dikt2
Transcript of dikt2
Modul I dan II Page 14
PERTEMUAN : 2
SISTEM BILANGAN
Deskripsi singkat : Dalam pertemuan ini akan dibahas mengenai pengenalan sistem
Bilangan pada komputer dan bahasa assembly serta fungsi-fungsi yang dalam pengaksesan ke
port dengan bahasa assembly.
Tujuan Pembelajaran :
1. Dapat memahami fungsi bilangan biner, octal, decimal, heksadesimal yang dibutuhkan
untuk mempelajari bahasa assembler.
2. Memahami jenis-jenis sistem bilangan yang digunakan pada teknik mikroprosessor
3. Memahami konversi sistem bilangan desimal ke sistem bilangan biner
4. Memahami konversi sistem bilangan desimal ke sistem bilangan oktal
5. Memahami konversi sistem bilangan desimal ke sistem bilangan heksadesimal
6. Memahami konversi sistem bilangan biner ke sistem bilangan oktal atau sebaliknya
7. Memahami konversi sistem bilangan biner ke sistem bilangan heksadesimal atau
sebaliknya
8. Memahami konversi sistem bilangan desimal dan sistem bilangan biner antara 0 dan 1
9. Mampu merubah bilangan desimal ke bentuk BCD atau sebaliknya
10. Mampu merubah bilangan desimal ke bentuk BCH atau sebaliknya
11. Memahami ASCII Code untuk pembentukan karakter
Modul I dan II Page 15
2.1 Bilangan
Sistem bilangan (Number System) adalah suatu cara untuk mewakili besaran dari suatu sistem
fisik. Sistem bilangan yang banyak digunakan oleh manusia adalah sistem bilangan decimal,
yaitu sistem bilangan yang menggunakan 10 macam symbol untuk mewakili besaran. Sistem ini
banyak dipergunakan oleh manusia karena konsep yang digunakan adalah manusia memiliki 10
buah jari yang bisa membantu perhitungan-perhitugan menggunakan sistem decimal. Sistem
bilangan pada sebuah komputer, diwakili oleh bentuk elemen dua keadaan (Two-State Elements),
yaitu keadaan off (tidak ada arus) dan keadaan on (ada arus). Konsep ini yang digunakan dalam
sistem bilangan biner, yaitu hanya menggunakan 2 macam nilai untuk mewakili suatu besaran
nilai. Disamping sistem bilangan biner (Binary Number System), komputer juga menggunakan
sistem bilangan yang lain, yaitu sistem bilangan octal (Octal Number System) dan sistem
bilangan hesadesimal (Heksadesimal Number System). Sistem bilangan menggunakan suatu
bilangan dasar atau basis (base atau disebut juga radix) tertentu. Basis yang dipergunakan oleh
masing-masing sistem bilangan tergantung pada bobot bilangan yang dipergunakan.
Sistem bilangan yang dibutuhkan untuk mempelajari bahasa assembler adalah :
1. Basis bilangan biner (basis 2)
2. Basis bilangan Oktal (basis 8)
3. Basis bilangan Desimal (Basis 10)
4. Basis bilangan Heksadesimal (basis 16)
Tabel 1.1 Sistem Bilangan
Sistem Bilangan Radix Digit Mutlak
binary 2 01
ternary 3 012
quarternary 4 0123
quinary 5 01234
senary 6 012345
septenary 7 0123456
octenary (octal) 8 01234567
nonary 9 012345678
denary (decimal) 10 0123456789
Modul I dan II Page 16
undenary 11 0123456789A
duodenary 12 0123456789AB
tredenary 13 0123456789ABC
quatuordenary 14 0123456789ABCD
quidenary 15 0123456789ABCDE
hexadenary (hexadecimal) 16 0123456789ABCDEF
2.2 Bilangan Desimal
Sistem ini menggunakan 10 macam symbol yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. system ini
menggunakan basis 10. Bentuk nilai ini dapat berupa integer desimal atau pecahan.
Integer desimal adalah nilai desimal yang bulat, misalnya 8598 dapat diartikan :
8 x 103 = 8000
5 x 102 = 500
9 x 101 = 90
8 x 100 = 8
8598
position value/palce value
absolute value
Absolue value merupakan nilai mutlak untuk masing-masing digit bilangan, sedangkan
position value adalah merupakan penimbang atau bobot dari masing-masing digit tergantung dari
letak posisinya, yaitu bernilai basis dipangkatkan dengan urutan posisinya.
Tabel 2.1 Nilai Posisi dari Nilai Mutlak
Posisi Digit (dari kanan) Position Value
1 100 =1
2 101 =10
3 102 =100
4 103 =1000
5 104= 10000
……. …….
……. …….
Modul I dan II Page 17
Dengan demikian, nilai 8598 dapat juga diartikan sebagai
(8*1000)+(5*100)+(9*10)+(8*1).
Pecahan desimal adalah nilai desimal yang mengandung nilai pecahan dibelakang koma,
misalnya nilai 183,75 adalah pecahan desimal yang dapat diartikan :
1 x 10 2 = 100
8 x 10 1 = 80
3 x 10 0 = 3
7 x 10 –1 = 0,7
5 x 10 –2 = 0,05
183,75
Interger decimal maupun pecahan desimal dapat ditulis dalam bentuk eksponen. Misalnya,
nilai 89, 15 dapat dituliskan 0,8915 * 102. Setiap nilai decimal yang bukan 0 (nol) dapat
dituliskan dalam bentuk standar (Standard Exponential Form) seperti pada tabel 2.2 dibawah ini.
Tabel 2.2 Standard Exponential Form
Terlihat bahwa mantissa selalu lebih besar atau sama dengan -0,1 dan lebih kecil atau sama
dengan 0,1. Bentuk penulisan dengan Standard Exponential Form disebut Floating-Point
Number.
Sistem bilangan decimal menggunakan komplemen, dilakukan untuk mengurangi dua buah
bilangan dimana kedua bilangan kedua lebih besar daripada bilangan pertama. Didalam sistem
bilangan decimal, ada 2 macam komplemen yang digunakan, yaitu komplemen 9 (9’s
complement atau nine’s complement yang merupakan komplemen basis minus 9) dan
komplemen 10 (10’s complement atau ten’s complement yang merupakan komplemen basis).
Contoh pengurangan dalam bentuk decimal.
Modul I dan II Page 18
34(10) – 165(10)
Caranya:
• 9’s complement (bilangan kedua)
• 9’s complement (165)� (999-165) = 834
• Komplemen 10 (10’s complement (bilangan kedua) + 1) = 835
• Jumlahkan 34(10) + 835(10) = 869(10)
2.3 Bilangan Biner
Semua bilangan, data maupun program itu sendiri akan diterjemahkan oleh komputer ke
dalam bentuk biner. Jadi pendefinisisan data dengan jenis bilangan apapun (Desimal, oktaf dan
hexadesimal) akan selalu diterjemahkan oleh komputer ke dalam bentuk biner.
Komputer memproses data maupun program berupa sejumlah bilangan biner yang
menyatakan keadaan hiudp atau mati (on or of) dengan angka 1 dan 0. Sesuai dengan uraian
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa semua yang diproses komputer sebenarnya hanya angka 0
dan 1, sehingga sistem bilangan biner yang terdiri dari angk 0 dan 1 sangatlah penting untuk
dipelajari lebih lanjut. Bilangan biner hanya terdiri dari 1 dan 0, maka dapat disimpulkan bahwa
bilangan biner itu berbasis 2.
Setiap angka digit dalam sistem bilangan biner disebut Bit, jika bentuk 4 bit disebut Nibble,
bentuk 8 disebut Byte, bentuk 2 (two) Byte disebut Word, bentuk two word disebut Double Word.
Gambar 2.1 Digit dalam sistem biner
Catatan :
Modul I dan II Page 19
1. Bilangan 0 dan 1 merupakan bilangan biner yang disebut BIT (Binary digit).
2. Kumpulan dari 4 bit disebut NIBBLE. Nibble beranjak dari bilangan 0 sampai
dengan 15 (bilangan desimal) dan 0 sampai dengan F (bilangan hex).
3. Satu BYTE terdiri dari 8 bit atau 2 nibble. Angka beranjak dari bilangan 0 sampai
dengan 255 (desimal) dan 00 sampai dengan FF (hexadesimal)
4. Satu WORD terdiri dari 16 bit.
5. Satu DOUBLE WORD terdiri dari 32 bit
6. Satu PARAGRAF terdiri dari 128 bit.
7. Sati PAGE (halaman) terdiri dari 256 byte (2048 bit)
Gambar 2.3 Hubungan Bit, Nibble, Byte dan Word
Notasi biner merupakan integer dengan menggunakan simbol 0 dan 1. Jika pada notasi basis
memiliki kuantitas posisi satuan, puluhan, ratusan dan seterusnya, pada notasi biner memiliki
kuantitas posisi satu (20), dua (2
1), empat (2
2), delapan (2
3), dan seterusnya. Untuk mengubah
integer basis dua (biner) menjadi basis sepuluh yaitu dengan cara mengalikan setiap digit dengan
kuantitas posisinya. Contoh:
8. 1101(2) = 1 x 23 + 1 x 2
2 + 0 x 2
1 +1 x 2
0
= 8 + 4 + 0 + 1
= 13(10)
Modul I dan II Page 20
Jadi 1101(2) = 13(10)
9. 110012 = 1 × 24 + 1 × 2
3 + 1 x 2
2 + 0 x 2
1 +1 x 2
0
= 16 + 8 + 1
= 25
Ada aturan untuk menambahkan "b" pada akhir angka biner , dengan cara ini kita dapat
menentukan bahwa 101b adalah angka biner dengan nilai desimal dari 5. Angka biner
10100101b sama dengan nilai decimal dari 165 dan 10000101b sama dengan 133 :
Gambar 2.4 Penentuan biner 10100101b ke decimal 165
Gambar 2.5 Penentuan biner 10000101b ke decimal 133
Agar lebih mengerti tentang nilai posisi dari sistem bilangan biner, perhatikan posisi digit
seperti pada tabel 2.1 dan tabel 2.2.
Modul I dan II Page 21
Tabel 2.1 Posisi Digit dari Sistem Bilangan Biner
Posisi Digit (dari kanan) Position Value
1 20 =1
2 21 =2
3 22 =4
4 23 =8
5 24=16
……. …….
……. …….
Tabel 2.2 Posisi Sistem Bilangan Biner dan Desimal
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai bilangan konversi biner ke desimal, dapat dilihat
pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Konversi Bilangan Biner ke Desimal
Modul I dan II Page 22
Konsep sistem bilangan biner adalah menggunakan 2 macam simbol bilangan berbasis 2 digit
angka, yaitu 0 dan 1. Berikut cara lain dengan contoh bilangan 1001 dapat diartikan :
1 0 0 1
1 x 2 0 = 1
0 x 2 1 = 0
0 x 2 2 = 0
1 x 2 3 = 8
9 (10)
2.1.1 Operasi aritmetika pada bilangan Biner :
a. Penjumlahan
Dasar penjumlahan biner adalah :
0 + 0 = 0
0 + 1 = 1
1 + 0 = 1
1 + 1 = 0 dengan carry of 1, yaitu 1 + 1 = 2, karena digit terbesar biner 1,
maka harus dikurangi dengan 2 (basis), jadi 2 – 2 = 0 dengan carry of 1.
contoh :
1111
10100 +
100011
atau dengan langkah :
1 + 0 = 1
1 + 0 = 1
1 + 1 = 0 dengan carry of 1
1 + 1 + 1 = 0
1 + 1 = 0 dengan carry of 1 1 0 0 0 1 1
Modul I dan II Page 23
b. Pengurangan
Bilangan biner dikurangkan dengan cara yang sama dengan pengurangan bilangan
desimal. Dasar pengurangan untuk masing-masing digit bilangan biner adalah :
0 - 0 = 0
1 - 0 = 1
1 - 1 = 0
0 – 1 = 1 dengan borrow of 1, (pijam 1 dari posisi sebelah kirinya).
Contoh :
11101
1011 -
10010
dengan langkah – langkah :
1 – 1 = 0
0 – 1 = 1 dengan borrow of 1
1 – 0 – 1 = 0
1 – 1 = 0
1 – 0 = 1
1 0 0 1 0
Pengurangan menggunakan komplemen, dilakukan untuk mengubah pengurangan
menjadi bentuk penjumlahan. Didalam sistem biner terdapat 2 macam komplemen yang
dipergunakan,yaitu komplemen 1 (1’s complement atau one’s complement yang merupakan
komplemen basis minus 1) dan komplemen 2 (2’s complement atau one’s complement yang
merupakan komplemen basis).
Contoh pengurangan dalam ukuran byte (8 bit) berikut :
1. 0000 0010(2) – 0000 0011(2)
Caranya :
• Not (bilangan kedua), Not (0000 0011) = 1111 1100
• Komplemen dua (Not(bilangan kedua)+1) = 1111 1101
• Jumlahkan 0000 0010(2) + 1111 1101(2) = 1111 1111(2)
Modul I dan II Page 24
c. Perkalian
Dilakukan sama dengan cara perkalian pada bilangan desimal. Dasar perkalian bilangan
biner adalah :
0 x 0 = 0
1 x 0 = 0
0 x 1 = 0
1 x 1 = 1
contoh
Desimal Biner
14
12 x
28
14 +
168
1110
1100 x
0000
0000
1110
1110 +
10101000
d. Pembagian
Pembagian biner dilakukan juga dengan cara yang sama dengan bilangan desimal.
Pembagian biner 0 tidak mempunyai arti, sehingga dasar pembagian biner adalah :
0 : 1 = 0
1 : 1 = 1
Desimal Biner
5 / 125 \ 25
10 -
25
25 -
0
101 / 1111101 \ 11001
101 -
101
101 -
0101
101 -
0
Modul I dan II Page 25
2.1.2 Pecahan Biner ke Desimal
Sebaliknya, untuk konversi dari pecahan biner ke desimal, dapat dilihat melalui
contoh berikut: Misalkan yang ingin dikonversi adalah 0.10112.
Dalam hal ini, kita perlu melihat terlebih dahulu bilangan di belakang koma, yaitu
10112. Untuk mendapatkan bilangan desimal, bilangan tersebut dikalikan berturut 2 dengan
1/21, 1/2
2, 1/2
3, …. 1/2
n.
Masukkan nilai bilangan tersebut, maka :
1 x 1/21 = ½
0 x 1/22 = 0
1 x 1/23 = 1/8
1 x 1/24 = 1/16
Langkah berikutnya adalah menjumlah seluruh bilangan di atas, sehingga
menghasilkan : 1/2 + 0 + 1/8 + 1/16 = 11/16 = 0,687510.
Bilangan tersebut tinggal dijumlah ke bilangan di depan koma. Karena di depan koma
adalah 02, dimana kalau dikonversi ke desimal menjadi 010, maka hasil akhir adalah :
010 + 0.687510 = 0.687510.
2.4 Bilangan Oktal
Selain mengenal bilangan biner, komputer juga mengenal beberapa sistem bilangan lain.
Salah satunya adalah bilangan octal. Bilangan octal meliputi angka 0 hingga 7, sesuai dengan
namanya octal yang berarti 8.
Pada bilangan oktal hanya menggunakan 8 simbol yaitu angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 dan
setiap nilai tempat mempunyai kelipatan 8 0
, 8 1
, 8 2
, 8 3
, 8 4
, dst. Sistem bilangan octal
menggunakan basis 8. Dalam bahasa assembler, sistem bilangan octal jarang digunakan.
Konversi bilangan octal ke decimal memiliki cara yangsama dengan melakukan konversi
bilangan biner ke decimal.
Bilangan octal merupakan bilangan berdasar delapan, contoh bilangan terdiri angka 0 hingga
7, seperti terlihat dalam tabel 2.5.
Tabel 2.5 Bilangan Oktal, Biner dan Desimal
Modul I dan II Page 26
Nilai posisi sistem bilangan octal merupakan perpangkatan dari nilai 8, seperti yang terlihat
dalam tabel 2.6
Tabel 2.6 Nilai Posisi pada Bilangan Oktal
Posisi Digit (dari kanan) Position Value
1 80 = 1
2 81 = 8
3 82 = 64
4 83 = 512
5 84= 4096
……. …….
……. …….
Modul I dan II Page 27
Position value system bilangan octal adalah perpangkatan dari nilai 8.
Contoh :
12(8) = …… (10)
2 x 8 0 = 2
1 x 8 1 =8
10
Jadi 10 (10)
2.4.1 Operasi Aritmatika pada Bilangan Oktal
a. Penjumlahan
Langkah-langkah penjumlahan octal :
- Tambahkan masing-masing kolom secara desimal
- Ubah dari hasil desimal ke octal
- Tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil octal
- Jika hasil penjumlahan tiap-tiap kolom terdiri dari dua digit, maka digit paling kiri
merupakan carry of untuk penjumlahan kolom selanjutnya.
Modul I dan II Page 28
Tabel 2.7 Penjumlahan Satu Digit pada Bilangan Oktal
0 1 2 3 4 5 6 7
0 0 1 2 3 4 5 6 7
1 1 2 3 4 5 6 7 10
2 2 3 4 5 6 7 10 11
3 3 4 5 6 7 10 11 12
4 4 5 6 7 10 11 12 13
5 5 6 7 10 11 12 13 14
6 6 7 10 11 12 13 14 15
7 7 10 11 12 13 14 15 16
Pada tabel 2.7, penjumlahan angka 7 langsung menuju ke angka 10. Hal ini merupakan
bilangan oktal yang terdiri dari 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dimana nilai maksimal adalah 7. Dan apabila
lebih dari 7 maka itu adalah carry of dan sisanya akan dijumlahkan pada kolom berikutnya.
Contoh :
1 + 6 = 7. ----- > tidak lebih dari 7. Maka tetap.
1 + 7 = 8. ----- > carry of 1 dan sisa 0, maka hasilnya adalah 10 (8 mod 8= hasil 1 sisa 0)
2 + 7 = 11. --- > carry of 1 dan sisa 1, maka hasilnya adalah 11 (9 mod 8= hasil 1 sisa 1)
Untuk memudahkan perhitungan, dapat digunakan persamaan berikut ini :
Hasil = n * 10 + (jumlah bilangan mod 8)
n = banyaknya modulo yang terjadi
Contoh:
7(8) + 6(8) + 4(8) =
17 mod 8 = hasil 2 sisa 1
= 21
Modul I dan II Page 29
Contoh :
Desimal Oktal
21
87 +
108
25
127 +
154
5 10 + 7 10 = 12 10 = 14 8
2 10 + 2 10 + 1 10 = 5 10 = 5 8
1 10 = 1 10 = 1 8
b. Pengurangan
Pengurangan Oktal dapat dilaukan secara sama dengan pengurangan bilangan desimal.
Contoh :
Desimal Oktal
108
87 -
21
154
127 -
25
4 8 - 7 8 + 8 8 (borrow of) = 5 8
6 8 - 2 8 - 1 8 = 2 8
1 8 - 1 8 = 0 8
Untuk mengurangi dua buah bilangan, di mana bilangan kedua lebih besar daripada
bilangan pertama, biasanya komputer menggunakan metode yang disebut komplemen
(complement), yaitu dengan komplemen basis minus 7 (radix-minus-seven complement)
atau komplemen basis (radix complement). Kompelemen pada dasarnya mengubah
bentuk pengurangan menjadi bentuk penambahan. Di dalam sistem bilangan octal ada 2
macam komplemen yang dipergunakan, yaitu komplemen 7 (7’s complement atau seven’s
complement yang merupakan komplemen basis minus 7) dan komplemen 8 (8’s
complement atau eight’s complement yang merupakan komplemen basis).
Contoh pengurangan dalam bentuk octal adalah :
34(8) – 165(8)
Modul I dan II Page 30
Caranya :
• 7’s complement (bilangan kedua): (165)� (777-165) =612
• 8’s complement (bilangan kedua) + 1 = 613
• Jumlahkan 34(8) = 613(8) = 647(8)
c. Perkalian
Langkah – langkah :
- Kalikan masing-masing kolom secara desimal
- Ubah dari hasil desimal ke octal
- Tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil octal
- Kalau hasil perkalian tiap kolol terdiri dari 2 digit, maka digit paling kiri
merupakan carry of untuk ditambahkan pada hasil perkalian kolom selanjutnya.
Contoh :
Desimal Oktal
14
12 x
28
14 +
168
16
14 x
70
4 10 x 6 10 = 24 10 = 30 8
4 10 x 1 10 + 3 10 = 7 10 = 7 8
16
14 x
70
16
1 10 x 6 10 = 6 10 = 6 8
1 10 x 1 10 = 1 10 = 1 8
16
14 x
70
Modul I dan II Page 31
16 +
250
7 10 + 6 10 = 13 10 = 15 8
1 10 + 1 10 = 2 10 = 2 8
Perhatikan hasil kali antara 6 * 4 = 24, sehingga hasil yang didapat (24 mod 8 = 3 sisa 0)
di-modulo/bagi dengan 8 dan diperoleh 3 sisa 0, lalu 4 * 1 =4 ditambah dengan carry of (4 +
3 = 7) 3 = 7. Lakukan hal yang serupa pada proses penjumlahannya.
Tabel 2.8 Hasil Perkalian Digit Oktal
0 1 2 3 4 5 6 7
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1
1 2 3 4 5 6 7
2
4 6 10 12 14 16
3
11 14 17 22 25
4
20 24 30 34
5
31 36 43
6
44 52
7
61
d. Pembagian
Pembagian octal juga dapat dilakukan dengan cara yangsama dengan pembagian decimal.
Contoh dari pembagian bilangan octal adalah :
11: 3 = 3
1204 : 27 = 34
Desimal Oktal
12 / 168 \ 14
12 -
48
48 –
0
14 / 250 \ 16
14 - 14 8 x 1 8 = 14 8
110
110 - 14 8 x 6 8 = 4 8 x 6 8 = 30 8
0 1 8 x 6 8 = 6 8 +
110 8
Modul I dan II Page 32
2.5 Bilangan Hexadesimal
Sistem bilangan Oktal menggunakan 16 macam symbol bilangan berbasis 8 digit
angka, yaitu 0 , 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E dan F. Dimana A = 10, B = 11, C= 12,
D = 13 , E = 14 dan F = 15
Position value system bilangan octal adalah perpangkatan dari nilai 16.
Contoh :
C7(16) = …… (10)
7 x 16 0 = 7
C x 16 1 = 192
199
Jadi 199 (10)
Nilai posisi sistem bilangan hexadecimal merupakan perpangkatan dari nilai 16
seperti pad tabel 2.9.
Tabel 2.9 Posisi Digit dari Bilangan Hexadesimal
Posisi Digit (dari kanan) Position Value
1 160 = 1
2 161 = 16
3 162 = 256
4 163 = 4096
5 164= 65536
……. …….
……. …….
Pada bahasa assembler, bilangan hexadecimal mutlak harus dikuasai. Hal ini karena
berbagai perintah dalam program yang dibuat menggunakan utility “DEBUG” dari “DOS”.
Seperti bilangan biner yang berdasarkan 2 atau bilangan octal yang berdasarkan 8,
bilangan heksadesimal berdasarkan 16, seperti terlihat pada tabel 2.10 yang sesuai dengar arti
heksadesimal sendiri, yaitu heksa = 6 dan decimal = 10.
Tabel 2.10 Konversi Heksadesimal, Desimal dan Biner
Modul I dan II Page 33
Contoh:
a. 3A = (3*161)+(A*16
0) = 58
b. A341 = (10*163)+(3*16
2)+(4*161)+(1*16
0) = 41793
Bilangan heksadesimal dapat konversi bilangan pecahan. Perhatikan contoh berikut :
a. 0, A2 = (10*16-1)+(2*16
-2) = 0.625+0.0078125 = 0.6328125
b. 0,3B2 = (3*16-1)+(11*16
-2) +(2*16
-3) = 0.1875+0.04296875+0.00048828125 =
0.23095703125
Operasi Aritmetika Pada Bilangan Hexadesimal
a. Penjumlahan
Penjumlahan bilangan hexadesimal dapat dilakukan secara sama dengan penjumlahan
bilangan octal, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah-langkah penjumlahan hexadesimal :
- Tambahkan masing-masing kolom secara desimal
- Ubah dari hasil desimal ke hexadesimal
- Tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil hexadesimal
- Jika hasil penjumlahan tiap-tiap kolom terdiri dari dua digit, maka digit paling
kiri merupakan carry of untuk penjumlahan kolom selanjutnya.
Modul I dan II Page 34
Contoh :
Desimal hexadesimal
2989
1073 +
4062
BAD
431 +
FDE
D 16 + 1 16 = 13 10 + 110 = 14 10 = E 16
A 16 + 3 16 = 10 10 + 3 10 = 13 10 =D 16
B16 + 4 16 = 1110 + 4 10 = 15 10 = F 16
Penjumlahan heksadesimal dapat juga dilakukan dengan bantuan tabel 2.11
Tabel 2.11 Hasil Penjumlahan Digit Heksadesimal
Menggunakan tabel tersebut, penjumlahan bilangan heksadesimal CBA dengan 627 dapat
dilakukan sebagai berikut :
CBA
627 +
12E1
Penjelasan :
A + 7 = 17 karena lebih dari 16, maka 17 mod 16 = 1 carry of 1
Modul I dan II Page 35
B + 2 + 1 = 14 karena kurang dari 16, maka 14 mod 16 = 1 carry of 0, lalu dikonversikan
menjadi E
C + 6 = 18 karena lebih dari 16, maka 18 mod 16 = 2 carry of 1
Pada tabel 2.12, merupakan contoh perhitungan dengan menggunakan tabel yang
tersedia, untuk melakukan perhitungan heksadesimal 64(16) =……. (10). Hasil yang didapat
adalah 100(10).
Tabel 2.12 Tabel Perhitungan Heksadesimal ke Desimal
b. Pengurangan
Pengurangan bilangan hexadesimal dapat dilakukan secara sama dengan pengurangan
bilangan desimal.
Contoh :
Desimal hexadesimal
4833
1575 -
3258
12E1
627 -
CBA
Modul I dan II Page 36
16 10 (pinjam) + 1 10 - 710 = 10 10 = A 16
14 10 - 7 10 - - 1 10 (dipinjam) = 11 10 =B 16
1610 (pinjam) + 2 10 - 610 = 12 10 = C 16
1 10 – 1 10 (dipinjam) 0 10 = 0 16
c. Perkalian
Langkah – langkah :
- Kalikan masing-masing kolom secara desimal
- Ubah dari hasil desimal ke octal
- Tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil octal
- Jika hasil perkalian tiap kolol terdiri dari 2 digit, maka digit paling kiri
merupakan carry of untuk ditambahkan pada hasil perkalian kolom
selanjutnya.
Contoh :
Desimal Hexadesimal
172
27 x
1204
344 +
4644
AC
1B x
764
C 16 x B 16 =12 10 x 1110= 84 16
A16 x B16 +816 = 1010 x 1110+810=7616
AC
1B x
764
AC
C16 x 116 = 1210 x 110 =1210=C16
A16 x 116 = 1010 x110 =1010=A 16
AC
1B x
764
Modul I dan II Page 37
AC +
1224
616 + C16 = 610 + 1210 = 1810 =12 16
716+A16 +116 = 710 x 1010 + 110=1810 = 1216
d. Pembagian
Contoh :
Desimal hexadesimal
27 / 4646 \ 172
27-
194
189 –
54
54 –
0
1B / 1214 \ AC
10E - 1B16xA16 = 2710x1010=27010= 10E16
144
144- 1B 16 x C16 = 2710 x 10 10 = 3240 10
0 =14416
2.6 Contoh Konversi Sistem Bilangan
Konversi bilangan adalah suatu proses dimana satu system bilangan dengan basis
tertentu akan dijadikan bilangan dengan basis yang berbeda.
• Konversi dari bilangan Desimal
1. Konversi dari bilangan Desimal ke biner
Yaitu dengan cara membagi bilangan desimal dengan dua kemudian diambil sisa
pembagiannya.
Contoh :
45 (10) = …..(2)
45 : 2 = 22 + sisa 1
22 : 2 = 11 + sisa 0
11 : 2 = 5 + sisa 1
5 : 2 = 2 + sisa 1
2 : 2 = 1 + sisa 0 101101(2) ditulis dari bawah ke atas
Modul I dan II Page 38
2. Konversi bilangan Desimal ke Oktal
Yaitu dengan cara membagi bilangan desimal dengan 8 kemudian diambil sisa
pembagiannya
Contoh :
385 ( 10 ) = ….(8)
385 : 8 = 48 + sisa 1
48 : 8 = 6 + sisa 0
601 (8)
3. Konversi bilangan Desimal ke Hexadesimal
Yaitu dengan cara membagi bilangan desimal dengan 16 kemudian diambil sisa
pembagiannya
Contoh :
1583 ( 10 ) = ….(16)
1583 : 16 = 98 + sisa 15
96 : 16 = 6 + sisa 2
62F (16)
• Konversi dari system bilangan Biner
1. Konversi ke Desimal
Yaitu dengan cara mengalikan masing-masing bit dalam bilangan dengan position
valuenya.
Contoh :
1 0 0 1
1 x 2 0 = 1
0 x 2 1 = 0
0 x 2 2 = 0
1 x 2 3 = 8
10 (10)
2. Konversi ke Oktal
Dapat dilakukan dengan mengkonversikan tiap-tiap tiga buah digit biner yang dimulai
dari bagian belakang.
Contoh :
11010100 (2) = ………(8)
11 010 100
Modul I dan II Page 39
3 2 4
diperjelas :
100 = 0 x 2 0 = 0
0 x 2 1 = 0
1 x 2 2 = 4
4
Begitu seterusnya untuk yang lain.
3. Konversi ke Hexademial
Dapat dilakukan dengan mengkonversikan tiap-tiap empat buah digit biner yang
dimulai dari bagian belakang.
Contoh :
11010100
1101 0100
D 4
• Konversi dari system bilangan Oktal
1. Konversi ke Desimal
Yaitu dengan cara mengalikan masing-masing bit dalam bilangan dengan position
valuenya.
Contoh :
12(8) = …… (10)
2 x 8 0 = 2
1 x 8 1 =8
10
Jadi 10 (10)
2. Konversi ke Biner
Dilakukan dengan mengkonversikan masing-masing digit octal ke tiga digit biner.
Contoh :
6502 (8) ….. = (2)
2 = 010
0 = 000
5 = 101
6 = 110
jadi 110101000010
Modul I dan II Page 40
3. Konversi ke Hexadesimal
Dilakukan dengan cara merubah dari bilangan octal menjadi bilangan biner kemudian
dikonversikan ke hexadesimal.
Contoh :
2537 (8) = …..(16)
2537 (8) = 010101011111
010101010000(2) = 55F (16)
Konversi dari bilangan Hexadesimal
1. Konversi ke Desimal
Yaitu dengan cara mengalikan masing-masing bit dalam bilangan dengan position
valuenya.
Contoh :
C7(16) = …… (10)
7 x 16 0 = 7
C x 16 1 = 192
199
Jadi 199 (10)
2. Konversi ke Oktal
Dilakukan dengan cara merubah dari bilangan hexadesimal menjadi biner terlebih
dahulu kemudian dikonversikan ke octal.
Contoh :
55F (16) = …..(8)
55F(16) = 010101011111(2)
010101011111 (2) = 2537 (8)
2.7 Format Data Komputer
2.7.1 Data ASCII
ASCII singkatan ( American Standard Code for Informatioan Interchange)
mewakili karakter alfanumerik dalam memori sistem komputer. Format data yang
digunakan adalah 7 bit dengan bit ke-8 sebagai MSB (Most Significant Bit) yaitu
bit yang paling siginifikan yang digunakan untuk memuat bit parity merupakan bit
tambahan yang disisipkan dalam beberapa sistem.
ASCII merupakan kumpulan kode-kode yang dipergunakan untuk interaksi
antara user dengan komputer dengan menggunakan hardware keyboard sebagai
Modul I dan II Page 41
alat interaksi. ASCII merupakan karakter-karakter khusus yang dapat diinputkan
melalui keyboard seperti angka, haruf, symbol, symbol grafis, dan kode
komunikasi. Kode ASCII merupakan kode angka sebanyak 255 buah, dimana
setiap angka mempunyai karakter khusus. 1 kode ASCII
mewakili/mempunyai/berukuran nilai 1 byte (8 bit).
Gambar 2.6 Tabel ASCII 0 -127
Modul I dan II Page 42
Gambar 2.7 Tabel ASCII 128 – 255
Dalam bidang mikrokomputer ASCII-Code mempunyai arti yang sangat khusus,
yaitu untuk mengkodekan karakter ( Huruf, Angka dan tanda baca yang lainnya ).
Code-code ini merupakan code standard yang dipakai oleh sebagian besar sistem
mikrokomputer. Selain huruf, angka dan tanda baca yang lain ada 32 ( mis ACK,
NAK dsb. ) merupakan kontrol untuk keperluan transportasi data. Di bawah ini adalah
tabel 7 bit ASCII Code beserta beberapa penjelasan yang diperlukan.
Modul I dan II Page 43
Untuk mendapatkan ASCII Code bagi karakter N adalah 100 1110 ( 4E16 )
dengan penjelasan bahwa 100 adalah b7, b6 dan b5 yang lurus keatas terhadap huruf
Modul I dan II Page 44
N dan dan berharga 4 sedangkan 1110 adalah b4, b3, b2 dan b1 yang lurus kesamping
kiri terhadap huruf N dan berharga E.
2.7.2 Bentuk BCD – Binary Code Desimal
Seperti telah diterangkan dalam uraian mengenai sistem bilangan oktal dan
heksadesimal di bagian depan, untuk menyatakan 1 angka desimal diperlukan 4 angka
biner. Tetapi dengan 4 bit sebenarnya dapat dinya-takan 16 macam simbol yang berbeda
sehingga kesepuluh simbol dalam bilangan desimal dapat dinyatakan dengan beberapa
himpunan (set) kode yang berbeda. Perlu dibedakan dengan tegas antara pengkodean dan
konversi. Kalau suatu bilangan dikonversikan ke bilangan lain maka kedua bilangan itu
mempunyai harga/nilai. Sebagai contoh, kalau angka 8 desimal dikonversikan ke biner,
maka satusatunya pilihan adalah 1000. Tetapi kalau angka 8 ini dikodekan ke biner, ada
bermacam-macam kode yang dapat dibentuk, walaupun hanya terdiri atas 4 bit.
Dari bermacam-macam kode untuk angka-angka desimal, kode BCD (singkatan
dari Binary Coded Decimal) merupakan kode yang paling sederhana karena kode itu
sendiri merupakan konversi dari desimal ke biner.Bilangan desimal pada setiap tempat
dapat terdiri dari 10 bilangan yang berbeda-beda. Untuk bilangan biner bentuk dari 10
elemen yang berbeda beda memerlukan 4 bit. Sebuah BCD mempunyai 4 bit biner untuk
setiap tempat bilangan desimal.
Contoh
Z(10) = 317
3 1 7 Desimal
0011 0001 0111 BinerCodeDesimal
Dalam contoh ini BCD terdiri dari 3 kelompok bilangan masing-masing terdiri dari 4
bit , dan jika bilangan desimal tersebut di atas dikonversi ke dalam bilangan biner secara
langsung adalah 317(10) = 100111101(2) dan hanya memerlukan 9 bit. Untuk contoh proses
sebaliknya dapat dilihat di bawah ini.
Contoh
Biner Code Desimal 0101 0001 0111 0000
Desimal 5 1 7 0
Jadi bentuk BCD di atas adalah bilangan Z(10) = 5170.
Modul I dan II Page 45
2.7.3 Bentuk BCO - Biner Code Oktal
Bilangan oktal pada setiap tempat terdiri dari 8 bilangan yang berbeda-beda. Untuk 8
elemen yang berbeda-beda diperlukan 3 bit. Sebuah BCO mempunyai 3 bit biner untuk
setiap tempat bilangan oktal.
Contoh
Z(8) = 634
6 3 4 Bilangan Oktal
110 011 100 Biner Code Oktal
Untuk proses sebaliknya adalah setiap 3 bit dikonversi ke dalam bilangan oktal.
Contoh
Biner Code Oktal 101 100 000 001
Bilangan Oktal 5 4 0 1
Jadi bentuk BCO diatas adalah bilangan Z(8) = 5401.
Modul I dan II Page 46
1.1.9.3. Bentuk BCH - Biner Code Heksadesimal
Bilangan heksadesimal dalam setiap tempat dapat terdiri dari 16 bilangan yang berbeda-
beda ( angka dan huruf ). Bentuk biner untuk 16 elemen memerlukan 4 bit. Sebuah BCH
mempunyai 4 bit biner untuk setiap tempat bilangan heksadesimal.
Contoh
Z(16) = 31AF
BilanganHeksadesimalAFBinerCodeHeksadesimal310011000110101111
Untuk proses sebaliknya, setiap 4 bit dikonversi ke dalam bilangan heksadesimal.
Contoh
BinerCodeHeksadesimalBilanganHeksadesimalA1010011000011000618
Jadi bentuk BCH diatas adalah bilangan Z(16) = A618.
1.1.10. Metoda Balikan
Metoda yang kita gunakan bisa dibalik yaitu dimulai dari bilangan Heksadesimal dirubah
kedalam bentuk BCH ( group digit biner empat-empat ). Buat group ulang ke bentuk BCO
( group digit biner tiga-tiga ) dari titik desimal untuk mengkonversikan ke dalam bilangan
Oktal. Akhirnya bilangan Oktal dapat dikonversikan ke dalam bentuk bilangan desimal
dengan metoda biasa dan dengan cara ini konversi basis bilangan dapat dipermudah.
Contoh 1
Tunjukkan bilangan Heksadesimal 4B2,1A616 ke bentuk bilangan Biner, Oktal dan
Bilangan Desimal yang ekuivalen.
Lakukanlah : a. Tulis ulang 4B2,1A616 dalam bentuk BCH
b. Groupkan ulang kedalam bentuk BCO dari titik Desimal
c. Tunjukkan ekuivalen Oktalnya setiap BCO
d. Akhirnya konversikan bilangan Oktal ke ekuivalen Desimal
Jika ke-4 langkah di atas dilakukan dengan benar akan menghasilkan,
a. 0100 1011 0010 , 0001 1010 01102
b. 010 010 110 010 , 000 110 100 1102
c. 2 2 6 2 , 0 6 4 68
d. 1202,10310
Contoh 2
Selesaikan bilangan Heksadesimal 2E3,4D16 ke bentuk bilangan Biner, Oktal dan
2E3,4D16 = 0010 1110 0011 , 0100 11012