Diktatkomdat
-
Upload
erico-septiahari -
Category
Documents
-
view
1.800 -
download
5
description
Transcript of Diktatkomdat
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga Diktat Komunikasi Data ini dapat diselesaikan.
Diktat Komunikasi Data ini memuat materi tentang Konsep Dasar
Komunikasi Data, Teknik Komunikasi Data, Pengkodean Data, Flow Control dan
Error Control, Perangkat Komunikasi Data, Teknik Dasar Kompresi Data dan
Protokol & OSI Layer. Pada setiap akhir BAB diberikan soal-soal latihan, sehingga
mahasiswa dapat lebih memahami contoh-contoh aplikasi komunikasi data.
Penulis menyadari bahwa Diktat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, respon berupa saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
demi penyempurnaan Diktat ini akan sangat penulis harapkan.
Akhir kata, kepada seluruh pihak yang telah membantu terlaksananya edisi
perdana Diktat Komunikasi Data ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis,
ANGGUN FITRIAN ISNAWATI, ST
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................1
DAFTAR ISI ...........................................................................2
BAB I KONSEP DASAR KOMUNIKASI DATA..........................................3
1.1 Definisi Komunikasi Data...........................................................3
1.2 Komponen Dasar Komunikasi Data...........................................5
BAB II TEKNIK KOMUNIKASI DATA..........................................................7
2.1 Mode Hubungan Komunikasi Data............................................7
2.2 Mode Transmisi Data................................................................9
2.3 Media Komunikasi Data............................................................15
2.4 Gangguan Transmisi.................................................................19
2.5 Link Power Budget....................................................................22
BAB III PENGKODEAN DATA....................................................................24
3.1 Data Digital, Sinyal Digital.........................................................25
3.2 Data Digital, Sinyal Analog........................................................28
3.3 Data Analog, Sinyal Digital........................................................32
3.4 Data Analog, Sinyal Analog.......................................................35
3.5 Multiplexing...............................................................................36
BAB IV FLOW CONTROL DAN ERROR CONTROL..................................39
4.1 Kendali Aliran (Flow Control).....................................................39
4.2 Kendali Kesalahan (Error Control).............................................41
BAB V PERANGKAT KOMUNIKASI DATA................................................49
5.1 Terminal Data............................................................................49
5.2 Modem......................................................................................50
5.3 Interface RS 232.......................................................................52
BAB VI TEKNIK DASAR KOMPRESI DATA................................................54
6.1 Tipe Kompresi Data...................................................................54
6.2 Huffman Coding........................................................................56
BAB VII PROTOKOL DAN OSI LAYER........................................................62
7.1 Konsep Dasar Protokol.............................................................62
7.2 OSI Layer..................................................................................64
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 2
BAB I
KONSEP DASAR KOMUNIKASI DATA
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan mengenai konsep dasar komunikasi data.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
1. Memahami definisi dan konsep dasar komunikasi data.
2. Memahami komponen dasar komunikasi data.
3. Menerangkan beberapa aplikasi dari konsep dasar komunikasi data secara sederhana.
1.1 DEFINISI KOMUNIKASI DATA
Komunikasi Data adalah hubungan antara dua perangkat terminal (disebut sebagai
Transmitter Tx dan Receiver Rx) dalam proses pertukaran informasi yang terhubung
secara langsung. Jadi, kegunaan dasar dari komunikasi ini adalah menjalankan
pertukaran data antara min.2 pihak (Tx dan Rx).
Berikut ini adalah contoh blok diagram model komunikasi yang paling sederhana:
(a) Blok Diagram Umum
(b) Contoh Komunikasi Sederhana
Blok diagram tersebut menguraikan tentang pengiriman data (message) dengan
konsep yang paling sederhana, untuk contoh kompleks seperti konsep dasar e-mail yang
tidak terlepas dari perangkat input personal komputer ditambah accessories dan
komponen transmisi.
Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya terlebih dahulu memahami perbedaan
definisi-definisi berikut:
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST
Sumber Tx Media Transmisi
Rx Tujuan
WorkStation Mode
mKabel Tembaga
Modem Server
3
Data : Fakta, konsep, instruksi dalam hal ini untuk komunikasi, interpretasi, hasil
proses oleh manusia atau mesin automatik.
Informasi : Data yang dapat digunakan untuk maksud tertentu.
Sinyal : Suatu gelombang elektromagnetik atau optik yang menjalar sepanjang
media transmisi. Atau dengan kata lain, sinyal adalah data yang telah diolah
untuk dapat dilewatkan melalui media transmisi.
Item-item dasar tentang uraian tugas yang harus dikerjakan oleh sistem komunikasi
data antara lain:
Transmisi System Utilization
Untuk efisiensi fasilitas transmisi dalam jumlah penggunaan perangkat.
Penggunaan teknik multiplexing (multiplexer).
Interfacing (Antarmuka)
Untuk dapat berkomunikasi satu sama lain pada sistem transmisi.
Penggunaan interface RS 232 C untuk komunikasi DTE/PC dengan DCE/ Modem.
Signal Generation (Pembaharuan/ Pembangkitan Sinyal)
Untuk pembentukan sinyal dan pembaharuan / peningkatan intensitas sehingga
memungkinkan Rx untuk menerima sinyal sesuai aslinya.
Adanya perangkat amplifier (dalam repeater) ataupun pulse regenerator (dalam
komunikasi digital).
Synchronization (Sinkronisasi)
Untuk mengetahui kapan sinyal mulai dikirim dan diterima sampai waktu
penerimaan berakhir serta untuk menentukan selang waktu setiap elemen sinyal.
Bila kontrol SYN dalam transmisi serial sinkron, dan sinkronisasi dalam
penggunaan kode bit, start bit dan stop bit asinkron.
Error Detection & Correction (Deteksi dan Koreksi Kesalahan)
Untuk mengetahui kesalahan dan mengkoreksinya, diperlukan bilamana tidak
terdapat toleransi terhadap kesalahan.
Adanya bit paritas (proses parity check) dalam error control, untuk transfer file dari
satu PC ke PC lain.
Flow Control (Kendali Aliran)
Untuk menentukan aliran pengiriman data secara cepat dan benar sampai ke
tujuan.
Proses pengiriman data dari Tx sampai dengan Rx.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 4
Addressing dan Routing (Pengalamatan dan Perutean)
Untuk menentukan rute transfer data sesuai dengan alamat tujuan (proses
pengalamatan dan rute), diperlukan apabila fasilitas transmisi mempunyai jaringan
yang kompleks sehingga pengiriman informasi sampai ke tujuan dengan cepat dan
benar.
Message Formating (Format Data)
Untuk keseragaman format data dan kriteria perangkat transmisi yang digunakan.
Kedua stasiun menggunakan kode biner yang sama untuk tiap karakternya.
Protection (Pengamanan)
Untuk keamanan data (file), diperlukan supaya pengiriman data hanya sampai ke
tempat yang dituju.
Adanya sistem transfer file dengan menggunakan password.
1.2 KOMPONEN DASAR KOMUNIKASI DATA
Dari model komunikasi yang ada, dapat diketahui komponen dasar pada
komunikasi data, yakni :
1. Sumber (Source)
Berfungsi membangkitkan data sehingga dapat ditransmisikan.
2. Pengirim (Transmitter)
Berfungsi menghasilkan sinyal-sinyal elektromagnetik yang dapat diransmisikan
melewati beberapa sistem transmisi.
3. Sistem Transmisi (Transmission System)
Berfungsi menghubungkan antara sumber dengan tujuan, dapat berupa jalur transmisi
tunggal (single transmission line) atau jaringan kompleks (complex network).
4. Penerima (Receiver)
Berfungsi menerima sinyal dari sistem transmisi dan mengubahnya ke dalam bentuk
tertentu supaya dapat ditangkap oleh tujuan.
5. Tujuan (Destination)
Menangkap data yang dihasilkan oleh receiver.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 5
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Jelaskan berikut gambar blok diagram tentang definisi komunikasi data dan berikan
contoh secara sederhana.
Jawab :
Berikut ini adalah contoh blok diagram model komunikasi yang
paling sederhana:
(a) Blok Diagram Umum
(b) Contoh Komunikasi Sederhana
Blok diagram tersebut menguraikan tentang pengiriman data (message) dengan
konsep yang paling sederhana, untuk contoh kompleks seperti konsep dasar e-mail yang
tidak terlepas dari perangkat input personal komputer ditambah accessories dan
komponen transmisi.
2. Jelaskan perbedaan sinyal dan data.
Jawab:
- sinyal Suatu gelombang elektromagnetik atau optik yang menjalar sepanjang media
transmisi. Atau dengan kata lain, sinyal adalah data yang telah diolah untuk dapat
dilewatkan melalui media transmisi.
- data adalah Fakta, konsep, instruksi dalam hal ini untuk komunikasi, interpretasi,
hasil proses oleh manusia atau mesin automatik.
3. Jelaskan komponen dasar yang harus ada pada sistem komunikasi data.
Jawab:
- Sumber (Source)
Berfungsi membangkitkan data sehingga dapat ditransmisikan.
- Pengirim (Transmitter)
Berfungsi menghasilkan sinyal-sinyal elektromagnetik yang dapat diransmisikan
melewati beberapa sistem transmisi.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST
Sumber Tx Media Transmisi
Rx Tujuan
WorkStation Mode
mKabel Tembaga
Modem Server
6
- Sistem Transmisi (Transmission System)
Berfungsi menghubungkan antara sumber dengan tujuan, dapat berupa jalur transmisi
tunggal (single transmission line) atau jaringan kompleks (complex network).
- Penerima (Receiver)
Berfungsi menerima sinyal dari sistem transmisi dan mengubahnya ke dalam bentuk
tertentu supaya dapat ditangkap oleh tujuan.
- Tujuan (Destination)
Menangkap data yang dihasilkan oleh receiver.
4. Apa yang anda ketahui tentang transmitter dan receiver?
Jawab:
- transmiter berfungsi menghasilkan sinyal-sinyal elektromagnetik yang dapat
diransmisikan melewati beberapa sistem transmisi.
- receiver Berfungsi menerima sinyal dari sistem transmisi dan mengubahnya ke dalam
bentuk tertentu supaya dapat ditangkap oleh tujuan
5. Jelaskan fungsi interfacing, synchronization dan protection pada komunikasi data
-Interfacing (Antarmuka)
Untuk dapat berkomunikasi satu sama lain pada sistem transmisi.
Penggunaan interface RS 232 C untuk komunikasi DTE/PC dengan DCE/ Modem.
Synchronization (Sinkronisasi)
Untuk mengetahui kapan sinyal mulai dikirim dan diterima sampai waktu
penerimaan berakhir serta untuk menentukan selang waktu setiap elemen sinyal.
Bila kontrol SYN dalam transmisi serial sinkron, dan sinkronisasi dalam
penggunaan kode bit, start bit dan stop bit asinkron.
Protection (Pengamanan)
Untuk keamanan data (file), diperlukan supaya pengiriman data hanya sampai ke
tempat yang dituju.
Adanya sistem transfer file dengan menggunakan password.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 7
BAB II
TEKNIK KOMUNIKASI DATA
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan mengenai teknik komunikasi data.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
1. Memahami jenis mode hubungan komunikasi data dan contoh aplikasinya.
2. Memahami jenis mode transmisi data dan contoh aplikasinya.
3. Memahami jenis-jenis media komunikasi data
4. Memahami jenis-jenis gangguan pada transmisi data
5. Menghitung anggaran daya saluran (link budget) secara sederhana.
2.1MODE HUBUNGAN KOMUNIKASI DATA
Mode hubungan komunikasi data adalah sifat dari suatu komunikasi yang berkaitan
dengan arah dan waktu komunikasi. Berdasarkan definisi tersebut, mode hubungan untuk
komunikasi data di bagi menjadi beberapa konsep :
1. Mode Simplex (One Way Bridge)
Dalam operasi transmisi simpleks, komunikasi yang terjalin hanya satu arah. Satu
stasiun sebagai pemancar dan stasiun lainnya berfungsi sebagai penerima. Contoh:
komunikasi radio/ TV broadcasting.
2. Mode Half Duplex (Two Way Alternate)
Dalam operasi transmisi half duplex, kedua stasiun dapat berfungsi sebagai Tx
ataupun Rx, tetapi dilakukan secara bergantian dimana dalam satu waktu hanya satu
terminal yang dapat mengirimkan data. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk
mengganti arah komunikasi data disebut turn- around time. Contoh: komunikasi
menggunakan Handy Talky (HT).
3. Mode Full Duplex (Two Way Simultaneous)
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 8
Dalam operasi transmisi full duplex, komunikasi data dilakukan dua arah penuh
dalam artian bahwa masing-masing terminal bisa mengirimkan data secara bersamaan/
simultan. Atau dengan kata lain, kedua stasiun pada saat yang sama dapat berfungsi
sebagai pemancar maupun sebagai penerima. Contoh: komunikasi telepon, komunikasi
data dengan saluran sewa (leased line).
Selain itu, terdapat beberapa definisi mengenai bentuk hubungan komunikasi data
yaitu:
Direct Link
Pada sistem transmisi merupakan hubungan antara dua perangkat melalui
propagasi sinyal secara langsung dari transmitter ke receiver tanpa perangkat
tambahan untuk memperkuat sinyal seperti pulse regenerator atau amplifier. Contoh :
hubungan Tx dan Rx tanpa melewati repeater / relay.
Indirect Link
Pada sistem ini, hubungan Tx dan Rx tidak dalam propagasi sinyal secara
langsung tetapi melewati perangkat repeater / amplifier.
Point to Point
Adalah hubungan komunikasi dari satu titik terminal ke titik terminal yang lain
dan hanya 2 terminal tersebut yang menggunakan media secara sharing. Contoh:
hubungan telepon dari satu pelanggan ke pelanggan yang lain melalui jaringan kabel.
Point to Multipoint
Adalah hubungan komunikasi dari satu titik terminal ke banyak/ beberapa titik
terminal yang lain dan lebih dari 2 terminal yang menggunakan media scara sharing.
Contoh : - komunikasi seluler dari BTS ke mobile phone
- radio broadcast (dalam sistem komunikasi radio)
- komunikasi satelit ke stasiun bumi
2.2MODE TRANSMISI DATA
Dalam sistem komputer, karakter-karakter disajikan dalam bentuk data yang terdiri
dari sederetan angka biner atau bit. Data dapat dikirimkan ke terminal atau modem
dengan menggunakan mode transmisi Paralel dan Serial.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 9
1. TRANSMISI PARALEL
Pada transmisi paralel, bit-bit yang membentuk karakter dikirimkan secara
serempak / bersamaan melewati sejumlah penghantar (multiline) yang terpisah (tiap bit
dari blok data mempunyai signal line sendiri-sendiri).
Tx Rx
LSB 1 1
0 0
0 0
MSB 1 1
Sifat transmisi Paralel:
Digunakan terbatas hanya untuk jarak / panjang kabel yang relatif pendek ( 2 m)
Biaya penggunaan kabel penghantar (multiconductor cable) relatif tinggi
Berkecepatan tinggi tapi masalah skew lebih sering muncul, terpengaruh dengan
semakin panjangnya kabel yang digunakan. Skew adalah efek yang terjadi pada
pengiriman sejumlah bit secara serempak dan tiba pada tempat yang dituju dalam
waktu yang tidak bersamaan.
2. TRANSMISI SERIAL
Pada sistem transmisi serial, pengiriman informasi dilakukan bit demi bit melalui
singleline. Dalam pengiriman data serial terdapat sinkronisasi antara pengirim dan
penerima. Pengiriman dimulai dari LSB dan diakhiri dengan MSB. Data paralel internal
dimasukkan ke pengubah paralel/ seri yang berupa IC UART (Universal Asyncronous
Receiver Transmitter) untuk arah kirim, begitu juga sebaliknya untuk arah terima diubah ke
bentuk paralel sebelum diteruskan ke komputer.
Sifat transmisi serial:
Digunakan untuk sambungan dengan jarak relatif lebih jauh.
Karena bit-bit dikirimkan secara sekuen/ berurutan, kecepatan pemindahan data lebih
rendah dibanding dengan transmisi paralel.
Transmisi serial menimbulkan 3 masalah penyesuaian yaitu penyesuaian bit,
penyesuaian karakter dan penyesuaian blok data, tujuannya agar data yang dikirim
dapat ditafsirkan secara tepat dan benar oleh penerima.
Transmisi suatu aliran bit dari satu perangkat ke perangkat lain sepanjang jalur
transmisi melibatkan kerjasama dan kesesuaian antara kedua perangkat tersebut. Salah
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 10
satu persyaratan terpenting untuk itu adalah sinkronisasi. Karena data akan ditransmisikan
dalam bentuk bit sekaligus di sepanjang media, sehingga waktu (rate, durasi, dan jarak)
bit-bit ini harus sama untuk transmitter dan receiver. Berdasarkan cara pengiriman bitnya,
terdapat dua teknik yang biasa digunakan dalam transmisi serial yaitu sinkron dan
asinkron.
a. Transmisi Serial Sinkron
Pada transmisi sinkron, sejumlah blok data dikirimkan secara kontinyu dengan
pewaktuan tetap dan tanpa adanya pembatas (gap). Interval waktu antara bit terakhir dari
suatu karakter berikutnya adalah nol atau kelipatan bulat perioda waktu pengiriman satu
karakter.
Gambar Format Frame Serial Sinkron
Sifat transmisi sinkron:
Dapat bekerja dengan laju kecepatan relatif tinggi (very high performance), mulai dari
100 kbps sampai dengan beberapa Mbps.
Untuk blok data yang cukup besar, efisiensi transmisi sinkron tinggi karena hanya
menggunakan single preamble dan postamble (overhead per blok data)
Idle time hanya antar blok karakter sehingga throughput tinggi
Adanya level sinkronisasi lain yang diperlukan yang memungkinkan receiver
menentukan awal dan akhir suatu blok data.
Karena data yang dikirim tanpa pembatas, maka perlu adanya buffer (sistem
penyangga) baik di sisi pengirim ataupun di penerima
Rangkaian transmisi sinkron kompleks dan mahal
Aplikasi transmisi sinkron:
Komunikasi computer to computer (bus)
Komunikasi telepon
Komunikasi dengan jumlah data besar
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 11
b. Transmisi Serial Asinkron
Pada transmisi asinkron, tidak ada perioda waktu yang ditentukan antara karakter-
karakter yang ditransmisikan. Hal ini berarti bahwa setiap karakter yang ditransmisikan
berjalan dengan bit awal (start bit) dan bit akhir (stop bit) yang menandakan permulaan
dan akhir transmisi (LSB dikirim terlebih dahulu). Bit awal dan bit akhir tidak membawa
informasi tetapi hanya sebagai pembatas bit-bit data yang menunjukkan awal dan akhir
setiap karakter.
Gambar Format Serial Asinkron
Selain bit pembatas juga disertakan bit paritas yang berfungsi untuk mendeteksi
kesalahan tunggal pada setiap karakter. Bit paritas ini akan dipasang pada ‘1’ atau ‘0’
untuk meyakinkan cacah bit ‘1’ pada setiap karakter adalah genap untuk paritas genap,
atau ganjil untuk paritas ganjil. Sehingga setiap karakter mempunyai panjang 10 bit.
Pada keadaan tidak berfungsi, pengirim akan mempertahankan tegangan jalur
pada biner ‘1’ sedangkan pada saat pengirim mempunyai karakter untuk dikirimkan,
pertama kali pengirim akan mengubah tegangan jalur menjadi ‘0’ (disebut bit awal). Pada
akhir setiap karakter, bit akhir dikirimkan, tegangan jalur adalah ‘1’ untuk menghentikan
detak (clock) penerima. Detak penerima akan menunggu sampai bit awal berikutnya.
Sifat transmisi asinkron :
Efisiensi tidak begitu tinggi, karena adanya overhead per karakter (perlu tambahan
bit sampai dengan 30%)
Untuk pengiriman single character, total overhead rendah.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 12
Adanya idle time yang diperlukan antar karakter, maka akan banyak menyita waktu
(wasting time), sehingga troughput rendah.
Tidak memerlukan protokol tambahan untuk error detecting.
Berorientasi untuk setiap karakter (character oriented) dan bukan untuk
keseluruhan message.
Rangkaian transmisi asinkron sederhana dan murah
Hanya cocok untuk rangkaian data berkecepatan rendah (beberapa ribu char/s)
Aplikasi transmisi asinkron:
Komunikasi computer to computer (bus)
Komunikasi computer to printer
Komunikasi antar komputer dalam LAN
Komunikasi computer to pheriperal device
Komunikasi computer to telephone line
3. BIT RATE DAN BAUD RATE
Kecepatan bit data (bit rate) adalah kecepatan pengiriman informasi digital
melewati sirkit atau rangkaian dan dinyatakan dengan satuan bps (bit per second).
Untuk menghitung besar kecepatan data baik pada transmisi serial maupun paralel
dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Bit Rate pada transmisi serial
R = b x D (bps)
b = log2 n
dengan b : pengelompokan bit
n : jumlah kombinasi bit
D : kecepatan modulasi ( dalam Baud )
Bit Rate pada transmisi paralel
R = m x b x D (bps)
dengan m : cacah penghantar yang digunakan
Kecepatan modulasi (D), atau sering disebut Baud Rate, adalah kecepatan
perubahan status logika pada deretan bit dan berbanding terbalik dengan durasi bit.
Satuan kecepatan modulasi adalah baud/s. Dengan demikian kecepatan data dan
kecepatan modulasi akan sama hanya jika jalur mempunyai dua kemungkinan kondisi (0
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 13
dan 1). Tetapi jika bit-bit dikelompokkan per dua bit, tiga bit atau bahkan 4 bit maka
kecepatan pengisyaratan data akan lebih cepat lagi dibanding kecepatan modulasi
sebesar (log2 n) kali lipat.
4. BURST RATE DAN THROUGHPUT
Pada kenyataannya, bit rate tidak bisa mengindikasikan jumlah karakter aktual
yang akan ditransfer. Istilah yang tepat untuk menunjukkan keadaan jumlah karakter
actual disebut throughput, dimana throughput ini digunakan sebagai pembanding antara
efisiensi kanal dengan jumlah maksimum characters/s untuk suatu data rate. Dalam hal
ini, data rate lebih ditekankan pada satuan characters/s.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada kenyataanya
kecepatan data maksimum juga tidak dapat dicapai. Banyak faktor yang menyebabkan
berkurangnya kecepatan data, antara lain adalah waktu yang diperlukan untuk
handshaking, untuk receiver bisa menerima karakter berikutnya, untuk proses penerimaan
karakter-karakter protokol lainnya seperti preamble dan postamble, dan faktor lainnya.
Salah satu faktor tambahan adalah receiving buffer. Transmitter boleh jadi
mengirim data dengan kecepatan tinggi dan hampir tanpa jeda untuk pengiriman
karakternya. Tetapi sekali receiving buffer penuh, transmitter harus menghentikan
pengiriman untuk waktu yang cukup lama (long idle time) sampai dengan sistem di sisi
penerima selesai memproses data sekaligus mengosongkan buffer. Dalam hal ini,
transmisi dengan kecepatan tinggi (high-speed rate) disebut burst rate. Kecepatan data
secara keseluruhan yang merupakan rata-rata burst rate maupun idle time disebut actual
throughput.
Sebagai contoh, suatu sistem asinkron mengirim 100 karakter pada burst rate yang
mendekati maksimum untuk 9600 bps, atau sekitar 1000 char/s. Setelah 100 karakter
diterima, receiving buffer penuh dan perlu waktu sekitar 0.4 detik untuk
mengosongkannya. Dengan adanya burst rate sebesar 1000 char/s, maka kecepatan rata-
rata sebesar 100 karakter dalam waktu 0.1 detik, ditambah 0.4 detik untuk idle time, atau
sekitar 100 karakter dalam 0.5 detik. Sehingga throughput menjadi 100 char/0.5s atau 200
char/s, lebih lambat dibanding burst rate.
5. BIT ERROR RATIO (BER)
Sering disebut sebagai Bit Error Rate atau laju kesalahan bit. Pada proses
transmisi data, penerima harus dapat menentukan apakah bit yang diterima adalah bit ‘1’
atau bit ‘0’, dan ini dipengaruhi oleh bentuk gelombang yang diterima. Dengan kata lain,
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 14
semakin banyak derau dan tegangan pengganggunya, kemungkinan adanya kesalahan
pada sinyal yang diterima semakin besar. Bit Error Ratio didefinisikan sebagai berikut:
BER = jumlah bit yang diterima salah
jumlah total bit yang dikirimkan
Bit Error Ratio juga tergantung pada Signal to Noise Ratio (SNR) dari daya yang
digunakan untuk membawa sinyal data.
SNR = 10 log10 (S / N) dB
dengan S : daya sinyal rata-rata (Watt)
N : daya derau atau noise yang ada (Watt)
Semakin kecil nilai SNR maka BER akan semakin besar atau dengan kata lain semakin
kecil SNR semakin besar BER-nya.
Berdasarkan hukum Shannon-Hartley, kapasitas kanal didefinisikan sebagai berikut:
C = B log2 ( 1 + S/N ) bps
dengan C : Channel Capasity (bps)
B : Bandwidth kanal (Hz)
Sedangkan berdasarkan teori Nyquist, kapasitas kanan dirumuskan sebagai berikut:
C = 2B log2 M bps
dengan M : jumlah sinyal yang berlainan atau level voltase kuantisasi
2.3MEDIA KOMUNIKASI DATA
Pada dasarnya, media komunikasi data terbagi atas 2 jenis yaitu:
1. Media Transmisi Terpandu (Guided Transmission Medium)
Adalah media transmisi yang mempunyai bentuk fisik, seperti contohnya: serat optik,
twisted pair, coaxial, dan lain-lain.
2. Media Transmisi Tidak Terpandu (Unguided Transmission Medium)
Adalah media transmisi dengan gelombang elektromagnetik yang tidak mempunyai
bentuk fisik, contoh: propagasi melalui udara, air ataupun ruang hampa.
1. MEDIA TRANSMISI GUIDED
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 15
a. Saluran Kawat Terbuka
Merupakan media transmisi yang paling sederhana yang berupa kawat terbuka,
dapat untuk koneksi perangkat telekomunikasi sampai dengan 50 meter dengan bit rate
19,2 kbps. Sinyal yang disalurkan berupa tegangan atau arus listrik dalam 1 kawat,
sedang kawat yang satunya lagi untuk grounding.
Kelemahan:
Noise sinyal tinggi, karena mudah terkena radiasi elektromagnetik
Crosstalk, karena adanya kopling silang (cross-coupling) sinyal elektrik antara dua
kawat yang berdekatan.
b. Kabel Twisted Pair
Terbuat dari tembaga yang terisolasi. Jenis kabel ini paling banyak digunakan untuk
jaringan telepon. Ada 2 macam yaitu: Unshielded Twisted Pair (UTP) dan Shielded
Twisted Pair (STP) yang menggunakan protective screen / shield untuk mengurangi
pengaruh interferensi. Repeater spacing: 2 sampai 10 km.
Kelemahan:
Tidak dapat digunakan untuk kecepatan tinggi, kecepatan yang bisa dipakai adalah
1200 bps s/d 9600 bps untuk local loop.
Bandwidth terlalu sempit untuk multiple access (250 kHz)
Mudah terganggu oleh interferensi dari luar
Keuntungan:
Tidak memerlukan keahlian dan peralatan khusus untuk instalasi dan pemeliharaan
Relatif murah dalam pengadaan jaringan dan perbaikan
c. Kabel Coaxial
Konstruksinya hampir seperti kabel twisted pair dimana terdapat kawat/ core untuk
sisi terdalam, kemudian dibungkus material dielektrik dan akhirnya ditutup dengan jaket.
Karena kualitasnya lebih bagus dibanding twisted pair maka harganya juga lebih mahal.
Digunakan untuk komunikasi telepon jarak jauh (long distance telephone) dan transmisi
televisi serta untuk distribusi TV kabel dengan LAN. Dengan menggunakan teknologi
FDM, kabel coaxial mampu membawa lebih dari 10.000 kanal suara secara bersamaan,
dengan repeater spacing: 1 sampai 10 km.
Keuntungan:
Mampu menyalurkan data dengan kecepatan tinggi (BR 1 Mbps)
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 16
Bandwidth cukup lebar untuk multiple access (350 MHz)
Karena konstruksi terpusat dan berpengaman maka tidak mudah terinterferensi
sehingga kualitas sinyal lebih bagus.
Kekurangan:
Pemasangan lebih sulit dibanding twisted pair
Harga relatif lebih mahal jika dibanding dengan twisted pair karena
konstruksi lebih solid
Adanya peralatan khusus untuk menggunakan BW yang tersedia, biasanya pada
teknologi CATV (Community Antenna Television) dalam TV kabel
d. Kabel Serat Optik
Kabel serat optik ini tersusun atas tiga elemen dasar, yaitu:
Core
Cladding
Coating.
Sistem transmisi dengan serat optik menggunakan cahaya untuk pentransmisian
data. Penggunaan serat optik dalam sistem komunikasi optik adalah sebagai berikut:
Gambar Sistem Komunikasi Serat Optik
Keterangan:
Sumber cahaya (LASER, LED); mengubah energi listrik menjadi cahaya
Detektor (Photodioda); mengubah sinyal optik menjadi sinyal listrik
Keuntungan:
Kapasitas sangat besar dan kecepatan sangat tinggi (2 Gbps)
BW sangat lebar (s/d 2 GHz atau 104 sampai 105 kali bandwidth sistem komunikasi
suara)
Sangat ringan dengan ukuran diameter yang sangat kecil yaitu 3 – 50 m
Tidak menghantarkan listrik (isolator listrik) karena terbuat dari bahan gelas
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 17
Sumber Informasi
Rangkaian Detektor
Sumber Cahaya
Tujuan Detektor Cahaya
Rangkaian Kendali
Serat Optik
Kebal terhadap interferensi elektromagnetik dan frekuensi radio
Loss rendah / redaman kecil ( 0,2 dB/km) sehingga dapat mengurangi jumlah
repeater dan memperpanjang jarak tempuh. Baik untuk komunikasi jarak jauh dengan
repeater spacing: 10 sampai 100 km.
Keamanan signal lebih baik, karena cahaya yang tersalur dalam serat tidak mudah
terpancar keluar sehingga sinyal aman
Harga relatif murah jika dilihat dari kapasitas dan bahan yang digunakan
Kerugian:
Mahal untuk teknologi instalasi, pemeliharaan dan perbaikan
Memerlukan keahlian dan peralatan canggih dalam
pengoperasiannya
2. MEDIA TRANSMISI UNGUIDED
Selain menggunakan media fisik, data juga dapat ditransmisikan dengan
menggunakan gelombang elektromagnetik (radio) melalui berbagai sistem komunikasi
seperti sistem komunikasi satelit atau gelombang mikro teresterial (terrestrial microwave)
ataupun sistem komunikasi radio.
Pada transmisi satelit, bandwidth yang ditawarkan cukup tinggi (500 MHz) dengan
frekuensi dari 1 – 10 GHz dan mampu menyediakan ribuan saluran komunikasi data
kecepatan tinggi dengan menggunakan teknik multiplexing. Contoh hubungan point to
point dari sistem komunikasi satelit adalah hubungan antara stasiun bumi satu ke stasiun
bumi yang lain. Dalam hal ini, satelit berfungsi sebagai media reflektor (retransmitter).
Sedangkan contoh hubungan point to multipoint adalah hubungan dari Hub Station
(stasiun bumi) ke beberapa VSAT (Very Small Aperture Terminal), hubungan dari satelit
ke beberapa penerima di bumi (Direct Broadcast Satellite/ DBS).
Link teresterial umumnya digunakan apabila kondisi alamnya tidak memungkinkan
atau terlalu mahal untuk dipasang media transmisi fisik, sebagai contoh komunikasi yang
melewati sungai atau rawa bahkan padang pasir. Frekuensi gelombang mikro adalah dari
1 – 40 GHz dan tipe antena gelombang mikro yang paling umum adalah berbentuk
parabola ‘dish’. Antena gelombang mikro biasanya ditempatkan pada ketinggian tertentu
di atas tanah untuk memperluas jarak antar antena dan mampu untuk melakukan
transmisi dengan baik. Gelombang mikro terestrial akan dapat dilewatkan dengan baik jika
dalam kondisi LOS (Line Of Sight), dengan jarak maksimum antara antena yang
ditetapkan sebagai berikut:
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 18
Dimana d adalah jarak antar antena (km), h adalah tinggi antena (meter) dan K adalah
faktor penyesuaian pantulan gelombang mikro terhadap lengkung bumi (K= 4/3)
Sedang untuk komunikasi radio lebih banyak digunakan untuk menghubungkan
komputer data (terminal berbasis komputer) dalam satu kota dengan komputer lokal
maupun komputer jarak jauh, dengan frekuensi radio dari 30 MHz s/d 1 GHz. Radio juga
sering digunakan untuk komunikasi tanpa kabel (wireless link) antara titik terminasi kabel
tetap (fixed wire termination point) dengan komputer yang terdistribusi. Transmitter radio
atau yang lebih dikenal dengan BTS juga menyediakan saluran tanpa kabel (cordless)
dengan masing-masing komputer / terminal user.
Perbedaan antara komunikasi radio dengan microwave adalah radio bersifat
omnidirectional sedang microwave bersifat terfokus. Tidak seperti microwave, radio
kurang sensitif terhadap redaman karena curah hujan.
2.4 GANGGUAN TRANSMISI
Gangguan transmisi berpengaruh pada melemahnya kualitas sinyal (pada sinyal
analog) dan akan muncul error bit (pada sinyal digital).
Jenis gangguan yang paling signifikan antara lain atenuasi kabel, delay propagasi, derau
(noise), crosstalk, dan lain-lain.
ATENUASI
Dikenal juga dengan istilah redaman, dalam hal ini meredam sinyal sehingga
kekuatan sinyal berkurang seiring dengan penambahan jarak yang ditempuh. Atenuasi
menimbulkan tiga pertimbangan untuk membangun transmisi, yakni:
1. Sinyal yang diterima harus cukup kuat.
2. Sinyal harus mempertahankan level yang lebih tinggi dibanding derau.
3. Atenuasi merupakan fungsi frekuensi yang meningkat.
Pada saat arus atau tegangan dipropagasikan sepanjang jalur pengiriman,
amplitudonya secara perlahan-lahan akan semakin berkurang. Prosentase berkurangnya
arus atau tegangan akan sebanding dengan panjang jalur komunikasi, karena semakin
jauh jarak maka daya yang diterima akan semakin kecil. Dalam kasus ini, yang diukur
adalah atenuasi (redaman) dan amplifikasi (penguatan). Keduanya biasa dikenal dengan
istilah ‘gain’ dengan satuan dB.
Perumusan redaman dan penguatan adalah sebagai berikut:
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 19
Atenuasi = 10 log10 (P1 / P2) dB
Amplifikasi = 10 log10 (P2 / P1) dB
dengan P1 : level daya sinyal yang ditransmisikan (Watt)
P2 : level daya sinyal terima (Watt)
Suatu atenuasi (redaman) adalah penguatan yang bernilai negatif (gain negatif).
Untuk gelombang mikro (dan frekuensi radio), atenuasi dinyatakan sebagai berikut:
dimana d adalah jarak dan λ adalah panjang gelombang.
DELAY PROPAGASI SINYAL
Pada saat pengiriman data melalui media transmisi sangat mungkin terjadi delay
propagasi transmisi, baik delay sinyal elektrik, optik ataupun radio. Untuk kondisi terbaik
adalah propagasi sinyal melalui udara dengan kecepatan cahaya (3x108 m/s), sedangkan
kecepatan propagasi untuk twisted pair dan coaxial adalah 2/3 dari kecepatan cahaya
(sekitar 2x108 m/s).
Pengukuran waktu delay tidak hanya untuk delay waktu transmit (dikenal dengan
delay transmission, Tx) tetapi juga delay propagasi dari suatu link, Tp. Kemudian dari
kedua besaran tersebut dapat ditentukan rasio delay propagasi terhadap delay transmisi
(rasio-a) sebagai berikut:
dengan Tp : delay propagasi (detik)
Tx : delay transmisi (detik)
S : jarak (meter)
V : kecepatan propagasi (m/s)
N : jumlah bit yang ditansmisikan
R : bit rate link (bps)
DERAU
Merupakan faktor utama yang membatasi performansi sistem komunikasi yang
berisikan sinyal-sinyal yang tidak diharapkan. Dibagi menjadi 4 kategori yaitu:
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 20
1. Derau Suhu
Adalah gejolak thermal elektron yang muncul di semua perangkat elektronik dan
media transmisi serta merupakan fungsi temperatur, dan dirumuskan sebagai berikut:
N0 = kT (W/Hz)
N = kTB (dBW)
2. Derau Intermodulasi
Derau yang terjadi bila sinyal-sinyal pada frekuensi yang berlainan menggunakan
media transmisi yang sama.
3. Crosstalk
Terjadi karena kopel yang tidak diharapkan di antara path sinyal, atau dapat pula
terjadi karena kopel elektrik di antara twisted pair yang berdekatan. Atau terjadi juga bila
sinyal tersebut disebarkan melalui gelombang mikro.
4. Derau Impuls
Tidak terjadi secara terus menerus. Terjadi pada pulsa-pulsa yang tidak beraturan
atau amplitudo yang terlalu tinggi, dapat pula terjadi karena gangguan elektromagnetik
eksternal seperti halilintar.
2.5 LINK POWER BUDGET
Pada sistem transmisi komunikasi data, perlu diperhitungkan juga mengenai
anggaran daya saluran (Link Power Budget). Perhitungan ini dimaksudkan supaya dalam
komunikasi antara Tx dan Rx dapat diketahui maksimal redaman yang diperbolehkan atau
yang diijinkan dengan terlebih dahulu mengetahui batas daya minimum di sisi Rx yang
masih diterima dengan baik (batas minimal daya terima yang masih ditoleransi).
Link Power Budget ini diaplikasikan dalam seluruh sistem komunikasi baik guided
maupun unguided, masing-masing dengan spesifikasi redaman dan margin tersendiri.
Bentuk persamaan umum dari Link Power Budget adalah sebagai berikut:
P2 = P1 - Loss total + Margin
Loss total = loss kabel + loss sambungan + loss konektor
Jenis-jenis loss dalam komunikasi data :
1. Loss Kabel (dB/km)
Adalah loss yang terdapat pada kabel karena struktur dan bahan dalam pembuatan
kabel itu sendiri.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 21
2. Loss Sambungan (dB/sambungan)
Adalah loss yang terdapat pada setiap sambungan yang mungkin terjadi pada
transmisi guided.
3. Loss Konektor (dB/konektor)
Biasanya terdapat pada komunikasi optik dengan konektor di sisi Tx dan Rx (2 buah
konektor).
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Tentukan besar kapasitas kanal pada transmisi multimedia dengan
bandwidth 20 MHz dan SNR 27 dB.
2. Tentukan besar noise temperatur (N) dalam dBmW jika dioperasikan
pada temperatur 60o K di atas temperatur kamar.
3. Diketahui kecepatan modulasi 2400 baud. Bila aliran bit data
dikelompokkan menjadi kuabit paralel dan memerlukan waktu 3 menit 54 detik,
tentukan nilai BER untuk 6 bit yang salah.
4. Jika diketahui jarak Tx – Rx = 50 km, tentukan tinggi antena yang
diperlukan.
5. Sebuah transmisi antara 2 DTE tersusun atas 3 bagian yaitu
atenuasi 12 dB dan amplifikasi 15 dB serta atenuasi 4 dB. Jika sensitivitas daya yang
diterima minimal sebesar 20 mW, tentukan besar daya yang harus dipancarkan (P1)
dalam dBW dengan 2 cara pengerjaan.
6. Sebuah saluran transmisi fiber optik (0,2 dB/km) sepanjang 28 km
mempunyai daya pancar 600 mW. Jika daya yang diterima sebesar 90 mW, tentukan
loss tiap sambungan jika terdapat 3 buah sambungan dengan loss konektor masing-
masing 0,2 dB/konektor dan margin 2 dB.
7. Blok data 105 bit ditransmisikan pada suatu sistem full duplex.
Tentukan besar nilai rasio-a jika masing-masing link data mempunyai spesifikasi
sebagai berikut :
a. 60 km fiber optik dengan kecepatan 3 Mbps
b. 2500 km siskomsat dengan kecepatan 20 Mbps
8. Jelaskan disertai gambar tentang transmisi serial sinkron dan
asinkron.
9. Jelaskan tentang karakteristik guided medium berdasarkan
pembagiannya.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 22
BAB III
PENGKODEAN DATA
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan mengenai teknik pengkodean data.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
1. Memahami jenis-jenis pengkodean digital (modulasi digital).
2. Memahami jenis-jenis modulasi analog.
3. Memahami jenis-jenis dan aplikasi multiplexing.
Dalam sistem telekomunikasi, proses pengiriman data dari pengirim ke penerima
perlu menggunakan suatu teknik transmisi antara lain meliputi modulasi (penumpangan
sinyal informasi) dan multiplexing (penggabungan sinyal informasi). Teknik transmisi ini
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dalam pengiriman data serta memaksimalkan
media transmisi yang digunakan.
Modulasi merupakan proses penumpangan sinyal informasi (sinyal pemodulasi) ke
suatu sinyal pembawa (sinyal carrier) sedemikian hingga mempengaruhi pola kelakuan
parameter-parameter (amplitudo, frekuensi dan fasa) sinyal pembawa tersebut.
Untuk komunikasi data digital, sinyal output dikeluarkan oleh komputer dan
disalurkan ke media transmisi berupa sinyal digital. Sinyal digital mempunyai kelemahan
yaitu kemampuan transmisinya pendek karena pengaruh redaman maupun noise yang
cukup tinggi pada media transmisinya. Sedangkan analog mampu mencapai jarak yang
cukup jauh bahkan dengan mudah sinyal analog dapat diperkuat untuk mencapai jarak
pengiriman yang sangat jauh. Oleh karena itu, sinyal analog dimanfaatkan sebagai sinyal
pembawa dalam transmisi data.
Karena output sinyal komputer adalah sinyal digital, maka sebelum ditransmisikan
sinyal tersebut diubah terlebih dahulu menjadi sinyal analog dengan menggunakan teknik
modulasi.
Pengkodean data dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik modulasi,
baik modulasi analog ataupun modulasi digital. Berikut adalah definisi-definisi pengkodean
data dari data analog / digital menjadi sinyal analog / digital yang dipilih tergantung pada
persyaratan tertentu yang harus dipenuhi serta fasilitas-fasilitas komunikasi dan media
yang tersedia.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 23
Data digital, sinyal digital : bentuk paling sederhana dari pengkodean digital,
dari data digital ditetapkan satu level voltase untuk biner satu dan lainnya untuk biner
nol. Bentuk pengkodeannya tergantung dari jenis format pengkodean seperti NRZ-L,
NRZ-I, Bipolar AMI, Manchester dan lain-lain.
Data digital, sinyal analog : sebuah modem mengubah data digital menjadi
sinyal analog sehingga dapat ditransmisikan sepanjang saluran analog. Teknik
dasarnya adalah ASK, FSK dan PSK. Ketiganya mengubah satu karakter atau lebih
suatu siinyal pembawa agar bisa menampilkan data biner.
Data analog, sinyal digital : data analog, misalnya suara dan video, diubah ke
bentuk sinyal digital agar mampu menggunakan fasilitas-fasilitas transmisi digital.
Teknik yang paling sederhana adalah PCM, yang melibatkan pengambilan sampel
analog secara periodik dan mengkuantisasi sampel.
Data analog, sinyal analog : data analog dimodulasi oleh suatu frekuensi
pembawa agar menghasilkan sinyal analog dalam band frekuensi yang berlainan,
yang dapat digunakan pada sistem transmisi analog. Teknik dasar untuk ini adalah
AM dan FM.
3.1 DATA DIGITAL, SINYAL DIGITAL
Suatu sinyal digital merupakan deretan pulsa voltase terputus-putus yang berlainan
yang masing-masing memiliki ciri-ciri tersendiri. Setiap pulsa merupakan sebuah elemen
sinyal. Data biner ditransmisikan melalui pengkodean setiap bit data kedalam elemen-
elemen sinyal.
Dalam pengkodean sinyal digital, kita perlu menentukan beberapa hal. Bila semua
elemen-elemen sinyal memiliki tanda yang sama (yaitu semua positif atau negatif),
kemudian sinyal tersebut disebut unipolar. Sedangkan dalam persinyalan bipolar, satu
pernyataan logika ditampilkan melalui level voltase positif, dan yang lainnya melalui level
voltase negatif.
Definisi Format Pengkodean Sinyal Digital adalah:
Non Return to Zero – Level (NRZ-L)
0 = level tertinggi
1 = level terendah
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 24
Non Return to Zero – Inverted (NRZ-I)
0 = tanpa transisi pada permulaan interval (satu bit waktu)
1 = ada transisi pada permulaan interval bipolar
Bipolar – AMI
0 = tanpa sinyal pada jalur
1 = level positif / negatif, alternatif untuk satu yang berturut-turut
Pseudoternary
0 = level positif / negatif, alternatif untuk nol yang berturut-turut
1 = tanpa sinyal pada jalur
Manchester
0 = transisi dari tinggi ke rendah di pertengahan interval
1 = transisi dari rendah ke tinggi di pertengahan interval
Differensial Manchester
Selalu terdapat transisi di pertengahan interval
0 = ada transisi di permulaan interval
1 = tidak ada transisi di permulaan interval
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 25
B8ZS
Sama sebagai bipolar AMI, kecuali bila suatu deretan nol delapan digantikan oleh
dua deretan kode penyimpangan.
HDB3
Sama sebagai bipolar AMI, kecuali bila suatu deretan nol empat digantikan oleh
satu deretan dari kode penyimpangan.
Skema pengkodean yang biasanya digunakan di Amerika Utara dikenal sebagai
Bipolar 8 Zeros Substitution (B8ZS). Skema pengkodean ini didasarkan atas bipolar-AMI,
dengan aturan sebagai berikut:
Bila suatu oktaf dari semua nol muncul dan pulsa voltase terakhir dari oktaf
sebelumnya adalah positif, maka dihasilkan delapan nol oktaf yang ditandai dengan
kode 000+-0-+
Bila suatu oktaf dari semua nol muncul dan pulsa voltase terakhir dari oktaf
sebelumnya adalah negatif, maka dihasilkan delapan nol oktaf yang ditandai
dengan kode 000-+0+-
Skema pengkodean yang biasanya di Eropa dan Jepang disebut sebagai kode
High Density Bipolar 3 (HDB3). Skema pengkodean ini didasarkan atas bipolar-AMI, dengan
aturan sebagai berikut:
Polaritas pulsa
sebelumnya
Jumlah pulsa bipolar sejak penyimpangan terakhir
Ganjil Genap
Negatif 000- +00+
Positif 000+ -00-
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST
Manchester
D. Manchester
0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1
26
3.2 DATA DIGITAL, SINYAL ANALOG
Pada aliran bit berkecepatan tinggi, bit-bit data harus disandikan sebelum proses
modulasi. Bit-bit yang berdekatan dapat dipasangkan satu sama lain untuk membentuk
dibit. Setiap dibit dapat disajikan dengan sebuah perubahan pada bentuk gelombang
termodulasi sehingga perubahan tersebut hanya terjadi untuk separuh cacah perubahan
sebelumnya. Sehingga laju baud dari jalur hanya separuh laju bit. Untuk pengurangan
yang lebih besar dari dari rasio laju baud dengan laju bit, bit-bit yang menyusun aliran data
dapat dikelompokkan membentuk tribit, quadbit, bahkan sampai heksabit.
Amplitudo Shift Keying (ASK)
Modulasi ASK dapat dipandang sebagai modulasi amplitudo dengan pemodulasi
sinyal data biner seperti halnya pada modulasi analog AM. Jadi sinyal ASK
merepresentasikan sinyal data biner dengan level amplitudo yang berbeda.
Gambar Sinyal Modulasi ASK
Bandwidth transmisi BT untuk ASK dalam bentuk:
BT = (1 + r)R
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 27
Dengan R adalah bit rate dan r (roll off factor) berkaitan dengan teknik filtering pada sinyal
untuk menetapkan bandwidth transmisi, untuk filter ideal nilai r = 0 namun pada praktiknya
berkisar 0 < r < 1.
Frequency Shift Keying (FSK)
Seperti halnya pada modulasi FM, tetapi jika sinyal yang memodulasi tersebut
hanya mempunyai dua harga tegangan ‘0’ dan ‘1’, maka proses modulasi tersebut dapat
diartikan sebagai proses penguncian frekuensi sinyal. Hasil gelombang FM yang
dimodulasi oleh data biner disebut FSK. Jadi modulasi FSK adalah sinyal FM dengan
pemodulasi biner yang hanya mempunyai dua harga 0 (untuk frekuensi yang lebih tinggi)
dan 1 (untuk frekuensi yang lebih rendah) yang direpresentasikan dengan harga bipolar.
Gambar Sinyal Modulasi FSK
Bandwidth untuk FSK dinyatakan dengan:
BT = 2∆F + (1 + r)R
dimana ∆F = f2 – fc = fc – f1, atau dengan kata lain 2∆F = selisih kedua frekuensi pada
FSK.
Phase Shift Keying (PSK)
Untuk jenis modulasi PSK ini yang paling sering digunakan adalah modulasi
Differensial PSK (DPSK). Modulasi pergeseran fase bekerja dengan menggeser fase dari
gelombang pembawa sinus antara dua nilai yang berbeda untuk menyajikan isyarat digital.
Fase pembawa digeser 180o untuk setiap perubahan bit biner. Variasi dari modulasi ini
lebih banyak digunakan karena pada modulasi ini perubahan fase dapat digunakan untuk
menyajikan dibit (dengan 4 perubahan fase) atau tribit (dengan 8 perubahan fase). Contoh
pada modem DPSK yang beroperasi pada 4800 bps menyandikan data menjadi tribit.
Dalam tribit ada 8 kemungkinan kombinasi yang berbeda, sehingga diperlukan 8
perubahan fase. Jadi data rate 4800 bps dapat dikirimkan dengan laju 1600 baud.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 28
Gambar Sinyal Modulasi PSK
Bandwidth transmisi BT untuk PSK sama seperti ASK:
BT = (1 + r)R
Untuk M-ary PSK, bandwidth tergantung pada pengelompokan bitnya atau juga pada baud
rate-nya, seperti misalnya 4-PSK, 8-PSK, 16-PSK dan lain-lain. Informasi tersebut dapat
dikaitkan dengan efisiensi bandwidth (R/BT) yaitu melalui persamaan berikut:
dimana (Watt)
Sehingga persamaannya menjadi:
Untuk pensinyalan tertentu, BER dapat dikurangi dengan cara meningkatkan Eb/ No yang
dapat diperoleh dengan meningkatkan bandwidth atau dengan mengurangi data rate.
Dengan kata lain, dengan mengurangi efisiensi bandwidth.
Gambar Grafik Eb/N0 vs. BER
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 29
Quadrature Amplitude Modulation (QAM)
QAM termasuk teknik modulasi digital yang merupakan gabungan dari teknik
modulasi fasa dan modulasi amplitudo (APK). Jadi beberapa bit dibawa oleh sinyal carrier
dalam bentuk perubahan fasa dan beberapa bit lainnya untuk perubahan amplitudo. Untuk
mendapatkan hasil yang handal pada laju yang tinggi maka digunakan penambahan
penyandian dalam dalam pengelompokan bit untuk setiap simbol.
Gambar Diagram Konstelasi QAM
3.3 DATA ANALOG, SINYAL DIGITAL
1. Pulse Code Modulation (PCM)
Merupakan salah satu proses pengubahan sinyal analog menjadi sinyal digital.
Dalam implementasinya, PCM beberapa sinyal analog merupakan aplikasi teknik
multiplexing yaitu menggabungkan beberapa sinyal menjadi satu deretan sehingga dapat
dikirim secara serentak. Sebagai contoh adalah PCM 24 (Eropa) dan PCM 30 (Amerika).
Gambar Diagram Blok PCM
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 30
Pada pengirim PCM, prosesnya meliputi :
1. Pencuplikan (sampling)
Proses sampling adalah proses pengambilan sampel dari sinyal suara dengan
lebar pita frekuensi antara 300-3400 Hz, dimana proses ini dikerjakan oleh modulator
amplitudo. Prinsip kerja dari sampler ini sama seperti pintu (gate) atau saklar, yang
membuka dan menutup dengan periode waktu yang tertentu dan kontinyu. Membuka
dan menutupnya pintu (gate) atau saklar ini dikerjakan oleh suatu frekuensi, yang
dikenal sebagai frekuensi sampling.
Gambar Proses Sampling
2. Kuantisasi (quantizing)
Proses kuantisasi merupakan proses menentukan nilai level segment
amplitudo sampling. Ada 2 cara teknik kuantisasi, yaitu: Uniform Quantizing dan Non
Uniform Quantizing
Gambar Proses Quantizing
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 31
3. Pengkodean (coding).
Proses coding merupakan proses pengkodean besaran amplitudo sampling ke
bentuk kode digital menjadi bit-bit kode biner sesuai dengan level amplitudo yang
sudah ditentukan.
Berikut adalah contoh proses modulasi dan multiplexing pada PCM 30:
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 32
3.1 DATA ANALOG, SINYAL ANALOG
1. Amplitudo Modulation (AM)
Merupakan proses modulasi yang mengubah amplitudo sinyal pembawa (high
frequency) sesuai dengan sinyal pemodulasinya atau sinyal informasinya (low frequency).
Untuk lebih mudahnya, bentuk sinyal pemodulasi, sinyal pembawa dan sinyal hasil
modulasi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar Sinyal Modulasi Amplitudo
2. Frequency Modulation (FM)
Merupakan teknik modulasi dimana kerapatan frekuensi sinyal pembawa berubah-
ubah sebanding dengan besarnya amplitudo sinyal informasi. Bentuk gelombang FM dan
proses modulasinya tampak pada gambar berikut:
Gambar Sinyal Modulasi Frekuensi
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 33
3.5 MULTIPLEXING
Adalah proses untuk mengkombinasikan aliran-aliran data yang berasal dari
sejumlah kanal data yang berkecepatan rendah untuk membentuk aliran data bit
gabungan berkecepatan tinggi. Multiplexing juga merupakan cara penggunaan kanal
transmisi secara bersama-sama.
Gambar Skema Dasar Multiplexing
Terdapat beberapa macam teknik multiplexing, antara lain yaitu:
a. Frequency Division Multiplexing (FDM)
Digunakan pada kabel dan radio link, yaitu dengan memodulasi sinyal-sinyal dari
berbagai user ke dalam carrier pada frekuensi yang berbeda. Sinyal-sinyal yang telah
termodulasi kemudian dapat menggunakan lintasan (path) yang sama baik yang melaui
kabel ataupun udara.
Untuk lebih jelasnya, lihat gambar skema FDM berikut ini:
Gambar Skema FDM
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST
Komputer Modem MultiplexerModem
Terminal
Terminal
Terminal
TerminalMultiplexer
34
b. Time Division Multiplexing (TDM)
Sistem TDM ini mengirimkan sekelompok aliran data melewati jalur telepon
berkecepatan tinggi. Sistem TDM merupakan sistem serial, karena tiap sinyal data dari
masing-masing user berurutan dan ditempatkan dalam slot waktu (time slot). Bentuk dari
TDM adalah PCM-30 seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Gambar skema TDM
c. Wavelength Division Multiplexing (WDM)
Adalah suatu teknik penggabungan sinyal pada sistem komunikasi optik
berdasarkan pembagian panjang gelombang. Dengan WDM, cahaya mengalir melalui
serat yang terdiri dari berbagai macam warna, atau panjang gelombang, masing-masing
membawa kanal data yang terpisah. Dengan kata lain, multiplexer ini dapat
mentransmisikan sinyal-sinyal yang berbeda panjang gelombang ke dalam satu serat
optik.
Secara paralel ke dalam multiplexer dimasukkan sinyal-sinyal yang berasal dari
berbagai transmitter dengan panjang gelombang sendiri-sendiri. Sinyal ditransmisikan
secara serentak melalui satu serat optik dan selanjutnya dipisahkan oleh demultiplexer
untuk disampaikan ke berbagai receiver.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 35
Gambar Skema WDM
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Untuk bit stream 1011010010, buatlah bentuk gelombang dengan
pengkodean digital Differensial Manchester, Pseudoternary dan HDB3.
2. Buatlah kode-kode pensinyalan dari data stream berikut:
101101000111
a. Jika pengkodean menggunakan QPSK dan 8-QAM ( asumsi bebas )
b. Jika pengkodean menggunakan ASK dan FSK
3. Tentukan efisiensi bandwidth untuk PSK dan QPSK jika diketahui
Eb/No sebesar 12,8 dB pada suatu kanal jika diketahui perbandingan S/N = 12.
4. Tentukan efisiensi bandwidth untuk FSK, ASK, PSK dan 8-PSK
untuk laju kesalahan bit sebesar 5x10-7 pada suatu kanal yang memiliki SNR sebesar
11 dB. ( rumus : Eb/No = S/N x BT/R )
5. Sebuah sinyal audio mempunyai komponen spektral dari 300
sampai dengan 3400 Hz. Asumsikan bahwa rate pengambilan sampel adalah 7000
sampel per detik. Jika digunakan sistem PCM, maka tentukan :
a. Untuk SNR = 40 dB, berapa jumlah level kuantisasinya ?
b. Berapa kecepatan datanya ?
6. Sebut dan jelaskan jenis-jenis multiplexing yang anda ketahui !
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 36
BAB IV
FLOW CONTROL DAN ERROR CONTROL
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan mengenai teknik kendali aliran (flow
control) dan teknik kendali kesalahan (error control)
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
1. Memahami jenis-jenis teknik kendali aliran (teknik flow control)
2. Memahami jenis-jenis teknik kendali kesalahan (teknik error control).
3. Menjelaskan perbedaan teknik error detection dan error correction.
Pada saat transmisi data, kemungkinan bisa terjadi kesalahan terhadap data yang
diterima. Begitu juga dengan receiver yang perlu mengatur rate terhadap data yang
diterimanya dikarenakan teknik sinkronisasi dan interfacing saja tidak cukup. Dengan
demikian perlu untuk membuat lapisan kontrol pada setiap perangkat komunikasi yang
menyediakan fungsi seperti flow control, pendeteksian kesalahan dan error control.
Lapisan kontrol ini disebut data link control protocol.
Flow control memungkinkan receiver mengatur arus data dari pengirim sehingga
buffer pada receiver tidak sepenuhnya terpakai. Sedangkan pendeteksian kesalahan
ditunjukkan melalui penghitungan kode pendeteksian kesalahan yang merupakan fungsi
bit-bit yang sedang ditransmisikan. Kode ini disertakan pada bit-bit data yang
ditransmisikan. Receiver menghitung kode berdasarkan atas bit-bit yang masuk dan
membandingkannya dengan kode yang datang untuk mengecek adanya kesalahan.
Pada protokol data link control, error control diperoleh melalui pentransmisian ulang
(retransmisi) frame-frame yang rusak yang tidak dibalas atau bila ada yang mengajukan
permintaan transmisi ulang semacam itu.
4.1 KENDALI ALIRAN (FLOW CONTROL)
Metode flow control merupakan masalah penting yang terdapat pada data link
layer, karena hal itu berkaitan dengan utilisasi dan throughput saluran yang digunakan.
Pengaturan rate transmisi dari karakter atau frame yang melewati saluran diperlukan agar
frame data yang dikirim dapat tertampung di buffer penerima tanpa adanya overloaded.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 37
Pada dasarnya, flow control adalah teknik untuk memastikan bahwa transmitter tidak
membanjiri receiver dengan data, karena suatu receiver biasanya hanya mengalokasikan
penyangga data dengan panjang maksimum untuk transfer.
Data dikirim dalam deretan frame dimana masing-masing dari frame berisikan
bagian-bagian data serta beberapa kontrol informasi. Waktu yang dipergunakan station
untuk memancarkan seluruh bit dari frame ke media disebut ”waktu transmisi” dan
sebanding dengan panjang frame. Sedangkan ”waktu perambatan” adalah waktu yang
diambil bit untuk melintasi jalur di antara sumber dan tujuan.
Mekanisme yang umum pada metode flow control adalah:
1. Stop and Wait Flow Control
2. Sliding Window Flow Control
1. STOP AND WAIT FLOW CONTROL
Merupakan bentuk paling sederhana dari flow control, dan juga merupakan jenis
sliding window dengan ukuran 1 baik di sisi pengirim maupun penerima. Walaupun tidak
efisien dalam penggunaan bandwidth-nya, metode ini memerlukan kapasitas buffer yang
paling sedikit. Berikut adalah proses kerja dari Stop and Wait Flow Control:
Sumber mengirimkan frame
Setelah tujuan menerima frame, maka akan mengirim balasan bahwa frame baru
diterima dan siap menerima frame berikutnya.
Sumber menunggu balasan diterima sebelum mengirim frame berikutnya.
Stop and Wait Flow Control kurang efisien jika:
* Digunakan pada multiple frame (pemecahan frame menjadi blok-blok data yang lebih
kecil) untuk sebuah pesan tunggal.
* Digunakan untuk data rate yang tinggi.
* Digunakan untuk jarak yang sangat jauh antara Tx dan Rx.
2. SLIDING WINDOW FLOW CONTROL
Pada dasarnya, kendali aliran jenis penggeseran jendela dipakai supaya dapat
meningkatkan efisiensi jalur dengan cara membiarkan multiple frame diangkut dalam
waktu yang sama. Hal ini bisa terjadi untuk hubungan 2 station yang bersifat full duplex,
dimana setiap station juga mengalokasikan ruang penyangga (buffer) untuk frame-frame
yang akan dikirimkan. Berikut adalah proses kerja dari Sliding Window Flow Control:
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 38
Sumber mengirimkan frame tanpa menunggu balasan apapun
Tujuan membalas frame (tunggal maupun multiple) dengan cara mengirim balasan
berupa control message yang memuat urutan nomor frame yang diinginkan untuk
dikirim selanjutnya.
Sumber menerima balasan dari tujuan dan siap mengirimkan frame yang diminta,
maksimal frame yang dikirim disesuaikan dengan ukuran window-nya.
4.2 KENDALI KESALAHAN ( ERROR CONTROL )
Untuk menerapkan metode error control ini diperlukan adanya teknik deteksi
kesalahan (error detecting techniques), seperti yang telah dipelajari pada subbab
sebelumnya. Prinsip kerjanya yaitu dengan menambahkan bit-bit dengan pola tertentu
pada setiap frame yang ditransmisikan. Pola bit ini tergantung pada jenis kode yang
digunakan dan isi frame. Adanya bit-bit tambahan (redundant bits) ini adalah untuk
memeriksa ada tidaknya error pada kode yang diterima.
Pada umumnya metode pengontrolan kesalahan dibagi menjadi dua bagian, yaitu
Forward Error Control (FEC) dan Backward Error Control (BEC).
1. FORWARD ERROR CONTROL (FEC)
FEC merupakan mekanisme pengontrolan dengan cara menambahkan sejumlah bit
kontrol pada bit data sehingga penerima akan mendeteksi dan tahu dimana error
terjadi. Proses koreksi dilakukan dengan membalikkan bit yang error.
Selanjutnya, untuk menerapkan metoda BEC diperlukan teknik pengkodean yang
memiliki kemampuan untuk mendeteksi adanya error (error detecting). Atau dengan kata
lain FEC diperlukan untuk mendukung kinerja BEC. Jenis-jenis error detecting antara lain
yaitu:
PARITY BIT ( BIT PARITAS )
Pada metode ini digunakan bit paritas, yaitu bit tambahan yang disertakan pada
setiap karakter bit untuk mendeteksi kesalahan. Penambahan bit paritas dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu bit paritas genap dan bit paritas ganjil. Bit paritas ini hanya efektif untuk
deteksi 1 bit yang salah untuk setiap karakter. Pembahasan mengenai bit paritas dapat
dilihat pada bab II.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 39
CYCLIC REDUNDANCY CHECK ( CRC )
Pada operasi ini, menggunakan modulo-2 aritmatika yaitu operasi aritmatika biner
tanpa pembawa (carry), yang hanya merupakan operasi Exclusive-OR (Ex-OR).
Cara paling mudah untuk memahami prinsip kerja CRC yaitu dengan
mendefinisikan beberapa point berikut:
M (message); adalah urutan bit yang akan dikodekan
P (pattern / generator polynomial); adalah urutan bit yang mentukan sifat kode CRC
dan codeword yang dihasilkan
R (remainder / residu); adalah sisa pembagian yang berfungsi sebagai FCS (Frame
Check Sequence), akan dihitung.
n adalah banyaknya bit R, besarnya sama dengan (banyaknya bit P dikurangi 1)
T (transmitted frame); adalah codeword yang ditransmisikan
V (received frame); adalah codeword yang diterima
PERHITUNGAN CRC
Terdapat dua cara perhitungan CRC:
1. Bentuk Umum (Biasa)
Kalikan M dengan 2n, dengan kata lain tambahkan n buah bit 0 dia akhir M
Bagi 2nM dengan P, sisanya adalah R.
Tentukan T = 2nM + R
Lakukan pengecekan di sisi penerima dengan cara sebagai berikut:
Misalkan tidak terjadi error, maka codeword yang diterima (V) akan sama
dengan codeword yang dikirimkan (T), atau dirumuskan sebagai berikut:
V = T = 2nM + R
Bagi V dengan P yang sama.
Jika sisanya sama dengan nol (R=0) artinya tidak terdapat error.
Jika sisanya tidak sama dengan nol (R≠0) artinya terdapat error.
2. Bentuk Polynomial
Buat data sebagai polynomial M(X) dengan bit sebagai koefisien.
Kalikan message polynomial M(X) dengan pangkat tertinggi dari generator
polynomial P(X) menjadi XnM(X)
Hasil perkalian tersebut dibagi dengan generator polynomial P(X).
Hasilnya adalah polynomial Q(X) dan sisanya adalah polynomial R(X)
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 40
Tambahkan nilai sisa pembagian R(X) tersebut ke XnM(X) untuk ditransmisikan,
sehingga:
T(X) = XnM(X) + R(X)
Pada sisi penerima, data yang diterima V(X) akan dibagi dengan generator
polynomial yang sama yaitu P(X). Hasilnya harus sama dengan nol yang berarti
tidak terdapat kesalahan.
Keterangan:
T(X) : (k + n)-bit frame yang ditransmisikan, dengan n < k
V(X) : (k + n)-bit frame yang diterima, dengan n < k
M(X) : k-bit pesan, bit k pertama dari T(X)
R(X) : n-bit FCS, bit n terakhir dari T(X) setelah dilakukan operasi aritmatika
atau disebut juga remainder atau residu (sisa)
P(X) : generator polynomial (pembagi) dengan pola n + 1 bit
Q(X) : quotient (hasil bagi dari operasi aritmatika)
Beberapa P(X) yang sering digunakan:
CRC-12 = X12 + X11+ X3+ X+ 1
CRC-16 = X16+ X15+ X2+ 1
CRC-CCITT = X16+ X12+ X5+ 1
CRC-32 = X32+ X26+ X23+ X22+ X16+ X12+ X11+ X10+ X8+ X7+ X5+ X4+ X2+X+1
ERROR CORRECTING CODE (ECC)
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan menyangkut error code. Pertama, semua
error corecting code juga memiliki kemampuan error detecting. Jadi error corecting code
dapat juga digunakan untuk metoda BEC. Kemampuan memperbaiki kesalahan pada
error corecting code dapat menurunkan tingkat kesalahan bit (BER). Kedua, error
corecting code umumnya memerlukan redundant bit yang lebih banyak dibanding error
detecting code. Semakin besar kemampuan deteksi dan koreksinya maka redundant bit
juga akan semakin banyak. Ketiga, semua error code mempunyai batas kemampuan
deteksi. Pada error corecting code, kemampuan koreksinya lebih kecil daripada
kemampuan deteksi. Jika error yang terjadi melebihi kemampuan deteksinya maka error
tersebut dapat tidak terdeteksi.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 41
Pada dasarnya ECC lebih dari sekedar error detecting tetapi mampu berfungsi
sebagai error correcting. Error correcting yang akan dibahas di sini menggunakan kode
Hamming. Kode Hamming mempunyai kemampuan koreksi 1 bit. Redundant bit (check
bit) berada pada posisi bit ke-2n, dimana posisi 1 adalah posisi bit paling kanan.
Contoh: suatu karakter ASCII-7 bit (1001101) akan dikodekan dengan kode
Hamming. Codeword yang dihasilkan akan terdiri dari 11 bit dengan 4 check bit yang
berada pada posisi 1, 2, 4 dan 8.
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
1 0 0 x 1 1 0 x 1 x x
x adalah check bit yang akan dihitung.
Cara penghitungan x yaitu dengan menjumlahkan (bentuk aritmatika modulo-2)
bilangan biner (dengan banyak bit sebanyak check bit) yang mewakili posisi bit ‘1’ pada
codeword. Pada contoh di atas, bit ‘1’ berada pada posisi 3, 6, 7, dan 11, sehingga:
3 = 0 0 1 1
6 = 0 1 1 0
7 = 0 1 1 1
11 = 1 0 1 1
Check bit = 1 0 0 1
Jadi codeword yang dihasilkan adalah 10011100101
Misalkan saat pengiriman terjadi error pada bit ke-11 sehingga codeword yang
diterima 00011100101. Untuk mencari letak bit yang salah dapat dilakukan dengan cara
yang sama seperti tadi yaitu dengan menjumlahkan (aritmatika modulo-2) bilangan biner
(dengan banyak bit sebanyak check bit) yang mewakili posisi bit ‘1’ pada codeword
tersebut. Pada contoh di atas, bit ‘1’ berada pada posisi 1, 3, 6, 7, dan 8, sehingga:
1 = 0 0 0 1
3 = 0 0 1 1
6 = 0 1 1 0
7 = 0 1 1 1
8 = 1 0 0 0
Error bit = 1 0 1 1
Jadi, error berada pada posisi bit ke (1011)2 = 11 sehingga codeword hasil koreksi adalah
10011100101. Terlihat bahwa kode Hamming mampu mengoreksi error 1 bit.
Jika hasil penjumlahan adalah 0 berarti tidak terdapat error. Kode Hamming dapat
juga mendeteksi error 2 bit, tetapi tidak dapat mengoreksi. Hasil penjumlahan tida sama
dengan 0, tetapi tidak bisa menunjukkan posisi error bit.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 42
2. BACKWARD ERROR CONTROL (BEC)
BEC merupakan mekanisme pengontrolan dimana jika terdapat kesalahan pada
pengiriman frame maka stasiun tujuan akan meminta kembali frame yang rusak tadi,
hingga frame yang benar-benar baik akan diterima. Metode ini dikenal dengan istilah
Automatic Repeat Request (ARQ). Efek ARQ ini adalah mengubah jalur data yang tidak
handal menjadi sebaliknya.
Pengontrolan kesalahan berkaitan dengan mekanisme untuk mendeteksi dan
memperbaiki kesalahan yang terjadi pada pentransmisian frame. Kita mengakui
kemungkinan adanya dua jenis kesalahan, yaitu:
Hilangnya frame
Frame gagal mencapai sisi lain. Sebagai contoh, derau yang kuat bisa merusak frame
sampai pada tingkat dimana receiver tidak menyadari bahwa frame sudah
ditransmisikan.
Kerusakan frame
Frame diakui telah tiba, namun beberapa bit mangalami kesalahan (sudah berubah
selama transmisi).
Teknik yang paling umum untuk mengontrol kesalahan didasarkan atas beberapa
atau seluruh unsur berikut ini:
Pendeteksian kesalahan
Sama dengan yang dibahas pada bagian sebelumnya.
Balasan positif
Tujuan mengembalikan balasan positif untuk frame bebas-kesalahan yang diterima
dengan baik.
Retransmisi setelah waktu habis
Sumber melakukan retransmisi (transmisi ulang) frame yang belum dibalas setelah
beberapa saat tertentu.
Balasan negatif dan retransmisi
Tujuan mengembalikan balasan negatif kepada frame yang dideteksi mengalami
kesalahan, kemudian sumber melakukan retransmisi terhadap frame yang semacam
itu.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 43
Tiga versi ARQ yang sudah distandarisasi adalah:
Stop-and-wait ARQ
Go-back-N ARQ
Selective-reject ARQ
STOP-AND-WAIT ARQ
Didasarkan atas teknik kontrol arus stop-and-wait dimana stasiun sumber
mentransmisikan sebuah frame tunggal dan kemudian harus menunggu balasan (ACK).
Tidak ada data frame yang dikirim sampai jawaban stasiun tujuan tiba di stasiun sumber.
Ada dua jenis kesalahan yang dapat terjadi. Pertama, frame yang tiba ditujuan bisa
mengalami kerusakan. Untuk menghitung kemungkinan ini, stasiun sumber dilengkapi
dengan sebuah pencatat waktu. Setelah frame ditransmisikan, stasiun sumber menunggu
balasan. Bila tidak ada balasan yang diterima sampai waktu yang ditentukan pencatat
waktu habis, kemudian dikirim frame yang sama. Perhatikan bahwa metode ini
mengharuskan transmitter mempertahankan tiruan frame yang ditransmisikan sampai
balasan diterima oleh frame tersebut. Kedua, kerusakan pada balasan. Frame diterima
baik oleh stasiun tujuan yang meresponnya dengan memberi balasan positif (ACK), tetapi
dalam perjalanannya ACK mengalami kerusakan sehingga tidak diakui oleh sumber
karena keluar dari batas waktu. Oleh karena itu, sumber kembali mengirim frame yang
sama.
Kelebihan utama Stop and Wait ARQ adalah kesederhanaannya, sedangkan
kekurangan utamanya karena merupakan mekanisme yang tidak efisien.
GO BACK-N ARQ
Pada metode ini, sumber bisa mengirim beberapa deretan frame yang berurutan.
Bila tidak terjadi suatu kesalahan, stasiun tujuan akan memmbalas frame yang datang
seperti biasa (RR = Receive Ready). Bila stasiun tujuan mendeteksi suatu kesalahan pada
sebuah frame, maka akan mengirim balasan negatif (REJ = Reject) untuk frame tersebut.
Stasiun tujuan kemudian membuang frame itu dan semua frame-frame yang nantinya
akan datang, sampai frame yang mengalami kesalahan diterima kembali dengan benar.
Jadi, sumber bila menerima REJ harus melakukan retransmisi terhadap frame yang
mengalami kesalahan tersebut plus semua frame pengganti yang ditransmisikan
sementara. Perlu dicatat bahwa transmitter harus menjaga tiruan semua frame yang tidak
dibalas.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 44
SELECTIVE-REJECT ARQ
Dengan Selective-Reject ARQ, frame yang diretransmisikan adalah hanya frame
yang menerima balasan negatif (SREJ) atau frame yang sudah melebihi batas waktu yang
ditentukan. Selective Reject lebih efisien dibanding Go Back-N ARQ, karena
meminimalkan jumlah retransmisi. Dengan kata lain, receiver harus mempertahankan
buffer sebesar mungkin untuk menyimpan tempat bagi frame SREJ sampai frame yang
rusak diretransmisi, serta harus memuat logika untuk diselipkan kembali frame tersebut
pada urutannya yang tepat. Selain itu, transmitter juga memerlukan logika yang lebih
kompleks agar mampu mengirimkan frame di luar urutan. Karena komplikasi semacam itu,
Selective Reject ARQ tidak terlalu banyak digunakan.
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Diketahui suatu data sebagai berikut :
M = X10 + X9 + X6 + X5 + X3 + X + 1
P = X6 + X3 + X + 1
a. Tentukan R(X), Q(X) dan T(X)
b. Buktikan jika V(X) yang diterima tanpa error
2. Sebut dan jelaskan tentang metode error control ARQ
3. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari metode Stop and Wait ARQ.
4. Sebutkan keuntungan dan kerugian masing-masing Go Back-N dan Selective
Reject ARQ.
5. Jelaskan perbedaan mendasar antara FEC dan BEC
6. Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan adanya proses retransmisi pada metode
BEC.
7. Gambarkan proses retransmisi pada error control yang menggunakan Idle ARQ
modulo-8 untuk beberapa berikut :
a. Frame 5 diterima rusak
b. Frame balasan ACK 0 hilang
c. Frame 4 hilang
d. Frame balasan NAK 2 hilang
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 45
BAB V
PERANGKAT KOMUNIKASI DATA
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan fungsi perangkat komunikasi data.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
1. Memahami jenis-jenis perangkat dasar komunikasi data
2. Memahami fungsi dari masing-masing perangkat komunikasi data
3. Menjelaskan aplikasi perangkat ke dalam sistem komunikasi data secara
sederhana.
Dalam komunikasi data diperlukan adanya perangkat atau komponen yang
mendukung kelancaran proses pertukaran data. Perangkat yang mendukung
terselenggaranya komunikasi data secara sederhana, antara lain yaitu: terminal (PC/DTE,
host), modem (DCE), dan RS 232 C (Interface).
5.1 TERMINAL DATA
Komputer dalam hal ini dapat berfungsi menjadi host maupun terminal. Berikut
adalah definisi keduanya:
Komputer Pusat (host)
Adalah sistem komputer yang memungkinkan satu pemakai atau lebih untuk
berhubungan dengan komputer melalui beberapa jenis saluran komunikasi. Dalam
istilah umum, komputer pusat adalah sistem mainframe atau minikomputer.
Terminal
Adalah keyboard dan layar yang memungkinkan seorang pemakai berinteraksi dengan
komputer pusat. Sebuah terminal tidak mempunyai daya pemrosesan yang bisa
diprogram. Terminal merupakan bagian sederhana dimana pemakai berinteraksi
dengan komputer pusat (host).
Perbedaan keduanya adalah dalam hal perangkat lunak yang diinstalasi padanya.
Pada komunikasi data secara umum, perangkat terminal data (Data Terminal
Equipment, DTE) adalah perangkat yang dapat mengirimkan dan/atau menerima sinyal
data.
Contoh : komputer pusat (host) : server
DTE/terminal : PC
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 46
5.2 MODEM
Data komputer adalah sinyal digital dan untuk dapat disalurkan melalui saluran
telepon sinyal digital tersebut harus diubah lebih dahulu menjadi sinyal analog.
Pengubahan sinyal digital menjadi sinyal analog dilakukan dengan bantuan modulator di
sisi pengirim. Pada sisi penerima, sinyal analog harus dikembalikan lagi menjadi bentuk
digital untuk disalurkan ke tujuan dengan bantuan demodulator. Kedua fungsi tersebut
digabung dalam suatu perangkat yang disebut modem, ditempatkan baik di sisi pengirim
maupum di sisi penerima. ITU-T menyebut modem sebagai perangkat komunikasi data
(Data Communication Equipment, DCE) dan EIA (Electronic Industries Association)
menyebutnya sebagai Data Circuit Terminating Equipment (DCE).
Sebuah modem juga digunakan untuk membuat, mempertahankan dan mengakhiri
setiap sambungan yang dibuat melalui jaringan telepon yang menggunakan sambungan
leased line atau dialed-up lewat PSTN.
Berdasarkan letaknya, modem dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Modem Internal
Adalah jenis modem yang dipasang di dalam slot ekspansi dari PC. Sedangkan
port RS 232 dibuat di dalam papan modem.
Kelebihan:
Menghemat tempat dan kabel
Tidak perlu dipindah-pindah sesuai letak PC dan aman
Harga lebih murah dibanding modem eksternal
Kekurangan:
Tidak portable
Menaikkan suhu dalam PC, karena pemakaian catu daya PC
Tidak mempunyai lampu status yang menunjukkan deteksi sinyal pembawa, saluran
telepon off, data terima atau data kirim, dan lain-lain.
Sulit menentukan sumber masalah dan perbaikannya, karena harus membongkar
kabinet PC
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 47
2. Modem Eksternal
Adalah jenis modem yang dipasang di luar PC, dihubungkan ke port serial PC
melalui kabel interface RS 232 C.
Kekurangan:
Harganya lebih mahal, karena menyertakan wadah dan catudaya
Boros tempat dan kabel (kabel biasa dan RS 232 C)
Kurang aman
Memerlukan catu daya AC
Kelebihan :
Portable
Dapat digunakan oleh beberapa PC dengan hanya menggunakan tambahan kotak
saklar RS 232 C
Dalam komunikasi server LAN, dapat digunakan secara bersamaan pada jaringan
Mudah dalam pendeteksian masalah dan status modem
Mudah dalam perbaikan modem
Istilah-istilah yang dipakai dalam modem :
Baud
Adalah satuan laju persinyalan modem
Bps (bit per second)
Adalah banyaknya bit data berguna yang bisa berjalan melewati rangkaian dalam
setiap detik.
Sebenarnya kedua istilah tersebut (bps dan baud) tidaklah sama, karena banyak
modem modern mengirim 4 bit bahkan lebih per baud. Jadi dapat disimpulkan bahwa
modem 600 baud bisa mengirim data pada 1200, 2400 bahkan 9600 bps.
Kompresi data
Adalah proses pengambilan sebuah blok data dan memperkecil ukurannya. Dilakukan
dengan menghilangkan informasi yang berlebihan dan pengemasan karakter yang
sering digunakan menjadi 1 atau 2 bit. Fungsinya adalah untuk meningkatkan
kecepatan transmisi.
Throughput
Adalah jumlah data yang dapat dikirim melalui modem, dinyatakan dalam bps (dalam
modem) dan char/s untuk transfer file.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 48
Tidak selalu modem 9600 bps berarti throughput-nya 9600 bps juga. Saluran telepon
yang sibuk bisa memperlambat sebuah modem 9600 bps bergerak lebih lambat sekali
dan kompresi data bisa meningkatkan kecepatan hingga 19.200 bps bahkan lebih baik
lagi.
Handshaking (Jabat Tangan)
Adalah sebuah cara pengontrolan aliran data antara dua piranti. Handshaking
perangkat keras menggunakan sinyal kontrol RS 232 C sedangkan handshaking
perangkat lunak biasanya menggunakan karakter kontrol XON dan XOFF.
Skew
Adalah efek yang terjadi pada pengiriman sejumlah bit secara serempak dan tiba pada
tempat yang dituju dalam waktu yang tidak bersamaan. Terjadi pada mode transmisi
paralel dan akan semakin berpengaruh dengan semakin panjang kabel yang
digunakan.
Fallback
Adalah bentuk pengurangan kecepatan secara otomatis dari modem pemanggil
disesuaikan dengan kecepatan modem yang dipanggil.
5.3 INTERFACE RS 232 C
Pada tahun 1969, EIA bersama CCITT menetapkan standar interface yakni
Recommended Standard (RS) Nomor 232 dalam versi C atau lebih dikenal dengan
sebutan RS 232 C. Standar RS 232 C menentukan hubungan serial antara DTE (PC) dan
DCE (Modem).
Pada dasarnya antarmuka terbagi menjadi 2 yaitu Interface paralel (Centronics)
dan Interface Serial (RS 232 C). Interface paralel digunakan untuk menghubungkan
pencetak (printer) atau plotter dengan komputer.
Interface RS 232 secara luas banyak digunakan dan lazim dipakai untuk
komunikasi antar PC dengan menggunakan modem yang memanfaatkan saluran telepon
sebagai media komunikasi / transmisi. Standar interface harus dipenuhi oleh setiap
interface yang telah direkomendasikan baik ITU-T maupun EIA, dengan kriteria standar
sebagai berikut:
Mampu mengirim data pada kedua arah
Mampu mengendalikan aliran data (fallback, handshaking, dan lain-lain)
Mampu melewatkan sinyal clock
Jika mungkin, mampu memilih laju bit yang sesuai agar data bisa terkirim lewat
jalur telepon dengan baik
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 49
Sebuah sambungan RS 232 C biasanya merupakan hubungan perkawatan DTE
dan DCE dengan menggunakan konektor D Shell dengan jumlah pin sebanyak 25 buah.
Fungsi dari masing-masing pin terdapat pada tabel terlampir. Karena dalam kenyataanya
yang lebih sering dipakai hanya 9 kawat dari 25 pin yang ada, maka IBM memutuskan
untuk ‘meringkas’ konektor 25 pin menjadi konektor serial 9 pin.
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Apa yang anda ketahui tentang modulator / demodulator (modem)?
2. Sebutkan keuntungan dan kerugian dari modem internal.
3. Sebutkan keuntungan dan kerugian dari modem eksternal.
4. Jelaskan fungsi interface.
5. Sebutkan kriteria standar interface.
BAB VI
TEKNIK DASAR KOMPRESI DATA
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang teknik dasar kompresi data
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
1. Memahami jenis-jenis teknik dasar kompresi data
2. Memahami fungsi kompresi data
3. Menjelaskan aplikasi kompresi data menggunakan Huffman Coding
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa isi dari frame (blok data) yang
ditransmisikan terdiri dari data original (data dari sumber) dalam bentuk karakter dengan
panjang tetap atau biasa disebut byte. Walaupun pada beberapa aplikasi komunikasi data,
pada kenyataannya ada beberapa data sumber yang dikompres sebelum ditransmisikan.
Hal ini sangatlah mungkin diaplikasikan pada sistem komunikasi, sebut saja PSTN, yang
mentarif harga berdasarkan waktu (durasi) dan jarak. Sehingga, untuk setiap panggilan,
jika waktu transmisi masing-masing blok data dapat dikurangi maka akan secara otomatis
biaya panggilan (call cost) akan berkurang.
Sebagai contoh, kita mentransmisi data pada kecepatan 4800 bps lewat PSTN dan waktu
yang diperlukan untuk transmisi sebesar 20 menit. Jika digunakan kompresi data kita
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 50
dapat mengurangi jumlah data yang ditransmisikan, sehingga kita juga dapat menyisihkan
biaya panggilan. Atau dengan kata lain, kita bisa memperoleh performansi modem 9600
bps (tanpa kompresi) dengan hanya memakai modem 4800 bps (dengan kompresi).
6.1 TIPE KOMPRESI DATA
Ada beberapa tipe pada kompresi data yang sering digunakan, diantaranya adalah
Packed Decimal, Relative Encoding, Character Suppression, Huffman Coding, dan lain-
lain.
a. Packed Decimal (Desimal yang dipadatkan)
Ketika frame yang ditransmisikan hanya terdiri dari karakter numerik, kita dapat
memperoleh ‘tabungan’ yang sangat lumayan dengan mengurangi jumlah bit per karakter,
dari tujuh bit per-karakter sampai dengan 4 bit per-karakter dengan menggunakan sistem
pengkodean BCD (Binary Coded Decimal) sebagai pengganti kode ASCII. Dapat
disimpulkan berdasarkan tabel kode ASCII yang ada, bahwa 10 digit numerik (angka 1 s/d
9) semuanya mempunyai bit 011 pada posisi MSB-nya. Normalnya, ketiga bit tersebut
memang diperlukan untuk membedakan antara karakter numerik dan karakter alphabet
atau lainnya. Tetapi jika data hanya terdiri dari digit numerik saja, maka ketiga bit tersebut
bisa jadi hanya merupakan sesuatu yang berlebihan dan tidak perlu ditransmisikan.
b. Relative Encoding (Pengkodean Relatif)
Lain halnya dengan tipe Packed Decimal untuk transmisi data numerik, pada tipe ini
hanya dimunculkan perbedaan-perbedaan yang penting saja antara nilai yang didapat
dengan nilai yang menjadi standar pengukuran (nilai referensi).
Sebagai contoh, jika kita melakukan pengamatan jarak jauh tentang level air dari
sebuah sungai, maka umumnya kita membaca level pada suatu interval waktu dan
menyimpan hasil ‘pembacaan’ tersebut sebelum ditransmisikan. Ketika kita telah
mendapatkan hasil pembacaan, kita mentransmisikan hasil tersebut ke sisi monitor
sentral, sebagai contoh, PSTN dan modem. Untuk meminimasi waktu yang diperlukan,
maka kita tidak perlu mengirim hasil pembacaan yang telah dilakukan melainkan cukup
dengan mengirim nilai selisihnya saja (setelah dibandingkan dengan standar pengukuran).
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 51
c. Character Suppression (Penindihan Karakter)
Tipe ini merupakan cara yang lebih umum digunakan dibanding tipe kompresi
karakter yang lain. Umumnya, ketika frame yang terdiri dari karakter printable
ditransmisikan maka seringkali kita mengulang beberapa karakter yang sama yang terjadi
pada frame, sebagai contoh karakter spasi.
Pada penerima, untuk mendeteksi kompresi karakter kontrol, hanya dengan
membaca tipe karakter yang mengikuti dan menghitung nilai serta menyisipkan karakter-
karakter tersebut sesuai dengan tempatnya pada frame yang diterima. Pada umumnya,
penindihan karakter ini dilakukan untuk tipe karakter-karakter kontrol yang sering
digunakan secara berulang.
6.2 HUFFMAN CODING (PENGKODEAN HUFFMAN)
Pengkodean Huffman mengemukakan bahwa tidak semua simbol pada frame yang
ditransmisikan muncul dengan frekuensi yang sama, sebagai contoh, sebuah frame terdiri
dari karakter-karakter string, dan karakter tersebut terjadi atau muncul lebih sering
dibanding karakter yang lainnya.
Selain menggunakan jumlah bit tetap per-karakternya (fixed-length), kita juga
menggunakan skema pengkodean yang berbeda dimana karakter yang paling sering
digunakan dikodekan menggunakan bit yang lebih sedikit dibanding karakter yang
penggunaannya lebih jarang. Hal ini sering biasa disebut sebagai suatu bentuk
pengkodean statistik (statistical encoding).
Pertama, kita menganalisis karakter string yang ditransmisikan dan menentukan
tipe karakter serta frekuensi relatifnya. Operasi pengkodean kemudian menciptakan
bentuk pohon tak seimbang (unbalance tree) dengan beberapa cabang yang lebih pendek
dari yang lain. Derajat ketidakseimbangannya merupakan fungsi relatif dari frekuensi
kejadian /kemunculan karakter, semakin luas tersebar maka pohon yang terbentuk akan
semakin tidak seimbang. Hasil sistem pohon tersebut dikenal dengan pohon kode
Huffman (Huffman code tree).
Pohon kode Huffman merupakan pohon biner dengan cabang-cabang yang diberi
nilai 0 dan 1. Basic pohon, normalnya berada di atas, pada praktiknya dikenal sebagai root
node (titik akar), dan titik yang terbagi pada masing-masing cabang disebut branch node
(titik cabang). Titik terminasi dari cabang disebut leaf node (titik daun) dan ditetapkan
sebagai simbol yang dikodekan. Sebagai contoh sebuah Huffman tree untuk menunjukkan
pola dengan karakter string AAAABBCD.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 52
Sebagaimana pembagian cabang, nilai biner 0 dan 1 diberikan untuk setiap cabang
baru : biner 0 untuk cabang sebelah kiri dan biner 1 untuk cabang biner sebelah kanan.
Codeword yang digunakan untuk setiap karakter (ditunjukkan pada leaf node) ditentukan
oleh jejak lintasan dari root node menuju ke setiap leaf node dan membentuk sebuah
string nilai biner yang digabung dengan jejak setiap cabang.
Dapat disimpulkan dari kode-kode tersebut, bahwa diperlukan :
4x1 + 2x2 + 1x3 + 1x3 = 14 bit
untuk mentransmisikan data keseluruhan AAAABBCD.
Rata-rata jumlah bit per codeword diperoleh dengan menjumlahkan keseluruhan jumlah bit
pada setiap codeword dikalikan dengan probabilitas kejadian setiap codeword, yaitu :
1x0,5 + 2x0,25 + 3x0,125 + 3x0,125 = 1,75 bit per codeword
Secara teori, jumlah rata-rata minimum bit per codeword untuk mentransfer pesan dikenal
sebagai entropy, H, dari pesan. Kita dapat menghitung H dengan menggunakan sebuah
formula yang berasal dari Shannon, yaitu :
log2 Pi bit per codeword
dimana n : jumlah karakter pada pesan
Pi : probabilitas karakter (i) yang terjadi pada pesan
Sehingga untuk pesan AAAABBCD, jumlah rata-rata minimum bit per codeword adalah:
H = -(0,5 log20,5 + 0,25 log20,25 + 0,125 log20,125 + 0,125 log20,125)
= 1,75 bit per codeword
Dalam kasus ini, hasil yang diperoleh akan sama dengan yang didapat dengan
pengkodean Huffman.
Jika menggunakan kode ASCII 7-bit maka codeword pesan tersebut akan
membutuhkan 8x7 = 56 bit untuk mentransmisikan keseluruhan pesan. Akan sangat
berbeda dengan hanya 14 bit yang diperlukan pada pengkodean Huffman.
Pada praktiknya, hal ini bukanlah suatu perbandingan yang adil sebab, dengan
pengkodean Huffman penerima harus mengetahui pembentukan karakter baru yang telah
ditransmisikan dan mengumpulkan codeword baik frekuensi kejadian ataupun Huffman
tree-nya. Secara umum, pengkodean Huffman paling efisien jika frekuensi distribusi dari
karakter yang ditransmisikan lebar dan di dalamnya terdapat karakter panjang.
Sebaliknya, hal ini tidak cocok untuk pentransmisian data komputer berkode biner karena
byte-byte (8-bit) umumnya terjadi dengan frekuensi yang sama.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 53
Untuk mengilustrasikan bagaimana Huffman tree pada Gambar (a) ditentukan, kita
harus menambahkan informasi menyangkut frekuensi kejadian dari setiap karakter
sebagaimana pada Gambar (b). Karakter-karakter tersebut terdaftar pada kolom dengan
bobot / derajat yang sifatnya decrease (semakin menurun). Kita mendapatkan bentuk
pohon sebagai berikut :
(a)
Gambar Contoh Huffman Code Tree
(b)
Gambar List Pengkodean Huffman
(c)
Gambar Huffman Code TreeDiktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST
BN
BN
LN=A
LN=C
LN=B0
0
1
1
RN = Root NodeBN = Branch NodeLN = Leaf Node
A = 1B = 01C = 001D = 000
10
LN=D
RN
2 (0)D1(0)C1(1)
B2 (1) 4 (1)A4 A4 (1)A4
B2
}}
A4 = (1)B2 = (1)(0)C1 = (1)(0)(0)D1 = (0)(0)(0)
10 10 0 10 0 0
Frekuensi kejadian
Dimulai darileaf node
Dimulai dariroot node
54
A4
C1D1
8
4
2
0
0
0 1
1
1
B2
Dua leaf node pertama yang terdapat pada list dasar (C1 dan D1) diberikan nilai (1)
dan (0) pada masing-masing branch node. Dua leaf node kemudian diganti satu cabang
dengan nilai yang merupakan jumlah kedua bobot tersebut dan bobotnya menjadi 2.
Kolom baru yang terbentuk terdiri dari node baru dikombinasikan dengan node-node awal
kolom, yang selanjutnya disusun pada derajat bobot yang sesuai. Prosedur ini berulang
sampai hanya dua node yang tersisa.
Untuk mendapatkan codeword akhir pada setiap karakter, kita mulai dengan
karakter pada awal kolom dan kemudian memproses jumlah cabang (1 atau 0) yang
dihitung. Sehingga untuk karakter A, jumlah cabang dari awal sampai akhir hanya
bernilai (1) sedangkan untuk C dari awal cabang adalah (1) kemudian (0) pada branch
node 2 dan akhirnya (0) pada branch node 4. Bagaimanapun, codeword dimulai dari root
node dan bukan leaf node sehingga codeword aslinya merupakan kebalikan dari sistem
awal. Huffman tree dapat tersusun dari pembentukan codeword.
Kita dapat memeriksa keoptimalan Huffman tree dengan mendaftar hasil bobot dari
keseluruhan leaf node dan branch node pada permulaan tree diawali dari bobot yang
terkecil dengan memprosesnya dari kiri ke kanan dan dari bawah ke atas. Codeword akan
optimal jika hasil akan semakin bertambah pada derajat bobot (dari karakter leaf node
sampai ke karakter root node).
Contoh soal:
Sebuah urutan pesan ditranmisikan antara dua komputer melalui PSTN. Pesan tersebut
hanya terdiri dari karakter A sampai H. Analisa memperlihatkan bahwa frekuensi relatif
dari kejadian setiap karakter adalah sebagai berikut:
A dan B = 0,25 C dan D = 0,14 E, F, G, dan H = 0,055
a. Gunakan formula Shannon untuk mendapatkan jumlah rata-rata minimum bit per
karakter
b. Gunakan pengkodean Huffman untuk mendapatkan codeword dan buktikan bahwa
ini merupakan pengkodean minimum dalam membangun Huffman code tree. Buat
Huffman tree-nya.
c. Cari jumlah rata-rata bit per karakter untuk setiap codeword dan bandingkan
dengan :
(i) Hasil formula Shannon
(ii) Codeword biner fixed-length (panjang tetap)
(iii) Codeword ASCII 7-bit
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 55
Jawab:
(a) Formula Shannon dinyatakan sbb :
Entropy, log2 Pi bit per codeword
Sehingga :
H = -(2(0,25 log2 0,25) + 2(0,14 log2 0,14) + 4(0,055 log2 0,055))
= 1 + 0,794 + 0,921 = 2,715 bit per codeword
(b) Pembentukan codeword set menggunakan pengkodean Huffman dapat dilihat pada
Gb. 6.2 (a). Pertama-tama karakter didaftar berdasarkan bobot dan dua karakter
terbawah dari daftar dibagi menjadi cabang (1) dan (0). Catatan untuk kasus ini,
bagaimanapun, apabila dua node digabungkan, bobot dari hasil penjumlahan dua
cabang (0,11) lebih besar dari bobot dua karakter E dan F (0,055). Sehingga
branch node (baru) disisipkan di atas kedua karakter tersebut (E dan F). Prosedur
yang sama dilakukan (diulang) untuk setiap prosesnya sampai didapat hanya dua
nilai yang tersisa.
Sebagaimana yang dilihat pada Gb. 6.2 (b) bahwa hasil ini sudah optimal sebab
seluruh leaf node dan branch node pada daftar, bobotnya/ derajatnya semakin
bertambah.
(c) Jumlah rata-rata bit per codeword dengan menggunakan pengkodean Huffman
adalah :
2(2 x 0,25) + 2(3 x 0,14) + 4(4 x 0,055) = 2,72 bit per codeword
atau 99,8 % dari hasil formula Shannon.
Jika menggunakan Codeword biner fixed-length :
A – H mempunyai 8 karakter dengan 3 bit per karakter atau 90,7 % dari hasil
pengkodean Huffman.
Jika menggunakan Codeword ASCII 7-bit :
7 bit per codeword, atau 38,86 % dari hasil pengkodean Huffman.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 56
BAB VII
PROTOKOL DAN OSI LAYER
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang konsep dasar protokol dan OSI
layer.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
1. Memahami konsep dasar protokol termasuk fungsi dan implementasinya.
2. Memahami tentang model OSI layer.
3. Menjelaskan aplikasi setiap layer dari OSI layer pada sistem komunikasi data
7.1KONSEP DASAR PROTOKOL
Model OSI menyediakan sebuah konsep framework untuk komunikasi antara
workstation, tetapi model OSI itu sendiri bukan suatu metode komunikasi. Komunikasi
yang aktual dibuat dengan menggunakan communications protocols. Dalam konteks data
networking, sebuah protokol adalah sebuah set peraturan-peraturan yang formal dan
merupakan persetujuan yang menentukan bagaimana sebuah workstation melakukan
pertukaran informasi melalui sebuah media jaringan. Protokol juga berisi aturan-aturan
penyesuaian detak (clock) pada penerima, untuk menentukan stasiun mana yang
mempunyai kendali atas sambungan, untuk mendeteksi kesalahan, dan untuk mengatur
aliran data. Kesepakatan yang dimaksud menunjukkan bahwa protokol juga diartikan
sebagai suatu rangkaian aturan yang membawahi proses pertukaran data diantara dua
stasiun.
Sebuah protokol mengimplementasikan fungsi dari satu atau lebih layer OSI. Suatu
jenis yang besar dari communication protocols yang ada, tetapi dari semua itu cenderung
berpecah menjadi salah satu dari beberapa group seperti misalnya : LAN Protocols, WAN
Protocols, network protocols, dan routing protocols. LAN protocols beroperasi pada
physical layer dan data-link layers pada model OSI dan mendefinisikan komunikasi yang
terdapat pada the various LAN media. WAN protocols bekerja pada layer ke-3 yang paling
rendah pada model OSI dan mendefinisikan komunikasi yang ada pada wide area media.
Routing protocols adalah network layer protocol yang mana bertanggung jawab untuk jalur
yang akan ditetapkan dan juga pada traffic switching. Yang terakhir adalah network
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 57
protocols, yang merupakan upper layer protocols untuk proses komunikasi ke layer-layer
atas dari model OSI.
Fungsi protokol dapat didefinisikan dalam kategori-kategori pengelompokan
sebagai berikut :
Encapsulation
Penambahan informasi kontrol oleh protokol terhadap data yang diperoleh dari
pemakai protokol.
Segmentasi
Pemisahan data supaya menjadi blok yang berukuran sama oleh protokol-protokol
yang berada pada level yang lebih rendah karena alasan-alasan tertentu.
Kontrol Koneksi
Termasuk didalamnya adalah pengadaan koneksi, transfer data dan penghentian
koneksi. Untuk protokol yang lebih canggih lagi, dimungkinkan terdapat penghentian
koneksi dengan fase perbaikan untuk menanggulangi error.
Ordered Delivery
Pertukaran blok data antara dua stasiun dipertahankan melalui jalur yang sama
sepanjang saluran selama proses pengiriman, sehingga record data yang diterima
sama dengan record data yang ditransmisikan.
Flow Control
Digunakan untuk membatasi jumlah atau data rate yang dikirimkan oleh stasiun yang
melakukan transmisi data. Dapat juga diartikan sebagai pengontrol aliran data.
Error Control
Digunakan untuk menjaga kendali informasi dan data dari adanya kehilangan ataupun
kerusakan data.
Pengalamatan
Konsep pengalamatan yang meliputi: tingkatan pengalamatan (Addressing level),
jangkauan pengalamatan (Addressing scope), identifikasi koneksi (Connection
identifiers), dan mode pengalamatan (Addressing mode).
Multiplexing
Berkaitan dengan konsep pengalamatan. Suatu bentuk multiplexing didukung oleh arti
dari koneksi multiple ke dalam sistem tunggal, atau pemetaan koneksi dari satu level
ke level yang lain (baik ke level yang lebih tinggi maupun ke level yang lebih rendah).
Transmission Service
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 58
Termasuk di dalamnya menyediakan layanan tambahan meliputi: prioritas, mutu
layanan dan pengamanan.
7.2 OPEN SYSEM INTERCONNECTION (OSI)
Open System Interconnection (OSI) menggambarkan bagaimana suatu informasi
dari sebuah aplikasi software dalam satu workstation berpindah melalui sebuah jaringan
ke sebuah aplikasi software didalam workstation lainnya. Model OSI adalah sebuah model
konseptual yang terdiri dari 7 layer, dimana masing-masing layer tersebut memiliki fungsi
jaringan yang berbeda-beda. Model ini dibangun oleh International Organization for
Standarization (ISO) pada tahun 1984, dan telah dijadikan sebagai standar atau dasar dari
model arsitektur untuk intercompter communications.
Model OSI membagi task yang terlibat dengan informasi atau data yang bergerak
atau berpindah di antara workstation-workstation menjadi 7 bagian yang lebih kecil dan
lebih teratur. Sebuah task atau sekelompok task inilah yang kemudian disebut 7 layer OSI.
Tiap-tiap layer bekerja dan bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing, jadi tiap-tiap
layer tersebut dapat diimplementasikan secara independen. Dengan demikian, apabila
sebuah layer di-update, maka tidak akan mempengaruhi layer lainnya. Berikut adalah list
dari ke-7 layer OSI yang ada:
o Layer 7 – Application
Layer
o Layer 6 –
Presentation Layer
o Layer 5 – Session
Layer
o Layer 4 – Transport
Layer
o Layer 3 – Network
Layer
o Layer 2 – Data-link
layer
o Layer 1 – Phisycal Layer
1. KARATERISTIK LAYER OSI
Ke-7 layer OSI diatas dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu : upper layers dan lower
layers. The Upper layers dari layer OSI berhubungan dengan aplikasi yang ada dan Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 59
secara umum diimplementasikan hanya dalam software. Layer tertinggi, application layer,
adalah yang terdekat dengan user (merupakan interface antara user dengan jaringan).
User berinteraksi dengan application layer melalui aplikasi software yang berisi sebuah
komponen untuk berkomunikasi antar workstation. Upper layer ini terkadang digunakan
untuk menyatakan layer-layer yang berada di atas layer lain dalam model OSI.
The Lower Layers mengatasi data transport yang ada pada sistem. Physical layer dan
data-link layer diimplementasikan pada hardware (perangkat keras) dan software. Untuk
layer lainnya hanya diimplementasikan pada software-nya saja. Layer terendah adalah
physical layer, dimana paling dekat dengan fisik dari media jaringan yang digunakan,
misalnya : sistem pengkabelan pada jaringan. Gambar di bawah ini merupakan ilustrasi
pembagian antara the upper and the lower layers.
2. PEMODELAN OSI DAN KOMUNIKASI ANTAR SISTEM
Informasi yang ditransfer dari sebuah aplikasi software dalam sebuah sistem
komputer kedalam sebuah aplikasi software didalam komputer lain harus melalui tiap-tiap
layer pada layer OSI. Misalnya, jika sebuah aplikasi software dalam sistem A mempunyai
informasi untuk dikirimkan ke sebuah aplikasi software di sistem B, the application
program pada sistem A akan melewatkan informasinya ke application layer (layer 7) dari
sistem A. Application layer kemudian akan melewatkan informasi tersebut ke presentation
layer (layer 6), dimana data akan direlay ke session layer (layer 5), dan begitu seterusnya
sampai mencapai physical layer (layer 1). Pada physical layer, informasi kemudian akan
ditempatkan pada medium physical layer dan dikirim ke medium yang ada pada sistem B.
Physical layer pada sistem B memindahkan informasi dari media fisiknya, dan kemudian
physical layer akan melewatkan informasi ke data-link layer (layer 2), yang kemudian akan
dilewatkan terus ke network layer (layer 3) dan seterusnya sampai mencapai application
layer (layer 7) dari sistem B. Akhirnya, application layer pada sistem B akan melewatkan
informasi ke penerima program aplikasi untuk melengkapi proses komunikasi.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 60
3. INTERAKSI ANTAR LAYER MODEL OSI
Layer yang ada pada layer OSI secara umum berkomunikasi dengan 3 OSI layer
lainnya, yaitu layer yang berada tepat di atas layer OSI tersebut, layer yang berada di
bawahnya, dan pasangan layernya di dalam jaringan computer system lainnya. Misalnya
data-link layer di dalam sistem A, berkomunikasi dengan network layer dari sistem A,
physical layer dari sistem A, dan data-link layer di dalam sistem B. Gambar berikut dapat
menjelaskan bagaimana layer model OSI berkomunikasi dengan layer lainnya.
Gambar aplikasi komunikasi model OSI
4. PROSES PERTUKARAN INFORMASI
Keseluruhan layer OSI menggunakan form yang bervariasi dari control information
untuk berkomunikasi dengan pasangan layernya di dalam computer system lainnya.
Control information ini terdiri dari permintaan yang specifik dan instruksi yang ditukarkan
antar pasangan layer OSI.
Control information mempunyai satu atau dua bentuk, yaitu: headers dan trailers.
Headers ditambahkan ke data yang telah dilalui dari layer atas sampai layer yang paling
bawah, sedangkan traillers ditambahkan ke data pada data link layer.
Headers, trailers dan data adalah konsep yang relatif, tergantung dengan layer
yang menganalisa the information unit. Pada network layer, sebuah unit informasi terdiri
dari sebuah layer dengan 3 header dan data. Pada data-link layer, semua informasi
melewati network layer (the layer 3 header dan data) diperlakukan sebagai data.
Dengan kata lain, porsi data dari sebuah unit informasi pada layer OSI yang telah
diberikan, secara potential dapat terdiri dari header, trailers dan data dari semua layer
yang lebih tinggi. Hal ini disebut juga Enkapsulasi Data. Gambar berikut ini menunjukkan
bagaimana header dan data dari satu layer dienkapsulasi ke dalam header dari layer
terendah berikutnya.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 61
Proses pertukaran informasi terjadi antara pasangan layer OSI.
Gambar Proses Enkapsulasi Data
Tiap layer dalam sistem sumber menambah control information ke data dan tiap
layer dalam sistem tujuan menganalisa dan memindahkan control information dari data
tersebut.
Apabila sistem A mempunyai data sebuah aplikasi software untuk mengirimkan ke
sistem B, data akan dilewatkan ke application layer. Application layer dalam sistem A akan
berkomunikasi dengan control information yang dibutuhkan oleh application layer di sistem
B dengan memberikan sebuah header kedalam data. Hasilnya akan dilewatkan ke
presentation layer, dimana headernya sendiri terdiri control information untuk presentation
layer di sistem B. Pada physical layer, seluruh unit informasi dalam bentuk bit data akan
ditempatkan pada media jaringan.
Physical layer di sistem B menerima unit informasi tersebut dan melewatkannya ke
data-link layer. Data-link layer di sistem B akan membaca control information yang berada
pada header yang telah diberikan oleh data-link layer di sistem A. Kemudian header akan
dipindahkan, dan remainder dari unit informasi dilewatkan ke network layer. Tiap layer
akan melakukan aksi yang sama. Setelah application layer mengerjakan aksi, data akan
dilewatkan ke software penerima di sistem B.
5. LAYER MODEL OSI
Physical Layer
Physical layer mendefinisikan secara elektrik, mekanik, prosedur dan fungsional
untuk mengaktifkan, mempertahankan dan me-non-aktif-kan secara fisik sambungan antar
sistem jaringan komunikasi. Spesifikasi physical layer mendefinisikan karateristik seperti
level tegangan, waktu perubahan tegangan, fisik data rate, maksimal jarak transmisi, dan
connector secara fisik. Implementasi Physical layer dapat dikategorikan menjadi LAN atau
WAN.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 62
Gambar berikut merupakan ilustrasi dari implementasi physical layer.
Gambar Implementasi Layer Fisik
Data-Link Layer
Data-link layer menyediakan transit data yang dapat dipercaya melalui sebuah
network link secara fisik. Spesifikasi data-link layer yang berbeda mendefinisikan network
yang berbeda dan juga karateristik protocol yang berbeda, termasuk physical addressing,
topologi jaringan, error notification, frame sequency dan flow control.
Physical addressing mendefinisikan bagaimana sebuah device dialamatkan pada
data-link layer. Topologi jaringan terdiri dari spesifikasi data-link layer, dimana
mendefinisikan bagaimana jaringan terhubung secara fisik (contoh: topologi bus atau ring).
Error notification menandakan bahwa terjadi sebuah error kepada upper layer protocol.
Sedangkan pada frame sequency, mengatur frame yang ditransmisi diluar sekuensinya.
Flow control mengatur transmisi data, sehingga pada device penerima tidak dipadati oleh
trafik yang lebih banyak daripada yang dapat ia tampung dalam satu waktu.
The Institute of Electrical Engineers (IEEE) membagi data-link layer menjadi 2
subbagian, yaitu: Logical Link Control (LLC) dan Media Access Control (MAC).
Pembagian tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar Sub Layer Data Link
LLC bertugas untuk mengatur komunikasi antar device melalui sebuah single link
dari sebuah jaringan. LLC didefinisikan didalam IEEE 802.2 dan dapat mendukung service
connectionless dan connection-oriented yang digunakan oleh layer protocol yang lebih
tinggi. MAC bertugas untuk mengatur akses protokol ke media jaringan secara fisik.
Spesifikasi IEEE MAC mendefinisikan alamat MAC, dimana dapat menggandakan device,
tetapi dapat mengindentifikasikan secara unik satu sama lain pada data-link layer.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 63
Network Layer
Pada network layer disediakan routing dan fungsi-fungsi yang terkait dimana dapat
menggandakan data-link menjadi berkombinasi dalam suatu internetwork. Tugasnya
adalah menetapkan hubungan komunikasi, menjaga (memelihara) dan memutuskan
koneksi antara pengirim dan penerima. Network layer juga dapat mendukung service
connectionless dan connection-oriented yang digunakan oleh layer protokol yang lebih
tinggi.
Protokol pada network layer biasanya merupakan routing protocol, namun protokol
lain juga diimplementasikan pada layer ini. Beberapa routing protocol yang biasa ada,
yaitu: Border Gateway Protocol (BGP), Open Shortest Path First (OSPF) dan Routing
Information Protocol (RIP).
Transport Layer
Tugas pokok dari layer ini adalah menyediakan mekanisme yang reliable (dapat
diandalkan) untuk pertukaran data antara proses di sistem yang berbeda. Menjamin unit-
unit data yang dikirim error-free dalam urutan tanpa ada yang hilang atau terduplikasi.
Juga berkaitan dengan optimasi penggunaan layanan jaringan dan menentukan QoS
terhadap entitas session. Ukuran dan kompleksitasnya bergantung kepada network layer
yang dipakai.
Beberapa dari implementasi transport layer meliputi:
o Transmission Control Protocol (TCP)
Mengirim data dengan deteksi dan koreksi kesalahan, selalu memeriksa
keterhubungan.
o User Datagram Protocol (UDP)
Mengirim data tanpa koneksi, melempar data ke network begitu saja.
Session Layer
Session layer menyediakan mekanisme pengaturan dialog antar aplikasi. Selain itu,
layer ini juga menyediakan fasilitas proses aplikasi membuka dan menggunakan suatu
hubungan logika yang disebut session. Session layer juga menjaga integritas dan
mengendalikan pertukaran data dengan adanya pemeriksaan password, menentukan
hubungan full-duplex atau half-duplex, juga mengatur bagaimana mengembalikan
hubungan yang terputus, mengatur sebuah device agar dapat menginterupsi device
lainnya.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 64
Presentation Layer
Pada presentation layer menyediakan bermacam-macam coding dan konversi
fungsi yang akan digunakan di application layer. Fungsi-fungsi ini dapat memastikan
informasi yang dikirim dari application layer dari suatu sistem akan dapat terbaca oleh
application layer di sistem lainnya. Sebagai contoh: enkripsi data, konversi karakter dan
lain sebagainya.
Layer ini berkaitan dengan sintaks data yang dipertukarkan antara entitas-entitas
aplikasi. Digunakan juga untuk menghilangkan perbedaan representasi data dan format
dari tiap aplikasi. Termasuk enkripsi, kompresi, virtual terminal.
Application Layer
Application layer merupakan layer yang terdekat dengan user, dimana application
layer dan user berinteraksi langsung dengan software aplikasi. Layer ini berinteraksi
dengan software aplikasi yang mengimplementasikan sebuah komponen komunikasi.
Tugasnya yaitu menyediakan akses untuk user dan menyediakan layanan informasi yang
terdistribusi. Contohnya : transfer file, email.
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang protokol.
2. Sebut dan jelaskan fungsi-fungsi protokol.
3. Jelaskan tentang model OSI yang anda ketahui.
4. Jelaskan secara singkat fungsi utama dari setiap layer pada model OSI.
5. Jelaskan berikut gambar proses enkapsulasi data.
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 65
DAFTAR PUSTAKA
1. William Stalling, Dasar-dasar Komunikasi Data, 2001, Penerbit Salemba Teknika,
Jakarta
2. Fred Halsall, Data Communication, Computer Network and Open System, 1995,
Addison-Wesley Publishing Company, Amerika
3. William L. Schweber, Data Communications, 1988, McGraw-Hill Inc, Amerika
4. DC Green, Komunikasi Data, Jakarta
5. Divlat PT Telkom, Pengantar Komunikasi Data, Bandung
Diktat Komunikasi Data by Anggun Fitrian Isnawati, ST 66