DIFTERY
-
Upload
carla-amizha -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
Transcript of DIFTERY
-
8/3/2019 DIFTERY
1/12
Menkes Pertanyakan KLB Difteri Jatim
TRIBUNJATIM.COM,SURABAYA- Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu
Sedyaningsih mempertanyakan status kejadian luar biasa (KLB) terhadap
kasus penyakit difteri di Jatim.Alasan orang nomor satu di Kemenkes
tersebut, korban meninggal dunia akibat difteri tahun ini jauh lebih sedikitdibandingkan tahun 2010. Jika tahun lalu, korban meninggal mencapai 21
orang. pada 2011 ini hingga bulan Oktober korban meninggal baru 11
orang.Demikian disampaikan Gubernur Jatim Soekarwo, Jumat (21/10).
Menurut Soekarwo, Menkes sempat mempertanyakan status KLB difteri yang
ditetapkannya ketika dirinya menghubungi Endang lewat telpon. Namun
setelah diberi penjelasan, Menkes dapat menerima alasan penetapan status
KLB.Dengan status KLB ini akan memudahkan pengeluaran anggaran untuk
penanggulangan difteri di Jatim, ujar Soekarwo, Jumat (21/10/2011).Langkah
itu, kata Pakde Karwo dinilai penting, karena jika status KLB tidak ditetapkan,
Pemprov tak bisa membelanjakan anggaran untuk penanganan penyakit.
Karena sebelumnya memang tidak ada alokasi anggaran khusus untuk
itu.Makanya ke Bu Menteri Kesehatan saya sampaikan, ada 11 korban jadi
KLB-kan. Kalau nggak KLB nggak ada yang vaksinasi, Bu. Jadi KLB ini juga
untuk merekayasa kesehatan yang bagus, agar semua masyarakat
khususnya balita dan anak-anak ikut divaksinasi," jelasnya.Saat ini, penderita
difteri di Jatim yang terpantau sebanyak 333 orang. Sebagian besar adalah
anak-anak. Dari jumlah itu, yang meninggal dunia 11 orang. Penyakit difteri
tersebut sudah menjangkiti 34 kabupaten/kota.Kabupaten yang belum
terjangkit adalah Ngawi, Pacitan, Magetan, dan Trenggalek. Guna menekan
angka kematian dan kesakitannya, Pemprov menyediakan anggaran Rp 8
miliar.
==============================================
========================
A. Latar Belakang
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious
disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium
diphtheria yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama
bagian tonsil, Nasofaring (bagian antara hidung dan faring atau tenggorokan)
dan laring. Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat, udara yang
tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk
dan bersin penderita.
-
8/3/2019 DIFTERY
2/12
Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun. Dilaporkan 10
% kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian.
Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab
umum dari kematian bayi dan anak-anak muda. Penyakit ini juga dijmpai
pada daerah padat penduduk dingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu,
menjaga kebersihan diri sangatlah penting, karena berperan dalammenunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan
penularan penyakit.
Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyptheria, Pertusis, Tetanus), penyakit
difteri jarang dijumpai. Vaksi imunisasi difteri diberikan pada anak-anak
untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit
tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksi difteri akan lebih rentan
terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.
==============================================
========================
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Tujuan Umum
a) Untuk memenuhi tugas Mata Ajar Keperawatan Anak dengan Difteri
b) Diperoleh pengalaman dalam membuat Asuhan Keperawatan Anak denganDifteri
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan Difteri
b) Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien anak dengan Difteri
c) Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anak dengan Difteri
d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien anak dengan
Difteri
e) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anak dengan Difteri
C. Ruang Lingkup
Dalam penyusuna makalah ini penulis hanya membatasi masalah mengenai
Asuhan Keperawatan pada anak dengan Difteri.
-
8/3/2019 DIFTERY
3/12
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriftif, yaitu
dengan mengumpulkan data, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan,
dan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku, dikatat dan sumber
ilmiah lain yang berhubungan dengan judul dan permasalahan dalam karyatulis ini.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terjadi dari 4 bab yang disusun secara sistematika dengan urutan
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari Latar belakang, Tujuan, Ruang lingkup,
Metode penulisan, dan sitematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis yang meliputi pengertian, patofisiologi (yang terdiri
dari etiolagi, pejalanan penyakit, manifestasi klinis, komplikasi), danpenatalaksanaan.
BAB III : Asuhan Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian keperawatan,
Diagnosa keperawatan,Perencanaan keperawatan, Pelaksanaan
keperawatan, Evaluasi keperawatan.
BAB IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Difteri adalah suatu penyakit infeksi toksik akut yang menular, disebabkan
oleh corynebacteri um diphtheriae dengan ditandai pembentukan
pseudomembran pada kulit dan atau mukosa.
Difteri adalah suatu infeksi demam akut, biasanya ditenggorok dan paling
sering pada bulan-bulan dingin pada daerah beriklim sedang. Dengan adanya
imunisasi aktif pada masa anak-anak dini.
(Merensien kapian Rosenberg, buku pegangan pediatric, Hal. 337)
Difteri adalah suatu infeksi, akut yang mudah menular dan yang sering
diserang adalah saluran pernafasam bagian atas dengan tanda khas
timbulnya pseudomembran.
(Ngastiyah perawatan anak sakit, edisi 2 Hal. 41)
Diferi adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari
-
8/3/2019 DIFTERY
4/12
corynebacterium diphtheriae (c. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian
atas murosasaluran pernafasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang
dapat dirasakan ialah sakit letak dan demam secara tiba-tiba disertai
tumbuhnya membrane kelabu yang menutupi tansil serta bagian saluran
pernafasan.
(www.podnova.com)
Difteri adalah suatu penyakit bakteri akut terutama menyerang tansil, faring,
laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-
kadang konjungtiva atau vagina.
(www.padnova.com)
2. Patofisiologi
a. Etiologi
Penyebabnya adalah bakteri corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini
ditularkan melalui percikan ludah yang dari batuk penderita atau benda
maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Biasanya bakteri
berkembang biak pada atau disekitar permukaan selaput lendir mulut atau
tenggorokan dan menyebabkan peradangan beberapa jenis bakteri ini
menghasilkan teksik yang sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan
pada jantung dan otak. Masa inkubasi 1-7 hari (rata-rata 3 hari). Hasil difteria
akan mati pada pemanasan suhu 60oc selama 10 menit, tetapi tahan hidup
sampai beberapa minggu dalam es, air, susu dan lender yang telah
mengering.
c. Manifestasi Klinis
Masa tunas 3-7 hari khas adanya pseudo membrane, selanjutnya gejala klinis
dapat dibagi dalam gejala umum dan gejala akibat eksotoksin pada jaringan
yang terkena. Gejala umum yang timbul berupa demam tidak terlalu tinggi
lesu, pucat nyeri kepala dan anoreksia sehingga tampak penderita
sangatlemah sekali. Gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas untuk
setiap bagian yang terkena seperti pilek atau nyeri menelan atau sesak nafas
dengan sesak dan strides, sedangkan gejala akibat eksotoksin bergantung
kepada jaringan yang terkena seperti iniokorditis paralysis jaringan saraf
atau nefritis.
a. Klasifikasi :
1. Difteria hidung
Gejalanya paling ringan dan jarang terdapat (hanya 2%). Mula-mula hanya
tampak pilek, tetapi kemudian secret yang keluar tercampur sedikit yang
http://www.podnova.com/http://www.padnova.com/http://www.padnova.com/http://www.podnova.com/ -
8/3/2019 DIFTERY
5/12
berasal dari pseudomembren. Penyebaran pseudomembran dapat pula
mencapai foring dan laring.
2. Difteria faring dan tonsil (difteria fausial)
Paling sering dijumpai (I 75%). Gejala mungkin ringan. Hanya berupa radang
pada selaput pada selaput lendir dan tidak membentuk pseudomembran,
dapat sembuh sendiri dan memberikan imunitas pada penderita.
Pada penyakit yang lebih berat, mulainya seperti radang akut tenggorok
dengan suhu yang tidak terlalu tinggi dapat ditemukan pseudomembran
yang mula-mula hanya berapa bercak putih keabu-abuan yang cepat meluas
ke nasofaring atau ke laring, nafas berbau dan timbul pembengkakan
kelenjar regional sehingga leher tampak seperti leher sapi (bull neck)
Dapat terjadi salah menelan dan suara serak serta stridor inspirasi walaupun
belum terjadi sumbatan faring. Hal ini disebabkan oleh paresisi palatum
mole. Pada pemeriksaan darah dapat terjadi penurunan kadar haemoglobin
dan leukositosis, polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit dan kadar
albumin, sedangkan pada urin mungkin dapat ditemukan albuminuria ringan.
3. Diftheria Laring dan trachea
Lebih sering sebagai penjalaran difteria faring dan tonsil (3 kali lebih banyak
dari pada primer mengenai laring. Gejala gangguan jalan nafas berupa suara
serak dan stridor inspirasi jelas dan bila lebih berat dapat timbul sesak nafas
hebat. Slanosis dan tampak retraksi suprastemal serta epigastrium.
Pembesaran kelenjar regional akan menyebabkan bull neck. Pada
pemeriksaan laring tampak kemerahan sembab, banyak secret dan
permukaan ditutupi oleh pseudomembran. Bila anak terlihat sesak dan payah
sekali maka harus segera ditolong dengan tindakan trake ostomi sebagai
pertolongan pertama.
4. Diftheria Faeraneus
Merupakan keadaan yang sangat jarang sekali terdapat. Tan Eng Tie (1965)
mendapatlan 30% infeksi kulit yang diperiksanya megandung kuman
diphtheria. Dapat pula timbul di daerah konjungtiva, vagina dan umbilicus.
d. Komplikasi
a. Aluran Pernafasan
Obstruksi jalan nafas dengan segala bronkopnemonia atelaktasio
b. Kardiovaskuler
Miokarditir akibat toksin yang dibentuk kuman penyakit ini
-
8/3/2019 DIFTERY
6/12
c. Urogenital
Dapat terjadi Nefritis
d. Susunan daraf
Kira-kira 10% penderita difteria akan mengalami komplikasi yang mengenaisystem susunan saraf terutama system motorik
Paralisis / parese dapat berupa :
1. Paralasis / paresis palatum mole sehingga terjadi rinolalia, kesukaran
menelan sifatnya reversible dan terjadi pada minggu ke satu dan kedua.
2. Paralisis / paresis otot-otot mutu, sehingga dapat mengakibatkan
strabisinus gangguan akomodasi, dilatasi pupil atau ptosis, yang setelah
minggu ke tiga.
3. Paralisis umum yang dapat timbul setelah minggu ke 4, kelainan dapat
mengenai otot muka, leher anggota gerak dan yang paling penting dan
berbahaya bila mengenai otot pernafasan.
3. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Mandiri
Terdiri dari : Perawatan yang baik, istirahat mutlak ditempat tidur, isolasi
penderita dan pengawasan yang ketat atas kemungkinan timbulnya
komplikasi antara lain pemeriksaan EKG tiap minggu.
2. Penatalaksanaan Medis
a. Anti Diphteria Serum (ADS) diberikan sebanyak 20.000 untuk hari selama 2
hari berturut-turut dengan sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata bila
ternyata penderita peka terhadap serum tersebut, maka harus dilakukan
desentitisasi dengan cara besderka
b. Antibiotika diberikan penisilan 50.000 untuk kgbb/hari sampai 3 hari bebas
panas. Pada penderita yang dilakukan trakeostomi, ditambahkan
kloramfenikol 75 mm/kg bb/hari dibagi 4 dosis.
c. Kortikosteroid obat ini di maksudkan untuk mencegah timbulnya
komplikasi miokarditis yang sangat berbahaya. Dapat diberikan prednison 2
mg/kkbb/hari selama 3 minggu yang kemudian dihentikan secara bertahap.
==============================================
=========================
Penyakit Difteri saat ini menjadi momok menakutkan bagi masyarakat di
-
8/3/2019 DIFTERY
7/12
Jawa Timur. Betapa tidak, sejak Januari hingga sekarang, ada 328 orang yang
terkena difteri di Jawa Timur. Sebagian besar adalah anak-anak. Dari jumlah
itu, 11 orang meninggal dunia.
Penyakit ini memang terdengar masih asing di telinga kita. Oleh karena itu,
untuk mengetahui lebih dalam tentang penyakit tersebut, berikut adalahkupasan lengkapnya dari MayoClinic.
Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium
diphtheriae, yang biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan.
Difteri umumnya menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar
bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan
kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada
akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian.
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri
saat menelan, pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di
leher, dan terbentuknya sebuah membran tebal abu-abu menutupi
tenggorokan dan amandel, sulit bernapas atau napas cepat, demam, dan
menggigil.
Tanda dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang menjadi
terinfeksi. Orang yang terinfeksi C. Diphtheria seringkali tidak merasakan
sesuatu atau tidak ada tanda-tanda dan gejala sama sekali.
Orang yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal sebagai carier
(pembawa) difteri. Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia,
baik sebagai penderita maupun sebagai carier.
Tipe kedua dari difteri dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan nyeri
kemerahan, dan bengkak yang khas terkait dengan infeksi bakteri kulit
lainnya. Sementara itu pada kasus yang jarang, infeksi difteri juga
mempengaruhi mata.
Penularan
Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:
* Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan
melepaskan uap air yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di
sekitarnya terpapar bakteri tersebut.
* Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang-
barang pribadi seperti gelas yang belum dicuci.
* Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui
-
8/3/2019 DIFTERY
8/12
barang-barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan,
seperti handuk atau mainan.
Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut
apabila menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi. Orang yang telah
terinfeksi bakteri difteri dan belum diobati dapat menginfeksi orangnonimmunized selama enam minggu - bahkan jika mereka tidak
menunjukkan gejala apapun.
Faktor risiko
Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi:
Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru
Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak
sehat
Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan
Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri
Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan
Eropa, karena telah mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama beberapa
dekade. Namun, difteri masih sering ditemukan pada negara-negara
berkembang di mana tingkat imunisasinya masih rendah seperti halnya yang
saat ini terjadi di Jawa timur.
Komplikasi
Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:
* Gangguan pernapasan
C. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di
daerah hidung dan tenggorokan. Infeksi tersebut menghasilkan membaran
putih keabu-abuan (psedomembrane) terdiri dari membran sel-sel mati,
bakteri dan zat lainnya. Membran ini dapat menghambat pernapasan.
* Kerusakan jantung
Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak
jaringan lain dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan
komplikasi seperti radang pada otot jantung (miokarditis). Kerusakan jantung
akibat miokarditis muncul sebagai kelainan ringan pada elektrokardiogram
yang menyebabkan gagal jantung kongestif dan kematian mendadak.
* Kerusakan saraf
-
8/3/2019 DIFTERY
9/12
Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada
tenggorokan, di mana konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan
kesulitan menelan. Bahkan saraf pada lengan dan kaki juga bisa meradang
yang menyebabkan otot menjadi lemah. Jika racun ini merusak otot-otot
kontrol yang digunakan untuk bernapas, maka otot-otot ini dapat menjadi
lumpuh. Kalau sudah seperti itu, maka diperlukan alat bantu napas.
Dengan pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri dapat bertahan dari
komplikasi ini, namun pemulihannya akan berjalan lama.
Perawatan dan obat-obatan
Difteri adalah penyakit yang serius. Para ahli di Mayo Clinic, memaparkan,
ada beberapa upaya pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya:
* Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri,
anak yang terinfeksi atau orang dewasa harus menerima suatu antitoksin.
Antitoksin itu disuntikkan ke pembuluh darah atau otot untuk menetralkan
toksin difteri yang sudah terkontaminasi dalam tubuh.
Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi kulit
untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi
terhadap antitoksin. Dokter awalnya akan memberikan dosis kecil dari
antitoksin dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.
* Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau
eritromisin. Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh dan
membersihkan infeksi. Anak-anak dan orang dewasa yang telah terinfeksi
difteri dianjurkan untuk menjalani perawatan di rumah sakit untuk
perawatan.
Mereka mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat
menyebar dengan mudah ke orang sekitar terutama yang tidak mendapatkan
imunisasi penyakit ini.
Pencegahan
Jika Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah pergi ke
dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Dokter mungkin
akan memberi Anda resep antibiotik untuk mencegah infeksi penyakit itu.
Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih banyak.
Pemberian antibiotik juga diperlukan bagi mereka yang diketahui sebagai
carrier (pembawa) difteri.
Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Penyakit ini tidak hanya
dapat diobati tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin difteri
-
8/3/2019 DIFTERY
10/12
biasanya dikombinasikan dengan vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang
dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis.
Versi terbaru dari vaksin ini dikenal sebagai vaksin DTaP untuk anak-anak
dan vaksin Tdap untuk remaja dan dewasa. Pemberian vaksinasi sudah dapat
dilakukan saat masih bayi dengan lima tahapan yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.Vaksin difteri sangat efektif untuk
mencegah difteri. Tapi pada beberapa anak mungkin akan mengalami efek
samping seperti demam, rewel, mengantuk atau nyeri pasca pemberian
vaksin. Pemberian vaksin DTaP pada anak jarang menyebabkan komplikasi
serius, seperti reaksi alergi (gatal-gatal atau ruam berkembang hanya dalam
beberapa menit pasca injeksi), kejang atau shock. Untuk beberapa anak
dengan gangguan otak progresif - tidak dapat menerima vaksin DTaP
==============================================
===================
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian
atas. Penyakit ini dominan menyerang anak anak, biasanya bagian tubuh
yang diserang adalah tonsil, faring hingga laring yang merupakan saluran
pernafasan bagian atas.
Ciri yang khusus pada difteri ialah terbentuknya lapisan yang khas selaput
lendir pada saluran nafas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf.
Penyebab Penyakit Difteri:
Penyebab penyakit difteri adalah jenis bacteri yang diberi nama
Cornyebacterium diphteriae.
Cara Penularan Penyakit Difteri:
Difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung.
Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau bersin
membawa serta kuman kuman difteri. Melalui pernafasan kuman masuk ke
dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan penyakit difteri
dari seorang penderita kepada orang orang disekitarnya.
Gejala Penyakit Difteri:
Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat Celcius,
Batuk dan pilek yang ringan.
Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
-
8/3/2019 DIFTERY
11/12
Mual, muntah , sakit kepala.
Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu abuan
kotor.
Kaku leher
Akibat Penyakit Difteri:
Setelah melalui masa inkubasi selama 2-4 hari kuman difteri membentuk
racun atau toksin yang mengakibatkan timbulnya panas dan sakit
tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan terbentuknya selaput putih di
tenggorokan akan menimbulkan gagal nafas, kerusakan jantung dan saraf.
Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan kelenjar limfe, selaput putih mata,
vagina. Komplikasi lain adalah kerusakan otot jantung dan ginjal.
Pengobatan Penyakit Difteri:
Pengobatan difteri tidak bisa dilaksanakan sendiri dirumah , segeralah di
rawat dirumah sakit jangan sampai terlambat. Karena difteri sangat menular
penderita perlu diisolasi. Istirahat total di tempat tidur mutlak diperlukan
untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah. Fisioterapi sangat
diperlukan untuk penderita yang sarafnya mengalami gangguan sehingga
mengakibatkan kelumpuhan. Tindakan trakeotomi diperlukan bagi penderita
yang tersumbat jalan nafasnya, dengan membuat lubang pada batang
tenggorokan.
Pencegahan Penyakit Difteri :
Difteri jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Berikanlah
imunisasi pada bayi umur dua bulan sebanyak tiga kali dengan selang satu
bulan. Jenis imunisasi ini termasuk dalam Lima Imunisasi Dasar Lengkap.
Biasanya imunisasi ini berbarengan dengan imunisasi polio, hepatitis B.
Sedangkan imunisasi Difteri tergabung dalam Imunisasi D P T atau Difteri,
Pertusis dan Tetanus. Untuk bayi umur sembilan bulan dilengkapi dengan
imunisasi Campak (Morbili) . Segeralah imunisasi anak anda di Posyandu,
Puksemas atau pelayanan kesehatan lainnya.
==============================================
======================
-
8/3/2019 DIFTERY
12/12