Diet tinggi kalori tinggi protein.doc

3
Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP) adalah diet yang mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur, dan daging, atau dalam bentuk minuman enteral energi tnggi protein tinggi. Pemberian diet ini bila pasien telah memiliki cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat dan mencegah atau mengurangi kerusakan jaringan tubuh, menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal. Syarat-syarat diet tinggi kalori tinggi protein adalah 1).Energi tinggi, yaitu 40 – 45 kkal/kg, 2).Protein tinggi, yaitu 2,0 – 2,5 g/kg, 3).Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total., 4).Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total, 5).Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal. 6). Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna. Indikasi pemberian diet ini adalah kepada pasien yang : 1). Kurang energi protein (KEP) 2).Sebelum dan sesudah operasi tertentu, serta selama radioterapi dan kemoterapi. 3). Luka bakar berat dan baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi, 4). Hipertiroid, hamil, post- partum atau keadaan lemas badan dimana kebutuhan energi meningkat., 5) Anemia oleh karena berbagai sebab. Pada pasien ini, harapannya dengan pemberian asupan tinggi kalori dan protein, dapat membantu perbaikan kondisi pasien. Pemberian suplemen vitamin B6, B12, serta asam folat berguna dalam pembentukan sel darah merah. Asam folat memiliki mekanisme partisipasi dalam sintesa DNA dan eritropoesis, meskipun penggunaan vitamin ini tidak efekif secara tunggal pada kondisi anemia pernisiosa, aplastik atau anemia normositik. Suplemen ini banyak digunakan pada anemia megaloblastik oleh karena kekurangan asam folat, anemia yang bersumber dari nutrisi, kehamilan, dan peningkatan serum homocysteine. Pyridoxine (vitamin B6) adalah suplemen lainnya yang juga bermanfaat dalam memperbaiki kondisi

description

ccccccc

Transcript of Diet tinggi kalori tinggi protein.doc

Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP) adalah diet yang mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur, dan daging, atau dalam bentuk mi

Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP) adalah diet yang mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur, dan daging, atau dalam bentuk minuman enteral energi tnggi protein tinggi. Pemberian diet ini bila pasien telah memiliki cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat dan mencegah atau mengurangi kerusakan jaringan tubuh, menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal. Syarat-syarat diet tinggi kalori tinggi protein adalah 1).Energi tinggi, yaitu 40 45 kkal/kg, 2).Protein tinggi, yaitu 2,0 2,5 g/kg, 3).Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total., 4).Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total, 5).Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal. 6). Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna. Indikasi pemberian diet ini adalah kepada pasien yang : 1). Kurang energi protein (KEP) 2).Sebelum dan sesudah operasi tertentu, serta selama radioterapi dan kemoterapi. 3). Luka bakar berat dan baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi, 4). Hipertiroid, hamil, post-partum atau keadaan lemas badan dimana kebutuhan energi meningkat., 5) Anemia oleh karena berbagai sebab. Pada pasien ini, harapannya dengan pemberian asupan tinggi kalori dan protein, dapat membantu perbaikan kondisi pasien.

Pemberian suplemen vitamin B6, B12, serta asam folat berguna dalam pembentukan sel darah merah. Asam folat memiliki mekanisme partisipasi dalam sintesa DNA dan eritropoesis, meskipun penggunaan vitamin ini tidak efekif secara tunggal pada kondisi anemia pernisiosa, aplastik atau anemia normositik. Suplemen ini banyak digunakan pada anemia megaloblastik oleh karena kekurangan asam folat, anemia yang bersumber dari nutrisi, kehamilan, dan peningkatan serum homocysteine. Pyridoxine (vitamin B6) adalah suplemen lainnya yang juga bermanfaat dalam memperbaiki kondisi anemia. Kekurangan zat ini terbukti dapat menyebabkan anemia,confusion, depresi, kecemasan, inflamasi mulut, bibir, dan lidah, meski sangat jarang namun dapat mengakibatkan kejang. Defisiensi cyanocobalamin (vitamin B12) dapat mengakibatkan anemia makrositik, kerusakan saraf, dan demensia. Cyanocobalamin memiliki fungsi dalam fungsi dan reaksi fisiologis dalam tubuh. Pemakaian kombinasi antara asam folat / cyanocobalamin (B12) / pyridoxine (B6) sebagai suplemen nutrisi pada gagal ginjal stadium akhir, dialisis, hiperhomosisteinemia, homosistinemia, sindrom malabsorbsi, dan defisiensi diet.

Anemia Aplastik diterapi dengan transfusi PRC (Packed Red Cell) 2 labu per hari hingga mencapai target Hb lebih dari sama dengan 10 g/dl. Tranfusi yang dilakukan terutama untuk memperbaiki kondisi penurunan Hb akibat pansitopeni anemia aplastik (kondisi pasien : Hb : 2,1 g/dl, Hematokrit : 7,5 %, Leukosit: 1640 /mm3, Trombosit: 72.000 /mm3). Tranfusi terutama adalahpacked red cell agar tercapai hemokonsentrasi, juga mencegah terjadinya alloimunisasi, serta transmisi berbagai penyakit terutama yang disebabkan oleh CMV. Hal ini ditujukan pula untuk menghambat terjadinya GVHD ( graft versus host disease ) serta memperbaiki prognosa apabila pasien mendapatkan terapi transplantasi sum sum tulang. Transfusi ini perlu untuk terus dilakukan hingga diagnosis dapat ditegakkan atau pasien mendapatkan terapi yang lebih spesifik seperti transplantasi sum-sum tulang atau imunosupresan.

Pemberian transfusi pada pasien ini ditujukan hingga pasien mendapatkan Hb lebih dari sama dengan 10 g/dl, meskipun secara teori, kadar 78 g/dl cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme pasien kecuali pada pasien dengan faktor resiko orang tua dan penyakit kardiovaskuler. Kelasi besi perlu dipertimbangkan pada pasien ini mengingat kondisi anemia menjadi kronis sehingga perlu terapi untuk mengeluarkan zat besi yang menumpuk di dalam tubuh, baik dengan deferoxamine atau defeasirox untuk mencegah terjadinya hemochromatosis sekunder.

Anemia defisiensi besi dapat diterapi dengan preparat besi oral maupun parenteral. Preparat oral diberikan 300 mg per hari (3-4 tablet 50-65 mg). Idealnya, preprat besi oral dikonsumsi pada saat perut kosong karena makanan menghambat absorbsi besi. 200-300 mg besi per hari meningkatkan absorbs besi sampai 50 mg per hari. Hal ini mendukung produksi eritrosit 3-4 kali pada sumsum tulang nomal dan stimulus eritropoietin yang cukup. Tujuan terapinya selain untuk memperbaiki anemia, juga menyediakan cadangan besi 0,5-1 gram. Untuk itu diperlukan pemberian suplemen besi selama 6-12 bulan. Efek samping pemberian preparat besi oral berupa nyeri perut, mual, muntah, dan konstipasi sehingga menyebabkan kurangnya compliance (Fauci, et al, 2011).

Preparat besi parenteral diberikan apabila pasien intoleran terhadap preparat oral, atau memerlukan besi secara akut, misalnya pada perdarahan gastrointestinal yang terus berlangsung. Preparat besi parenteral dapat diberikan dengan dua cara. Pertama, menggunakan dosis total yang diperlukan untuk mengoreksi defisit hemoglobin dan menyediakan cadangan besi 500 mg. Kedua, menggunakan dosis kecil berulang selama perode waktu tertentu, biasanya 100 mg tiap minggu selama 10 minggu. Preparat besi parenteral memiliki risiko anafilaksis. Gejala umum yang muncul beberapa hari setelah pemberian adalah atralgia, ruam kulit, dan demam(Fauci, et al, 2011).