perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel...

79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA WANITA PRE-MENOPAUSE DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Rizka Febriani A.P. G0009188 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN OSTEOPOROSIS DENGAN

PERILAKU PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA WANITA

PRE-MENOPAUSE DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Rizka Febriani A.P.

G0009188

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah Subhannahu Wa Ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, kekuatan, dan kesabaran serta segala karunia dan rahmat yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Osteoporosis dengan Perilaku Pencegahan Osteoporosis pada Wanita Pre-Menopause di Kelurahan Jebres Surakarta”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Dalam penyusunan, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan, bantuan dan dukungan berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikannya. Maka penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD, KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan pengarahan dan bantuan. 3. Prof. Dr. KRMT. Tedja DO., dr., Sp.OG (K). selaku Pembimbing Utama yang

telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi bagi peneliti. 4. Margono, dr, M.KK. selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan

bimbingan, saran, dan motivasi bagi peneliti. 5. Dr. Supriyadi Hari, dr., Sp.OG. selaku Penguji Utama yang telah berkenan

menguji, memberikan saran dan nasehat bagi penulis. 6. Muh. Eko Irawanto, dr, Sp.KK. selaku Anggota Penguji yang telah berkenan

menguji, memberikan saran dan nasehat bagi penulis. 7. Warga Kelurahan Jebres Surakarta, khususnya posyandu lansia RT 24 yang

telah berkenan untuk memudahkan peneliti dalam pengambilan sampel 8. Sunhadi, dr, M.Kes serta Titiek Kastyani Widhias Tuti selaku Papa dan Mama

tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Rizko Putra Pradana, dr. selaku kakak tersayang, yang menjadi semangat untuk mengikuti jejaknya menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Kedokteran

10. Muhammad David Perdana Putra yang selalu menyemangati serta mendoakan terselesaikannya skripsi ini.

11. Sahabat seperjuangan Rohmah, Priyanka, Ridha, Astrid, Reyhan, Hima, saudara seperantauan PANACEA, serta seluruh mahasiswa S1 Pendidikan Dokter FK UNS 2006-2011 khususnya Pendidikan Dokter 2009, terima kasih atas doa, semangat, senyum, serta rasa kekeluargaan yang diberikan.

Surakarta, Agustus 2012

Rizka Febriani A.P.

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Rizka Febriani Anggita Putri, G0009188, 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Osteoporosis dengan Perilaku Pencegahan Osteoporosis pada Wanita Pre-Menopause di Kelurahan Jebres Surakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang : Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang, kepadatan tulang dan kemunduran struktur jaringan tulang. Osteoporosis banyak menyerang wanita yang sudah memasuki masa menopause, karena pada masa tersebut jumlah hormon estrogen berkurang dan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar kalsium darah (Javier, 2010). Oleh karena itu pengetahuan tentang osteoporosis sangat penting terutama pada wanita pre-menopause dan menopause untuk melakukan tindakan pencegahan dan mendeteksi dini adanya osteoporosis (Pakasi, 2000). Dari dasar tersebut, penulis berminat untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan osteoporosis dengan perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita pre-menopause di Kelurahan Jebres Surakata

Metode : Penelitian ini menggunakan korelasi. Pada penelitian ini populasinya adalah wanita pre-menopause di Kelurahan Jebres Surakata yang berjumlah 60 orang. Dalam penelitian ini menggunakan non probability quota sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner mengenai tingkat pengetahuan Osteoporosis dan perilaku pencegahan Osteoporosis. Data yang diperoleh dianalisis dengan Chi Kuadrat.

Hasil : Hasil penelitian didapatkan responden berjumlah 60 orang, 49 orang (81.6%) berpengetahuan baik. Sebagian besar dari responden berjumlah 32 orang (53.3%) berperilaku cukup baik. Ditemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara tingkat pengetahuan Osteoporosis dengan perilaku pencegahan Osteoporosis.

Simpulan : Data menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan Osteoporosis dengan perilaku pencegahan Osteoporosis pada wanita pre-menopause di Kelurahan Jebres Surakata.

Kata kunci : Tingkat Pengetahuan, Perilaku Pencegahan, Osteoporosis, Pre-menopause, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Rizka Febriani Anggita Putri, G0009188, 2012. The Relationship of Osteoporosis Knowledge Level with Osteoporosis Prevention Behaviors in Pre-menopausal Women of Village Jebres Surakarta. Mini thesis. Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. Background : Osteoporosis is a disease characterized by low bone mass, bone density and structural deterioration of bone tissue. Osteoporosis is common in women who have entered menopause, because at that time the amount of the hormone estrogen decrease and lead to a decline in blood calcium levels (Javier, 2010). It is therefore very important knowledge of osteoporosis, especially in women pre-menopause and menopause to take action to prevent and detect the early presence of Osteoporosis (Pakasi, 2000). From this foundation, the authors are interested in conducting research to determine the relationship between Osteoporosis knowledge level with Osteoporosis prevention behaviors in pre-menopausal women of Village Jebres Surakarta. Methode : This study uses correlation. In this research population was pre-menopausal women in the village Jebres Surakata totaling 60 people. In this case, using a non-probability quota sampling. The research instrument used was a questionnaire concerning the level of osteoporosis knowledge and osteoporosis prevention behaviors. Data were analyzed by Chi Square. Result : The study found respondent numbered 60 people, 49 people (81.6%) knowledgwable either. Most of the respondent amounted to 32 people (53.3%) enough well behaved. Found a significant positive relationship between Osteoporosis knowledge level with Osteoporosis prevention behaviors. Conclusion : The data showed that there was a significant association between Osteoporosis knowledge level with Osteoporosis prevention behaviors in pre-menopausal women of Village Jebres Surakarta Key words : Knowledge Level, Prevention Behaviors, Osteoporosis, Pre-menopausal,

Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA …………………………………………………………..... vi

DAFTAR ISI ………………………………………………………...... vii

DAFTAR TABEL …………………………………………….............. x

DAFTAR SKEMA....…………………………………………….......... xi

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................

DAFTAR SINGKATAN .......................................................................

xii

xiii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………. 1

B. Perumusan Masalah …………………………………… 3

C. Tujuan Penenlitian …………………………………….. 3

D. Manfaat Penelitian …………………………………….. 4

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengetahuan................................................................

2. Perilaku.......................................................................

3. Osteoporosis................................................................

4. Pre-Menopause............................................................

5. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan

Osteoporosis pada Wanita Pre-Menopause Sindrom

Premenstruasi.............................................................

5

11

15

27

28

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

B. Kerangka Pemikiran …………………………………... 31

C. Hipotesis ………………………………………………. 32

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ………………………………………... 33

B. Lokasi Penelitian ………………………………………

C. Waktu Penelitian .............................................................

33

33

D. Pertimbangan Etik Penelitian .....……………………… 34

E. Subjek Penelitian …………………………………….... 35

F. Teknik Sampling .......................……………………….. 35

G. Rancangan Penelitian ..............................……………... 36

H. Uji Validitas ........................………………………........

I. Cara Kerja ......................................................................

40

40

J. Identifikasi Masalah Penelitian ....….............................. 41

K. Definisi Operasional Variabel ..………………………..

L. Teknik Analisis Data ......................................................

41

42

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian ………………….......... 44

B. Analisis Bivariat ..……………………………………... 49

BAB V. PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis Data..........................................................

B. Keterbatasan Penelitian .................................................

53

63

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ………………………………………………. 65

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

B. Saran …………………………………………………... 66

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 69

LAMPIRAN

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia....................... 44

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan... 45

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan............. 46

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Wanita Pre-Menopause

tentang Osteoporosis.......................................................................

47

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan Wanita Pre-Menopause

terhadap Osteoporosis....................................................................

Tabel 4.6 Nilai Normalitas Data Primer..........................................................

Tabel 47 Tabel BxK, Variabel Tingkat Pengetahuan * Variabel Perilaku

Pencegahan......................................................................................

Tabel 4.8 Hasil Uji Chi-Square.......................................................................

Tabel 4.9 Hasil Koefisiensi Kontingensi........................................................

48

49

50

50

51

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 31

Skema 2 Rancangan Penelitian........................................................................ 36

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Consent .......................................................... 72

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................... 73

Lampiran 3 Lembar Kisi-Kisi Soal ................................................................ 74

Lampiran 4 Lembar Kuesioner ....................................................................... 76

Lampiran 5 Lembar Data Responden ............................................................. 85

Lampiran 6 Lembar Analisis Statistik Bivariat .............................................. 88

Lampiran 7 Lembar Surat Izin Penelitian ...................................................... 90

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR SINGKATAN

AINS Anti Inflamasi Non Steroid

HRT Homone Replacing Therapy/Terapi Pengganti Hormon

KK Koefisien Kontingensi

mg/hari miligram per hari

p tingkat signifikansi α = 0,05

SPSS Statistical Product and Service Solution

X² Chi-Square/uji Chi kuadrat

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Osteoporosis terjadi akibat ketidakseimbangan antara proses

demineralisasi yang lebih tinggi dan proses mineralisasi tulang. Begitu wanita

mencapai usia menopause, maka semakin menurun pula kadar kalsium dalam

tulang. Diduga hal ini berkaitan erat dengan kemampuan tubuh mensekresi

hormon estrogen. Hormon ini bekerja secara tidak langsung melalui pengaturan

produksi hormon lainya berdasarkan fungsi setiap hormon. Pada wanita dewasa

yang sehat, sekresi hormon kalsitonin juga dipengaruhi oleh adanya hormon

estrogen. Jadi, dengan menurunnya sekresi estrogen ini, pengendalian sekresi

kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan

tulang terjadi pada wanita menopause (Javier, 2010). Sebelum terjadi fase

menopause biasanya didahului dengan fase pre-menopause. Bagi kebanyakan

perempuan, gejala pre-menopause akan mulai muncul pada rentang waktu usia

40 tahun akibat menurunya kadar estrogen yang menimbulkan gejala yang

sangat mengganggu aktivitas kehidupan wanita, termasuk hilangnya kesuburan

dan meningkatnya risiko osteoporosis pada kondisi menjelang menopause

(Proverawati, 2010).

Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan rendahnya masa

tulang, kepadatan tulang dan kemunduran struktur jaringan tulang. Apabila

tidak dicegah atau ditangani, maka pengeroposan yang terus-menerus bisa

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

menyebabkan tulang menjadi patah atau mengalami rasa sakit pada waktu

bergerak. Patah tulang ini bisa terjadi pada tulang punggung, pinggul,

pergelangan tangan, pergelangan kaki, tulang pangkal paha, dan tulang rusuk.

Patah tulang di usia lanjut akan menimbulkan permasalahan serta pengeluaran

biaya pengobatan yang besar bahkan ada kemungkinan menderita cacat

permanen (Javier, 2010). Osteoporosis banyak menyerang wanita yang sudah

memasuki masa menopause, karena pada masa tersebut jumlah hormon

estrogen berkurang dan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar kalsium

darah. Fakta tentang osteoporosis: lebih dari 75 juta orang di seluruh dunia

menderita osteoporosis dan tanda awal terjadinya osteoporosis ditemukan pada

kaum wanita. Kejadian osteoporosis tertinggi pada lanjut usia, dimana 1 dari 3

wanita dan 1 dari 5 pria dengan usia di atas 50 tahun mempunyai osteoporosis.

Karenanya para ahli tulang menyarankan, awal usia 30-an sebaiknya sudah

mulai merawat tulang dengan baik, terutama kaum wanita yang besar

kemungkinanya mengalami osteoporosis setelah masa menopause (Javier,

2010).

Kendati osteoporosis adalah penyakit degeneratif dan normalnya baru

muncul setelah berusia diatas 45 tahun, tetapi penyakit ini bisa menyerang

kaum muda yang gaya hidupnya cenderung tak sehat, seperti kebiasaan

merokok, malas berolahraga, minum kopi dalam dosis yang berlebihan yang

menyebabkan kurangnya penyerapan kalsium dalam tulang (Javier, 2010).

Oleh karena itu pengetahuan tentang osteoporosis sangat penting terutama pada

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

wanita pre-menopause dan menopause untuk melakukan tindakan pencegahan

dan mendeteksi dini adanya osteoporosis (Pakasi, 2000).

Pengetahuan yang dimiliki seseorang mempengaruhi periakunya,

semakin baik pengetahuan seseorang maka perilakunya juga akan semakin baik

dan pengetahuan itu sendiri dipengaruhi tingkat pendidikan, sumber informasi,

dan pengalaman. (Notoatmodjo, 2009). Selain itu belum pernah diteliti

mengenai pengetahuan dan perilaku wanita pre-menopause dalam rangka

mencegah osteoporosis, maka peneliti ingin mengetahui tentang hubungan

pengetahuan tentang osteoporosis dengan perilaku pencegahan osteoporosis

pada wanita pre-menopause sebagai salah satu informasi tambahan bagi

pengembangan ilmu kedokteran terutama meningkatkan peran serta dokter

dalam pencegahan serta penatalaksanaan osteoporosis.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah

penelitian: Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan osteoporosis

dengan perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita pre-menopause di

Kelurahan Jebres Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

pengetahuan tentang osteoporosis dengan perilaku pencegahan

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

osteoporosis pada wanita pre-menopause.

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Jebres Surakarta

terhadap osteoporosis meliputi pengertian, gejala, penyebab, dan

pencegahan osteoporosis.

b. Mengkaji perilaku wanita pre-menopause untuk pencegahan

osteoporosis meliputi olahraga, konsumsi kalsium, vitamin D dan

menghindari kebiasaan merokok.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan osteoporosis pada

wanita pre-menopause.

2. Manfaat Aplikatif

a. Memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat tentang penyakit

osteoporosis.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan usaha pencegahan dan

penatalaksanaan penyakit osteoporosis pada wanita pre-menopause.

c. Dapat dipergunakan sebagai bahan sumbangan pemikiran bagi

penelitian-penelitian selanjutnya.

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia yang

keberadaanya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai

bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari

kehendak atau kemauan (Notoatmodjo, 2009).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan tercakup dalam ranah kognitif berkenaan dengan

perilaku yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan

memecahkan masalah. Pengetahuan memiliki enam tingkatan yang

bergerak dari yang sederhana sampai yang tinggi dan komplek.

Tingkatan kemampuan itu adalah pengetahuan (knowledge),

pemahaman (comprehension), penerapan (application) analisis

(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).

1.) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan berhubungan dengan pada bahan yang sudah

dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain disebut recall (mengingat

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

kembali). Pengetahuan dapat menyangkut bahan yang luas maupun

sempit, seperti fakta (sempit) dan teori (luas). Namun apa yang

diketahui hanya sekedar informasi yang dapat diingat saja. Oleh

karena itu tingkatan ranah pengetahuan adalah rendah.

2.) Pemahaman (comprehention, understanding)

Pemahaman adalah kemampuan memahami arti suatu bahan

pelajaran seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas tentang

sesuatu. Kemampuan semacam ini lebih tinggi daripada

pengetahuan.

3.) Penerapan (application)

Penerapan adalah kemampuan menggunakan atau

menafsirkan suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi

baru atau situasi yang kongkrit, seperti menerapkan suatu dalil,

metoda, konsep, prinsip, dan teori. Kemampuan ini lebih tinggi

nilainya dari pemahaman.

4.) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan atau

menjabarkan sesuatu ke dalam komponen atau bagian-bagian

sehingga susunannya dapat dimengerti. Kemampuan ini meliputi

mengenal masalah-masalah, hubungan antarbagian, serta prinsip

yang digunakan dalam organisasi atau susunan materi pelajaran.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

5.) Sintesis (synthesis)

Kemampuan sintesis merupakan kemampuan untuk

menghimpun bagian ke dalam suatu keseluruhan, seperti

meluruskan tema, rencana atau melihat hubungan abstrak dari

berbagai informasi atau fakta. Jadi, kemampuan ini adalah

semacam kemampuan merumuskan suatu pola atau struktur baru

berdasarkan informasi atau fakta.

6.) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkenaan dengan kemampuan menggunakan

pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu

berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan

dapat bersifat internal (seperti organisasinya) dan dapat bersifat

eksternal (relevansi untuk maksud tertentu) (Notoatmodjo, 2009).

c. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (Comprehension)

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut dengan benar

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang

sebenarnya.

4) Analisis (Analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi

proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang

lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu,

keluarga, dan masyarakat.

2) Persepsi

Persepsi yaitu mengenal dan memilih objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil

3) Motivasi

Merupakan suatu dorongan, keinginan dan tenaga penggerak

yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu

dengan mengesampingkan hal-hal yang dianggap kurang

bermanfaat. Agar motivasi muncul diperlukan rangsangan dari

dalam dan dari luar individu

4) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui,

dikerjakan) juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang

tertangkap oleh indera manusia (Notoatmodjo, 2009).

Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain

meliputi lingkungan, sosial ekonomi kebudayaan dan informasi.

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat

dan perilaku individu.

Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai

hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan. Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai dan

penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat yang akan

menghasilkan suatu pola hidup. Perilaku normal, kebiasaan, nilai yang

ada pada masyarakat dalam memandang suatu permasalahan

merupakan suatu hal yang umum atau sesuatu yang harus segera

dicarikan solusi penyelesaiannya.

Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang

dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku. Pada

masalah kesehatan, informasi dapat berupa literatur, media cetak atau

elektronik, dari orang lain, atau dari penyuluhan mengenai hal tersebut.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di

atas (Notoatmodjo, 2009).

e. Pengaruh Pengetahuan terhadap Perilaku

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Terbentuknya

suatu perilaku terutama pada orang dewasa didahului dengan adanya

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

pengetahuan, selanjutnya menjadi sebuah sikap dan pada akhirnya

berubah menjadi perilaku. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku

baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni (Notoatmodjo, 2003):

1) Awareness (kesadaran)

Yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (obyek) terlebih dahulu.

2) Interest

Yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3) Evaluation

Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial

Orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption

Subyek telah berperilaku baru dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Perilaku

a. Definisi dan Klasifikasi Perilaku

Perilaku dari sudut pandang biologis adalah suatu kegiatan atau

aktifitas organisme yang bersangkutan, yang mempunyai bentangan

sangat luas baik yang dapat diamati secara langsung atau tidak

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

langsung. Perilaku juga merupakan tindakan atau perbuatan suatu

organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku

merupakan konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu yang kompleks,

yakni suatu pengorganisasian konsep psikologis oleh seseorang yang

memberikan predisposisi dalam melakukan responsi menurut cara

tertentu (Notoatmodjo, 2009).

Becker dalam Notoatmodjo (2009) mengklasifikasikan

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain:

1) Perilaku kesehatan (health behavior)

Yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan

seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Termasuk pencegahan penyakit, kebersihan perorangan, memilih

makanan, dan sanitasi.

2) Perilaku sakit (illness behavior)

Yaitu segala tindakan yang dilakukan seseorang individu

yang merasa sakit, untuk mengenal kesehatan dan rasa sakitnya,

kemampuan mengidentifikasi penyakit, penyebab, dan usaha

pencegahan.

3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Yaitu segala tindakan yang dilakukan individu saat sakit

untuk memperoleh kesembuhan.

Perilaku pencegahan merupakan salah satu bentuk perilaku

kesehatan yang akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku akan

berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat

sebagai keluaran (outcome).

Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil

tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Pada dasarnya, tingkatan

pencegahan penyakit secara umum terdiri dari pencegahan tingkat

primer (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan

pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)

yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, pencegahan

tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan cacat dan

rehabilitasi.

Pada penelitian ini pencegahan osteoporosis lebih mengarah

pada pencegahan tingkat pertama/primer, karena yang berperan aktif

dalam tindakan pencegahan terjadinya suatu penyakit adalah

masyarakat. Sedangkan pada pencegahan tingkat kedua dan ketiga

dalam pelaksanaannya yang berperan aktif adalah tim kesehatan.

b. Bentuk Perilaku

Secara operasional respon perilaku dapat berbentuk:

1) Bentuk Pasif

Merupakan respon internal, yaitu terjadi dalam diri manusia,

tidak dapat dilihat oleh orang lain (tanggapan, berpikir, sikap batin

dan pengetahuan). Perilaku ini masih terselubung (covert

behavior).

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

2) Bentuk Aktif

Yaitu apabila dapat jelas diobservasi secara langsung.

Perilaku ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata (overt

behavior) (Notoatmodjo, 2009).

c. Faktor yang Mempengaruhi Seseorang

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku

dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Faktor intern

Mencakup pengetahuan, persepsi, emosi, motivasi, dan

sebagainya yang berfungsi mengolah rangsangan dari luar.

Pengetahuan merupakan domain yang penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (overt behaviors). Persepsi merupakan

pengalaman yang dihasilkan melalui panca indra. Motivasi

diartikan sebagai dorongan bertindak untuk mencapai tujuan juga

dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul

karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi

berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakikatnya

merupakan faktor keturunan (Notoatmodjo, 2009).

2) Faktor ekstern

Meliputi lingkungan baik fisik maupun non fisik seperti

iklim, manusia, sosio-ekonomi, dan kebudayaan. Perilaku dibentuk

melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dengan lingkungannya. Mekanisme pertemuan kedua faktor

tersebut dalam pembentukan perilaku dilakukan melalui proses

belajar (Notoatmodjo, 2009).

3. Osteoporosis

a. Definisi dan Klasifikasi

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan masa

tulang total yang secara progresif menjadi rapuh, porus dan mudah

patah (Brunner dan Suddarth, 2002).

Penyusutan kepadatan tulang mulai terjadi berangsur-angsur

sejak perempuan berusia 30 - 40 tahun dan osteoporosis mulai dapat

dijumpai kurang lebih 5 - 10 tahun setelah menopause (Dharmawan,

2004).

Osteoporosis adalah suatu kelainan yang ditandai berkurangnya

kekuatan tulang, sehingga menyebabkan meningkatnya risiko patah

tulang (fraktur). Kekuatan tulang ditentukan oleh dua faktor, yaitu

kepadatan (densitas) tulang dan kualitas tulang. Densitas tulang dapat

diukur dengan berbagai macam cara, sedangkan kualitas tulang belum

dapat dinilai secara kuantitatif. Daerah yang paling sering timbul

keretakan di bagian pergelangan tangan, tulang belakang serta tulang

pinggul (Ulfah, 2008).

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Osteoporosis dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu

osteoporosis primer dan sekunder. Kedua jenis osteoporosis itu

dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1) Primer

Dikatakan osteoporosis primer bila penyebabnya tidak bisa

dihindari. Artinya, mau tidak mau seseorang akan menderita

osteoporosis, karena terikat faktor berikut:

a) Keturunan, ada orang yang secara keturunan memiliki tulang-

tulang yang lebih rapuh disbanding orang lain. Faktor

keturunan atau genetik berperan dalam penentuan masa

tulang. Jika ada salah satu anggota keluarga menderita

osteoporosis, kemungkinan keturunannya untuk menderita

osteoporosis mencapai lebih dari 50 persen.

b) Usia, secara progresif, tulang akan meningkat kepadatannya

sampai maksimal sekitar usia 34 tahun. Setelah itu, kepadatan

tulang akan berkurang secara perlahan. Karena itu, kepadatan

tulang harus dijaga sejak masih muda agar pada saat tua tidak

menderita osteoporosis.

c) Jenis kelamin, wanita lebih rentan terkena osteoporosis

daripada pria, karena pengaruh hormon estrogen yang

menurun sejak usia 35 tahun. Selain itu pada usia sekitar 45

tahun, wanita juga mengalami menopause, dimana hormon

estrogen makin banyak yang hilang. Padahal, hormon

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

estrogen itulah yang membantu penyerapan nutrisi, termasuk

kalsium, yang dibutuhkan tulang.

d) Ras, wanita Asia lebih mudah terkena osteoporosis

disbanding wanita Afrika. Itu disebabkan secara umum

konsumsi kalsium wanita Asia sangat rendah, karena sekitar

90 persen mengalami intoleransi laktosa dan menghindari

produk hewani. Pembedaan yang mudah dan paling tampak

adalah wanita Asia yang berwajah dan berkulit oriental,

itulah yang akan lebih mudah terkena osteoporosis. Sedang

ras Negroid, mempunyai kepadatan tulang lebih tinggi

dibanding ras lainnya. Sehingga ras Negroid berpeluang lebih

kecil untuk menderita osteoporosis ketimbang ras lainnya

2) Sekunder

Dikatakan osteoporosis sekunder bila terjadi akibat faktor-

faktor yang sebenarnya bisa dihindari atau diubah, seperti berikut:

a) Pola makan yang tidak sehat, misalnya kurang konsumsi

vitamin D yang sangat penting bagi pembentukan tulang dan

jarang terkena sinar matahari.

b) Aktifitas fisik yang kurang atau kurang olahraga

c) Konsumsi alkohol, sebab alkohol dapat menghambat kalsium

akibat terjadinya gangguan pada usus halus. Hal itu tentu

sangat mempengaruhi kekuatan tulang.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

d) Kebiasaan merokok, sebab nikotin dalam rokok bisa

mengurangi jatah kalsium yang diserap tulang. Selain itu,

nikotin membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam

tubuh berkurang, sehingga susunan sel tulang tidak kuat

dalam menghadapi proses pelapukan.

e) Konsumsi kafein, seperti minum teh atau soft drink. Sebab,

kafein dapat mengganggu penyerapan kalsium.

f) Lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi seseorang

terkena osteoporosis atau tidak. Lingkungan yang lebih

sedikit mengonsumsi kalsium, akan memperbesar peluang

terjadinya osteoporosis.

g) Penggunaan obat yang mengandung steroid, seperti pada

penderita asma dan batu ginjal juga berisiko tinggi

menyebabkan osteoporosis karena steroid dapat menghambat

penyerapan kalsium. Obat kortikosteroid yang sering

digunakan sebagai antiperadangan juga menyebabkan

osteoporosis karena menghambat pembentukan tulang

(Anonim, 2009).

b. Faktor Risiko Osteoporosis

Penyebab spesifik osteoporosis tidak diketahui, tetapi terdapat

faktor-faktor risiko utama yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis

(Greenspan dan Baxter, 2000). Genetik, nutrisi, pilihan gaya hidup, dan

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

aktivitas fisik mempengaruhi puncak masa tulang (Brunner & Suddarth,

2002).

Kekuatan masa tulang tergantung dari masa dan kerapatan

tulang. Kerapatan tulang tergantung dari jumlah kalsium, fosfor dan

mineral yang terkandung dalam tulang. Saat tulang kekurangan mineral,

kekuatannya menurun dan sruktur internal menjadi rapuh (Javier,

2010).

Faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis adalah:

1) Genetik

Perbedaan genetik mempengaruhi kepadatan masa tulang,

misalnya pada ukuran tulang besar dan tulang kecil, defek pada

sintesis atau struktur kolagen.

2) Kalsium

Kalsium (Ca) disebut juga zat kapur. Fungsinya adalah suatu

mineral yang berperan dalam membentuk tulang dan gigi serta

memiliki peran vitalitas pada otot. Sebagian besar kalsium pada

tubuh disimpan dalam tulang. Gejala awal kekurangan kalsium

adalah malaise, banyak keringat, gelisah, sesak nafas,

berkurangnya daya tahan tubuh, anoreksia, sembelit, insomnia,

kram, dan kerapuhan tulang (Javier, 2010). Penyerapan kalsium di

usus dan reabsorpsi di ginjal tergantung pada estrogen. Itulah

sebabnya mengapa wanita paska-menopause mengalami

kehilangan kalsium melalui saluran kemih. Ini disertai absorpsi

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

yang tidak adekuat dari usus. Kadar serum normal dipelihara

melalui adsorpsi kalsium dari tulang. Pada akhirnya akan terjadi

osteopenia, osteoporosis dan fraktur jika kalsium yang diberikan

secara oral dan/atau parenteral tidak dapat memenuhi kebutuhan

ini. Dosis harian kalsium yang lebih tinggi dibutuhkan untuk

memelihara absorpsi intestinal dan mempertahankan kadar serum

kalsium yang normal pada wanita paska-menopause (Prince, 1997).

3) Estrogen

Berkurangnya masa tulang dipercepat setelah overektomi dan

selama masa menopause. Dosis estrogen mencegah atau

memperlambat penurunannya. Menopause mempunyai pengaruh

lebih besar pada kehilangan tulang daripada umur kronologis

(Greenspan dan Baxter, 2000).

4) Usia

Masa kalsium dalam tulang mencapai puncaknya pada usia

35 tahun. Setelah itu, akan terus menurun. Memang, secara alami

setiap 3-4 bulan tulang dirusak oleh tubuh bersamaan dengan

penggunaan kalsium yang cukup banyak. Namun, kemudian

terbentuk kembali kalsium tulang yang baru (Javier, 2010). Setelah

mencapai umur 40-45 tahun baik pria maupun wanita akan

mengalami penipisan tulang bagian korteks. Kehilangan masa

tulang merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan usia.

Dengan bertambahnya usia terjadi penurunan kalsitonin

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

(menghambat resorbsi tulang dan merangsang pembentukan

tulang), estrogen (menghambat pemecahan tulang). Terjadi

peningkatan hormon paratiroid (meningkatkan reasorbsi tulang)

(Burner dan Sudarth, 2001). Pada wanita yang telah mengalami

masa menopause, produksi hormon estrogen yang ikut membantu

penyerapan kalsium memang menurun secara drastis, sehingga

kalsium dalam tulang ikut berkurang. Akibatnya, tulang akan

kehilangan masa dalam jumlah besar, dan kekuatannya juga

merosot tajam. Sayangnya, pengeluaran kalsium dalam tubuh

wanita menopause lebih banyak daripada yang terbentuk kembali.

Dampaknya tulang-tulang lama menjadi rapuh dan keropos. Bila

kondisi ini tidak cepat ditanggulangi, maka risiko terjadinya patah

tulang akan sulit ditanggulangi (Javier, 2010).

5) Jenis kelamin

Wanita lebih sering mengalami osteoporosis dan lebih

ekstensif daripada pria karena puncak masa tulang lebih rendah

serta terdapat efek kehilangan estrogen selama menopause, juga

disebabkan karena pada wanita pertumbuhan masa tulang terjadi

lebih lambat (Burner dan Sudarth, 2001).

6) Ras

Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk

menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

wanita daerah timur lebih mudah menderita osteoporosis daripada

wanita kulit hitam (Anjarwati, 2010)

7) Vitamin D

Defisiensi Vitamin dapat terjadi pada lanjut usia. Hal ini

terjadi karena individu mengalami penurunan paparan sinar

matahari dan mengalami gangguan kemampuan untuk membentuk

prekursor vitamin D dalam kulit serta terdapat penurunan reseptor

vitamin D dalam duodenum. Keadaan ini menyebabkan resisitensi

usus terhadap kerja vitamin D aktif (1,25[OH]2D3) selanjutnya

absorbi kalsium terganggu yang menyebabkan hiperparatiroidisme

sekunder engan akibat penurunan kandungan tulang (Greenspan

dan Baxter, 2000)

8) Bahan katabolik endogen dan eksogen

Kortikosteroid berlebihan, hyperparatiroidisme,

hypertiroidisme, cushing syndrome menyebabkan kehilangan

tulang (Brunner & Suddarth, 2002).

9) Keadaan medis penyerta

Sindrom malabsorbsi, alkohol, gagal ginjal, intoleransi

laktosa, gangguan endokrin mempengaruhi pertumbuhan

osteoporosis. Obat-obatan (isoniasid, heparin, tetrasiklin)

mempengaruhi metabolisme kalsium (Brunner dan Suddarth,

2002).

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

10) Merokok

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa rokok berhubungan

dengan penurunan masa tulang dan kadar estrogen. Wanita paska-

menopause yang merokok dan mendapatkan tambahan estrogen

masih akan kehilangan masa tulang dan dapat diartikan memiliki

risiko tinggi terjadi osteoporosis (Lane, 2003).

11) Imobilisasi

Pembentukan tulang akan dipercepat dengan adanya stres,

berat badan, dan aktifitas otot. Imobilisasi mempengaruhi

terjadinya osteoporosis (Brunner dan Suddarth, 2002).

Immobilisasi dapat menurunkan masa tulang. Hasil penelitian

memperlihatkan bahwa kehilangan tulang post-menopause dapat

dicegah dengan latihan sedang (Greenspan dan Baxter, 2000).

c. Gejala Klinik

Tahap dini osteoporosis biasanya tanpa indikasi dan gejala

apapun. Tapi saat tulang mulai rapuh karena osteoporosis, gejala yang

timbul di antaranya:

1) Adanya keluhan sakit/nyeri punggung yang tidak jelas sampai

berat.

2) Terjadi patah tulang spontan, keretakan tulang belakang, pinggul,

pergelangan tangan dan tulang lainnya, dengan tanda adanya nyeri

hebat, mendadak dan terlokalisir.

3) Berkurangnya tinggi badan secara tiba-tiba (Pakasi, 2000).

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

d. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan sinar X

2) Laboratorium (kalium serum, fosfat, fosfatase alkali, kalium urine,

hematokrit, LED)

3) Absorbsiometri foton-tunggal (memantau masa tulang pada

kortikal dan sendi pergelangan tangan) (Brunner & Sudarth,2002)

e. Komplikasi

Komplikasi serius yang sering ditemui adalah kasus patah

tulang. Keretakan tulang sering muncul pada tulang belakang atau

pinggul, dan pergelangan tangan (Javier, 2010).

f. Pencegahan Osteoporosis

1) Mengkonsumsi vitamin D dan kalsium

Mengkonsumsi vitamin D dan kalsium dalam jumlah cukup

(susu, keju, ikan sarden, brokoli, kubis, tauge). Produk susu dan

sayuran hijau tua merupakan sumber yang baik. Makanan rendah

kalsium tinggi fosfor seperti pada daging merah dan minuman kola

sebaiknya dihindari. Pencapaian puncak masa tulang, semakin kecil

kemungkinan terkena di kemudian hari. Hal ini tergantung jumlah

kalsium yang dikonsumsi selama hidup dan olah raga yang

dilakukan. (Brunner dan Suddarth, 2002). Untuk memperlambat

terjadinya kekeroposan, wanita usia menopause membutuhkan

kalsium 1200-1500 mg/hari. Sementara pada anak-anak dan usia

lebih muda paling tidak 800 mg/hari. Wanita dan anak-anak juga

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

membutuhkan vitamin D3 yang ikut membantu agar penyerapan

kalsium dalam tubuh lebih banyak (Javier, 2010).

2) Olah raga.

Olah raga membantu tulang menjadi lebih kuat dan

memperlambat kerusakan tulang. Tarikan insersi otot pada tulang

panjang akan memperkuatnya dan memperlambat reabsorbsi

kalsium (Brunner dan Suddarth, 2002).

3) Menghindari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.

Mekanisme efek rokok melibatkan perubahan metabolisme

estrogen di hepar dan penurunan jumlah jaringan lemak pada

perokok yang dapat menyebabkan penurunan konsentrasi estrogen

dalam sirkulasi (Greenspan dan Baxter, 2000). Konsumsi alkohol

berlebihan selama bertahun-tahun mengakibatkan berkurangnya

masa tulang dan semakin memburuk pada wanita paska-

menopause. Alkohol dapat meracuni secara langsung jaringan

tulang melalui nutrisi yang buruk dan mendapat hampir seluruh

kalori dari alkohol. Selain itu, penyakit liver karena konsumsi

alkohol berlebihan dapat mengubah metabolisme vitamin D

sehingga penyerapan kalsium terganggu. Pengaruh alkohol yang

tidak terlalu berlebihan masih belum jelas mekanismenya (Lane,

2003).

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

4) Terapi pengganti hormon (HRT).

Terapi penggantian hormon (HRT) dapat digunakan pada

wanita saat menopause untuk memperlambat penurunan kandungan

tulang. Penggunaan terapi pengganti hormon dilakukan dengan

pengawasan dokter untuk menentukan tindakan yang terbaik.

Terdapat banyak bukti bahwa estrogen, jika dimulai pada

menopause, memperlambat penurunan kandungan tulang,

meningkatkan masa tulang, mencegah fraktur vertebra, panggul

dan osteoporosis. Penelitian terbaru menunjukkan estrogen akan

meningkatkan masa tulang femur. Penelitian observasional

Framingham mencatat suatu penurunan fraktur panggul untuk

wanita yang berumur 65-70 tahun (Greenspan dan Baxter, 2000).

HRT pernah dianggap sebagai Gold Standard untuk pengobatan

osteoporosis, tetapi dalam percobaan penelitian terbaru terdapat

keraguan mengenai penggunaan jangka panjang yang dapat

meningkatkan penyakit jantung koroner, stroke

dan kanker payudara. HRT masih akan menjadi obat

pilihan hanya jika tidak ada kontraindikasi (Edwards, 2003).

g. Penatalaksanaan

Obat-obat untuk penanganan osteoporosis antara lain kalsitonin,

natrium fluorida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer

menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau

intramuskular. Efek samping ringan dan hanya kadang-kadang dialami

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

(gangguan gastrointestinal, aliran panas dan frekuensi urin). Natrium

fluorida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang,

namun kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian. Natrium

etidronat menghalangi reabsorbsi tulang osteoblastik (Brunner dan

Suddarth, 2002).

Pengobatan rasa sakit juga diberikan untuk menangani nyeri

akut maupun kronik yaitu dengan anti inflamasi non steroid (AINS),

atau analgesi narkotik dalam kombinasi maupun tidak, dapat

menggunakan bantalan pemanas, pijatan dan penopang punggung.

Perawatan sakit kronis mencakup menguatkan otot ekstensor punggung

dan latihan seperti berjalan kaki yang meningkatkan keseimbangan.

Alat yang membantu cara berjalan dapat digunakan. Ahli terapi dapat

mengajarkan dalam aktifitas fisik penderita osteoporosis (Lane, 2003).

4. Pre-Menopause

Menopause merupakan perdarahan terakhir dari uterus yang

masih dipengaruhi oleh hormon-hormon reproduksi biasanya terjadi

antara usia 45-55 tahun. Pre-menopause adalah masa 4-5 tahun

sebelum menopause, sedangkan paska-menopause adalah 3-5 tahun

setelah menopause (Pakasi, 2000). Menopause yang merupakan

penghentian menstruasi pada wanita biasanya terjadi sekitar umur 50

tahun (Dorland, 2006)

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Estrogen mengalami penurunan yang tajam mulai usia 40 tahun

(10-15 tahun) sebelum menopause (pre-menopause), siklus haid

memanjang, tidak teratur sampai mati haid. Kadar estrogen yang

menurun, menyebabkan proses pematangan tulang terhambat serta

percepatan reabsorbsi tulang. Pengurangan masa tulang pada pre- dan

awal menopause akan terjadi perlahan–lahan, densitas tulang menurun

2-3%/tahun, tulang menjadi lemah (osteopenia). Dengan turunnya kadar

estrogen maka proses pematangan tulang (osteoblast) terhambat, dan

dua hormon yang berperan dalam proses ini , yaitu vitamin D dan PTH

(parathyroid hormon) juga menurun sehingga kadar mineral tulang

menurun. Apabila keadaan ini terus berlanjut, maka akan tercapai

keadaan osteoporosis, yaitu keadaan kadar mineral tulang yang

sedemikian rendah sehingga tulang mudah patah. Diketahui 85% wanita

menderita osteoporosis yang terjadi kurang lebih 10 tahun setelah

menopause (Pakasi, 2000).

5. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Osteoporosis

pada Wanita Pre-Menopause

Terbentuknya perilaku baru, terutama pada orang dewasa

dimulai pada domain pengetahuan/kognitif, dalam arti subjek tahu

terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi dan objek di

luarnya (Notoatmodjo, 2009). Pengetahuan akan berpengaruh kepada

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

perilaku yang selanjutnya berpengaruh dalam meningkatkan kesehatan

masyarakat.

Berdasarkan penelitian Rogers (dalam Notoatmodjo, 2009)

ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Dari uraian di atas dan hasil penelitian yang menyangkut

hubungan pengetahuan dengan perilaku dapat diasumsikan bahwa

terdapat hubungan antara pengetahuan dengan prilaku seseorang.

Dalam kenyataannya wanita (terutama paska-menopause)

berisiko lebih besar mengalami osteoporosis dari pada pria dengan usia

yang sama. Setiap wanita akan mengalami menopause. Estrogen

mengalami penurunan yang tajam mulai umur 40 tahun (10-15 tahun)

sebelum menopause (pre-menopause). Kadar estrogen yang menurun,

menyebabkan proses pematangan tulang terhambat serta percepatan

reabsorbsi tulang. Pengurangan masa tulang pada pre- dan awal

menopause akan terjadi perlahan–lahan, densitas tulang menurun 2-3%/

tahun, tulang menjadi lemah (osteopenia). Wanita masa menopause,

saat terjadi penurunan estrogen, kehilangan masa tulang lebih cepat 1-

3% per tahun. Menopause mempercepat kehilangan masa tulang dan

meningkat dengan bertambahnya umur, akan berlanjut terus-menerus

selama tahun-tahun paska-menopause. Apabila berlanjut terus akan

mencapai keadaan osteoporosis. Upaya pencegahan dapat dilakukan,

apabila tidak diupayakan dengan serius maka proses pengeroposan akan

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

terus berlanjut sampai tulang menjadi patah. Nutrisi (terutama asupan

kalsium) yang cukup dan olah raga dalam usia-usia produktif akan

membentuk kekuatan tulang sebelum perubahan hormonal pada saat

menopause (Javier, 2010).

Dari uraian di atas maka peranan pengetahuan tentang

osteoporosis dan pencegahannya terutama pada wanita pre-menopause

penting dilakukan untuk mencegah terjadinya osteoporosis paska-

menopause. Dengan pengetahuan, seorang wanita akan dapat membuat

langkah-langkah tertentu dalam hal pencegahan terjadinya osteoporosis,

dan juga dapat meningkatkan kesadaran wanita akan masalah yang akan

dihadapi sehingga persiapan pencegahan lebih baik dari pengobatan

akan berhasil (Pakasi, 2000).

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

B. Kerangka Pemikiran

Faktor Intern:

Pengetahuan

1. Pengetahuan tentang osteoporosis (pengertian, etiologi, gejala, pencegahan)

2. Pemahaman tentang osteoporosis (etiologi, gejala, pencegahan)

Penerapan tentang pencegahan osteoporosis 1. Analisis 2. Sintesis 3. Evaluasi 4. Persepsi 5. Emosi 6. Motivasi

Faktor Ekstern:

Lingkungan Fisik

Lingkungan Non Fisik a. Iklim b. sosial, ekonomi c. budaya

Pengetahuan

Wanita

Pre-Menopause

Perila

k

Mencegah Tidak Mencegah

Tidak Terjadi

Osteoporosis

Derajat Kesehatan

Meningkat

Risiko terjadi

osteoporosis

Derajat Kesehatan

Menurun

Perilaku pencegahan osteoporosis:

1) Olah Raga 2) Konsumsi

Kalsium 3) Vitamin D 4) Menghindari

merokok

Baik Cukup Kurang

Baik Cukup Kurang

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

C. Hipotesis

Hipotesis kerja penelitian ini adalah:

Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang osteoporosis dengan

perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita pre-menopause di Kelurahan

Jebres Surakarta.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analitik observasional dengan studi pendekatan cross sectional, yaitu melakukan

pengamatan terhadap subyek penelitian, mengelompokkannya, dan melakukan

analisis tanpa memberikan suatu perlakuan/intervensi. Pengukuran variabel

dilakukan pada satu saat dan hanya satu kali (Sastroasmoro, 2008).

B. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan di daerah Kelurahan Jebres

Surakarta. Dengan menemui responden pada acara-acara pertemuan warga

seperti pertemuan kader, kunjungan ke Posyandu, maupun ke rumah responden.

Pengumpulan data dilakukan pada setiap saat dalam tenggang waktu 3 bulan

atau hingga responden mencapai 60 orang berdasarkan rumus rule of thumb

dengan jumlah sampel minimal 30 orang.

C. WAKTU PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan pada setiap saat dalam tenggang waktu 3

bulan atau hingga responden mencapai 60 orang berdasarkan rumus rule of

thumb dengan jumlah sampel minimal 30 orang. Penelitian dilakukan pada bulan

Maret-Mei 2012

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

D. PERTIMBANGAN ETIK PENELITIAN

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden, tujuannya

adalah subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak

yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti

maka harus menandatangani lembar persetujuan, jika menolak untuk

diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

haknya

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama lengkap subyek dalam lembar pengumpulan data

(kuesioner) yang diisi oleh subyek, lembar tersebut hanya diberi lembar

kode tertentu.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh

peneliti dan hanya untuk kepentingan peneliti saja.

4. Penyajian data

Data yang diperoleh diidasarkan dari hasil pengolahan dan

analisis data kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan tekstuler dan

diberikan interpretasi data, selanjutnya dilakukan pembahasan terhadap

subvariabel yang diteliti.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

E. SUBJEK PENELITIAN

1. Populasi Sumber

Populasi yang akan diteliti adalah wanita pre-menopause yang

berusia 40-50 tahun di Kelurahan Jebres Surakarta.

2. Kriteria Inklusi

a. Wanita pre-menopause di Kelurahan Jebres Surakarta

b. Usia 40-50 tahun

c. Berpendidikan minimal SMA

d. Bersedia menjadi responden

3. Kriteria Eksklusi

a. Wanita menopause

b. Wanita yang menggunakan terapi pengganti hormon

c. Bukan merupakan warga Kelurahan Jebres Surakarta

d. Tidak bersedia menjadi responden

F. TEKNIK SAMPLING

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

Non probability quota sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang

didasarkan pada jumlah yang sudah ditentukan dan tidak didasarkan pada

strata atau daerah. Teknik sampling ini dilakukan dengan cara menghubungi

subyek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi sampai terpenuhinya

jumlah (quotum) yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan pada

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

setiap saat sampai jumlah sampel tercapai yaitu 60 orang berdasarkan rumus

rule of thumb dengan jumlah sampel minimal 30 orang.

Kuesioner disebarkan oleh peneliti dengan menemui responden pada

berbagai acara seperti pertemuan kader, kunjungan ke Posyandu maupun

kunjungan ke rumah responden.

G. RANCANGAN PENELITIAN

1. Pengolahan Data Tingkat Pengetahuan

Setelah data terkumpul melalui angket kemudian dilakukan

penilaian dengan skor dimana setiap jawaban dari pertanyaan diberi

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

bobot 1 jika menjawab dengan benar dan 0 jika menjawab salah pada

masing-masing ranah. Penilaian dilakukan dengan cara

membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan

(tertinggi, yaitu 20 dari 10) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya

berupa prosentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut

(Arikunto, 1998):

Keterangan:

N = Prosentase hasil

Sm = Skor tertinggi

Sp = Skor yang didapat

Kemudian hasil pengukuran dari pengetahuan dikelompokkan

dengan mengklasifikasikan menjadi 3 kategori jenjang ordinal yaitu

(Arikunto, 1998):

76-100% = Baik

60-75% = Cukup

0-59% = Kurang Baik

2. Pengolahan Data Perilaku

Data terkumpul melalui angket atau kuesioner yang mengacu

pada check list. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan penilaian

dengan skor dimana setiap jawaban dari pertanyaan diberi bobot 3 jika

Sp

N = ¾ X 100%

Sm

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

menjawab selalu, 2 jika menjawab sering, 1 jika menjawab kadang-

kadang, 0 jika menjawab tidak pernah untuk jenis pertanyaan positif.

Sebaliknya untuk jenis pertanyaan negatif penilain dengan skor 0 jika

menjawab selalu, 1 jika menjawab sering, 2 jika menjawab kadang-

kadang, dan 3 jika menjawab tidak pernah.

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor

jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan

100% dan hasilnya berupa prosentase dengan rumus yang digunakan

sebagai berikut (Arikunto, 1998):

Keterangan:

N = Prosentase hasil

Sm = Skor tertinggi

Sp = Skor yang didapat

Kemudian hasil pengukuran dari perilaku dikelompokkan

dengan mengklasifikasikan menjadi 3 kategori jenjang ordinal yaitu

(Arikunto, 1998):

76-100% = Baik

60-75% = Cukup

0-59% = Kurang Baik

Sp

N = ¾ X 100%

Sm

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Kriteria untuk interpretasi data distribusi frekuensi hasil

penelitian adalah sebagai berikut (Arikunto, 1998):

100% = Seluruhnya

76-99% = Hampir seluruhnya

51-75% = Sebagian besar

50% = Setengahnya

26-49% = Hampir setengahnya

1-25% = Sebagian kecil

0% = Tidak satupun

3. Pengolahan Data untuk Asosiasi Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku

Pencegahan Osteoporosis

Keseluruhan data yang diolah kemudian selanjutnya dianalisis

dengan uji independen antara dua faktor, yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan atau kaitan antarfaktor. Ada atau tidak kaitan di

antara faktor-faktor tersebut, jika ternyata tidak ada kaitan maka faktor-

faktor itu bersifat independen atau bebas. Dalam analisis hubungan

pengetahuan dengan perilaku pencegahan osteoporosis digunakan

metode untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji Chi Kuadrat

(Chi-Square), karena bertujuan untuk mengetahui hubungan

(association) antara dua variabel dan mempunyai jenis data berbentuk

kategorik (Arikunto, 1998). Dalam analisis hubungan pengetahuan dan

perilaku dengan menggunakan uji Chi Kuadrat (Chi-Square), dilakukan

melalui program SPSS for Windows Release 20.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

H. UJI VALIDITAS

Angket atau kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah

digunakan sebelumnya oleh Inung Sholikha, Ns.Kep dalam skripsi yang

berjudul “Tingkat Pencegahan dan Pengetahuan Osteoporosis pada Wanita

Menopause di Wilayah Puskesmas Arjuno Malang”. Uji validitas ulang ini

dimaksud agar pertanyaan yang dimuat dalam kuesioner dapat

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji

validitas ulang dalam penelitian ini menggunakan content validity yang akan

dilakukan oleh pakarnya Prof. Dr. KRMT. Tedja DO., dr., Sp.OG(K).

I. CARA KERJA

Penelitian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

1. Peneliti meminta surat izin penelitian ke bagian skripsi yang ditujukan ke

penanggung jawab Kelurahan Jebres Surakarta untuk melakukan penelitian

di daerah tersebut.

2. Setelah mendapatkan izin, peneliti mendapatkan surat pengantar yang dapat

dipergunakan dalam pembagian kuesioner pada berbagai acara warga yang

memiliki keterkaitan dengan sampel yang diperlukan dalam penelitian.

3. Kemudian peneliti memilih dan memastikan responden memenuhi kriteria

inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi untuk dapat dimasukkan dalam

sampel.

4. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisis

data yang telah dipilih.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

J. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN

1. Variabel Bebas : Tingkat pengetahuan wanita pre-menopause tentang

osteoporosis.

2. Variabel Terikat : Perilaku wanita pre-menopause terhadap pencegahan

osteoporosis.

K. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

1. Pengetahuan tentang osteoporosis yang dimaksud pada penelitian ini adalah

segala sesuatu yang telah diketahui oleh wanita pre-menopause (usia 40-50

tahun) tentang osteoporosis meliputi pengertian, gejala, penyebab, dan

pencegahan osteoporosis di Kelurahan Jebres Surakarta. Pengukuran

dilakukan dengan instrumen angket / kuesioner dan hasilnya didasarkan

pada kriteria baik (76-100%), cukup (60-75%), dan kurang baik (0-59%).

Skala: Kategorikal

2. Perilaku wanita pre-menopause yang dimaksud peneliti adalah tindakan

wanita pre-menopause (usia 40-50 tahun) dalam rangka mencegah

terjadinya osteoporosis yaitu dengan olah raga, konsumsi kalsium, vitamin

D serta menghindari kebiasaan merokok. Pengukuran perilaku dilakukan

dengan instrumen angket/kuesioner berbentuk check list dan hasilnya

didasarkan pada kriteria baik (76-100%), cukup (60-75%), dan kurang baik

(0-59%).

Skala: Kategorikal

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

3. Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan masa tulang

yang berisiko terjadi patah tulang.

4. Wanita pre-menopause adalah wanita yang berumur 40-50 tahun yang

belum mengalami menopause.

L. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Uji normalitas sebaran sampel dengan menggunakan Kolmogorov-

Smirnov, karena jumlah sampel >50 orang.

2. Dalam analisis hubungan pengetahuan osteoporosis dan perilaku

pencegahan osteoprosis dengan menggunakan uji Chi Kuadrat (Chi-

Square), untuk melihat kekuatan hubungan dengan menggunakan koefisien

kontingensi dengan derajat kepercayaan 95% dan nilai kemaknaan

hubungan p (tingkat signifikansi α = 0,05) dilakukan melalui program SPSS

for Windows Release 20.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan yaitu

di Kelurahan Jebres Surakarta mulai bulan April-Juni 2012. Jumlah sampel yang

didapatkan sesuai dengan besar sampel yang telah ditetapkan dan sesuai dengan

kriteria yaitu 60 responden. Data diambil dengan menggunakan instrumen

berupa kuesioner untuk mengetahui pengetahuan tentang osteoporosis dan

perilaku pencegahan osteoporosis. Pengambilan data dilaksanakan pada

pertemuan kader, kunjungan ke posyandu, dan secara langsung mengunjungi

rumah responden yang telah disesuaikan dengan kriteria inklusi. Peneliti telah

menjelaskan terlebih dahulu tentang garis besar pengisian angket kepada

responden. Saat pengisian angket, peneliti menunggu responden dan memberi

penjelasan jika ada pertanyaan yang tidak dimengerti responden.

Pada Bab ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian yang telah

dilakukan pada tiap variabel dalam penelitian pada wanita pre menopause yang

meliputi pengetahuan tentang osteoporosis, perilaku pencegahan osteoporosis

serta tentang hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan

osteoporosis pada wanita pre menopause. Hasil penelitian disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian diinterpretasikan sesuai data tersebut.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

A. KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN

Karakteristik sampel penelitian yang diperoleh dengan kuesioner pada

penelitian ini didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel. Tabel tersebut

menunjukkan karakteristik sampel penelitian menurut usia (Tabel 4.1),

pekerjaan (Tabel 4.2), pendidikan (Tabel 4.3), tingkat pengetahuan osteoporosis

(Tabel 4.4), dan perilaku pencegahan osteoporosis (Tabel 4.4).

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Bedasarkan Usia

No Usia Frekuensi (f) Prosentase

1 40 – 45 tahun 26 43,3%

2 46 – 50 tahun 34 56,7%

Jumlah 60 100%

(Data Primer, 2012)

0

10

20

30

40

40-45 tahun 46-50 tahun

26

34

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Berdasarkan data yang telah diperoleh (Tabel 4.1) didapatkan bahwa

sebagian besar (56,7%) responden berusia antara 46-50 tahun dan hampir

setengahnya (43,3%) responden berusia antara 40-45 tahun.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Bedasarkan Status Pekerjaan

No Status Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase

1 Ibu Rumah Tangga (RT) 35 58,3%

2 Wiraswasta 19 31,6%

3 PNS 4 6,7%

4 POLWAN 1 1,7%

5 Pemuka Agama 1 1,7%

Jumlah 60 100%

(Data Primer, 2012)

0

10

20

30

40

Status Pekerjaan

35

19

41 1

Ibu RumahTangga

Wiraswasta

PNS

POLWAN

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Pada tabel 4.2 data yang telah diperoleh didapatkan bahwa sebagian

besar (58,3%) responden tidak bekerja dan hampir setengahnya (41,7%)

responden bekerja.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Bedasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi (f) Prosentase

1 SMA 48 80%

2 Perguruan Tinggi 12 20%

Jumlah 60 100%

(Data Primer, 2012)

48

120

102030405060

Pendidikan

SMA

PerguruanTinggi

Berdasarkan data yang telah diperoleh pada tabel 4.3 didapatkan

bahwa hampir seluruhnya (80%) responden berpendidikan SMA dan sebagian

kecil (20%) responden berpendidikan perguruan tinggi.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Wanita Pre-Menopause

tentang Osteoporosis.

No Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase

1 Kurang Baik 1 1,7%

2 Cukup Baik 10 16,7%

3 Baik 49 81,6%

Jumlah 60 100%

(Data Primer, 2012)

49

10 1

Baik

Cukup baik

Kurang baik

Pada tabel 4.4 dengan data yang telah diperoleh didapatkan bahwa

hampir seluruhnya (81,6%) responden mempunyai pengetahuan baik tentang

osteoporosis, sebagian kecil (16,7%) responden mempunyai pengetahuan cukup

baik dan sisanya 1,7% responden memiliki pengetahuan kurang baik tentang

osteoporosis.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan Wanita Pre-Menopause

terhadap Osteoporosis.

No Perilaku Pencegahan Frekuensi (f) Prosentase

1 Kurang Baik 12 20%

2 Cukup Baik 32 53,3%

3 Baik 16 26,7%

Jumlah 60 100%

(Data Primer, 2012)

16

32

12

Baik

Cukup baik

Kurang baik

Berdasarkan data yang telah diperoleh (Tabel 4.5) didapatkan bahwa

hampir seluruhnya (53,3%) responden mempunyai perilaku cukup baik tentang

osteoporosis, sebagian kecil (26,7%) responden mempunyai perilaku baik dan

sisanya 20% responden memiliki perilaku kurang baik terhadap pencegahan

osteoporosis.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

B. ANALISIS BIVARIAT

Hasil uji normalitas skor tingkat pengetahuan Osteoporosis dan

perilaku pencegahan Osteoporosis dengan menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov karena jumlah sampel >50, dalam hal ini menunjukkan bahwa

keduanya tidak terdistribusi normal. Skor tingkat pengetahuan osteoporosis

memiliki p = 0,000 dan skor perilaku pencegahan osteoporosis memiliki p =

0,000.

Tabel 4.6 Nilai Normalitas Data Primer

Skala ukur Skor normalitas Kesimpulan

Umur Responden 0,000 Sebaran data tidak normal

Pekerjaan Responden 0,000 Sebaran data tidak normal

Pendidikan

Responden

0,000 Sebaran data tidak normal

Tingkat Pengetahuan 0,000 Sebaran data tidak normal

Perilaku Pencegahan 0,000 Sebaran data tidak normal

(Data Primer, 2012)

Karena keduanya tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji non-

parametrik Chi-Square (X2) untuk mengetahui apakah ada hubungan antara skor

tingkat pengetahuan osteoporosis dan perilaku pencegahan osteorprosis. Dari

hasil perhitungan didapatkan X2 hitung sebesar 15,697. Setelah itu dilanjutkan

dengan menentukan X2 tabel dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, a =

5%, df = (jumlah baris-1) x (jumlah kolom-1) = (3-1) x (3-1) = 2x2 = 4. Hasil

diperoleh untuk X2 tabel sebesar 9,488 (lihat pada lampiran). Kriteria pengujian

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

didapatkan bahwa H0 ditolak karena nilai X2 hitung > X2 tabel yaitu 15,697 >

9,488. Hasil ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

skor tingkat pengetahuan osteoporosis dengan perilaku pencegahan osteoporosis.

Tabel 4.7 Tabel BxK, Variabel Tingkat Pengetahuan * Variabel Perilaku

Pencegahan

Tingkat Pengetahuan Perilaku Pencegahan

Total Kurang Cukup Baik

Kurang 3 4 5 12

Cukup 3 13 6 22

Baik 0 6 20 26

Total 6 23 31 60

(Data Primer, 2012)

Tabel 4.8 Hasil uji Chi-Square

Value Df Signifikansi

Pearson Chi-

Square

15,697 4 0,003

Likelihood Ratio 17,504 4 0,002

Linear-by-linear

Association

9,459 1 0,002

N of Valid Cases 60

(Data Primer, 2012)

Setelah itu Koefisien Kontingensi (KK) digunakan untuk mengetahui

keeratan hubungan antara variabel baris dan kolom. Dalam kasus ini untuk

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

mengetahui keeratan hubungan antara pengetahuan osteoporosis dengan perilaku

pencegahan osteoporosis dapat diamati pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hasil Koefisiensi Kontingensi

Value Signifikansi

Koefisiensi

Kontingensi

0,455 0,003

N of Valid Cases 60

(Data Primer, 2012)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai kontingensi adalah

0,455. Kriteria hubungan antarvariabel adalah bahwa semakin mendekati nilai 1,

maka hubungan yang terjadi semakin erat, dan jika mendekati 0 maka hubungan

semakin lemah. Karena nilai mendekati 1 maka pada penelitian ini terdapat

hubungan yang erat antara variabel tingkat pengetahuan osteoporosis dan

perilaku pencegahan osteoporosis.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan

tentang osteoporosis dengan perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita pre-

menopause dengan mengkaji tingkat pengetahuan 60 responden wanita di

Kelurahan Jebres Surakarta terhadap osteoporosis meliputi pengertian, gejala,

penyebab, dan pencegahan osteoporosis serta perilaku wanita pre-menopause

untuk pencegahan osteoporosis meliputi olahraga, konsumsi kalsium, vitamin D

dan menghindari kebiasaan merokok. Pada penelitian ini telah terdapat

instrumen baku sebagai acuan penyusunan angket pada variabel pengetahuan

dan perilaku berdasarkan berupa angket dalam skripsi yang berjudul “Tingkat

Pencegahan dan Pengetahuan Osteoporosis pada Wanita Menopause di Wilayah

Puskesmas Arjuno Malang” oleh Inung Sholikha, Ns.Kep. Serta tetap dilakukan

uji validitas ulang pada angket oleh Prof. DR. KRMT. Tedja DO., dr.,

Sp.OG(K).

Dalam Bab ini, akan dibahas mengenai interpretasi hasil analisis data

penelitian dan keterbatasan penelitian. Interpretasi hasil penelitian dilakukan

dengan membandingkan hasil penelitian dengan tinjauan pustaka dan hasil

penelitian yang relevan. Kemudian untuk keterbatasan penelitian dibahas dengan

membandingkan proses penelitian yang telah dilalui dengan kondisi ideal yang

seharusnya dicapai juga di dalamnya terdapat implikasi penelitian yang

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

diuraikan bagi pengembangan lebih lanjut pelayanan kesehatan, masyarakat, dan

penelitian. Berikut ini akan dibahas satu per satu.

A. HASIL ANALISIS DATA

1. Pengetahuan Wanita Pre-Menopause tentang Osteoporosis

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa total pengetahuan yang

dimiliki wanita pre menopause tentang osteoporosis, dari 60 responden

didapatkan bahwa hampir seluruhnya (81,6%) responden mempunyai

pengetahuan baik tentang osteoporosis, sebagian kecil (16,7%)

responden mempunyai pengetahuan cukup baik dan sisanya 1,7%

responden memiliki pengetahuan kurang baik tentang osteoporosis..

Pengetahuan dengan kriteria baik yang diperoleh hampir seluruh

responden bisa dipengaruhi oleh faktor informasi yang diterima baik

secara formal maupun informal. Dapat juga merupakan sesuatu yang

berkenaan dengan bahan yang telah dipelajari sebelumnya atau

mengingatkan kembali (recall) dan pengetahuan dipengaruhi oleh latar

belakang pendidikan, usia, pengalaman, sosial budaya dan sosial

ekonomi (Sudirman, 1998). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

berdasarkan Tabel 4.3, yaitu tentang distribusi frekuensi karakteristik

responden berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden

berpendidikan SMA. Melalui jenjang pendidikan formal tersebut,

responden akan mendapatkan pengetahuan atau informasi tentang suatu

obyek dalam hal ini kesehatan wanita terutama osteoporosis.

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Responden akan mendapatkan informasi atau pengetahuan baru baik

dari jenjang pendidikan maupun secara mandiri, salah satu cara

mendapatkan pengetahuan yaitu dengan pendidikan formal melalui

sekolah dan pendidikan non formal melalui jenjang luar sekolah, seperti

pendidikan pelatihan, kursus, tukar pikiran, belajar melalui buku serta

media komunikasi yang menunjang. Begitu juga bahwa semakin

terdidiknya seseorang maka semakin baik pengetahuannya tentang

kesehatan dan sebaliknya (Friedman, 1998).

Hasil penelitian ini juga ditunjang dengan hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh Inung Sholikha, Ns.Kep, bahwa 93% responden

juga memiliki pengetahuan baik tentang osteoporosis (Inung, 2005).

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal telah dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan (Notoatmojo, 2003).

Faktor usia dapat berpengaruh terhadap pengetahuan (Sudirman,

1998). Responden dalam penelitian ini telah dikarakteristikkan umur

40 sampai dengan 50 tahun dalam hal ini termasuk usia madya dini dan

masih dalam usia produktif. Pada usia madya, individu akan lebih

berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih

banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri

menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak

menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual,

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak

ada penurunan pada usia ini (Hurlock, 1994). Adanya faktor lingkungan

pekerjaan akan mendukung penyebaran informasi serta tuntutan

menjaga kesehatan fisik di lingkungan sosial kerja mendorong sebagian

besar responden menambah wawasan dan pengetahuan tentang

osteoporosis.

Dari hasil penelitian ini masih didapatkan sebagian kecil dari

responden memiliki pengetahuan tentang osteoporosis dengan kriteria

cukup ataupun kurang. Hal ini dapat terjadi oleh karena kemungkinan

tidak adekuatnya informasi yang diterima oleh responden sehingga

kemampuan untuk memahami arti suatu bahan yang kemudian

menafsirkannya pada suatu situasi yang kongkrit masih belum

sempurna yaitu dalam kategori cukup baik dan kurang baik.

Berdasarkan keterangan dari responden, selama ini belum pernah

dilakukan penyuluhan secara khusus oleh petugas kesehatan dari

instansi terkait tentang osteoporosis dan pencegahannya. Responden

lebih banyak memperoleh informasi secara mandiri.

Fenomena yang seringkali terjadi di masyarakat, wanita pre-

menopause hanya melakukan obrolan singkat, penjelasan minimal dan

hanya mencoba-coba tanpa timbul dorongan atau motif berbuat sesuatu.

Permasalahan seringkali dianggap belum saatnya diketahui sehingga

berlalu begitu saja tanpa dikenal dan dianggap penting jika usia sudah

lanjut (Lane, 2003).

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

2. Perilaku Pencegahan Osteoporosis pada Wanita Pre Menopause

Dari hasil penelitian pada Tabel 4.5 didapatkan bahwa hampir

sebagian besar (53,3%) responden mempunyai perilaku cukup baik

tentang pencegahan osteoporosis, sebagian kecil (26,7%) responden

mempunyai perilaku baik dalam pencegahan osteoporosis, dan sisanya

20% responden memiliki perilaku kurang baik terhadap pencegahan

osteoporosis.

Perilaku pencegahan osteoporosis yang dilakukan responden

sebagian besar masih tergolong cukup dan hanya sebagian kecil

responden mempunyai perilaku dengan kriteria baik. Perilaku ini dapat

dipengaruhi oleh konsistensi informasi yang dimiliki wanita pre

menopause masing-masing berbeda. Jika informasi yang dimiliki

kurang memadai dan bersifat sementara maka tidak dapat menjadi

landasan yang kuat yang mendukung tindakan secara optimal (Azwar,

1998).

Begitu pula hasil penelitian yang didapatkan pada penelitian lain

dengan 61,4% responden melakukan perilaku pencegahan osteoporosis

dengan kriteria cukup. Meskipun perilaku pencegahan osteoporosis

yang dilakukan wanita pre menopause sebagian besar masih tergolong

cukup dan hanya sebagian kecil yang tergolong baik tetapi tetap sesuai

dengan yang diharapkan yaitu responden telah melakukan tindakan

pencegahan osteoporosis meskipun belum optimal (Inung, 2005). Hal

ini didukung dengan data hasil penelitian yaitu rata-rata responden telah

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

melakukan perilaku pencegahan dengan kriteria baik dalam hal tidak

merokok dan mendapat vitamin D yang cukup serta telah melakukan

perilaku pencegahan dalam hal kebutuhan kalsium dengan rata-rata

kriteria cukup baik.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku tersebut akan

bersifat langgeng apabila didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan

sikap yang positif. Selain pengetahuan, perilaku juga dipengaruhi oleh

emosi, motivasi, sikap dan faktor lingkungan yang kemungkinan lebih

dominan pengaruhnya sehingga perilaku yang dilakukan belum optimal

meskipun pengetahuan yang dimiliki sudah baik. Faktor lain yang

berpengaruh adalah fasilitas, merupakan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan untuk terwujudnya tindakan/perbuatan

nyata (Notoatmojo, 2003).

Dari hasil penelitian masih didapatkan sebagian kecil perilaku

pencegahan osteoporosis yang dilakukan masih kurang baik.

Kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, emosi, motivasi,

sikap, dan faktor lingkungan yang juga kurang adekuat. Pengetahuan

yang dimiliki belum berpengaruh dalam jangka waktu menengah

(intermediate impact) terhadap timbulnya perilaku pencegahan yang

dilakukan (Notoatmojo, 2003). Kepercayaan yang dimiliki tidak

terpolakan dalam pikiran sehingga tidak dapat menjadi landasan

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

pengetahuan yang kuat bagi terbentuknya tindakan yang positif (Azwar,

2002).

Faktor usia juga berpengaruh, pada usia 40-50 tahun termasuk

usia menghadapi menopause dimana gejala menopause mulai dirasakan.

Adanya faktor emosi pada diri wanita dapat berpengaruh terhadap

perilaku. Perubahan fisik disertai dengan perubahan pikiran dan emosi

dapat menimbulkan stres dan berhubungan erat dengan keadaan jasmani

individu (Yatim, 2001). Masalah kesehatan pada usia madya mencakup

kecenderungan untuk mudah lelah, sakit pada otot, kepekaan kulit,

kehilangan selera makan, serta insomnia. Sehingga pada usia madya

wanita lebih banyak menggunakan waktu untuk menonton pertandingan

olah raga daripada aktif dalam olah raga itu sendiri (Hurlock, 1994).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tentang perilaku pencegahan

osteoporosis dengan olah raga, didapatkan bahwa rata-rata responden

memiliki kriteria kurang dalam melakukan senam/olah raga untuk

pencegahan osteoporosis.

3. Hubungan Pengetahuan tentang Osteoporosis dengan Perilaku

Pencegahan Osteoporosis pada Wanita Pre Menopause

Berdasarkan hasil analisis yaitu hubungan pengetahuan tentang

osteoporosis dengan perilaku pencegahan osteoporosis, disimpulkan

bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang osteoporosis dengan

perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita pre menopause di

Wilayah Puskesmas Ngoresan Kelurahan Jebres Surakarta.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Menurut teori dijelaskan bahwa perilaku dimulai dari domain

pengetahuan/kognitif dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap

stimulus yang berupa materi dan objek di luarnya. Pengetahuan akan

berpengaruh terhadap perilaku dan perilaku akan dapat langgeng jika

dilandasi oleh pengetahuan (Notoatmojo, 2003). Penelitian lain yang

berkaitan dengan masalah osteoporosis yang telah dilakukan oleh Ali

NS (1992) pada wanita post-menopause didapatkan bahwa perilaku

pencegahan osteoporosis mempunyai korelasi yang bermakna dengan

pengetahuan.

Pada hasil penelitian ini, ditemukan hubungan antara

pengetahuan dengan perilaku pencegahan osteoporosis. Hal ini

didukung dari data hasil penelitian pada tabel kontingensi bahwa

terdapat hubungan antara teori dengan hasil penelitian.

Hasil dari penelitian kali ini sebanding dengan penelitian

sebelumnya dalam “Tingkat Pencegahan dan Pengetahuan Osteoporosis

Pada Wanita Menopause di Wilayah Puskesmas Arjuno Malang”,

meskipun pada penelitian Inung Sholikha belum mendapatkan hasil

yang optimal, dimungkinkan karena perbedaan lokasi penelitian yang

melibatkan perbedaan pengetahuan yang diberikan oleh pihak

pelayanan kesehatan dalam hubungan dengan osteoporosis. Juga akibat

daerah yang dipilih untuk penelitian sebelumnya merupakan daerah

terpencil yang jauh dari jangkauan informasi secara luas.

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Pengetahuan dapat menimbulkan perilaku baru untuk waktu

relatif lama. Pengetahuan sebagai hasil memperoleh informasi dapat

berpengaruh terhadap timbulnya perilaku sebagai dampak jangka

menengah (intermediate impact). Informasi yang tidak adekuat dan

bersifat sementara tidak dapat menjadi landasan yang kuat untuk

mendukung perilaku. Informasi/pengetahuan akan lebih bersifat

permanen bila didapatkan dari pendidikan daripada perolehan

pengetahuan dengan cara lain seperti informal dan mandiri

(Notoatmojo, 2003).

Adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi faktor predisposisi

selain pengetahuan yang kemungkinan lebih dominan yaitu sikap,

kepercayaan, emosi, motivasi dan tradisi di mana faktor tersebut tidak

diteliti pada penelitian ini. Perilaku merupakan konsep yang tidak

sederhana, sesuatu yang kompleks, yaitu suatu pengorganisasian proses

psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk

melakukan respon menurut cara tertentu terhadap suatu objek

(Notoatmojo, 2003).

Perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh

kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang

diinginkan, dan kurang berdasar pada pengetahuan (Notoatmojo, 2003).

Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil

tindakan pencegahan, meskipun gangguan kesehatan sama. Hal ini

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

didasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain

untuk menghadapi gangguan.

Adanya stimulus (objek) akan menimbulkan pengetahuan baru

yang selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap. Faktor

emosi, keyakinan dan berfikir mempunyai peranan penting dalam

terbentuknya sikap. Stimulus juga dapat memberikan respon yang lebih

jauh lagi yaitu tindakan/perilaku. Namun demikian di dalam kenyataan

stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan

tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau bertingkah laku baru

tanpa mengetahui terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang

diterimanya. Dengan kata lain tindakan (practice) seseorang tidak harus

dilandasi oleh pengetahuan atau sikap (Notoatmojo, 2003).

Tradisi juga berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku. Hal

ini didukung dari hasil wawancara tidak terstruktur dengan responden,

bahwa sebagian masyarakat menganggap salah satu tindakan

pencegahan osteoporosis seperti senam/olah raga tidak sesuai dengan

tradisinya karena dianggap kurang sopan dan melakukan gerakan-

gerakan tubuh tertentu yang semestinya diharamkan. Sehingga

pencegahan-pencegahan osteoporosis tertentu tidak dapat dilakukan.

Motivasi/dorongan dari masyarakat untuk melakukan perilaku

pencegahan juga berpengaruh. Motivasi yang kurang menyebabkan

seseorang tidak melakukan tindakan tertentu untuk pencegahan. Hal ini

juga dipengaruhi oleh tersedianya waktu. Berdasarkan keterangan

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

responden dari wawancara tidak terstruktur didapatkan bahwa

meskipun responden telah memiliki pengetahuan tentang osteoporosis,

namun karena tidak ada waktu luang untuk melakukan perilaku

pencegahan osteoporosis terutama dalam melakukan senam/olah raga

karena kesibukan bekerja. Hal ini didukung oleh data hasil penelitian

pada Tabel 4.2 bahwa hampir separuh (41,7%) responden bekerja.

Faktor yang kedua adalah anabling factor yaitu ketersediaan

sumber/fasilitas yang memadai. Dalam penelitian ini berkaitan dengan

tempat/pusat informasi yang dapat dimanfaatkan masyarakat dalam hal

informasi tentang osteoporosis dan koordinasi langkah melakukan

tindakan pencegahan osteoporosis, dalam kenyataannya belum

didapatkan penyuluhan karena masih merupakan rencana penyuluhan

pada posyandu lansia yang didapatkan di lingkungan sekitar

masyarakat.

Berdasarkan tindakan yang belum terlaksana berupa

penyuluhan tentang osteoporosis dan pencegahannya dari tenaga

kesehatan ke masyarakat untuk menguatkan pengetahuan dan perilaku.

Sehingga responden tidak optimal dalam menerima informasi dan

dalam melakukan perilaku pencegahan osteoporosis. Sehingga faktor

yang kemungkinan berpengaruh adalah reinforcing factor (sikap dan

perilaku petugas). Bentuk reinforcing factor dapat seperti pemberian

penyuluhan dan perilaku pencegahan yang dapat dilakukan

(Notoatmojo, 2003).

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan

karena adanya beberapa keterbatasan penelitian yang terletak pada variabel

pengetahuan, tempat penelitian, jumlah sampel, metode pengukuran perilaku dan

angket penelitian.

Pada variabel bebas peneliti hanya meneliti salah satu dari faktor intern

yang mempengaruhi perilaku. Pada tempat penelitian, karena besarnya populasi

yang ada di Wilayah Puskesmas Ngoresan, menyebabkan pengambilan sampel

didasarkan pada populasi target (yang dapat dijangkau peneliti) menggunakan

salah satu kelurahan yang ada di wilayah tersebut yang mempunyai karakteristik

hampir sama. Hal ini bertujuan agar jumlah sampel yang diperoleh dapat lebih

representatif, sehingga hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan tentang

osteoporosis dengan perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita pre

menopause, hanya berlaku bagi Kelurahan Jebres khususnya daerah Surya yang

ada di Wilayah Puskesmas Ngoresan Surakarta dan tidak berlaku secara

menyeluruh di semua Wilayah Puskesmas Ngoresan. Pengukuran pada variabel

perilaku hanya menggunakan metode angket/kuesioner, tidak dilakukan cross

check dengan cara observasi karena luasnya tempat penelitian, besarnya sampel,

dan keterbatasan waktu dan biaya, sehingga hasil data yang diperoleh kurang

objektif.

Dengan keterbatasan-keterbatasan ini dan hasil penelitian yang memiliki hubungan

maka disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk lebih mengungkapkan

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku selain pengetahuan yaitu

persepsi, motivasi, emosi, dan sikap ataupun faktor eksternal lainnya.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan data yang telah disajikan dalam Bab sebelumnya beserta

analisis dan interpretasinya, maka dapat di simpulkan bahwa:

1. Tingkat pengetahuan wanita pre-menopause tentang osteoporosis

Pengetahuan wanita pre-menopause tentang osteoporosis yang

meliputi pengertian, gejala, penyebab dan pencegahan osteoporosis

berdasarkan data yang telah diperoleh didapatkan bahwa hampir

seluruhnya (81,6%) responden mempunyai pengetahuan baik tentang

osteoporosis, sebagian kecil (16,7%) responden mempunyai pengetahuan

cukup baik dan sisanya 1,7% responden memiliki pengetahuan kurang

baik tentang osteoporosis.

2. Perilaku pencegahan wanita pre-menopause terhadap osteoporosis

Perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita pre-menopause

berdasarkan data yang telah diperoleh didapatkan bahwa hampir

seluruhnya (53,3%) responden mempunyai perilaku cukup baik tentang

osteoporosis, sebagian kecil (26,7%) responden mempunyai perilaku baik

dan sisanya 20% responden memiliki perilaku kurang baik terhadap

pencegahan osteoporosis.

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

3. Hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan

Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang osteoporosis

dengan perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita pre menopause di

Wilayah Puskesmas Ngoresan, Kelurahan Jebres, Surakarta.

B. SARAN

1. Untuk Masyarakat

Masyarakat khususnya wanita pre menopause (usia 40-50 tahun)

hendaknya dapat mempertahankan pengetahuan karena hampir

seluruhnya mempunyai kriteria baik dan sebaiknya perlu meningkatkan

perilaku pencegahan osteoporosis agar lebih optimal. Meningkatkan

perilaku dapat dilakukan dengan cara mencari berbagai informasi

tentang pencegahan osteoporosis secara lebih lengkap terutama dalam

hal manfaat melakukan pencegahan osteoporosis karena dari hasil

penelitian sebagian besar belum melakukan pencegahan secara optimal.

2. Untuk Tenaga Kesehatan

Melakukan promosi kesehatan (health promotion). Pendidikan

kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup

yang berkaitan dengan pencegahan osteoporosis. Dalam pemberian

informasi-informasi tentang kesehatan diperlukan komunikasi.

Komunikasi diperlukan untuk mengkondisikan faktor prediposisi.

Adanya tradisi, kepercayaan yang negatif tentang tidakan tertentu,

kurang kuatnya landasan pengetahuan yang dimiliki tentang suatu

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

penyakit. Untuk berkomunikasi yang efektif, para petugas kesehatan

perlu dibekali ilmu komunikasi, termasuk media komunikasinya

Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat. Untuk

memperoleh perubahan perilaku yang diharapkan secara efektif

diperlukan sumber-sumber dan fasilitas yang memadai. Sumber-sumber

dan fasilitas tersebut dapat digali dan dikembangkan dari masyarakat itu

sendiri. Misalnya dengan cara membentuk senam kelompok khusus

untuk pencegahan osteoporosis, dan mendatangkan pembicara dari

tenaga ahli yang berkaitan dengan penyakit dalam program penyuluhan

kesehatan. Para tenaga kesehatan sebaiknya dibekali ilmu

Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat.

Petugas kesehatan sebaiknya menguasai berbagai macam latar

belakang sosial budaya masyarakat yang bersangkutan untuk

melakukan pendekatan perubahan perilaku kesehatan.

3. Untuk Penelitian Selanjutnya

Disarankan kelanjutan penelitian ini tidak hanya terbatas pada

Wilayah Puskesmas Ngoresan Kelurahan Jebres Surakarta tetapi dapat

mewakili seluruh masyarakat Surakarta dengan penelitian yang sama

tetapi variabel bebas meliputi seluruh faktor intern yang mempengaruhi

perilaku (pengetahuan, persepsi, motivasi, emosi, dan sikap). Penelitian

lain yang dapat disarankan peneliti adalah penelitian tentang perbedaan

pengetahuan dan perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita dengan

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TINGKAT .../Hubungan... · kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang terjadi pada wanita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

tingkat pendidikan yang berbeda (SD sampai dengan Perguruan

Tinggi).