perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17...

95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Latar Belakang Kesenian Tradisi Jaran Dor Kelompok Turangga Putra Sejati 1. Sejarah Jombang merupakan sebuah kota yang multikultural dimana Jombang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki sejarah, kisah dan budaya yang menarik untuk dipelajari lebih dalam. Selain itu, Jombang merupakan salah satu wilayah yang mempunyai etnis budaya arek. Ini terbukti dengan budaya Arek di Jombang yang menonjol. Hal ini terlihat dari dialek Arek yang kental pada pertunjukkan Besutan, Ludruk, dan Jaran Dor. Pada dasarnya Jombang pantas disebut menjadi miniatur Jawa Timur. Ini dikarenakan wilayah Jombang yang menjadi titik perpaduan dari semua kebudayaan. Menjadi titik pertemuan budaya Jawa yang besar, yaitu budaya Arek dan budaya Mataraman. Namun demikian, ada kantong budaya Maduran, rembesan budaya Ponorogoan, budaya pesisiran, serta budaya Arab bahkan budaya Cina. Masyarakat Jombang terkenal sangat egaliter, terbuka dalam berinteraksi, sangat memberi ruang yang cukup terhadap sebuah perubahan, serta memiliki rasa empati yang tinggi serta anti terhadap dominasi. Jombang mendapat julukan sebagai kota santri. Hal ini dikarenakan kantong budaya pesisiran sangat menonjol dengan banyak penyebaran pondok pesantren di wilayah Jombang. Terbukti dengan terkenalnya beberapa pondok pesantren yang ada di Jombang.Kantong Budaya Panaragan nampak pada pertumbuhan seni Jaranan , terutama pada wilayah Bareng, Wonosalam, Mojowangi, dan Mojowarno. Sikap egaliter yang dimiliki oleh masyarakat Jombang, melahirkan kesenian yang kuat akan sifat “sentris”nya. 48

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Kesenian Tradisi Jaran Dor Kelompok Turangga Putra

Sejati

1. Sejarah

Jombang merupakan sebuah kota yang multikultural dimana

Jombang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki

sejarah, kisah dan budaya yang menarik untuk dipelajari lebih dalam.

Selain itu, Jombang merupakan salah satu wilayah yang mempunyai etnis

budaya arek. Ini terbukti dengan budaya Arek di Jombang yang menonjol.

Hal ini terlihat dari dialek Arek yang kental pada pertunjukkan Besutan,

Ludruk, dan Jaran Dor.

Pada dasarnya Jombang pantas disebut menjadi miniatur Jawa

Timur. Ini dikarenakan wilayah Jombang yang menjadi titik perpaduan

dari semua kebudayaan. Menjadi titik pertemuan budaya Jawa yang besar,

yaitu budaya Arek dan budaya Mataraman. Namun demikian, ada kantong

budaya Maduran, rembesan budaya Ponorogoan, budaya pesisiran, serta

budaya Arab bahkan budaya Cina.

Masyarakat Jombang terkenal sangat egaliter, terbuka dalam

berinteraksi, sangat memberi ruang yang cukup terhadap sebuah

perubahan, serta memiliki rasa empati yang tinggi serta anti terhadap

dominasi.

Jombang mendapat julukan sebagai kota santri. Hal ini

dikarenakan kantong budaya pesisiran sangat menonjol dengan banyak

penyebaran pondok pesantren di wilayah Jombang. Terbukti dengan

terkenalnya beberapa pondok pesantren yang ada di Jombang.Kantong

Budaya Panaragan nampak pada pertumbuhan seni Jaranan , terutama

pada wilayah Bareng, Wonosalam, Mojowangi, dan Mojowarno.

Sikap egaliter yang dimiliki oleh masyarakat Jombang, melahirkan

kesenian yang kuat akan sifat “sentris”nya.

48

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Hal ini merupakan ekspresi dari masyarakat abang yang kritis dalam

menyikapi keadaan dengan bahasa pasemon yang cerdas. Berawal dari

kesenian amen Lerok, kemudian berubah menjadi kesenian Besutan, dan

berkembang dari kesenian Ludruk, hingga kesenian yang paling tua, yakni

kesenian tradisi Jaran Dor di Jombang Jawa Timur.

Namun seiring berjalannya waktu dan seiring perubahan zaman,

kesenian tradisi Jaran Dor di Jombang Jawa Timur sudah mulai jarang

ditemukan. Pergeseran makna yang sakral dan Jaranan sebagai upacara

adat sudah mulai luntur. Pada zaman sekarang, Jaran Dor hanya berfungsi

sebagai kesenian penghibur dalam suatu stakeholder. Namun, tetap tidak

terlepas dari unsur ritual dan spiritual yang ada dalam pertunjukkan Jaran

Dor. Seperti halnya yang dikatakan oleh Harjo Suyitno:

“Sekarang ini Jaran Dor di Jombang sudah mulai luntur akan

kesakralannya. Karena memang masyarakat sekarang lebih suka

menanggap Jaran Dor sebagai acara penghibur dalam acara

khitanan, nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”.

(Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014).

Berangkat dari keturunan keluarga seniman, dan mempunyai

keinginan yang kuat untuk memajukan kesenian asli Jombang yaitu Jaran

Dor, Harjo Suyitno mampu mengubah kesenian masyarakat bawah

menjadi sebuah kesenian yang digandrungi oleh semua lapisan masyarakat.

Baik dari kalangan masyarakat bawah, menengah, hingga masyarakat

kelas atas. Untuk melestarikan kesenian tradisi Jaran Dor, Harjo Suyitno

yang mempunyai latar belakang Pegawai Negeri Sipil di Lapas Jombang,

tidak pernah menolak apabila ditanggap semua lapisan masyarakat untuk

melakukan pertunjukkan. Walaupun harga tanggapan dengan biaya

operasional tidak ada laba. Dalam pertunjukkannya, Harjo Suyitno selalu

menampilkan Jaran Dor asli Jombangan, yang selanjutnya dengan

penjelasan Harjo Suyitno, dalam pertunjukkan berikutnya menampilkan

Jaranan Samboyo. Dalam banyak event perlombaan Kesenian Jaranan,

Harjo Suyitno dengan kelompok yang dimilikinya yakni Turangga Putra

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Sejati, selalu memenangkan perlombaan dengan menempati urutan

pertama. Hal serupa juga dikatakan oleh salah satu pemerhati seni:

“Turangga Putra Sejati selalu memenangkan setiap festival yang

dimilikinya dengan mengusung predikat yang terbaik. Karena

memang Kelompok Turangga Putra Sejati selalu menampilkan

Jaranan versi Jombangan yang khas dengan alat musik Jidhor

sebagai pengiring pertunjukkan”. (Wawancara dengan Dian

Sukarno, 4 Februari 2014)

Untuk meraih kesuksesan seperti sekarang, tidaklah mudah.

Banyak sekali cobaan dan hambatan yang dilalui oleh Harjo Suyitno.

Sebelum Turangga Putra Sejati muncul dalam masyarakat Jombang, Harjo

Suyitno memulai karier seorang senimannya dimulai dari perjuangannya

yang menjadi seorang pengamenJaranan .Bahkan seorang Harjo Suyitno

banyak sekali didera cibiran dari masyarakat karena pekerjaan

sampingannya mengamen dan hanya untuk mendapatkan uang yang akan

dibelikannya untuk peralatan Jaranan . Hal serupa juga dikatan oleh Harjo

Suyitno:

“Dulu saya sebelum ada Turangga Putra Sejati, saya sudah

pernah mengamen Jaranan di jalan dan bahkan suatu ketika ada

ibu-ibu yang berkata “Wong PNS kok ngamen”. Tapi saya tidak

malu dengan cibiran itu. Bahkan dari cibiran itu, saya mulai

bersemangat untuk mendapatkan banyak rezeki dan yang nantinya

akan saya gunakan untuk membelikan peralatan Jaran Dor”.

( Wawancara Harjo Suyitno, 2014)

Sampai pada akhirnya Harjo Suyitno menemukan banyak peralatan

Jaranan di Balai Desa Mojowangi yang tidak pernah terawat lagi. Dimulai

dengan ide kreatifnya, Harjo Suyitno mengumpulkan para pemain Jaranan

dan para pemain wiyogo untuk membentuk sebuah group Jaranan. Ide

pengkreatifan seorang seniman tradisi muncul dalam diri Harjo Suyitno

yang ketika itu sedang cangkruk di sebuah warung kopi. Dimana Harjo

Suyitno dengan sifat organisasi yang dimilikinya, mengajak salah satu

perangkat desa dan disaksikan oleh penjual kopi, Harjo Suyitno untuk

mengumpulkan para pemain dan crew. Harjo Suyitno seketika langsung

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

memberikan nama group yang pada saat itu ia kumpulkan, yaitu

“Turangga Putra Sejati”, serta membentuk struktur organisasi Turangga

Putra Sejati yang diketuai oleh Harjo Suyitno.

Melalui perjalanan yang panjang pula dari bulan Oktober tahun

1999 hingga 2014. Tak mudah bagi Harjo Suyitno untuk mempertahankan

kelompok Jaranan berbelas-belas tahun. Dimulai dari perjalanan group

yang awalnya hanya memakai tata busana serta tata rias seadanya dan

memberanikan diri untuk membuat pementasan kecil-kecilan di depan

Balai Desa Mojowangi, tanpa mendapatkan upah juga pernah Harjo

Suyitno lakukan. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkat kegigihan

serta kerja keras Harjo Suyitno yang tak kenal lelah, mulailah Turangga

Putra Sejati lambat laun dikenal oleh masyarakat. Bahkan gaji yang sedikit

dengan performa yang apik beserta para pemain pun pernah diterima dan

dilewati oleh para anggota kelompok. Satu visi yang dipegang kuat oleh

seorang Harjo Suyitno adalah akan memajukan kesenian tradisi Jaran Dor

dan tidak akan pernah membiarkan kesenian tradisi leluhur khususnya

Jaran Dor diakui milik negara lain maupun kota lain. Bagi Harjo Suyitno,

Jaran Dor merupakan kesenian tradisi yang sudah mendarah daging dalam

kehidupannya.

Dalam pertengahan kariernya, Turangga Putra Sejati berusaha

mengikuti festival-festival yang diadakan di tingkat kecamatan hingga

tingkat kabupaten. Bahkan tingkat provinsi pun pernah dilalui oleh

Turangga Putra Sejati. Dimulai dari festival bertajuk kebudayaan yang

diselenggarakan oleh Dinas Parbudpora dengan tajuk Kesenian Khas

Jombangan, Harjo Suyitno dan Kelompok Turangga Putra Sejati mampu

menyabet predikat paling baik diantara kelompok Jaran Dor ternama

seperti Turangga Seto. Hal ini bisa terjadi dikarenakan seorang Harjo

Suyitno tetap memakai dan mengusung Jaranan Jombangan yang terdiri

dari tari Jaran Dor, tarian Jepaplok serta topeng genderuwon. Dikala

kelompok lain mengusung Jaran Dor yang berkiblat pada jaran pegon dari

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Ponorogo. Seperti yang dikatakan oleh Heru Cahyono, yang menjabat

Kasi kebudayaan di Disparbudpora.

“Turangga Putra Sejati memang sudah berkali-kali menyabet

juara terbaik Jaranan Jombangan. Kelompok putra dan kelompok

putri Jaranan milik Pak Yit memang menduduki urutan teratas

dibandingkan dengan kelompok Jaranan lainnya”. (Wawancara

dengan Heru Cahyono, 11 Januari 2014).

Dengan adanya ketenaran dan keberhasilan yang Turangga Putra

Sejati lakukan dan alami setapak demi setapak, hingga Camat dari Kecamatan

Mojowarno memberikan hadiah dan mengganti nama Turangga Putra Sejati

dengan nama lain, yaitu Turangga Bunga Sejati. Namun nama yang diberikan

oleh Camat Mojowarno tidak dikenal oleh masyarakat. Hingga pada akhirnya,

Harjo Suyitno tetap memakai nama Turangga Putra Sejati dari tahun 1999

hingga 2014 sekarang ini yang sudah dikenal di kalangan luas. Sebuah

perjalanan panjang pada titik tertinggi yang dilakukan oleh Harjo Suyitno dan

mempunyai impian agar semua generasi muda setidaknya tahu bagaimana

kesenian tradisi ini muncul dan tetap dilestarikan tanpa terpengaruh budaya

dari luar yang akan mengacaukan budaya lokal.

Dengan munculnya kelompok Jaran Dor Turangga Putra Sejati

sebagai kebudayaan dan warisan leluhur, tidak terlepas dari faktor lingkungan,

faktor budaya setempat, faktor mata pencaharian, faktor keadaan alam

lingkungan sekitar yang dapat memunculkan kesenian tradisi daerah setempat.

khususnya daerah Jombang. Adapun penjelasan lebih dalam daripada faktor

pendukung munculnya kesenian tradisi Jaran Dor Turangga Putra Sejati di

desa Mojowangi Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang Jawa Timur.

a. Letak Geografis

Desa Mojowangi kecamatan Mojowarno berada diatas permukaan air

laut 47 m, untuk luas wilayah desa Mojowangi seluas 372 Ha dengan

rincian tanah yang dipergunakan sebagai Irigasi Teknik seluas 23,12 Ha,

tanah yang digunakan untuk Makam seluas 62,98 Ha, sedangkan 98,28

Ha diperuntukkan pemukiman, serta perkantoran. Di desa Mojowangi

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

kecamatan Mojowarno beriklim tropis dengan ketinggian 90 m dpl.

Badan Klimatologi menyampaikan bahwa curah hujan 1879 mm setiap

tahun. Desa Mojowangi tepatnya berada di sebelah selatan Jantung kota

Jombang. Dimana letaknya berbatasan beberapa kecamatan: Sebelah

Utara berbatasan dengan kecamatan Mojoagung, Sebelah Selatan

berbatasan dengan kecamatan Bareng, Sebelah Barat berbatasan dengan

kecamatan Diwek, untuk batas desa/kelurahan, Desa Mojowangi

berbatasan dengan beberapa desa lain yaitu sebelah Utara berbatasan

dengan Desa Mojojejer, sebelah timur berbatasan dengan Desa

Mojoduwur, sebelah selatan berbatasan dengan desa Mojowarno dan

sebelah barat berbatasan dengan Desa Nggondek. Sehingga bisa

disimpulkan bahwa Desa Mojowangi berada di tengah atau jantung

kecamatan Mojowarno, sehingga akses baik ke tempat-tempat penting

seperti Alfamart, gereja, rumah sakit, dan kantor-kantor penting lainnya

mudah terjangkau.

Desa Mojowangi terdiri dari 4 dusun yang meliputi: Dusun

Mojodukuh (tempat lahirnya kesenian tradisi Jaran Dor Turangga Putra

Sejati), Dusun Mojowangi, Dusun Mojoroto dan Dusun Kembang Sore.

Jika kita akan berkunjung ke Dusun Mojodukuh, Desa Mojowangi

kecamatan Mojowarno kabupaten Jombang sebenarnya banyak akses yang

dapat kita lewati, adapun jalan yang dapat ditempuh antara lain :

1. Dengan menggunakan transportasi angkutan darat : memakai bus AKAP,

dari Kota Solo dari Terminal Tirtonadi naik jurusan surabaya turun

diTerminal Kepuh Sari Jombang, setelah itu naik line H Jurusan Cukir

Mojowarno-Jombang atau menggunakan Line C jurusan Ceweng-

Mojowarno-Jombang. Turun di Dusun Mojodukuh Mojowangi sebelah

timur SDN Mojowangi II, dan dilanjut naik ojek ke tempat rumah Bapak

Harjo Suyitno kurang lebih 200 m ke arah utara.

2. Dengan menggunakan Kereta Api dari Stasiun Balapan Solo naik jurusan

Surabaya turun di stasiun Jombang, jalan ke selatan setelah itu naik line H

Jurusan Cukir-Mojowarno atau menggunakan Line C jurusan Ceweng-

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Mojowarno. Turun di Dusun Mojodukuh Mojowangi sebelah timur SDN

Mojowangi II, dan dilanjut naik ojek ke tempat rumah Bapak Harjo

Suyitno kurang lebih 200 m ke arah utara. Selain naik ojek kalau ingin

santai dan menikmati pemandangan sejuknya Desa Mojowangi bisa

dengan jalan kaki atau dengan menggunakan becak gowes.

3. Jika kita menggunakan dan memakai kendaraan pribadi, akses jalan yang

ditempuh sama dengan jalur yang dilewati oleh line C maupun Line H

perbedaaannya jika menggunakan kendaraan pribadi melewati jalur Line

H kita bisa mengakses dan mampir berkunjung ke Makam Gus Dur (Bp

KH. Abdurrahman Wahid), sedangkan lewat jalur C tidak, tetapi lebih

dekat, kesemuanya bisa dipilih dan yang membedakan disni kalau

menggunakan kendaraan pribadi bisa langsung sampai dan cepat sampai

tujuan, sedangkan jika menggunakan line agak lama karena line juga

tergantung dari penumpang, semakin banyak penumpang line lebih cepat

sampai.

4. Karena tempat dusun Mojodukuh desa Mojowangi sangat asri, dan

disepanjang jalan kanan kiri terdapat areal persawahan yang ditanami

jagung dan padi serta tanaman tebu, kalau kita sudah malam atau setelah

magrib terlihat daerahnya sepi, untuk itu jika mnggunakan kendaraan

pribadi tidak ada batasan waktu, tetapi kalau menggunakan kendaraan

umum, batas waktu line sampai dengan pukul 17.00 WIB. Sehingga untuk

menuju akses tersebut diharapkan agar tetap waspada dan berhati-hati

demi keamanan pengunjung.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Gambar 4.I. Line H ( Jalur Jombang-Cukir-Mojowarno PP )

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Gambar 4.2. Kondisi Jalan Desa Mojowangi-Mojowarno

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Gambar 4.3. Gapura

Jalan Menuju Padepokan Kelompok Turangga Putra Sejati

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Gambar 4.4 Transportasi Kendaraan Tradisional

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Gambar 4.5. Aset Jalan Menuju Makam KH.Abdurahman Wahid (Gus Dur)

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

b. Mata Pencaharian

Penduduk Desa Mojowangi berjumlah 3945 jiwa penduduk terdiri

1935 jiwa penduduk laki-laki, 2010 Jiwa jumlah penduduk perempuan,

Desa Mojowangi terdiri dari 1075 KK. Terdapat 8 RW dan 19 RT.

Dimana asal usul penduduk desa Mojowangi sebagian besar merupakan

penduduk asli kelahiran desa setempat dan sebagian merupakan pendatang

dari desa dan kota lain. Dari kondisi geografis yang ada sebagian besar

penduduk Desa Mojowangi bermata pencaharian sebagai buruh tani.

Karena tidak semua pemilikan sawah dipunyai oleh masyarakat sekitar,

kenyataannya sawah-sawah yang ada kebanyakan sudah menjadi milik

pribadi orang yang menjadi pejabat dilingkungan kabupaten Jombang.

Hasil pertanian berupa: padi, tebu dan palawijo, hasil buah-buahan yang

ada di Desa Mojowangi Mojowarno sebagian asli dari desa berupa durian,

rambutan tergantung dari musim yang ada.

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Sedangakan untuk hasil peternakan Desa Mojowangi kebanyakan

masyarakatnya memelihara ternak berupa ternak itik, sapi, domba dan

ayam petelur yang letaknya di tengah persawahan. Dari keadaan secara

geografis walaupun berupa persawahan lebih luas, tidak berarti

masyarakat desa Mojowangi hanya bermata pencaharian sebagai buruh

tani, tetapi sebagian besar sudah lebih layak dengan bekerja sebagai, Guru,

Perawat, bidan, dokter, dan sebagai pekerja pabrik (swasta). Prosentase

dari mata pencaharian dapat penulis sampaikan 75 % dari sektor pertanian,

sedangkan 25% dari sektor lainnya.

Gambar 4.6. Kondisi Alam Ds. Mojowangi Persawahan Hasil Pertanian berupa

Padi

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

c. Pendidikan dan Kesehatan

1) Pendidikan.

Masalah pendidikan sebagian besar penduduk desa Mojowangi

ini sangat mengedepankan dan memprioritaskan pendidikan. Para

pemuda pemudinya untuk melanjutkan Sekolah Tingkat Atas banyak

yang bersekolah di kabupaten Jombang atau ke kecamatan sekitar, antara

lain Kecamatan Bareng dan Mojoagung. Sedangkan di Mojowarno

sendiri untuk sekolah setingkat SMA yang negeri Belum ada. Dari data

di Desa Mojowangi, di wilayah kecamatan Mojowarno terdapat lembaga

pendidikan formal yang terdiri dari PAUD sebanyak 1, TK ada 1, RA ada

1, SD sebanyak 2, tingkat menengah baik SMP dan SMA swasta ada 1.

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Untuk pendidikan Non formal melalui pelatihan muncul sanggar-sanggar

seni serta TPQ sejumlah 2 buah.

Karena bagi penduduk setempat pendidikan yang tinggi, harapan

kedepan keinginan para pemuda untuk memajukan desanya sangat besar

sekali, sehingga dengan tingkat pendidikan yang tinggi sangat

mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang, dengan demikian pola pikir

masyarakat desa akan lebih maju dan tidak kolot sehingga meningkatkan

kehidupan masyarakat khususnya desa Mojowangi, yang lebih umum

untuk memajukan masyarakat sekitar sehingga membawa masyarakat

kabupaten Jombang lebih maju dan makmur, yang akhirnya dengan

pendidikan yang tinggi, penduduk asli daerah setempat bisa

mengembangkan potensi-potensi secara maksimal di desa Mojowangi.

Para pemain Jaranan Dor sebagian besar tamatan SMA,SMK,

sedangkan untuk lulusan SMP dan SD sebagian juga ada, dalam hal ini

lulusan pendidikan disesuaikan dengan tugas yang ada dalam organisasi

kesenian tradisi Jaran Dor, ijazah juga mendukung pekerjaan yang ada,

tetapi yang paling penting disini adalah jiwa seni yang menjadi prioritas

yang dimiliki oleh pribadi orang itu sendiri, selain itu keahlian dan

ketrampilan yang dimiliki semakin mantap dan ditunjang dengan

pendidikan yang tinggi, maka akan mewujudkan kesenian Jaranan

tersebut semakin lestari dan semakin eksis.

Tingkat pendidikan penduduk Desa Mojowangi Kecamatan

Mojowarno Kabupaten Jombang, Jawa Timur, sesuai data tahun

2013/2014, dapat ditabelkan sebagai berikut :

No Keterangan Jumlah

Penduduk

Jumlah

( % )

1 Drop Out/ buta aksara/buta huruf - -

2 Tamatan TK 60 1,51

3 Tamatan SD/MI/SR 1440 36,5

4 Tamatan SMP/MTS 1000 25,35

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

5 Tamatan SMA/SMK/MAN 1327 33,64

6 Tamatan Perguruan Tinggi : D3 50 1,2

7 Tamatan Perguruan Tinggi : S 1 68 1,71

8 Tamatan Perguruan Tinggi : S 2 - -

Tabel 4.1. Tabel Tingkat Pendidikan Penduduk Setempat

(Sumber: Perangkat Desa Mojowangi, 2014)

Dari data jumlah penduduk diatas, secara keseluruhan untuk

Pendidikan Formal Kelompok Jaran Dor Turangga Putra Sejati dapat kami

sampaikan sebagai berikut: jumlah anggota awal pada saat berdiri

sejumlah 65 orang, sampai saat ini berjumlah 40 orang, berkurangnya

disebabkan karena banyak anggota, sebagian sudah mandiri untuk

membuka usaha Jaranan, dan sebagian kecil karena kesibukan serta

bekerja di luar kota dengan penghasilan yang lebih besar sehingga lebih

layak untuk kesejahteraan hidup mereka.

Tingkat pendidikan para personil Jaran Dor Turangga Putra Sejati

No Jenjang Jml Kedudukan dalam

Organisasi keterangan

1 ( Drop out ) -

2 Tamatan

SR/SD/MI

4 Sebagai pengatur dalam hal

kebersihan, serta

mempersiapkan peralatan

pada saat pertunjukkan mau

dilakukan

Masih

Aktif

3 Tamatan

SMP/MTS

6 Sebagai pemusik/penabuh

gamelan

Masih

Aktif

4 Tamatan

SMA/SMK/

MAN

30 Sebagai Sinden, pemain

Jaranan dan pemilik

kesenian tradisi Jaran Dor.

Masih

aktif

5 Tamatan D3 - - -

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

6 Tamatan S 1 - - -

7 Tamatan S 2 - - -

Tabel 4.2. Tabel Tingkat Pendidikan Pemain Jaran Dor

(Sumber: Perangkat Desa Mojowangi, 2014)

Dari data diatas dapat penulis jelaskan tingkat pendidikan

mempengaruhi bidang pekerjaan yang ditekuninya, dapat dirinci bahwa

lulusan SR hanya bertugas mempersiapkan dan menjaga kebersihan

peralatan Jaranan. Untuk lulusan SMP pemain dengan diberikan tambahan

keahlian dan latihan dan bertugas untuk memukul alat kesenian tradisi

Jaran Dor, sebagai pemain, sinden, sedangkan untuk lulusan SMA dan

yang sederajat para pemain sudah mampu dan mandiri untuk mengolah

pada saat pertunjukan. Dia sebagai pengatur manajemen dan

mengkoordinasikan kegiatan pada setiap seksi-seksi yang ada.

Gambar 4.7. SDN Mojowangi II

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

2) Bidang Kesehatan

Di kecamatan Mojowarno untuk menangani masalah dibidang

kesehatan sangat diperhatikan oleh perangkat pemerintah setempat,

terbukti disana untuk jaminan kesehatan tersebut akses untuk pengurusan

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

JAMKESMAS, BPJS (pengganti ASKES), dan JAMSOSTEK, lebih

mudah sebab para perangkat desa hanya berkeinginan untuk memudahkan

pengurusan supaya jiwa si penderita segera tertangani, dan dimudahkan

pelayanannya. Di daerah Kecamatan Mojowarno terdapat RS yang

peralatannya sudah memadai sebanyak 2 buah (RSK dan balai

pengobatan), Pos kesehatan ada 1, sedangkan di desa Mojowangi sendiri

terdapat 4 Posyandu, dan pondok Lansia ada 4 tempat, ada 6 Dokter

Umum.

Dari kondisi yang ada pelayanan RSK Mojowarno sampai dengan

sekarang terkenal sangat bagus, sehingga adanya RSK tersebut

pemeriksaan dan pelayanan kesehatan masyarakat kecamatan sekitar dan

diluar Mojowarno dapat diatasi teratasi secara cepat dan maksimal.

d. Agama dan Kepercayaan

Kecamatan Mojowarno merupakan kecamatan yang berpenduduk

mayoritas memeluk Agama Nasrani terbesar di kabupaten Jombang,

sehingga Nenek moyang sebagian Mayoritas penduduk desa Mojowangi

juga memeluk agama nasrani, untuk minoritas ada beberapa kecamatan

yang beragama Islam. Di desa Mojowangi terdiri 4 dukuhan, dari 4

dukuhan tersebut untuk pemeluk Agama Islam dan Nasrani hampir sama,

terbukti di dukuhan Mojoduwur desa Mojowangi sendiri terdapat 2

masjid, 5 mushola dan TPQ ada 2 sedangkan gereja ada 3 buah, disana

kerukunan antar umat beragama saling terjaga, terbukti tempat Gereja dan

Masjid saling berdekatan dan itu semua tidak menjadikan masalah bagi

masyarakat desa Mojowangi. Semua jamaah menjalankan ibadah sesuai

dengan keyakinan dan kepercayaannya masing-masing. Dalam hal

merayakan hari raya suci beragama pun baik Hari Raya Idul fitri maupun

Hari Natal desa Mojowangi sangat terlihat meriah dan setiap umat saling

menghargainya. Pada moment dan kegiatan desa silaturahmi juga

dilaksanakan dengan baik dan rukun oleh semua warga desa.

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Selain itu juga banyaknya acara-acara yang di adakan di desa

setempat untuk lebih mengeratkan persaudaraan di desa antara lain

menyampaikan makanan sebagaimana syukuran. Dari dari paguyuban-

paguyuban seperti paguyuban sepeda ontel dan paguyuban kelompok

kesenian tradisi Jaran Dor disana juga agamanya beragam, tetapi dengan

kerukunan umat beragama yang baik menyebabkan kondisi desa

Mojowangi aman dan tentram.

Jika dihubungkan dengan agama dan kepercayaan yang dianut oleh

Para pemain Kelompok Turangga Putra sejati, sebagian besar kelompok

Turangga Putra Sejati memeluk agama Islam tetapi dengan Kejawen yang

masih kental, sedangkan ketua organisasi dan pemilik kelompok Turangga

Putra Sejati Harjo Suyitno, beserta para empu memeluk agama Nasrani

Katholik. Dalam ajaran agamanya tersebut juga kuat sekali dengandoa dan

adat kejawennya masih melekat dan digunakan dalam kehidupan sehari-

hari, sehingga unsur ritual dan spiritual terlihat pada saat kegiatan

pertunjukan Jaran Dor dengan melakukan kegiatan berupa: pembakaran

kemenyan yang ditujukan pada peralatan Jaran Dor (Jaran, Jepaplok,

Gendruwon, pecut), pembakaran menyan pada saat Jaran Dor mau ndadi,

serta pembakaran menyan ditujukan untuk semua peralatan musik yang

digunakan saat pementasan yang kesemuanya diiringi dengan pengucapan

mantra dalam bahasa Kawi, Jawa dan masih ada unsur kata basmallah

didalamnya. Semuanya bertujuan untuk memohon keselamatan pada

waktu sebelum, saat dan setelah pementasan pertunjukan tersebut dan

keselamatan untuk semua crew kelompok Turangga Putra Sejati. Dalam

hal ini meskipun mayoritas penari kesenian tradisi Jaran Dor berbeda

agama dan keyakinan dengan pemilik serta sang empu di dalam Kelompok

kesenian tradisi Jaran Dor Turangga Putra Sejati antara satu dengan yang

lainnya tetap saling menyatu dengan yang lainnya. Selain itu, dalam

kesenian tradisi Jaran Dor juga tidak boleh melakukan pertunjukkan di

wilayah di dekat pondok pesantren daerah Depok yang berbatasan dengan

Desa Mojowangi.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Dari kondisi masyarakat yang ada tersebut kesenian tradisi Jaran

Dor yang sampai sekarang masih eksis dan menjadikan kabupaten

Jombang sebagai satu-satunya Kabupaten yang masih melestarikan

kesenian kuno yang menjadi icon Kabupaten Jombang, sehingga wilayah

Jombang menjadi terkenal dengan kesenian Jaranan nya. Salah satu

kesenian yang masih konsisten dan masih mempertahankan kebudayaan

zaman pra sejarah wilayah Jombang adalah kelompok Turangga Putra

Sejati, yang memang pemilik kelompok Turangga Putra Sejati Harjo

Suyitno merupakan penduduk asli dari Desa Mojowangi.

Gambar 4.8. Gereja di Pusat Kecamatan Mojowarno sebagai

Pusat Kepercayaan Para Anggota Kesenian (Paguyuban)

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

e. Kesenian

Mengingat nenek moyang Desa Mojowangi Kecamatan

Mojowarno sebagian besar mayoritas beragama Nasrani (GKJW) maka

adat kejaweannya masih kental dan sebagian masih menganut aliran

kepercayaan, sehingga dari sejarah dan aliran yang ada di desa tersebut

banyak kesenian yang bersifsat sakral, yang paling terkenal adalah

kesenian tradisi Jaran Dor. Dimana kesenian ini sudah mendarah daging

dan mendapatkan tempat yang bagus dimasyarakat daerah Mojowangi

tersebut karena tetap lestari sampai sekarang. Terbukti tiap kali ada

kegiatan masyarakat di Desa Mojowangi dan sekitarnya menggunakan

Jaran Dor untuk menghiburnya, sedangkan bukti lain untuk mengetahui

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

bahwa seni Jaran Dor masih kental di desa Mojowangi, adalah didaerah

tersebut pernak pernik Jaranan banyak dijual disepanjang jalan raya Cukir

Mojowarno, dengan harapan ke depan bahwa akses jalan Cukir

Mojowarno ini kalau kita ziarah dari makan KH Abdurahman Wahid

menuju Troloyo, banyak sekali pengunjung wisatawan domestik yang

berhenti untuk membeli pernak pernik kesenian tradisi Jaran Dor tersebut,

karena menarik bagi anak-anak usia dini. Barang pernak pernik tersebut

berupa pecut, bentuk kuda atau Jaranan dengan skala kecil yang terbuat

dari plastik atau rafia, ketipung kecil, sampai dengan gamelan kecil, ada di

sana.

Untuk alat musik yang mengiringi kesenian Jaranan Dor jika

menginginkan musik khas Jombangan asli hanya menggunakan kendhang,

cimplung, jidhor dan terbang.Tetapi jika pagelaran atau pertunjukan secara

menyeluruh dan pihak penanggap/peminat menginginkan pertunjukan

secara lengkap maka pihak Pemilik dan pemain Jaranan menggunakan

hampir semua peralatan yang ada dengan harapan pertunjukkan tersebut

tampil modern yang terbaik, dan biasanya ditambahkan dengan musik

berupa campur sari dan orkes.

Sampai saat ini kesenian tradisi Jaran Dor tersebut digunakan pada

acara-acara antara lain (khitan, pengantin, ulang tahun, mitoni, bedol desa,

acara pada bulan Agustus, dan ruwatan desa), yang kesemuanya tersebut

tidak lain bertujuan untuk menghibur dan melestarikan budaya dan

kesenian setempat, supaya tidak punah dan tetap lestari.

2. Bentuk Penyajian Kesenian Tradisi Jaran Dor Kelompok Turangga

Putra Sejati

Kesenian tradisi Jaran Dor merupakan kesenian asli daerah

Jombang. Dimana kesenian ini merupakan kesenian campuran antara

kebudayaan Hindhu dan kebudayaan Islam. Kebudayaan Hindhu didapat

dari kerajaan Mojopahit. Sedangkan dengan adanya pengaruh kebudayaan

Islam, terbitlah alat kesenian yang dipakai di dalam kesenian tradisi Jaran

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Dor, yakni terbang dan jidhor. Kesenian Jaranan di Jombang, banyak

ditemukan di daerah selatan Brantas. Salah satunya adalah desa

Mojowangi. Banyak dari penduduk setempat yang mengekspresikan cara

pikir mereka dengan menggunakan sebuah kesenian, sebagai media untuk

penyaluran aspirasi masyrakat. Salah satunya adalah kelompok Turangga

Putra Sejati.

Selain itu bentuk penyajian daripada kesenian tradisi Jaran Dor,

mencakup semua isi keseluruhan dari pertunjukan Jaranan. Dimulai dari

struktur pertunjukkan pembuka sampai dengan struktur pertunjukkan

penutupan, serta tak lepas dari unsur pendukung lainnya yaitu unsur tata

rias, unsur tata busana dan unsur musik yang ada di dalam iringan

pertunjukkan kesenian Jaranan .

1. Struktur Penyajian

Struktur penyajian pertunjukkan kelompok Turangga Putra

Sejati ada 4 tahapan, yakni tahapan persiapan, tahapan pembuka,

tahapan inti (isi pertunjukkan) serta tahapan penutupan.

a. Tahapan Persiapan

Pertunjukkan kelompok Turangga Putra Sejati dilakukan sesuai

dengan permintaan para penanggap. Namun para penanggap biasanya

menanggap kelompok Turangga Putra Sejati pada waktu siang hari

selesai Dzuhur. Sebelum prosesi pertunjukkan dimulai, para kelompok

mempersiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk

pementasan, sesuai dengan tugas dari tiap personel. Personel dalam

kelompok Turangga Putra Sejati dibagi menjadi beberapa personel.

Personel yang ada adalah sie lighting, sie musik, sie pawang, sie

pemain Jaranan, sie pemain Jepaplok, serta sie pemain topeng

Genderuwon.

Para pemain biasanya merias wajah mereka dengan tata rias per

individu pemain. Jadi bisa dikatakan tata rias yang digunakan oleh

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

para pemain adalah kreativitas masing-masing. Sedangkan untuk tugas

sie lighting adalah dengan mempersiapkan peralatan kabel, lampu

acara, dan persiapan petasan untuk pertanda acara dimulai. Kemudian

untuk sie musik mempunyai tugas untuk mencoba alat musik dan

mencoba memainkan beberapa tembang sebelum pertunjukkan dimulai.

Tidak lupa untuk sie para pawang menyiapkan diri serta menyiapkan

untuk membuat sesajen (Sesaji) untuk melindungi para pemain dan

melindungi pertunjukkan selama berlangsung dari gangguan makhluk

diluarnya,misalnya gangguan makhluk halus di luar kelompok

Turangga Putra Sejati. Fungsi sesajen juga untuk meminta Ridho dari

Sang Hyang agar acara tidak ada hambatan dan tidak ada suatu

masalah apapun selama pementasan.

b. Tahapan Pembukaan

Pada tahapan pembukaan, diawali dengan pembukaan dari

penanggap, atau dengan kata lain mengutarakan maksud diadakannya

pertunjukkan, misalkan acara nazar dalam mitoni, untuk sebuah

hajatan pernikahan atau bahkan acara hari besar kemerdekaan

Indonesia. Setelah itu, acara dimeriahkan dengan pertunjukkan

peletusan petasan yang sudah dipersiapkan oleh tim ligting. Barulah

sambutan bunyi gendhing dibunyikan. Bunyi gendhing yang

dibunyikan pada pembukaan adalah gendhing Turangga Putra Sejati.

Diiringi dengan diperkenalkannya sang pemilik Harjo Suyitno dan

nama dari penanggap.

c. Tahapan Inti (Isi Pertunjukkan)

1. Tarian Jaran Dor

Dibuka dengan acara inti Jaranan kelompok Turangga Putra

Sejati, yaitu tarian Jaran Dor.

Dengan dibukanya acara inti, keempat pemain Jaran Dor turun

ke lantai pertunjukkan satu demi satu dengan menggunakan pakaian

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

khas para penari Jaran Dor. Busana khas penari Jaran Dor daerah

Jombang adalah menggunakan baju berlengan panjang yang berwarna

hitam, serta menggunakan celana panjang yang berwarna hitam. Selain

itu, Jaranan khas Jombang tidak memakai gonseng dan krempyeng

untuk menari. Hanya saja Jaranan Jombang memakai kopyah (peci)

berwarna hitam. Namun dalam perjalanannya, kesenian Jaranan

Jombang semakin berkembang. Dimana banyak para pemilik kesenian

ini menggunakan unsur busana Samboyoan. Maksud dari unsur busana

Samboyoan adalah busana yang dipakai oleh para pemain,

menggunakan busana yang lebih glamour. Namun dengan catatan

bahwa kelompok Turangga Putra Sejati, memakai tata busana samboyo,

sesuai dengan permintaan penanggap. Busana Samboyo yang lebih

glamour ini meniru pada busana tari Remo Khas Daerah Jombang.

Dipakai busana Samboyoan, agar Jaranan terlihat lebih menarik para

penonton yang melihat. Selain itu, para penari Jaranan menari dengan

tarian Kuda. Tarian Kuda yang disuguhkan kepada para penonton

menyerupai para prajurit yang sedang membawa kuda di dalam

peperangan. Kuda dibawa oleh para pemain dengan cara digepit

diantara kedua kaki para pemain. Kuda yang digunakan oleh

Kelompok Turangga Putra Sejati adalah kuda khas Jombang dan kuda

Jombang yang sudah dikombinasi dengan ornamen Jaranan Kediri.

Kuda asli Jombang berwarna dasar hitam dan abu-abu. Namun kuda

yang digunakan oleh para pemain sebelum ndadi, adalah dengan

menggunakan kuda yang berwarna abu-abu dan bermotif kediri.

Setelah tarian kuda selesai, barulah para penari memainkan adu

panthek antar pemain. Panthek adalah suatu alat yang digunakan oleh

para pemain Jaranan ketika sedang beraksi. Dimana panthek adalah

khas dari Jaranan Jombang. Panthek terbuat dari pohon bambu yang

mempunyai ukuran 30-40 cm. Panthek Jaranan menggunakan warna

merah. Setelah para pemain beradu panthek, barulah para pemain

melakukan atraksi yang ada diluar penalaran manusia. Memang, Jaran

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Dor dikenal dengan atraksi kerasukan roh binatang. Namun seiring

berkembangnya zaman, kesenian tradisi Jaran Dor atraksinya hanya

menggunakan atraksi Goro Sembodo. Atraksi Goro Sembodo yang

dimaksud adalah atraksi dengan cara pemain berpura-pura untuk

masuk dalam kondisi kalap. Tetapi, ada sebagian penari Turangga

Putra Sejati yang memasuki kondisi kalap karena memang ada roh

halus yang mengikuti pemain. Dengan menggunakan Jaranan

Jombangan yang berwarna hitam, setelah para pemain beraksi dengan

ndadi Goro Sembodo, ketika para penonoton bersiul atau bertepuk,

maka para pemain segera menangkap para penonton yang jahil untuk

dikasih bedak sesaji yang ada di dekat perapian sesajen. Disinilah

komunikasi antara pemain dan penonton terjadi. Namun, setelah acara

kalap dan berinterkasi dengan para penonton, barulah para pemain

Jaranan disembuhkan oleh para pawang yang sudah bersiap dari awal

acara. Para pawang menyembuhkan para pemain dengan membaca

mantra yang diucapkan dengan membisikkan kepada para pemain.

Setelah para pemain Jaranan sembuh, barulah sang pembawa acara

mengambil alih acara dan memberikan penjelasan untuk pertunjukkan

tari yang kedua.

2. Tarian Jepaplok

Dengan berakhirnya tarian Jaranan diawal, kemudian masuklah

para pemain dengan memperagakan tarian Jepaplok. Jepaplok

merupakan sebuah topeng yang menyerupai kepala macan dengan

bagian leher yang dilengkapi dengan kain panjang. Kain panjang pada

tubuh Jepaplok, diibaratkan sebagai tubuh dari seekor macan. Warna

kain dari Jepaplok adalah hitam dan putih. Pada bagian mulut, mulut

pada Jepaplok dapat dibuka ataupun ditutup.Inilah yang dapat memberi

aksen bunyi pada Jepaplok itu sendiri yang berbunyi plok-plok-plok.

Selain itu, busana yang dipakai oleh para pemain Jepaplok juga sangat

sederhana. Dimana para pemain hanya menggunakan kaos seadanya

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

dan menggunakan celana panjang yang berwarna hitam. Gendhing

yang dilantunkan untuk tarian Jepaplok adalah gendhing-gendhing

jawa yang masih diadopsi dengan gendhing tarian Remo.

Sama halnya dengan para pemain tarian Jaranan, para pemain

tarian Jepaplok juga bisa memasuki dalam tahapan kalap. Dimana para

pemain tetap menggunakan tahapan ndadi goro sembodo, yakni ndadi

hanya berpura-pura saja. Setelah para pemain ndadi, para pawang

mulai menyimpan atribut Jepaplok itu sendiri. Jepaplok disimpan dan

para pemain dibiarkan beraksi goro sembodo. Setelah kurang lebih 30

menit para pemain tari Jepaplok ndadi, para pemain disembuhkan oleh

para pawing. Para pawang tetap membacakan mantra pada para pemain

dengan membisikkan pada telinga para pemain tarian Jepaplok.

3. Tarian Topeng Genderuwon

Tarian topeng Genderuwon merupakan salah satu tarian

penutupan pada pertunjukkan Jaranan Jombangan. Dimana tarian

topeng genderuwon ini memakai peralatan topeng yang ditutupkan

pada wajah para pemain. Topeng genderuwon sendiri memiliki bentuk

yang menyerupai sosok makhluk halus yaitu genderuwo. Dimana

topeng ini walaupun berwajah menyeramkan, tetapi pertunjukkan pada

tarian topeng genderuwon diisi dengan pertunjukkan yang lucu. Cerita

lucu dari topeng genderuwon hampir sama ketika para pemain Besutan

ketika sedang menghibur para pemain dengan menggunakan logat

bahasa Arek. Bahasa Jawa Timuran, yang lebih mengacu pada bahasa

Jawa Kasar.

d. Tahapan Penutup

Dalam tahapan penutup, sang pemilik kesenian tradisi Jaran

Dor kelompok Turangga Sejati menghaturkan terima kasih kepada

para penonton atas pertunjukkannya. Selain itu, gendhing penutupan

yang dipakai oleh kelompok Turangga Putra Sejati adalah gendhing

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

yang bernuansa islamiah. Namun tetap diiringi dengan tabuhan khas

Jidhornya.

3. Unsur Pendukung Penyajian Pertunjukkan

Unsur pendukung pada sebuah penyajian pertunjukkan tidaklah

terlepas dari struktur penyajian pertunjukkan. Karena unsur pendukung

penyajian juga memenuhi dan mendukung agar pertunjukkan akan terlihat

lebih menarik, beberapa unsur pendukung penyajian, antara lain:

a. Tata Rias

Tata rias wajah pada pertunjukkan Jaranan sangatlah penting

untuk mendukung performa para pemain. Para pemain tari Jaranan

kelompok Turangga Putra Sejati, menggunakan riasan wajah yang

terlihat angker dan terlihat gagah pada riasan para pemain Jaran Dor

laki-laki. Para pemain Jaran Dor menggunakan tata rias dengan

imaginasi tiap individu pemain. Namun, tata rias yang digunakan tidak

terlalu tebal pada acara siang hari. Namun apabila para pemain Jaran

Dor bermain pada dini hari, mereka menggunakan tata rias sedikit

tebal.

Berbeda halnya dengan para penari Jaran Dor. Para penari

tarian jepalok dan para penari topeng genderuwon tidak menggunakan

tata rias. Hal ini dikarenakan wajah para pemain menggunakan topeng

pada tarian mereka.

Gambar 4.9. Tata Rias Salah Satu Penari Jaran Dor Turangga

Putra Sejati

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

b. Tata Busana

Tata busana yang digunakan oleh para pemain Jaran Dor pada

zaman dahulu dan zaman sekarang sangatlah berbeda. Ini dapat dilihat

pada tata busana zaman dahulu, para pemain tarian Jaran Dor hanya

menggunakan kaos putih atau kaos plerek putih dan plerek merah,

kemudian dirangakap menggunakan baju hitam berlengan panjang.

Dan para pemain tarian Jaran Dor tetap menggunakan celana hitam

beserta hiasan kepala yang berwarna hitam, yang biasa disebut dengan

kopyah. Namun berbeda halnya dengan zaman sekarang. Para pemain

tarian Jaranan, menggunakan tata busana yang lebih bagus dan indah.

Para pemain menggunakan tata busana yang terdiri dari rompi,

krempyeng, celana seperempat, jarit/sewek, sampur, baju lengan

panjang, dan udheng.

Sedangkan pada tarian Jepaplok dan tarian topeng genderuwon,

para pemain menggunakan tata busana yang sederhana saja, yakni

menggunakan kaos putih dan celana hitam panjang.Para pawang

menggunakan tata busana yang simple, yaitu hanya menggunakan kaos

hitam yang bertuliskan Turangga Putra Sejati. Begitu juga dengan para

wiyogo, mereka menggunakan kaos merah yang bertuliskan Turangga

Putra Sejati.

Gambar 4.10. Tata Busana Jaran Dor Zaman Modern (Sekarang)

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

c. Musik pengiring

Adanya gendhing untuk mengiringi suatu pertunjukkan

kesenian sangatlah penting. Gendhing sangat menunjang performa

para pelaku pertunjukkan. Selain itu, adanya gendhing dapat menjadi

penekanan pada sebuah klimaks. Alat musik yang digunakan oleh

kelompok Turangga Putra Sejati, antara lain:

1. Alat Musik Jidhor

Alat musik jidhor merupakan alat musik yang khas dalam

pertunjukkan Jaran Dor Jombang. Dimana alat musik ini merupakan

alat musik yang dipukul dan menyerupai bentuk dor yang biasa ada di

masjid. Alat musik jidhor terbuat dari kayu dan tempat tabuhannya

terbuat dari kulit sapi maupun kulit kambing.

Gambar 4.11. Alat Musik Jidhor Kelompok Turangga Putra

Sejati

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

2. Kendhang

Kendhang adalah sebuah alat musik pukul yang dipukul

dengan tangan. Pada kedua sisi kendhang tidak sama. Sisi yang lebih

kecil dinamakan kempyung, dan sisi yang agak besar dinamakan bem.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Gambar 4.12. Alat Musik Kendhang Kelompok Turangga

Putra Sejati

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

3. Cimplung

Cimplung merupakan sebuah alat musik yang cara

memainkannya adalah dipukul dengan menggunakan alat pukul, yang

nantinya cimplung akan berbunyi tung-tung-tung.

Gambar 4.13. Alat Musik Cimplung Kelompok Turangga

Putra Sejati

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

4. Terbang

Terbang merupakan suatu alat musik peninggalan kebudayaan

Islam yang terbuat dari kayu. Pada alat musik terbang bagian atas

tabuhan, dilapisi dengan menggunakan kulit kambing. Satu set terbang

terdiri dari terbang, kempyong dan bem.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Biasanya alat musik terbang digunakan pada kesenian religi

seperti haddrah, samroh maupun qosidahan.

Gambar 4.14. Alat Musik Terbang Kelompok Turangga Putra

Sejati

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

d. Properti

Properti pertunjukkan merupakan peralatan pertunjukkan yang

dipakai di dalam sebuah kesenian. Dimana peralatan sangat

mendukung adanya dalam mengkomunikasikan kepada para penonton.

Properti yang digunakan dalam Jaranan Jombang tidak termasuk tata

busana, namun tetap diikut sertakan adalah rompi yang dipakai oleh

para penari tarian jaran, panthek, krempyeng, serta sesajen.

a. Rompi para penari Jaranan

Rompi yang digunakan oleh para penari Jaranan sama dengan

rompi yang digunakan oleh para penari Tari remo. Dimana dalam

ornamen rompinya, terdapat ragam hias dengan garis yang tegas dan

tajam. Ornamen pada rompi, terbuat dari manik-manik yang disusun

sedemikian apik.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Gambar 4.15. Rompi Pemain Jaran Dor Kelompok Turangga

Putra Sejati

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

b. Panthek

Panthek merupakan sebuah alat yang digunakan oleh para

pemain ketika para pemain Jaran Dor sedang beradu panthek. Di

dalam Jaranan Jombangan, pawang tidak menggunakan pecut. Namun

pawang menggunakan panthek yang terbuat dari bambu dan dicat

berwarna merah sebgai pengganti pecut.

Gambar 4.16. Panthek Pemain Jaran Dor Kelompok Turangga

Putra Sejati

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

c. Krempyeng

Krempyeng merupakan suatu properti yang dipakai oleh para

pemain tarian Jaran Dor pada kakinya yang biasa dapat menimbulkan

bunyi nyaring ketika para pemain sedang beraksi. Krempyeng pada

tarian Jaranan sama dengan krempyeng yang digunakan oleh para

penari tarian Remo.

Gambar 4.17. Krempyeng Pemain Jaran Dor Kelompok

Turangga Putra Sejati

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

d. Udheng

Udheng merupakan ikat kepala yang dipakai oleh para pemain

tari Jaranan yang dipakai di kepala dan berwarna hitam. Udheng

digunakan sebagai hiasan untuk lebih memperindah karakter sang

pemain.

Gambar 4.18. Udheng Pemain Jaran Dor

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

e. Sewek/jarit

Sewek/jarit yang digunakan oleh para pemain Jaran Dor hampir

sama dengan jarit yang mempunyai khas dari daerah Bali yaitu putih

merah atau putih dan hitam kotak.

Gambar 4.19. Sewek/Jarit Pemain Jaran Dor

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

f. Sesajen

Sesajen sangat penting dalam pementasan Jaran Dor. Dimana

sesajen digunakan ketika ritual sebelum pertunjukkan. Pada sesajen

biasanya diisi dengan alat masak dapur yang lengkap, pisang soboh,

bedak, minyak, kelapa yang belum dikuliti. Semua isi sesajen ditaruh

dalam satu wadah plastik, serta sesajen tidak lepas dari air yang

diisikan dalam sebuah kendi. Ayam hitam mulus juga tidak

ketinggalan dalam isi sesajen. Biasanya ayam hitam yang mulus

diletakkan disebelah alat musik kendhang. Biasanya para pemain tari

Jaran Dor dan para pemain tarian Jepaplok, memakan sesajen saat

melakukan pertunjukkan.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Gambar 4.20. Sesajen Kelompok Turangga Putra Sejati

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

4. Proses Pembuataan Jaran Dor Kelompok Turangga Putra Sejati.

Proses kreativitas pembuatan Jaran Dor Jombangan, dipengaruhi

dengan faktor lingkungan, faktor budaya, faktor sosial, faktor ekonomi,

faktor pola pikir, faktor teknologi daerah Jombang. Proses kreatif daripada

Jaran Dor Jombangan masih tetap mempertahankan warisan tradisi nenek

moyang orang Jombang.

Kelompok Turangga Putra Sejati merupakan kelompok kesenian

tradisi Jaranan Jombang yang masih mempertahankan eksistensi Jaranan

Jombangan. Pada Jaranan versi Jombang, Jaranan terdiri dari Jaran Dor,

Jepaplok, dan topeng genderuwon. Semua alat kesenian tradisi Jombang ini

tetap bertahan pada desain dan pola yang sudah ada warisan leluhur. Dimana

semua warna dan semua ornamen merupakan paten dan tidak bisa diubah.

Kelompok Turangga Putra Sejati mempercayakan pembuatan alat

Jaran Dor yang digunakan pada setiap pementasan kepada Supanto. Supanto

merupakan salah seorang pembuat alat kerajinan Jaranan yang berkediaman

di Kandangan. Berangkat dari keturunan seorang seniman, Supanto yang

mempunyai pendidikan hanya sampai kelas 3 SD, mampu membuat sebuah

karya tradisi Jombangan yang apik dan tetap bertahan di era modernisasi.

Dalam puluhan karya Jaran Dor Jombangan yang dibuat oleh Supanto, karya

peralatan Jaranan khas daerah Kediri juga dikuasai oleh Supanto.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

a. Proses Pembuatan Jaran Dor

Untuk proses pembuatan Jaran Dor membutuhkan waktu

selama empat hari, dan ada beberapa tahapan yang harus dikerjakan.

1. Tahapan Menganyam

Pada Jaran yang dipakai dalam Jaranan zaman dahulu

menggunakan anyaman yang terbuat dari bambu. Namun berbeda

halnya dengan sekarang. Pada zaman sekarang, para seniman lebih

condong memakai anyaman yang terbuat dari plastik. Ini dikarenakan

anyaman yang terbuat dari plastik akan sangat awet penggunaannya.

Dalam tahapan menganyam, memerlukan peralatan gunting, dan

plastik jenis platban. Dimana proses menganyam membutuhkan waktu

satu hari pembuatan. Menganyam anyaman Jaran Dor menggunakan

anyaman bentuk dinding, yang mempunyai irama nada 2.

Gambar 4.21. Tahapan Menganyam

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

2. Tahapan Membuat Pola.

Dalam tahapan membuat pola, anyaman yang sudah jadi dan masih

berbentuk persegi panjang, kemudian dipotong dan disesuaikan dengan

pola yang sudah dibuat oleh sang seniman. Dimana ukuran yang dibuat

memang tergantung pemesanan. Namun khusus untuk Jaran Dor

Jombang, mempunyai ukuran paten yakni 70x85 cm.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

3. Tahapan membuat dan Memasang Blengker

Tahapan membuat dan memasang blengker adalah tahapan dimana

sang seniman membuat dan memasang pinggiran jaran, yang diperkuat

dengan anyaman Jaranan, yang biasa terbuat dari bambu atau dari

njalin (rotan). Dalam tahapan ini, hanya membutuhkan waktu satu hari

untuk membuat pinggiran Jaranan .

4. Tahapan Finishing

Tahapan yang paling akhir adalah tahapan dengan menggunakan

tahapan finishing. Dimana tahapan finishing sangat diperlukan untuk

membuat suatu karya menjadi karya seni yang dapat dinikmati oleh

para penikmat seni. Tahapan finishing pada Jaran Dor adalah dengan

menggunakan pewarnaan menggunakan cat besi.

Berbeda halnya dengan proses pembuatan kreatif Jepaplok.

Dimana Topeng Jepaplok tidak menggunakan bambu atau plastik

sebagai bahan pembuatan dasar. Namun Topeng Jepaplok memakai

bahan kayu sebagai bahan pembuatan dasar. Kayu yang dipakai adalah

kayu sengon atau kayu pule. Dimana jenis kayu ini sangat mudah

untuk dibentuk. Pembuatan Jepaplok membutuhkan hanya dua hari.

Namun dalam 3 hari, hanya ada tiga tahapan proses pembuatan. Yaitu

tahapan pembentukan kepala Jepaplok, tahapan menempelkan kain

pada kepala Jepaplok, serta tahapan finishing dengan menggunakan

pewarnaan yang menggunakan cat kayu.

b. Tahapan Pembuatan Jepaplok

1. Tahapan Memotong Kayu dan Membentuk Jepaplok

Pada tahapan ini, seniman membuat bentuk dasar Jepaplok

yang terbuat dari kayu, berdasarkan pola paten Jombang yang

sudah ditentukan.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

2. Tahapan Memasang kain pada kepala Jepaplok

Dimana dalam tahapan ini, kain pada Jepaplok dibuat dengan

kain yang berwarna hitam dan pleret putih. Dengan menggunakan

lem kayu.

3. Tahapan Finishing

Dimana dalam tahapan paling akhir dalam proses pembuatan,

menggunakan tahapan finishing yang menggunakan cat kayu untuk

pewarnaan pada Jepaplok.

Dalam tahapan pembuatan Topeng Genderuwon hampir

sama dengan pembuatan Jepaplok. Dimana topeng genderuwon

juga memakai bahan dasar kayu sebagai bahan dasar pembuatan.

Proses pembuatan Topeng Genderuwon hanya memakan waktu

satu hari proses pembuatan.

c. Tahapan Pembuatan Topeng Genderuwon.

1. Tahapan Memotong Pola Kasar dan Membentuk Topeng

Genderuwon.

Dalam tahapan ini, seniman membuat pola secara global dan

menatah kayu untuk dijadikan bentuk Topeng Genderuwon.

2. Tahapan Finishing

Dalamtahapan finishing, topeng genderuwon dipoles dan diberi

warna dengan menggunakan teknik blok dan cat kayu sebagai alat

untuk proses finishing.

5. Karakteristik Jaranan Jombangan Karya Supanto

Setiap daerah memiliki kebudayaan masing-masing. Dimana kebudayaan

suatu daerah dapat dilihat dari history mengenai daerah tersebut. Faktor

lingkungan, faktor sosial, faktor peradaban merupakan faktor yang

mempengaruhi desain atau bentuk suatu karya pada daerah tertentu. Serta

mempengaruhi pola pikir atau mind set pada seorang seniman yang tinggal di

dalam daerah tersebut. Ciri khas yang ditunjukkan daerah Jombangan

menggunakan budaya Arek asli Jawa Timuran.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Karakteristik Jaranan Jombangan, antara lain:

1. Jaran Dor

a. Bentuk Badan

Bentuk Jaranan asli Jombangan tidak menggunakan jaran yang

berkepala besar, seperti pada bentuk Jaranan Kediri maupun Ponorogo.

Jaranan Jombangan mempunyai ukuran 75x80 cm.

Gambar 4.22. Badan Jaran Dor Turangga Putra Sejati

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

b. Rambut

Pada Jaranan versi Jombang rambut jaran tidak terbuat dari tali

rafia, melainkan terbuat dari ijuk. Begitu juga pada ekor jaran. Ekor

jaran menggunakan rambut ijuk. Dan memang ijuk yang harus

digunakan adalah ijuk yang berwarna hitam.

Gambar 4.23.Ekor Jaran dan Rambut Kepala Berbahan Ijuk Hitam

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

c. Ornamen

1. Ornamen Kepala Jaran

Dalam ornamen yang terdapat pada kepala jaran, Jaran

Jombang tidak memakai ornamen yang distilirkan seperti yang biasa

dijumpai pada ornamen-ornamen jaran daerah Kediri maupun

Ponorogo. Ornamen yang ada di kepala jaran untuk versi Jombang,

hanya menggunakan ornamen yang sangat simple, yaitu ornamen

segitiga yang berwarna merah dan putih.

Gambar 4.24. Ornamen pada Kepala Jaran

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

2. Ornamen Badan Jaran

Jaranan Jombangan tidak mematenkan bentuk pola atau desain

pada bagian badan jaran. Hanya saja memang jaran Jombang pada

bagian badan, polos (tak bergambar).

Gambar 4.25.Ornamen pada Badan Jaran

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

3. Ornamen Ekor Jaran

Sama halnya dengan ornamen yang terdapat pada kepala jaran.

Dimana ornamen yang terdapat pada ekor jaran juga sangat sederhana,

yaitu hanya menggunakan ornamen berbentuk segitiga berwarna

merah dan berwarna putih.

Gambar 4.26. Ornamen pada Ekor Jaran

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

d. Warna

Warna Jaranan asli Jombang sudah paten dan tidak dapat

diubah lagi. Warna background pada kuda menggunakan warna abu-

abu dan warna hitam. Sedangkan untuk ornamen ornamen yang ada

pada Jaranan , menggunakan warna merah maupun warna putih.

B. Aspek Ritual dan Spiritual Kesenian Tradisi Jaran Dor Kelompok

Turangga Putra Sejati

Gambar 4.27. Para Pemain Jaran Dor sedang Beraksi pada saat acara Ngunduh

Mantu di Ds. Jatirejo Cukir Kec. Diwek Kab. Jombang

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Kegiatan Ritual dan Spiritual sangatlah penting dalam kehidupan manusia,

terutama masyarakat Jawa. Dimana kita sebagai manusia harus tetap yakin akan

Manunggaling Kawulo Gusti yang bisa diartikan bahwa Allah SWT itu satu dan

ada di setiap hati manusia. Namun banyak sekali cara manusia untuk

mengekspresikan keyakinannya terhadap Allah SWT. Salah satunya adalah

dengan menuangkan pada suatu karya seni. Dimana cara dan ritual

pengekspresiannya pada kesenian tradisi Jaran Dor dilakukan dalam bentuk ritual

baik dilakukan sebelum pementasan, pada saat acara berlangsung dan sesudah

pementasan. Semuanya bertujuan berdoa untuk keselamatan semua anggota Jaran

Dor dan acara kegiatan supaya berjalan dengan baik dan lancar.

Kegiatan ritual juga diadakan oleh pemilik Turangga Putra Sejati, yaitu

Harjo Suyitno. Pemilik kesenian tradisi Jaran Dor melakukan ritual setiap malam

Jum’at Legi dan 1 Syuro. Kegiatan ritual dilakukan dengan cara melakukan

ruwatan alat musik Jaran Dor (Gong, kenong, saron, pakaian Jaran Dor, Jaran Dor,

panthek, dll) tanpa satupun tertinggal, semua alat musik Jaran Dor di Ruwat.

Jumat legi dan malam satu suro dianggap hari sakral dan memang dianggap hari

baik untuk melakukan ritual dengan cara memberikan makan seperti memandikan

dengan kembang 7 rupa, membakar kemenyan maupun memoles dengan minyak

khusus kepada penunggu-penunggu peralatan barang serta pakaian Jaranan.

Suasana malam Jumat legi merupakan suasana malam Jumat yang penuh dengan

nuansa yang spiritual. Pembakaran menyan mempunyai makna bahwa asap dupa

terbang di udara dengan harapan untuk lebih mendekatkan diri dengan sang Maha

Pencipta yaitu Allah SWT. Hal serupa juga dikatakan oleh Harjo Suyitno:

“ Saya menganggap bahwa malam Jumat Legi dan malam Satu Suro

memang malam yang sangat sakral dan suci. Saya biasa meruwat dan

mensucikan peralatan Jaran Dor setiap malam Jumat Legi dan Malam

Satu Suro dengan menyiapkan makanan untuk semua peralatan.

Makanannya berupa sesajen”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, 6

Januari 2014)

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Selain malam Jumat legi dan malam satu Syuro, pada saat sebelum

dimulai pementasan para empu dan sesepuh kelompok Turangga Putra Sejati

melakukan ritual-ritual dengan menyiapkan kemenyan, kembang 7 rupa, minyak

untuk Jaranan, arang, bedak sang pemain Jaran Dor, kluwek, daun sirih yang

digulung menggunakan kulit pohon pisang (gedebog), beras, ayam kampung

hitam yang mulus dan air di dalam kendi, yang kesemua sandingan tersebut

ditaruh sebuah wadah diletakkan didepan dan ditempat barang-barang Jaranan

Dor. Selanjutnya, para sesepuh melakukan ritual membaca mantra dan membakar

kemenyan. Dengan tujuan mantra yang diucapkan adalah untuk memohon kepada

yang di atas (Allah SWT) agar pertunjukkan berjalan dengan baik, dan juga

berdoa serta memohon izin kepada para danyang-danyangdi tempat yang mau

ditempati untuk pertunjukan tersebut. Dengan maksud meminta ijin untuk

mengadakan pagelaran Jaranan Dor, dan agar makhluk gaib di luar Kelompok

Turangga Putra Sejati tidak mengganggu pada saat pementasan berlangsung.

Selain itu juga maksud membaca mantera juga untuk mendatangkan makhluk

halus, dan mendatangkan barang roh halus yang mengikuti para pemain.

Gambar 4.28. Sesajen (sandingan) yang dibuat sebelum Pementasan Jaran Dor

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Gambar 4.29. Sang Empu Membakar Kemenyan Sebelum Pertunjukan Dimulai

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Setelah para empu melakukan ritual dan menyiapkan sesajen, barulah

acara pementasan dimulai. Setelah itu, barulah para wiyogo (pemain musik)

membuka dengan memainkan alat musiknya sesuai dengan tugas dan bidang

keahlian alat musiknya masing-masing, untuk menyamakan nada, dan dilanjutkan

memainkan lagu mars (lagu wajib) dari Turangga Putra Sejati, yang paling khas

dalam pertunjukkan Jaran Dor. Selain itu, yang paling khas dalam alat musik

Jaran Dor adalah dengan menggunakan jidhor. Jidhor adalah alat musik yang

terbuat dari kulit kambing maupun sapi. Alat musik jidhor hampir sama dengan

bedhug yang ada di masjid tetapi ukurannya lebih kecil. Jidhor dimainkannya

disela-sela musik gamelan. Fungsi spiritual dari pada para wiyogo memainkan

alat musiknya adalah untuk mengundang para penonton untuk melihat

pertunjukkan Jaran Dor, dan menandakan bahwa Pertunjukan Jaran Dor segera

dimulai.

Acara yang pertama yaitu Tarian Jaranan siap tampil, para pemain Jaran

Dor siap dengan Kuda laratnya dan pakaian lengkap dengan accecoriesnya mulai

dari udheng, dsb, segera tampil mempertunjukkan tarian Jaranan Jombangan.

Udheng merupakan ikat kepala yang biasa dipakai oleh para pemain Jaranan

ketika sedang melakukan pertunjukkan. Udheng dengan segitiga dibawah juga

mempunyai makna. Makna yang tersirat adalah Tuhan itu cuma satu dan setiap

orang di dalam pikirannya dengan keyakinan bahwa semua kejadian yang kita

lakukan semua atas ijin Allah SWT, dan Allah yang Maha segalanya.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Para pemain juga menggunakan stagen (sabuk yang diperut yang biasa

terbuat dari kain) biasanya sabuk ini berwarna hitam maupun merah. Stagen yang

dipakai dalam Jaran Dor Turangga Putra Sejati berwarna hitam tidak ada maksud

yang lain hanya lebih menyatukan dengan kombinasi baju yang dipakai oleh para

pemain Jaranan saja.

Setelah semuanya siap, para pemain Jaranan mulai memasuki daerah

pagelaran dengan menggunakan baju Jaranan khas daerah Jombangan, pemain

Jaranan yang berjumlah 4 orang. Setelah para pemain selesai menari, keluar para

pemain Jaranan lainnya dengan menggunakan atribut yang sama lengkap dengan

menggunakan Jaranan berwarna hitam dan menggunakan panthek. Biasanya

kelompok Jaranan lainnya menggunakan pecut. Namun, berbeda halnya dengan

kelompok Jaranan Turangga Putra Sejati. Mereka menggunakan panthek sebagai

ganti pecut. Panthek diibaratkan sebagai pedang dibawa oleh para prajurit.

Sedangkan kuda, mempunyai makna bahwa tunggangan dipakai oleh para ksatria

dalam berperang.

Gambar 4.30. Para Pemain Jaran Dor yang bermain (Bertarung) menggunakan

Panthek

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Gambar 4.31. Para Pemain Sedang Menari Menggunakan Panthek

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Kemudian setelah para pemain selesai memainkan tarian, para pawang

memasuki arena pementasan untuk menyalakan sesajen dan kemenyan. Seperti

yang disampaikan diatas bahwa sesajen digunakan untuk meminta restu kepada

yang diatas (Allah SWT) dan danyang setempat. Selain itu, arang mempunyai

makna yaitu warna merah dilambangkan keberanian dan sebagai tantangan.

Maksudnya, setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti setiap harinya ada

masalah dan pasti ada cobaan yang menghampirinya. Warna hitam dilambangkan

dengan masuknya Jaranan ini kedalam dunia hitam dan mempunyai filosofi

bahwa setiap orang mempunyai akhir kehidupan, yaitu kematian.Warna putih di

dalam arang melambangkan kesucian yang ada di dalam Jaranan. Dalam artian

setiap manusia yang lahir di dunia masih suci (tidak mempunyai dosa).

Gambar 4.32. Pawang Membaca Mantra dan Membakar Arang Diatas Perapian

Kemenyan

(Sumber:Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah,2014 )

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Momentum yang paling magis dan sangat atraktif adalah ketika para

pemain sudah mulai beradu dengan menggunakan panthek (pengganti pecut

dalam Jaranan) dan diiringi dengan alunan musik yang menggetarkan jiwa. Di

moment inilah bisa disebut terbukanya jagad alit lan jagad gede (jiwa manusia

(jagad alit) dan jagad gede (Kekuatan makrokosmos) ) dan menyatulah kekuatan

keduanya antara jagad alit dan jagad gede. Kondisi inilah yang dinamakan

kondisi kalap. Dimana para pemain Jaran Dor sudah tak sadarkan diri dan juga

sudah mulai ndadi. Ndadi merupakan masuknya roh gaib kedalam tubuh para

pemain Jaran Dor.

Gambar 4.33.Ketika Pemain Kesenian Tradisi Jaran Dor sedang Beradu Panthek

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )

Ketika para pawang memasuki arena permainan, dan pawang sudah

menambahkan kemenyan dalam perapian, serta ketika pawang menyiapkan air

yang berisi kembang kamboja disebelah perapian, disinalah aspek spiritual yang

ada dalam Jaranan yang mempunyai arti bahwa terbukanya warono, manjinge

sukmo dan menyatunya kawulo dan Gusti.

Tidak semua pemain Jaran Dor yang kalab sama. Maksudnya adalah, cara

roh halus dalam memasuki para pemain tidak sama atau bisa dikatakan berbeda.

Tergantung dari roh halus yang memang ikut dari para pemain. Namun yang pasti,

saat para pemain sebelum kalap, mereka menggunakan mantra mantra yang akan

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

mendatangkan roh halus. Para pemain menggunakan mantra yang berbeda. Itu

dikarenakan roh gaib yang ikut dengan para pemain tidak sama. Namun, ada

penari Jaranan yang pada pertunjukkannya, terkadang tidak bisa ndadi. Ini

dikarenakan bahwa semua tergantung dengan jiwa dan spiritualitas dari sang

penari. Apabila pemain mempunyai jiwa yang kotor dengan adanya nafsu angkara

murka yang banyak dan juga pikirannya dipenuhi dengan duniawi, maka pemain

jaran tidak akan bisa kalap atau ndadi.

Gambar 4.34. Saat Salah Satu Penari Sebelum Masuk Dalam Tahapan Kalap

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )

Sesaat sebelum para pemain memasuki tahapan kalap, Jaran Kepang yang

ditunggangi para pemain saat menari, ditukar dengan Jaran Kepang khas Jombang

yang berwarna hitam dan memiliki rambut yang terbuat dari ijuk. Ketika para

pemain sedang ndadi atau kalap, komunikasi yang lucu dengan para penonton

tetap terjadi. Dimana ketika para penonoton terutama para penonton laki bersiul

atau bertepuk tepuk di dekat para pemain Jaran Dor, maka para pemain Jaran Dor

ini mengejar sampai dapat para penonton yang bersiul atau bertepuk tangan di

dekat para pemain.

Terjadinya komunikasi yang ada dalam para pemain Jaran Dor dan juga

para penonton merupakan suatu kejadian untuk lebih mendekatkan keguyuban

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

masyarakat sekitar. Selain itu, ketika sang pemain Jaran Dor sedang kalap atau

ndadi, mereka juga meminta makan beras, air beras yang ada di dalam ember,

memakan kembang kenanga, memakan kelapa yang belum dikupas, bahkan para

penari selalu mengendus enduskan mukanya di dekat perapian kemenyan. Dan

juga terkadang meminta gendhing yang lain untuk dinyanyikan. Disinilah proses

dan moment pertunjukkan Jaran Dor terlihat seru dan menarik.

Gambar 4.35. Para Pawang Sedang Berkumpul di AreaPertunjukkan Disaat Detik-

Detik Para Pemain Kalap/Ndadi

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )

Gambar 4.36. Saat Sang Pawang akan Membawakan Minuman yang Berisi Air

Kembang Kamboja Kepada Sang Pemain Jaran Dor

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Gambar 4.37. Pemain Dalam Awal Tahapan Kalap Dibantu Oleh Para Pawang

Untuk Ditenangkan dan Dibawa Didekat Perapian kemenyan

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )

Gambar 4.38. Para Penari Jaran Dor Saat Ndadi dan Berada Didekat Perapian

yang Berisikan Kemenyan dan Arang

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Gambar 4.39. Para Penari sedang Menari dalam Keadaan Ndadi

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )

Gambar 4.40. Saat Sedang Kalap dan Penari Meminta Sesajen yang Telah

Disediakan

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Gambar 4.41. Pemain Dengan Kondisi Kalap, Meminta Air Beras

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Gambar 4.42. Pemain Kalap dan Meminta Kelapa

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Gambar 4.43. Pemain yang Mengerjai Penonton yang Bersiul

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )

Setelah para pemain kalap atau ndadi dan berinteraksi dengan para

penonton, tiba saatnya para pawang untuk menyembuhkan (menyadarkan) para

pemain Jaran Dor. Para pemain Jaran Dor, memilih masing masing pawang yang

dipilihnya. Pawang membaca mantra, kemudian di tiupkan di telinga kanan dan

kiri para pemain Jaran Dor. Setelah itu, dengan kondisi tangan diatas dada dan

kaki yang selonjor, para pemain Jaran Dor disembuhkan. Ketika pawang selesai

menyembuhkan, pawang membaca mantra kembali dengan tujuan berterima kasih

dengan Sang Pencipta atas pertolongan Allah SWT kepada umat manusia melalui

tenaga magis yang disalurkan dalam tubuh para penari Jaran Dor. Hal ini berarti

sebagai tanda telah berakhirnya manjinge kekuatan gaib (mikrokosmos).

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Gambar 4.44. Saat Pawang sedang Menyembuhkan Pemain

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014 )

C. Aspek Visual Kesenian Tradisi Jaran Dor Kelompok Turangga Putra

Sejati

Bercampurnya kebudayaan Hindhu dan kebudayaan Islam pada

masyarakat Jombang, melahirkan kesenian tradisi Jaran Dor. Dimana seni

pertunjukkan Jaranan ini merupakan sebuah seni yang tua akan keberadaannya,

namun tetap disukai dalam semua kalangan masyarakat. Seni Jaran Dor

menggunakan anyaman yang terbuat dari bambu maupun terbuat dari plastik.

Kesenian tradisi Jaran Dor dalam pertunjukkannya, terdiri dari pertunjukkan

tarian kuda, tarian Jepaplok, dan tarian Topeng Genderuwon, yang di dalam

ketiga tersebut ada kaitannya dengan tarian Remo asal Jombangan. Perlu

diketahui bahwa seni tradisi Jaran Dor mempunyai visualisasi jaran yang

terbuat dari anyaman bambu dengan rambut dan ekor yang terbuat dari ijuk

berwarna hitam. Namun, dengan mengikuti perkembangan zaman yang ada

Jaran Dor Turangga Putra Sejati pada saat pementasan menggunakan jaran

yang terbuat dari anyaman plastik. Dengan tujuan untuk membuat jaran agar

lebih awet dan tahan lama.

Banyak nilai yang terkandung di dalam kesenian tradisi Jaran Dor

berdasarkan aspek visual. Salah satunya adalah makna visual dan bentuk

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

visual. Jika ditinjau darimakna visual, kesenian tradisi Jaran Dor Jombangan

memiliki banyak sekali makna visual yang memang dikaitkan dengan sejarah

asal-usul kota Jombang. Berikut apabila kesenian tradisi Jaran Dor kelompok

Turangga Putra Sejati jika ditinjau dari makna visual, antara lain:

1. Tinjauan Makna Visual

a. Makna Jaran Dor

Gambar 4.45. Jaran Dor Jombangan milik Kelompok Turangga Putra Sejati

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Keterangan:

(1) Kepala Jaran

(2) Badan Jaran

(3) Ekor Jaran

(3) (2) (1)

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

(1) Kepala Jaran

Gambar 4.46. Jaran Dor Jombangan Kelompok Turangga Putra Sejati

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

a. Rambut Jaran

Rambut jaran Jombangan harus terbuat dari ijuk yang

berwarna hitam. Warna dan bahan rambut pada jaran Jombang

memang sudah dipatenkan dari warisan leluhur. Dimana rambut ijuk

yang berwarna hitam ini mempunyai makna yang mewakili dari

sebagian besar karakter masyarakat Jombang, yaitu teguh pendirian

dan mempunyai watak yang keras. Dimana masyarakat Jombang

tidak mudah terpengaruh akan kebudayaan luar daerah yang masuk

dalam wilayah Jombang.

b. Ornamen Segitiga Kepala Jaran

Ornamen segitiga berwarna merah yang ada di kepala jaran,

melambangkan kopyah. Kopyah merupakan peci yang dipakai oleh

pemain Jaran Dor ketika sedang melakukan aksinya. Warna merah

pada ornamen segitiga dalam kepala Jaranan melambangkan simbol

masyarakat Jombang yang mempunyai sifat optimis, kerja keras,

a

b

c d

e

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

mempunyai semangat juang yang tinggi, hidup bersama yang damai

yang berdasarkan kearifan budaya lokal.

c. Mata Jaran yang Terbuka

Dari warisan leluhur, mata jaran memang sudah dipatenkan

dengan mata yang terbuka. Ini apabila diartikan berdasarkan

maknanya, mempunyai arti bahwasanya mata jaran yang ada pada

Jaran Dor Jombang, memang berarti bahwa para masyarakatnya

dapat jeli apabila melihat budaya dari luar. Selain itu, dapat

menyaring dan membedakan kebudayaan yang pantas untuk masuk

kebudayaan Arek atau sebaliknya.

d. Pelana Jaran

Pelana dalam makananya, tidak mempunyai arti apapun.

Namun dalam perkembangannya, memang pelana jaran sudah pasti

ada dalam Jaranan untuk mengendalikan sang kuda, atau lebih

tepatnya pelana kuda hanya sebagai ornamen hiasan pada bentuk

Jaranan dor Jombangan.

e. Gigi Jaran

Gigi jaran yang terbuka menandakan kegigihan dari kuda

yang dipukul agar berjalan lebih laju jika ditunggangi oleh para

penunggang. Selain itu, menandakan mayoritas masyarakat Jombang

yang gigih dalam melakukan suatu perjuangan.

(2) Badan Jaran

Gambar 4.47. Badan Jaran Dor Jombangan

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Ornamen kotak hitam dan kotak putih yang terdapat pada bagian

badan kuda bukan merupakan bentuk paten jaran khas Jombang. Dimana

proses penggambaran ornamen secara kreatif, merupakan kreativitas dari

sang seniman dalam mebuat suatu karya seni. Namun pada ornamen yang

terdapat pada perut Jaranan, tidak terlepas dari warna paten Jaran Dor khas

Jombangan yang memiliki dominan warna hitam.

(3) Ekor Jaran

Gambar 4.48. Ekor Jaran Dor Khas Jombang

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

(a) Ekor Jaran

Ekor jaran pada Jaranan Jombangan mempunyai paten harus

terbuat dari bahan ijuk yang berwarna hitam. Dimana makna yang

ada pada ekor jaran yang berwarna hitam, sama dengan rambut

jaran yang berwarna hitam dan terbuat dari ijuk, yakni yang

mewakili dari sebagian besar karakter masyarakat Jombang, yang

mayoritas masyarakat Jombang akan teguh pendirian dan

mempunyai watak yang keras. Dimana masyarakat Jombang tidak

mudah terpengaruh akan kebudayaan luar daerah yang masuk dalam

wilayah Jombang.

(b) Ornamen segitiga merah pada ekor

Ornamen berwarna merah yang ada pada ekor jaran, juga

mempunyai makna yang sama pada ornamen segitiga. Dimana

(a)

(b)

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

sebenarnya warna merah, mengacu dari legenda asal usul daerah

Jombang yang terdiri dari kalimat ijo dan abang, yang akhirnya

menjadikan warna sebagai simbol dari orang Jombang yang

mempunyai pribadi kerja keras, hidup berdampingan, yang

berdasarkan kearifan budaya lokal.

b. Tata Busana Penari Kesenian Tradisi Jaran Dor Khas Jombang

Gambar 4.49. Penari Kesenian Tradisi Jaran Dor Jombang dengan Tata

Busana Khas Daerah Jombang

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Apabila ditinjau secara makna visual tata busana penari Jaranan orang

Jombang, hanya menggunakan kopyah, baju hitam lengan panjang dan celana

hitam pendek, serta sabuk yang melingkar di tubuhnya yang berupa kain. Tata

Busana yang seadanya ini memang mempunyai arti bagi masyarakat Jombang

yang memang multikuktur. Dimana kesenian yang dihasilkan di wilayah Jombang

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

karena memang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, faktor warisan budaya,

faktor sosial daerah setempat, faktor pola pikir, faktor teknologi, serta faktor

program pembangunan. Dimana semua faktor memang sangat mempengaruhi

kesenian yang dilahirkan. Jombang memiliki budaya arek yang terkenal dengan

logat bahasa yang apa adanya dan terkenal blak-blakan ketika berbicara. Ini

dibuktikan dengan adanya tata busana yang dipakai oleh pemain Jaranan asli

Jombangan yang hanya memakai pakaian seadanya dan tidak terlalu neko-neko

dalam pemakaiannya. Tidak seperti pada tata busana para pemain Kediri yang

memang sedari awal sudah mempunyai keturunan dari Kerajaan Kediri yang

memang mempengaruhi perkembangan kesenian yang ada pada daerah Kediri.

Pemain kesenian Jaranan Jombang menggunakan tata busana yang berwarna

hitam memang mencerminkan keadaan hidup sosial masyarakat Jombang daerah

selatan Brantas yang mayoritas memang bermata pencaharian petani. Konon

ceritanya sehabis para petani bekerja di persawahan mereka, para petani hanya

memakai kaos putih polos dan memakai celana pendek hitam untuk bertani.

Seusai bekerja untuk menghilangkan rasa lelah, para petani langsung memainkan

permainan jaran dengan tata busana yang seadanya. Selain itu, kopyahyang

dipakai oleh para pemain kesenian Jaranan Jombang memang menandakan bahwa

orang Jombang memiliki identitas dari kata “ijo” dimana terbentuknya kota

Jombang memang berasal dari kata Ijo dan kata Abang. Kata Ijo disini dalam

kopyah pemain kesenian Jaranan, menandakan sejarah kota yang masih ada

kaitannya dengan kerajaan Mataram Kuno, yang mempunyai sifat kontroversial.

Karena pada masa itu, kebudayaan Islamiah berkembang dengan pesat dalam

wilayah Jombang. Sedangkan sabuk kain berwarna merah pastel yang diikatkan

pada pinggang pemain memang masih erat kaitannya dengan sejarah kota

Jombang yang mempunyai asal usul dari kata “Ijo” dan kata “Abang”.Warna

merah pastel yang dimaksudkan adalah merah sebagai perwakilan dari kata

“Abang” yang menandakan masyarakat Jombang dengan berdasarkan kearifan

lokal, bisa membuktikan kepada masyarakat diluar Jombang bisa hidup

berdampingan walaupun banyak kultur yang berbeda, serta menandakan bahwa

orang Jombang memang mempunyai sifat kerja keras dan mempunyai semangat

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

juang tanpa mengenal lelah dalam menggapai sesuatu. Hal ini terbukti dengan

banyaknya putra terbaik Jombang yang sukses berkarir maupun berkarya di luar

wilayah Jombang.

Panthek yang dipegang oleh pemain Jaranan Jombangan, menggambarkan

bahwasannya pedang yang dibawa oleh para prajurit penunggang kuda yang dulu

pernah berperang. Jombang tidak mengenal pecut dalam setiap pertunjukkan jaran

kepang. Sekali lagi penulis tegaskan bahwa memang faktor lingkungan, faktor

budaya, dan faktor pola pikir masyarakat sangat mempengaruhi adanya

perkembangan kesenian daerah tersebut. Dimana panthek melambangkan bahwa

di Jombang memang terkenal dengan budaya Arek. Bahasa yang blak-blakan dan

sikap yang langsung tegas. Ini terbukti dengan adanya panthek sebagai pengganti

pedang. Bagi orang Jombang apabila berperang melawan sesuatu, apabila

memakai pedang akan lebih langsung mematikan lawan daripada harus

menggunakan tembak maupun semacamnya.

c. Makna Jepaplok

Gambar 4.50. Jepaplok Khas Jombang

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Secara kasat mata, Jepaplok merupakan sebuah topeng yang terdapat kain

dibelakang dan lehernya yang berwarna hitam dan ada sedikit pleret putihnya.

Kepala Jepaplok, ditatah sedemikian rupa dan menghasilkan bentuk seni yang

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

estetis, serta mata Jepaplok juga terbuat dari kaca. Dimana Jepaplok ini

diibaratkan yang paling dituakan dalam kisah Jaranan Jombangan.

Dengan kata lain, Jepaplok merupakan danyang penunggu sebuah kerajaan

yang paling tua dan disegani dengan makhluk-makhluk lainnya. Jepaplok

diibaratkan sebagai ular weling yang ada di sawah. Ular weling mempunyai

sifat yang kesit dan mematikan ketika diganggu dengan siapupun. Begitu juga

dengan Jepaplok. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwasanya Jepaplok

merupakan danyang penunggu sebuah kerajaan yang paling dituakan dan

apabila ada yang menganggu maupun berbuat tidak baik, maka Jepaplok yang

akan menghadang terlebih dahulu. Selain itu, warna Jepaplok yang hitam

menandakan bahwasanya manusia mempunyai sifat hitam yang ala dari diri

manusia itu sendiri. Setiap manusia pasti mempunyai dosa dan khilaf dalam

setiap perjalanan hidupnya. Sedangkan warna pleret putih menandakan bahwa

walaupun di setiap sisi manusia mempunyai angkara dan mempunyai titik

hitam yang ada dalam perjalanan hidupnya, manusia juga mempunyai titik

balik kepada Sang Hyang untuk bisa membasuh dosa dengan hati yang suci.

d. Makna Topeng Genderuwon

Gambar 4.51. Topeng Genderuwon Jombang

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Pada dasarnya topeng genderuwon ada dua, yaitu genderuwon perempuan

dan genderuwon laki-laki. Topeng genderuwon, dalam sejarah Jaran Dor

Jombangan, menggambarkan bentuk-bentuk roh halus yang ada di dalam

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

unsur dunia gaib, yaitu genderuwo. Masih banyak stakeholder di tanah Jawa

yang mempercayai akan kehadiran genderuwo. Itu dikarenakan pola pikir

masyarakat Jawa yang masih kejawen. Topeng Genderuwon juga tidak

memiliki bentuk paten dan warna paten dalam pembuatannya. Selain itu,

topeng genderuwon Jombang memiliki banyak sekali wujud dan karakter

wajah yang tidak baik. Misalnya mata melotot, ataupun bibir penceng. Namun

dibalik muka jeleknya, dalam setiap pertunjukkannya genderuwon selalu

menampilkan aksi-aksi yang mengundang tawa bagi para penonton. Dimana

sebenarnya kalau dikaitkan dengan kesenian yang berkembang di Jombang,

aksi lucu yang ada dalam Jaran Dor sama dengan aksi lucu kesenian besutan.

Jadi bisa ditarik benang merah bahwa kesenian di Jombang antara satu dengan

kesenian lainnya masih ada keterkaitan. Hal ini juga yang melambangkan kota

Jombang dari kata ”abang” yang berarti masyarakat kota Jombang bekerja

keras, terdiri dari beberapa ras dan suku, hidup bersama yang damai, namun

tetap berdasarkan kearifan lokal.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

2. Analisis Unsur/Elemen Seni dan Desain Kesenian Tradisi Jaran Dor

Gambar 4.52. Jaran Dor Jombang Kelompok Turangga Putra Sejati

(Sumber: Dokumentasi Irma Dzuriyatul Hasanah, 2014)

Kesenian tradisi Jaran Dor jika ditinjau dari kebutuhan akan ilmu tata seni

berlaku seni visual, seni gerak dan seni suara. Dimana masing-masing seni

tersebut mempunyai dan memerlukan ilmu keindahan yang berbeda, untuk

seni visual merupakan seni yang secara kasat mata sudah terlihat dan dapat

dinikmati lewat indra penglihatan yang didalamnya terdiri dari seni rupa dan

desain, yang didalamnya kita harus mengenal dasar-dasar seni rupa dan desain

karena dasar dan desain tersebut merupakan seperangkat pengetahuan dasar

yang memberikan cara atau metode untuk menghasilkan suatu karya seni rupa

dan desain yang memiliki nilai keindahan.

Dalam hal ini orang mempelajari seni dan desain tidak hanya sekedar

mengetahui cara-cara menciptakan karya seni secara teoritis saja, tetapi lebih

cenderung harus menuangkan dan menyalurkan ide, pikiran serta perasaannya

sehingga menjadi karya seni dan desain yang baik. Bagi pembuat karya

b

a1

bI

b2 b3 c

d

a2

a

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

kesenian Jaranan pencipta tidak hanya bisa menikmati karya seni tersebut

tetapi harus dapat menciptakan karya seni yang terus lebih baik dan variasi,

untuk mewujudkan karya yang terbaik, diperlukan berbagai latihan, serta

merekam dan melihat bentuk jaran yang lainnya, sehingga memunculkan hasil

bentuk Jaran Dor yang unik.

Untuk membuat bentuk jaran yang unik dan bagus tadi diperlukan dasar

seni dan desain atau lebih dikenal dengan nirmana baik tujuan dari pemilik,

pembuat karya adalah melatih kepekaan artistik agar memiliki visi seni tinggi,

melatih ketrampilan teknis kesenirupaan, melatih pemahaman bahasa seni

serta lebih dapat mengekspresikan diri. Dalam berkarya nirmana ini hanya

sekedar menyusun unsur-unsur seni rupa dan desain atas dasar prinsip-prinsip

seni dan desain untuk memperoleh karya seni rupa dan desain (Jaran Dor)

yang memiliki nilai keindahan.

KONSEP DASAR SENI RUPA DAN DESAIN

Unsur Seni

/Desain :

- Warna

- Value

- Bentuk

- Raut

- Ukuran

- Tekstur

- Ruang

- Kedudukan

- Gerak dan

Arah Gerak

Tangga Rupa :

( Alat Tata Seni/Desain )

- Interval Tangga Raut

- Interval Tangga Ukuran

- Interval Tangga Arah

- Interval Tangga Tekstur

- Interval Tangga Warna

- Interval Tangga Value

- Interval Tangga kedudukan

- Interval Tangga Jarak

- Interval Tangga Gerak

Prinsip-prinsip

Dasar Seni /

Desain :

- Irama/keselaras

an

- Kesatuan/Unity

- Dominasi

- Keseimbangan/

Balance.

- Proporsi

- Kesederhanaan

- Kejelasan

Karya Seni/:

Artistik/

bernilai Seni.

Dwimatra/ 2D

Trimatra/ 3D

Tabel 4.3. Konsep Dasar Seni Rupa dan Desain

(Sanyoto, 2009: 148)

BAHAN

ALAT METODE HASIL

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

1) Warna Kesenian Tradisi Jaran Dor Turangga Putra Sejati

Kalau kita menganalisis Jaran Dor Turangga Putra Sejati dengan

kita melihat Jaran Dor tersebut akan menjadi menarik, tak lepas dari warna.

Warna dapat didefinisikan secara obyektif/fisik sebagai sifat cahaya yang

dipancarkan ataupun secara subyektif sebagai bagian dari pengalaman

indera penglihatan. Warna pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati terdiri

dari warna merah, putih dan hitam yang merupakan ciri khas kesenian

Jaranan Jombangan. Dari ketiga warna tersebut, warna merah menurut

kejadiannya termasuk warna pokok additive, yang termasuk warna model

RGB, untuk warna hitam warna gelap merupakan percampuran warna

bahan (pigmen).

Hitam disini artinya tidak ada spektrum cahaya, karena warna

hitam bukan spektrum cahaya. Termasuk menganut formulasi CMYK

yang terkenal dengan sistem pewarnaan subtractive color system, dimana

ada unsur K yang prosentase warna hitam/gelap (Black) dalam

pewarnaannya. Sistem CMYK digunakan untuk proses cetak mencetak

dengan media plastik yang hal ini cocok dengan bahan Jaranan Turangga

Putra Sejati.

Warna putih didapat dari percampuran warna cahaya RGB, dimana

cahaya biru dipadukan dengan cahaya merah dan cahaya hijau yang

akhirnya akan menghasilkan cahaya putih jernih/bening/cahaya terang

siang hari/gabungan dari spektrum cahaya. Warna putih memuat semua

warna padaspektrum cahaya. Dari ketiga warna khas Jaranan Jombangan

tersebut warna merah menurut jenis-jenis warna, merah digolongkan

sebagai warna panas, kesannya panas dan juga efeknya pun panas, yang

memberikan kesan semangat, kuat dan aktif.

a. Tata Rupa / Komposisi Warna Kesenian Tradisi Jaran Dor

Turangga Putra Sejati.

Dari tata susunan warna atau disebut dengan komposisi warna,

paduan warna yang merupakan unsur karya seni rupa untuk mencapai

keindahan warna jaran Turangga Putra Sejati tidak bisa berdiri sendiri

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

hal ini harus dipengaruhi dengan unsur lain yang menjadi prinsip dari

dasar seni antara lain menyangkut keselarasan, kesatuan/unity, dominasi,

keseimbangan dan proporsi/keserasian.

1) Keselarasan (Irama) warna, dari pewarnaan Jaran Dor Turangga

Putra Sejati warnanya harus selaras, keselarasan yang dimaksud

adalah perpindahan dari satu warna ke warna yang lain harus

memperhatikan “interval tangga warna” yang tertera pada lingkaran

warna yang terdapat 6 warna standar dan 6 warna intermedieate.

Interval tangga warna tidak lain adalah tentang gradasi dari warna itu

sendiri. Untuk interval tangga warna Jaran Dor Turangga Putra

Sejati menggunakan sususnan warna dengan interval tangga saling

berjauhan atau laras kontras. Warna kontras merupakan warna warna

yang saling tidak berhubungan atau saling bertentangan. Lebih

cenderung ke hal-hal yang bersifat keras. Dimana hasilnya

merupakan susunan warna yang kontras, kuat, tajam, dan dinamis.

Karena warna kontras kurang laras atau kurang harmonis maka

untuk menyelaraskan warna yang ada di Jaran Dor Turangga Putra

Sejati perlu dilakukan suatu metode untuk penyelarasan kontras

dengan cara memberikan jembatan yang menghubungkan dua warna

kontras tersebut dengan gradasi Hue, misalkan warna merah dan

hitam diberi jembatan warna putih supaya terlihat selaras.

2) Kesatuan warna, karena Jaran Dor Turangga Putra Sejati irama

warnanya merupakan irama warna yang kontras, karena warna

kontras terasa seperti warna yang tidak menyatu maka sususnan

warna-warna kontras perlu didamaikan dengan cara penguncian,

seperti dilakukan penetralan (neutralizing) yaitu penguncian warna-

warna yang tidak menyatu dengan menggunakan warna hitam, atau

dengan warna putih, dengan cara memberikan batas-batas goresan.

Pencampuran/pembauran (mixing) merupakan penguncian dengan

cara memberikan warna tetangga kepada masing-masing warna

kontras yang digunakan, misalnya semua warna yang digunakan

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

diberi campuran warna merah, atau karya Jaran Dor Supanto ini akan

lebih baik jika dengan dilakukan pengasaran (texturing) dilakukan

penguncian warna-warna kontras dengan membuat tekstur kasar dari

permukaan media yang digunakan sehingga dapat mengakibatkan

efek gelap terang (value) yang dapat menetralkan warna–warna

diatasnya.

3) Keserasian (Proporsi) Warna Kesenian Jaranan Turangga Putra

Sejati, dalam memperoleh keserasian warna karena Jaran Dor

Turangga Putra Sejati warnanya sudah ditetapkan maka untuk

keserasian warna yang diperlukan hanya menggunakan

proporsi/perbandingan warna yang tepat. Hal ini menyangkut dengan

ukuran dari Jaran Dor Turangga Putra Sejati itu sendiri. yang perlu

diperhatikan adalah komposisi yang sebanding bahwa dari ketiga

warna yang ada tidak ada yang saling menonjol. Hal ini disesuaikan

juga dengan perbandingan keluasan warna yang digunakan. Dalam

prakteknya, Supanto membuat perhitungan perbandingan luasan

tidak bersifat eksak, tetapi sekedar sebagai pedoman atau sebagai

pertimbangan rasa.

4) Dominansi Warna bentuk Jaran Dor Turangga Putra Sejati, dari

warna dasar khas jaran Jombangan (Merah, Hitam dan Putih)

mempunyai keunikan, keistimewaan, keunggulan, daya tarik, pusat

perhatian dan pusat pandangan yang terlihat jelas, disini dengan

keserasian penggunaan warna dan dominansi warna terlihat jelas

akan menambah angker dan daya tarik yang beda. Jika tidak ada

dominansi komposisi warna di bentuk Jaran Dor walaupun terlihat

harmonis, tetap terkesan mentah, datar, menjemukan dan tidak ada

daya tariknya karena tidak dilakukan dominansi, untuk kelihatan

menarik dari kesenian tradisi Jaran Dor Turangga Putra Sejati

dominansi warna yang digunakan adalah susunan warna-warna

panas dengan dominansi satu warna dingin, dan susunan warna-

warna yang bervalue gelap menggunakan dominansi satu warna

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

yang bervalue terang (Value gelap adalah warna yang dicampur

pigmen hitam dan value terang adalah warna yang dicampur pigmen

putih).

5) Keseimbangan warna kesenian tradisi Jaran Dor Turangga Putra

Sejati, yang dimaksud karya seni Jaran Dor harus mempunyai

keseimbangan, keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan

dalam hal tentang susunan unsur-unsur seni terutama ruang sebelah

kiri dan kanan. Untuk Jaran Dor Turangga Putra Sejati mempunyai

keseimbangan simetris (symmetrical balance) karena dari bentuk dan

warna yang digunakan baik yang berada di sebelah kanan dan di

sebelah kiri adalah sama.

b. Karakter dan Simbolisasi Warna/Bahasa Rupa Warna pada

Kesenian Tradisi Jaran Dor Turangga Putra Sejati

Secara umum karakter warna berlaku pada warna-warna seperti

warna pelangi, dalam hal ini jika suatu warna mengalami perubahan

menjadi lebih muda maupun lebih tua ataupun menjadi redup maka

secara langsung karakter dari warna tersebut juga akan mengalami

perubahan karakternya. Dalam Jaran Dor Turangga Putra Sejati warna

yang khas adalah warna merah, putih dan hitam, dimana warna-warna

tersebut mempunyai karakter sebagai berikut :

1) Merah, warna merah berasosiasi pada darah, api dan juga panas.

Karakternya kuat, cepat, energic, semangat, gairah, marah, berani,

bahaya, positif, agresif, merangsang dan panas warna ini paling

populer pada wanita. Merah merupakan simbol umum dari sifat

nafsu marah, berani, perselisihan bahaya dan perang, kekejaman,

bahaya dan kesadisan, jika dibandingkan dengan warna lain merah

merupakan warna yang kuat. Warna ini bersifat menaklukkan,

untuk api merupakan lambang, keberanian, kekuatan, kemarahan

sedangkan darah merupakan lambang perang, kekejaman,

kesadisan, hal ini sesuai dengan karakter jaran pada saat ndadi.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

2) Putih, putih merupakan warna yang paling terang. Dimana warna

putih mempunyai watak yang positif, cerah, tegas dan mengalah,

yang melambangkan cahaya, kesucian, kemurnian, kejujuran,

ketulusan, kedamaian, ketentraman, kebenaran, kesopanan,

keadaan tak bersalah, kehalusan, kelembutan, kebersihan, simpel,

serta kehormatan. Hal ini terlihat pada keadaan para pemain ketika

memasuki tahapan kalap.

3) Hitam, merupakan warna tergelap, warna ini berasosiasi dengan

kegelapan malam, perkabungan, misteri, ketiadaan dan

keputusasaan. Watak dan karakter warna ini adalah menekan, tegas,

dan mendalam warna hitam juga melambangkan kesedihan,

kegelapan, bahkan kematian, teror, kejahatan, keburukan ilmu sihir,

kedurjanaan, kesalahan, kekejaman, kebusukan, rahasia, ketakutan,

seksualitas, ketidak bahagiaan, penyesalan yang mendalam, amarah,

duka cita. Warna hitam pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati

melambangkan kekuatan, formalitas, dan keanggunan (elegance),

disini warna hitam memang misterius, tetapi jika sudah

dikombinasi dengan warna-warna lain hitam akan berubah total

untuk karakter dan wataknya. Sebagai latar belakang warna, hitam

berasosiasi dengan kuat, tajam, formal, dan bijaksana. Hitam

digunakan bersama-sama warna putih mempunyai makna

kemanusiaan, resolusi, tenang, sopan, keadaan mendalam dan

kebijaksanaan.

2) Value

Untuk dimensi value warna dengan keselarasan, keseimbangan

serta proporsi warna yang digunakan dalam Turangga Putra Sejati bisa

terang, sedang atau gelap hal ini tergantung dari cahaya yang mengenainya,

value dan tonalitas warna tersebut juga dipengaruhi dari teknik pengecatan,

untuk pemberian warna pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati

menggunakan teknik block atau dekoratif, teknik ini menggunakan blok-

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

blok dekoratif (rata datar), pewarnaan pada kubistis menggunakan

tingkatan, tint, tone dan shade. Tint untuk bagian warna objek yang paling

terang (kena sinar langsung) dicapai dengan pigmen warna objek

dicampur dengan pigmen putih. Tone untuk bagian warna objeknya sendiri

(yang tidak kena sinar langsung) dicapai dengan pigmen warna objeknya

sendiri. Shade untuk bagian warna objek yang kena bayangan (tidak kena

sinar) dicapai dengan pigmen warna objeknya yang dicampur dengan

pigmen hitam. Untuk pewarnaan pada objek silinder, bola (dalam hal ini

mata Jaran) atau objek yang melengkung (alis) pada Jaran Dor Turangga

Putra Sejati menggunakan tingkatan : putih, tint, tone,shade dan hitam.

Teknik pembagian bidang untuk keluasan putih, tint, tone, shade dan

hitam, mengikuti metode gambar teknik dimana bagian yang melengkung

semakin menyempit. Warnanya bergradasi atau bertingkat membatas.

Dalam hal ini value mempunyai kegunaan untuk mengubah cahaya

yang mengenai objek berwarna-warni menjadi bentuk hitam putih.

Adapun tingkatan value warna terterang sampai warna tergelap dimulai

dari putih-kuning-kuning jingga dan kuning hijau-jingga dan hijau-merah

jingga dan hijau-merah jingga dan biru hijau-merah dan hijau-merah ungu

dan biru ungu-ungu-hitam. Fungsi value selain untuk memperoleh kesan

tiga dimensi semu dengan value, tint, tone, shade maka penulis dapat

menciptakan karya seni Jaran Dor dengan tonalitas tertentu yang

diharapkan memperoleh karakter yang dikehendaki, selain itu juga dengan

tonalitas yang ada pada karya seni lain penulis dapat menilai karakter

karya dari orang lain.

3) Bentuk

Secara mata memandang, bentuk (form) untuk Jaran Dor Turangga Putra

Sejati berbentuk kuda berupa selembaran yang memiliki dimensi panjang,

lebar dan ketebalan atau tinggi sehingga seni karyanya merupakan karya

trimatra (3 Dimensi). Karya seni bentuk Jaran Dor Turangga Putra Sejati

berdasarkan unsur/elemen seni dan desain semuanya dipunyai karena dalam

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

bentuk Jaran Dor itu sendiri memiliki bentuk dimana setiap bentuk tersebut

dapat disederhanakan menjadi titik, garis, bidang dan gempal (volume), dan di

setiap bentuk mempunyai raut, ukuran, arah, warna, value dan tekstur, dari

sini terlihat bahwa bentuk Jaran Dor selalu dan pasti menempati ruang, baik

berupa ruang dwimatra berupa lukisan yang berada di badan Jaran Dor serta

ruang trimatra (bentuk visual Jaran Dor) itu sendiri. Serta dalam ruang bentuk

visual Jaran Dor memiliki kedudukan, jumlah, jarak dan gerak. Disini karya

seni dan desain Jaran Dor dua dimensi (dwimatra) maupun tiga dimensi

(trimatra) mempunyai metode tata visual yang sama yang membedakan adalah

bahan. Dua dimensi pada Jaran Dor menggunakan unsur/media garis hasil

goresan, tetapi untuk karya tiga dimensi menggunakan unsur media berupa

garis, yang berwujud tali, benang, ijuk sedangkan yang menggunakan unsur

media berupa bidang dalam bentuk rotan (njalin), anyaman bambu atau

anyaman plastik untuk badan Jaran Dor, telinga Jaran Dor.

4) Raut

Pada dasarnya untuk raut (muka terdiri dari lukisan pada mata, alis, gigi,

mulut, tali pelana, bulu kepala jaran). Pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati

pembuatan dan cara melukisnya menggunakan beberapa teknik raut, antara

lain : raut titik, raut garis.

a) (a1) Ornamen Melengkung pada Kepala Jaran

Pada gambar gambar 4.52. (a1), ornamen kepala jaran yang

digambarkan pada (a1) jaran mengandung raut garis. Dimana goresannya

merupakan garis nyata. Dikatakan garis nyata karena garis nyata

mempunyai sifat dapat mengekspresikan gerak dan massa obyek tersebut,

sehingga memberikan irama seperti gemulai, lembut dan tajam. Selain itu,

penyusunan garis yang ada pada karya bergantung dari alat yang

digunakan, yang sangat mempengaruhi karakter hasil karya jaran tersebut.

Garis nyata juga mempunyai kemampuan untuk memberikan sugesti

dalam menggaris batas, karena dengan beberapa goresan saja sebuah

bentuk akan dapat dicapai sehingga garisnya dapat dikatakan bersifat

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

ekonomis atau irit, serta garis nyata yang ada pada karya jaran mempunyai

kemampuan menciptakan alat komunikasi, seperti lambang-lambang.

Lambang disini yang dimaksudkan adalah keterkaitan ornamen dengan

asal-usul terbentuknya kota Jombang seperti yang sudah dijelaskan oleh

penulis pada tinjauan makna visual. Sedangkan untuk media garis pada

gambar (a1) menggunakan garis dengan teknik goresan media keras,

karena berupa anyaman plastik.

Dari segi karakter dan simbolisasi garis/bahasa rupa garis, gambar

(a1) termasuk garis lengkung s atau garis lemah gemulai atau grace, yang

merupakan garis lengkung majemuk atau lengkung ganda. Garis ini dibuat

oleh sang seniman dengan gerakan melengkung ke atas, bersambung

melengkung ke bawah, atau melengkung ke kanan bersambung ke kiri.

Gerakan indah tersebut dinamakan line of beauty. Garis ini memberikan

asosiasi gerakan ombak, gerakan lincah bocah atau anak binatang dan garis

lengkung s juga memberikan karakter indah, dinamis, luwes. Sehingga

melambangkan keindahan, kedinamisan dan keluwesan. Namun, jika

ditinjau dari tata rupa garis/komposisi garis, gambar (a1) menggunakan

interval tangga raut garis.

b) (a2) Ornamen Segitiga Jaran

Gambar (a2), jaran juga mengandung raut garis sama dengan

gambar (a1). Dimana goresannya merupakan garis nyata. Dikatakan garis

nyata karena garis nyata mempunyai sifat dapat mengekspresikan gerak

dan massa obyek tersebut. Sehingga memberikan irama seperti gemulai,

lembut dan tajam. Selain itu, penyusunan garis yang ada pada karya

bergantung dari alat yang digunakan, yang sangat mempengaruhi karakter

hasil karyajaran tersebut. Garis nyata juga mempunyai kemampuan untuk

memberikan sugesti dalam menggaris batas, karena dengan beberapa

goresan saja sebuah bentuk akan dapat dicapai sehingga garisnya dapat

dikatakan bersifat ekonomis atau irit. Serta garis nyata yang ada pada karya

jaran mempunyai kemampuan menciptakan alat komunikasi, seperti

lambang-lambang. Lambang disini yang dimaksudkan adalah keterkaitan

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

ornamen dengan asal-usul terbentuknya kota Jombang seperti yang sudah

dijelaskan oleh penulis pada tinjauan makna secara visual. Serta

mengandung makna simbol untuk menggambarkan udheng/kopyah yang

dipakai oleh sang penari. Sedangkan untuk media garis pada gambar (a2)

menggunakan garis dengan teknik goresan media keras. Karena berupa

anyaman plastik.

Berdasarkan karakter dan simbolisasi garis/bahasa rupa garis,

gambar (a2) termasuk gambar zig zag, yang merupakan garis lurus patah-

patah, bersudut runcing, yang dibuat oleh gerakan naik turun secara cepat

spontan, yang merupakan gabungan dari garis vertikal dan diagonal. Yang

memberikan sugesti semangat dan gairah. Garis ini diasosiasikan sebagai

petir atau kilat sehingga mengesankan bahaya. Serta memberikan karakter

gairah/excited, semangat, bahaya dan kengerian. Sehingga, Ditinjau dari

tata rupa garis/komposisi garis, gambar (a2) menggunakan interval tangga

arah garis.

c) (b1) Mata Jaran

Pada gambar (b1), raut berbentuk mata. Dimana mengandung raut

garis, yang terdiri dari garis lengkung atau bengkok dan garis gabungan.

Dimana garis gabungan merupakan garis hasil gabungan antara garis lurus,

garis lengkung dan garis majemuk. Hal ini terlihat pada bulu mata Jaran

Dor Turangga Putra Sejati. Garis lurus yang terlihat bulu mata jaran, bagi

kebanyakan orang mendorong rasa kagum, ketegasan, kebenaran serta

ketelitian. Garis lurus pada bulu mata juga mengandung makna positif,

langsung, keras, kuat, tegar, teguh hati dan tidak mengenal kompromi.

Sedangkan garis lengkung yang digambar mata Jaran Dor, merupakan garis

lengkung ramping ringan (slightly curved), yang mempunyai sifat fleksibel,

harmonis, kalem, feminim, terang, sopan, budiman.

d) (b2) Pelana Jaran

Pada gambar yang ditunjukkan pada (b2) yaitu pelana jaran,

mengandung raut garis. Dimana didalamnya mengandung garis gabungan,

yaitu hasil garis gabungan antara garis lurus dan garis lengkung serta garis

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

majemuk. Sedangkan untuk media garis yang ada dalam pelana,

menggunakan garis dengan teknik goresan media lunak. Seperti kuas

dengan menggunakan cat besi.

e) (b3) Gigi Jaran

Pada gambar gigi jaran yang ditunjukkan pada (b3), mempunyai

raut garis. Dimana hasil goresannya berupa garis nyata. Pada raut garis,

gigi jaran termasuk garis lurus, yang terdiri dari garis horizontal dan garis

vertical, yang ukuran garisnya berupa besar dan kecil. Untuk arah garis

juga mengikuti arah vertikal dan horizontal. Sedangkan teknik goresan

menggunakan garis dengan teknik goresan media lunak. Secara karakter

dan simbolisasi, garis atau bahasa rupa garis mempunyai makna

kemantapan, tenang, dan damai. Sedangkan garis vertikal atau garis tegak,

diasosiakan seperti benda yang tegak lurus, bentuk gigi yang kecil-kecil

yang mengesankan keadaan tak bergerak dan tegas, serta kuat. Sehingga

garis ini melambangkan kestabilan atau keseimbangan, kemegahan,

kekuatan serta kekokohan.

f) (c ) Ornamen Badan Jaran

Pada gambar (c) yaitu ornamen yang ada pada badan jaran,

menggunakan raut garis lurus. Dimana raut garis lurus terdiri dari garis

horizontal, diagonal dan vertikal.

Berdasarkan karakter dan simbolisasi garis/bahasa rupa garis, dapat

dijelaskan garis horisontal/garis mendatar, yang diasosiasikan sebagai

benda-benda yang panjang mendatar yang mengesankan keadaan istirahat,

yang mempunyai karakter tenang, damai, pasif dan kaku. Serta

melambangkan ketenangan, kedamaian, dan kemantapan. Sedangkan garis

vertikal/garis tegak yang ada pada gambar disosiasikan terhadap benda-

benda yang berdiri tegak lurus, yang mengesankan keadaan tak bergerak,

jujur dan tegas, seperti apa yang dilakukan oleh para penari Jaran Dor pada

saat melakukan tahapan ndadi/kalap, sehingga garis vertikal memberikan

karakter seimbang/stabil, megah, kuat namun statis dan kaku. Kemudian

garis diagonal atau garis miring ke kanan atau ke kiri. Diasosiakan, orang

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

lari, kuda melompat sehingga mengesankan obyek dalam keadaan yang tak

seimbang dan menimbulkan gerakan akan jatuh. Garis diagonal juga

memberikan gerakan (movements), gerak lari (meluncur), dinamis, tak

seimbang, gerak gesit, lincah, kenes dan menggetarkan.

Pada gambar (c), menggunakan interval tangga arah garis, yaitu

arah diagonal, arah horizontal dan arah vertikal. Komposisi yang

dihasilkan dari menyusun satu interval tangga garis, dapat disebut repetisi.

Dimana yang menghasilkan gambar monoton, rapi dan tenang, dan

komposisi yang dihasilkan dari penyusan dua atau tiga interval tangga

saling berdekatan, dapat disebut dengan transisi, yang menghasilkan karya

ornamen pada badan tersebut terlihat harmonis.

Pada badan Jaran Dor, juga terdapat raut bidang yang meliputi

bidang geometri. Karena bentuk yang dihasilkan adalah bidang teratur

yang berbentuk segi empat. Dimana ukuran bidangnya antara panjang dan

lebar adalah sama. Untuk arah bidang, menggunakan dua arah yaitu

bidang horisontal dan bidang vertikal.

Berdasarkan tangga interval raut bidang, mengandung susunan raut

bidang dengan dua atau tiga interval tangga yang berdekatan (Raut Bidang

dengan Varias Perubahan Dekat) yang menjadikan susunan transisi dengan

hasil harmonis. Ada suatu dinamika dan enak dinikmati dalam penggarapan

karya tersebut. Dalam menyusun bidang yang kontras, menggunakan cara

mengulang dua bidang yang kontras tersebut, sehingga dapat tercipta suatu

irama atau ritme yang sangat membantu keindahan dari susunan karya.

Namun, apabila berdasarkan tangga ukuran bidang, karena badan jaran

letaknya kecil di arena yang besar, maka intervalnya menyesuaikan tujuh

nada dalam interval nada musik. Untuk memberikan bidang yang terkesan

menyatu dan berkesan datar, maka harus diberi warna secara dekoratif. Ini

juga terlihat pada hasil karya desain ornamen yang ditampilkan pada badan

jaran oleh sang seniman.

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

g) (d) Ekor Jaran

Pada ekor jaran Gambar (d), ekor jaran juga mengandung raut garis

sama dengan gambar (d). Dimana goresannya merupakan garis nyata.

Dikatakan garis nyata karena garis nyata mempunyai sifat dapat

mengekspresikan gerak dan massa obyek tersebut, sehingga memberikan

irama seperti gemulai, lembut dan tajam.

Selain itu, penyusunan garis yang ada pada karya bergantung dari

alat yang digunakan, yang sangat mempengaruhi karakter hasil karya jaran

tersebut. Garis nyata juga mempunyai kemampuan untuk memberikan

sugesti dalam menggaris batas, karena dengan beberapa goresan saja

sebuah bentuk akan dapat dicapai sehingga garisnya dapat dikatakan

bersifat ekonomis atau irit, serta garis nyata yang ada pada karya ekorjaran

mempunyai kemampuan menciptakan alat komunikasi, seperti lambang-

lambang. Lambang disini yang dimaksudkan adalah keterkaitan ornamen

dengan asal-usul terbentuknya kota Jombang seperti yang sudah dijelaskan

oleh penulis pada tinjauan makna visual, serta mengandung makna simbol

untuk menggambarkan kesederhanaan sifat yang dimiliki oleh orang

Jombang. Sedangkan untuk media garis pada gambar (d) menggunakan

garis dengan teknik goresan media keras. Karena berupa anyaman plastik.

Berdasarkan karakter dan simbolisasi garis/bahasa rupa garis,

gambar (d) termasuk gambar zig zag, yang merupakan garis lurus patah-

patah, bersudut runcing, yang dibuat oleh gerakan naik turun secara cepat

spontan, yang merupakan gabungan dari garis vertikal dan diagonal. Yang

memberikan sugesti semangat serta gairah. Garis ini diasosiasikan sebagai

petir atau kilat sehingga mengesankan bahaya, serta memberikan karakter

gairah/excited, semangat, bahaya dan kengerian. Ditinjau dari tata rupa

garis/komposisi garis, gambar (d) menggunakan interval tangga arah garis.

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

5) Ukuran

a) (a1) Ornamen Lengkung Jaran

Dari segi ukuran gambar (a1), gambar (a1) menganut susunan

bentuk-bentuk dengan ukuran dua atau tiga interval tangga, berdekatan

atau bervariasi dekat sehingga menghasilkan suatu karya yang harmonis,

laras, lembut dan enak dilihat.

b) (a2) Ornamen Segitiga Jaran

Dari segi ukuran gambar (a2), gambar (a2) menganut susunan

bentuk-bentuk dengan ukuran dua interval tangga, yang berjauhan yang

disebut dengan oposisi karena mempunyai sifat kontras, kuat, tajam dan

memiliki vitalitas. Agar kelihatan enak dipandang, maka digunakan cara

mengulang ukuran-ukuran besar motif segitiga dalam jumlah yang

banyak, kemudian ditambah dengan satu ataupun beberapa bentuk garis

segitiga yang mempunyai ukuran kecil.

Atau dapat dikatakan mengulang ukuran segitiga kecil dalam jumlah

banyak dan kemudian ditambah dengan satu atau beberapa garis segitiga

ukuran besar. Bentuk yang jumlahnya satu ini akan menjadi dominasi

atau point of interest, sehingga mempunyai daya tarik sendiri.

c) (b1) Mata Jaran

Mata pada jaran memiliki ukuran kecil. Dimana susunan bentuk-

bentuk dengan ukuran dua atau tiga interval tangga yang berdekatan atau

bervariasi dekat, yang disebut dengan susunan atau transisi sehingga

menghasilkan harmonis, selaras, lembut dan enak dilihat. Ukuran kecil

diantara ukuran besar, akan menarik perhatian sehingga dapat

menciptakan dominasi.

d) (b2) Pelana Jaran

Gambar pelana pada jaran memiliki ukuran kecil. Dimana interval

tangga disesuaikan dengan interval dalam tangga nada musik. Adapun

hasilnya adalah susunan dalam bentuk-bentuk satu interval tangga, yang

mempunyai ukuran yang sama. Jadi, dapat dikatakan bahwa susunannya

repetisi, yang mempunyai maksud susunan dengan ukuran yang sama

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

akan diikuti dengan jarak yang sama pula. Sehingga hasilnya statis,

tenang, dan rapi.

e) (b3) Gigi Jaran

Gigi jaran mempunyai ukuran panjang dan pendek, dengan

memperhitungkan ukuran perspektif seni rupa, sehingga diperoleh hasil-

hasil keindahan. Dalam interval tangga, termasuk susunan ukuran dengan

bentuk berjauhan, atau biasa disebut dengan oposisi. Susunan tersebut

bersifat kontras, kuat, tajam, sehingga kekontrasan ukuran yang tajam,

sering menyebabkan susunan yang menjadi tidak enak dipandang. Dalam

hal ini, gigi jaran pada kenyataannnya seperti ditarik pada pelana dan

mempunyai ekspresi kesakitan.

f) (c) Ornamen Badan Jaran

Gambar ornamen segi empat pada badan jaran memiliki ukuran kecil.

Dimana susunan ornamen pada bentuk-bentuk segi empat dengan ukuran

sama panjang. Baik dari lebar maupun panjang segi empat tersebut, yang

termasuk dalam interval tangga yang berdekatan atau bervariasi dekat,

yang disebut dengan susunan atau transisi, sehingga karya ornamen pada

badan jaran menghasilkan harmonis, selaras, lembut dan enak dilihat.

Selain itu, ukuran bidang segi empat kecil diantara ukuran besar, akan

menarik perhatian sehingga dapat menciptakan dominasi pada karya

tersebut.

g) (d) Ornamen Segitiga Ekor Jaran

Pada motif segitiga ekor jaran, pada dasarnya sama dengan gambar

(d) yang menganut susunan bentuk-bentuk dengan ukuran dua interval

tangga, yang berjauhan, yang biasa disebut dengan oposisi. Oposisi

mempunyai sifat kontras, kuat, tajam dan memiliki vitalitas. Agar

kelihatan enak dipandang, maka digunakan cara mengulang ukuran-

ukuran besar motif segitiga dalam jumlah yang banyak, kemudian

ditambah dengan satu ataupun beberapa bentuk garis segitiga yang

mempunyai ukuran kecil. Bentuk yang jumlahnya satu ini akan menjadi

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

dominasi atau point of interest. Sehingga mempunyai daya tarik sendiri

bagi para penikmat seni.

6) Tekstur

Jika karya Jaran Dor Turangga Putra Sejati ditinjau dari analisa

berdasarkan tekstur, merupakan jenis tekstur nyata tersususun. Karena pada

pembuatan Jaran Dor, bahan dibentuk dan disusun dalam suatu pola. Pola

yang dimaksud oleh Supanto merupakan pola anyaman nada dua yang

menyerupai anyaman bentuk “gedeg” atau seperti sesek dinding rumah,

sehingga dapat membentuk permukaan baru pada karya tersebut. Dimana

permukaan baru pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati terbentuk dari

permukaan kasar yang dihasilkan dari susunan anyaman nada dua Jaran Dor

tersebut. Tekstur dari anyaman tersebut menghasilkan tekstur nyata, dan

berfokus. Dimana fungsi dari tekstur yang dihasilkan adalah untuk

memperoleh keindahan pada Jaran Dor. Selain itu, dengan permukaan yang

kasar pada permukaan Jaran Dor akan lebih mudah untuk memperoleh

keselarasan/harmoni, sebagai dominasi atau daya tarik.

7) Ruang

Pada kesenian tradisi Jaran Dor Kelompok Turangga Putra Sejati

analisis unsur seni dan desain didalamnya terdapat ruang jika secara global

atau visual bentuk dan produk jadi, Jaran Dor ini merupakan produk dalam

ruang trimatra. Maksud trimatra disini adalah bentuk jadi dari produk Jaran

Dor yang mempunyai volume yang terdiri dari luasan panjang luasan lebar

dan ketebalan. Namun, yang penulis kaji adalah tentang unsur dwimatra yang

terdapat dalam karya produk milik Supanto ini. Dimana unsur dwimatra

ditemukan pada ornamen dan desain yang bersifat dekoratif pada Jaran Dor

Turangga Putra Sejati, dimana bahan dan media yang dipakai dalam

menuangkan karya terbuat dari anyaman plastik.

Berdasarkan analisis unsur seni dan desain ruang permukaan

(meliputi: ornamen yang terdapat pada kepala, badan serta ekor jaran) pada

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Jaran Dor termasuk mempunyai Ruang Dwimatra (2 dimensi) karena ruang

dwimatra pada Jaran Dor merupakan bentuk gambar dekoratif yang

mempunyai makna dan mempunyai dua dimensi yaitu dimensi panjang dan

dimensi lebar, dimana pada ruang dwimatra hanya mengenal arah horisontal,

diagonal dan arah vertikal yang rata sejajar, serta hanya mengenal kedudukan

dikiri-tengah-kanan, atas-tengah dan bawah. Pada ruang dwimatra, yang terisi

obyek, disebut dengan ruang positif, sedangkan yang tidak terisi obyek,

merupakan ruang negatif. Dapat dijelaskan bahwa pada Jaran Dor, ada ruang

yang terisi gambar dekoratif dan ada ruang (space) yang memang tidak diisi

gambar maupun ornamen. Dalam ruang positif dan negatif, sangat

menentukan hasil karya dari Jaran Dor tersebut. Karena, dengan penyusunan

ruang positif, secara berkelompok (dengan mempunyai unsur kerapatan) dan

ruang negatif berkelompok akan tercipta garis semu tertentu sehingga akan

melahirkan gerak (irama). Pada akhirnya akan menciptakan area kosong

(white space) dan akan membantu terciptanya kesatuan atau unity, sehingga

akan tercapai suatu keindahan pada karya tersebut.

Adapun konsepsi ruang seni rupa pada Jaran Dor Turangga Putra

Sejati menganut gambar dan pola dekoratif. Untuk menghasilkan karya yang

harmonis maka didalam lukisan Jaran Dor, sesuatu yang jauh digambar

dengan warna panas. Sedangkan lukisan yang dekat, digambar dengan warna

dingin. Sama halnya dengan gambar ornamen segitiga maupun garis

lengkung “s” pada ornamen jaran yang digambar dengan warna panas yaitu

warna merah.

8) Kedudukan

Pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati, kedudukan atau posisi atau

letak pada semua lukisan, mengandung semua unsur rupa yang

menghubungkan antara bentuk raut. Bentuk raut yang dimaksud, meliputi:

titik, garis, dan bidang, serta ruang sebagai tempat suatu bentuk berada

ataupun disusun. Dalam hal ini, kedudukan merupakan pertalian antara

bentuk dan ruang yang ada pada lukisan Jaran Dor Turangga Putra Sejati.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

1) (a1) Ornamen Lengkung Kepala Jaran

Kedudukan ornamen kepala jaran pada gambar (a1) pada Jaran Dor,

berada di sepanjang atas kepala jaran. Letak tersebut disesuaikan oleh

sang seniman sedemikian rupa, yang sesuai dengan kondisi gambar yang

nyata. Hal ini, letak bentuk raut dalam ruang akan mempengaruhi letak

keseimbangan. Kedudukan obyek sangat dipengaruhi oleh ukuran. Dalam

hal ini besar kecilnya, banyak sedikitnya ornamen disesuaikan dengan

luasan permukaan media gambar jaran.

2) (a2) Ornamen Segitiga Jaran

Kedudukan ornamen garis zig zag segitiga berada di tengah.

Dimana bagian atas dan bagian bawah dengan jarak yang sama, akan

menghasilkan keseimbangan pada bentuk jaran tersebut.

3) (b1) Mata Jaran

Kedudukan mata jaran yang digambarkan oleh sang seniman pada

permukaan bidang jaran, diletakkan pada ujung permukaan media,

karena kondisi Jaran Dor tampilannya dalam keadaan hidup. Dalam

artian kondisi Jaran Dor menggambarkan seolah-olah dalam keadaan

berdiri dan beraksi. Untuk ukurannya, walaupun berukuran kecil namun

dengan garis lengkung yang jelas pada bagian mata, akan membuat mata

jaran akan lebih hidup dan tajam.

4) (b2) Pelana Jaran

Gambar pelana pada jaran mempunyai kedudukan yang letaknya

berada di atas dan di bawah bentuk raut yang letaknya seimbang.

Kedudukan sedemikian dapat digambarkan oleh sang seniman, sehingga

akan menambahkan kesan estetis dan luwes pada garapan karya Supanto

untuk Jaran Dor khas Jombang kelompok Turangga Putra Sejati.

5) (b3) Gigi Jaran

Pada gambar gigi jaran, terletak pada tengah-tengah permukaan

bidang yaitu mulut. Kesan kedudukan ini digambarkan sedemikian rupa,

layaknya anatomi gigi kuda yang sebenarnya.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

6) (c) Ornamen Badan Jaran

Dari luas permukaan badan jaran, kedudukan ornamen tepat berada

di atas permukaan, yang disesuaikan dan sudah cocok sebagai fungsi

tempat penari untuk melakukan aksi maupun atraksi kesenian Jaranan.

Dimana ornamennya, terlihat nampak indah dengan unsur repetisi yang

diciptakan oleh sang seniman.

7) (d) Ekor Jaran

Ekor jaran mempunyai kedudukan yang letaknya berada atas

permukaan bidang gambar. Ini dikarenakan karena sang seniman

menciptakan desain ataupun ornamen garis zig zag segitiga yang

berkesinambungan dengan bentuk ekor yang ada.

9) Gerak dan Arah Gerak

Gerak pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati merupakan unsur rupa

yang melahirkan suatu irama. Arah dan gerak pada Jaran Dor Turangga Putra

Sejati, merupakan arah gerak garis semu yang berbentuk horizontal, vertikal,

diagonal, lengkung, berombak dan zig zag. Dari arah gerak tersebut, akan

menunjukkan suatu irama yang mempunyai karakter tersendiri, yang dapat

mempengaruhi hasil dari tampilan Jaran Dor itu sendiri.

1) (a1) Ornamen Lengkung pada Kepala Jaran

Dari gambar (a1), merupakan suatu bentuk ornamen jaran yang

berada di atas kepala yang mempunyai arah dan gerak garis semu

berombak, yang mempunyai karakter, dinamis, luwes, dan lemah

gemulai. Sedangkan iramanya, dapat disebut repetisi dimana hasilnya

adalah mempunyai kesan monoton, rapi, tenang dan tidak menjemukan.

2) (a2) Ornamen Segitiga Jaran

Gambar (a2) pada ornamen garis zig zag segitiga pada kepala

jaran,mempunyai arah dan gerak garis semu zig zag yang mempunyai

karakter dinamis, tajam, keras dan agak mengerikan. Irama pada gambar

(a2) juga dapat disebut irama repetisi dan mengandung transisi, sehingga

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

hasilnya bersifat harmonis, selaras, ada dinamika, dan lebih enak

dinikmati oleh penikmat.

3) (b1) Mata Jaran

Gambar (b1) pada gambar mata jaran, mempunyai arah dan gerak

menyerupai gerak garis semu lengkung kubah, yang mempunyai karakter

megah dan dinamis. Sedangkan irama, mata jaran mempunyai irama

yang mengandung repetisi, transisi, dan oposisi. Dimana pada karya

menghasilkan oposisi mempunyai makna tajam, keras, kontras dan

dinamis.

4) (b2) Pelana Jaran

Pelana pada jaran (b2) mempunyai arah dan gerak garis semu

vertikal dan garis semu horizontal. Dimana garis semu horizontal

mempunyai karakter tajam, damai dan pasti. Sedangkan garis semu

vertikal, mempunyai karakter stabil, kokoh, kuat, statis dan kaku. Irama

pada gambar (b2) ini mengandung repetisi dan transisi, serta oposisi.

5) (b3) Gigi Jaran

Gambar gigi jaran seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.52.,

mempunyai arah dan gerak garis sama dengan yang ditunjukkan oleh

pelana jaran pada gambar (b2). Dimana arah dan gerak garisnya adalah

garis semu vertikal dan garis semu horizontal. Sedangkan, irama yang

ditunjukkan pada gambar (b3) pada gambar 4.52., mempunyai irama

repetisi, transisi, dan oposisi.

6) (c) Ornamen Badan Jaran

Ornamen pada badan jaran seperti yang tergambar pada gambar

4.52, merupakan ornamen yang mempunyai arah dan gerak garis semu

horizontal, vertikal serta diagonal. Garis semu diagonal mempunyai

karakter yang dinamis, dan bergerak atau lari. Sedangakn garis semu

horizontal mempunyai karakteristik tajam, dan pasti. Garis semu vertikal,

mempunyai karakter kokoh, kuat, statis dan kaku. Seperti apa yang

ditunjukkan pada filosofi jaran yang mempunyai karakter kokoh, tajam,

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

serta bergerak. Jika ditinjau dari iramanya, ornamen pada badanjaran

mempunyai irama repetisi, transisi serta oposisi.

7) (d) Ornamen Segitiga Ekor Jaran

Gambar ornamen pada ekor jaran sama dengan gambar ornamen

zig zag pada garis segitiga yang mempunyai kedudukan di atas

permukaan bidang gambar, yaitu mempunyai arah dan gerak garis zig

zag segitiga pada kepala jaran, mempunyai arah dan gerak garis semu zig

zag yang mempunyai karakter dinamis, tajam, keras dan agak

mengerikan. Irama pada gambar (d) yang terdapat pada ekor juga dapat

disebut irama repetisi dan mengandung transisi. Sehingga hasilnya

bersifat harmonis, selaras, ada dinamika, dan lebih enak dinikmati oleh

penikmat.

3. Analisis Prinsip-Prinsip Dasar Seni dan Desain Kesenian Tradisi Jaran

Dor

a. Prinsip-Prinsip Dasar Seni dan Desain

Hasil karya seni rupa pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati

mempunyai tujuh prinsip dasar seni dan desain. Dari tujuh prinsip dasar

yang ada, disimpulkan tiga hal penting, yaitu: 1) unsur-unsur seni rupa

sebagai input 2) prinsip-prinsip dasar seni rupa sebagai metode,

sedangakan 3) hasil karya seni rupa sebagai outputnya. Ketujuh prinsip

tersebut dapat penulis jelaskan, sebagai berikut:

1) Irama atau ritme atau keselarasan

Irama pada Jaran Dor Turangga Putra Sejati terlihat pada anyaman,

karena bentuk anyaman tersebut dilakukan berulang-ulang. Dari irama

tersebut muncul suatu keselarasan, sehingga menjadikan tampilan Jaran

Dor tersebut terlihat bagus dan enak untuk dinikmati.

Selain dari anyaman yang ada, irama juga terlihat nyata pada seni

tari (gerak) dan musik (suara) Jaran Dor Turangga Putra Sejati.

Dalam hal ini, irama diartikan sebagai gerak yang berukuran

(teratur) dan mengalir. Dalam seni tari irama dapat berupa gerak

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

berulang (mengalir) dalam keberkalaan (keteraturan): lambat-cepat,

lemah-kuat, lembut-tangkas. Sedangkan dalam musik, irama dapat

berupa nada suara berulang dalam keberkalaan: Tinggi-rendah,

panjang-pendek, cepat-lambat. Dalam seni tari dan musik, irama dapat

dilihat dan didengar secara jelas. Sebagai contoh, untuk tarian Jaranan

pada saat berlatih dapat dinyatakan dalam 8 hitungan. Guru menghitung

biasanya 1-8 dan mempraktekan satu rangkaian gerak tari. Sedangkan

dalam pertunjukkannya, tari Jaranan dilakukan oleh empat orang penari.

Karena apabila tarian Jaranan dilakukan hanya dengan satu penari,

maka gerakan atau pertunjukkan yang dilakukan akan terlihat kaku.

Hitungan dan gerakan itu dilakukan berulang-ulang, sehingga ritme

tarinya benar-benar nampak. Irama juga dapat mempengaruhi keadaan

pada diri manusia. Karena denyut jantung manusia dipengaruhi oleh

irama musik yang didengarnya. Irama musik yang mempunyai nada

tunggal, yang cenderung monoton akan membuat orang mengantuk dan

tertidur.

Irama dengan nada keras, akan membuat orang menjadi

bersemangat. Sama halnya dengan tari tradisional Jaran Dor, karena

dengan irama musik yang cenderung berirama monoton dan keras akan

membuat penarinya nerveous dan ndadi. Irama musik yang sedemikian

rupa, juga dapat mempengaruhi para penonton yang melihat atraksi

tersebut. Sedangkan dalam musik (gendhing kendang, cimplung, jidhor,

terbang), iramanya pun dapat didengar secara jelas. Dilihat dari sisi

tempo, biasanya dapat ditentukan dari ketukan atau hentakan. 4/4, ¾

atau 2/4 yang diulang terus menerus dengan beberapa aksen. Sehingga

nada yang kita dengar naik turunnya maupun keras kontrasnya

disesuaikan dengan alunan lagu, seperti lagu gendhing jawa maupun

gendhing rohani atau islamiah dalam pertunjukkan Jaran Dor.

Dari Jaran Dor Turangga Putra Sejati, akan memperoleh desain

yang bermutu seni tinggi, maka harus memperhitungkan prinsip irama.

Seperti yang terlihat pada gambar (a1). Dalam ornamen kepala jaran

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

yang bergerak mengalir dari tempat satu ketempat yang lainnya, yang

dibuat meliku, sehingga tampak ritmik mengasyikkan. Ditambah

dengan warna yang kontras, maka akan menambah nilai keindahan.

Sedangkan pada gambar (a2) dan (d) terlihat gambar garis lurus yang

digambarkan oleh sang seniman membentuk garis zig zag. Dengan

irama dari besar ke kecil, dengan keberkalaan arah, vertikal, horizontal

dan diagonal, dan keberkalaan warna (panas-dingin), keberkalaan

tekstur (kasar-halus), keberkalaan gerak (kanan-kiri), serta keberkalaan

jarak (lebar-sempit). Untuk gambar (c) yaitu ornamen kotak pada badan

jaran apabila ditinjau dari seni rupa irama dapat berupa gerak berulang.

Tangga rupa satu nada terlihat pada kesenian tradisi Jaran Dor

kelompok Turangga Putra Sejati karya Supanto, yang terlihat pada

badan jaran, seperti yang terlihat pada ornamen repetisi kotak gambar

(c). Dimana gambar (c) juga menunjukkan bahwa objek yang disusun,

semuanya tersusun menyatu. Dapat menimbulkan kesan rapi, tenang,

resmi, berwibawa, statis dan menimbulkan efek kaku. Pada transisi

bentuk raut (irama laras harmonis), transisi bentuk ukuran, dan transisi

arah, akan melahirkan gerak susunan yang harmonis. Ini tejadi pada

ornamen kepala jaran yang terlihat pada gambar (b1) dan (b2) yang

terletak di bagian kepala jaran. Karena pada bagian (b1) dan (b2)

susunan secara repetisi hanya dengan menggunakan perubahan

kedudukan yang bergerak lurus secara horizon, vertikal atau diagonal,

maka pada susunan tersebut sebuah transisi terdapat perubahan

kedudukan yang bergerak melengkung.

2) Kesatuan (Unity)

Dari lukisan ornamen Jaran Dor Turangga Putra Sejati untuk

memiliki kesatuan yang tinggi harus mempunyai unsur repetisi, transisi,

serta oposisi yang selaras, berkaitan, dengan susunan yang berirama

dalam karya tersebut.

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

a) Kesatuan dengan Pendekatan Kesamaan-Kesamaan Unsur

Rupa Jaran Dor Turangga Putra Sejati

Dengan adanya pendekatan kesamaan untuk mencapai kesatuan,

dapat dilakukan dengan cara menyusun rupa secara total. Dimana

kesatuan dengan pendekatan ini dapat terlihat pada background jaran

yang terbuat dari anyaman plastik. Dimana anyaman plastik pada

jaran juga termasuk dari repetisi. Dimana repetisi tersebut secara

otomatis akan membawa pada kesatuan. Hal serupa juga terdapat

pada bentuk repetisi pada ornamen yang terdapat pada badan jaran

yang ditunjukkan pada gambar (c). Ini dapat terjadi karena adanya

suatu kesatuan dimana kesatuan tersebut terlihat utuh dan menarik

ketika dinikmati.

b) Menyusun Kesamaan-Kesamaan Unsur Raut Jaran Dor

Turangga Putra Sejati

Dimana dengan menyusun kesamaan unsur raut yang dibuat

sama, maka secara minimal kesatuan telah dapat dicapai. Hal serupa

dapat dilihat pada jaran dengan gambar (a2) dan (d) dimana kedua

gambar mempunyai bentuk raut garis zig zag sehingga menghasilkan

garis segitiga, yang kesemua gambar walaupun mempunyai ukuran

yang berbeda namun unsur rautnya sama. Secara garis besar, berarti

kesatuan (unity) nya sudah dapat tercapai.

3) Dominasi/Penekanan

Dominasi dari karya Jaran Dor Turangga Putra Sejati,

mempunyai point of interest. Jika ditinjau dari keseluruhan karya seni

rupa, Jaran Dor dan ornamennya, mempunyai dominasi keunikan.

Dimana dominasi ini terlihat pada bentuk badan jaran yang mempunyai

gambar atau desain yang berbeda, yaitu dengan menggunakan bentuk

segi empat di dalamnya, yang berbeda dengan desain segitiga yang ada

pada kepala maupun ekor jaran.

Dikatakan dominasi kelainan, karena pada karya tersebut,

bentuknya disendirikan atau dikeluarkan dari kelompoknya (berupa

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

desain segitiga). Dengan adanya dominasi pengasingan atau kelainan

ini, maka karya seni pada Jaran Dor akan terlihat harmonis, tidak

menyentak, tidak terlalu tajam/keras, namun tetap menarik perhatian.

4) Keseimbangan (Balance)

Pada karya seni kesenian tradisi Jaran Dor, memiliki

keseimbangan sederajat dan keseimbangan asimetris/tersembunyi.

Dimana keseimbangan sederajat juga terdapat pada kepala dan ekor

jaran. Ruang dan ornamen yang ada pada kepala jaran dengan ruang

dan ornamen yang ada pada kiri jalan, tidak persis sama, tetapi

memiliki besaran yang sederajat. Kemudian keseimbangan

asimetris/tersembunyi pun juga pada karya Jaran Dor karya Supanto ini.

Dimana pada karya ini jenis keseimbangan di mana ruang sebelah kiri

dan sebelah kanan dalam keadaan tidak sama muatan/bebannya, namun

secara keseluruhan tetap dalam keadaan seimbang. Keseimbangan

tersembunyi merupakan jenis keseimbangan yang dinamis, namun tidak

terkesan resmi.

5) Proporsi (Perbandingan)

Bentuk Jaran Dor Turangga Putra Sejati sudah sangat memenuhi

proporsi, yang meliputi ukuran secara repetisi, dan ukuran secara

transisi. Dari mulai ornamen kepala jaran. Pada ornamen kepala, antara

warna dengan media/luas permukaan itu sudah proporsi dan dipusatkan

pada ujung ornamen. Sehingga terlihat lebih menarik dan indah untuk

dipandang. Pada ekor jaran, susunan bentuk atau garis dengan

mengandung hubungan secara transisi. Dimana terjadi perubahan

dengan variasi dekat. Dari sana terlihat garis lurus diagonal dalam

bentuk zig zag yang mengalami transisi dari bentuk besar kecil ke besar.

Dimana garis zig zag diletakkan di sepanjang tepi ekor jaran. Pada

bagian badan jaran, terdapat ukuran susunan garis yang berbentuk segi

empat, dengan ukuran sama panjang yang mengalami repetisi

(pengulangan).

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

6) Kesederhanaan (Simplicity)

Kesederhanaan yang dimaksud ini dari bentuk karya seni Jaran

Dor terlihat sederhana. Dalam artian karya seni tersebut tidak lebih dan

tidak kurang (pas). Dikatakan pas karena penyusunan karya seni dan

desain pada Jaran Dor saat penataan, mempunyai obyek atau elemen

yang sesuai dengan pertimbangan prinsip seni rupa, yaitu irama,

kesatuan, dominasi, dan proporsi.

7) Kejelasan (Clarity)

Dari semua unsur seni rupa yang ada pada Jaran Dor Turangga

Putra Sejati apabila sudah dapat dimengerti dari semua maksud dan isi

desain, maka penikmat karya akan lebih mudah memahami bentuk dari

karya tersebut yang tidak lain adalah bentuk Jaran Dor.

D. Aspek Edukasi Jaran Dor

Kesenian tradisi Jaran Dor khas daerah Jombang tidak hanya mempunyai

kegiatan secara ritual maupun spiritual serta hiburan bagi penikmat seni saja.

Namun kesenian tradisi Jaran Dor juga mempunyai sisi edukatif. Dimana segi

edukatif yang ada pada kesenian tradisi Jaran Dor sangatlah banyak, apabila

dikaji dan diteliti lebih mendalam. Aspek edukasi terlihat pada pendidikan

karakter yang tertuang dengan folklor (Etika, Tradisi, Budi Pekerti dan Mistik

Kejawen serta Agama dan kearifan lokal) Jaran Dor, serta aspek edukasi juga

terlihat pada pendidikan formal. Hal senada juga diungkapkan oleh Nasrul

Illahi, seorang pemerhati seni yang mempunyai background seksi kebudayaan

di Pemda Jombang:

“Kalau dilihat kembali, Kesenian tradisi Jaran Dor banyak sekali

makna edukatif yang didapat di dalamnya. Karena memang kesenian

ini mempunyai potensi besar dalam sejarah perkembangan

kebudayaan di daerah Jombang”. (Wawancara dengan Nasrul Illahi, 1

Februari 2014).

Adapun pendidikan formal dan pendidikan karakter yang tertuang dalam

folklor, dapat penulis terangkan sebagai berikut :

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

1. Folklor (Etika, Tradisi, Budi Pekerti dan Mistik Kejawen serta

Agama dan kearifan lokal) dalam Pendidikan Karakter Kesenian

Tradisi Jaran Dor.

Pendidikan karakter terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotor

dalam perilaku kehidupan manusia.Pendidikan yang baik, disebut sebagai

pendidikan yang berkarakter luhur, didalamnya harus dan sudah mencakup

etika serta etiket yang baik. Pendidikan karakter sendiri mempunyai artian

merupakan suatu nilai dan aturan baik maupun buruk yang diterapkan atau

diaplikasikan melalui kehidupan sehari hari. Pendidikan maupun

pengajaran luhur yang diwariskan oleh nenek moyang sangat penting

peranannya dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya untuk

menanamkan pendidikan kepada anak-anak, sebagai wadah untuk

pembentukan karakter atau watak seseorang. Peran keluarga, masyarakat

serta warisan kesenian tradisi sangat mempengaruhi tumbuh dan

berkembangnya seorang anak.

Etika merupakan keseluruhan suatu norma yang digunakan oleh

masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia akan menjalankan

kehidupannya. Etika dalam pembelajaran kampus dinamakan etika

akademik, sedangkan etika umum yang beredar dalam suatu masyarakat

dinamakan etika hidup. (Endraswara, 2011: 35), Etika hidup lokal adalah

etika mengenai mistik kejawen. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan

karakter, etika dan suatu tradisi sangat erat kaitannya dan saling

berhubungan satu dengan lainnya. Sangat terlihat pendidikan karakter dari

etika dan perilaku yang ditunjukkan oleh semua kelompok Turangga Putra

Sejati. Dimana watak semua pemain sudah menjiwai karakter sebagai

pekerja seni baik sebagai pada pemilik, pemain, maupun penari kesenian

Jaran Dor. Dalam hal ini, tradisi dalam pendidikan karakter mempunyai

peranan sangat penting didalamnya.

Pendidikan karakter dalam suatu tradisi dapat disampaikan melalui

suatu upacara adat maupun suatu upacara tradisional yang ada dalam suatu

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

daerah-daerah tertentu. Upacara tradisional pada kesenian tradisi Jaran Dor,

karena sangat lekat dengan adat masyarakat Jawa yang mempunyai model

prosesi dengan serangakaian kelengkapan khusus berupa sesaji, maka

pertunjukkan Jaran Dor tidaklah terlepas dari prosesi ritual keagamaan.

Mulai dari ritual malam satu Syuro, malam Jumat legi dan ritual sebelum

diadakannya pertunjukkan yang dilakukan oleh sesepuh/ orang yang

dituakan yang merupakan orang pintar maupun yang mempunyai keahlian

dalam hal mistik pada kelompok Turangga Putra Sejati. Selain itu, dalam

pendidikan karakter yang termuat dalam pertunjukkan Jaran Dor, juga

tidak terlepas dari nilai mistik kejawen yang didalamnya merupakan

agama Hindhu dan Islam yang diramu dalam Ilmu kebatinan Jawa.

Mistik kejawen yang ada dalam Jaran Dor, dilakukan dengan cara

pengendalian diri berupa semedi oleh sesepuh Jaran Dor dalam kelompok

Turangga Putra Sejati dan berpuasa serta berzikir juga dilakukan oleh para

penari Jaran Dor sebelum melakukan pertunjukkan Jaran Dor. Dengan

adanya semedi yang dilakukan oleh sesepuh, dan juga berpuasa serta

berzikir oleh para penari Jaran Dor diharapkan kegiatan tersebut akan

mencapai tahap bebas dari keduniawian yang akhirnya sampai pada

manunggaling kawulo Gusti.

Perilaku meditasi dalam mistik kejawen, juga diwujudkan secara

ritual. Dimana tata cara ritual berbeda sesuai dengan penganut kejawennya.

Adapun tata cara ritual Jaran Dor yang dilakukan oleh sesepuh di

kelompok Turangga Putra Sejati sebelum pertunjukkan dimulai, yang

dilakukan dengan cara: 1) Sebelum melakukan penghayatan ritual harus

sesuci dengan mencuci muka, tangan, kaki dan sebagainya, 2) Pakaian

ritual harus bersih, rapi dan sopan 3) Tempat ritual dapat dilakukan di

mana saja, yang biasanya dilakukan di tempat pertunjukkan sebelum

dimulainya pertunjukkan 4) Perlengkapan ritual, dapat menggunakan alas

ataupun tidak 5) Sikap dalam ritual harus duduk secara terus menerus

sambil memejamkan mata, tangan bebas dan serasi, dan sikap kepala atau

muka biasanya menunduk 6) Arah penghayatan biasanya bebas serasi 7)

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Upacara doa dalam ritual: mengucapkan doa dalam hati, yang biasanya

mengucapkan mantra tertentu dengan tujuan untuk meminta restu kepada

Allah dan meminta izin terhadap danyang-danyang di tempat sekitar

pertunjukkan, agar tidak mengganggu jalannya pertunjukkan Jaran Dor.

Segala aktivitas mistik kejawen Jaran Dor mempunyai aspek religi.

Dimana kehidupan manusia adalah bagian dari kosmos. Sehingga ada

hubungan antara mikrokosmos (diri manusia/jagad cilik dengan

makrokosmos/jagad gede). Untuk mengkaitkan dua alam ini, manusia

melakukan tindakan ritual untuk mencari ketenangan batin, dan

kemantapan penerimaan terhadap kejadian apa adanya, dan sikap

menyerah atau pasrah, dan melalui kesadaran pula akan mendapatkan

ngelmu bukan ilmu saja. Sehingga ngelmu diperoleh melalui meditasi,

membaca mantra, berzikir, berpuasa dan sebagainya. Dapat disimpulkan

bahwa tingkat spiritualitas seperti mantra dan mistik kejawen yang ada

pada kesenian tradisi Jaran Dor merupakan suatu bentuk tradisi lisan yang

menuntun pendidikan karakter agar manusia mengetahui siapa Tuhannya.

Aktivitas mistik kejawen pada pertunjukkan Jaran Dor dapat

mengenalkan serta mengingatkan kembali kepada manusia bahwa suatu

hari, manusia pasti akan kembali kepada Tuhan. Dengan demikian ikatan

emosional dan kultural akan mewujudkan hubungan harmoni Kawulo lan

Gusti yang melalui ritual, seperti yang ada pada pertunjukkan Jaran Dor.

Dalam hal ini, diharapkan manusia akan lebih memegang teguh folklor

(adat istiadat sejak zaman dahulu yang mengikat tanpa adanya suatu

aturan), sebagai jalan lurus untuk menuju sangkan paraning dumadi yang

merupakan ajaran pendidikan karakter dan membentuk watak pada diri

manusia. Pada dasarnya, manusia akan kembali dan menghadap kepada

Tuhannya dalam keadaan jernih.

a) Budi Luhur dan Budi Pekerti dalam Pendidikan Karakter

Kesenian Tradisi Jaran Dor

Budi luhur dan budi pekerti merupakan istilah yang terkait

dengan pendidikan karakter dalam suatu budaya Jawa, dimana

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

keduanya merupakan istilah dari folklor spiritual, yang melukiskan

sikap dan perilaku manusia di dalamnya, budi luhur termasuk nilai

budayayang mengarah kepada pendidikan karakter masyarakat jawa,

adapun budi pekerti merupakan implementasi pendidikan karakter

dalam hidup manusia.

Dengan adanya budi luhur yang berkembang dalam masyarakat

Jawa melalui pertunjukkan budaya, dalam hal ini dapat dicontohkan

pada pertunjukkan seni tradisi Jaran Dor, diharapkan sekolah sebagai

lembaga formal yang merupakan ruang untuk membentuk budi pekerti

seorang anak. Dimana budi pekerti memang dibangun atas dasar watak

atau karakter seseorang, yang memang pada dasarnya peran

lingkungan amat penting di dalam pembentukan karakter dan watak

seseorang. Watak dari seseorang itu oleh sekolah digarap, agar hidup

siswa suatu saat akan mampu untuk mengendalikan dirinya.

Budi pekerti merupakan upaya pengendalian diri, agar seorang

anak dapat menjadi generasi masa depan, yang dapat dikendalikan.

Sebagai contoh adalah watak dasar penggoda budi pekerti, seperti yang

terlihat dari Pertunjukan Jaran Dor, ketika Pemain mengalami tahap

trance, dimana saat pemain ndadi atau kalap pemain harus dapat

mengendalikan nafsu amarah, aluwamah, dan supiah. Selain itu,

pemain harus mempunyai karakter mutmainah (watak yang bagus,

beribadah, menolong, dsb). Dalam hal ini agar suatu pendidikan

karakter bangsa sukses untuk kedepannya maka sekolah (pendidikan

formal) harus mengedepankan watak mutmainah agar siswa menjadi

siswa yang unggul.

b) Agama, Kearifan Lokal dalam Pendidikan KarakterKesenian

Tradisi Jaran Dor

Model pembelajaran Agama merupakan suatu pembelajaran

yang berbasis kearifan lokal, hal ini sangat penting karena sebelum

subjek didik berkenalan dengan agama, telah memiliki kearifan dalam

dirinya, kearifan lokal yang merupakan pandangan hidup, ilmu

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktifitas

yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjawab berbagai

permasalahan, yang hendak diraih dalam agama adalah masalah

keselamatan, dimana keselamatan biasanya ditandai dengan

ketenangan yang ingin dicapai oleh manusia. Untuk itu manusia

khususnya masyarakat Jawa biasanya menjalankan ritual. Seperti

pelaksanaan ritual yang ada pada kesenian tradisi Jaran Dor yang

dilakukan oleh para sesepuh dan ketua kelompok sekaligis pemilik

kelompok Turangga Putra Sejati pada saat Jum’at legi, malam satu

Syuro, dan sebelum pertunjukkan dimulai yang dilakukan oleh sesepuh

atau sang empu dengan mengadakan ritual yang dilengkapi dengan

sesajen sebagai sarat dari ritual tersebut. Kearifan lokal yang ada pada

kesenian tradisi Jaran Dor seperti ritual yang dilakukan juga sangat

cocok dijadikan sebagai pijakan belajar tentang agama dalam suatu

masyarakat.

Kearifan lokal dalam pertunjukkan Jaran Dor memang sangat

dekat dengan agama dimana agama merupakan budaya. Batas antara

agama dan budaya memang sangat tipis, salah satu budaya yang telah

mengakar pada bangsa kita adalah kearifan lokal. Kearifan lokal adalah

sebuah kebijaksanaan yang memang berasal dari nenek moyang yang

diwariskan kepada generasi penerus agar mencapai tujuan hidup

didunia yang damai. Melalui kearifan lokal seperti aspek keagamaan

yang ada pada pertunjukkan kesenian tradisi Jaran Dor, seseorang yang

menonton atau mempelajari Jaran Dor akan melalui proses

pembelajaran agama melalui pertunjukkan tersebut, dengan cara yang

berbeda tanpa adanya rasa keterpaksaan pada dirinya.

Dalam hal ini segi keagamaan dalam pendidikan karakter pada

kesenian tradisi Jaran Dor tertuang dalam model pembelajaran dalam

bentuk stereotype learning dan experience learning. Dimana kedua

model ini dikenalkan melalui bentuk pemujaan dengan model meniru

atau stereotype. Pemujaan yang dimaksud adalah ritual sebagai sarana

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

untuk berdoa kepada Sang Pencipta serta meminta izin kepada

danyang setempat agar pertunjukkan yang dilaksanakan selamat.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa jenis Agama apapun tidak

terlepas dari proses ritual, yang masih erat kaitannya dengan mitos dan

kearifan lokal. Hal ini terbukti dengan para pemain Jaran Dor yang

beragama Islam juga melakukan prosesi ritual seperti bertapa, berpuasa

serta berdzikir sebelum melakukan adanya pementasan. Begitu juga

dengan pemilik dan sang empu pada kelompok Turangga Putra Sejati

yang melakukan ritual baik malam Jumat legi, malam Satu Syuro serta

pada pertunjukkan (Sebelum, saat dan setelah pertunjukkan) Jaran Dor.

Hal ini dikarenakan masyarakat Jawa masih percaya akan adanya

prosesi-prosesi ritual dalam wilayahnya. Dengan adanya ritual

bermunculan kesenian tradisi, maka ritual tersebut merupakan suatu

pendidikan agama. Dimana orang atau penonton dapat praktek

langsung dalam lapangan mulai dari menyiapkan ritual, mengundang

orang bahkan bekerja sama. Model ini dapat disebut experience

learning.

2. Aspek Edukasi Formal

Kesenian tradisi Jaran Dor membawa dampak positif dalam

perjalanan perkembangannya. Dimulai dari reputasi kesenian tradisi Jaran

Dor yang dicap ecek-ecek, hingga menjadi kesenian yang saat ini patut

diperhitungkan. Banyak sekali edukasi yang terdapat di dalamnya. Selain

itu, untuk mengenalkan kesenian tradisi ini kepada para generasi muda,

banyak sekali sekolah-sekolah yang menjadikan kesenian tradisi Jaran Dor

sebagai salah satu kesenian yang diangkat dalam ekstrakurikuler, dan

diangkat sebagai sumber bahan ajar kegiatan pembelajaran di sekolah.

Sebagai contoh adalah sekolah-sekolah dasar yang berada di perbatasan

Jombang dan Kediri disana sangat mengangkat nilai-nilai budaya

adiluhung ini dengan diadakannya ekstra di dalam sekolah tersebut, dan

untuk menjadikan para murid lebih antusias kembali, biasanya sekolah

menyajikan tarian Jaranan untuk sebuah acara kelulusan atau ulang tahun

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

sekolah. Namun, semua tergantung kepada kebijakan tiap sekolah, serta

tetap disesuaikan dengan potensi sekolah masing-masing.

Mata pelajaran Seni Budaya sekarang ini baik ditingkat Paud, SD,

SMP dan SMA merupakan mata pelajaran monolitik yang didalamnya

terdapat materi Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, Seni Teater yang

dituangkan dalam bentuk mengapresiasikan serta mengekspresikan karya

seni. Sebaliknya, apabila dilihat dari perkembangan edukasi Jaran Dor di

dalam kota khususnya daerah Jombang, tarian Jaran Dor yang ada didalam

kesenian ini, sudah dijadikan sebagai sumber bahan ajar namun hanya ada

pada sekolah yang mempunyai fasilitas gamelan dan ruang yang memadai

untuk pembelajaran tarian Jaranan tersebut. Selain itu, di dalam mata

pelajaran pengembangan diri juga diajarkan tarian Jaran Dor untuk

memperdalam materi pembelajaran yang diadakan pada pagi hari.

Pelaksanaannya terbukti di wilayah Jombang kota beberapa

sekolah di tingkat SD, SMP mengajarkan tentang seni karawitan dan tarian

Jaranan, karena disamping sarana alat musik karawitan di sekolah tersedia

dan mendukung, sekolah tersebut juga termasuk salah satu sekolah

Adiwiyata Nasional. Selain itu sekolah tersebut mempunyai tenaga

pendidik atau Guru yang profesional dalam seni karawitan dan tarian

Jaranan, dan Guru tersebut sudah menguasai materi yang diajarkan kepada

anak didiknya.

Di Jombang juga terdapat sekolah yang berkeinginan mengajarkan

kepada siswanya tentang tarian Jaranan tetapi guru tidak tersedia atau

tidak menguasai, pada akhirnya pihak sekolah melakukan kerjasama dan

sekolah memberikan kepercayaan kepada sebuah lembaga informal yaitu

sebuah sanggar untuk melatih para peserta didiknya sampai bisa

menguasai seni karawitan dan seni Jaranan khas daerah Jombang. Karena

pada kesenian tari Jaranan, hampir mirip dengan kesenian khas Jombang

yaitu tari Remo. Salah satu sanggar seni yang telah mengadakan hubungan

kerjasama dan dipercaya oleh pihak sekolah di Jombang untuk mengisi

materi tarian, serta ekstrakurikuler adalah Sanggar Lung Ayu yang diasuh

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV … nikahan, atau bahkan hari besar seperti 17 Agustusan”. (Wawancara dengan Harjo Suyitno, tanggal 3 Januari 2014). Berangkat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

oleh Dian Sukarno. Seorang seniman, penulis, penari dan aktivis yang

berbakat dan merupakan putra terbaik Jombang.

Selain itu, Sanggar tari yang dimiliki oleh Dian Sukarno juga

mengajarkan tarian nusantara yang sangat terkenal di Indonesia maupun di

kanca mancanegara, yang memang kesemuanya sudah dirancang untuk

mengembangkan dan melestarikan kekayaan kesenian nusantara

khususnya wilayah Jombang.