Digitalis

3
Daftar pustaka 1. Farmakologi dan terapi edisi 5, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2007 2. Lawrence B., Keith P., Donald B, Iain B., Goodman and Gillman, Manual of Pharmacology and Therepeutics, McGraw Hill, 2008 Obat-obat inotropik positif merupakan obat yang meningkatkan kontraksi otot jantung dan meningkatkan curah jantung. Meskipun obat- obat ini bekerja melalui mekanisme yang berbeda dalam tiap kasus kerja inotropik adalah akibat peningkatan konsentrasi kalsium sitoplasma yang memacu kontraksi otot jantung. Digitalis Obat-obat golongan digitalis ini memiliki berbagai mekanisme kerja diantaranya pengaturan konsentrasi kalsium sitosol. Hal ini menyebabkan terjadinya 12 hambatan pada aktivasi pompa proton yang dapat menimbulkan peningkatan konsentrasi natrium intrasel, sehingga menyebabkan terjadinya transport kalsium ke dalam sel melalui mekanisme pertukaran kalsium-natrium. Kadar kalsium intrasel yang meningkat itu menyebabkan peningkatan kekuatan kontraksi sistolik. Mekanisme lainnya yaitu peningkatan kontraktilitas otot jantung. Pemberian glikosida digitalis juga meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung sehingga menyebabkan penurunan volume distribusi aksi, dank karena itu pada masa yang sama dapat meningkatkan efisiensi kontraksi. Terapi digoxin merupakan indikasi pada pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri yang hebat setelah terapi diuretik dan vasodilator. Obat yang termasuk dalam golongan glikosida jantung adalah digoxin dan digitoxin. Glikosida jantung mempengaruhi semua jaringan yang dapat dirangsang, termasuk otot polos dan susunan saraf pusat. Mekanisme efek ini belum diselidiki secara menyeluruh tetapi mungkin melibatkan hambatan Na+K+- ATPase di dalam jaringan ini. Hipokalemia dapat menyebabkan aritmia hebat. Penurunan kadar kalium dalam serum sering ditemukan pada pasien-pasien yang mendapatkan thiazid atau loop diuretik dan biasanya dapat dicegah dengan diuretik hemat kalium atau suplemen kalium karbonat.

description

deskripsi

Transcript of Digitalis

Page 1: Digitalis

Daftar pustaka

1. Farmakologi dan terapi edisi 5, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 20072. Lawrence B., Keith P., Donald B, Iain B., Goodman and Gillman, Manual of Pharmacology and

Therepeutics, McGraw Hill, 2008

Obat-obat inotropik positif merupakan obat yang meningkatkan kontraksi otot jantung dan meningkatkan curah jantung. Meskipun obat-obat ini bekerja melalui mekanisme yang berbeda dalam tiap kasus kerja inotropik adalah akibat peningkatan konsentrasi kalsium sitoplasma yang memacu kontraksi otot jantung.

Digitalis

Obat-obat golongan digitalis ini memiliki berbagai mekanisme kerja diantaranya pengaturan konsentrasi kalsium sitosol. Hal ini menyebabkan terjadinya 12 hambatan pada aktivasi pompa proton yang dapat menimbulkan peningkatan konsentrasi natrium intrasel, sehingga menyebabkan terjadinya transport kalsium ke dalam sel melalui mekanisme pertukaran kalsium-natrium. Kadar kalsium intrasel yang meningkat itu menyebabkan peningkatan kekuatan kontraksi sistolik. Mekanisme lainnya yaitu peningkatan kontraktilitas otot jantung. Pemberian glikosida digitalis juga meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung sehingga menyebabkan penurunan volume distribusi aksi, dank karena itu pada masa yang sama dapat meningkatkan efisiensi kontraksi.

Terapi digoxin merupakan indikasi pada pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri yang hebat setelah terapi diuretik dan vasodilator. Obat yang termasuk dalam golongan glikosida jantung adalah digoxin dan digitoxin. Glikosida jantung mempengaruhi semua jaringan yang dapat dirangsang, termasuk otot polos dan susunan saraf pusat. Mekanisme efek ini belum diselidiki secara menyeluruh tetapi mungkin melibatkan hambatan Na+K+- ATPase di dalam jaringan ini.

Hipokalemia dapat menyebabkan aritmia hebat. Penurunan kadar kalium dalam serum sering ditemukan pada pasien-pasien yang mendapatkan thiazid atau loop diuretik dan biasanya dapat dicegah dengan diuretik hemat kalium atau suplemen kalium karbonat. Hiperkalsemia dan hipomagnesemia juga menjadi predisposisi terhadap toksisitas digitalis. Antara efek samping lain yang dapat timbul jika mendapat pengobatan digitalis ialah dapat terjadi anoreksia, mual, muntah dan sakit kepala. Sealin itu, timbul juga gejala toksik pada jantung seperti kontraksi ventrikel prematur multiform atau unifocal,takikardia ventrikular, desosiasi AV, aritmia sinus, takikardia atrium dengan berbagai derajat blok AV. Gejala neurologic yang sering terjadi akibat efek samping digitalis ialah depresi, ngantuk, rasa lemah, letargi, gelisah, vertigo, bingung dan halusinasi visual. Gangguan pada mata yang sering terjadi ialah midriasis, fotofobia, dan berbagai gangguan visus. Selain itu, pengobatan digitalis juga dapat menyebabkan ginekomastia pada pria, ruam kulit makulopopular atau reaksi kulit yang lain.

Page 2: Digitalis

Dewasa:

Dosis digitalisasi rata-rata 3-6 tablet sehari dalam dosis terbagi.Untuk digitalisasi cepat dimulai2 - 3 tablet, diikuti 1 -2 tablet tiap 6-8 jam sampai tercapai digitalisasi penuh. Untuk digitalisasi lambat dan dosis penunjang 1/2-2 tablet sehari (1/2 - 1 tablet pada usia lanjut), tergantung pada berat badan dan kecepatan bersihan kreatinin. Dosis harus dikurangi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.

Anak-anak dibawah 10 tahun :

0.025 mg/kg BB sehari dalam dosis tunggal atau terbagi.

Dosis lebih rendah pada pasien dengan berat badan rendah.usia lanjut, hipokalemia dan hipotiroid. Setelah pemberian selama 14 hari, dosis harus diturunkan dan disesuaikan dengan respon pasien. Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan menyusui. Hati-hati juga pada pemberian pada penderita gagal jantung yang menyertai glomerulonefritis akut, karditis berat, gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat, hipokalsemia, hipomagnesemia, aritmia atrium yang disebabkan keadaan hipermetabolik, penyakit nodus SA, Sindroma Wolff - Parkinson - White, perikarditis konstriktif kronik, bayi neonatus dan bayi prematur. Blok AV tidak lengkap pada pasien dengan serangan Stokes - Adams dapat berianjut menjadi Blok AV lengkap. Jangan digunakan untuk terapi obesitas atau takikardia sinus, kecuali jika disertai gagal jantung. Digoksin dapat menimbulkan perubahan ST-T yang pgsitjf semu pada EKG selama test latihan. Anoreksia, mual, muntan dan aritmia dapat merupakan gejala penyerta gagal jantung atau gejala-gejala keracunan digitalis. Bila timbul keracunan digitalis maka pemberian obat digitalis dandiuretik dihentikan.Obat ini juga dikontraindikasikan kepada pasien yang menderita riwayat blok AVtingkat 2 dan blok AV total, aritmia supra ventrikular yang disebabkan sindroma Wolff - Parkinson – White,fibrilasi ventrikel dan juga hipersensitif terhadap digoksin dan penderita dengan riwayat intoleransi terhadap preparat digitalis.Kuinidin, verapamil, amiodarondan propafenon dapat meningkatkan kadar digitalis. Diuretik, kortikosteroid, dapat menimbulkan hipokalemia, sehingga mudah terjadi intoksikasi digitalis. Antibiotik tertentu menginaktivasi digoksin melalui metabolisme bakterial di usus bagian bawah. Propantelin, difenoksilat, meningkatkan absorpsi digoksin. Antasida, kaolin-peptin, sulfasalazin, neomisina, kolestiramin, beberapa obat kanker, menghambat absorpsi digoksin. Simpatomimetik, meningkatkan resiko aritmia. Beta - bloker, kalsium antagonis, berefek aditif dalam penghambatan konduksi AV.