DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP...

62
Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015 132 DINAMIKA PELAYANAN PERPUSTAKAAN DI BPTP BALI I Gusti Ngurah Penatih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ( BPTP) Bali Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran Denpasar – Selatan, Bali, 80222 E-mail: [email protected] date submitted : 26 Oktober 2015 date approved : 27 November 2015 ABSTRACT Dynamics of Library Services at BPTP Bali One indicator for Bali BPTP library is active or not by, knowing the number of users and the types of services available in the library. Assessment of Library Services Institute for Agricultural Technology Bali aims to see the extent to which the use of libraries to meet the needs of users informations in BPTP Bali. The method used is descriptive method by analyzing the data from the guest book library use by library patrons for 3 (three) years, namely in 2012 - 2014. The analysis showed that the number of library users BPTP Bali for 3 (three) last year were 33 women and 919 people were male.Users / visitors of the highest library in 2012 as many as 371 users and in 2013 with 310 people, and continued to decline in 2014 that only 271 users. From the results of data collection is known that the highest user 419 (44%) were employees, researchers followed 328 people total users (34%) and extension of 70 people (07%). The analysis shows that the user 432 (45%) are more interested in finding the literature, followed to simply read as many as 356 people (37%) goes for internet purposes as many as 103 users, and the lowest is a comparative study as many as 13 people (01%). Subjects collections to which the user is the subject collections of agriculture in general. Key words: Library services, BPTP Bali ABSTRAK Salah satu indikator aktif atau tidaknya perpustakaan BPTP Bali adalah dengan mengetahui jumlah pengguna dan jenis layanan yang ada di perpustakaan itu. Pengkajian Layanan Perpustakaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali bertujuan untuk melihat sejauh mana pemanfaatan perpustakaan terhadap pemenuhan kebutuhan informasi pengguna di BPTP Bali. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menganalisa data dari buku tamu pemanfaatan perpustakaan oleh pengunjung perpustakaan selama 3 (tiga) tahun terakhir yaitu tahun 2012-2014. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah pengguna perpustakaan BPTP Bali selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah 33 orang perempuan dan 919 orang adalah laki-laki. Pengguna/pengunjung perpustakaan tertinggi pada tahun 2012 sebanyak 371 pengguna dan tahun 2013 dengan 310 orang, dan terus mengalami penurunan pada tahun 2014 yang hanya 271 orang pengguna. Dari hasil pengumpulan data diketahui bahwa pengguna tertinggi 419 orang (44%) adalah pegawai struktural, diikuti peneliti sebanyak 328 orang (34%) dan penyuluh sebanyak 70 orang (7%). Hasil analisa menunjukkan bahwa 432 pengguna (45%) lebih tertarik untuk mencari literatur, diikuti untuk sekedar membaca sebanyak 356 orang (37%) selanjutnya untuk keperluan internet sebanyak 103 pengguna, dan yang paling rendah adalah studi banding sebanyak 13 orang (01%). Subyek koleksi perpustakaan yang digunakan pengguna adalah subyek koleksi-koleksi pertanian secara umum. Kata kunci : Layanan perpustakaan, BPTP Bali PENDAHULUAN Pada dasarnya perkembangan perpustakaan lebih merupakan perwujudan keinginan pengguna perpustakaan dalam memperoleh informasi yang lebih cepat dan komprehensip sehingga memperlancar kegiatan aktifitas penggunanya, maka perpustakaan wajib meningkatkan kemampuan layanannya baik dari sumberdaya manusia maupun infrastrukturnya Untuk itu peran

Transcript of DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP...

Page 1: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015132

DINAMIKA PELAYANAN PERPUSTAKAAN DI BPTP BALI

I Gusti Ngurah Penatih

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ( BPTP) BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran Denpasar – Selatan, Bali, 80222

E-mail: [email protected]

date submitted : 26 Oktober 2015 date approved : 27 November 2015

ABSTRACT

Dynamics of Library Services at BPTP Bali

One indicator for Bali BPTP library is active or not by, knowing the number of users and the types of servicesavailable in the library. Assessment of Library Services Institute for Agricultural Technology Bali aims to seethe extent to which the use of libraries to meet the needs of users informations in BPTP Bali. The methodused is descriptive method by analyzing the data from the guest book library use by library patrons for 3(three) years, namely in 2012 - 2014. The analysis showed that the number of library users BPTP Bali for 3(three) last year were 33 women and 919 people were male.Users / visitors of the highest library in 2012 asmany as 371 users and in 2013 with 310 people, and continued to decline in 2014 that only 271 users. Fromthe results of data collection is known that the highest user 419 (44%) were employees, researchers followed328 people total users (34%) and extension of 70 people (07%). The analysis shows that the user 432 (45%)are more interested in finding the literature, followed to simply read as many as 356 people (37%) goes forinternet purposes as many as 103 users, and the lowest is a comparative study as many as 13 people (01%).Subjects collections to which the user is the subject collections of agriculture in general.

Key words: Library services, BPTP Bali

ABSTRAK

Salah satu indikator aktif atau tidaknya perpustakaan BPTP Bali adalah dengan mengetahui jumlah penggunadan jenis layanan yang ada di perpustakaan itu. Pengkajian Layanan Perpustakaan Balai PengkajianTeknologi Pertanian Bali bertujuan untuk melihat sejauh mana pemanfaatan perpustakaan terhadappemenuhan kebutuhan informasi pengguna di BPTP Bali. Metode yang digunakan adalah metode deskriptifdengan menganalisa data dari buku tamu pemanfaatan perpustakaan oleh pengunjung perpustakaanselama 3 (tiga) tahun terakhir yaitu tahun 2012-2014. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah penggunaperpustakaan BPTP Bali selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah 33 orang perempuan dan 919 orang adalahlaki-laki. Pengguna/pengunjung perpustakaan tertinggi pada tahun 2012 sebanyak 371 pengguna dantahun 2013 dengan 310 orang, dan terus mengalami penurunan pada tahun 2014 yang hanya 271 orangpengguna. Dari hasil pengumpulan data diketahui bahwa pengguna tertinggi 419 orang (44%) adalahpegawai struktural, diikuti peneliti sebanyak 328 orang (34%) dan penyuluh sebanyak 70 orang (7%). Hasilanalisa menunjukkan bahwa 432 pengguna (45%) lebih tertarik untuk mencari literatur, diikuti untuk sekedarmembaca sebanyak 356 orang (37%) selanjutnya untuk keperluan internet sebanyak 103 pengguna, danyang paling rendah adalah studi banding sebanyak 13 orang (01%). Subyek koleksi perpustakaan yangdigunakan pengguna adalah subyek koleksi-koleksi pertanian secara umum.

Kata kunci : Layanan perpustakaan, BPTP Bali

PENDAHULUAN

Pada dasarnya perkembangan perpustakaanlebih merupakan perwujudan keinginan penggunaperpustakaan dalam memperoleh informasi yang

lebih cepat dan komprehensip sehinggamemperlancar kegiatan aktifitas penggunanya,maka perpustakaan wajib meningkatkankemampuan layanannya baik dari sumberdayamanusia maupun infrastrukturnya Untuk itu peran

Page 2: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

133

tenaga perpustakaan atau pustakawan yangmerupakan ujung tombak dalam layanan informasidiperpustakaan sangat menentukan.

Perpustakaan Balai Pengkajian TeknologiPertanian Bali merupakan salah satu perpustakaankhusus bidang pertanian yang berada di bawahBadan Litbang Pertanian. Perpustakaan BPTPBali merupakan perpustakaan yang didirikan untukmendukung visi dan misi BPTP Bali dan berfungsisebagai pusat informasi terutama berhubungandengan penelitian dan pengkajian khusus masalahpertanian di wilayah Bali. Oleh sebab ituperpustakaan BPTP Bali mempunyai karakteristikkhusus dibidang informasi atau koleksi bahanpustaka dan pemustaka yang dilayani.

Istilah pengguna perpustakaan atau pemakaiperpustakaan lebih dahulu digunakan sebelumistilah pemustaka muncul. Menurut Sutarno (2008)dalam Kamus Perpustakaan dan Informasimendefinisikan pemakai perpustakaan adalahkelompok orang dalam masyarakat yang secaraintensif mengunjungi dan memakai layanan danfasilitas perpustakaan, sedangkan penggunaperpustakaan adalah pengunjung, anggota danpemakai perpustakaan. Setelah Undang-UndangNomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaandisahkan, istilah pengguna atau pemakaiperpustakaan diubah menjadi pemustaka, dimanapengertian pemustaka menurut Undang-UndangNomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 9 adalahpengguna perpustakaan, yaitu perseorangan,kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yangmemanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan,sedangkan menurut Wiji Suwarno (2009),pemustaka adalah pengguna fasilitas yangdisediakan perpustakaan baik koleksi maupunbuku (bahan pustaka maupun fasilitas lainnya).Ada berbagai jenis pemustaka seperti mahasiswa,guru, dosen dan masyarakat bergantung padajenis perpustakaan yang ada. (http://www.pemustaka.com/pemustaka).

Pelayanan perpustakaan berorientasipengguna harus segera diimplementasikan diperpustakaan untuk menunjang proses akselerasitransfer ilmu pengetahuan, yang secara globaldapat mempengaruhi tingkat kecerdasan danberimbas pada kemajuan pembangunan dalamsegala bidang, berorientasi pada pengguna, berartiperpustakaan telah menempatkan penggunasebagai subjek dari layanan perpustakaan.

Keberhasilan sebuah perpustakaan dapatdiukur apabila dapat memenuhi dan mewujudkankebutuhan penggunanya. Sebagai perpustakaankhusus, BPTP dituntut untuk mampumenyediakan informasi yang dibutuhkan penggunadalam cakupan misi dan visi lembaga induknya,

menyediakan informasi bagi peneliti dan penyuluhdalam melaksanakan program pengkajianteknologi spesifik lokasi yang dijabarkan dalamkegiatan perpustakaan yang meliputi pengadaanbahan pustaka, pengolahan, pemanfaatan,pelestarian, serta penyebaran informasi. Selamaini pemanfaatan pelayanan perpustakaan BPTPBali belum pernah dikaji dan dievaluasi, oleh sebabitu kajian mengenai pemanfaatan pelayanan diBPTP Bali dirasakan sangat diperlukan untukmelihat sejauh mana pemanfaatan perpustakaanterhadap pemenuhan kebutuhan informasipemustaka pada BPTP Bali.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metodedeskriptif dengan menganalisis data statistikpemanfaatan perpustakaan oleh pengunjungperpustakaan selama 3 (tiga) tahun terakhir yaitutahun 2012-2014 dan berbagai sumber sepertilaporan kegiatan, statistik pengunjung dan datadukung lainnya. Setelah data semua dikumpulkan,selanjutnya ditabulasi, dan dianalisis secaradeskriptif, kemudian ditarik suatu kesimpulkanberdasarkan nilai persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemustaka (Pengguna)

Hasil analisis pada pengguna/pemustakaperpustakaan BPTP Bali diketahui bahwa selama3 tahun (2012-2014) pengguna sebanyak 952orang, dimana 919 orang (96.5%) penggunaberjenis kelamin laki-laki, dan sisanya 33 orang(3.5%) adalah perempuan (gambar 1).

Gambar 1. Jumlah pengguna perpustakaanmenurut jenis kelamin.

Dinamika Pelayanan Perpustakaan di BPTP Bali | I Gusti Ngurah Penatih

Page 3: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015134

Apabila dilihat dari jumlah pengguna setiaptahunnya, diketahui bahwa pengguna/pengunjungperpustakaan tertinggi pada tahun 2012 sebanyak371 pengguna dan tahun 2013 dengan 310 orangpengguna dan terus mengalami penurunan daritahun 1 sampai tahun ke 3 (tahun 2014) sebanyak271 orang pengguna. (Gambar 2).

Gambar 2. Penurunan pengguna perpustakaanBPTP Bali selama 2012-2014

Berarti telah terjadi penurunan penggunasebesar 100 orang pengunjung dari tahun 2012.Hal ini perlu mendapat perhatian bagi pustakawan/pengelola perpustakaan, untuk mengkaji lebihlanjut mengapa pengguna perpustakaan selamatiga tahun terakhir mengalami penurunan. Evaluasiperlu dilakukan terhadap ketersediaan koleksi,sikap petugas maupun sarana dan prasarana yangmendukung.

Dari hasil pengumpulan data diketahui bahwapengguna tertinggi adalah pegawai BPTP sendiri,sebanyak 440 orang (46%), diikuti penelitisebanyak 333 pengguna (35%), sedangkansisanya adalah penyuluh sebanyak 70 pengguna(07%), mahasiswa 06 %dan siswa hampir samasebanyak 06%, dan yang terakhir adalah daripetani sebanyak 20 pengguna (02%).(Gambar 3).

Apabila dihubungkan dengan profesipengguna, jumlah pengguna perpustakaan daritahun ketahun dapat diatasi antara lain denganlebih mengembangkan koleksi yang sesuaikebutuhan mayoritas pengguna, dalam hal iniadalah pegawai (staf), peneliti, penyuluh danmahasiswa.

Penyediaan koleksi bahan pustaka harus lebihditekankan pada teknologi tepat guna danteknologi inovasi, ketersediaan jurnal-jurnal ilmiahyang terbaru perlu dipertimbangkan untukmemenuhi kebutuhan peneliti, penyuluh danmahasiswa.

Gambar 3. Jumlah pengguna perpustakaan BPTPBali menurut profesi

Kebutuhan Pengguna.

Hasil analisis menunjukkan bahwa 432pengguna (45%) datang ke perpustakaan adalahuntuk mencari literatur kemudian selanjutnyamembaca buku sebanyak 356 orang (37%),pengguna yang tertarik untuk menggunakaninternet sebanyak 103 (11%) pengguna, keperluanmagang bagi mahasiswa hanya mencapai angka38 (04%) pengguna, sementara untuk keperluanstudi banding sebanyak13 (01%), petugas pusatyang datang dengan keperluan pembinaanperpustakaan sebanyak 10 orang (01%).(Gambar 4).

Gambar 4. Jumlah pengguna perpustakaan BPTPBali berdasarkan kebutuhan informasi

Pengguna yang mencari literatur yang cukuptinggi sebanyak 432 pengguna (45%). Khususpengguna yang datang ke perpustakaan BPTP Balidengan keperluan mencari literatur mengalamikenaikan dari tahun 2012 sampai tahun 2014, inidisebabkan oleh peneliti, penyuluh dan mahasiswasudah semakin memahami keberadaan

Page 4: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

135

perpustakaan BPTP Bali, yang mana koleksiberupa buletin dan jurnal-jurnal ilmiah cukupmembantu para pengguna dalam menemukaninformasi ilmiah sesuai kebutuhan.Pengguna yangdatang untuk keperluan membaca sebanyak 356pengguna (37%), ini terus mengalami penurunansetiap tahunnya, sama dengan pengguna internet,juga mengalami penurunan, ini didebabkan karenadi masing-masing ruangan kerja sudah difasilitasikomputer lengkap dengan jaringan internet, yangbisa digunakan untuk berbagai keperluan. Namununtuk mendapatkan informasi yang terbaru,kecepatan internet sangat perlu diperhatikan.HotSpot dapat menyediakan layanan internet bebasuntuk suatu lingkungan yang terbatas, misalnyadi sekitar gedung perpustakaan. Dengan memilikihot spot perpustakaan menyediakan jasapenelusuran internet yang dapat diakses olehpengguna dari Laptop/Note Book yang biasadibawa oleh pengguna.

Disamping memang perpustakaan BPTP Balimerupakan perpustakaan khusus pertanian,subyek pertanian merupakan subyek koleksi yangdiminati pengguna perpustakaan. Ini tidak terlepasdari keberadaan perpustakaan yang mendukungtupoksi instansi. Beberapa hal yang perlu dikajilebih lanjutuntuk mengoptimalkan koleksiperpustakaan yang ada adalah denganmenambahkan field pertanyaan di statistikpengunjung, tidak cukup hanya menuliskanpertanian secara umum, namun perlu disiapkanpertanyaan yang lebih substansi, misalnyakebutuhan pengguna menurut sub sektor.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pengguna/pemustaka BPTP Bali 97% (919orang) pengguna berjenis kelamin laki-laki dansisanya 03% (33 orang) adalah perempuan dengantotal jumlah pengunjung selama tiga tahun terkhiradalah 952 orang pengguna/pemustaka.Pengunjung/pengguna perpustakaan tertinggipada tahun 2012 sebanyak 371 orang penggunadan tahun 2013 dengan 310 orang dan terusmengalami penurunan pengguna pada tahun 2014yang hanya 271 orang dengan penurunan sebesar100 orang atau sekitar 10.5% dari tahun 2012

Hasil pengumpulan data diketahui penggunatertinggi 44% adalah dari pegawai/staf, diikuti oleh

peneliti sebanyak 34% dan penyuluh (07%),sisanya adalah pengguna dari siswa, petani danmahasiswa (15%). Hasil analisa menunjukkan45% pengguna datang ke perpustakaan adalahuntuk mencari literatur, kemudian selanjutnya 37%pengguna adalah keperluan membaca, sedangkanuntuk penggunaan internet dari tahun ke tahunmengalami penurunan hingga 11%. demikian jugamahasiswa yang magang hanya mencapai 04%.

Penurunan pengguna perpustakaan perlumendapat perhatian bagi pustakawan/pengelolaperpustakaan, untuk mengkaji lebih lanjut denganevaluasi terhadap ketersediaan koleksi, sikappetugas maupun sarana dan prasarana yangmendukung. Pengembangan koleksi yang sesuaikebutuhan mayoritas pengguna, dalam hal inipeneliti, penyuluh dan mahasiswa perludilaksanakan. Kondisi infrastruktur jaringan, masihperlu ditingkatkan untuk lebih menjangkaukebutuhan pengguna akan fasilitas internet. Perludikaji lebih lanjut untuk mengoptimalkan koleksiperpustakaan yang ada dengan menambahkanfield pertanyaan di statistik pengunjung, tidakcukup hanya menuliskan pertanian secara umum,namun perlu disiapkan pertanyaan yang lebihsubstansi, misalnya kebutuhan pengguna menurutsub sektor.

DAFTAR PUSTAKA

Buku tamu perpustakaan BPTP Bali Tahun 2013 –2014. http://www.pemustaka.com/pemustaka, didownload tanggal 5 Mei 2015

BPTP Bali. 2014. Laporan perpustakaan. hal 1-3

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.2013. Prosiding Temu Teknis JabatanFungsional Non Peneliti, Bogor: 2013,hal.200-206

Sutarno N.S. 2008. Membina PerpustakaanDesa. Jakarta: Sagung Seto

Perpustakaan Nasional RI. 2007. Undang-undangRepublik Indonesia No.43 tahun 2007 tentangPerpustakaan.

W. Suwarno, 2009, Psikologi Pemakai, Jakarta;Sagung Seto.

Dinamika Pelayanan Perpustakaan di BPTP Bali | I Gusti Ngurah Penatih

Page 5: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015136

DISEMINASI KOMPONEN PTT PADI PADA INTEGRASI TANAMAN TERNAKMENDUKUNG PSDSK DI DESA PEREAN KANGIN KECAMA TAN BATURITI,

KABUPATEN TABANAN, PROVINSI BALI

Wayan Sunanjaya

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJalan By Pass Ngurah Rai Pesanggaran Denpasar Selatan, Bali 80222

E-mail : [email protected]

Submitted date: 5 November 2015 Approved date: 30 November 2015

ABSTRACT

The Dissemination of Rice PTT Components on Animal Plant Integration to Support PSDSKin Perean Kangin Village, Baturiti District, Tabanan Regency Province of Bali

The concept of integration of livestock into crop farming placing and commercialize a number of cattlewithout reducing the activity and productivity of plants. The existence of cattle have to increase the productivityof crops and livestock production. Livestock integration aims for mutually beneficial synergies (mutualismsinergicity), minimizing crop and livestock waste can ultimately help reduce production costs and improvethe income of farm households. To support the increased rice production has been made with theimplementation of Integrated Crop Management (ICM). The activities was conducted in Subak Basang BePerean Kangin village, Baturiti, Tabanan. Involving two (2) farmer groups namely group Padang Jerak andGiri Makmur (60 families) with an area of 10 hectares. The implementation time was December 2013 untilApril 2014. The method of implementation was comparison between the introduction of the technologycomponents PTT by farmers way. Data were analyzed using t-test against some of the parameters of yieldcomponents. Dry weight of crop straw, dry harvested grain weight per panicle, weight of dry grain harvest(GKP) tile, straw weight at harvest / tile and real per acre GKP. The results showed significant differencesbetween the introduction of the technology compared to the farmers way higher or successive participated by8.62; 50.60; 6.67; 6.67 and 51.18%.

Key words: Application, paddy PTT, crop livestock integration

ABSTRAK

Konsep integrasi ternak dalam usahatani tanaman menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternaktanpa mengurangi aktivitas dan produktivitas tanaman, bahkan keberadaan ternak ini harus dapatmeningkatkan produktivitas tanaman sekaligus produksi ternaknya. Integrasi ternak bertujuan agar terjadisinergi saling menguntungkan (mutualism sinergicity), meminimalisasi limbah tanaman maupun ternakpada akhirnya dapat membantu mengurangi biaya produksi dan meningkatkan pendapatan rumahtanggapetani. Untuk menunjang peningkatan produksi padi sawah telah dilakukan dengan penerapan PengelolaanTanaman Terpadu (PTT) padi. Kegiatan dilaksanakan di Subak Basang Be Desa Perean Kangin, KecamatanBaturiti, Kabupaten Tabanan. Melibatkan 2 (dua) kelompok tani yakni kelompok tani Padang Jerak dan GiriMakmur (60 KK) dengan luasan 10 hektar. Waktu pelaksanaan Desember 2013 sampai April 2014. Metodepelaksanaan yakni membandingkan antara introduksi komponen teknologi PTT dengan cara petani. Datadianalisis menggunakan uji t-test terhadap beberapa parameter komponen hasil. Bobot kering panenjerami, bobot gabah kering panen per rumpun, bobot gabah kering panen (GKP) ubinan, bobot jerami saatpanen/ubinan dan hasil GKP riil per are menunjukkan perbedaan yang nyata antara introduksi teknologiyang dibandingkan dengan cara petani atau lebih tinggi berturut-turut sebesar 8,62; 50,60; 6,67; 6,67 dan51,18%.

Kata Kunci : Penerapan, PTT padi, integrasi tanaman ternak

Page 6: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

137

PENDAHULUAN

Laju pertumbuhan produktivitas usahapertanian merupakan interaksi antara berbagaifaktor yang bekerja di dalam usaha pertanian,diantaranya ternak, tanaman, tanah/lahan sertapengelola/manusia langsung maupun tidaklangsung. Dalam rangka meningkatkanpembangunan pertanian pada kawasan lahanusahatani mesti tersedia alternatif teknologi untukmemperbaiki produktivitas lahan, ternak, lahanserta meningkatkan pendapatan petani melaluipenerapan teknologi sistem usaha pertanianberbasis ternak dan tanaman.

Konsep integrasi ternak dalam usahatanitanaman menempatkan dan mengusahakansejumlah ternak tanpa mengurangi aktivitas danproduktivitas tanaman, bahkan keberadaan ternakini harus dapat meningkatkan produktivitastanaman sekaligus dengan produksi ternaknya.Integrasi ternak bertujuan agar terjadi sinergi salingmenguntungkan (mutualism sinergicity),meminimalisasi limbah tanaman maupun ternakpada akhirnya dapat membantu mengurangi biayaproduksi dan meningkatkan pendapatanrumahtangga petani.

Integrasi tanaman dengan ternak sapi sebagailangkah maju dalam upaya mendukung pertanianberkelanjutan. Integrasi tanaman ternak sapi padasatuan lahan yang sama mampu meningkatkanpruduktivitas dalam tiap sektor daripada satusektor tunggal atau dapat meningkat karena hasiltanaman dan ternak (Reijntjes et al., 2006). Selainbudidaya tanaman pangan sebagai sumber pakanternak terutama sisa tanaman, gulma dari lahanpertanian pada lahan bera mampu memberikansumberdaya pakan ternak tambahan. Integrasitanaman ternak sapi menjadi salah satu jalankeluar dalam upaya meningkatkan produktivitastanaman ternak dan sekaligus dapat tetapmempertahankan usahatani yang berkelanjutan(sustainable agriculture) (Sutanto, 2006).

Zulkarnain (2010) menyatakan, metodealternatif dalam melakukan praktek pertanianberwawasan lingkungan dan berkelanjutan(environmentally sound and sustainableagriculture), dimana sistem ini didasarkan atasinteraksi yang selaras dan serasi antara tanah,tanaman, ternak, manusia dan lingkungan.Sementara pertanian berwawasan lingkunganyakni ramah lingkungan (pertanian ekologis),dimana sistem ini menitikberatkan pada upayapeningkatan daur ulang secara alami denga tujuan

memaksimalkan input berupa bahan-bahan organik(Reijntjes et al., 2006).

Memadukan sistem usahatani tanaman padidengan sistem usaha ternak secara sinergis akanterbentuk suatu sistem yang efektif dan efisienyang ramah lingkungan, bebas limbah. Bebaslimbah bermakna bahwa tidak ada yang terbuangpercuma dari setiap hasil proses produksitanaman maupun ternak sehingga membentuksuatu siklus yang tertutup. Sistem ini sebenarnyasudah lama dikembangkan oleh nenek moyangkita. Namun kali ini, sistem integrasi diberisentuhan teknologi sehingga nilai tambah yangdiperoleh dari setiap proses dalam mata rantaisiklus proses produksi ini semakin besar.

Untuk menunjang peningkatan produksi padisawah telah dilakukan dengan penerapanPengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). PengelolaanTanaman Terpadu adalah suatu pendekatan inovatifdalam upaya peningkatan efisiensi usaha tani padisawah dengan menggabungkan berbagaikomponen teknologi yang saling menunjang dandengan memperhatikan penggunaan sumber dayaalam secara bijak agar memberikan pengaruhyang lebih baik terhadap pertumbuhan danproduktivitas tanaman (Badan Litbang, 2010).

Banyak hal yang mempengaruhi prosesmeningkatnya produksi padi, mulai daripenggunaan bibit unggul, pemupukan yang tepatsasaran, pengairan yang tepat, pengendalian hamapenyakit, dan lain sebagainya, sehinggamengintroduksikan komponen teknologi sudahselayaknya untuk didamping seefektif mungkin.

Kajian ini bertujuan untuk mendiseminasikankomponen teknologi PTT yakni penanaman padiMentik Wangi pada integrasi tanaman ternak

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Kegiatan dilaksanakan di Subak Basang BeDesa Perean Kangin, Kecamatan Baturiti,Kabupaten Tabanan. Melibatkan 2 (dua) kelompoktani yakni Padang Jerak dan Giri Makmur (60 KK)dengan luasan 10 hektar. Waktu pelaksanaanDesember 2013 sampai April 2014

Perlakuan terdiri dari : a. Introduksi TeknologiPTT yang terdiri dari : (1) Penanaman varietasunggul yaitu Mentik Wangi; (2) Cara tanam tapinLegowo 2:1 dengan jarak tanam (25 x 50 x 12,5)

Diseminasi Komponen PTT Padi Pada Integrasi Tanaman Ternak MendukungPSDSK Di Desa Perean Kangin..... | Wayan Sunanjaya

Page 7: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015138

cm; (3) Pemupukan dengan pupuk organik (pupukpadat dan cair) dan an organik cara petani; (4)Tanam bibit umur muda <21 hari setelah semai(hss) dengan 1-3 bibit/lubang tanam; (5) Pengairanberselang (intermittent) yaitu pengaturan kondisisawah dalam kondisi kering dan tergenang secarabergantian; (6) Pengendalian gulma dan hamapenyakit secara terpadu. b. cara petani (nonintroduksi PTT). Penanaman padi MT I/MH dilokasi kegiatan yang difokuskan untuk varietasMentik Wangi. Penerapan komponen teknologiPTT dilakukan penuh pada lokasi kegiatan kecualipengairan berselang, karena penanamanbersamaan dengan musim hujan. Intermitten padalahan masing-masing petani koperator tidakdilakukan yakni menutup saluran masuk padapetak pertama atau pengairan hanya dengan airhujan. Sementara pemanfaatan biourin melaluisemprotan pada saluran draenase tiap petakan.Aplikasi komponen teknologi lebih ditekankanpada pemupukan organik dan intermittent.

Data yang dikumpulkan meliputi komponenhasil tanaman padi yakni : bobot kering panenjerami/rumpun, bobot gabah kering panen perrumpun, bobot gabah kering panen (GKP) ubinan,hasil gabah kering panen (GKP) riil per are. Datadianalisis dengan t-test , yang dibandingkanadalah cara petani dengan komponen teknologiPTT yang diintroduksikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Wilayah Lokasi Demplot

Wilayah Desa Perean Kangin berada padaketinggian 430 meter dari permukaan laut (m dpl)dengan tofografi bergelombang, memilikikemiringan 3-12%. Jenis tanah dominan coklatkekuningan, suhu rata-rata 290C, curah hujanbulanan rata-rata 300 mm dan 60 hari hujan per

tahun. Luasan lahan subak Basang Be yakni 58,95ha yang terdiri dari 55,50 ha lahan sawah dan 3,45ha lahan kering/tegalan (Sunanjaya dkk., 2012).

Penggunaan pupuk kandang telah dilakukansejak 2009 sementara penggunaan biourin sejak2012, sehingga ke depan pupuk organik yangbersumber dari limbah ternak sapi (padat dan cair)diharapkan mendukung pertanian organikberkelanjutan pada lahan sawah.

Komponen Hasil T anaman Padi Mentik W angi

Beberapa parameter yang diamati diperolehperbedaan nyata antara komponen teknologi yangdiintroduksikan dengan cara petani, kecuali bobotgabah kering panen (GKP) per ubinan. Bobotkering panen jerami, bobot gabah kering panenper rumpun, bobot gabah kering panen (GKP)ubinan, bobot jerami saat panen/ubinan dan hasilGKP riil per are menunjukkan perbedaan yangnyata antara introduksi teknologi yangdibandingkan dengan cara petani atau lebih tinggiberturut-turut sebesar 8,62; 50,60; 6,67; 6,67 dan51,18%. Sementara bobot gabah kering panen(GKP) ubinan cendrung lebih tinggi pada kegiatanintroduksi komponen teknologi PTT sebesar 6.67%yang dibandingkan dengan cara petani (Tabel 1).

Sifat fisik tanah masing-masing bulkdensitydan total ruang pori pada tanah yang dipupukorganik berbeda tidak nyata dibandingkan dengntanah yang tidak dipupuk dengan pupuk organiknamun nilainya cendrung lebih tinggi. Sedangkankadar air tanah pada tanah yang dipupuk organikberbeda nyata dibandingkan dengn tanah yangtidak dipupuk dengan pupuk organik atau lebihtinggi 51,25% (Tabel 2).

Pemupukan organik memberikan tingkatpertumbuhan dan hasil tanaman yang hampirsama dengan semi organik, serta pemupukan anorganik berbeda dengan pemupukan ke duanya.Hasil penelitian Purwanto dkk. (2011)

Tabel 1. Rerata komponen hasil tanaman padi varietas Mentik Wangi pada MT I/MH

Parameter Introduksi teknologi Non introduksi teknologi

Bobot kering panen jerami/rumpun (gram) 129,8 a 119,5 bBobot gabah kering panen per rumpun (gr) 62,5 a 41,5 bBobot gabah kering panen (GKP) ubinan (kg) 3,2 a 3,0 aBobot jerami saat panen/ubinan(kg) 11,2 a 10,5 bHasil GKP riil per are (kg) 51,1 a 33,8 b

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan tidaknyata pada uji t-test

Page 8: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

139

menyimpulkan produktivitas tanaman pada lahanorganik belum bisa mengimbangi produktivitaspada lahan semiorganik. Tingkat pertumbuhantanaman sangat dipengaruhi oleh tingkatpertumbuhan dan komponen-komponen produksi.Purwanto dkk. (2011) menyatakan pada kondisiketersediaan hara tanah terpenuhi optimal,serapan akan meningkat sehingga kebutuhantanaman untuk pertumbuhan dan perkembanganterpenuhi secara optimal pula dan tingkat produksiakan tinggi. Peningkatan komponen pertumbuhandan komponen hasil akan diikuti denganpeningkatan produksi gabah kering. Mukhlis (2011)menyatakan, penambahan pupuk organik dapatmengembalikan keadaan tanah kembali subur,karena pupuk organik selain menambah hara jugadapat menggemburkan tanah sehingga akartanaman lebih mudah menyerap unsur hara. Bahanorganik juga berperan sebagai sumber energi danmakanan mikroba tanah sehingga dapatmeningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalampenyediaan hara tanaman (Munanto, 2013). Pupukorganik diperoleh dari pemanfaatan kotoran sapipada kegiatan integrasi tanaman ternak.

Pola integrasi antara tanaman dan ternak atauyang sering disebut dengan pertanian terpaduadalah memadukan antara kegiatan peternakandan pertanian. Pola ini sangatlah menunjang dalampenyediaan pupuk kandang di lahan pertanian,sehingga pola ini sering disebut pola peternakantanpa limbah karena limbah peternakan digunakanuntuk pupuk, dan limbah pertanian digunakan untukpakan ternak. Integrasi hewan ternak dan tanamandimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yangoptimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisikesuburan tanah. Interaksi antara ternak dantanaman haruslah saling melengkapi, mendukungdan saling menguntungkan, sehingga dapatmendorong peningkatan efisiensi produksi danmeningkatkan keuntungan hasil usaha tani(Saputra, 2014). Dikatakan bahwa sistem integrasi

tanaman ternak mengemban tiga fungsi pokokyaitu memperbaiki kesejahteraan dan mendorongpertumbuhan ekonomi, memperkuat ketahananpangan dan memelihara keberlanjutan lingkungan(Suryanti, 2001). Selain pelaksanaan konsepintegrasi tanaman ternak di atas, diperlukan puladukungan berupa edukasi kepada para petani danpeternak serta penumbuhan kesamaan pijakan(common ground) mulai dari perbankan, swasta,dan pemerintah untuk mencapai kedaulatanpangan (Anonimus, 2013).

Hasil pengkajian Khairudin et al. (2007) diMataram yang mendapatkan bahwapengembangan padi dengan menggunakan PTTmeningkatkan hasil padi dari 3,47 t GKG/hamenjadi 5,26 t GKG/ha atau meningkat 51,00%.Penerapan PTT selain dapat meningkatkanproduksi juga lebih efisien dalam penggunaanbenih, pupuk dan air irigasi, sehingga berdampakpada pendapatan petani dimana keuntungan yangdiperoleh 35% lebih besar dibanding dengan nonPTT (Kamandalu et al., 2012).

Kegiatan Pendampingan Program SL-PTTPadi Sawah Provinsi Bali tahun 2011 denganmenerapkan PTT padi sawah peningkatanproduksi padi di 9 kabupaten antara 6,9% - 28,7%(Suratmini et al., 2011). Melalui penerapan modelPTT Sawah di Kabupaten Pesawaran, Lampungpeningkatan produktivitas sebesar 47,13%dibandingkan dengan lokasi di luar SLPTT, danpeningkatan pendapatan petani sebesar 29,07%sampai 76,12% dengan mempergunakan varietasInpari 1, Inpari 9, dan Cigeulis (Asnawi, 2014).

KESIMPULAN

Introduksi komponen teknologi PTT padaVarietas Mentik Wangi meningkatkan hasil gabahkering panen rii l padi sebesar 51,18%dibandingkan dengan cara petani.

Tabel 2.1 Rata-rata hasil pengamatan sifat fisik tanah di Subak Basang Be Desa Perean Kangin KecamatanBaturiti Tabupaten Tabanan

Uraian Bulkdensity(g cm¯³) Kadar air tanah (%) Total ruang pori tanah (%)

Introduksi Komponen PTT 1.38 A 13.87 a 48.25 aCara Petani 1.37 A 9.17 b 47.76 a

Keterangan : angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidaknyata pada uji t-test

Diseminasi Komponen PTT Padi Pada Integrasi Tanaman Ternak MendukungPSDSK Di Desa Perean Kangin..... | Wayan Sunanjaya

Page 9: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015140

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2013. Impor Sapi dan KedaulatanPangan. http://www.beritasatu.com/blog/ekonomi/2201-impor-sapi-dan-kedaulatan-pangan.html. Diakses tanggal 9 September2014.

Asnawi, R. 2014. Peningkatan produktivitas danpendapatan petani melalui penerapan modelpengelolaan tanaman terpadu padi sawah dikabupaten Pesawaran, Lampung. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Lampung.Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 14(1):44-52 ISSN 1410-5020.

Kamandalu, AANB., SAN. Aryawati, IBG.Suryawan, IB. Aribawa dan IBK. Suastika.2012. Laporan Akhir Tahun PendampinganProgram SL-PTT Padi Sawah di Provinsi Bali.BPTP Bali. BBP2TP, Bogor. Badan LitbangPertanian. Kemtan. Jakarta

Khairuddin, Sumanto dan D.N.Rina. 2007.Peningkatan produktivitas padi pawah irigasimelalui pendekatan pengelolaan tanaman dansumberdaya terpadu (PTT). Mataram.Prosiding Seminar Nasional. Balai BesarPengkajian dan Pengembangan TeknologiPertanian, Badan Penelitian danPengembangan Pertanian, DepartemenPertanian.

Litbang. Badan Pengembangan SumberdayaManusia Pertanian. 2010. Metode PenyuluhanPertanian. Modul Diklat Fungsional PenyuluhPertanian Ahli. Badan Pengembangan SDMPertenian, Departemen Pertanian.

Munanto, B. 2013. Manfaat penggunaan pupukorganik. http://www.kulonprogokab.go.id/v21/Manfaat-Penggunaan-Pupuk-Organik_3113.Diakses tanggal 9 September 2014.

Mukhlis, 2011. Pengaruh pupuk organik dananorganik terhadap pertumbuhan dan hasilpadi di lahan rawa lebak. Prosiding SeminarNasional Padi 2010 : Variabilitas danPerubahan Iklim: Pengaruhnya TerhadapKemandirian Pangan. Balai Besar PenelitianTanaman Padi. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. KementerianPertanianj. Buku 2. ISBN 978-979-540-067-8. 3 jil; 17x24 cm.

Purwanto, Tohari dan Shiddie, 2011. Pertumbuhandan hasil empat varietas padi (Oryza sativa

L.) pada sistem pertanian organik, semiorganik dan pertanian konvensional. ProsidingSeminar Nasional Padi 2010 : Variabilitas danPerubahan Iklim: Pengaruhnya TerhadapKemandirian Pangan. Balai Besar PenelitianTanaman Padi. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. KementerianPertanian. Buku 2. ISBN 978-979-540-067-8.3 jil; 17x24 cm.

Reijntjes C, B. Havercort, W. Bayer. 2006.Pertanian Masa Depan, Pengantar untukpertanian berkelanjutan denga infut luarrendah. ILEIA. Penerbit Kanisius Yogyakarta.ISBN 979-672-453-7. Cetakan ke 5.

Sunanjaya W., I.A. Parwati, N. Sugama, S.A.Aryawati, LG Budiari, N. Duwijana, PtSugiarta, 2013. Laporan Akhir DemplotIntegrasi Tanaman Ternak Sapi MendukungPSDSK di Kecamatan Baturiti, KabupatenTabanan. Balai Pengkajian TeknologiPertanian Bali, BB Pengkajian danPengambangan Teknologi Pertanian. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian.Kementerian Pertanian.

Sutanto. R. 2006. Pertanian Organik. MenujuPertanian Alternatif dan Berkelanjutan.Penerbit Kanisius. Buku. Cetakan ke 5. ISBN979-21-0187-X.

Saputra, T. 2014. Sistem pertanian terpaduberkelanjutan integreted plant. http://thoms212.blogspot.com/2014/03/sistem-pertanian-terpadu-berkelanjutan.html.Diakses tanggal 9 September 2014.

Suratmini, P., A.A.N.B. Kamandalu, dan I.B.Suryawan. 2011. Laporan Akhir TahunPendampingan Program SL-PTT Padi Sawahdi Provinsi Bali. Balai Pengkajian TeknologiPertanian Bali. Balai Besar Pengkajian danPengembangan Teknologi Pertanian. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian,Kementerian Pertanian.

Suryanti, Reni. 2001. Penerapan Integrasi UsahaTanaman dan Ternak Serta KebutuhanPenyuluhan Pertanian. Pasca Sarjana.Universitas Andalas 2011

Zulkarnain. 2010. Dasar-Dasar Hortikultura. Editor: Rini Rachmatika, Ed.1 Cet 2-Jakarta : BumiAksara. Xii, 336 hlm; 23 cm.

Page 10: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

141

KAJIAN PEMUPUKAN BIO URIN SAPI UNTUK MENGURANGI PENGGUNAANPUPUK KIMIA PADA USAHATANI TOMAT(Solanum lycopersicum L.)

I Nyoman Adijaya

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJalan By Pass Ngurah Rai Pesanggaran Denpasar Selatan

e-mail:[email protected]

date submitted : 26 Oktober 2015 date approved : 10 November 2015

ABSTRACT

Utilization of Cow Bio Urine to Decrease Chemical Fertilizers on Tomato Farming Systems

Farming of tomato (Solanum lycopersicum L.) is identical use of high external inputs, especially fertilizer.The study was conducted in Werdi Guna Farmers Group, Pempatan village, Kintamani district, Karangasemregency from June to September 2014. The study compared treatment P0 (control/farmers fertilizer) and P1:reduce the 25% dose of chemical fertilizers by farmers means an additional 5,000 liters cow bio urine/ha.Control/farmers fertilizer use chemical fertilizers with basic fertilizer using NPK (Ponska) 330 kg/ha and 40kg NPK 15-15-15/ha. Replication of experiments using three farmers with each treatment using 500 tomatoplants. The results showed the treatment P1 gives tomato yield components and yield significantly higherthan the control, except for the component number of fruits per plant harvest. An increase in yield per 300 m2

of 11.58% in the treatment P1 (1,3220.10 kg) compared to the control (1,184.85 kg). The addition of 5,000liters of cow bio urine concentration of 20% to 25% reduction of chemical fertilizers provide increasedrevenues and profits in tomato farming. Revenue of tomato farm scale of 300 m2were increased on cow biourine fertilizer of Rp 3,305,250,-from Rp 2,962,125,-while profits increased to Rp 1,919,020,- from Rp1,643,575,-. Utilization of cow bio urine also increase the B/C ratio in tomato farming. B/C ratio increases to1.38 higher than the control/farmers fertilizer 1.25.

Key words: Cow bio urine, chemical fertilizers, tomato

ABSTRAK

Usahatani tomat (Solanum lycopersicum L.) identik dengan usahatani dengan pemanfaatan input luarkhususnya pupuk yang tinggi. Kajian dilakukan di Kelompok Tani Werdi Guna, Desa Pempatan, KecamatanKintamani, Kabupaten Karangasem dari bulan Juni sampai dengan September 2014. Kajian membandingkanperlakuan P0: (kontrol/cara petani) dan P1: mengurangi 25%dosis pupuk kimia cara petani dengantambahan 5.000 liter bio urin sapi/ha. Kontrol/pemupukan cara petani menggunakan pupuk kimia dengandosis pupuk dasar NPK (Ponska) 330 kg/ha dan pupuk susulan 40 kg NPK 15-15-15/ha. Ulangan percobaanmenggunakan tiga orang petani dengan masing-masing perlakuan menggunakan 500 tanaman tomat.Hasil kajian menunjukkan perlakuan P1 memberikan komponen hasil dan hasil tomat nyata lebih tinggidibandingkan kontrol, kecuali terhadap komponen jumlah buah panen per tanaman. Terjadi peningkatanhasil per 300 m2 sebesar 11,58 % pada perlakuan P1 (1.3220,10 kg) dibandingkan dengan cara petani(1.184,85 kg). Penambahan 5.000 liter bio urin sapi konsentrasi 20% dengan penurunan 25% pemupukankimia memberikan peningkatan penerimaan dan keuntungan pada usahatani tomat. Penerimaan usahatanitomat skala 300 m2meningkat pada pemupukan bio urin sapi menjadi Rp 3.305.250,-dari Rp 2.962.125,-,sedangkan keuntungan meningkat menjadi Rp 1.919.020,-dari Rp 1.643.575,-. Pemanfaatan bio urin sapijuga meningkatkan B/C ratio pada usahatani tomat. B/C ratio meningkat menjadi 1,38 lebih tinggidibandingkan kontrol/pemupukan cara petani 1,25.

Kata kunci: Bio urin sapi, pupuk kimia, tomat

Kajian Pemupukan Bio Urin Sapi Untuk Mengurangi Penggunaan Pupuk KimiaPada Usahatani Tomat (Soianum lycopersicum L.) | I Nyoman Adijaya

Page 11: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015142

PENDAHULUAN

Tomat merupakan tanaman yang banyakdiusahakan khususnya pada sentrapengembangan tanaman hortikultura, karenakebutuhan akan tomat senantiasa meningkatsetiap tahunnya. Usahatani tomat (Solanumlycopersicum L.) seperti halnya tanaman sayuranlainnya merupakan usatani yang identikdenganpenggunaan input luar yang sangat tinggi. Yasaet al., (2013) menyatakan pada usahatani tomathampir 57% biaya produksi merupakan biaya yangdigunakan untuk pembelian pupuk dan obat-obatan. Hal ini sejalan dengan analisis Wangkedan Benu (2015) yang mendapatkan biaya pupukdan obat-obatan merupakan biaya yang palingbesar dalam usahatani tomat yaitu sebesar48,89% dari biaya produksinya.

Kiswondo (2011) menyatakan akhir-akhir inidengan berkembangnya isu pertanian ramahlingkungan, penggunaan limbah pertanian untukpupuk tanaman mendapat perhatian penggiatusahatani tanaman sebagai sumber hara danbahan organik. Hal ini disebabkan oleh semakinmeningkatnya kesadaran akan usahatani yanglebih ramah lingkungan. Demikian pula halnyadengan kebijakan pertanian di Provinsi Bali denganpenerapan sistem integrasi tanaman dan ternakyang diharapkan mampu mengurangiketergantungan akan input luar seperti pupukkimia. Dinas Pertanian Tanaman PanganProvinsiBali (2011) menyatakan sasasaran akhir daripengembangan program sistem pertanianterintegrasi adalah salah satunya terwujudnyakemandirian akan pupuk melalui terkelolanyalimbah ternak pada usahatani baik padat maupuncair/urin.

Pemanfaatan pupuk organik padat (pupukkandang) sudah biasa dilakukan ditingkat petani,bahkan pada usahatani tanaman hortikultura/sayuran penggunaan pupuk organik padat sudahmenjadi kebutuhan, akan tetapi penggunaan pupukcair/urin ternak masih sangat jarang dilakukan.Adijaya dan Yasa (2012) menyatakan potensiseekor induk sapi sehari menghasilkan bio urindan kompos padat sebesar 1,09%-1,21% dan2,38%-2,62% dari bobot badan ternak, sehinggadapat dihitung daya dukungnya untuk kebutuhanusahatani.

Beberapa hasil kajian menunjukkanpemanfaatan bio urin sapi memberikan dampakpositif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.Yasa, et al. (2014) mendapatkan pemanfaatan7.500 liter/ha bio urin sapi konsentrasi 20% padausahatani jagung manis mampu menekan 50%

penggunaan pupuk kimia tanpa menurunkan hasiljagung manis.Penggunaan bio urin pada usahatanicabai juga meningkatkan produksi tanaman cabai.Adijaya dan Sugiarta (2014) mendapatkan rentangpanen cabai kecil diperpanjang denganpenggunaan bio urin sapi. Melihat hasil-hasiltersebut perlu dikaji pemanfaatan bio urin sapipada tanaman tomat dengan mengurangi dosispemupukan kimia.

METODE PENELITIAN

Kajian pemanfaatan bio urin sapi padatanaman tomat dilakukan di Kelompok Tani WerdiGuna, Desa Pempatan, Kecamatan Kintamani,Kabupaten Karangasem dari bulan Juni sampaidengan September 2014. Kajian membandingkanperlakuan P0: (kontrol/cara petani) dan P1:mengurangi 25%dosis pupuk kimia cara petanidengan tambahan 5.000 liter bio urin sapi/ha.Kontrol/pemupukan cara petani menggunakanpupuk kimia dengan dosis pupuk dasar NPK(Ponska) 330 kg/ha dan pupuk susulan 40 kg NPK15-15-15/ha. Ulangan percobaan menggunakantiga orang petani dengan masing-masing perlakuanmenggunakan 500 tanaman tomat. Tomat yangdigunakan yaitu tomat grafting, dengan batangbawah terong atas varietas Tombatu hasilpembibitan binaan AVRDC dan BPTP Bali didaerah Baturiti, Kabupaten Tabanan.

Petakan percobaan memiliki lebar 1,2 mdengan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.Pemupukan menggunakan pupuk kandang ayamdosis 10 t/ha diberikan secara merata pada saatpembentukan petakan, selanjutnya petakandisungkup menggunakan mulsa plastik.Penanaman tomat dilakukan pada lahan petakanlahan menggunakan mulsa plastik dengan jaraktanam 60 cm x 50 cm.

Pemupukan kimia cara petani diberikansebagai pupuk dasar dan pupuk susulan diberikanpada tanaman umur35 hst, 60 hst dan 90 hst,sedangkan pada umur 21 hst tanaman dipupukdengan pupuk daun Pomie.Pemupukan denganpupuk kimia (ponska) sebagai pupuk dasar dengandosis 330 kg/ha diberikan sebelum tanam padapetakan bersamaan dengan pemberian pupukkandang ayam. Pemberian pupuk NPK susulanpada umur 35 hst diberikan dengan melarutkanNPK pada air dengan perbandingan 1 kg NPK/200 liter air, sedangkan pada pemupukan susulanumur 60 dan 90 hari dengan perbandingan 1 kgNPK/150 liter air. Pemberian per tanamanpemupukan susulan kimia umur 35 hst diberikan

Page 12: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

143

0,1 liter/tanaman, sedangkan pemupukansusulanumur 60 dan 90 hst diberikan 0,2 liter/tanaman.

Perlakuan P1 dengan pengurangan 25%pupuk kimia diberikan seperti halnya cara petanitetapi dosis pupuk kimia yang diberikan diturunkansebanyak 25% menjadi pupuk dasar 247,5 kg/hadan pupuk susulan 30 kg/ha. Pemberian perlakuanbio urin sapi diberikan sebanyak 5 kali masing-masing 1/5 dosis setiap 2 minggu sekali mulaiumur tanaman 28 hst dengan cara disemprotkanmerata ke bagian tanaman.

Pemeliharaan tanaman meliputi pengendalianOPT, penyiangan dan penyiraman. PengendalainOPT dilakukan dengan melihat kondisi OPT ditanaman. Pengendalian menggunakan hama insekmenggunakan pestisida (insektisida). Penyiangandilakukan pada gulma yang ada diantara petakandengan cara mencabut. Penyiraman tanamandilakukan apabila kondisi lahan kering denganmelihat kondisi tanaman. Penyiraman umumnyadilakukan apabila sampai 7 hari tidak terjadi hujan,dilakukan dengan cara kocor.

Pengamatan dilakukan terhadap komponenpertumbuhan dan hasil tanamam (tinggi tanaman,jumlah buah panen/tanaman, berat buah panen/tanaman, rata-rata berat per buah dan hasil per300 m2 (populasi 500 tanaman). Data dianalisdengan uji t (t-test) dan dilakukan analisis finansialusahatani (B/C ratio) untuk mengetahui kelayakanusahatani yang dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komponen Agronomi T omat

Pemanfataan bio urin sapi pada tanamantomat graftingdiberikan dengan dosis 5.000 liter/ha konsentrasi 20% yang diberikan dengan caradisemprotkan memberikan hasil yang lebih tinggi

dibandingkan dengan cara petani. Hasil uji t (t-test) menunjukan pemberian bio urin sapi nyata(P<0,05) meningkatkan berat buah per tanamandan berat per buah namun tidak nyatameningkatkan jumlah buah panen per tanaman(Tabel 1).

Akibat pengaruh cuaca (kekeringan) tanamantomat hanya bisa panen sampai 12 kali panen.Panen dilakukan 2 kali seminggu sehingga rentangpanen hanya dapat dilakukan selama 6 minggu(42 hari). Pemberian tambahan bio urin sapi mampumeningkatkan produktivitas tanaman yang ditandaidengan meningkatnya rata-rata berat buah panenper tanaman. Rata-rata berat buah panen sampaipanen ke 12 per tanaman (Gambar 1). Rentangpanen tidak menunjukkan perbedaan antara carapetani dengan pemupukan bio urin sapi. Hasil initidak sejalan dengan hasil penelitian Adijaya danSugiarta (2014) yang mendapatkan pada kondisinormal pemberian bio urin sapi pada tanaman cabaimampu memperpanjang rentang panen dari 15 kalimenjadi 18 kali, atau 21 hari lebih panjang.

Meningkatnya berat buah panen per tanamanberpengaruh terhadap peningkatan hasil persatuan luas. Disamping itu pemberian tambahanbio urin sapi juga meningkatkan ukuran buah yangdihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberianbio urin sapi mampu meningkatkan ketersediaanunsur hara pada tanaman tomat dan berfungsiseperti halnya pupuk daun. Aritonang et al.,(2012) mendapatkan kisaran kandungan N-totalpada bio urin sapi tergolong rendah antara 0,18%-0,24%, namun seperti halnya pupuk organiklainnya bio urin sapi juga mengandung bahanorganik serta unsur hara makro dan mikro lainnya.Walaupun kandungan N-total bio urin sapi rendahakan tetapi dampak pemberiannya terlihat nyata.Kartini (2009) menyatakan untuk mengetahuikualitas pupuk selain melakukan uji laboratoriumefektifitas pupuk juga dapat dilihat dari penampilan/respon tanaman di lapangan.

Tabel 1. Rata-rata komponen hasil tanaman tomat dengan perlakuan pemupukan bio urin sapidibandingkan cara petani di Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Karangasem tahun 2014

Perlakuan Tinggi Rata-rata Rata-rata Rata-rata berat Rentang Hasil pertanaman jumlah buah panen berat per buah panen panen 300 m2

(cm) per tanaman (bh) buah (g) per tanaman (g) (hari) (kg)

Bio urin sapi 120,50 ns 28,30 ns 103,85* 2.938,90* 42,00ns 1.322,10*

Pemupukan 118,70 27,60 95,41 2.633,33 42,00 1.184,85cara petani

Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti ns= tidak berbeda nyata; * berbeda nyata

Kajian Pemupukan Bio Urin Sapi Untuk Mengurangi Penggunaan Pupuk KimiaPada Usahatani Tomat (Soianum lycopersicum L.) | I Nyoman Adijaya

Page 13: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015144

Gambar 1. Rata-rata berat buah panen per tanamantomat di Desa Pempatan, KecamatanRendang, Karangasem tahun 2014

Hasil kajian pemanfaatan bio urin pada tomatini sejalan dengan hasil penelitian Adijaya danSugiarta (2013) pada tanaman cabai yangmendapatkan pemanfaatan bio urin sapi nyatameningkatkan berat buah panen per tanaman.Harjadi (1979)menyatakan apabila ketersediaanhara dalam tanah menjadi faktor pembatasproduksi tanaman, maka pengaruh pemupukan

menjadi sangat nyata. Pengaruh ini terlihat daripeningkatan pertumbuhan yang disertai olehpeningkatan produktivitas tanaman. Dalam hal inipemberian bio urin sapi dengan cara penyemprotanpada tanaman tomat akan meningkatkanketersediaan bahan baku (source) yang diolahmelalui proses fotosintesis menjadi fotosintat/asimilatuntuk selanjutnyaditranslokasikan keorgan penyimpanan/buah(zink). Pada kajian inipengaruh pemberian bio urin terlihat padapeningkatan ukuran buah dan peningkatan beratbuah panen per tanaman.

Analisis Finansial Usahatani

Analisis usahatani yang dilakukan terhadapusahatani tomat skala 500 pohon (300 m2)menunjukkan penggunaan 5.000 liter bio urin sapi/ha konsentrasi 20% memberikan peningkatanpenerimaan dan keuntungan. Walau terjadipeningkatan biaya produksi (sarana produksi dantenaga kerja), namun dengan peningkatanproduksi menyebabkan penerimaan menjadimeningkat (Tabel 2). Peningkatan biaya sarana

Tabel 2. Analisis usahatani tanaman tomat skala 300 m2 (500 pohon) di Desa Pempatan, Kec.Rendang,Kabupaten Karangasem tahun 2014

Jumlah (Rp)Uraian

Pemupukan cara petani/kontrol Pemupukan bio urin sapi

Sarana Produksi 922.550 981.230

Benih 36.900 36.900Ajir 83.350 83.350Mulsa 28.500 28.500Pupuk (kimia, kandang, bio urin) 388.800 447.480Pestisida 385.000 385.000

Tenaga Kerja 396.000 405.000

Pengolahan tanah 54.000 54.000Pembuatanbedengan 27.000 27.000Pemasanganmulsa 13.500 13.500Penanaman 13.500 13.500Pemasanganajir 13.500 13.500Pengendaliangulma 13.500 13.500Pengendalian OPT 4.500 4.500Pemupukankimia 27.000 27.000Pemupukan bio urin - 9.000Pengikatanpohontomat di ajir 135.000 135.000Pemangkasan 27.000 27.000Panen 67.500 67.500

Jumlah biaya 1.318.550 1.386.230Penerimaan 2.962.125 3.305.250Keuntungan 1.643.575 1.919.020B/C ratio 1,25 1,38

Page 14: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

145

produksi terjadi akibat adanya penambahan biayauntuk pembelian bio urin sapi, sedangkantambahan anggaran biaya tenaga kerja akibatadanya tambahan biaya untuk biaya pemupukan/penyemprotan bio urin sapi sebanyak 5 kaliaplikasi.

Peningkatan penerimaan dipengaruhi olehproduksi dan harga jual. Rahim dan Hastuti (2008dalam Tumoka, 2013) menyatakan semakin tinggiproduksi dan harga jual akan meningkatkanpenerimaan petani dalam usahatani. Hal inimenunjukkan peningkatan dan penurunanproduksi akan berpengaruh terhadap peningkatanpenerimaan petani, demikian pula halnya denganharga jual.Pada kajian ini peningkatan penerimaandisebabkan oleh adanya peningkatan produksitomat pada pemupukan dengan bio urinsapi.Sedangkan penelitian Zubaidi dan Astutik(2010) mendapatkan tanpa diimbangi peningkatanproduksi tomat peningkatan penggunaan pupukakan berpengaruh negatif dengan penerimaan.Analisis yang dilakukan pada usahatani tomat diKabupaten Gresik menunjukkan koefisien regresisebesar -1,87 yang artinya peningkatanpenggunaan pupuk sebesar 1 satuan akanmenurunkan pendapatan sebesar 1,87 satuan.

Peningkatan penerimaan juga berpengaruhterhadap peningkatan keuntungan yang diterimasehingga berpengaruh terhadap peningkatan B/Cratio. Hasil analisis yang dilakukan terhadap keduacara ini menunjukkan usahatani ini layak untukdilakukan. Soekartawi (2002) menyatakan apabilaB/C ratio > 1 maka usahatani tersebut layak untukdilaksanakan. Pemanfaatan bio urin sapi untukpemupukan pada usahatani tomat juga dapatdijadikan alternatif yang ditandai dengan terjadinyapeningkatan penerimaan akibat peningkatanproduksi serta peningkatan keuntungan. Yasa etal. (2013) juga menyatakan penerimaan riil jugaakan meningkat apabila komponen biaya produksilangsung dihasilkan oleh petani seperti pupukkandang dan bio urin yang dihasilkan dari ternakpetani serta biaya tenaga kerja menggunakantenaga kerja dalam keluarga.

KESIMPULAN

Pemupukan dengan 5.000 liter bio urin sapi/ha konsentrasi 20% dengan menurunkan 25%pemupukan kimia pada tanaman tomat mampumeningkatkan komponen hasil dan hasil tanamantomat, dengan peningkatan sebesar 11,58%dibandingkan cara petani/kontrol. Penerimaan

usahatani tomat skala 300 m2 meningkat padapemupukan 5.000 literbio urin sapi/ha dari Rp2.962.125,- menjadi Rp 3.305.250,-, sedangkankeuntungan meningkat dari Rp 1.643.575,- menjadiRp 1.919.020,-. Pemanfaatan bio urin sapi jugameningkatkan B/C ratio menjadi 1,38 lebih tinggidibandingkan kontrol/cara petani 1,25. Bio urinsapi dapat dijadikan alternatif padapemupukantomat untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia.

DAFTAR PUSTAKA

Adijaya, N. dan M.R. Yasa. 2012. HubunganKonsumsi Pakan dengan Potensi Limbahpada Sapi Bali untuk Pupuk Organik Padatdan Cair. Prosiding Seminar Inovasi TeknologiPertanian Spesifik Lokasi Mendukung EmpatSukses Kementerian Pertanian di ProvinsiBengkulu. Bengkulu. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Bengkulu.

Adijaya, N. dan P. Sugiarta. 2014. MeningkatkanProduktivitas Cabai Kecil (Capsicum annum)dengan Aplikasi Bio Urin Sapi. ProsidingSeminar Nasional Inovasi Teknologi PertanianKalimantan Selatan. Balai PengkajianTeknologi Petanian Kalimantan Selatan.

Aritonang, F., Y. Setiyo dan I.B.P. Gunadnya. 2012.Optimalisasi Proses Fermentasi Urin SapiMenjadi Biourin. Fakultas Teknologi PertanianUNUD. 11 hal.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prov. Bali. 2011.Petunjuk Teknis Pengembangan SistemPertanian Terintegrasi di Bali. Dinas PertanianTanaman Pangan Provinsi Bali. 30 hal.

Harjadi, M.M.S.S. 1979. Pengantar Agronomi.Jakarta: Penerbit PT Gramedia. 197 hal.

Kartini, N.L. 2009. Pertanian Organik. FakultasPertanian Universitas Udayana Denpasar. 30hal.

Kiswondo, S. 2011. Penggunaan Abu Sekam danPupuk ZA Terhadap Pertumbuhan dan HasilTomat (Lycopersicum esculentum Mill).Embryo 8(1): 9-17.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI-Press.Universitas Indonesia.

Tumoka, N. 2013. Analisis Pendapatan UsahataniTomat di Kecamatan Kawangkoan BaratKabupaten Minahasa. Jurnal EMBA 1(3):345-354.

Kajian Pemupukan Bio Urin Sapi Untuk Mengurangi Penggunaan Pupuk KimiaPada Usahatani Tomat (Soianum lycopersicum L.) | I Nyoman Adijaya

Page 15: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015146

Wangke, W dan O.L.S. Benu. (2015). AnalisisPendapatan Petani Tomat Pada Lahan Sawahdi Desa Tosuraya Selatan KecamatanRatahan Kabupaten Minahasa Tenggara. ASE11(1): 51-57.

Yasa, M.R., A.A.N.B. Kamandalu, N. Adijaya, M.Sugianyar, S. Guntoro, N.L.G. Budiari, P.Sugiarta, J. Rinaldi, P.A. Kertawirawan, N.Sutresna dan N.G.W. Nusantara.2013. Modelpengembangan Pertanian Perdesaan MelaluiInovasi (MP3MI) Berbasis Integrasi TanamanHortikultura-Sapi di Desa PempatanKecamatan Rendang Kabupaten karangasemBali. Laporan Akhir Tahun. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Bali. 56 hal.

Yasa, M.R., A.A.N.B. Kamandalu, W. Rusastra,N. Adijaya, M. Sugianyar, N.L.G. Budiari, P.A. Kertawirawan, N. Sutresna dan P.Y.Priningsih. 2014. Model Penggemukan SapiBali Terintegrasi dengan Jagung Manis diKabupaten Klungkung, Bali. Laporan AkhirTahun. Balai Pengkajian Teknologi PertanianBali. 40 hal.

Zubaidi, A. dan Astutik. 2010. Analsis Pendapatandan Peranan Wanita Dalam Usahatani Tomatdi Lahan Kering Kabupaten Gresik. BusanaSains 10(2): 139-146.

Page 16: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

147

KELAYAKAN USAHA TANI PADI SAWAH(Studi Kasus di Subak Guama)

Nyoman Ngurah Arya 1 dan Nyoman Yudiarini 2

1)Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali, 8022

E-mail: [email protected])Staf Pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar

E-mail: [email protected]

date submitted : 22 Oktober 2015 date approved : 12 Novemberr 2015

ABSTRACT

Feasibility of Rice Farming Paddy Field (Case Study in Subak Guama )

Paddy farming is still a source of income for most rural communities . However , the problems faced increasinglycomplex , including production costs to be incurred farmers increasingly meningkat.Studi aims to analyzethe feasibility of paddy rice farming in Subak Guama . Data analysis was performed with the approach of thebalance of R / C ratiodan break-even point (break even point , BEP ) . The analysis showed , rice farming isfeasible because it is very profitable , which is indicated by the value of R / C ratio > 1 and BEP number andsmaller than the production price and the amount of production price received by farmers .

Key word : Worthy, breakeven, farming, paddy, revenue and income

ABSTRAK

Usahatani padi sawah hingga saat ini masih menjadi sumber pendapatan bagi sebagian besar masyarakatperdesaan. Namun, permasalahan yang dihadapi semakin kompleks, di antaranya biaya produksi yangharus dikeluarkan petani semakin meningkat.Studi ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usahatanipadi sawah di Subak Guama. Analisis data dilakukan dengan pendekatan imbangan R/C ratio dan titikimpas (break even point, BEP). Hasil analisis menunjukkan, usahatani padi tersebut layak dilakukankarena sangat menguntungkan, yang ditunjukkan oleh nilai R/C ratio > 1 dan BEP jumlah dan harga produksilebih kecil daripada jumlah dan harga produksi yang diterima petani.

Kata kunci: Layak, titik impas,usahatani, padi sawah, penerimaan dan pendapatan

PENDAHULUAN

Beras merupakan komoditas strategis yangmemiliki sensitivitas politik, ekonomi dankerawanan sosial yang tinggi. Peran strategisberas dalam perekonomian nasional adalah:(1) usahatani padi menyediakan kesempatan kerjadan sumber pendapatan masyarakat perdesaan,(2) sebagai bahan pangan pokok bagi sebagianbesar penduduk Indonesia, dan (3) sekitar 30persen dari total pengeluaran rumah tangga miskindialokasikan untuk beras (Sudaryanto danAgustian, 2002). Bagi Provinsi Bali, sektorpertanian memegang peranan penting dalamstruktur perekonomian karena sebagai

penyumbang terbesar kedua terhadap PDRBProvinsi Bali dan sebagai sumber matapencaharian terbesar kedua setelah sektorperdagangan, hotel dan restoran (BPS ProvinsiBali, 2014).

Walaupun memiliki peranan yang sangatpenting dan strategis, permasalahan yangdihadapi sektor pertanian semakin kompleks.Sektor pertanian semakin ditinggalkan dan hampirtidak ada generasi muda yang berminat menjadipetani, karena dianggap tidak dapat memberikaninsentif yang layak.Luas lahan pertanian,khususnya lahan sawah semakin menyusut daritahun ke tahun sebagai akibat terjadinya alih fungsilahan yang tidak dapat dibendung.Harga sarana

Kelayakan Usahatani Padi Sawah (Studi Kasusdi Subak Guama) | Nyoman Ngurah Arya, dkk.

Page 17: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015148

produksi yang semakin meningkat, upah tenagakerja yang semakin meningkat danketersediaannya semakin terbatas, daya dukunglahan semakin menurun, dan peningkatan hargagabah yang dianggap belum sebanding denganpeningkatan biaya produksi menjadikan sektorpertanian, khususnya usahatani padi sawahsemakin tidak menarik untuk dilakukan. Usahatanipadi masih tetap memiliki daya saing, namundengan tingkat kelayakan ekonomi yang semakinmarjinal (Rachman et al., 2004).Terkait denganpermasalahan tersebut, dilakukan studi untukmenganalisis pendapatan, tingkat kelayakan danharga pokok produksi usahatani padi sawah yang,masih tetap dilakukan oleh petani di perdesaan,khususnya di Subak Guama.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Subak Guama yangberlokasi di Kecamatan Marga, KabupatenTabanan, pada tahun 2014.Jenis data yang diambilmeliputi data primer dan skunder.Data primerdiperoleh dari petani anggota Subak Guamamelalui wawancara langsung menggunakan daftarpertanyaan terstruktur (kuesioner) yang telahdipersiapkan sebelumnya.Sedangkan dataskunder diperoleh dari laporan-laporan, hasil-hasilpenelitian, dan bentuk informasi lainnya yangterkait dengan penelitian ini. Data yang diambiadalah data usahatani padi sawah pada musimhujan (MH) pada tahun 2013, yang mencakup:karakteristik petani, luas dan status penguasaanlahan usahatani, jenis dan jumlah faktor produksi,biaya produksi, jumlah produksi usahatani yangdiperoleh, penerimaan dan pendapatan usahatani,dan data terkait lainnya yang relevan denganpenelitian ini. Sebagai populasi dalam penelitianini adalah seluruh anggota Subak Guama, yangberjumlah 614 orang.Jumlah sampel ditetapkanmenggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:

Nn =

(1+Nα2)

614 = (1+ 614 x 0,12) = 86 orang

Keterangan:n = Jumlah sampel;N = Jumlah populasi; danα = Taraf signifikansi 10%.

Metode analisis yang digunakan dalam studiini adalah analisis deskriptif kuantitatif dankualitatif.Analisis deskriptif kuantitatif dilakukanterhadap pendapatan dan kelayakan usahatani padisawah, sedangkan analisis deskriptif kualitatifdilakukan untuk memberikan gambaran/penjelasan terhadap gejala/fenomena yang terjadi.Secara matematis, pendapatan usahatani padisawah, dirumuskan (Soekartawi, 2002) sebagaiberikut:

Pd = TR – TCTR = Y . PyTC = FC + VCPd = Y.Py – (FC +VC)

Keterangan:Pd = pendapatan usahataniTR = total penerimaan (total revenue)TC = total biaya (total cost)FC = biaya tetap (fixed cost)VC = biaya variabel (variabel cost)Y = jumlah produksi usahatani padiPy = harga per unit produksi yang diterima petani

Menurut Hernanto (1991), ada beberapa halyang mempengaruhi pendapatan petani, yakni :(1) luas usahatani; (2) tingkat produksi; (3) pilihankombinasi cabang usaha; (4) Kelayakanusahatani, dapat dianalisis secara sederhanadengan pendekatan R/C ratio; dan (5) efisiensipenggunaan tenaga kerja. Soekartawi (1995)mengatakan bahwa Return and Cost Ratio (R/Cratio) adalah analisis imbangan penerimaan danbiaya atau perbandingan antara penerimaan danbiaya. Secara sistematik, hal ini dapat dirumuskansebagai berikut :

a = R/CR = Py.YC = FC + VCa = {(Py.Y)/(FC + VC)}

Beberapa kriteria penting yang dapatdigunakan untuk mengambil suatu kesimpulandalam perhitungan R/C ratio adalah sebagaiberikut :Apabila R/C ratio> 1, berarti usahatanimenguntungkan, layak untuk diusahakan.Apabila R/C ratio = 1, berarti usahatani tersebuttidak untung dan tidak rugiApabila R/C ratio< 1, berarti usahatani tidakmenguntungkan, tidak layak untuk diusahakan.

Analisis titik impas (break even point, BEP)juga penting dilakukan untuk mengetahui batasminimum jumlah produksi dan batas minimum

Page 18: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

149

harga produksi yang membuat usahatani paditersebut kembali modal. Secara matematis BEPdapat dirumuskan sebagai berikut:

TC TCBEPharga = dan BEPunit=

Y PyKeterangan:BEP = titik impasTC = total biaya produksi tunaiY = jumlah produksi (gabah)Py = harga per unit produksi (gabah)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Petani Responden

Ditinjau dari aspek pendidikan formal dan usiapetani responden, kualitas sumberdaya manusia(SDM) yang ada relatif rendah. Sebagian besar(67,44%) petani responden hanya pernahmenempuh pendidikan hingga sekolah dasar (SD),denganusia rata-rata 55,59 tahun, berkisar 36 –80 tahun. Beberapa hasil penelitian menyimpulkanbahwa, tingkat pendidikan yang rendah dan usiayang tidak produktif biasanya berpengaruhterhadap kinerja yang relatif rendah, sebaliknyaseseorang yang memilii tingkat pendidikan yangtinggi dan usia produktif pada umumnya lebihdinamis, respon terhadap inovasi teknologi dancenderung memiliki kinerja yang relatif tinggi.

Luas lahan sawah yang dikuasai petani relatifsempit, yaitu rata-rata 0,40 hektar, berkisar antara0,05 – 1,90 hektar. Sebagian besar petani (65,12%)menguasai lahan sawah < 0,50 hektar Luas danstatus penguasaan lahan juga dapatmempengaruhi kinerja dan keuntunganusahatani. Pada umumnya semakin luas lahanyang dikelola, maka curahan waktu dan tenagajuga semakin tinggi dan pelaksanaan usahatanicenderung semakin efisien.Menururt Jannah(2012), keuntungan usahatani diantaranyadipengaruhi oleh luas penguasaan lahan. Semakinluas lahan yang diusahakan maka makin besarpula kemungkinan petani memperoleh pendapatanyang lebih tinggi.Hal senada diungkapkan olehHernanto (1991) bahwa usahatanipada lahan yangsempit kurang dapatmemberikan keuntungan yangcukup bagipetani dan keluarga untuk hidup layak,sebaliknya semakin tinggi suatu luas lahan,kecenderungan untuk mengasilkanproduksisemakin tinggi.Sedangkan Suharyantoet al.

(2015) mengungkapkan bahwa keuntunganusahatani padi sawah juga dipengaruhi oleh statuspenguasaan lahan. Luas garapan yang sempit,kemungkinan tidak dapat diandalkan sebagai satu-satunya sumber pendapatan untuk memenuhiseluruh kebutuhan rumah tangga petani, sehinggapetani cenderung untuk bekerja pada sektor lain(non farm) untuk mencukupi kebutuhan rumahtangganya. Konskuensinya, curahan waktu dantenaga terhadap usahatani akan semakinberkurang.

Sarana Produksi

Subak Guama berlokasi di KecamatanMargamewilayahi tiga desa administratif, yaituDesa Batannyuh, Desa Selanbawak dan DesaPeken. Luas lahan sawahnya 184 hektar, yangdibagi menjadi tujuh tempek (bagian dari subak),antara lain Tempek Manik Gunung yang berlokasipaling hulu, Tempek Pekilen, Tempek KekeranDesa, Tempek Kekeran Carik, Tempek Guama,Tempek Blusung, dan Tempek Celuk, yangberlokasi di bagian hilir.

Pola tanam yang diterapkan dalam setahunadalah padi – padi – padi. Musim tanam padi padamusim hujan (MH), yaitu bulan Oktober/Nopember– Januari/Pebruari, musim tanam padimusim kemarau (MK) pertamapada bulan Maret/April – Juni/Juli dan MK kedua pada Juli/Agustus- Oktober/Nopember. Dalam mengelolausahatani padisawah, umumnya petani di lokasipenelitian sudah menerapkan teknologi yang relatifcukup baik, misalnya penggunaan benih bermutudan berlabel, penggunaan pupuk lengkap danberimbang sesuai rekomendasi dariDinasPertanian setempat. Benih padi yang ditanamdidominasi varietas Ciherang dan Cigeulis.Pengolahan tanah menggunakan traktor. Jenispupuk yang digunakan adalah urea, pupukmajemuk NPK (15;15;15) dan pupuk organik(Tabel 1).Pupuk organik diaplikasikan satu kalipada saat pengolahan tanah kedua. Pemupukansusulan dengan urea dan NPK dilakukansebanyak rata-rata tiga kali, yakni pada saattanaman padi berumur 14, 30, dan 45 hari setelahtanam.

Penggunaan benih padi dan pupuk oleh petanidi lokasi penelitian masih belum sesuai dengananjuran. Beberapa hasil penelitian menganjurkanbahwa jumlah benih padi yang digunakan dalamusahatani padi maksimal 30 kg/ha. Sedangkanterkait dengan pemupukan, Dinas Pertanian

Kelayakan Usahatani Padi Sawah (Studi Kasusdi Subak Guama) | Nyoman Ngurah Arya, dkk.

Page 19: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015150

Tanaman Pangan Kabupaten Tabananmerekomendasikan jumlah pupuk yang digunakanyakni: 200 kg/ha urea, 300 kg NPK (15;15;15),dan500 kg pupuk organik. Tabel 1 menunjukkanbahwa penggunaan benih padi, pupuk urea, danpupuk NPK lebih tinggi daripada jumlah yangdianjurkan.

Pengendalian gulma pada umumnyadilakukan menggunakan herbisida dan secaramekanis (menyiang) sebelum melakukanpemupukan. Pengendalian hama dan penyakittanaman padi dilakukan dengan pestisida sintetis,disesuaikan dengan jenis dan tingkat serangannya.Tindakan tersebut dianggap cukup efektif untukmenyelamatkan produksi padi.

Curahan T enaga Kerja

Luas penguasaan lahan sawah masing-masing petani responden di Subak Guama relatif

sempit, rata-rata 0.40 hektar.Sebagian besarpetani meluangkan waktunya lebih banyak padasektor jasa, seperti: di bidang bangunan,pariwisata, bengkel dan pegawai negeri. Alokasiwaktu yang sebagian besar di sektor lain tentuberimplikasi terhadap pengalokasian tenaga kerjapada usahatani padi. Tenaga kerja yangdialokasikan dalam mengelola usahatani padiberasal dari dalam keluarga dan luar keluarga.Penggunaan tenaga kerja dari dalam keluargaumumnya pada saat menyemai, mengairi sawah,memupuk, mengendalikan hama/penyakit ta-naman, dan membersihkan pematang. Sedangkankegiatan mengolah tanah, menanam padi,menyiang, dan panen pada umumnya menggu-nakan tenaga kerja dari luar keluarga (Tabel 2).

Jumlah jam kerja per orang per hari adalah 8jam. Jenis pekerjaan menyiang dibayarberdasarkan jumlah jam kerja, sedangkanmenanam padi dan mengolah tanah dilakukansecara borongan berdasarkan luasan sawah. Dari

Tabel 1. Jenis dan Jumlah Benih dan Pupuk Usahatani Padi Sawah pada Musim Hujan pada Tahun 2013di Subak Guama

Jumlah sarana produksi (kg)Jenis sarana produksi

Per usahatani Per hektar (0,40 ha)

Benih padi 14,41 37,05Pupuk urea 80,87 207,97Pupuk NPK (15;15;15) 102,56 263,76Pupuk organik 11,79 300,00

Sumber: Data primer (diolah)

Tabel 2. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah pada Musim Hujan Tahun 2013 di Subak Guama

Jumlah Hari Kerja Pria (HKP)

Jenis Kegiatan TKDK TKLK

Per UT (0,40 ha) Per Hektar Per UT (0,40 ha) Per Hektar

Mengolah tanah (membajak) - - 2,00 5,00Menyemai dan perawatannya 0,62 1,76 - -Mencangkul 0,75 1,88 - -Meratakan tanah 1,38 3,44 - -Menanam - - 4,00 10,00Memupuk 0,75 1,88 - -Menyiang - - 6,00 15,00Mengairi 0,75 1,88 - -Menyemprot 0,75 1,88 - -Membersihkan pematang 1,00 2,50 - -Panen dan merontok - - 10,00 25,00

Jumlah 6,00 15,22 22,00 55,00

Sumber: Data primer (diolah)

Page 20: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

151

Tabel 2 dapat diketahui, curahan tenaga kerjapaling tinggiterdapat pada kegiatan panen, yaitusebanyak 25 HKP/ha. Panen dan merontok gabahdengan power thresher pada umumnya dilakukan12 – 15 HKP/hektar selama dua hari. Tenagapanen disediakan oleh Koperasi Usaha AgribisnisTerpadu (KUAT) yang dimiliki Subak Guama.Namun, tenaga yang ada belum mencukupi untukmelakukan panen secara keseluruhan, sehinggapanen juga dilakukan oleh tenaga dari luas, padaumumnya berasal dari luar Bali.

Kegiatan menyiang juga membutuhkantenaga kerja luar keluarga cukup banyak, yaitu15 HKP/ha. Menyiang sebagian besar dilakukanoleh buruh tani berjenis kelamin perempuan.Penggunaan tenaga kerja luar keluarga dalammenyiang karena beberapa orang petani memilikipekerjaan pokok di luar sektor pertanian dansebagian petani harus mencari pekerjaansampingan sebagai tukang bangunan, buruhbangunan, tukang ukir, dan bekerja di sektor jasalainnya.

Struktur Biaya Produksi

Proses produksi bisa berjalan dengan baikapabila faktor-faktor produksi utama yangdibutuhkan dapat dipenuhi. Menurut Daniel (2002),faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu:tanah, modal (biaya), tenaga kerja, danpengelolaan (manajemen). Masing-masing faktorproduksi tersebut mempunyai fungsi yang berbedatetapi saling terkait satu sama lain. Apabila salah

satu faktor produksi tidak tersedia, terutamatanah, modal, dan tenaga kerja, maka prosesproduksi tidak akan dapat berjalan. Modal sebagaisalah satu faktor produksi mutlak dibutuhkan untukmemperoleh sarana produksi lainnya. Lebih lanjutDaniel (2002) memaparkan bahwa, dalamusahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biayatunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai adalahbiaya yang dikeluarkan dalam bentuk uang untukmembayar upah tenaga kerja luar keluarga, danmembeli sarana (input) produksi.Biaya tidak tunaiadalah pengeluaran tidak dalam bentuk uang,biasanya dalam bentuk benda (in natura),misalnya membayar iuran atau upah tenaga kerjadengan sejumlah produksi usahatani.Dalampenelitian ini, yang dianggap sebagai biayaproduksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkansecara tunai, sedangkan curahan tenaga kerjadalam keluarga tidak diperhitungkan sebagai biayaproduksi.

Biaya yang dikeluarkan oleh petani terdiriatas biaya tetap (fixed Cost) dan biaya tidak tetap(variable cost). Biaya tetap dalam usahatani padiini meliputi biaya pajak bumi dan bangunan (PBB),iuran ke subak (pengelolaan air dan upacara ditingkat subak) dan biaya pernyusutan (depresiasi)peralatan yang digunakan dalam usahatani padisawah. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan selamaberusahatani padi sawah pada musim hujan tahun2013 adalah biaya benih, pupuk, pestisida, dantenaga kerja luar keluarga (Tabel 3).

Jumlah biaya usahatani tunai yang dibayarkanselama proses produksi rata-rata Rp3.308.838,00per usahatani (0,40 hektar)atau Rp 8.286.548,00/

Tabel 3. Struktur Biaya Usahatani Padi Sawah pada Musim HujanTahun 2013 di Subak Guama

Jumlah biayaJenis baya Persentase(%)

Per usahatani Per hektar(0,40 ha)

Biaya variabelBenih 114.866 287.667 3,47Pupuk 546.555 1.368.774 16,52Pestisida 128.834 322.647 3,89Tenaga kerja 2.041.012 5.111.446 61,68

Sub jumlah 2.831.267 7.090.534 85,57

Biaya tetapPajak Bumi dan Bangunan (PBB) 13.310 33.333 0,40Iuran subak 419.267 1.050.000 12,67Penyusutan peralatan 44.994 112.680 1,36

Sub jumlah 477.571 1.196.014 14,43

Total 3.308.838 8.286.548 100,00

Sumber: Data primer (diolah)

Kelayakan Usahatani Padi Sawah (Studi Kasusdi Subak Guama) | Nyoman Ngurah Arya, dkk.

Page 21: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015152

ha.Dari seluruh komponen biaya yang dibayarkanpetani, komponen tenaga kerja membutuhkanbiaya yang paling besar (61,68%). Tingginyakomponen biaya tenaga kerja sejalan denganpendapat Rusastra dan Suryadi (2004) yangmenyatakan bahwa usahatani padi sawahmerupakan usahatani yang bersifat padat tenagakerja. Beberapa aktivitas yang membutuhkantenaga kerja luar keluarga, yakni: mengolah tanah,menanam, menyiang, dan panen. Aktivitas panenmembutuhkan biaya tenaga kerja yang palingtinggi. Panen padi biasanya dilakukan oleh 12 –15 HKP/hektar selama dua hari, sehingga totalcuraghan tenaga kerja yang dibutuhkan sebesar24 – 30 HKP/hektar. Upah panen yang berlaku dilokasi penelitian pada tahun 2013 adalah sebesarRp 35.000 – Rp 40.000/ku,berdasarkan jaraksawah dari jalan raya/tempat mengumpulkan hasilpanen.

Produksi, Pendapatan, Kelayakan Usahatani,dan BEP

Jumlah produksi padi dalam bentuk gabahkering panen (GKP) yang diperoleh petani padamusim hujan tahun 2013 rata-rata 2, 52 ton perusahatani (0,40 ha) atau 6,34 ton/ha. Harga gabahyang diterima petani rata-rata Rp 3.513,37/kg GKP.Berdasarkan jumlah gabah yang diperoleh, hargaper unit gabah, dan jumlah biaya produksi yangdibayarkan tunai oleh petani,maka dapat dihitungtingkat pendapatan yang diperoleh petani padaakhir proses produksi (Tabel 4).

Tabel 4 mencerminkan bahwa usahatani padisawah pada musim hujan tahun 2013 di Subak

Guama sangat layak untuk dilakukan karena totalbiaya produksi yang dibayarkan petani lebih kecildaripada nilai produksi (penerimaan) yang diperolehpetani. Tingkat kelayakan usahatani padi sawahtersebut ditunjukkan oleh nilai imbangan R/Csebesar 2,68 (R/C ratio > 1), yang berarti setiappenambahan biaya produksi sebesar Rp 1,00 akanmeningkatkan penerimaan sebesar Rp 2,68.

Pada Tabel 4 juga tertera nilai BEP jumlahproduksi gabah jauh lebih kecil daripada jumlahproduksi yang diperoleh petani.Demikian jugahalnya dengan nilai BEP harga per unit produksilebih kecil daripada harga per unit produksi yangditerima petani. Kedua nilai BEP tersebut memilikimakna bahwa usahatani padi sawah di lokasipenelitian dapat mengembalikan modal (biayaproduksi) pada saat jumlah produksi 2.358,57/hadan harga per unit produksi sebesar Rp 1.307,90.Nilai BEP tersebut mencerminkan bahwa usaha-tani padi sawah tersebut sangat menguntungkanpetani.

KESIMPULAN DAN SARAN

Usahatani padi sawah pada musim tanam dimusim hujan tahun 2013 sangat layak dilakukanpetani karena memiliki nilai imbangan R/C ratio >1 dan nilai titik impas (BEP) harga per unutproduksi dan jumlah produksi gabah lebih kecildaripada yang diterima petani.

Pendapatan/keuntungan usahatani padisawah di lokasi penelitian masih berpeluang untukditingkatkan. Oleh karenanya, petani disarankanuntuk menggunakan jumlah benih padi, pupukurea, dan pupuk NPK sesuai dengan anjuran danrekomendasi.

Tabel 4. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi pada Musim Hujan Tahun 2013 di SubakGuama

Nilai (Rp)Uraian Satuan

Per usahatani (0,40 ha) Per hektar

Total biaya produksi Rp 3.308.837,92 8.286.548,08Jumlah produksi Kg 2.518,10 6.335,78Harga jual produk per unit Rp/kg 3.513,37 3.513,37Penerimaan Rp 8.866.215,12 22.204.266,16Pendapatan 5.557.377,20 13.917.718,08R/C ratio 2,68 2,68B/C ratio 1,68 1,68BEP volume produksi Kg 941,78 2.358,57BEP harga produksi Rp/kg 1.314,02 1.307,90

Sumber : Data primer (diolah)

Page 22: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

153

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2014. BaliDalam Angka 2014.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian.Cetakan Pertama. April 2002.Jakarta:BumiAksara.

Hernanto, F.1991. Ilmu Usahatani. Jakarta:Penebar Swadaya.309 hlm.

Jannah, E.M. 2012. Analisis KeuntunganUsahatani dan Distribusi PendapatanRumahtangga Petani Ubi Kayu pada SentraAgroindustri Tapioka di Kabupaten LampungTengah. Jurnal Informatika Pertanian 21 (2) :95 – 105.

Rachman, B., P. Simatupang, dan T.Sudaryanto.2004.Efisiensi dan Daya SaingSistem Usahatani Padi.http://www.pertanian.go.id. Diunduh pada tanggal 13 Oktober 2015.

Rusastra, I W. dan M. Suryadi.2004. EkonomiTenaga Kerja Pertanian dan Implikasinyadalam Peningkatan Produksi dan

Kesejahteraan Buruh Tani. Jurnal LitbangPertanian 23(3):91-99.

Soekartawi. 1995. Pembangunan Pertanian.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soekartawi, 2002.Ilmu Usahatani dan Penelitianuntuk Pengembangan Petani Kecil,Universitas Indonesia.Press, Jakarta.

Sudaryanto, T. dan A.Agustian.2002.PeningkatanDaya Saing Usahatani Padi: AspekKelembagaan.Makalah Disampaikan dalamPelatihan Tenaga Pendamping KegiatanPeningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T)di Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor 8Maret 2002.

Suharyanto, K. Mahaputra, dan N.NgurahArya.2015.Efisiensi Ekonomi RelatifUsahatani Padi Sawah derngan PendekatanFungsi Keuntungan pada Program SekolahLapang Pengeloaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di Provinsi Bali.Jurnal InformatikaPertanian.24(1):59-66.

Kelayakan Usahatani Padi Sawah (Studi Kasusdi Subak Guama) | Nyoman Ngurah Arya, dkk.

Page 23: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015154

KONSERVASI TANAMAN LOKAL SUMBER KARBOHIDRA T NON BERASSEBAGAI DIVERSIFIKASI P ANGAN MENDUKUNG KET AHANAN PANGAN

Putu Suratmini

Balai Pengkajian Teknologi PertanianJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran Denpasar, Bali 80222

E-mail :[email protected]

date submitted : 22 Oktober 2015 date approved : 16 November 2015

ABSTRACT

Conservation of Local Plant Sources of Carbohydrates Non Rice as Food DiversificationSupport Food Security

Food and nutrition is a basic human need to be able to sustain life and must be met at all times and is a veryimportant element in the strategic and improve the quality of food manusia.Ketahanan resource includesfour dimensions: 1) the availability, 2) reach / access, 3) stability and 4) pemanfaatan.Rawan food (or ratherprone rice) that occurred in Indonesia in fact closely related to Indonesian society’s dependence on rice. Theparticipation rate of rice consumption in various parts of Indonesia sangatt height of nearly 100%, with therate of rice consumption of Indonesian society today (139 kg / capita / year) far exceeds the average level ofworld consumption (60 kg / capita / year). Increasing population (1.5% per year), so did the need for rice,which means demanding an increase national rice production. Efforts to increase rice production are facedwith many obstacles. The main problem is conversion continues to increase, the anomalies of climatechange (drought, flooding, pest attack), the productivity of natural resources (land and water) decreases, themore expensive the cost of production and their pelandaian rice production. Development of food diversificationtowards local food is seen as one of the effective ways to cope with food insecurity (prone rice) while supportingthe establishment of a stable food security. Diversification of food or food diversification based alternativestaple root crops as a source of non-rice carbohydrate absolutely necessary. Tubers are potential foodsources that can be developed, as well as a carbohydrate source, a variety of tubers shown to prevent somediseases like diabetes mellitus, preventing constipation or bowel cancer. The reality on the ground tubersantiquity is in demand now becoming scarce and increasingly disappeared from people’s gardens and onthe market.

Key words: Conservation, local plants, carbohydrates, food security

ABSTRAK

Pangan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat mempertahankan hidup dan harusterpenuhi setiap saat serta merupakan unsur yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkankualitas sumberdaya manusia.Ketahanan pangan mencakup empat dimensi yaitu 1) ketersediaan, 2)jangkauan /akses , 3) stabilitas dan 4) pemanfaatan.Rawan pangan (atau tepatnya rawan beras) yangterjadi di Indonesia sebenarnya sangat terkait dengan ketergantungan masyarakat Indonesia terhadapberas. Meningkatnya jumlah penduduk (1,5% per tahun), meningkat pula kebutuhan akan beras yangberarti menuntut peningkatan produksi beras nasional. Upaya peningkatan produksi padi dihadapkanpada berbagai kendala. Masalah utamanya adalah alih fungsi lahan yang terus meningkat, adanya anomaliperubahan iklim (ancaman kekeringan, kebanjiran, serangan hama penyakit), produktivitas sumber dayaalam (lahan dan air) menurun, biaya produksi semakin mahal dan adanya pelandaian produksi padi.Pengembangan diversifikasi pangan kearah bahan pangan loKal merupakan salah satu cara yang dipandangefektif untuk mengatasi rawan pangan (rawan beras) sekaligus mendukung terwujudnya ketahanan panganyang mantap. Penganekaragaman pangan atau diversifikasi pangan pokok alternatif berbasis umbi-umbiansebagai sumber karbohidrat non beras mutlak diperlukan. Umbi-umbian merupakan sumber panganpotensial yang dapat dikembangkan, disamping sebagai sumber karbohidrat, aneka ragam umbi-umbianterbukti dapat mencegah beberapa penyakit seperti penyakit diabetis mellitus, mencegah sembelit ataukanker usus. Umbi-umbian memiliki kandungan senyawa bioaktif yaitu serat pangan dan polisakarida yangdapat berperan untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus. Kenyataannya dilapangan ada umbi-umbian yang jaman dahulu sangat diminati sekarang menjadi langka dan semakinhilang dari kebun rakyat dan di pasaran diantaranya adalah Suweg (Amorphophallus campanulatus B) danUbi Aung (Discorea esculenta).

Kata kunci : Konservasi, tanaman lokal, diversifikasi, ketahanan pangan

Page 24: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

155

PENDAHULUAN

Pangan dan gizi merupakan kebutuhan dasarmanusia untuk dapat mempertahankan hidup danharus terpenuhi setiap saat serta merupakan unsuryang sangat penting dan strategis dalammeningkatkan kualitas sumberdaya manusia(SDM). Implikasinya adalah bahwa penyediaan,distribusi dan konsumsi pangan dengan jumlah,keamanan dan mutu gizi harus terjamin dan dapatmemenuhi kebutuhan penduduk di seluruh wilayahsetiap saat. SDM yang berkualitas merupakanfaktor penentu dalam upaya meningkatkanproduktivitas dan daya saing bangsa Indonesiadalam percaturan global (Nainggolan, 2007).

Konsumsi pangan dengan gizi cukup danseimbang merupakan salah satu factor pentingyang menentukan tingkat kesehatan danintelegensia manusia. Kuantitas dan kualitaskonsumsi pangan di dalam keluarga dipengaruhioleh kondisi ekonomi, pengetahuan dan budayamasyarakat. Indikator kualitas konsumsi panganditunjukkan oleh Skor Pola Pangan Harapan (PPH)yang dipengaruhi oleh keragaman dankeseimbangan konsumsi antar kelompokmakanan. PPH biasanya digunakan untukperencanaan konsumsi, kebutuhan danpenyediaan pangan yang ideal di suatu wilayah.Menurut Susenas 2011, tingkat PPH d Indonesiapada periode tahun 2009-2011 mengalami fluktuasimulai dari 75,7(2009) menjadi 77,5(2010),kemudian turun lagi menjadi 77,3 (2011)(Nugrayasa, 2013). Dalam pola konsumsi panganpokok, terigu dan produk turunanya (mie, roti) telahmenggeser kedudukan pangan local seperti umbi-umbian dan jagung.Di semua wilayah mempunyaipola pangan pokok utama beras dan terigumenempati urutan kedua. Hanya pada kelompokmasyarakat berpendapatan rendah mengunakanumbi-umbian dan jagung dalam pola panganpokoknya (Ariani, 2007). Situasi krisis panganyang dialami oleh berbgai bangsa di duniatermasuk Indonesia memberi pelajaran bahwaketahanan pangan harus diupayakan sebesarmungkin bertumpu pada sumber daya lokal karenaketergantungan impor menyebabkan kerentananterhadap gejolak ekonomi, sosial politik (Juarini,2006)

Teknologi pertanian berperan sangat strategisdi dalam upaya peningkatan ketahanan pangannasional. Teknologi pertanian dapat berperandalam meningkatkan produktivitas pangan,meningkatkan nilai tambah, kesempatan kerja,dan menjaga kelestarian sumberdaya alam dan

lingkungan hidup. Pengembangan teknologipascapanen mempunyai peran penting untukpengembangan produk pangan (productdevelopment) dan penciptaan nilai tambah (valueadded) bagi bahan pangan (Suryana, 2005)

Bagi Indonesia sumber kerawanan ketahananpangan terkait dengan faktor-faktor yaitu : 1) jumlahpenduduk miskin masih cukup banyak dank arenaitu aksesnya terhadap pangan rendah, 2)produksipangan belum cukup untuk membentuk cadanganpangan yang memenuhi persyaratan ststusketahanan pangan yang mantap, 3) konsumsipangan pokok sanat terfokus pada beras, dandiversifikasi kea rah pangan local kurangberkembang dan perbaikan pola konsumsi kearahpola pangan harapan yang bergizi seimbang danberagam berlangsung lambat (Sumaryanto, 2009). Pemerintah melalui Kementerian Pertanian padatahun 2014 mentargetkan secara nasional skoruntuk PPH dengan penganekaragaman panganberbasis sumber daya lokal dapat mencapai 93,3.Undang-undang nomor 18 tahun 2012 tentangpangan, untuk memenuhi pola konsumsi yangberagam, bergizi seimbang, dan aman sertamengembangkan usaha pangan dan meningkatkankesejahteraan masyarakat dilakukan antara lainmelalui penetapan kaidah penganekaragamanpangan, pengoptimalan pangan lokal,pengembangan teknologi dan sistem intensif bagiusaha pengolahan pangan lokal, pengenalan jenispangan lokal baru yang belum dimanfaatkan,pengembangan diversifikasi usahatani,pengoptimalan pemanfatan lahan pekarangan,penguatan usaha mikro, kecil dan menengah dibidang pangan, serta pengembangan industripangan yang berbasis pangan lokal (Nugrayasa,2013). Revitalisasi pertanian, perikanan dankehutanan (RPPK) yang dicanangkan Presiden RIpada tanggal 11 Juni 2005 di Jatiluhur menekankanperlunya peningkatan ketahanan pangan nasional,dimana padi, jagung dan kedelai merupakankomoditi utama yang menjadi prioritas selainkacang-kacangan dan umbi-umbian (Suryana,2007). Umbi-umbian memiliki kandungansenyawa bioakt if yaitu serat pangan danpolisakarida yang dapat berperan untukmenurunkan kadar gula darah pada penderitadiabetes mellitus (Saputro dan Estiasih, 2015).

METODE PENELITIAN

Bahan yang digunakan dalam penulisanmakalah ini adalah beberapa referensi, baik dari

Konservasi Tanaman Lokal Sumber Karbohidrat Non BerasSebagai Diversifikasi Pangan Mendukung Ketahanan Pangan | Putu Suratmini

Page 25: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015156

hasil penelitian, kajian maupun ulasan daribeberapa tulisan yang dirangkum dalam suatutulisan ilmiah. Bahan-bahan yang diperolehselanjutnya disarikan dan diolah disesuaikandengan judul dan makalah yang akan dibuat.Setiap kata/data yang dikutip disertakan dengansumber dalam penyajiannya. Bahan Tanamandalam tulisan ini yaitu Suweg dan Ubiaung sudahditanam di lokasi Model Kawasan Rumah PanganLestari (MKRPL) Desa Selisihan, KecamatanKlungkung, Kabupaten Klungkung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketahanan Pangan Kendala danTantangannya

Ketahanan pangan bagi Indonesia merupakanhal yang vital dan membutuhkan penanganan yangserius dan berkesinambungan. Permasalahanutama yang dihadapi dalam mewujudkanketahanan pangan di Indonesia saat ini adalahbahwa pertumbuhan permintaan pangan yang lebihcepat dari pertumbuhan penyediaan. Permintaanyang meningkat merupakan resultante daripeningkatan jumlah pendududk, pertumbuhanekonomi, peningkatan daya beli masyarakat, danperubahan selera (Suryana, 2005). Ketahananpangan tidak hanya menyangkut kuantitas pangandan kalori melainkan juga mencakup kebutuhanprotein dan komposisi gizi esensiallainnya.Ketahanan pangan mengacu pada definisiWord Food Summit 1996 mencakup empatdimensi yaitu 1) ketersediaan (food availability),2) jangkauan /akses (acces to sufficient food), 3)stabilitas (stability of food stock) dan 4)pemanfaatan (utilization of food, wich is related tocultural practices) (Sumaryanto, 2009)

Ketahanan pangan nasional menghadapisejumlah tantangan antara lain : a) peningkatanproduksi padi semakin sulit karena semakinmenyusutnya lahan produktif akibat alih fungsilahan, keterbatasan infrastruktur dan produktivitas;b) pola konsumsi pangan yang belum bergiziseimbang dan aman serta sangat tergantung padaberas,c) sistem distribusi dan tataniaga panganyang belum efisien sehingga menyebabkan hargayang tinggi di tingkat konsumen. KetergantunganIndonesia terhadap beras yang tinggi membuatindonesia rawan pangan (rawan beras) atauketahanan pangan nasional sangat rapuh. Dariaspek kebijakan pembangunan makro kondisitersebut mengandung resiko yang terkait dengan

stabilitas ekonomi, sosial dan politik. MenurutASEAN Food Security Information and TrainingCenter 2009, untuk mencapai ketahanan panganyang mantap maka rasio cadangan panganterhadap kebutuhan domestik (food security ratio)setidaknya 20%. Masalah dan tantangan yangdihadapi Indonesia untuk mencapai statusketahanan pangan yang mantap cukup beratkarena rata-rata rasio cadangan pangan (beras)terhadap penggunaan baru mencapai 4,38 padahalyang diperlukan untuk mencapai status mantapadalah > 20 disamping itu angka kemiskinan jugamasih cukup tinggi (Hanani, 2009)

Diversifikasi merupakan salah satu komponenstrategis pemantapan ketahanan pangan.Meningkatnya jumlah penduduk (1,5% per tahun),meningkat pula kebutuhan akan beras yangberarti menuntut peningkatan produksi berasnasional. Upaya peningkatan produksi padidihadapkan pada berbagai kendala dan masalahdimana Masalah utamanya adalah alih fungsilahan yang terus meningkat, adanya anomaliperubahan iklim (ancaman kekeringan, kebanjiran,serangan hama penyakit), produktivitas sumberdaya alam (lahan dan air) menurun, biaya produksisemakin mahal dan adanya pelandaian produksipadi.

Diversifikasi Berbasis Pangan Lokal

Indonesia memiliki sumber daya hayati yangsangat kaya, namun ironisnya tingkat konsumsipangan sebagian penduduk Indonesia masihdibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karenaitu salah satu upaya untuk meningkatkanketahanan pangan dan gizi keluarga dapatdilakukan melalui pemanfaatan pekarangan yangdikelola oleh rumah tangga (Saliem, 2011).Diversifikasi bahan pangan merupakan suatuproses pemilihan pangan yang tidak tergantungpada satu jenis pangan saja akan tetapi lebihterhadap berbagai bahan pangan mulai aspekproduksi,aspek pengolahan, aspek distribusihingga aspek konsumsi pangan pada tingkatrumah tangga (Tampubolon,1998). Diversifikasipangan sangat penting perannya dalammewujudkan ketahanan pangan karena kualitaskonsumsi pangan dilihat dari indikator skor polapangan harapan (PPH) nasional masih rendah.Pada tahun 2009 baru mencapai 75,7 dan harusditingkatkan terus untuk mencapai sasaran tahun2014 sebesar 95 (Saliem, 2011).

Kementerian Pertanian menggenjotdiversifikasi pangan dengan pengembangan model

Page 26: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

157

kawasan rumah pangan lestari (MKRPL) yangmerupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari(RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsippemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungandan dirancang untuk pemenuhan kebutuhanpangan dan gizi keluarga, diversifikasi panganberbasis sumber daya local, pelestarian tanamanserta peningkatan pendapatan yang akhirnya akanmeningkatkan kesejahteraan masyarakat.Sasaran yang ingin dicapai dari MKRPL ini adalahberkembangnya kemampuan keluarga danmasyarakat secara ekonomi dan sosial dalammemenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluargasecara lestari, menuju keluarga dan masyarakatyang sejahtera (Kementerian Pertanian, 2011). Adaempat prinsip yang dikembangkan dalam MKRPLyaitu: 1) ketahanan dan kemandirian pangankeluarga, 2) peningkatan diversifikasi pangan, 2)konservasi sumber daya pangan local dan 4)peningkatan kesejahteraan petani. Lahanpekarangan sudah lama dikenal dan memilikifungsi multiguna yaitu untuk penghasil bahanpangan tambahan (ubi,talas), penghasil sayur danbuah-buahan, unggas, ternak kecil dan ikan,rempah, bumbu-bumbu, bahan kerajianan tangan(Sajogya,1994). Masyarakat belum memanfaatkanpekarangan secara maksimal, walaupun adapemanfaatananya kebanyakan untuk tanamanhias sehingga kurang produktif. Agar pekarangandapat memberikan manfaat optimal bagi keluarga,maka dalam pengelolaannya perlu penataan yangbaik sehingga dapat memberikan nilai tambah baikuntuk memenuhi kebutuhan pangan keluargamaupun untuk menambah penghasilan.

Potensi Sumber Pangan Lokal SumberKarbohidrat Non Beras di Bali

Bahan pangan sumber karbohidrat non berasterbesar di Indonesia adalah terigu. Konsumsi perkapita terigu menunjukkan trend peningkatan yangperlu diwaspadai karena semua bahan bakunyaharus diimport. Dalam lima tahun terakhir tepungterigu telah menjadi sumber karbohidrat keduasetelah beras, diperkirakan rata-rata pertumbuhankebutuhan terigu > 5% per tahun. Tahun terakhirimport gandum (bahan baku terigu) sekitar 6 jutaton. Meningkatnya impor gandum tanpa adaupaya serius untuk mensubstitusinya denganbahan pangan lokal, tidak saja membebani devisanegara juga tidak kondusif untuk pengembanganproduksi pangan lokal beserta industripengolahannya (Sumaryanto, 2009).

Umbi-umbian merupakan sumber panganlokal potensial yang dapat dikembangkan,disamping sebagai sumber karbohidrat penggantiberas, aneka ragam umbi-umbian terbukti dapatmencegah beberapa penyakit seperti penyakitdiabetis mellitus, mencegah sembelit atau kankerusus. Umbi-umbian memiliki kandungan senyawabioaktif yaitu serat pangan dan polisakarida yangdapat berperan untuk menurunkan kadar guladarah pada penderita diabetes mellitus (Saputrodan Estiasih, 2015).

Cadangan makanan yang tersimpan dalamumbi umumnya adalah dalam bentuk polisakarida,dengan sedikit campuran oligosakarida, danmonosakarida. Bentuk polisakarida yang palingumum adalah pati, yang merupakan polimer dariglukosa dalam bentuk amilosa (tidak bercabang)dan atau amilopektin (bercabang) (Price, 2005).Umbi-umbian seperti umbi garut, umbi kimpul,umbi gembili, umbi ubi kelapa dan umbi gadungmerupakan sebagian umbi-umbian lokal inferioryang memilik i manfaat sebagai panganfungsional yang berguna untuk menurunkan kadarglukosa darah. Kemampuan umbi-umbiantersebut untuk menurunkan kadar glukosa darahdidapat dari senyawa bioaktif yang dimiliki yaitupolisakarida larut air dan serat pangan (Saputrodan Estiasih, 2015).

Kenyataannya di lapangan umbi-umbianselain ubi jalar, singkong dan talas semakin hilangdari kebun rakyat dan di pasaran bahkan pamordan martabat umbi-umbian jatuh oleh dominasiberas. Masyarakat Bali mengkonsumsi berassekalipun untuk mendapatkannya dengan menjualhasil umbi-umbian sseperti ubi jalar, singkong dantalas.. Lebih ironis lagi bahwa masyarakat yangmengkonsumsi sumber karbohidrat selain berasdimasukkan dalam katagori masyarakat miskindan terbelakang. Jika kondisi ini terus berlanjutmaka tidak mustahil umbi-umbian di Indonesia dandi Bali khususnya akan punah dan ketahananpangan rakyatpun akan semakin terancam.Khususnya di Bali beberapa jenis umbi-umbiansudah biasa dibudidayakan dan masih banyakditemukan di pasaran adalah : ubi jalar, singkongdan talas. Sedangkan beberapa jenis umbi-umbianyang keberadaannya semakin langka di pasarandan generasi muda sudah tidak mengenalnya lagiadalah jenis Suweg dan Ubi aung (gembili),padahal kedua jenis ubi ini jaman dahulumerupakan jenis ubi yang sangat digemarimasyarakat karena rasanya enak, empuk danlegit, untuk itulah kedua jenis ubi ini perludilestarikan.

Konservasi Tanaman Lokal Sumber Karbohidrat Non BerasSebagai Diversifikasi Pangan Mendukung Ketahanan Pangan | Putu Suratmini

Page 27: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015158

SUWEG (Amorphophallus campanulatus B)

Merupakan salah satu tanaman umbi minordi Indonesia selain talas, gadung, bentul, dan umbilainnya yang dapat digunakan untuk diversifikasipangan. Tanaman suweg juga merupakan tanamanherba yang dapat ditanam di bawah tegakandengan intensitas cahaya rendah dan masih dapattumbuh pada naungan hingga 60%, sehinggadapat digunakan untuk mengatasi masalahketerbatasan lahan. Tanaman ini juga tumbuh baikhingga elevasi 2.500 m di atas permukaan lautdengan curah hujan 1.000 - 1.500 mm per tahun.Selain itu Suweg dapat tumbuh pada tanah denganpH agak masam hingga netral. Tanaman suwegsudah dikenal oleh sebagian petani di Jawa,Sumatera dan Bagian Timur Indonesia, namunkarena terdesak oleh sumber karbohidrat lain atauberas, maka tanaman ini tidak berkembang.Tanaman suweg dapat ditanam di tegalan, selainitu juga dapat di tanam di pekarangan yangsekaligus dapat berperan sebagai tanaman hias.Pertumbuhan tanaman suweg diawali denganmunculnya semacam kuncup bunga dari dalamtanah pada awal musim hujan. Kuncup bungatersebut merupakan tunas, kemudian tumbuhmenjadi tanaman suweg. Pada musim kemaraudaun suweg menguning, dan lama kelamaan mati.Pada rumpun tanaman suweg yang mati tersebutterdapat umbi yang dapat digunakan sebagai bahanmakanan yang mengandung serat tinggi sekitar13,71 % dan lemak rendah sekitar 0,28 %. Umbisuweg dapat dipanen 1 - 2 tahun setelah tanam,tergantung pada macam bibit dan jenis suwegyang ditanam. Produksi umbi suweg berkisarantara 30 - 200 ton per hektar umbi segar. Tepungumbi suweg baik untuk terapi diet penderitadiabetes mellitus atau kencing manis karenaIndeks Glisemik (IG) rendah. Tanaman suweg jugadapat digunakan sebagai obat tradisional untukmengobati penyakit desentri, kolera danpernapasan, mengurangi tekanan darah,mengurangi kholesterol, penyembuh rematik, danpencernaan. Manfaat suweg sangat banyak sekaliterutama untuk industri dan kesehatan, karenakandungan zat glucomanan yang ada di dalamnya.

Suweg merupakan jenis tanaman umbi yangmempunyai potensi dan prospek untukdikembangkan di Indonesia. Selain mudahdidapatkan, tanaman ini juga mampumenghasilkan karbohidrat dan tingkatan panentinggi. Umbinya besar mencapai 5 kg, cita rasanyanetral sehingga mudah dipadu padankan dengan

beragam bahan sebagai bahan baku kuetradisional dan modern. Sayangnya umbi inisemakin tidak diminati dan bahkan mulai langka.Padahal suweg sangat potensial sebagai bahanpangan sumber karbohidrat. Suweg dapatdigunakan sebagai bahan lem, agar-agar, mi, tahu,kosmetik dan roti. Tepung suweg dapat dipakaisebagai pangan fungsional yang bermanfaat untukmenekan peningkatkan kadar glukosa darahsekaligus mengurangi kadar kolesterol serumdarah yaitu makanan yang memiliki indeksglikemik rendah dan memiliki sifat fungsionalhipoglikemik dan hipokolesterolemik. Suwegsebagai serat pangan dalam jumlah tinggi akanmemberi pertahanan pada manusia terhadaptimbulnya berbagai penyakit seperti kanker ususbesar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan,kolesterol tinggi dalam darah dan kencing manis.Di Filipina umbi suweg sering ditepungkanmengganti kedudukan terigu dan biasanyadimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan roti.Di Jepang, umbi-umbian sekerabat suweg telahbanyak dimanfaatkan untuk bahan pangan,misalnya bahan pembuatan mie instan. Adapunkandungan gizi dari 100 gram suweg adalah : 69Kalori, Protein 1,0 gr, Lemak 0,1 gr, Karbohidrat15,7 gr, Kalsium 62 mg, Fosfor 41 mg, Besi 4,2mg, Vitamin B1 0,07 mg, Air 82 gr dan Bagianyang dapat dimakan 86 %. Dengan potensiproduksi tanaman suweg yang tinggi dan manfaattanaman suweg bagi kesehatan, maka gerakanmenggalakkan untuk mengkonsumsi karbohidaratyang bukan beras akan sangat mendukungsuksesnya program swasembada beras di Negarakita dan menjadikan bangsa kita menjadi bangsayang sehat.

Untuk membangkitkan dan mengenalkankembali tanaman umbi-umbian yang semakinlangka maka melalui kegiatan konservasi tanamanlokal pada kegiatan model kawasan rumah panganlestari (MKRPL) khususnya MKRPL Klungkungsudah dicoba di tanam suweg, dan ubi aung. Padaawalnya ibu-ibu kelompok wanita tani mengenalkedua jenis umbi-umbian tersebut sebagaitanaman liar yang tumbuh di hutan dan belumdimanfaatkan sebagai sumber pangan. Suweg danubiaung dicoba ditanam di KBD (kebun bibit desa).Setelah hampir 9 bulan tanam ubiaung sudah bisadipanen, sedangkan suweg belum dipanenwalaupun sudah berbunga dan tanamannya mati,tanaman suweg dibiarkan tumbuh lagi sampaiumur 2 tahunan.

Page 28: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

159

UBI AUNG (Discorea esculenta)

Budi daya tanaman ubiaung tidak begitu sulit,curah hujan yang dibutuhkan adalah 875- 1750mm/tahun dengan distribusi yang meratasepanjang tahun. Suhu minimal yang diperlukanadalah tidak lebih rendah dari 22.7°C, sedangkansuhu lebih dari 35°C akan menyebabkanpenurunan pembentukan dan jumlah umbi.Tanaman ini biasanya diusahakan pada dataranrendah, akan tetapi masih dapat tumbuh padaketinggian 900 m dpl. Pembentukan umbi ditunjangoleh kondisi hari yang pendek, yaitu hari pada saatmatahari bersinar kurang dari 12 jam. Kondisitanah yang diinginkan adalah tanah yang gemburdengan tekstur ringan (berpasir), berdrainase baikbanyak mengandung bahan organik, dan memilikipH 5.5 – 6.5, tanaman gembili dapat menghasilkan

24.6 ton/ha di Malasyia, 20-30 ton/ha di Filipina,70 ton/ha di Irian Jaya, dan 10-20 ton/ha di PapuaNugini. Sedangkan berat tiap umbinya mencapai0.1-1 kg. Tanaman gembili memiliki kemampuanuntuk tumbuh dengan baik di daerah tropis dengantanah yang gembur, tekstur tanah ringan, drainasebaik, dan mengandung banyak bahan organik.

Umbi tanaman gembili biasanya digunakansebagai sumber karbohidrat setelah dimasak ataudibakar. Selain itu juga dimanfaatkan sebagaibahan campuran sayuran setelah dimasak,direbus atau digoreng. Sementara itu di Indonesiaumbinya dipergunakan sebagai bahan makananpokok pengganti beras dengan nilai tambahnyaberupa rasa yang manis sehingga disukai orang.Umbi gembili mentah yang dipotong atau diparuthalus dapat digunakan sebagai obat oles diatasluka memar atau bengkak, terutama di bagian leher

Gambar 1. Tanaman suweg dan bunga suweg yang ditanam di MKRPL Klungkung

Gambar 2. Tanaman yg sedang tumbuh dan hasil panen ubi aung yang ditanam di MKRPL Klungkung

Konservasi Tanaman Lokal Sumber Karbohidrat Non BerasSebagai Diversifikasi Pangan Mendukung Ketahanan Pangan | Putu Suratmini

Page 29: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015160

(Heyne, 1987). Tetapi ada juga beberapa varietasyang mengandung racun dan dapat menimbulkanperadangan dikerongkongan jika umbi dimakantanpa melalui proses pengolahan yang sempurna.Kandungan diosgenin (sejenis senyawa beracunyang khas dalam genus Dioscorea) umbi gembilidapat dimanfaatkan untuk pembuatan pil KB.Tanaman biasanya diperbanyak denganmenggunakan umbi beruntas minimal dua matayang mempunyai waktu dominasi yang pendek.Berat umbi adalah 56-84 g. Selain umbi, tanamantersebut dapat pula diperbanyak denganmenggunakan stek batang. Namun cara terakhirini kurang populer. Umbi sebaiknya ditanam padawaktu musim hujan yaitu antara bulan Oktobersampai Februari.Tanah diolah sampaimendapatkan struktur yang remah dan gembur.Pada saat pengolahan tanah dianjurkan untukmemberi pupuk kandang untuk meningkatkankandungan bahan organiknya.Tanah diolah dandibentuk bedengan-bedengan.Jarak tanaman yangdigunakan adalah 0.9 m x 1.3 m. Sedangkan jaraktanam 0.9 m x 0.9 m digunakan bila tanah diolahmenjadi guludan. Biasanya 1 sampai 3 umbi bibitditanam pada guludan atau bedengan.Pemberianair seminggu sekali sudah cukup untuk memenuhikebutuhan tananaman ini. Gembili layak panensetelah berumur 6-7 bulan sedangkan di Malaysiagembil dipanen setelah berumur 8-9 bulan.

KESIMPULAN

Suweg dan ubi aung merupakan tanamanpangan lokal yang banyak manfaatnya danmerupakan sumber pangan non beras yang cukuppotensial. Budidaya kedua umbi cukup mudahakan tetapi keberadaannya semakin langka(khususnya di Bali), Untuk itu konservasi untukmelestarikan kedua umbi ini perlu digalakkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, M. 2007. Konsumsi Pangan MasyarakatIndonesia Analisis Data Susenas 1999-2005.Gizi Indon. 30(1):47-57

Hanani, N. 2009. Sumbangan Pemikiran ArahPembangunan Ketahanan Pangan. Makalahdipresentasikan dalam Round-TableDiscussion “Strategi Ketahanan Pangan danPengentasan Kemiskinan Petani. Surabaya,23 Juni 2009.

Juarini.2006. Kondisi dan Kebijakan Pangan diIndonesia. Jurnal Dinamika Sosial EkonomiUPN Veteran Yogyakarta.Vol.7 No. 2.

Nainggolan, K. 2007. Alih Teknologi PertanianMendukung Ketahanan Pangan melaluiPercepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan.Bali, 2 Aguatus 2007

Nugrayasa, O. 2013. Pola Pangan Harapansebagai pengganti ketergantungan padaberas. http://setkab.go.id/en/-7199

Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep KlinisProses-Proses Penyakit, Volume 2.Jakarta: EGC

Saputro, P.S. dan T.Estiasih. 2015. PengaruhPolisakarida Larut Air (PLA) dan serat panganumbi-umbian terhadap glucose darah. JurnalPangan dan Bioindustri.Vol 3. No.2. P.756-762.

Sumaryanto. 2009. Diversifikasi sebagai salahsati pilar ketahanan pangan. Forum penelitianagro ekonomi. Vol 27 No.2 Desember 2009.93-108.

Suryana, A. 2005. Kebijakan Ketahanan pangannasional. Simposium Nasional Ketahanandan Keamanan Pangan pada era Otonomi danGlobalisasi. IPB Bogor. 22 November 2005.Hal. 259-273

Saliem, H.P. 2011. Kawasan Rumah PanganLestari (KRPL) : sebagai Solisi PemantapanKetahanan Pangan. Kongres IlmuPengetahuan Nasional (KIPNAS). Jakarta 8-10 November 2011. Hal 1-10.

Page 30: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

161

PERAN TENAGA KERJA WANITA PADA USAHATANI TOMAT DI BALI(STUDI KASUS DESA ANTAPAN, KECAMA TAN BATURITI, TABANAN)

Jemmy Rinaldi 1, Suharyanto 2 dan I Made Rai Yasa3

Balai pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan – Bali, 80222

E-mail : [email protected]

date submitted : 29 Oktober 2015 date approved : 9 November 2015

ABSTRACT

The Role of Women in the Labor Tomato Farming in Bali (Case Study Village Antapan,Baturiti , Tabanan )

Labor within the family is often forgotten in to farm, especially in terms of financing of farming. Today the roleof women visible in various sectors, especially agriculture. Low levels of family income encourages familymembers including women farmers contribute labor in farming activities. The purpose of this study was todetermine how big the role and contribution of women workers in the farming of tomatoes and how muchvalue the outpouring of female workers against tomato farm income. Methods of study done by direct interviewswith farmers as much as 30 people with Particpatory approach Rural Appraisal (PRA) regarding usahatanisertaoutpouring of energy in tomato farming. The results showed that the role of many women workers are in theprocess of preparation of planting to harvesting. while the contribution of women farmers to farm workerstomato by 16.06 HOK or 31.79 percent. Value outpouring of female workers against tomato farm income isRp. 2,817,487.93 during the first season planting area with an average of 10 acres.

Key words: Labor, women farmers, farming tomatoes

ABSTRAK

Tenaga kerja dalam keluarga seringkali dilupakan dalam berusahatani, terutama dalam hal pembiayaanusahatani. Dewasa ini peranan wanita terlihat di berbagai sektor, terutama sektor pertanian. Rendahnyatingkat pendapatan keluarga mendorong anggota keluarga termasuk wanita tani menyumbangkan tenagadalam kegiatan usahatani. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peran dan kontribusitenaga wanita dalam usahatani tomat dan seberapa besar nilai curahan tenaga wanita terhadap pendapatanusahatani tomat. Metode kajian dilakukan dengan wawancara langsung dengan petani sebanyak 30 orangdengan pendekatan Particpatory Rural Appraisal (PRA) mengenai usahataniserta curahan tenaga padausahatani tomat. Hasil kajian menunjukkan bahwa peran tenaga kerja wanita banyak terdapat pada prosespersiapan tanam sampai dengan panen . Sedangkan kontribusi tenaga wanita tani terhadap usahatanitomat sebesar 16,06 HOK atau 31,79 persen. Nilai curahan tenaga wanita terhadap pendapatan usahatanitomat yaitu sebesar Rp. 2.817.487,93 selama 1 musim dengan luas areal tanam rata-rata 10 are.

Kata kunci: Tenaga kerja, wanita tani, usahatani tomat

PENDAHULUAN

Komoditas hortikultura merupakan komoditaspotensial yang mempunyai nilai ekonomi danpermintaan pasar yang tinggi. Kontribusi subsektor hortikultura terhadap pembangunan sektorpertanian dari tahun ke tahun cenderung meningkatyang ditandai dengan peningkatan beberapaindikator makro seperti produk domestik bruto

(PDB), volume ekspor, penyerapan tenaga kerjadan nilai tukar petani (NTP) (Badan LitbangPertanian, 2012).

Salah satu komoditas hortikultura yangmampu menyerap tenaga kerja adalah tomat.Tomat merupakan salah satu komoditashortikultura dari kelompok jenis sayuran buahyang dapat di tanam ditanah dataran rendah ataudataran tinggi. Buah ini merupakan sumber vitamin

Peran Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Tomat Di Bali(Studi Kasus Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Tabanan) | Jemmy Rinaldi, dkk.

Page 31: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015162

A dan C (Patricia, 2001). Selain itu, tomat dapatdikonsumsi dalam bentuk Sambal Tomat dan JusTomat. Melihat nilai Ekonomis dari Tomat, makaapabila dikembangkan dalam suatu sistemusahatani yang komersial dapat meningkatkan danmenunjang pendapatan petani (Zuraida, 2013).Pendapatan usahatani sangat tergantung padacurahan tenaga kerja, khususnya peran tenagakerja keluarga. Oleh karena itu perlu adabimbingan dan pelatihan bagi keluarga dalamberusahatani tomat yang baik. Disatu sisipemerintah hanya memfokuskan bimbingan ataupelatihan tersebut hanya kepada kepala keluargayaitu tenaga kerja pria. Padahal peran wanitadalam berusahatani tomat sangat mempengaruhiterhadap pendapatan usaha.

Berdasarkan permasalahan diatas, makatujuan kajian ini yaitu: (1) mengetahui pada aspekapa dan seberapa besar kontribusi curahan tenagawanita dalam berusahatani tomat, (2) seberapabesar nilai kontribusi curahan tenaga wanitaterhadap pendapatan usahatani tomat.

METODE PENELITIAN

Kajian dilakukan di Desa Antapan, KecamatanBaturiti, Kabupaten Tabanan dengan pendekatanParticipatory Rural Appraisal (PRA). Suatupengertian prinsip dari PRA menurut Leeuwis(2000), adalah pemberdayaan masyarakat(community empowerment), dengan melibatkanmasyarakat untuk berpartisipasi dalam prosesperencanaan (process of planning), pengambilankeputusan (decision making) dan pembelajaransosial (social learning).

Kajian ini dilakukan pada tahun 2015 denganmewawancara 30 responden petani mengenaiusahatani tomat yang diusahakan. Untukmengetahui peran wanita pada usahatani tomatdianalisis secara deskriptif. Sedangkan untukmengatahui seberapa besar kontribusi curahankerja wanita terhadap usahatani tomat sebagaiberikut:

Curahan Kerja WanitaKontribusi kerja wanita = x 100%

Total Curahan Kerja Usahatani

Sedangkan untuk mengetahui seberapa besarnilai Kontribusi kerja wanita terhadap totalpendapatan pendapatan usahatani tomat yaitu:

NKKW = KKW X Pd UT

Keterangan:NKKW = Nilai Kontribusi Kerja WanitaKKW = Kontribusi kerja wanitaPd UT = Total pendapatan usahatani tomat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran dan Kontribusi T enaga Kerja W anit aPada Usahat ani Tomat

Usahatani tomat yang dilakukan di desaAntapan, kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabananyang dilakukan petani rata-rata hanya seluas 10are dengan hanya satu musim tanam diusahakandalam satu tahun. Jenis kegiatan yang dilakukandalam berusahatani tomat di Desa Antapan yaitu:pengolahan lahan, pasang mulsa, pemupukandasar, penyemaian, pengokeran atau pemisahanbibit yang sudah disemai untuk ditanam di lahan,penanaman, penyemprotan, pemupukan ngocor,pemupukan biasa, pasang ajir, pasang tali danpanen. Penggunaan tenaga kerja pada usahatanitomat sangat besar karena jenis kegiatannya yangbermascam-macam (Mujiburrahmad, 2011).

Berdasarkan jenis kegiatan usahatani tomattersebut peran wanita dalam usahatani tomat yaitupada kegiatan pengokeran, penanaman,pemupukan ngocor, pemasangan tali danpemanenan. Peran tenaga kerja pria dalamberusahatani tomat lebih banayak pada kegiatansemai, penanaman, penyemprotan, pemupukanbiasa, pemasangan ajir, pemasangan tali danpemanenan. Sedangkan peran tenaga kerja luarkeluarga diperankan pada pengolahan lahan,pasang mulsa dan pemupukan dasar yangdilakukan diawal sebelum melakukan penanamantomat. Berdasarkan hal tersebut, peran tenagakerja wanita banyak tercurah pada prosespersiapan tanam sampai dengan panen. Hal inisangat berpengaruh terhadap keberhasilanusahatani tomat.

Berdasarkan Rata-rata kebutuhan tenagakerja pada usahatani tomat per musim tanamdengan luas areal 10 are di Desa Antapan,dibutuhkan tenaga sebesar 50, 52 HOK setaradengan Hari Kerja Pria (HKP). Curahan tenagakerja terbesar yaitu pada curahan tenaga kerja

Page 32: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

163

dalam keluarga pria yaitu sebesar 23,03 HOK atauberkontribusi sebesar 45,58 persen. sedangkanuntuk curahan tenaga kerja dalam keluarga wanitayaitu sebesar 16,06 HOK atau berkontribusisebesar 31,79 persen. berdasarkan hal tersebut,maka peran tenaga kerja pada usahatani tomat diDesa Antapan banyak didominasi oleh perantenaga kerja dalam keluarga.

Kontribusi tenaga kerja wanita dalam keluargadalam berusahatani tomat banyak dicurahkanpada kegiatan pemanenan tomat yaitu 10,71 HOK.Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja wanitasangat berperan dalam berusahatani tomatkhususnya dalam mengurangi biaya usahatani.Talumingan (2011) dan Zubaidi dan Astutik (2010),menyatakan bahwa hasil penelitiannya mengenaitomat juga menunjukkan bahwa tenaga kerjamerupakan biaya terbesar. hal ini menunjukkanbahwa peran tenaga kerja keluarga sangatdiperlukan dalam berusahatani tomat, agar dapatmeminimalisir biaya. Sedangkan keahlian khususyang diperankan oleh tenaga kerja wanita dalamkeluarga yaitu melakukan pengokeran danmelakukan pemupukan dengan cara ngocor yangmasing-masing kegiatan tersebut hanya dilakukantenaga kerja wanita tanpa dibantu tenaga kerjapria. Hal ini menunjukkan bahwa keahlian tenagakerja wanita dalam keluarga sangat diperlukandalam berusahatani tomat khusus pada kedua

kegiatan tersebut. Soekartawi (2003) menyatakanbahwa faktor produksi tenaga kerja merupakanfaktor produksi yang penting dan perludiperhitungkan dalam proses produksi dalamjumlah yang cukup, bukan saja dilihat daritersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas danmacam tenaga kerja. Dengan demikian, jika adapelatihan atau bimbingan teknis mengenaikegiatan tersebut, maka perlu dilibatkan tenagakerja wanita.

Nilai Kontribusi T enaga Wanit a TerhadapPendap atan Usahat ani Tomat

Pendapatan usahatani tomat di Desa Antapanper musim tanam dengan rata-rata luas arealtanam sebesar 10 are menghasilkan pendapatansebesar Rp. 8.862.812,- (Tabel 2). Berdasarkannilai pendapatan tersebut terdapat peran tenagakerja dalam usahatani yang sangatmempengaruhi. Nilai kontribusi tenaga kerjaterhadap pendapatan usahatani sangat tergantungpada kontribusi curahan tenaga dalamberusahatani. Hal ini sesuai dengan hasil penelitianZubaidi dan Astutik (2010) yang menyatakanbahwa peran tenaga kerja keluarga sangatdiperlukan dalam berusahatani tomat karenaberpengaruh terhadap pendapatan usahatani.

Tabel 1. Rata-rata Kebutuhan Tenaga Kerja pada Usahatani Tomat per Musim dengan Luas Areal Tanamsebesar 10 Are di Desa Antapan, Tahun 2014

Kebutuhan Tenaga Kerja Setara Pria (HOK)Jenis Kegiatan Usahatani Total Tenaga

Luar Keluarga Dalam Keluarga Kerja (HOK)

Pria Wanita

Pengolahan lahan, pasang mulsa, dan 11,43 - - 11,43pemupukan dasarSemai - 0,03 - 0,03Ngoker - - 0,71 0,71Tanam - 0,50 0,36 0,86Penyemprotan - 1,50 - 1,50Pemupukan ngocor - - 1,43 1,43Pemupukan biasa - 0,50 - 0,50Pasang ajir - 1,50 - 1,50pasang tali - 4,00 2,85 6,85panen - 15,00 10,71 25,71

Total kebutuhan tenaga kerja 11,43 23,03 16,06 50,52

Kontribusi TK luar keluarga 22,62% Kontribusi TK dalam keluarga (Pria) 45,58%Kontribusi TK dalam keluarga (Wanita) 31,79%

Peran Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Tomat Di Bali(Studi Kasus Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Tabanan) | Jemmy Rinaldi, dkk.

Page 33: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015164

Berdasarkan curahan tenaga kerja, nilaikontribusi tenaga kerja tehadap pendapatanusahatani tomat tertinggi pada tenaga kerja priadalam keluarga yaitu sebesar Rp. 4.039.669,71.Hal ini disebabkan karena kontribusi tenaga kerjapria dalam keluarga tertinggi dibandingkankontribusi tenaga kerja wanita dalam keluargamaupun tenaga kerja luar keluarga. Akan tetapinilai kontribusi tenaga kerja wanita dalam kelaurgasangat penting dalam meningkatkan nilaipendapatan usahatani tomat. Hal ini dapat dilihatpada nilai kontribusi tenaga kerja wanita dalamkeluarga yang memperoleh nilai sebesar Rp.2.817.487,93 atau hampir sebesar tiga juta rupiah.Dengan demikian peran tenaga kerja wanita dalamkelurga dirasa sangat penting dalam meningkatkanpendapatan usahatani tomat serta pendapatankeluarga.

KESIMPULAN DAN SARAN

Peran tenaga kerja wanita banyak tercurahpada proses persiapan tanam sampai denganpanen yaitu pada jenis kegiatan pengokeran,penanaman, pemupukan ngocor, pemasangan talidan pemanenan. Curahan tenaga kerja dalamkeluarga wanita yaitu sebesar 16,06 HOK atauberkontribusi sebesar 31,79 persen. Nilaikontribusi tenaga kerja wanita dalam keluarga padausahatani tomat memperoleh nilai sebesar Rp.2.817.487,93. Nilai kontribusi tersebut sangatpenting dalam meningkatkan nilai pendapatanusahatani tomat

Peran tenaga kerja keluarga sangatdiperlukan dalam berusahatani tomat, agar dapatmeminimalisir biaya. Keahlian khusus yangdiperankan oleh tenaga kerja wanita dalamkeluarga yaitu melakukan pengokeran danmelakukan pemupukan dengan cara ngocor yang

masing-masing kegiatan tersebut hanya dilakukantenaga kerja wanita tanpa dibantu tenaga kerjapria. Hal ini menunjukkan bahwa keahlian tenagakerja wanita dalam keluarga sangat diperlukandalam berusahatani tomat khusus pada keduakegiatan tersebut. Oleh karena itu, jika adapelatihan atau bimbingan teknis mengenaikegiatan tersebut, maka perlu dilibatkan tenagakerja wanita.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2012. Panduan UmumProgram Dukungan Pengembangan KawasanAgribisnis Hortikultura (PDPKAH). BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian,Kementerian Pertanian.

Mujiburrahmad. 2011. Analisis ProduktivitasUsahatani Tomat Berbasis Agroklimat (KasusDataran Medium dan Dataran Tinggi). SainsRiset Volume 1. No. 2, 2011.

Leeuwis, Cees. 2000. ReconceptualisingParticipation For Sustainable RuralDevelopment. Toward a Negotiation Approach.Development and Change. Vol. 31, Number5, November 2000 p. 931-959.

Patricia, M.S. 2001. Analisa PendapatanUsahatani Tomat Apel di Desa Kunyangan,Kecamatan Tombatu. Skripsi FakultasPertanian Unsrat. Manado.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi(Dengan Pokok Bahasan Analisis FungsiProduksi Cobb Douglas). Rajawali. Jakarta.Halaman 7 8, 142 143.

Talumingan, C., R. Kaunang, dan R. Habaludin.2011. Analisa Pendapatan Usahatani Tomat

Tabel 2. Nilai Kontribusi Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Usahatani Tomat per Musim dengan LuasAreal Tanam 10 Are di Desa Antapan, Tahun 2014

Jumlah Tenaga Kontribusi Nilai KontribusiJenis Tenaga Kerja Kerja Setara Tenaga Kerja Tenaga Kerja Terhadap

Pria (HOK) (%) Pendapatan (Rp)

Luar Keluarga 11,43 22,62 2.004.768,07Dalam Keluarga (Pria) 23,03 45,58 4.039.669,71Dalam Keluarga (Wanita) 16,06 31,79 2.817.487,93

Total 50,52 100,00 8.862.812,00

Page 34: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

165

di Desa Tonsewar, Kecamatan Tompaso,Kabupaten Minahasa. Jurnal ASE. Volume 7No. 3, September 2011: 43-51.

Zubaidi, A. dan Astutik. 2010. Analisis Pendapatandan Peranan Wanita dalam Usahatani TomatLahan Kering di Kabupaten Gresik. JurnalBuana Sains Vo. 10 No. 2: 139-146, 2010.

Zuraida, R. 2013. Usahatani Tomat dan Semangkapada Lahan Lebak di Kalimantan Selatan(Kasus di Desa Muning Baru Kec. DahaSelatan Kab. Hulu Sungai Selatan). SeminarNasional : Menggagas KebangkitanKomoditas Unggul Lokal Pertanian danKealautan, Juni 2013. Fakultas PertanianUniversitas Trunojoyo Madura.

Peran Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Tomat Di Bali(Studi Kasus Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Tabanan) | Jemmy Rinaldi, dkk.

Page 35: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015166

PERANAN DISEMINASI INFORMASI PERT ANIANDALAM PEMANF AATAN TEKNOLOGI BAGI PET ANI

I Made Sukadana

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran Denpasar-Selatan, Bali 80222

E-mail : [email protected]

date submitted : 2 November 2015 date approved : 24 November 2015

ABSTRACT

The Role of Dissemination Agriculture Information in Technology Useful for Farmers

Technology IAARD results of the study will be useful if it can reach out and implemented by the parties whoneed / users. in Bali. So far the results have not been fully IAARD adopted by farmers or users. This is due tothe lack of strategy to communicate the results of research and assessment to the user, which can causeoutages of information technology resources to users Dissemination of information plays an important rolein disseminating the study results IAARD to farmers or users. The role of communication is very important inagricultural extension activities, which will affect from planning to implementation and evaluation.

Key Word : Dissemination , agriculture , farmers

ABSTRAK

Teknologi hasil kajian Badan Litbang Pertanian akan bermanfaat apabila dapat menjangkau dan diterapkanoleh pihak-pihak yang membutuhkan/pengguna. Selama ini hasil penelitian Badan Litbang Pertanian belumsepenuhnya diadopsi oleh petani atau pengguna. Hal ini disebabkan minimnya strategi mengkomonikasikanhasil penelitian dan pengkajian kepada pengguna, yang dapat menyebabkan terputusnya jaringan informasidari sumber teknologi kepada pengguna di Bali. Diseminasi informasi memegang peranan penting dalammenyebarluaskan hasil kajian Badan Litbang Pertanian kepada petani atau pengguna. Peranan komunikasisangat penting dalam kegiatan penyuluhan pertanian, yang akan mempengaruhi dari perencanaan hinggapelaksanaan dan evaluasinya.

Kata Kunci : Diseminasi, pertanian, petani

PENDAHULUAN

Saat ini dukungan teknologi yang memadaidan berkesinambungan sangat diperlukan dalammewujudkan pembangunan pertanian. Teknologihasil kajian Badan Litbang Pertanian akanbermanfaat apabila dapat menjangkau danditerapkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan/pengguna. Namun demikian, sistem adopsi/alihteknologi pertanian dinilai masih lemah. Hasil-hasilpenelitian dan pengkajian yang dihasilkan olehBadan Litbang Pertanian belum sepenuhnyadiadopsi oleh petani dan pengguna. Hal inidisebabkan minimnya strategi mengkomuni-kasikan hasil penelitian dan pengkajian kepadapengguna, sehingga jaringan informasi dari sumber

teknologi kepada pengguna teknologi terutama didaerah Bali masih terputus.

Terpenuhinya kebutuhan pengguna akaninformasi teknologi pertanian spesifik lokasi, BPTPBali melaksanakan kegiatan penyebaran danpendayagunaan hasil-hasil pengkajian danpengembangan teknologi pertanian spesifik lokasiyang dikemas dalam bentuk peragaan teknologi(visitor plot dan gelar teknologi), pertemuan(lokakarya), dan pengembangan informasibermedia (publikasi ilmiah, siaran radio dan lain-lain). Dengan adanya penyebaran informasiteknologi, diharapkan dapat memenuhi kebutuhanpetani dan pengambil kebijakan serta mampumenjawab persoalan yang terjadi ditingkat petanidan pengguna lainnya.

Page 36: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

167

Umy (2014) menyatakan bahwa informasiyang didapatkan dapat menjadi acuanpengembangan dalam budidaya maupunpengolahan pasca panen. Tentu saja hal yang kitaharapkan adalah peningkatan produktivitas dannilai tambah yang merupakan ciri pertanianmodern dapat tercapai. Keterlibatan dari penyediainformasi tentu sangat penting, dengan demikianpetani dan pengguna lainnya akan dapatmemanfaatkan dengan optimal teknologi-teknologialternatif sehingga mereka tidak ketinggalaninformasi dan dapat mengembangkanpertaniannya.

Upaya diseminasi ini untuk mengubahperilaku petani dan keluarganya agar merekamengetahui dan mempunyai kemauan sertamampu memecahkan masalahnya sendiri, baikdalam usaha atau kegiatan-kegiatanmeningkatkan hasil usahanya dan tingkatkehidupannya. Tujuan bahasan dari kegiatan iniadalah sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui apaitu desiminasi informasi pertanian; (2) Untukmengetahui fasilitator dalam penyuluhan pertanian;(3) Untuk mengetahui metode pelaksanaandesiminasi; dan (4) Untuk mengetahui manfaatteknologi dalam desiminasi informasi petanian.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penulisanperanan diseminasi informasi pertanian dalampemanfaatan teknologi bagi petani ini,menggunakan metode studi kepustakaan dariberbagai sumber pustaka, artikel –artikel yang adadi internet dan publikasi ilmiah lainnya yangmenunjang topik bahasan.

PEMBAHASAN

Diseminasi T eknologi Pert anian

Diseminasi adalah proses penyebaran inovasiyang direncanakan, diarahkan, dan dikelola. Halini berbeda dengan difusi yang merupakan alurkomunikasi spontan. Sehingga terjadi saling tukarinformasi dan akhirnya terjadi kesamaan pendapatantara tentang inovasi tersebut. Istilah umumnyayang digunakan sebagai sinonim dari“ penyebaran”. Atas dasar pengertian itu dalamkaitannya dengan inovasi teknologi pertanian,

diseminasi dapat diartikan sebagai kegiatanpenyebarluasan teknologi pertanian spesifiklokasi.

Tujuan dari kegiatan diseminasi teknologipertanian untuk meningkatkan adopsi dan inovasipertanian hasil penelitian dan pengkajian melaluiberbagai kegiatan komunikasi, promosi dankomersialisasi serta penyebaran paket teknologiunggul yang dibutuhkan dan menghasilkan nilaitambah bagi berbagai khalayak pengguna danmenyelenggarakan kegiatan penyebarluasanmateri penyuluhan baik secara tercetak maupunmedia elektronik.

Pelaku/Fasilitator Penyuluhan Pertanian

Pelaksanaan penyuluhan pertanian dilakukanharus sesuai dengan program penyuluhanpertanian. Program penyuluhan pertaniandimaksudkan untuk memberikan arahan,pedoman, dan sebagai alat pengendali pencapaiantujuan penyelenggaraan penyuluhan pertanian,Program penyuluhan pertanian terdiri dari programpenyuluhan pertanian desa, program penyuluhanpertanian kecamatan, program penyuluhanpertanian kabupaten/kota, program penyuluhanpertanian propinsi dan program penyuluhanpertanian nasional.

Sasaran dalam penyuluhan pertanian adalahpelaku utama dan pelaku usaha. Pelaku utamaadalah petani beserta keluarganya atau koperasiyang mengelola usaha dibidang pertanian, yangmeliputi : usaha hulu, usahatani, agroindustri,pemasaran dan jasa penunjang. Sedangkan pelakuusaha adalah perorangan atau korporasi yangdibentuk menurut hukum Indonesia yangmengelola usaha pertanian, perikanan, dankehutanan (Departemen Pertanian, 2006).Sementara itu, penerima manfaat penyuluhan(beneficiaries) adalah mereka yang secaralangsung atau tidak langsung memiliki peran dalamkegiatan pembangunan pertanian, menurutMardikanto (2009) mereka itu dapat dikelom-pokkan dalam :

Pelaku utama

Pelaku utama terdiri dari petani dankeluarganya yang selain sebagai juru tani,sekaligus sebagai pengelola usahatani yangberperan dalam memobilisasi dan memanfaatkansumberdaya demi tercapainya peningkatan dan

Peranan Diseminasi Informasi Pertanian Dalam PemanfaatanTeknologi Bagi Petani | I Made Sukadana

Page 37: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015168

perbaikan mutu produksi, efisiensi usahatani sertaperlindungan dan pelestarian sumber daya alamdan lingkungan hidup yang lain.

Penentu kebijakan

Dalam hal ini terdiri dari aparat birokrasipemerintahan sebagai perencana, pelaksana, danpengendali kebijakan pembangunan pertanian,termasuk elit masyarakat dari aras terbawah (desa)yang secara aktif dilibatkan dalam pengambilankeputusan dan implementasi kebijakanpembangunan pertanian.

Pemangku kepentingan yang lain

Dalam hal ini adalah mereka yang mendukungatau memperlancar kegiatan pembangunanpertanian. Termasuk dalam kelompok ini adalahpeneliti, produsen sarana produksi, pelaku bisnis,pers, aktivis LSM, tokoh masyarakat, artis, danbudayawan. Penyuluh Pertanian dalam melakukantugas di lapangan selain melakukan penyuluhan,memberikan motivasi dan inovasi teknologi yangdibutuhkan oleh para petani dan keluarganya yangmeliputi :

Penyuluh sebagai inisiator, yang senantiasaselalu memberikan gagasan/ide-ide baru.Penyuluh sebagai fasilitator, yang senantiasamemberikan jalan keluar/ kemudahan-kemudahan,baik dalam menyuluh atau proses belajarmengajar, maupun fasilitas dalam memajukanusahataninya. Dalam hal menyuluh penyuluhmemfasilitasi dalam hal : kemitraan usaha,berakses ke pasar, permodalan dan lain-lain.Penyuluh sebagai motivator, penyuluh senantiasamembuat petani tahu, mau dan mampu. Penyuluhsebagai penghubung yaitu penyampai aspirasimasyarakat tani dan pemerintah.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinyapenyuluh pertanian harus melakukan danmempersiapkan diri PPL lakukan dan persiakanagar penyuluhan sesuai dengan keinginan danharapan petani dan keluarganya yang telahdituangkan dalam program penyuluhan danrencana kerja penyuluhan pertanian (RKPP)bulanan maupun tahunan adalah sebagai berikut:(1) Memahami kondisi, harapan dan keinginanpetani saat ini; (2) Pahami materi, media danmetode penyuluhan yang akan dilakukan; (3)Gunakan sarana dan prasarana yang memadai;dan (4) Gunakan waktu yang tepat dan akurat.

Berdasarkan hal tersebut diatas penyuluhan

yang efektif yaitu Penyuluh Pertanian sebelummelakukan kegiatan dilapangan memahamitentang permasalahan dipetani (pelaku utamamaupun pelaku usaha), siapkan alternatifpemecahan yang harus dilakukan, lakukanpenyuluhan yang tepat seperti tersebut diatas,apabila telah selesai melakukan penyuluhan untukmelihat sejauhmana sasaran penyuluhan adaperubahan pengetahuan, keterampilan dan sikapsesuai dengan tahapan adopsi inovasi teknologiyang dianjurkannya. Penyuluhan yang dilakukansebaiknya dilakukan secara partisipatif, sehinggapetani mampu menambah pendapatanya, sertamampu menyusun rencana kegiatan yangbermanfaat bagi dirinya, keluarga, maupunlingkungannya.

Peranan komunikasi sangat penting dalamkegiatan penyuluhan pertanian, yang akanmempengaruhi dari perencanaan hinggapelaksanaan dan evaluasinya. Penyuluh sebagaikomunikator yaitu penyampai pesan, sedangkansasaran dalam hal ini disebut komunikan sangatyang dipengaruhi oleh latar belakangnya, baiksecara individu maupun secara berkelompok.Untuk penyuluh sendiri adakah mereka siapmelakukan komunikasi dari berbagi aspek, apakahpesan yang dibawanya sudah sesuai dengan apayang diinginkan sasaran juga saluran atau mediayang dilakukannya sudah sesuai?, sudah tepatkahmetode yang digunakannya. Namun unsur yangpaling utama dalam melakukan perubahan perilakuini yaitu terjadinya komunikasi yang baik antarasi pemberi pesan yaitu penyuluh, dengan sipenerima pesan yaitu orang yang diharapkanperubahan perilakunya. Dalam sektor pertanian,apakah pelaksanaan penyuluhan pertanian ditingkat lapangan sudah berjalan lancar, dansudahkah mencapai tujuan yang diharapkan?

Keadaan di tingkat lapangan menggambarkanmasih lemahnya proses penyuluhan pertaniandengan dampak yang ada, disinyalir salah satupenyebabnya adalah hambatan komunikasi.Sebab dalam proses komunikasi tidak hanyasekedar berbicara saja, tapi pesan itu dapatdisampaikan baik secara langsung maupun tidaklangsung. Hambatan komunikasi ini perlu ditelaah,apa yang menjadi penyebabnya. Bila perubahanperilaku sebagai bagian dari tujuan penyuluhanbelum tercapai, jangan hanya sasaran yangdipersalahkan. jangan-jangan masalahnya justruberasal dari komunikator yaitu penyuluh sebagaipembawa pesan. Apa penyebabnya apakahkarena ketidaksiapan materi yang akan

Page 38: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

169

disampaikan, ataukah karena prasarana yangtidak memadai, bisa pula terjadi karena gangguandalam proses penyampaiannya.

Kegagalan berkomunikasi sering menim-bulkan kesalahpahaman, kerugian, dan bahkanmalapetaka, Risiko tersebut tidak hanya padatingkat individu, tetapi juga pada tingkat lembaga,komunitas, dan bahkan Negara. Untuk menjadiseorang komunikator yang efektif, harus berusahamenampilkan komunikasi (baik verbal maupunnonverbal) yang disengaja seraya memahamibudaya orang lain.

Metode Pelaksanaan Diseminasi PertanianBerdasarkan T eknik Komunikasi

Metode Penyuluhan Pertanian dapat diartikansebagai cara penyampaian materi penyuluhanpertanian melalui media komunikasi oleh penyuluhpertanian kepada petani dan anggota keluarganyaagar bisa dan membiasakan diri menggunakanteknologi baru. Metode penyuluhan pertanianmerupakan penggolongan atau pengelompokanmetode penyampaian materi penyuluhan pertaniansesuai dengan karakteristik tertentu. Secaraumum metode penyuluhan pertanian diklasi-fikasikan menjadi tiga golongan, yaitu:

Metode Penyuluhan Pertanian BerdasarkanTeknik Komunikasi

Berdasarkan teknik komunikasi, metodepenyuluhan dibedakan antara metode yanglangsung (direct communication) dan tidaklangsung (indirect communication).

Metode penyuluhan langsung

Metode penyuluhan di mana dalammemberikan penyuluhan, penyuluh berhadapanlangsung dengan sasarannya. Jenis-jenis metodeini misalnya pertemuan, kunjungan, widyawisata,kursus tani, demonstrasi.

Metode penyuluhan tidak langsung

Metode penyuluhan oleh penyuluh pertanianyang tidak langsung berhadapan dengan sasaran,

tetapi melalui perantara. Contohnya adalahpenyuluhan melalui media cetak (brosur, suratkabar, majalah), melalui media elektronik (radio,televisi), pertunjukan sandiwara, bermain boneka,pameran dan lain-lain.

Metode Penyuluhan Pertanian BerdasarkanJumlah Sasaran

Berdasarkan jumlah sasaran, metodepenyuluhan digolongkan menjadi tiga, yaitumetode massal, metode kelompok dan metodeperseorangan.

Metode penyuluhan massal

Metode penyuluhan yang digunakan olehpenyuluh untuk menyampaikan pesan baik secaralangsung maupun tidak langsung kepada sasarandalam jumlah besar pada waktu hampirbersamaan. Contoh metode ini adalah: pidatodalam pertemuan besar, siaran pedesaan melaluiradio dan televisi, pertunjukkan wayang, sandiwaraatau dagelan, penyebaran selebaran dari udara,penempelan poster, pembentangan spanduk danlain-lain.

Metode penyuluhan kelompok

Metode penyuluhan yang digunakan olehpenyuluh untuk menyampaikan pesan kepadakelompok tani nelayan. Metode ini disesuaikandengan keadaan norma dan adat istiadatmasyarakat pedesaan yang terbiasa hidupberkelompok, bermusyawarah dan bergotong-royong. Contoh dari metode penyuluhan kelompokantara lain: pertemuan kelompok, demonstrasi,widyawisata, diskusi, kursus tani, pameran dansebagainya.

Metode penyuluhan perseorangan

Metode penyuluhan yang digunakan olehpenyuluh dalam menyampaikan pesan secaralangsung maupun tidak langsung kepada masing-masing petani. Misalnya dengan melakukankunjungan rumah, kunjungan usahatani,pengiriman surat ataupun melalui hubungantelepon.

Peranan Diseminasi Informasi Pertanian Dalam PemanfaatanTeknologi Bagi Petani | I Made Sukadana

Page 39: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015170

Metode Penyuluhan Pertanian BerdasarkanIndera Penerima

Berdasarkan indera penerima metodepenyuluhan dibagi ke dalam tiga golongan yaitumetode penyuluhan yang dapat dilihat, dapatdidengar dan dapat dilihat sekaligus didengar.

Metode penyuluhan yang dapat dilihat

Pesan penyuluhan diterima sasaranpenyuluhan melalui indera penglihatan, misalnya:metode publikasi barang cetakan, penempelangambar atau poster, pembentangan spanduk,pertunjukkan film bisu, pameran tanpa penjelasanlisan, dan lain-lain.

Metode penyuluhan yang dapat didengar

Pesan penyuluhan diterima sasaranpenyuluhan melalui indera pendengaran, misalnya:siaran lewat radio, penjelasan tatacara bertanimelalui tape recorder, hubungan melalui telepon,pidato, ceramah, dan lain-lain.

Metode penyuluhan yang dapat dilihat dandidengar

Pesan penyuluhan diterima sasaranpenyuluhan baik melalui indera penglihatanmaupun indera pendengaran sekaligus, Contohnyaadalah pertunjukan film bersuara, siaran lewattelevisi, wayang, sandiwara boneka, demonstrasi,pameran dengan penjelasan lisan, dan lain-lain.

Manfaat T eknologi Dalam DiseminasiInformasi Pertanian

Meningkatnya kualitas sumber daya petanidan pelaku pertanian, kemajuan teknologi informasidan komunikasi serta pertimbangan efektivitas danefisiensi penyebarluasan informasi, salah satusolusi ditawarkan dalam rangka mengatasipersoalan transfer teknologi dan pengetahuanpertanian adalah pemanfaatan informasi untukpenyuluhan pertanian dikenal dengan sebutan“cyber extension” yang merupakan penggunaanjaringan on-line, computer dan digital interactivemultimedia untuk memfasilitasi diseminasiteknologi pertanian. Model ini dipandang sangatstrategis karena mampu meningkatkan akses

informasi bagi petani, petugas penyuluh, penelitibaik di lembaga penelitian maupun maupun diuniversitas serta para manajer penyuluhan. Selainmenggunakan “cyber extension” penyuluhanpertanian saat ini juga menggunakan multipleinformation system bagi masyarakat pedesaanuntuk mendukung usaha dan bisnis pertanianserta perbaikan ekonomi rumahtangga pedesaan.

Menggunakan program untuk membantupemetaan bidang lahan pertanian. Dengan begitupetani dapat dengan mudah memprakirakan ataumenganalisis hasil produksi pertaniannya,mengetahui denah penyabaran penyakit, dan lain-lain. Pemasaran hasil pertanian, berbagai macambisnis saat ini sudah semakin adaptif terhadapkemajuan teknologi informasi. Pemasaran produkpertanian melalui internet tentunya lebih ekonomisdaripada secara konvensional. Para petani dapatdengan mudah mengetahui kebutuhan pasar. Petani dapat mengordinasikan penanamansehingga ketersediaan di pasar selalu ada danstabil serta harga jual normal. Denganberkomunikasi secara cepat, petani dapat menjualhasil pertaniannya secara cepat pula. Dapatmembentuk jaringan antar petani maupun antarinstansi yang mendukung pembangunanpertanian.Masalah produksi komoditas pertanianyang sama antar daerah yang menjadikan mutuharga dari komoditas hasil pertanian tersebut kinitidak lagi menjadi masalah karena adanyakomunikasi yang terjalin antar petani di daerahlain. Sehingga petani dapat mengambil keputusanyang terbaik dalam pengelolaan lahanpertaniannya. Begitu pun juga dengan masalah-masalah lain yang dapat di atasi denganberkomunikasi antar satu dengan yang lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Diseminasi informasi pertanian memegangperanan penting dalam pemanfaatan teknologi bagipetani. Diseminasi informasi pertanian dapatterwujud ketika petani mampu memanfaatkanteknologi secara optimal. Keterbatasanpengetahuan dan wawasan yang dimiliki olehpetani dapat mempengaruhi petani dalammengakses informasi yang ada sehinggadiharapkan pihak atau lembaga pertanian terutamapeyuluh pertanian mampu membantu petanisebagai motor pendamping pelaksanapembangunan pertanian.

Page 40: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

171

DAFTAR PUSTAKA

Andries, Nandy. Diseminasi Teknologi Pertanian”.22 September 2014 http://Agronomi 3000.B logspot .Com/2012/05/Diseminas i -Teknologi- Pertanian.Html. Dikutip tanggal :15 Nopember 2015. Pukul : 11.30 wita

Anonimus. “Klasifikasi Metode PenyuluhanPertanian”. 22 September 2014.http://www.ut.ac.id/html/suplemen/luht4230/klasifikasi.htm

BPTP Maluku Utara, Diseminasi Teknologi. http://malut.litbang.pertanian.go.id

Cahya Kusuma, Hermawan. 2014 “MakalahPenyuluhan Pertanian” 22 September 2014.http://ngawinesia.blogspot.com/2013/05/makalah-penyuluhan-pertanian.html. DikutipTanggal 18 Nopember 2015, Pukul 14.15 wita

Departemen pertanian. 2008. Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006

Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan, Jakarta.

https://lutfianto22.wordpress.com/hubungan-teknologi-informasi-dan-pertanian/

Kurniawan, D.P.. Manfaat Teknologi InformasiDalam Bidang Pertanian http://aprienkurniawan04.blogspot.co.id/2013/03/manfaat-teknologi-informasi-dalam.html . DikutipTanggal 15 November 2015. Pukul 14,50 wita.

Mardikanto 2009. Peranan Tknologi Informasi dankomonikasi dalam Pertanian. Hpp://yeni-seminar .blongspot.co.id/2009/12/peran-teknologi-informasi-dan.html.

Umy, 2014. Pemanfaatan Teknologi dalamDiseminasi Informasi Pertanian. http://blog.umy.ac.id/izzuddinhasan/2014/11/08/pemanfaatan-teknologi-dalam-diseminasi-informasi-pertanian/ Dikutip Tanggal 10Nopember 2015. Pukul 09.37 Wita.

Peranan Diseminasi Informasi Pertanian Dalam PemanfaatanTeknologi Bagi Petani | I Made Sukadana

Page 41: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015172

POTENSI DAYA DUKUNG JERAMI JAGUNG MANISUNTUK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI

(Studi Kasus Desa Gelgel Kabupaten Klungkung Bali)

I Made Rai Yasa

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran Denpasar-Selatan, Bali 80222

E-mail : [email protected]

date submitted : 2 November 2015 date approved : 27 November 2015

ABSTRACT

Potential Power Support for the Development of Sweet Corn Straw Cattle FatteningBusiness BALI (Case Study Bali Klungkung Regency Village Gelgel )

Research to determine the carrying capacity of sweet corn straw for Bali cattle has been implemented in theGelgel village, Klungkung District, from March to December 2014. To get the real sweet corn straw production,planting corn arranged in a randomized block design (RBD) with four fertilization treatments ie P1: asexisting condition (500 kg urea and 500 kg Ponska); P2: Urea 300 kg, the SP-150 kg and 150 kg KCl); P3:like P1 + ½ Bio Urine 7,500 liters / ha; and P4: ½ P1 doses + Bio Urine 15,000 liters / ha. Corn planted infarmers’ fields on a plot of 3.75 meters x 3.2 meters (12 m2). Corn is planted with a distance of 75 x 40 cm withtwo plants per hole. Corn crop harvested at 65 days. Parameters measured were stover production, based ona fresh weight per plant stover (g). Stover fresh weight per plant was obtained by weighing all parts of theplant. To feed requirements of bulls as assumed 10% of the body weight, and bulls of body weight assumedan average of 300 kg. For stover production data were analyzed by analysis of variance followed by Duncantest. For data carrying capacity analyzed by software powersim 2,5d constructor. Calculations based on thecarrying capacity of 3 times planting corn planting. It also conducted a proximate analysis of the nutrientcontent of the feed and the calculation of economic value generated berangkasan. The results showed thatproduction potential berangkasan fresh sweet corn in the village Gelgel Klungkung ranged from 71.50 t / hato 74.67 tonnes per hectare, but about 34% is still left in the land. Sweet corn straw carrying capacity in Gelgelvillage with three times the planting of up to 17 bulls per hectare, but the potential is only utilized to 11 cows.The potential of sweet corn stover left in the land has potential to 6 bulls, and economically sale valuereached 6.0 million rupiah per hectare. Necessary to study the utilization of sweet corn that remains on theland (34% of the potential available), to support increased cattle population in this area.

Key words: Carrying capacity of forage, sweet corn straw

ABSTRAK

Penelitian untuk mengetahui daya dukung jerami jagung manis untuk penggemukan sapi Bali telahdilaksanakan di Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung dari bulan Maret sampai denganDesember 2014. Untuk mengetahui produksi berangkasan riil di lapangan, dilakukan penanaman jagungyang disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan. Perlakuan yang diberikanadalah perlakuan pupuk. Perlakuan pemupukan yang diberikan yaitu: 1) P1: Cara Petani (500 kg Urea dan500 kg Ponska); P2: Urea 300 kg, SP-150 kg dan KCl 150 kg); P3: ½ Cara Petani + Bio Urin Sapi 7.500 liter/ha; dan P4: ½ Cara Petani + Bio Urin Sapi 15.000 liter/ha. Jagung ditanam di lahan petani pada petak 3,75meter x 3,2 meter (12 m2). Jagung ditanam dengan jarak 75 x 40 cm dengan dua tanaman per lubang.Tanaman jagung dipanen pada umur 65 hari. Parameter yang diamati adalah produksi brangkasan yangdidasarkan atas berat brangkasan segar per tanaman (g). Berat brangkasan segar per tanaman diperolehdengan cara menimbang seluruh bagian tanaman di atas tanah. Untuk kebutuhan pakan diasumsikan10% dari bobot badan sapi, dan bobot badan sapi diasumsikan rata-rata 300 kg. Untuk data produksibrangkasan dianalisis dengan sidik ragam dilanjutkan dengan Uji Duncan. Untuk data daya dukungdianalisis dengan software powersim constructor 2,5d. Perhitungan daya dukung didasarkan ataspenanaman jagung 3 kali tanam. Selain itu juga dilakukan analisis proksimat terhadap kandungan gizi

Page 42: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

173

pakan serta perhitungan nilai ekonomi berangkasan yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan, Potensiproduksi berangkasan segar jagung manis di Desa Gelgel Kabupaten Klungkung berkisar antara 71,50ton/ha sampai 74,67 ton per ha, namun sekitar 34%-nya masih tertinggal di lahan. Daya dukung berangkasanjagung manis di Desa Gelgel dengan tiga kali penanaman mencapai 17 ekor per hektar, namun daripotensi tersebut hanya termanfaatkan untuk 11 ekor sapi. Potensi brangkasan jagung manis yang tertinggaldi lahan berpotensi mencukupi kebutuhan pakan 6 ekor sapi, dan secara ekonomis nilai jual berangkasantersebut mencapai 6,0 juta rupiah rupiah per hektar. Perlu dilakukan pengkajian pemanfaatan berangkasanjagung manis yang masih tertinggal di lahan (34% dari potensi yang tersedia), untuk mendukung peningkatanpopulasi sapi daerah ini.

Kata kunci : Daya dukung pakan, jerami jagung manis

PENDAHULUAN

Kabupaten Klungkung merupakan sentrapengembangan jagung nomor tiga di Bali denganluas tanam sekitar 3.520 ha (BPS, 2013). Selainmenghasilkan jagung pipilan kering, Klungkungjuga mengembangkan tanaman jagung manisuntuk memenuhi kebutuhan jagung manis di KotaDenpasar. Petani di lokasi pengembangan jagungmanis (Desa Gelgel Kabupaten Klungkung) petanijuga memelihara sapi Bali untuk penggemukan.Sapi di daerah ini diberikan pakan berupa jeramijagung manis dalam keadaan segar, yang tersediasepanjang tahun (Yasa, dkk. 2014). Komposisipakan hijauan dari jerami jagung manis sangatbervariasi (10% sampai dengan 100%) tergantungketersediaan di lapangan. Berbeda dengan rumputlapangan yang ketersediaannya sangat terkaitdengan musim karena tidak dipelihara secarakhusus.

Menurut Bamualim (2010), pada musimkemarau (MK), disamping ketersediaannyaterbatas, mutu rumput alam juga rendah. Padasaat MK kandungan protein rumput alam menurun± 4% sedangkan pada musim hujan meningkat 7-10% (Wirdahayati dan Bamualim, 1990).Kandungan protein di bawah 6%, menyebabkanpenurunan konsumsi pakan, akibatnya bobotbadan ternak akan menurun (Mahyudin et al.1990); padahal usaha penggemukan sapi potongmemerlukan pakan dengan kwantitas yang cukupdengan kualitas yang baik secara kontinyu(Gunawan, et al 1996). Ketersediaan pakan yangberfluktuasi menyebabkan pertumbuhan ternaksapi juga tidak konsisten sepanjang tahun.

Menurut Sudirman dan Imran (2007), jeramijagung muda yang dipanen muda mengandung giziyang cukup tinggi. Jerami jagung panen mudamengandung Protein kasar (PK) 11,33%, seratkasar (SK) 28,00%, lemak kasar (LK) 0,68%,Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 49,23%,Abu 10,76%, Non Ditergen Fibres (NDF) 64,40%,

ADF 32,64% dan Total Digestible Nutrient (TDN)53,00%. Kandungan PK sebesar 11,33%mendekati standar kebutuhan PK untuk sapipenggemukan yakni 12% (Zulbardi et al. 2000).Karena pakan merupakan salah satu faktor utamapenentu keberlanjutan usaha peternakan padasuatu wilayah (Yusdja dan Ilham, 2006), makadilakukan penelitian untuk mengetahui potensidaya dukung jerami jagung manis untuk usahausaha penggemukan sapi Bali.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Gelgel,Kecamatan Klungkung, Kabupaten KlungkungProvinsi Bali dari bulan Maret sampai Desembertahun 2014. Untuk mengetahui produksiberangkasan riil di lapangan, dilakukan penanamanjagung yang disusun dalam rancangan acakkelompok (RAK) dengan empat perlakuan.Perlakuan yang diberikan adalah perlakuanpupuk. Perlakuan pemupukan yang diberikanyaitu: 1) P1: Cara Petani (500 kg Urea dan 500kg Ponska); P2: Urea 300 kg, SP-150 kg dan KCl150 kg); P3: ½ Cara Petani + Bio Urin Sapi 7.500liter/ha; dan P4: ½ Cara Petani + Bio Urin Sapi15.000 liter/ha. Jagung ditanam di lahan petanipada petak 3,75 meter x 3,2 meter (12 m2). Jagungditanam dengan jarak 75 x 40 cm dengan duatanaman per lubang. Tanaman jagung dipanenpada umur 65 hari (sesuai kebutuhan pasar jagungmanis). Parameter yang diamati adalah produksibrangkasan yang didasarkan atas beratbrangkasan segar per tanaman (g). Beratbrangkasan segar per tanaman diperoleh dengancara menimbang seluruh bagian tanaman di atastanah. Untuk kebutuhan pakan diasumsikan 10%dari bobot badan sapi, dan bobot badan sapidiasumsikan rata-rata 300 kg. Untuk data produksibrangkasan dianalisis dengan sidik ragamdilanjutkan dengan Uji Duncan. Untuk data daya

Potensi daya Dukung Jerami Jagung Manis Untuk Pengembangan UsahaPenggemukan Sapi Bali (Studi Kasus Ds Gelgel Kab Klungkung) | I Made Rai Yasa

Page 43: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015174

dukung dianalisis dengan software powersimconstructor 2,5d. Perhitungan daya dukungdidasarkan atas penanaman jagung 3 kali tanamsesuai kondisi riil di petani. Selain dengan keduaalat analisis tersebut, juga dilakukan analisisproksimat pakan serta perhitungan nilai ekonomiberangkasan jagung yang dihasilkan. Untukanalisis proksimat, sampel jerami jagung manisdilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak FakultasPeternakan Universitas Udayana Denpasar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Gizi dan Potensi ProduksiBerangkasan Jagung Manis

Berdasarkan definisi bahan pakan yangdilaporkan oleh Wahyono dan Hardianto (2004),bagian dari jerami jagung manis yang tersediaadalah sumber serat kecuali kulit jagung baby.Kulit jagung baby merupakan sumber energi.Menurut mereka, sumber serat adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan serat kasar(SK) e”18%; sumber energi adalah bahan-bahanyang memiliki kadar protein kurang dari 20%,

dan serat kasar kurang dari 18% atau dindingselnya kurang dari 35%. Tidak ada bagian darijerami jagung sebagai sumber protein; sumberprotein adalah bahan-bahan yang memilikikandungan protein kasar e” 20% baik bahan yangberasal dari tumbuh--tumbuhan maupun yangberasal dari hewan.

Kandungan gizi jerami jagung manis ini masihlebih baik dibandingkan limbah tanaman lainnyaseperti laporan Wahyono dan Hardianto (2004).Mereka menyebutkan bahwa jerami padimengandung PK 5,21% dengan serat kasar26,8%. Selain itu, kandungan gizi jerami jagungmanis masih lebih baik dibandingkan rumput raja(Pennisetum purpureophoides) dengan PK 7,94%dan SK 29% (Yulistiani et al. 1997); rumput diareal persawahan dengan PK 7,8% dan SK 23%(Yulistiani et al. (1997), Jerami jagung panen tuaterfermentasi dengan PK dan SK berturut-turut 8%dan 21%, sedangkan yang tanpa fermentasiberturut-turut 5% dan 35% (Preston 2006 diacudalam Tangendjaja dan Wina 2007).

Hasil penelitian menunjukkan, dari ke empatperlakuan, P2 menghasilkan berangkasanterbanyak namun secara statistik tidakmenunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05)(Tabel 2).

Tabel 1. Hasil analisis proksimat bagian dari jerami jagung yang biasa dijadikan pakan sapi di DesaGelgel Kabupaten Klungkung tahun 2014

Sampel Bahan ABU (%) Serat Protein Lemak BETNKering (%) Kasar (%) Kasar (%) kasar (%) (%)

Kelobot 90,52 5,60 19,0 11,91 2,89 70,13Batang jagung 91,63 11,03 33,0 9,68 2,70 68,23Kulit jagung baby 93,27 5,60 15,0 13,99 4,23 69,45

Sampel dianalisis di Lab. Nutrisi Ternak Univ Udayana Denpasar

Tabel 2. Potensi produksi berangkasan jagung manis di Desa Gelgel Kab. Klungkung Bali tahun 2014(ton/ha)

PerlakuanParameter

P1 P2 P3 P4

Hasil berangkasan 73,33a 74,67a 71,83a 71,50a

Keterangan :- Huruf yang sama pada baris yang sama pada kolom yang berbeda menunjukkan tidak adanya

perbedaan yang nyata (P>0,05).- P1: Cara Petani (500 kg Urea dan 500 kg Ponska); P2: Urea 300 kg, SP-150 kg dan KCl 150 kg); P3:

½ Cara Petani + Bio Urin Sapi 7.500 liter/ha; dan P4: ½ Cara Petani + Bio Urin Sapi 15.000 liter/ha

Page 44: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

175

Potensi Daya Dukung dan Potensi Nilai JualBerangkasan Jagung Manis

Potensi produksi dan nilai jual berangkasantertinggi dihasilkan oleh P2, dan terendahdihasilkan P4 (Tabel 2). Pada saat ini petanimenggunakan berangkasan jagung dalam bentuksegar untuk pakan. Potensi berangkasan tiap-tiappanen cukup banyak, sekitar 71,50 sampai 74,67ton per ha, namun sekitar 34%nya masih tertinggaldi lahan (Tabel 3). Petani setempat tidakmemanfaatkan batang jagung dari ruas ke duabuah jagung ke bawah. Sebagai dampaknya daripotensi daya dukung yang mencapai sekitar 17ekor per ha, hanya mampu mendukung penyedianpakan untuk 11-12 ekor saja. Secara ekonomis,nilai jual berangkasan terbuang mencapai 6,0 jutarupiah sampai 6,6 juta rupiah. Berbeda denganpetani setempat, petani dari luar daerah DesaGelgel biasanya memanfaatkan seluruh batang

jagung dari pangkal sampai ke ujung tanaman.Dari aspek gizi, berangkasan yang terbuang cukupbaik dengan kandungan protein kasar mencapai9,68% namun mengandung serat kasar mencapai33% setara dengan rumput gajah dengan PK 9,6dan SK 32,7% yang perlu dikaji pemanfaatannyake depan.

Petani kooperator di Desa Gelgel rata-ratamenanam jagung manis rata-rata 50 are, denganjumlah indeks pertanaman mencapai 3 kali dalamsatu tahun. Dengan memperhitingkan jarak tanam80 x 30 cm (0,24 m2); 2 tanaman per lubang,jumlah tanaman yang dapat dipanen 80%,atau 66.667 tanaman/ha. Bobot sapi yangdigemukkan 350 kg; konsumsi pakan segar 10%bobot badan atau 35 kg/ekor/hari atau 0,035 ton/hari; dan penggemukan dilakukan selama 6 bulan(180 hari) maka jumlah ternak sapi yangberpotensi di tampung bisa mencapai 5-6 ekor(Gambar 1).

Tabel 3. Potensi produksi, daya dukung, dan nilai ekonomis berangkasan jagung manis di Desa Gelgel2014

PerlakuanParameter

P1 P2 P3 P4

Berangkasan (kg/pohon) 1,10 1,12 1,08 1,07Potensi produksi berangkasan total (ton/ha) 73,33 74,67 71,83 71,50Potensi produksi berangkasan untuk pakan saat ini 0,718 0,738 0,720 0,708per tanaman (kg)Potensi produksi berangkasan untuk pakan 47,83 49,17 48,00 47,17per hektar (ton)Potensi produksi berangkasan untuk pakan 3 kali 143,50 147,50 144,00 141,50panen (ton)Persentase untuk pakan dari produksi berangkasan (%) 65,2 65,8 66,8 66,0Potensi nilai jual per panen (Rp. 250/kg setara 11.958.393 12.291.728 12.000.060 11.791.726rumput raja)Berangkasan terbuang per tanaman (kg) 0,383 0,383 0,358 0,365Potensi berangkasan terbuang per panen (ton) 25,5 25,5 23,8 24,3Potensi berangkasan terbuang per hektar 76,5 76,5 71,5 73,0dalam 3 kali panen (ton)Persentase terbuang (%) 34,8 34,2 33,2 34,0Potensi nilai jual (Rp. 250/kg setara rumput raja) 6.375.032 6.375.032 5.958.363 6.083.364Daya dukung sapi penggemukan saat ini (ekor/ha) 11,2 11,5 11,3 11,1Potensi daya dukung pakan terbuang untuk 3 kali 5,99 5,99 5,60 5,71panen (ekor/ha)Potensi total 3 kali panen (ekor/ha) 17,2 17,5 16,9 16,8

Keterangan : Jarak tanam 80 x 30 cm (0,24 m2); 2 tanaman per lubang, jumlah tanaman yang dapatdipanen 80%, atau 66.667 tanaman/ha. Bobot sapi yang digemukkan 350 kg; konsumsipakan segar 10% bobot badan atau 35 kg/ekor/hari atau 0,035 ton/hari Penggemukan selama6 bulan (180 hari)

Potensi daya Dukung Jerami Jagung Manis Untuk Pengembangan UsahaPenggemukan Sapi Bali (Studi Kasus Ds Gelgel Kab Klungkung) | I Made Rai Yasa

Page 45: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015176

KESIMPULAN DAN SARAN

Potensi produksi berangkasan segar jagungmanis di Desa Gelgel Kabupaten Klungkungberkisar antara 71,50 ton/ha sampai 74,67 ton perha, namun sekitar 34%-nya masih tertinggal dilahan. Daya dukung berangkasan jagung manisdi Desa Gelgel dengan tiga kali penanamanmencapai 17 ekor per hektar, namun dari potensitersebut hanya termanfaatkan untuk 11 ekor sapi.Potensi brangkasan jagung manis yang tertinggaldi lahan berpotensi mencukupi kebutuhan pakan6 ekor sapi, dan secara ekonomis nilai jualberangkasan tersebut mencapai 6,0 juta rupiahrupiah per hektar.

Perlu dilakukan pengkajian pemanfaatanberangkasan jagung manis yang masih tertinggaldi lahan (34% dari potensi yang tersedia), untukmendukung peningkatan populasi sapi daerah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bamualim M A. 2010. Pengembangan teknologipakan sapi potong di daerah semi arid NusaTenggara. Materi Pengukuhan Profesor RisetBidang Pemulian Ruminansia (Pakan danNutrisi Ternak). Bogor, 29 Nopember 2010.Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Jakarta.

BPS Bali. 2013. Angka Sementara Hasil SensusPertanian 2013. Badan Pusat StatistikProvinsi Bali. Denpasar.

Gunawan, M A Yusron, Aryogi dan A Rasyid. 1996.Peningkatan produktivitas pedet jantan sapiperah rakyat melalui penambahan pakankonsentrat. Prosiding Seminar NasionalPeternakan dan Veteriner. Jil id 2.Puslitbangnak. Bogor.

Gambar 1. Potensi daya dukung pakan untuk luas tanam 50 are sesuai kondisi riil luas tanam tiap-tiappetani di Desa Gelgel 2014

Page 46: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

177

Mahyudin P, P Paat, D Ffoulkes and A Bamualim.1990. Sheep production under coconut plants.2. The effect on feed utilization of including asource of fermentable carbohidrate in rationsbased on Calopogonium caeruleum. J. Ilmudan Peternakan 4 (2): 260-265.

Mariyono dan E Romjali. 2007. Petunjuk TeknisTeknologi Inovasi Pakan Murah untukUsaha Pembibitan Sapi Potong. LokaPenelitian Sapi Potong. Grati-Pasuruan. Hlm:1-28.

Subandi. 2003. Peranan benih berkualitas varietasunggul dalam meningkatkan produksi jagung.Makalah disampaikan pada acara“Sosialisasi Produksi Benih Jagung UnggulNasional dan Distribusinya”. Maros, SulawesiSelatan, 15-21 Desember 2003.

Sudaryanto T dan E Jamal. 2000. Pengembanganagribisnis peternakan melalui pendekatancorperate farming untuk mendukungketahanan pangan nasional. ProsidingSeminar Nasional Peternakan dan Veteriner.Bogor, 18-19 September 2000. PusatPenelitian dan Pengembangan Peternakan.Hlm: 35-47.

Sudirman dan Imran. 2007. Kerbau Sumbawa:sebagai konverter sejati pakan berserat.Lokakarya Nasional Usaha Ternak KerbauMendukung Program Kecukupan DagingSapi. Fakultas Peternakan UniversitasMataram, Nusa Tenggara Barat.

Tangendjaja B dan E Wina. 2007. Limbah tanamandan produk samping industri jagung untukpakan; dalam jagung (teknik produksi danpengembangan). Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Hlm: 427-455.

Wahyono, D E dan R Hardianto. 2004.Pemanfaatan Sumberdaya Pakan LokalUntuk Pengembangan Usaha Sapi Potong(Utilization of Local Feed Resources toDevelop Beef Cattle). Makalah disampaikanpada Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004.

Wirdahayati RB dan A Bamualim. 1990.Penampilan produksi dan struktur populasiternak sapi Bali di pulau Timor Nusa TenggaraTimur. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali.Universitas Udayana Denpasar, 20-22September 1990. Hlm: C1-C5.

Yasa, I. M. R., A.A.N.B Kamandalu., dan I NAdijaya. 2013. Laporan Akhir ModelPenyediaan Beras Berkelanjutan di ProvinsiBali Berbasis Inovasi Teknologi. LaporanAkhir Analisis Kebijakan. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Bali. Denpasar.

Yusdja Y dan N Ilham. 2006. Arah kebijakanpembangunan peternakan rakyat. AnalisisKebijakan Pertanian 2 (2): 183-203.

Yulistiani D, B Setiadi dan Subandriyo. 1997. Jenisdan komposisi kimia hijauan pakan ternakdomba di Kabupaten Sukabumi danKabupaten Semarang. 1997. ProsidingSeminar Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19 Nopember 1997. Bogor. Hlm: 615-619.

Zulbardi M, Kuswandi, M Martawidjaja, C Thalibdan D B Wiyono. 2000. Daun gliricidia sebagaisumber protein pada sapi potong. ProsidingSeminar Nasional Peternakan dan Veteriner.Bogor, 18-19 September 2000. PusatPenelitian dan Pengembangan Peternakan.Bogor. Hlm: 233-241.

Potensi daya Dukung Jerami Jagung Manis Untuk Pengembangan UsahaPenggemukan Sapi Bali (Studi Kasus Ds Gelgel Kab Klungkung) | I Made Rai Yasa

Page 47: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015178

POTENSI PARASITOID TELUR Tetrastichus schoenobii FERR(LEPIDOPTERA:PYRALIDAE) SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI

PENGGEREK BATANG PADI KUNING PADA PERTANAMAN PADI SAWAH

Ni Made Delly Resiani

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJalan By Pass Ngurah Rai Pesanggaran-Denpasar

E-mail: [email protected]

date submitted : 2 November 2015 date approved : 23 November 2015

ABSTRACT

Potential Tetrastichus Schoenobii Ferr Egg Parasitoid ( Lepidoptera : Pyralidae )as Biological Control Stem Borers Yellow Rice Cultivation Paddy Field

Rice stem borer is a major pest of rice crops. The intensity of the attack can reach 90% in the field. The controlmeasures that can be done by the use of parasitoids. Tetrastichus schoenobii (Ferr) (Hymenoptera:Eulophidae) is an egg parasitoid species associated with yellow rice stem borer. The developments ofpopulations in natural often experience obstacles related to the biological and ecological adaptability to theenvironment and impact on patterns of invasion and colonization ability. Based on this research done withthe aim to obtain data on potential of egg parasitoid T. schoenobii as biological agents to support integratedpest control yellow rice stem borer in the field. The study was conducted in Badung, Tabanan and Jembrana,from April to June 2015. Sampling was done by purposive random sampling with taken 50 egg masses perweek at the plant age of 14 until 63 days after transplanting (DAT) in an area of 2.5 hectares. Samplinglocations are determined at an altitude of 0-200 m. The observed of parameters include the abundance ofparasitoids T. schoenobii, the larvae of yellow rice stem borer, many other emerging parasitoid species andinvasion patterns of T schoenobii. The observations get T.schoenobii highest abundance found in Tabananas much as 57.86%, following the Badung regency of 43.49% and Jembrana amounted to 33.41%.Parasitization level of T. schoenobii highest was found in Tabanan and the following of Jembrana regencyand Badung respectively 39.84; 34.17; and 25.99%. The female ratio of T. schoenobii in Badung, Tabananand Jembrana respectively 69.84; 75.04 and 70.30%. The invasion pattern of T. schoenobii in the threedistricts approached in common that sigmoid pattern. Concluded egg parasitoid T. schoenobii in paddy ricecultivation sufficient potential as a biological control agent of yellow rice stem borer.

Key words: Potential, egg parasitoid T. schoenobii, yellow rice stem borers

ABSTRAK .

Penggerek batang padi adalah salah satu hama utama tanaman padi. Intensitas serangannya dapatmencapai 90% di lapang. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan pemanfaatan parasitoid.Parasitoid telur Tetrastichus schoenobii (Ferr) (Hymenoptera: Eulophidae) merupakan salah satu jenisparasitoid yang berasosiasi dengan hama penggerek batang padi kuning. Perkembangan populasinya dialam sering mengalami hambatan biologis maupun ekologis berkaitan dengan kemampuan adaptasiterhadap lingkungannya dan berdampak terhadap pola invasi maupun kemampuan kolonisasinya.Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan data potensi parasitoidtelur T. schoenobii sebagai agens hayati untuk mendukung pengendalian hama terpadu penggerek batangpadi kuning di lapang. Penelitian dilakukan di Kabupaten Badung, Tabanan dan Jembrana, mulai Aprilsampai Juni 2015. Pengambilan sampel kelompok telur dilakukan secara purposive random samplingsebanyak 50 kelompok telur per minggu pada tanaman padi umur 14 sampai 63 hari setelah tanam (hst)dalam luasan 2,5 hektar. Lokasi pengambilan sampel ditentukan pada ketinggian 0-200 m dpl. Peubahyang diamati meliputi kelimpahan parasitoid T. schoenobii, banyaknya larva penggerek batang padi kuning,banyaknya parasitoid jenis lain yang muncul serta pola invasi T schoenobii. Hasil pengamatan mendapatkankelimpahan T. schoenobii tertinggi ditemukan di Kabupaten Tabanan, sebanyak 57,86%, menyusul KabupatenBadung sebesar 43,49% dan Kabupaten Jembrana sebesar 33,41%. Tingkat parasitisasi T. schoenobiitertinggi ditemukan di Kabupaten Tabanan menyusul Kabupaten Badung dan Kabupaten Jembrana masing-masing 39,84; 34,17; dan 25.99%. Nisbah betina T. schoenobii di Kabupaten Badung,Tabanan, danJembrana masing-masing 69,84;75,04 dan 70,30%. Pola invasi T. schoenobii di ketiga kabupaten mendekatikesamaan yakni berpola sigmoid. Disimpulkan parasitoid telur T. schoenobii di pertanaman padi sawahcukup berpotensi sebagai agen pengendali hayati penggerek batang padi kuning.

Kata kunci : Potensi, parasitoid telur T. schoenobii,penggerek batang padi kuning

Page 48: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

179

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian nasionalmenunjukan kinerja yang semakin dinamis,berbagai pendekatan terus digalakkan untukmencapai produksi padi 70,6 juta ton dan surplusberas 10 juta ton. Strategi yang disusun untukpeningkatan produktivitas dan produksi tersebutditempuh melalui berbagai cara seperti perluasanareal tanam, pengamanan produksi, danpemberdayaan kelembagaan pertanian sertadukungan pembiayaan usahatani. Namundemikian resiko turunnya produksi dan gagal panentetap terjadi.Perubahan iklim yang sangat tinggi,adanya kejadian banjir, kekeringan dan ekplosiserangan hama penyakit tetap menjadi kendaladalam upaya tersebu (Anonimus 2011).

Penggerek batang padi adalah salah satuhama utama pada tanaman padi. Intensitasserangannya dapat mencapai 90% di lapang,sehingga perlu mendapatkan perhatian serius.Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untukmengatasi masalah hama tersebut adalah denganmenerapkan konsep pengendalian hama terpadu(PHT). Pengendalian hayati dengan pemanfaatanparasitoid merupakan salah satu komponennya.Parasitoid dapat dimanfaatkan dalam programpengendalian hayati karena sudah tersedia dialam, selektivitas tinggi dan tidak menimbulkanhama baru, dapat berkembangbiak dan menyebar,dapat mencari dan menemukan inang sendirisehingga pengendalian berjalan secaraberkelanjutan. Pelaksanaan pengendalian secarahayati akan lebih efektif bila didukung olehpengetahuan tentang bioekologi parasitoid (Laba,1998; Budiyasa, 2003).

Parasitoid Tetrastichus schoenobii (Ferr)(Hymenoptera: Eulophidae) merupakan salah satujenis parasitoid telur yang berasosiasi denganhama penggerek batang padi kuning pada stadiatelur (Kim et al., 1986 dan Supartha, 2001). Agus(1991) menemukan bahwa parasitoid Tetrastichussp. memarasit telur penggerek batang padi kuningpada tanaman padi umur empat minggu setelahtanam (mst) sekitar 28,48%. Islam (1991)menemukan bahwa sekitar 93% telur penggerekbatang padi kuning diparasitisasi oleh T.schoenobii. Nurbaeti et al. (1994) menemukanparasitisasi T. schoenobii lebih dari 50% padatelur penggerek batang padi kuning. Laba (1998)menemukan bahwa parasitoid T. schoenobiimemarasit telur penggerek batang padi kuningdengan parasitisasi yaitu 71% dan Kartohardjono(2011) menemukan bahwa parasitoid Tetrastichus

sp. memarasit kelompok telur penggerek batangpadi dengan tingkat parasitisasi antara 7,5-38,0%.

Perkembangan populasi parasitoidTetrastichus sp di alam sering mengalamihambatan biologis maupun ekologis berkaitandengan kemampuan adaptasi terhadaplingkungannya. Kejadian tersebut berdampakterhadap pola invasi maupun kemampuankolonisasinya (Supartha, 2001). Berdasarkan haltersebut dilakukan penelitian dengan tujuan untukmendapatkan data potensi parasitoid telurTetrastichus sp penggerek batang padi kuningsebagai agens hayati guna mendukungpengendalian hama terpadu penggerek batangpadi kuning di lapang.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kabupaten Badung,Tabanan dan Jembrana, mulai April sampai Juni2015, menggunakan metode survey yakni denganmelihat secara langsung keberadaan kelompoktelur penggerek batang padi kuning danmengambilnya pada setiap fase pertumbuhantanaman padi di lapang. Pengambilan sampelkelompok telur dilakukan secara purposive randomsampling sebanyak 50 kelompok telur per minggu.Pengambilan sampel dilakukan mulai tanamanpadi berumur 14 sampai 63 hari setelah tanam(hst) dalam luasan 2,5 hektar. Lokasi pengambilansampel ditentukan pada ketinggian 0-200 m dpl.Sampel contoh diambil dengan cara memotongdaun padi yang berisi kelompok telur penggerekbatang padi kuning sepanjang 1 cm, kemudianmemasukkannya ke dalam kantong plastik, diberilabel lokasi serta tanggal pengambilannya dan dibawa ke laboratorium untuk dipelihara danidentifikasi lebih lanjut. Pengamatan dimulai seharisetelah pengambilan sampel sampai parasitoidtidak muncul lagi. Identifikasi parasitoid dilakukansecara bertahap sesuai dengan sampel kelompoktelur yang diambil dari lapang. Identifikasi diamatidi bawah mikroskop menggunakan kuncideterminasi serangga (Kalshoven, 1981).

Peubah yang diamati dalam penelitian inimeliputi kelimpahan parasitoid T. schoenobii,banyaknya larva penggerek batang padi kuning,banyaknya parasitoid jenis lain yang muncul sertapola invasi T schoenobii. Kelompok telur yangtidak menetas diseksi guna mengetahui larvapenggerek dan imago parasitoid yang masihtertinggal dalam telur dengan cara rambut-rambutyang menutupi telur diambil, dibuang, kemudian

Potensi Parasittoid Telur Tetrastichus schoenobii Ferr (Lepidoptera : Pyralidae) Sebagai AgensPengendali Hayati Penggerek Batang Padi Kuning ..... | Ni Made Delly Resiani

Page 49: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015180

direndam dengan KOH 10% selama 24 jam dalamtabung gelas panjang 4 cm, diameter 2 cm.Perendaman tersebut bertujuan untukmempermudah memisahkan telur-telur satu samalainnya. Perhitungan kelimpahan, tingkatparasitisasi dan nisbah betina parasitoid T.schoenobii dihitung berdasarkan rumus-rumussebagai berikut:

Kelimpahan populasi parasitoid :

Σ populasi spesies a di lokasi xKelimpahan (K) : X 100% Σ populasi semua spesies yang ditemukan di lokasi x

Tingkat parasitisasi parasitoid : 3(E+F)

P (T. schoenobii) = X 100% (G+H)+0.5(A+B)+(C+D)+3(E+F)

KeteranganP = Tingkat parasitisasiA = Banyaknya imago T. japonicum yang

munculB = Banyaknya imago T. japonicum yang tidak

munculC = Banyaknya imago T. rowani yang munculD = Banyaknya imago T. rowani yang tidak

munculE = Banyaknya imago T. schoenobii yang

munculF = Banyaknya imago T. schoenobii yang tidak

munculG = Banyaknya larva penggerek yang munculH = Banyaknya larva penggerek yang tidak

muncul

Nisbah betina parasitoid

N = J/T x 100%Keterangan:N= Nisbah betina parasitoidJ= Parasitoid T. schoenobii betinaT= Total parasitoid

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan diperolehrerata kelimpahan populasi parasitoid T.schoenobii ( Gb. 1) dan tingkat parasitisasinyamenunjukkan perbedaan nyata di ketigakabupaten, sedangkan nisbah betina dan polainvasi sama. Kelimpahan T. schoenobii tertinggiditemukan di Kabupaten Tabanan, 33,20% lebihtinggi dibandingkan kelimpahan di KabupatenBadung dan 73,18% dibandingkan KabupatenJembrana (Tabel 1).

Rerata tingkat parasitisasi parasitoid T.schoenobii di ketiga kabupaten juga menunjukkanperbedaan nyata. Tingkat parasitisasi T.schoenobii tertinggi ditemukan di KabupatenTabanan menyusul Kabupaten Badung danKabupaten Jembrana masing-masing 39,84;34,17; dan 25.99% (Tabel 1).

Rerata nisbah kelamin ketiga jenis parasitoiddi ketiga kabupaten di Bali ternyata tidakmenunjukkan perbedaan secara nyata. Hasilpengamatan menemukan perbandingan betinajantan T. schoenobii masing-masing 69,84(3,47:1);75,04 (3,88:1) dan 70,30% (3,05:1) untukKabupaten Badung,Tabanan, dan Jembrana(Tabel 1).

Tabel 1. Rerata kelimpahan populasi (%), tingkat parasitisasi (%) dan nisbah betina parasitoid telur T.schoenobii (%) di tiga kabupaten di Bali

T. schoenobiiLokasi

Kelimpahan populasi (%) Tingkat parasitisasi(%) Nisbah betina (%)

Kabupaten Badung 43,49 b 59,28 B 69,84 aKabupaten Tabanan 57,86 a 69,11 A 75,04 aKabupaten Jembrana 33,41 c 45,10 C 70,30 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom sama menunjukkan perbedaan tidaknyata pada uji BNT taraf 5%

Page 50: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

181

Gb. 1 Parasitoid T. schoenobii (Perbesaran 50 x) A = T. schoenobii betina B = T. schoenobii jantan (Sumber dok. pribadi 2015)

Pola invasi T. schoenobii di ketiga kabupatenmendekati kesamaan yakni berpola sigmoid (Gb.2). Pada Gb. 2 terlihat invasi parasitoid T.schoenobii dimulai pada pengamatan minggu ke-1 sampai ke-8 dengan tingkat parasitisasi yangbervariasi. Invasi parasitoid T. schoenobii lebihtinggi pada fase vegetatif tanaman padi (minggu1-6) kemudian menurun pada fase generatiftanaman padi (minggu 7-8).

Parasitoid telur T. schoenobii di pertanamanpadi sawah (Badung, Tabanan, dan Jembrana)cukup berpotensi sebagai agen pengendali hayatipenggerek batang padi kuning. Potensi tersebutterlihat dari kelimpahan, tingkat parasitisasi, nisbah

kelamin dan pola invasi parasitoid T. schoenobiiyang mendapatkan nilai yang cukup tinggi danbervariasi. Banyaknya parasitoid yang mempunyaikemampuan memarasit yang tinggi dengan nisbahkelamin (betina) yang lebih besar mengakibatkansemakin berpotensinya parasitoid tersebutsebagai agens hayati.

Kelimpahan parasitoid tertinggi ditemukan diKabupaten Tabanan menyusul Kabupaten Badungdan Jembrana. Kejadian serupa juga ditemukanpada variabel tingkat parasitisasi parasitoid.Tingginya kelimpahan populasi dan tingkatparasitisasi parasitoid secara umum berhubunganerat dengan teknologi budidaya petani disampingfaktor lingkungan (suhu dan kelembaban). Kisaransuhu dan kelembaban di lapang berkisar antara22-30°C dan 78-88%, sementara suhu dankelembaban optimal yang diperlukan olehparasitoid adalah 25°C dan 85% (Widyarti, 2003).Teknologi budidaya dimaksud diantaranyapergiliran tanaman dan penggunaan pestisida.Berdasarkan hasil analisis korelasi diperoleh nilaikorelasi masing-masing r = -0,938** dan -0,923**untuk teknologi budidaya pergiliran tanaman danpestisida dan r = 0,974** dan 0,997** untuk suhudan kelembaban. Supartha (2001) menyatakanbahwa kelimpahan populasi parasitoid dipengaruhioleh faktor intrinsik seperti kemampuan adaptasiindividu parasitoid terhadap inang dan faktorekstrinsik (dukungan lingkungan) seperti kualitasnutrisi inang dan hambatan biofisik dari tanamaninang yang mempengaruhi perilaku pencarian danpeneluran parasitoid pada inang. Selain itu praktekbercocok tanam seperti intensitas penyemprotandan penggunaan jenis pestisida yang berspektrumluas oleh petani juga memberi pengaruh yang besarterhadap kehidupan parasitoid di lapang.

Gb. 2. Pola invasi parasitoid telur penggerek batang padi kuning di tiga kabupaten di Bali

Potensi Parasittoid Telur Tetrastichus schoenobii Ferr (Lepidoptera : Pyralidae) Sebagai AgensPengendali Hayati Penggerek Batang Padi Kuning ..... | Ni Made Delly Resiani

Page 51: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015182

Hasil analisis nisbah betina parasitoid diketiga lokasi menunjukkan tidak ada perbedaansecara nyata. Kejadian tersebut disebabkan olehadanya kondisi yang sama pada saat pengambilansampel yakni dilakukan pada musim tanam yangbersamaan dan jenis inang yang sama.

Invasi parasitoid telur T. schoenobii di ketigakabupaten secara umum lebih tinggi pada fasevegetatif dan lebih rendah pada fase generatifpertumbuhan tanaman padi. Supartha (2001)menyatakan bahwa dominansi T. schoenobii padafase vegetatif pertanaman padi tersebutdisebabkan oleh tingginya daya pemencaranparasitoid tersebut dalam menginvasi pertanamanbaru. Pola konsumsi parasitoid yangmembutuhkan lebih banyak inang, yaitumembutuhkan tiga telur inang untuk satu ekorketurunannya menyebabkan tingkatparasitisasinya paling tinggi pada fase tersebut.Kondisi inang pada fase vegetatif pertumbuhantanaman padi lebih tinggi dibandingkan fasegeneratif, sehingga menyebabkan banyaknya telurinang yang terparasit oleh parasitoid ini. T.schoenobii cenderung mencari tempat barudengan populasi telur inang yang lebih tinggidibandingkan dengan daerah lama ketika jumlahinang mulai menurun. Menurut Israel, 1976 (dalamSupartha,1993), kondisi tanaman padi pada fasegeneratif secara anatomis mempunyai jaringansklerenkim lebih tebal, vaskuler lebih rapat, batanglebih keras dan kandungan nutrisi rendah. Padakondisi tersebut daun tanaman lebih kaku dantajam sehingga imago penggerek batang padiakan lebih susah dalam melakukan peletakkantelur, akibatnya akan berdampak terhadaprendahnya populasi inang.

KESIMPULAN

Parasitoid telur T. schoenobii di pertanamanpadi sawah (Badung, Tabanan, dan Jembrana)cukup berpotensi sebagai agen pengendali hayatipenggerek batang padi kuning. Potensi tersebutterlihat dari banyaknya parasitoid dengankemampuan memarasit yang tinggi dan nisbahkelamin (betina) yang lebih besar.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepadapetugas pengendali hama (POPT) di KabupatenBadung, Tabanan dan Jembrana atas bantuannya

dalam pengambilan sampel kelompok telur dilapang. Terima kasih juga penulis sampaikankepada pekaseh dan petani pemilik lahan atasijinnya dalam pengambilan sampel kelompok telur.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, N. 1991. “Biologi Parasitoid TelurTrichogramma sp. (Hymenoptera:Trichogrammatidae dan Telenomus sp.(Hymenoptera: Scelonidae) pada PenggerekBatang Padi Kuning Scirpophaga incertulas(Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)”. (tesis).Bogor: Institut Pertanian Bogor. 88 h.

Anonimus. 2011. Petunjuk Pelaksanaan :Pendampingan Sekolah LapanganPengelolaan Tanaman (SL-PTT) Padi. BadanLitbang Pertanian-Jakarta

Budiyasa, IW. 2003. “Studi Biologi Opius sp(Hymenoptera: Braconidae) pada Liriomyzahuidobrensis (Blanchard) (Diptera:Agromyzidae)”. (tesis) Denpasar: UniversitasUdayana. 51 h.

Islam, Z. 1991. Parasitic Efficiencies of Two EggParasitoids of The Rice Yellow Stem BorerScirpophaga incertulas (Lepidoptera:Pyralidae) in Bangladesh. Bangladesh J.Entomol. 1: 51-57.

Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pest of Crops inIndonesia. Jakarta. PT. Ichtiar Baru-van HoenePress. 701 p.

Kartohardjono, A. 2011. Penggunaan Musuh AlamiSebagai Komponen Pengendalian Hama padiBerbasis Ekologi. Peng. Inov Pert . 4: 29-46.

Kim H.S,. E.A. Heinrichs, P. Mylvaganam. 1986.Egg Parasitism of Scirpophaga incertulas(Walker) (Lepidoptera: Pyralidae) byHymenopterous Parasitoids in IRRI RiceFields. Korean J. of Plant Protection. 25: 37-40.

Laba, IW. 1998. Prospect of Egg Parasitoids asNatural Enemies of Rice Stem Borer. BalaiPenelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.J. Penelitian dan Pengembangan Pertanian.17: 14-22.

Nurbaeti, B., E. Soenaryo, Waluyo. 1994.Parasitism of Egg Parasitoid of Yellow RiceStem Borer (YRSB) Scirpophaga incertulas(Walker) (Lepidoptera; Pyralidae). Balai

Page 52: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

183

Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Pen. Tan.Pangan. 4: 270-276.

Supartha, IW., IN. Wijaya, K. Sumiartha, IG. A.Gunadi., W. Adiartayasa, C. Rai, IG. N.Ngurah Bagus, IM. M. Adnyana. 1993. Faktor– Faktor yang Berpengaruh terhadapPerkembangan Hama Penggerek BatangPadi pada Pertanaman Padi di Daerah Bali.Laporan Penelitian Hibah Bersaing PerguruanTingggi. Fakultas Pertanian UniversitasUdayana. 70 h.

Supartha, IW. 2001. Kelimpahan Populasi danPeranan Parasitoid Telur dalam PengaturanPopulasi Penggerek Padi Kuning padaPertanaman Padi Sawah di Bali. Agritop. (J.Agric. Sci). 20: 75-79.

Widyarti, N.A.P. 2003. “Tanggap FungsionalTelenomus remus (Hymenoptera:Scelionidae) pada Suhu yang Berbeda”.(tesis). Bogor. Institut Pertanian Bogor. 73 h

Potensi Parasittoid Telur Tetrastichus schoenobii Ferr (Lepidoptera : Pyralidae) Sebagai AgensPengendali Hayati Penggerek Batang Padi Kuning ..... | Ni Made Delly Resiani

Page 53: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015184

STUDI STATUS KESUBURAN LAHAN DALAM MENDUKUNG PET A PEWILAYAHANKOMODITAS PERTANIAN BERDASARKAN AGRO EKOLOGICAL ZONE

SKALA 1 : 50.000 DI KABUP ATEN GIANYAR

IB. Aribawa 1, Putu Sutami 2, dan I Made Sukarja 3

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran Denpasar-Selatan, Bali 80222

E-mail : [email protected]

date submitted : 26 Oktober 2015 date approved : 16 November 2015

ABSTRACT

Study on Soil Fertility Status in Support of Agricultural Commodities Map Area Basedon Agro Ecological Zone Scale 1: 50.000 at District of Gianyar

Land use in an area that does not according to the potential land resources impact on the decrease in landproductivity. So that accurate data and information on the potential of land resources in order to supportagricultural development activities urgently needed. Agro-ecological zone is a map that can store data andinformation on potential land resources, as well as useful in managing land use through the grouping of areabased on similarities in the nature and area condition. Agro ecological zoning refers to the biophysicalconditions (slope, soil depth, and elevation), climate (rainfall, humidity and temperature) and the requirementsof growing crops such as soil fertility. The activity to determine the fertility status of the land in support ofagricultural commodities zoning map scale of 1: 50,000 conducted in Gianyar in fiscal year 2015. Theactivities conducted by survey method at some point of observations and take soil samples to be analyzedin the laboratory of the Faculty of Agriculture, University of Udayana to texture, DHL, pH, C-total, N-total, P2O5

and K2O. Activity results show the variation of soil properties were analyzed expected caused by the patternof land management, land the location of the and other factors, besides that there are four zones with somealternative commodity in Gianyar.

Key words : Soil fertility, zoning commodities and Gianyar regency.

ABSTRAK

Pemanfaatan lahan suatu wilayah yang tidak sesuai dengan potensi sumberdaya lahan berdampak terhadapmunculnya lahan kritis, peningkatan degradasi lahan, sehingga berakibat terjadinya penurunan produktivitaslahan. Untuk dapat mencegah terjadinya penurunan produktivitas lahan diperlukan informasi dasar berupadata spasial (peta) potensi sumberdaya lahan, yang memberikan informasi penting tentang distribusi,luas, tingkat kesesuaian lahan, faktor pembatas, dan alternatif teknologi yang dapat diterapkan.Pengelompokan bertujuan untuk menetapkan areal pertanaman dan komoditas potensial berskala ekonomitertata dengan baik agar diperoleh sistem usaha tani yang berkelanjutan. Penetapan zona agroekologimengacu kepada kondisi biofisik lahan (lereng, kedalaman tanah, dan elevasi), iklim (curah hujan,kelembapan dan suhu) dan persyaratan tumbuh tanaman seperti tingkat kesuburan lahan. Kegiatan untukmengetahui status kesuburan lahan dalam mendukung peta pewilayahan komoditas pertanian skala 1 :50.000 dilakukan di Kabupaten Gianyar pada tahun anggaran 2015. Kegiatan dilakukan dengan metodesurvey di beberapa titik pengamatan dan mengambil contoh tanah untuk dianalisis di laboratorium FakultasPertanian, Universitas Udayana terhadap tekstur, DHL, pH, C-total, N-total, P2O5 K2O, KTK dan KB. Hasilkegiatan menunjukkan adanya variasi dari sifat-sifat tanah yang dianalisis yang diduga disebabkan olehpola pengelolaan lahan, letak lahan dan faktor-faktor lainnya, disamping itu terdapat empat zona denganbeberapa alternatif komoditasnya di Kabupaten Gianyar.

Kata kunci : Kesuburan lahan, pewilayahan komoditas dan Kabupaten Gianyar

Page 54: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

185

PENDAHULUAN

Pemanfaatan lahan suatu wilayah yang tidaksesuai dengan potensi sumberdaya lahanberdampak terhadap munculnya lahan kritis,peningkatan degradasi lahan, sehingga berakibatterjadinya penurunan produktivitas lahan. Untukdapat mencegah terjadinya penurunanproduktivitas lahan diperlukan informasi dasarberupa data spasial (peta) potensi sumberdayalahan, yang memberikan informasi penting tentangdistribusi, luas, tingkat kesesuaian lahan, faktorpembatas, dan alternatif teknologi yang dapatditerapkan (Suryana et al., 2005 dalam Susantodan Sirappa, 2007). Data dan informasi yang akuratmengenai potensi sumberdaya lahan dalam rangkamendukung kegiatan pembangunan pertaniansangat diperlukan (Puslitbangtanak, 2002 danBhermana et al., 2011).

Data dan informasi potensi sumberdaya lahanuntuk mendukung pembangunan pertanian secaraluas di Kabupaten Gianyar masih terbatas danheterogen, bukan hanya jumlah, skala dankepentingannya, tetapi instansi pembuat petasebagai sumber data dan informasi masih tersebardan belum terkoordinasi dengan baik. Oleh karenaitu, pembuatan pangkalan data untuk menampungdata dan informasi hasil-hasil pemetaan dankegiatan lainnya perlu dilakukan agar replikasi danduplikasi terhadap peta dapat dipantau secara baik.

Zona agroekologi merupakan peta yang dapatmenampung data dan informasi mengenai potensisumberdaya lahan, disamping bermanfaat dalammenata penggunaan lahan melalui pengelompokanwilayah berdasarkan kesamaan sifat dan kondisiswilayah. Pengelompokan bertujuan untukmenetapkan areal pertanaman dan komoditaspotensial berskala ekonomi tertata dengan baikagar diperoleh sistem usaha tani yangberkelanjutan. Penetapan zona agroekologimengacu kepada kondisi biofisik lahan (lereng,kedalaman tanah, dan elevasi), iklim (curah hujan,kelembapan dan suhu) dan persyaratan tumbuhtanaman agar tanaman dapat tumbuh danberproduksi optimal (Amien, 1994; Djaenudin etal., 2000). Pemilihan tanaman yang sesuai untukdiusahakan pada suatu kawasan ditentukanberdasarkan keadaan lereng, tekstur, tingkatkemasaman (kesuburan), dan suhu (Amien, 1997).

Tingkat kemasaman tanah berkaitan eratdengan tingkat kesuburan tanah. Lahan-lahandengan tingkat kemasaman tanah tinggi (pHrendah) akan mempengaruhi kesuburan lahanpertanian dan pertumbuhan tanaman.

Ketersediaan unsur hara di dalam tanah masamsangat kecil, disamping melimpahnya kelarutanunsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman(Lingga dan Marsono, 2007). Dalam hal budidayatanaman, reaksi tanah yang optimal bagipertumbuhan tanaman adalah rekasi tanah yangnetral, namun demikian tidak sedikit tanaman yangmampu tumbuh baik pada tanah yang bereaksiagak masam atau agak basa. Untuk mengetahuireaksi tanah bisa dilakukan langsung di lapangandengan soil tester, demikian juga dengankesuburan tanah bisa dilakukan dengan melihatgejala yang tampak pada tanaman. Namundemikian, analisis contoh tanah di laboratoriumakan menjadi solusi terbaik untuk mengetahuitingkat kesuburan tanah di lapangan.

Tingkat kemasaman tanah (pH) tanah yangberkaitan erat dengan status kesuburan lahanmerupakan salah satu variabel yang digunakandalam membuat peta kesesuaian lahan untukkomoditas tanaman tertentu. Penggunaanpengetahuan tentang informasi kesuburan lahanserta informasi lahan lainnya untuk suatuperencanaan penggunaan lahan akan menghindariatau mencegah kekeliruan akan gagalnya suatulahan untuk pengembangan komoditas pertanian.Kajian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristikkesuburan lahan dalam mendukung petapewilayahan komoditas pertanian skala 1 : 50.000di Kabupaten Gianyar.

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini,meliputi (1) peta topografi/ Rupabumi skala 1:25.000 – 1:50.000, (2) foto udara skala 1:100.000,(3) peta geologi lembar Pulau Bali skala 1:250.000,(4) citra satelit Landsat, (5) peta satuan lahan danpeta zonasi komoditas skala 1:250.000, dan petaiklim, (5) Bahan lapang untuk pengambilan contohtanah. Disamping bahan-bahan di atas jugadigunakan peralatan untuk survai lapangan, sepertiGPS, kompas, bor, buku Manual Soil Color,meteran dan peralatan lainnya.

Pada prinsipnya penelitian dilaksanakanmelalui penelaahan data skunder (deskwork) danpengamatan langsung di lapangan. Deskworkdilakukan untuk menelaah data/peta dan informasiyang telah tersedia untuk menyusun peta satuanlahan sebagai konsep untuk penelitian lapangan

Studi Status Kesuburan Lahan Dalam Mendukung Peta Pewilayahan Komoditas PertanianBerdasarkan Agro Ekological Zone Skala 1 : 50.000 Di Kab. Gianyar | IB. Aribawa, dkk.

Page 55: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015186

dan penyusunan zonasi komoditas pertanian.Penggunaan lahan saat ini disusun berdasarkanklasifikasi citra satelit secara manual dan digitaldengan merujuk pada peta penggunaan lahan yanglama. Penggunaan lahan saat ini dipakai untukanalisis lahan potensial dan tersedia untukpengembangan intensifikasi pertanian.

Sedangkan penelitian lapangan dilakukanuntuk verifikasi hasil deskwork, dan identifikasikeadaan sumberdaya lahan termasuk di dalamnyaidentifikasi kebutuhan pengguna (userrequirement), pengambilan sampel tanah, sertapengamatan daya dukung biofisik lahan. Prosedurepengamatan tanah di lapangan mengacu padaPetunjuk Teknis Pangamatan Tanah oleh Balitanah(2004). Berdasarkan hasil-hasil pengamatanlapangan, perbaikan terhadap satuan lahan,penggunaan lahan serta analisis zonasi danketersediaan lahan untuk pengembangandilakukan.

Analisis zonasi komoditas pertanian untukberbagai komoditas/kelompok komoditas disusunmelalui analisis kesesuaian lahan denganmemperhatikan kriteria persyaratan tumbuhtanaman, pengelolaan dan tindakan konsevasisumberdaya lahan. Kriteria yang diwujudkandalam faktor-faktor pembatas lahan merujuk padaberbagai sumber yang dikemukakan olehDjaenudin et al. (2000), Bunting (1983), CSR/FAOStaff (1983) dan beberapa rujukan lainnya. Faktor-faktor pembatas lingkungan (fisik dan kimia) yangdipakai sebagai variable penilaian adalah iklim,topografi, tekstur, lereng, drainase dan kedalamanefektif tanah dan kesuburan.

Klasifikasi kesesuian lahan sebagai dasardalam penelitian ini dilakukan sampai tingkat ordodan kelas. Ketersediaan lahan pengembangandiperoleh dengan mengoverlay antara peta agro-ekologi dengan penggunaan lahan saat ini. Lahanpengembangan tersedia, apabila lahan tersebutmenurut analisis dikatagorikan sesuai untukkomoditas tertentu dan penggunaan lahan saatini tidak bersifat permanen (misalnya, rerumputan,semak, lahan kering dan sebagainya). Apabilalahan tersebut dikatagorikan sesuai untuk tanamantertentu, tetapi jenis penggunaan lahannya bersifatpermanen maka lahan tersebut tidak tersedia untukpengembangan.

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Kajian dilakukan di seluruh kecamatan diKabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Kajian ini

dilakukan dari bulan Januari s/d Desember tahun2014.

Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Kabupaten Gianyar merupakan salah satuKabupaten dari sembilan kabupaten/kota yangterdapat di Provinsi Bali. Kabupaten Gianyarmemiliki tujuh kecamatan dengan luas wilayah 365km2 atau sekitar 6,53 % dari luas wilayah ProvinsiBali. Secara Goegrafis Kabupaten Gianyar terletakdiantara 80 18’ 48" – 80 29’ 40" Lintang Selatan,1150 13’ 29" – 1150 22’ 23" Bujur Timur denganbatas-batas wilayah sebagai berikut : (1) SebelahUtara :Kabupaten Bangli; (2) Sebelah BaratKabupaten Klungkung dan Kabupaten Bangli; (3)Sebelas Selatan:Selat Badung dan SamudraIndonesia; (4) Sebelah Timur:Kabupaten Badungdan Kota Denpasar

Kondisi topografis Kabupaten Gianyar terbagimenjadi dua wilayah, dengan karakteristik yangberbeda, bagian utara merupakan wilyahbergelombang, sedangkan wilayah selatanmerupakan dataran rendah dan dataran pantai.Jenis tanah di wilayah Kabupaten Gianyartergolong kedalam tanah Regosol. Bahan induktanah di kawasan ini terdiri dari abu dan tufa volkanintermedier. Menurut Puslittanak (1994), tanah-tanah di daerah ini digolongkan kedalam ordo :Andisol, Inceptisol, Alfisol dan Alfisol. Selanjutnyapada kategori great grup digolongkan kedalam :Tropaquepts, Fragiaquepts, Placaquepts,Epiaquands, Duraquands, Placaquands,Hapludands, Epiaqualfs, dan Hapludalfs (Bappeda.2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan lahan dan Sistem Lahan

Berdasarkan pengamatan peta penggunaanlahan, kondisi eksisting penggunaan lahan diKabupaten Gianyar terdiri 6 jenis yaitu kebun,lahan terbuka, sawah irigasi, ladang, sawah tadahhujan dan semak belukar. Pemanfaatan lahanuntuk pertanian saat ini yaitu untuk pertanian lahansawah lebih kurang seluas 14.575 hektar, kebun11.251 hektar, hutan rakyat 116 hektar (BPS,2015).

Lahan sawah untuk produksi pertaniantanaman pangan dan palawija terdapat di semua

Page 56: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

187

kecamatan. Sedangkan tegalan disamping untukusaha tani lahan kering seperti padi gogo danpalawija umumnya terdapat di kecamatan-kecamatan yang sumber irigasinya hanyamengandalkan curah hujan

Analisis Kesuburan T anah

Analisis kualitas lahan ini mencakup analisiskandungan hara yang terkandung dalam tanahdalam rangka untuk mendukung pertumbuhantanaman. Analisis kesuburan tanah bersumber darihasil analisis laboratorium contoh tanah yangdiambil di 25 lokasi yang telah mempertimbangkanperbedaan-perbedaan karakteristik lahan yangterdapat di peta satuan lahan.

Berdasarkan hasil analisis laboratorium,kondisi kesuburan tanah dapat dijelaskansebagaimana berikut :

Reaksi tanah (pH)

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasamanatau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilaipH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasiion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggikadar ion H+ di dalam tanah, semakin masamtanah tersebut. Nilai pH tanah di lokasi kegiatanberkisar antara pH 5,30 (masam) hingga yangtertingi 7,10 (netral). Dari data yang ada, umumnyatanah-tanah yang bereaksi agak masam sampainetral merupakan lahan sawah. Prosespenggenangan (anaerob) pada lahan sawahumumnya dapat meningkatkan pH tanah lahansawah. Pengolahan tanah, pemupukan danpemberian kapur atau pemberian bahan organik,merupakan bentuk pengelolaan lahan yang mampumempengaruhi tingkat pH tanah. Tingkatkemasaman tanah yang tinggi (pH rendah)merupakan salah satu masalah apabila tanahtersebut dipergunakan untuk usaha tani atau usahabudidaya tanaman pangan, sehingga tanah ini perluada upaya pengelolaan lahan seperti pemberiankapur atau bahan organik untuk meningkatkan pH.Dengan pH mendekati netral ketersediaan kation-kation dan anion akan lebih mudah, sehingga haradalam tanah menjadi tersedia untuk pertumbuhandan perkembangan tanaman.

C-organik

C-organik tanah menunjukkan kadar bahanorganik yang terkandung dalam tanah. Tanah

tanah sawah dengan pengelolaan/penggunaanlahan secara terus menerus, umumnyamempunyai tingkat kadar C organik yang lebihrendah bila dibandingkan dengan tanah tegalan/kering/kebun. Kadar C-organik tanah jugamengindikasikan tingkat kesuburan tanah yangbersangkutan. Kadar C-organik tanah yang tinggimerupakan salah satu tanda bahwa tanah tersebutsubur. Kadar C organik di lokasi kegiatan berkisarantara 0,12 % (sangat rendah) sampai 2,55 %(sedang). Pemberian bahan organik ke dalamtanah, pengaturan pola tanam dan penanamanbahan penutup tanah yang bisa menjerap N bebasdari udara (kacang-kacangan) merupakan bentukpengelolaan lahan yang diharapkan dapatmeningkatkan kadar C organik di dalam tanah.

Nitrogen tanah

Unsur N (nitrogen) merupakan unsur esensialdan salah satu unsur makro yang sangat diperlukantanaman. Bahan organik tanah merupakan sumberN utama di dalam tanah. Kadar N tanah biasanyabisa dijadikan acuan dalam menentukan dosispemupukan urea pada tanah bersangkutan. FungsiN adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatiftanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yangcukup N, berwarna lebih hijau. Gejala kekuranganN, tanaman tumbuh kerdil, pertumbuhan akarterbatas dan daun-daun kuning dan gugur. KadarN tanah di wilayah kegiatan bervariasi, berkisarantara 0,01 % (sangat rendah) sampai dengan 0,25% (sedang). Dari hasil analis laboratoriumterhadap contoh-contoh tanah yang diambilmenunjukkan tingkat pemanfaatan lahanmempengaruhi kadar N-total tanah. Pemanfaatanlahan secara terus menerus dalam sistem sawahdengan siklus yang terbuka, menyebabkan Ntanah terkuras, sebaliknya di tegalan atau kebundengan siklus yang hampir tertutup danpemanfaatan lahan secara diversifikasimemberikan peluang N–total tanah lebih terjagaketersediaannya. Pemberian bahan organik,pemupukan dengan pupuk yang mengandung Ndan pengaturan pola tanam diharapkan dapatmenjaga ketersediaan N dalam tanah.

P2O5 tanah

Kadar P2O5 tanah di wilayah kegiatan sangatbervariasi yaitu antara 31 mg/100g hingga 228 mg/100g. Informasi kadar P2O5 tanah diperlukanmengingat unsur P berperan cukup banyak untukpertumbuhan dan perkembangan ranaman. Nilai

Studi Status Kesuburan Lahan Dalam Mendukung Peta Pewilayahan Komoditas PertanianBerdasarkan Agro Ekological Zone Skala 1 : 50.000 Di Kab. Gianyar | IB. Aribawa, dkk.

Page 57: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015188

kadar P2O5 ini berdasarkan kriteria penilaian sifatkimia tanah tergolong dari mulai sedang hinggasangat tinggi. Sumber-sumber unsur P berasal darimineral-mineral yang terdapat dalam tanah itusendiri, juga berasal dari bahan-bahan organiktanah serta pupuk buatan seperti Phonska atauPelangi atau pupuk P-alam lainnya.

K2O tanah

Kadar kalium dalam bentuk K2O merupakankalium yang dapat dipertukarkan untuk dapatdiserap tanaman. Kadar K2O tanah di wilayahkegiatan antara 21 mg/100g hingga 122 mg/100g.Kandungan K2O ini berdasarkan kriteria kesuburantergolong sedang hingga sangat tinggi. Variasikandungan K2O5 tanah ini ditentukan oleh kondisipembentukan tanahnya. Pengelolaan lahan,pemupukan, pemberian bahan organik dan lainnyamerupakan bentuk-bentuk kegiatan yang bisamenjaga dan meningkatkan ketersediaan unsurkalium di dalam tanah.

KTK tanah

Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan sifatkimia tanah yang sangat erat hubungannya dengankesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampumenyerap dan menyediakan unsur hara lebih baikdaripada tanah dengan KTK rendah. Karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloidmaka unsur-unsur hara tersebut tidak mudahhilang tercuci oleh air. Tanah-tanah dengankandungan bahan organik atau dengan kadar liattinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kadar bahan organik rendah atauberpasir. KTK tanah menggambarkan kation-kationtanah seperti kation Ca, Mg, Na dan K dapatdipertukarkan dan diserap oleh perakarantanaman. KTK tanah di wilayah kegiatan antara7,12 me/100 g hingga 25,20 me/100 g.Berdasarkan kriteria kesuburan tanah, KTK tanahdi wilayah kegiatan tergolong dari rendah hinggatanah/lahan yang mempunyai tingkat kesuburanyang tinggi.

Kejenuhan basa

Kejenuhan basa menunjukkan perbandinganantara jumlah kation-kation basa dengan jumlahsemua kation (kation basa dan kation asam) yangterdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlahmaksimum kation yang dapat dijerap tanahmenunjukkan besarnya nilai kapasitas tukar kation

tanah tersebut. Kation-kation basa umumnyamerupakan unsur hara yang diperlukan tanaman.Disamping itu basa-basa umumnya mudah tercuci,sehingga tanah tersebut belum banyak mengalamipencucian dan merupakan tanah yang subur.Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pHtanah, dimana tanah-tanah dengan pH rendahumumnya mempunyai kejenuhan basa rendah,sedang tanah-tanah dengan pH yang tinggimempunyai kejenuhan basa yang tinggi pula.Kisaran kejenuhan basa di lokasi kegiatanberkisar antara 88 sampai dengan > 100 %.

Sistem Pertanian dan Alternatif KomoditasPertanian

Pada Tabel 1 disajikan sistem pertaniandengan alternatif komoditas pertanian yangdisertai simbul, luasan dalam bentuk hektar danpersen. Terdapat empat zona di KabupatenGianyar, yaitu : (1) Zona I/Dj dengan sistempertanian lahan kering dengan arahan komoditasadalah untuk lahan konservasi, mengingat lahanini bertofografi sangat curam (lereng > 40 %)dengan luasa 5.700 hektar (15,60 %); (2) Zona II,pertanian lahan kering (II/De), tanaman perkebunanseluas 850 hektar (2,33 %), Zona II, pertanianlahan kering, tanaman pangan dan perkebunan (II/Dfe) seluas 531 hektar (1,45 %), zona II, hutanlahan kering (II/Dj) seluas 1405 hektar (3,85 %)dengan arahan untuk lahan konservasi; (3) ZonaIII, pertanian lahan kering, tanaman pangan danperkebunan (III/Dfe) seluas 9536 hektar (26,10 %),Zona III, pertanian lahan kering, tanaman pangan,hortikultura dan perkebunan (III/Dhfe) seluas 1475hektar (4,04 %); (4) Zona IV pertanian lahan kering,tanaman pangan dan perkebunan (IV/Dfe) seluas8144 hektar (22,29 %), Zona IV pertanian lahanbasah, tanaman pangan (IV/Wf) seluas 8625hektar (23,61 %). Setiap zona yangterbentuk di Kabupaten Gianyar disertai denganalternatif komoditas pertanian yang bisa dipilihpetani sesuai dengan kebutuhannya (Tabel 1)

KESIMPULAN DAN SARAN

Satus kesuburan lahan di lokasi kegiatanbervariasi, tergantung dari tingkat pengelolaanlahan, pola tanam dan lokasi dari lahan yangbersangkutan. Status kesuburan lahan diKabupaten Gianyar dari berstatus kesuburansedang sampai berstatus kesuburan tinggi.

Page 58: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

189

Terdapat empat zona pewilayahan komoditas diKabupaten Gianyar dengan alternatif komoditaspertanian yang bisa dipilih petani.

Kajian yang lebih detail (skala lebih besar)perlu dilakukan di lokasi yang sama atau di lokasilain dengan metode survey yang sudah baku.

DAFTAR PUSTAKA

Amien, L.I. 1996. Panduan Karakterisasi danAnalisis Zona Agro-Ekologi. PembahasanPemantapan Metodologi Karakterisasi ZonaAgro-Ekologi. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian, PuslittanakBekerjasama dengan Proyek PembinaanKelembagaan Penelitian dan PengembanganPertanian, Pekanbaru.

Amien, L.I, 1997. Karakteristik dan AnalisisAgroekologi. Materi Apresiasi MetodologiAnalisis Zona Agroekologi untukPengembangan Sumberdaya LahanPertanian. Badan Litbang Pertanian.Departemen Pertanian. Jakarta.

Balai Penelitian Tanah 2004. Petunjuk TeknisPangamatan Tanah. Pusat Penelitian danPengembangan Tanah dan Agroklimat. BadanLitbang Pertanian. Departemen Pertanian.Jakarta.

Bhermana, A., R. Massinai, dan R. Ramli. 2011.Aplikasi sistem informasi geografis untukpenyusunan dan analisis pewilayahankomoditas (studi kasus daerah Kandui,Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah).http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/informasi-geografis.pdf. Diaksestanggal 12 Desember 2015.

Bunting, E.S., 1983. Assessment of the effectson yield variation in climate and soilcharacteristics for twenty crops species.AGOF/INS/78/006, Technical Note No. 12.Center for Soil Research, Bogor, Indonesia.

Bappeda Gianyar. 2011. Buku Putih SanitasiKabupaten Gianyar 2011. Pokja SanitasiKabupaten Gianyar. Badan PerencanaanPembangunan Kabupaten Gianyar. Gianya.Bali

BPS. 2015. Kabupaten Gianyar dalam Angka2015. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.Bali

CSR/FAO Staffs, 1983. Reconnaissance LandResource Survey 1:250.000 Scale. AtlasFormat Procedures. AGOF/INS/78/006.

Djaenudin, Marwan H., H. Subagyo, A. Mulyanadan N. Suharta. 2000. Kriteria KesesuaianLahan Untuk Komoditas Pertanian. Versi 3 :3-13.

Tabel 1. Sistem pertanian dan alternatif komoditas di Kabupaten Gianyar berdasarkan zona agroekologi

LuasSimbol Sistem pertanianAlternatif komoditas

Ha %

I/Dj Hutan Lahan KeringLahan konservasi 5.700 15,60

II/De Pertanian lahan kering, tanaman perkebunanKelapa, Kakao 850 2,33

II/Dfe Pertanian lahan kering, tanaman pangan dan perkebunanKedelai , Kacang tanah , Jagung , Kelapa, Kakao 531 1,45

II/Dj Hutan Lahan Kering Lahan konservasi 1.405 3,85III/Dfe Pertanian lahan kering, tanaman pangan dan perkebunan

Kedelai , Kacang tanah , Jagung , Kelapa, Kakao 9.535 26,10III/Dhfe Pertanian lahan kering, hortikultura, tanaman pangan dan perkebunan

Jeruk , Durian, Kubis , Kacang tanah , Kakao 1.475 4,04IV/Dfe Pertanian lahan kering, tanaman pangan dan perkebunan

Kedelai, Kacang tanah, Jagung, Kelapa, Kakao 8.144 22,29IV/Wf Pertanian lahan basah, tanaman pangan

Padi sawah 8.625 23,61X Pemukiman 266 0,73

Jumlah 36.531 100,00

Studi Status Kesuburan Lahan Dalam Mendukung Peta Pewilayahan Komoditas PertanianBerdasarkan Agro Ekological Zone Skala 1 : 50.000 Di Kab. Gianyar | IB. Aribawa, dkk.

Page 59: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.13 No. 40 Desember 2015190

Lingga, P., dan Marsono. 2007. PetunjukPenggunaan Pupuk. Seri Agritekno. PT.Penebar Swadaya. Jakarta. 150 Hal.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1994.LaporanTeknis No 7, Versi 1,0 April 1994.Badan Litbang Pertanian. KementerianPertanian. Jakarta.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah danAgroklimat. 2002. Arahan Pewilayahan

Komoditas Pertanian Unggulan NasionalSkala 1:1.000.000. Pusat Penelitian danPengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.43 hlm.

Susanto, A.N. dan M.P. Sirappa. 2007.Karakteristik dan ketersediaan datasumberdaya lahan pulau-pulau kecil untukperencanaan pembangunan pertanian diMaluku. Jurnal Litbang Pertanian, 26(2) : 41-46.

Page 60: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

191

hasil yang diperoleh dan bahasan yang berkaitandengan laporan-laporan sebelumnya. Hindarimengulang pernyataan yang telah disampaikanpada metode, hasil dan informasi lain yang telahdisajikan pada pendahuluan.

3.7 Kesimpulan dan Saran : Disajikan secara terpisahdari hasil dan pembahasan.

3.8 Ucapan Terima Kasih : Dapat disajikan biladipandang perlu. Ditujukan kepada yangmendanai penelitian dan untuk memberikanpenghargaaan kepada lembaga mau punperseorangan yang telah membantu penelitianatau proses penulisan ilmiah.

3.9 Daftar Pustaka : disusun secara alfabetismenurut nama dan tahun terbit. Singkatanmajalah/jurnal berdasarkan tata cara yangdipakai oleh masing-masing jurnal.

Contoh penulisan daftar pustaka :

Jurnal/Majalah :Suharno. 2006. Kajian pertumbuhan dan produksi 8 varietas

kedelai (Glysine max L) di lahan sawah tadah hujan.Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 2 (1) hlm. 66 - 72

Buku :Houghton J. 1994. Global Warming. Lion Publishing plc,

Oxford, England.

Bab dalam buku :Carter, J.G., 1980. Environmental and biological controls of

bivalve shell mineralogy and microstructure. In: Rhoads,D.C. and Lutz, R.A. (Eds), Skeletal growth of aquaticorganism. Plenum Press, New York and London: 93-134.

AbstrakWilcox GE, Chadwick BJ, Kertayadnya G. 1994. Jembrana

disease virus: a new bovine lentivirus producing anacute severe clinical disease ini Bos javanicus cattle.Abstrak 3rd Internastional Congress on VeterinaryVirology, Switserland Sept. 4-7.

Prosidng KonferensiHerawati T., Suwalan S., Haryono dan Wahyuni, 2000.

Perananan wanita dalam usaha tani keluarga di lahanrawa pasang surut, Prosiding Seminar NasionalPenelitian dan Pengembangan di Lahan Rawa.Cipayung, 25 – 27 Juli 2000, hlm 247 – 258.Puslitbangtan.

Tesis/Disert asiStone, I.G., 1963. A morphogenetic study of study stages in

the life-cycle of some Vitorian cryptograms. Ph.DThesis, Univ. of Melbourne.

Informasi di Internet:Badan Pusat Statistik. 2010. The results of population

census in 2010: The aggregate data per province.Jakarta, Agustus. http://www.bps. go.id/download_file/SP2010_agregat_data_ perProvinsi.pdf (Diakses:29/8/2010).

4. Naskah dari artikel ulas balik (review), dan laporankasus sesuai dengan aturan yang lazim.

5. Pengiriman naskah buletin dapat diserahkan kepadaredaksi di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Bali berupa hardfile dan softfile.

PEDOMAN BAGI PENULIS

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERT ANIAN

1. Buletin Teknologi Pertanian memuat naskah ilmiah/semiilmiah dalam bidang pertanian dalam arti luas. Naskahdapat berupa : hasil penelitian, pengkajian, artikel ulasbalik (review). Naskah harus asli (belum pernahdipublikasikan) dan ditulis menggunakan bahasaindonesia.

2. Naskah diketik dengan kertas berukuran A4. Naskahdiketik dengan 1,15 menggunakan program olah kataMS Word, huruf Arial ukuran huruf 10.

3. Tata cara penulisan naskah hasil penelitian hendaknyadisusun menurut urutan sebagai berikut : judul, identitaspenulis, abstrak, abtract (bahasa Inggris),pendahuluan, materi dan metode, hasil danpembahasan, kesimpulan dan saran, ucapan terimakasih, dan daftar pustaka. Gambar dan tableditempatkan pada akhir naskah, masing-masing padalembar berbeda. Upayakan dicetak hitam\putih 1,15spasi, dan keseluruhan naskah tidak lebih dari 10halaman.3.1 Judul : Singkat dan jelas (tidak lebih dari 14 kata),

ditulis dengan huruf besar.3.2 Identitas penulis : Nama ditulis lengkap (tidak

disingkat) tanpa gelar. bila penulis lebih dariseorang, dengan alamat instansi yang berbeda,maka dibelakang setiap nama diberi indeks angka(superscript). Alamat penulis ditulis di bawahnama penulis, mencakup laboratorium, lembaga,dan alamat indeks dengan nomor telpon/faksimilidan e-mail. Indeks tambahan diberikan padapenulis yang dapat diajak berkorespondensi(corresponding author).

3.3 Abstrak : Ditulis dalam bahasa indonesia danbahasa Inggris. Abstrak dilengkapi kata kunci(key words) yang diurut berdasarkankepentingannya. Abstrak memuat ringkasannaskah, mencakup seluruh tulisan tanpamencoba merinci setiap bagiannya. Hindarimenggunakan singkatan. Panjang abstrakmaksimal 250 kata.

3.4 Pendahuluan : Memuat tentang ruang lingkup,latar belakang tujuan dan manfaat penelitian.Bagian ini hendaknya membeikan latar belakangagar pembaca memahami dan menilai hasilpenelitian tanpa membaca laporan-laporansebelumnya yang berkaitan dengan topik.Manfaatkanlah pustaka yang dapat mendukungpembahasan.

3.5 Metode Penelitian : Hendaknya diuraikan secararinci dan jelas mengenai bahan yang digunakandan cara kerja yang dilaksanakan, termasukmetode statiska. Cara kerja yang disampaikanhendaknya memuat informasi yang memadaisehingga memungkinkan penelitian tersebutdapat diulang dengan berhasil.

3.6 Hasil dan Pembahasan : Disajikan secarabersama dan pembahasan dengan jelas hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian dpat disajikandalam bentuk penggunaan grafik jika hal tersebutdapat dijelaskan dalam naskah. Batas pemakainfoto, sajikan foto yang jelas menggambarkanhasil yang diperoleh. Gambar dan table harusdiberi nomor dan dikutip dalam naskah. Foto dapatdikirim dengan ukuran 4 R. Biaya pemuatan fotobewarna akan dibebani ke penulis. Grafik hasilpengolahan data dikirim dalam file yang terpisahnaskah ilmiah dan disertai nama program dandata dasar penyusunan grafik. Pembahasanyang disajikan hendaknya memuat tafsir atas

Page 61: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

Bul. Tek & Info Pertanian Vol. 13 No. 40 Hal. 132-190 DenpasarDesember 2015

ISSN: 1693 - 1262

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERT ANIANISSN: 1693 - 1262

Penanggung JawabKepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Dewan RedaksiDr. Ir. I Wayan Alit Artha Wiguna, M.Si (Peternakan dan Ilmu Lingkungan)

Dr. Ir. Ida Bagus Gede Suryawan, M.Si (Hama Penyakit)Dr. Drh. I Made Rai Yasa, M.Si (Sistem Usaha Pertanian)

Ir. Ida Bagus Aribawa, MP (Ilmu Tanah)Ir. Ida Ayu Parwati, MP (Sistem Usaha Pertanian)

Drh. Nyoman Suyasa, M.Si (Sistem Usaha Pertanian)Ir. Suprio Guntoro (Manajemen Peternakan)

Ir. WayanTrisnawati, MP (Teknologi Pangan dan Pascapanen)

Mitra BestariProf. Ir.M Sudiana Mahendra, MAppSc, Ph.D (Ilmu Lingkungan)

Prof.Ir.I Made S. Utama, M.S,Ph.D (Teknologi Pascapanen Hortikultura)Prof. (Riset) Dr. I Wayan Rusastra, M.S (Agroekonomi dan Kebijakan Pertanian)

Dr. Ir. Rubiyo, M.Si (Pertanian Lahan Kering dan Budidaya Pertanian)

Redaksi PelaksanaIr. I Ketut Kariada, M.ScM.A Widyaningsih, SP

Fawzan Sigma Aurum, S.TPIr. Ni Putu Suratmini, M.Si

Alamat RedaksiBalai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) - Bali

Jl. Bypass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Denpasar, Bali 80222PO.BOX 3480

Telepon/ Fax: (+62361) 720498email: [email protected]

website: http://www.bali.litbang.deptan.go.id

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian memuat pemikiran ilmiah, hasil – hasil kelitbangan, atautinjuan kepustakaan bidang pertanian secara luas yang belum pernah diterbitkan pada media

apapun, yang terbit tiga kali dalam satu tahun setiap bulan April, Agustus, dan Desember

Page 62: DINAMIKA PELA YANAN PERPUST AKAAN DI BPTP BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2015.pdf · 132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, ... yang paling

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERT ANIAN

Volume 13 Nomor 40, Desember 2015

ISSN 1693 - 1262

TABLE OF CONTENT

DINAMIKA PELAYANAN PERPUSTAKAAN DI BPTP BALII Gusti Ngurah Penatih............................................................................................................ 132-135

DISEMINASI KOMPONEN PTT PADI PADA INTEGRASI TANAMAN TERNAK MENDUKUNGPSDSK DI DESA PEREAN KANGIN KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN,PROVINSI BALIWayan Sunanjaya ................................................................................................................... 136-140

KAJIAN PEMUPUKAN BIO URIN SAPI UNTUK MENGURANGI PENGGUNAAN PUPUK KIMIAPADA USAHATANI TOMAT(Solanum lycopersicum L.)I Nyoman Adijaya .................................................................................................................... 141-146

KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus di Subak Guama)Nyoman Ngurah Arya dan Nyoman Yudiarini ............................................................................ 147-153

KONSERVASI TANAMAN LOKAL SUMBER KARBOHIDRAT NON BERASSEBAGAI DIVERSIFIKASI PANGAN MENDUKUNG KETAHANAN PANGANPutu Suratmini ........................................................................................................................ 154-160

PERAN TENAGA KERJA WANITA PADA USAHATANI TOMAT DI BALI(STUDI KASUS DESA ANTAPAN, KECAMATAN BATURITI, TABANAN)Jemmy Rinaldi, Suharyanto dan I Made Rai Yasa ................................................................... 161-165

PERANAN DISEMINASI INFORMASI PERTANIANDALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI BAGI PETANII Made Sukadana.................................................................................................................... 166-171

POTENSI DAYA DUKUNG JERAMI JAGUNG MANIS UNTUK PENGEMBANGANUSAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI (Studi Kasus Desa Gelgel Kabupaten Klungkung Bali)I Made Rai Yasa ..................................................................................................................... 172-177

POTENSI PARASITOID TELUR Tetrastichus schoenobii FERR (LEPIDOPTERA:PYRALIDAE)SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI PENGGEREK BATANG PADI KUNINGPADA PERTANAMAN PADI SAWAHNi Made Delly Resiani ............................................................................................................. 178-183

STUDI STATUS KESUBURAN LAHAN DALAM MENDUKUNG PETA PEWILAYAHANKOMODITAS PERTANIAN BERDASARKAN AGRO EKOLOGICAL ZONESKALA 1 : 50.000 DI KABUPATEN GIANYARIB. Aribawa, Putu Sutami, dan I Made Sukarja....................................................................... 184-190