perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Kesenian Tradisi Jaran Dor Kelompok Turangga Putra
Sejati
1. Sejarah
Jombang merupakan sebuah kota yang multikultural dimana
Jombang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki
sejarah, kisah dan budaya yang menarik untuk dipelajari lebih dalam.
Selain itu, Jombang merupakan salah satu wilayah yang mempunyai etnis
budaya arek. Ini terbukti dengan budaya Arek di Jombang yang menonjol.
Hal ini terlihat dari dialek Arek yang kental pada pertunjukkan Besutan,
Ludruk, dan Jaran Dor.
Pada dasarnya Jombang pantas disebut menjadi miniatur Jawa
Timur. Ini dikarenakan wilayah Jombang yang menjadi titik perpaduan
dari semua kebudayaan. Menjadi titik pertemuan budaya Jawa yang besar,
yaitu budaya Arek dan budaya Mataraman. Namun demikian, ada kantong
budaya Maduran, rembesan budaya Ponorogoan, budaya pesisiran, serta
budaya Arab bahkan budaya Cina.
Masyarakat Jombang terkenal sangat egaliter, terbuka dalam
berinteraksi, sangat memberi ruang yang cukup terhadap sebuah
perubahan, serta memiliki rasa empati yang tinggi serta anti terhadap
dominasi.
Jombang mendapat julukan sebagai kota santri. Hal ini
dikarenakan kantong budaya pesisiran sangat menonjol dengan banyak
penyebaran pondok pesantren di wilayah Jombang. Terbukti dengan
terkenalnya beberapa pondok pesantren yang ada di Jombang.Kantong
Budaya Panaragan nampak pada pertumbuhan seni Jaranan , terutama
pada wilayah Bareng, Wonosalam, Mojowangi, dan Mojowarno.
Sikap egaliter yang dimiliki oleh masyarakat Jombang, melahirkan
kesenian yang kuat akan sifat “sentris”nya.
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Hal ini merupakan ekspresi dari masyarakat abang yang kritis dalam
menyikapi keadaan dengan bahasa pasemon yang cerdas. Berawal dari
kesenian amen Lerok, kemudian berubah menjadi kesenian Besutan, dan
berkembang dari kesenian Ludruk, hingga kesenian yang paling tua, yakni
kesenian tradisi Jaran Dor di Jombang Jawa Timur.
Namun seiring berjalannya waktu dan seiring perubahan zaman,
kesenian tradisi Jaran Dor di Jombang Jawa Timur sudah mulai jarang
ditemukan. Pergeseran makna yang sakral dan Jaranan sebagai upacara
adat sudah mulai luntur. Pada zaman sekarang, Jaran Dor hanya berfungsi
sebagai kesenian penghibur dalam suatu stakeholder. Namun, tetap tidak
terlepas dari unsur ritual dan spiritual yang ada dalam pertunjukkan Jaran
Dor. Seperti halnya yang dikatakan oleh Harjo Suyitno:
“Sekarang ini Jaran Dor di Jombang sudah mulai luntur akan
kesakralannya. Karena memang masyarakat sekarang lebih suka
menanggap Jaran Dor sebagai acara penghibur dalam acara
khitanan, nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”.
(Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014).
Berangkat dari keturunan keluarga seniman, dan mempunyai
keinginan yang kuat untuk memajukan kesenian asli Jombang yaitu Jaran
Dor, Harjo Suyitno mampu mengubah kesenian masyarakat bawah
menjadi sebuah kesenian yang digandrungi oleh semua lapisan masyarakat.
Baik dari kalangan masyarakat bawah, menengah, hingga masyarakat
kelas atas. Untuk melestarikan kesenian tradisi Jaran Dor, Harjo Suyitno
yang mempunyai latar belakang Pegawai Negeri Sipil di Lapas Jombang,
tidak pernah menolak apabila ditanggap semua lapisan masyarakat untuk
melakukan pertunjukkan. Walaupun harga tanggapan dengan biaya
operasional tidak ada laba. Dalam pertunjukkannya, Harjo Suyitno selalu
menampilkan Jaran Dor asli Jombangan, yang selanjutnya dengan
penjelasan Harjo Suyitno, dalam pertunjukkan berikutnya menampilkan
Jaranan Samboyo. Dalam banyak event perlombaan Kesenian Jaranan,
Harjo Suyitno dengan kelompok yang dimilikinya yakni Turangga Putra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Sejati, selalu memenangkan perlombaan dengan menempati urutan
pertama. Hal serupa juga dikatakan oleh salah satu pemerhati seni:
“Turangga Putra Sejati selalu memenangkan setiap festival yang
dimilikinya dengan mengusung predikat yang terbaik. Karena
memang Kelompok Turangga Putra Sejati selalu menampilkan
Jaranan versi Jombangan yang khas dengan alat musik Jidhor
sebagai pengiring pertunjukkan”. (Wawancara dengan Dian
Sukarno, 4 Februari 2014)
Untuk meraih kesuksesan seperti sekarang, tidaklah mudah.
Banyak sekali cobaan dan hambatan yang dilalui oleh Harjo Suyitno.
Sebelum Turangga Putra Sejati muncul dalam masyarakat Jombang, Harjo
Suyitno memulai karier seorang senimannya dimulai dari perjuangannya
yang menjadi seorang pengamenJaranan .Bahkan seorang Harjo Suyitno
banyak sekali didera cibiran dari masyarakat karena pekerjaan
sampingannya mengamen dan hanya untuk mendapatkan uang yang akan
dibelikannya untuk peralatan Jaranan . Hal serupa juga dikatan oleh Harjo
Suyitno:
“Dulu saya sebelum ada Turangga Putra Sejati, saya sudah
pernah mengamen Jaranan di jalan dan bahkan suatu ketika ada
ibu-ibu yang berkata “Wong PNS kok ngamen”. Tapi saya tidak
malu dengan cibiran itu. Bahkan dari cibiran itu, saya mulai
bersemangat untuk mendapatkan banyak rezeki dan yang nantinya
akan saya gunakan untuk membelikan peralatan Jaran Dor”.
( Wawancara Harjo Suyitno, 2014)
Sampai pada akhirnya Harjo Suyitno menemukan banyak peralatan
Jaranan di Balai Desa Mojowangi yang tidak pernah terawat lagi. Dimulai
dengan ide kreatifnya, Harjo Suyitno mengumpulkan para pemain Jaranan
dan para pemain wiyogo untuk membentuk sebuah group Jaranan. Ide
pengkreatifan seorang seniman tradisi muncul dalam diri Harjo Suyitno
yang ketika itu sedang cangkruk di sebuah warung kopi. Dimana Harjo
Suyitno dengan sifat organisasi yang dimilikinya, mengajak salah satu
perangkat desa dan disaksikan oleh penjual kopi, Harjo Suyitno untuk
mengumpulkan para pemain dan crew. Harjo Suyitno seketika langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
memberikan nama group yang pada saat itu ia kumpulkan, yaitu
“Turangga Putra Sejati”, serta membentuk struktur organisasi Turangga
Putra Sejati yang diketuai oleh Harjo Suyitno.
Melalui perjalanan yang panjang pula dari bulan Oktober tahun
1999 hingga 2014. Tak mudah bagi Harjo Suyitno untuk mempertahankan
kelompok Jaranan berbelas-belas tahun. Dimulai dari perjalanan group
yang awalnya hanya memakai tata busana serta tata rias seadanya dan
memberanikan diri untuk membuat pementasan kecil-kecilan di depan
Balai Desa Mojowangi, tanpa mendapatkan upah juga pernah Harjo
Suyitno lakukan. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkat kegigihan
serta kerja keras Harjo Suyitno yang tak kenal lelah, mulailah Turangga
Putra Sejati lambat laun dikenal oleh masyarakat. Bahkan gaji yang sedikit
dengan performa yang apik beserta para pemain pun pernah diterima dan
dilewati oleh para anggota kelompok. Satu visi yang dipegang kuat oleh
seorang Harjo Suyitno adalah akan memajukan kesenian tradisi Jaran Dor
dan tidak akan pernah membiarkan kesenian tradisi leluhur khususnya
Jaran Dor diakui milik negara lain maupun kota lain. Bagi Harjo Suyitno,
Jaran Dor merupakan kesenian tradisi yang sudah mendarah daging dalam
kehidupannya.
Dalam pertengahan kariernya, Turangga Putra Sejati berusaha
mengikuti festival-festival yang diadakan di tingkat kecamatan hingga
tingkat kabupaten. Bahkan tingkat provinsi pun pernah dilalui oleh
Turangga Putra Sejati. Dimulai dari festival bertajuk kebudayaan yang
diselenggarakan oleh Dinas Parbudpora dengan tajuk Kesenian Khas
Jombangan, Harjo Suyitno dan Kelompok Turangga Putra Sejati mampu
menyabet predikat paling baik diantara kelompok Jaran Dor ternama
seperti Turangga Seto. Hal ini bisa terjadi dikarenakan seorang Harjo
Suyitno tetap memakai dan mengusung Jaranan Jombangan yang terdiri
dari tari Jaran Dor, tarian Jepaplok serta topeng genderuwon. Dikala
kelompok lain mengusung Jaran Dor yang berkiblat pada jaran pegon dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Ponorogo. Seperti yang dikatakan oleh Heru Cahyono, yang menjabat
Kasi kebudayaan di Disparbudpora.
“Turangga Putra Sejati memang sudah berkali-kali menyabet
juara terbaik Jaranan Jombangan. Kelompok putra dan kelompok
putri Jaranan milik Pak Yit memang menduduki urutan teratas
dibandingkan dengan kelompok Jaranan lainnya”. (Wawancara
dengan Heru Cahyono, 11 Januari 2014).
Dengan adanya ketenaran dan keberhasilan yang Turangga Putra
Sejati lakukan dan alami setapak demi setapak, hingga Camat dari Kecamatan
Mojowarno memberikan hadiah dan mengganti nama Turangga Putra Sejati
dengan nama lain, yaitu Turangga Bunga Sejati. Namun nama yang diberikan
oleh Camat Mojowarno tidak dikenal oleh masyarakat. Hingga pada akhirnya,
Harjo Suyitno tetap memakai nama Turangga Putra Sejati dari tahun 1999
hingga 2014 sekarang ini yang sudah dikenal di kalangan luas. Sebuah
perjalanan panjang pada titik tertinggi yang dilakukan oleh Harjo Suyitno dan
mempunyai impian agar semua generasi muda setidaknya tahu bagaimana
kesenian tradisi ini muncul dan tetap dilestarikan tanpa terpengaruh budaya
dari luar yang akan mengacaukan budaya lokal.
Dengan munculnya kelompok Jaran Dor Turangga Putra Sejati
sebagai kebudayaan dan warisan leluhur, tidak terlepas dari faktor lingkungan,
faktor budaya setempat, faktor mata pencaharian, faktor keadaan alam
lingkungan sekitar yang dapat memunculkan kesenian tradisi daerah setempat.
khususnya daerah Jombang. Adapun penjelasan lebih dalam daripada faktor
pendukung munculnya kesenian tradisi Jaran Dor Turangga Putra Sejati di
desa Mojowangi Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang Jawa Timur.
a. Letak Geografis
Desa Mojowangi kecamatan Mojowarno berada diatas permukaan air
laut 47 m, untuk luas wilayah desa Mojowangi seluas 372 Ha dengan
rincian tanah yang dipergunakan sebagai Irigasi Teknik seluas 23,12 Ha,
tanah yang digunakan untuk Makam seluas 62,98 Ha, sedangkan 98,28
Ha diperuntukkan pemukiman, serta perkantoran. Di desa Mojowangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
kecamatan Mojowarno beriklim tropis dengan ketinggian 90 m dpl.
Badan Klimatologi menyampaikan bahwa curah hujan 1879 mm setiap
tahun. Desa Mojowangi tepatnya berada di sebelah selatan Jantung kota
Jombang. Dimana letaknya berbatasan beberapa kecamatan: Sebelah
Utara berbatasan dengan kecamatan Mojoagung, Sebelah Selatan
berbatasan dengan kecamatan Bareng, Sebelah Barat berbatasan dengan
kecamatan Diwek, untuk batas desa/kelurahan, Desa Mojowangi
berbatasan dengan beberapa desa lain yaitu sebelah Utara berbatasan
dengan Desa Mojojejer, sebelah timur berbatasan dengan Desa
Mojoduwur, sebelah selatan berbatasan dengan desa Mojowarno dan
sebelah barat berbatasan dengan Desa Nggondek. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa Desa Mojowangi berada di tengah atau jantung
kecamatan Mojowarno, sehingga akses baik ke tempat-tempat penting
seperti Alfamart, gereja, rumah sakit, dan kantor-kantor penting lainnya
mudah terjangkau.
Desa Mojowangi terdiri dari 4 dusun yang meliputi: Dusun
Mojodukuh (tempat lahirnya kesenian tradisi Jaran Dor Turangga Putra
Sejati), Dusun Mojowangi, Dusun Mojoroto dan Dusun Kembang Sore.
Jika kita akan berkunjung ke Dusun Mojodukuh, Desa Mojowangi
kecamatan Mojowarno kabupaten Jombang sebenarnya banyak akses yang
dapat kita lewati, adapun jalan yang dapat ditempuh antara lain :
1. Dengan menggunakan transportasi angkutan darat : memakai bus AKAP,
dari Kota Solo dari Terminal Tirtonadi naik jurusan surabaya turun
diTerminal Kepuh Sari Jombang, setelah itu naik line H Jurusan Cukir
Mojowarno-Jombang atau menggunakan Line C jurusan Ceweng-
Mojowarno-Jombang. Turun di Dusun Mojodukuh Mojowangi sebelah
timur SDN Mojowangi II, dan dilanjut naik ojek ke tempat rumah Bapak
Harjo Suyitno kurang lebih 200 m ke arah utara.
2. Dengan menggunakan Kereta Api dari Stasiun Balapan Solo naik jurusan
Surabaya turun di stasiun Jombang, jalan ke selatan setelah itu naik line H
Jurusan Cukir-Mojowarno atau menggunakan Line C jurusan Ceweng-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Mojowarno. Turun di Dusun Mojodukuh Mojowangi sebelah timur SDN
Mojowangi II, dan dilanjut naik ojek ke tempat rumah Bapak Harjo
Suyitno kurang lebih 200 m ke arah utara. Selain naik ojek kalau ingin
santai dan menikmati pemandangan sejuknya Desa Mojowangi bisa
dengan jalan kaki atau dengan menggunakan becak gowes.
3. Jika kita menggunakan dan memakai kendaraan pribadi, akses jalan yang
ditempuh sama dengan jalur yang dilewati oleh line C maupun Line H
perbedaaannya jika menggunakan kendaraan pribadi melewati jalur Line
H kita bisa mengakses dan mampir berkunjung ke Makam Gus Dur (Bp
KH. Abdurrahman Wahid), sedangkan lewat jalur C tidak, tetapi lebih
dekat, kesemuanya bisa dipilih dan yang membedakan disni kalau
menggunakan kendaraan pribadi bisa langsung sampai dan cepat sampai
tujuan, sedangkan jika menggunakan line agak lama karena line juga
tergantung dari penumpang, semakin banyak penumpang line lebih cepat
sampai.
4. Karena tempat dusun Mojodukuh desa Mojowangi sangat asri, dan
disepanjang jalan kanan kiri terdapat areal persawahan yang ditanami
jagung dan padi serta tanaman tebu, kalau kita sudah malam atau setelah
magrib terlihat daerahnya sepi, untuk itu jika mnggunakan kendaraan
pribadi tidak ada batasan waktu, tetapi kalau menggunakan kendaraan
umum, batas waktu line sampai dengan pukul 17.00 WIB. Sehingga untuk
menuju akses tersebut diharapkan agar tetap waspada dan berhati-hati
demi keamanan pengunjung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 4.I. Line H ( Jalur Jombang-Cukir-Mojowarno PP )
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
Gambar 4.2. Kondisi Jalan Desa Mojowangi-Mojowarno
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 4.3. Gapura
Jalan Menuju Padepokan Kelompok Turangga Putra Sejati
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
Gambar 4.4 Transportasi Kendaraan Tradisional
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 4.5. Aset Jalan Menuju Makam KH.Abdurahman Wahid (Gus Dur)
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
b. Mata Pencaharian
Penduduk Desa Mojowangi berjumlah 3945 jiwa penduduk terdiri
1935 jiwa penduduk laki-laki, 2010 Jiwa jumlah penduduk perempuan,
Desa Mojowangi terdiri dari 1075 KK. Terdapat 8 RW dan 19 RT.
Dimana asal usul penduduk desa Mojowangi sebagian besar merupakan
penduduk asli kelahiran desa setempat dan sebagian merupakan pendatang
dari desa dan kota lain. Dari kondisi geografis yang ada sebagian besar
penduduk Desa Mojowangi bermata pencaharian sebagai buruh tani.
Karena tidak semua pemilikan sawah dipunyai oleh masyarakat sekitar,
kenyataannya sawah-sawah yang ada kebanyakan sudah menjadi milik
pribadi orang yang menjadi pejabat dilingkungan kabupaten Jombang.
Hasil pertanian berupa: padi, tebu dan palawijo, hasil buah-buahan yang
ada di Desa Mojowangi Mojowarno sebagian asli dari desa berupa durian,
rambutan tergantung dari musim yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Sedangakan untuk hasil peternakan Desa Mojowangi kebanyakan
masyarakatnya memelihara ternak berupa ternak itik, sapi, domba dan
ayam petelur yang letaknya di tengah persawahan. Dari keadaan secara
geografis walaupun berupa persawahan lebih luas, tidak berarti
masyarakat desa Mojowangi hanya bermata pencaharian sebagai buruh
tani, tetapi sebagian besar sudah lebih layak dengan bekerja sebagai, Guru,
Perawat, bidan, dokter, dan sebagai pekerja pabrik (swasta). Prosentase
dari mata pencaharian dapat penulis sampaikan 75 % dari sektor pertanian,
sedangkan 25% dari sektor lainnya.
Gambar 4.6. Kondisi Alam Ds. Mojowangi Persawahan Hasil Pertanian berupa
Padi
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
c. Pendidikan dan Kesehatan
1) Pendidikan.
Masalah pendidikan sebagian besar penduduk desa Mojowangi
ini sangat mengedepankan dan memprioritaskan pendidikan. Para
pemuda pemudinya untuk melanjutkan Sekolah Tingkat Atas banyak
yang bersekolah di kabupaten Jombang atau ke kecamatan sekitar, antara
lain Kecamatan Bareng dan Mojoagung. Sedangkan di Mojowarno
sendiri untuk sekolah setingkat SMA yang negeri Belum ada. Dari data
di Desa Mojowangi, di wilayah kecamatan Mojowarno terdapat lembaga
pendidikan formal yang terdiri dari PAUD sebanyak 1, TK ada 1, RA ada
1, SD sebanyak 2, tingkat menengah baik SMP dan SMA swasta ada 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Untuk pendidikan Non formal melalui pelatihan muncul sanggar-sanggar
seni serta TPQ sejumlah 2 buah.
Karena bagi penduduk setempat pendidikan yang tinggi, harapan
kedepan keinginan para pemuda untuk memajukan desanya sangat besar
sekali, sehingga dengan tingkat pendidikan yang tinggi sangat
mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang, dengan demikian pola pikir
masyarakat desa akan lebih maju dan tidak kolot sehingga meningkatkan
kehidupan masyarakat khususnya desa Mojowangi, yang lebih umum
untuk memajukan masyarakat sekitar sehingga membawa masyarakat
kabupaten Jombang lebih maju dan makmur, yang akhirnya dengan
pendidikan yang tinggi, penduduk asli daerah setempat bisa
mengembangkan potensi-potensi secara maksimal di desa Mojowangi.
Para pemain Jaranan Dor sebagian besar tamatan SMA,SMK,
sedangkan untuk lulusan SMP dan SD sebagian juga ada, dalam hal ini
lulusan pendidikan disesuaikan dengan tugas yang ada dalam organisasi
kesenian tradisi Jaran Dor, ijazah juga mendukung pekerjaan yang ada,
tetapi yang paling penting disini adalah jiwa seni yang menjadi prioritas
yang dimiliki oleh pribadi orang itu sendiri, selain itu keahlian dan
ketrampilan yang dimiliki semakin mantap dan ditunjang dengan
pendidikan yang tinggi, maka akan mewujudkan kesenian Jaranan
tersebut semakin lestari dan semakin eksis.
Tingkat pendidikan penduduk Desa Mojowangi Kecamatan
Mojowarno Kabupaten Jombang, Jawa Timur, sesuai data tahun
2013/2014, dapat ditabelkan sebagai berikut :
No Keterangan Jumlah
Penduduk
Jumlah
( % )
1 Drop Out/ buta aksara/buta huruf - -
2 Tamatan TK 60 1,51
3 Tamatan SD/MI/SR 1440 36,5
4 Tamatan SMP/MTS 1000 25,35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
5 Tamatan SMA/SMK/MAN 1327 33,64
6 Tamatan Perguruan Tinggi : D3 50 1,2
7 Tamatan Perguruan Tinggi : S 1 68 1,71
8 Tamatan Perguruan Tinggi : S 2 - -
Tabel 4.1. Tabel Tingkat Pendidikan Penduduk Setempat
(Sumber: Perangkat Desa Mojowangi, 2014)
Dari data jumlah penduduk diatas, secara keseluruhan untuk
Pendidikan Formal Kelompok Jaran Dor Turangga Putra Sejati dapat kami
sampaikan sebagai berikut: jumlah anggota awal pada saat berdiri
sejumlah 65 orang, sampai saat ini berjumlah 40 orang, berkurangnya
disebabkan karena banyak anggota, sebagian sudah mandiri untuk
membuka usaha Jaranan, dan sebagian kecil karena kesibukan serta
bekerja di luar kota dengan penghasilan yang lebih besar sehingga lebih
layak untuk kesejahteraan hidup mereka.
Tingkat pendidikan para personil Jaran Dor Turangga Putra Sejati
No Jenjang Jml Kedudukan dalam
Organisasi keterangan
1 ( Drop out ) -
2 Tamatan
SR/SD/MI
4 Sebagai pengatur dalam hal
kebersihan, serta
mempersiapkan peralatan
pada saat pertunjukkan mau
dilakukan
Masih
Aktif
3 Tamatan
SMP/MTS
6 Sebagai pemusik/penabuh
gamelan
Masih
Aktif
4 Tamatan
SMA/SMK/
MAN
30 Sebagai Sinden, pemain
Jaranan dan pemilik
kesenian tradisi Jaran Dor.
Masih
aktif
5 Tamatan D3 - - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
6 Tamatan S 1 - - -
7 Tamatan S 2 - - -
Tabel 4.2. Tabel Tingkat Pendidikan Pemain Jaran Dor
(Sumber: Perangkat Desa Mojowangi, 2014)
Dari data diatas dapat penulis jelaskan tingkat pendidikan
mempengaruhi bidang pekerjaan yang ditekuninya, dapat dirinci bahwa
lulusan SR hanya bertugas mempersiapkan dan menjaga kebersihan
peralatan Jaranan. Untuk lulusan SMP pemain dengan diberikan tambahan
keahlian dan latihan dan bertugas untuk memukul alat kesenian tradisi
Jaran Dor, sebagai pemain, sinden, sedangkan untuk lulusan SMA dan
yang sederajat para pemain sudah mampu dan mandiri untuk mengolah
pada saat pertunjukan. Dia sebagai pengatur manajemen dan
mengkoordinasikan kegiatan pada setiap seksi-seksi yang ada.
Gambar 4.7. SDN Mojowangi II
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
2) Bidang Kesehatan
Di kecamatan Mojowarno untuk menangani masalah dibidang
kesehatan sangat diperhatikan oleh perangkat pemerintah setempat,
terbukti disana untuk jaminan kesehatan tersebut akses untuk pengurusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
JAMKESMAS, BPJS (pengganti ASKES), dan JAMSOSTEK, lebih
mudah sebab para perangkat desa hanya berkeinginan untuk memudahkan
pengurusan supaya jiwa si penderita segera tertangani, dan dimudahkan
pelayanannya. Di daerah Kecamatan Mojowarno terdapat RS yang
peralatannya sudah memadai sebanyak 2 buah (RSK dan balai
pengobatan), Pos kesehatan ada 1, sedangkan di desa Mojowangi sendiri
terdapat 4 Posyandu, dan pondok Lansia ada 4 tempat, ada 6 Dokter
Umum.
Dari kondisi yang ada pelayanan RSK Mojowarno sampai dengan
sekarang terkenal sangat bagus, sehingga adanya RSK tersebut
pemeriksaan dan pelayanan kesehatan masyarakat kecamatan sekitar dan
diluar Mojowarno dapat diatasi teratasi secara cepat dan maksimal.
d. Agama dan Kepercayaan
Kecamatan Mojowarno merupakan kecamatan yang berpenduduk
mayoritas memeluk Agama Nasrani terbesar di kabupaten Jombang,
sehingga Nenek moyang sebagian Mayoritas penduduk desa Mojowangi
juga memeluk agama nasrani, untuk minoritas ada beberapa kecamatan
yang beragama Islam. Di desa Mojowangi terdiri 4 dukuhan, dari 4
dukuhan tersebut untuk pemeluk Agama Islam dan Nasrani hampir sama,
terbukti di dukuhan Mojoduwur desa Mojowangi sendiri terdapat 2
masjid, 5 mushola dan TPQ ada 2 sedangkan gereja ada 3 buah, disana
kerukunan antar umat beragama saling terjaga, terbukti tempat Gereja dan
Masjid saling berdekatan dan itu semua tidak menjadikan masalah bagi
masyarakat desa Mojowangi. Semua jamaah menjalankan ibadah sesuai
dengan keyakinan dan kepercayaannya masing-masing. Dalam hal
merayakan hari raya suci beragama pun baik Hari Raya Idul fitri maupun
Hari Natal desa Mojowangi sangat terlihat meriah dan setiap umat saling
menghargainya. Pada moment dan kegiatan desa silaturahmi juga
dilaksanakan dengan baik dan rukun oleh semua warga desa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Selain itu juga banyaknya acara-acara yang di adakan di desa
setempat untuk lebih mengeratkan persaudaraan di desa antara lain
menyampaikan makanan sebagaimana syukuran. Dari dari paguyuban-
paguyuban seperti paguyuban sepeda ontel dan paguyuban kelompok
kesenian tradisi Jaran Dor disana juga agamanya beragam, tetapi dengan
kerukunan umat beragama yang baik menyebabkan kondisi desa
Mojowangi aman dan tentram.
Jika dihubungkan dengan agama dan kepercayaan yang dianut oleh
Para pemain Kelompok Turangga Putra sejati, sebagian besar kelompok
Turangga Putra Sejati memeluk agama Islam tetapi dengan Kejawen yang
masih kental, sedangkan ketua organisasi dan pemilik kelompok Turangga
Putra Sejati Harjo Suyitno, beserta para empu memeluk agama Nasrani
Katholik. Dalam ajaran agamanya tersebut juga kuat sekali dengandoa dan
adat kejawennya masih melekat dan digunakan dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga unsur ritual dan spiritual terlihat pada saat kegiatan
pertunjukan Jaran Dor dengan melakukan kegiatan berupa: pembakaran
kemenyan yang ditujukan pada peralatan Jaran Dor (Jaran, Jepaplok,
Gendruwon, pecut), pembakaran menyan pada saat Jaran Dor mau ndadi,
serta pembakaran menyan ditujukan untuk semua peralatan musik yang
digunakan saat pementasan yang kesemuanya diiringi dengan pengucapan
mantra dalam bahasa Kawi, Jawa dan masih ada unsur kata basmallah
didalamnya. Semuanya bertujuan untuk memohon keselamatan pada
waktu sebelum, saat dan setelah pementasan pertunjukan tersebut dan
keselamatan untuk semua crew kelompok Turangga Putra Sejati. Dalam
hal ini meskipun mayoritas penari kesenian tradisi Jaran Dor berbeda
agama dan keyakinan dengan pemilik serta sang empu di dalam Kelompok
kesenian tradisi Jaran Dor Turangga Putra Sejati antara satu dengan yang
lainnya tetap saling menyatu dengan yang lainnya. Selain itu, dalam
kesenian tradisi Jaran Dor juga tidak boleh melakukan pertunjukkan di
wilayah di dekat pondok pesantren daerah Depok yang berbatasan dengan
Desa Mojowangi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Dari kondisi masyarakat yang ada tersebut kesenian tradisi Jaran
Dor yang sampai sekarang masih eksis dan menjadikan kabupaten
Jombang sebagai satu-satunya Kabupaten yang masih melestarikan
kesenian kuno yang menjadi icon Kabupaten Jombang, sehingga wilayah
Jombang menjadi terkenal dengan kesenian Jaranan nya. Salah satu
kesenian yang masih konsisten dan masih mempertahankan kebudayaan
zaman pra sejarah wilayah Jombang adalah kelompok Turangga Putra
Sejati, yang memang pemilik kelompok Turangga Putra Sejati Harjo
Suyitno merupakan penduduk asli dari Desa Mojowangi.
Gambar 4.8. Gereja di Pusat Kecamatan Mojowarno sebagai
Pusat Kepercayaan Para Anggota Kesenian (Paguyuban)
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
e. Kesenian
Mengingat nenek moyang Desa Mojowangi Kecamatan
Mojowarno sebagian besar mayoritas beragama Nasrani (GKJW) maka
adat kejaweannya masih kental dan sebagian masih menganut aliran
kepercayaan, sehingga dari sejarah dan aliran yang ada di desa tersebut
banyak kesenian yang bersifsat sakral, yang paling terkenal adalah
kesenian tradisi Jaran Dor. Dimana kesenian ini sudah mendarah daging
dan mendapatkan tempat yang bagus dimasyarakat daerah Mojowangi
tersebut karena tetap lestari sampai sekarang. Terbukti tiap kali ada
kegiatan masyarakat di Desa Mojowangi dan sekitarnya menggunakan
Jaran Dor untuk menghiburnya, sedangkan bukti lain untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
bahwa seni Jaran Dor masih kental di desa Mojowangi, adalah didaerah
tersebut pernak pernik Jaranan banyak dijual disepanjang jalan raya Cukir
Mojowarno, dengan harapan ke depan bahwa akses jalan Cukir
Mojowarno ini kalau kita ziarah dari makan KH Abdurahman Wahid
menuju Troloyo, banyak sekali pengunjung wisatawan domestik yang
berhenti untuk membeli pernak pernik kesenian tradisi Jaran Dor tersebut,
karena menarik bagi anak-anak usia dini. Barang pernak pernik tersebut
berupa pecut, bentuk kuda atau Jaranan dengan skala kecil yang terbuat
dari plastik atau rafia, ketipung kecil, sampai dengan gamelan kecil, ada di
sana.
Untuk alat musik yang mengiringi kesenian Jaranan Dor jika
menginginkan musik khas Jombangan asli hanya menggunakan kendhang,
cimplung, jidhor dan terbang.Tetapi jika pagelaran atau pertunjukan secara
menyeluruh dan pihak penanggap/peminat menginginkan pertunjukan
secara lengkap maka pihak Pemilik dan pemain Jaranan menggunakan
hampir semua peralatan yang ada dengan harapan pertunjukkan tersebut
tampil modern yang terbaik, dan biasanya ditambahkan dengan musik
berupa campur sari dan orkes.
Sampai saat ini kesenian tradisi Jaran Dor tersebut digunakan pada
acara-acara antara lain (khitan, pengantin, ulang tahun, mitoni, bedol desa,
acara pada bulan Agustus, dan ruwatan desa), yang kesemuanya tersebut
tidak lain bertujuan untuk menghibur dan melestarikan budaya dan
kesenian setempat, supaya tidak punah dan tetap lestari.
2. Bentuk Penyajian Kesenian Tradisi Jaran Dor Kelompok Turangga
Putra Sejati
Kesenian tradisi Jaran Dor merupakan kesenian asli daerah
Jombang. Dimana kesenian ini merupakan kesenian campuran antara
kebudayaan Hindhu dan kebudayaan Islam. Kebudayaan Hindhu didapat
dari kerajaan Mojopahit. Sedangkan dengan adanya pengaruh kebudayaan
Islam, terbitlah alat kesenian yang dipakai di dalam kesenian tradisi Jaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Dor, yakni terbang dan jidhor. Kesenian Jaranan di Jombang, banyak
ditemukan di daerah selatan Brantas. Salah satunya adalah desa
Mojowangi. Banyak dari penduduk setempat yang mengekspresikan cara
pikir mereka dengan menggunakan sebuah kesenian, sebagai media untuk
penyaluran aspirasi masyrakat. Salah satunya adalah kelompok Turangga
Putra Sejati.
Selain itu bentuk penyajian daripada kesenian tradisi Jaran Dor,
mencakup semua isi keseluruhan dari pertunjukan Jaranan. Dimulai dari
struktur pertunjukkan pembuka sampai dengan struktur pertunjukkan
penutupan, serta tak lepas dari unsur pendukung lainnya yaitu unsur tata
rias, unsur tata busana dan unsur musik yang ada di dalam iringan
pertunjukkan kesenian Jaranan .
1. Struktur Penyajian
Struktur penyajian pertunjukkan kelompok Turangga Putra
Sejati ada 4 tahapan, yakni tahapan persiapan, tahapan pembuka,
tahapan inti (isi pertunjukkan) serta tahapan penutupan.
a. Tahapan Persiapan
Pertunjukkan kelompok Turangga Putra Sejati dilakukan sesuai
dengan permintaan para penanggap. Namun para penanggap biasanya
menanggap kelompok Turangga Putra Sejati pada waktu siang hari
selesai Dzuhur. Sebelum prosesi pertunjukkan dimulai, para kelompok
mempersiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
pementasan, sesuai dengan tugas dari tiap personel. Personel dalam
kelompok Turangga Putra Sejati dibagi menjadi beberapa personel.
Personel yang ada adalah sie lighting, sie musik, sie pawang, sie
pemain Jaranan, sie pemain Jepaplok, serta sie pemain topeng
Genderuwon.
Para pemain biasanya merias wajah mereka dengan tata rias per
individu pemain. Jadi bisa dikatakan tata rias yang digunakan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
para pemain adalah kreativitas masing-masing. Sedangkan untuk tugas
sie lighting adalah dengan mempersiapkan peralatan kabel, lampu
acara, dan persiapan petasan untuk pertanda acara dimulai. Kemudian
untuk sie musik mempunyai tugas untuk mencoba alat musik dan
mencoba memainkan beberapa tembang sebelum pertunjukkan dimulai.
Tidak lupa untuk sie para pawang menyiapkan diri serta menyiapkan
untuk membuat sesajen (Sesaji) untuk melindungi para pemain dan
melindungi pertunjukkan selama berlangsung dari gangguan makhluk
diluarnya,misalnya gangguan makhluk halus di luar kelompok
Turangga Putra Sejati. Fungsi sesajen juga untuk meminta Ridho dari
Sang Hyang agar acara tidak ada hambatan dan tidak ada suatu
masalah apapun selama pementasan.
b. Tahapan Pembukaan
Pada tahapan pembukaan, diawali dengan pembukaan dari
penanggap, atau dengan kata lain mengutarakan maksud diadakannya
pertunjukkan, misalkan acara nazar dalam mitoni, untuk sebuah
hajatan pernikahan atau bahkan acara hari besar kemerdekaan
Indonesia. Setelah itu, acara dimeriahkan dengan pertunjukkan
peletusan petasan yang sudah dipersiapkan oleh tim ligting. Barulah
sambutan bunyi gendhing dibunyikan. Bunyi gendhing yang
dibunyikan pada pembukaan adalah gendhing Turangga Putra Sejati.
Diiringi dengan diperkenalkannya sang pemilik Harjo Suyitno dan
nama dari penanggap.
c. Tahapan Inti (Isi Pertunjukkan)
1. Tarian Jaran Dor
Dibuka dengan acara inti Jaranan kelompok Turangga Putra
Sejati, yaitu tarian Jaran Dor.
Dengan dibukanya acara inti, keempat pemain Jaran Dor turun
ke lantai pertunjukkan satu demi satu dengan menggunakan pakaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
khas para penari Jaran Dor. Busana khas penari Jaran Dor daerah
Jombang adalah menggunakan baju berlengan panjang yang berwarna
hitam, serta menggunakan celana panjang yang berwarna hitam. Selain
itu, Jaranan khas Jombang tidak memakai gonseng dan krempyeng
untuk menari. Hanya saja Jaranan Jombang memakai kopyah (peci)
berwarna hitam. Namun dalam perjalanannya, kesenian Jaranan
Jombang semakin berkembang. Dimana banyak para pemilik kesenian
ini menggunakan unsur busana Samboyoan. Maksud dari unsur busana
Samboyoan adalah busana yang dipakai oleh para pemain,
menggunakan busana yang lebih glamour. Namun dengan catatan
bahwa kelompok Turangga Putra Sejati, memakai tata busana samboyo,
sesuai dengan permintaan penanggap. Busana Samboyo yang lebih
glamour ini meniru pada busana tari Remo Khas Daerah Jombang.
Dipakai busana Samboyoan, agar Jaranan terlihat lebih menarik para
penonton yang melihat. Selain itu, para penari Jaranan menari dengan
tarian Kuda. Tarian Kuda yang disuguhkan kepada para penonton
menyerupai para prajurit yang sedang membawa kuda di dalam
peperangan. Kuda dibawa oleh para pemain dengan cara digepit
diantara kedua kaki para pemain. Kuda yang digunakan oleh
Kelompok Turangga Putra Sejati adalah kuda khas Jombang dan kuda
Jombang yang sudah dikombinasi dengan ornamen Jaranan Kediri.
Kuda asli Jombang berwarna dasar hitam dan abu-abu. Namun kuda
yang digunakan oleh para pemain sebelum ndadi, adalah dengan
menggunakan kuda yang berwarna abu-abu dan bermotif kediri.
Setelah tarian kuda selesai, barulah para penari memainkan adu
panthek antar pemain. Panthek adalah suatu alat yang digunakan oleh
para pemain Jaranan ketika sedang beraksi. Dimana panthek adalah
khas dari Jaranan Jombang. Panthek terbuat dari pohon bambu yang
mempunyai ukuran 30-40 cm. Panthek Jaranan menggunakan warna
merah. Setelah para pemain beradu panthek, barulah para pemain
melakukan atraksi yang ada diluar penalaran manusia. Memang, Jaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Dor dikenal dengan atraksi kerasukan roh binatang. Namun seiring
berkembangnya zaman, kesenian tradisi Jaran Dor atraksinya hanya
menggunakan atraksi Goro Sembodo. Atraksi Goro Sembodo yang
dimaksud adalah atraksi dengan cara pemain berpura-pura untuk
masuk dalam kondisi kalap. Tetapi, ada sebagian penari Turangga
Putra Sejati yang memasuki kondisi kalap karena memang ada roh
halus yang mengikuti pemain. Dengan menggunakan Jaranan
Jombangan yang berwarna hitam, setelah para pemain beraksi dengan
ndadi Goro Sembodo, ketika para penonoton bersiul atau bertepuk,
maka para pemain segera menangkap para penonton yang jahil untuk
dikasih bedak sesaji yang ada di dekat perapian sesajen. Disinilah
komunikasi antara pemain dan penonton terjadi. Namun, setelah acara
kalap dan berinterkasi dengan para penonton, barulah para pemain
Jaranan disembuhkan oleh para pawang yang sudah bersiap dari awal
acara. Para pawang menyembuhkan para pemain dengan membaca
mantra yang diucapkan dengan membisikkan kepada para pemain.
Setelah para pemain Jaranan sembuh, barulah sang pembawa acara
mengambil alih acara dan memberikan penjelasan untuk pertunjukkan
tari yang kedua.
2. Tarian Jepaplok
Dengan berakhirnya tarian Jaranan diawal, kemudian masuklah
para pemain dengan memperagakan tarian Jepaplok. Jepaplok
merupakan sebuah topeng yang menyerupai kepala macan dengan
bagian leher yang dilengkapi dengan kain panjang. Kain panjang pada
tubuh Jepaplok, diibaratkan sebagai tubuh dari seekor macan. Warna
kain dari Jepaplok adalah hitam dan putih. Pada bagian mulut, mulut
pada Jepaplok dapat dibuka ataupun ditutup.Inilah yang dapat memberi
aksen bunyi pada Jepaplok itu sendiri yang berbunyi plok-plok-plok.
Selain itu, busana yang dipakai oleh para pemain Jepaplok juga sangat
sederhana. Dimana para pemain hanya menggunakan kaos seadanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dan menggunakan celana panjang yang berwarna hitam. Gendhing
yang dilantunkan untuk tarian Jepaplok adalah gendhing-gendhing
jawa yang masih diadopsi dengan gendhing tarian Remo.
Sama halnya dengan para pemain tarian Jaranan, para pemain
tarian Jepaplok juga bisa memasuki dalam tahapan kalap. Dimana para
pemain tetap menggunakan tahapan ndadi goro sembodo, yakni ndadi
hanya berpura-pura saja. Setelah para pemain ndadi, para pawang
mulai menyimpan atribut Jepaplok itu sendiri. Jepaplok disimpan dan
para pemain dibiarkan beraksi goro sembodo. Setelah kurang lebih 30
menit para pemain tari Jepaplok ndadi, para pemain disembuhkan oleh
para pawing. Para pawang tetap membacakan mantra pada para pemain
dengan membisikkan pada telinga para pemain tarian Jepaplok.
3. Tarian Topeng Genderuwon
Tarian topeng Genderuwon merupakan salah satu tarian
penutupan pada pertunjukkan Jaranan Jombangan. Dimana tarian
topeng genderuwon ini memakai peralatan topeng yang ditutupkan
pada wajah para pemain. Topeng genderuwon sendiri memiliki bentuk
yang menyerupai sosok makhluk halus yaitu genderuwo. Dimana
topeng ini walaupun berwajah menyeramkan, tetapi pertunjukkan pada
tarian topeng genderuwon diisi dengan pertunjukkan yang lucu. Cerita
lucu dari topeng genderuwon hampir sama ketika para pemain Besutan
ketika sedang menghibur para pemain dengan menggunakan logat
bahasa Arek. Bahasa Jawa Timuran, yang lebih mengacu pada bahasa
Jawa Kasar.
d. Tahapan Penutup
Dalam tahapan penutup, sang pemilik kesenian tradisi Jaran
Dor kelompok Turangga Sejati menghaturkan terima kasih kepada
para penonton atas pertunjukkannya. Selain itu, gendhing penutupan
yang dipakai oleh kelompok Turangga Putra Sejati adalah gendhing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
yang bernuansa islamiah. Namun tetap diiringi dengan tabuhan khas
Jidhornya.
3. Unsur Pendukung Penyajian Pertunjukkan
Unsur pendukung pada sebuah penyajian pertunjukkan tidaklah
terlepas dari struktur penyajian pertunjukkan. Karena unsur pendukung
penyajian juga memenuhi dan mendukung agar pertunjukkan akan terlihat
lebih menarik, beberapa unsur pendukung penyajian, antara lain:
a. Tata Rias
Tata rias wajah pada pertunjukkan Jaranan sangatlah penting
untuk mendukung performa para pemain. Para pemain tari Jaranan
kelompok Turangga Putra Sejati, menggunakan riasan wajah yang
terlihat angker dan terlihat gagah pada riasan para pemain Jaran Dor
laki-laki. Para pemain Jaran Dor menggunakan tata rias dengan
imaginasi tiap individu pemain. Namun, tata rias yang digunakan tidak
terlalu tebal pada acara siang hari. Namun apabila para pemain Jaran
Dor bermain pada dini hari, mereka menggunakan tata rias sedikit
tebal.
Berbeda halnya dengan para penari Jaran Dor. Para penari
tarian jepalok dan para penari topeng genderuwon tidak menggunakan
tata rias. Hal ini dikarenakan wajah para pemain menggunakan topeng
pada tarian mereka.
Gambar 4.9. Tata Rias Salah Satu Penari Jaran Dor Turangga
Putra Sejati
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
b. Tata Busana
Tata busana yang digunakan oleh para pemain Jaran Dor pada
zaman dahulu dan zaman sekarang sangatlah berbeda. Ini dapat dilihat
pada tata busana zaman dahulu, para pemain tarian Jaran Dor hanya
menggunakan kaos putih atau kaos plerek putih dan plerek merah,
kemudian dirangakap menggunakan baju hitam berlengan panjang.
Dan para pemain tarian Jaran Dor tetap menggunakan celana hitam
beserta hiasan kepala yang berwarna hitam, yang biasa disebut dengan
kopyah. Namun berbeda halnya dengan zaman sekarang. Para pemain
tarian Jaranan, menggunakan tata busana yang lebih bagus dan indah.
Para pemain menggunakan tata busana yang terdiri dari rompi,
krempyeng, celana seperempat, jarit/sewek, sampur, baju lengan
panjang, dan udheng.
Sedangkan pada tarian Jepaplok dan tarian topeng genderuwon,
para pemain menggunakan tata busana yang sederhana saja, yakni
menggunakan kaos putih dan celana hitam panjang.Para pawang
menggunakan tata busana yang simple, yaitu hanya menggunakan kaos
hitam yang bertuliskan Turangga Putra Sejati. Begitu juga dengan para
wiyogo, mereka menggunakan kaos merah yang bertuliskan Turangga
Putra Sejati.
Gambar 4.10. Tata Busana Jaran Dor Zaman Modern (Sekarang)
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
c. Musik pengiring
Adanya gendhing untuk mengiringi suatu pertunjukkan
kesenian sangatlah penting. Gendhing sangat menunjang performa
para pelaku pertunjukkan. Selain itu, adanya gendhing dapat menjadi
penekanan pada sebuah klimaks. Alat musik yang digunakan oleh
kelompok Turangga Putra Sejati, antara lain:
1. Alat Musik Jidhor
Alat musik jidhor merupakan alat musik yang khas dalam
pertunjukkan Jaran Dor Jombang. Dimana alat musik ini merupakan
alat musik yang dipukul dan menyerupai bentuk dor yang biasa ada di
masjid. Alat musik jidhor terbuat dari kayu dan tempat tabuhannya
terbuat dari kulit sapi maupun kulit kambing.
Gambar 4.11. Alat Musik Jidhor Kelompok Turangga Putra
Sejati
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
2. Kendhang
Kendhang adalah sebuah alat musik pukul yang dipukul
dengan tangan. Pada kedua sisi kendhang tidak sama. Sisi yang lebih
kecil dinamakan kempyung, dan sisi yang agak besar dinamakan bem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 4.12. Alat Musik Kendhang Kelompok Turangga
Putra Sejati
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
3. Cimplung
Cimplung merupakan sebuah alat musik yang cara
memainkannya adalah dipukul dengan menggunakan alat pukul, yang
nantinya cimplung akan berbunyi tung-tung-tung.
Gambar 4.13. Alat Musik Cimplung Kelompok Turangga
Putra Sejati
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
4. Terbang
Terbang merupakan suatu alat musik peninggalan kebudayaan
Islam yang terbuat dari kayu. Pada alat musik terbang bagian atas
tabuhan, dilapisi dengan menggunakan kulit kambing. Satu set terbang
terdiri dari terbang, kempyong dan bem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Biasanya alat musik terbang digunakan pada kesenian religi
seperti haddrah, samroh maupun qosidahan.
Gambar 4.14. Alat Musik Terbang Kelompok Turangga Putra
Sejati
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
d. Properti
Properti pertunjukkan merupakan peralatan pertunjukkan yang
dipakai di dalam sebuah kesenian. Dimana peralatan sangat
mendukung adanya dalam mengkomunikasikan kepada para penonton.
Properti yang digunakan dalam Jaranan Jombang tidak termasuk tata
busana, namun tetap diikut sertakan adalah rompi yang dipakai oleh
para penari tarian jaran, panthek, krempyeng, serta sesajen.
a. Rompi para penari Jaranan
Rompi yang digunakan oleh para penari Jaranan sama dengan
rompi yang digunakan oleh para penari Tari remo. Dimana dalam
ornamen rompinya, terdapat ragam hias dengan garis yang tegas dan
tajam. Ornamen pada rompi, terbuat dari manik-manik yang disusun
sedemikian apik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Gambar 4.15. Rompi Pemain Jaran Dor Kelompok Turangga
Putra Sejati
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
b. Panthek
Panthek merupakan sebuah alat yang digunakan oleh para
pemain ketika para pemain Jaran Dor sedang beradu panthek. Di
dalam Jaranan Jombangan, pawang tidak menggunakan pecut. Namun
pawang menggunakan panthek yang terbuat dari bambu dan dicat
berwarna merah sebgai pengganti pecut.
Gambar 4.16. Panthek Pemain Jaran Dor Kelompok Turangga
Putra Sejati
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
c. Krempyeng
Krempyeng merupakan suatu properti yang dipakai oleh para
pemain tarian Jaran Dor pada kakinya yang biasa dapat menimbulkan
bunyi nyaring ketika para pemain sedang beraksi. Krempyeng pada
tarian Jaranan sama dengan krempyeng yang digunakan oleh para
penari tarian Remo.
Gambar 4.17. Krempyeng Pemain Jaran Dor Kelompok
Turangga Putra Sejati
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
d. Udheng
Udheng merupakan ikat kepala yang dipakai oleh para pemain
tari Jaranan yang dipakai di kepala dan berwarna hitam. Udheng
digunakan sebagai hiasan untuk lebih memperindah karakter sang
pemain.
Gambar 4.18. Udheng Pemain Jaran Dor
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
e. Sewek/jarit
Sewek/jarit yang digunakan oleh para pemain Jaran Dor hampir
sama dengan jarit yang mempunyai khas dari daerah Bali yaitu putih
merah atau putih dan hitam kotak.
Gambar 4.19. Sewek/Jarit Pemain Jaran Dor
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
f. Sesajen
Sesajen sangat penting dalam pementasan Jaran Dor. Dimana
sesajen digunakan ketika ritual sebelum pertunjukkan. Pada sesajen
biasanya diisi dengan alat masak dapur yang lengkap, pisang soboh,
bedak, minyak, kelapa yang belum dikuliti. Semua isi sesajen ditaruh
dalam satu wadah plastik, serta sesajen tidak lepas dari air yang
diisikan dalam sebuah kendi. Ayam hitam mulus juga tidak
ketinggalan dalam isi sesajen. Biasanya ayam hitam yang mulus
diletakkan disebelah alat musik kendhang. Biasanya para pemain tari
Jaran Dor dan para pemain tarian Jepaplok, memakan sesajen saat
melakukan pertunjukkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Gambar 4.20. Sesajen Kelompok Turangga Putra Sejati
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
4. Proses Pembuataan Jaran Dor Kelompok Turangga Putra Sejati.
Proses kreativitas pembuatan Jaran Dor Jombangan, dipengaruhi
dengan faktor lingkungan, faktor budaya, faktor sosial, faktor ekonomi,
faktor pola pikir, faktor teknologi daerah Jombang. Proses kreatif daripada
Jaran Dor Jombangan masih tetap mempertahankan warisan tradisi nenek
moyang orang Jombang.
Kelompok Turangga Putra Sejati merupakan kelompok kesenian
tradisi Jaranan Jombang yang masih mempertahankan eksistensi Jaranan
Jombangan. Pada Jaranan versi Jombang, Jaranan terdiri dari Jaran Dor,
Jepaplok, dan topeng genderuwon. Semua alat kesenian tradisi Jombang ini
tetap bertahan pada desain dan pola yang sudah ada warisan leluhur. Dimana
semua warna dan semua ornamen merupakan paten dan tidak bisa diubah.
Kelompok Turangga Putra Sejati mempercayakan pembuatan alat
Jaran Dor yang digunakan pada setiap pementasan kepada Supanto. Supanto
merupakan salah seorang pembuat alat kerajinan Jaranan yang berkediaman
di Kandangan. Berangkat dari keturunan seorang seniman, Supanto yang
mempunyai pendidikan hanya sampai kelas 3 SD, mampu membuat sebuah
karya tradisi Jombangan yang apik dan tetap bertahan di era modernisasi.
Dalam puluhan karya Jaran Dor Jombangan yang dibuat oleh Supanto, karya
peralatan Jaranan khas daerah Kediri juga dikuasai oleh Supanto.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
a. Proses Pembuatan Jaran Dor
Untuk proses pembuatan Jaran Dor membutuhkan waktu
selama empat hari, dan ada beberapa tahapan yang harus dikerjakan.
1. Tahapan Menganyam
Pada Jaran yang dipakai dalam Jaranan zaman dahulu
menggunakan anyaman yang terbuat dari bambu. Namun berbeda
halnya dengan sekarang. Pada zaman sekarang, para seniman lebih
condong memakai anyaman yang terbuat dari plastik. Ini dikarenakan
anyaman yang terbuat dari plastik akan sangat awet penggunaannya.
Dalam tahapan menganyam, memerlukan peralatan gunting, dan
plastik jenis platban. Dimana proses menganyam membutuhkan waktu
satu hari pembuatan. Menganyam anyaman Jaran Dor menggunakan
anyaman bentuk dinding, yang mempunyai irama nada 2.
Gambar 4.21. Tahapan Menganyam
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
2. Tahapan Membuat Pola.
Dalam tahapan membuat pola, anyaman yang sudah jadi dan masih
berbentuk persegi panjang, kemudian dipotong dan disesuaikan dengan
pola yang sudah dibuat oleh sang seniman. Dimana ukuran yang dibuat
memang tergantung pemesanan. Namun khusus untuk Jaran Dor
Jombang, mempunyai ukuran paten yakni 70x85 cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
3. Tahapan membuat dan Memasang Blengker
Tahapan membuat dan memasang blengker adalah tahapan dimana
sang seniman membuat dan memasang pinggiran jaran, yang diperkuat
dengan anyaman Jaranan, yang biasa terbuat dari bambu atau dari
njalin (rotan). Dalam tahapan ini, hanya membutuhkan waktu satu hari
untuk membuat pinggiran Jaranan .
4. Tahapan Finishing
Tahapan yang paling akhir adalah tahapan dengan menggunakan
tahapan finishing. Dimana tahapan finishing sangat diperlukan untuk
membuat suatu karya menjadi karya seni yang dapat dinikmati oleh
para penikmat seni. Tahapan finishing pada Jaran Dor adalah dengan
menggunakan pewarnaan menggunakan cat besi.
Berbeda halnya dengan proses pembuatan kreatif Jepaplok.
Dimana Topeng Jepaplok tidak menggunakan bambu atau plastik
sebagai bahan pembuatan dasar. Namun Topeng Jepaplok memakai
bahan kayu sebagai bahan pembuatan dasar. Kayu yang dipakai adalah
kayu sengon atau kayu pule. Dimana jenis kayu ini sangat mudah
untuk dibentuk. Pembuatan Jepaplok membutuhkan hanya dua hari.
Namun dalam 3 hari, hanya ada tiga tahapan proses pembuatan. Yaitu
tahapan pembentukan kepala Jepaplok, tahapan menempelkan kain
pada kepala Jepaplok, serta tahapan finishing dengan menggunakan
pewarnaan yang menggunakan cat kayu.
b. Tahapan Pembuatan Jepaplok
1. Tahapan Memotong Kayu dan Membentuk Jepaplok
Pada tahapan ini, seniman membuat bentuk dasar Jepaplok
yang terbuat dari kayu, berdasarkan pola paten Jombang yang
sudah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
2. Tahapan Memasang kain pada kepala Jepaplok
Dimana dalam tahapan ini, kain pada Jepaplok dibuat dengan
kain yang berwarna hitam dan pleret putih. Dengan menggunakan
lem kayu.
3. Tahapan Finishing
Dimana dalam tahapan paling akhir dalam proses pembuatan,
menggunakan tahapan finishing yang menggunakan cat kayu untuk
pewarnaan pada Jepaplok.
Dalam tahapan pembuatan Topeng Genderuwon hampir
sama dengan pembuatan Jepaplok. Dimana topeng genderuwon
juga memakai bahan dasar kayu sebagai bahan dasar pembuatan.
Proses pembuatan Topeng Genderuwon hanya memakan waktu
satu hari proses pembuatan.
c. Tahapan Pembuatan Topeng Genderuwon.
1. Tahapan Memotong Pola Kasar dan Membentuk Topeng
Genderuwon.
Dalam tahapan ini, seniman membuat pola secara global dan
menatah kayu untuk dijadikan bentuk Topeng Genderuwon.
2. Tahapan Finishing
Dalamtahapan finishing, topeng genderuwon dipoles dan diberi
warna dengan menggunakan teknik blok dan cat kayu sebagai alat
untuk proses finishing.
5. Karakteristik Jaranan Jombangan Karya Supanto
Setiap daerah memiliki kebudayaan masing-masing. Dimana kebudayaan
suatu daerah dapat dilihat dari history mengenai daerah tersebut. Faktor
lingkungan, faktor sosial, faktor peradaban merupakan faktor yang
mempengaruhi desain atau bentuk suatu karya pada daerah tertentu. Serta
mempengaruhi pola pikir atau mind set pada seorang seniman yang tinggal di
dalam daerah tersebut. Ciri khas yang ditunjukkan daerah Jombangan
menggunakan budaya Arek asli Jawa Timuran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Karakteristik Jaranan Jombangan, antara lain:
1. Jaran Dor
a. Bentuk Badan
Bentuk Jaranan asli Jombangan tidak menggunakan jaran yang
berkepala besar, seperti pada bentuk Jaranan Kediri maupun Ponorogo.
Jaranan Jombangan mempunyai ukuran 75x80 cm.
Gambar 4.22. Badan Jaran Dor Turangga Putra Sejati
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
b. Rambut
Pada Jaranan versi Jombang rambut jaran tidak terbuat dari tali
rafia, melainkan terbuat dari ijuk. Begitu juga pada ekor jaran. Ekor
jaran menggunakan rambut ijuk. Dan memang ijuk yang harus
digunakan adalah ijuk yang berwarna hitam.
Gambar 4.23.Ekor Jaran dan Rambut Kepala Berbahan Ijuk Hitam
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
c. Ornamen
1. Ornamen Kepala Jaran
Dalam ornamen yang terdapat pada kepala jaran, Jaran
Jombang tidak memakai ornamen yang distilirkan seperti yang biasa
dijumpai pada ornamen-ornamen jaran daerah Kediri maupun
Ponorogo. Ornamen yang ada di kepala jaran untuk versi Jombang,
hanya menggunakan ornamen yang sangat simple, yaitu ornamen
segitiga yang berwarna merah dan putih.
Gambar 4.24. Ornamen pada Kepala Jaran
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
2. Ornamen Badan Jaran
Jaranan Jombangan tidak mematenkan bentuk pola atau desain
pada bagian badan jaran. Hanya saja memang jaran Jombang pada
bagian badan, polos (tak bergambar).
Gambar 4.25.Ornamen pada Badan Jaran
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
3. Ornamen Ekor Jaran
Sama halnya dengan ornamen yang terdapat pada kepala jaran.
Dimana ornamen yang terdapat pada ekor jaran juga sangat sederhana,
yaitu hanya menggunakan ornamen berbentuk segitiga berwarna
merah dan berwarna putih.
Gambar 4.26. Ornamen pada Ekor Jaran
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
d. Warna
Warna Jaranan asli Jombang sudah paten dan tidak dapat
diubah lagi. Warna background pada kuda menggunakan warna abu-
abu dan warna hitam. Sedangkan untuk ornamen ornamen yang ada
pada Jaranan , menggunakan warna merah maupun warna putih.
B. Aspek Ritual dan Spiritual Kesenian Tradisi Jaran Dor Kelompok
Turangga Putra Sejati
Gambar 4.27. Para Pemain Jaran Dor sedang Beraksi pada saat acara Ngunduh
Mantu di Ds. Jatirejo Cukir Kec. Diwek Kab. Jombang
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Kegiatan Ritual dan Spiritual sangatlah penting dalam kehidupan manusia,
terutama masyarakat Jawa. Dimana kita sebagai manusia harus tetap yakin akan
Manunggaling Kawulo Gusti yang bisa diartikan bahwa Allah SWT itu satu dan
ada di setiap hati manusia. Namun banyak sekali cara manusia untuk
mengekspresikan keyakinannya terhadap Allah SWT. Salah satunya adalah
dengan menuangkan pada suatu karya seni. Dimana cara dan ritual
pengekspresiannya pada kesenian tradisi Jaran Dor dilakukan dalam bentuk ritual
baik dilakukan sebelum pementasan, pada saat acara berlangsung dan sesudah
pementasan. Semuanya bertujuan berdoa untuk keselamatan semua anggota Jaran
Dor dan acara kegiatan supaya berjalan dengan baik dan lancar.
Kegiatan ritual juga diadakan oleh pemilik Turangga Putra Sejati, yaitu
Harjo Suyitno. Pemilik kesenian tradisi Jaran Dor melakukan ritual setiap malam
Jum’at Legi dan 1 Syuro. Kegiatan ritual dilakukan dengan cara melakukan
ruwatan alat musik Jaran Dor (Gong, kenong, saron, pakaian Jaran Dor, Jaran Dor,
panthek, dll) tanpa satupun tertinggal, semua alat musik Jaran Dor di Ruwat.
Jumat legi dan malam satu suro dianggap hari sakral dan memang dianggap hari
baik untuk melakukan ritual dengan cara memberikan makan seperti memandikan
dengan kembang 7 rupa, membakar kemenyan maupun memoles dengan minyak
khusus kepada penunggu-penunggu peralatan barang serta pakaian Jaranan.
Suasana malam Jumat legi merupakan suasana malam Jumat yang penuh dengan
nuansa yang spiritual. Pembakaran menyan mempunyai makna bahwa asap dupa
terbang di udara dengan harapan untuk lebih mendekatkan diri dengan sang Maha
Pencipta yaitu Allah SWT. Hal serupa juga dikatakan oleh Harjo Suyitno:
“ Saya menganggap bahwa malam Jumat Legi dan malam Satu Suro
memang malam yang sangat sakral dan suci. Saya biasa meruwat dan
mensucikan peralatan Jaran Dor setiap malam Jumat Legi dan Malam
Satu Suro dengan menyiapkan makanan untuk semua peralatan.
Makanannya berupa sesajen”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, 6
Januari 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Selain malam Jumat legi dan malam satu Syuro, pada saat sebelum
dimulai pementasan para empu dan sesepuh kelompok Turangga Putra Sejati
melakukan ritual-ritual dengan menyiapkan kemenyan, kembang 7 rupa, minyak
untuk Jaranan, arang, bedak sang pemain Jaran Dor, kluwek, daun sirih yang
digulung menggunakan kulit pohon pisang (gedebog), beras, ayam kampung
hitam yang mulus dan air di dalam kendi, yang kesemua sandingan tersebut
ditaruh sebuah wadah diletakkan didepan dan ditempat barang-barang Jaranan
Dor. Selanjutnya, para sesepuh melakukan ritual membaca mantra dan membakar
kemenyan. Dengan tujuan mantra yang diucapkan adalah untuk memohon kepada
yang di atas (Allah SWT) agar pertunjukkan berjalan dengan baik, dan juga
berdoa serta memohon izin kepada para danyang-danyangdi tempat yang mau
ditempati untuk pertunjukan tersebut. Dengan maksud meminta ijin untuk
mengadakan pagelaran Jaranan Dor, dan agar makhluk gaib di luar Kelompok
Turangga Putra Sejati tidak mengganggu pada saat pementasan berlangsung.
Selain itu juga maksud membaca mantera juga untuk mendatangkan makhluk
halus, dan mendatangkan barang roh halus yang mengikuti para pemain.
Gambar 4.28. Sesajen (sandingan) yang dibuat sebelum Pementasan Jaran Dor
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Gambar 4.29. Sang Empu Membakar Kemenyan Sebelum Pertunjukan Dimulai
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
Setelah para empu melakukan ritual dan menyiapkan sesajen, barulah
acara pementasan dimulai. Setelah itu, barulah para wiyogo (pemain musik)
membuka dengan memainkan alat musiknya sesuai dengan tugas dan bidang
keahlian alat musiknya masing-masing, untuk menyamakan nada, dan dilanjutkan
memainkan lagu mars (lagu wajib) dari Turangga Putra Sejati, yang paling khas
dalam pertunjukkan Jaran Dor. Selain itu, yang paling khas dalam alat musik
Jaran Dor adalah dengan menggunakan jidhor. Jidhor adalah alat musik yang
terbuat dari kulit kambing maupun sapi. Alat musik jidhor hampir sama dengan
bedhug yang ada di masjid tetapi ukurannya lebih kecil. Jidhor dimainkannya
disela-sela musik gamelan. Fungsi spiritual dari pada para wiyogo memainkan
alat musiknya adalah untuk mengundang para penonton untuk melihat
pertunjukkan Jaran Dor, dan menandakan bahwa Pertunjukan Jaran Dor segera
dimulai.
Acara yang pertama yaitu Tarian Jaranan siap tampil, para pemain Jaran
Dor siap dengan Kuda laratnya dan pakaian lengkap dengan accecoriesnya mulai
dari udheng, dsb, segera tampil mempertunjukkan tarian Jaranan Jombangan.
Udheng merupakan ikat kepala yang biasa dipakai oleh para pemain Jaranan
ketika sedang melakukan pertunjukkan. Udheng dengan segitiga dibawah juga
mempunyai makna. Makna yang tersirat adalah Tuhan itu cuma satu dan setiap
orang di dalam pikirannya dengan keyakinan bahwa semua kejadian yang kita
lakukan semua atas ijin Allah SWT, dan Allah yang Maha segalanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Para pemain juga menggunakan stagen (sabuk yang diperut yang biasa
terbuat dari kain) biasanya sabuk ini berwarna hitam maupun merah. Stagen yang
dipakai dalam Jaran Dor Turangga Putra Sejati berwarna hitam tidak ada maksud
yang lain hanya lebih menyatukan dengan kombinasi baju yang dipakai oleh para
pemain Jaranan saja.
Setelah semuanya siap, para pemain Jaranan mulai memasuki daerah
pagelaran dengan menggunakan baju Jaranan khas daerah Jombangan, pemain
Jaranan yang berjumlah 4 orang. Setelah para pemain selesai menari, keluar para
pemain Jaranan lainnya dengan menggunakan atribut yang sama lengkap dengan
menggunakan Jaranan berwarna hitam dan menggunakan panthek. Biasanya
kelompok Jaranan lainnya menggunakan pecut. Namun, berbeda halnya dengan
kelompok Jaranan Turangga Putra Sejati. Mereka menggunakan panthek sebagai
ganti pecut. Panthek diibaratkan sebagai pedang dibawa oleh para prajurit.
Sedangkan kuda, mempunyai makna bahwa tunggangan dipakai oleh para ksatria
dalam berperang.
Gambar 4.30. Para Pemain Jaran Dor yang bermain (Bertarung) menggunakan
Panthek
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Gambar 4.31. Para Pemain Sedang Menari Menggunakan Panthek
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
Kemudian setelah para pemain selesai memainkan tarian, para pawang
memasuki arena pementasan untuk menyalakan sesajen dan kemenyan. Seperti
yang disampaikan diatas bahwa sesajen digunakan untuk meminta restu kepada
yang diatas (Allah SWT) dan danyang setempat. Selain itu, arang mempunyai
makna yaitu warna merah dilambangkan keberanian dan sebagai tantangan.
Maksudnya, setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti setiap harinya ada
masalah dan pasti ada cobaan yang menghampirinya. Warna hitam dilambangkan
dengan masuknya Jaranan ini kedalam dunia hitam dan mempunyai filosofi
bahwa setiap orang mempunyai akhir kehidupan, yaitu kematian.Warna putih di
dalam arang melambangkan kesucian yang ada di dalam Jaranan. Dalam artian
setiap manusia yang lahir di dunia masih suci (tidak mempunyai dosa).
Gambar 4.32. Pawang Membaca Mantra dan Membakar Arang Diatas Perapian
Kemenyan
(Sumber:Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah,2014 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Momentum yang paling magis dan sangat atraktif adalah ketika para
pemain sudah mulai beradu dengan menggunakan panthek (pengganti pecut
dalam Jaranan) dan diiringi dengan alunan musik yang menggetarkan jiwa. Di
moment inilah bisa disebut terbukanya jagad alit lan jagad gede (jiwa manusia
(jagad alit) dan jagad gede (Kekuatan makrokosmos) ) dan menyatulah kekuatan
keduanya antara jagad alit dan jagad gede. Kondisi inilah yang dinamakan
kondisi kalap. Dimana para pemain Jaran Dor sudah tak sadarkan diri dan juga
sudah mulai ndadi. Ndadi merupakan masuknya roh gaib kedalam tubuh para
pemain Jaran Dor.
Gambar 4.33.Ketika Pemain Kesenian Tradisi Jaran Dor sedang Beradu Panthek
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )
Ketika para pawang memasuki arena permainan, dan pawang sudah
menambahkan kemenyan dalam perapian, serta ketika pawang menyiapkan air
yang berisi kembang kamboja disebelah perapian, disinalah aspek spiritual yang
ada dalam Jaranan yang mempunyai arti bahwa terbukanya warono, manjinge
sukmo dan menyatunya kawulo dan Gusti.
Tidak semua pemain Jaran Dor yang kalab sama. Maksudnya adalah, cara
roh halus dalam memasuki para pemain tidak sama atau bisa dikatakan berbeda.
Tergantung dari roh halus yang memang ikut dari para pemain. Namun yang pasti,
saat para pemain sebelum kalap, mereka menggunakan mantra mantra yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
mendatangkan roh halus. Para pemain menggunakan mantra yang berbeda. Itu
dikarenakan roh gaib yang ikut dengan para pemain tidak sama. Namun, ada
penari Jaranan yang pada pertunjukkannya, terkadang tidak bisa ndadi. Ini
dikarenakan bahwa semua tergantung dengan jiwa dan spiritualitas dari sang
penari. Apabila pemain mempunyai jiwa yang kotor dengan adanya nafsu angkara
murka yang banyak dan juga pikirannya dipenuhi dengan duniawi, maka pemain
jaran tidak akan bisa kalap atau ndadi.
Gambar 4.34. Saat Salah Satu Penari Sebelum Masuk Dalam Tahapan Kalap
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )
Sesaat sebelum para pemain memasuki tahapan kalap, Jaran Kepang yang
ditunggangi para pemain saat menari, ditukar dengan Jaran Kepang khas Jombang
yang berwarna hitam dan memiliki rambut yang terbuat dari ijuk. Ketika para
pemain sedang ndadi atau kalap, komunikasi yang lucu dengan para penonton
tetap terjadi. Dimana ketika para penonoton terutama para penonton laki bersiul
atau bertepuk tepuk di dekat para pemain Jaran Dor, maka para pemain Jaran Dor
ini mengejar sampai dapat para penonton yang bersiul atau bertepuk tangan di
dekat para pemain.
Terjadinya komunikasi yang ada dalam para pemain Jaran Dor dan juga
para penonton merupakan suatu kejadian untuk lebih mendekatkan keguyuban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
masyarakat sekitar. Selain itu, ketika sang pemain Jaran Dor sedang kalap atau
ndadi, mereka juga meminta makan beras, air beras yang ada di dalam ember,
memakan kembang kenanga, memakan kelapa yang belum dikupas, bahkan para
penari selalu mengendus enduskan mukanya di dekat perapian kemenyan. Dan
juga terkadang meminta gendhing yang lain untuk dinyanyikan. Disinilah proses
dan moment pertunjukkan Jaran Dor terlihat seru dan menarik.
Gambar 4.35. Para Pawang Sedang Berkumpul di AreaPertunjukkan Disaat Detik-
Detik Para Pemain Kalap/Ndadi
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )
Gambar 4.36. Saat Sang Pawang akan Membawakan Minuman yang Berisi Air
Kembang Kamboja Kepada Sang Pemain Jaran Dor
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Gambar 4.37. Pemain Dalam Awal Tahapan Kalap Dibantu Oleh Para Pawang
Untuk Ditenangkan dan Dibawa Didekat Perapian kemenyan
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )
Gambar 4.38. Para Penari Jaran Dor Saat Ndadi dan Berada Didekat Perapian
yang Berisikan Kemenyan dan Arang
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Gambar 4.39. Para Penari sedang Menari dalam Keadaan Ndadi
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )
Gambar 4.40. Saat Sedang Kalap dan Penari Meminta Sesajen yang Telah
Disediakan
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Gambar 4.41. Pemain Dengan Kondisi Kalap, Meminta Air Beras
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
Gambar 4.42. Pemain Kalap dan Meminta Kelapa
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Gambar 4.43. Pemain yang Mengerjai Penonton yang Bersiul
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )
Setelah para pemain kalap atau ndadi dan berinteraksi dengan para
penonton, tiba saatnya para pawang untuk menyembuhkan (menyadarkan) para
pemain Jaran Dor. Para pemain Jaran Dor, memilih masing masing pawang yang
dipilihnya. Pawang membaca mantra, kemudian di tiupkan di telinga kanan dan
kiri para pemain Jaran Dor. Setelah itu, dengan kondisi tangan diatas dada dan
kaki yang selonjor, para pemain Jaran Dor disembuhkan. Ketika pawang selesai
menyembuhkan, pawang membaca mantra kembali dengan tujuan berterima kasih
dengan Sang Pencipta atas pertolongan Allah SWT kepada umat manusia melalui
tenaga magis yang disalurkan dalam tubuh para penari Jaran Dor. Hal ini berarti
sebagai tanda telah berakhirnya manjinge kekuatan gaib (mikrokosmos).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Gambar 4.44. Saat Pawang sedang Menyembuhkan Pemain
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )
C. Aspek Visual Kesenian Tradisi Jaran Dor Kelompok Turangga Putra
Sejati
Bercampurnya kebudayaan Hindhu dan kebudayaan Islam pada
masyarakat Jombang, melahirkan kesenian tradisi Jaran Dor. Dimana seni
pertunjukkan Jaranan ini merupakan sebuah seni yang tua akan keberadaannya,
namun tetap disukai dalam semua kalangan masyarakat. Seni Jaran Dor
menggunakan anyaman yang terbuat dari bambu maupun terbuat dari plastik.
Kesenian tradisi Jaran Dor dalam pertunjukkannya, terdiri dari pertunjukkan
tarian kuda, tarian Jepaplok, dan tarian Topeng Genderuwon, yang di dalam
ketiga tersebut ada kaitannya dengan tarian Remo asal Jombangan. Perlu
diketahui bahwa seni tradisi Jaran Dor mempunyai visualisasi jaran yang
terbuat dari anyaman bambu dengan rambut dan ekor yang terbuat dari ijuk
berwarna hitam. Namun, dengan mengikuti perkembangan zaman yang ada
Jaran Dor Turangga Putra Sejati pada saat pementasan menggunakan jaran
yang terbuat dari anyaman plastik. Dengan tujuan untuk membuat jaran agar
lebih awet dan tahan lama.
Banyak nilai yang terkandung di dalam kesenian tradisi Jaran Dor
berdasarkan aspek visual. Salah satunya adalah makna visual dan bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
visual. Jika ditinjau darimakna visual, kesenian tradisi Jaran Dor Jombangan
memiliki banyak sekali makna visual yang memang dikaitkan dengan sejarah
asal-usul kota Jombang. Berikut apabila kesenian tradisi Jaran Dor kelompok
Turangga Putra Sejati jika ditinjau dari makna visual, antara lain:
1. Tinjauan Makna Visual
a. Makna Jaran Dor
Gambar 4.45. Jaran Dor Jombangan milik Kelompok Turangga Putra Sejati
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
Keterangan:
(1) Kepala Jaran
(2) Badan Jaran
(3) Ekor Jaran
(3) (2) (1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
(1) Kepala Jaran
Gambar 4.46. Jaran Dor Jombangan Kelompok Turangga Putra Sejati
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
a. Rambut Jaran
Rambut jaran Jombangan harus terbuat dari ijuk yang
berwarna hitam. Warna dan bahan rambut pada jaran Jombang
memang sudah dipatenkan dari warisan leluhur. Dimana rambut ijuk
yang berwarna hitam ini mempunyai makna yang mewakili dari
sebagian besar karakter masyarakat Jombang, yaitu teguh pendirian
dan mempunyai watak yang keras. Dimana masyarakat Jombang
tidak mudah terpengaruh akan kebudayaan luar daerah yang masuk
dalam wilayah Jombang.
b. Ornamen Segitiga Kepala Jaran
Ornamen segitiga berwarna merah yang ada di kepala jaran,
melambangkan kopyah. Kopyah merupakan peci yang dipakai oleh
pemain Jaran Dor ketika sedang melakukan aksinya. Warna merah
pada ornamen segitiga dalam kepala Jaranan melambangkan simbol
masyarakat Jombang yang mempunyai sifat optimis, kerja keras,
a
b
c d
e
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
mempunyai semangat juang yang tinggi, hidup bersama yang damai
yang berdasarkan kearifan budaya lokal.
c. Mata Jaran yang Terbuka
Dari warisan leluhur, mata jaran memang sudah dipatenkan
dengan mata yang terbuka. Ini apabila diartikan berdasarkan
maknanya, mempunyai arti bahwasanya mata jaran yang ada pada
Jaran Dor Jombang, memang berarti bahwa para masyarakatnya
dapat jeli apabila melihat budaya dari luar. Selain itu, dapat
menyaring dan membedakan kebudayaan yang pantas untuk masuk
kebudayaan Arek atau sebaliknya.
d. Pelana Jaran
Pelana dalam makananya, tidak mempunyai arti apapun.
Namun dalam perkembangannya, memang pelana jaran sudah pasti
ada dalam Jaranan untuk mengendalikan sang kuda, atau lebih
tepatnya pelana kuda hanya sebagai ornamen hiasan pada bentuk
Jaranan dor Jombangan.
e. Gigi Jaran
Gigi jaran yang terbuka menandakan kegigihan dari kuda
yang dipukul agar berjalan lebih laju jika ditunggangi oleh para
penunggang. Selain itu, menandakan mayoritas masyarakat Jombang
yang gigih dalam melakukan suatu perjuangan.
(2) Badan Jaran
Gambar 4.47. Badan Jaran Dor Jombangan
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Ornamen kotak hitam dan kotak putih yang terdapat pada bagian
badan kuda bukan merupakan bentuk paten jaran khas Jombang. Dimana
proses penggambaran ornamen secara kreatif, merupakan kreativitas dari
sang seniman dalam mebuat suatu karya seni. Namun pada ornamen yang
terdapat pada perut Jaranan, tidak terlepas dari warna paten Jaran Dor khas
Jombangan yang memiliki dominan warna hitam.
(3) Ekor Jaran
Gambar 4.48. Ekor Jaran Dor Khas Jombang
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
(a) Ekor Jaran
Ekor jaran pada Jaranan Jombangan mempunyai paten harus
terbuat dari bahan ijuk yang berwarna hitam. Dimana makna yang
ada pada ekor jaran yang berwarna hitam, sama dengan rambut
jaran yang berwarna hitam dan terbuat dari ijuk, yakni yang
mewakili dari sebagian besar karakter masyarakat Jombang, yang
mayoritas masyarakat Jombang akan teguh pendirian dan
mempunyai watak yang keras. Dimana masyarakat Jombang tidak
mudah terpengaruh akan kebudayaan luar daerah yang masuk dalam
wilayah Jombang.
(b) Ornamen segitiga merah pada ekor
Ornamen berwarna merah yang ada pada ekor jaran, juga
mempunyai makna yang sama pada ornamen segitiga. Dimana
(a)
(b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
sebenarnya warna merah, mengacu dari legenda asal usul daerah
Jombang yang terdiri dari kalimat ijo dan abang, yang akhirnya
menjadikan warna sebagai simbol dari orang Jombang yang
mempunyai pribadi kerja keras, hidup berdampingan, yang
berdasarkan kearifan budaya lokal.
b. Tata Busana Penari Kesenian Tradisi Jaran Dor Khas Jombang
Gambar 4.49. Penari Kesenian Tradisi Jaran Dor Jombang dengan Tata
Busana Khas Daerah Jombang
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
Apabila ditinjau secara makna visual tata busana penari Jaranan orang
Jombang, hanya menggunakan kopyah, baju hitam lengan panjang dan celana
hitam pendek, serta sabuk yang melingkar di tubuhnya yang berupa kain. Tata
Busana yang seadanya ini memang mempunyai arti bagi masyarakat Jombang
yang memang multikuktur. Dimana kesenian yang dihasilkan di wilayah Jombang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
karena memang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, faktor warisan budaya,
faktor sosial daerah setempat, faktor pola pikir, faktor teknologi, serta faktor
program pembangunan. Dimana semua faktor memang sangat mempengaruhi
kesenian yang dilahirkan. Jombang memiliki budaya arek yang terkenal dengan
logat bahasa yang apa adanya dan terkenal blak-blakan ketika berbicara. Ini
dibuktikan dengan adanya tata busana yang dipakai oleh pemain Jaranan asli
Jombangan yang hanya memakai pakaian seadanya dan tidak terlalu neko-neko
dalam pemakaiannya. Tidak seperti pada tata busana para pemain Kediri yang
memang sedari awal sudah mempunyai keturunan dari Kerajaan Kediri yang
memang mempengaruhi perkembangan kesenian yang ada pada daerah Kediri.
Pemain kesenian Jaranan Jombang menggunakan tata busana yang berwarna
hitam memang mencerminkan keadaan hidup sosial masyarakat Jombang daerah
selatan Brantas yang mayoritas memang bermata pencaharian petani. Konon
ceritanya sehabis para petani bekerja di persawahan mereka, para petani hanya
memakai kaos putih polos dan memakai celana pendek hitam untuk bertani.
Seusai bekerja untuk menghilangkan rasa lelah, para petani langsung memainkan
permainan jaran dengan tata busana yang seadanya. Selain itu, kopyahyang
dipakai oleh para pemain kesenian Jaranan Jombang memang menandakan bahwa
orang Jombang memiliki identitas dari kata “ijo” dimana terbentuknya kota
Jombang memang berasal dari kata Ijo dan kata Abang. Kata Ijo disini dalam
kopyah pemain kesenian Jaranan, menandakan sejarah kota yang masih ada
kaitannya dengan kerajaan Mataram Kuno, yang mempunyai sifat kontroversial.
Karena pada masa itu, kebudayaan Islamiah berkembang dengan pesat dalam
wilayah Jombang. Sedangkan sabuk kain berwarna merah pastel yang diikatkan
pada pinggang pemain memang masih erat kaitannya dengan sejarah kota
Jombang yang mempunyai asal usul dari kata “Ijo” dan kata “Abang”.Warna
merah pastel yang dimaksudkan adalah merah sebagai perwakilan dari kata
“Abang” yang menandakan masyarakat Jombang dengan berdasarkan kearifan
lokal, bisa membuktikan kepada masyarakat diluar Jombang bisa hidup
berdampingan walaupun banyak kultur yang berbeda, serta menandakan bahwa
orang Jombang memang mempunyai sifat kerja keras dan mempunyai semangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
juang tanpa mengenal lelah dalam menggapai sesuatu. Hal ini terbukti dengan
banyaknya putra terbaik Jombang yang sukses berkarir maupun berkarya di luar
wilayah Jombang.
Panthek yang dipegang oleh pemain Jaranan Jombangan, menggambarkan
bahwasannya pedang yang dibawa oleh para prajurit penunggang kuda yang dulu
pernah berperang. Jombang tidak mengenal pecut dalam setiap pertunjukkan jaran
kepang. Sekali lagi penulis tegaskan bahwa memang faktor lingkungan, faktor
budaya, dan faktor pola pikir masyarakat sangat mempengaruhi adanya
perkembangan kesenian daerah tersebut. Dimana panthek melambangkan bahwa
di Jombang memang terkenal dengan budaya Arek. Bahasa yang blak-blakan dan
sikap yang langsung tegas. Ini terbukti dengan adanya panthek sebagai pengganti
pedang. Bagi orang Jombang apabila berperang melawan sesuatu, apabila
memakai pedang akan lebih langsung mematikan lawan daripada harus
menggunakan tembak maupun semacamnya.
c. Makna Jepaplok
Gambar 4.50. Jepaplok Khas Jombang
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
Secara kasat mata, Jepaplok merupakan sebuah topeng yang terdapat kain
dibelakang dan lehernya yang berwarna hitam dan ada sedikit pleret putihnya.
Kepala Jepaplok, ditatah sedemikian rupa dan menghasilkan bentuk seni yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
estetis, serta mata Jepaplok juga terbuat dari kaca. Dimana Jepaplok ini
diibaratkan yang paling dituakan dalam kisah Jaranan Jombangan.
Dengan kata lain, Jepaplok merupakan danyang penunggu sebuah kerajaan
yang paling tua dan disegani dengan makhluk-makhluk lainnya. Jepaplok
diibaratkan sebagai ular weling yang ada di sawah. Ular weling mempunyai
sifat yang kesit dan mematikan ketika diganggu dengan siapupun. Begitu juga
dengan Jepaplok. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwasanya Jepaplok
merupakan danyang penunggu sebuah kerajaan yang paling dituakan dan
apabila ada yang menganggu maupun berbuat tidak baik, maka Jepaplok yang
akan menghadang terlebih dahulu. Selain itu, warna Jepaplok yang hitam
menandakan bahwasanya manusia mempunyai sifat hitam yang ala dari diri
manusia itu sendiri. Setiap manusia pasti mempunyai dosa dan khilaf dalam
setiap perjalanan hidupnya. Sedangkan warna pleret putih menandakan bahwa
walaupun di setiap sisi manusia mempunyai angkara dan mempunyai titik
hitam yang ada dalam perjalanan hidupnya, manusia juga mempunyai titik
balik kepada Sang Hyang untuk bisa membasuh dosa dengan hati yang suci.
d. Makna Topeng Genderuwon
Gambar 4.51. Topeng Genderuwon Jombang
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
Pada dasarnya topeng genderuwon ada dua, yaitu genderuwon perempuan
dan genderuwon laki-laki. Topeng genderuwon, dalam sejarah Jaran Dor
Jombangan, menggambarkan bentuk-bentuk roh halus yang ada di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
unsur dunia gaib, yaitu genderuwo. Masih banyak stakeholder di tanah Jawa
yang mempercayai akan kehadiran genderuwo. Itu dikarenakan pola pikir
masyarakat Jawa yang masih kejawen. Topeng Genderuwon juga tidak
memiliki bentuk paten dan warna paten dalam pembuatannya. Selain itu,
topeng genderuwon Jombang memiliki banyak sekali wujud dan karakter
wajah yang tidak baik. Misalnya mata melotot, ataupun bibir penceng. Namun
dibalik muka jeleknya, dalam setiap pertunjukkannya genderuwon selalu
menampilkan aksi-aksi yang mengundang tawa bagi para penonton. Dimana
sebenarnya kalau dikaitkan dengan kesenian yang berkembang di Jombang,
aksi lucu yang ada dalam Jaran Dor sama dengan aksi lucu kesenian besutan.
Jadi bisa ditarik benang merah bahwa kesenian di Jombang antara satu dengan
kesenian lainnya masih ada keterkaitan. Hal ini juga yang melambangkan kota
Jombang dari kata ”abang” yang berarti masyarakat kota Jombang bekerja
keras, terdiri dari beberapa ras dan suku, hidup bersama yang damai, namun
tetap berdasarkan kearifan lokal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
2. Analisis Unsur/Elemen Seni dan Desain Kesenian Tradisi Jaran Dor
Gambar 4.52. Jaran Dor Jombang Kelompok Turangga Putra Sejati
(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)
Kesenian tradisi Jaran Dor jika ditinjau dari kebutuhan akan ilmu tata seni
berlaku seni visual, seni gerak dan seni suara. Dimana masing-masing seni
tersebut mempunyai dan memerlukan ilmu keindahan yang berbeda, untuk
seni visual merupakan seni yang secara kasat mata sudah terlihat dan dapat
dinikmati lewat indra penglihatan yang didalamnya terdiri dari seni rupa dan
desain, yang didalamnya kita harus mengenal dasar-dasar seni rupa dan desain
karena dasar dan desain tersebut merupakan seperangkat pengetahuan dasar
yang memberikan cara atau metode untuk menghasilkan suatu karya seni rupa
dan desain yang memiliki nilai keindahan.
Dalam hal ini orang mempelajari seni dan desain tidak hanya sekedar
mengetahui cara-cara menciptakan karya seni secara teoritis saja, tetapi lebih
cenderung harus menuangkan dan menyalurkan ide, pikiran serta perasaannya
sehingga menjadi karya seni dan desain yang baik. Bagi pembuat karya
b
a1
bI
b2 b3 c
d
a2
a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
kesenian Jaranan pencipta tidak hanya bisa menikmati karya seni tersebut
tetapi harus dapat menciptakan karya seni yang terus lebih baik dan variasi,
untuk mewujudkan karya yang terbaik, diperlukan berbagai latihan, serta
merekam dan melihat bentuk jaran yang lainnya, sehingga memunculkan hasil
bentuk Jaran Dor yang unik.
Untuk membuat bentuk jaran yang unik dan bagus tadi diperlukan dasar
seni dan desain atau lebih dikenal dengan nirmana baik tujuan dari pemilik,
pembuat karya adalah melatih kepekaan artistik agar memiliki visi seni tinggi,
melatih ketrampilan teknis kesenirupaan, melatih pemahaman bahasa seni
serta lebih dapat mengekspresikan diri. Dalam berkarya nirmana ini hanya
sekedar menyusun unsur-unsur seni rupa dan desain atas dasar prinsip-prinsip
seni dan desain untuk memperoleh karya seni rupa dan desain (Jaran Dor)
yang memiliki nilai keindahan.
KONSEP DASAR SENI RUPA DAN DESAIN
Unsur Seni
/Desain :
- Warna
- Value
- Bentuk
- Raut
- Ukuran
- Tekstur
- Ruang
- Kedudukan
- Gerak dan
Arah Gerak
Tangga Rupa :
( Alat Tata Seni/Desain )
- Interval Tangga Raut
- Interval Tangga Ukuran
- Interval Tangga Arah
- Interval Tangga Tekstur
- Interval Tangga Warna
- Interval Tangga Value
- Interval Tangga kedudukan
- Interval Tangga Jarak
- Interval Tangga Gerak
Prinsip-prinsip
Dasar Seni /
Desain :
- Irama/keselaras
an
- Kesatuan/Unity
- Dominasi
- Keseimbangan/
Balance.
- Proporsi
- Kesederhanaan
- Kejelasan
Karya Seni/:
Artistik/
bernilai Seni.
Dwimatra/ 2D
Trimatra/ 3D
Tabel 4.3. Konsep Dasar Seni Rupa dan Desain
(Sanyoto, 2009: 148)
BAHAN
ALAT METODE HASIL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
1) Warna Kesenian Tradisi Jaran Dor Turangga Putra Sejati
Kalau kita menganalisis Jaran Dor Turangga Putra Sejati dengan
kita melihat Jaran Dor tersebut akan menjadi menarik, tak lepas dari warna.
Warna dapat didefinisikan secara obyektif/fisik sebagai sifat cahaya yang
dipancarkan ataupun secara subyektif sebagai bagian dari pengalaman
indera penglihatan. Warna pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati terdiri
dari warna merah, putih dan hitam yang merupakan ciri khas kesenian
Jaranan Jombangan. Dari ketiga warna tersebut, warna merah menurut
kejadiannya termasuk warna pokok additive, yang termasuk warna model
RGB, untuk warna hitam warna gelap merupakan percampuran warna
bahan (pigmen).
Hitam disini artinya tidak ada spektrum cahaya, karena warna
hitam bukan spektrum cahaya. Termasuk menganut formulasi CMYK
yang terkenal dengan sistem pewarnaan subtractive color system, dimana
ada unsur K yang prosentase warna hitam/gelap (Black) dalam
pewarnaannya. Sistem CMYK digunakan untuk proses cetak mencetak
dengan media plastik yang hal ini cocok dengan bahan Jaranan Turangga
Putra Sejati.
Warna putih didapat dari percampuran warna cahaya RGB, dimana
cahaya biru dipadukan dengan cahaya merah dan cahaya hijau yang
akhirnya akan menghasilkan cahaya putih jernih/bening/cahaya terang
siang hari/gabungan dari spektrum cahaya. Warna putih memuat semua
warna padaspektrum cahaya. Dari ketiga warna khas Jaranan Jombangan
tersebut warna merah menurut jenis-jenis warna, merah digolongkan
sebagai warna panas, kesannya panas dan juga efeknya pun panas, yang
memberikan kesan semangat, kuat dan aktif.
a. Tata Rupa / Komposisi Warna Kesenian Tradisi Jaran Dor
Turangga Putra Sejati.
Dari tata susunan warna atau disebut dengan komposisi warna,
paduan warna yang merupakan unsur karya seni rupa untuk mencapai
keindahan warna jaran Turangga Putra Sejati tidak bisa berdiri sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
hal ini harus dipengaruhi dengan unsur lain yang menjadi prinsip dari
dasar seni antara lain menyangkut keselarasan, kesatuan/unity, dominasi,
keseimbangan dan proporsi/keserasian.
1) Keselarasan (Irama) warna, dari pewarnaan Jaran Dor Turangga
Putra Sejati warnanya harus selaras, keselarasan yang dimaksud
adalah perpindahan dari satu warna ke warna yang lain harus
memperhatikan “interval tangga warna” yang tertera pada lingkaran
warna yang terdapat 6 warna standar dan 6 warna intermedieate.
Interval tangga warna tidak lain adalah tentang gradasi dari warna itu
sendiri. Untuk interval tangga warna Jaran Dor Turangga Putra
Sejati menggunakan sususnan warna dengan interval tangga saling
berjauhan atau laras kontras. Warna kontras merupakan warna warna
yang saling tidak berhubungan atau saling bertentangan. Lebih
cenderung ke hal-hal yang bersifat keras. Dimana hasilnya
merupakan susunan warna yang kontras, kuat, tajam, dan dinamis.
Karena warna kontras kurang laras atau kurang harmonis maka
untuk menyelaraskan warna yang ada di Jaran Dor Turangga Putra
Sejati perlu dilakukan suatu metode untuk penyelarasan kontras
dengan cara memberikan jembatan yang menghubungkan dua warna
kontras tersebut dengan gradasi Hue, misalkan warna merah dan
hitam diberi jembatan warna putih supaya terlihat selaras.
2) Kesatuan warna, karena Jaran Dor Turangga Putra Sejati irama
warnanya merupakan irama warna yang kontras, karena warna
kontras terasa seperti warna yang tidak menyatu maka sususnan
warna-warna kontras perlu didamaikan dengan cara penguncian,
seperti dilakukan penetralan (neutralizing) yaitu penguncian warna-
warna yang tidak menyatu dengan menggunakan warna hitam, atau
dengan warna putih, dengan cara memberikan batas-batas goresan.
Pencampuran/pembauran (mixing) merupakan penguncian dengan
cara memberikan warna tetangga kepada masing-masing warna
kontras yang digunakan, misalnya semua warna yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
diberi campuran warna merah, atau karya Jaran Dor Supanto ini akan
lebih baik jika dengan dilakukan pengasaran (texturing) dilakukan
penguncian warna-warna kontras dengan membuat tekstur kasar dari
permukaan media yang digunakan sehingga dapat mengakibatkan
efek gelap terang (value) yang dapat menetralkan warna–warna
diatasnya.
3) Keserasian (Proporsi) Warna Kesenian Jaranan Turangga Putra
Sejati, dalam memperoleh keserasian warna karena Jaran Dor
Turangga Putra Sejati warnanya sudah ditetapkan maka untuk
keserasian warna yang diperlukan hanya menggunakan
proporsi/perbandingan warna yang tepat. Hal ini menyangkut dengan
ukuran dari Jaran Dor Turangga Putra Sejati itu sendiri. yang perlu
diperhatikan adalah komposisi yang sebanding bahwa dari ketiga
warna yang ada tidak ada yang saling menonjol. Hal ini disesuaikan
juga dengan perbandingan keluasan warna yang digunakan. Dalam
prakteknya, Supanto membuat perhitungan perbandingan luasan
tidak bersifat eksak, tetapi sekedar sebagai pedoman atau sebagai
pertimbangan rasa.
4) Dominansi Warna bentuk Jaran Dor Turangga Putra Sejati, dari
warna dasar khas jaran Jombangan (Merah, Hitam dan Putih)
mempunyai keunikan, keistimewaan, keunggulan, daya tarik, pusat
perhatian dan pusat pandangan yang terlihat jelas, disini dengan
keserasian penggunaan warna dan dominansi warna terlihat jelas
akan menambah angker dan daya tarik yang beda. Jika tidak ada
dominansi komposisi warna di bentuk Jaran Dor walaupun terlihat
harmonis, tetap terkesan mentah, datar, menjemukan dan tidak ada
daya tariknya karena tidak dilakukan dominansi, untuk kelihatan
menarik dari kesenian tradisi Jaran Dor Turangga Putra Sejati
dominansi warna yang digunakan adalah susunan warna-warna
panas dengan dominansi satu warna dingin, dan susunan warna-
warna yang bervalue gelap menggunakan dominansi satu warna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
yang bervalue terang (Value gelap adalah warna yang dicampur
pigmen hitam dan value terang adalah warna yang dicampur pigmen
putih).
5) Keseimbangan warna kesenian tradisi Jaran Dor Turangga Putra
Sejati, yang dimaksud karya seni Jaran Dor harus mempunyai
keseimbangan, keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan
dalam hal tentang susunan unsur-unsur seni terutama ruang sebelah
kiri dan kanan. Untuk Jaran Dor Turangga Putra Sejati mempunyai
keseimbangan simetris (symmetrical balance) karena dari bentuk dan
warna yang digunakan baik yang berada di sebelah kanan dan di
sebelah kiri adalah sama.
b. Karakter dan Simbolisasi Warna/Bahasa Rupa Warna pada
Kesenian Tradisi Jaran Dor Turangga Putra Sejati
Secara umum karakter warna berlaku pada warna-warna seperti
warna pelangi, dalam hal ini jika suatu warna mengalami perubahan
menjadi lebih muda maupun lebih tua ataupun menjadi redup maka
secara langsung karakter dari warna tersebut juga akan mengalami
perubahan karakternya. Dalam Jaran Dor Turangga Putra Sejati warna
yang khas adalah warna merah, putih dan hitam, dimana warna-warna
tersebut mempunyai karakter sebagai berikut :
1) Merah, warna merah berasosiasi pada darah, api dan juga panas.
Karakternya kuat, cepat, energic, semangat, gairah, marah, berani,
bahaya, positif, agresif, merangsang dan panas warna ini paling
populer pada wanita. Merah merupakan simbol umum dari sifat
nafsu marah, berani, perselisihan bahaya dan perang, kekejaman,
bahaya dan kesadisan, jika dibandingkan dengan warna lain merah
merupakan warna yang kuat. Warna ini bersifat menaklukkan,
untuk api merupakan lambang, keberanian, kekuatan, kemarahan
sedangkan darah merupakan lambang perang, kekejaman,
kesadisan, hal ini sesuai dengan karakter jaran pada saat ndadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
2) Putih, putih merupakan warna yang paling terang. Dimana warna
putih mempunyai watak yang positif, cerah, tegas dan mengalah,
yang melambangkan cahaya, kesucian, kemurnian, kejujuran,
ketulusan, kedamaian, ketentraman, kebenaran, kesopanan,
keadaan tak bersalah, kehalusan, kelembutan, kebersihan, simpel,
serta kehormatan. Hal ini terlihat pada keadaan para pemain ketika
memasuki tahapan kalap.
3) Hitam, merupakan warna tergelap, warna ini berasosiasi dengan
kegelapan malam, perkabungan, misteri, ketiadaan dan
keputusasaan. Watak dan karakter warna ini adalah menekan, tegas,
dan mendalam warna hitam juga melambangkan kesedihan,
kegelapan, bahkan kematian, teror, kejahatan, keburukan ilmu sihir,
kedurjanaan, kesalahan, kekejaman, kebusukan, rahasia, ketakutan,
seksualitas, ketidak bahagiaan, penyesalan yang mendalam, amarah,
duka cita. Warna hitam pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati
melambangkan kekuatan, formalitas, dan keanggunan (elegance),
disini warna hitam memang misterius, tetapi jika sudah
dikombinasi dengan warna-warna lain hitam akan berubah total
untuk karakter dan wataknya. Sebagai latar belakang warna, hitam
berasosiasi dengan kuat, tajam, formal, dan bijaksana. Hitam
digunakan bersama-sama warna putih mempunyai makna
kemanusiaan, resolusi, tenang, sopan, keadaan mendalam dan
kebijaksanaan.
2) Value
Untuk dimensi value warna dengan keselarasan, keseimbangan
serta proporsi warna yang digunakan dalam Turangga Putra Sejati bisa
terang, sedang atau gelap hal ini tergantung dari cahaya yang mengenainya,
value dan tonalitas warna tersebut juga dipengaruhi dari teknik pengecatan,
untuk pemberian warna pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati
menggunakan teknik block atau dekoratif, teknik ini menggunakan blok-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
blok dekoratif (rata datar), pewarnaan pada kubistis menggunakan
tingkatan, tint, tone dan shade. Tint untuk bagian warna objek yang paling
terang (kena sinar langsung) dicapai dengan pigmen warna objek
dicampur dengan pigmen putih. Tone untuk bagian warna objeknya sendiri
(yang tidak kena sinar langsung) dicapai dengan pigmen warna objeknya
sendiri. Shade untuk bagian warna objek yang kena bayangan (tidak kena
sinar) dicapai dengan pigmen warna objeknya yang dicampur dengan
pigmen hitam. Untuk pewarnaan pada objek silinder, bola (dalam hal ini
mata Jaran) atau objek yang melengkung (alis) pada Jaran Dor Turangga
Putra Sejati menggunakan tingkatan : putih, tint, tone,shade dan hitam.
Teknik pembagian bidang untuk keluasan putih, tint, tone, shade dan
hitam, mengikuti metode gambar teknik dimana bagian yang melengkung
semakin menyempit. Warnanya bergradasi atau bertingkat membatas.
Dalam hal ini value mempunyai kegunaan untuk mengubah cahaya
yang mengenai objek berwarna-warni menjadi bentuk hitam putih.
Adapun tingkatan value warna terterang sampai warna tergelap dimulai
dari putih-kuning-kuning jingga dan kuning hijau-jingga dan hijau-merah
jingga dan hijau-merah jingga dan biru hijau-merah dan hijau-merah ungu
dan biru ungu-ungu-hitam. Fungsi value selain untuk memperoleh kesan
tiga dimensi semu dengan value, tint, tone, shade maka penulis dapat
menciptakan karya seni Jaran Dor dengan tonalitas tertentu yang
diharapkan memperoleh karakter yang dikehendaki, selain itu juga dengan
tonalitas yang ada pada karya seni lain penulis dapat menilai karakter
karya dari orang lain.
3) Bentuk
Secara mata memandang, bentuk (form) untuk Jaran Dor Turangga Putra
Sejati berbentuk kuda berupa selembaran yang memiliki dimensi panjang,
lebar dan ketebalan atau tinggi sehingga seni karyanya merupakan karya
trimatra (3 Dimensi). Karya seni bentuk Jaran Dor Turangga Putra Sejati
berdasarkan unsur/elemen seni dan desain semuanya dipunyai karena dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
bentuk Jaran Dor itu sendiri memiliki bentuk dimana setiap bentuk tersebut
dapat disederhanakan menjadi titik, garis, bidang dan gempal (volume), dan di
setiap bentuk mempunyai raut, ukuran, arah, warna, value dan tekstur, dari
sini terlihat bahwa bentuk Jaran Dor selalu dan pasti menempati ruang, baik
berupa ruang dwimatra berupa lukisan yang berada di badan Jaran Dor serta
ruang trimatra (bentuk visual Jaran Dor) itu sendiri. Serta dalam ruang bentuk
visual Jaran Dor memiliki kedudukan, jumlah, jarak dan gerak. Disini karya
seni dan desain Jaran Dor dua dimensi (dwimatra) maupun tiga dimensi
(trimatra) mempunyai metode tata visual yang sama yang membedakan adalah
bahan. Dua dimensi pada Jaran Dor menggunakan unsur/media garis hasil
goresan, tetapi untuk karya tiga dimensi menggunakan unsur media berupa
garis, yang berwujud tali, benang, ijuk sedangkan yang menggunakan unsur
media berupa bidang dalam bentuk rotan (njalin), anyaman bambu atau
anyaman plastik untuk badan Jaran Dor, telinga Jaran Dor.
4) Raut
Pada dasarnya untuk raut (muka terdiri dari lukisan pada mata, alis, gigi,
mulut, tali pelana, bulu kepala jaran). Pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati
pembuatan dan cara melukisnya menggunakan beberapa teknik raut, antara
lain : raut titik, raut garis.
a) (a1) Ornamen Melengkung pada Kepala Jaran
Pada gambar gambar 4.52. (a1), ornamen kepala jaran yang
digambarkan pada (a1) jaran mengandung raut garis. Dimana goresannya
merupakan garis nyata. Dikatakan garis nyata karena garis nyata
mempunyai sifat dapat mengekspresikan gerak dan massa obyek tersebut,
sehingga memberikan irama seperti gemulai, lembut dan tajam. Selain itu,
penyusunan garis yang ada pada karya bergantung dari alat yang
digunakan, yang sangat mempengaruhi karakter hasil karya jaran tersebut.
Garis nyata juga mempunyai kemampuan untuk memberikan sugesti
dalam menggaris batas, karena dengan beberapa goresan saja sebuah
bentuk akan dapat dicapai sehingga garisnya dapat dikatakan bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
ekonomis atau irit, serta garis nyata yang ada pada karya jaran mempunyai
kemampuan menciptakan alat komunikasi, seperti lambang-lambang.
Lambang disini yang dimaksudkan adalah keterkaitan ornamen dengan
asal-usul terbentuknya kota Jombang seperti yang sudah dijelaskan oleh
penulis pada tinjauan makna visual. Sedangkan untuk media garis pada
gambar (a1) menggunakan garis dengan teknik goresan media keras,
karena berupa anyaman plastik.
Dari segi karakter dan simbolisasi garis/bahasa rupa garis, gambar
(a1) termasuk garis lengkung s atau garis lemah gemulai atau grace, yang
merupakan garis lengkung majemuk atau lengkung ganda. Garis ini dibuat
oleh sang seniman dengan gerakan melengkung ke atas, bersambung
melengkung ke bawah, atau melengkung ke kanan bersambung ke kiri.
Gerakan indah tersebut dinamakan line of beauty. Garis ini memberikan
asosiasi gerakan ombak, gerakan lincah bocah atau anak binatang dan garis
lengkung s juga memberikan karakter indah, dinamis, luwes. Sehingga
melambangkan keindahan, kedinamisan dan keluwesan. Namun, jika
ditinjau dari tata rupa garis/komposisi garis, gambar (a1) menggunakan
interval tangga raut garis.
b) (a2) Ornamen Segitiga Jaran
Gambar (a2), jaran juga mengandung raut garis sama dengan
gambar (a1). Dimana goresannya merupakan garis nyata. Dikatakan garis
nyata karena garis nyata mempunyai sifat dapat mengekspresikan gerak
dan massa obyek tersebut. Sehingga memberikan irama seperti gemulai,
lembut dan tajam. Selain itu, penyusunan garis yang ada pada karya
bergantung dari alat yang digunakan, yang sangat mempengaruhi karakter
hasil karyajaran tersebut. Garis nyata juga mempunyai kemampuan untuk
memberikan sugesti dalam menggaris batas, karena dengan beberapa
goresan saja sebuah bentuk akan dapat dicapai sehingga garisnya dapat
dikatakan bersifat ekonomis atau irit. Serta garis nyata yang ada pada karya
jaran mempunyai kemampuan menciptakan alat komunikasi, seperti
lambang-lambang. Lambang disini yang dimaksudkan adalah keterkaitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
ornamen dengan asal-usul terbentuknya kota Jombang seperti yang sudah
dijelaskan oleh penulis pada tinjauan makna secara visual. Serta
mengandung makna simbol untuk menggambarkan udheng/kopyah yang
dipakai oleh sang penari. Sedangkan untuk media garis pada gambar (a2)
menggunakan garis dengan teknik goresan media keras. Karena berupa
anyaman plastik.
Berdasarkan karakter dan simbolisasi garis/bahasa rupa garis,
gambar (a2) termasuk gambar zig zag, yang merupakan garis lurus patah-
patah, bersudut runcing, yang dibuat oleh gerakan naik turun secara cepat
spontan, yang merupakan gabungan dari garis vertikal dan diagonal. Yang
memberikan sugesti semangat dan gairah. Garis ini diasosiasikan sebagai
petir atau kilat sehingga mengesankan bahaya. Serta memberikan karakter
gairah/excited, semangat, bahaya dan kengerian. Sehingga, Ditinjau dari
tata rupa garis/komposisi garis, gambar (a2) menggunakan interval tangga
arah garis.
c) (b1) Mata Jaran
Pada gambar (b1), raut berbentuk mata. Dimana mengandung raut
garis, yang terdiri dari garis lengkung atau bengkok dan garis gabungan.
Dimana garis gabungan merupakan garis hasil gabungan antara garis lurus,
garis lengkung dan garis majemuk. Hal ini terlihat pada bulu mata Jaran
Dor Turangga Putra Sejati. Garis lurus yang terlihat bulu mata jaran, bagi
kebanyakan orang mendorong rasa kagum, ketegasan, kebenaran serta
ketelitian. Garis lurus pada bulu mata juga mengandung makna positif,
langsung, keras, kuat, tegar, teguh hati dan tidak mengenal kompromi.
Sedangkan garis lengkung yang digambar mata Jaran Dor, merupakan garis
lengkung ramping ringan (slightly curved), yang mempunyai sifat fleksibel,
harmonis, kalem, feminim, terang, sopan, budiman.
d) (b2) Pelana Jaran
Pada gambar yang ditunjukkan pada (b2) yaitu pelana jaran,
mengandung raut garis. Dimana didalamnya mengandung garis gabungan,
yaitu hasil garis gabungan antara garis lurus dan garis lengkung serta garis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
majemuk. Sedangkan untuk media garis yang ada dalam pelana,
menggunakan garis dengan teknik goresan media lunak. Seperti kuas
dengan menggunakan cat besi.
e) (b3) Gigi Jaran
Pada gambar gigi jaran yang ditunjukkan pada (b3), mempunyai
raut garis. Dimana hasil goresannya berupa garis nyata. Pada raut garis,
gigi jaran termasuk garis lurus, yang terdiri dari garis horizontal dan garis
vertical, yang ukuran garisnya berupa besar dan kecil. Untuk arah garis
juga mengikuti arah vertikal dan horizontal. Sedangkan teknik goresan
menggunakan garis dengan teknik goresan media lunak. Secara karakter
dan simbolisasi, garis atau bahasa rupa garis mempunyai makna
kemantapan, tenang, dan damai. Sedangkan garis vertikal atau garis tegak,
diasosiakan seperti benda yang tegak lurus, bentuk gigi yang kecil-kecil
yang mengesankan keadaan tak bergerak dan tegas, serta kuat. Sehingga
garis ini melambangkan kestabilan atau keseimbangan, kemegahan,
kekuatan serta kekokohan.
f) (c ) Ornamen Badan Jaran
Pada gambar (c) yaitu ornamen yang ada pada badan jaran,
menggunakan raut garis lurus. Dimana raut garis lurus terdiri dari garis
horizontal, diagonal dan vertikal.
Berdasarkan karakter dan simbolisasi garis/bahasa rupa garis, dapat
dijelaskan garis horisontal/garis mendatar, yang diasosiasikan sebagai
benda-benda yang panjang mendatar yang mengesankan keadaan istirahat,
yang mempunyai karakter tenang, damai, pasif dan kaku. Serta
melambangkan ketenangan, kedamaian, dan kemantapan. Sedangkan garis
vertikal/garis tegak yang ada pada gambar disosiasikan terhadap benda-
benda yang berdiri tegak lurus, yang mengesankan keadaan tak bergerak,
jujur dan tegas, seperti apa yang dilakukan oleh para penari Jaran Dor pada
saat melakukan tahapan ndadi/kalap, sehingga garis vertikal memberikan
karakter seimbang/stabil, megah, kuat namun statis dan kaku. Kemudian
garis diagonal atau garis miring ke kanan atau ke kiri. Diasosiakan, orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
lari, kuda melompat sehingga mengesankan obyek dalam keadaan yang tak
seimbang dan menimbulkan gerakan akan jatuh. Garis diagonal juga
memberikan gerakan (movements), gerak lari (meluncur), dinamis, tak
seimbang, gerak gesit, lincah, kenes dan menggetarkan.
Pada gambar (c), menggunakan interval tangga arah garis, yaitu
arah diagonal, arah horizontal dan arah vertikal. Komposisi yang
dihasilkan dari menyusun satu interval tangga garis, dapat disebut repetisi.
Dimana yang menghasilkan gambar monoton, rapi dan tenang, dan
komposisi yang dihasilkan dari penyusan dua atau tiga interval tangga
saling berdekatan, dapat disebut dengan transisi, yang menghasilkan karya
ornamen pada badan tersebut terlihat harmonis.
Pada badan Jaran Dor, juga terdapat raut bidang yang meliputi
bidang geometri. Karena bentuk yang dihasilkan adalah bidang teratur
yang berbentuk segi empat. Dimana ukuran bidangnya antara panjang dan
lebar adalah sama. Untuk arah bidang, menggunakan dua arah yaitu
bidang horisontal dan bidang vertikal.
Berdasarkan tangga interval raut bidang, mengandung susunan raut
bidang dengan dua atau tiga interval tangga yang berdekatan (Raut Bidang
dengan Varias Perubahan Dekat) yang menjadikan susunan transisi dengan
hasil harmonis. Ada suatu dinamika dan enak dinikmati dalam penggarapan
karya tersebut. Dalam menyusun bidang yang kontras, menggunakan cara
mengulang dua bidang yang kontras tersebut, sehingga dapat tercipta suatu
irama atau ritme yang sangat membantu keindahan dari susunan karya.
Namun, apabila berdasarkan tangga ukuran bidang, karena badan jaran
letaknya kecil di arena yang besar, maka intervalnya menyesuaikan tujuh
nada dalam interval nada musik. Untuk memberikan bidang yang terkesan
menyatu dan berkesan datar, maka harus diberi warna secara dekoratif. Ini
juga terlihat pada hasil karya desain ornamen yang ditampilkan pada badan
jaran oleh sang seniman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
g) (d) Ekor Jaran
Pada ekor jaran Gambar (d), ekor jaran juga mengandung raut garis
sama dengan gambar (d). Dimana goresannya merupakan garis nyata.
Dikatakan garis nyata karena garis nyata mempunyai sifat dapat
mengekspresikan gerak dan massa obyek tersebut, sehingga memberikan
irama seperti gemulai, lembut dan tajam.
Selain itu, penyusunan garis yang ada pada karya bergantung dari
alat yang digunakan, yang sangat mempengaruhi karakter hasil karya jaran
tersebut. Garis nyata juga mempunyai kemampuan untuk memberikan
sugesti dalam menggaris batas, karena dengan beberapa goresan saja
sebuah bentuk akan dapat dicapai sehingga garisnya dapat dikatakan
bersifat ekonomis atau irit, serta garis nyata yang ada pada karya ekorjaran
mempunyai kemampuan menciptakan alat komunikasi, seperti lambang-
lambang. Lambang disini yang dimaksudkan adalah keterkaitan ornamen
dengan asal-usul terbentuknya kota Jombang seperti yang sudah dijelaskan
oleh penulis pada tinjauan makna visual, serta mengandung makna simbol
untuk menggambarkan kesederhanaan sifat yang dimiliki oleh orang
Jombang. Sedangkan untuk media garis pada gambar (d) menggunakan
garis dengan teknik goresan media keras. Karena berupa anyaman plastik.
Berdasarkan karakter dan simbolisasi garis/bahasa rupa garis,
gambar (d) termasuk gambar zig zag, yang merupakan garis lurus patah-
patah, bersudut runcing, yang dibuat oleh gerakan naik turun secara cepat
spontan, yang merupakan gabungan dari garis vertikal dan diagonal. Yang
memberikan sugesti semangat serta gairah. Garis ini diasosiasikan sebagai
petir atau kilat sehingga mengesankan bahaya, serta memberikan karakter
gairah/excited, semangat, bahaya dan kengerian. Ditinjau dari tata rupa
garis/komposisi garis, gambar (d) menggunakan interval tangga arah garis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
5) Ukuran
a) (a1) Ornamen Lengkung Jaran
Dari segi ukuran gambar (a1), gambar (a1) menganut susunan
bentuk-bentuk dengan ukuran dua atau tiga interval tangga, berdekatan
atau bervariasi dekat sehingga menghasilkan suatu karya yang harmonis,
laras, lembut dan enak dilihat.
b) (a2) Ornamen Segitiga Jaran
Dari segi ukuran gambar (a2), gambar (a2) menganut susunan
bentuk-bentuk dengan ukuran dua interval tangga, yang berjauhan yang
disebut dengan oposisi karena mempunyai sifat kontras, kuat, tajam dan
memiliki vitalitas. Agar kelihatan enak dipandang, maka digunakan cara
mengulang ukuran-ukuran besar motif segitiga dalam jumlah yang
banyak, kemudian ditambah dengan satu ataupun beberapa bentuk garis
segitiga yang mempunyai ukuran kecil.
Atau dapat dikatakan mengulang ukuran segitiga kecil dalam jumlah
banyak dan kemudian ditambah dengan satu atau beberapa garis segitiga
ukuran besar. Bentuk yang jumlahnya satu ini akan menjadi dominasi
atau point of interest, sehingga mempunyai daya tarik sendiri.
c) (b1) Mata Jaran
Mata pada jaran memiliki ukuran kecil. Dimana susunan bentuk-
bentuk dengan ukuran dua atau tiga interval tangga yang berdekatan atau
bervariasi dekat, yang disebut dengan susunan atau transisi sehingga
menghasilkan harmonis, selaras, lembut dan enak dilihat. Ukuran kecil
diantara ukuran besar, akan menarik perhatian sehingga dapat
menciptakan dominasi.
d) (b2) Pelana Jaran
Gambar pelana pada jaran memiliki ukuran kecil. Dimana interval
tangga disesuaikan dengan interval dalam tangga nada musik. Adapun
hasilnya adalah susunan dalam bentuk-bentuk satu interval tangga, yang
mempunyai ukuran yang sama. Jadi, dapat dikatakan bahwa susunannya
repetisi, yang mempunyai maksud susunan dengan ukuran yang sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
akan diikuti dengan jarak yang sama pula. Sehingga hasilnya statis,
tenang, dan rapi.
e) (b3) Gigi Jaran
Gigi jaran mempunyai ukuran panjang dan pendek, dengan
memperhitungkan ukuran perspektif seni rupa, sehingga diperoleh hasil-
hasil keindahan. Dalam interval tangga, termasuk susunan ukuran dengan
bentuk berjauhan, atau biasa disebut dengan oposisi. Susunan tersebut
bersifat kontras, kuat, tajam, sehingga kekontrasan ukuran yang tajam,
sering menyebabkan susunan yang menjadi tidak enak dipandang. Dalam
hal ini, gigi jaran pada kenyataannnya seperti ditarik pada pelana dan
mempunyai ekspresi kesakitan.
f) (c) Ornamen Badan Jaran
Gambar ornamen segi empat pada badan jaran memiliki ukuran kecil.
Dimana susunan ornamen pada bentuk-bentuk segi empat dengan ukuran
sama panjang. Baik dari lebar maupun panjang segi empat tersebut, yang
termasuk dalam interval tangga yang berdekatan atau bervariasi dekat,
yang disebut dengan susunan atau transisi, sehingga karya ornamen pada
badan jaran menghasilkan harmonis, selaras, lembut dan enak dilihat.
Selain itu, ukuran bidang segi empat kecil diantara ukuran besar, akan
menarik perhatian sehingga dapat menciptakan dominasi pada karya
tersebut.
g) (d) Ornamen Segitiga Ekor Jaran
Pada motif segitiga ekor jaran, pada dasarnya sama dengan gambar
(d) yang menganut susunan bentuk-bentuk dengan ukuran dua interval
tangga, yang berjauhan, yang biasa disebut dengan oposisi. Oposisi
mempunyai sifat kontras, kuat, tajam dan memiliki vitalitas. Agar
kelihatan enak dipandang, maka digunakan cara mengulang ukuran-
ukuran besar motif segitiga dalam jumlah yang banyak, kemudian
ditambah dengan satu ataupun beberapa bentuk garis segitiga yang
mempunyai ukuran kecil. Bentuk yang jumlahnya satu ini akan menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
dominasi atau point of interest. Sehingga mempunyai daya tarik sendiri
bagi para penikmat seni.
6) Tekstur
Jika karya Jaran Dor Turangga Putra Sejati ditinjau dari analisa
berdasarkan tekstur, merupakan jenis tekstur nyata tersususun. Karena pada
pembuatan Jaran Dor, bahan dibentuk dan disusun dalam suatu pola. Pola
yang dimaksud oleh Supanto merupakan pola anyaman nada dua yang
menyerupai anyaman bentuk “gedeg” atau seperti sesek dinding rumah,
sehingga dapat membentuk permukaan baru pada karya tersebut. Dimana
permukaan baru pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati terbentuk dari
permukaan kasar yang dihasilkan dari susunan anyaman nada dua Jaran Dor
tersebut. Tekstur dari anyaman tersebut menghasilkan tekstur nyata, dan
berfokus. Dimana fungsi dari tekstur yang dihasilkan adalah untuk
memperoleh keindahan pada Jaran Dor. Selain itu, dengan permukaan yang
kasar pada permukaan Jaran Dor akan lebih mudah untuk memperoleh
keselarasan/harmoni, sebagai dominasi atau daya tarik.
7) Ruang
Pada kesenian tradisi Jaran Dor Kelompok Turangga Putra Sejati
analisis unsur seni dan desain didalamnya terdapat ruang jika secara global
atau visual bentuk dan produk jadi, Jaran Dor ini merupakan produk dalam
ruang trimatra. Maksud trimatra disini adalah bentuk jadi dari produk Jaran
Dor yang mempunyai volume yang terdiri dari luasan panjang luasan lebar
dan ketebalan. Namun, yang penulis kaji adalah tentang unsur dwimatra yang
terdapat dalam karya produk milik Supanto ini. Dimana unsur dwimatra
ditemukan pada ornamen dan desain yang bersifat dekoratif pada Jaran Dor
Turangga Putra Sejati, dimana bahan dan media yang dipakai dalam
menuangkan karya terbuat dari anyaman plastik.
Berdasarkan analisis unsur seni dan desain ruang permukaan
(meliputi: ornamen yang terdapat pada kepala, badan serta ekor jaran) pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Jaran Dor termasuk mempunyai Ruang Dwimatra (2 dimensi) karena ruang
dwimatra pada Jaran Dor merupakan bentuk gambar dekoratif yang
mempunyai makna dan mempunyai dua dimensi yaitu dimensi panjang dan
dimensi lebar, dimana pada ruang dwimatra hanya mengenal arah horisontal,
diagonal dan arah vertikal yang rata sejajar, serta hanya mengenal kedudukan
dikiri-tengah-kanan, atas-tengah dan bawah. Pada ruang dwimatra, yang terisi
obyek, disebut dengan ruang positif, sedangkan yang tidak terisi obyek,
merupakan ruang negatif. Dapat dijelaskan bahwa pada Jaran Dor, ada ruang
yang terisi gambar dekoratif dan ada ruang (space) yang memang tidak diisi
gambar maupun ornamen. Dalam ruang positif dan negatif, sangat
menentukan hasil karya dari Jaran Dor tersebut. Karena, dengan penyusunan
ruang positif, secara berkelompok (dengan mempunyai unsur kerapatan) dan
ruang negatif berkelompok akan tercipta garis semu tertentu sehingga akan
melahirkan gerak (irama). Pada akhirnya akan menciptakan area kosong
(white space) dan akan membantu terciptanya kesatuan atau unity, sehingga
akan tercapai suatu keindahan pada karya tersebut.
Adapun konsepsi ruang seni rupa pada Jaran Dor Turangga Putra
Sejati menganut gambar dan pola dekoratif. Untuk menghasilkan karya yang
harmonis maka didalam lukisan Jaran Dor, sesuatu yang jauh digambar
dengan warna panas. Sedangkan lukisan yang dekat, digambar dengan warna
dingin. Sama halnya dengan gambar ornamen segitiga maupun garis
lengkung “s” pada ornamen jaran yang digambar dengan warna panas yaitu
warna merah.
8) Kedudukan
Pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati, kedudukan atau posisi atau
letak pada semua lukisan, mengandung semua unsur rupa yang
menghubungkan antara bentuk raut. Bentuk raut yang dimaksud, meliputi:
titik, garis, dan bidang, serta ruang sebagai tempat suatu bentuk berada
ataupun disusun. Dalam hal ini, kedudukan merupakan pertalian antara
bentuk dan ruang yang ada pada lukisan Jaran Dor Turangga Putra Sejati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
1) (a1) Ornamen Lengkung Kepala Jaran
Kedudukan ornamen kepala jaran pada gambar (a1) pada Jaran Dor,
berada di sepanjang atas kepala jaran. Letak tersebut disesuaikan oleh
sang seniman sedemikian rupa, yang sesuai dengan kondisi gambar yang
nyata. Hal ini, letak bentuk raut dalam ruang akan mempengaruhi letak
keseimbangan. Kedudukan obyek sangat dipengaruhi oleh ukuran. Dalam
hal ini besar kecilnya, banyak sedikitnya ornamen disesuaikan dengan
luasan permukaan media gambar jaran.
2) (a2) Ornamen Segitiga Jaran
Kedudukan ornamen garis zig zag segitiga berada di tengah.
Dimana bagian atas dan bagian bawah dengan jarak yang sama, akan
menghasilkan keseimbangan pada bentuk jaran tersebut.
3) (b1) Mata Jaran
Kedudukan mata jaran yang digambarkan oleh sang seniman pada
permukaan bidang jaran, diletakkan pada ujung permukaan media,
karena kondisi Jaran Dor tampilannya dalam keadaan hidup. Dalam
artian kondisi Jaran Dor menggambarkan seolah-olah dalam keadaan
berdiri dan beraksi. Untuk ukurannya, walaupun berukuran kecil namun
dengan garis lengkung yang jelas pada bagian mata, akan membuat mata
jaran akan lebih hidup dan tajam.
4) (b2) Pelana Jaran
Gambar pelana pada jaran mempunyai kedudukan yang letaknya
berada di atas dan di bawah bentuk raut yang letaknya seimbang.
Kedudukan sedemikian dapat digambarkan oleh sang seniman, sehingga
akan menambahkan kesan estetis dan luwes pada garapan karya Supanto
untuk Jaran Dor khas Jombang kelompok Turangga Putra Sejati.
5) (b3) Gigi Jaran
Pada gambar gigi jaran, terletak pada tengah-tengah permukaan
bidang yaitu mulut. Kesan kedudukan ini digambarkan sedemikian rupa,
layaknya anatomi gigi kuda yang sebenarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
6) (c) Ornamen Badan Jaran
Dari luas permukaan badan jaran, kedudukan ornamen tepat berada
di atas permukaan, yang disesuaikan dan sudah cocok sebagai fungsi
tempat penari untuk melakukan aksi maupun atraksi kesenian Jaranan.
Dimana ornamennya, terlihat nampak indah dengan unsur repetisi yang
diciptakan oleh sang seniman.
7) (d) Ekor Jaran
Ekor jaran mempunyai kedudukan yang letaknya berada atas
permukaan bidang gambar. Ini dikarenakan karena sang seniman
menciptakan desain ataupun ornamen garis zig zag segitiga yang
berkesinambungan dengan bentuk ekor yang ada.
9) Gerak dan Arah Gerak
Gerak pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati merupakan unsur rupa
yang melahirkan suatu irama. Arah dan gerak pada Jaran Dor Turangga Putra
Sejati, merupakan arah gerak garis semu yang berbentuk horizontal, vertikal,
diagonal, lengkung, berombak dan zig zag. Dari arah gerak tersebut, akan
menunjukkan suatu irama yang mempunyai karakter tersendiri, yang dapat
mempengaruhi hasil dari tampilan Jaran Dor itu sendiri.
1) (a1) Ornamen Lengkung pada Kepala Jaran
Dari gambar (a1), merupakan suatu bentuk ornamen jaran yang
berada di atas kepala yang mempunyai arah dan gerak garis semu
berombak, yang mempunyai karakter, dinamis, luwes, dan lemah
gemulai. Sedangkan iramanya, dapat disebut repetisi dimana hasilnya
adalah mempunyai kesan monoton, rapi, tenang dan tidak menjemukan.
2) (a2) Ornamen Segitiga Jaran
Gambar (a2) pada ornamen garis zig zag segitiga pada kepala
jaran,mempunyai arah dan gerak garis semu zig zag yang mempunyai
karakter dinamis, tajam, keras dan agak mengerikan. Irama pada gambar
(a2) juga dapat disebut irama repetisi dan mengandung transisi, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
hasilnya bersifat harmonis, selaras, ada dinamika, dan lebih enak
dinikmati oleh penikmat.
3) (b1) Mata Jaran
Gambar (b1) pada gambar mata jaran, mempunyai arah dan gerak
menyerupai gerak garis semu lengkung kubah, yang mempunyai karakter
megah dan dinamis. Sedangkan irama, mata jaran mempunyai irama
yang mengandung repetisi, transisi, dan oposisi. Dimana pada karya
menghasilkan oposisi mempunyai makna tajam, keras, kontras dan
dinamis.
4) (b2) Pelana Jaran
Pelana pada jaran (b2) mempunyai arah dan gerak garis semu
vertikal dan garis semu horizontal. Dimana garis semu horizontal
mempunyai karakter tajam, damai dan pasti. Sedangkan garis semu
vertikal, mempunyai karakter stabil, kokoh, kuat, statis dan kaku. Irama
pada gambar (b2) ini mengandung repetisi dan transisi, serta oposisi.
5) (b3) Gigi Jaran
Gambar gigi jaran seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.52.,
mempunyai arah dan gerak garis sama dengan yang ditunjukkan oleh
pelana jaran pada gambar (b2). Dimana arah dan gerak garisnya adalah
garis semu vertikal dan garis semu horizontal. Sedangkan, irama yang
ditunjukkan pada gambar (b3) pada gambar 4.52., mempunyai irama
repetisi, transisi, dan oposisi.
6) (c) Ornamen Badan Jaran
Ornamen pada badan jaran seperti yang tergambar pada gambar
4.52, merupakan ornamen yang mempunyai arah dan gerak garis semu
horizontal, vertikal serta diagonal. Garis semu diagonal mempunyai
karakter yang dinamis, dan bergerak atau lari. Sedangakn garis semu
horizontal mempunyai karakteristik tajam, dan pasti. Garis semu vertikal,
mempunyai karakter kokoh, kuat, statis dan kaku. Seperti apa yang
ditunjukkan pada filosofi jaran yang mempunyai karakter kokoh, tajam,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
serta bergerak. Jika ditinjau dari iramanya, ornamen pada badanjaran
mempunyai irama repetisi, transisi serta oposisi.
7) (d) Ornamen Segitiga Ekor Jaran
Gambar ornamen pada ekor jaran sama dengan gambar ornamen
zig zag pada garis segitiga yang mempunyai kedudukan di atas
permukaan bidang gambar, yaitu mempunyai arah dan gerak garis zig
zag segitiga pada kepala jaran, mempunyai arah dan gerak garis semu zig
zag yang mempunyai karakter dinamis, tajam, keras dan agak
mengerikan. Irama pada gambar (d) yang terdapat pada ekor juga dapat
disebut irama repetisi dan mengandung transisi. Sehingga hasilnya
bersifat harmonis, selaras, ada dinamika, dan lebih enak dinikmati oleh
penikmat.
3. Analisis Prinsip-Prinsip Dasar Seni dan Desain Kesenian Tradisi Jaran
Dor
a. Prinsip-Prinsip Dasar Seni dan Desain
Hasil karya seni rupa pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati
mempunyai tujuh prinsip dasar seni dan desain. Dari tujuh prinsip dasar
yang ada, disimpulkan tiga hal penting, yaitu: 1) unsur-unsur seni rupa
sebagai input 2) prinsip-prinsip dasar seni rupa sebagai metode,
sedangakan 3) hasil karya seni rupa sebagai outputnya. Ketujuh prinsip
tersebut dapat penulis jelaskan, sebagai berikut:
1) Irama atau ritme atau keselarasan
Irama pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati terlihat pada anyaman,
karena bentuk anyaman tersebut dilakukan berulang-ulang. Dari irama
tersebut muncul suatu keselarasan, sehingga menjadikan tampilan Jaran
Dor tersebut terlihat bagus dan enak untuk dinikmati.
Selain dari anyaman yang ada, irama juga terlihat nyata pada seni
tari (gerak) dan musik (suara) Jaran Dor Turangga Putra Sejati.
Dalam hal ini, irama diartikan sebagai gerak yang berukuran
(teratur) dan mengalir. Dalam seni tari irama dapat berupa gerak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
berulang (mengalir) dalam keberkalaan (keteraturan): lambat-cepat,
lemah-kuat, lembut-tangkas. Sedangkan dalam musik, irama dapat
berupa nada suara berulang dalam keberkalaan: Tinggi-rendah,
panjang-pendek, cepat-lambat. Dalam seni tari dan musik, irama dapat
dilihat dan didengar secara jelas. Sebagai contoh, untuk tarian Jaranan
pada saat berlatih dapat dinyatakan dalam 8 hitungan. Guru menghitung
biasanya 1-8 dan mempraktekan satu rangkaian gerak tari. Sedangkan
dalam pertunjukkannya, tari Jaranan dilakukan oleh empat orang penari.
Karena apabila tarian Jaranan dilakukan hanya dengan satu penari,
maka gerakan atau pertunjukkan yang dilakukan akan terlihat kaku.
Hitungan dan gerakan itu dilakukan berulang-ulang, sehingga ritme
tarinya benar-benar nampak. Irama juga dapat mempengaruhi keadaan
pada diri manusia. Karena denyut jantung manusia dipengaruhi oleh
irama musik yang didengarnya. Irama musik yang mempunyai nada
tunggal, yang cenderung monoton akan membuat orang mengantuk dan
tertidur.
Irama dengan nada keras, akan membuat orang menjadi
bersemangat. Sama halnya dengan tari tradisional Jaran Dor, karena
dengan irama musik yang cenderung berirama monoton dan keras akan
membuat penarinya nerveous dan ndadi. Irama musik yang sedemikian
rupa, juga dapat mempengaruhi para penonton yang melihat atraksi
tersebut. Sedangkan dalam musik (gendhing kendang, cimplung, jidhor,
terbang), iramanya pun dapat didengar secara jelas. Dilihat dari sisi
tempo, biasanya dapat ditentukan dari ketukan atau hentakan. 4/4, ¾
atau 2/4 yang diulang terus menerus dengan beberapa aksen. Sehingga
nada yang kita dengar naik turunnya maupun keras kontrasnya
disesuaikan dengan alunan lagu, seperti lagu gendhing jawa maupun
gendhing rohani atau islamiah dalam pertunjukkan Jaran Dor.
Dari Jaran Dor Turangga Putra Sejati, akan memperoleh desain
yang bermutu seni tinggi, maka harus memperhitungkan prinsip irama.
Seperti yang terlihat pada gambar (a1). Dalam ornamen kepala jaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
yang bergerak mengalir dari tempat satu ketempat yang lainnya, yang
dibuat meliku, sehingga tampak ritmik mengasyikkan. Ditambah
dengan warna yang kontras, maka akan menambah nilai keindahan.
Sedangkan pada gambar (a2) dan (d) terlihat gambar garis lurus yang
digambarkan oleh sang seniman membentuk garis zig zag. Dengan
irama dari besar ke kecil, dengan keberkalaan arah, vertikal, horizontal
dan diagonal, dan keberkalaan warna (panas-dingin), keberkalaan
tekstur (kasar-halus), keberkalaan gerak (kanan-kiri), serta keberkalaan
jarak (lebar-sempit). Untuk gambar (c) yaitu ornamen kotak pada badan
jaran apabila ditinjau dari seni rupa irama dapat berupa gerak berulang.
Tangga rupa satu nada terlihat pada kesenian tradisi Jaran Dor
kelompok Turangga Putra Sejati karya Supanto, yang terlihat pada
badan jaran, seperti yang terlihat pada ornamen repetisi kotak gambar
(c). Dimana gambar (c) juga menunjukkan bahwa objek yang disusun,
semuanya tersusun menyatu. Dapat menimbulkan kesan rapi, tenang,
resmi, berwibawa, statis dan menimbulkan efek kaku. Pada transisi
bentuk raut (irama laras harmonis), transisi bentuk ukuran, dan transisi
arah, akan melahirkan gerak susunan yang harmonis. Ini tejadi pada
ornamen kepala jaran yang terlihat pada gambar (b1) dan (b2) yang
terletak di bagian kepala jaran. Karena pada bagian (b1) dan (b2)
susunan secara repetisi hanya dengan menggunakan perubahan
kedudukan yang bergerak lurus secara horizon, vertikal atau diagonal,
maka pada susunan tersebut sebuah transisi terdapat perubahan
kedudukan yang bergerak melengkung.
2) Kesatuan (Unity)
Dari lukisan ornamen Jaran Dor Turangga Putra Sejati untuk
memiliki kesatuan yang tinggi harus mempunyai unsur repetisi, transisi,
serta oposisi yang selaras, berkaitan, dengan susunan yang berirama
dalam karya tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
a) Kesatuan dengan Pendekatan Kesamaan-Kesamaan Unsur
Rupa Jaran Dor Turangga Putra Sejati
Dengan adanya pendekatan kesamaan untuk mencapai kesatuan,
dapat dilakukan dengan cara menyusun rupa secara total. Dimana
kesatuan dengan pendekatan ini dapat terlihat pada background jaran
yang terbuat dari anyaman plastik. Dimana anyaman plastik pada
jaran juga termasuk dari repetisi. Dimana repetisi tersebut secara
otomatis akan membawa pada kesatuan. Hal serupa juga terdapat
pada bentuk repetisi pada ornamen yang terdapat pada badan jaran
yang ditunjukkan pada gambar (c). Ini dapat terjadi karena adanya
suatu kesatuan dimana kesatuan tersebut terlihat utuh dan menarik
ketika dinikmati.
b) Menyusun Kesamaan-Kesamaan Unsur Raut Jaran Dor
Turangga Putra Sejati
Dimana dengan menyusun kesamaan unsur raut yang dibuat
sama, maka secara minimal kesatuan telah dapat dicapai. Hal serupa
dapat dilihat pada jaran dengan gambar (a2) dan (d) dimana kedua
gambar mempunyai bentuk raut garis zig zag sehingga menghasilkan
garis segitiga, yang kesemua gambar walaupun mempunyai ukuran
yang berbeda namun unsur rautnya sama. Secara garis besar, berarti
kesatuan (unity) nya sudah dapat tercapai.
3) Dominasi/Penekanan
Dominasi dari karya Jaran Dor Turangga Putra Sejati,
mempunyai point of interest. Jika ditinjau dari keseluruhan karya seni
rupa, Jaran Dor dan ornamennya, mempunyai dominasi keunikan.
Dimana dominasi ini terlihat pada bentuk badan jaran yang mempunyai
gambar atau desain yang berbeda, yaitu dengan menggunakan bentuk
segi empat di dalamnya, yang berbeda dengan desain segitiga yang ada
pada kepala maupun ekor jaran.
Dikatakan dominasi kelainan, karena pada karya tersebut,
bentuknya disendirikan atau dikeluarkan dari kelompoknya (berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
desain segitiga). Dengan adanya dominasi pengasingan atau kelainan
ini, maka karya seni pada Jaran Dor akan terlihat harmonis, tidak
menyentak, tidak terlalu tajam/keras, namun tetap menarik perhatian.
4) Keseimbangan (Balance)
Pada karya seni kesenian tradisi Jaran Dor, memiliki
keseimbangan sederajat dan keseimbangan asimetris/tersembunyi.
Dimana keseimbangan sederajat juga terdapat pada kepala dan ekor
jaran. Ruang dan ornamen yang ada pada kepala jaran dengan ruang
dan ornamen yang ada pada kiri jalan, tidak persis sama, tetapi
memiliki besaran yang sederajat. Kemudian keseimbangan
asimetris/tersembunyi pun juga pada karya Jaran Dor karya Supanto ini.
Dimana pada karya ini jenis keseimbangan di mana ruang sebelah kiri
dan sebelah kanan dalam keadaan tidak sama muatan/bebannya, namun
secara keseluruhan tetap dalam keadaan seimbang. Keseimbangan
tersembunyi merupakan jenis keseimbangan yang dinamis, namun tidak
terkesan resmi.
5) Proporsi (Perbandingan)
Bentuk Jaran Dor Turangga Putra Sejati sudah sangat memenuhi
proporsi, yang meliputi ukuran secara repetisi, dan ukuran secara
transisi. Dari mulai ornamen kepala jaran. Pada ornamen kepala, antara
warna dengan media/luas permukaan itu sudah proporsi dan dipusatkan
pada ujung ornamen. Sehingga terlihat lebih menarik dan indah untuk
dipandang. Pada ekor jaran, susunan bentuk atau garis dengan
mengandung hubungan secara transisi. Dimana terjadi perubahan
dengan variasi dekat. Dari sana terlihat garis lurus diagonal dalam
bentuk zig zag yang mengalami transisi dari bentuk besar kecil ke besar.
Dimana garis zig zag diletakkan di sepanjang tepi ekor jaran. Pada
bagian badan jaran, terdapat ukuran susunan garis yang berbentuk segi
empat, dengan ukuran sama panjang yang mengalami repetisi
(pengulangan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
6) Kesederhanaan (Simplicity)
Kesederhanaan yang dimaksud ini dari bentuk karya seni Jaran
Dor terlihat sederhana. Dalam artian karya seni tersebut tidak lebih dan
tidak kurang (pas). Dikatakan pas karena penyusunan karya seni dan
desain pada Jaran Dor saat penataan, mempunyai obyek atau elemen
yang sesuai dengan pertimbangan prinsip seni rupa, yaitu irama,
kesatuan, dominasi, dan proporsi.
7) Kejelasan (Clarity)
Dari semua unsur seni rupa yang ada pada Jaran Dor Turangga
Putra Sejati apabila sudah dapat dimengerti dari semua maksud dan isi
desain, maka penikmat karya akan lebih mudah memahami bentuk dari
karya tersebut yang tidak lain adalah bentuk Jaran Dor.
D. Aspek Edukasi Jaran Dor
Kesenian tradisi Jaran Dor khas daerah Jombang tidak hanya mempunyai
kegiatan secara ritual maupun spiritual serta hiburan bagi penikmat seni saja.
Namun kesenian tradisi Jaran Dor juga mempunyai sisi edukatif. Dimana segi
edukatif yang ada pada kesenian tradisi Jaran Dor sangatlah banyak, apabila
dikaji dan diteliti lebih mendalam. Aspek edukasi terlihat pada pendidikan
karakter yang tertuang dengan folklor (Etika, Tradisi, Budi Pekerti dan Mistik
Kejawen serta Agama dan kearifan lokal) Jaran Dor, serta aspek edukasi juga
terlihat pada pendidikan formal. Hal senada juga diungkapkan oleh Nasrul
Illahi, seorang pemerhati seni yang mempunyai background seksi kebudayaan
di Pemda Jombang:
“Kalau dilihat kembali, Kesenian tradisi Jaran Dor banyak sekali
makna edukatif yang didapat di dalamnya. Karena memang kesenian
ini mempunyai potensi besar dalam sejarah perkembangan
kebudayaan di daerah Jombang”. (Wawancara dengan Nasrul Illahi, 1
Februari 2014).
Adapun pendidikan formal dan pendidikan karakter yang tertuang dalam
folklor, dapat penulis terangkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
1. Folklor (Etika, Tradisi, Budi Pekerti dan Mistik Kejawen serta
Agama dan kearifan lokal) dalam Pendidikan Karakter Kesenian
Tradisi Jaran Dor.
Pendidikan karakter terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotor
dalam perilaku kehidupan manusia.Pendidikan yang baik, disebut sebagai
pendidikan yang berkarakter luhur, didalamnya harus dan sudah mencakup
etika serta etiket yang baik. Pendidikan karakter sendiri mempunyai artian
merupakan suatu nilai dan aturan baik maupun buruk yang diterapkan atau
diaplikasikan melalui kehidupan sehari hari. Pendidikan maupun
pengajaran luhur yang diwariskan oleh nenek moyang sangat penting
peranannya dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya untuk
menanamkan pendidikan kepada anak-anak, sebagai wadah untuk
pembentukan karakter atau watak seseorang. Peran keluarga, masyarakat
serta warisan kesenian tradisi sangat mempengaruhi tumbuh dan
berkembangnya seorang anak.
Etika merupakan keseluruhan suatu norma yang digunakan oleh
masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia akan menjalankan
kehidupannya. Etika dalam pembelajaran kampus dinamakan etika
akademik, sedangkan etika umum yang beredar dalam suatu masyarakat
dinamakan etika hidup. (Endraswara, 2011: 35), Etika hidup lokal adalah
etika mengenai mistik kejawen. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan
karakter, etika dan suatu tradisi sangat erat kaitannya dan saling
berhubungan satu dengan lainnya. Sangat terlihat pendidikan karakter dari
etika dan perilaku yang ditunjukkan oleh semua kelompok Turangga Putra
Sejati. Dimana watak semua pemain sudah menjiwai karakter sebagai
pekerja seni baik sebagai pada pemilik, pemain, maupun penari kesenian
Jaran Dor. Dalam hal ini, tradisi dalam pendidikan karakter mempunyai
peranan sangat penting didalamnya.
Pendidikan karakter dalam suatu tradisi dapat disampaikan melalui
suatu upacara adat maupun suatu upacara tradisional yang ada dalam suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
daerah-daerah tertentu. Upacara tradisional pada kesenian tradisi Jaran Dor,
karena sangat lekat dengan adat masyarakat Jawa yang mempunyai model
prosesi dengan serangakaian kelengkapan khusus berupa sesaji, maka
pertunjukkan Jaran Dor tidaklah terlepas dari prosesi ritual keagamaan.
Mulai dari ritual malam satu Syuro, malam Jumat legi dan ritual sebelum
diadakannya pertunjukkan yang dilakukan oleh sesepuh/ orang yang
dituakan yang merupakan orang pintar maupun yang mempunyai keahlian
dalam hal mistik pada kelompok Turangga Putra Sejati. Selain itu, dalam
pendidikan karakter yang termuat dalam pertunjukkan Jaran Dor, juga
tidak terlepas dari nilai mistik kejawen yang didalamnya merupakan
agama Hindhu dan Islam yang diramu dalam Ilmu kebatinan Jawa.
Mistik kejawen yang ada dalam Jaran Dor, dilakukan dengan cara
pengendalian diri berupa semedi oleh sesepuh Jaran Dor dalam kelompok
Turangga Putra Sejati dan berpuasa serta berzikir juga dilakukan oleh para
penari Jaran Dor sebelum melakukan pertunjukkan Jaran Dor. Dengan
adanya semedi yang dilakukan oleh sesepuh, dan juga berpuasa serta
berzikir oleh para penari Jaran Dor diharapkan kegiatan tersebut akan
mencapai tahap bebas dari keduniawian yang akhirnya sampai pada
manunggaling kawulo Gusti.
Perilaku meditasi dalam mistik kejawen, juga diwujudkan secara
ritual. Dimana tata cara ritual berbeda sesuai dengan penganut kejawennya.
Adapun tata cara ritual Jaran Dor yang dilakukan oleh sesepuh di
kelompok Turangga Putra Sejati sebelum pertunjukkan dimulai, yang
dilakukan dengan cara: 1) Sebelum melakukan penghayatan ritual harus
sesuci dengan mencuci muka, tangan, kaki dan sebagainya, 2) Pakaian
ritual harus bersih, rapi dan sopan 3) Tempat ritual dapat dilakukan di
mana saja, yang biasanya dilakukan di tempat pertunjukkan sebelum
dimulainya pertunjukkan 4) Perlengkapan ritual, dapat menggunakan alas
ataupun tidak 5) Sikap dalam ritual harus duduk secara terus menerus
sambil memejamkan mata, tangan bebas dan serasi, dan sikap kepala atau
muka biasanya menunduk 6) Arah penghayatan biasanya bebas serasi 7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Upacara doa dalam ritual: mengucapkan doa dalam hati, yang biasanya
mengucapkan mantra tertentu dengan tujuan untuk meminta restu kepada
Allah dan meminta izin terhadap danyang-danyang di tempat sekitar
pertunjukkan, agar tidak mengganggu jalannya pertunjukkan Jaran Dor.
Segala aktivitas mistik kejawen Jaran Dor mempunyai aspek religi.
Dimana kehidupan manusia adalah bagian dari kosmos. Sehingga ada
hubungan antara mikrokosmos (diri manusia/jagad cilik dengan
makrokosmos/jagad gede). Untuk mengkaitkan dua alam ini, manusia
melakukan tindakan ritual untuk mencari ketenangan batin, dan
kemantapan penerimaan terhadap kejadian apa adanya, dan sikap
menyerah atau pasrah, dan melalui kesadaran pula akan mendapatkan
ngelmu bukan ilmu saja. Sehingga ngelmu diperoleh melalui meditasi,
membaca mantra, berzikir, berpuasa dan sebagainya. Dapat disimpulkan
bahwa tingkat spiritualitas seperti mantra dan mistik kejawen yang ada
pada kesenian tradisi Jaran Dor merupakan suatu bentuk tradisi lisan yang
menuntun pendidikan karakter agar manusia mengetahui siapa Tuhannya.
Aktivitas mistik kejawen pada pertunjukkan Jaran Dor dapat
mengenalkan serta mengingatkan kembali kepada manusia bahwa suatu
hari, manusia pasti akan kembali kepada Tuhan. Dengan demikian ikatan
emosional dan kultural akan mewujudkan hubungan harmoni Kawulo lan
Gusti yang melalui ritual, seperti yang ada pada pertunjukkan Jaran Dor.
Dalam hal ini, diharapkan manusia akan lebih memegang teguh folklor
(adat istiadat sejak zaman dahulu yang mengikat tanpa adanya suatu
aturan), sebagai jalan lurus untuk menuju sangkan paraning dumadi yang
merupakan ajaran pendidikan karakter dan membentuk watak pada diri
manusia. Pada dasarnya, manusia akan kembali dan menghadap kepada
Tuhannya dalam keadaan jernih.
a) Budi Luhur dan Budi Pekerti dalam Pendidikan Karakter
Kesenian Tradisi Jaran Dor
Budi luhur dan budi pekerti merupakan istilah yang terkait
dengan pendidikan karakter dalam suatu budaya Jawa, dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
keduanya merupakan istilah dari folklor spiritual, yang melukiskan
sikap dan perilaku manusia di dalamnya, budi luhur termasuk nilai
budayayang mengarah kepada pendidikan karakter masyarakat jawa,
adapun budi pekerti merupakan implementasi pendidikan karakter
dalam hidup manusia.
Dengan adanya budi luhur yang berkembang dalam masyarakat
Jawa melalui pertunjukkan budaya, dalam hal ini dapat dicontohkan
pada pertunjukkan seni tradisi Jaran Dor, diharapkan sekolah sebagai
lembaga formal yang merupakan ruang untuk membentuk budi pekerti
seorang anak. Dimana budi pekerti memang dibangun atas dasar watak
atau karakter seseorang, yang memang pada dasarnya peran
lingkungan amat penting di dalam pembentukan karakter dan watak
seseorang. Watak dari seseorang itu oleh sekolah digarap, agar hidup
siswa suatu saat akan mampu untuk mengendalikan dirinya.
Budi pekerti merupakan upaya pengendalian diri, agar seorang
anak dapat menjadi generasi masa depan, yang dapat dikendalikan.
Sebagai contoh adalah watak dasar penggoda budi pekerti, seperti yang
terlihat dari Pertunjukan Jaran Dor, ketika Pemain mengalami tahap
trance, dimana saat pemain ndadi atau kalap pemain harus dapat
mengendalikan nafsu amarah, aluwamah, dan supiah. Selain itu,
pemain harus mempunyai karakter mutmainah (watak yang bagus,
beribadah, menolong, dsb). Dalam hal ini agar suatu pendidikan
karakter bangsa sukses untuk kedepannya maka sekolah (pendidikan
formal) harus mengedepankan watak mutmainah agar siswa menjadi
siswa yang unggul.
b) Agama, Kearifan Lokal dalam Pendidikan KarakterKesenian
Tradisi Jaran Dor
Model pembelajaran Agama merupakan suatu pembelajaran
yang berbasis kearifan lokal, hal ini sangat penting karena sebelum
subjek didik berkenalan dengan agama, telah memiliki kearifan dalam
dirinya, kearifan lokal yang merupakan pandangan hidup, ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktifitas
yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjawab berbagai
permasalahan, yang hendak diraih dalam agama adalah masalah
keselamatan, dimana keselamatan biasanya ditandai dengan
ketenangan yang ingin dicapai oleh manusia. Untuk itu manusia
khususnya masyarakat Jawa biasanya menjalankan ritual. Seperti
pelaksanaan ritual yang ada pada kesenian tradisi Jaran Dor yang
dilakukan oleh para sesepuh dan ketua kelompok sekaligis pemilik
kelompok Turangga Putra Sejati pada saat Jum’at legi, malam satu
Syuro, dan sebelum pertunjukkan dimulai yang dilakukan oleh sesepuh
atau sang empu dengan mengadakan ritual yang dilengkapi dengan
sesajen sebagai sarat dari ritual tersebut. Kearifan lokal yang ada pada
kesenian tradisi Jaran Dor seperti ritual yang dilakukan juga sangat
cocok dijadikan sebagai pijakan belajar tentang agama dalam suatu
masyarakat.
Kearifan lokal dalam pertunjukkan Jaran Dor memang sangat
dekat dengan agama dimana agama merupakan budaya. Batas antara
agama dan budaya memang sangat tipis, salah satu budaya yang telah
mengakar pada bangsa kita adalah kearifan lokal. Kearifan lokal adalah
sebuah kebijaksanaan yang memang berasal dari nenek moyang yang
diwariskan kepada generasi penerus agar mencapai tujuan hidup
didunia yang damai. Melalui kearifan lokal seperti aspek keagamaan
yang ada pada pertunjukkan kesenian tradisi Jaran Dor, seseorang yang
menonton atau mempelajari Jaran Dor akan melalui proses
pembelajaran agama melalui pertunjukkan tersebut, dengan cara yang
berbeda tanpa adanya rasa keterpaksaan pada dirinya.
Dalam hal ini segi keagamaan dalam pendidikan karakter pada
kesenian tradisi Jaran Dor tertuang dalam model pembelajaran dalam
bentuk stereotype learning dan experience learning. Dimana kedua
model ini dikenalkan melalui bentuk pemujaan dengan model meniru
atau stereotype. Pemujaan yang dimaksud adalah ritual sebagai sarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
untuk berdoa kepada Sang Pencipta serta meminta izin kepada
danyang setempat agar pertunjukkan yang dilaksanakan selamat.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa jenis Agama apapun tidak
terlepas dari proses ritual, yang masih erat kaitannya dengan mitos dan
kearifan lokal. Hal ini terbukti dengan para pemain Jaran Dor yang
beragama Islam juga melakukan prosesi ritual seperti bertapa, berpuasa
serta berdzikir sebelum melakukan adanya pementasan. Begitu juga
dengan pemilik dan sang empu pada kelompok Turangga Putra Sejati
yang melakukan ritual baik malam Jumat legi, malam Satu Syuro serta
pada pertunjukkan (Sebelum, saat dan setelah pertunjukkan) Jaran Dor.
Hal ini dikarenakan masyarakat Jawa masih percaya akan adanya
prosesi-prosesi ritual dalam wilayahnya. Dengan adanya ritual
bermunculan kesenian tradisi, maka ritual tersebut merupakan suatu
pendidikan agama. Dimana orang atau penonton dapat praktek
langsung dalam lapangan mulai dari menyiapkan ritual, mengundang
orang bahkan bekerja sama. Model ini dapat disebut experience
learning.
2. Aspek Edukasi Formal
Kesenian tradisi Jaran Dor membawa dampak positif dalam
perjalanan perkembangannya. Dimulai dari reputasi kesenian tradisi Jaran
Dor yang dicap ecek-ecek, hingga menjadi kesenian yang saat ini patut
diperhitungkan. Banyak sekali edukasi yang terdapat di dalamnya. Selain
itu, untuk mengenalkan kesenian tradisi ini kepada para generasi muda,
banyak sekali sekolah-sekolah yang menjadikan kesenian tradisi Jaran Dor
sebagai salah satu kesenian yang diangkat dalam ekstrakurikuler, dan
diangkat sebagai sumber bahan ajar kegiatan pembelajaran di sekolah.
Sebagai contoh adalah sekolah-sekolah dasar yang berada di perbatasan
Jombang dan Kediri disana sangat mengangkat nilai-nilai budaya
adiluhung ini dengan diadakannya ekstra di dalam sekolah tersebut, dan
untuk menjadikan para murid lebih antusias kembali, biasanya sekolah
menyajikan tarian Jaranan untuk sebuah acara kelulusan atau ulang tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
sekolah. Namun, semua tergantung kepada kebijakan tiap sekolah, serta
tetap disesuaikan dengan potensi sekolah masing-masing.
Mata pelajaran Seni Budaya sekarang ini baik ditingkat Paud, SD,
SMP dan SMA merupakan mata pelajaran monolitik yang didalamnya
terdapat materi Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, Seni Teater yang
dituangkan dalam bentuk mengapresiasikan serta mengekspresikan karya
seni. Sebaliknya, apabila dilihat dari perkembangan edukasi Jaran Dor di
dalam kota khususnya daerah Jombang, tarian Jaran Dor yang ada didalam
kesenian ini, sudah dijadikan sebagai sumber bahan ajar namun hanya ada
pada sekolah yang mempunyai fasilitas gamelan dan ruang yang memadai
untuk pembelajaran tarian Jaranan tersebut. Selain itu, di dalam mata
pelajaran pengembangan diri juga diajarkan tarian Jaran Dor untuk
memperdalam materi pembelajaran yang diadakan pada pagi hari.
Pelaksanaannya terbukti di wilayah Jombang kota beberapa
sekolah di tingkat SD, SMP mengajarkan tentang seni karawitan dan tarian
Jaranan, karena disamping sarana alat musik karawitan di sekolah tersedia
dan mendukung, sekolah tersebut juga termasuk salah satu sekolah
Adiwiyata Nasional. Selain itu sekolah tersebut mempunyai tenaga
pendidik atau Guru yang profesional dalam seni karawitan dan tarian
Jaranan, dan Guru tersebut sudah menguasai materi yang diajarkan kepada
anak didiknya.
Di Jombang juga terdapat sekolah yang berkeinginan mengajarkan
kepada siswanya tentang tarian Jaranan tetapi guru tidak tersedia atau
tidak menguasai, pada akhirnya pihak sekolah melakukan kerjasama dan
sekolah memberikan kepercayaan kepada sebuah lembaga informal yaitu
sebuah sanggar untuk melatih para peserta didiknya sampai bisa
menguasai seni karawitan dan seni Jaranan khas daerah Jombang. Karena
pada kesenian tari Jaranan, hampir mirip dengan kesenian khas Jombang
yaitu tari Remo. Salah satu sanggar seni yang telah mengadakan hubungan
kerjasama dan dipercaya oleh pihak sekolah di Jombang untuk mengisi
materi tarian, serta ekstrakurikuler adalah Sanggar Lung Ayu yang diasuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
oleh Dian Sukarno. Seorang seniman, penulis, penari dan aktivis yang
berbakat dan merupakan putra terbaik Jombang.
Selain itu, Sanggar tari yang dimiliki oleh Dian Sukarno juga
mengajarkan tarian nusantara yang sangat terkenal di Indonesia maupun di
kanca mancanegara, yang memang kesemuanya sudah dirancang untuk
mengembangkan dan melestarikan kekayaan kesenian nusantara
khususnya wilayah Jombang.