diktat 1

15
DIKTAT MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Untuk Kelas VII SMP 1 TANAH GROGOT Be!asakan Ku"kulu# T"n$kat Satuan Pen!"!"kan (KTSP) D"susun %le& Ds S"n$%!"#e'% N%t% %t% S%n$% DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PASIR SMP 1 TANAH GROGOT **+

description

Diktat Kesehatan

Transcript of diktat 1

DIKTAT MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

Untuk Kelas VII SMP 1 TANAH GROGOT

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Disusun olehDrs Singodimejo Notoboto Songo

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PASIRSMP 1 TANAH GROGOT2006

HALAMAN PENGESAHAN

DIKTAT MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNTUK KELAS VIISMP 1 TANAH GROGOT

Telah disahkan penggunaannya untukSiswa di SMP 1 Tanah Grogot

Hari : SeninTanggal : 27 November 2006

Mengetahui Pasir, 27 November 2006Kepala Sekolah Penulis

Drs Suromenggolo Drs Singodimejo Notoboto SongoNip130338818Nip 132054280

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karuniaNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan diktat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ini.Diktat ini kami susun dengan tujuan untuk memudahkan para siswa dalam memahami materi pelajaran. Peembuatan diktat ini dapat kami selesaikan atas bantuan beberapa pihak. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :1. Kepala dinas pendidikan kabupaten Pasir yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti pelatihan penulisan karya tulis ilmiah1. Kepala sekolah SMP 1 Tanah Grogot yang telah memberikan dukungan baik material maupun non material1. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.Semoga kebaikan dan bantuannya mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami berharap semoga diktat ini dapat bermanfaat bagi peningkatak kualitas pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada khususnya dan peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Kami menyadari bahwa pembuatan diktat ini jauh dari sempurna, maka kami mohon saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan dalam penyususnan diktat kami selanjutnya.

Pasir, 27 November 2006 Penulis

Drs Singodimejo Notoboto Songo Nip 132054280

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL ..........................................................................iHALAMAN PENGESAHAN ............................................................iiKATA PENGANTAR ........................................................................ iiiDAFTAR ISI ......................................................................................ivDAFTAR TABEL ..............................................................................vDAFTAR GAMBAR ..........................................................................viTUJUAN PENGGUNAAN DIKTAT ................................................ vii

BAB I Peta, Atlas dan Globe ............................................................... 10 1. Peta ........................................................................................ 10 2. Atlas ..................................................................................... 12 3. Globe ................................................................................... 16 4. Mencari informasi dari Atlas .............................................. 20 5. Mencari informasi dari globe ............................................ 25Dan seterusnya ...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 89

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Penduduk Indonesia ................................................. 40Tabel 2 Perbandingan kepadatan penduduk dunia ............................ .. 60Dan seterusnya

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Umum ............................................................................................... 10Gambar 2 Angin Darat ............................................................................................. 15Gambar 3 Hujan Orografis ....................................................................................... 24Dan seterusnya

TUJUAN PENGGUNAAN DIKTAT

Penggunaan diktat ini bertujuan untuk :1. Sebagai buku pegangan bagi guru1. Sebagai buku pegangan bagi siswa1. Sebagai acuan materi pelajaran dalam proses pembelajaran 1. dan lain-lain

BAB IGANGGUAN TELINGA LUAR

Standar Kompetensi:Memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya

Kompetensi Dasar :Menggunakan peta, atlas, dam globe untuk mendapatkan informasi keruangan

1. DefinisiImpaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer, Arif :1999) Serumen, yang kerap disebut kotoran telinga, merupakan produksi alami telinga.Substansi itu dibentuk oleh kelenjar seruminosa yang terletak di sepertiga luar liang telinga. Alih-alih "sampah", serumen memiliki tugas cukup penting. Di antaranya, menangkap debu, mikroorganisme, dan mencegahnya masuk ke struktur telinga yang lebih dalam.Selain itu juga akan menonaktifkan kuman/bakteri, menjaga kelembaban liang telinga,hingga menangkap serangga yang terperangkap masuk ke lubang telinga.Beragam fungsi tersebut dimungkinkan karena kekhasan sifatnya yang lengket,kental serta berbau yang khas.Usaha untuk mengeluarkan (mengorek) dengan batang korek, jepit rambyt atau benda lain akan dapat berbahaya karena dapat mengakibatkan kotoran terdorong ke dalam (dapat menyumbat karena bagian dalam lebih sempit), serta adanya trauma terhadap kulit dan dapat menyebabkan infeksi dan kerusakan gendang telinga dan akhirnya dapat menyebabkan impaksi,otalgia (nyeri pada telinga) atau bahkan kehilangan pendengaran.Sejatinya, tanpa dikorek pun, tubuh punya mekanisme untuk mengeluarkan substansi tersebut secara otomatis. Karena itu, sering terjadi kotoran tiba-tiba jatuh dari liang telinga. Kotoran tersebut akan terdorong ke luar, terutama ketika kita membuka rahang lebar-lebar atau tidur miring, Tapi, ada kalanya serumen tak mau keluar dan betah bersarang di liang telinga, terutama bila produksinya berlebih. Bila itu terjadi, serumen terpaksa harus dikeluarkan secara manual supaya tidak mengganggu pendengaran.

2. Etiologi

Adanya impaksi serumen dan benda asing diliang telinga, secara umum terdapat beberapa faktor predisposisi, antara lain: dermatitis kronik pada telinga luar, liang telinga sempit, produksi serumen terlalu banyak dan kental, benda asing diliang telinga, terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek telinga).

3. Patofisiologi

Kadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran. usaha membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi. Anak-anak sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam saluran telinganya, terutama manik-manik, penghapus karet atau kacang-kacangan.

4. Manifestasi KlinisManisfestasi klinis yang sering dirasakan oleh penderita impaksi serumen adalah :Penumpukan serumen. Gatal, rasa nyeri, dan rasa penuh ditelinga. Gangguan pendengaran (ditemukan dengan pemeriksan ketajaman pendengaran) Telinga berdengung (tinitus) Pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)

5. PenatalaksanaanKotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen tersebut dengan cara menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga, antara lain: Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator (pelilit). Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 oC agar tidak menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler.

6. Pemeriksaan Penunjang

a) CT-Scan tulang tengkorak, mastoid terlihat kabur, ada kerusakan tulangb) Scan Galium-67, terlihat focus inf akut yg akan kembali normal dgn resolusi inf.c) Scan Tekhnetium-99, terlihat aktifitas osteoblastik yg akan kembali normal beberapa bulan setelah resolusi klinikd) MRI, monitor serebral, pembuluh darah yang terkaite) Tes Laboratorium,sample nanah untuk kultur dan tes sensitivitas antibioticf) Ketajaman Auditorius Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan pasien mendengarkan Bisikan kata atau detakan jam tangan. Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar, Pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan.Dari jarak 1 sampai 2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditoriusg) Uji WeberMemanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mendengar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilangan pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pendengaran unilateralh) Uji RinneGagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid (konduksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra). Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengarkan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATANPengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan impaksi serumen yaitu : Integritas Egoo Gejala :o Tanda : jarang bergaul Neurosensorio Gejala : Kesulitan mendengar, penurunan kemampuanpendengarano Tanda : Gangguan lingkup perhatian Disorientasi Letargi/pingsan Nyeri/Kenyamanano Gejala : Nyeri pada daerah telinga tengah.o Tanda : Wajah meringis Keamanano Gejala : riwayat infeksio Tanda : Demam derajat rendah

2. Diagnosa Keperawatana. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan dinding liang telingab. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan transmisi bunyic. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan stigma berkenaan dengan kondisi

3. Intervensi Keperawatana. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan dinding liang telingaTujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan rasa nyeri pasien berkurang dan pasien tampak rileks.Intervensi Keperawatan :1. Kaji ulang keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas.R : Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan atau keefektifan intervensi.2. Berikan posisi yang nyaman pada pasien.R : Untuk meningkatkan relaksasi.3. Tingkatkan periode tidur tanpa gangguanR : Dapat mengurangi rasa nyeri pasien4. Dorong menggunakan teknik manajemen nyeri, seperti nafas dalam, distraksi.R : Meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri

5. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi (analgesik).R : Diberikan untuk menghilangkan nyeri dan memberikan relaksasi mental dan fisik.

b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan transmisi bunyiTujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Gangguan persepsi sensori berkurang/hilang.Intervensi Keperawatan :1. Memandang ketika sedang berbicaraR : Menunjukkan perhatian dan penghargaan2. Kaji ketajaman pendengaran pasienR : Untuk mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi3. Menggunakan tanda tanda nonverbal (mis. Ekspresi wajah, menunjuk, atau gerakan tubuh) dan bentuk komunikasi lainnya.R : Membantu klien untuk mempersepsikan informasi4. Anjurkan kepada keluarga atau orang terdekat klien untuk tinggal bersama klienR : Untuk menghindari perasaan terisolasi pasien5. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi program teraphyR : Mematuhi program therapy akan mempercepat proses penyembuhan

c. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan stigma berkenaan dengan kondisiTujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan gangguan harga diri pasien teratasiIntervensi Keperawatan :1. Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan derajat ketidakmampuannyaR : Penentuan faktor-faktor secara individual membantu dalam mengembangkan perencanaan asuhan/intervensi2. Dorong klien untuk mengeksplorasi perasaan tentang kritikan orang lain.R : Mungkin memiliki perasaan tidak realistik saat dikritik dan perlu mempelajari bagaimana menerapkan kriktik konstruktif untuk pertumbuhan pribadi bukan merusak diri sendiri.3. Identifikasi arti dari kehilangan/disfungsi/perubahan pada pasienR : Kadang-kadang pasien menerima dan mengatasi gangguan fungsi secara efektif dengan sedikit penanganan, dilain pihak ada juga orang yang mengalami kesulitan dalam menerima dan mengatasi kekurangannya4. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa bermusuhan dan perasaan marahR : Mendemonstrasikan penerimaan/membantu pasien untuk mengenal dan mulai memahami perasaan ini.