Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

24
GAGAL GINJAL KRONIK Selain faktor keturunan, diabetes, hipertensi, infeksi, batu ginjal, gaya hidup dan pola makan juga sangat berpengaruh kejadian penyakit ginjal kronik yang berakibat pada gagal ginjal. Agar kondisi ginjal tidak semakin parah, perlu dilakukan diet khusus bagi pederita penyakit ginjal kronik. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun, dimana terjadi penurunan faal ginjal secara bertahap, progresif dan menahun. Pada kasus ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan diet normal. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjaldifus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada saluran kemih juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Pada awalnya beberapa penyakit ginjal kronik terutama menyerang glomerulus (glomerulonefritis), sedangkan yang lain terutama menyerang tubulus ginjal(pielonefritis atau penyakit polistik ginjal atau dapat juga menggangu perfusi darah pada parenkim ginjal (nefrosklerosis). Tetapi bila proses penyakit tidak dihambat, maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut. Meskipun penyebabnya banyak gambaran klinis gagl ginjal kronik sangat mirip satu dengan yang lain oleh karena gagal ginjal progresif dapat didefinisikan secara sederhana sebagai defisiensi secara sederhana sebagai defisiensi jumlah nefron

Transcript of Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

Page 1: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

GAGAL GINJAL KRONIK

Selain faktor keturunan, diabetes, hipertensi, infeksi, batu ginjal, gaya hidup dan pola

makan juga sangat berpengaruh kejadian penyakit ginjal kronik yang berakibat pada gagal

ginjal. Agar kondisi ginjal tidak semakin parah, perlu dilakukan diet khusus bagi pederita

penyakit ginjal kronik.

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,

biasanya berlangsung beberapa tahun, dimana terjadi penurunan faal ginjal secara bertahap,

progresif dan menahun. Pada kasus ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk

mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan diet normal.

Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal.

Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjaldifus dan bilateral, meskipun

lesi obstruktif pada saluran kemih juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik.

Pada awalnya beberapa penyakit ginjal kronik terutama menyerang glomerulus

(glomerulonefritis), sedangkan yang lain terutama menyerang tubulus ginjal(pielonefritis atau

penyakit polistik ginjal atau dapat juga menggangu perfusi darah pada parenkim ginjal

(nefrosklerosis). Tetapi bila proses penyakit tidak dihambat, maka pada semua kasus seluruh

nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut.

Meskipun penyebabnya banyak gambaran klinis gagl ginjal kronik sangat mirip satu

dengan yang lain oleh karena gagal ginjal progresif dapat didefinisikan secara sederhana

sebagai defisiensi secara sederhana sebagai defisiensi jumlah nefron yang berfungsi dan

kombinasi gangguan yang pasti tidak dapat dielakkan lagi.

Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) adalah keadaan dimana terjadi

penurunan fungsi ginjal yang menahun disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit

ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversible). Gejalanya

biasanya ditandai dengan menurunnya nafsu makan, mual, pusing, muntah, rasa lelah,

sesak nafas, edema pada tangan dan kaki serta uremia. Apabila Tes Kliren Kreatinin

(TKK) <> 5,5 mEq), oliguria atau anuria. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin

sehari ditambah pengeluaran melalui keringat dan pernafasan (± 500 ml)

Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C dan

vitamin D.

Page 2: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

.  ETIOLOGI

Penyebab Gagal Ginjal kronik menurut Doenges, 1999;626 yaitu Glomerulonefritis,

infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis) proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen

(luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes).

Sedangkan penyebab gagal ginjal menurut Price 1992;817 dibagi menjadi 8 kelas antara

lain :

1. Infeksi Saluran Kemih

Secara mikrobiologis infeksi saluran kemih dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria yang

bermakna (ditemukan mikroorganisme patogen 10 5/ml pada kemih aliran tengah yang

dikumpulkan dengan cara yang benar). Abnormalitas dapat hanya berupa kolonisasai bakteri

dari kemuh ( bakteriuria asomtomatik) atau bakteriuria dapat disertai infeksi simtomatik dari

truktur-struktur saluran kemih. ISK umumnya dibagi menjadi 2 kategoro besar yaitu infeksi

saluran kemih bagian bawah ( uretritis,sistis, prostatis) dan infeksi saluran kemih atas

(pilonefritis akut). Organisme penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering ditemukan

adalah Eschericia coli, pada kebanyakan kasus organisme tersebut dapat mencapai kandung

kemih melalui uretra. Infeksi dimulai dari sistis , dapat terbatas di kandung kemih saja atau

dapat pula merambat ke atas melalui ureter sampai ke ginjal. Organisme juga dapat samapai

ke ginjal melalui aliran darah atau aliran getah bening. Kandung kemih dan bagian atas uretra

biasanya steril meskipun bakteri dapat ditemukan di bagian bawah uretra. Tekanan dari aliran

kemih menyebabkan saluran kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum

bakteri tersebut sempat menyerang mukosa.

2. Penyakit Peradangan misalnya Glomerulonefritis

Peradangan dimulai dalam glomerulus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau

hematuria. Meskipun lesi petama ditemukan pada glomerulus, tetapi seluruh nefron pada

akhirnya akan mengalami kerusakan , dan mengakibatkan gagal guinjal kronik.

3.        Penyakit vaskuler Hipertensif misalnya nefrosklerosis maligna, stenosis arteri

renalis

4.        Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritmatosus sisitemik,poliarteritis

nodosa, sklerosis sistemik progresif.

5.        Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis

tubulus ginjal.

6.        Penyakit metabolik misalnya DM , gout, hiperparatiroidisme,amiliodosis

Page 3: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

7.        Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal

8.        Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli neoplasma, fibrosis

netroperitonela. Saluran kemih bagian bawah : hipertropi prostat, struktur uretra, anomali

kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

PATOFISIOLOGI

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)

diduga sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi

dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat yang disertai reabsorbsi walaupun dalam

keadaan penurunun GFR atau daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal uintuk

berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih

besar daripada yang bisa direabsorbsi berakibat deurisis osmotik disertai poliuri dan haus.

Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai

retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan

muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjalbila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80 % -

90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai

15ml/menit atau lebih rendah. (Barbara C Long,1996 ;368).

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein ( yang normalnya diekskresikan di

dalam urin) tertimbun di dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.

Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala

uremia membaik setelah dialisis ( Brunner & Suddarth, 2001 : 1448). Perjalanan umum gagal

ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu :

a.  Stadium I (penurunan cadangan ginjal)

Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan

penderita asimtomatik.

b. Stadium 2 (Infusiensi ginjal)

Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (glumerulo Filtriation Rate besarnya 25%

dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar

kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar nurmal, azotemia ringan timbul nokturia dan

poliuria.

c.  Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)

Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari

norma,l kreatinin klirens 5-10ml permenit atau kurang . pada tahap ini kreatinin serum dan

kadar blood ureum nitrogen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.

Page 4: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

MANIFESTASIKLINIS

1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):

a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,

mudah tersinggung, depresi

b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas

baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada

tapi mungkin juga sangat parah.

2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi

cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung

kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada

lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot,

kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

a.Sistem kardiovaskuler

•Hipertensi

•Pitting edema

•Edema periorbital

•Pembesaran vena leher

•Friction subpericardial

b. Sistem Pulmoner

Krekel

• Nafas dangkal

• Kusmaull

• Sputum kental dan liat

c. Sistem gastrointestinal

• Anoreksia, mual dan muntah

• Perdarahan saluran GI

• Ulserasi dan pardarahan mulut

• Nafas berbau amonia

d. Sistem muskuloskeletal

• Kram otot

• Kehilangan kekuatan otot

• Fraktur tulang

Page 5: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

e. Sistem Integumen

• Warna kulit abu-abu mengkilat

• Pruritis

• Kulit kering bersisik

• Ekimosis

• Kuku tipis dan rapuh

• Rambut tipis dan kasar

f.Sistem Reproduksi

•Amenore

• Atrofi testis

PENCEGAHAN

Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali

tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan

kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan

kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.

Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi

sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis

dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress

(infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001)

KOMPLIKASI

1.      Diabetes Melitus

2.      Hipertensi

3.      Hiperkalemia

4.      Perikarditis

5.      Anemia

6.      Penyakit tulang

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara

sebagai berikut:

1. Pemeriksaan laboratorium

Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu

menetapkan etiologi.

2. Pemeriksaan USG

Page 6: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa

pembesaran ginjal.

3. Pemeriksaan EKG

Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan

gangguan elektrolit

4. Pemeriksaan Radiologi

Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan

Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen

tulang, foto polos

PENATALAKSANAAN

1. Dialisis (cuci darah)

2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,

furosemid (membantu berkemih)

3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat

4. Transfusi darah

5. Transplantasi ginjal

Penatalaksanaan Medis

Menurut Mansjoer (2001), penatalaksanaan medis pada pasien dengan gagal ginjal kronik

yaitu :

Tentukan dan tata laksana penyebabnya.

Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.

Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250-1000 mg/hari) atau diuretik loop

(bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk mencegah kelebihan cairan.

Diet tinggi kalori dan rendah protein

Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan

nausea dari uremia.

Kontrol hipertensi

Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan diatur

tersendiri tanpa tergantung tekanan darah. Diperlukan diuretik loop, selain obat

antihipertensi.

Kontrol ketidakseimbangan elektrolit

Hindari masukan kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari) atau diuretik hemat kalium,

obat-obat yang berhubungan dengan ekskresi kalium (misalnya, penghambat ACE dan obat

Page 7: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

antiinflamasi nonsteroid).

Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal

Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti aluminium hidroksida

(300 – 1800 mg) atau kalsium karbonat (500– 3000 mg) pada setiap makan.

Deteksi dini dan terapi infeksi

Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan diterapi lebih ketat.

Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal

Banyak obat yang harus diturunkan dosisnya karena metaboliknya toksis dan dikeluarkan

oleh ginjal. Misal : digoksin, aminoglikosid, analgesik opiat, amfoterisin.

Deteksi dan terapi komplikasi

Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis, neuropati perifer,

hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang mengancam

jiwa, sehingga diperlukan dialisis.

Persiapkan dialisis dan program transplantasi

Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi.

PENANGANAN GAGAL GINJAL KRONIK

Terapi Non Farmako

1. banyak protein disesuaikan dengan keadaan faal ginjal. Ini dapat diketahui dari nilai uji

kreatinin ( creatinine clearanse test = CCT) atau glomerulo filtration rate (GFR). Protein

dipilih yang bernilai biologi tinggi seperti yang terdapat dalam susu, telur dan daging.

2. lemak terbatas, diutamakan penggunakan lemak tak jenuh ganda.

3. natrium dibatasi pada kegagalan faal ginjal dengan hypertensi berat, hyperkalemia, edema,

oliguria, atau anuria.

4. kalsium dibatasi pada kegagalan faal ginjal glomerulus, bila urin kurang dari 400 ml per hari.

Pada kegagalan faal ginjal tubular pembatasan K tidak diperlukan.

5. Kalori adekuat, agar protein tubuh tidak di pecah untuk energi

6. banyak cairan adalah banyak urin maksimal sehari di tambah banyak cairan yang keluar

melalui keringant dan pernafasan ( ± 500ml perhari)

Page 8: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

Macam-macam diet dan indikasi pemberian

Diet Sesuai Berat Badan

Bagi anda Penderita gagal ginjal kronik, tentu perlu mengganti pola makan. Pengaturan pola

makan atau diet ini bertujuan untuk menjaga kesimbangan elektrolit, mineral, dan cairan pada

pada tubuh. Diet ini juga berfungsi untuk membatasi jumlah zat sisa metabolisme yang

tertimbun di dalam tubuh. Pengaturan diet sangat dianjurkan untuk disesuaikan sesuai dengan

tingkat gangguan fungsi ginjal pasien, dan secara umum harus memperhatikan beberapa

aspek sebagai berikut:

Tujuan Diet Ginjal:

1. Mempertahankan dan memperbaiki status gizi pasien,

2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

3. Menjaga agar penumpukan produk sisa metabolism tubuh tidak berlebihan,

4. Agar pasien dapat melakukan aktifitas dengan normal

Perbedaan pengaturan Diet Ginjal dengan Diet yang Lain:

1. Energy harus cukup untuk mencegah terjadinya katabolisme tubuh berlebihan,

2.  Untuk pasien gagal ginjal dianjurkan diet rendah protein,

3.  Pembatasan kalium

4. Pembatasan cairan, yaitu cairan yang masuk harus lebih sedikit dibandingkan yang

keluar tubuh, yaitu jumlah urine 24 jam dikurangi 500 cc,

5. Pembatasan jumlah garam (natrium)

Cara mengatur Diet Ginjal

1.  Hindarkan makanan dengan sebaik-baiknya dan menarik, sehingga menimbulkan

selera makan,

2.  Makan makanan yang padat kalori,

3.  Bila ada oedem (bengkak di kaki, tangan atau bagian tubuh lain) dan atau tekanan

darah tinggi, pasien harus mengurangi garam dan makanan yang mengadung natrium

dalam pengolahannya,

4. Sesuaikan jumlah cairan yang dikonsumsi dengan jumlah urine selama 24 jam

Page 9: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

5. Kurangi penggunaan lemak jenuh seperti santan dan lemak dari hewani seperti usus,

babat, ginjal, jantung otak dan lainnya,

6. Jauhi minuman beralkohol, kopi dan minuman berenergi,

7. Hindari bumbu penyedap rasa dan makanan yang mengandung pengawet

Tips Memasak Makanan untuk Pasien Gagal Ginjal

1.  Masakan lebih baik dibuat dalam bentuk kering, ditumis, dikukus, atau dipanggang,

2. Bila harus mengurangi garam, gunakan lebih banyak bumbu seperti bawang,

3. Cairan lebih baik dibuat dalam bentuk minuman.

Cara mengurangi kalium dalam bahan makanan:

1. Cuci sayuran, umbi, dan buah yang telah dikupas dan dipotong,

2.  Rendam dengan air hangat minimal 2 jam (jumlah air 10 kali lipat dari berat bahan

makanan)

3. Cuci bahan makanan dengan air mengalir dalam beberapa menit,

4. Rebus bahan makanan dengan jumlah air 5 kali berat bahan makanan.

Bahan makanan yang mengandung kalium tinggi:

1. Kelompok buah yang mengandung kalium tinggi: durian, nangka, nanas, pisang,

melon, jeruk

2. Kelompok buah yang memiliki kalium sedang: Apel Merah, apel hijau, belimbing,

semangka,

3. Kelompok Sayur memiliki kalium tinggi: bayam, kol, slada, tobat dan jenis kacang-

kacangan.

4. Kelompok sayur memiliki kelium sedang: kangkung, timun

Kebutuhan nutrisi tubuh sangat dipengaruhi dengan berat badan, karenanya diet

diberikan disesuaikan dengan berat badan pasien. Berdasarkan Penuntun Diet yang

disarankan oleh Instalasi Gizi Perjan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), jenis diet

digolongkan menjadi tiga, yaitu diet rendah protein I: Asupan protein 30 g dan diberikan

Page 10: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

kepada pasien dengan berat badan 50 kg. Diet protein rendah II, asupan protein 35 g

diberikan pasien dengan berat badan 60 kg. Diet protein rendah III, diberikan kepada pasien

dengan berat badan 65 kg. Makanan diberikan dalam bentuk makanan cair atau lunak untuk

meringankan organ pencernaan.

Menurut keadaan penderita dan berat penyakit dapat diberikan :

1. diit rendah protein 1 : 20 g protein

Di berikan kepada penderita kegagal faal ginjal berat dengan CCT 5-20 ml/ menit

dan kadar ureum darah di atas 100 mg %. Bentuk makanan tergantung keadaan penderita :

dapat cair, saring atau lunak. Makanan ini kurang dalam kalori, protein, kalsium, besi dan

tiamin. Diit ini hanya diberikan beberapa hari saja, sementara menunggu tindakan yang lebih

tepat seperti dialisa

Contoh menu diit protein 1

pagi Siang Sore

Bubur Bubur/nasi tim Bubur/nasi tim

Susu Telur ceplok Daging bistik

Tumis sayur Sup sayuran

Pepaya Pisang

Teh manis Teh manis

Pukul : 10.00 Pukul 16 .00 Pukul 20.00

Kue talam Agar-agar Sirup

Teh manis Teh manis

2. diit rendah protein II : 40 g protein

Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diit protein I , atau pada kegagalan faal

ginjal kronis yang tidak terlalu berat (CCT = 20-30 ml/menit) atau pada kegagalan faal ginjal

dengan pengobatan konservatif ( tanpa dialisa). Bentuk makanan lunak atau biasa. Makanan

ini cukup kalori dan semua zat gizi kecuali protein dan tiamin.

Pagi siang Sore

Nasi tim Nasi tim nasi tim

Telur ceplok Ikan panggang Daging bistik

Tumis labu Ca sayur Sup sayuran

Page 11: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

Susu Pepaya Pisang

Teh manis Teh manis

Pukul : 10.00 Pukul 16 .00 Pukul 20.00

Kue talam Agar-agar Pisang

Teh manis Teh manis susu

3. diit protein sedang : 60 g protein

Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diit rendah protein II atau pada

penderita kegagalan faal ginjal kronis ringan (CCT = 30-50 ml/menit) atau pada penderita

yang menjalani dialisa. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini

cukup kalori dan semua zat-zat gizi.

Bahan makanan yang harus di batasi

Sumber protein boleh di berikan dalam jumlah yang telah di tentukan ; sedapat mungkin

diberikan berbentuk protein hewan yang benilai biologi tinggi.

Contoh Bahan Makanan Satu Hari

Diet 30 g Protein

Beras 100 g

Telur ayam 50 g

daging 50 g

Sayuran 100 g

Papaya 200 g

Minyak 35 g

Gula pasir 60 g

Susu bubuk 10 g

Kue rendah protein seperti kue lapis, kue talam 150 g

Madu 20 g

Agar-agar 1 porsi

Diet 35 g Protein

Page 12: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

Beras 150 g

Telur ayam 50 g

Daging 50 g

Sayuran 150 g

Papaya 200 g

Minyak 40 g

Gula pasir 80 g

Susu bubuk 15 g

Kue rendah protein 150 g

Madu 20 g

Agar-agar 1 porsi

Diet 40 g Protein

Beras 150 g

Telur ayam 50 g

Daging 75 g

Sayuran 150 g

Papaya 200 g

Minyak 40 g

Gula pasir 100 g

Susu bubuk 20 g

Kue kue rendah protein 150 g

Madu 30 g

Agar-agar 1 porsi

Dianjurkan

Nasi, bihun, jagung, kentang, makaroni, mi, tepung-tepungan, singkong, ubi, selai,

madu, telur, daging ayam, daging, ikan, susu, minyak jagung, minyak sawit, semua sayuran

dan buah kecuali yan mengandung kalium tinggi bagi penderita hiperkalemia tidak

disarankan

Tidak Dianjurkan

Kacang-kacangan dan hasil olahannya (tahu tempe), kelapa, santan, minyak kelapa,

margarin, lemak hewan dan sayuran dan buah yang tinggi kalum

Page 13: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

Untuk sayuran dan buah-buahan, sebaiknya dipilih yang kandungan kaliumnya rendah.

Beirkut ini daftar sayuran rendah dan tinggi kalium

Tinggi Kalium

Pisang

Tomat

Ubi jalar

Kelapa muda

Nangka

Bayam

Sawi

Durian

Petai

Jantung pisang

Kentang

Rendah Kalium

Timun

Tauge

Kol

Pare

Semangka

Nanas

Jambu air

Belimbing

Pir

Jambu biji

Daun bawang

Lobak

Menu Diet Rendah Protein

Chicken Poridge

Page 14: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

Bahan:

3 sdm tepung maizena, larutkan dengan sedikit air

50 g daging ayam cincang

40 g wortel, parut

400 ml air

1 siung bawang putih, haluskan

½ sdm minyak jagung

¼ sdt garam halus

¼ sdt lada halus

Cara Membuat:

Panaskan minyak jagung, tumis bawang putih hingga harum. masukkan daging ayam

cincang, aduk hingga berubah warna.

Tuang air, masak sampai mendidih. Tambahkan wortel, lada dan garam. Masak sambil terus

di aduk hingga semua bahan matang. Angkat. Hidangkan.

Untuk 1 Porsi

Kurang Lebih Nutrisi/Porsi:

Protein: 8.8 g

Energi: 225.1 kkal

Lemak: 1.05 g

Kabohidrat: 47.6 g

Fruit Juice

Bahan:

60 g semangka, potong-potong

60 g kiwi, kupas, potong-potong

100 ml air jeruk manis

1 sdm air jeruk nipis

1 potong es batu

Cara Membuat:

Masukkan potongan semangka, kiwi, air jeruk nipis, air jeruk manis dan potongan es batu ke

dalam tabung blender. Haluskan hingga lembut.

Tuang ke dalam gelas saji. Hidangkan.

Untuk 1 Porsi

Page 15: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

Kurang Lebih Nutrisi/Porsi:

Protein: 0.8 g

Lemak: 0.6 g

Karbohidrat: 11.2 g

Energi: 98 kkal

PERAN KELUARGA

DEPRESI sering kali menghantui pasien yang tengah menjalani proses cuci darah

atau hemodialisa. Dukungan dari keluarga dan orang terdekat diperlukan untuk

menumbuhkan semangat pasien dalam menjalani pengobatan.

Penderita penyakit apapun, apalagi yang sudah masuk dalam tahap lanjut, umumnya

diliputi kemarahan dan depresi karena memikirkan kesakitan yang dideritanya. Karena itu,

selain faktor penanganan medis dengan peralatan memadai yang digunakan para dokter,

dukungan keluarga dan orang-orang terdekat sangat diperlukan dalam perawatan pasien

tersebut.

Begitu juga dengan pasien yang harus menjalani cuci darah atau dikenal dengan

istilah medis hemodialisa. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah yang didasarkan

pada pertukaran ion-ion dan partikel cairan darah melalui suatu membran dengan

menggunakan fungsi ginjal buatan (alat dialisa) untuk mengeluarkan sampah dan racun hasil

dari metabolisme tubuh. Tindakan hemodialisa ini dilakukan untuk menolong seseorang yang

fungsi ginjalnya menurun hingga di bawah 15 persen.

Penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan pasien bergantung pada tindakan

hemodialisa. Kenyataan tersebut sangat memengaruhi kesehatan fisik dan psikis pasien.

Spesialis penyakit dalam dari RSPremier Jatinegara dr JF Mukidjam SpPD mengatakan,

keluarga berperan penting dalam mendukung pasien hemodialisa.

”Karena keberhasilan tindakan hemodialisa secara langsung dipengaruhi oleh

kualitas tenaga medis, peralatan medis yang memadai, dan kondisi pasien sendiri,”tuturnya

Page 16: Diet Rendah Protein Untuk Penyakit Ginjal Kronik

dalam acara Gathering Pasien Hemodialisa di Auditorium RS Premier Jatinegara, Jakarta.

Saat ini, ungkap dia, tidak sedikit pasien hemodialisa bahkan keluarganya yang kemudian

membatasi komunikasi dengan orang lain saat mengetahui dirinya atau anggota keluarganya

harus menjalani hemodialisa dan berusaha menanggung bebannya sendiri. Padahal, terjadinya

komplikasi pada saat dilakukannya tindakan hemodialisa semakin besar ketika pasien

mengalami penurunan kondisi fisik dan psikis.

Komplikasi seperti kram otot, hipotensi, hingga perdarahan yang umumnya terjadi

saat tindakan hemodialisa disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari tiga hal, yaitu

mesin, pasien, dan teknik dialisa yang dipakai

”Pasien harus menjaga daya tahan tubuhnya dan mengurangi beban pikirannya

karena sakit yang diderita. Pasien harus didukung untuk kreatif dan ceria.Hal ini mutlak

mendapatkan dukungan dan kerja sama keluarga,” kata alumnus Universitas Katolik

Nijmegen, Belanda, ini. Faktor penyebab penderita melakukan hemodialisa, menurut

Mukidjam, umumnya karena infeksi saluran kencing, infeksi ginjal, batu ginjal, gagal ginjal,

dan ginjal bawaan.

”Pasien yang sering melakukan hemodialisa relatif lebih tua dari umurnya karena

metabolisme dalam tubuh, fosfor, dan kalsiumnya terganggu. Dia pun mengalami pengapuran

tulang atau osteoporosis,” ungkap dia

Mukidjam memaparkan, saat ini dikenal terdapat tiga alternatif untuk pengobatan

gagal ginjal. Pertama, membeli ginjal baru untuk dicangkokkan. Namun, di Indonesia masih

agak sulit untuk melakukan hal tersebut. Apalagi, sarana untuk transplantasi masih terbatas.

Kedua, dengan CAPD (continuius ambulatory peritoneal dialysis). Ini adalah sejenis

hemodialisa, tapi yang dibersihkan bukan darah, melainkan cairan dalam perut.

Adapun yang terakhir adalah hemodialisa. Seperti diketahui, menjalani perawatan

dengan hemodialisa bagi penderita gagal ginjal merupakan suatu hal yang cukup

menyesakkan dada, terutama dalam hal biaya. Sebab, satu kali hemodialisa, biayanya

berkisar antara Rp900.000 hingga Rp1 juta. Biaya tersebut di luar obat-obatan yang

dikonsumsinya. Pasien pun umumnya harus menjalani hemodialisa sekitar seminggu dua kali.

Karena itu, Dr Handoyo Rahardjo, Direktur Utama RS Premier Jatinegara, mengakui, masih

banyak masyarakat yang tidak mampu menjalankan pengobatan dengan hemodialisa.

Data terakhir Yayasan Peduli Ginjal (Yadugi) menunjukkan, saat ini terdapat 40.000

penderita gagal ginjal kronik (GGK) di Tanah Air. Dari jumlah itu, hanya sekitar 3.000

penderita yang mampu berobat dengan hemodialisa.