perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi...

101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTRUKTIVISME MELALUI METODE DISKUSI-RESITASI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA PADA MATERI KALOR SMA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA Skripsi Oleh : Sri Gurendo Utomo K2306034 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTRUKTIVISME

MELALUI METODE DISKUSI-RESITASI TERHADAP

KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA PADA

MATERI KALOR SMA DITINJAU DARI

MOTIVASI BELAJAR SISWA

Skripsi

Oleh :

Sri Gurendo Utomo

K2306034

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTRUKTIVISME

MELALUI METODE DISKUSI-RESITASI TERHADAP

KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA PADA

MATERI KALOR SMA DITINJAU DARI

MOTIVASI BELAJAR SISWA

Oleh :

Sri Gurendo Utomo

K2306034

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Dalam

Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I

Drs Darianto

NIP. 19460809 198303 1 001

Pembimbing II

Elvin Yusliana E, M.Pd

NIP. 19770717 200501 2 002

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua :

Drs. Supurwoko, M.Si

NIP. 19630409 199802 1 001

( )

Sekretaris :

Drs. Edy Wiyono, M.Pd

NIP. 19510421 197501 1 001

( )

Anggota I :

Drs. Darianto

NIP. 19460809 198303 1 001

( )

Anggota II :

Elvin Yusliana E, M.Pd

NIP. 19770717 200501 2 002

( )

Disahkan oleh,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Sri Gurendo Utomo. PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN

KONTRUKTIVISME MELALUI METODE DISKUSI-RESITASI TERHADAP

KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA PADA MATERI KALOR SMA DITINJAU

DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) ada atau tidak adanya

perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui

metode diskusi–resitasi berkelompok dan diskusi–resitasi individu terhadap

kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi kalor, (2) ada atau tidak adanya

perbedaan pengaruh antara tingkat motivasi belajar Fisika siswa kategori tinggi

dan katagori rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi kalor,

(3) Ada atau tidak adanya interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan

konstruktivisme melalui metode diskusi–resitasi berkelompok dan diskusi–resitasi

individu dengan tingkat motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif

fisika siswa pada materi kalor.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial

2 x 2. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1

Sukoharjo kelas X semester genap Tahun Ajaran 2009/2010 yang berjumlah

sepuluh kelas, dari kelas X-1 sampai dengan kelas X-10. Sampel yang digunakan

sebanyak 2 kelas yang diambil dengan teknik cluster random sampling, sehingga

didapat dua kelas sebagai sampel penelitian, yaitu kelas X-1 yang terdiri dari 36

siswa dan kelas X-2 yang terdiri dari 31 siswa. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah teknik dokumentasi, teknik angket, dan teknik tes. Teknik

analisis data menggunakan uji anava dua jalan dengan isi sel tak sama, kemudian

dilanjutkan dengan uji komparasi ganda metode Scheffe dengan taraf signifikansi

0,05.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini,

hasil penelitian ini menunjukkan : (1) Tidak ada perbedaan pengaruh antara

penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode diskusi–resitasi secara

berkelompok dan melaluai metode diskusi–resitasi secara individual terhadap

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

kemampuan kognitif Fisika yang dimiliki siswa pada materi Kalor

( 994,3F02,1 F 63 ; 1 ;05,0a ). (2) Ada perbedaan pengaruh antara motivasi belajar

Fisika siswa kategori tinggi dan motivasi belajar Fisika katagori rendah terhadap

kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi Kalor

( 994,309.5 631050 ; ; ,B FF ). Sedangkan dari hasil uji lanjut ANAVA dengan

komparasi ganda metode Scheffe diperoleh hasil bahwa 21 XX

( 994,32571.5 63;1;05.012 FFB ). Maka dapat dilihat bahwa tingkat motivasi

belajar Fisika siswa katagori tinggi memberikan pengaruh yang lebih baik bila

dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah

terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak ada interaksi antara pengaruh

penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode diskusi–resitasi dan

motivasi belajar Fisika yang dimiliki siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika

siswa pada materi Kalor ( 994,3058,2 631050 ; ; ,ab FF ).

Kata kunci: konstruktivisme, metode diskusi-resitasi, motivasi belajar

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Sri Gurendo Utomo. THE EFFECT OF USAGE APPROACH

CONSTRUCTIVISM THROUGH DISCUSSION-RECITATION METHOD

AGAINST COGNITIVE ABILITIES OF PHYSICS REVIEW OF HEAT

SUBJECT MATTER IN SENIOR HIGH SCHOOL PERCEIVED FROM

STUDENT LEARNING MOTIVATION. Research, Surakarta: Teacher Training

and Education Faculty, Sebelas Maret University, June 2011.

This research aims to find out: (1) there is or not the differences in effect

between using constructivism approach through the discussion-recitation in a

group method and discussion-recitation individual method against cognitive

abilities of Physics for students in heat subject material, (2) there is or not the

differences in effect between the high and low category of student learning

motivation against cognitive abilities of Physics for students in heat subject

material, (3) there is or not the interaction of effect between using constructivism

approach through discussion-recitation in a group method and discussion-

recitation individual method with the student learning motivation against

cognitive abilities of Physics for students in heat subject material.

This research used the experimental method with factorial design 2 x 2.

The population of the research are all entire students in X class of SMAN 1

Sukoharjo at second semester of School Year 2009/2010, amounting to ten

classes, from class X-1 to X-10. Samples which used as many two class that taken

with a random cluster sampling technique so that the two classes obtained as a

sample of research, that is class X-1 consist of 36 students and class X-2 consist

of 31 students. Techniques of data gathering techniques used are the

documentation, polling techniques, and technical tests. Data analysis technique

used is two-step anava with the different content of cell, furthermore used the

double comparison test Scheffe method with the standards of significance 0.05.

Based on the results of data analysis in this research, the result of this

research shiow that: (1) There is no different effect between used of

constructivism approach through the discussion-recitation in a group method and

discussion-recitation in a individual method against cognitive abilities of Physics

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

for students at the Heat subject matter ( 994,3F02,1 F 63 ; 1 ;05,0a ). (2) There is

different effect between the high and low category of student learning motivation

against cognitive abilities of Physics for students at the Heat subject matter (

994,309.5 631050 ; ; ,B FF ). And then, from the results of double comparison

test Scheffe method obtained the result that 21 XX (FB12 = 5.2571 > F0.05;1.63

= 3,994). So, the high category of student learning motivation give better

influence with the low category of student learning motivation to study

achievement (3) there is no interaction between of different effect use of

constructivism approach through discussion-recitation method and student

learning motivation against cognitive abilities of Physics for students at the Heat

subject matter ( 994,3058,2 631050 ; ; ,ab FF ).

Keywords: constructivism, discussion-recitation method, learning motivation

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

MOTTO

“Apabila orang merasa tidak tahu maka itulah awal dari ilmu dan ilmu akan

berakhir ketika orang tersebut sudah merasa tahu” (Penulis)

“Sesungguhnya harta yang paling berharga adalah ilmu dan simpanan (tabungan)

yang paling bermanfaat adalah amal” (Penulis)

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

Bapak, Ibu & Keluargaku tercinta.

Bapak & Ibu Dosen Program Studi

Pendidikan Fisika.

Fitria Ayu Wulandari yang selalu

memberikan semangat.

Rekan-rekan Fisika 2006

seperjuangan

Keluarga besar SMA Negeri 1

Sukoharjo

Almamater.

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya penulisan Skripsi ini akhirnya dapat

diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Program Pendidikan Fisika Jurusan

P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini tidak terlepas

dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd, Selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd. Selaku Koordinator Skripsi Program Studi

Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

5. Bapak Drs. Darianto Selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing

dalam penyusunan Skripsi ini

6. Ibu Elvin Yusliana E, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dalam penyusunan Skripsi ini

7. Bapak Sarimin, S.Pd selaku guru Fisika SMA Negeri 1 Sukoharjo yang telah

memberikan kesempatan bagi penulis dalam menjalankan penelitian untuk

Skripsi ini.

8. Bapak Joko selaku guru Fisika SMA Negeri 3 Sukoharjo yang telah

memberikan kesempatan penelitian skripsi ini.

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

9. Keluarga besar SMA Negeri 1 Sukoharjo, SMA Negeri 3 Sukoharjo dan

SMA 6 Surakarta atas kesempatan mengajar yang diberikan selama studi.

10. Bapak dan Ibu serta keluarga besarku tercinta di Sukoharjo yang selalu

memberikan doa dan dukungan kepada penulis

11. Fitria Ayu Wulandari yang selalu memberikan semangat dan dukungannya

selama ini.

12. Semua rekan-rekan seperjuangan Pendidikan Fisika (khususnya angkatan

2006) dan rekan-rekan Fisika lainnya.

13. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Fisika Grafitasi khususnya Bidang

Pendidikan dan Kajian Ilmiah atas semua ilmu dan pengalaman yang

berharga selama ini

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan pengorbanan yang telah

diberikan kepada penulis menjadi amal baik dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala saran, kritik, maupun

masukan yang bersifat membangun. Namun demikian, penulis berharap semoga

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN.............................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK................................................................................... v

HALAMAN ABSTRACK ................................................................................ vii

HALAMAN MOTTO ....................................................................................... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... x

KATA PENGANTAR....................................................................................... xi

DAFTAR ISI..................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................... 7

C. Pembatasan Masalah .............................................................. 8

D. Perumusan Masalah ............................................................... 9

E. Tujuan Penelitian ................................................................... 9

F. Manfaat Penelitian ................................................................. 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 11

1. Proses Belajar Mengajar ................................................... 11

2. Pembelajaran Fisika di SMA ............................................ 14

3. Pendekatan Pembelajaran ................................................. 17

4. Metode Mengajar .............................................................. 21

5. Kemampuan Kognitif Siswa ............................................. 25

6. Motivasi Belajar ............................................................... 27

7. Materi Kalor di SMA ....................................................... 29

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

B. Penelitian yang Relevan ........................................................ 36

C. Kerangka Berfikir .................................................................. 37

D. Pengajuan Hipotesis ............................................................... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 42

1. Tempat Penelitian ............................................................. 42

2. Waktu Penelitian .............................................................. 42

B. Metode Penelitian ................................................................... 43

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............... 43

1. Populasi Penelitian ............................................................ 43

2. Sampel Penelitian ............................................................. 44

3. Teknik Pengambilan Sampel ............................................. 44

D. Variabel Penelitian .................................................................. 44

1. Variabel Bebas ................................................................. 44

2. Variabel Terikat ................................................................ 45

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 46

1. Teknik Dokumentasi ......................................................... 46

2. Teknik Tes ......................................................................... 46

3. Teknik Angket ................................................................... 46

F. Instrumen Penelitian ............................................................... 47

1. Instrumen Angket .............................................................. 48

2. Intrumen Tes .................................................................... 50

G. Teknik Analisis Data ............................................................... 56

1. Uji Kesamaan Keadaan Awal ........................................... 56

2. Uji Prasarat Analisis .......................................................... 57

3. Pengujian Hipotesis .......................................................... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ......................................................................... 66

1. Data Keadaan Awal Siswa ................................................ 66

2. Data Nilai Motivasi Belajar Fisika Siswa ........................ 68

3. Data Kemampuan Kognitif Fisika Siswa .......................... 69

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

B. Uji Kesamaan Keadaan Awal Fisika Siswa ........................... 71

1. Uji Normalitas ................................................................... 72

2. Uji Homogenitas .............................................................. 72

3. Uji t Dua Ekor ................................................................... 72

C. Uji Prasyarat Analisis ............................................................. 72

1. Uji Normalitas .................................................................. 73

2. Uji Homogenitas ............................................................... 73

D. Uji Pengajuan Hipotesis ......................................................... 73

1. Uji Analisis Variansi ......................................................... 73

2. Uji Lanjut Anava .............................................................. 76

E. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................. 77

1. Hipotesis Pertama ............................................................. 77

2. Hipotesis Kedua ................................................................. 78

3. Hipotesis Ketiga ................................................................ 79

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................ 80

B. Implikasi ............................................................................ 81

C. Saran .................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 83

LAMPIRAN .................................................................................................... 86

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 2.3

Gambar 2.4

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Skema Perubahan Wujud Zat ..............................................

Grafik Suhu-Kalor Untuk Es yang Dipanaskan Menjadi

Uap ......................................................................................

Laju Kalor Pada Sebuah Penghantar ...................................

Skema Kerangka Berfikir ....................................................

Histogram Nilai Keadaan Awal Fisika Siswa Kelas

Eksperimen ..........................................................................

Histogram Nilai Keadaan Awal Fisika Siswa Kelas Kontrol

Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas

Eksperimen ..........................................................................

Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas

Kontrol ................................................................................

31

32

33

40

67

68

70

71

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1

Tabel 1.2

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 3.3

Tabel 3.4

Tabel 3.5

Tabel 3.6

Tabel 3.7

Tabel 3.8

Tabel 3.9

Tabel 3.10

Tabel 3.11

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Tabel 4.10

Daya Saing Indonesia Dibandingkan dengan Negara

ASEAN ................................................................................

Skor Indonesia Berdasar Survei PISA Oleh OECD ............

Desain Penelitian .................................................................

Validitas Item Soal Angket .................................................

Kriteria Hasil Analisis Kualitatif Item Soal ........................

Katagori Item Soal Berdasar Daya Pembedanya ................

Katagori Item Soal Berdasar Taraf Kesukaran ...................

Katagori Item Soal Berdasarkan Fungsi Distraktor ............

Keputusan Item Soal yang Memenuhi Kriteria ...................

Persiapan Uji Anava Dua Jalan ...........................................

Data Komputasi ...................................................................

Rerata Sel AB .....................................................................

Rangkuman ANAVA ...........................................................

Deskripsi Data Keadaan Awal Fisika Siswa ........................

Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Fisika Siswa Kelas

Eksperimen ...........................................................................

Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Fisika Siswa Kelas

Kontrol ..................................................................................

Deskripsi Data Motivasi Belajar Fisika Siswa .....................

Deskripsi Data Kemampuan Kognitif Fisika Siswa ............

Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Siswa Kelas Eksperimen ......................................................

Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Siswa Kelas Kontrol .............................................................

Harga Statistik Uji Beserta Harga Kritik Pada Uji

Normalitas ............................................................................

Rangkuman Analisis Variansi (ANAVA) Dua Jalan ...........

Rangkuman Uji Komparasi Ganda ......................................

2

2

43

49

50

52

53

54

55

61

62

62

64

66

67

68

69

69

70

71

73

74

76

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran 8

Lampiran 9

Lampiran 10

Lampiran 11

Lampiran 12

Lampiran 13

Lampiran 14

Lampiran 15

Lampiran 16

Lampiran 17

Lampiran 18

Lampiran 19

Lampiran 20

Lampiran 21

Lampiran 22

Jadwal Pelaksanaan Penelitian .........................................

Program Satuan Pelajaran ................................................

Rencana Pembelajaran .....................................................

Lembar Kerja Siswa ........................................................

Kisi-Kisi Uji Coba Soal Kognitif ....................................

Indikator Soal Try Out Kognitif Fisika ...........................

Lembar Telaah Kualitatif Item Soal Try Out ..................

Analisis Efektifitas Distraktor .........................................

Analisis Derajat Kesukaran, Daya Pembeda, Reliabilitas

dan Validitas Soal Tes .....................................................

Soal Try Out Tes Belajar Fisika ......................................

Kisi-Kisi Angket ..............................................................

Uji Validitas dan Reliabilitas Angket ..............................

Angket Motivasi Belajar Fisika .......................................

Data Nilai Keadaan Awal Fisika Siswa ..........................

Uji Kesamaan Keadaan Awal Fisika Siswa .....................

Uji Normalitas Keadaan Awal Fisika Siswa Kelas

Eksperimen ......................................................................

Uji Normalitas Keadaan Awal Fisika Siswa Kelas

Kontrol .............................................................................

Uji Homogenitas Keadaan Awal Fisika Siswa Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................................

Penskoran Kemampuan Kognitif Fisika Siswa ...............

Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Fisika Siswa

Kelas Eksperimen ............................................................

Uji Normalitas Keampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas

Kontrol .............................................................................

Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Fisika Siswa

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..............................

86

87

103

131

150

151

152

154

164

168

176

177

181

185

186

188

189

190

192

193

194

195

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

Lampiran 23

Lampiran 24

Lampiran 25

Lampiran 26

Lampiran 27

Lampiran 28

Lampiran 29

Lampiran 30

Data Induk Penelitian ......................................................

Pengajuan Hipotesis Uji Anava Dua Jalan Dengan

Frekuensi Sel Tidak Sama ...............................................

Uji Lanjut Anava Komparasi Ganda Dengan Metode

Scheffe ..............................................................................

Daftar Nilai Tugas Resitasi Kelas X-1 dan X-2 ..............

PISA 2009 Ranking by Mean Score for Reading,

Mathematics and Science .................................................

David R. Krathwohl : A Revision of Bloom’s Taxonomy,

An Overview ....................................................................

Charlotte Hua Liu & Robert Matthews. Vygotsky’s

Philosophy: Constructivism and Its Criticisms

Examined .........................................................................

Paul A. Kirschner, John Sweller & Richard E. Clark.

Why Minimal Guidance During Instruction Does Not

Work: An Analysis of The Failure of Constructivist,

Discovery, Problem-Based, Experiential, and Inquiry-

Based Teaching ...............................................................

197

198

203

205

207

209

216

230

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat signifikan dalam sebuah

kehidupan berbangsa. Pendidikan merupakan kunci untuk memanfatkan,

memperoleh bahkan untuk menciptakan serta untuk menggunakan ilmu

pengetahuan yang tujuan akhirnya melahirkan orang-orang yang berpendidikan

yang mampu mengolah, menciptakan dalam penggunaan ilmu pengetahuan

tersebut. Pendidikan juga merupakan salah satu parameter untuk mengukur

kemajuan suatu bangsa. Semakin maju suatu bangsa, akan ditandai dengan

semakin baik pula penyelenggaraan pendidikannya. Namun, pendidikan di

Indonesia hingga saat ini masih menimbun berbagai masalah meskipun telah

berganti birokrat dan orde pemerintahan. Permasalahan pendidikan di Indonesia

dari tahun ke tahun merupakan permasalahan klasik baik menyangkut kualitas

pendidikan, infrastruktur pendidikan, daya jangkau masyarakat, budi pekerti siswa

serta minimnya minat belajar siswa.

Hasil survey dunia terhadap bangsa Indonesia, berdasarkan data IMD

(Institute for Management Development) tahun 2009, daya saing Indonesia berada

pada posisi 42 dari 56 negara, yang mengalami peningkatan dari tahun 2008

(peringkat 51) dan pada tahun 2007 (peringkat 54). Peningkatan yang terjadi

hanya pada indikator kinerja ekonomi (economic performance), efisiensi

pemerintah (government efficiency), dan efisiensi bisnis (bussiness efficiency)

sedangkan indikator infrastruktur menunjukkan penurunan. Hal ini menunjukkan

bahwa infrastruktur yang ada didalamnya antara lain mencakup infrastruktur sains

dan infrastruktur teknologi belum dapat memberikan konstribusi yang signifikan

dalam peningkatan daya saing Nasional. Daya saing Indonesia masih berada

dibawah bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti

Singapura, Malaysia, dan Thailand seperti terlihat pada tabel 1.1 (Adawiah, 2010:

5-6):

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Tabel 1.1 Daya Saing Indonesia Dibandingkan dengan Negara ASEAN

Country

World

Competitive

Yearbook

2009

Global

Competitive

Report 2010

(137 negara)

Knowledge

economy index

2009

(146 negara)

Competitive

Industrial

Performance

(122 negara)

Singapura 3 3 19 1

Malaysia 18 26 48 16

Thailand 26 38 63 25

Indonesia 42 44 103 42

Filipine 43 85 89 30

Vietnam n/a 59 100 69

Senada dengan survei yang dilakukan IMD (Institute for Management

Development), hasil survei PISA (Programme for International Student

Assessment) yang dilakukan oleh OECD tahun 2009 (dilakukan tiap tiga tahun

sekali), Indonesia menempati peringkat terbawah dari 65 negara di dunia untuk

semua katagori. Tes komprehensif dilakukan melalui pengukuran beberapa

katagori yaitu kemampuan mathematics, reading, science dan problem solving.

Hasil perolehan skor Indonesia disajikan dalam tabel 1.2 (PISA, 2010 : 15) :

Tabel 1.2 Skor Indonesia Berdasar Survei PISA oleh OECD

Negara Mathematics

Scale Reading Scale Science Scale

Shanghai-Cina 600 (1) 556 (1) 575 (1)

Singapura 562 (2) 526 (5) 542 (4)

Thailand 419 (50) 421 (50) 425 (49)

Indonesia 371 (61) 402 (57) 383 (60)

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Wajah pendidikan di tingkat daerah, khususnya untuk Kabupaten

Sukoharjo, berdasarkan hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2010, yang diikuti oleh

8.313 siswa menengah atas yang terdiri dari 3.521 siswa SMA, 455 siswa MA,

dan 4.337 siswa SMK, dari jumlah tersebut terdapat 513 siswa yang dinyatakan

tidak lulus Ujian Nasional. Hal yang lebih memprihatinkan, yaitu sebanyak 20

SMA sekabupaten Sukoharjo, tidak ada sekolah yang meluluskan

100 % siswanya, sedangkan untuk SMK dari total 25 SMK, hanya 8 SMK yang

berhasil meluluskan 100 % siswanya. Tingkat kelulusan pada tahun 2010

mencapai 96,6 % yang lebih rendah bila dibandingkan tahun 2009 yang tingkat

kelulusan mencapai 97,76 %. Khusus untuk SMK, tingkat kelulusan tahun 2009

lalu mencapai 94,60 % sedangkan pada tahun 2010 mencapai 97,79 %. (sumber:

http://www.jatengprov.go.id/?document_srl=6039)

Fakta di atas menunjukkan bahwa pendidikan sangat perlu mendapatkan

perhatian dan penanganan yang lebih baik dari pemerintah maupun lembaga-

lembaga pendidikan terkait. Hal pertama yang perlu dilakukan perubahan tentu

saja dari faktor guru sebagai guru yang berperan langsung terhadap anak didiknya.

Jika kualitas seorang guru rendah, maka hal mustahil akan tercipta siswa-siswa

yang berkualitas. Di Indonesia, untuk menjadi seorang guru tentunya persaingan

yang dihadapai tidak seketat bila dibandingkan dengan persaingan masuk ke

Fakultas kedokteran. Lulusan sekolah menengah atas yang “jempolan” tentunya

akan lebih memilih jurusan Kedokteran, Teknik Ekonomi dan sebagainya. Maka

dapat dipastikan, sebagian besar mereka yang masuk Ilmu pendidikan merupakan

“sisa” yang tidak mampu bersaing di jurusan “elit” tersebut. Tentunya dapat

dipastikan bahwa kualitas calon guru memiliki kualitas yang rendah. Hal ini

tentunya juga akan berdampak terhadap bagaimana kualitas mengajar yang akan

dilakukan guru tersebut di kelas.

Dalam proses belajar mengajar masih nampak adanya penerapan

banking sistem, dalam artian bahwa siswa dianggap sebagai “save-deposite-box”

dimana guru mentransfer bahan ajar kepada siswa dan sewaktu-waktu jika itu

diperlukan maka akan diambil dan dipergunakan. Jadi siswa hanya menampung

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

apa yang disampaikan guru tanpa mencoba untuk berpikir lebih jauh tentang apa

yang diterimanya. Proses belajar mengajar seharusnya dapat mengakomodasi

segala perbedaan serta mampu yang memberikan kesempatan pada setiap siswa

untuk mengembangkan potensi dirinya sendiri agar tercapai proses dan hasil

belajar siswa yang maksimal, bukan menjadi seperti pabrik penghasil manusia

yang tidak peka dan fleksibel terhadap perkembangan jaman.

Kondisi ini lebih diperparah dengan adanya sistem Ujian Nasional, yang

menentukan kelulusan siswa dalam menempuh belajarnya selama tiga tahun. Hal

ini menuntut seorang guru untuk mampu menciptakan siswa yang mampu lulus

Ujian Nasional, bukan siswa yang mampu bersaing dalam hal ilmu pengetahuan

dan teknologi. Akhirnya pembelajaran yang dilakukan hanya intens untuk

mencapai kelulusan siswa yang menyimpang dari tujuan dan fungsi pendidikan

nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 pasal 3, yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

bertanggungjawab.(Depdiknas, 2003: 8)

Sejak tahun 2004 telah diterapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK) dan kini telah berubah menjadi kurikulum 2006 yaitu Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP), yang menggunakan paradigma pembelajaran

konstruktivisme dalam kegiatan pembelajaran. Esensi dari teori konstruktivisme

adalah ide atau gagasan bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan

suatu informasi yang kompleks ke situasi lain dan apabila dikehendaki informasi

itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pelajaran harus dikemas

menjadi proses mengkontruksi, bukan menerima pengetahuan. Dalam proses

pembelajarannya harus diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang berpusat

pada siswa (Student Center) bukan berpusat pada guru (Teacher Center).

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Proses belajar-mengajar di sekolah meliputi setiap mata pelajaran yang

salah satunya ialah pelajaran Fisika, yang termasuk dalam Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA). Fisika meliputi tiga karakteristik, yaitu produk, proses, dan sikap

ilmiah. Produk merupakan kumpulan pengetahuan. Proses dalam Fisika berkaitan

dengan keterampilan untuk mendapat pengetahuan. Dalam melakukan proses

tersebut dibutuhkan adanya sikap ilmiah. Pemahaman atau penguasaan materi

dalam Fisika dituntut meliputi tiga ranah kemampuan, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor. Untuk menyikapi hal tersebut, Para guru Fisika (IPA) dituntut untuk

dapat menemukan suatu cara memfasilitasi siswa secara efektif dan efisien

sehingga mampu memberikan pemahaman kepada siswa tentang alam sekitar

namun tetap dilakukan melalui proses pembelajaran yang aktif dan

menyenangkan karena guru mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kualitas

proses dan hasil pembelajaran. .

Kualitas pendidikan di Indonesia yang rendah juga diakibatkan oleh

motivasi belajar siswa yang rendah. Motivasi belajar tentunya akan sangat

berpengaruh terhadap prestasi dan keberhasilan siswa dalam belajar. Motivasi

belajar yang tumbuh dalam diri siswa akan mendorong munculnya optimisme

yang tinggi dalam mencapai keberhasilan belajar sehingga siswa memilki

kekuatan dan keuletan untuk melakukan aktivitas tertentu. Motivasi tersebut juga

akan membuat siswa tertarik untuk selalu belajar, meskipun berada di luar kelas

atau diluar jam sekolah. Motivasi belajar siswa sangat bergantung pada banyak

hal salah satunya adalah faktor dari proses pembelajaran yang menjenuhkan dan

kurang menarik. Selain itu motivasi belajar seorang siswa juga dipengaruhi oleh

lingkungan belajar yang salah satunya adalah proses belajar yang menarik dan

menyenangkan.

Salah satu hal yang menjadi pertimbangan seorang guru dalam mengajar

adalah metode pembelajaran yang akan dilakukan. Ketepatan metode

pembelajaran yang digunakan dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap

mata pelajaran Fisika yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pula hasil

belajar Fisika siswa. Tentu saja metode yang digunakan tetap harus

mempertimbangkan keterlibatan dan mampu membangkitkan keaktifan siswa

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

dalam proses pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat

dilakukan adalah metode diskusi-resitasi. Dengan kolaborasi dua metode tersebut,

yaitu diskusi dan metode resitasi diharapkan kelemahan yang ada dalam kedua

metode tersebut dapat diminimalisir. Tentunya metode diskusi-resitasi tetap

mengedepankan peran serta keaktifan siswa.

Akan tetapi, realita yang ada sekarang ini, dalam proses pembelajaran

Fisika hanya bersifat “mentranfer” pengetahuan kepada siswa bukan

mengkontruksi pemikiran siswa menjadi pengetahuannya sendiri. Peran serta

seorang guru untuk mengembangkan metode yang tepat sehingga proses

pembelajaran menjadi menarik dan mampu membangkitkan motivasi belajar

siswa masih sangat rendah sekali. Penggunaan media pembelajaran hanya berupa

media power point yang notabene masih bersifat memindahkan papan tulis ke

dalam media komputer saja dan belum mampu dikemas secara menarik. Kegiatan

diskusi ataupun pemberian resitasi kepada siswa masih belum dilakukan secara

optimal. Kegiatan diskusi masih jarang dilakukan dan belum dilakukan secara

optimal, bahkan terkadang kegiatan diskusi dilakukan oleh siswa secara

menyeluruh tanpa ada peran serta guru.

Pemberian resitasi pun juga belum dilakukan secara tepat. Resitasi yang

diberikan masih sekedar tugas (pekerjaan rumah) yang hanya berupa tugas untuk

mengerjakan soal, yang terkadang tingkat soalnya pun rumit dalam jumlah soal

yang banyak. Tentunya hal ini terkadang menjadi beban bagi siswa itu sendiri.

Sehingga mata pelajaran Fisika masih merupakan momok dan hanya terlihat

sebagai teori dan rumus belaka. Tentu saja hal ini akan berdampak pada minat

siswa dalam belajar dan memberikan persepsi bahwa Fisika itu sulit, membuat

pusing dan menjenuhkan. Pada akhirnya, semuanya akan mengarah kepada

motivasi belajar siswa yang rendah. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar,

tentunya juga akan membuat rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia

Indonesia. Maka dari itu, terdapat suatu keterkaitan antara pendekatan

pembelajaran, proses pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi

belajar atau secara umum kualitas pendidikan Indonesia.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis mengadakan penelitian untuk

mengetahui pengaruh pembelajaran Fisika dengan pendekatan konstruktivisme

melalui penerapan metode diskusi-resitasi baik secara individual maupun

berkelompok, khususnya terhadap kemampuan kognitif siswa yang ditinjau dari

tingkat motivasi belajar pada siswa. Oleh karena itu, penulis mengambil judul

penelitian ”PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN

KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE DISKUSI–RESITASI

TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA PADA MATERI KALOR

SMA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka

dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Pendidikan di Indonesia masih dalam katagori yang sangat rendah bila

dibandingkan dengan negara lain. Berdasarkan hasil survei PISA

(Programme for International Student Assessment) oleh OECD, dari 65

negara, Indonesia berada di peringkat 61 untuk kemampuan Mathematics,

peringkat 57 untuk kemampuan Reading dan peringkat 60 untuk kemampuan

Science.

2. Pendidikan di tingkat daerah pun, khususnya kabupaten Sukoharjo, kualitas

pendidikan juga mengalami penurunan. Hal ini berdasar pada tingkat

kelulusan Ujian Nasional (UN) pada tahun 2010 untuk tingkat SMA yaitu

96,6 % lebih rendah bila dibandingkan pada tahun 2009 yaitu 97,76 %.

3. Masih nampak guru yang masih menerapkan pembelajaran banking sistem

dalam proses belajar mengajar yang menjadikan siswa sebagai save deposite

box yang hanya manerima pengetahuan saja. Sehingga pembelajaran yang

terjadi masih berpusat pada guru (Teacher Center). Jadi siswa hanya

menampung apa yang disampaikan guru tanpa mencoba untuk berpikir lebih

jauh tentang apa yang diterimanya.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

4. Proses pembelajaran yang terjadi di sekolah belum mampu mengakomodasi

secara mendalam segala perbedaan dan kesempatan siswa dalam

mengembangkan potensi dirinya.

5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang menggunakan

paradigma pembelajaran konstruktivisme dalam kegiatan pembelajaran.

Esensi dari pembelajaran konstruktivisme adalah gagasan bahwa siswa harus

menemukan sendiri pemahamannya sehingga proses belajar mengajar harus

dikemas menjadi proses mengkontruksi, bukan menerima pengetahuan. Akan

tetapi, realita yang ada, pembelajaran Fisika hanya dilakukan secara monoton

dan bersifat “mentranfer” pengetahuan kepada siswa bukan mengkontruksi

pemikiran siswa menjadi pengetahuannya sendiri.

6. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar, belum banyak mendapatkan

perhatian dari guru secara serius untuk peningkatan motivasi belajar siswa

tersebut, terutama dalam peningkatan motivasi belajar Fisika.

7. Pemilihan metode pembelajaran yang bervariasi masih jarang diterapkan

seorang guru dalam pembelajaran secara optimal melibatkan peran siswa

secara aktif. Dalam penerapannya, metode diskusi dan metode resitasi yang

dilakukan juga belum secara optimal.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini memiliki arahan yang jelas dan tidak terlalu luas,

maka perlu ada pembatasan masalah yakni sebagai berikut :

1. Pendekatan pembelajaran yang akan digunakan adalah pendekatan

kontruktivisme.

2. Pendekatan konstruktivisme tersebut dilaksanakan dengan menggunakan

metode diskusi – resitasi yang dilaksakan dalam dua bentuk yaitu metode

diskusi - resitasi secara individu dan diskusi – resitasi secara kelompok.

3. Tinjauan masalah yang digunakan adalah motivasi belajar siswa yang

dikatagorikan dalam katagori tingkat tinggi dan katagori tingkat rendah.

4. Hasil belajar yang dinilai pada siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran

Fisika yaitu dari aspek kognitif.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

5. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah materi kalor pada tingkat

SMA

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, permasalahan yang akan diteliti dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan konstruktivisme

melalui metode diskusi – resitasi berkelompok dan diskusi – resitasi individu

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi kalor.

2. Adakah perbedaan pengaruh antara tingkat motivasi belajar Fisika siswa

kategori tinggi dan katagori rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika

siswa pada materi kalor.

3. Adakah interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivisme

melalui metode diskusi – resitasi berkelompok dan diskusi – resitasi individu

dengan tingkat motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika

siswa pada materi kalor

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah dan rumusan masalah yang tersusun di

atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan

konstruktivisme melalui metode diskusi – resitasi berkelompok dan diskusi –

resitasi individu terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi

kalor.

2. Ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara tingkat motivasi belajar

Fisika siswa kategori tinggi dan katagori rendah terhadap kemampuan

kognitif Fisika siswa pada materi kalor.

3. Ada atau tidak adanya interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan

konstruktivisme melalui metode diskusi – resitasi berkelompok dan diskusi –

resitasi individu dengan tingkat motivasi belajar siswa terhadap kemampuan

kognitif fisika siswa pada materi kalor

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi penulis terutama

dalam dunia pendidikan dan pembelajaran serta dalam hal melakukan

penelitian pembelajaran.

2. Memberi gambaran tentang pengaruh penggunaan metode diskusi-resitasi

serta tingkat motivasi belajar siswa pada pembelajaran Fisika terhadap

prestasi belajar siswa.

3. Memberikan masukan dan sumbang pemikiran kepada pelaku pendidikan

dalam menerapkan pendekatan atau metode mengajar yang sesuai dengan

situasi dan kondisi siswa.

4. Menjadi sumber inspirasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam bidang

pendidikan Fisika.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Proses Belajar Mengajar

a. Pengertian Belajar

Proses pendidikan formal di sekolah meliputi dua aspek utama, yang

pertama adalah aspek belajar dan yang kedua adalah aspek mengajar. Banyak

teori dan pendapat yang beragam mengenai makna kedua aspek tersebut. Belajar

merupakan aspek yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran karena

dengan belajarlah seseorang mampu mengembangkan pemahaman dan potensi

dirinya untuk mencapai prestasi. Proses belajar dapat dilakukan oleh setiap orang

baik di lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Di bawah ini

akan disajikan pengertian atau definisi belajar ataupun mengajar menurut

beberapa ahli.

Menurut Martinis Yamin (2008 : 122), mendefinikan bahwa ”Belajar

merupakan perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat

melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru”. Hal senada juga

diungkapkan oleh Sulistyorini (2009 : 6) ”Belajar adalah sebagai proses untuk

merubah diri seseorang (siswa) agar memiliki pengetahuan, sikap dan tingkah

laku melalui latihan baik latihan yang penuh dengan tantangan atau melalui

berbagai pengalaman yang telah terjadi”. Berkaitan pula dengan pengertian

belajar, Stephen B. Klein (1996 : 2) menyatakan, ”Learning can be defined as an

experiential process resulting in a relatively permanent change in behavior that

cannot be explained by temporary states, maturation, or innate responses

tendencies” yang berarti bahwa belajar merupakan proses pengalaman yang

menghasilkan perubahan tingkah laku secara permenen yang tidak dapat

dijelaskan berdasarkan keadaan sementara, kematangan anak atau kecenderungan

pembawaan lahir. Paul A. Kirscher, John Sweller & Richard E. Clark (2006)

mengungkapkan bahwa, ”Learning, in turn, is defined as a change in long-term

memory” yaitu bahwa belajar merupakan perubahan ingatan jangka panjang.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Sedangkan dalam pandangan konstruktivisme (Daniel Muijs & David Reynolds,

2008: 98), ”Belajar adalah tentang membantu murid untuk mengkonstruksikan

makna mereka sendiri, bukan tentang ’mendapatkan jawaban yang benar’ karena

dengan cara seperti ini murid dilatih untuk mendapatkan jawaban yang benar

tanpa benar-benar memahami konsepnya”.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari

belajar adalah mengubah tingkah laku menjadi lebih baik melalui pengalaman

yang dialami sendiri dalam ingatan jangka panjangnya. Belajar merupakan suatu

perubahan pada sikap dan tingkah laku yang meliputi proses lahir maupun batin

untuk memperoleh pengalaman yang lebih baik dan tertanam dalam benak

seseorang. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa belajar merupakan pencarian

makna yaitu siswa secara aktif berusaha mengkontruksi makna dan

pemahamannya sendiri secara mendalam.

b. Pengertian Mengajar

Aspek utama yang kedua dalam pendidikan formal adalah mengajar.

Menurut Arnie Fajar yang dikutip Sulistyorini (2009 : 33) dalam bukunya

mengemukakan bahwa ”Mengajar adalah memberikan sesuatu dengan cara

membimbing dan membantu kegiatan kepada seseorang (siswa) dalam

mengembangkan potensi-potensi intelektual (emosional serta spiritual) sehingga

potensi-potensi tersebut dapat berkembang secara optimal”. Mengajar menurut

pandangan kontruktivistik bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari

guru kepada siswa, melainkan mengajar merupakan suatu kegiatan yang

memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya (Martinis Yamin, 2008

: 3). Hal senada diungkapkan William Burton (Sulistyorini, 2009 : 35), ”Teaching

is the guidance of learning activities, teaching is for purpose of aiding the pupul

learn” yang berarti bahwa mengajar adalah kegiatan membimbing aktivitas

belajar, bertujuan untuk membantu siswa dalam belajarnya. Dari beberapa

pendapat diatas, dapat diketahui bahwa mangajar merupakan kegiatan

membimbing siswa dalam belajar untuk membangun pengetahuannya sendiri.

Dengan kata lain, mengajar dapat dikatakan sebagai bentuk membelajarkan siswa.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Menurut pandangan kontruktivisme, ”Mengajar adalah tentang

memberdayakan pelajar, dan memungkinkan pelajar untuk menemukan dan

melakukan refleksi terhadap pengalaman-pengalaman realistis” (Daniel Muijs dan

David Reynolds, 2008 : 99). Hal ini akan memberikan pembelajaran yang nyata

(asli) dan memberikan pemahaman yang lebih nyata terhadap siswa bila

dibandingkan hanya sekedar mentransfer materi kepada siswa secara abstrak.

Pengertian ini mengisyaratkan bahwa guru dan siswa harus saling berinteraksi

dengan baik dalam kegiatan pembelajaran. Kontruksi pengetahuan yang dilakukan

guru, bukan semata bersifat individual. Namun, dapat dilakukan suatu interaksi

sosial, baik dengan teman, guru atau dengan yang lain. Dengan demikian,

kegiatan pembelajaran perlu disusun dalam suatu kegiatan sosial yaitu dengan

mendorong adanya situasi kerja atau diskusi bersama.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa mengajar

merupakan aktivitas mengorganisasi untuk menciptakan kondisi dimana terjadi

interaksi aktif antara guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa

mampu membangun pengetahuannnya sendiri. Dalam hal ini seorang guru

berperan sebagai fasilitator yang membantu proses belajar siswa serta

mengarahkan pemahaman siswa.

c. Pengertian Pembelajaran

“Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu

seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru” (Syaiful

Sagala, 2009 : 61). Sedangkan dalam UUSPN No 20 tahun 2003 menyatakan

bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Maka dari itu, pembelajaran

merupakan kegiatan yang dirancang untuk membuat siswa belajar aktif terhadap

sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.

Untuk menjadi pribadi yang mandiri, setiap manusia memerlukan

sejumlah kecakapan dan keterampilan tertentu yang harus dikembangkan melalui

proses belajar mengajar. Richard I. Arends (2001:18) mengatakan,”...the ultimate

purpose of teaching is to assist students to become independent and self-regulated

learners”. Maka dari itu, dapat diketahui bahwa tujuan utama dari pembelajaran

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

adalah untuk membantu siswa menjadi mandiri dan mampu belajar sendiri. Oleh

karena itu, melalui proses pembelajaran inilah diharapkan dalam diri siswa akan

mempunyai kecakapan, kemandirian dan keterampilan tertentu sehingga akan

membentuk pribadi yang cukup terintegrasi dalam diri siswa.

2. Pembelajaran Fisika Di SMA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains merupakan cabang ilmu

pengetahuan yang mempelajari tentang peristiwa atau gejala-gejala alam. IPA

merupakan cara untuk menemukan secara sistematik mengenai alam sehingga IPA

bukan sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep,

atau prinsip semata, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dapat pula

dikatakan bahwa IPA merupakan bidang ilmu yang sangat berdekatan dengan diri

siswa yang mengungkapkan realitas alam yang menjadi tempat hidupnya. Sebagai

bagian dari pendidikan nasional, pendidikan IPA diharapkan mampu memberikan

manfaat yang nyata kepada siswa.

Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara

langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa sehingga mampu menjelajahi

dan memahami alam sekitar secara ilmiah yang mampu membantu siswa dalam

memperoleh pemahamannya mengenai alam sekitar tersebut. Maka dari itu,

melalui pendidikan IPA diharapkan siswa mampu mengembangkan ilmu

pengetahuan, dapat membina kerja sama, dan mampu bersikap peka, jujur,

tanggap serta mampu berperan aktif dalam menerapkan IPA dalam memecahkan

masalah yang terjadi disekitarnya. Selain itu, diharapkan siswa akan terlatih dalam

mengembangkan kemampuan berfikir (thinking skill) dalam menghadapai

persoalan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh Wegerif yang dikutip oleh

Sabar Nurohman (2008: 125),” Thinking skill are used to indicate a desire to

teach processes of thinking and learning that can be applied in wide range of

real-life. Dalam pandangan Wegerif tersebut, kemampuan berfikir (thinking skill)

merupakan upaya proses belajar mengajar untuk membantu membawa siswa

masuk ke dunia nyata.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

a. Hakikat fisika

Fisika merupakan cabang dari IPA yang telah menyumbangkan ilmunya

untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berusaha menemukan

konsep – konsep, hukum – hukum, dan prinsip – prinsip. Menurut C. Giancoli

(2001 : 1), ” Fisika adalah ilmu yang paling mendasar dari semua cabang sains,

karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda”. Sedangkan menurut

Young & Freedman (1996 : 2), ”Physics is not a collection of facts and

principles; it is the process by which we arrive at general princilples that describe

how the physical universe behaves” yang berarti bahwa Fisika bukanlah sekedar

kumpulan fakta dan prinsip; Fisika adalah proses yang membawa kita pada

prinsip – prinsip umum yang mendeskripsikan bagaimana perilaku dunia fisik.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa Fisika

merupakan teori yang mempelajari gejala-gejala alam dimana hasilnya

dirumuskan dalam bentuk definisi ilmiah dan persamaan matematis yang

diperoleh berdasarkan hasil pengamatan dan penyelidikan. Fisika merupakan ilmu

dasar mempelajari gejala-gejala alam berhubungan dengan perilaku dan struktur

benda yang membawa pada prinsip – prinsip umum yang hasilnya dirumuskan

dalam bentuk definisi ilmiah dan persamaan matematis. Ilmu Fisika selalu

menguraikan dan menganalisis suatu struktur atau peristiwa di alam sehingga

dapat menemukan prinsip-prinsip atau hukum alam yang dapat menjelaskan

gejala-gejala alam tersebut.

b. Pembelajaran Fisika Di SMA

Mata pelajaran Fisika diajarkan dari kajian secara sederhana yang

diteruskan ke kajian yang lebih kompleks. Sebagai salah satu bagian dari IPA,

Fisika dipelajari sejak dari sekolah dasar hingga ke sekolah tinggi dalam jejang

pendidikan. Fisika berhubungan dengan pengamatan terhadap gejala – gejala di

alam baik yang nyata maupun yang abstrak serta mempelajarinya, sehingga

berpengaruh pada cara menyampaikannya kepada siswa. Hewson & Gertzdog

yang dikutip oleh Michael Pressley dan Vera Woloshyn (1995 : 224) mengatakan,

“Many science educators believe that the learning process consists of

assimilation, incorporating new information with existing knowlegde, and

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

accommodation, restructuring and reorganizing existing knowledge on the basis

of new information”. Mereka mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran IPA

terdiri atas dua proses, pertama adalah proses assimilation, yaitu menggabungkan

informasi baru dengan pemahaman yang telah dipahami siswa. Kedua adalah

proses accommodation, yaitu mengkontruksi dan menyususn kembali pemahaman

yang telah ada berdasarkan informasi baru yang dijelaskan. Maka dari itu, dalam

pembelajaran Fisika, seorang guru harus mampu mengkontruksi pemahaman yang

telah dimiliki siswa sebelumnya dengan konsep Fisika baru yang akan

disampaikan.

Mata pelajaran Fisika di SMA mengacu pada pengembangan Fisika yang

ditunjukkan untuk mendidik siswa agar mampu mengambangkan kemampuan

observasi, eksperimentasi dan mampu berfikit kritis dan taat asas. Hal ini didasari

oleh tujuan Fisika, yakni mengamati, memahami dan memanfaatkan gejala-gejala

alam yang melibatkan zat (materi) dan energi (Depdiknas, 2006 : 4).

Dalam Petunjuk Pengembangan Silabus Fisika SMA/MA (Depdiknas,

2006: 4), ilmu Fisika mencakup beberapa perangkat, yaitu:

1) Perangkat keilmuan, yang mencakup obyek telaah Fisika yang meliputi:

zat, energi, gelombang dan medan. Sedangkan telaah keilmuan mencakup

bangunan ilmu yang meliputi: mekanika, termofisika, grafitasi, optika,

kelistrikan dan kemagnetan, Fisika atom dan inti.

2) Perangkat pengamatan, mencakup perangkat untuk melaksanakan

observasi untuk menelaah fenomena obyek dan kejadian fisis pada daerah

makroskopis maupun mikroskopis. Perangkat ini mencakup alat ukur

besaran fisis dan tata kerja dalam pelaksanaan eksperimen.

3) Perangkat analisis merupakan perangkat dalam melaksanakan perhitungan

terhadap hasil pengukuran. Perangkat ini meliputi penguasaan matematis

di kalangan siswa, baik penguasaan trigonometri, aljabar, geometri bidang

dan ruang sebagai upaya menelaah bangun ilmu secara kuat.

Maka dari itu, pembelajaran Fisika di SMA secara garis besar

mengajarkan kepada siswa dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan mampu

melatih siswa dalam melakukan observasi atau pengamatan terhadap gejala-gejala

alam, serta mampu melakukan analisis observasi atau pengamatan tersebut

melalui penguasaan metematis.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

3. Pendekatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran merupakan proses yang harus dilakukan oleh

siswa dengan bimbingan guru agar tujuan pembelajaran tercapai. Maka dari itu,

guru perlu mempertimbangkan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang

akan diterapkan. Membahas masalah pendekatan pembelajaran dalam proses

belajar mengajar tidak terlepas dari pengertian pendekatan dalam proses belajar

mengajar itu sendiri. ”Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang ditempuh

oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan

instruksional tertentu” (Syaiful Sagala, 2009 : 68). Pendekatan pembelajaran ini

merupakan penjelas untuk mempermudah pengajaran materi bidang studi yang

tersusun sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan,

serta dengan membangun suasana belajar yang menyenangkan. Maka dari itu,

pendekatan penting dalam proses balajar mengajar karena dengan adanya

pendekatan yang tepat dalam proses belajar akan dapat meningkatkan hasil

belajar.

a. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan

pembelajaran yang berkarakter mengkontruksi pemahaman siswa itu sendiri dan

bukan hanya sekedar mentransfer pemahaman dari guru ke siswa semata. Menurut

Tedjawati (2008 : 5) mengungkapkan bahwa

Konstruktivisme merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran

berdasarkan keyakinan bahwa belajar merupakan hasil dari pembentukan

(konstruksi) pengetahuan yang berlangsung dalam otak dengan cara

membangun aturan-aturan dan model-model mental, yang bersifat

individual, untuk memahami pengalaman-pengalamannya.

Hal senada seperti yang diungkapkan oleh Von Glasersfeld yang dikutip

Daniel Muijs dan David Reynolds (2008: 96) dalam bukunya, “Konstruktivisme

berakar pada asumsi bahwa pengetahuan, tidak peduli bagaimana pengetahuan itu

didefinisikan, terbentuk didalam otak manusia, dan subjek yang berfikir tidak

memiliki alternatif selain mengkontruksikan apa yang diketahuinya berdasarkan

pengalamannya sendiri”. Sedangkan dalam pandangan kontruktivisme, seperti

yang diungkapkan oleh Richard I. Arends (2001: 12), “...the constructivist

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

perspective holds that knowledge is somewhat personal, and meaning is

contructed by the learner through experience”. Berdasarkan hal tersebut, dalam

pandangan kontruktivisme, pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki siswa

harus dikontruksi siswa sendiri melalui pengalaman yang dilakukannya. Hal

senada diungkapkan pula oleh Charlotte Hua Liu & Robert Mattews (2005),”The

fact that constructivist ... that knowledge is not mechanically acquired, but

actively constructed within the constrain and offerings of the learning

environment ...” yaitu bahwa dalam pemahaman kontruktivisme, pengetahuan

tidak secara penuh diperlukan, tetapi merupakan aktivitas mengkontruksi

pengetahuan secara terbatas dalam suatu lingkungan belajar.

Matson dan Parson yang dikutip oleh Sabar Nurohman (2008: 126)

menyebutkan bahwa setidaknya terdapat dua pemahaman dasar atas

konstruktivisme, “First, constructivism is a philosophical view or perspective on

how knowledge is aqcuired. Second, individuals construct knowledge to make

sense of their world”. Pertama, kontruktivisme merupakan suatu pandangan

tentang bagaimana pengetahuan dimiliki seseorang dan kedua, pengetahuan yang

dibangun seseorang dalam dirinya dapat merasakan dunianya. Pengetahuan

bukanlah seperangkat kata – kata, konsep, teori, fakta atau kaidah yang hanya

untuk diambil dan diingat, tetapi pengetahuan harus dibangun sedikit demi sedikit

yang kemudian dapat dikembangkan secara luas dalam konteks pengaplikasian

ilmu pengetahuan tersebut

Atas dasar tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses tertentu

sehingga siswa mampu “mengkontruksi” pengetahuannya, bukan sekedar

menerima pengetahuan langsung. Sehingga pengetahuan yang didapat bukan

merupakan sesuatu bentuk jadi, melainkan melalui proses yang berkembang terus

menerus. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja kepada siswa, tetapi harus

diinterpretasikan sendiri oleh masing – masing siswa. Dalam proses ini, keaktifan

siswa memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar (Student

Center). Dengan demikian, seorang guru mestinya berusaha menciptakan suasana

belajar yang mampu mengkontruksikan kegiatan belajar yang memungkinkan

siswa untuk dapat mengkontruksi makna atau pemahamannya sendiri.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Belajar merupakan proses aktif pelajar mengkontruksi pengalaman yang

dialami siswa secara mandiri. Sehingga dapat dipahami bahwa pendekatan

konstruktivisme adalah proses pembentukan konsep ilmu pengetahuan yang

melibatkan keaktifan siswa dengan kemampuan kognitif yang telah terbentuk

sebelumnya dengan membentuk dan mengkontruksi sendiri pengetahuannya

dalam situasi dan pengalaman yang baru.

b. Strategi Pembelajaran Konstruktivisme

Tugas seorang guru adalah membantu siswa agar mampu mengkontruksi

pengetahuannya sesuai dengan kondisi yang ada. Oleh karena itu, strategi seorang

guru perlu disesuaikan dengan kondisi siswa dan lingkungannya. Pengembangan

strategi mengajar konstruktivisme sangat beragam dan bersifat subjektif. Akan

tetapi, pada prinsipnya memiliki beberapa elemen yang sama. Elemen – elemen

tersebut dapat disarikan dari Daniel Muijs dan David Reynolds (2008: 99-104)

sebagai berikut:

1) Mengkaitkan ide-ide dengan pengetahuan sebelumnya

Kegiatan ini dapat dilakukan pada awal sebuah topik atau materi baru, tetapi

tidak hanya dibatasi pada bagian pelajaran itu saja. Tujuannya adalah guru

dapat mengetahui seberapa besar siswa mengetahui tentang topik tersebut

sebelum pembelajaran dimulai.

2) Kegiatan ekplorasi dan penyelesaian masalah

Kegiatan ini merupakan kunci pembelajaran konstruktivis yang

memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pemikiran dan

pemahamannya. Menurut De Jager yang dikutip Daniel Muijs dan David

Reynolds (2008 : 102), “Kedua kegiatan ini memungkinkan siswa untuk

mengambangkan pemikiran dan pemaknaan (meanning-making) mereka,

dengan mengembangkan kombinasi-kombinasi ide baru dan dengan

memikirkan tentang hasil-hasil hipotetik dari berbagai situasi dan kejadian

yang dibayangkan”.

Menurut sifat pembelajaran konstruktivisme, maka harus mendorong

ekperimentasi, eksplorasi dan kecairan dalam kegiatan pembelajaran. Daniel

Muijs & David Reynolds (2008:105-106) menjelaskan, secara garis besar

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pembelajaran konstruktivisme terdiri atas empat langkah pembelajaran, yang

dapat disarikan sebagai berikut:

1) Fase Start

Pada fase ini guru memulai dengan mengukur pengetahuan siswa sebelumnya

dan menetapkan sebagai kegiatan. Fase ini juga dikatakan sebagai proses

apersepsi, dapat dilakukan kegiatan menghubungkan konsepsi awal,

mengungkapkan pertanyaan pertanyaan dari materi sebelumnya yang

merupakan konsep prasyarat.

2) Fase Eksplorasi

Pada fase ini, kegiatan lebih bersifat ekploratif, melibatkan situasi dan bahan-

bahan riil, dan memberikan kesempatan untuk bekerja kelompok. Kegiatan

ini melibatkan siswa untuk mengungkapkan dugaan sementara terhadap

konsep yang mau dipalajari. Kemudian siswa menggali menyelidiki dan

menemukan sendiri konsep sebagai jawaban dari dugaan sementara yang

dikemukakan pada tahap sebelumnya, melalui manipulasi benda langsung.

3) Fase Refleksi

Pada fase ini, siswa diminta untuk mengingat kembali kegiatan yang telah

dilakukan sebelumnya kemudian menganalisis serta mendiskusikan apa yang

telah mereka dikerjakan, baik dengan kelompok-kelompok sendiri atau

dengan guru. Pada fase ini, guru berperan sebagai fasilitator dalam

menampung dan membantu siswa membuat kesepakatan, yaitu setuju atau

tidak dengan pendapat kelompok lain serta memotifasi siswa mengungkapkan

alasan dari kesepakatan tersebut melalui kegiatan tanya jawab. Melalui

komentar dan pertanyaan yang diungkapkan baik oleh guru maupun siswa,

dapat dirancang untuk mengkaitkan masalah-masalah tersebut dengan konsep

kunci yang akan dieksplorasi.

4) Fase Aplikasi dan Diskusi

Pada fase ini, guru meminta seluruh kelas untuk mendiskusikan temuan dan

berusaha untuk menarik kesimpulan dari poin-poin kunci yang telah

ditemukan. Guru memberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial,

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

dan menerapkan pemahaman konseptual yang telah diperoleh melalui

pembelajaran saat itu melalui pengerjaan tugas yang diberikan.

Langkah pembelajaran konstruktivisme diatas merupakan pokok yang

ada dalam setiap pembelajaran konstruktivisme. Akan tetapi, tidak menutup

kemungkinan masih dapat dilakukan suatu eksplorasi yang lebih mendalam untuk

menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran yang akan berlangsung.

4. Metode Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru

dan siswa dalam situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan

yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan interaksi tersebut maka guru perlu

menerapkan suatu metode pembelajaran yang tepat dalam penerapan

pembelajarannya. Dalam kegiatan pembelajaran, metode mengajar memegang

peranan penting dan merupakan salah satu faktor utama keberhasilan proses

pembelajaran. Berrkenaan dengan metode mengajar, Muhibbin Syah (2005: 27),

mengungkapkan bahwa, ”Metode…sebagai cara atau jalan yang ditempuh

seseorang dalam melakukan sebuah kegiatan”. Maka dari itu, dapat diketahui

bahwa metode mengajar merupakan cara yang ditempuh seorang guru dalam

melakukan kegiatan pembelajaran. Metode mengajar merupakan cara yang

bersifat lebih operasional dalam menyajikan pelajaran kepada siswa melalui

langkah-langkah pembelajaran tertentu. Sehingga, seorang guru harus memiliki

kecakapan dan keterampilan dalam mengajar, selain itu, juga harus mengetahui

dan menguasai metode-metode mengajar yang tepat untuk setiap materi yang

tepat. Metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai, materi pelajaran, bentuk pengajaran, kemampuan pendidik, kondisi siswa

serta fasilitas yang ada.

Banyak terdapat metode pembelajaran yang berkembang dewasa ini.

Walaupun banyak metode belajar yang diterapkan, pada umumnya setiap metode

mengajar memiliki beberapa aspek pokok. Allan & Thomas J. Lasley (2000: 146)

mengungkapkan bahwa, ”Although many different procedures can be employed in

a lesson, four basic methods for teaching spesific concept and discrete skils are

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

(1) practice and drill, (2) quenstioning, (3) explanation and discussion, and (4)

demonstrations and experiments”. Berdasarkan pernyataan diatas, terdapat empat

dasar dalam sebuah metode belajar yaitu mencoba dan berlatih, tanya-jawab,

menjelaskan dan diskusi, dan demonstrasi dan percobaan. Metode yang digunakan

dalam proses mengajar diantaranya metode ceramah, resitasi, diskusi, tanya-

jawab, demonstrasi, eksperimen, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, digunakan

dua gabungan metode mengajar yaitu metode diskusi dan metode resitasi.

Pemilihan ini didasarkan pada pendekatan pembelajaran dan situasi pembelajaran

yang diharapkan. Setiap metode yang dilakukan tentunya akan memiliki kelebihan

dan kekurangan masing-masing. Dengan melakukan kolaborasi dari beberapa

metode, misalnya metode diskusi – resitasi, akan dapat meminimalisir kelemahan

– kelemahan yang ada pada tiap metode.

a. Metode Diskusi

Metode diskusi diartikan sebagai siasat ”penyampaian” bahan pengajaran

yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan altenatif

pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Menurut Syaiful Bahri

dan Aswan Zain (2006 : 87), “Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran

dimana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa

pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan

dipecahkan bersama”. Guru, siswa, dan atau kelompok siswa memiliki perhatian

yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi. Dalam kegiatan diskusi

akan timbul suatu interaksi yang dapat saling bertukar pendapat, ide atau gagasan

dalam memecahkan masalah yang diberikan, sehingga semua siswa berperan aktif

dalam pembelajaran. Metode diskusi ini memiliki beberapa kelebihan (Syaiful

Bahri dan Aswan Zain, 2006: 88), antara lain:

1) merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan, dan terobosan

dalam memecahkan masalah

2) mengembangkan sikap menghargai orang lain

3) membina siswa dalam bermusyawarah mufakat dalam memecahkan

masalah

4) memperluas wawasan siswa.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Adapun kelemahan dari penggunaan metode diskusi antara lain:

1) pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang

panjang.

2) tidak dapat dipakai pada kelompok besar

3) peserta mendapat informasi yang terbatas

4) mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau

menonjolkan diri.

b. Metode Resitasi

Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006: 85) “Metode resitasi

(penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas

tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”. Sedangkan menurut Richard I.

Arends (2001:138), “Recitations are quentions-and-answer exchanges in which

teachers check how well students recall factual information or understand a

concept or idea”. Resitasi merupakan sejumlah pertanyaan dan jawaban dari guru

yang bertujuan mengetahui sejauhmana siswa mampu mengingat kembali fakta

informasi atau memahami sebuah konsep atau gagasan. Metode resitasi juga

dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah, akan tetapi sebenarnya metode ini lebih

luas dari pekerjaan rumah karena siswa dapat belajar tidak hanya di rumah tetapi

juga di laboratorium, halaman sekolah, perpustakaan atau di tempat-tempat lain

sehingga tugas tersebut dapat dikerjakan dengan baik. Tugas dan resitasi

merangsang siswa untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara

kelompok, karena itu, tugas dapat diberikan secara individual atau dapat pula

diberikan secara kelompok. Metode resitasi ini memiliki beberapa kelebihan

(Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2006 : 87), antara lain:

1) lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar baik secara

individu maupun kelompok

2) dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru

3) dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa

4) dapat mengembangkan kreativitas siswa.

Namun demikian, metode resitasi juga tidak terlepas dari beberapa

kelemahan, antara lain:

1) siswa sulit dikontrol, apakah benar ia mengerjakan tugas ataukah tidak

2) khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan

menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota

lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

3) tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu

siswa.

4) sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat

menimbulkan kebosanan siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar resitasi

merupakan cara mengajar dimana siswa menerima sejumlah tugas dan dapat

menyelesaikan tugas tersebut kapan saja dan dimana saja. Resitasi yang diberikan

kepada siswa dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu resitasi secara berkelompok

dan resitasi secara individu.

1) Resitasi berkelompok

Penggunaan metode resitasi melalui kerja kelompok mempunyai

tujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman lain dalam

memecahkan masalah, melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai

tujuan bersama. Melalui metode resitasi berkelompok, setiap siswa dapat

mengungkapkan pendapat, gagasan dalam kelompoknya. Dalam pemakaian

metode resitasi secara kelompok, tugas yang diberikan dapat sama untuk

setiap kelompok atau berbeda-beda tetapi saling mengisi untuk setiap

kelompok dan hendaknya dirumuskan secara jelas. Dalam penggunaan

metode ini guru harus mampu menyediakan bahan-bahan pelajaran yang

secara manipulatif mampu melibatkan keaktifan anak bekerja sama dan

berkolaborasi dalam kelompok.

2) Resitasi Individu

Pelaksanaan metode resitasi yang dilakukan secara individual,

dimana proses penyelesaian tugas dilakukan oleh siswa sendiri. Metode ini

memungkinkan setiap siswa untuk mengerjakan tugas dengan lebih mandiri.

Penggunaan metode resitasi secara individual adalah untuk memberi

kesempatan siswa agar dapat melaksanakan tugas sesuai dengan cara,

kemampuan dan kecepatanya sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Dari

penjelasan diatas, metode resitasi secara individual memberikan gambaran

bahwa perbedaan karakter individual siswa juga dapat berpengaruh terhadap

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

cara para siswa tersebut menyelesesaikan tugas yang diterima, meskipun

berada dalam satu kelas yang sama.

c. Metode Diskusi – Resitasi

Metode diskusi–resitasimerupakan kombinasi dari penggunaan metode

diskusi dan metode resitasi. Penerapan metode diskusi- resitasi ini diawali dengan

guru mengadakan diskusi kelas dalam menyampaikan materi ajar sehingga siswa

akan menjadi aktif dalam pembelajaran di kelas, kemudian untuk memantapkan

penguasaan dan pemahaman materi siswa maka dilakukan tindak lanjut berupa

pemberian tugas (resitasi).

5. Kemampuan Kognitif Siswa

Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang yang

telah mengikuti kegiatan pembelajaran. Prestasi belajar Fisika merupakan hasil

yang telah dicapai seorang siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Fisika.

Prestasi yang diperoleh siswa berupa nilai mata pelajaran Fisika. Kemampuan

kognitif bisa diartikan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan

pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk pemecahan masalah yang

berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Itulah sebabnya pendidikan dan

pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif para siswa dapat

berfungsi secara positif dan bertanggung jawab. Tanpa kemampuan kognitif,

mustahil siswa dapat memahami faedah dan menangkap pesan-pesan moral yang

terkandung dalam materi pelajaran yang diikuti. Tujuan kognitif berorientasi

kepada kemampuan berfikir, mencakup kemampuan intelektual yang lebih

sederhana, yaitu mengingat, sampai kepada kemampuan memecahkan masalah

yang menuntut siswa menghubungkan gagasan, prosedur yang sebelumnya

dipelajari untuk memecahkan masalah tertentu.

Tujuan instruksional dalam pembelajaran secara berjenjang

diklasifikasikan dalam suatu taksonomi, salah satunya adalah Taksonomi Bloom.

Menurut Taksonomi Bloom, tujuan instruksional terbagi menjadi enam level

(sebelum mengalami revisi), dari level intelektual paling rendah yaitu

pengetahuan (knowledge) ke tingkat paling komplek yaitu evaluasi (evaluation)

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Adapun taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Lorin W. Anderson dan David

R. Krathwohl, yang disarikan dari Martinis Yamin (2008 : 33-37) dalam bukunya

sebagai berikut:

a. Mengingat (Remember)

Kawasan ini menuntut siswa untuk mampu mengingat kembali (recall)

informasi atau pengetahuan yang telah diterima sebelumnya, seperti definisi,

fakta, rumus, serta strategi penyelesaian masalah dan sebagainya.

b. Mengerti (Understand)

Kawasan ini menuntut siswa untuk mampu menjelaskan kembali pengetahuan

atau informasi yang telah diketahui dengan menggunakan pendapatnya

sendiri. Maka dari itu, siswa diharapkan mampu, mendefinisikan,

menerjemahkan, atau menyebutkan kembali dengan kata-katanya sendiri.

c. Menerapkan (Apply)

Kawasan ini merupakan kemampuan untuk menerapkan dan menggunakan

pengetahuan atau informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.

Siswa dituntut mampu memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam

kehidupan sehari-hari.

d. Menganalisis (Analyze)

Pada kawasan ini, siswa mampu untuk mengidentifikasi, memisahkan dan

membedakan komponen atau elemen-elemen suatu fakta, konsep, pendapat,

asumsi, hipotesis atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen atau

elemen tersebut untuk melihat hubungan, keterkaitan atau kontradiksinya.

Siswa diharapkan mampu menunjukkan hubungan antara berbagai gagasan

dengan membandingkannya terhadap standar, prinsip atau prosedur yang

telah dipelajari.

e. Menilai (Evaluate)

Pada kawasan ini mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan

keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan

menggunakan kriteria tertentu.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

f. Mencipta (Create)

Kawasan mencipta diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

mengaitkan atau menyatukan berbagai unsur dan elemen pengetahuan yang

telah dipelajari sehingga terbentuk suatu pola baru yang bersifat menyeluruh.

Proses pembelajaran Fisika yang selama ini dilakukan oleh seorang guru,

umumnya masih baru menerapkan beberapa aspek kognitif dalam tingkatan

terbawah seperti tingkatan mengingat (remember) atau mengerti (understand) dan

jarang sekali menerapkan tingkatan analisis (analyze) bahkan tingkatan mencipta

(to crate). Apabila setiap guru mampu mengembangkan pembelajarannya hingga

semua tingkatan kawasan kognitif, maka kualitas pendidikan yang dihasilkan

tentunya akan menjadi lebih baik.

6. Motivasi Belajar

Setiap individu memiliki kondisi internal yang turut berperan dalam

aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu kondisi internal tersebut adalah motivasi.

Dalam kegiatan belajar pun, motivasi ini memegang peranan penting dalam

keberhasilan siswa dalam belajar. Pendapat Mc. Donald seperti yang dikutip oleh

Sardiman A. M. (2004: 73) : ”Motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya ’feeling’ dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan”. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2008:

1), ”Motivasi adalah kekuatan baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong

seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya”.

Richard I. Arends (2001:80) mengatakan bahwa, ”Motivation is usually defined as

the processes within individuals that stimulate behavior or arouse us to take

action”. Motivasi merupakan suatu proses yang terjadi pada diri sesorang yang

mendorong perilaku atau menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu. Sehingga

dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam maupun dari

luar diri seseorang dalam melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan

tertentu.

Motivasi pada dasarnya dapat digunakan untuk memahami dan

menjelaskan tingkah laku seseorang, termasuk perilaku siswa dalam mengikuti

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

proses pembalajaran. Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motivasi dapat

digolongkan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Sumber dari

dalam diri siswa (motivasi instrinsik) seperti cita – cita siswa, kemampuan siswa,

kondisi siswa, sedangkan sumber dari luar diri siswa (motivasi ekstrinsik) seperti

kondisi lingkungan belajar, unsur-unsur dinamis pembelajaran dan upaya guru

dalam membelajarkan siswa. Semakin baik pengaruh sumber motivasi tersebut,

maka akan semakin tinggi motivasi yang dimiliki siswa untuk mencapai

keberhasilan dalam belajar.

Hamzah B. Uno (2008 : 27), menyatakan beberapa peranan penting dari

motivasi dalam belajar dan pembelajaran, yang dapat disarikan sebagai berikut:

a. Menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila siswa dihadapkan

pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, bilamana masalah tersebut

dapat terpecahkan melalui pengalaman-pengalaman yang pernah dilalui

sebelumnya.

b. Memperjelas tujuan belajar

Motivasi berperan dalam memperjelas tujuan belajar siswa yang berkaitan

erat dengan kemaknaan belajar. Seorang siswa akan berminat dan tertarik

untuk belajar sesuatu bilamana apa yang dipelajari tersebut dapat diketahui

manfaatnya bagi siswa itu sendiri.

c. Menentukan ketekunan belajar

Seorang siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar, tentunya akan

berusaha mempelajarinya dengan tekun untuk memperoleh hasil belajar yang

terbaik, begitu pula sebaliknya apabila seorang siswa memiliki motivasi

rendah dalam belajar, maka tentunya siswa tersebut mudah menyerah dan

putus asa bilamana terasa sulit dan berat dalam belajarnya.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi

belajar merupakan dorongan intrinsik maupun ekstrinsik yang menggerakkan

siswa untuk mengadakan perubahan tingkah laku dalam belajar sehingga tercapai

tujuan yang diinginkan. Sardiman M. A (2004 : 83), menuliskan bahwa motivasi

yang ada dalam diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang

lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan

dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas

dengan prestasi yang dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Dalam kegiatan belajar, akan tercapai dengan baik tujuannya bila siswa

memiliki keuletan, tekun dalam mengerjakan tugas, memecahkan masalah secara

mandiri, sehingga tidak akan terjebak pada rutinitas.

7. Materi Kalor Di SMA

a. Pengertian Kalor

1) Konsep Kalor

Kalor dan suhu merupakan dua hal yang berbeda. Suhu merupakan

ukuran energi kalor dalam suatu benda atau dapat dikatakan sebagai derajat

panas suatu benda. Sedangkan Kalor merupakan bentuk energi yang dapat

berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda lain bersuhu lebih rendah.

Karena kalor merupakan salah satu bentuk energi, maka secara SI memiliki

satuan joule (J), dimana terdapat suatu hubungan bahwa:

1 kalori = 4,2 joule atau 1 joule = 0,24 kalori ...................................... (2.1)

Besarnya kalor (Q) yang diserap atau dilepas suatu benda akan

bergantung dari beberapa hal yaitu:

a) sebanding dengan massa benda (m) → m ≈ Q

b) sebanding dengan besarnya kenaikan suhu (∆T) → ∆T ≈ Q

sehingga secara matematis dapat dituliskan:

TmQ . akan menjadi sama dengan bila dikalikan suatu konstanta:

TmcQ .. biasanya dituliskan sebagai:

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

.................................................................................. (2.2)

keterangan:

Q = kalor yang dilepas/diterima ...... joule (J)

m = massa benda ............ kg

c = kalor jenis zat ............ J/kgK

(untuk air cair = 1000 J/kgK atau 1 kal/gr0C)

∆T = perubahan suhu .......... K

Kalor jenis (c) adalah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg zat

sebesar 1 K (atau 1 0C). Setiap zat yang berbeda, akan memiliki nilai kalor

jenis yang berbeda pula. Oleh karena itu, banyaknya kalor yang diserap atau

dilepaskan akan bergantung pada massa zat, jenis zat dan besarnya perubahan

suhu yang terjadi. Alat yang digunakan untuk mengukur besarnya kalor suatu

benda disebut sebagai kalorimeter.

2) Kapasitas Kalor

Setiap benda mempunyai kemampuan menyerap atau melepaskan

kalor yang berbeda dan hal ini dikenal dengan istilah kapasitas kalor benda.

Kapasitas kalor (C) didefinisikan sebagai banyaknya yang diperlukan untuk

menaikkan suhu benda sebesar 1 K (atau 1 0C). Kapasitas kalor dapat

dirumuskan sebagai berikut:

................................................................. (2.3)

Dari persamaan (2.2), yakni Q = m c T , maka kapasitas kalor dapat pula

dinyatakan :

....................................................................................... (2.4)

di mana C merupakan kapasitas kalor. Satuan SI untuk kapasitas kalor

adalah J/oC . Satuan lain yang juga sering digunakan untuk kapasitas kalor

adalah kal/ oC.

TcmQ ..

T

QC

atau TCQ .

cmC .

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

b. Perubahan Wujud

Berbagai proses perubahan wujud suatu zat diperlihatkan seperti

pada diagram 2.1:

Gambar 2.1 Skema Perubahan Wujud Zat

Dari diagram diatas, proses perubahan wujud secara umum dapat

dibagi menjadi dua yaitu:

a) perubahan wujud yang melepaskan kalor yaitu membeku, mengembun

dan menyublim (gas ke padat)

b) perubahan wujud yang menyerap kalor yaitu melebur, menguap dan

menyublim (padat ke gas)

Pada umumnya jika suatu zat dipanaskan, akan mengalami kenaikan suhu.

Akan tetapi, dalam pengamatan akan terjadi dimana ketika dipanaskan tidak

mengalami kenaikan suhu (suhu tetap). Kalor yang diberikan pada peristiwa

tersebut digunakan untuk mengubah wujud zat, kalor seperti ini disebut

sebagai kalor laten. Kalor laten didefinisikan sebagai banyaknya energi kalor

yang diterima atau dilepas tiap satuan massa suatu zat untuk berubah wujud.

Secara umum, kalor laten ini dibagi menjadi dua yaitu:

a) Kalor Lebur (Lf)

merupakan banyaknya kalor yang diterima tiap satu satuan massa untuk

meleburkan zat. Sedangkan kalor beku (Lf) merupakan banyaknya kalor

yang dilepas tiap satu satuan massa untuk membekukan zat. Pada tekanan

yang sama, besarnya kalor lebur suatu zat sama dengan kalor bekunya,

secara matematis dapat dituliskan:

......................................................................... (2.5a)

dimana Lf = kalor lebur atau kalor beku zat

PADAT CAIR GAS

melebur menguap

membeku mengembun

menyublim

menyublim

fLmQ .

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

b) Kalor Uap (Lv)

merupakan banyaknya kalor yang diterima tiap satu satuan massa untuk

menguapkan zat. Sedangkan kalor embun (Lv) merupakan banyaknya

kalor yang dilepas tiap satu satuan massa untuk mengembunkan zat. Pada

tekanan yang sama, besarnya kalor uap suatu zat sama dengan kalor

embunnya, secara matematis dapat dituliskan:

......................................................................... (2.5b)

dimana Lv = kalor uap atau kalor embun zat

c) Grafik Suhu – Kalor

Pada tekanan 1 atm, saat es yang bersuhu negatif (dibawah 00C)

dipanaskan secara terus menerus maka suhu akan naik. Pada suatu ketika,

suhu es tidak mengalami kenaikan (tetap), yaitu pada suhu 00C. Pada saat

ini, terjadi proses perubahan wujud zat (melebur) hingga seluruh es

melebur menjadi air kemudian suhu air akan meningkat hingga mendidih

(1000C). Pada saat ini, air tidak mengalami kenaikan suhu, yang berarti

bahwa terjadi perubahan wujud dari air menjadi gas (menguap). Gambar

2.2 menunjukkan diagram skema perubahan wujud dari es menjadi uap:

Semakin curam kemiringannya, maka kalor jenis zat semakin kecil

begitu sebaliknya. Jika suatu zat memiliki kalor jenis yang lebih besar

vLmQ .

A

B C

D E

F

fase padat (es)

fase cair (air)

fase gas (uap)

melebur

menguap titik didih air

00C

1000C

kalor

suhu

Gambar 2.2 Grafik Suhu-Kalor Untuk Es yang Dipanaskan

Menjadi Uap

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

maka akan semakin banyak kalor yang akan diserap/dilepas, maka dari itu

akan semakin lama kenaikan/penurunan suhunya.

c. Azas Black

Hukum kekekalan energi untuk kalor menyatakan bahwa benda yang

dicampur dengan isolasi yang sempurna terhadap lingkungan maka

banyaknya kalor yang dilepaskan oleh benda yang bersuhu lebih tinggi akan

sama dengan banyaknya kalor yang diserap oleh benda lainnya yang bersuhu

lebih rendah. Secara matematis dituliskan:

............................................................................ (2.6)

Hukum kekekalan energi untuk kalor ini dinyatakan oleh Joseph Black, maka

dari itu dikenal juga sebagai azas Black.

d. Perpindahan Kalor

Kalor dapat berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda lain yang

bersuhu lebih rendah. Ada tiga cara perpindahan kalor yang terjadi:

1) Secara Konduksi (Hantaran)

Apabila ditempatkan sebuah sendok logam pada wadah berisi

air panas, maka lama-kelamaan ujung sendok bagian luar yang kita

pegang akan terasa panas. Hal ini mengindikasikan bahwa kalor dapat

berpindah melalui sendok logam. Perpindahan kalor tanpa diikuti oleh

perpindahan zat perantaranya disebut sebagai konduksi. Konduksi hanya

terjadi pada zat padat.

Berdasar pada skema gambar 2.3 diatas, besarnya laju

perpindahan kalor konduksi tiap satu satuan waktu dalam suatu zat akan

bergantung pada beberapa hal yaitu:

a) sebanding luas penampang penghantar (A) → Q/t ≈ A

b) sebanding dengan besarnya perubahan suhu (∆T) → Q/t ≈ ∆T

Qlepas

= Qterima

L

A T1 T2

laju konduksi tQ

Gambar 2.3 Laju Kalor Pada Sebuah Penghantar

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

c) berbanding terbalik dengan panjang penghantar (L) → Q/t × L

Sehingga secara matematis dapat dituliskan :

L

TA

t

QP

. akan menjadi sama dengan bila dikalikan suatu

konstanta, sehingga :

.................................................................. (2.7)

keterangan:

P = daya (J/s atau watt)

Q/t = laju konduksi (J/s)

k = konduktivitas termal zat (W/m.K)

A = luas penampang penghantar (m2)

∆T = besar perubahan suhu (0C atau K)

L = panjang penghantar (m)

Zat yang mudah menghantarkan kalor (misal logam) disebut sebagai

konduktor, sedangkan zat yang sulit menghantarkan kalor disebut

isolator seperti plastik dan kayu.

2) Secara Konveksi (Aliran)

Ketika kita memasak air, dimana pemanasan hanya terjadi pada

bagian bawah teko air. Akan tetapi, ketika telah mendidih, maka semua

bagian air telah menjadi panas. Maka dapat diketahui bahwa kalor juga

mengalir di dalam zat cair. Perpindahan kalor yang disertai dengan

perpindahan zat perantaranya disebut sebagai konveksi (aliran). Proses

perpindahan kalor dari satu zat cair ke bagian zat cair lainnya oleh

pergerakan zat cair itu sendiri disebabkan karena perbedaan massa jenis

akibat pemanasan. Konveksi hanya terjadi pada zat yang dapat mengalir

(fluida) yaitu zat cair dan gas.

Laju perpindahan kalor secara konveksi akan sebanding dengan

luas penampang (A) yang bersentuhan dengan fluida dan beda suhu (∆T).

Secara matematis dapat dituliskan:

L

TAk

t

QP

.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

TAt

QP . akan menjadi sama dengan bila dikalikan suatu

konstanta, sehingga menjadi:

............................................................... (2.8)

keterangan:

P = daya (J/s atau watt)

Q/t = laju konduksi (J/s)

h = koefisien konveksi (W/m2.K)

A = luas penampang penghantar (m2)

∆T = besar perubahan suhu (0C atau K)

3) Secara Radiasi (Pancaran)

Radiasi merupakan perpindahan kalor dalam bentuk gelombang

elektromagnetik maka dari itu, radiasi kalor dapat merambat walau tanpa

medium perambatan. Sebagai contoh, radiasi kalor dari Matahari melalui

ruang hampa sehingga sampai ke Bumi. Makin baik suatu benda

menyerap radiasi kalor, makin baik pula benda itu memancarkan radiasi

kalor. Penyerap radiasi kalor sempurna disebut sebagai benda hitam.

Permukaan yang hitam kusam adalah penyerap dan pemancar radiasi

yang baik, sedangkan permukaan putih mengkilap adalah penyerap dan

pemancar radiasi yang sangat buruk.

Laju perpindahan kalor secara radiasi adalah sebanding dengan

luas permukaan (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu

mutlaknya (T4), serta sebanding dengan koefisien radiasi (emisivitas),

secara matematis dituliskan:

4.. TAet

QP akan menjadi sama dengan bila dikalikan suatu konstanta

sehingga menjadi:

................................................................... (2.9)

TAht

QP ..

4... TAet

QP

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

keterangan:

P = daya (J/s atau watt)

Q/t = laju konduksi (J/s)

𝜎 = konstanta Stefan-Bolztman (W/m2.K

4)

e = emisivitas bahan (bernilai 0 ≤ e ≤ 1)

e = 1 untuk benda hitam sempurna dan

e = 0 untuk benda putih sempurna

A = luas penampang penghantar (m2)

T4 = suhu benda (K)

Pada persamaan (2.9) diatas berlaku dengan asumsi bahwa besarnya suhu

(T) jauh lebih besar bila dibandingkan dengan suhu disekelilingnya (suhu

lingkungan). Sehingga suhu disekelilingnya dapat diabaikan terhadap suhu benda.

B. Penelitian yang Relevan

Berkaitan dengan penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam

penelitian ini, sebelumnya juga pernah dilakukan beberapa penelitian yang serupa.

Seperti hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Doni Satria pada tahun

2010 tentang penerapan model pembelajaran konstruktivisme terhadap

mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ”Hasil nilai

mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal dan penilaian dosen dari

siklus I sampai siklus III mengalami peningkatan 18 % dari 35 mahasiswa” (Doni

Satria, 2010: v). Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pendekatan

konstruktivisme memberikan dampak positif terhadap kemajuan prestasi

mahasiswa. Hal senada juga diungkapkan oleh Arita Marini (2008 : 900) dalam

suatu jurnal pendidikan, yang melakukan penelitian tentang pengaruh pendekatan

konstruktivisme terhadap hasil belajar matematika mahasiswa PGSD

menunjukkan hasil ”…dalam pembelajaran matematika, pendekatan

konstruktivisme lebih efektif jika dibandingkan dengan pendekatan

konvensional”. Dengan demikian, pendekatan konstruktivisme dalam

pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar matematika

mahasiswa PGSD FIP UNJ (Arita Marini, 2008 : 900)

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Penelitian lainnya juga telah dilakukan oleh Akhmad Nur Afandi pada

tahun 2009, yang melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan pendekatan

konstruktivisme pada pembelajaran Fisika. Dalam penelitiannya, digunakan

metode resitasi berkelompok dan resitasi individu dengan tinjauan motivasi

belajar. Hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa

Siswa yang dalam kegiatan pembelajarannya menggunakan melalui

metode resitasi secara berkelompok memiliki kemampuan kognitif Fisika

lebih baik daripada siswa yang menggunakan pendekatan

konstruktivisme melalui metode resitasi secara individual (Akhmad Nur

Afandi, 2009 : vi)

Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara

pendekatan konstruktivisme melalui metode resitasi dengan motivasi belajar

terhadap prestasi belajar siswa.

Penelitian lain mengenai pendekatan konstruktivisme, juga telah

dilakukan oleh Warniyati, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, “penggunaan

pendekatan konstruktivisme melalui metode diskusi disertai tugas lebih efektif

daripada penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode ceramah

disertai tugas” (Warniyati, 2007 : 75). Pada penelitiannya ditinjau variabel

kemampuan awal siswa pada materi Dinamika Gerak Lurus SMA. Hal serupa

juga telah dilakukan penelitian mengenai pendekatan konstruktivisme oleh Nur

Hening Widyawati. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa “pendekatan

konstruktivisme melalui metode eksperimen disertai pemberian tugas individu

ternyata memberikan hasil yang lebih baik daripada secara kelompok” (Nur

Hening Widyawati, 2008: 57).

C. Kerangka Berfikir

Pendekatan pembelajaran memegang peranan dalam keberhasilan

pembelajaran maka seorang guru dituntut untuk dapat memilih penggunaa

pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga proses pembelajaran dapat berjalan

optimal sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu

pendekatan dalam pembelajaran ialah pendekatan konstruktivisme. pendekatan

konstruktivisme adalah proses pembentukan konsep ilmu pengetahuan yang

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

melibatkan keaktifan siswa dengan kemampuan kognitif yang telah terbentuk

sebelumnya dengan membentuk dan mengkontruksi sendiri pengetahuannya

dalam situasi dan pengalaman yang baru.

Pendekatan kontruktivistik dapat dikembangkan dalam benyak metode

pembelajaran, misalnya metode diskusi – resitasi. Kombinasi kedua metode ini

sesuai dengan pendekatan konstruktivisme kerena metode diskusi atau resitasi

sangat menekankan kemandirian siswa untuk menambah pengetahuan malalui

diskusi bersama dan tugas – tugas yang diberikan. Metode diskusi memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pendapat dan berfikir bersama

dalam menyelesaikan suatu problem atau masalah. Tugas dan resitasi merangsang

siswa untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok. Dalam

metode resitasi, siswa diberikan kebebasan dalam menyelesaikan tugas tersebut,

kapan pun dan dimana pun.

Dalam metode diskusi–resitasiyang digunakan dapat dilakukan menjadi

dua bentuk penugasan yaitu penugasan secara individu dan penugasan secara

berkelompok. Kombinasi metode ini lebih mengarah kepada proses pembelajaran

yaitu kegiatan diskusi dan resitasi sebagai bentuk tindak lanjutnya. Metode

resitasi secara berkelompok siswa dapat saling mengungkapkan pendapat serta

saling berinteraksi dan bekerja sama dalam mengerjakan tugas yang diberikan

guru. Dalam interaksi kelompok, siswa yang lebih pandai akan membantu siswa

yang mengalami kesulitan sehingga siswa tersebut dapat meningkatkan kemajuan

belajar yang lebih besar. Belajar secara individu akan menuntut kerja keras siswa

sendiri sehingga apabila kemampuan siswa tersebut berada dibawah rata-rata

teman-teman sekelasnya maka akan dapat memberikan kesulitan dan merasa tugas

yang diberikan sebagai suatu beban. Untuk siswa yang menyelesaikan tugas

secara individu mengalami sedikit kesulitan maka akan cenderung mudah putus

asa dan lebih cenderung untuk meniru pekerjaan teman lain.

Dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa, salah satu faktor dari

dalam diri siswa yang sangat berpengaruh adalah motivasi belajar siswa. Motivasi

belajar merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan

diri dalam kegiatan pembelajaran. Secara ideal, siswa yang secara terus-menerus

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

menambah pengalaman belajar dan wawasan untuk menambah pengetahuan yang

dimiliki, secara tidak langsung siswa tersebut mengembangkan sifat kepribadian

yang menunjukan sebagai siswa yang selalu ingin meningkatkan motivasi

belajarnya untuk memperkaya pengetahuan yang lainnya. Dengan adanya

motivasi belajar, hampir bisa dipastikan setiap siswa akan terdorong untuk

mencapai target tertentu, yang dalam hal ini berupa prestasi belajar di kelas.

Bagi siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, belajar tidak hanya

usaha untuk mencari nilai yang tinggi tetapi belajar sudah menjadi sesuatu yang

diperlukan sebagai bentuk kepuasan mental. Dengan motivasi belajar yang tinggi

diharapkan siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara baik hingga

tercapai kemampuan yang telah ditargetkan. Sedangkan bagi siswa yang memiliki

tingkat motivasi rendah, dalam kegiatan pembelajaran, siswa tersebut akan terlihat

lesu, bosan, dan tidak bersemangat, kurang sekali menggunakan pikirannya untuk

menyelesaikan masalah yang dikemukakan di kelas bahkan cenderung

mengganggu siswa lain. Tingkat motivasi belajar yang rendah tersebut muncul

karena siswa belum menyadari akan manfaat pengetahuan bagi dirinya sendiri.

Oleh karena itu, motivasi belajar sangat berpengaruh dalam pencapaian prestasi

belajar siswa.

Penggunaan pendekatan konstruktivisme, yang menuntut siswa

mengkonstruksi sendiri pengetahuannya merupakan suatu proses belajar yang

berlangsung terus-menerus. Metode diskusi-resitasi sesuai dengan pendekatan

konstruktivisme karena metode diskusi-resitasi memberi keleluasaan bagi siswa

untuk mengungkapkan pendapat dan bekerja sama dalam kegiatan diskusi dan

keleluasaan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Sehingga proses

pembelajaran yang terjadi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar

(student center). Selain itu, adanya laporan tugas yang telah selesai dikerjakan

dapat menjadi sarana agar pengetahuan yang dibentuk oleh siswa tidak terjadi

kesalahan atau ketidaksesuaian. Disinilah tugas seorang guru sebagai fasilitator

yang mengarahkan siswa dalam mengkontruksi pemahamannya.

Di sisi lain, proses pembangunan pengetahuan siswa dapat pula melalui

kedisiplinan siswa dalam kegiatan diskusi yang dilakukan dan dalam pelaporan

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

tugas yang diberikan. Dengan motivasi belajar yang tinggi, siswa akan

bersemangat dan terampil dalam berdiskusi serta disiplin dalam melaporkan hasil

tugasnya sehingga tidak akan menunda waktu dalam mengerjakan tugas. Motivasi

yang tinggi juga akan memberikan dorongan bagi siswa dalam melalui setiap

proses belajar sehingga siswa tidak jenuh dalam setiap usaha pembentukan

pengetahuan yang dilakukan sendiri.

Adapun paradigma penelitian dari penelitian ini digambarkan oleh skema

berikut :

Gambar 2.4 Skema Kerangka Berfikir

Kelas

eksperimen

Kelas

kontrol

Pendekatan

konstruktivisme

melalui metode

diskusi-resitasi

berkelompok

Pendekatan

konstruktivisme

melalui metode

diskusi-resitasi

individual

Kemampuan

kognitif Fisika

siswa

Keadaan

awal

Motivasi

belajar Fisika

kategori

tinggi

Motivasi

belajar Fisika

kategori

rendah

Motivasi

belajar Fisika

kategori

tinggi

Motivasi

belajar Fisika

kategori

rendah

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas maka dapat

diajukan hipotesis alternatif sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan konstruktivisme

melalui metode diskusi–resitasi berkelompok dan diskusi–resitasi individu

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi kalor.

2. Ada perbedaan pengaruh antara tingkat motivasi belajar Fisika siswa

kategori tinggi dan katagori rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika

siswa pada materi kalor.

3. Ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivisme

melalui metode diskusi–resitasi berkelompok dan diskusi–resitasi individu

dengan tingkat motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika

siswa pada materi kalor.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Kelas yang

digunakan untuk penelitian adalah kelas X-1 dan X-2 pada semester genap tahun

ajaran 2009/2010. Peneliti memilih sekolah tersebut karena tersedia sarana dan

prasarana yang mendukung pelaksanaan pembelajaran Fisika menggunakan

pendekatan konstruktivisme melalui metode diskusi-resitasi, di mana masing-

masing siswa memiliki buku teks pegangan sendiri yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas dan kegiatan yang diberikan guru, baik di dalam kelas

maupun di luar kelas.

Uji coba instrumen penelitian meliputi angket motivasi belajar siswa dan

tes kemampuan kognitif Fisika. Untuk uji coba angket motivasi belajar dilakukan

di sekolah yang sama yaitu di SMA Negeri 1 Sukoharjo kelas X-10 yang terdiri

dari 40 siswa. Alasan pemilihan sekolah yang sama untuk melaksanakan uji coba

instrumen angket motivasi belajar karena faktor perijinan yang lebih mudah dan

kondisi waktu yang mendekati jadwal penelitian. Sedangkan uji coba tes

kemampuan kognitif dilaksanakan di sekolah yang berbeda, yaitu di SMA Negeri

3 Sukoharjo kelas X-3 yang terdiri dari 40 siswa. Alasan pemilihan sekolah karena

kesamaan tingkat pendidikan serta untuk meminimalkan tingkat kebocoran soal

tes kognitif. Dengan demikian, data hasil kemampuan kognitif Fisika tersebut

diharapkan dapat menunjukkan hasil belajar Fisika siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2009/2010.

Waktu penelitian menyesuaikan dengan waktu penyampaian pelajaran Fisika

untuk materi Kalor di sekolah tempat penelitian dilakukan, yakni antara bulan

Maret sampai dengan bulan April 2010. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian

dapat dilihat pada lampiran 1.

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

B. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode eksperimen desain

faktorial A x B dengan sampel acak (random) yang dibagi menjadi dua kelompok

yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen

dalam pelaksanaan pembelajaran fisika dengan menggunakan pendekatan

konstruktivisme melalui metode diskusi–resitasi kelompok (A1), sedangkan pada

kelompok kontrol dalam pelaksanaan pembelajaran fisika dengan menggunakan

pendekatan konstruktivisme melalui diskusi–resitasi individu (A2). Sebelum

dilakukan perlakuan, kelas eksperimen dan kelas kontrol dibedakan atas motivasi

belajar Fisika siswa kategori tinggi (B1), dan motivasi balajar fisika siswa katagori

rendah (B2). Pada akhir perlakuan kedua kelompok diukur kemampuan

kognitifnya melalui tes hasil belajar. Hasil pengukuran akan digunakan sebagai

data penelitian yang kemudian akan diolah dan dianalisis untuk menemukan

jawaban atas masalah yang diajukan.

Dalam penelitian ini digunakan desain faktorian 2 x 2. Desain faktorial

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

B Motivasi Belajar Siswa (B)

A Tinggi (B1) Rendah (B2)

Pendekatan

Konstruktivisme

(A)

Metode Diskusi–

resitasiKelompok (A1) A1B1 A1B2

Metode Diskusi–

resitasiIndividu (A2) A2B1 A2B2

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1

Sukoharjo kelas X semester genap tahun ajaran 2009/2010. Jumlah total kelas X

di sekolah ini adalah sepuluh kelas dari kelas X-1 sampai dengan kelas X-10.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik cluster

random sampling yakni teknik pengambilan sampel penelitian secara acak dari

populasi yang terdiri atas sejumlah kelas (cluster). Dari hasil pengambilan sampel

penelitian dengan teknik random sampling diperoleh dua kelas yaitu kelas X-1

dan kelas X-2, dimana kelas X-1 yang terdiri dari 36 siswa sebagai kelas

eksperimen dan kelas X-2 yang terdiri dari 31 siswa sebagai kelas kontrol. Untuk

kelas X-1 secara keseluruhan terdapat 40 siswa dan kelas X-2 terdapat 32 siswa,

akan tetapi terdapat beberapa siswa (kelas X-1 terdapat 4 siswa dan kelas X-2

terdapat 1 siswa) yang tidak mengikuti kegiatan penelitian secara keseluruhan,

sehingga tidak diikutkan dalam sampel penelitian. Hal ini dimaksudkan agar data

yang diperoleh benar-benar real dari keadaan siswa sendiri, Untuk kelas

eksperimen dipilih kelas X-1 dan untuk kelas kontrol dipilih kelas X-2. Dalam

penelitian ini, sampel penelitian tersebut memiliki keadaan awal yang sama.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian terdapat dua variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Berikut ini akan diuraikan kedua variabel tersebut.

1. Variabel Bebas

Ada dua variabel bebas dalam penelitian ini. Variabel pertama adalah

pembelajaran Fisika dengan pendekatan konstruktivisme melalui metode diskusi–

resitasi berkelompok dan diskusi–resitasi individu. Variabel kedua adalah

motivasi belajar Fisika siswa.

a. Pendekatan Konstruktivisme

1) Definisi operasional

Pendekatan konstruktivisme melalui metode diskusi–resitasi adalah suatu

pendekatan pengajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa untuk

mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri melalui objek, fenomena,

pengalaman, dan lingkungan. Dalam pelaksanaannya, pengetahuan yang

dikontruksi merupakan pencapaian dari tujuan pembelajaran yang

dikuasai setelah dilakukannya proses diskusi dan setelah adanya

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

pemberian tugas (resitasi). Pemberian tugas tersebut diharapkan siswa

akan menyelesaikannya sambil belajar yang kemudian melaporkan hasil

yang telah dikerjakan.

2) Skala pengukuran

Skala pengukurannya adalah nominal dengan dua katagori yaitu

pendekatan konstruktivisme melalui metode diskusi–resitasi berkelompok

(A1) dan pendekatan konstruktivisme melalui metode diskusi–resitasi

individu (A2).

b. Motivasi belajar Fisika siswa

1) Definisi operasional

Motivasi belajar siswa adalah kecenderungan siswa melakukan sesuatu,

belajar, mengarahkan dan menjaga tingkah lakunya sehingga dapat

mencapai hasil belajar tertentu. Indikatornya adalah hasil pengukuran

skor hasil angket motivasi belajar Fisika siswa.

2) Skala pengukuran

Skala pengukurannya adalah ordinal dari transfer data interfal dengan dua

katagori yaitu motivasi belajar Fisika katagori tinggi (B1) dan motivasi

belajar Fisika katagori rendah (B2). Adapun pengelompokannya sebagai

berikut :

Motivasi belajar Fisika siswa katagori tinggi : 𝑋 ≥ 𝑋

Motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah : 𝑋 < 𝑋

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif Fisika

siswa pada materi Kalor.

1) Definisi operasianal

Kemampuan kognitif siswa adalah kemampuan siswa untuk mengetahui,

memahami, mengaplikasi, mensintesis, dan menganalisis suatu materi

pelajaran.

2) Indikator pengukurannya adalah hasil ulangan tes kognitif pada bahasan

Kalor.

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

3) Skala pengukuran

Skala pengukurannya adalah interval dengan skala nilai dari 0 hingga 100.

E. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat tiga teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini sebagai berikut :

1. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik penelitian yang menggunakan

dokumen sebagai sumber data untuk mengetahui jumlah siswa dan keadaaan awal

Fisika yang dimiliki siswa. Data keadaan awal Fisika yang dimiliki siswa baik

kelas eksperimen maupun kelas kontrol diperoleh dari nilai kognitif (nilai

semester I) Fisika yang dimiliki siswa pada semester ganjil tahun Ajaran

2009/2010. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 14.

2. Teknik tes

Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan teknik tes yang

diberikan pada akhir pembelajaran melalui ulangan harian pada bahasan Kalor.

Tes kognitif ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep Fisika

khususnya pada bahasan Kalor setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Soal tes

kognitif dan data yang diperoleh dari tes kognitif tersebut dapat dilihat pada

lampiran 10 dan lampiran 19.

3. Teknik angket

Teknik angket merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan

angket berisi pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh responden.

Teknik ini digunakan untuk mengetahui metivasi belajar Fisika siswa. Definisi

angket sama dengan kuesioner. Menurut Riduwan (2004:71) “angket adalah daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respon

(responden) sesuai dengan permintaan pengguna”.

Penilaian angket didasarkan pada jenis skala Rating adalah:

Untuk butir angket pertanyaan positif

a. Jawaban SL nilai: 4

b. Jawaban SR nilai: 3

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

c. Jawaban JR nilai: 2

d. Jawaban TP nilai: 1

Untuk butir angket pertanyaan negatif

a. Jawaban SL nilai: 1

b. Jawaban SR nilai: 2

c. Jawaban JR nilai: 3

d. Jawaban TP nilai: 4

Keterangan:

a. SL : Selalu

b. SR : Sering

c. JR : Jarang

d. TP : Tidak Pernah

Penggunaan empat alternatif pilihan bertujuan untuk menghindari

pemusatan jawaban siswa yang lebih memilih alternatif pilihan tengah. Item-

item soal angket motivasi dan data yang diperoleh dari tes tersebut dapat dilihat

pada lampiran 13 dan lampiran 23.

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian ini terdiri atas dua macam yaitu :

1. Instrumen pelaksanaan penelitian, yang berupa satuan pelajaran (SP),

rencana program pembelajaran (RPP), dan lembar kerja siswa (LKS). Untuk

menjamin bahwa instrumen penelitian valid, maka instrumen

dikonsultasikan terlebih dahulu kepada para ahli dalam hal ini Dosen

Pembimbing sebelum digunakan dalam penelitian.

2. Instrumen dalam pengambilan data berupa instrumen tingkat motivasi

belajar siswa dan intrumen kemampuan kognitif Fisika. Instrumen

pengambilan data disusun oleh peneliti, agar instrumen menjadi valid,

instrumen dikonsultasikan kepada Dosen Pembimbing kemudian

diujicobakan terlebih dahulu sebelum digunakan dalam penelitian.

Item soal dalam instrumen tes tergolong baik maka harus memenuhi persyaratan

dalam tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

1. Instrumen Angket

Angket yang digunakan untuk mengetahui motivasi belajar Fisika siswa

diberikan kegiatan pembelajaran dilakukan. Isi pertanyaan dalam angket ini

adalah tentang kemauan, perasaan, serta sikap siswa dalam menyelesaikan tugas-

tugas yang diberikan khususnya pada pembelajaran Fisika. Uji coba instrumen ini

adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket.

a. Validitas Angket

Angket termasuk salah satu alat ukur dalam evaluasi pendidikan. Uji

validitas angket menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka

kasar sebagai berikut.

2222 YYNXXN

YXXYNr YX,

Keterangan

rxy : koefisien korelasi antara X dan Y

X : skor dari item yang diuji

Y : skor total

N : jumlah seluruh subyek

Selanjutnya dihitung dengan menggunakan uji-t dengan rumus:

21

2

xy

xy

hitung

r

nrt

Keterangan:

t : nilai t hitung

rxy : koefisien korelasi hasil r hitung

n : jumlah responden

Distribusi tabel t yang digunakan untuk α = 5 % dan derajat kebebasan

(dk = n - 2). Kriteria untuk menentukan validitas item angket ada dua, yakni : item

angket valid bila thitung ≥ t tabel dan item angket tidak valid bila thitung < t tabel .

(Riduwan, 2009: 98)

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tabel 3.2 Validitas Item Soal Angket

Kriteria Nomor Item Jumlah Keterangan

thitung ≥ t tabel

1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,

17,18,19,20,21,23,24,25,26,27,28,29,

33,34,35,36,39,40,41,42,44,45

37 Valid (-)

thitung < t tabel 6,22,30,31,32,37,38,43 8 Invalid (x)

keterangan: Item yang valid (-) dipakai sedangkan item soal yang invalid (x) di

drop (tidak dipakai).

Untuk hasil yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 12.

b. Reliabilitas Angket

Disamping harus memenuhi syarat validitas, angket sebagai salah satu

alat ukur dalam evaluasi pendidikan juga harus memenuhi syarat reliabilitas. Uji

reliabilitas angket menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.

2

2

11 11

t

i

S

S

n

nr

dimana:

N

N

XX

2

i2

i2

iS

N

N

XX

2

t2

t2

tS

Keterangan :

r 11 : reliabilitas instrumen

n : banyak butir pertanyaan

2

iS : jumlah varians skor tiap-tiap item

2

tS : varians total

2

iX : jumlah kuadrat item Xi

2iX : jumlah item Xi dikuadratkan

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

2

tX : jumlah kuadrat X total

2iX : jumlah X total dikuadratkan

N : jumlah responden

Kriteria untuk menentukan reliabilitas angket ada dua, yakni : angket reliabel bila

r11 ≥ rtabel dan item angket tidak reliabel bila r11 < r tabel .

(Riduwan, 2009: 115)

Selanjutnya digunakan distribusi (tabel r) untuk α = 5% dan derajat

kebebasan (dk = n - 1). Dari uji reliabilitas angket diperoleh r11 = 0.924 sedangkan

rtabel = 0,316 sehingga angket dapat dikatagorikan reliabel. Untuk hasil yang lebih

jelas dapat dilihat pada lampiran 12.

2. Instrument tes

Tes digunakan untuk mengetahui hasil kemampuan kognitif siswa pada

sub materi pembiasan cahaya dari pembelajaran yang dilakukan dengan metode

diskusi–resitasikelompok dan metode diskusi–resitasiindividu. Intrumen tes ini

harus diujicobakan secara kualitatif dan kuantitatif.

a. Analisa Kualitatif

Pengujian instrumen tes secara kualitatif diperoleh dengan

mengkonsultasikan intrumen tes kepada ahli (expert judgement) dalam hal ini

adalah pembimbing sebelum instrumen diujicobakan lebih lanjut. Pengujian

kualitatif dilakukan untuk melihat sejauh mana item-item soal memenuhi

beberapa aspek yaitu aspek materi, aspek konstruksi dan aspek bahasa.

Hasil analisis kualitatif item soal sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Hasil Analisis Kualitatif Item Soal

Kriteria Item Soal Jumlah Persen

Diterima 1,4,6,7,8,12,14,15,17,18,20,21,22,24,26,27,

28,30,31,32,33,34,35 23 65.7 %

Direvisi 2,3,5,9,10,11,13,16,19,23,25,29 12 34,3 %

Ditolak - - 100 %

Untuk hasil yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 7.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Selanjutnya, soal yang telah mengalami analisa kualitatif dilakukan uji coba (Try

Out) untuk mendapatkan data dalam yang akan digunakan untuk analisa secara

kuantitatif.

b. Analisa kuantitatif

Instrumen tes yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Maka dari itu,

dilakukan analisa kuantitatif untuk mengetahui daya pembeda, taraf kesukaran,

fungsi distraktor dan reliabilitas item soal.

1) Daya Pembeda

Daya pembeda item soal adalah kemampuan suatu item soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang

berkemampuan rendah (kurang pandai). Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk mengetahui daya pembeda dari

masing-masing item tes, digunakan rumus:

BA

B

B

A

A PPJ

B

J

BD

di mana:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

PA = A

A

J

B = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar(ingat, P

sebagai indeks kesukaran)

PB = B

B

J

B = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

(Suharsimi Arikunto, 2005: 214)

Klasifikasi daya pembeda:

1) 0.00 D 0.20 item soal dikatakan daya pembeda jelek.

2) 0.20 D 0.40 item soal dikatakan daya pembeda cukup.

3) 0.40 D 0.70 item soal dikatakan daya pembeda baik.

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

4) 0.70 D 1.00 item soal dikatakan daya pembeda baik sekali.

5) D < 0, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai D

negatif sebaiknya dibuang saja.

(Suharsimi Arikunto, 2005: 218)

Hasil analisa daya pembeda item soal sebagai berikut:

Tabel 3.4 Katagori Item Soal Berdasar Daya Pembedanya

Katagori Item Soal Jumlah Keterangan

Jelek

0.00 D 0.20 13,24,26,28 4 (x)

Cukup

0.20 D 0.40

4,5,6,7,8,9,12,17,18,19,20,21,22,

23,27,29,30,31,32,34,35 21 (-)

Baik

0.40 D 0.70 1,2,3,10,11,14,15,16 8 (-)

Baik Sekali

0.70 D 1.00 - 0 (-)

D < 0 (Negatif) 25,33 2 (x)

Keterangan: (-) item soal memenuhi kriteria, (x) item soal tidak memenuhi kriteria

Untuk hasil yang lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 9.

2) Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran item tes adalah pengukuran derajat kesukaran suatu item

tes. Besarnya angka yang menunjukkan taraf kesukaran disebut Indeks Kesukaran

(P). Soal yang baik adalah soal yang memiliki taraf kesukaran memadai (sedang),

artinya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Rumus mencari P adalah:

JS

BP

di mana:

P = taraf kesukaran

B = banyak siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes.

(Suharsimi Arikunto, 2005: 208)

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Menurut ketentuan yang sering diikuti, taraf kesukaran sering diklasifikasikan

sebagai berikut:

1) 0.00 P 0.30 : item soal dikatakan sukar .

2) 0.30 P 0.70 : item soal dikatakan sedang.

3) 0.70 P 1.00 : item soal dikatakan mudah.

(Suharsimi Arikunto, 2005: 210)

Hasil analisa daya pembeda item soal sebagai berikut:

Tabel 3.5 Katagori Item Soal Berdasar Taraf Kesukaran

Katagori Item Soal Jumlah Keterangan

Sukar

0.00 P 0.30 13,18,25,33 4 (x)

Sedang

0.30 P 0.70

1,2,3,5,6,7,8,10,11,12,14,15,16,17,

19,20,21,23,24,26,27,28,29,30,31,3

2,34,35

28 (-)

Mudah

0.70 P 1.00 4,9,22 3 (x)

Keterangan: (-) item soal memenuhi kriteria, (x) item soal tidak memenuhi kriteria

Untuk hasil lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9.

3) Fungsi Distraktor

Untuk tipe instrumen tes pilihan ganda (Multiple Choice), akan memiliki

beberapa alternatif jawaban dan hanya satu pilihan jawaban yang benar sedangkan

pilihan jawaban lain merupakan jawaban yang salah. Pilihan jawaban yang salah

itulah yang disebut sebagai jawaban pengecoh (distraktor). Suatu pengecoh dapat

dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut sekurang-kurangnya

dipilih oleh 5 % dari seluruh peserta tes (Depdiknas, 2009: 14). Hasil efektivitas

distraktor item soal sebagai berikut:

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Tabel 3.6 Kategori Item Soal Berdasarkan Fungsi Distraktor.

Kategori Nomor Item Jumlah Ket.

≥ 5%

1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,1

6,17,18,19,20,21,23,24,26,27,28,2

9,30,31,32,34,35

31 (-)

< 5% 9,22,25,33 4 (x)

Keterangan : (-) fungsi distraktor baik, (x) fungsi distraktor jelek

Untuk hasil yang lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 8.

4) Reliabilitas Tes

Reliabilitas sering diartikan dengan keajegan suatu tes apabila diteskan

kepada subyek yang sama dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek yang

tidak sama pada waktu yang sama. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes,

dalam penelitian ini digunakan KR-20 dengan teknik belah dua yang dirumuskan

Koder Richardson sebagai berikut:

2

2

111 S

pqS

n

nr

di mana:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)

pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians).

(Suharsimi Arikunto, 2005: 101)

Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan

dengan tabel r product moment. Apabila harga apabila r11 ≥ r tabel atau rhitung >

rtabel, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen tes reliabel. Selain itu, ada

beberapa kriteria nilai reliabilitas sebagai berikut :

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

1) 0,91 ≤ r11 ≤ 1,00 : reliabilitas instrumen tes sangat tinggi

2) 0,71 ≤ r11 ≤ 0,90 : reliabilitas instrumen tes tinggi

3) 0,41 ≤ r11 ≤ 0,70 : reliabilitas instrumen tes sedang

4) 0,00 ≤ r11 ≤ 0,40 : reliabilitas instrumen tes rendah

Nilai reliabilitas soal try out kognitif dari hasil perhitungan adalah 0,7152,

sehingga instrumen tes dapat dikatagorikan memiliki reliabilitas tinggi. Untuk

hasil yang lebih jelas dapat dilihat lampiran 9.

Berdasarkan pada analisis kuantitatif untuk daya pembeda, taraf

kesukaran, fungsi distraktor dan reliabilitas soal, maka dapat diambil keputusan

untuk item-item soal yang diambil dan item-item soal yang dibuang (didrop)

sebagai berikut:

Tabel 3.7 Keputusan Item Soal yang Memenuhi Kriteria

No Item

Kriteria Item Soal

Keputusan Daya

Pembeda

Taraf

Kesukaran

Efektivitas

Distraktor

1 - - - diterima

2 - - - diterima

3 - - - diterima

4 - x - dibuang

5 - - - diterima

6 - - - diterima

7 - - - diterima

8 - - - diterima

9 - x x dibuang

10 - - - diterima

11 - - - diterima

12 - - - diterima

13 x x - dibuang

14 - - - diterima

15 - - - diterima

16 - - - diterima

17 - - - diterima

18 - x - dibuang

19 - - - diterima

20 - - - diterima

21 - - - diterima

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

22 - x x dibuang

23 - - - diterima

24 x - - dibuang

25 x x x dibuang

26 x - - dibuang

27 - - - diterima

28 x - - dibuang

29 - - - diterima

30 - - - diterima

31 - - - diterima

32 - - - diterima

33 x x x dibuang

34 - - - diterima

35 - - - diterima

Terdapat 10 item soal yang dibuang (didrop) dan 25 soal yang diambil (diterima).

Untuk hasil lengkapnya terlampir pada lampiran 9.

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa

Sebelum diberikan perlakuan terhadap sampel yang akan diteliti, dicari

dulu kesamaan keadaan awal Fisika antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

menggunakan uji-t dua ekor. Data yang digunakan untuk mengetahui keadaan

awal kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah nilai kemampuan kognitif Fisika

yang dimiliki siswa pada nilai semester ganjil Tahun Ajaran 2009/2010. Adapun

hipotesis yang diajukan adalah:

Ho : Tidak ada perbedaan keadaan awal antara siswa kelompok eksperimen

dan siswa kelompok kontrol.

H1 : Ada perbedaan keadaan awal antara siswa kelompok eksperimen dan

siswa kelompok kontrol.

Adapun teknik uji kesamaan keaadaan awal yang digunakan menurut Sudjana

(2005: 239) adalah uji-t dua ekor dengan rumus sebagai berikut:

21

21

11

nnS

xxthitung

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

dengan:

S = Standar deviasi (simpangan baku)

sedangkan:

2

11

21

2

22

2

1

nn

SnSnS

Keterangan:

1x : rata-rata kelompok eksperimen

2x : rata-rata kelompok kontrol

S1 : simpangan baku kelompok eksperimen

S2 : simpangan baku kelompok kontrol

n1 : jumlah sampel kelompok eksperimen

n2 : jumlah sampel kelompok kontrol

a. Taraf signifikansi: α = 5% (0,05)

b. Keputusan uji

Jika : – ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka Ho diterima

Jika : thitung > ttabel atau thitung < - ttabel maka Ho ditolak

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15.

2. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji yang digunakan dikenal dengan nama uji Liliefors (Budiyono, 2004 :

170) . Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi

yang berdistribusi normal atau bukan berdistribusi normal. Langkah-langkah

adalah sebagai berikut:

1) Pengamatan x1, x2, ……, xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ……, zn dengan

menggunakan rumus: s

xxz i

i

( x dan s masing-masing merupakan rata-

rata dan simpangan baku sampel)

2) Untuk setiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z ≤ zi).

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, ……, zn yang lebih kecil atau sama

dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka:

n

zzzzzS

ini

i

yang,....,, banyaknya 2

4) Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut

(L0).

Adapun kriteria ujinya adalah jika L0 ≤ L tabel maka sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal, tetapi jika L0 > L tabel maka sampel berasal

dari populasi yang bukan berdistribusi normal. Untuk hasil uji normalitas keadaan

awal baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran 16 dan lampiran 17.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel dari

populasi yang homogen atau bukan homogen. Pengujian menggunakan uji Bartlett

menurut Budiyono (2004: 176) dengan rumus:

)loglog(303,2 22 SjfjMSerrfc

dengan:

ffkc

j

11

)1(3

11

1

2

j

jn

SSjS

j

jj

jn

xxSS

22 )(

Keterangan:

k : cacah sampel

f : derajat bebas untuk Mserr = n - k

fj : derajat bebas untuk Sj2 = nj – 1

j = 1, 2, 3, ….,k

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j

n : cacah semua pengukuran

Kriteria ujinya adalah sebagai berikut:

1) Bila x2<x

2αj; k–1 untuk α = 0,05 , maka sampel berasal dari populasi yang

homogen.

2) Bila x2≥x

2αj; k–1 untuk α = 0,05 , maka sampel berasal dari populasi yang

bukan homogen.

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18.

3. Pengujian Hipotesis

a. Analisis Variansi Dua Jalan

Adanya pengujian hipotesis adalah untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan pengaruh antara dua variabel bebas / faktor terhadap variabel terikat.

Hipotesis penelitian ini akan diuji menggunakan analisis variansi dua jalan dengan

isi sel tidak sama. Adapun prosedur yang digunakan adalah:

1). Asumsi

a) Populasi-populasi berdistribusi normal.

b) Populasi-populasi homogen.

c) Sampel dipilih secara acak.

d) Variabel terikat berskala pengukuran interval.

e) Variabel bebas berskala pengukuran nominal

2). Model

Model observasi yang digunakan adalah model observasi pada subjek dekat

di bawah faktor satu kategori ke i dan faktor dua kategori ke- j

dirumuskan:

Xijk = + i + j + ij + ijk .

dengan:

Xijk : Pengamatan ke-k dibawah faktor A kategori i, faktor B

kategori j.

: Rerata besar

i : Efek faktor A kategori i terhadap Xijk

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

j : Efek faktor B kategori j terhadap Xijk

ij : Interaksi faktor A dan B terhadap Xijk

ijk : Error yang berdistribusi normal N (0, 2)

i : 1, 2, 3, …, p ; p = cacah kategori A

j : 1, 2, 3, …, q ; q = cacah kategori B

k : 1, 2, 3, … n ; n = cacah kategori pengamatan setiap sel

(Budiyono, 2004 : 228)

3). Hipotesis

a) H01 : αi = 0 untuk semua i

: Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan

konstruktivisme melalui metode diskusi-resitasi berkelompok dan

diskusi-resitasi individu terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

pada materi kalor.

H11 : αi ≠ 0 untuk paling sedikit satu harga i

: Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan

konstruktivisme melalui metode diskusi-resitasi berkelompok dan

diskusi-resitasi individu terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

pada materi kalor.

b) H02 :βj = 0 untuk semua j

: Tidak ada perbedaan pengaruh antara tingkat motivasi belajar Fisika

siswa kategori tinggi dan katagori rendah terhadap kemampuan

kognitif Fisika siswa pada materi kalor.

H12 : βj ≠ 0 untuk paling sedikit satu harga j

: Ada perbedaan pengaruh antara tingkat motivasi belajar Fisika siswa

kategori tinggi dan katagori rendah terhadap kemampuan kognitif

Fisika siswa pada materi kalor.

c) H03 :αβi = 0 untuk semua i,j

: Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan

konstruktivisme melalui metode diskusi-resitasi berkelompok dan

diskusi-resitasi individu dengan tingkat motivasi belajar siswa

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi kalor.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

H13 : αβi ≠ 0 untuk paling sedikit satu harga i,j

: Ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan

konstruktivisme melalui metode diskusi-resitasi berkelompok dan

diskusi-resitasi individu dengan tingkat motivasi belajar siswa

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi kalor.

4). Komputasi

a). Tabel data

Tabel 3.8 Persiapan Uji Anava Dua Jalan

B

A B1 B2 Total

A1 A1B1 A1B2 A1’

A2 A2B1 A2B2 A2’

Total B1’ B2’ G

Keterangan:

A : Penggunaan pendekatan konstruktivisme

A1 : Penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode

diskusi-resitasi berkelompok.

A2 : Penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode

diskusi-resitasi individu.

B : Motivasi belajar Fisika yang dimiliki siswa

B1 : Motivasi belajar Fisika siswa kategori tinggi.

B2 : Motivasi belajar Fisika siswa kategori rendah.

A1B1 : Penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode

diskusi-resitasi berkelompok dan motivasi belajar Fisika siswa

kategori tinggi.

A1B2 : Penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode

diskusi-resitasi berkelompok dan motivasi belajar Fisika siswa

kategori rendah.

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

A2B1 : Penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode

diskusi-resitasi individu dan motivasi belajar Fisika siswa

kategori tinggi.

A2B2 : Penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode

diskusi-resitasi individu dan motivasi belajar Fisika siswa

kategori rendah.

b). Tabel data komputasi

Tabel 3.9 Data Komputasi

B

A B1 B2

A1

n11

∑x11

11x

∑x211

c11

SS11

n12

∑x12

12x

∑x212

c12

SS12

A2

N21

∑x21

21x

∑x221

c21

SS21

N22

∑x22

22x

∑x222

c22

SS22

di mana : cij = ij

ij

n

x 2)( , Ssij = ∑x

2 - cij

c). Tabel rerata sel AB

Tabel 3.10 Rerata Sel AB

B

A B1 B2 Total

A1 1111 ABx 1212 ABx A1’=

A2 2121 ABx 2222 ABx A2’=

Total B1’= B2’= G’=

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

d). Rerata harmonik

hn =

ji ijn

pq

,

1

e). Komponen Jumlah Kuadrat

(1) = G2/pq

(2) = tidak perlu

(3) = ∑iAi2/q

(4) = ∑jBj2/p

(5) = ∑ij AB2ij

f). Jumlah Kuadrat

SSa = hn )1()3(

SSb = hn )1()4(

SSab = hn )1()3()4()5(

SSerr = ∑i,jSSi,j

SStot = hn )1()5( ∑i,jSSi,j

g). Derajat Kebebasan (Df)

Dfa = p-1

Dfb = q-1

Dfab = (p-1)(q-1)

Dferr = N-pq

Dftot = N-1

h). Rerata Kuadrat (MS)

MSa = SSa/Dfa

MSb = SSb/Dfb

MSab = SSa/Dfab

MSerr = SSerr/Dferr

i). Statistik Uji (F)

Fa = MSa/MSerr

Fb = MSb/MSerr

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Fab = MSa/MSerr

j). Daerah Kritik (DK)

DKa : Fa F ; p – 1, N – pq

DKb : Fb F ; q – 1, N – pq

DKab : Fab F ; (p – 1)(q-1), N – pq

k). Keputusan Uji

Jika Fa F ; p – 1, N – pq maka H01 ditolak

Jika Fb F ; q – 1, N – pq maka H01 ditolak

Jika Fab F ; (p – 1)(q-1), N – pq maka H01 ditolak

l). Rangkuman ANAVA

Tabel 3.11 Rangkuman ANAVA

Sumber variasi SS Df MS F P

Efek Utama

A

B

Interaksi

AB

Error

SSa

SSb

SSab

SSerr

Dfa

Dfb

Dfab

Dferr

MSa

MSb

MSab

MSerr

Fa

Fb

Fab

-

< α atau > α

< α atau > α

< α atau > α

-

Total SStot Dftot - - -

b. Uji Lanjut ANAVA

Uji lanjut ANAVA (Komparasi Ganda) merupakan tindak lanjut dari

analisis variansi. Tujuan dari komparasi ganda ini adalah untuk mengetahui lebih

lanjut rerata mana yang berbeda dan rerata mana yang sama. Dalam penelitian ini,

uji komparasi ganda menggunakan metode Scheffe.

Langkah-langkah metode Scheffe menurut Budiyono (2004: 214) adalah:

1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi ganda

2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

3) Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus berikut :

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

a) Untuk komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j

.

2

1.

1

....

jierror

ji

nnMS

xxjFi

b). Untuk komparasi rerata antar kolom ke-i dan ke-j

.

2

1.

1

....

jierror

ji

nnMS

xxjiF

c). Untuk komparasi rerata antar kolom sel ij dan sel kl

klijerror

klij

nnMS

xxklFij

11

2

4) Menentukan tingkat signifikansi ().

5) Menentukan daerah kritik (DK) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

DKi.-j. = {Fi.-j. Fi.-j. (p-1) F ; p-1 ; N-pq}

DK.i-.j = {F.i-.j F.i-.j (q-1) F ; q-1 ; N-pq}

DKij-kl = {Fij-kl Fij-kl (p-1) (q-1) <F ; pq-1 ; N-pq}

6) Menentukan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi rerata.

7) Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda).

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukoharjo dengan

mengambil sampel dua kelas yaitu kelas X-1 sebagai kelas eksperimen, dan kelas

X-2 sebagai kelas kontrol. Masing-masing kelas berjumlah 40 siswa untuk kelas

X-1 dan 32 siswa untuk kelas X-2 sehingga secara keseluruhan berjumlah 72

siswa. Akan tetapi, terdapat beberapa siswa yang tidak mengikuti kegiatan KBM

secara keseluruhan pada saat penelitian berlangsung, untuk kelas X-1 terdapat 4

siswa dan kelas X-2 terdapat 1 siswa sehingga jumlah sampel yang diteliti untuk

kelas X-1 berjumlah 36 siswa dan kelas X-2 berjumlah 31 siswa sehingga secara

keseluruhan berjumlah 67 siswa.

Data penelitian yang diperoleh antara lain : pertama, data keadaan awal

siswa sebelum diberi perlakuan yang diperoleh dari data dokumentasi nilai

kognitif Fisika (nilai semester) semester I Tahun Ajaran 2009/2010. Kedua, nilai

ulangan siswa pada materi kalor yang digunakan untuk mengetahui capaian

kemampuan kognitif siswa setelah diberi perlakuan. Ketiga, data tingkat motivasi

belajar siswa dengan menggunakan tes angket motivasi belajar Fisika. Secara

terperinci, data-data tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Data Keadaan Awal Fisika Siswa

Dalam penelitian ini nilai keadaan awal siswa diperoleh dari nilai kognitif

Fisika siswa pada semester I Tahun ajaran 2009/2010. Deskripsi data keadaan

awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4. 1. Deskripsi Data Keadaan Awal Fisika Siswa

Kelompok Jumlah

Data

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah Rata-rata

Simpangan

Baku

Eksperimen 36 79 66 71.8333 3.4017

Kontrol 31 80 66 71.4194 3.6035

Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14.

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Distribusi frekuensi keadaan awal Fisika yang dimiliki siswa kelas eksperimen

disajikan dalam tabel 4.2:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Fisika Siswa Kelas

Eksperimen

No Interval

Kelas

Frekuensi

Mutlak

Frekuensi

Relatif

Nilai

Tengah

1 64 - 66 1 2.78% 65

2 67 - 69 8 22.22% 68

3 70 - 72 12 33.33% 71

4 73 - 75 10 27.78% 74

5 76 - 78 4 11.11% 77

6 79 - 81 1 2.78% 80

Jumlah 36 100.00%

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas disajikan histogram data keadaan

awal Fisika siswa kelas eksperimen pada gambar 4.1 berikut :

1 8 12 10 4 10

2

4

6

8

10

12

14

65 68 71 74 77 80

Fre

ku

ensi

Tengah Interval

Gambar 4.1. Histogram Nilai Keadaan Awal Fisika Siswa

Kelas Eksperimen

Sedangkan untuk kelompok kontrol, distribusi frekuensi keadaan awal Fisika

siswa disajikan pada tabel 4.3:

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Fisika siswa Kelas

Kontrol

No Interval

Kelas

Frekuensi

Mutlak

Frekuensi

Relatif

Nilai

Tengah

1 64 - 66 3 9.68% 65

2 67 - 69 6 19.35% 68

3 70 - 72 12 38.71% 71

4 73 - 75 5 16.13% 74

5 76 - 78 4 12.90% 75

6 79 - 81 1 3.23% 80

Jumlah 31 100.00%

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas disajikan pula histogram data

keadaan awal Fisika siswa kelas kontrol seperti pada gambar 4.2:

3 6 12 5 4 10

2

4

6

8

10

12

14

65 68 71 74 75 80

Fre

ku

ensi

Tengah Interval

Gambar 4.2. Histogram Nilai Keadaan Awal Fisika Siswa

Kelas Kontrol

2. Data Nilai Motivasi Belajar Fisika Siswa

Data nilai motivasi belajar Fisika diperoleh melalui penyebaran angket

kepada siswa tentang motivasi belajar Fisika sebelum siswa diberi perlakuan.

Motivasi belajar Fisika dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori tinggi dan

katagori rendah. Seorang siswa dikatakan memiliki motivasi belajar Fisika

kategori tinggi apabila skor angketnya lebih dari atau sama dengan skor angket

rata-rata kelas masing-masing 𝑋 ≥ 𝑋 dan dikatakan memiliki motivasi belajar

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Fisika kategori rendah apabila skor angketnya kurang dari skor angket rata-rata

kelas masing-masing 𝑋 < 𝑋 .

Deskripsi data nilai motivasi belajar Fisika yang dimiliki siswa pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam tabel 4.4:

Tabel 4. 4. Deskripsi Data Motivasi Belajar Fisika Siswa

Kelompok Jumlah

Data

Skor

Tertinggi

Skor

Terendah Rata-rata

Eksperimen 36 127 72 100.9722

Kontrol 31 135 67 98.7096

Data motivasi belajar Fisika siswa selengkapnya dapat dilihat di lampiran 23.

3. Data Kemampuan Kognitif Fisika Siswa

Data yang didapat mengenai kemampuan kognitif Fisika yang dimiliki

siswa pada materi Kalor, baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol

diperoleh dari nilai ulangan harian yang dilakukan sebagai post test setelah

dilaksanakanya kegiatan pembelajaran untuk sub materi kalor. Untuk kelas

eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran Fisika dengan menggunakan

pendekatan konstruktivisme melalui metode diskusi-resitasi berkelompok,

sedangkan untuk kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran Fisika dengan

menggunakan pendekatan konstruktivisme melalui metode diskusi-resitasi

individu.

Deskripsi data kemampuan kognitif Fisika yang dimiliki siswa pada materi

Kalor pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam tabel 4.5:

Tabel 4.5. Deskripsi Data Kemampuan Kognitif Fisika Siswa

Kelas Jumlah

Data

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah Rata-rata

Simpangan

Baku

Eksperimen 36 96 48 71,0000 12.1090

Kontrol 31 96 44 67.7419 12.9382

Untuk data yang lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 23.

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Distribusi frekuensi nilai kemampuan kognitif Fisika siswa kelas eksperimen

disajikan pada tabel 4.6:

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Siswa Kelas Eksperimen.

No Interval

Kelas

Frekuensi

Mutlak

Frekuensi

Relatif

Nilai

Tengah

1 46 - 54 3 8.33% 52

2 55 - 63 6 16.67% 61

3 64 - 72 13 36.11% 70

4 73 - 81 7 19.45% 79

5 82 - 90 4 11.11% 88

6 91 - 99 3 8.33% 96

Jumlah 36 100.00%

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas disajikan histogram data nilai

kognitif Fisika siswa kelas eksperimen seperti pada gambar 4.3:

0 3 6 13 7 4 30

2

4

6

8

10

12

14

52 61 70 79 88 96

Frek

uen

si

Tengah Interval

Gambar 4.3. Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Siswa Kelas Eksperimen

Untuk kelas kontrol, distribusi frekuensi nilai kemampuan kognitif Fisika yang

dimiliki siswa kelas kontrol disajikan pada tabel 4.7:

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Siswa Kelas Kontrol.

No Interval

Kelas

Frekuensi

Mutlak

Frekuensi

Relatif

Nilai

Tengah

1 40 - 49 3 9.68% 48.5

2 50 - 59 5 16.13% 58.5

3 60 - 69 8 25.81% 68.5

4 70 - 79 8 25.81% 78.5

5 80 - 89 6 19.35% 88.5

6 90 - 99 1 3.22% 98.5

Jumlah 31 100.00%

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas disajikan histogram data nilai

kognitif Fisika siswa kelas kontrol seperti pada gambar 4.4:

0 3 5 8 8 6 10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

44.5 54.5 64.5 74.5 84.5 94.5

Frek

uen

si

Tengah Interval

Gambar 4.4. Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Siswa Kelas Kontrol

B. Uji Kesamaan Keadaan Awal Fisika Siswa

Digunakan uji-t dua ekor untuk menguji kesamaan keadaan awal siswa

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum uji-t dua ekor

dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas pada kedua sampel tersebut. Berikut ini merupakan hasil dari kedua

uji prasyarat tersebut:

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

1. Uji Normalitas

Uji normalitas keadaan awal siswa dengan menggunakan rumus Lilliefors,

untuk kelas eksperimen menunjukkan bahwa harga statistik uji Lobs = 0,1217,

sedangkan L0.05; 36 = 0,1477. Karena harga Lobs < Ltabel maka dapat disimpulkan

bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan untuk

kelas kontrol didapatkan bahwa harga statistik uji Lobs = 0,1134, sedangkan L0.05;

31 = 0,1591. Karena harga Lobs < Ltabel maka dapat disimpulkan pula bahwa

sampel juga berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun untuk

perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 16-17.

2. Uji Homogenitas

Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji

Bartlett. Hasil uji homogenitas keadaan awal siswa untuk kelas eksperimen dan

kelas kontrol menunjukkan harga 2hitung = 0.1059, sedangkan harga tabel 2

0.95; 1

= 3,81. Karena 2hitung < 2

tabel maka dapat disimpulkan bahwa kedua sampel

berasal dari populasi yang homogen. Adapun untuk perhitingan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 18

3. Uji t dua ekor

Hasil uji t dua ekor keadaan awal siswa untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol menunjukkan harga thitung = 0,4832. Sedangkan harga ttabel = 1,67 Karena -

ttabel = -1,67 < thitung = 0,4832 < ttabel = 1,67, maka dapat disimpulkan bahwa thitung

berada dalam daerah penerimaan H0 sehingga tidak ada perbedaan kemampuan

awal Fisika yang dimiliki siswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 15.

C. Uji Prasyarat Analisis

Untuk memenuhi syarat pengujian hipotesis dengan menggunakan

analisis variansi maka perlu dilakukan beberapa uji prasyarat, yang meliputi uji

normalitas dan uji homogenitas. Berikut ini merupakan hasil-hasil dari kedua uji

prasyarat analisis tersebut.

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal. Rangkuman hasil uji

normalitas kemampuan kognitif Fisika siswa dengan menggunakan metode

Lilliefors diperoleh harga statistik uji Lobs untuk tingkat signifikasi 0,05 pada

masing–masing kelas seperti tabel 4.8:

Tabel 4.8. Harga Statistik Uji beserta Harga Kritik pada Uji Normalitas

No Kelas Jumlah Siswa Lobs Ltabel Keputusan

1.

2.

Eksperimen

Kontrol

36

31

0,0898

0,0800

0,1477

0,1591

H0 diterima

H0 diterima

Dari tabel 4.8 diatas, dapat dilihat bahwa harga statistik uji Lobs dari

masing-masing kelas kurang dari harga kritiknya. Dengan demikian maka dapat

disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 20-21.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa dilakukan

dengan menggunakan Uji Bartlett. Uji statistik ini bertujuan untuk mengetahui

apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak homogen. Dari

hasil perhitungan diperoleh bahwa harga statistik uji 2hitung sebesar 0,1400

sedangkan harga tabel 20.95; 1 = 3,84. Karena 2

hitung < 2tabel maka H0 dierima

sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang

homogen. Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 22.

D. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Uji Analisis Variansi

Penelitian ini melibatkan dua variabel bebas. Pertama adalah penggunaan

pendekatan konstruktivisme melalui metode diskusi-resitasi berkelompok dan

metode diskusi-resitasi individu. Kedua adalah tingkat motivasi belajar Fisika

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

siswa yang dibedakan menjadi dua katagori yaitu kategori tinggi dan rendah.

Untuk variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa pada bahasan Kalor.

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dapat diketahui

bahwa prasyarat uji telah terpenuhi, sehingga data yang telah diperoleh dilakukan

analisis variansi (ANAVA) dua jalan dengan isi sel tak sama. Dari hasil uji anava

dua jalan (2 x 2) dengan isi sel tak sama diperoleh harga FA = 1.02; FB = 5.09;

dan FAB = 0,03, sedangkan untuk F0,05:1,63 diperoleh harga 3,994. Untuk lebih

memperjelas hasil uji anava tersebut disajikan rangkuman analisis variansi dua

jalan dalam tabel 4.9:

Tabel 4. 9. Rangkuman Analisis Variansi (ANAVA) Dua Jalan

Sumber

Variansi JK Db RK Fhitung F P

Baris (A) 151.4586 1 151.4586 1.02 3,994 < 0,05

(diterima)

Kolom (B) 759.7345 1 759.7345 5.09 3,994 > 0,05

(ditolak)

Interaksi (AB) 3.7345 1 3.7345 0,03 3,994 < 0,05

(diterima)

Kesalahan 9394.2000 63 149.1143 - - -

Total 10309.1276 66 - - - -

Perhitungan secara lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24.

Berdasarkan tabel 4.9, dapat diuraikan pengujian hipotesis sebagai berikut:

a. Uji Hipotesis Pertama, yaitu ada perbedaan pengaruh antara penggunaan

pendekatan konstruktivisme melalui metode diskusi-resitasi berkelompok dan

diskusi-resitasi individu terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada

materi kalor.

H01: Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan

konstruktivisme melalui metode diskusi-resitasi berkelompok dan

diskusi-resitasi individu terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

pada materi kalor

H11: Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan

konstruktivisme melalui metode diskusi-resitasi berkelompok dan

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

diskusi-resitasi individu terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

pada materi kalor.

Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tidak sama

menunjukkan bahwa hasil statistik uji FA = 1.02 sedangkan harga kritik

F0.05;1;63 = 3.994, maka diketahi bahwa FA = 1.02 < F0.05;1;63 = 3.994 maka H01

diterima dan H11 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

pengaruh antara penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode

diskusi-resitasi berkelompok dengan metode diskusi-resitas individu terhadap

kemampuan kognitif Fisika siswa pada bahasan Kalor.

b. Uji Hipotesis Kedua, yaitu Ada perbedaan pengaruh antara tingkat motivasi

belajar Fisika siswa kategori tinggi dan katagori rendah terhadap kemampuan

kognitif Fisika siswa pada materi kalor.

H02: Tidak Ada perbedaan pengaruh antara tingkat motivasi belajar Fisika

siswa kategori tinggi dan katagori rendah terhadap kemampuan kognitif

Fisika siswa pada materi kalor.

H12: Ada perbedaan pengaruh antara tingkat motivasi belajar Fisika siswa

kategori tinggi dan katagori rendah terhadap kemampuan kognitif

Fisika siswa pada materi kalor.

Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tidak sama

menunjukkan bahwa hasil statistik uji FB = 5.09 sedangkan harga kritik

F0.05;1;63 = 3.994, maka diketahi bahwa FB = 5.09 > F0.05;1;63 = 3.994 maka H01

ditolak dan H11 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan

pengaruh antara motivasi belajar Fisika kategori tinggi dan katagori rendah

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi kalor.

c. Uji Hipotesis Ketiga, yaitu ada interaksi antara pengaruh penggunaan

pendekatan konstruktivisme melalui metode diskusi-resitasi berkelompok dan

diskusi-resitasi individu dengan tingkat motivasi belajar siswa terhadap

kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi kalor.

H02: Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan

konstruktivisme melalui metode diskusi-resitasi berkelompok dan

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

diskusi-resitasi individu dengan tingkat motivasi belajar siswa terhadap

kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi kalor.

H12: Ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivisme

melalui metode diskusi-resitasi berkelompok dan diskusi-resitasi

individu dengan tingkat motivasi belajar siswa terhadap kemampuan

kognitif Fisika siswa pada materi kalor.

Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tidak sama

menunjukkan bahwa hasil statistik uji FAB = 0.03 sedangkan harga kritik

F0.05;1;63 = 3.994, maka diketahi bahwa FAB = 0.03 > F0.05;1;63 = 3.994 maka

H03 diterima dan H13 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada interaksi

antara pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivisme dengan motivasi

belajar Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

2. Uji Lanjut Anava

Untuk mengetahui signifikansi perbedaan pengaruh dari analisis variansi,

maka dilakukan uji komparasi ganda antar rerata dengan metode Scheffe. Untuk

memperoleh gambaran yang jelas, perhitungan secara lengkapnya dapat dilihat

pada lampiran 25 dan disajikan hasil rangkumannya dalam tabel 4.10.

Tabel 4.10. Rangkuman Uji Komparasi Ganda

Komparasi

Rerata

Rerata

Statistik Uji

Harga Kritik

P 𝑋𝑖 2

𝑋𝑗 2

B1 vs B2 72.6667 65.8065 5.2571 3.994 < 0.05

Dari hasil uji komparasi ganda tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Dari hasil perhitungan komparasi ganda antar kolom diperoleh bahwa

21 XX dan nilai FB12 = 5.2571 > F0.05;1.58 = 3,994 maka H0 ditolak, artinya

ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara kolom B1 (motivasi belajar Fisika

siswa katagori tinggi) dengan kolom B2 (motivasi belajar Fisika siswa katagori

rendah). Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat motivasi siswa katagori tinggi

memberikan pengaruh yang lebih baik daripada tingkat motivasi katagori rendah

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi kalor.

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

E. Pembahasan Hasil Analisis Data

1. Hipotesis Pertama

Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan, untuk pengaruh

penggunaan pendekatan kontruktivisme melalui metode pembelajaran diperoleh

994,3F02,1 F 63 ; 1 ;05,0a . Dengan demikian, tidak ada perbedaan pengaruh

antara penggunaan pendekatan kontruktivisme melalui metode diskusi-resitasi

berkelompok dan metode diskusi-resitasi secara individu terhadap prestasi belajar

Fisika siswa pada materi kalor.

Hal ini terjadi karena baik penggunaan metode diskusi-resitasi

berkelompok maupun metode diskusi-resitasi individu memiliki kelebihan dan

kelemahan masing-masing jika diterapkan dalam pembelajaran. Seperti telah

diungkapkan sebelumnya dalam penelitian relevan yang penulis jadikan reverensi,

Salah satu hasil penelitian tersebut adalah pendekatan konstruktivisme melalui

metode resitasi berkelompok lebih baik daripada penggunaan metode resitasi

secara individual. Sedangkan satu penelitian lainnya, memperoleh hasil bahwa

pendekatan konstruktivisme melalui metode eksperimen disertai pemberian tugas

(resitasi) individu lebih baik daripada melalui metode eksperimen disertai

pemberian tugas (resitasi) secara berkelompok. Maka dari itu, dapat

dimungkinkan bahwa salah satu penyebab ditolaknya hipotesis alternatif pertama

yang diajukan dalam penelitian ini karena baik metode diskusi-resitasi

berkelompok maupun diskusi-resitasi individu memberikan pengaruh yang sama

kuat terhadap prestasi belajar siswa.

Faktor lain yang menjadi penyebab ditolaknya hipotesis alternatif

pertama ini adalah karena penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui

metode diskusi-resitasi dalam penelitian ini belum berjalan secara optimal. Dalam

Pembelajaran Fisika secara konstruktivisme melalui metode diskusi-resitasi

berkelompok, terdapat sebagian siswa yang tidak memfokuskan perhatiannya. Hal

ini mungkin disebabkan dari tingkat motivasi belajar Fisika siswa tersebut rendah

terutama dalam belajar Fisika. Rendahnya motivasi belajar siswa dapat dilihar dari

tabel 4.4 atau lampiran 23, dimana hampir sebagian siswa yang memiliki skor

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

motivasi belajar katagori rendah dikedua kelas. Rendahnya motivasi belajar Fisika

siswa dalam proses pembelajaran ini, dapat disebabkan beberapa hal:

a) Siswa belum terbiasa dengan pendekatan dan metode pembelajaran yang

dilakukan dalam penelitian ini. Pendekatan konstruktivisme menekankan

pada kemampuan siswa dalam mengkontruksi sendiri pengetahuannya. Proses

ini menuntut ketekunan siswa dalam mencari dan mengobservasi sendiri

pengetahuan tersebut atau mengkonsultasikan konsep yang belum dipahami

kepada guru atau teman. Padahal pada proses pembelajaran yang biasanya

dilakukan, siswa hanya menerima konsep yang sudah jadi dari guru.

b) Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sebelum penelitian berlangsung,

para siswa yang hanya mendengarkan penjelasan materi Fisika yang sering

menggunakan media LCD dengan power point yang sangat sedikit

melibatkan interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga mereka

terbiasa dalam melakukan kegiatan diskusi kelas yang lebih bersifat individu.

c) Para siswa hanya memiliki sedikit buku acuan pelajaran yang digunakan.

Siswa umumnya hanya memiliki buku acuan berupa modul pendamping

materi saja. Sehingga hal ini akan menghambat proses konstruksi pemahaman

siswa terhadap materi pelajaran, terutama Fisika.

d) Waktu penelitian ini dilakukan ketika memasuki masa-masa persiapan Ujian

Nasional, sehingga terkadang terjadi pemindahan ruang kelas. Pemindahan

ruang kelas ini, tentunya akan berdampak pada kondisi belajar siswa karena

situasi kelas berubah. Maka dari itu, semangat belajar pun juga akan berubah.

2. Hipotesis Kedua

Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan, untuk pengaruh tingkat

motivasi belajar Fisika siswa, diperoleh bahwa 994,3F09.5 F 63 ; 1 ;05,0B . Oleh

karena itu, disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara tingkat motivasi

belajar Fisika siswa kategori tinggi, dan katagori rendah terhadap prestasi belajar

Fisika siswa pada materi kalor. Dari hasil uji lanjut ANAVA dengan komparasi

ganda metode Scheffe diperoleh hasil bahwa 21 XX dan nilai FB12 = 5.2571

> F0.05;1.58 = 3,994. Maka dapat dilihat bahwa tingkat motivasi belajar Fisika

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

siswa katagori tinggi memberikan pengaruh yang lebih baik bila dibandingkan

dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi

belajar Fisika siswa.

Dalam meningkatkan kemampuan kognitif Fisika yang dimiliki siswa,

salah satu faktor dari dalam diri siswa yang sangat berpengaruh adalah motivasi

belajar siswa. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar

yang tinggi akan lebih bersemangat dan sungguh-sungguh dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran Fisika. Hal ini tentu saja akan berpengaruh baik terhadap

nilai kemampuan kognitif Fisika siswa tersebut. Sedangkan siswa yang memiliki

tingkat motivasi belajar Fisika yang rendah, tentu saja akan merasa kurang

bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Fisika di kelas. Akibatnya

dalam setiap kegiatan diskusi kelas maupun kelompok siswa tersebut cenderung

kurang memberikan partisipasinya. Tentu saja, hal ini akan berpengaruh terhadap

nilai kognitif Fisika siswa.

3. Hipotesis Ketiga

Hasil analisis variansi dua jalan untuk interaksi pengaruh antara

penggunaan pendekatan kontruktivisme dengan tingkat motivasi belajar Fisika

siswa menujukkan bahwa 994,3F058,2 F 63 ; 1 ;05,0ab . Hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan

konstruktivisme melalui metode diskusi- resitasi dan motivasi belajar Fisika

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi Kalor. Antara penggunaan

pendekatan kontruktivisme dan motivasi belajar Fisika siswa memberikan

pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar Fisika pada siswa. Tidak adanya

interaksi antara pengaruh tersebut terjadi karena siswa yang memiliki motivasi

belajar Fisika kategori tinggi dapat memperoleh prestasi belajar Fisika yang lebih

baik dibandingkan dengan motivasi belajar Fisika yang kategori rendah walaupun

digunakan metode diskusi-resitasi secara berkelompok maupun metode diskusi-

resitasi secara individu dalam pembelajaran Fisika dengan pendekatan

kontruktivisme.

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan

konstruktivisme melalui metode diskusi–resitasi berkelompok dan diskusi–

resitasi individu terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi kalor

( 994,3F02,1 F 63 ; 1 ;05,0a ). Siswa yang diberi pembelajaran dengan

pendekatan kontruktivisme melalui metode diskusi–resitasi secara kelompok

mendapatkan prestasi belajar yang sama dengan siswa yang diberi

pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme melalui metode diskusi–

resitasi secara individu.

2. Ada perbedaan pengaruh antara tingkat motivasi belajar Fisika siswa kategori

tinggi dan katagori rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada

materi kalor ( 994,3F09.5 F 63 ; 1 ;05,0B ). Sedangkan dari hasil uji lanjut

ANAVA dengan komparasi ganda metode Scheffe diperoleh hasil bahwa

21 XX (FB12 = 5.2571 > F0.05;1.58 = 3,994) sehingga disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar Fisika

siswa katagori tinggi dengan motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah.

Berdasarkan hasil tersebut juga dapat dilihat bahwa tingkat motivasi belajar

Fisika siswa katagori tinggi memberikan pengaruh yang lebih baik bila

dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah

terhadap prestasi belajar Fisika siswa.

3. Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivisme

melalui metode diskusi–resitasi berkelompok dan diskusi-resitasi individu

dengan tingkat motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika

siswa pada materi kalor ( 994,3F058,2 F 63 ; 1 ;05,0ab ). Hal ini menunjukkan

bahwa antara penggunaan pendekatan konstruktivisme dengan tingkat

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

motivasi belajar siswa memberikan pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi

belajar pada siswa.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Implikasi dari hasil penelitian ini adalah penggunaan metode diskusi–

resitasisecara berkelompok dan diskusi–resitasisecara individu dapat diterapkan

dalam pembelajaran Fisika khususnya untuk materi Kalor. Kedua metode ini

memberikan pengaruh yang sama baiknya jika digunakan dalam pembelajaran

Fisika untuk materi Kalor di SMA. Selain itu, motivasi belajar Fisika siswa

katagori tinggi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar

Fisika siswa bila dibandingkan dengan motivasi belajar siswa katagori rendah.

Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan pembelajaran dikelas, perlu dilakukan

adanya pemberian motivasi kepada setiap siswa, terutama diawal proses

pemebelajaran.

Implikasi teoritis dari hasil penelitian ini adalah bahwa motivasi belajar

siswa memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Siswa dengan

motivasi belajar tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan

dengan siswa dengan motivasi belajar rendah. Selain pemberian motivasi di awal

proses pembelajaran, juga dapat dilakukan melalui penggunaan metode dan

pendekatan pembelajaran yang bervariasi, penggunaan multimedia interaktif

dalam pembelajaran, penggunaan contoh-contoh nyata (kontekstual) dalam

pembelajaran untuk memperjelas konsep, meningkatkan peran aktif siswa dalam

pembelajaran, dalam pemberian tugas dalam bentuk yang bervariasi dan tidak

membebankan siswa selain itu juga selama proses belajar, terutama Fisika, tidak

mengedepankan persamaan saja, tetapi aplikasi – aplikasinya dalam kehidupan

nyata.

Implikasi secara personal bagi penulis yaitu dapat memberikan tambahan

wawasan dan pengetahuan tentang strategi mengajar, penerapan metode belajar

yang tepat serta pengolahan pembelajaran yang mengedepankan peningkatan

motivasi belajar siswa. Selain itu, lebih mengetahui tentang teknik-teknik

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · dibandingkan dengan tingkat motivasi belajar Fisika siswa katagori rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa, (3) Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

penelitian terutama dalam merancang bentuk penelitian sebagai calon guru dalam

mengembangkan kompetensi guru dalam mengajar.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada

implikasi hasil penelitian, maka penulis memberikan saran-saran untuk peneliti

lain yang hendak melakukan penelitian sebagai berikut.

1. Pemilihan pendekatan dan metode yang kurang tepat untuk suatu kompetensi

tertentu dapat mempengaruhi hasil prestasi belajar siswa. Oleh karena itu,

guru perlu memperhatikan kelebihan dan kekurangan dari setiap pendekatan

dan metode mengajar yang akan dilakukan. Bila perlu dilakukan suatu

kolaborasi dari beberapa metode mengajar agar proses belajar menjadi tidak

monoton.

2. Guru sebaiknya memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi besarnya

motivasi belajar siswa, terutama untuk mata pelajaran Fisika, sehingga dalam

proses belajar mengajar guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan siswa.

3. Kepada rekan mahasiswa, semoga penelitian ini dapat dikembangkan lebih

lanjut dengan mengkaitkan aspek-aspek yang belum diungkap dan disajikan

agar lebih bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.