perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EVALUASI ... · DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EVALUASI ... · DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KATEGORI RUMAH KOS
DI WILAYAH KECAMATAN JEBRES
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh:
Rindang Sulistiyaningsih
F3408114
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk
(Al-Baqarah : 45).
Hendaklah memulai dengan mengajar diri sendiri sebelum mengajar
orang lain (Ali Abi Thalib Ra).
Kegagalan memang menyakitkan, tetapi jangan menangisi kegagalan
itu telalu lama, sesungguhnya ada hikmah dari semua itu dan ada
rencana lain dari Allah SWT, Semangat! (penulis).
Percayalah pada diri sendiri karena akan memberikan kepuasan
terhadap apa yang kita lakukan dan kerjakan (penulis).
Jika kamu keras dan tegas padaku maka kehidupan akan lunak
padamu, sebaliknya jika kamu lunak padaku maka kehidupan akan
keras padamu (Widi Kiswanto).
Penulis persembahkan kepada:
Bapak dan Ibuku Tercinta yang selalu mendoakan dan menyayangiku.
Mas Budi, Mbak Fitri, Suryo dan keponakanku Khalilla.
Seseorang yang selalu memberiku motivasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Almamaterku.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-NYA tidak lupa sholawat serta salam selalu kita ucapkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada
kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KATEGORI RUMAH KOS DI
WILAYAH KECAMATAN JEBRES” dengan baik.
Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai
derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,
penulis tidak dapat menyelesaikan laporan dengan baik. Untuk itu perkenankanlah
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karunia-NYA.
2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
3. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi DIII Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
4. Sri Suranta, S.E, M.Si., Ak., BKP. selaku Ketua Program Studi Perpajakan DIII
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Arum Kusumaningdyah Adiati, S.E., M.M., Ak. selaku Pembimbing Tugas Akhir
yang telah memberi pengarahan selama penyusunan Tugas Akhir.
6. Bapak, Ibu, Mas Budi, Mbak Fitri, Adikku Suryo, serta keponakanku Khalilla yang
telah mendoakan dan banyak memberikan perhatian serta dukungan, baik moril
maupun materiil.
7. Pak Yamto, Bu Eni, Pak Bakrie, Pak Kuswanto, dan seluruh bapak, ibu di bidang
perbendaharaan DPPKA Surakarta.
8. Pak Sigit, Pak Narso, Pak Kus dan semua pegawai UPTD II yang telah dengan
senang hati membantu penulis.
9. Om Arifin dan bulik Intan yang telah mengizinkan penulis tinggal dikostan.
10. Ardhie yang selalu memberiku dukungan serta perhatian, jangan mudah
menyerah dan berlarut-larut dalam kegagalan. Semangat Ngeyel.
11. Teman-teman seperjuangan D3 Perpajakan angkatan 2008.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari masih mempunyai banyak kekurangan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, maka kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan. Semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca
sekalian. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Surakarta, 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
ABSTRACT .............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum DPPKA Surakarta ........................................ 1
1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta ...................... 1
2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi DPPKA Surakarta ...... 6
3. Struktur Organisasi DPPKA Surakarta ................................. 7
4. Deskripsi Tugas Jabatan Struktural....................................... 11
5. Visi dan Misi DPPKA Surakarta ......................................... 16
B. Latar Belakang Masalah ........................................................... 17
C. Perumusan Masalah ................................................................. 19
D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 20
E. Manfaat Penelitian ................................................................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 21
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pemungutan ..................................................... 24
2. Pengertian Pajak ................................................................. 24
3. Fungsi Pajak....................................................................... 25
4. Syarat Pemungutan Pajak ................................................... 25
5. Sistem Pemungutan Pajak .................................................. 26
6. Pengelompokkan Pajak ...................................................... 27
7. Hambatan Pemungutan Pajak ............................................. 28
8. Pengertian Pajak Daerah..................................................... 28
9. Pajak Hotel ........................................................................ 30
10. Pajak Hotel Kategori Rumah Kos ....................................... 30
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Prosedur Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di
Wilayah Kecamatan Jebres Dibandingkan dengan Prosedur
Pemungutan Berdasarkan Perda Nomor 9 Tahun 2002 ........ 32
a. .Prosedur Pemungutan Berdasarkan Perda
Nomor 9 Tahun 2002 .................................................... 32
b. .Prosedur Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos
di Wilayah Kecamatan Jebres ....................................... 36
c. .Hasil Evaluasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel
Kategori Rumah Kos di Wilayah Kecamatan Jebres ...... 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Kendala-Kendala yang dihadapi dalam Proses Pemungutan
Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah
Kecamatan Jebres ........................................................... 46
3. Usaha-Usaha yang dilakukan dalam Optimalisasi Pemungutan
Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah Kecamatan
Jebres .............................................................................. 47
BAB III TEMUAN
A. Kelebihan .............................................................................. 50
B. Kelemahan............................................................................. 51
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................... 53
B. Rekomendasi ......................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1.1 Hasil Pendataan Objek Pajak Hotel Kategori Rumah Kos
di Wilayah Kecamatan Jebres ..................................................... 37
2.2 Daftar Target dan Realisasi Pajak Hotel Kategori Rumah Kos
di Wilayah Kecamatan Jebres dan Pasar Kliwon......................... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
1.1 Struktur Organisasi DPPKA Kota Surakarta ......................... 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan Tugas Akhir
Lampiran 2. Surat Permohonan Magang
Lampiran 3. Surat Konfirmasi Magang dari Dinas
Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Magang
Lampiran 5. Nilai Magang
Lampiran 6. Tanda Terima Kuliah Magang Kerja
Lampiran 7. Jadwal Kegiatan Konsultasi Tugas Akhir
Lampiran 8. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002
Lampiran 9. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
Lampiran 10. Surat Klarifikasi
Lampiran 11. Hasil Pendataan Objek Pajak Hotel Kategori Rumah Kos
di Kecamatan Jebres
Lampiran 12. Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Khusus Rumah Kos Kecamatan
Jebres dan Pasar Kliwon Tahun 2009, Tahun 2010, dan Tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum DPPKA Surakarta
1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta
Sejarah dan perkembangan DPPKA Surakarta tentunya tidak dapat
dipisahkan dengan sejarah Kota Surakarta. Setelah Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan tahun 1946 di
Surakarta terjadi konflik sehubungan adanya pertentangan pendapat (pro
dan kontra) Daerah Istimewa. Hal ini dapat diredam untuk sementara
waktu oleh Pemerintah dengan mengeluarkan Surat Penetapan
Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16/S-D yang menetapkan
Daerah Surakarta untuk sementara sebagai daerah karesidenan dan
dibentuk baru dengan nama Kota Surakarta.
Peraturan yang telah ada tersebut kemudian disempurnakan dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1947 yang
menetapkan Kota Surakarta menjadi Haminte Kota Surakarta. Kota
Surakarta pada waktu itu terdiri dari 5 wilayah kecamatan dan 44
kelurahan, karena 9 kelurahan di wilayah Karanganyar belum diserahkan.
Pelaksanaan penyerahaan 9 kelurahan dari Kabupaten Karanganyar itu
baru terlaksana pada tanggal 9 September 1950. Pelaksana teknis
pemerintah Haminte Kota Surakarta terdiri atas jawatan. Jawatan tersebut
antara lain Jawatan Sekretariat Umum, Keuangan, Pekerjaan Umum,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Sosial, Kesehatan, Perusahaan P.D.& K, Pamong Praja, dan jawatan
Perekonomian Penerimaan Pendapatan Daerah pada waktu itu diurusi
oleh Jawatan Keuangan. Dengan dikeluarkannya keputusan DPRDS Kota
Besar Surakarta Nomor 4 Tahun 1956 tentang Perubahan Struktur
Pemerintahan, maka Jawatan Umum diganti menjadi Dinas Pemerintahan
Umum yang terbagi dalam urusan-urusan dan setiap urusan-urusan
tersebut terbagi lagi dalam bagian-bagian. Dengan adanya perubahan
tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk penanganan pajak sebagai
pendapatan daerah yang sebelumnya ditangani oleh Jawatan Keuangan
kini ditangani lebih khusus oleh Urusan Pajak.
Berdasar Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta
tanggal 23 Februari 1970 Nomor 259/X.10/Kp.70 tentang Struktur
Organisasi Kotamadya Surakarta termasuk Dinas Kepentingan Umum
diganti menjadi bagian dan bagian itu membawahi urusan-urusan
sehingga dalam Dinas Pemerintahan Umum, Urusan Pajak diganti
menjadi Bagian Pajak. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala
Daerah Kotamadya Surakarta tanggal 30 Juni 1972 Nomor
162/Kep/Kdh.IV/Kp.72 tentang Penghapusan Bagian Pajak dari Dinas
Pemerintahan Umum karena bertalian dengan pembentukan Dinas Baru.
Dinas baru tersebut adalah Dinas Pendapatan Daerah atau DIPENDA.
Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang
berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota. Pada
saat itu Dinas Pendapatan Daerah dibagi menjadi empat seksi, yaitu Seksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Umum, Seksi Pajak Daerah, Seksi Pajak Pusat/Propinsi yang diserahkan
kepada Daerah dan Seksi Doleansi/P3 serta Retribusi dan Leges. Masing-
masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam menjalankan
tugasnya langsung di bawah pimpinan dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas Pendapatan Daerah.
Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah waktu itu adalah sebagai
pelaksana Walikota di bidang perencanaan, penyelenggaraan, dan
kegiatan di bidang pengelolaan sektor-sektor yang merupakan sumber
pendapatan daerah. Berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 11
Tahun 1957 tentang Pajak Daerah, terdapat 13 macam Pajak Daerah di
Kota Surakarta yang wewenang pemungutan dan pengelolaannya ada
pada DIPENDA. Tetapi saat itu baru 4 macam Pajak Daerah yang
dijalankan dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, yaitu dapat
disebutkan sebagai berikut:
a. Pajak Pertunjukan yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1
Tahun 1992.
b. Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 11
Tahun 1971.
c. Pajak Anjing yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 54 Tahun
1953.
d. Pajak Penjualan Minuman Keras yang diatur dalam Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 1971.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Disamping itu DIPENDA juga bertugas mengelola Pajak Negara
yang diserahkan kepada daerah, yaitu sebagai berikut:
a. Pajak Potong Burung yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 6
Tahun 1959.
b. Pajak Pembangunan I yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 1960.
c. Pajak Bangsa Asing yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1
Tahun 1970.
d. Pajak Radio yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
1957.
Terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor KUPD
7/12/41-101 Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II
makin memperjelas keberadaan Dinas Pendapatan Daerah disesuaikan
dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 26 Mei 1988 Nomor
473-442 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan
Pendapatan Daerah lainnya telah mengakibatkan pembagian tugas dan
fungsi dilakukan berdasarkan tahapan kegiatan pemungutan pendapatan
daerah yaitu pendataan, pemetaan, pembukuan dan seterusnya. Sistem
dan prosedur tersebut dikenal dengan MAPADA (Manual Pendapatan
Daerah). Sistem ini diterapkan di Kotamadya Surakarta dengan terbitnya
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Dengan berjalannya waktu penataan pemerintahaan Kota Surakarta
kembali mengalami perbaikan, dengan pertimbangan-pertimbangan yang
matang Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1990 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II dirubah
menjadi Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Dalam peraturan baru ini
nama Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) berubah menjadi Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset atau yang sering disebut
dengan DPPKA. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta ini berlaku
mulai tanggal 1 Januari 2009.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Surakarta
melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui
Sekretaris Daerah. Saat ini DPPKA dibagi ke dalam bidang-bidang yang
dipimpin langsung oleh seorang Kepala Dinas. Masing-masing bidang
dipimpin oleh Kepala Bidang (Kabid) yang dalam menjalankan tugasnya
langsung di bawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi DPPKA Surakarta
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah unsur
pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan, dan aset daerah yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota
Surakarta.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Surakarta
mempunyai tugas pokok seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2008 Pasal 34 ayat (2) yaitu menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset
daerah.
Fungsi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Surakarta
antara lain:
a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas.
b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan
pelaporan.
c. Penyelenggaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak dan wajib
retribusi.
d. Pelaksanaan perhitungan, penetapan angsuran pajak dan retribusi.
e. Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta
pendapatan lain.
f. Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi, dan
pendapatan lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
g. Penyelenggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan, dan
akuntansi.
h. Pengelolaan aset barang daerah.
i. Penyiapan penyusunan, perubahan, dan perhitungan anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
j. Penyelenggaraan administrasi keuangan daerah.
k. Penyelenggaraan sosialisasi.
l. Pembinaan jabatan fungsional.
m. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas.
3. Struktur Organisasi DPPKA Surakarta
Struktur organisasi yang baik perlu diterapkan untuk mempermudah
dalam pengawasan manajemen agar pelaksanaan suatu kegiatan dapat
berjalan dengan lancar. Penetapan struktur organisasi yang jelas sangat
diperlukan sesuai dengan bagian masing-masing. Adapun tujuan
disusunnya struktur organisasi adalah sebagai berikut:
a. Mempermudah dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan.
b. Mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahan.
c. Mengkoordinasi kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
d. Menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi dan kegiatan
sehingga mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Surakarta menurut Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun
2008 adalah sebagai berikut:
a. Kepala
b. Sekretariat, membawahkan:
1. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
2. Subbagian Keuangan
3. Subbagian Umum dan Kepegawaian
c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahkan:
1. Seksi Pendaftaran dan Pendataan
2. Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data
d. Bidang Penetapan, membawahkan:
1. Seksi Perhitungan
2. Seksi Penerbitan Surat Ketetapan
e. Bidang Penagihan, membawahkan:
1. Seksi Penagihan dan Keberatan
2. Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain
f. Bidang Anggaran, membawahkan:
1. Seksi Anggaran I
2. Seksi Anggaran II
g. Bidang Perbendaharaan, membawahkan:
1. Seksi Perbendaharaan I
2. Seksi Perbendaharaan II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
h. Bidang Akuntansi, membawahkan:
1. Seksi Akuntansi I
2. Seksi Akuntansi II
i. Bidang Aset, membawahkan:
1. Seksi Perencanaan Aset
2. Seksi Pengelolaan Aset
j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
k. Kelompok Jabatan Fungsional
Dalam struktur organisasi yang baru ini Sekretariat dipimpin oleh
seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas. Sedangkan Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh
seorang Tenaga Fungsional Senior sebagai Ketua Kelompok dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Subbagian masing-masing
dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang bersangkutan. Untuk
bidang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Bidang atau Kabid
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang
bersangkutan.
Gambaran lebih jelas mengenai stuktur organisasi Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta dapat dilihat dalam
gambar 1.1 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Deskripsi Tugas Jabatan Struktural
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas yang cukup berat yaitu
melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan daerah.
Uraian tugas seorang Kepala adalah sebagai berikut:
1) Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan dinas
sesuai dengan Program Pembangunan Daerah,
2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar
tercipta pemerataan tugas,
3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas.
b. Sekretariat
Sekretariat yang posisinya dibawahi langsung oleh Kepala Dinas
mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum, perijinan,
kepegawaian, dan keuangan sesuai dengan kebijakan teknis yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas. Sekretariat juga bertugas untuk
melaksanakan penyusunan rencana strategis dan program kerja
tahunan dinas, mengadakan monitoring, pengendalian, evaluasi, dan
pelaporan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh
Kepala Dinas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Sekretariat membawahi subbagian-subbagian sebagai berikut:
1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
Subbagian ini mempunyai tugas untuk mengumpulkan,
mengolah, dan menyajikan data sebagai bahan penyusunan
rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas. Selain itu
juga bertugas sebagai pelaksana/melaksanakan monitoring,
pengendalian, analisa, evaluasi, dan menyusun laporan hasil
pelaksanaan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas.
2) Subbagian Keuangan
Subbagian ini mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
administrasi keuangan.
3) Subbagian Umum dan Kepegawaian
Subbagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas yang
cukup banyak yaitu melaksanakan urusan surat menyurat,
kearsipan, penggandaan, administrasi perijinan, perjalanan dinas
rumah tangga, pengelolaan barang inventaris, pengaturan
penggunaan kendaraan dinas dan perlengkapannya, hubungan
masyarakat, sistem jaringan dokumentasi, informasi hukum, dan
administrasi kepegawaian.
c. Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi
Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi mempunyai
tugas yang penting yaitu menyelenggarakan pembinaan dan
bimbingan di bidang pendaftaran dan pendataan, dokumentasi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pengolahan data sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh
Kepala Dinas. Bidang Pendaftaran, Pandataan, dan Dokumentasi
membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan pendaftaran,
pendataan, dan pemeriksaan di lapangan terhadap Wajib Pajak
Daerah dan Wajib Pajak Retribusi Daerah.
2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data
Tugas dari Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data adalah
menghimpun, mendokumentasi, menganalisa, dan mengolah
data Wajib Pajak Daerah dan Wajib Pajak Retribusi Daerah.
d. Bidang Penetapan
Bidang Penetapan bertugas menyelenggarakan pembinaan dan
bimbingan di bidang penghitungan, penerbitan Surat Penetapan
Pajak dan Retribusi serta penghitungan besarnya angsuran bagi
pemohon sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh
Kepala Dinas. Bidang Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai
berikut:
1) Seksi Perhitungan
Seksi Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan
penghitungan dan penetapan besarnya pajak dan retribusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan
Seksi Penerbitan Surat Ketetapan mempunyai tugas
menetapkan Surat Ketetapan Pajak, Surat Ketetapan Retribusi,
dan surat-surat ketetapan pajak lainnya.
e. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan mempunyai tugas menyelenggarakan
pembinaan dan bimbingan di bidang penagihan, keberatan, dan
pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain sesuai dengan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang
Penagihan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Penagihan dan Keberatan
Tugas seksi penagihan dan keberatan adalah melaksanakan
penagihan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah, dan sumber
pendapatan lainnya serta melayani permohonan keberatan dan
penyelesaiannya.
2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain
Seksi ini bertugas mengumpulkan data sumber-sumber
penerimaan lain diluar pajak daerah dan retribusi daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
f. Bidang Anggaran
Bidang Anggaran ini bertugas untuk membuat rencana anggaran
penerimaan pajak, retribusi, dan rencana pembelanjaan keperluan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
instansi serta mengatur pengeluaran-pengeluaran dana yang telah
dianggarkan atau direncanakan.
Bidang Anggaran terdiri dari dua seksi yang merupakan satu
kesatuan tim kerja, yaitu sebagai berikut:
1) Seksi Anggaran I
2) Seksi Anggaran II
g. Bidang Perbendaharaan
Bidang Perbendaharaan memegang peranan sebagai pemegang
dana dalam instansi, bidang perbendaharaan dibantu oleh dua
kelompok seksi, yaitu:
1) Seksi Perbendaharaan I
2) Seksi Perbendaharaan II
h. Bidang Akuntansi
Bidang Akuntansi mempunyai tugas sebagai pencatat segala
bentuk kegiatan pendanaan, yang kemudian dibuat laporan sebagai
pertanggung jawaban kepada Kepala Dinas. Bidang Akuntansi
membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Akuntansi I
2) Seksi Akuntansi II
i. Bidang Aset
Bidang Aset bertugas untuk mencatat dan mengelola semua aset
yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Bidang Aset
membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1) Seksi Perencanaan Aset
Seksi ini mempunyai tugas merencanakan dan
mengembangkan semua aset yang dimiliki Pemerintah Daerah
Kota Surakarta sehingga dapat berguna bagi masyarakat dan
pemerintah.
2) Seksi Pengelolaan Aset
Seksi ini bertugas sebagai pelaksana rencana yang telah
dibuat oleh Seksi Perencanaan Aset dan juga sebagai pengelola
aset-aset tersebut.
j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
UPTD mempunyai tugas untuk memungut dan mengelola Pajak
dan Retribusi Daerah Kota Surakarta.
k. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Kepala Dinas pada Cabang Dinas di kecamatan.
5. Visi dan Misi DPPKA Surakarta
1. Visi DPPKA Surakarta
Visi DPPKA Surakarta adalah mewujudkan peningkatan
pendapatan daerah yang optimal untuk mendukung penyelenggaraan
Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Misi DPPKA Surakarta
Misi DPPKA Surakarta adalah sebagai berikut:
1) Menggali sumber pajak dan retribusi tiada henti.
2) Meningkatkan pendapatan daerah tiada kenal menyerah.
3) Mengutamakan kualitas pelayanan ketertiban.
B. Latar Belakang Masalah
Dalam era demokrasi saat ini penyelenggaraan pemerintahan daerah
dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai
dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah
dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Pelaksanaan
otonomi daerah (otda) dicanangkan oleh pemerintah pusat tanggal 1 Januari
2001. Tujuan umum otonomi daerah adalah untuk menghilangkan berbagai
perasaan ketidakadilan pada masyarakat daerah, untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan demokratisasi diseluruh
lapisan masyarakat di daerah (Mubyarto, 2001:187). Dengan pelaksanaan
otonomi daerah memacu setiap daerah untuk meningkat pendapatan daerah
sampai mencapai titik optimal guna membiayai pelaksanaan pembangunan
dan penyelenggaraan pemerintah daerah.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota
Surakarta merupakan instansi pemerintah yang memberikan pelayanan yang
berfungsi sebagai pengelola sumber pendapatan daerah yang bertugas
memantau penerimaan pendapatan daerah berupa pajak dan retribusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pendapatan tersebut merupakan salah satu jenis pajak negara yang
pemungutannya dilakukan daerah, sehingga hasil pemungutannya diserahkan
kepada Pemerintah Daerah Kota Surakarta dan dijadikan Pendapatan Asli
Daerah.
Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (Mohammad
Zain, 2007:13).
Salah satu jenis pajak daerah adalah pajak hotel. Berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel, yang dimaksud dengan
pajak hotel adalah pungutan atas pelayanan yang disediakan hotel. Salah satu
objek pajak hotel adalah fasilitas penginapan. Rumah kos dalam hal ini
dikategorikan sebagai fasilitas penginapan, sehingga rumah kos di pungut
pajak dengan ketentuan jumlah kamar 10 (sepuluh) atau lebih. Tarif yang
dikenakan sebesar 5% dari jumlah pembayaran. Pemungutan pajak hotel
kategori rumah kos menggunakan Self Assessment System. Self Assessment
System yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang (Mardiasmo,
2008:7).
Di Kecamatan Jebres terdapat universitas negeri yang terkenal yaitu
Universitas Sebelas Maret, rumah sakit, dan pabrik sehingga menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
banyaknya rumah kos yang didirikan di Kecamatan Jebres. Dengan asumsi
prospek ke depan yang sangat menjanjikan menjadikan pertumbuhan
pembangunan rumah kos terus meningkat. Hal ini seharusnya meningkatkan
pendapatan daerah. Akan tetapi, pada kenyataannya penerimaan dari pajak
hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres masih di bawah target
yang ditetapkan.
Oleh karena itu, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta selaku perangkat daerah yang bertanggung jawab atas pengelolaan
pajak hotel kategori rumah kos, khususnya Kecamatan Jebres perlu
mengupayakan optimalisasi dalam pemungutan guna mencapai target yang
telah ditetapkan. Besar kecilnya penerimaan pendapatan pajak daerah
terutama pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres
tergantung dari mekanisme pemungutannya. Berdasarkan latar belakang di
atas, penulis ingin mengetahui lebih dalam dengan membuat Tugas Akhir
yang berjudul:
“EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KATEGORI RUMAH KOS
DI WILAYAH KECAMATAN JEBRES.”
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka untuk memudahkan
dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mencoba merumuskan pokok
permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
1. Bagaimanakah prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di
wilayah Kecamatan Jebres dibandingkan dengan prosedur pemungutan
berdasarkan Perda Nomor 9 Tahun 2002?
2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pemungutan pajak hotel
kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres?
3. Usaha-usaha yang dilakukan dalam optimalisasi pemungutan pajak hotel
kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas maka
tujuan dari penelitian di atas adalah:
1. Untuk mengetahui hasil evaluasi prosedur pemungutan pajak hotel
kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres dibandingkan dengan
prosedur pemungutan menurut Perda Nomor 9 Tahun 2002.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pemungutan pajak hotel
kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres.
3. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan untuk mengoptimalkan
pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan
Jebres.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di
bidang perpajakan, khususnya mengenai prosedur pemungutan pajak
hotel kategori rumah kos yang benar dan sesuai dengan Perda yang
berlaku.
2. Bagi Kantor DPPKA Surakarta
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran dan masukan dalam mengoptimalkan pemungutan pajak hotel
kategori rumah kos khususnya di wilayah Kecamatan Jebres.
3. Bagi Pihak Lain
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi
dan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya dengan tema yang
sama.
F. Teknik Analisis Data
1. Obyek penelitian berlokasi di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Aset Kota Surakarta berupa pajak hotel kategori rumah kos
khususnya di wilayah Kecamatan Jebres.
2. Sumber Data:
a) Data Primer
Data Primer yaitu teknik pengumpulan data dalam suatu
penelitian yang diperoleh dari sumber pertama dan biasanya belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
diolah. Sumber data yang digunakan pada data primer berupa urutan
dalam prosedur-prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah
kos di wilayah Kecamatan Jebres.
b) Data Sekunder
Data Sekunder yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh
dari sumber lain atau pihak kedua dan data ini biasanya sudah dalam
keadaan diolah. Data yang digunakan berupa sejarah berdirinya
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta,
struktur organisasinya serta data yang didapat dari petugas
pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan
Jebres.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode yaitu:
a) Observasi
Cara mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian
yang dikaji.
Menurut HB. Sutopo teknik observasi digunakan untuk
menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat, atau
lokasi, dan benda serta rekanan gambar. Observasi dapat dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam penelitian ini penulis melakukan studi pengamatan dan
pencatatan langsung guna mengetahui permasalahan yang terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b) Wawancara
Cara mengumpulkan data melalui wawancara terhadap
narasumber yang mengerti langsung terhadap masalah yang dikaji.
Narasumber di sini berperan sebagai informan.
c) Dokumentasi
Merupakan pencatatan dokumen dari sumber-sumber data yang
tersedia guna mengumpulkan data.
d) Studi Pustaka
Penulis mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku
dan dokumen lainnya yang ada hubungannya dengan pajak hotel
kategori rumah kos.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif.
Dalam analisis kualitatif, terdapat tiga komponen utama yaitu reduksi
data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Ketiga komponen terseut
harus dibuat/dikembangkan, dan selalu terlibat dalam proses analisis,
saling berkaitan, serta menentukan arahan isi dan simpulan (HB. Sutopo,
2006:113).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pemungutan
Pemungutan pajak daerah adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
menghimpun data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak
yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak serta pengawasan
penyetorannya (Kesit Bambang Prakoso, 2003).
2. Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut S. I. Djajadiningrat adalah suatu
kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan
pemerintah dan dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal-balik
secara langsung, digunakan untuk memelihara kesejahteraan umum ( Siti
Resmi, 2004:1).
Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjelaskan bahwa:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3. Fungsi Pajak
Erly Suandy (2002: 13-14) mendefinisikan fungsi pajak yang terdiri
dari:
a. Fungsi budgetair (financial) yaitu memasukkan uang sebanyak-
banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara.
b. Fungsi regulerend (fungsi mengatur) yaitu pajak digunakan sebagai
alat untuk mengatur masyarakat dibidang ekonomi, maupun sosial.
4. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan, Mardiasmo (2008.2) mengemukakan bahwa pemungutan
pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak
secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan
masing masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni dengan
memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan,
penundaan dalam pembayaran, dan mengajukan banding kepada
Majelis Pertimbangan Pajak.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Di Indonesia pajak diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945
pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk
menyatakan keadilan, baik bagi warga atau negara.
c. Tidak menganggu perekonomian (syarat ekonomis)
Pemungutan tidak boleh menggangu kelancaran kegiatan
produksi atau perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.
d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
5. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Waluyo (2007: 16-17) sistem pemungutan pajak dapat
dibagi menjadi:
a. Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya:
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada
fiskus.
2. Wajib Pajak bersifat pasif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
b. Self Assessment System adalah sistem pemungutan yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk
menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar.
c. With Holding System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak
yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh wajib pajak.
6. Pengelompokkan Pajak
Menurut Waluyo dan Wirawan B. Ilyas (2003:13-14), Pajak dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yaitu:
1. Menurut golongan
a. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak
yang bersangkutan, contoh Pajak Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan, contoh Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut sifat
Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan
pembagiannya berdasarkan ciri-ciri prinsip:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
a. Pajak sujektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya kemudian dicari syarat objektifnya, dalam arti
memperhatikan keadaan dari wajib pajak.
b. Pajak objektif adalah pajak yang berdasarkan pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan wajib pajak.
3. Menurut pemungut dan pengelolaannya
a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
7. Hambatan Pemungutan Pajak
Mardiasmo (2008: 8) mengemukakan hambatan dalam pemungutan
pajak dapat dikelompokkan menjadi:
1. Perlawanan pasif
Masyarakat enggan membayar pajak, hal ini disebabkan antara
lain:
1. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
2. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.
3. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan dengan baik.
2. Perlawanan aktif
Meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung
ditujukan kepada fiskus untuk menghindari pajak.
8. Pengertian Pajak Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib
yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan
daerah (Mohammad Zain, 2007:13).
a. Jenis dan Tarif Pajak Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah ada beberapa jenis pajak beserta tarif
pajak yang dipungut yaitu:
1. Pajak Provinsi yang terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas air 5%
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas
air 10%
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5%
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Dalam Tanah dan
Air Permukaan 20%
2. Pajak Kabupaten yang terdiri dari:
a. Pajak Hotel 10%
b. Pajak Restoran 10%
c. Pajak Hiburan 35%
d. Pajak Reklame 25%
e. Pajak Penerangan Jalan 10%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20%
g. Pajak Parkir 20%
9. Pajak Hotel
a. Pajak hotel menurut Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 adalah
pungutan pajak atas pelayanan yang disediakan hotel dengan
pembayaran.
b. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk
dapat menginap/ istirahat, memperoleh pelayanan dan atau fasilitas
lainnya dengan dipungut bayaran.
c. Obyek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan
pembayaran termasuk:
1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.
2. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas.
3. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk
tamu hotel dan bukan untuk umum.
4. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di
hotel.
d. Yang termasuk dalam pengertian hotel adalah rumah kos dengan
jumlah kamar 10 (sepuluh) atau lebih.
10. Pajak Hotel Kategori Rumah Kos
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
a. Pengertian pajak hotel kategori rumah kos adalah pungutan pajak
atas pelayanan yang disediakan rumah kos dengan jumlah kamar 10
(sepuluh) atau lebih.
b. Dasar hukum
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
2. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2002 tentang
Pajak Hotel.
c. Subjek pajak hotel kategori rumah kos adalah orang atau badan yang
melakukan pembayaran atas pelayanan hotel kategori rumah kos.
d. Wajib pajak adalah pengusaha rumah kos dengan jumlah kamar 10
(sepuluh) atau lebih.
e. Objek pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran di hotel kategori rumah kos, termasuk fasilitas tinggal
jangka pendek.
f. Dasar pengenaan pajak hotel kategori rumah kos adalah jumlah
pembayaran kepada rumah kos.
g. Tarif pajak hotel kategori rumah kos adalah 5% dari jumlah
pembayaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
h. Waktu pembayaran pajak
Pembayaran pajak harus dilakukan secara tunai atau lunas paling
lambat 10 (sepuluh) hari setelah berakhirnya masa pajak.
i. Sanksi
Keterlambatan atas pembayaran pajak dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga 2% setiap bulan.
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Prosedur Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah
Kecamatan Jebres Dibandingkan dengan Prosedur Pemungutan
Berdasarkan Perda Nomor 9 Tahun 2002
a. Prosedur Pemungutan Berdasarkan Perda Nomor 9 Tahun 2002
1) Melakukan Pendaftaran dan Pendataan
DPPKA Surakarta memperoleh informasi mengenai adanya
objek pajak baru, kemudian ditindaklanjuti oleh bidang
Pendaftaran dan Pendataan dengan melakukan pendaftaran dan
pendataaan terhadap objek pajak baru tersebut. Kegiatan
pendaftaran dan pendataan diawali dengan pengisian formulir
pendaftaran dan pendataan oleh wajib pajak dengan jelas,
lengkap, dan benar serta ditandatangani oleh wajib pajak atau
kuasanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Petugas pajak kemudian mencatat data wajib pajak ke dalam
Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang kemudian
digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah.
Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah adalah nomor yang
diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya. Pada setiap pelayanan kepada wajib pajak Nomor
Pokok Wajib Pajak Daerah dicantumkan pada setiap Dokumen
Perpajakan Daerah.
2) Melakukan Penghitungan dan Penetapan
Wajib pajak yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
Daerah, wajib mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah pada
awal tahun pajak atau masa pajak dan harus diserahkan kepada
Walikota selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah
berakhirnya masa pajak.
Wajib pajak yang membayar sendiri, Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah yang telah diisi digunakan untuk menghitung,
memperhitungkan, dan menetapkan pajak sendiri yang terutang.
Seluruh data yang diperoleh dari daftar isian Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah dihimpun dan dicatat dalam berkas
atau kartu data yang merupakan hasil akhir untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
memperhitungkan dan menetapkan besarnya pajak yang terutang
dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah.
3) Pembayaran dan Pemberian Sanksi Administrasi
Pembayaran pajak dilakukan sekaligus atau lunas di kantor
Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah sesuai waktu yang
ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan
STPD.
Pembayaran paling lambat 10 hari setelah berakhirnya masa
pajak. Pembayaran yang dilakukan di tempat lain yang ditunjuk,
hasil penerimaan pajak harus disetorkan ke kas daerah paling
lambat 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh
Walikota.
Wajib pajak dapat melakukan pembayaran dengan cara
mengangsur dan menunda pajak yang terutang sampai batas
waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang
ditentukan dan mendapat persetujuan dari Walikota atau Pejabat
dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan
dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.
4) Penagihan Pajak
Wajib pajak yang tidak membayar pajak terutang sampai
jatuh tempo maka akan diterbitkan Surat Teguran atau Surat
Peringatan oleh pejabat sebagai awal tindakan pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo
pembayaran. Wajib pajak harus melunasi pajak yang terutangnya
dalam jangka 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau
Surat Peringatan.
Wajib pajak yang tidak melunasi jumlah pajak yang masih
harus dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam
Surat Teguran atau Surat Peringatan, maka akan ditagih dengan
Surat Paksa. Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat
21 hari sejak tanggal penerbitan Surat Teguran atau Surat
Peringatan. Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi
dalam jangka waktu 7 hari sesudah tanggal pemberitahuan Surat
Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah melaksanakan
Penyitaan.
Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga
melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak
tanggal pelaksanaan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan,
Pejabat mengajukan permintaan penetapkan tanggal pelelangan
kepada Kantor Lelang Negara. Kantor Lelang Negara akan
menetapkan hari, tanggal, jam, dan tempat pelaksanaan lelang,
juru sita memberitahu dengan segera secara tertulis kepada wajib
pajak.
5) Pembukuan dan Pelaporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Besarnya penetapan dan penerimaan pajak dihimpun dalam
buku catatan pajak. Berdasarkan buku catatan pajak dibuat daftar
penetapan, penerimaan dan tunggakan pajak dan kemudian dibuat
laporan realisasi hasil penerimaan dan tunggakan pajak sesuai
masa pajak.
b. Prosedur Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah
Kecamatan Jebres di Lapangan
1) Melakukan Pendaftaran dan Pendataan
Berdasarkan pelaksanaan di lapangan yang penulis lakukan
dengan mengikuti petugas pendaftaran dan pendataan di beberapa
kelurahan di Kecamatan Jebres, proses pendaftaran dan pendataan
adalah sebagai berikut:
DPPKA Surakarta memperoleh informasi dari masyarakat
mengenai adanya objek pajak baru. Informasi tersebut kemudian
ditindaklanjuti oleh bidang Pendaftaran dan Pendataan dengan
menugaskan setiap Unit Pelaksana Teknis Dinas masing-masing
wilayah untuk melakukan pendataan. UPTD yang bertugas di
wilayah Kecamatan Jebres adalah UPTD II.
Sebelum melakukan pendaftaran dan pendataan, petugas
meminta izin di seluruh kelurahan di Kecamatan Jebres, petugas
juga menerima data tentang ketua RW, ketua RT dari setiap
Kelurahan. Hal ini dilakukan agar saat pelaksanaan pendataan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
petugas dapat meminta izin kepada ketua RW dan ketua RT
dengan mudah.
Pendaftaran dan pendataan dilakukan dengan mendatangi
rumah ketua RW terlebih dahulu untuk meminta izin. Setelah
mendapat izin dari ketua RW, petugas mendatangi ketua RT
untuk meminta izin melakukan pendataan rumah kos. Setelah
mendapat izin dari ketua RT, petugas langsung menuju rumah kos
yang berada di wilayah RT tersebut. Petugas mendata semua
rumah kos yang ada di wilayah tersebut. Petugas bertanya kepada
pemilik, pengurus atau penyewa rumah kos.
Pendaftaran dan pendataan dilakukan dengan mengisi Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah yang diisi oleh petugas dengan jelas,
dan sebenar-benarnya, kemudian ditandatangani oleh wajib pajak
(pemilik), pengurus (kuasa), atau penyewa rumah kos.
Petugas mencatat data wajib pajak ke dalam daftar induk
wajib pajak berdasarkan nomor urut yang kemudian disebut
Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah yang digunakan sebagai tanda
pengenal diri wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan.
Berikut merupakan hasil pendataan objek pajak hotel kategori
rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres dengan jumlah kamar 10
(sepuluh) atau lebih.
Tabel 2.1
Hasil Pendataan Objek Pajak Hotel Kategori Rumah Kos
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
di Wilayah Kecamatan Jebres
Tahun Jumlah Obyek Pajak
2008 220
2009 220
2010 220
2011 Dalam proses pendaftaran dan pendataan
Pada tahun 2008 dilakukan pendaftaran dan pendataan pajak
hotel kategori rumah kos di wilayah Jebres untuk pertama kalinya
sebagai ujicoba penerapan pajak hotel kategori rumah kos.
Pendaftaran dan pendataan dimulai dari tanggal 23 April - 15 Mei
2008. Akan tetapi, pada pelaksanaannya pada tahun 2008 belum
ada wajib pajak yang membayar pajak. Pendaftaran dan pendataan
mulai dilakukan kembali pada bulan April tahun 2011 karena ada
informasi dari masyarakat bahwa jumlah rumah kos di wilayah
Kecamatan Jebres telah mencapai 600 bahkan lebih, dan hal itu
disampaikan oleh Walikota Surakarta. Untuk membuktikan
informasi dari masyarakat tersebut maka dilakukan pendaftaran
dan pendataan.
Setelah melakukan pendataan dan pendaftaran terhadap wajib
pajak, bidang Pendaftaran dan Pendataan menghitung besarnya
potensi. Dan mengusulkan target pada masa pajak yang
bersangkutan.
2) Melakukan Penghitungan dan Penetapan
Sumber: UPTD II, data diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pada tahun 2008 proses penghitungan dan penetapan pajak
yang terutang dilakukan oleh fiskus. Seksi penghitungan
menghitung besarnya pajak yang terutang berdasarkan Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah yang diisi petugas berdasarkan
keterangan wajib pajak, pengurus atau penghuni kos. Data dari
tersebut kemudian dihimpun dan dicatat dalam berkas atau kartu
data yang digunakan untuk memperhitungkan pajak yang
terutang. Setelah dihitung besarnya pajak yang terutang, seksi
Penerbitan Surat Ketetapan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Daerah. SKPD kemudian diserahkan kepada wajib pajak secara
langsung atau melalui UPTD II. Penetapan pajak yang terutang
terkadang tidak sama dengan perhitungan wajib pajak. Hal ini
disebabkan wajib pajak tidak mau memberitahu dengan benar
perubahan omzetnya.
Mulai tahun 2009 penghitungan dan penetapan pajak yang
terutang menggunakan MPS (Menghitung Pajak Sendiri). Wajib
pajak mulai membayar kewajibannya, tetapi dalam pelaksanaanya
penghitungan pajak yang terutang yang dilakukan wajib pajak
selalu sama setiap bulan, terlihat dari cara pembayaran wajib
pajak secara flat.
3) Pembayaran dan Pemberian Sanksi Adminstrasi
Pembayaran pajak hotel kategori rumah kos di wilayah
Kecamatan Jebres dapat dilakukan di DPPKA Surakarta atau di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
UPTD II. Pembayaran dapat dilakukan di UPTD II karena ada
sistem pembayaran online antara DPPKA dan UPTD II.
Pembayaran pajak terutang dilakukan secara flat. Dalam
pelaksanaannya wajib pajak yang mempunyai kesadaran dalam
membayar pajak datang ke DPPKA atau UPTD II untuk
membayar pajak, sedangkan Surat Setoran Pajak Daerah diisi oleh
petugas atas permohonan wajib pajak dan ditandangani oleh wajib
pajak atau kuasanya. Wajib pajak dalam melakukan pembayaran
juga tidak teratur setiap bulannya.
Pajak yang tidak atau kurang dibayarkan setelah berakhirnya
masa pajak, tidak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% setiap bulan karena wajib pajak yang membayar dan
terlambat membayar pajak tidak mau membayar pajak apabila
dikenakan sanksi administrasi. Petugas UPTD II hanya dapat
melakukan pendekatan secara kekeluargaan kepada wajib pajak.
Pada tabel 2.2 dapat dilihat daftar target dan realisasi pajak
hotel kategori rumah kos untuk wilayah Kecamatan Jebres dan
Pasar Kliwon.
Tabel 2.2
Daftar Target dan Realisasi Pajak Hotel Kategori Rumah Kos
di Wilayah Kecamatan Jebres dan Pasar Kliwon
Tahun Target Relisasi
2009 35.403.171 21.836.690
2010
32.998.630
27.031.414
2011 32.209.035 3.632.000 s.d. minggu ke 13
Sumber: UPTD II, data diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Target dan realisasi untuk pajak hotel kategori rumah kos
ditetapkan untuk setiap UPTD. Sehingga target dan realisasi untuk
Kecamatan Jebres menjadi satu dengan target dan realisasi
Kecamatan Pasar Kliwon. Pada tahun 2008 walaupun sudah
dilakukan pendaftaran dan pendataan tetapi belum ada target
karena belum ada wajib pajak yang membayar. Target pada tahun
2009 baru ditentukan pada awal triwulan III karena pelaksanaan
pemungutan pajak hotel kategori rumah kos baru dimulai pada
tahun berjalan. Realisasi pada tahun 2009 sebesar Rp
21.836.690,00 dan realisasi pada tahun 2010 sebesar Rp
27.031.414,00. Realisasi pajak hotel kategori rumah kos
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Akan tetapi, belum
mencapai target yang ditetapkan. Target yang tidak pernah
tercapai disebabkan rendahnya kesadaran wajib pajak. Hal ini
ditunjukkan banyak wajib pajak yang tidak membayar pajak dan
menunggak membayar pajak.
4) Penagihan Pajak
Apabila wajib pajak tidak membayar pajak maka akan
dilakukan tindakan penagihan. Penagihan dimulai dengan:
a) Menerbitkan Surat Klarifikasi
Wajib pajak tidak melakukan pembayaran sampai 7
(tujuh) hari sejak jatuh tempo maka DPPKA akan
menghubungi wajib pajak melalui telepon, dan menerbitkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
surat klarifikasi sebagai awal dari tindakan penagihan. Surat
klarifikasi dikeluarkan sebanyak tiga kali.
b) Menerbitkan Surat Paksa
Apabila wajib pajak tetap tidak melunasi utang pajaknya
dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah surat klarifikasi
yang terakhir diterbitkan, maka akan dikeluarkan surat paksa
setelah 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal penerbitan surat
klarifikasi yang terakhir diterima.
c) Menerbitkan Surat Tagihan
Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal pemberitahuan
Surat Paksa, dilakukan penerbitan Surat Tagihan oleh bidang
penagihan DPPKA.
5) Pembukuan dan Pelaporan
Bagian pembukuan melakukan kegiatan pembukuan berupa
kegiatan pembukuan penetapan dan pembukuan penerimaan.
Pembukuan penetapan adalah mencatat ke dalam buku jenis pajak
masing-masing dan buku wajib sesuai dengan NPWPD wajib
pajak pada kolom penetapan, pembukuan penerimaan yakni
mencatat ke dalam buku jenis pajak masing-masing dan buku
pajak sesuai dengan NPWPD wajib pajak dalam kolom
penyetoran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Berdasarkan hasil pembukuan tersebut, kemudian dibuat
Laporan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel beserta daftar
penetapan, penerimaan, dan tunggakan per jenis pajak dan per
wajib pajak.
c. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel Kategori
Rumah Kos di Wilayah Kecamatan Jebres
1) Pendaftaran dan Pendataan
Sistem pemungutan pajak hotel kategori rumah kos
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 adalah self
assessment sytem. Tetapi dalam pelaksanaannya menggunakan
sistem pemungutan official assessment system. Petugas berperan
aktif dalam melakukan pendaftaran dan pendataan yaitu
melakukan pengisian data ke dalam SPTPD.
Petugas pajak kemudian mencatat data wajib pajak ke dalam
Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang kemudian
digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah.
Setelah melakukan pendataan dan pendaftaran terhadap wajib
pajak, bidang Pendaftaran dan Pendataan menghitung besarnya
potensi. Dan mengusulkan target pada masa pajak yang
bersangkutan
2) Penghitungan dan Penetapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) yang seharusnya
wajib diisi dan diserahkan wajib pajak yang telah memiliki
NPWPD, tetapi dalam pelaksanaannya pengisian SPTPD masih
ada yang diingatkan dan diambil oleh petugas. Setelah SPTPD
diterima oleh petugas kemudian diserahkan ke bidang penetapan.
Pada tahun 2008 dimana pajak rumah kos di wilayah
Kecamatan Jebres baru mulai dilaksanakan, proses penghitungan
dilakukan dengan dibuat Nota Penghitungan Pajak Daerah oleh
seksi perhitungan. Nota Penghitungan Pajak Daerah dibuat
berdasarkan SPTPD yang telah diisi petugas berdasarkan
informasi dari wajib pajak, atau kuasanya. Berdasarkan Nota
Penghitungan Pajak Daerah tersebut kemudian diterbitkan SKPD
oleh seksi penetapan. Walaupun penetapan pajak yang terutang
telah sesuai dengan informasi dari wajib pajak atau kuasanya,
namun pajak yang ditetapkan oleh fiskus terkadang tidak sesuai
dengan jumlah pajak yang dihitung sendiri oleh wajib pajak.
Pada tahun 2009 penghitungan dan penetapan diubah
menggunakan sistem Menghitung Pajak Sendiri. Menghitung
Pajak Sendiri memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, dan menetapkan sendiri besarnya
pajak yang terutang. Namun banyak wajib pajak yang membayar
tidak menghitung pajak yang terutang berdasarkan omzet bersih
yang diterima tetapi berdasarkan kemauannya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
3) Pembayaran dan Pemberian Sanksi Administrasi
Pembayaran pajak yang terutang seharusnya dihitung sendiri
oleh wajib pajak atau yang disebut dengan Menghitung Pajak
Sendiri. Tetapi dalam pelaksanaanya wajib pajak melakukan
pembayaran secara flat.
Pembayaran dilakukan sekaligus atau secara tunai paling
lambat 10 (sepuluh) hari setelah berakhirnya masa pajak.
Pembayaran dapat dilakukan di DPPKA atau di UPTD II. Di
wilayah Kecamatan Jebres wajib pajak yang memiliki kesadaran
untuk membayar pajak rumah kos datang ke UPTD II untuk
membayar. Namun SSPD diisi oleh petugas bukan wajib pajak,
tetapi atas permohonan wajib pajak dan ditandatangani wajib
pajak atau kuasanya. Setelah menerima pembayaran petugas akan
melakukan online dengan pihak DPPKA sehingga dalam
database DPPKA wajib pajak yang telah membayar di UPTD
secara otomatis juga telah membayar. Akan tetapi, apabila sistem
online mengalami gangguan pihak DPPKA dan UPTD hanya
dapat menunggu sampai sitem normal kembali. Hal ini tentu saja
mengganggu kinerja DPPKA maupun UPTD.
Sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
tidak dikenakan apabila wajib pajak terlambat dalam membayar,
karena wajib pajak yang telah membayar pajak tidak mau
membayar pajak apabila dikenakan sanksi. Petugas hanya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
melakukan pendekatan secara kekeluargaan kepada wajib pajak
yang tidak membayar.
4) Penagihan Pajak
Dalam proses penagihan tindakan penyitaan dan pelelangan
tidak dilakukan. Hal ini dikarenakan estimasi biaya, tenaga dan
waktu akan lebih besar dari pajak yang ditagih, sehingga petugas
hanya melakukan pendekatan secara kekeluargaan dengan wajib
pajak sehingga bersedia membayar tagihan pajak yang terutang.
5) Pembukuan dan Pelaporan
Pembukuan dan Pelaporan telah sesuai dengan Peraturan
Daerah.
2. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Proses Pemungutan Pajak
Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah Kecamatan Jebres
a. Pendaftaran dan Pendataan
1) Rumah kos yang pemiliknya tinggal di luar kota, tidak ada
pengurus, dan tidak ada penyewa rumah kos sehingga
menyulitkan petugas dalam memperoleh data.
2) Keterbatasan jumlah petugas yang melakukan pendataan
menyebabkan pendataan dilakukan cukup lama yaitu kurang lebih
3 (tiga) bulan.
3) Wajib pajak terkadang sulit dimintai keterangan tentang jumlah
kamar dan tarif kamar kos.
b. Perhitungan dan Penetapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Mulai tahun 2009 wajib pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak terutangnya
sendiri, tetapi banyak wajib pajak yang tidak menghitung pajak
terutangnya dan hanya membayar secara flat. Hal ini menunjukkan
tingkat kesadaran wajib pajak masih rendah.
c. Pembayaran dan Pemberian Sanksi Administrasi
1) Pemilik rumah kos mempunyai persepsi bahwa pajak yang
dikenakan untuk rumah kos adalah 10% (sepuluh persen)
sehingga merasa keberatan, dan memilih untuk tidak membayar
pajak.
2) Pembayaran oleh wajib pajak secara flat dan tidak teratur setiap
bulan. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran wajib pajak yang
masih rendah.
3) Jika sistem pembayaran online mengalami gangguan terkadang
menimbulkan perbedaan database antara DPPKA dan UPTD II
dalam penerimaan pembayaran.
4) Wajib pajak yang telah memiliki kesadaran untuk membayar pajak
apabila terlambat dalam membayar wajib pajak tidak mau
dikenakan sanksi administrasi.
d. Penagihan
Tidak dapat dilakukan tindakan penyitaan dan pelelangan karena
dinilai tidak efisien. Hal ini dikarenakan biaya, waktu, dan tenaga
yang digunakan akan lebih besar dari pajak yang ditagih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3. Usaha-Usaha yang Dilakukan dalam Optimalisasi Pemungutan Pajak
Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah Kecamatan Jebres
a. Pendaftaran dan Pendataan
1) Melakukan pendaftaran dan pendataan ulang rumah kos yang ada
di wilayah Kecamatan Jebres.
2) Membagi wilayah dan tugas kepada setiap petugas sehingga
pendaftaran dan pendataan dapat dilakukan lebih cepat.
b. Penghitungan dan Penetapan
Petugas menghitung jumlah pajak yang terutang berdasarkan data
dari wajib pajak dan mencocokan data perhitungan dengan
perhitungan wajib pajak. Sehingga ada keterbukaan antara fiskus dan
wajib pajak.
c. Pembayaran dan Pemberian Sanksi Adminstrasi
1) Apabila terdapat pergantian pengurus kos, petugas menanyakan
data pemilik kos melalui pengurus lama. Kemudian petugas
melakukan pemberitahuan ganda yaitu melalui surat dan telepon
kepada pemilik rumah kos.
2) Mengadakan sosialisasi tentang pajak hotel kategori rumah kos
baik di tingkat Kelurahan, RW, RT bahkan di paguyuban pemilik
rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres.
3) Apabila sistem online mengalami gangguan, petugas UPTD II
mencatat pembayaran dalam catatan kecil, setelah sistem normal
UPTD II segera melakukan online dengan DPPKA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4) Apabila wajib pajak terlambat membayar pajak maka petugas
melakukan pendekatan secara kekeluargaan dengan wajib pajak.
d. Penagihan
Melakukan pendekatan secara kekeluargaan kepada wajib pajak
yang menunggak membayar pajak agar bersedia membayar tagihan
pajak yang terutang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB III
TEMUAN
Setelah penulis melakukan penelitian di Kantor Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Surakarta dan Unit Pelaksana
Teknis Daerah II terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan prosedur
pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres, penulis
menemukan beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan
kelemahannya adalah sebagai berikut:
A. Kelebihan
1. Pendaftaran dan Pendataan
1) Pendaftaran dan pendataan dilakukan secara menyeluruh terhadap
rumah kos sehingga diperoleh data yang lebih akurat.
2) Pendaftaran dan pendataan juga digunakan sebagai sarana sosialisasi
tentang pajak hotel kategori rumah kos.
2. Penghitungan dan Penetapan
Perhitungan pajak terutang di Kecamatan Jebres yang semula
berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah kemudian dikeluarkan
Surat Ketetapan Pajak Daerah, mulai tahun 2009 perhitungan dan
penetapan pajak terutang dilakukan sendiri oleh wajib pajak, sehingga
wajib pajak dituntut berperan aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3. Pembayaran dan Pemberian Sanksi
Pembayaran dapat dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Daerah II
sehingga memudahkan wajib pajak dalam melakukan pembayaran.
4. Penagihan
Petugas melakukan pendekatan kepada wajib pajak yang tinggal di luar
kota melalui telepon, dan melakukan pendekatan secara kekeluargaan
kepada wajib pajak dalam kota sehingga bersedia untuk membayar pajak.
B. Kelemahan
1. Pendaftaran dan Pendataan
1) Pada proses pendataan, pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
dilakukan oleh petugas (Official Assessment System), sedangkan
menurut Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 sistem pemungutan
yang digunakan adalah Self Assessment System.
2) Masih banyak wajib pajak yang memberi keterangan yang tidak benar
mengenai jumlah kamar yang ada, jumlah kamar yang terisi dan tarif
rumah kos.
3) Keterbatasan jumlah petugas yang melakukan pendataan di wilayah
Kecamatan Jebres.
2. Penghitungan dan Penetapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
1) Masih banyak wajib pajak yang belum sadar untuk mengisi Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah pada awal tahun pajak, sehingga petugas
harus mengingatkan wajib pajak.
2) Sistem Menghitung Pajak Sendiri belum berjalan secara optimal, dilihat
masih banyak wajib pajak yang melakukan pembayaran secara flat.
3. Pembayaran dan Pemberian Sanksi.
1) Kesadaran wajib pajak masih rendah, hal ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah wajib pajak yang membayar pajak hotel kategori
rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres, dan banyaknya wajib pajak
yang menunggak membayar pajak.
2) Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak tidak teratur setiap bulan,
dan berdasarkan kemauan wajib pajak.
3) Pajak yang telah dibayarkan wajib pajak di Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset, tetapi pada saat yang sama sistem
online pembayaran antara Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Aset dan Unit Pelaksana Teknis Daerah II mengalami gangguan,
terkadang menyebabkan pihak Unit Pelaksana Teknis Daerah
menganggap wajib pajak tersebut belum membayar karena di database
belum ada penerimaan pembayaran.
4) Petugas tidak dapat menerapkan sanksi bunga 2% karena khawatir
wajib pajak yang telah membayar tidak mau membayar pajak.
4. Penagihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tindakan penyitaan dan pelelangan tidak dapat dilaksanakan karena
estimasi biaya, tenaga, dan waktu akan lebih besar dari pajak yang ditagih,
sehingga dinilai tidak efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Pelaksanaan prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di
wilayah Kecamatan Jebres berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan
dapat ditarik kesimpulan bahwa prosedur pemungutan pajak hotel kategori
rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres belum sesuai dengan Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel dikarenakan ada ketentuan
yang sebenarnya tidak ada dalam peraturan daerah tetapi dilaksanakan
misalnya pendekatan secara kekeluargaan dengan wajib pajak, penghitungan
potensi dan pengusulan target. Selain itu ada ketentuan dalam peraturan
daerah tetapi tidak dilaksanakan, sebagai contoh tindakan penyitaan dan
pelelangan. Namun apabila tindakan penyitaan dan pelelangan dilaksanakan,
biaya penyitaan dan pelelangan diestimasi akan lebih besar dari pajak yang
ditagih, sehingga pelaksanaan pemungutan pajak hotel kategori rumah kos
tidak sesuai dengan salah satu syarat pemungutan yaitu efisien. Tetapi bukan
berarti Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 harus diubah. Oleh karena itu
pelaksanaan pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah
Kecamatan Jebres harus fleksibel yaitu tetap berpedoman pada peraturan
daerah yang ada, tetapi harus sesuai dengan syarat pemungutan pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Dilihat dari proses dan hasil evaluasi pelaksanaan prosedur pemungutan
pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres kurang optimal.
Hal ini disebabkan beberapa kendala yaitu:
1. Keterbatasan jumlah petugas yang melakukan pendataan di wilayah
Kecamatan Jebres menyebabkan pendaftaran dan pendataan berlangsung
lama.
2. Wajib pajak telah diberi wewenang untuk menghitung, memperhitungkan
dan menetapkan pajak yang terutang sendiri, namun dalam
pelaksanaannya wajib pajak melakukan pembayaran secara flat.
3. Rendahnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dilihat dari
banyaknya wajib pajak yang tidak membayar pajak dan menunggak
membayar pajak.
B. Rekomendasi
Meninjau dari masih adanya kendala-kendala yang terkait dengan
prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan
Jebres, penulis berusaha memberikan masukan atau rekomendasi yaitu:
1. Mengadakan sosialisasi mengenai tarif pajak rumah kos, karena persepsi
wajib pajak tarif pajak rumah kos sebesar 10% (sepuluh persen), padahal
berdasarkan peraturan daerah tarif pajak hanya 5% (lima persen),
sehingga tidak ada alasan wajib pajak untuk tidak membayar pajak.
2. Meningkatkan kinerja pegawai dengan cara meningkatkan kedisiplinan
seperti apabila wajib pajak melakukan pembayaran di Dinas Pendapatan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Pengelolaan Keuangan dan Aset langsung mengkonfirmasi pihak Unit
Pelaksana Teknis Daerah II bahwa wajib pajak yang bersangkutan telah
membayar, sehingga tidak ada perbedaan database, serta memberi tanda
jasa kepada petugas yang melakukan pekerjaan dengan baik dan memberi
sanksi kepada petugas yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya.
3. Pembayaran pajak dilakukan dengan mendatangi langsung rumah wajib
pajak sehingga wajib pajak sadar untuk membayar pajak. Apabila wajib
pajak tinggal di luar kota, penagihan pajaknya dilakukan saat wajib pajak
tersebut datang ke rumah kosnya untuk menerima pembayaran kos.
4. Memberikan sanksi administrasi bagi semua wajib pajak yang tidak
membayar pajak secara tegas yaitu sebesar 2% (dua persen) setiap bulan.
Selain itu dikenakan sanksi sosial yaitu menempelkan stiker yang
bertuliskan “Wajib Pajak ini Belum Membayar Pajak Rumah Kos”,
sehingga tidak ada wajib pajak yang mengatakan bahwa banyak wajib
pajak yang tidak membayar dan tidak dikenakan sanksi.
5. Melakukan pendekatan kepada wajib pajak seperti dengan memberi solusi
kepada wajib pajak agar memisahkan tarif kos dengan biaya listrik dan air
sehingga dasar pengenaan pajak yang berasal dari jumlah pembayaran
tidak memberatkan wajib pajak.
6. Memberi sosialisasi bahwa pembayaran pajak tidak berdasarkan ketetapan
tetapi dengan Menghitung Pajak Sendiri yaitu menghitung,
memperhitungan, dan menetapkan sendiri pajak yang terutang oleh wajib
pajak berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
7. Memberikan timbal balik secara tidak langsung kepada masyarakat,
misalnya meningkatkan pembangunan sarana umum, dan memperbaiki
sarana umum yang rusak di Kota Surakarta. Hal ini dilakukan guna
menunjukkan kepada masyarakat bahwa pajak yang telah dibayarkan
digunakan untuk kepentingan masyarakat sehingga dengan sendirinya
wajib pajak sadar akan pentingnya membayar pajak.