Dimas Dan Denis

6
Lu pernah denger gak, tentang anak kembar yang lahir dari keluarga kerajaan. Anak kembar yang lahir adalah pertanda buruk bagi sebuah kerajaan. Diceritakan bahwa salah satu akan dibiarkan tinggal didalam istana dengan kemewahannya. Sementara yang lain di buang ke pengasingan. Dalam hal itu, mereka harus tumbuh terpisah sebagai bangsawan dan upik babu. Dan coba tebak! Gua yang berperan sebagai upik abu nya. Upik abu yang diasingkan dari keluarganya sendiri. Delapan belas tahun yang lalu, gua terlahir bersama dengan ‘seseorang’. Ketika usia kanak kanak, orang tua selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Sekalipun mereka ada, hanya ‘orang lain’ yang diperhatikan. Menurut mereka, gua hanya anak bodoh yang telat belajar dan plin plan, nggak peduli dengan masa depan dan kalah dari ‘orang lain’ itu. Gua yang teledor, childish, dan pernah nggak naik kelas selalu kalah dari dia. Ketidak adilan itulah yang membuat gua jadi pemberontak, emosian, dan ketus sama semua orang. Berkelahi adalah cara gua menyalurkan emosi dan mendapatkan perhatian. Meskipun perhatian itu membuat gua tambah gak dianggap. -oOo- Setting berganti di SMA SukaPintar. Lami : Ketua!! (Berlari imut. Datang bersama Nadya yang jaim). Dimas : (Menoleh kebelakang) Hmmm… Lami : Hari ini ~ seperti biasa ~ rapih banget, sih! (Langsung meluk dari belakang) Nadya : Hey Lami! Hentikan itu! Kau mempermalukanku! Sambil narik kerah baju Lami. Lami kesel kesel imut!) Dimas : Mana Rey? (Celingak celinguk).

description

chapter 1

Transcript of Dimas Dan Denis

  • Lu pernah denger gak, tentang anak kembar yang lahir dari keluarga kerajaan. Anak

    kembar yang lahir adalah pertanda buruk bagi sebuah kerajaan. Diceritakan bahwa salah satu

    akan dibiarkan tinggal didalam istana dengan kemewahannya. Sementara yang lain di buang ke

    pengasingan.

    Dalam hal itu, mereka harus tumbuh terpisah sebagai bangsawan dan upik babu. Dan

    coba tebak! Gua yang berperan sebagai upik abu nya. Upik abu yang diasingkan dari

    keluarganya sendiri.

    Delapan belas tahun yang lalu, gua terlahir bersama dengan seseorang. Ketika usia

    kanak kanak, orang tua selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Sekalipun mereka ada, hanya

    orang lain yang diperhatikan.

    Menurut mereka, gua hanya anak bodoh yang telat belajar dan plin plan, nggak peduli

    dengan masa depan dan kalah dari orang lain itu. Gua yang teledor, childish, dan pernah nggak

    naik kelas selalu kalah dari dia.

    Ketidak adilan itulah yang membuat gua jadi pemberontak, emosian, dan ketus sama

    semua orang. Berkelahi adalah cara gua menyalurkan emosi dan mendapatkan perhatian.

    Meskipun perhatian itu membuat gua tambah gak dianggap.

    -oOo-

    Setting berganti di SMA SukaPintar.

    Lami : Ketua!! (Berlari imut. Datang bersama Nadya yang jaim).

    Dimas : (Menoleh kebelakang) Hmmm

    Lami : Hari ini ~ seperti biasa ~ rapih banget, sih! (Langsung meluk dari belakang)

    Nadya : Hey Lami! Hentikan itu! Kau mempermalukanku! Sambil narik kerah baju Lami. Lami

    kesel kesel imut!)

    Dimas : Mana Rey? (Celingak celinguk).

  • Nadya : Lho? Emangnya belum datang? Apa dia telat~

    Rey : Aku disini! (Datang dengan wajah dinginnya)

    Dimas : Ah, kau datang juga! Kupikir kau tidak akan datang ke rapat seperti minggu lalu.

    Nadya : Hey Rey, jangan diulangi sikapmu yang seenak jidat itu. Kau ini wakil ketua OSIS

    tahu!

    Rey : Ya ya aku tahu yang penting aku sudah datang kan?! (Masa bodoh)

    Nadya : Anak ini!!

    Dimas : Hey Sudah sudah! Yang penting semua sudah berkumpul kan!

    Prologue Denis dengan background percakapan ringan dimas dan teman temannya.

    Ini dia, anak yang dibesarkan sebagai bangsawan di Istana. seseorang yang gua

    ceritakan. Kembaran sekaligus saingan gua. Selalu menjadi anak emas di keluarga. Cerdas dan

    berkarisma. Sering mendapatkan beasiswa dari sekolah serta satu kali mendapat aselerasi

    namun ditolaknya. Dia seorang ketua OSIS di sekolahnya.

    Perbedaan mencolok dari kami adalah dia disekolahkan di SMA ternama.

    -oOo-

    (Pertarungan berakhir, dengan lawan yang tumbang serta Denis masih berdiri bersama

    keempat temannya. Bonyok tentunya)

    Rocky : (nyesap rokok, ngeluarin asapnya) kita menang lagi, Den. (Lirik kebelakang ~ ke arah

    Denis maksudnya)

    Barong : (Tersenyum ditengah kesakitan) huh! Kita nggak akan kalah selagi ada Denis.

    Denis : Nggak

    Kita jadi kuat selama kita kerjasama.

    (Keempatnya tersenyum)

    Tiba tiba

    ~ Mengapa hatiku cenat cenut tiap ada kamu~

  • Denis : (Dafuq!) Anjrit! Nih HP ngengganggu suasana (Langsung merogoh suasana)

    Barong : Asem!! Ringtone lu Den den!...

    Denis : (Ketawa garing)

    Denis : Halo!!

    Dimas : Denis adik kembarku!! (Gaya lebay)

    Denis : ( Sight ) Apaan?

    Dimas : Nanti malem jangan lupa, makan malam keluarga! Jangan sampai telat lagi kayak

    sebelum sebelumnya.

    Denis : Iya iya! Cerewet lu kayak emak emak!

    Dimas : Eh, kamu nggak berantem lagi, kan?

    Denis : Jangan sok care sama gue! Munafik! . (Buru buru memutuskan percakapan).

    Dimas sedikit terkejut dengan kata kata saudaranya. Meski ia selalu kasar kepada

    dirinya, namun ia tidak mau marah kepadanya. Ia hanya menghela nafas dan tersenyum sambil

    menaikkan kacamatanya.

    Denis tampak sedikit bersalah. Namun egonya membuatnya terlihat kasar dan keras.

    Barong memperhatikan mimik wajah Denis.

    Barong : Siapa Den?

    Denis : Cuma Orang lain ( Kata Denis tanpa mau melihat lawan bicaranya. Barong

    memperhatikan wajah itu. Ia memperhatikan dengan wajah penuh tanya).

    Rocky : Mendingan kita cabut. Sebelum polisi datang kesini. (Rocky memotong).

    Dirumah

  • Denis datang dengan wajah bonyok di tengan ruang makan. Ia telat dengan acara makan malam

    formal di keluarga mereka.

    Di sana sudah ada papa, mama, dan Dimas yang terkejut melihat keadaan Denis yang babak

    belur.

    Mama : Denis! Berantem lagi? Kamu sering banget bikin mama khawatir.

    Denis tak memghiraukan. Dia hanya memenjamkan mata dan mencoba untuk berlalu.

    Denis : Aku akan kekamar. (Denis acuh tak acuh. Dimas hanya memandanginya dengan iba)

    Papa : Denis! (Teriakan papa menghentikan langkah Denis) kamu ini jadi anak nyusahin orang

    tua melulu! Kerjaannya cuma tawuran dan cari gara gara. Mau jadi apa kamu

    ini?(omelan papa membuat Denis kesal. Denis mengeratkan buku buku tangannya)

    Liat kakak kembar kamu tuh! Ngebanggain papa sama mama! Jauh dari tawuran! (Denis

    kesal karena papa memuji muji Dimas). Hidup kamu

    Dimas : Papa udah Pa mungkin Denis lagi capek. (Dimas yang sadar akan situasi merasa tak

    enak)

    Denis : Jangan sok peduli lu, Mas! (Perkataan Denis sekali lagi membuat orang yang berada

    diruangan itu terkejut)

    Papa : Denis! Ngomong yang sopan sama saudara kamu

    Denis : PAPA DAN MAMA NGGAK AKAN PEDULI!!! Cuma Dimas anak kalian, kan?!

    (Dimas shock dengan wajah sedikit mengiba).

    Mama : DENIS!!

    Denis segera berlari ke kamar tanpa mengindahkan panggilan mama dengan raut wajah

    kesedihan yang ditutupi. Dimas terdiam memandang kepergian sepupunya.

    Papa : Biarin aja mah. Emang udah kurang aja tuh anak!

    Mama menghela nafas. Dimas terdiam. Suasana hatinya menjadi canggung.

  • -oOo-

    Di Kamar Denis. Denis bersandar di pintu yang terkunci didalam.

    Denis : (dalam hati) dari dulu, emang cuma Dimas yang dibanggain! Dari dulu emang cuma dia

    yang jadi anak emas. Apa bagusnya si lemah itu! (Mata Denis berkaca kaca).

    Tok tok! Dimas mengetuk pintu.

    Dimas : Denis! Kamu di dalam?

    (Menyadari siapa yang datang. Perasaan Denis semakin berkecamuk).

    Denis : Ngapain lu?! Pergi sana! (tanpa membuka pintu. Percakapan mereka tetap berlanjut

    meski bersebelahan pintu)

    (Dimas menatap sendu).

    Dimas : Kamu marah ya?

    Denis : Nggak usah sok peduli!

    Dimas : Kamu marah sama mama?

    Denis : Nggak!

    Dimas : Sama papa?

    Denis : Bukan!

    Dimas : Kalau begitu kamu marah sama aku?

    Denis :

    Dimas : Maaf kalau aku udah bikin marah. Aku, nggak bermaksud menyinggung

    Denis : Gua iri sama lu.

    Dimas :

  • Denis : Lu diperlakukan istimewa karena lu pintar dan baik. Sementara gua cuma dianggap

    sebagai bayangan terburuk dari diri lu

    Dimas :

    Denis : Gua (mulai meneteskan airmata) marah sama diri gua sendiri, yang nggak bisa jadi

    sempurna kayak elu!... (Mulai menangis sesenggukan Dimas menyadari isakan

    saudaranya tapi hanya terdiam dari balik pintu).

    Dimas : Denis kalau kita bertukar posisi, bagaimana? (Dimas hanya tersenyum simpul

    sambil bersandar di dinding. Denis menghentikan tangisnya karena terkejut).

    Denis : Jangan gila! Apa untungnya kita ngelakuin ini?

    Dimas : Agar kamu bisa ngerasain bagaimana rasanya jadi diriku!

    Denis :

    Dimas : Dan aku akan bantu kamu agar dipandang baik di mata papa dan mama

    Denis : Dan kalau gua ngerusak image lu? (Dengan nada menantang serta meremehkan).

    Dimas : (Dimas tersenyum simpul) lakuin apa yang kamu mau selama kamu puas dan bahagia

    Denis : (Menghela nafas dan berdiri) Oke mulai besok kita bertukar tempat!!

    Kedua kembar itu tersenyum