ـه 1436رمضان

Dibagikan Secara Gratis Oleh Penerbit Al Madinah Yayasan Al Madinah Surakarta

ii

Buku Panduan dan Lembar Kegiatan

Ramadhan 1441 H

Edisi Covid-19 Ibadah di Rumah

Desain dan Tata letak

Studio Grafik Al Madinah

Penerbit Al Madinah

iii

KATA PENGANTAR

e

Alhamdulillah bulan Ramadhan telah datang kembali,

“Marhaban yaa Ramadhan, Ahlan wa Sahlan yaa syahrul

mubaarak, selamat datang Bulan Suci yang diberkahi. “

Anak-anakku yang berbahagia, pada bulan Ramadhan ini kami

memberikan sisipan materi Ramadhan pada Buku Harian

Ramadhan buat kalian. Ustadz dan Ustadzah berharap semoga di

bulan Ramadhan yang mulia ini, kita bisa memanfaatkannya

dengan baik.

Allah telah mewajibkan puasa di bulan yang penuh barakah,

maka berusahalah berpuasa satu bulan penuh dengan niat yang

ikhlash mengharap pahala dan ridha Allah semata. Mudah-

mudahan puasa yang kalian kerjakan bisa membentuk kalian

menjadi pribadi yang senantiasa bertakwa.

Anak-anakku yang berbahagia, gunakanlah bulan Ramadhan

tahun ini untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan

mengerjakan ibadah wajib dan memperbanyak ibadah sunnah

seperti: shalat tarawih, membaca Al-Qur`an, banyak berdzikir serta

berdo’a kepada Allah .

Alangkah bahagianya orang yang berpuasa, ia memperoleh

dua kegembiraan sekaligus, yaitu gembira ketika berbuka dan

gembira di saat berjumpa dengan Allah kelak pada Hari Kiamat.

Semoga kita semua bisa menggapai keutamaan dan pahala yang

besar yang telah Allah janjikan. Amiin.

Penyusun

iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................... i Kata Pengantar ..................................................................... ii Daftar Isi ................................................................................ iii 10 Nasehat Ibnul Qayyim untuk Bersabar Agar Tidak Melakukan Dosa ..................................................................... viii BAB I. .................................................................................... 1

▪ Waktu Bulan Ramadhan

▪ Penentuan Bulan Ramadhan

▪ Berpuasa dan BerIdul Fithri Bersama Pemerintah dan Kaum

Muslimin

BAB II. ................................................................................... 7

▪ Tuntunan Qiyamul Lail dan Shalat Tarawih

▪ Definisi Qiyamul Lail dan Shalat Tarawih

▪ Fadhilah dan Keutamaan Qiyamul Lail dan Shalat Tarawih

▪ Syari’at Shalat Tarawih secara Berjama’ah

▪ Hukum Shalat Tarawih

▪ Jumlah Raka’at Shalat Tarawih

▪ Jumlah Raka’at Shalat Witir

BAB III. PUASA ...................................................................... 17

▪ Definisi Puasa

▪ Kewajiban dan Keutamaan Puasa Ramadhan

▪ Syarat-syarat Puasa

▪ Orang yang Mendapat Keringanan untuk Berbuka dan Wajib

Mengqadha` (Mengganti)

▪ Rukun Puasa Ramadhan

▪ Sunnah-sunnah Puasa

v

▪ Hal-hal yang Makruh dalam Puasa

▪ Hal-hal yang Wajib ditinggalkan

▪ Hal-hal yang Diperbolehkan dalam Puasa

▪ Hal-hal yang Membatalkan Puasa

▪ Hukum Bagi yang Melakukan Pembatal Puasa

▪ Hal-hal yang Merusak Puasa

BAB – IV ................................................................................. 26

▪ Mengqadha Puasa dan Ketentuan Pembayaran Fidyah

▪ Waktu Untuk Mengqadha

▪ Cara dalam Hal Mengqadha

▪ Segera Mengqadha

▪ Lalai dalam Mengqadha

▪ Bila ada Udzur dalam Mengakhirkan Qadha

▪ Wafat sebelum Mengqadha

Ketentuan Pembayaran Fidyah

▪ Orang-orang yang Berkewajiban Membayar Fidyah

▪ Cara Membayar Fidyah

▪ Pembayaran dengan Makanan dan Tidak Boleh diuangkan

▪ Bentuk dan Jenis Makanan Fidyah

▪ Kadar Makanan Fidyah

▪ Fidyah yang Paling Afdhal

BAB - V. ................................................................................. 36

▪ Bersahur dan Berbuka Menurut Tuntunan Rasulullah

▪ Tuntunan Rasulullah dalam Bersahur

▪ Keutamaan Bersahur

▪ Adab-adab Bersahur

▪ Tuntunan Rasulullah dalam Berbuka

vi

BAB – VI ................................................................................. 44

▪ Lailatul Qadr

▪ Tidak ada Ketentuan Kapan Waktu Tepatnya Lailatul Qadr

▪ Hal-hal yang Disunnahkan Pada Malam Lailatul Qadr

▪ Doa Lailatul Qadr

BAB – VII ................................................................................ 48

▪ Pengertian Zakat Fithri

▪ Hikmah Zakat Fithri

▪ Hukum Zakat Fithri

▪ Waktu Mengeluarkan Zakat Fithri

▪ Ukuran Zakat Fithri

▪ Yang Berhak Menerima Zakat

BAB – VIII ............................................................................... 54

▪ Shalat Idul Fithri

▪ Hukum Shalat Hari Raya

▪ Waktu Shalat Id

▪ Tata cara Shalat Id

▪ Khuthbah Shalat Id

▪ Sunnah-sunnah Shalat Id

▪ Di antara Hukum-hukum Shalat Id

▪ Takbiran dalam Hari Raya

▪ Lafazh Takbiran

Tabel kegiatan Ramadhan ................................................... 59

vii

10 NASHIHAT IBNU QAYYIM RAHIMAHULLAH

UNTUK BERSABAR AGAR TIDAK MELAKUKAN DOSA

1. Hendaknya seorang hamba menyadari betapa buruk, hina, dan

rendahnya perbuatan maksiat. Dan hendaknya dia juga memahami

bahwa Allah telah mengharamkan serta melarangnyadalam rangka

menjaga hamba dari terjerumus kedalam perkara-perkara yang keji

dan rendah, sebagaimana penjagaan seorang ayah yang sangat

sayang kepada anaknya demi menjaga anaknya agar tidak terkena

sesuatu yang membahayakan.

2. Hendaknya seorang hamba merasa malu kepada Allah . Karena

sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari bahwa pandangan

Allah selalu mengawasi dirinya, dan menyadari betapa tingginya

kedudukan Allah di matanya, dan jugamenyadari bahwa

perbuatannya dilihat dan didengar oleh Allah , tentu saja dia akan

merasa malu apabila dia melakukan hal-hal yang membuat murka

Rabbnya. Rasa malu itu akan menyebabkan terbukanya mata hati yang

akan membuat engkau bisa melihat seolah-olah engkau sedang

berada di hadapan Allah .

3. Hendaknya seorang hamba senantiasa menjaga nikmat Allah yang

telah dilimpahkan kepadanya dan mengingat-ingat perbuatan baik-Nya

kepada dirinya. Apabila engkau berlimpah nikmat, maka jagalah,

karena maksiat itu akan membuat nikmat hilang dan lenyap.

Barang siapa yang tidak mau bersyukur dengan nikmat yang telah

diberikan oleh Allah kepadanya, maka dia akan disiksa dengan

nikmat itu sendiri.

4. Hendaknya seorang hamba merasa takut kepada Allah dan khawatir

akan tertimpa hukuman-Nya.

5. Hendaknya seorang hamba mencintai Allah . Karena seorang

kekasih tentu akan menanti sosok yang dicintainya. Sesungguhnya

maksiat itu muncul diakibatkan karena lemahnya rasa cinta.

6. Hendaknya seorang hamba menjaga kemuliaan dan kesucian diri serta

memelihara kehormatan dan kebaikannya. Sebab perkara-perkara

viii

inilah yang akan bisa membuat dirinya merasa mulia dan rela

meninggalkan berbagai perbuatan maksiat.

7. Hendaknya seorang hamba memiliki kekuatan ilmu tentang betapa

buruknya dampak perbuatan maksiat dan jeleknya akibat yang

ditimbulkannya serta bahaya yang muncul setelahnya

sepertimuramnya wajah, kegelapan hati, sempitnya hati dan gundah

gulana yang menyelimuti diri, karena dosa-dosa itu membuat hati

menjadi mati.

8. Hendaknya seorang hamba menghapus angan-angan yang tidak

berguna. Dan hendaknya setiap insan menyadari bahwa dia tidak akan

tinggal selamanya di alam dunia. Dan semestinya dia sadar kalau

dirinya hanyalah sebagaimana tamu yang singgah di sana, dan akan

segera berpindah darinya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang akan

mendorong dirinya untuk semakin menambah berat tanggungan

dosanya, karena dosa itu jelas akan membahayakan dirinya dan sama

sekali tidak memberikan manfaat apapun.

9. Hendaknya seorang hamba menjauhi sikap berlebihan dalam hal

makan, minum, dan berpakaian. Karena sesungguhnya besarnya

dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat

berlebihan dalam perkara-perkara tadi. Dan di antara sebab terbesar

yang menimbulkan bahaya bagi diri seorang hamba adalah waktu

senggang dan lapang yang dia miliki. Karena jiwa manusia itu tidak

akan pernah mau duduk diam tanpa kegiatan. Sehingga apabila dia

tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat, maka tentulah dia

akan disibukkan dengan hal-hal yang membahayakan baginya.

10. Sebab terakhir adalah sebab yangmerangkum sebab-sebab di

atasyaitukekokohan pohon keimananyang tertanam kuat di dalam hati,

maka kesabaran hamba untuk menahan diri dari perbuatan maksiat itu

sangat tergantung dengan kekuatan imannya. Setiap kali imannya

kokoh, maka kesabarannya pun akan kuat. Apabila imannya melemah,

maka kesabarannya pun melemah. Dan barang siapa menyangka

bahwa dia sanggup meninggalkan berbagai macam penyimpangan

dan perbuatan maksiat tanpa dibekali keimanan yang kokoh, maka

sesungguhnya dia telah keliru.

1

Waktu dan

Keutamaan Bulan

Ramadhan

I

2

BAB - I

Waktu dan Keutamaan Bulan Ramadhan

Datangnya bulan Ramadhan merupakan idaman setiap muslim.

Ungkapan Ahlan Wa Sahlan Ya Ramadhan (selamat datang Ya

Ramadhan) tidak hanya keluar dari kalbu dan lisan, bahkan

persiapan demi persiapan pun selekas mungkin dilakukan, dengan

penuh kegembiraan dan harapan semoga bisa bertemu dengan

bulan suci tersebut.

Bulan Ramadhan telah dimuliakan oleh Allah dengan

beberapa keistimewaan dan keutamaan yang tidak dimiliki oleh

bulan-bulan yang lain, antara lain:

1) Bulan Ramadhanmerupakan bulan yang penuh keberkahan.

2) Bulan Ramadhan merupakan bulan yang diwajibkan berpuasa

padanya.

3) Pada bulan Ramadhan setan-setan dibelenggu.

4) Dibukanya pintu-pintu surga dan ditutupnya pintu-pintu neraka.

5) Pada bulan Ramadhan terdapat lailatul qadar yang lebih baik

daripada seribu bulan. Barangsiapa tidak mendapatkan

kebaikan malam itu, maka dia tidak akan mendapat segala

kebaikan.

6) Ada orang-orang yang dibebaskan Allah dari neraka pada

setiap malam bulan Ramadhan.

3

Penentuan Bulan Ramadhan

Penentuan masuknya bulan Ramadhan dilakukan dengan cara

melihat bulan, atau yang lebih dikenal dengan Ru`yatul Hilal1.

Tepatnya pada tanggal 29 bulan sya’ban. Apabila hilal tidak tampak

karena terhalangi mendung atau yang semisalnya, maka caranya

dengan menggenapkan bilangan hari dalam bulan Sya`ban menjadi

30 hari. Hal ini sesuai dengan hadits Abu Hurairah :

ملرؤ اأف طرو يتهوالرؤ مو صو علي كم فأك غب لو يتهفإن اعدةشع بانثالثي

“Berpuasalah berdasarkan melihat hilal dan berhari-rayalah

berdasarkan melihat hilal. Jika terhalangi bagi kalian (dari melihat

hilal), maka genapkanlah bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari “

Dari hadits tersebut jelas sekali bahwa penentuan masuknya

Ramadhan yaitu dengan melihat hilal. Sehingga ilmu perbintangan

dan ilmu hisab tidak bisa dijadikan landasan untuk menentukan

masuk dan keluarnya bulan Ramadhanakan tetapi hanya

sebatas alat bantu saja. Hal ini bisa ditinjau dari berbagai sisi, di

antaranya:

1. Bertentangan dengan dalil dari Al Qur`an maupun as sunnah.

Sebagaimana firman Allah :

1Hilal : Bulan sabit kecil yang terlihat pada tanggal 1, 2, 3 kemudian setelah tanggal 3

(tanggal 4 – akhir) disebut Qomar.

4

ژھۀ ہ ہ ہ ہژ

“Barangsiapa di antara kalian yang menyaksikan (hilal) bulan

Ramadhan, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. ” (Al-

Baqarah:185)

2. Bertentangan dengan ijma’ (kesepakatan) para shahabat,

tabi`in dan para imam setelah mereka.

Berpuasa dan Beridul Fithri bersama Pemerintah dan Kaum

Muslimin

Bulan suci Ramadhan, Idul Fithri serta Idul Adha merupakan

syi’ar Islam yang agung. Rasulullah telah menegaskan tolok ukur

bagi kaum muslimin tentang waktu pelaksanaannya, yaitu dengan

mengutamakan prinsip jama’ah (kebersamaan). Rasulullah

bersabda:

طرو نواألض حىي و متضحو ن الصو مي و متصو مو نوال )) ((فط ري و مت ف

“Puasa (Ramadhan) itu pada hari kalian semua berpuasa, Idul

Fithri itu pada hari kalian semua berIdul Fithri dan Idul Adha itu pada

hari kalian semua berIdul Adha. ” (Hadits Riwayat At Tirmidzi,

lihat Ash Shahihah no. 224)

5

Mengedepankan persatuan merupakan prinsip yang selalu

dijaga dan diwasiatkan pula oleh para shahabat Nabi dan juga

para imam-imam setelah generasi mereka.

Asy Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan:

“Merupakan kewajiban kaum muslimin untuk selalu di atas

kebenaran, tidak boleh bercerai-berai di dalam agama Allah . ”

Allah berfirman:

چچچچڇڇڇڇڍڍڌڌڎڎڃژ

گگگڳڳگڑڑککککژڈڈژ

ژڱڱڱڱںںڻڻڻڻڳڳ

“Dia (Allah ) telah mensyari`atkan bagi kamu tentang agama

sebagaimana telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh apa yang telah

Kami wahyukan kepadamu dan yang telah Kami wasiatkan kepada

Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: tegakkanlah agama dan janganlah

kalian bercerai-berai tentangnya. ” (Asy Syura: 13).

Dan Allah juga berfirman:

ژڦڄڄڄڄڃژ

“Maka berpegang teguhlah kalian semuanya dengan tali Allah

dan janganlah kalian bercerai berai. ” (Ali Imran: 103).

6

Dan Allah juga berfirman:

ۓڭڭۓہہہہھھھھےےژ

ژڭڭ

“Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai

berai dan berselisih setelah datang keterangan yang jelas pada

mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang

pedih. ” (Ali Imran: 105).

Dengan demikian telah jelas, bahwa penetapan waktu puasa

Ramadhan adalah satu dan penetapan Idul Fithri juga satu. Yakni

dengan cara mengikuti lembaga resmi yang telah ditunjuk oleh

pemerintah.

7

Tuntunan

Qiyamul Lail dan

Shalat Tarawih

II

8

BAB - II

Tuntunan Qiyamul Lail dan Shalat Tarawih2

Definisi Qiyamul Lail dan Shalat Tarwih

Qiyamul lail secara umum adalah shalat di malam hari yang

dikerjakan setelah shalat ‘Isya sampai menjelang subuh. Di dalam

AlQur`an AlKarim, Allah berfirman:

ٿ ٺ ٺ ٺ ٺ ڀ ڀ ڀ ڀ پ پ پ پ ٻ ٻ ٻ ٻ ٱڇ

ڇ ٿ ٿ ٿ

“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk

shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu)

seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih

dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur`an itu dengan perlahan-

lahan. ” (QS. Al-Muzzammil: 1-4)

2Diambil dari buku Indahnya Shalat Malam Tuntunan Qiyamul Lail dan Shalat

Tarawih karya Al Ustadz Dzulqarnain bin M. Sunusi.

9

Dan shalat di malam hari juga disebut Shalat Tahajjud. Allah

‘Azza wa Jalla berfirman:

ڇ ڈ ڈ ڎ ڎ ڌ ڌ ڍ ڍ ڇ ڇ ڇ ڇ چڇ

“Dan pada sebahagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai

suatu ibadah tambahan bagimu mudah-mudahan Tuhan-mu

mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. ”. (QS. Al-Isra`: 79)

Shalat Tarawih artinya adalah “Shalat di malam hari secara

berjama’ah di malam Ramadhan. ”

Dinamakan Tarawih karena pada pelaksanaannya diselingi

dengan istirahat sejenak. Yaitu pada setiap 4 raka’at atau 2 kali

salam. sebagaimana dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha

riwayat Al-Bukhary dan Muslim:

“Rasulullah tidaklah menambah pada (bulan) Ramadhan dan

tidak pula pada selain Ramadhan lebih dari sebelas raka'at. Beliau

shalat empat (raka'at) jangan kamu tanya tentang bagus dan

panjangnya, kemudian beliau shalat empat (raka'at) jangan kamu

tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian beliau shalat tiga

(raka'at)”.

Fadhilah dan Keutamaan Qiyamul Lail dan Shalat Tarwih

Secara umum Qiyamul lail adalah perkara yang sangat

dianjurkan dalam syari’at Islam. Berikut ini beberapa dalil selain dari

beberapa ayat yang telah disebutkan:

10

Allah Ta’ala berfirman:

ک ک ڑ ڑ ژ ژ ڈ ڈ ڎ ڎ ڌ ڌ ڍچ

ڱ ڳ ڳ ڳ ڳ گ گ گ گ ک ک

چ ں ں ڱ ڱ ڱ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman terhadap ayat-ayat

Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-

ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih sertamemuji

Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung

mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo`a

kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka

menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami berikan kepada

mereka. ” (QS. As-Sajadah: 15-16)

Dan dalam hadits ‘Amr bin Murrah Al-Juhany radhiyallahu ‘anhu,

beliau berkata:

“Datang kepada Rasulullah seorang lelaki dari Qudha’ah lalu

berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana menurut engkau andaikata

saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah

dan engkau rasul Allah, saya shalat lima waktu, saya puasa bulan

(Ramadhan), saya melakukan Qiyam Ramadhan dan saya

mengeluarkan zakat?. Maka Nabi bersabda: “Siapa yang

meninggal di atas hal ini maka ia termasuk dari para shiddiqin dan

orang-orang yang mati syahid”. ”

11

(Syaikh Al-Albany dalam Qiyam Ramadhan hal. 18 mengatakan:

“Dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Ash-

Shahih mereka berdua dan juga diriwayatkan oleh selain keduanya

dengan sanad yang shahih”.)

Dan tentang malam Lailatul Qadri, Rasulullah Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda:

واحتسااب انا لةال قدرإي قاملي ذن بهومن غفرلهمات قدممن

“Siapa yang berdiri (shalat) malam lailatul qadri dengan

keimanan dan mengharap pahala maka telah diampuni apa yang

telah lalu dari dosanya.” (HR. Al-Bukhary dan Muslim dari Abu

Hurairah radhiyallahu ‘anhu.)

Dalil Shalat Tarawih Secara Berjama’ah

Shalat Tarawih dikerjakan dengan cara berjama’ah. Beberapa

hadits yang menunjukkan disyari’atkannya shalat Tarawih secara

berjama’ah, di antaranya :

Dari Abu Dzar Al-Ghifary radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

“Kami berpuasa Ramadhan bersama Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam dan beliau tidak berdiri (shalat lail)

bersama kami sedikitpun dari bulan itu kecuali setelah tersisatujuh

hari. Kemudian beliau berdiri (mengimami) kami sampai berlalu

12

sepertiga malam. Dan ketika malam keenam (dari malam yang

tersisa, -pent.) beliau tidak berdiri (mengimami) kami. Kemudian

saat malam kelima (dari malam yang tersisa, -pent.) beliau berdiri

(mengimami) kami sampai berlalu seperdua malam. Maka berkata:

“Wahai Rasulullah, andaikata engkaumenjadikan nafilah untuk kami

Qiyam malam ini, ” maka beliau bersabda: “Sesungguhnya seorang

lelaki apabila ia shalat bersama imam sampai selesai maka

terhitung baginya Qiyam satumalam”. Dan ketika malam keempat

(dari malam yang tersisa, -pent.) beliau tidak berdiri (mengimami)

kami. Dan saat malam ketiga (dari malam yang tersisa, -pent.)

beliau mengumpulkan keluarnya, para istrinya dan manusia lalu

beliau berdiri (mengimami) kami sampai kami khawatir ketinggalan

Al-Falah. Saya –rawi dari Abu Dzar- bertanya: “Apakah Al-Falah

itu?” (Abu Dzar menjawab: “Waktu sahur”. Kemudian beliau tidak

berdirilagi (mengimami) kami pada sisa bulan.” (HR. Ahmad, Abu

Daud, An-Nasa`i, Ibnu Majah dan lain-lainnya. Dan dishahihkan

oleh Syaikh Al-Albany dalam Irwa`ul Gholil 2/193/447 dan

Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ Ash-Shahih 2/175.)

Dan Abu Thalhah Nu’aim bin Ziyad, beliau berkata: Saya

mendengar Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma di mimbar

Himsh, beliau berkata: “Kami berdiri (shalat) bersama Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam di bulan Ramadhan pada

malam 23 sampai sepertiga malam pertama, kemudian kami berdiri

(shalat) bersama beliau pada malam 25 sampai seperdua malam,

kemudian kami berdiri (shalat) bersama beliau pada malam 27

sampai kami menyangka tidak mendapati Al-Falah yang mereka

namakan untuk waktu sahur.” (HR. Ibnu Abi Syaibah 2/394,

Ahmad 4/272, An-Nasa`i 3/203, Ibnu Khuzaimah 3/336/2204 dan

13

Al-Hakim 1/607. Dan dihasankan oleh Syaikh Muqbil dalam Al-

Jami’ Ash-Shahih 2/174.)

Dari hadits ini diketahui mengapa shalat Tarawih di bulan

Ramadhan tidak dilakukan oleh Rasulullah terus menerus yaitu

karena kekhawatiran beliau shalat tersebut diwajibkan atas

umatnya sehingga memberatkan mereka. Namunkekhawatiran ini

telah lenyap setelah wafatnya beliau dan agama telah sempurna.

Karena itu sunnah ini dihidupkan oleh ‘Umar bin Khaththab

radhiyallahu ‘anhu.

Hukum Shalat Tarawih

Shalat Tarawih hukumnya adalah sunnah muakkadah (sunnah

yang sangat dianjurkan). Sebagaimana yang dijelaskan oleh para

ulama, seperti imam an Nawawy, Ibnu Rusyd, ibnu qudamah dan

yang lainnya. ”

Jumlah Raka’at Shalat Tarawih

Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah raka’at shalat

Tarawih. Ada yang berpendapat 36 seperti Imam Malik, ada yang

berpendapat 20 rakaat (selain witir) seperti pendapat Abu Hanifah

dan imam syafi’I dan ada yang berpendapat 11 raka’at dengan witir.

Adapun berdasarkan nash yang shahih, Rasulullah shalallahu

‘alaihi wa sallam tidak mengerjakan shalat malam lebih dari 11

rakaat. Seperti hadits berikut ini:

14

كانرسو لللا هعلىصلىللاعليهوسلميزي دف رمضانولما ف غي عةا رةرك دىعش إح

“Tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam

menambah dalam Ramadhan dan tidak (pula) pada yang lannya

melebihi 11 raka’at.”

Dan juga dalam hadits 'Aisyah radhiyallahu ‘anha riwayat

Muslim, beliau berkata:

ليهوسلميصليفيمابيأنيفرغمنصالةكانرسولللاصلىللاعركعتي،ويوتربواحدة كل دىعشرةركعةايسلمبي العشاءإىلالفجرإح

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam shalat

antara selesainya dari shalatIsya` sampai shalatFajr (shalatSubuh)

sebelas raka'at, Beliau salam setiap dua raka'at dan witirdengan

satu raka'at.”.

Dan juga disebutkan jumlah 13 raka’at dalam hadits Ibnu ‘Abbas

radhiyallahu ‘anhuma riwayat Al-Bukhary dan Muslim, beliau

berkata:

عةاكانرسولللاصلىللاعليه رةرك وسلميصليمناللي لثالثعش

“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam

shalat di malam hari 13 raka’at”

15

Bilangan 11 dan 13 raka’at ini bukanlah pembatasan. Dan siapa

yang ingin shalat lebih dari itu maka tidaklah mengapa berdasarkan

hadits ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma riwayat Al-Bukhary

dan Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam

bersabda:

عةاواحدةاتوترلهصالةاللي لمث نمث ن،فإذاخشيأ حدكمالصب حصلىرك صلى ماقد

“Shalat malam dua-dua, apabila engkau khawatir (masuknya)

waktu shubuh maka (hendaknya) ia shalat witir satu raka'at maka

menjadi witirlah shalat yang telah ia lakukan."

Demikian pendapat yang dikuatkan oleh Al-Lajnah Ad-Da`imah

yang diketuai oleh Syaikh Ibnu Baz dan juga merupakan pendapat

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, Syaikh Muqbil dan lain-lainnya.

Shalat Witir dan Jumlah Raka’atnya

Shalat witir adalah shalat sunah yang dikerjakan pada waktu

malam hari antara setelah waktu isya dan sebelum waktu shalat

subuh, dengan rakaat ganjil. Jumlah rakaat shalat witir paling

sedikitnya adalah 1 rakaat, adapun paling banyaknya adalah 13

rakaat.

16

Berikut di antara hadits yang menjelaskan tentang jumlah

raka’at shalat witir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa

sallam dari ‘Abdullah bin Abi Qais radhiyallahu ‘anhu, beliau

berkata:

“Saya berkata kepada ‘Aisyah: ‘Berapa kebiasaan Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam melakukan witir?’ Beliau

menjawab: ‘Adalah beliau melakukan witir dengan empat dan tiga,

dengan enam dan tiga, dengan delapan dan tiga dan dengan

sepuluh dan tiga, tidaklah pernah beliau melakukan witir kurang dari

tujuh dan tidak (pula) lebih dari tiga belas.’.” (Diriwayatkan oleh

Ahmad, Abu Daud, Ath-Thahawy, Al-Baihaqy dan lain-lainnya.

Sanadnya Jayyid menurut Syaikh Al-Albany dalam Shalatut

Tarawih hal. 83-84 (Cet. Kedua) dan dihasankan oleh Syaikh

Muqbil dalam Al-Jami’ Ash-Shahih 2/162-163)

17

P u a s a

III

18

BAB III

PUASA

Definisi Puasa

Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash-Shaum yang-

secara bahasa artinya menahan.

Adapun puasa menurut syari’at yaitu menahan dari makan,

minum, dan semua hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya

fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat ibadah.

Kewajiban dan Keutamaan Puasa Ramadhan

1. Kewajiban Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan Al-Qur`an dan

As-Sunnah.

a. Al-Qur`anSurat Al-Baqarah:183 dan 185

ڤ ڤ ڤ ٹ ڤ ٹ ٹٹ ٿ ٿ ٿژ

ژ ڦ ڦ ڦ ڦ

19

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian

berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang

sebelum kalian agar kalian bertakwa. ”(AlBaqarah:183)

ژھۀ ہ ہ ہ ہژ

“Barangsiapa di antara kalian yang menyaksikan (hilal)

bulan Ramadhan, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan

itu.” (Al Baqarah:185)

b. Rasulullah bersabda:

“Islam dibangun di atas lima perkara, (yakni) kesaksian

bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah

kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah

, mendirikan shalat, membayar zakat, haji ke baitullah dan

puasa Ramadhan. ” (Mutafaqun ‘alaihi)

2. Keutamaan Puasa Ramadhan

a. Puasa sebagai penebus dosa dan kesalahan.

b. Puasa dapat membentuk pribadi yang bertaqwa.

c. Puasa dapat memasukkan hamba Allah ke dalam surga

d. Puasa berpahala besar di sisi Allah .

e. Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan yaitu

kegembiraan di saat berbuka dan kegembiraan saat

bertemu Allah di akhirat kelak.

f. Bau mulut orang yang berpuasa disisi Allah lebih harum

dan lebih wangi dari bau misik (minyak yang paling wangi).

20

g. Puasa memberikan pembelaan dan pertolongan pada hari

kiamat dan merupakan perisai yang menghalangi dari api

neraka.

h. Orang yang ahli puasa akan memasuki surga dari pintu

khusus yang bernama Ar-Rayyan.

i. Puasa dapat membentuk pribadi yang bisa bersyukur

terhadap nikmat Allah karena akan merasakan

bagaimana orang lain kelaparan.

3. Keutamaan Berbuat Baik di Bulan Ramadhan

Dianjurkan pada bulan Ramadhan untuk banyak berbuat

kebaikan, selain pahalanya yang besar juga akan

dilipatgandakan. Di antaranya:

a. Sedekah.

“Barang siapa memberikan makanan untuk berbuka puasa

kepada orang berpuasa, ia berhak atas pahalanya tanpa

sedikitpun mengurangi pahala orang yang berpuasa “(HR

Ahmad dan At Tirmidzi).

b. Qiyamul Lail (Shalat Malam).

“Barang siapa melakukan shalat malam karena iman dan

mengharap pahala dari Allah , niscaya diampuni dosa-

dosanya yang telah lalu. ” (Muttafaqun ‘alaihi).

c. Membaca Al-Qur`an Al Karim. d. I’tikaf.

21

Yaitu menetap di masjid untuk mendekatkan diri kepada

Allah .

e. Umrah.

Yaitu mengunjungi Rumah Allah untuk thawaf dan sa’i di

bulan Ramadhan.

Rasulullah bersabda: “Umrah di bulan Ramadhan sama

dengan haji. ” (HR. Al Al Bukhariy)

Syarat-syarat Puasa

1. Muslim

2. Baligh (dewasa)

3. Aqil (berakal)

4. Muqim (tidak sedang bepergian)

5. Mampu

6. Tidak haid atau nifas (bagi perempuan)

Orang yang Mendapat Keringanan untuk Tidak Berpuasa

1. Orang yang sakit

2. Musafir.

3. Perempuan hamil dan menyusui, jika dikhawatirkan

keselamatan diri dan anaknya atau janinnya

4. Orang lanjut usia (tua), yang tidak sanggup berpuasa.

5. Perempuan yang haidh atau nifas

22

Rukun Puasa Ramadhan

1. Niat, yakni keinginan dalam hati untuk berpuasa karena

ingin mendapatkab wajahAllah dan negeri akhirat.

2. Menahan diri dari hal yang membatalkan puasa.

3. Waktu, yaitu sepanjang siang hari di bulan Ramadhan sejak

terbit fajar hingga matahari terbenam.

Sunnah-Sunnah Puasa

1. Sahur, yaitu makan dan minum pada waktu sahur atau akhir

malam.

2. Mengakhirkan sahur sampai akhir waktu malam

3. Menyegerakan berbuka jika telah nyata matahari tenggelam.

4. Berbuka puasa dengan ruthab (kurma setengah matang)

atau tamr (kurma matang) atau dengan air.

5. Berdo’a ketika berbuka.

شاءقوث بتلتال عرو اب ت ذهبالظمأو رإن للاا ألج

Artinya: “Telah hilang dahaga dan telah basah urat-urat dan

pahala telah tetap. Insya Allah.

Hal-hal yang Makruh dalam Puasa

1. Berlebih-lebihan dalam berkumur dan memasukkan air ke

hidung ketika berwudhu

2. Mencicipi minuman atau makanan tanpa udzur

23

3. Mengeluarkan darah yang dapat melemahkan tubuh

4. Puasa wishal(menyambung puasa) sampai sahur.

Hal-hal yang Wajib Ditinggalkan

1. Makan dan minum

2. Dusta dan adu domba

3. Perkara sia-sia dan tidak bermanfaat

4. Wishal(menyambung puasa) 2 hari berturut-turut atau lebih

Hal-hal yang Dibolehkan dalam Puasa

1. Mandi atau menyelam ke dalam air.

2. Bersiwak atau menggosok gigi, baik di waktupagi hari atau

sore hari.

3. Bepergian karena kebutuhan yang diperbolehkan.

4. Berobat dengan obat apa saja yang halal dan tidak masuk

ke dalam perut (bukan infus makanan).

5. Mencicipi makanan.

6. Memakai minyak wangi atau mencium bau wangi-wangian

7. Menelan ludah atau dahak.

Hal-hal yang Membatalkan Puasa

1. Makan dan minum dengan sengaja.

2. Masuknya air ke tenggorokan karena berlebihan dalam

berkumur dan memasukkan air ke hidung ketika berwudlu.

3. Muntah dengan sengaja.

24

4. Memasukkan sesuatu meskipun(bukan makanan) ke dalam

perut melalui mulut.

5. Membatalkan niat berpuasa.

6. Murtad (keluar dari agama Islam).

Hukum bagi Orang yang Melakukan Pembatal Puasa

1. Barangsiapa melakukan salah satu dari pembatal tersebut

dikarenakan lupa atau tidak tahu atau tidak disengaja,

maka puasanya sah; berdasarkan firman Allah dalam

Surat Al-Baqarah: 286.

Juga berdasarkan sabdaRasulullah :“Barangsiapa dia lupa

sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka dia makan atau

minum hendaknya dia sempurnakan puasanya.

Sesungguhnya dia diberi makan dan minum oleh Allah . ”

(HR. Al Bukhariy Muslim)

2. Barangsiapa melakukan pembatal puasa dengan sengaja

tanpa rukhshah syar`i maka rusaklah puasanya, berdosa

dengan perbuatannya dan wajib baginyabertaubat kepada

Allah dan mengganti puasanya.

25

Hal-Hal Yang Merusak Puasa

Di antara yang merusak puasa seseorang yaitu:

✓ Dusta

✓ Ghibah

✓ Namimah

✓ Mencaci maki

Maka, wajib bagi orang yang berpuasa dan yang lainnya untuk

menjauhi dusta, ghibah, namimah dan mencaci maki. Hal ini

berdasarkan sabda Rasulullah :

يدع ق و ل ل يدعطعامهال عملبهف لي سللالزورومن حاجةفأن وشرابه

Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan

perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan puasanya. ”

(HR. Al Bukhariy, Abu Daud dan Tirmidzi).

26

Mengqadha Puasa dan Ketentuan Pembayaran Fidyah

IV

27

BAB - IV

MENGQADHA PUASA DAN

KETENTUAN PEMBAYARAN FIDYAH3

Mengqadha (Mengganti) Puasa Diwajibkan Atas Beberapa

Orang, yaitu:

1. Musafir.

2. Orang sakit yang diharapkan bisa sembuh.

Yaitu sakit yang menurut para ahli kesehatan atau menurut

kebiasaan merupakan penyakit yang bisa disembuhkan.

Dua hal tersebut berdasarkan firman Allah Ta’ala:

ڇ ڇ چ چ چ چ ڃ ڃ ڃ ڃ ڄ

“Maka barang siapa di antara kalian ada yang sakit atau dalam

perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa)

3Disarikan dari buku Panduan Puasa Ramadhan di Bawah Naungan Al-Qur`an

dan As-Sunnah, cet III, Mei 2010, karya Al Ustadz Dzulqarnain bin M. Sunusi.

28

sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (Al

Baqarah: 184).

3. Perempuan yang menangguhkan puasa karena haid dan

nifas.

Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah d riwayat Bukhari dan

Muslim, beliau menyatakan:

“Adalah hal tersebut (haid, -pent.) menimpa kami dan kami

diperintah untuk mengqadha puasa dan tidak diperintah untuk

mengqadha shalat.”

Adapun perempuan nifas, hukumnya sama dengan

perempuan haid dalam pandangan syari’at Islam sebagaimana

yang telah dijelaskan.

4. Muntah dengan sengaja

Hal ini berdasarkan perkataan Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu

‘anhuma yang mempunyai hukum marfu’, beliau berkata:

“Siapa yang sengaja muntah dan ia dalam keadaan

berpuasa maka wajib atasnya untuk membayar qadha dan

siapa yang tidak kuasa menahan muntahnya (muntah dengan

tidak sengaja, -pent.) maka tidak ada qadha atasnya.”

(Diriwayatkan oleh Imam Malik dengan sanad yang shahih)

Tidak ada qadha atas siapapun kecuali terhadap orang-orang tersebut.

29

Waktu untuk Mengqadha

Waktu untuk mengqadha bisa dilakukan setelah Ramadhan

sampai akhir bulan Sya’ban sebagaimana yang dipahami dalam

riwayat Bukhari dan Muslim dari hadits ‘Aisyah d, beliau berkata:

“Kadang ada (tunggakan) puasa Ramadhan atasku, maka saya

tidak dapat meng-qadha`nya kecuali pada (bulan) Sya’ban lantaran

sibuk (melayani) Rasulullah .”

Cara Mengqadha

Ada keluasan didalam mengqadha’nya apakah dengan cara

berturut-turut atau secara terpisah. Hal ini berdasarkan hukum

umum dalam firman Allah Ta’ala:

ڇ ڇ چ چ

“Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang

ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.”

Firman-Nya “pada hari-hari yang lain” adalah umum, apakah

dilakukan secara berturut-turut atau secara terpisah.

Segera Mengqadha

Tentunya tidaklah diragukan bahwa bersegera dalam

mengqadha puasa merupakan perkara sangat yang afdhal (lebih

30

utama). Hal ini berdasarkan perintah Allah untuk bersegera dalam

kebaikan yang ditunjukkan oleh berbagai dalil dalam Al Quran dan

As Sunnah.

Lalai dalam Mengqadha

Barangsiapa yang tidak mengqadha puasanya hingga

masuknya bulan Ramadhan berikutnya, padahal sebelumnya ada

kemampuan dan kesempatan baginya untuk mengqadha

puasanya, maka ia dianggap orang yang berdosa. Hal ini

disimpulkan dari pernyataan ‘Aisyah:

“Kadang ada (tunggakkan) puasa Ramadhan atasku, maka

saya tidak dapat meng-qadho`nya kecuali pada (bulan) Sya’ban

lantaran sibuk (melayani) Rasulullah .”

Hal ini menunjukkan tidak bolehnya mengakhirkan qadha`

puasa Ramadhan setelah Sya’ban, sebab andaikata hal tersebut

boleh, niscaya ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha akan mengakhirkan

qadha`nya setelah Ramadhan karena mungkin saja di bulan

Sya’ban beliau juga sibuk melayani Rasulullah .

Berangkat dari sini imam empat dan jumhur ulama salaf dan

khalaf bahkan ada dinukil kesepakatan dikalangan ulama tentang

tidak bolehnya mengakhirkan qadha setelah Ramadhan.

31

Bila Ada Udzur dalam Mengakhirkan Qadha

Adapun jika seseorang tidak mampu sama sekali untuk

mengqadha puasanya karena udzur yang terus menerus

menahannya seperti orang yang musafir terus menerus,

perempuan yang masa kehamilannya rapat/dekat dan lain-lainnya,

maka tidak ada dosa baginya dan hendaklah mengganti puasanya

kapan ia mampu. Hal ini berdasarkan firman Allah :

ۈ ۈ ۆ ۆ ۇ ۇ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya.” (Al-Baqarah: 286).

Wafat Sebelum Mengqadha

Bagi orang yang meninggal dan belum mengqadha tunggakkan

puasanya pada bulan Ramadhan padahal sebelumnya ada

kemampuan baginya untuk mengqadha puasanya, maka wajib atas

ahli warisnya untuk membayar tunggakkannya.

Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah d riwayat Al-Bukhari dan

Muslim, Rasulullah bersabda:

“Siapa yang meninggal dan atasnya ada tunggakan puasa, maka

ahli warisnya berpuasa untuknya.”

Adapun kalau meninggal sebelum ada kemampuan yang

memungkinan baginya untuk mengqadha puasanya maka tidak ada

32

dosa atasnya insya Allah dan juga tidak ada kewajiban atas ahli

warisnya untuk membayar tunggakannya.

KETENTUAN PEMBAYARAN FIDYAH

Orang-orang yang Berkewajiban Membayar Fidyah:

1. Laki-laki dan perempuan lanjut usia yang tidak mampu

berpuasa.

2. Perempuan hamil dan yang sedang menyusui yang khawatir

terhadap bahaya dialami oleh kandungannya atau anak

susuannya jika ia berpuasa.

Dua golongan tersebut berdasarkan hadits Ibnu Abbas

radhiyallahu ‘anhuma riwayat Abu Daud, Ibnu Jarud dalam Al-

Muntaqa dan selainnya dengan sanad yang shahih

menjelaskan firman Allah Ta’ala dalam Surat Al-Baqarah 184:

١٨٤البقرة: چ ڎ ڌ ڌ ڍ ڍ ڇچ

“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya

(jika mereka tidak berpuasa) untuk membayar fidyah, (yaitu):

memberi makan seorang miskin.” (Al Baqarah 184)

Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma: “Diberikan

keringanan bagi laki-laki dan wanita tua dalam hal itu (yaitu

untuk tidak berpuasa, -pent.) sementara keduanya mampu

33

untuk berpuasa, (diberikan keringanan) untuk berbuka apabila

mereka berdua ingin atau memberi makan satu orang miskin

setiap hari dan tidak ada qadha` atas mereka berdua, kemudian

hal tersebut dinaskh (dihapus hukumnya) dalam ayat ini

{Barangsiapa di antara kalian menyaksikan bulan Ramadhan

maka hendaknya ia berpuasa}, dan (kemudian) ditetapkan

hukumnya bagi laki-laki dan wanita tua yang tidak mampu untuk

berpuasa dan juga bagi wanita hamil dan menyusui apabila

keduanya khawatir (akan memberikan bahaya kepada

kandungannya, anak yang ia susui, atau dirinya sendiri, -pent.)

boleh untuk berbuka dan keduanya membayar fidyah setiap

hari.” (Lafazh hadits oleh Ibnul Jarud)

3. Orang yang sakit terus menerus yang kesembuhannya tidak

bisa diharapkan lagi, yaitu sakit yang tidak bisa disembuhkan

menurut para ahli kesehatan.

Hal tersebut berdasarkan riwayat lain dari Ibnu ‘Abbas yang

dikeluarkan oleh Imam An-Nasa`i dengan sanad yang shahih

dalam menafsirkan firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Baqarah

184:

“Dan bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika

mereka tidak berpuasa) wajib membayar fidyah, (yaitu):

memberi makan seorang miskin.”

Berkata Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma: “Tidak diberikan

keringanan untuk ini (yakni tidak berpuasa akan tetapi

membayar fidyah) kecuali bagi orang tua yang tidak mampu

untuk berpuasa atau pada orang sakit yang tidak bisa sembuh.”

34

Cara Membayar Fidyah

Cara membayar fidyah yaitu dengan memberi makan orang

miskin sejumlah hari yang telah ditinggalkan, contoh: apabila

ia tidak berpuasa lima belas hari maka ia memberi makan lima

belas orang miskin. Fidyah boleh dibayar sekaligus dan boleh

dibayar sebagian-sebagian secara terpisah.

Pembayaran dengan Makanan dan Tidak Boleh Diuangkan

Membayar fidyah berdasarkan konteks ayat yaitu dengan

makanan. Maka dengan hal ini, kami menegaskan bahwa fidyah

tidak boleh dibayar dengan uang.

Bentuk dan Jenis Makanan Fidyah

Konteks ayat tentang fidyah bersifat umum, tidak merinci

ketentuan tentang jenis makanan. Jadi jika telah dianggap sebagai

makanan menurut kebiasaan manusia di suatu tempat maka

sesuatu tersebut telah dapat digunakan untuk membayar fidyah.

Kadar Makanan Fidyah

Kuantitas makanan juga tidak dirinci dalam konteks ayat

sehingga ukuran makanan tersebut kembali kepada kebiasaan

kebanyakan orang pada suatu tempat atau negeri.

35

Fidyah yang Paling Afdhal

Namun tidak diragukan akan terpujinya pembayaran fidyah

dengan makanan yang paling baik dan berharga berdasarkan

firman Allah : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di

jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan

sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan

janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan

daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya

melainkan dengan memicingkan mata terhadap-nya. Dan

ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al

Baqarah).

36

Sahur dan

Berbuka Menurut

Tuntunan

Rasulullah

V

37

BAB - V

SAHUR DAN BERBUKA

MENURUT TUNTUNAN RASULULLAH

Sahur dan berbuka merupakan dua amalan yang sangat agung

dalam pelaksanaan puasa seorang muslim. Ia tidak hanya sekedar

makan dan minum, tetapi merupakan suatu ibadah yang

membedakan umat Islam dengan Yahudi dan Nashara.

Tuntunan Rasulullah dalam Bersahur

Perlu kita ketahui, bahwa sahur merupakan sesuatu yang

sangat dianjurkan oleh Rasulullah . Dalam hadits Ibnu Umar .

Rasulullah bersabda:

ماء تسحرو اولوبر عة من

“Bersahurlah kalian, walaupun dengan seteguk air. ”(Shahih At

Targhib no. 1071 karya Asy Syaikh Al Albani)

38

Keutamaan Makan Sahur

1. Pada Makan Sahur terdapat berkah

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Anas bin Malik ,

Rasul bersabda:

ورب ركةاحرو افإنفالسحتس

Bersahurlah kalian karena sesungguhnya pada makan sahur

terdapat berkah. ”(Muttafaqun ‘alaihi)

2. Mendapat Shalawat dari Allah dan para Malaikat-Nya

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Sa’id Al Khudri :

ري ن ئكتهيصلونعلىال متسح فإنللاعزوجلومال

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat

kepada orang-orang yang makan sahur. ”

(HR. Ahmad, Shahih At Targhib no. 1077)

3. Menyelesihi Ahlul Kitab

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Amr bin Ash ,

Rasulullah bersabda:

39

ل صيامناوصيامأه السحرفص لمابي لة ال كتابأك

“Pembeda antara puasa kita dengan puasanya Ahlul Kitab

(adalah) adanya makan sahur. ”(HR. Muslim)

Adab-adab Makan Sahur

1. Mengakhirkan Sahur

Mengakhirkan sahur termasuk sunnah Rasulullah .

Sahabat Anas bin Malik mendengar Zaid bin Tsabit

berkata: “Kami makan sahur bersama kemudian beliau berdiri

untuk shalat shubuh, saya (Anas bin Malik) bertanya

kepadanya: “Berapa jarak antara adzan dengan sahur? Beliau

menjawab: “Kurang lebih sepanjang bacaan lima puluh ayat. ”

(Muttafaqun ‘alaihi)

2. Bersahur dengan Tamr (kurma)

Alangkah baiknya dalam hidangan sahur terdapat tamr

(kurma). Nabi , bersabda:

ر ؤ منت مال رنع مسحو م

“Sebaik-baik makanan sahur seorang mu’min adalah tamr. ”

(HR. Abu Dawud dan lainnya, lihat Ash Shahihah no. 562)

40

3. Waktu Akhir Makan Sahur

Waktu makan sahur berakhir setelah muncul fajar shadiq

(fajar kedua, pertanda masuknya waktu subuh), sebagaimana

firman Allah :

ڇڇڇ چ چ چ چ ڃ ڃ ڃ ڃ ڄ ڄ ڄڇ

“Silahkan kalian makan dan minum sampai tampak jelas cahaya

fajar. ”(Al Baqarah: 187)

Sebagaimana pula dalam hadits ‘Aisyah d:

“Sesungguhnya Bilal beradzan pada malam hari, maka

berkata Rasulullah : “Silahkan kalian makan dan minum

sampai Ibnu Ummi Maktum beradzan, sesungguhnya dia

tidak beradzan kecuali setelah terbit fajar. ”(HR. Al

Bukhariy)

. Namun demikian, jangan cenderung bermudah-mudahan

dalam masalah ini. Pastikan, ketika masuk waktu shalat shubuh

anda benar-benar telah bersahur.

41

Tuntunan Rasulullah dalam Berifthar (Berbuka Puasa)

1. Waktu Berbuka

Berbuka puasa dilakukan apabila telah masuk waktu malam

(maksudnya tenggelamnya matahari). sebagaimana firman

Allah :

ڌ ڍ ڍ ڇ ڇ

“Kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam hari. ”

(Al-Baqarah: 187)

2. Menyegerakan Berbuka

Menyegerakan berbuka puasa merupakan sunnah

Rasulullah yang harus diamalkan. . Imam Ahmad t

meriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik , beliau

berkata:

يصليرسولللاكان طرق ب لأن ي ف

“Dahulu Rasulullah berbuka sebelum shalat (Maghrib –

pent) “.

Berikut beberapa keutamaan menyegerakan berbuka:

a. Mendatangkan kebaikan.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Sahl bin Sa’dz

bahwa Rasulullah bersabda:

الالناسبي ماعجلواالفط رلي ز

42

“Terus menerus manusia berada dalam kebaikan

selama mereka menyegerakan berbuka. ”(Muttafaqun

‘alaihi)

b. Menjaga dan menghidupkan sunnah Rasulullah

Sebagaimanadisebutkan dalam hadits dari sahabat

Sahl bin Sa’d :

بفط رهاالنجوم تظر ت ن لت زالأمتعلىسنتمال

“Umatku akan senantiasa di atas sunnahku, selama

mereka tidak menunda berbuka puasa sampai

munculnya bintang-bintang. ”(Hadits Riwayat Ibnu

Hibban, lihat Fathul Bari hadits no. 1957)

c. Menyelesihi Yahudi, Nashara, dan Syi’ah

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah

: “Agama ini akan senantiasa tegak selama umat Islam

menyegerakan berbuka, karena Yahudi dan Nashara

adalah orang-orang yang mengakhirkannya. ” (Hadits

Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah, lihat Shahid At

Targhib no. 1075)

3. Dengan Apa Berbuka?

Alangkah baiknya bagi seorang yang berpuasa untuk

berbuka dengan ruthab (kurma segar), kalau tidak

mendapatkannya boleh dengan tamr (kurma kering), kalau

tidak ada, maka dengan air, sebagaimana disebutkan dalam

hadits Anas bin Malik :

43

ف علىتركانرسولللا يكن ل يصليفإن طرق ب لأن ي ف اتفإن ترات يكن ماء ل من حساحسوات

“Bahwasannya Rasulullah dahulu berbuka sebelum

shalat (Maghrib) dengan beberapa ruthab, jika tidak

mendapatinya, maka dengan kurma, kalau tidak

mendapatinya, maka dengan meneguk air beberapa

tegukan. ” (Shahih Sunan Abu Dawud hadits no. 23546,

karya Asy Syaikh Al Albani)

4. Doa ketika Berbuka

Rasulullah bila berbuka mengucapkan:

شاءللاذهبالظمأواب ت لتال عرو ق رإن وث بتا ألج

“Telah hilang dahaga dan telah basah urat-urat dan

pahala telah tetap. Insya Allah. (Shahih Sunan Abu

Dawud).

44

Lailatul Qadr

VI

45

BAB VI

LAILATUL QADAR

Malam lailatul qadar adalah malam yang mulia, penuh berkah,

sangat agung keutamaannya dan merupakanmalam yang paling

mulia. Allah berfirman:

ڀ ٺ ٺ ٺ ٺ ٿ

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. ”(Al-Qadar: 3)

Maknanya amal yang dikerjakan pada malam lailatul qadar lebih

baik daripada amal seribu bulan yang tidak ada padanya lailatul

qadar. Rasülulläh bersabda:

ذن به غفرلهمات قدممن تساابا واح رإيانا لةال قد قاملي من

“Barangsiapa menegakkan (bersungguh-sungguhberamal)

malam lailatul qadar karena keimanan dan mengharap ampunan

dan pahala, Allah akan ampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

”(Hadits RiwayatAl Bukhariy dan Muslim).

46

Tidak Ada Ketentuan tentang Kapan Waktu Tepatnya

Lailatul Qadr

Tidak ada kepastian tentang tanggal malam lailatul qadar, akan

tetapi malam-malam itu berganti-ganti. Kadang dalam tahun ini

jatuh pada malam 21, kadang pada tahun yang lain jatuh pada

malam 27, dan seterusnya. Dan telah ada riwayat tentang hal ini:

نسيت هاأو روإن لةال قد أريتلي واخرإن راأل أن سيت هافال تمسوهافال عش جدفماء وطي أس أريتأن وت ر وإن كل من

“Sesungguhnya aku telah bermimpi diperlihatkan padaku

Lailatul Qadr, namun aku lupa -atau- dilupakan lagi. Karena itu,

carilah ia pada sepuluh terakhir Ramadhan, yakni pada setiap

malam ganjil. Dan sungguh, di dalam mimpiku, aku bersujud di air

yang lembab. “(HR. Imam Al Bukhariy)

Hal-hal yang Disunnahkan pada Malam Lailatul Qadar

Disunnahkan pada malam lailatul qadar memperbanyak

ketaatan, terlebih lagi memperbanyak doa. Karena doa pada malam

lailatul qadarmustajab. Seorang muslim hendaknya memperbanyak

istighfar, bertaubat dan qiyamul lail pada malam lailatul qadar.

47

Doa Lailatul Qadar

رماأقولقالت قولي لةال قد واف ق تلي أرأي تإن عائشةينبالل قالت وفاع فعن ال عف اللهمإنكعفوتب

Aisyah berkata; “Wahai Nabi Allah! Bagaimana menurutmu jika

saya berada pada malam lailatul Qadar, apa yang harus saya

ucapkan?” Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam menjawab:

“Hendaklah kamu mengucapkan: “ALLAAHUMMA INNAKA

AFUWWUN TUHIBBUL `AFWA FA`FU `ANNI.” (ya Allah Engkau

adalah Maha Pengampun, Engkau suka mengampuni, maka

ampunilah saya). “

48

Zakat Al Fithri

VII

49

BAB VII

ZAKAT Al FITHRI

Pengertian Zakat Fithri

Pengertian zakat fithri adalah zakat yang disyariatkan pada akhir

bulan Ramadhan. Dinamakan zakat fithri karena diwajibkan untuk

ifthar (berbuka) setelah selesai Ramadhan.

Hikmah Zakat Fithri

Hikmahnya sangat banyak, di antaranya:

1. Menutup kekurangan dan kerusakan yang terjadi dari orang

yang berpuasa.

2. Menutup kebutuhan fakir miskin sehingga mereka bisa ikut

bergembira bersama orang lain di hari raya.

3. Sebagai bentuk syukur kepada Allah atas selesainya dia dalam

mengerjakan kewajiban puasa.

50

Hukumnya

Zakat fithri hukumnya adalah wajib.

Dalilnya adalah ucapan Abdullah bin Umar -radhiyallahu

'anhuma-:

هماقال عن اب نعمررضيالل علي هوسلمزكاة:عن ف رضرسولللاصلىللان ثىوالصغي والذكرواأل ر ال عب دوال شعي على من صاعاا أو ت ر من ال فط رصاعاا

لم ال مس ت ؤدىق ب لخروجوال كبيمن الناسإىلالصالةيوأمرباأن

Dari 'Abdullah bin 'Umar -radhiyallohu'anhuma-

berkata:“Rasulullah mewajibkan zakat fithri satu sha' kurma atau

sha' gandum bagi setiap hamba sahaya (budak) maupun yang

merdeka, laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar dari

kaum muslimin. Dan Beliau memerintahkan agar menunaikannya

sebelum orang-orang berangkat untuk shalat ('Ied). ”(H. R. Al

Bukhariy dan Muslim).

Waktu Mengeluarkan Zakat Fithri

Waktu yang paling utama untuk membayar zakat fithri yaitu

pada hari raya, yaitu setelah terbitnya fajar sebelum shalat Id. Dan

dibolehkan membayar zakat fithri sehari atau dua hari sebelum hari

raya, berdasarkan perbuatan para shahabat Radhiallahu ‘anhum.

51

Dan tidak boleh mengakhirkan pembayaran zakat fithri setelah

shalat Id, berdasarkan hadits Ibnu Umar Radhiallahu ‘anhuma.

ت ؤدى صلىاللعلي هوسلمأمربزكاةال فط رأن رسولالل عن اب نعمر،أن ق ب لخروجالناسإىلالصالة

“Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah memerintahkan agar

membayar zakat fithri sebelum manusia berangkat menunaikan

shalat Ied.“ (Hadits Riwayat Imam Muslim).

Dan berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas “Barangsiapa yang

membayar zakat fithri sebelum shalat, maka itu adalah zakat yang

diterima. Dan barang siapa yang membayarnya setelah shalat,

maka itu termasuk shadaqah biasa. ”(HR. Abu Dawud)

Ukuran Zakat Fithri

✓ Zakat fithri sebanyak 1 sha’ untuk masing-masing orang.

✓ 1 Sha’ (3 Kg).

✓ Zakat fithri dengan makanan pokok manusia, seperti beras,

kurma dan burr (biji-bijian).

Hal ini berdasarkan hadits Abu Said Al KhudryRadhiallahu

‘anhu:

52

رضيعنأيب ري د ال قالللاسعيد رسول:عن ه د كنان رجفعه للا طعام االشعيد وكانطعامنوقالأبوسعيي و مال فط رصاعاامن

ر قطوالتم والزبيبواأل

“Abu Sa'id Al Khudriy Radhiallahu ‘anhuberkata:“Pada

zaman Nabi , kami mengeluarkan (zakat fithri) pada hari

raya 'Idul Fithri satu sha' makanan. “Dan berkata Abu Sa'id:

“Dan saat itu makanan kami adalah gandum, kismis, biji-

bijian atau kurma. “(Hadits Riwayat Al Bukhariy)

✓ Dari hadits tersebut dapat diambil pendalilan bahwa tidak

boleh membayar zakat fithri dengan uang sebab Rasul

tidak memerintahkan membayar zakat dengan uang.

Adapun pendapat‘ulama yang membolehkan adalah

pendapat yang tidak kuat.

Yang Berhak Menerima Zakat

Zakat fitri diberikan kepada faqir miskin saja, Sebagaimana

hadits dari shahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

من-هوسلمصلىللاعلي-ف رضرسولالل للصائم رةا طه ال فط ر زكاة بولةومن أداهاق ب لالصالةفهىزكاةمق اللغ ووالرفثوطع مةالل مساكيمن

دقاتصالةفهىصدقةمنالصأداهاب ع دال .

53

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri

untuk mensucikan orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan

kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan miskin.

Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat maka zakatnya

diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat

maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai

sedekah. ” (HR. Abu Daud no. 1609 dan Ibnu Majah no. 1827)

Dibolehkan untuk memberikan 1 zakat fithri kepada

beberapa orang, atau memberikan zakat fithri dari beberapa orang

untuk satu orang saja. Dan dibolehkan memberikan zakat fithri

kepada wakil dari orang yang berhak menerimanya.

54

Shalat Idul Fithri

VIII

55

BAB VIII

SHALAT IDUL FITHRI

Shalat idul fithri adalah shalat 2 rakaat yang dikerjakan setelah

selesai menunaikan ibadah puasa ramadhan dengan cara tertentu.

Tepatnya pada tanggal 1 syawwal.

Hukum Shalat Hari Raya

Hukum shalat hari raya adalah fardhu kifayah yaitu bila sudah

ada yang melaksanakan dalam jumlah yang cukup, maka tidak

berdosa orang lain yang tidak mengerjakannya.

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

ڇڑ ژ ژڇ

“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah.” (Al-

Kautsar: 2)

Waktu Shalat ‘Id

Waktu shalat ‘id dimulai sejak naiknya matahari setinggi

tombak (dalam pandangan mata) yakni kurang lebih 15 menit dari

56

waktu terbitnya, sampai zawal (tergelincirnya matahari ke arah

barat).

Tata Cara Shalat ‘Id

1. Shalat ‘Id sebanyak dua rakaat, imam mengeraskan bacaan

pada kedua rakaat tersebut.

2. Bertakbir pada rakaat pertama sebanyak enam kali setelah

takbiratul ihram dan istiftah.

3. Bertakbir pada rakaat kedua sebanyak lima kali setelah takbir

perpindahan, dengan mengangkat kedua tangan pada setiap

takbir.

4. Disunnahkan untuk membaca Surat Al-A’la pada rakaat

pertama dan Surat Al-Ghasiyah pada rakaat kedua setelah Al-

Fatihah.

Khutbah Shalat ‘Id

Setelah Shalat ‘Id diadakan khutbah dengan dua khutbah yang

menganjurkan untuk bertaqwa kepada Allah Ta’ala, menjauhi apa-

apa yang diharamkan, meninggalkan kedhaliman, berpegang

dengan kitab dan sunnah.

Sunnah-sunnah Shalat ‘Id

1. Melaksanakan shalat di lapangan yang dekat dengan

pemukiman.

2. Bertakbir ketika berangkat ke tempat shalat.

57

3. Berangkat ke tempat shalat melewati suatu jalan dan kembali

melewati jalan yang lain.

4. Memakan kurma sebelum berangkat untuk shalat Idul Fitri, dan

yang paling utama memakan dalam jumlah yang ganjil (seperti

tiga atau lima)

5. Berangkat ke tempat shalat dalam keadaan yang bagus,

dengan memakai pakaian yang paling bagus. Adapun

perempuan, maka mereka keluar ke tempat shalat dalam

keadaan tidak berhias dan tidak memakai wangi-wangian.

Hukum-hukum yang Berkaitan dengan Shalat Id

1. Shalat ‘Id tidak ada padanya adzan dan iqamah.

2. Dimakruhkan untuk mengerjakan shalat nafilah sebelum dan

sesudah shalat ‘Id kalau shalat ‘Id dikerjakan di lapangan.

Adapun kalau dikerjakan di masjid, maka hendaknya

menunaikan shalat Tahiyatul Masjidsetelah masuk ke dalam

masjid.

3. Disunnahkan bagi yang ketinggalan shalat ‘Id atau ketinggalan

sebagiannya untuk menggantinya dengan caraseperti dalam

tata cara shalat Id, yaitu dia shalat dua rakaat dengan takbir

tambahan.

58

Takbir Pada Hari Raya

Disunnahkan untuk bertakbir dengan suara yang keras pada

malam dua hari raya dan pada tanggal 10 Dzulhijah serta pada hari

tasyriq yaitu tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijah.

LafazhTakbir

اكب، هللا اكب، هللا اكب، آل اله إالهللا، وهللا هللا اكب، ولـله الـحمد

Allahu Akbar, Allahu Akbar,

Laa ilaaha illa Allah Wallahu Akbar,

Allahu Akbar Walillahil Hamdu.

Artinya:

Allahu Maha Besar, Allah Maha Besar,

Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah

dan Allah Maha Besar.

Allah Maha Besar,

dan Segala Pujian yang baik hanya bagi Allah.

59

LEMBAR KEGIATAN RAMADHAN Edisi Covid-19

Tetap di Rumah!

60

A. TABEL PUASA WAJIB

No Tanggal Puasa Latihan Ket Paraf Orang Tua

1 1 Ramadhan

2 2 Ramadhan

2 2 Ramadhan

3 3 Ramadhan

4 4 Ramadhan

5 5 Ramadhan

6 6 Ramadhan

7 7 Ramadhan

8 8 Ramadhan

9 9 Ramadhan

10 10 Ramadhan

11 11 Ramadhan

12 12 Ramadhan

13 13 Ramadhan

14 14 Ramadhan

15 15 Ramadhan

16 16 Ramadhan

61

17 17 Ramadhan

18 18 Ramadhan

19 19 Ramadhan

20 20 Ramadhan

21 21 Ramadhan

22 22 Ramadhan

23 23 Ramadhan

24 24 Ramadhan

25 25 Ramadhan

26 26 Ramadhan

27 27 Ramadhan

28 28 Ramadhan

29 29 Ramadhan

30 30 Ramadhan

62

B. TABEL SHALAT RAWATIB/FARDHU

No Tanggal

Shalat Fardhu Paraf

Orang Tua Subuh

(✓)

Zhuhur

(✓)

Ashar

(✓)

Maghrib

(✓)

Isya’

(✓)

1 1 Ramadhan

2 2 Ramadhan

3 3 Ramadhan

4 4 Ramadhan

5 5 Ramadhan

6 6 Ramadhan

7 7 Ramadhan

8 8 Ramadhan

9 9 Ramadhan

10 10 Ramadhan

11 11 Ramadhan

12 12 Ramadhan

13 13 Ramadhan

14 14 Ramadhan

15 15 Ramadhan

63

16 16 Ramadhan

17 17 Ramadhan

18 18 Ramadhan

19 19 Ramadhan

20 20 Ramadhan

21 21 Ramadhan

22 22 Ramadhan

23 23 Ramadhan

24 24 Ramadhan

25 25 Ramadhan

26 26 Ramadhan

27 27 Ramadhan

28 28 Ramadhan

29 29 Ramadhan

30 30 Ramadhan

64

C. TABEL SHALAT TARAWIH DAN WITIR

No Tanggal Tarawih Di rumah

(✓) Masjid

(✓)

Paraf Orang

Tua

1 1 Ramadhan

2 2 Ramadhan

2 2 Ramadhan

3 3 Ramadhan

4 4 Ramadhan

5 5 Ramadhan

6 6 Ramadhan

7 7 Ramadhan

8 8 Ramadhan

9 9 Ramadhan

10 10 Ramadhan

11 11 Ramadhan

12 12 Ramadhan

13 13 Ramadhan

14 14 Ramadhan

15 15 Ramadhan

65

16 16 Ramadhan

17 17 Ramadhan

18 18 Ramadhan

19 19 Ramadhan

20 20 Ramadhan

21 21 Ramadhan

22 22 Ramadhan

23 23 Ramadhan

24 24 Ramadhan

25 25 Ramadhan

26 26 Ramadhan

27 27 Ramadhan

28 28 Ramadhan

29 29 Ramadhan

30 30 Ramadhan

Ustadz/Ustadzah

--------------------------------

Nilai:

66

67

D. TABEL MEMBACA AL QUR`AN

No Tanggal Jilid/ Surat

Halaman/Ayat

Ket Paraf

Pembimbing

1 1 Ramadhan

2 2 Ramadhan

2 2 Ramadhan

3 3 Ramadhan

4 4 Ramadhan

5 5 Ramadhan

6 6 Ramadhan

7 7 Ramadhan

8 8 Ramadhan

9 9 Ramadhan

10 10 Ramadhan

11 11 Ramadhan

12 12 Ramadhan

13 13 Ramadhan

14 14 Ramadhan

15 15 Ramadhan

68

16 16 Ramadhan

17 17 Ramadhan

18 18 Ramadhan

19 19 Ramadhan

20 20 Ramadhan

21 21 Ramadhan

22 22 Ramadhan

23 23 Ramadhan

24 24 Ramadhan

25 25 Ramadhan

26 26 Ramadhan

27 27 Ramadhan

28 28 Ramadhan

29 29 Ramadhan

30 30 Ramadhan

69

E. TABEL HAFALAN AL QUR`AN

No Tanggal Jilid/ Surat

Halaman/Ayat

Ket Paraf Ortu/

Pembimbing

1 1 Ramadhan

2 2 Ramadhan

2 2 Ramadhan

3 3 Ramadhan

4 4 Ramadhan

5 5 Ramadhan

6 6 Ramadhan

7 7 Ramadhan

8 8 Ramadhan

9 9 Ramadhan

10 10 Ramadhan

11 11 Ramadhan

12 12 Ramadhan

13 13 Ramadhan

14 14 Ramadhan

15 15 Ramadhan

70

16 16 Ramadhan

17 17 Ramadhan

18 18 Ramadhan

19 19 Ramadhan

20 20 Ramadhan

21 21 Ramadhan

22 22 Ramadhan

23 23 Ramadhan

24 24 Ramadhan

25 25 Ramadhan

26 26 Ramadhan

27 27 Ramadhan

28 28 Ramadhan

29 29 Ramadhan

30 30 Ramadhan

71

F. TABEL MURAJA`AH (MENGULANG) HAFALAN AL

QUR`AN

No Tanggal Jilid/ Surat

Halaman/Ayat

Ket Paraf

Pembimbing

1 1 Ramadhan

2 2 Ramadhan

2 2 Ramadhan

3 3 Ramadhan

4 4 Ramadhan

5 5 Ramadhan

6 6 Ramadhan

7 7 Ramadhan

8 8 Ramadhan

9 9 Ramadhan

10 10 Ramadhan

11 11 Ramadhan

12 12 Ramadhan

13 13 Ramadhan

14 14 Ramadhan

72

15 15 Ramadhan

16 16 Ramadhan

17 17 Ramadhan

18 18 Ramadhan

19 19 Ramadhan

20 20 Ramadhan

21 21 Ramadhan

22 22 Ramadhan

23 23 Ramadhan

24 24 Ramadhan

25 25 Ramadhan

26 26 Ramadhan

27 27 Ramadhan

28 28 Ramadhan

29 29 Ramadhan

30 30 Ramadhan

73

G. TABEL PUASA SYAWAL

No Tanggal Puasa Latihan Ket Paraf Orang Tua

1

2

2

3

4

5

6

74

ومنكهم منا للاهتقبل

“Semoga Allah menerima amalan

kami dan amalan kalian. ”

Semoga kita berjumpa kembali dengan

Ramadhan tahun depan. Amin.