perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF...

86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF DIRECTORS DALAM OPERATIONAL RISK DISCLOSURE: STUDI EMPIRIS PERBANKAN INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun oleh: ERNA RAHMAWATI NIM. F0307010 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERAN BOARD OF DIRECTORS DALAM OPERATIONAL RISK

DISCLOSURE: STUDI EMPIRIS PERBANKAN INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh:

ERNA RAHMAWATI

NIM. F0307010

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

(Al-Fatihah: 1)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah

kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu

urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya

kepada Tuhanmulah kehendaknya kamu berharap

(Al Insyirah: 5-8)

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam

(Al-Fatihah: 2)

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil ini kepada:

♥ Allah SWT

♥ Bapak dan Ibu tercinta

♥ Semua orang yang kusayangi

♥ Almamater

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,

karunia, segala nikmat, dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Peran Board of Directors dalam Operational Risk

Disclosure: Studi Empiris Perbankan Indonesia”, sebagai tugas akhir guna

memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Akuntansi Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari dorongan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenanya, penulis dengan ini

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. Jaka Winarna M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons), Ph.D, Ak. selaku

pembimbing skripsi atas semua kritik, saran, nasihat dan perhatianya yang

sangat membantu penulis untuk mencapai hasil yang terbaik.

4. Seluruh pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Terimakasih atas ilmu dan kesabaran yang diberikan selama belajar di

Fakultas ini. Semoga semua ilmu yang telah diberikan dapat digunakan

dengan sebaik-baiknya.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

5. Seluruh karyawan dan staff Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Terimasih atas bantuan dan kerjasamanya selama penulisan skripsi ini.

6. Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Demikian ucapan terima kasih yang penulis sampaikan semoga atas

bantuan serta kebaikan dari semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada

penulis hingga tersusunnya skripsi ini, mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Amiin.

Surakarta, Maret 2011

Penulis

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

THANKS TO

1. Allah SWT, atas segala anugerah, ilmu, kesempatan dan segala sesuatu yang

membuatku ada di dunia ini. Subhanallah, sungguh besar nikmat-Mu untukku.

2. Bapak dan Ibu tercinta atas kasih sayang, perhatian didikan, bimbingan dan

kesempatan yang telah beliau berikan. Terimakasih telah membuatku menjadi

seperti sekarang ini. Hanya ucapan terima kasih yang sebesar-besanya yang

dapat kuucapkan. Aku sayang kalian.

3. Adiku tersayang, T. Kuncoro Adi, makasih buat doa dan motivasinya. Belajar

yang rajin dan jangan mengeluh, apa yang telah ada adalah yang terbaik

untukmu.

4. Mbah kakung dan mbah putri, terima kasih atas doa dan dukungannya. I miss

u so much. Akhirnya erna lulus, semoga bisa jadi kebanggaan kalian.

5. Anggota “11000” (Umi, Verian, Latifa, Meldhan), Nastiti, dan Soli, makasih

banget buat semuanya. Aku bersyukur banget punya teman kayak

kalian…Semoga kita sukses dunia dan akhirat…Amin.

6. The Djs’s fans (Ane, Fira, Umi dan Mas Wahyu), terima kasih semua bantuan,

koreksi & sharing-nya.

7. Keluarga besar AGEN 007 FE UNS (andin , diana, ayus, endah, adu, dee, sofi,

tia, irma, cuiy, ici, nia, erna, fira, umi, ve, ifa, ira, fajrika, irla, pu3, ratih, fat,

hermin, murdiani, aniz, suci, dela, novi, dewilis, mba sri, puspa, dewi indrias,

silvy, nani, dewok, ana, meldhan, sari, neesya, made ayu, rina, sanda, asmara,

dina, miol, mb opi, ery, ajeng, mike, aninda, eva, rini, ria, bimo, hafid, sepep,

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

rija, yandi, basri, anang, ndok, moyo, fitrah, angga, iwak, mek, timo, andri,

tafik, adikur, ragil, dedi, spirtuz, peka, tri, fariz, awang, herman, smuanya..

terima kasih untuk persahabatan yg begitu besar, hahahaha.. ! thx for all..

8. Temen2 di BEM (mbak ayut, mbak finik, mas barjos, zulfikar, suryo, maya,

adip, fitrah, suroto makasih banget sudah bantu aku pas di BEM, maaf ya

kalau aku suka rewel).

9. Keluarga besar kos Aulia dan eks-aulia (mbak wida, mbak hesti, mbak dety,

mbak retno, mbak rahma, mela, kiki, widi, astuti, yuniah, fajar, septi, isma,

sari, dian, adis, nining, maya, metha, yana) sukses buat kita…semangat!

10. Teman-teman Djs’s fans 06 yang telah memberikan banyak bantuan (mas ujo,

mb dora, mb choir, mbak rena, mbak rini) terima kasih sekali.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan

demi perbaikan yang berkelanjutan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari. Terima kasih.

Surakarta, Maret 2011

Penulis

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN ABSTRAKSI ................................................................................ iii

HALAMAN ABSTRACT ................................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................. viii

HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................ xii

HALAMAN DAFTAR TABEL ........................................................................ xv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ................................................................... xvi

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

E. Sistematika Penulisan ................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 10

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

1. Annual Report dan Disclosure .............................................. 10

2. Operational Risk Disclosure.................................................. 12

3. Basel II .................................................................................... 17

4. Dewan Komisaris (Board of Directors) ................................ 21

B. Kaitan Board of Directors dengan Pengungkapan Risiko

Operasional ................................................................................... 26

C. Skema Konsep Penelitian ............................................................. 28

D. Pengembangan Hipotesis ............................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian .......................................................................... 35

B. Populasi, Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel .................. 35

C. Data dan Metode Pengumpulan Data .......................................... 36

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.......................... 37

E. Teknik Analisis Data .................................................................... 43

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Data .............................................................................. 48

1.Seleksi Sampel ........................................................................... 48

2.Statistik Deskriptif ..................................................................... 49

B. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ......................................... 57

Analisis Regresi Berganda ........................................................... 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 67

B. Saran .............................................................................................. 68

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

C. Keterbatasan .................................................................................. 69

D. Rekomendasi ................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Klasifikasi Risiko ............................................................. 14

Tabel 2.2 Perbandingan Ruang Lingkup Pengungkapan

Risiko Operasional ................................................................................... 20

Tabel 3.1 Item Pengungkapan Risiko Operasionoal ............................................... 40

Tabel 3.2 Durbin-Watson ......................................................................................... 46

Tabel 4.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 48

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Pengungkapan Risiko Operasional ........................ 49

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Independen ................................................ 54

Tabel 4.5 Hasil Regresi Berganda ............................................................................ 59

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Board of Director dalam One Tier System ......................... 22

Gambar 2.2 Struktur Struktur Board of Commissioner dan Board of Director

dalam Two Tiers System yang diadopsi oleh Belanda .................. 23

Gambar 2.3 Struktur Board of directors dalam Two Tiers System yang diadopsi

oleh Indonesia .................................................................................... 24

Gambar 2.4 Skema Konsep Penelitian ................................................................... 28

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Summary Karakteristik Ruang Lingkup Risiko Operasional

Lampiran II Daftar Perbankan

Lampiran III Perbankan dan Skor Pengungkapan Risiko Operasional

Lampiran IV Descriptives Statistic

Lampiran V Uji Asumsi Klasik

Lampiran VI Regresi Berganda

Lampiran VII T-Test

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERAN BOARD OF DIRECTORS DALAM OPERATIONAL RISK

DISCLOSURE: STUDI EMPIRIS PERBANKAN INDONESIA

ABSTRAKSI

ERNA RAHMAWATI

F0307010

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran board of directors dalam operational risk disclosure pada perbankan Indonesia. Board of directors direpresentasikan dengan ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, komposisi komisaris wanita, dan jumlah rapat dewan komisaris. Penelitian ini menggunakan profitabilitas dan komposisi komite audit independen sebagai variabel kontrol.

Pengukuran tingkat operational risk disclosure dalam penelitian ini menggunakan item yang terdapat dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP/2003. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 46 perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009.

Rerata tingkat operational risk disclosure sebesar 76,270%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan perbankan di Indonesia dalam mengungkapkan informasi mengenai operational risk ternyata masih rendah (partly comply) mengingat operational risk disclosure adalah pengungkapan wajib (mandatory disclosure) sesuai dengan PSAK No. 31 (revisi 2000), PBI Nomor: 5/8/PBI/2003, PSAK 50 (2006) dan P3LKEPPBANK (2008). Hasil pengujian regresi berganda menunjukkan bahwa board of directors melalui ukuran dewan komisaris (board size) mempengaruhi tingkat operational risk disclosure. Dewan komisaris merupakan inti corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, dan mewajibkan terlaksananya akuntabilitas.

Kata kunci: board of directors, operational risk disclosure, perbankan Indonesia

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERAN BOARD OF DIRECTORS DALAM OPERATIONAL RISK

DISCLOSURE: STUDI EMPIRIS PERBANKAN INDONESIA

ABSTRACT

ERNA RAHMAWATI

F0307010

The purpose of this study is to examine the effect of board of directors to operational risk disclosure of Indonesian banks. Board of directors are identified as the board size, the composition of independent commissioners, the composition of woman commissioners, and the number of board meetings. This study also uses profitability and the composition of independent audit committee members as control variable.

The level of operational risk disclosure is measured based on identified items of Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP/2003. Under purposive sampling, secondary data of 46 annual reports year 2008-2009 of banks in Indonesian Stock Exchange are selected.

The average level of operational risk disclosure of 76.27%. The result indicates that the level of operational risk disclosure of Indonesian’s banking is at low level (partly comply) since operational risk disclosure is mandatory disclosure according PSAK No. 31 (revised 2000), PBI Nomor: 5/8/PBI/2003, PSAK 50 (2006) and P3LKEPPBANK (2008). The result of multiple regression shows that board of directors affects the level of operational risk disclosure through the variable board size. Board of commissioners lies at the core of corporate governance, charged ensuring strategic guidance, monitoring management, and providing accountability. Keywords: board of directors, operational risk disclosure, Indonesian banks

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab pertama akan menjelaskan mengenai latar belakang dilakukannya

penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika dari penulisan

penelitian ini.

A. Latar Belakang

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran board of directors (dewan

komisaris) dalam operational risk disclosure (pengungkapan risiko operasional)

pada perbankan Indonesia. Board of directors direpresentasikan dengan ukuran

dewan komisaris, komposisi komisaris independen, komposisi komisaris wanita,

dan jumlah rapat dewan komisaris.

Menurut Napitupulu (2009) perbankan sebagai lembaga perantara

keuangan merupakan salah satu media translasi dan transformasi risiko dari

pemilik dana yang umumnya bersifat risk averse. Risiko dalam konteks

perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan

(anticipated) maupun yang tidak diperkirakan (unanticipated) yang berdampak

negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank (Lampiran Surat Edaran Bank

Indonesia Nomor 5/21/DPNP, 2003). Perdebatan mengenai pentingnya

pengungkapan risiko dimulai sejak tahun 1998 ketika Institute of Chartered

Accountants in England and Wales (ICAEW) menerbitkan paper yang berjudul

Financial Reporting of Risk-Proposals for A Statement of Business Risk (Amran,

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Bin, dan Hassan 2009). Oorschot (2009) menyatakan bahwa pengungkapan risiko

semakin penting karena bermanfaat bagi investor, perusahaan, dan manajemen.

Semakin berkembangnya produk yang ada di dunia perbankan dekade

terakhir ini mendorong Basel Committee on Banking Supervision (BCBS)

mengeluarkan konsep permodalan yang lebih sensitif terhadap risiko (risk

sensitive) dan dikenal dengan Basel II (Direktorat Penelitian dan Pengaturan

Perbankan, 2006). Pengungkapan risiko (risk disclosure) diperlukan untuk

memastikan mekanisme market discipline dapat bekerja dengan efektif (Oorschot,

2009). Menurut Hirtle (2007) tingkat pengungkapan yang lebih tinggi dapat

menurunkan risiko bank. Hal tersebut dikarenakan transparansi informasi (terkait

produk dan aktivitas bank) merupakan aspek penting dalam pengendalian risiko

(Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/25/PBI/2009).

Kasus penyimpangan dan kejahatan perbankan mulai mengancam

perekonomian Indonesia (www.bataviase.co.id, 2010). Kasus bank bermasalah

karena praktek perbankan yang tidak sehat banyak terjadi. Maraknya kasus

tersebut disebabkan oleh lemahnya pengelolaan manajemen perbankan sebagai

lembaga kepercayaan, kurangnya transparansi dan pemahaman nasabah terhadap

laporan keuangan bank, serta kelemahan infrastruktur pengawasan bank

(www.denpasar.tv, 2004). Kasus Bank Global tahun 2004 mencerminkan

lemahnya transparansi perbankan karena Bank Global menyembunyikan

informasi yang penting bagi stakeholders, yaitu informasi penurunan CAR dari

44,84% per September 2004 menjadi -39% dalam tempo dua bulan

(www.denpasar.tv, 2004). Kasus kredit macet Bank Mandiri tahun 2005 yang

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

melibatkan jajaran direksi menunjukkan bahwa tugas dan tanggung jawab dewan

komisaris selaku pengawas pelaksanaan fungsi governance pada perbankan belum

dilaksanakan dengan baik (www.tempointeraktif.com, 2009).

Meek, Roberts, dan Gray (1995) menyatakan bahwa informasi yang

diungkapkan dalam laporan tahunan dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu

pengungkapan wajib (mandatory disclosures) dan pengungkapan sukarela

(voluntary disclosure). Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 31 tentang

perbankan revisi tahun 2000 menyatakan bahwa bank wajib mengungkapkan

informasi mengenai risiko umum yang dihadapinya. Hal tersebut berarti

pengungkapan risiko di perbankan Indonesia merupakan pengungkapan wajib.

Ketentuan yang mewajibkan pengungkapan risiko oleh perbankan di

Indonesia diperkuat dengan berlakunya PBI Nomor: 5/8/PBI/2003 yang telah

mengalami perubahan menjadi PBI Nomor: 11/25/PBI/2009. Berdasarkan

peraturan tersebut, risiko yang dihadapi perbankan mencakup delapan jenis risiko,

yaitu: (a) risiko kredit; (b) risiko pasar; (c) risiko likuiditas; (d) risiko operasional;

(e) risiko hukum; (f) risiko reputasi; (g) risiko strategik; dan (h) risiko kepatuhan.

Penelitian ini berfokus pada operational risk, yaitu risiko akibat

ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,

kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang

mempengaruhi operasional bank (Peraturan Bank Indonesia Nomor:

11/25/PBI/2009). Kegagalan operasional akibat restrukturisasi institusi keuangan

(Natwest, Allied Irish Bank, dan LTCM) menyebabkan perhatian terhadap

operational risk meningkat (Helbok dan Wagner, 2006). Hasil penelitian mereka

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

menunjukkan bahwa lembaga keuangan di Amerika Utara, Asia, dan Eropa yang

memiliki profitabilitas lebih rendah mengungkapkan operational risk lebih luas.

Dalam penelitian mereka operational risk disclosure masih bersifat voluntary

(sukarela). Menurut Abraham dan Cox (2007) pengungkapan risiko

mencerminkan kondisi perusahaan sehingga dapat membantu menentukan profil

risiko yang berguna bagi para investor. Sundmacher dan Ford (2007) meneliti

tentang operational risk disclosure pada institusi keuangan di Australia dan

hasilnya menunjukkan bahwa meskipun penerapan Basel II mengakibatkan

kebutuhan yang lebih besar dalam mengungkapkan informasi operational risk,

tapi kurangnya konsistensi dalam cara pelaporan mengakibatkan keraguan atas

manfaat operational risk disclosure bagi pihak eksternal.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001),

dewan komisaris memegang peranan yang penting dalam perusahaan, terutama

dalam pelaksanaan corporate governance (CG). Isu mengenai corporate

governance di Indonesia menjadi bahasan penting sejak pertengahan 1987. Hal

tersebut dikarenakan corporate governance diperlukan untuk mendukung

pemulihan ekonomi dan pertumbuhan perekonomian yang stabil setelah masa

krisis (Herwidayatmo, 2000). Menurut Dalton, Daily, Johnson, dan Ellstrad

(1999) jumlah anggota dewan komisaris yang besar lebih efektif daripada jumlah

yang kecil. Hal ini menyebabkan aktivitas pengendalian dan pengawasan terhadap

manajemen semakin baik (Andres, Azofra, dan Lopez, 2005). Dengan demikian,

semakin bertambahnya jumlah anggota dewan komisaris, maka pengawasan

terhadap operational risk disclosure diharapkan meningkat.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Komisaris independen memiliki peran yang kuat untuk mempengaruhi

perusahaan dalam pengambilan keputusan dan mereka harus memelihara

reputasinya sebagai dewan pengawas (Cheng dan Courtenay, 2006). Chen dan

Jaggi (2000) dan Hossain (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh

komposisi komisaris independen terhadap tingkat pengungkapan informasi pada

laporan tahunan bank dan hasilnya menunjukkan bahwa komposisi komisaris

independen berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan

informasi. Namun, hasil penelitian Eng dan Mak (2003) menyatakan bahwa

komposisi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap pengungkapan

sukarela. Menurut mereka, komisaris independen dipilih oleh pemegang saham

mayoritas (blockholder) untuk mewakili kepentingannya sehingga komisaris

independen lebih banyak menyampaikan informasi kepada mereka daripada ke

publik. Mereka berpendapat bahwa komisaris independen merupakan substitusi

dalam memonitor pengungkapan ke publik, sedangkan menurut Chen dan Jaggi

(2000) komisaris independen sebagai komplementer dalam memonitor

pengungkapan ke publik.

Akhir-akhir ini perdebatan mengenai keragaman gender dalam perusahaan

menjadi perhatian pembuat kebijakan, manajer, direktur, dan akademisi (Volkart

dan Noldeke, 2008). Keragaman gender dapat meningkatkan value driver dalam

strategi perusahaan dan corporate governance sehingga menjadi isu yang menarik

dalam penelitian akademik sekarang ini (Marinova, Plantenga, dan Remery,

2010). Mereka juga menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah wanita dalam

dewan komisaris dapat meningkatkan produktivitas dan profitabilitas perusahaan.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Farrel dan Hersch (2005) menemukan bukti bahwa komisaris wanita cenderung

lebih memperhatikan kinerja perusahaan, termasuk operational risk disclosure.

Oleh karena itu, semakin banyak komposisi komisaris wanita diharapkan tingkat

pengungkapan semakin meningkat.

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 8/14/PBI/2006 menyatakan

bahwa dewan komisaris wajib menyelenggarakan rapat secara berkala sekurang-

kurangnya empat kali dalam setahun. Vafeas (2003) menunjukkan bahwa semakin

banyak rapat yang diselenggarakan dewan komisaris, maka meningkatkan kinerja

perusahaan termasuk pengungkapan informasi. Penelitian Ettredge, Johnstone,

Stone, dan Wang (2010) menunjukkan bahwa jumlah rapat dewan komisaris

memiliki pengaruh positif terhadap kualitas kepatuhan pengungkapan wajib.

Fokus penelitian ini dilakukan pada perbankan karena perbankan

merupakan lembaga keuangan yang bersifat risk taking entities (Oorschot, 2009).

Kegiatan usaha bank selalu dihadapkan dengan pengambilan risiko yang besar,

seperti dalam aktivitas pendanaan, perkreditan, dan treasuri. Faktor lain yang

menunjukkan pentingnya penelitian pada perbankan adalah lemahnya transparansi

di perbankan Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian1 dengan judul “Peran Boards of Directors dalam Operational Risk

Disclosure: Studi Empiris Perbankan Indonesia”.

1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), pengaruh merupakan daya yang timbul dari seseorang, sedangkan peran merupakan sesuatu yang diharapkan dimiliki seseorang. Oleh karena itu, dalam penelitian ini definisi peran direpresentasikan dengan pengaruh.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Motivasi penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini penting dilakukan di Indonesia karena informasi mengenai

operational risk diperlukan para stakeholders untuk mengetahui bagaimana

operational risk dikelola sehingga dapat membantu mereka dalam mengambil

keputusan. Kasus penipuan perbankan melalui penerbitan letter of credit

(L/C), seperti yang terjadi pada Bank Negara Indonesia (BNI) tahun 2003 dan

Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2006 menunjukkan kurangnya

transparansi pihak perbankan dalam pengelolaan operational risk.

Penelitian tentang operational risk disclosure pada perbankan belum pernah

dilakukan di Indonesia. Penelitian mengenai operational risk disclosure mulai

dilakukan di luar negeri antara lain oleh Linsey dan Shrives (2005), Helbok

dan Wagner (2006), dan Sundmacher dan Ford (2007).

b. Mengetahui bagaimana peran dewan komisaris yang bertanggung jawab

mengawasi operational risk disclosure.

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada regulator,

nasabah, perbankan, investor, kreditor, dan masyarakat mengenai bagaimana

operational risk disclosure di Indonesia dan peran dewan komisaris terhadap

tingkat operational risk disclosure. Dengan demikian, penelitian ini dapat

dijadikan evaluasi bagi perbankan dan stakeholder.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan judul penelitian, maka yang menjadi

permasalahan adalah apakah board of directors yang direpresentasikan dengan

ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, komposisi komisaris

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

wanita, dan jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh terhadap tingkat

operational risk disclosure?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran board of directors yang

direpresentasikan dengan ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris

independen, komposisi komisaris wanita, dan jumlah rapat dewan komisaris

dalam operational risk disclosure.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Perbankan, memberikan pengetahuan tentang praktik operational risk

disclosure dan dapat digunakan untuk bahan pertimbangan manajemen dalam

praktik operational risk disclosure.

2. Bagi Stakeholder, dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan dan melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan

perusahaan, terutama dalam pengelolaan operational risk disclosure.

3. Bagi Regulator, mendorong regulator (Bapepam, BI, dan IAI) untuk

menetapkan kebijakan dan regulasi ataupun standar pengungkapan yang lebih

baik bagi bank di Indonesia maupun sektor lainnya dalam hal praktik

operational risk disclosure.

4. Bagi Akademisi, hasil penelitian ini akan menambah wawasan dan

pengetahuan tentang operational risk disclosure.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang memuat literatur

terkait dengan topik penelitian; kaitan variabel independen

dengan variabel dependen; kerangka pemikiran;

pengembangan hipotesis.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang desain penelitian; populasi, sampel, dan

teknik pengambilan sampel; data dan metode pengumpulan

data; variabel penelitian dan pengukurannya; dan metode

analisis data yang terdiri dari statistik deskriptif, uji asumsi

klasik dan pengujian hipotesis.

BAB IV : Analisis dan Pembahasan

Bab ini menguraikan analisis deskriptif data; pengujian

hipotesis dan pembahasan hasil analisis.

BAB V : Penutup

Bab ini membahas kesimpulan mengenai obyek yang diteliti

berdasarkan hasil analisis data, menjelaskan mengenai

keterbatasan penelitian dan memberikan saran bagi pihak yang

terkait, serta rekomendasi bagi peneliti berikutnya.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab II ini akan menjelaskan mengenai tinjauan pustaka, kaitan board of

directors dengan operational risk disclosure, kerangka konseptual, serta

pengembangan hipotesis dalam penelitian ini.

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini menerangkan literatur yang mendasari komponen

maupun variabel penelitian, yaitu 1) Annual Report dan Disclosure, 2)

Operational Risk Disclosure, 3) Basel II, dan 4) Board of Directors.

1. Annual Report (Laporan Tahunan) dan Disclosure (Pengungkapan)

Laporan tahunan (annual report) adalah media utama untuk

mengkomunikasikan informasi keuangan dan informasi lainnya dari pihak

manajemen kepada pihak di luar perusahaan (Suhardjanto dan Miranti, 2009).

Menurut Suwardjono (2005), secara umum tujuan pengungkapan adalah

menyajikan informasi yang diperlukan dalam mencapai tujuan pelaporan

keuangan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda.

Meek, Roberts, dan Gray (1995) menyatakan pengungkapan informasi dalam

laporan tahunan dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu pengungkapan wajib

(mandatory disclosures) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).

Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh

peraturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela, seperti corporate social

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

responsibility (CSR) disclosure dan intellectual capital disclosure merupakan

pilihan bebas manajemen perusahaan untuk pembuatan keputusan oleh para

pengguna laporan tahunannya.

Peraturan mengenai praktik pengungkapan informasi perusahaan di

Indonesia, khususnya yang bersifat wajib (mandatory) diatur oleh Bapepam dan

Ikatan Akuntan Indonesia (Benardi, Sutrisno, dan Assih, 2009). Laporan

keuangan merupakan mekanisme komunikasi antara manajer dengan investor

(Hastuti, 2005) sehingga pengungkapan informasi melalui laporan keuangan

menjadi penting untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas publik (Suharli

dan Amrullah, 2007).

Pengungkapan informasi berguna untuk membantu pengguna laporan

keuangan memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan

(Rahayu, 2008). Pengungkapan informasi yang memadai dapat digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan yang cermat dan cepat (Suharli dan Amrullah,

2007). Peraturan tentang standar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang

telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik, yaitu Peraturan No.

VIII.G.7 tahun 2000 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan. Peraturan

tersebut didukung dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/1995, yang

selanjutnya diubah melalui Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-38/PM/1996.

Peraturan tersebut diperbaharui dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-

02/PM/2002 yang mengatur tentang penyajian dan pengungkapan laporan

keuangan emiten atau perusahaan publik untuk setiap jenis industri, yaitu

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

manufaktur, investasi, rumah sakit, jalan tol, perhotelan, restoran, telekomunikasi,

konstruksi, perdagangan, transportasi, real estate, peternakan, dan perkebunan.

Industri perbankan di atur dalam Surat Edaran Ketua Bapepam dengan

Nomor: SE-02/BL/2008 yang dikeluarkan tanggal 31 Januari 2008. Salah satu

jenis pengungkapan informasi dalam annual report adalah pengungkapan

mengenai operational risk. Informasi risiko, termasuk operational risk, penting

bagi perusahaan karena dapat menyediakan informasi masa depan, mendorong

manajemen risiko yang lebih baik, mengurangi biaya modal, dan meningkatkan

akuntabilitas (ICAEW, 2002).

2. Operational Risk Disclosure

Era globalisasi dan semakin terintegrasinya pasar keuangan menyebabkan

produk dan aktivitas perbankan semakin kompleks sehingga menyebabkan

eksposur risiko bank semakin tinggi (Peraturan Bank Indonesia Nomor:

11/25/PBI/2009). Risiko adalah potensi terjadinya suatu kejadian atau peristiwa

yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank (Peraturan Bank Indonesia Nomor:

5/8/PBI/2003). Berdasarkan peraturan tersebut risiko yang dikelola perbankan

meliputi risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko

hukum, risiko reputasi, risiko strategik, dan risiko kepatuhan.

Perbankan dapat mengendalikan risiko dengan menerapkan manajemen

risiko. Menurut PBI Nomor: 11/25/PBI/2009, manajemen risiko didefinisikan

sebagai serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk

mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul

dari seluruh kegiatan usaha bank. Manajemen risiko dianggap sebagai bagian

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

integral dari pengendalian internal dan tata kelola perusahaan, yang juga dapat

digunakan sebagai indikator kinerja keberhasilan manajemen dalam mencapai

tujuannya serta dalam menghadapi ketidakpastian dan risiko yang terkait dengan

operasi perusahaan dan lingkungan global (Lajili dan Zeghal, 2005).

Beberapa alasan penting manajemen risiko bagi perbankan menurut

nustaffsite.gunadarma.ac.id (2009) adalah 1) merupakan salah satu aspek

corporate governance khususnya transparansi, 2) membantu top management

dalam mengambil keputusan bisnis, 3) tersedianya ukuran penilaian secara

kualitatif dan kuantitatif, 4) mendorong bank beroperasi secara lebih efisien, 5)

mengantisipasi penerapan internal model, 6) meningkatkan shareholder’s value

(ultimate objective), dan 7) sebagai sarana early warning system bagi risk

management unit dan risk management committee.

Salah satu risiko yang dikelola perbankan adalah operational risk (PBI

Nomor: 5/8/PBI/2003). Operational risk menurut Basel Committee on Banking

Supervision (BCBS, 2003a:120) adalah “The risk of loss resulting from

inadequate or failed internal processes, people, and system, or from external

event”. Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor:

5/21/DPNP/2003 juga menyampaikan definisi mengenai operational risk, yaitu

risiko disebabkan ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal,

kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang

mempengaruhi operasional bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:

5/8/PBI/2003 dan Surat Edaran Ketua Bapepam (P3LKEPPBANK) Nomor: SE-

02/BL/2008, operational risk secara jelas disebutkan sebagai risiko yang

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

umumnya dihadapi oleh perbankan, tapi dalam PSAK 50 (2006) operational risk

tidak secara langsung disebutkan sebagai salah satu jenis risiko. Perbandingan

klasifikasi risiko sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perbandingan Klasifikasi Risiko

PBI Nomor: 5/8/PBI/2003

PSAK 50 (2006) Instrumen Keuangan:

Penyajian dan Pengungkapan

P3LKEPPBANK (2008)

Risiko kredit Risiko likuiditas Risiko pasar Risiko operasional Risiko hukum Risiko reputasi Risiko strategik Risiko kepatuhan

Risiko kredit Risiko likuiditas Risiko pasar:

- Risiko suku bunga - Risiko mata uang

asing/ risiko nilai kurs

- Risiko harga lainnya

Risiko umum: Risiko kepanikan masyarakat Risiko pemogokan karyawan Risiko kerusuhan dan penjarahan Risiko operasional Risiko investasi Risiko penanganan masalah litigasi Risiko persaingan Risiko khusus: Risiko kredit Risiko likuiditas Risiko pasar:

- Risiko suku bunga - Risiko nilai tukar rupiah

Risiko solvabilitas Risiko obligasi rekapitalisasi pemerintah Risiko bank penggabungan Risiko teknologi sistem informasi Risiko ketergantungan kepada pemerintah Risiko tidak dilanjutkannya program penjaminan pemerintah Risiko ketergantungan pada deposito berjangka Risiko agunan kredit Risiko pemulihan krisis sektor perbankan Risiko fidusia

Sumber: PBI Nomor: 5/8/PBI/2003, PSAK 50 (2006), dan P3LKEPPBANK (2008) : Area penelitian

Menurut Idroes dan Sugiarto (2006: 135), kesepakatan Basel II mengkaji

peristiwa operational risk meliputi:

a. Risiko proses internal, yaitu risiko yang terkait dengan kegagalan dari suatu proses bank atau prosedur.

b. Risiko sumber daya manusia, yaitu risiko yang berhubungan dengan karyawan dari suatu bank.

c. Risiko sistem, yaitu risiko yang berhubungan dengan penggunaan sistem dan teknologi.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

d. Risiko eksternal, yaitu risiko yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di luar kekuasaan langsung dari bank.

e. Risiko hukum, yaitu risiko yang disebabkan oleh ketidakpastian tindakan hukum atau ketidakpastian dalam menginterpretasikan atau mengaplikasikan kontrak, hukum, atau peraturan.

Secara eksplisit pengungkapan risiko di Indonesia diatur dalam PSAK 50

(revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan dan

Keputusan Bapepam LK Nomor: Kep-134/BL/2006 tentang Kewajiban

Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten dan Perusahaan Publik. PSAK 50

(revisi 2006) menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan transaksi

menggunakan instrumen keuangan disyaratkan untuk mengungkapkan risiko dan

manajemen risikonya. Manajemen wajib mengungkapkan uraian singkat

mengenai tata kelola perusahaan yang meliputi,

“Penjelasan mengenai risiko-risiko yang dihadapi perusahaan serta upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengelola risiko tersebut, misalnya: risiko yang disebabkan oleh fluktuasi kurs atau suku bunga, persaingan usaha, pasokan bahan baku, ketentuan negara lain atau peraturan internasional, dan kebijakan pemerintah” (Keputusan Bapepam LK Nomor: Kep-134/BL/2006). Pengungkapan risiko sebagai pengkomunikasian informasi mengenai

strategi, karakteristik, operasi, dan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil yang

diharapkan (Beretta dan Bozzolan, 2004).

Pengungkapan risiko, termasuk operational risk di perbankan diatur

dalam Pedoman Corporate Governance Perbankan (KNKG, 2004) dan Surat

Edaran Ketua Bapepam dengan Nomor: SE-02/BL/2008 tentang Pedoman

Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik

Industri Perbankan yang menyatakan bahwa bank harus mengungkapkan uraian

setiap jenis risiko mengenai kebijakan, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

strategi manajemen dalam menanggulangi risiko. Operational risk disclosure

merupakan pengungkapan informasi yang menggambarkan operational risk suatu

perusahaan, seperti identifikasi operational risk, yaitu apakah bank sudah

melakukan identifikasi operational risk dengan baik sehingga hasil identifikasi

dapat digunakan untuk mengembangkan database kerugian operasional yang

memadai.

Pedoman Corporate Governance Perbankan (KNKG, 2004) dan Surat

Edaran Ketua Bapepam Nomor: SE-02/BL/2008 tidak menjelaskan mengenai

item operational risk disclosure. Bapepam maupun IAI belum menyediakan

kerangka kerja konseptual pengungkapan risiko. Padahal, regulasi memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan pengungkapan wajib (Akra, Eddie,

dan Ali, 2010).

Pengungkapan risiko termasuk operational risk penting karena membantu

para stakeholder dalam mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memahami

profil risiko dan bagaimana manajemen mengelola risiko. Selain itu,

pengungkapan risiko juga bermanfaat bagi bank karena membantu memonitor

risiko dan dapat mendeteksi potensi masalah sehingga bank dapat melakukan

tindakan lebih awal agar masalah tersebut tidak terjadi (Linsley dan Shrives,

2006).

Kasus Bank Lippo tahun 2002 mengenai laporan keuangan ganda dan

dugaan manipulasi perdagangan saham (www.tempointeraktif.com, 2003)

menunjukkan kurangnya transparansi yang dilakukan pihak manajemen bank

kepada para stakeholder-nya. Maraknya pembobolan anjungan tunai mandiri

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

(ATM) mengindikasikan masih lemahnya manajemen operational risk pada

perbankan Indonesia (www.eksposnews.com, 2010).

Operational risk disclosure semakin penting dengan adanya kerangka

permodalan baru (Basel II) khususnya untuk memenuhi aspek market discipline

yang berkaitan dengan transparansi dan pengungkapan risiko suatu entitas bisnis

dan memiliki potensi untuk memperkuat pengawasan, meningkatkan keselamatan

dan kesehatan bank serta sistem keuangan (BCBS, 2001). Hal tersebut didukung

oleh Arsitektur Perbankan Indonesia (2006) yang menyatakan bahwa Basel II

merupakan suatu kesepakatan menyeluruh yang mendorong disiplin pasar dengan

mensyaratkan pengungkapan informasi yang terkait, termasuk informasi

mengenai risiko.

3. Basel II

Kebutuhan suatu harmonisasi regulasi secara internasional untuk dijadikan

acuan bagi regulator masing-masing negara menjadi dasar munculnya

kesepakatan Basel (Basel Accord) (Idroes dan Sugiarto, 2006). Idroes dan

Sugiarto (2006) menyatakan bahwa komite basel dibentuk tahun 1974 di Basel,

Swiss dan diprakarsai oleh para gubernur bank sentral negara anggota the Group

of Ten (G-102) dan perwakilan dari Spanyol dan Luxembourg berfokus pada

regulasi dan praktek pengawasan perbankan. Basel Accord I dikeluarkan pada

tahun 1988 dan sejalan dengan berkembangnya produk perbankan, maka Bank for

International Settlement (BIS) mengeluarkan konsep permodalan baru yang

2 Anggota G-10 adalah Prancis, Jerman, Belgia, Italia, Jepang, Belanda, Swedia, Inggris, Amerika Serikat, Canada, dan Swiss.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

dikenal sebagai Basel II pada bulan Juni 2004 (Direktorat Penelitian dan

Pengaturan Perbankan, 2006).

Basel II diadopsi oleh Bank Indonesia mulai tahun 2008 (Direktorat

Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2006). Basel II merupakan pengembangan

dari Basel I sebagai konsekuensi perkembangan instrumen di pasar keuangan.

Berdasarkan informasi Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2006),

operational risk menurut Basel II terdiri dari tiga pilar, sebagai berikut:

1. Pilar 1 mengenai penetapan beban modal operational risk yang meliputi tiga

pendekatan, yaitu

a. Basic Indicator Approach, yaitu menetapkan beban modal untuk

operational risk sebesar persentase tertentu (alpha factor) dari gross

income yang digunakan sebagai perkiraan terhadap eksposur risiko bank.

Dalam pendekatan ini, modal yang harus dialokasikan bank terhadap

kerugian yang berasal dari operational risk sama dengan persentase

tertentu dari rata-rata gross income tahunan selama periode tiga tahun.

b. Standardized Approach, yaitu mempersyaratkan suatu institusi untuk

memisahkan kegiatannya menjadi delapan lini bisnis standar, sebagai

contoh perbankan retail, pembiayaan korporasi, dan lain-lainnya. Beban

modal untuk setiap lini bisnis dihitung dengan mengalikan gross income

untuk masing-masing lini bisnis tersebut dengan suatu angka (beta) yang

ditetapkan untuk masing-masing lini bisnis. Angka beta akan berbeda

untuk masing-masing lini bisnis.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

c. Advanced Measurement Approach, yaitu perhitungan kebutuhan modal

akan sama dengan pengukuran risiko yang dihasilkan dari sistem

pengukuran operational risk yang digunakan secara internal oleh bank.

Bank harus memenuhi kriteria kualitatif dan kuantitatif sebagaimana

ditetapkan dalam Basel II dan harus disetujui oleh pengawas.

2. Pilar 2 mengenai proses review dalam rangka pengawasan yang bertujuan

untuk memastikan bahwa bank memelihara tingkat permodalan yang

sebanding dengan profil risikonya.

3. Pilar 3 mengenai pengungkapan informasi yang meliputi cakupan risiko,

modal, eksposur risiko, proses pengukuran risiko, dan kecukupan modal yang

mencukupi bagi pelaku pasar untuk memahami risiko.

Persiapan Indonesia dalam menghadapi Basel II dimulai tahun 2006

dengan adanya Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor: 8/32/KEP.GBI/2006

tentang Pembentukan Tim Khusus dalam Rangka Persiapan Implementasi

Kerangka Permodalan Bank Sesuai Basel II di Indonesia dan arahan Gubernur

Bank Indonesia yang menyatakan bahwa Basel II mulai diterapkan pada tahun

2008. Selanjutnya, perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk

operational risk dengan menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (PID) sesuai

Basel II mulai diterapkan tahun 2010. Hal tersebut sesuai dengan Surat Edaran

Bank Indonesia No. 11/3/DPNP/2009. Perbandingan ruang lingkup operational

risk disclosure berdasarkan Basel II dan Lampiran SE Bank Indonesia

No.5/21/DPNP sebagai berikut:

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Tabel 2.2 Perbandingan Ruang Lingkup Operational Risk Disclosure Basel3 II Surat Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP

tanggal 29 September 2003. Kecukupan Modal- Pengungkapan Kuantitatif

Pendekatan yang digunakan oleh bank dalam menghitung kecukupan modal operational risk, antara lain: a. Basic Indicator Approach b. Standardized Approach c. Advanced Measurement

Approach

Di Indonesia untuk Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Operational risk dengan menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (PID) akan dilakukan mulai tahun 2010. Hal tersebut sesuai dengan surat edaran Bank Indonesia No. 11/3/DPNP tahun 2009. Tahapan perhitungan ATMR sebagai berikut: a. 1 Januari-30 Juni 2010: 5% dari rata-rata

pendapatan bruto positif tahunan selama tiga tahun terakhir.

b. 1Juli-31 Desember 2010: 10% dari rata-rata pendapatan bruto positif tahunan selama tiga tahun terakhir.

c. Sejak 1 Januari 2011: 15% dari rata-rata pendapatan bruto positif tahunan selama tiga tahun terakhir. Pengungkapan operational risk dalam

penelitian ini melibatkan aspek ruang lingkup definisi operational risk, yaitu 1) ketidakcukupan/kerugian, 2) proses internal, 3) kesalahan manusia, 4) kesalahan sistem, 5) problem eksternal.

Pengungkapan Kualitatif

Deskripsi manajemen risiko dan kebijakan : · Strategi dan Proses · Struktur dan Manajemen

risiko · Ruang lingkup pelaporan

risiko dan/atau sistem pengukuran

· Kebijakan untuk hedging dan/atau mitigasi risiko dan strategi.

· Memonitor efektivitas mitigasi risiko

Ruang lingkup manajemen operational risk, sebagai berikut: · Pengawasan aktif dewan direksi dan

komisaris · Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit · Identifikasi risiko · Pengukuran risiko · Pemantauan risiko · Sistem informasi manajemen operational

risk · Pengendalian operational risk

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP/2003 dan Basel Committee on Banking Supervision (2003)

Pelaksanaan corporate governance yang efektif dapat meningkatkan

operational risk disclosure. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Solomon,

3 Nama sebuah kota di Swiss yang dijadikan nama untuk hasil kesepakatan yang diselenggarakan di kota tersebut.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Solomon, Norton, dan Joseph (2000) yang menyatakan bahwa pengungkapan

risiko merepresentasikan perbaikan praktik corporate governance. Prinsip dasar

corporate governance menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia

(FCGI, 2001), yaitu pertanggungjawaban (responsibility), transparansi

(transparency), akuntabilitas (accountability), kesetaraan dan kewajaran

(fairness), dan independensi (independency). Salah satu aspek penting dalam tata

kelola perusahaan (corporate governance) adalah adanya board of directors

(FCGI, 2001).

Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa board of directors merupakan

mekanisme penting dalam memonitor kinerja manajemen dan melindungi

kepentingan pemegang saham. Hal ini berarti board of directors memiliki peran

penting dalam pengungkapan risiko yaitu memonitor pengungkapan risiko untuk

melindungi kepentingan stakeholders. Che Haat, Rahman, dan Mahenthiran

(2008) menyatakan bahwa dewan komisaris memiliki kekuatan untuk memantau

keputusan manajemen dan keputusan penting lainnya.

4. Dewan Komisaris (Board of Directors)

Menurut Organization for Economic Corporation and Development atau

OECD (2004) praktik yang diharapkan muncul dalam menerapkan akuntabilitas

diantaranya pemberdayaan dewan komisaris untuk melakukan monitoring,

evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen guna memberikan jaminan

perlindungan kepada pemegang saham dan pembatasan kekuasaan yang jelas di

jajaran direksi. Committee Cadbury mendefinisikan Corporate Governance

(Forum for Corporate Governance in Indonesia, FCGI, 2001: 1) sebagai:

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

"Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan." Menurut FCGI (2001), terdapat dua sistem bentuk dewan dalam

perusahaan, yaitu one tier system (sistem satu tingkat) atau single board dan two

tiers system (sistem dua tingkat) atau dual board. Sistem satu tingkat artinya

perusahaan hanya memiliki satu dewan yang umumnya adalah kombinasi antara

manajer atau pengurus senior (direktur eksekutif) dan direktur independen yang

bekerja dengan prinsip paruh waktu (nondirektur eksekutif). Sistem ini biasanya

dimiliki oleh negara yang sistem hukumnya Anglo Saxon, seperti Amerika Serikat

dan Inggris.

Gambar 2.1 Struktur Board of Director dalam One Tier System (sumber: FCGI, 2001)

Sistem dua tingkat berarti perusahaan mempunyai dua badan terpisah,

yaitu dewan pengawas (dewan komisaris) dan dewan manajemen (dewan direksi).

Dalam sistem ini, dewan direksi bertugas mengelola dan mewakili perusahaan di

bawah pengarahan dan pengawasan dewan komisaris. Anggota dewan komisaris

General Meeting of the Shareholders (GMoS)

Boards of Directors

Executive Director

Non-Executive Director

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh badan pengawas (dewan komisaris)

(FCGI, 2001).

Dewan komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi tugas manajemen

(dewan direksi) sehingga dewan direksi harus memberikan informasi dan

menjawab hal-hal yang diajukan dewan komisaris. Dewan komisaris tidak boleh

melibatkan diri dalam tugas manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan

dalam transaksi dengan pihak ketiga. Negara yang menganut sistem ini memiliki

sistem hukum Kontinental Eropa, seperti Denmark, Jerman, dan Jepang.

Gambar 2.2 Struktur Board of Commissioner dan Board of Director dalam Two

Tiers System yang diadopsi oleh Belanda (sumber: FCGI, 2001)

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) menyatakan

bahwa Indonesia menganut Two Tiers System (sistem dua tingkat) karena sistem

hukum di Indonesia berasal dari sistem hukum Belanda. Berdasarkan UU No. 40

tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dewan komisaris dan direksi diangkat dan

diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dewan komisaris

dipilih oleh RUPS untuk mengawasi kinerja dewan direksi dan bersama-sama

bertanggung jawab pada RUPS.

General Meeting of The Shareholders (GMoS)

Board of Commissioner (BoC)

Board of Directors (BoD)

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Gambar 2.3 Struktur Board of directors dalam Two Tiers System yang diadopsi oleh Indonesia (sumber: Undang-Undang Perseroan Terbatas tahun

2007)

Keterangan Gambar: : pengangkatan dan pemberhentian anggota dewan : tanggung jawab terhadap RUPS : supervisi atau pengawasan

Menurut FCGI (2001), dewan komisaris merupakan inti corporate

governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan,

mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, dan mewajibkan

terlaksananya akuntabilitas. Hal tersebut didukung oleh Ho dan Wong (2001)

yang menyatakan bahwa corporate governance adalah cara yang efektif untuk

menggambarkan hak dan tanggung jawab stakeholder dalam sebuah perusahaan

dimana transparansi merupakan indikator utama standar corporate governance.

Oleh karena itu, dewan komisaris mempunyai peran penting dalam melakukan

pengawasan, salah satunya adalah pengawasan terhadap transparansi operational

risk disclosure. Tugas utama dewan komisaris menurut FCGI (2001: 5) sebagai

berikut:

1. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha, menetapkan sasaran kerja, mengawasi pelaksanaan dan kinerja

Dewan Komisaris Dewan Direksi

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

perusahaan, serta memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualan aset.

2. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi secara transparan dan adil.

3. Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan di tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan.

4. Memonitor pelaksanaan governance dan mengadakan perubahan jika diperlukan.

5. Memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi dalam perusahaan. Keefektifan peran pengawasan oleh dewan komisaris ini didukung dengan

keberadaan komisaris independen dalam dewan komisarisnya (John dan Senbet,

1998). Keberadaan komisaris independen diatur dalam ketentuan Peraturan

Pencatatan Efek Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor I-A tentang Ketentuan

Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa yang berlaku sejak tanggal 1

Juli 2000. Perusahaan yang terdaftar di BEI wajib memiliki komisaris independen

yang jumlahnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan

pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen 30%

dari jumlah seluruh anggota komisaris. Beberapa kriteria komisaris independen

menurut FCGI (2001: 9) sebagai berikut:

a. Komisaris independen tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas atau pemegang saham pengendali (controlling shareholders) perusahaan tercatat yang bersangkutan.

b. Komisaris independen tidak mempunyai hubungan dengan direktur, dan/atau komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan.

c. Komisaris independen tidak mempunyai kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan.

d. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undang di bidang pasar modal.

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

e. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali (bukan controlling shareholders) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

B. Kaitan Board of Directors dengan Operational Risk Disclosure

Dewan komisaris merupakan salah satu governance structure yang

bertanggung jawab mengawasi dipenuhinya kepentingan semua stakeholders

berdasarkan azas kesetaraan (Pedoman Corporate Governance Perbankan, 2004).

Berdasarkan Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan

Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perbankan (2008) bank wajib

mengungkapkan informasi risiko kepada publik. Oleh karena itu, dewan komisaris

bertanggung jawab terhadap pengawasan pengungkapan risiko, termasuk

operational risk. Kaitan dewan komisaris dan operational risk disclosure juga

didukung oleh Khomsiyah (2003) yang menyatakan semakin baik implementasi

corporate governance, semakin banyak informasi yang diungkapkan oleh

perusahaan dalam laporan tahunan, termasuk operational risk disclosure. Selain

itu, perusahaan yang melaksanakan corporate governance akan memberikan lebih

banyak informasi untuk mengurangi asimetri informasi.

Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal

perusahaan memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan (Siallagan dan

Machfoedz, 2006). Ukuran dewan komisaris mempengaruhi aktivitas

pengendalian dan pengawasan (Andres, Azofra, dan Lopez, 2005) termasuk

pengawasan terhadap operational risk disclosure.

Menurut PBI Nomor: 8/4/PBI/2006, pasal 5, adanya komisaris independen

bertujuan untuk mendorong terciptanya iklim dan lingkungan kerja yang lebih

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

obyektif dan menempatkan kewajaran dan kesetaraan di antara berbagai

kepentingan stakeholders. Komposisi komisaris independen secara signifikan

berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan informasi (Hossain, 2008).

Pudjiastuti dan Mardiyah (2006) menyatakan bahwa komposisi komisaris

independen berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Abraham dan Cox

(2007) menunjukkan bahwa jumlah komisaris independen mempengaruhi tingkat

risk disclosure. Ho dan Wong (2001) menemukan bahwa komposisi komisaris

independen berpengaruh negatif terhadap pengungkapan sukarela. Menurut

mereka, independensi komisaris independen dan efektivitasnya dalam memonitor

CEO masih dipertanyakan.

Selain komposisi komisaris independen, Adams dan Ferreira (2004)

menyatakan bahwa anggota dewan komisaris yang terdiri dari komisaris laki-laki

dan wanita lebih efektif dalam melakukan pengawasan. Lepine (2002)

menyatakan apabila semua anggota tim adalah laki-laki, maka tim tersebut

memiliki komposisi yang buruk karena meningkatnya persentase laki-laki dalam

sebuah tim, semakin meningkatkan kecenderungan untuk membuat keputusan

yang agresif (Murphy dan Mclntyre, 2007). Dengan demikian, wanita memiliki

peranan penting dalam pengambilan keputusan yang tepat karena wanita

cenderung lebih hati-hati dalam mengambil keputusan termasuk keputusan yang

berkaitan dengan operational risk disclosure.

Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 8/14/PBI/2006 dewan

komisaris wajib menyelenggarakan rapat secara berkala sekurang-kurangnya

empat kali dalam setahun. Kinerja dan tugas dewan komisaris dalam mengawasi

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

manajemen efektif apabila setiap anggota dewan secara aktif hadir dalam

pertemuan dewan komisaris baik secara fisik maupun teknologi konferensi (PBI

Nomor: 8/14/PBI/2006). Dengan demikian, semakin sering diadakannya rapat

diharapkan dapat meningkatkan operational risk disclosure.

C. Skema Konsep Penelitian

Kerangka mengenai hubungan antar masing-masing variabel dapat dilihat

dalam gambar di bawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel Kontrol

Gambar 2.4 Skema Konsep Penelitian

Konsep penelitian di atas menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu

dewan komisaris (board of director) yang direpresentasikan dengan ukuran dewan

komisaris, komposisi komisaris independen, komposisi komisaris wanita, dan

jumlah rapat dewan komisaris terhadap variabel dependen (operational risk

disclosure).

H2 +

H3 +

H4 +

1. Ukuran dewan komisaris (X1)

2. Komposisi komisaris independen (X2)

3. Komposisi komisaris wanita (X3)

4. Jumlah rapat dewan komisaris (X4)

Operational risk

disclosure (Y)

H1 +

1. Profitabilitas 2. Komposisi komite

audit independen 3.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Selain menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen,

penelitian ini juga menguji pengaruh variabel kontrol. Variabel kontrol yang

pertama adalah profitabilitas. Menurut Suhardjanto dan Miranti (2009),

perusahaan yang mampu menghasilkan laba (profitabilitas) di atas rerata industri

memiliki tingkat pengungkapan informasi lebih tinggi. Hal tersebut bertujuan

untuk memberikan keyakinan pada stakeholders bahwa kegiatan operasional

perusahaan berjalan dengan baik. Variabel kontrol yang kedua adalah komposisi

komite audit independen. Komite audit bertugas untuk membantu dewan

komisaris dalam melakukan pengawasan (FCGI, 2001), termasuk pengawasan

dalam hal transparansi informasi. Selain itu, komite audit dipandang sebagai alat

untuk menghindari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan memonitor kinerja

manajemen (Herwidayatmo, 2000).

D. Pengembangan Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji pengaruh board of directors

(ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, komposisi komisaris

wanita, dan jumlah rapat dewan komisaris) terhadap operational risk disclosure

dengan profitabilitas dan komposisi komite audit independen sebagai variabel

kontrol. Berikut ini merupakan pengembangan hipotesis yang dilakukan:

1. Pengaruh ukuran dewan komisaris (board size) terhadap tingkat

operational risk disclosure.

Dewan komisaris bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan,

akuntabilitas, dan mengawasi manajemen (FCGI, 2001). Dewan komisaris diberi

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam

laporan keuangan (Nasution dan Setiawan, 2007). Jumlah komisaris

mempengaruhi aktivitas pengendalian dan pengawasan (Andres, Azofra, dan

Lopez, 2005). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abeysekera (2008) pada

perusahaan di Kenya, jumlah dewan komisaris yang dinilai efektif berada pada

rentang lebih dari lima orang dan kurang dari 14 orang.

Dalton et al (1999) menyatakan bahwa board size dengan ukuran yang besar

lebih efektif daripada board size dengan ukuran kecil. Collier dan Gregory (1999)

menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka

semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan memonitor kegiatan manajemen.

Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial (Sitepu, 2009) dan pengungkapan wajib (Akra, Eddie, dan Ali,

2010).

Semakin besar jumlah dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan

operational risk disclosure. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang

dikembangkan adalah

H1: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat

operational risk disclosure.

2. Pengaruh komposisi komisaris independen terhadap tingkat operational

risk disclosure.

Berdasarkan Pedoman Komisaris Independen (KNKG, 2004), komisaris

independen bertanggung jawab dalam pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan

(corporate governance). Keefektifan peran pengawasan oleh dewan komisaris

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

didukung dengan keberadaan komisaris independen (Permatasari, 2009). Ayuso

dan Argondana (2007) menemukan bahwa independent director lebih efektif

dalam melakukan pengawasan terhadap perusahaan karena kepentingan mereka

tidak terganggu oleh ketergantungan pada organisasi. Komisaris independen dapat

meningkatkan pengendalian terhadap perusahaan sehingga diharapkan dapat

meningkatkan kepatuhan pengungkapan informasi perusahaan (Ettredge et al,

2010).

Ajinkya, Bhojraj, dan Sengupta (2005) menemukan bukti bahwa

perusahaan yang memiliki lebih banyak komisaris independen lebih banyak

menyediakan ramalan pada laporan tahunan mereka. Hal tersebut didukung oleh

hasil penelitian Abraham dan Cox (2007), yaitu komisaris independen

berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko, termasuk operational risk.

Forker (1992) dan Chen dan Jaggi (1998) menemukan bahwa proporsi

komisaris independen berpengaruh positif terhadap financial disclosure. Dengan

demikian, semakin besar komposisi komisaris independen, diharapkan

meningkatkan operational risk disclosure. Berdasarkan uraian di atas hipotesis

yang dikembangkan adalah

H2: Komposisi komisaris independen berpengaruh positif terhadap

tingkat operational risk disclosure.

3. Pengaruh komposisi komisaris wanita terhadap tingkat operational risk

disclosure.

Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra (2007) menyatakan bahwa wanita

memiliki sikap kehati-hatian yang tinggi dan lebih teliti daripada pria. Adam dan

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Fereirra (2004) menyatakan bahwa komisaris wanita memberikan pandangan,

pengalaman, dan opini yang berbeda terhadap board governance practice. Dengan

keberagaman tersebut menghasilkan harmonisasi pendapat, pandangan, dan

pengalaman sehingga diharapkan informasi yang diungkapkan lebih banyak.

Penelitian Pudjiastuti dan Mardiyah (2006) menunjukkan adanya wanita dalam

dewan komisaris menjadi drive teamwork dan menekan masalah ketidakhadiran

dalam rapat dewan.

Carter (2003) menemukan bahwa jumlah komisaris wanita mempengaruhi

nilai perusahaan. Menurut Bonna, Yoshikawab, dan Phan (2004) komposisi

komisaris wanita berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, termasuk

operational risk disclosure. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Volkart dan

Noldeke (2008). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dikembangkan

adalah

H3: Komposisi komisaris wanita berpengaruh positif terhadap tingkat

operational risk disclosure.

4. Pengaruh jumlah rapat dewan komisaris terhadap tingkat operational risk

disclosure.

Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 8/14/PBI/2006 dewan

komisaris wajib menyelenggarakan rapat secara berkala sekurang-kurangnya

empat kali dalam setahun. Dewan komisaris dapat memantau dan mengawasi

kegiatan manajemen melalui rapat. Seringnya frekuensi pertemuan atau rapat

diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta

corporate governance di dalam perusahaan (Cety dan Suhardjanto, 2010).

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Penelitian Vafeas (2003) dan Brick dan Chidambaran (2007) menunjukkan

bahwa semakin banyak rapat yang diselenggarakan dewan komisaris, maka

semakin meningkatkan kinerja perusahaan dan pengungkapan, termasuk

operational risk disclosure. Dari uraian tersebut, maka hipotesis yang

dikembangkan adalah

H4: Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat

operational risk disclosure.

Penelitian ini menggunakan variabel kontrol profitabilitas karena

hubungan profitabilitas dan pengungkapan merupakan refleksi respon sosial agar

perusahaan dapat beroperasi (Suhardjanto dan Miranti, 2009). Perusahaan

mengungkapkan informasi lebih banyak jika kemampuan untuk menghasilkan

laba berada di atas rerata industri. Hal tersebut bertujuan untuk meyakinkan

stakeholder bahwa perusahaan memiliki posisi persaingan yang kuat dan operasi

perusahaan berjalan dengan baik. Profitabilitas merupakan indikator kinerja yang

dilakukan oleh manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang

ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan (Sudarmadji dan Sularto, 2007).

Berdasarkan penelitian Helbok dan Wagner (2006) lembaga yang memiliki

profitabilitas rendah memiliki tingkat operational risk disclosure yang lebih

tinggi.

Variabel kontrol yang kedua adalah komposisi komite audit independen.

Menurut Herwidayatmo (2000) peran pengawasan yang dilakukan oleh dewan

komisaris perusahaan di Indonesia belum memadai karena anggota dewan

komisaris dipilih lebih berdasarkan kedudukan dan kekerabatan sehingga

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

menyebabkan mekanisme check and balance terhadap direksi tidak dapat berjalan

sebagaimana mestinya. PBI Nomor: 8/4/PBI/2006, pasal 12, mewajibkan dewan

komisaris membentuk sekurang-kurangnya komite audit, komite pemantau risiko

dan komite remunerasi dan nominasi untuk mendukung efektivitas pelaksanaan

tugas dan tanggung jawabnya.

Sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: kep. 29/PM/2004,

komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan

tugas pengawasan dan pengelolaan perusahaan. Menurut FCGI (2001), komite

audit memiliki tugas terpisah dalam membantu dewan komisaris untuk memenuhi

tanggung jawabnya dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh. Cety dan

Suhardjanto (2010) menyatakan bahwa komposisi komite audit independen

berpengaruh positif terhadap environmental performance. Komposisi komite audit

independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan, termasuk operational

risk disclosure (Li, Pike, dan Haniffa, 2008).

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

Setelah membahas landasan teori dan pengembangan hipotesis di Bab II,

maka Bab III akan menjelaskan mengenai desain penelitian, populasi, sampel, dan

teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan data, pengukuran

variabel, dan metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis (hypotesis testing)

yaitu penelitian yang menguji hipotesis yang telah ditentukan di awal penelitian

(Hartono, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan

oleh peneliti mengenai pengaruh board of directors yang direpresentasikan

dengan ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, komposisi

komisaris wanita, dan jumlah rapat dewan komisaris terhadap operational risk

disclosure. Menurut Sekaran (2006), pengujian hipotesis harus menjelaskan sifat

dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antar kelompok atau independensi

dua variabel atau lebih.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perbankan yang listing

(terdaftar) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2009. Jumlah populasi tahun

2008 adalah 28 perbankan dan tahun 2009 sebanyak 29 perbankan. Penggunaan

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

perbankan yang terdaftar di BEI karena perbankan mempunyai kewajiban untuk

menyampaikan laporan tahunan kepada stakeholder.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling

karena sampel penelitian ini harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Teknik purposive sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan dengan

mengambil sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian

(Hartono, 2005). Perbankan yang menjadi sampel adalah perbankan yang selama

tahun 2008 dan 2009 tidak mengalami delisting dan menerbitkan annual report

selama dua tahun berturut-turut. Pemilihan tahun tersebut dikarenakan BI

mengadopsi Basel II mulai tahun 2008 dimana kebijakan, prosedur dan proses

manajemen risiko dikembangkan sesuai Basel II. Manajemen operational risk

dilaksanakan berdasarkan ketentuan Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003

(Implementasi Manajemen Risiko untuk Bank Umum) dan Basel II (Laporan

Tahunan Bank Danamon, 2008).

Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah sampel yang diambil adalah 46

annual report perbankan. Ukuran sampel sudah memenuhi kriteria penelitian

karena ukuran sampel yang tepat untuk kebanyakan penelitian adalah lebih dari 30

dan kurang dari 500 (Sekaran, 2006).

C. Data dan Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder

yang diambil dari laporan tahunan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2008-2009. Laporan tahunan dipilih karena memiliki kredibilitas yang

tinggi (Zeghal dan Ahmed, 1999) dan digunakan oleh sejumlah stakeholder

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

sebagai sumber utama informasi (Deegan dan Rankin, 1997). Data sekunder yang

dikumpulkan diperoleh dari situs www.idx.co.id dan dari situs masing – masing

perusahaan sampel.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

a. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari ukuran dewan

komisaris, komposisi komisaris independen, komposisi komisaris wanita, dan

jumlah rapat dewan komisaris.

1. Ukuran Dewan Komisaris

Jumlah anggota dewan komisaris mempengaruhi aktivitas pengendalian

dan pengawasan (Andres, Azofra, dan Lopez 2005). Abeysekera (2008)

menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris yang besar lebih efektif jika

dibandingkan dengan ukuran dewan komisaris yang kecil. Indikator yang

digunakan adalah jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris yang dimiliki

perusahaan baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan (independen)

sesuai dengan penelitian Dalton et al (1999), Nasution dan Setiawan (2007) dan

Abeysekera (2008).

å å+= Eksternal Komisaris Internal KomisarisKomisarisDewan Jumlah

2. Komposisi Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang

dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak

semata-mata demi kepentingan perusahaan (Herwidayatmo, 2000). Sesuai dengan

peraturan BEI tanggal 1 Juli 2000, persyaratan jumlah minimal komisaris

independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan komisaris.

Komposisi komisaris independen diukur dengan persentase anggota dewan

komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan

komisaris perusahaan. Indikator yang digunakan sesuai dengan penelitian Eng dan

Mak (2005), Suhardjanto dan Afni (2009), dan Suhardjanto dan Miranti (2009),

yaitu

%100Komisaris

Independen KomisarisIndependen Komisaris Komposisi x

åå=

3. Komposisi Komisaris Wanita

Komposisi komisaris wanita merupakan persentase jumlah komisaris

wanita dibandingkan jumlah seluruh anggota komisaris. Menurut Carter (2003)

jumlah komisaris wanita dikatakan rendah apabila tidak ada komisaris wanita dan

tinggi apabila jumlah komisaris wanita 2 atau lebih. Indikator yang digunakan

adalah persentase komisaris wanita dari seluruh anggota dewan komisaris

perusahaan (Marinova, Plantenga, dan Remery, 2010) dan (Peterson dan Philpot,

2009) sehingga rumus yang digunakan adalah

%100Komisaris

WanitaKomisaris WanitaKomisaris Komposisi x

åå=

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

4. Jumlah Rapat Dewan Komisaris

Jumlah rapat dewan komisaris merupakan rapat yang dilakukan oleh

dewan komisaris dalam suatu perusahaan selama satu tahun. Menurut Peraturan

Bank Indonesia (PBI) Nomor: 8/14/PBI/2006, dewan komisaris wajib

menyelenggarakan rapat secara berkala sekurang-kurangnya empat kali dalam

setahun. Ukuran yang digunakan adalah jumlah rapat yang dilakukan oleh dewan

komisaris dalam waktu satu tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Vafeas (2003),

Brick dan Chidambaran (2007), dan Cety dan Suhardjanto (2010).

b. Variabel Dependen (Operational Risk Disclosure)

Dalam penelitian ini, operational risk disclosure mengacu pada PBI

Nomor: 5/8/PBI/2003. Penelitian ini tidak menggunakan operational risk

disclosure-related disclosure requirements yang terdapat dalam Basel II karena

belum sepenuhnya relevan dengan kondisi di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan

tingkat adopsi Basel II belum menyeluruh, dimana Indonesia belum

memperhitungkan tingkat kecukupan modal berdasarkan aturan Basel II, tapi

masih dalam tahap simulasi. Salah satu implementasi tahun 2008 adalah

penyelenggaraan simulasi Operational Risk Framework dari Capital Adequacy

Ratio (CAR) dengan menggunakan kerangka kerja Basel II (Laporan Tahunan

Bank Bumiputera Indonesia, 2008).

Pengungkapan menurut Basel II terbagi menjadi dua bagian, yaitu capital

adequacy (quantitative disclosure) 1 item dan general qualitative disclosure

requirements 5 item. Untuk general qualitative disclosure requirements secara

umum sudah tercakup dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

No.5/21/DPNP/2003, tapi capital adequacy (quantitative disclosure) efektif

diterapkan mulai tahun 2010 sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.

11/3/DPNP/2009. Oleh karena itu, penelitian ini mengacu pada Lampiran Surat

Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP/2003 karena dapat mewakili periode

sampel perbankan, lebih relevan dengan kondisi perbankan di Indonesia dan

peraturan tersebut dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai regulator perbankan

Indonesia. Operational risk disclosure terbagi menjadi dua bagian, yaitu

pengungkapan atas definisi yang terdiri dari 5 item dan pengungkapan atas

manajemen operational risk yang terdiri dari 7 item. Total item operational risk

disclosure adalah 12. Item-item operational risk disclosure berdasar Lampiran

Surat Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP/2003 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Item Operational Risk Disclosure

Item Operational Risk Disclosure Definisi 1. Ketidakcukupan atau kerugian

2. Proses Internal

3. Kesalahan manusia

4. Kesalahan sistem

5. Problem eksternal Manajemen 1. Pengawasan aktif dewan direksi dan komisaris Risiko 2. Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit

3. Identifikasi risiko

4. Pengukuran risiko

5. Pemantauan risiko

6. Sistem informasi manajemen risiko operasional

7. Pengendalian risiko operasional

Karakteristik untuk setiap item pengungkapan manajemen risiko dapat

dilihat pada lampiran I. Sesuai dengan penelitian Helbok dan Wagner (2006) dan

Oorschot (2009), penelitian ini menggunakan teknik pengukuran scoring yaitu

jika item tidak diungkapkan dalam laporan diberi nilai 0 dan 1 jika diungkapkan

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dalam laporan tahunan. Agar penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini lebih

obyektif, dilakukan verifikasi oleh dua orang mahasiswa Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret sehingga ketelitian data terjamin dan lebih

meyakinkan.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat kuantitas

operational risk disclosure dalam penelitian ini:

å=

=n

iiBY

BYBY SCOREMAXORD

1

1

Keterangan Persamaan

c. Variabel Kontrol

Variabel kontrol digunakan untuk melengkapi atau mengontrol hubungan

kausalnya supaya lebih baik untuk mendapatkan model empiris yang lebih

lengkap dan lebih baik (Hartono, 2005). Penelitian ini menggunakan variabel

kontrol profitabilitas dan komposisi komite audit independen.

1. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba

pada periode tertentu (Nurkhin, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Helbok dan

Wagner (2006) menunjukkan bahwa perbankan yang memiliki tingkat

profitabilitas rendah mengungkapkan informasi perusahaan lebih banyak daripada

perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan bank

Simbol Keterangan ORDBY MAXBY i SCOREiBY

Skor pengungkapan bank B pada tahun Y Nilai maksimum yang mungkin dicapai bank B pada tahun Y Item dalam framework Skor untuk item I, bank B pada tahun Y

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

yang profitabilitasnya rendah memiliki insentif yang lebih tinggi untuk

meyakinkan pengawas. Berbeda dengan hasil penelitian Helbok dan Wagner

(2006), hasil penelitian Haniffa dan Cooke (2005) dan Nurkhin (2009)

menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi

mengungkapkan informasi perusahaan lebih banyak daripada perusahaan dengan

tingkat profitabilitas yang rendah.

Indikator profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return On

Assets (ROA) karena ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba serta mengukur tingkat efisiensi operasional perusahaan secara

keseluruhan dan efisiensi perusahaan dalam menggunakan harta yang dimiliki

(Haniffa dan Cook, 2005). Indikator yang digunakan sesuai dengan penelitian

Helbok dan Wagner (2006) dan Suhardjanto dan Choiriyah (2010).

2. Komposisi Anggota Komite Audit Independen

Komite audit independen merupakan anggota komite audit yang tidak

terafiliasi dengan manajemen, anggota komisaris lainnya dan pemegang saham

pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat

mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak

semata-mata demi kepentingan perusahaan. Cety dan Suhardjanto (2010)

mengungkapkan bahwa anggota komite audit yang independen berpengaruh

positif terhadap kinerja perusahaan, termasuk operational risk disclosure.

Indikator yang digunakan adalah persentase anggota komite audit yang berasal

Aset TotalBersih Laba =ROA

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

dari luar perusahaan dari seluruh ukuran komite audit perusahaan (Cety dan

Suhardjanto, 2010).

%100Audit Komite

IndependenAudit KomiteIndependenAudit Komite Komposisi x

åå=

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan statistik deskriptif, uji

asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan dengan menggunakan

bantuan program SPSS release 16.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif terdiri dari penghitungan mean, standar deviasi,

maksimum, dan minimum. Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan

gambaran mengenai distribusi dan perilaku data (Ghozali, 2006).

2. Pengujian Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur

dari goodness of fit-nya. Secara statistik, goodness of fit suatu model dapat diukur

dari nilai koefisien determinasi (R2), nilai statistik F dan nilai statistik t.

Perhitungan statistik dikatakan signifikan apabila nilai uji statistiknya berada

dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak

signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima

(Ghozali, 2006).

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Persamaan regresi berganda untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini

adalah

ORD = α + β1J.KOM + β2KOM_KOMIND + β3KOM_KOMWAN +

β4RPTDekom + β5PROF + β6KOM_KAIND + e

Keterangan Persamaan Regresi Berganda

Simbol Keterangan

ORD Operational Risk Disclosure J.KOM Ukuran Dewan Komisaris KOM_KOMIND Komposisi Komisaris Independen KOM_KOMWAN Komposisi Komisaris Wanita RPTDekom Jumlah Rapat Dewan Komisaris PROF Profitabilitas KOM_KAIND Komposisi Komite Audit Independen α β

Konstanta Koefisien Regresi

e Error

a) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar

variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Koefisien

determinasi digunakan untuk menguji goodness of fit model regresi. Nilai

koefisien determinasi (R2) dilihat pada hasil pengujian regresi linier berganda

untuk variabel independen terhadap variabel dependennya. Untuk jumlah

variabel independen lebih dari dua, lebih baik menggunakan koefisien

determinasi yang telah disesuaikan yaitu adjusted R2 (Ghozali, 2006).

b) Nilai F

Merupakan pengujian untuk mengetahui apakah variabel independen

secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen

(Ghozali, 2006). Dengan pengujian ini dapat diketahui apakah ukuran dewan

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

komisaris, komposisi komisaris independen, komposisi komisaris wanita, dan

jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh secara simultan terhadap

operational risk disclosure.

c) Nilai t

Dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Nilai t dalam

penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%. Variabel independen

(ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, komposisi

komisaris wanita, dan jumlah rapat dewan komisaris) dikatakan berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen (operational risk disclosure) apabila

nilai signifikan (p-value) lebih kecil dari 5%. Dengan demikian, H1, H2, H3,

dan H4 diterima apabila nilai signifikan (p-value) lebih kecil dari 5%.

Sebagai persyaratan pengujian regresi berganda dilakukan uji asumsi

klasik untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan

penaksiran koefisien regresinya efisien (Gujarati, 2003). Uji asumsi klasik sebagai

berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006).

Hasil pengujian data dilakukan dengan menguji Kolmogorov-Sminorv.

Kriteria pengujian apabila p-value > 0,05, maka data berdistribusi normal,

sedangkan apabila p-value < 0,05 data tidak berdistribusi normal. Hal ini

didukung juga dengan tampilan grafik histogram dan normal probability plot.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah masalah yang

sering muncul dalam analisis regresi terjadi, yaitu dimana terdapat korelasi

yang tinggi antar dua atau lebih variabel independen (Ghozali, 2006).

Pengujian dilakukan dengan menggunakan toleransi value VIF (variance

inflation factor). Jika tolerance value > 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi

multikolonieritas.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t–1 (Ghozali, 2006). Untuk mengetahui dan menguji

ada tidaknya autokorelasi dalam model analisis regresi, bisa digunakan cara

pengujian statistik Durbin Watson (DW).

Tabel 3.2 Nilai Durbin–Watson

Nilai DW Kesimpulan

Kurang dari 1,10 1,10 sampai 1,54 1,55 sampai 2,46 2,47 sampai 2,90 Lebih dari 2,91

Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain (Ghozali, 2006). Untuk menentukan heteroskedastisitas dapat

digunakan menggunakan grafik scatterplot. Dalam grafik scatterplot titik

yang terbentuk harus menyebar secara acak, baik di atas maupun di bawah

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

angka 0 pada sumbu Y. Bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup

signifikan karena jumlah pengamatan mempengaruhi ploting. Semakin sedikit

jumlah pengamatan, semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh

karena itu, diperlukan uji statistik untuk menjamin keakuratan hasil, seperti uji

glejser (Ghozali, 2006). Uji Glejser dilakukan dengan meregresi nilai absolute

residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003).

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai deskripsi data, pengujian hipotesis

dan pembahasan hasil pengujian yang telah dilakukan selama penelitian. Model

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan

bantuan program SPSS release 16 untuk sistem operasi windows.

A. Deskriptif Data

Analisis deskriptif data terdiri dari seleksi sampel dan statistik deskriptif.

1. Seleksi Sampel

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa annual report tahun

2008-2009. Data ini diperoleh dari situs www.idx.co.id dan dari situs masing –

masing perusahaan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2009 dengan

rincian sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive

sampling. Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang memenuhi

beberapa kriteria tertentu yang sudah dijelaskan di Bab III halaman 36.

Tahun Populasi

Sampel Awal

Sampel

Digunakan 2008 28 27 23 2009 29 27 23 Total 57 54 46

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 46 perbankan dan nama

perusahaan sampel dapat dilihat pada Lampiran II. Hal tersebut dikarenakan dari

57 populasi, sejumlah 54 perbankan tidak mengalami delisting selama periode

2008-2009, tapi hanya 46 perbankan yang menyediakan data dan informasi secara

lengkap.4

2. Statistik Deskriptif

Operational risk disclosure (ORD) sebagai variabel dependen dalam

penelitian ini diukur dari rerata skor 12 aspek ruang lingkup operational risk yang

diungkapkan dalam annual report perbankan. Dua belas aspek tersebut dapat

dilihat pada Bab III, halaman 40. Berikut ini adalah statistik deskriptif operational

risk disclosure.

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Operational Risk Dsiclosure

Variabel Mean Min Max St. Deviasi ORD (%) 76,270 8,000 100,000 0,250

Berdasarkan tabel 4.2, statistik deskriptif rerata pengungkapan operational

risk pada annual report sebesar 76,270%. Hal tersebut menunjukkan bahwa

operational risk disclosure pada annual report masih rendah karena belum

mencapai 100,000%, mengingat operational risk disclosure merupakan

pengungkapan wajib. 4 Perbankan yang dieliminasi sebagai sampel adalah Bank Capital Indonesia, Bank Eksekutif

Internasional, Bank Nusantara Parahyangan, dan Bank Windu.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Nilai minimum ORD dalam penelitian ini adalah 8,000% yang dimiliki

Bank Agroniaga karena hanya mengungkapkan aspek kebijakan, prosedur, dan

penetapan limit dalam annual report-nya. Aspek kebijakan yang diungkapkan

adalah kebijakan mengenal nasabah (Know Your Customer/KYC). Bank

Agroniaga dalam annual report-nya menyatakan,

”Dalam rangka memberikan perlindungan atas kepentingan nasabah maka perseroan telah mengembangkan struktur perlindungan nasabah yang dimulai dari penerapan prinsip mengenal nasabah, penerapan prinsip transparansi informasi produk hingga pembentukan struktur penanganan dan penyelesaian pengaduan nasabah sampai ke tingkat mediasi perbankan. Dengan struktur semacam ini diharapkan kepentingan nasabah dapat terlindungi yang pada akhirnya dapat menciptakan hubungan yang saling menguntungkan.” (AR Bank Agroniaga, 2009). Aspek kebijakan, prosedur, dan penetapan limit merupakan aspek yang

banyak diungkapkan dalam annual report perbankan di Indonesia tahun 2008-

2009. Aspek tersebut merupakan aspek dimana perbankan telah melakukan

kegiatan perlindungan nasabah untuk mewujudkan hubungan yang baik dan saling

menguntungkan antara perbankan dan nasabah. Selain aspek kebijakan, prosedur,

dan penetapan limit, aspek pengendalian operational risk juga banyak

diungkapkan. Aspek tersebut menekankan bahwa bank dapat mengembangkan

program untuk memitigasi operational risk dengan pengamanan proses teknologi

informasi, asuransi, dan outsourcing sebagian kegiatan operasional bank

(Lampiran SE Bank Indonesia No.5/21/DPNP/2003), seperti yang dilakukan oleh

Bank Danamon, yaitu

“Pendekatan Danamon atas manajemen operational risk terutama bertujuan untuk memitigasi kemungkinan terjadinya kerugian tersebut dengan mengimplementasikan Operational Risk Management Framework (ORMF/Kerangka Manajemen

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Operational Risk) secara konsisten dan menyeluruh yang merupakan risiko spesifik pada setiap proses bisnis. Operational Risk Management Framework Danamon diimplementasikan melalui siklus yang terintegrasi (integrated cycle) dimana Danamon memastikan bahwa pengendalian risiko sudah memadai dan risiko telah identifikasi untuk produk dan proses yang baru maupun yang sudah ada.” (AR Bank Danamon, 2008).

Peringkat skor pengungkapan masing-masing item sebagai berikut: (1)

Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit 95,650%, (2) Pengendalian risiko

operasional 93,480%, (3) Sistem informasi manajemen 89,130%, (4) Identifikasi

risiko operasional 86,960%, (5) Pengukuran risiko operasional 82,610%, (6)

Pemantauan risiko operasional 73,910%, (7) Peringkat ini dimiliki oleh aspek

definisi, yaitu proses internal, kesalahan manusia, kesalahan sistem, dan problem

eksternal masing-masing sebesar 67,390%, (8) Ketidakcukupan/kerugian

63,040%, dan (9) Pengawasan aktif dewan direksi dan komisaris 60,870%.

Nilai maksimum operational risk disclosure pada penelitian ini adalah

100,000%, yang artinya semua aspek operational risk telah diungkapkan dalam

annual report. Beberapa bank yang mengungkapkan semua aspek operational

risk, antara lain Bank CIMB Niaga (2008 dan 2009), Bank Danamon Indonesia

(2008 dan 2009), Bank Ekonomi Raharja (2008 dan 2009), Bank Internasional

Indonesia (2008 dan 2009), Bank Mandiri (2008 dan 2009), Bank Panin (2008

dan 2009), Bank Permata (2008 dan 2009), Bank Tabungan Pensiunan Nasional

(2008), dan Bank OCBC NISP (2009). Hal ini dikarenakan bank tersebut sudah

menyadari kewajiban untuk mengungkapkan operational risk yang diatur di PBI

Nomor: 5/8/PBI/2003 dan Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia

No.5/21/DPNP/2003.

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Rendahnya tingkat operational risk disclosure, menyebabkan terjadinya

asimetri informasi yang merugikan stakeholder, terutama investor, nasabah dan

pemerintah. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab maraknya kasus kejahatan

bank yang terjadi di Indonesia. Salah satu kasus perbankan di Indonesia adalah

kasus Bank Suma tahun 1992. Kasus tersebut merupakan cerminan dari buruknya

peraturan perbankan (Pakto 1988) di Indonesia. Menurut Rasjim Wiraatmadja,

ahli hukum perbankan menyatakan bahwa kreditur dan nasabah dapat menggugat

Bank Suma mengenai laporan palsu karena tidak melaporkan kerugian dan

pemberian kredit pada grupnya (www.tempointeraktif.com, 1992). Kasus tersebut

menunjukkan pentingnya pengungkapan informasi agar stakeholders dapat

mengambil keputusan yang tepat sehingga kemungkinan kerugian yang terjadi

semakin kecil.

Perbankan Indonesia mulai menata kembali struktur perbankan di

Indonesia, salah satunya dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia

Nomor: 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.

Namun, kecurangan yang terjadi di perbankan Indonesia masih terjadi. Hal ini

terbukti dengan terjadinya kasus Bank Century tahun 2008. Kasus Bank Century

tersebut menunjukkan bahwa dewan komisaris tidak menjalankan tugasnya

dengan baik, terbukti dengan pemecatan dan penjatuhan hukuman kepada

komisaris utama Bank Century (www.tempointeraktif.com, 2009).

Basel Committee telah mengeluarkan Prinsip Dasar Basel (Basel Core

Principles/BCP) untuk memperbaiki kekuatan sistem keuangan. Salah satu aturan

penting dari Prinsip Dasar Basel adalah untuk melindungi bank agar tidak

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab serta mewajibkan

pengawas perbankan untuk dapat menentukan apakah suatu bank telah memiliki

kebijakan, praktek, dan prosedur perbankan yang standar dan layak, termasuk juga

dengan aturan Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) yang mendukung kerjasama

internasional dalam memberantas kejahatan pencucian uang dan keuangan teror

(www.nustaffsite.gunadarma.ac.id, 2007).

Terkait dengan permasalahan risiko, Risk Management Center Indonesia

(RMCI) menggelar Konferensi Manajemen Risiko 2008. Konferensi tersebut

mengangkat tema "Pendekatan Ideal dan Praktis dalam Penerapan Manajemen

Risiko Operasional, Manajemen Risiko Kredit, dan Manajemen Data". Konferensi

dilaksanakan di Swiss Grand Bali Hotel, Nusa Dua, Bali, pada 24-25 April 2008.

Menurut Direktur RMCI, Othman Z Harahap, saat ini industri perbankan masih

belum memiliki fokus yang konkrit, sejalan dengan roadmap yang sudah

dikeluarkan BI dan sesuai dengan Basel II Accord. RMCI yang merupakan

yayasan nirlaba yang dibentuk Bank Indonesia, akan membahas berbagai kendala

dan solusi penerapan manajemen risiko di industri perbankan secara komprehensif

dan tahap demi tahap. Baik mengenai pendekatan, perhitungan, pelaksanaan,

kebijakan, SOP, metode modeling, pengelolaan data sampai ke persiapan sistem

informasi. Fokus awal RMCI adalah manajemen operational risk dengan

membantu perbankan nasional dalam penerapannya sesuai dengan kebijakan Bank

Indonesia dan iklim perbankan nasional (www.okezone.com, 2008).

Pada tabel 4.3 di bawah ini dijelaskan statistik deskriptif dari variabel

independen penelitian. Informasi mengenai statistik deskriptif tersebut meliputi:

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

nilai minimum, maksimum, rerata (mean), dan standar deviasi yang dihitung

dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS release 16. Hasil dari perhitungan

tersebut ditampilkan pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Independen

Variabel Mean Min Max St. Deviasi J.Kom 5,065 2,000 8,000 1,818 Kom_KomInd (%) 58,740 33,000 100,000 0,109 Kom_Komwan (%) 8,480 0,000 67,000 0,156 Rpt_Dekom (kali/tahun) 15,000 3,000 51,000 13,882 Profitabilitas (%) 1,109 -0,070 2,770 0,760 Kom_KAInd (%) 93,130 60,000 100,000 0,128

Abeysekera (2008) mengungkapkan bahwa jumlah komisaris di Kenya

dinilai efektif berada pada rentang lebih dari 5 (lima) orang dan kurang dari 14

orang. Berdasarkan hasil penelitian, rerata jumlah komisaris yang dimiliki

perbankan di Indonesia adalah lima orang. Menurut Muntoro (2006), ukuran

dewan komisaris yang efektif dipengaruhi oleh 1) ukuran dewan direksi, 2) jenis

industri, 3) risiko yang dihadapi, dan 4) komite audit.

Jumlah komisaris yang paling sedikit dimiliki oleh Bank Kesawan, yaitu

hanya memiliki dua komisaris. Hal ini memungkinkan lemahnya pengawasan

dewan komisaris terhadap manajemen sehingga berdampak pada rendahnya

tingkat operational risk disclosure, yaitu sebesar 58,333% pada tahun 2008 dan

2009. Jumlah dewan komisaris paling banyak adalah delapan orang yang dimiliki

oleh Bank OCBC NISP (2008 dan 2009), Bank Danamon (2008 dan 2009), dan

Bank Permata (2008 dan 2009).

Rerata komposisi komisaris independen adalah 58,740%. Komposisi ini

sudah memenuhi Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/14/PBI/2006 tentang

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Pelaksanaan Corporate Governance Bagi Bank Umum, pasal 5, yang menyatakan

“paling kurang 50,000% (lima puluh perseratus) dari jumlah anggota dewan

komisaris adalah komisaris independen”. Komposisi komisaris independen paling

rendah dimiliki oleh Bank Tabungan Pensiunan Nasional (2008), yaitu sebesar

33,000%. Hal ini mencerminkan bahwa tidak semua perbankan mematuhi

peraturan yang telah ditetapkan. Komposisi komisaris independen tertinggi, yaitu

sebesar 100,000% dimiliki oleh Bank Kesawan (2009) karena semua anggota

dewan komisaris merupakan komisaris independen.

Selain variabel komposisi komisaris independen, penelitian ini juga

melibatkan komposisi komisaris wanita sebagai variabel independen. Berdasarkan

hasil statistik menunjukkan bahwa rerata komposisi komisaris wanita sebesar

8,480%, sebanyak 30 sampel tidak memiliki komisaris wanita. Komisaris wanita

terbanyak hanya 2 orang dan hanya terdapat di Bank Victoria Internasional (2008

dan 2009) dan ICB Bumiputera (2009). Hasil ini menunjukkan bahwa masih

sedikit perbankan yang memiliki komisaris wanita.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/14/PBI/2006 tentang

Pelaksanaan Corporate Governance Bagi Bank Umum Pasal 15 Ayat 1 rapat

dewan komisaris wajib diselenggarakan secara berkala paling kurang 4 (empat)

kali dalam setahun. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rerata frekuensi rapat di

Indonesia sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu sebanyak 15 kali

dalam setahun. Namun, terdapat tiga perbankan yang menyelenggarakan rapat

dibawah ketentuan yang berlaku, yaitu Bank CIMB Niaga (2008), Bank Kesawan

(2008 dan 2009), dan Bank Agroniaga (2009) yang hanya melakukan rapat 3 kali

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran akan

ketentuan yang telah ditetapkan.

Rerata profitabilitas yang diukur dengan ROA sebesar 1,109%. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat kemampuan dari aset perbankan untuk menghasilkan

laba bersih sebesar 1,109%. Profitabilitas tertinggi dimiliki oleh Bank Tabungan

Pensiunan Nasional tahun 2008, yaitu sebesar 2,770%, sedangkan untuk

profitabilitas terendah didapat oleh Bank Internasional Indonesia tahun 2009,

yaitu sebesar -0,070%. Semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan, maka

dana yang tersedia lebih banyak untuk mengumpulkan, mengelompokkan dan

mengolah informasi menjadi lebih bermanfaat serta dapat menyajikan

pengungkapan yang lebih komprehensif termasuk operational risk disclosure

(Hertanti, 2005). Tingkat profitabilitas perbankan Indonesia selama tahun 2008

dan 2009 lebih baik daripada rerata profitabilitas bank di tingkat regional dan

memiliki kinerja yang relatif stabil (www.tempointeraktif.com, 2010).

Berdasarkan PBI Nomor: 8/4/PBI/2006, keanggotaan komite audit

sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang anggota, seorang diantaranya

merupakan komisaris independen perusahaan tercatat yang sekaligus merangkap

sebagai ketua komite audit, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak ekstern

yang independen. Rerata komposisi komite audit independen perbankan di

Indonesia sebesar 93,130%. Komposisi komite audit independen terendah sebesar

60,000% dimiliki oleh Bank Tabungan Pensiunan Nasional (2009) dan komposisi

tertinggi, yaitu sebesar 100,000% dimiliki oleh sebagian besar perbankan. Hal ini

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

menunjukkan bahwa perbankan di Indonesia memiliki komposisi komite audit

independen yang tinggi.

Berdasarkan hasil statistik deskriptif dan penjelasan di atas, rerata

operational risk disclosure sebesar 76,270%; rerata ukuran dewan komisaris

sebesar 5,065; komposisi komisaris independen sebesar 58,740%; rerata

komposisi komisaris wanita sebesar 8,480%; rerata frekuensi rapat dewan

komisaris sebanyak 15 kali; rerata profitabilitas sebesar 1,109%; dan rerata

komposisi komite audit independen sebesar 93,130%.

B. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

berganda. Prasyarat pengujian regresi berganda dilakukan uji asumsi klasik untuk

memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan penaksiran

koefisien regresinya efisien (Gujarati, 2003). Pengujian asumsi klasik meliputi,

Normalitas, Multikolinieritas, Autokorelasi, dan Heteroskedastisitas. Penelitian ini

telah memenuhi uji asumsi klasik. Hasil pengujian asumsi klasik tersebut dapat

dilihat pada lampiran V.

Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab

rumusan masalah yaitu dengan menguji apakah board of directors yang

direpresentasikan dengan ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris

independen, komposisi komisaris wanita, dan jumlah rapat dewan komisaris

berpengaruh terhadap operational risk disclosure pada perbankan di Indonesia.

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Pengujian regresi berganda ini dilakukan dengan metode backward5. Penelitian ini

memiliki enam langkah untuk mencapai keadaan dimana tidak ada variabel yang

dikeluarkan dari fungsi diskriminan (lihat Lampiran VI).

Tabel 4.5 di bawah ini menggambarkan hasil analisis regresi berganda

pengaruh board of directors terhadap operational risk disclosure. Tabel 4.5

menunjukkan bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,122 dan Adjusted R Square

(Adjusted R2) sebesar 0,102. Berdasarkan nilai Adjusted (R2) tersebut, dapat

disimpulkan bahwa sebanyak 10,200% operational risk disclosure dapat

dijelaskan oleh variabel independen dan variable kontrol dan sisanya sebanyak

89,800% dijelaskan oleh faktor lain.

Tabel 4.5 juga menunjukkan nilai F hitung sebesar 6,134 dengan

probabilitas 0,017 (probabilitas < 0,050). Karena nilai F lebih besar dari 4,000 dan

probabilitas lebih kecil dari 0,050, maka model regresi ini menunjukkan model

yang baik (good overall model fit) sehingga model regresi dapat digunakan untuk

memprediksi operational risk disclosure dan dapat menunjukkan bahwa variabel

independen dan kontrol secara bersama-sama berpengaruh terhadap operational

risk disclosure (Ghozali, 2006).

5 Metode Backward adalah metode yang dimulai dengan semua variabel membentuk fungsi diskriminan, selanjutnya setiap langkah satu variabel dikeluarkan dari fungsi determinan, yaitu variabel yang memiliki jumlah penurunan terkecil dalam discriminating power dan prosedur ini terus diulang sampai tidak ada variabel yang dikeluarkan dari fungsi diskriminan (Ghozali, 2006).

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 4.5 Hasil Regresi Berganda

Variabel Koefisien t P-value (Constant) 0,520 5,002 0,000 J.Kom 0,048 2,477 0,017* Kom_KomInd -0,260 -1,589 0,119 Kom_Komwan -0,169 -1,199 0,237 Rpt_Dekom -0,220 -1,554 0,128 Profitabilitas 0,106 0,729 0,470 Kom_KAInd -0,018 -0,117 0,907 R-Square 0,122

Adjusted R-Square 0,102 F 6,134 Sig 0,017 *Secara statistik signifikan pada tingkat 5%

Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan

operational risk hanya ada satu (1), yaitu ukuran dewan komisaris, sedangkan

variabel komposisi komisaris independen, komposisi komisaris wanita, jumlah

rapat dewan komisaris, profitabilitas, dan komposisi komite audit independen

tidak berpengaruh terhadap operational risk disclosure.

Menurut FCGI (2001), tugas dewan komisaris adalah menjamin

pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola

perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Sembiring (2005)

menyatakan bahwa dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian

intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen

puncak.

Anggota dewan komisaris harus memiliki kemampuan yang mencakup a)

keahlian, pendidikan formal yang memadai, dan pengalaman yang cukup, b)

kemampuan berkomunikasi dengan baik dan bekerja sama (teamwork), c)

kepemimpinan, dan d) kemampuan bernegosiasi (Muntoro, 2006).

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Ukuran dewan komisaris (β = 0,048 dan ρ-value = 0,017) menunjukkan

bahwa board size berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat operational risk

disclosure6. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah komisaris,

maka tingkat pengawasan dan tekanan terhadap manajemen semakin baik

sehingga mendorong manajemen lebih transparan dalam mengungkapkan

operational risk.

Muntoro (2006: 6) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris

dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Ukuran dewan direksi. Jumlah anggota komisaris minimal sama dengan jumlah anggota direksi. Hal ini dikarenakan apabila jumlah anggota komisaris lebih kecil, maka dewan komisaris mungkin mendapat tekanan dari direksi sehingga dewan komisaris tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

2. Jenis Industri dan keahlian yang dibutuhkan. Ukuran dewan komisaris bergantung pada jenis industri karena menentukan jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh perusahaan tersebut.

3. Risiko yang dihadapi perusahaan. Semakin besar ukuran dewan komisaris, maka semakin banyak yang memikirkan dan memantau berbagai risiko yang dihadapi perusahaan sehingga semakin besar kemampuan perusahaan untuk mengatasi ancaman risiko tersebut.

4. Komite audit. Setiap komite terdiri dari satu atau lebih anggota komisaris dan anggota lain yang bukan komisaris. Oleh karena itu, semakin banyak komite dalam struktur governance di suatu perusahaan, maka semakin banyak komisaris yang dibutuhkan.

Dalton et al (1999) menyatakan bahwa peranan keahlian atau konseling

yang diberikan oleh dewan komisaris merupakan jasa yang berkualitas bagi

manajemen dan perusahaan yang tidak dapat diberikan oleh pasar. Jumlah

komisaris yang besar menciptakan perpaduan keahlian dan pengalaman

6 Hasil regresi berganda didukung oleh uji beda t (t = 2,584 dan p-value = 0,013) menunjukkan

bahwa tingkat operational risk disclosure berbeda secara signifikan antara jumlah dewan komisaris di atas rerata dengan jumlah dewan komisaris di bawah rerata (lihat lampiran VII).

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

anggotanya sehingga dapat meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap

manajemen perusahaan.

Hasil penelitian Collier dan Gregory (1999) menunjukkan semakin besar

jumlah anggota dewan komisaris, maka semakin mudah untuk mengendalikan

Chief Executif Officer (CEO) dan monitoring. Semakin besar ukuran dewan

komisaris, kemampuannya untuk melindungi kepentingan stakeholders semakin

baik. Apabila dikaitkan dengan pengungkapan, maka dewan komisaris dengan

ukuran yang besar memiliki power yang lebih besar untuk menekan manajemen

agar mengungkapkan informasi mengenai perusahaan, termasuk operational risk

disclosure. Hal tersebut ditunjukkan oleh Bank Danamon dan Bank Permata yang

memiliki jumlah komisaris tertinggi selama tahun 2008-2009, yaitu sebanyak

delapan anggota memiliki tingkat operational risk disclosure 100,000%.

Bank Permata berhasil menerapkan assessment center, yaitu metode

mengindentifikasi dan merekrut pegawai berdasarkan kompetensi yang dimiliki

untuk menduduki suatu jabatan tertentu (www.litbang-lan-bdg.info, 2010). Hal ini

mencerminkan bahwa dewan komisaris yang dimiliki Bank Permata memiliki

kompetensi yang memadai untuk menjalankan tugas-tugasnya sehingga tingkat

operational risk disclosure mencapai 100,000%. Hasil penelitian ini sesuai

dengan hasil penelitian Abeysekera (2008) dan Akra, Eddie, dan Ali (2010).

Komposisi komisaris independen (β = -0,260 dan ρ-value = 0,119)

menunjukkan bahwa komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

operational risk disclosure7. Hal ini mengindikasikan bahwa komisaris belum

memahami dan melaksanakan tugasnya selaku pihak independen dalam

mengawasi, mengarahkan dan mengevaluasi pelaksanaan corporate governance

dan kebijakan strategis bank sehingga peran komisaris independen pada

perbankan di Indonesia belum berfungsi sebagaimana mestinya.

Hal tersebut mendukung survei dari Asian Development Bank (2004) yang

menemukan bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham

mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen dan fungsi pengawasan

tidak efektif karena timbulnya masalah dalam koordinasi, komunikasi, dan

pembuatan keputusan. Dengan timbulnya masalah tersebut dapat menyebabkan

lemahnya kemampuan untuk mengawasi manajemen. Berdasarkan hal tersebut,

tingginya komposisi komisaris independen tidak menjamin perbankan

meningkatkan operational risk disclosure.

Koefisien negatif menunjukkan pengaruh negatif komposisi komisaris

independen terhadap operational risk disclosure. Surya dan Yustiavanda (2006)

menyatakan bahwa di Indonesia pemberian jabatan komisaris kepada seseorang

bukan berdasarkan kompetensi dan profesionalisme, tapi sebagai penghargaan

atau penghormatan. Suhardjanto (2008) menyatakan ”kelihatannya komisaris

independen mempunyai fungsi ”pseudo” (semu)”. Berdasarkan hal tersebut dapat

dikatakan bahwa pemilihan komisaris di Indonesia kurang mempertimbangkan

7 Hasil regresi berganda didukung oleh uji beda t (t = -2,443 dan p-value = 0,019) menunjukkan

bahwa tingkat operational risk disclosure berbeda secara signifikan antara komposisi komisaris independen di atas rerata dengan komposisi komisaris independen di bawah rerata (lihat lampiran VII).

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

integritas serta kompetensi (Cety dan Suhardjanto, 2010). Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian Eng dan Mak (2003) dan Ho dan Wong (2001).

Herwidayatmo (2000) menyampaikan bahwa dewan komisaris di

Indonesia merupakan organ perusahaan yang berlaku pasif karena struktur

kepemilikan perusahaan masih terkonsentrasi yaitu dikendalikan oleh satu

keluarga atau kelompok. Jabatan komisaris diberikan kepada keluarga dan pejabat

atau mantan pejabat pemerintah yang masih memiliki kekuasaan sebagai upaya

untuk meningkatkan bargaining power di kalangan pemerintah yang

mengakibatkan kualitas dewan komisaris ditinjau dari independensinya terhadap

direksi patut dipertanyakan.

Peran komisaris independen dalam melakukan tugasnya perlu ditingkatkan

karena banyak problem yang terjadi di perbankan Indonesia, seperti kasus L/C

fiktif pada Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang Kebayoran Baru (2003) yang

melibatkan jajaran direksi, yaitu kepala cabang dan kepala customer service luar

negeri BNI Kebayoran Baru (www.filemediakasus-lc-bni.blogspot.com, 2004)

dan kasus pembobolan kredit di Bank Rakyat Indonesia (www.detiknews.com,

2006).

Komposisi komisaris wanita (β = -0,169 dan ρ-value = 0,237)

menunjukkan bahwa komposisi komisaris wanita tidak mempengaruhi

operational risk disclosure8. Koefisien negatif menunjukkan pengaruh negatif

komposisi komisaris wanita terhadap operational risk disclosure. Hal ini

dikarenakan wanita biasanya mengambil keputusan yang berisiko lebih rendah 8Hasil regresi berganda didukung oleh uji beda t (t = 0,160 dan p-value = 0,873) menunjukkan tingkat operational risk disclosure tidak berbeda secara signifikan antara komposisi komisaris wanita di atas rerata dengan komposisi komisaris wanita di bawah rerata (lihat lampiran VII).

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

(Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra, 2007) sehingga semakin tinggi komposisi

komisaris wanita, maka informasi yang disampaikan kepada publik lebih sedikit

untuk meminimalkan risiko akibat operational risk disclosure. Selain itu, adanya

ruang gerak yang terbatas, perempuan yang aktif pada peran publik (berkarier di

luar rumah tangga) mempunyai peran ganda yang diduga dapat mempengaruhi

kinerja (Zulaikha, 2006). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

Nalikka (2009), yaitu komposisi komisaris wanita tidak mempengaruhi

pengungkapan di annual report.

Jumlah rapat dewan komisaris (β = -0,220 dan ρ-value = 0,128)

menunjukkan bahwa jumlah rapat dewan komisaris tidak mempengaruhi

operational risk disclosure dan koefisien negatif berarti adanya pengaruh negatif

jumlah rapat dewan komisaris terhadap operational risk disclosure9. Hal ini

mengindikasikan bahwa jumlah rapat dewan komisaris di Indonesia sekadar hanya

untuk memenuhi ketentuan dari Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/14/PBI/2006

yang mewajibkan perbankan menyelenggarakan rapat minimal 4 kali setahun

belum mendorong terciptanya corporate governance. Menurut Cety dan

Suhardjanto (2008), peraturan yang ada di Indonesia masih dijalankan sebagai

formalitas dan demi menjaga image perusahaan. Kondisi ini terjadi pada Bank

Negara Indonesia (BNI) tahun 2008, dimana dalam setahun frekuensi rapat dewan

komisaris sebanyak 51 kali, tetapi hanya memiliki skor operational risk

9 Hasil regresi berganda didukung oleh uji beda t (t = -0,432 dan p-value = 0,668) menunjukkan

tingkat operational risk disclosure tidak berbeda secara signifikan antara jumlah rapat dewan komisaris di atas rerata dengan jumlah rapat dewan komisaris di bawah rerata (lihat lampiran VII).

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

disclosure sebesar 50,000%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cety

dan Suhardjanto (2010).

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel kontrol, yaitu profitabilitas dan

komposisi komite audit independen. Variabel kontrol yang pertama adalah

profitabilitas yang diukur dengan ROA (β = 0,106 dan ρ-value = 0,470)

mengindikasikan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap operational risk

disclosure10. Koefisien positif memperlihatkan adanya pengaruh positif

profitabilitas terhadap operational risk disclosure. Bank dengan tingkat laba yang

tinggi tidak mempengaruhi tingkat operational risk disclosure walaupun

pengungkapan penting bagi stakeholders untuk mengambil keputusan terutama

terkait operational risk. Praktik corporate governance hanya merupakan suatu

bentuk kepatuhan (conformance) terhadap peraturan atau ketentuan dan bukan

sebagai suatu sistem yang diperlukan perusahaan untuk meningkatkan kinerja

(Mintara, 2008). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perbankan yang

memiliki profitabilitas tinggi belum menggunakan sebagian profitnya untuk

memperbaiki kualitas informasi karena perbankan harus mengeluarkan biaya

tambahan untuk mengungkapkan informasi tersebut yang dapat mengurangi

labanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profitabilitas yang tinggi dari

suatu perusahan tidak menjamin bahwa tingkat operational risk disclosure

perusahaan tersebut tinggi.

10 Hasil regresi berganda didukung oleh uji beda t (t = 1,986 dan p-value = 0,053) menunjukkan

tingkat operational risk disclosure tidak berbeda secara signifikan antara profitabilitas di atas rerata dengan profitabilitas di bawah rerata (lihat lampiran VII).

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cety dan Suhardjanto (2010)

dan Brick dan Chidambaran (2007) dan tidak mendukung hasil penelitian Helbok

dan Wagner (2006) yang menyatakan bahwa semakin kecil profitabilitas maka

semakin tinggi tingkat operational risk disclosure.

Komposisi komite audit independen (β = -0,018 dan ρ-value = 0,907)

menunjukkan bahwa komposisi komite audit independen tidak mempengaruhi

operational risk disclosure11. Koefisien negatif berarti bahwa komposisi komite

audit independen berpengaruh negatif terhadap operational risk disclosure. Hasil

penelitian ini bertentangan dengan teori yang ada karena seharusnya keberadaan

komite audit mendukung prinsip responsibilitas dalam penerapan corporate

governance, yang menekan perusahaan untuk memberikan informasi lebih baik

terutama keterbukaan dan penyajian yang jujur dalam laporan keuangan. Hal

tersebut dikarenakan pemilihan anggota komite audit independen masih belum

jelas dan terbuka, sehingga independensinya masih diragukan (Mintara, 2008).

Pemilihan komite audit di Indonesia mungkin kurang mempertimbangkan

intergritas serta kompetensi seperti pemilihan komisaris independen. Faktor

tersebut dapat menyebabkan kurangnya pemahaman komite audit independen

terhadap tugasnya dalam mengawasi manajemen dan merendahkan kualitas

informasi perusahaan karena banyaknya kesempatan untuk memanipulasi dan

mempermainkan data (Cety dan Suhardjanto, 2010). Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Cety dan Suhardjanto (2010) dan Mintara (2008).

11 Hasil regresi berganda didukung oleh uji beda t (t = -0,612 dan p-value = 0,544) menunjukkan

tingkat operational risk disclosure tidak berbeda secara signifikan komposisi komite audit independen di atas rerata dengan komposisi komite audit di bawah rerata (lihat lampiran VII).

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

BAB V

PENUTUP

Setelah dilakukan analisis hasil pembahasan pada bab IV, maka pada bab

ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian, saran, keterbatasan dan

rekomendasi untuk peneliti selanjutnya.

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan menguji peran board of directors

(direpresentasikan dengan ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris

independen, komposisi komisaris wanita, dan jumlah rapat dewan komisaris)

dalam operational risk disclosure pada perbankan Indonesia dengan

profitabilitas dan komposisi komite audit independen sebagai variabel kontrol.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan board of directors

mempengaruhi tingkat operational risk disclosure. Variabel independen

(board of directors) yang mempengaruhi tingkat operational risk

disclosure adalah ukuran dewan komisaris (board size). Ukuran dewan

komisaris yang besar memiliki power yang besar untuk menekan

manajemen agar mengungkapkan informasi mengenai perusahaan,

termasuk operational risk disclosure. Variabel lainnya, yaitu komposisi

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

komisaris independen, komposisi komisaris wanita, dan jumlah rapat

dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap operational risk disclosure.

2. Hasil penelitian menunjukkan tingkat operational risk disclosure sebesar

76,270%. Rendahnya tingkat operational risk disclosure menunjukkan

bahwa board of directors belum menjalankan fungsi governance dengan

baik, yaitu menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi

manajemen dalam mengelola perusahaan, dan mewajibkan terlaksananya

akuntabilitas. Selain itu, Bank Indonesia selaku regulator belum membuat

regulasi yang jelas, memadai dan spesifik mengenai item apa yang harus

diungkapkan dalam annual report mengingat operational risk disclosure

adalah pengungkapan wajib (mandatory disclosure) sesuai dengan PSAK

No. 31 (revisi 2000), PBI Nomor: 5/8/PBI/2003, PSAK 50 (revisi 2006)

dan P3LKEPPBANK (2008).

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Dewan komisaris sebagai komponen penting yang mendukung

terlaksananya corporate governance harus meningkatkan perannya

sehingga dapat meningkatkan operational risk disclosure.

2. Perlu adanya regulasi mengenai item operational risk disclosure pada

perbankan Indonesia. Bank Indonesia sebagai regulator harus membuat

regulasi mengenai item tersebut karena di Indonesia operational risk

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN BOARD OF ...eprints.uns.ac.id/6653/1/212621812201108041.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN BOARD OF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

disclosure merupakan salah satu pengungkapan wajib (mandatory) yang

harus dilakukan oleh perusahaan.

3. Perlu diadakan sosialisasi mengenai Peraturan Bank Indonesia Nomor:

11/25/PBI/2009 dan Basel II mengenai pelaksanaan manajemen risiko dan

pengungkapan informasi risiko kepada publik.

C. Keterbatasan

Variabel independen board of directors yang digunakan dalam penelitian

ini hanya terbatas pada ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris

independen, komposisi komisaris wanita, dan jumlah rapat dewan komisaris.

Padahal, cakupan board of directors masih luas seperti usia anggota dewan

komisaris, latar belakang pendidikan komisaris utama dan latar belakang etnik

komisaris utama.

D. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1. Peneliti selanjutnya bisa membandingkan tingkat operational risk

disclosure periode sebelum adopsi Basel II dan setelah adopsi Basel II.

2. Selain itu, penelitian berikutnya juga bisa membandingkan tingkat

operational risk disclosure antara perbankan yang listing dan nonlisting di

BEI.