marah soalnya udah tau anaknya sifatnya kayak gini kalo
mertua belum tentu. Kadang kita bicara sedikit sakit hati
kadang bicara ini sedikit tersinggung kan kita harus hati-
hati.” (Wf, 30th, 36-46)
Penelitian ini difokuskan pada sudut pandang menantu perempuan. Peneliti
melihat seorang menantu yang telah menikah dan ikut tinggal bersama suami
memberikan pengalaman baru dalam hidupnya. Pengalaman menantu sebagai
anggota keluarga baru membawa pengaruh terhadap bagaimana dirinya terlibat
interaksi dengan mertua. Geertz (1983) menyampaikan wanita memiliki pengaruh
besar dalam sebuah hubungan yang bersolidaritas. Suatu penelitian di Taiwan
menunjukkan terjadi konflik tingkat tinggi dalam hubungan menantu perempuan
dan ibu mertuanya (Wu et al., 2010). Konflik tersebut terjadi akibat ibu mertua
menekan dan memojokkan menantu. Perilaku ibu mertua dianggap sebagai
penghambat menantu menjadi istri yang baik. Dengan kata lain, keluarga baru
yang dibangun menantu menentukan masa depan bagaimana relasi antara menantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
dengan mertua dan relasi dua keluarga besar. Hal tersebut juga memunculkan
harapan akan terwujudnya suasana keluarga yang nyaman dan tenang sehingga
tidak terjadi konflik.
Menantu dihadapkan pada proses penyesuaian diri dari berbagai perubahan.
Menantu sebagai wanita yang memiliki keterlibatan lebih dengan mertua memiliki
kuasa untuk mengendalikan semua hal terkait keluarga barunya. Menantu yang
ikut suami tinggal bersama mertua membentuk interaksi intens dengan mertua
atau orang tua suami meskipun merasa asing menjadi bagian keluarga baru.
Perasaan yang dirasakan menantu seperti ketakutan disebabkan oleh adanya
kebingungan dan kecemasan karena merasa tidak nyaman berinteraksi dengan
keluarga suami (Fingerman et al., 2012; Prentice, 2008). Menurut Mulder (1992),
kedekatan jarak tidak menjamin hubungan mengarah pada keintiman atau
memiliki ikatan personal yang kuat.
Li-Ching dan Yi-Fang (2015) menyatakan frekuensi kedekatan memberikan
dampak positif dan negatif terhadap relasi menantu dan mertua yang tinggal
bersama. Menantu perempuan mendapatkan dukungan dan dampingan tentang
bagaimana membangun rumah tangga yang baik. Akan tetapi, dukungan dan
dampingan yang berlebihan menimbulkan anggapan kerugian bagi menantu. Ibu
mertua memerankan porsi lebih dalam rumah tangga menantu dimana
keterlibatannya mendominasi keputusan keluarga. Bagi menantu intensitas
dukungan mertua yang berlebihan memberikan dampak buruk seperti anggapan
sumber stres dan pembatasan dirinya berperan di keluarga (Li-Ching, 2015;
Rittenour & Soliz, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
Fischer (1983) menjelaskan bahwa ibu mertua dan menantu yang tinggal
bersama memiliki batasan interpersonal menantu yang kurang jelas. Ibu mertua
memiliki perasaan menolak menantunya sebagai pilihan anak laki-lakinya.
Ketidakjelasan tersebut membawa dampak terhadap manajemen rumah tangga.
Menantu menganggap ibu mertua sebagai pengganggu kehidupan pernikahannya.
Anggapan ini menyebabkan timbulnya konflik yang lebih banyak dalam
hubungan mereka. Konflik mengurangi dan merenggangkan ruang intimasi relasi
mereka sebagai keluarga yang tinggal bersama.
Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor yang mengonstruksi
hubungan menantu-mertua. Menurut Li-Ching dan Yi-Fang (2015) menganggap
ekonomi sebagai pemicu konflik, dimana mertua mendominasi kekuasaannya
untuk menekan menantu perempuan. Campur tangan mertua yang berkuasa dalam
keluarganya mengakibatkan ketidaknyamanan dan muncul perasaan terjajah dan
terhina (Min-Jung & Yun-Jeong, 2015). Persaingan berdampak negatif terhadap
hubungan mereka apabila mertua bergantung finansial pada anak laki-laki (suami)
(Turner, Young, & Black, 2006). Konsekuensi yang diterima menantu perempuan
selama tinggal bersama menyulitkan dirinya untuk terbuka terhadap mertua.
Hubungan keluarga menantu dan mertua mengalami ketidakcocokan karena
tidak memiliki ikatan yang sama sehingga ketegangan terjadi (Allendorf, 2015).
Ketegangan berkaitan interaksi yang tidak akrab (Santi, 2015) dan adanya
interaksi yang formal antara menantu terhadap mertua (Fischer, 1983). Hal
tersebut berbeda dengan hubungan keluarga yang ideal. Anggota keluarga saling
mengakrabkan diri dan mengutamakan keterbukaan dan keharmonisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
Budaya memiliki pengaruh dan peran penting dalam hubungan menantu dan
mertua (Min-Jung & Yun-Jeong, 2015; Nganase & Basson, 2017). Peneliti
mengaitkan pandangan relasi menantu-mertua dengan budaya di Indonesia,
khususnya Jawa. Budaya Jawa memiliki sistem nilai yang mengatur pola interaksi
sosial di keluarga Jawa. Nilai tersebut terangkum dalam nilai rukun dan hormat.
Orientasi dua prinsip tersebut memberikan pengaruh akan tercapainya
keharmonisan sesama individu (Geertz, 1983). Bagi masyarakat Jawa meyakini
dua prinsip yang dipegangnya membantu untuk menyelaraskan perilaku hidup
mereka dengan norma budaya di lingkungan.
Budaya lebih memengaruhi pada masyarakat pedesaan daripada masyarakat
modern (Datta, Ype, & Alfons, 2003; Nganase & Basson, 2017). Interaksi
masyarakat pedesaan memiliki hubungan sosial yang tinggi (Landis, 1948, dalam
Setyawan, 2015) daripada masyarakat perkotaan. Oleh karena itu, penelitian ini
juga mempertimbangan lokasi untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan.
Elemen dasar masyarakat Jawa nampak pada sebuah sistem mengenai
prinsip kehidupan (Mulder, 1992). Sistem ini dianggap sebagai pelengkap dalam
diri orang Jawa. Sistem tersebut mencakup tradisi Jawa dari berbagai aspek
kehidupan orang Jawa yang berpengaruh pada gaya hidup dan etnik di lingkup
sosial. Dengan kata lain, sistem prinsip kehidupan menjadi pengajaran orang Jawa
yang meyakini sebagai sumber kebijakan dan kebenaran untuk refleksi diri.
Pengajaran Jawa mengarahkan individu Jawa menjadi pribadi Jawa.
Menurut Handayani dan Noviyanto (2004), individu perlu mencapai dan
mempertahankan keseimbangan batin. Hal ini dapat ditunjukkan melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
ketenangan, pengendalian diri, dan berpikir secara rasional. Individu Jawa juga
diarahkan untuk mengendalikan diri dari nafsu dan egoisme. Arahan tersebut
membantu untuk memperkuat diri dengan menyeimbangkan dan menyesuaikan
dengan tuntutan keselarasan sosial. Pengajaran Jawa memuat nilai budaya Jawa
sebagai pedoman masyarakat Jawa bertindak tanduk sehari-hari.
Nilai budaya Jawa memerankan tidak hanya mendasari perilaku, juga
menjadi pusat pemahaman. Nilai hormat merupakan salah satu nilai yang secara
konkretnya berupa tata krama. Tata krama berkaitan dengan kewajiban individu
untuk memelihara hubungan di masyarakat dan keluarga. Pemeliharaan relasi
seyogyanya dilakukan dalam setiap situasi sosial. Tata krama tidak mengenal
waktu dan tempat. Nilai budaya Jawa lainnya adalah terpeliharanya keharmonisan
sosial dalam nilai rukun. Gambaran hubungan sosial yang ideal di lingkungan
Jawa diukur melalui nilai rukun. Peran nilai rukun untuk mencegah ungkapan
perselisihan dengan menjaga keharmonisan. Petunjuk moral bagi masyarakat
Jawa secara tradisional mengandalkan nilai rukun untuk menengahi suatu
ketegangan (Geertz, 1983).
Pedoman moral dua budaya Jawa digunakan sebagai ukuran bagaimana
bertata krama yang baik dalam konteks sosial apapun. Adanya petunjuk normatif
mempermudah masyarakat Jawa untuk memelihara tindak tanduknya dengan
tenang dan mantap dalam segala hubungan. Hal tersebut menjadi kekuatan atau
strategi mereka membangun hubungan yang kuat dengan orang lain. Nilai budaya
Jawa menyatu dan tertanam dalam diri individu sebagai pusat pengertian dirinya
berelasi. Bagi hubungan keluarga, setiap anggota keluarga membutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
pemahaman dan pengalaman bertindak tanduk dengan anggota keluarga lainnya.
Dalam hubungan keluarga, anggota keluarga membutuhkan pengertian dan
pengalaman bertindak tanduk (Geertz, 1983).
Patokan ideal hubungan harmoni antara menantu dan mertua adalah
kerukunan. Mereka dapat saling bekerja sama menyerasikan diri dengan
menitikberatkan pada harmoni hubungan (Geertz, 1983), sehingga perselisihan
dapat dicegah. Dengan demikian, menantu dan mertua bergotong royong
membangun hubungan keluarga yang saling menerima dan memberi satu sama
lain. Hal tersebut termasuk memahami mengenai perbedaan yang ada.
Perasaan-perasaan yang ditekan seringkali memunculkan ketegangan
terbuka dalam keluarga. Hal tersebut seharusnya dapat dicegah dengan proses
komunikasi. Pengutamaan cinta kasih dalam hubungan mereka dan penerapan
nilai moral mewujudkan keharmonisan hubungan keluarga. Perilaku dan sikap
sebagai media menantu dan mertua menunjukkan aksi kerja samanya. Bagi orang
Jawa, pengendalian diri di setiap situasi kesopanan sosial penting untuk
menunjukkan setiap hormat pada orang lain (Geertz, 1983).
Pada dasarnya, keluarga Jawa membekali anggota keluarga, dengan nilai-
nilai budaya Jawa untuk mengembangkan relasi mengarah pada hubungan
harmonis. Pemeliharaan bentuk-bentuk tata krama yang selaras menjadikan
kualitas relasi yang terjalin mengarah positif. Kesepakatan bersama menyesuaikan
tindak tanduk sebagai cara untuk menaati norma demi keserasian dan
keharmonisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
Harapan budaya Jawa yang mengutamakan keharmonisan keluarga berbeda
dengan kenyataanya, terjadi pada relasi menantu dengan mertua. Adanya
perbedaan yang nampak pada relasi keluarga mereka menampilkan relasi tegang
dan berkonflik. Menantu memandang ibu mertua sebagai orang tidak dekat
dengan dirinya (Santos & Levitt, 2007), juga mendapatkan pemahaman hubungan
menantu-mertua yang tidak harmonis. Pandangan nilai budaya Jawa mengarahkan
dan menggerakkan keluarga secara aktif mengupayakan harapan budaya
terwujudkan. Penelitian ini melihat perbedaan dua hal yang saling berlawanan
arah dan tidak menemukan satu titik temu yang baik untuk mengubah arah relasi
sesuai cerminan keluarga Jawa.
Peneliti memandang menantu sebagai orang baru perlu membawa diri
masuk ke dalam relasi keluarga terutama dengan mertua. Pada sisi lain, menantu
perempuan memandang negatif terhadap sosok ibu mertua yang diakibatkan
konflik. Keterlibatan mertua pada kehidupan keluarga menantu menyulitkan
konflik itu dicegah. Dengan kata lain, menantu mengalami kesulitan menemukan
kecocokan dan kenyamanan dirinya berinteraksi dengan mertua selama tinggal
bersama. Oleh karena itu, situasi menuntut menantu berperan untuk meleburkan
pertentangan, melembutkan interaksi, dan menciptakan keharmonisan dalam
hubungan mereka.
Berdasarkan uraian tersebut, menantu memahami dasar nilai budaya Jawa
sebagai pertimbangan bagaimana mengarahkan dan memelihara hubungan selaras.
Peran menantu mengupayakan relasi dengan mertua yang penuh selisih dengan
mertua dapat mencerminkan hubungan kekeluargaan yang harmonis. Oleh karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
itu, peneliti tertarik melihat dinamika seorang menantu perempuan dengan ibu
mertua yang tinggal bersama dan peran budaya Jawa di dalamnya.
B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana dinamika relasi menantu dengan
mertua tinggal bersama?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dinamika relasi menantu
dengan mertua yang tinggal bersama.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini memberikan sumbangsih pada Ilmu Psikologi terutama
Psikologi Budaya dan Psikologi Sosial mengenai pandangan masyarakat tertentu
terutama ibu mertua dan menantu perempuan mengenai pola relasi berlandaskan
nilai budaya Jawa. Selain itu, untuk mempelajari dan memahami keunikan ikatan
relasi menantu pada mertuanya sebagai masyarakat Jawa yang menjunjung nilai
keharmonisan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan paparan mengenai hal-hal berkaitan
dengan relasi masyarakat Jawa, terutama ibu mertua dan menantu perempuan.
Menantu perempuan menapaki kehidupan baru pernikahan memberikan pelajaran
melalui pengalaman berrumah tangga. Penelitian ini diharapkan memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
manfaat bagi mertua dan menantu mempersiapkan, menerima, dan menyesuaikan
diri terhadap segala perubahan, serta sebagai strategi berkeluarga yang produktif.
Bagi praktisi maupun konselor terkait topik ini, diharapkan dapat membantu
menambah informasi sebagai pertimbangan untuk memberikan bimbingan dan
program yang sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Keluarga
Pengertian keluarga selalu diasosiasikan dengan gambaran rumah tangga
(Fatimaningsih, 2015). Beberapa pandangan mendefinisikan keluarga dari berbagai
sudut, Murdock (dalam Lestari, 2012) mengartikan keluarga tidak hanya sebatas
kelompok sosial, namun memiliki empat fungsi utama yakni seksual, reproduksi,
pendidikan, dan ekonomi. Menurut Reis (dalam Lestari 2012), keluarga sebagai suatu
kelompok yang memiliki pertalian keluarga, menjadi tempat bersosialisasi dan
sumber dukungan emosi atau disebut sosialisasi pemeliharaan.
Karakteristik sebuah keluarga diuraikan Lestari (2012) menjadi dua jenis
keluarga, yakni keluarga inti dan keluarga batih. Keluarga inti terdiri dari anggota
keluarga ayah, ibu, dan anak. Suseno (1985) menambahkan dalam masyarakat Jawa,
keluarga inti merupakan pertalian kekerabatan dasar. Sedangkan keluarga batih
menurut Lestari terdiri dari anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah.
Perspektif dari keluarga Jawa mengonsepkan keluarga tidak hanya terbatas pada
keluarga inti melainkan menyebar secara sosial maupun geografis, dengan syarat
memiliki ikatan hubungan yang kuat (Geertz, 1983). Pertalian keluarga juga
menyangkut relasi dengan masyarakat, serta mencakup berbagai aspek yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
mendukung yaitu kebutuhan pribadi, ekonomi, sosial, dan psikologis setiap individu
masyarakat terpenuhi dan nilai-nilai yang diyakini bersama (Geertz, 1983).
Keluarga berawal dari pernikahan sebagai pondasi utama (Lestari, 2012).
Geertz (1983) mengartikan perkawinan sebagai perubahan dan perluasan hubungan
persaudaraan. Perluasan hubungan keluarga ini memunculkan istilah menantu dan
mertua. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) mendefiniskan menantu “istri atau
suami dari anak kita”; sedangkan mertua didefinisikan “orang tua dari istri (suami)”.
Senada dengan Purnomo (1994) mengartikan mertua adalah orang tua pasangannya
yang sekarang menjadi orang tuanya juga. Dalam masyarakat Jawa memiliki istilah
khusus untuk menyapa seperti daughter-in-law untuk mantu-wedok atau menantu
sebagai anak dan parent-in-law untuk maratuwa sebagai orang tua menantu (Geertz,
1983).
B. Penelitian Terkait Relasi Menantu dengan Mertua
Banyak penelitian meneliti dan memfokuskan pada keberlanjutan hubungan
menantu perempuan dan ibu mertua. Penelitian menguraikan banyak faktor yang
memengaruhi hubungan menantu dan mertua seperti, edukasi (Li-Ching & Yi-Fang,
2015), kedekatan (Fingerman et al., 2012; Li-Ching & Yi-Fang, 2015; Rittenour &
Soliz, 2009; Santos & Levitt, 2007), ekonomi (Li-Ching & Yi-Fang, 2015; Min-Jung
& Yun-Jeong, 2015; Turner et al., 2006), pengasuhan (Fischer, 1983), dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
ketidakcocokan (Allendorf, 2015). Hubungan menantu perempuan dengan ibu mertua
diasosiasikan hubungan negatif yang berkonflik (Allendorf, 2015).
Fokus penelitian adalah relasi menantu yang tinggal bersama ibu mertua. Li-
Ching dan Yi-Fang (2015) dalam penelitian kuantitatifnya menguraikan sebanyak
42% menantu perempuan di Taiwan dan 55% menantu perempuan di Vietnam tinggal
serumah dengan ibu mertua. Menantu mengalami dampak positif dan negatif selama
tinggal bersama ibu mertua. Menantu mendapat dukungan dan dampingan seperti
hubungan persahabatan oleh ibu mertua (Li-Ching, 2015; Li-Ching & Yi-Fang, 2015;
Min-Jung & Yun-Jeong, 2015; Santos & Levitt, 2007). Pada sisi lain, fokus topik
penelitian ini adalah dampak negatif dukungan yang berlebih. Ibu mertua yang
memberikan dukungan berlebih cenderung mendominasi, mengkritik, dan menekan
(Char, Saavala, & Kulmala, 2010; Fingerman et al., 2012; Fischer, 1983; Li-Ching &
Yi-Fang, 2015; Min-Jung & Yun-Jeong, 2015; Prentice, 2008; Rittenour & Soliz,
2009; Turner et al., 2006).
Tinggal berdekatan dengan mertua, dinilai tidak menguntungkan bagi menantu,
sebab menimbulkan perasaan tidak nyaman (Prentice, 2008; Fingerman et al., 2012).
Menurut Fischer (1983), tinggal bersama justru menimbulkan konflik lebih sering.
Hal ini mengindikasikan adanya kualitas hubungan negatif antara menantu dan
mertua (Fingerman et al., 2012). Turner et al. (2006) menjelaskan bahwa menantu
menunjukkan keraguan, ketakutan, dan kecemasan selama berinteraksi dengan ibu
mertua. Konflik seringkali terjadi setelah pernikahan, yang disebabkan menantu tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
dapat menerima komentar maupun kritikan dari ibu mertua. Faktor lain dalam
hubungan berkonflik disebabkan oleh ketidakcocokan ikatan keluarga yang
mendorong terjadinya konflik (Allendorf, 2015), dan perbedaan perspektif dalam
mengasuh anak dianggap mengganggu (Fisher, 1983). Ibu mertua cenderung
mengendalikan dan menguasai rumah tangga menantu yang memiliki pendapatan
rendah (Li-Ching & Yi-Fang, 2015; Turner et al., 2006). Keterlibatan ekonomi
berkaitan faktor ekonomi yang terbatas dengan perilaku ibu mertua yang mengejek
dan mengkritik keluarga menantu perempuan, sehingga muncul perasaan terhina dan
direndahkan (Min-Jung & Yun-Jeong, 2015). Menurut Fischer (1983), konflik relasi
menantu-mertua dikarenakan batasan interpersonal yang tidak jelas, sehingga
mengganggu interaksi mereka.
Menantu menilai keterlibatan ibu mertua membawa hal negative dalam
keluarganya (Rittenour & Soliz, 2009). Santos dan Levitt (2007) menjelaskan bahwa
kedekatan menantu dan mertua memengaruhi pandangan menantu terhadap kualitas
relasinya dengan ibu mertua. Dalam penelitian Turner et al. (2006) menemukan
menantu memandang negatif terhadap ibu mertua. Oleh karena itu, menantu
membandingkan orang tua denghan ibu mertuanya (Fischer, 1983).
Budaya juga memiliki peran dalam relasi menantu dan mertua (Datta et al.,
2003; Nganase & Basson, 2017). Menantu menganggap budaya berpengaruh negatif
dan positif terhadap perkembangan hubungan dengan mertua (Nganase & Basson,
2017). Dalam penelitian tersebut mengungkapkan menantu menganggap perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
yang berkaitan dengan rumah tangga merupakan kontruksi budaya. Hal ini
menimbulkan anggapan budaya telah bergeser dan berubah. Menurut Geertz (1983),
dalam masyarakat Jawa perilaku menantu perempuan diatur dalam norma budaya.
Dengan kata lain, menantu seyogyanya menghormati mertua. Menurut Rittenour
(2012) mengenai lingkungan yang memandang buruk hubungan menantu-mertua. Wu
et al. (2010) mengungkapkan konflik terjadi karena ketidaksesuaian ekspetasi
masyarakat terhadap hubungan menantu dan mertua.
Dalam perkembangan relasi menantu dengan mertua, Prentice (2008)
mengungkapkan dukungan ibu mertua merupakan penentu kemampuan adaptasi
menantu. Hal ini mendukung bagaimana menantu mempersepsikan hubungan
keluarga yang harmonis terutama dengan ibu mertua (Andriyani & Widyayanti,
2015). Semakin positif persepsi menantu semakin positif juga kualitas relasinya.
Menurut Min-Jung dan Yun-Jeong (2015), adanya harapan hubungan harmonis di
tengah perselisihan antara ibu mertua.
C. Hubungan
Kelly et al. (1983 dalam Sears et al., 1985) mendefinisikan hubungan adalah
sesuatu yang terjadi bila dua orang saling memengaruhi dan bergantung satu sama
lain. Menurut kacamata psikologi sosial meninjau berbagai bentuk hubungan yang
terdapat pola perilaku manusia (Sears et al., 1985).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
Proses pembentukkan hubungan memiliki dasar yang digambarkan oleh
Levinger & Snoek (1972 dalam Sears et al., 1985) melalui beberapa tahapan. Berikut
jabaran tahapan individu membentuk hubungan melalui model interdependesi. Tahap
pertama disebut zero contact. Proses diawali dengan tidak ada kesadaran terhadap
kehadiran individu lain dalam situasi atau tempat. Tahap kedua adalah menyadari dan
adanya kepekaan dengan memperhatikan individu lain. Perhatian terhadap orang lain
membentuk kesan dalam diri melalui penampilan atau perilaku. Kesan yang baik
membuka kesempatan untuk berinteraksi. Tahap ketiga adalah kontak permukaan.
Interaksi awal terjadi percakapan atau surat menyurat. Pada tahap ini interaksi
berlangsung singkat dari topik pembicaraan, dampak interaksi awal dan peran sosial
yang terbatas. Tahap keempat atau tahap terakhir yang bersifat kontinuum adalah
mutualitas. Tahap ini bergantung pada intensitas keberlanjutan dan ketergantungan
tahap kontak permukaan.
Menurut Kelly et al. (1983 dalam Sears et al., 1985), adanya karakteristik yang
disebut hubungan. Pertama, faktor frekuensi interaksi yang terjadi dalam waktu yang
panjang. Kedua, terlibat dalam berbagai macam kegiatan atau peristiwa yang terjadi
bersama-sama. Ketiga, hubungan terbentuk dimulainya proses pengaruh kuat antar
dua orang. Dalam hal ini, ketergantungan emosi dengan orang lain.
Salah satu teori yang membahas persoalan hubungan adalah teori pertukaran
sosial. Seseorang akan memperhitungkan ganjaran dan kerugian yang diterima dan
diberi dalam hubungan dengan orang lain (Sears et al., 1985). Foa dan Foa (1974
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
dalam Sears et al., 1985) mendefiniskan ganjaran sebagai hal yang diterima dan
diberikan dalam hubungan. Terdapat enam bentuk ganjaran sebagai acuan seseorang
menilai hasil hubungannya. Enam ganjaran tersebut meliputi cinta, uang, status,
informasi, barang, dan jasa. Salah satu ganjaran bergantung pada pemberi adalah
cinta sebagai ganjaran utama dalam hubungan dengan dan oleh orang lain, status, dan
jasa. Menurut teori pertukaran sosial, selain enam ganjaran terdapat ganjaran dalam
hubungan yang dapat dilihat, dicium, dan diraba. Ganjaran lain yang diterima dan
diberikan berupa nasihat atau kedekatan sosial.
Dalam teori pertukaran sosial juga memperhitungkan konsekuensi negatif.
Seseorang mempertimbangkan kerugian dalam hubungannya dengan orang lain
seperti membutuhkan tenaga dan waktu. Apabila hubungan terkendala interaksi dan
tidak disetujui oleh salah satu pihak maka memungkinkan terjadi pertentangan.
Pada dasarnya, hubungan mengalami beberapa proses yang terjadi. Kuantitas
atau intensitas keberlanjutan interaksi memengaruhi kualitas hubungan. Pertimbangan
tersebut meliputi empat tahapan pembentukan hubungan, faktor-faktor yang
menentukan terjalinnya hubungan, dan pertimbangan teori pertukaran sosial. Teori
pertukaran sosial menfokuskan pada konsekuensi berupa ganjaran dan kerugian
dalam hubungan.
D. Kaidah Dasar Masyarakat Jawa
Ketenteraman dan keselarasan masyarakat merupakan dasar moralitas. Dasar
itu terletak pada hubungan selaras antara orang dalam masyarakat mereka sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
(Mulder, 1973). Geertz (1983) menyatakan nilai-nilai kemasyarakatan berlaku
sebagai petunjuk normatif dalam masyarakat. Nilai dasar kemasyarakatan tersebut
ada dalam dua nilai Kejawen. Nilai pertama menuntut orang Jawa bersikap bentuk
tata krama yang sesuai yaitu nilai hormat. Nilai kedua mengenai perilaku memelihara
sosial yang harmonis sehingga tidak menimbulkan konflik yaitu nilai rukun (Geertz,
1983). Kedua nilai dasar tersebut merupakan cerminan pola sosial masyarakat Jawa
(Suseno, 1985).
1. Nilai Hormat
Geertz (1983) mengungkapkan situasi sosial masyarakat Jawa selalu
mengutamakan tata krama, salah satunya hormat. Hormat merupakan prinsip yang
bersifat mengekang diri sendiri secara halus untuk menunjukkan hormat pada orang
lain (Handayani & Novianto, 2004). Menurut Suseno (1985), prinsip hormat
mengatur diri selaras dengan membawa diri mengikuti aturan tata krama sosial.
Bentuk penghormatan masyarakat Jawa ditunjukkan dalam sikap, pembawaan
diri, dan bahasa (Geertz, 1983). Komunikasi orang Jawa diatur dalam tataran bahasa
yaitu krama inggil, krama, ngoko madya, dan ngoko. Masing-masing tataran bahasa
tersebut menunjukkan kedudukan dan pengakuan sosial.
Dasar moral orang Jawa dipelajari dan didapat dari lingkungan (Mulder, 1973).
Keluarga sebagai lingkungan awal individu memulai dan memperkenalkan
pendidikan dasar sejak bayi (Geertz, 1983). Keluarga tidak membentuk anak menjadi
mandiri namun mampu bersosial dengan masyarakat (Mulder, 1973). Kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
bersosial yang dimiliki anak dapat mencapai kedewasaan dengan diukur tiga perasaan
yaitu wedi, isin, dan sungkan (Geertz, 1983).
Geertz (1983) mengartikan perasaan wedi sebagai perasaan takut secara jasmani
maupun sosial. Keluarga mengajarkan anak takut terhadap orang tua yang membuat
mereka menjadi penurut. Suseno (1985) menambahkan anak mendapatkan ajaran
untuk menumbuhkan rasa takut pada orang yang dihormati.
Langkah awal anak menuju pendewasaan memiliki perasaan isin. Arti kata isin
yaitu malu atau diartikan merasa bersalah (Geertz, 1983). Pada dasarnya, anak dididik
untuk malu ketika bertemu dengan orang lain. Suseno (1985) mengungkapkan
perasan isin dan hormat saling berkaitan dan kesatuan. Orang merasa isin diartikan
menaruh hormat terhadap orang yang pantas dihormati. Bagi orang Jawa, perasaan
isin merupakan kekuatan mereka menyesuaikan perilaku dengan norma di masyarakat
(Suseno, 1985).
Ciri khas nilai hormat masyarakat Jawa adalah perasaan sungkan. Menurut
Geertz (1983), anak memiliki isin sekaligus mempelajari perasaan sungkan. Hal yang
membedakan sungkan dan isin adalah perasaan basa-basi menunjukkan hormat pada
orang lain. Geertz (1983) menggambarkan isin sebagai kesopanan dengan
pengendalian diri sedangkan sungkan digambarkan pengendalian yang peka dan
lembut di masyarakat sosial. Suseno (1985) memandang sungkan sebagai perasaan
malu yang positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
Ketiga perasaan wedi, isin, dan sungkan saling berkaitan sebagai fungsi sosial
untuk memengaruhi dan mendukung psikologis seseorang dalam tuntutan prinsip
hormat (Suseno, 1985). Seseorang melakukan dan memiliki perasaan tersebut
memiliki pribadi yang matang (Suseno, 1985), inilah konsep dewasa menurut
pandangan masyarakat Jawa (Geertz, 1983).
2. Nilai Rukun
Masyarakat Jawa memandang rukun sebagai nilai tertinggi yang
menyeimbangkan emosional (Geertz, 1983). Rukun berkaitan dengan hubungan
selaras yang harmonis. Dengan kata lain, mewujudkan kedamaian dengan
menyelaraskan diri dengan sosial (Handayani & Novianto, 2004).
Suseno (1985) memandang adanya indikasi tuntutan kerukunan terhadap
masyarakat Jawa. Rukun digambarkan tidak mengganggu ketenangan dan keselarasan
sosial yang dianggap sebagai keadaan normal. Rukun juga diartikan menghindari
konflik terjadi. Tuntutan rukun merupakan menjaga dan mengatur keselarasan dalam
bermasyarakat sosial. Pengendalian hubungan sosial yang diperlukan untuk
mencegah konflik terbuka. Handayani dan Novianto (2004) menambahkan dalam
Serat Wulangreh menggambarkan rukun menjaga keharmonisan dan kerukunan serta
mencegah timbulnya konflik.
Lingkup keluarga rukun dipandang sebagai elemen sentral (Geertz, 1983).
Suasana terbuka dalam keluarga inti memudahkan setiap anggota keluarga berlaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
ramah, spontan, simpati, dan saling percaya. Situasi hubungan keluarga itu berbeda
dengan keluarga ipar yang menjaga jarak dan adanya suasana hati-hati dan dingin
(Suseno, 1985). Menurut Geertz (1983), pertimbangan utama menyelesaikan masalah
adalah rukun. Suseno (1985) menyampaikan masyarakat Jawa menuntut dapat
mengendalikan diri dan membawa diri sebagai orang dewasa secara tenang dan rukun
menghadapi konflik. Geertz (1983) mengungkapkan rukun sebagai gambaran ideal
hubungan sosial, yang selalu diusahakan di setiap situasi keluarga maupun
masyarakat.
3. Nilai Harmoni Jawa
Dua nilai dasar Jawa saling berkesinambungan satu sama lain untuk
mengarahkan interaksi masyarakat Jawa. Nilai rukun mengatur segala bentuk proses
keputusan itu diambil. Nilai hormat menentukan kerangka bermacam interaksi. Nilai
hormat menetapkan pertimbangan hal-hal pengambilan keputusan, sedangkan nilai
rukun memastikan semua pihak menyetujui kesepakatan bersama yang sudah
ditentukan. Hal ini disebutkan sebagai syarat interaksi teratur, artinya saling
mengakui satu dengan yang lain dan memahami sikap menjalin relasi yang
mengutamakan keselarasan (Suseno, 1985).
Peran dua nilai memunculkan implikasi terhadap interaksi masyarakat Jawa.
Keselarasan sebagai prinsip yang menuntut individu menjamin kepentingan dan hak
tidak mengganggu keselarasan sosial. Keselarasan tindak tanduk dijaga dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
mempertimbangkan keputusan sendiri dan menghormati sistem kedudukan. Individu
mengupayakan bertindak berdasarkan pertimbangan-pertimbangan norma sosial,
bukan dari kehendak sendiri. Prinsip keselarasan dianggap sebagai patokan kerangka
atau batasan bagi individu bertindak dan menemukan batasnya (Suseno, 1985).
Nilai hormat dan rukun secara utuh tidak menuntut individu terhadap sikap
batinnya, melainkan menunjukkan perilaku mencerminkan dua nilai tersebut di
masyarakat. Masyarakat Jawa menjunjung keselarasan dalam segala bentuk apa pun.
Akan tetapi, keselarasan dan tanggung jawab moral berlawanan dapat memunculkan
konflik. Artinya, sikap selaras dalam diri individu baik sejalan dengan tuntutan
tanggung jawab moral bertindak tanduk.
E. Analisis Fenomenologi Interpretatif
Topik relasi merupakan fokus utama dari penelitian ini. Relasi merupakan salah
satu aspek psikologi yang berkaitan dengan proses kehidupan informan. Secara lebih
rinci, aspek psikologi menguraikan persoalan dalam diri informan atau personal dan
sosial dimana saling memengaruhi satu sama lain. Keterkaitan dunia personal dan
sosialnya membangun sebuah harapan terhadap perkembangan relasinya.
Peneliti mengungkapkan dinamika relasi antara menantu perempuan dengan ibu
mertua yang tinggal bersama berdasarkan pengalaman menantu. Selain melihat faktor
internal informan, peneliti menganggap aspek budaya sebagai faktor eksternal
memiliki pengaruh pada dinamika relasi mereka. Hal internal dan eksternal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
menyangkut dan berkaitan pada harapan relasi menantu perempuan. Oleh karena itu,
kombinasi topik penelitian dengan metode yang tepat akan menentukan perolehan
data yang menunjang dan mendukung jawaban dari pertanyaan penelitian.
Strategi mendapat data yang sesuai dan mendalam, peneliti menggunakan IPA
(Interpretative Phenomenologi Analysis) karena dianggap sesuai dengan prinsipnya.
Menurut Smith (2013), IPA merupakan metode yang efektif digunakan untuk
penelitian di bidang psikologi. Penguraian psikologis informan mempelajari
bagaimana pemikiran dan perasaannya mengenai pengalaman ditafsirkan lebih dalam.
Inilah kekuatan IPA menggali informasi masuk lebih dalam pada ranah kognitif,
bahasa, afeksi, dan fisik dari pengalaman personal informan (Smith, 2008). Oleh
karena itu, tugas peneliti menginterpretasi dalam mengidentifikasi dan memahami
rasionalitas dari sudut pandang mental dan emosional informan (Smith, 2008).
Berdasarkan penjelasan tersebut, IPA membantu peneliti mengurai ranah
psikologis terkait dengan objek masalah penelitian yang diangkat. Peneliti mendapat
informasi melalui kacamata menantu yang merumuskan dinamika relasi melalui
proses identifikasi dan interpretasi. Hal tersebut menuntut kedalaman informasi
bagaimana relasi menantu tinggal bersama ibu mertua terkait hal yang dialami dan
dirasakan. Ketepatan prinsip IPA mengarahkan pembelajaran menggali informasi
dengan pertanyaan-pertanyaan melalui proses wawancara. Dengan demikian,
informasi sebagai data penelitian didapat tepat sasaran dan mendalam. Hasil tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
didapat menggunakan pendekatan IPA yang sesuai dengan tujuan dan pertanyaan dari
penelitian ini.
F. Dinamika Relasi Menantu Dengan Mertua
Keluarga merupakan bentuk pertalian keluarga yang diikat melalui sistem
pernikahan. Pernikahan memunculkan istilah menantu dan mertua dalam keluarga.
Menantu menjadi bagian keluarga mertua masih ada yang tinggal serumah, inilah
gambaran keluarga batih. Keluarga batih adalah keluarga yang terdiri keluarga inti
dan anggota keluarga lain yang tinggal bersama (Lestari, 2012). Budaya Jawa
mengonsepkan pertalian hubungan dalam keluarga berkaitan dengan aspek kebutuhan
pribadi, ekonomi, sosial, dan psikologis serta nilai yang disepakati bersama (Geertz,
1983).
Pernikahan menandakan dimulainya jalinan relasi menantu dengan mertua.
Bagi menantu tinggal bersama mendapati keuntungan dan kerugian. Menantu
mendapat dukungan dan dampingan oleh ibu mertua strategi membangun rumah
tangga yang baik. Menantu juga merasakan ketidaknyamanan karena mertua yang
menekan dan mendominasi kepentingan keluarganya. Dampak terhadap relasi antara
dua anggota keluarga tersebut menampilkan ketegangan yang disebabkan
ketidaknyamanannya menantu.
Berkaitan dengan budaya Jawa, menurut Geertz (1983) keluarga Jawa memiliki
dua nilai yang mutlak sebagai pedoman tingkah laku mereka di dalam lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
sosial. Dua nilai tersebut dicerminkan pada nilai hormat dan rukun. Tindak tanduk
sebagai harapan budaya Jawa mewujudkan kerukunan dan suasana keluarga yang
harmonis. Apabila terjadi ketegangan, masyarakat Jawa mengandalkan nilai rukun
untuk menengahi permasalahan dan mengutamakan kerukunan.
Penjelasan tersebut mendapati bahwa arah keberlawanan antara relasi menantu
dengan mertua dan harapan budaya Jawa. Menantu diharapkan dapat mencerminkan
tindak tanduk selaras dengan norma dalam nilai Jawa. Harapan budaya berorientasi
keharmonisan kolektif sebagai petunjuk arah relasi menantu dengan mertua. Oleh
karena itu, penelitian ini mengupayakan untuk menguraikan bagaimana dinamika
relasi menantu dengan mertua yang tinggal bersama, serta untuk mewujudkan
interaksi harmonis.
Gambar 1. Skema Relasi Menantu dengan Mertua Yang Tinggal Bersama
Tinggal bersama
(keluarga)
Tekanan dan
dominasi
Relasi menantu
dengan mertua
Nilai budaya
Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian kualitatif. Paradigma
penelitian kualitatif merupakan metode yang sesuai untuk mengungkapkan tujuan
penelitian dan menjawab pertanyaan penelitian dengan mengeksplorasi fokus dari
penelitian. Menurut Creswell (2012), penelitian kualitatif merupakan metode atau
strategi untuk mempelajari makna dari pengalaman pribadi informan terkait masalah
penelitian. Penelitian kualitatif merupakan penelitian interpretatif atau penafsiran
sebagai tugas peneliti mengidentifikasi pengamatan langsung selama berinteraksi
dengan informan (Creswell, 2012).
Karakteristik yang dimiliki penelitian kualitatif membantu peneliti
menerjemahkan data dalam proses analisis interpretasi. Peneliti mempertimbangkan
faktor lingkungan atau setting penelitian, agar terfokus pada informan dan interaksi
mereka di dalam konteks penelitian. Penelitian kualitatif menuntut peneliti
mengembangkan hubungan personal langsung dengan informan sebagai strategi
untuk memahami kehidupan nyata sehari-hari. Selain itu, penelitian kualitatif
mengutamakan proses analisis data yang bersifat induktif artinya pengolahan data
berupa pola, kategori, dan tema dilakukan secara berulang-ulang hingga menemukan
rangkaian tema yang utuh (Creswell, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
Pendekatan penelitian ini menggunakan analisis fenomenologi interpretatif
(Interpretative Phenomenological Analysis atau IPA). Smith (2013) menekankan IPA
sebagai metode tepat digunakan untuk penelitian berkaitan dengan psikologi. IPA
menganalisis dan berfokus pada sisi kognisi psikologi dalam interaksi peneliti dan
informan. Proses mental dalam kognisi psikologi dan kognisi sosial merupakan
bagian dalam psikologi sosial dan klinis. Dengan demikian, IPA bekerja untuk
membantu peneliti memahami sebuah fenomena dengan menganalisis berkaitan
proses mental secara lebih dalam (Smith, 2013).
Smith (2013) menjelaskan bahwa IPA tepat digunakan untuk menginterpretasi
hal yang menarik dengan memahami melalui proses identifikasi atau penekanan.
Tujuan pendekatan IPA untuk memaksimalkan proses eksplorasi pengalaman
informan. Peneliti IPA bertugas untuk mengeksplorasi masa lalu dan masa depan
berdasarkan perspektif informan. Sumber informasi dari pengalaman informan
membantu peneliti IPA untuk menemukan bagaimana seorang berproses memaknai
dunia personal dan sosial mereka.
Pendekatan IPA menuntut peneliti kualitatif untuk terlibat langsung dalam
proses pengambilan data. Masalah penelitian dalam penelitian ini adalah relasi
menantu perempuan dengan ibu mertua. Peneliti membangun hubungan dengan
informan supaya mereka lebih leluasa mengutarakan pandangannya. Oleh karena itu,
Smith (2013) menyarankan untuk menggunakan wawancara semi-terstruktur. Hal ini
berkaitan dengan bagaimana informan mengekspresikan pikiran dan perasaan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
terbuka kepada peneliti. Kemudian, data dianalisis melalui proses interpretasi untuk
menemukan dan memahami dinamika menantu berelasi dengan ibu mertua yang
tinggal satu rumah.
B. Fokus Penelitian
Penelitian berfokus pada dinamika relasi menantu perempuan dengan ibu
mertua. Relasi yang dimaksudkan tinggal berdekatan atau dalam satu rumah.
Penelitian ini mengeksplorasi relasi dari sudut pandang menantu perempuan sebagai
data utama dan ibu mertua sebagai data pendukung. Sudut pandang mertua digunakan
untuk data tambahan, melengkapi, dan menyeimbangkan pandangan menantu.
Dinamika relasi informan dikaitkan dengan peran budaya Jawa untuk menyelaraskan
sikap dan perilakunya dengan norma. Budaya mengharuskan sebuah interaksi dapat
terjalin intim dan mencapai keharmonisan.
C. Prosedur Penelitian
1. Informan Penelitian
Informan penelitian ini adalah menantu perempuan dan ibu mertua. Jumlah
informan sebanyak empat menantu perempuan dan dua ibu mertua. Karakteristik
informan yaitu menantu perempuan dan ibu mertua yang tinggal dalam satu rumah.
Peneliti tidak membatasi lamanya waktu informan tinggal bersama dan tinggal di
rumah menantu atau ibu mertua. Peneliti mengharapkan mendapat informasi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
mengenai pengalaman menantu perempuan dengan mempertimbangkan keleluasaan
informasi psikologis.
Pemilihan informan penelitian memperhitungkan karakteristik yang telah
ditentukan sebelumnya. Pada awalnya, peneliti mencari menantu perempuan dan ibu
mertua yang tinggal bersama di lingkungan sekitar rumah peneliti. Peneliti juga
memilih informan pendukung yaitu ibu mertua. Informan ibu mertua penelitian ini
merupakan mertua dari dua informan menantu perempuan.
Peneliti meminta kesediaan menantu perempuan dan ibu mertua sebagai
informan penelitian. Strategi untuk mendapatkan data yang autentik, peneliti
melakukan rapport dengan berkunjung ke rumah menantu perempuan dan ibu
mertua. Hal tersebut merupakan langkah awal yang penting agar informan merasa
nyaman dengan peneliti sebelum mengungkapkan pikiran dan perasaan pada orang
lain. Peneliti mendekati informan untuk bercakap-cakap untuk membangun interaksi
hangat, sekaligus menentukan kebersediaan waktu informan untuk melakukan
wawancara.
Selama proses persiapan wawancara, peneliti dan informan bersepakat
mengenai waktu, tempat, dan kenyamanan informan untuk pelaksanaan wawancara.
Informan dan peneliti mengupayakan waktu luang bersama dengan saling
menginformasikan kebersediaan waktu. Peneliti mempertimbangkan situasi rumah
saat wawancara agar informan menantu perempuan merasa nyaman menyampaikan
pengalamannya ketika tidak ada kehadiran ibu mertua. Sedangkan, salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
informan ibu mertua meminta untuk melaksanakan wawancara di luar rumahnya atau
bertempat di rumah peneliti. Hal ini mempertimbangkan situasi ketenangan dan
kenyamanan informan selama proses wawancara berlangsung. Informan ibu mertua
yang lain memilih melaksanakan wawancara di rumahnya sendiri.
2. Metode Pengambilan Data
Lokasi pengambilan data penelitian dilakukan di kota Klaten, tepatnya di Desa
Jatiwoyo dan Desa Kwoso. Peneliti mempertimbangkan wilayah pengambilan data
sebab faktor kedekatan budaya peneliti dan informan merasa tidak asing satu sama
lain. Hal ini juga mempermudah peneliti memahami berbagai hal rinci terkait fokus
penelitian. Penelitian ini menerapkan purposefully select atau sengaja memilih
informan dan lokasi dengan penuh kepercayaan untuk membantu peneliti memahami
masalah (Creswell, 2012). Informan dan lokasi pengambilan data dipilih secara
sengaja sesuai dengan karakteristik penelitian.
Proses pengambilan data dilakukan di tempat tinggal dan tempat kerja
informan. Salah satu informan menantu perempuan dan ibu mertua meminta proses
wawancara dilakukan jauh dari tempat tinggalnya. Informan menginginkan
keleluasaan dan kenyamanan dirinya mengungkapkan pikiran dan perasaan. Oleh
karena itu, peneliti memprioritaskan suasana pelaksanaan wawancara supaya
informan merasa nyaman dan terbuka menceritakan pengalaman personalnya.
Penelitian kualitatif mendapatkan data dengan melakukan wawancara. Metode
wawancara digunakan untuk mendapatkan data yang detail mencakup cerita, pikiran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
perasaan informan (Smith, 2013). Selama proses pengambilan data, peneliti
melibatkan diri dalam interaksi aktif secara langsung dengan informan. Dengan
demikian, peneliti dapat mengendalikan alur tanya jawab supaya terarah dan langsung
pada pokok permasalahan.
Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti menyusun berbagai pertanyaan
terbuka sebagai panduan wawancara. Menurut Smith (2013), panduan wawancara
merupakan serangkaian pertanyaan yang disusun bersifat terbuka dan meluas untuk
memunculkan pandangan dan penjelasan secara luas dari informan. Pertanyaan dalam
panduan wawancara mengenai eksplorasi pengalaman informan berelasi dengan ibu
mertua dan pandangan tentang nilai budaya Jawa. Panduan wawancara digunakan
secara fleksibel dan menyesuaikan cakupan ketertarikan informan. Peneliti juga
melakukan pendekatan atau rapport terhadap informan. Suasana dan interaksi yang
dekat membantu informan dan peneliti tidak merasa terinvestigasi dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan.
Peneliti menggunakan panduan wawancara yang diterapkan dalam wawancara
semi-terstruktur. Wawancara semi-terstruktur secara fleksibel mengikuti ketertarikan
informan mengungkapkan pengalaman, sehingga memperoleh kekayaan data.
Informasi yang menarik dan perlu penjelasan, peneliti probing atau menggali
sehingga dapat dikembangkan (Smith, 2008). Peneliti memanfaatkan informasi
menarik dari data untuk digali dalam aspek psikologis dan sosialnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
Sebelum wawancara berlangsung, peneliti meminta ijin pada informan untuk
melakukan perekaman wawancara. Perekaman bertujuan untuk merekam jawaban-
jawaban informan saat peneliti mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu, peneliti
menggunakan fasilitas audio-recorder pada hand-phone sebagai alat perekam.
Jawaban informan yang terekam merupakan data penelitian berupa audio. Data audio
tersebut ditranskripkan melalui proses verbatim dan dianalisis pada tahap selanjutnya.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data menurut Smith (2013), yang
dijabarkan sebagai berikut:
1. Membaca dan membaca kembali
Langkah pertama pada proses analisis adalah mengumpulkan data dengan
melakukan wawancara kepada informan. Hasil wawancara dalam bentuk verbal
ditranskipkan dalam bentuk kalimat, sehingga mempermudah membaca data kembali.
Peneliti menemukan fokus analisis penelitian melalui baca data. Tugas peneliti
mengulang membaca transkrip untuk mempermudah mengembangkan struktur
wawancara.
2. Membuat catatan awal
Pada tahap ini, peneliti membuat catatan pada tranksrip data. Hal ini
memerlukan kedetailan dan memakan waktu. Peneliti melakukan identifikasi
keterkaitan kata dan bahasa pada transkrip untuk menemukan pola pikir informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
terhadap konteks yang difokuskan. Hal tersebut dimaksudkan untuk memahami
kedetailan catatan dan komentar pada data. Analisis memfokuskan pada deskripsi hal
penting dan makna dalam diri mereka (fokus penelitian seperti relasi, proses, tempat,
kejadian, nilai, dan prinsip).
3. Mengembangkan tema
Pada tahap ini, peneliti mengubah catatan ke dalam bentuk tema. Hal tersebut
bertujuan untuk menghasilkan tema yang singkat dan jelas sesuai pernyataan penting
pada komentar transkrip. Catatan yang dikembangkan dalam bentuk tema untuk
memudahkan peneliti mengeksplor fokus tema-tema yang muncul. Tugas peneliti
juga memetakan dan menyambungkan pola-pola dalam data transkrip yang bertujuan
mengeksplorasi catatan.
4. Mencari keterkaitan antara tema-tema yang muncul
Peneliti menggabungkan tema menjadi struktur yang menggambarkan semua
aspek dari informan. Pada tahap ini memetakan keterkaitan tema-tema menjadi pola
atau bagan. Keterhubungan tema digunakan untuk proses analisis interpretasi tema-
tema.
5. Pindah ke kasus selanjutnya
Tahap ini mengarahkan peneliti untuk mengulang langkah awal untuk
memproses data informan lainnya. Peneliti akan menjumpai tema-tema yang muncul
pada informan satu dan kembali muncul di informan lainnya. Pada sisi lain, peneliti
menemukan tema baru muncul pada setiap informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
6. Mencari pola dari keseluruhan kasus
Pada tahap ini, peneliti mencari pola dari keseluruhan kasus informan. Peneliti
IPA dapat melakukannya dengan mind-mapping dari tema-tema keseluruhan
informan. Tahap ini membantu peneliti untuk menganalisis dan menginterpretasinya.
E. Kredibilitas Penelitian
Pentingnya mengevaluasi validitas penelitian berguna untuk membuat penilaian
penelitian yang baik, terpercaya, dan berguna. Lucy Yardley (Smith, 2008)
menjabarkan evaluasi validitas penelitian, sebagai berikut:
1. Sensitivity to context
Penelitian kualitatif penting mempertimbangkan sensitivitas konteks. Salah
satunya penggunaan teori yang relevan dan pustaka secara empiris sebagai dasar
penjelasan makna dan konsep fokus penelitian. Sensitivitas pada teori yang
digunakan dapat relevan dengan ilmu di konteks lain yang berbeda. Penelitian
terdahulu membantu peneliti membangun pertanyaan penelitian, sebagai pembanding
dan penjelas interpretasi.
Dalam penelitian kualitatif, fokus penelitian adalah relasi menantu dengan
mertua. Peneliti menyesuaikan fokus topik penelitian dengan teori maupun pustaka
yang relevan, agar menjadi dasar yang kuat dalam penjelasannya. Teori hubungan
dan beberapa penelitian terdahulu terkait relasi membantu peneliti meletakkan
pemahaman dasar sesuai dengan tujuan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
Penelitian kualitatif yang baik menunjukkan kesensivitasan perspektif pada
konteks sosial-budaya terhadap hal yang diteliti. Proses pengambilan data
mempertimbangkan karakteristik informan dan setting pengambilan data. Pertanyaan
terbuka-tertutup mendorong informan untuk mengungkapkan pemikiran mereka tanpa
dibatasi.
Peneliti mempertimbangkan karakteristik informan dan setting pengambilan
data untuk mencapai kesensitivitasan data. Karakteristik informan penelitian berguna
untuk memperjelas dan memfokuskan perspektif. Lokasi pengambilan data
mengutamakan situasi dan kenyamanan informan menantu perempuan dan ibu
mertua.
Pada tahap analisis, peneliti menganalisis data dengan melihat makna yang
ingin disampaikan informan. Sensitivitas pada analisis berperan sebagai
pertimbangan alasan mengapa keterangan boleh dan tidak boleh diekspresikan dan
bagaimana mereka mengekspresikannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam
menganalisis adalah keterbukaan menginterpretasikan dan mengakui kompleksitas
serta ketidakkonsistenan yang dibicarakan oleh informan. Kompleksitas makna dari
pernyataan informan satu berbeda dengan informan lain. Peneliti memanfaatkan
perbedaan tersebut sebagai kekhasan setiap informan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
2. Commitment and rigour
Aspek komitmen merupakan prinsip untuk menyesuaikan analisis data dengan
tujuan penelitian. Kekakuan dalam penelitian kualitatif menuntut peneliti
mengupayakan konsistensi fokus penelitian dengan data yang terkumpul. Komitmen
yang tepat diterapkan dalam memilih informan penelitian, sebab kurang tepatnya
pemilihan informan dapat memengaruhi kevalidannya analisis penelitian. Kesesuaian
pemilihan informan dengan metode dan teori menunjukkan konsistensi yang jelas
untuk menginterpretasikan data.
Penelitian ini mengutamakan kesesuaian topik dengan informan untuk
mencapai tujuan penelitian. Peneliti memilih menantu perempuan yang sesuai dengan
kriteria informan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Kriteria tersebut
mempertimbangkan menantu yang tinggal dalam satu rumah dengan mertua dan tidak
membatasi berapa lama menantu tinggal bersama. Oleh karena itu, peneliti
mengupayakan kedekatan dengan informan.
3. Coherence and transparency
Kejelasan dan kekuatan argumen dalam menganalisis bergantung pada
pendekatan teoritis, pertanyaan penelitian, metode, dan interpretasi data. Proses
analisis data memperhitungkan konsistensi metode dan teori yang relevan saling
mendukung. Oleh karena itu, analisis transparansi menyajikan cukup data berupa
kutipan, kutipan teks, dan merangkum tema, untuk menunjukkan kepada pembaca
dasar analisis interpretatif. Transparansi hasil penelitian kualitatif dilihat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
bagaimana pembaca dapat memahami apa yang telah diteliti dan mengapa hal
tersebut diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menyampaikan alasan dan hal-hal yang perlu
diketahui oleh pembaca secara jelas. Peneliti memberikan alasan pada setiap bagian
penelitian untuk menyampaikan transparansi proses pemikiran dalam melakukan
penelitian ini. Salah satunya pendekatan analisis fenomenologi interpretatif yang
digunakan penelitian ini untuk mengolah data sesuai tujuan penelitian yang
diharapkan. Pada proses analisis, peneliti mengupayakan kesesuaian kutipan verbatim
yang mendukung interpretasi. Penjelasan dalam interpretasi menggambarkan makna
yang disampaikan informan berdasarkan kemurnian data yang diperoleh.
4. Impact and importance
Penelitian yang baik memiliki manfaat dapat diimplentasikan secara langsung
pada kehidupan manusia. Penelitian ini memberikan pandangan baru pada pembaca
untuk memahami pandangan menantu perempuan mengenai relasi dengan ibu mertua.
Peneliti memberikan masukan untuk menantu dan mertua, serta konselor atau
praktisi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dan memberikan
pandangan baru mengenai relasi menantu perempuan dan ibu mertua di Jawa terkait
nilai-nilai moral Jawa dalam relasi mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
Validitas data penelitian ini menggunakan prosedur triangulasi. Smith (2008)
menjelaskan guna triangulasi dalam penelitian sebagai cara menguatkan data dari
orang atau kelompok lain. Triangulasi juga membantu penelitian mendapat
kedalaman untuk memudahkan peneliti menganalisis melalui proses interpretasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi teori sebagai cara yang sesuai
untuk memperluas deskripsi aspek psikologis yang berkaitan dengan fokus penelitian
ini. Proses triangulasi memanfaatkan referensi penelitian terdahulu melalui
pembandingan hasil penelitian dan data penelitian yang diperoleh.
F. Refleksivitas Peneliti
Saya berperan sebagai peneliti yang meneliti dinamika relasi menantu
perempuan dengan ibu mertua yang tinggal bersama. Saya, Devi Putri Sari, tinggal
dalam keluarga batih, bersama ayah dan ibu sebagai mertua dan keluarga kakak
dalam satu rumah. Selama tinggal bersama, saya mengamati interaksi menantu dan
mertua dimulai dari perubahan situasi keluarga dan relasi antar anggota keluarga.
Pengalaman tersebut menarik perhatian saya menjadi topik penelitian ini. Saya
mendapat kemudahan untuk memahami perubahan menantu perempuan dan mertua.
Saya membangun interaksi intim dengan ibu mertua dan menantu perempuan.
Mereka menyampaikan keluh kesahnya terhadap satu sama lain pada saya. Oleh
karena itu, saya mendapat kesempatan dan tidak merasa canggung lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
mengeksplorasi pengalaman sensitif informan penelitian. Hal ini mendorong
keinginan dan ketertarikan saya untuk memahami dinamika mereka lebih mendalam.
Penelitian ini memungkinkan terjadinya bias dalam menginterpretasikan data.
Selama menyusun penelitian ini, saya belum menikah membentuk persepsi atau
harapan akan suatu situasi tertentu, sehingga interpretasi cenderung memihak
menantu perempuan. Hal ini dikarenakan, saya sebagai calon menantu mencerminkan
pengalaman langsung di rumah yang memengaruhi keberpihakkan. Pengalaman saya
masuk dalam dunia informan penelitian menggambarkan pengalaman langsung saya
dalam keluarga. Hal ini mengurangi objektivitas dan kevalidan hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan
adalah analisis fenomenologi interpretatif yang berfokus pada dinamika relasi
menantu dengan mertua tinggal bersama. Tujuan peneliti ini mengeksplorasi lebih
dalam terutama pengalaman menantu perempuan berdinamika serumah dengan
mertua. Peneliti menggunakan metode wawancara semi-terstruktur sebagai
metode pengambilan data untuk mendapat data yang lebih terperinci. Proses
pengambilan data dilakukan menggunakan handphone sebagai alat perekam. Data
kualitatif yang diperoleh berupa audio yang ditranskripkan melalui tahap
verbatim.
Awalnya, peneliti bertemu pada informan untuk meminta kesediaan waktu
sebagai bagian penting dalam penelitian ini. Peneliti juga membangun rapport
dengan menanyakan kabar dan menjelaskan secara singkat maksud penelitian ini,
agar informan merasa nyaman dan jelas bercerita dari awal hingga akhir. Selama
proses wawancara berlangsung, peneliti mengikuti arah pembicaraan informan
namun tidak terlepas dari pertanyaan panduan wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
2. Pelaksanaan Penelitian
Berikut keterangan waktu dan tempat pelaksanaan penelitian pada masing-
masing informan.
Gambar 2. Tabel Keterangan Pelaksaan Penelitian
No Keterangan Informan 1
(N)
Informan 2
(Wf)
Informan 3
(Sr)
Informan 4
(Fs)
1. Perizinan
pada
informan
Selasa, 29
November
2016
Jumat, 6
Januari 2017
Selasa, 1
Agustus 2017
Selasa, 1
Agustus 2017
2. Pengambilan
data–
wawancara
informan
a. Rabu, 30
November
2016
18.40 –
19.50
Rumah Ibu
S
a. Senin, 16
Januari
2017
11.28 –
13.13
Rumah Ibu
Hm
a. Kamis, 3
Agustus
2017
14.17 -
15.03
Rumah Ibu
Sr
a. Kamis, 3
Agustus
2017
15.15 –
16.38
Rumah Ibu
Sr
b. Jumat, 09
Desember
2016
18.38 –
19.05
Rumah Ibu
S
b. Jumat, 03
Maret 2017
11.18 –
11.53
Rumah Ibu
Hm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
No Keterangan Informan 5
(S)
Informan 6
(Hm)
1. Perizinan pada
informan
Sabtu, 26 November
2016
Senin, 2 Januari 2017
2. Pengambilan data–
wawancara
informan
a. Selasa, 29 November
2016
14.39 – 15.43
Rumah Ibu S
a. Jumat, 6 Januari 2017
11.16-13.39
Rumah peneliti
b. Sabtu, 10
Desember 2016
16.11– 16.38
Rumah Ibu S
b. Rabu, 8 Maret 2017
11.19 – 12.19
Rumah Ibu Hm
B. Informan Penelitian
1. Latar Belakang Informan
Berikut pengalaman singkat responden penelitian sebagai menantu tinggal
bersama mertua.
a. Informan 1 (N)
N adalah perempuan berasal dari kota Sragen yang menikah dan tinggal
di kota Klaten. Sejak awal menikah N langsung tinggal di rumah mertua.
Pengalaman N tinggal bersama mertua sudah 9 tahun lamanya. Saat ini N dan
suami telah dikaruniai 2 anak laki-laki.
Pada awalnya, N dan suami memutuskan untuk mengontrak rumah
yang berjarak jauh dari rumah mertua. Selama tinggal mengontrak, N mengurus
semua pekerjaan rumah termasuk mengurus anaknya. Kesibukkan bekerja N dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
suami harus menitipkan anaknya pada mertua pada pagi dan N menjemput pada
sore hari. Sebelum berangkat bekerja, N harus menitipkan anaknya di rumah
mertua setiap hari. Hal tersebut dikarenakan anak N lebih senang tinggal di rumah
neneknya yang memiliki teman lebih banyak dibandingkan di rumah kontrakan. N
juga merasa kesepian ketika tinggal di kontrakan karena terbiasa bercengkrama