Dibalik Lebaynya Pemberitaan Prostusi Online
-
Upload
rii-edo-sal -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of Dibalik Lebaynya Pemberitaan Prostusi Online
Dibalik Lebaynya Pemberitaan Prostusi OnlineRedaksi – Minggu, 17 Mei 2015 11:30 WIB - ERA MUSLIM
Sejak kasus tewasnya Tata Chubby yang dibunuh pelanggannya di kamar kosan beberapa waktu lalu, aparat penegak hukum bekerja keras untuk mengungkap kasus ini. Bukan cuma kasus Tata Chubby, namun juga prostitusi online lainnya yang jauh lebih besar, seperti kasus AA, artis jadi-jadian yang menjajakan dirinya lewat jaringan maya. Bahkan, mucikarinya mengaku memiliki 200-an nama artis lainnya yang juga menjalani profesi sebagai Pelacur. Aparat penegak hukum menyatakan akan memanggil semua nama yang ada di dalam daftar pelacur milik sang mucikari.
Rilis resmi menyatakan, jika semua pelacur itu akan didata dan dibina agar kembali ke
jalan yang benar. Sebuah alasan klise, memang.
Percaya? Ya, mudah-mudahan memang benar, ratusan pelacur yang mengaku artis ini
akan dibuat sadar dan dikembalikan ke jalan yang lurus yang diridhoi Allah Swt.
Namun di sisi lain, penulis juga punya kisah sendiri terkait dengan prostitusi kelas atas
ini. Sumbernya seorang jenderal bintang empat yang saat ini masih aktif berada dekat
dengan Jokowi, masih sangat berkuasa, namun alhamdulillah penulis telah bersahabat
dengannya ketika Jokowi masih sibuk keliling kota Solo, naik turun got, mempromosikan
esemka sebagai mobil nasional, dan pencitraan lainnya.
Dalam beberapa kali pertemuan, baik di rumah pribadinya, rumah dinasnya di kawasan
Kuningan Jakarta, maupun sebuah tempat usaha pribadinya di Blok M, dalam obrolan
hangat penuh canda dan tawa, sang jenderal banyak memberikan informasi yang tidak
diketahui banyak orang.
Prostitusi kelas atas itu memang ada dan memang dibiarkan eksis. Pelanggannya? Ya
para pejabat dan pengusaha papan atas juga. Secara tidak resmi negara memang
memelihara ini. Mungkin sistem operasinya sama seperti intelijen kepada seorang agen
lapangannya, “Kamu saya tugaskan untuk menunaikan misi ini, namun jika kamu
tertangkap musuh atau diketahui masyarakat luas, kami tidak akan pernah
mengakuinya!”
“Banyak pejabat, baik sipil maupun militer, yang jika bepergian ke daerah itu memang
meminta disediakan wanita-wanita seperti itu. Mereka akan marah besar jika
keinginannya tidak diberikan. Ini nyata,” demikian pengakuan sang jenderal tadi.
Ketika penulis dengan usil bertanya apakah dia juga demikian, dengan tawa berderai dia
berkata, “Isteri saya selalu ikut kemana saya pergi…”
Terkait dengan akan dipanggilnya ratusan nama “artis” yang ada di dalam daftar pelacur
sang mucikari AA, jenderal tersebut tertawa kembali, “Iya, itu nanti didata. Datanya
disimpan sebagai stok jika ada pejabat yang berminat, ha ha ha…”
“Lho, bukannya mereka akan dibina dan disadarkan, Pak?” tanya penulis pura-pura naif.
“Kamu ini seperti bukan wartawan saja, negara ini sudah lama sakit. Sekarang ini kalo
mau masuk sekolah calon perwira saja ada ongkosnya, sampai ratusan juta hingga satu
miliar. Itu cuma sesajen. Institusi resmi pasti membantah hal ini, tapi saya kan tahu.
Korupsi sudah masuk ke mana-mana, tidak di sektor sipil tapi militer juga. Lalu ada anak
penggede negeri ini, anaknya itu sekarang perwira yang track-record di luaran
lumayan bagus. Dulu ketika dia (latihan) survival di hutan, bapaknya yang jenderal
bintang empat memerintahkan supaya sebuah helikopter mendrop makanan dari atas
untuk anaknya yang lagi ada di hutan itu. Pake GPS dia. Jadi ya seperti itulah
kenyatannya. Kualitas mereka ini sekarang tidak bagus-bagus, karena sistem yang
rusak dan juga tidak pernah berperang di medan tempur yang sesungguhnya. Mereka
cuma latihan dan latihan perang terus dengan segala keterbatasannya…”
“Dan soal kasus prostitusi online yang sekarang dibesar-besarkan media, sebagian
kalangan curiga jika hal ini untuk menutupi sesuatu. Bagaimana Pak?”
“Iya, memang benar demikian. Soal prostitusi online itu bukan barang baru. Sudah
sangat lama. Dan sekarang memang terlalu dibesar-besarkan. Media sekarang ini
banyak yang bukan lagi pilar demokrasi, tapi sudah berubah fungsi menjadi corong
propaganda. Propaganda untuk melayani kepentingan sang pemilik atau orang yang
membayarnya. Banyak wartawan, walau tidak semuanya, yang menerima amplop
bulanan dari para pejabat atau pengusaha, guna melayani kepentingan mereka. Mereka
sebenarnya tidak bisa disebut sebagai wartawan, tapi yang lebih tepat sebagai agen
propaganda. Inilah kenyataannya…”
Penulis yang memiliki latar belakang dan lingkungan pergaulan puluhan tahun di media
massa juga mengetahui hal ini. Kasus prostistusi online yang sangat lebay
pemberitaannya itu sengaja dibuat seperti itu oleh orang-orang yang berkepentingan
agar masyarakat lengah terhadap kasus-kasus yang jauh lebih penting, korupsi besar-
besaran misalkan.
Beberapa belas tahun lalu, ketika penulis bertemu seorang intel kepolisian yang
ditugaskan untuk menyelidiki kasus “Perang Abadi di Matraman” antara dua kelompok
warga di sisi kanan dan kiri jalan Matraman, sang intel itu bilang, “Jika terjadi tawuran di
Matraman, biasanya tak jauh dari lokasi sedang ada transaksi narkoba besar di sini.
Tawuran itu cuma alat pengalih dari apa yang sesungguhnya sedang terjadi.”
Dan pemberitaan prostitusi online secara besar-besaran juga demikian dalam skala
yang lebih luas.
“Jika demikian, masih ada harapankah negeri ini, Pak? Apa yang kira-kira bisa
mengubah negeri yang sakit ini sehingga bisa menjadi baik?”
“Jika mau jujur, satu-satunya yang bisa mengubah negeri ini yaitu Perang,” tegas sang
jenderal. “Perang adalah satu-satunya jalan untuk membersihkan kondisi sesuatu
negeri. Tapi memang tidak menjamin, apakah nantinya yang keluar sebagai pemenang
itu akan bersih juga atau tidak. Negeri ini memang salah ketika dijajah Belanda,
harusnya Inggris yang menjajah kita sehingga bangsa ini bisa memiliki karakter yang
lebih baik. Belanda itu kalau menjajah ya merampok, beda dengan Inggris yang jika
menjajah suatu negeri mereka akan juga membentuk karakter daerah jajahannya
sehingga bangsa yang dijajahnya juga memiliki karakter yang lebih baik. Lihat itu
Singapura, Malaysia, dan sebagainya. Mereka semua sekarang sudah lebih maju
dibanding kita.”
“Apakah dengan jalan damai tidak bisa mengubah kondisi negeri ini?”
“Saya ragu. Selama para pejabatnya masih mementingkan dirinya sendiri, keluarganya,
dan kelompoknya, ya susah. Coba lihat para pejabat-pejabat yang memiliki latar
belakang agama yang kuat, apakah mereka bisa berbuat banyak memperbaiki kondisi
negeri ini? Tidak juga, kan? Padahal Nabi Muhammad SAW kan pernah bersabda jika
seseorang itu memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk mengubah sesuatu dengan
tangannya, ya harus ubah itu. Nah ini tidak, sudah berapa banyak gubernur dan menteri
yang keislamannya kuat secara personal, tapi toh wilayah yang dipimpinnya masih
banyak kemaksiatan tuh. Mereka itu penakut, tidak berani berjihad untuk menghabiskan
kemaksiatan. Lihat saja, apakah daerah-daerah yang dipimpin walikota atau gubernur
dari partai-partai yang Islamnya kuat itu sudah bersih dari kemaksiatan? Belom kan? Ya
susah kalau negeri ini masih punya pejabat yang penakut seperti itu, tidak akan pernah
berubah,.” ujar sang jenderal yang memiliki banyak anak asuh yatim piatu ini.(rz)