Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda jatmika nurhadi

34
DIAMORF DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA SUNDA Jatmika Nurhadi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran, Bandung, 40600, Indonesia E-mail: [email protected] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki sistem dan struktur tertentu. Sistem tersebut berkaitan dengan tataran fonologis, tataran gramatikal (morfologis dan sintaksis), serta aspek semantik. Salah satu subsistem tersebut mengkaji aspek makna, baik makna sebenarnya maupun makna kiasan. Ilmu yang mempelajari makna disebut semantik. Semantik sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia karena bahasa yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi haruslah memiliki makna yang tepat agar terjadi komunikasi yang efektif terhadap teman atau mitra bicara. Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa, bila makna tidak terkandung di dalamnya. Setiap arus ujaran mengandung makna atau tidak, haruslah dilihat dari konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar, secara konvensional telah sepakat bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula. Dengan demikian, terhimpun bermacam-macam susunan bunyi yang

Transcript of Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda jatmika nurhadi

Page 1: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

DIAMORF DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA SUNDA

Jatmika NurhadiFakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran, Bandung, 40600, Indonesia

E-mail: [email protected]

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa memiliki sistem dan struktur tertentu. Sistem tersebut berkaitan dengan

tataran fonologis, tataran gramatikal (morfologis dan sintaksis), serta aspek semantik. Salah

satu subsistem tersebut mengkaji aspek makna, baik makna sebenarnya maupun makna

kiasan. Ilmu yang mempelajari makna disebut semantik. Semantik sangat erat hubungannya

dengan kehidupan manusia karena bahasa yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi

haruslah memiliki makna yang tepat agar terjadi komunikasi yang efektif terhadap teman atau

mitra bicara.

Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa,

bila makna tidak terkandung di dalamnya. Setiap arus ujaran mengandung makna atau tidak,

haruslah dilihat dari konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap kelompok

masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar, secara konvensional telah sepakat bahwa setiap

struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula. Dengan demikian,

terhimpun bermacam-macam susunan bunyi yang satu berbeda dari yang lain, yang masing-

masing mengandung suatu makna tertentu, yang bersama-sama membentuk perbendaharaan

kata dari suatu masyarakat. Sebagai alat untuk penyampaian pengalaman jiwa, pikiran, dan

maksud dalam masyarakat, makna memegang peranan penting dalam pemakaian bahasa.

Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam suku bangsa, yang memiliki bahasa masing-

masing yang lazim disebut bahasa daerah. Baik melalui proses pembelajaran formal maupun

informal, membuat tidak sedikit warga Indonesia yang mampu berbahasa Indonesia sekaligus

berbahasa daerah. Hal ini membuka peluang bagi banyak masyarakat yang berada di

Indonesia menjadi masyarakat bilingualis. Dalam masyarakat bilingualis terdapat kontak

bahasa. Oleh karena itu, terdapat kecenderungan pada dwibahasawan untuk mempersamakan

hal-hal pada bahasa yang satu dengan hal-hal pada bahasa yang lain (Rusyana, 1988: 5).

Page 2: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Sebuah kata yang sama penulisannya maupun pengucapannya dalam sebuah bahasa

bisa juga terdapat dalam bahasa lain yang memiliki kata dengan penulisan dan pengucapan

yang sama. Persamaan tersebut apabila memiliki makna yang sama maka tidak akan

membingungkan masing-masing pengguna bahasa tersebut. Namun, apabila makna yang

terkandung dalam kata-kata tersebut terdapat perbedaan hal ini akan menimbulkan

kebingungan atau salah persepsi. Dalam masyarakat biligualis, hal semacam ini bisa saja

terjadi.

Dwibahasawan melakukan identifikasi antarbahasa. Identifikasi itu dapat terjadi

dalam berbagai bidang, seperti bidang bunyi bahasa, morfologi, hubungan ketatabahasaan,

dan bidang isi. Menurut Rusyana (1988: 5) identifikasi yang terjadi di dalam bidang

morfologi salah satunya adalah diamorf.

Kajian terhadap diamorf jarang sekali dilakukan. Dengan demikian, diperlukan suatu

penelitian mengenai diamorf-diamorf yang terdapat dalam masyarakat bilingualis. Hal ini

dilakukan dengan tujuan mencari persamaan dan perbedaan yang terdapat pada morfem-

morfem yang digunakan dalam bahasa-bahasa tersebut. Dengan demikian, masyarakat tidak

salah dalam memaknai sebuah kata. Selain itu, dwibahasawan-dwibahasawan secara sadar

maupun tidak menghindarkan terjadinya identifikasi tersebut, sehingga proses

mempersamakan bahasa satu dengan bahasa lain menyebabkan dwibahasawan-

dwibahasawan tersebut salah mengidentifikasi makna sebuah kata.

Untuk menyelidiki hal tersebut, perlu dilakukan penelitian terhadap diamorf homofoni

bahasa Indonesia dan bahasa Sunda perlu dilaksanakan sehingga morfem-morfem apa saja

yang terdapat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda yang memiliki kesamaan bentuk

fonemiknya, tetapi memiliki perbedaan makna dapat diketahui.

1.2 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan paparan diamorf homofoni dalam bahasa Indonesia dan bahasa

Sunda, terdapat dua masalah yang perlu dirumuskan. Rumusan masalah itu disenaraikan

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.

(1) Bagaimana wujud diamorf homofoni dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda?

(2) Bagaimana perbedaan makna yang terkandung dalam diamorf homofoni dalam bahasa

Indonesia dan bahasa Sunda?

(3) Bagaimana keterkaitan makna yang terkandung dalam diamorf-diamorf homofoni

dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda?

Page 3: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan diamorf homofoni dalam bahasa Indonesia

dan bahasa Sunda. Tujuan penelitian ini meliputi tiga hal, yakni:

(1) mendeskripsikan wujud diamorf homofoni dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda;

(2) mendeskripsikan perbedaan makna yang terkandung dalam diamorf homofoni

morfem bebas dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, dan

(3) mendeskripsikan keterkaitan makna yang terkandung dalam diamorf-diamorf

homofoni dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang memaparkan diamorf homofoni dalam bahasa Indonesia dan

bahasa Sunda ini mempunyai dua manfaat utama, yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis.

Kedua manfaat penelitian ini masing-masing disajikan sebagai berikut.

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, deskripsi diamorf homofoni dalam bahasa Indonesia dan bahasa

Sunda ini memiliki empat manfaat, yakni:

1) sebagai bahan pengembangan teori linguistik;

2) sebagai bahan untuk melengkapi kajian linguistik dalam bahasa Indonesia dan

bahasa Sunda;

3) sebagai informasi bagi para pengkaji bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, dan

4) sebagai acuan bahan ajar bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, deskripsi diamorf homofoni dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda

ini memiliki dua manfaat, yakni:

1) sebagai bahan pengajaran dan pembinaan bahasa Sunda dan bahasa Sunda, dan

2) sebagai motivasi tumbuh kembangnya kajian lebih lanjut mengenai diamorf,

bilingualisme, morfologi dan semantik dalam bahasa Sunda.

1.5 Metodologi Penelitian

1.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Page 4: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

KARTU DATA

Data 001

Kata dalam BI: amat Kata dalam BS: amatMakna : sangat Makna : hari sesudah

esok, lusa

Keterkaitan makna:Tidak mengandung keterkaitan makna.

Di dalam penelitian ini akan digunakan metode deskriptif analitis. Perluasan makna

akan dideskripsikan berdasarkan makna sebelum dan sesudah terjadinya proses perluasan.

Pengumpulan data akan dilakukan melalui tahap-tahap berikut:

(a) membaca leksem-leksem yang terdapat dalam Kamus Sunda-Indonesia;

(b) menandai leksem-leksem yang terdapat dalam Kamus Sunda-Indonesia;

(c) menyalin leksem-leksen yang terdapat dalam Kamus Sunda-Indonesia yang telah

ditandai ke dalam kartu data. Setiap kartu data diberi nomor kode.

Misalnya:

1.5.2 Teknik Pengolahan Data

Setelah selesai pengumpulan data, selanjutnya pengolahan data yang dilakukan

melalui langkah-langkah sebagai berikut.

1) Pengkajian dan analisis data secara semantis untuk menghasilkan deskripsi diamorf

homofoni dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dilihat jenis morfemnya dan

perbedaan maknanya.

2) Penafsiran atau interpretasi data melalui hasil analisis diamorf homofoni dalam bahasa

Indonesia dan bahasa Sunda untuk menghasilkan simpulan penelitian.

3) Penyajian atau deskripsi data melalui kalimat yang efektif mengenai diamorf homofoni

dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.

1.6 Sumber Data dan Korpus

1.7 Penentuan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah ragam bahasa tulis. Penentuan sumber data

itu didasari oleh pertimbangan bahwa ragam bahasa tulis lebih terpelihara daripada ragam

Page 5: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

bahasa lisan sehingga mencerminkan bahasa yang terencana, mantap, dan baku (Ochs, 1972)

dan prosedur ini dibenarkan karena bahasa yang diteliti telah memiliki sistem tulisan

(Samsuri, 1983: 169). Untuk keperluan itu digunakan sumber data bahasa Indonesia yang

dipakai dalam Kamus Sunda-Indonesia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Data yang

digunakan adalah morfem bebas berupa kata dasar. Kata turunan dan sebagainya tidak

digunakan.

Bahan tersebut dipilih sebagai sumber data utama atas pertimbangan, yakni (1)

memenuhi syarat kebahasaan dalam arti memperagakan pemakaian bahasa Indonesia dan

bahasa Sunda baku, (2) cukup mewakili pemakaian bahasa Indonesia dalam berbagai bidang

kehidupan, dan (3) berada dalam jangkauan peneliti.

1.6.2 Penentuan Korpus Data

Penentuan dan pengambilan data seperti itu diharapkan cukup representatif bagi

penelitian ini. Selanjutnya, secara acak akan diambil sejumlah morfem bebas berupa kata

dasar, kemudian dicatat dalam kartu data. Korpus data inilah yang dijadikan bahan kajian

data.

Dari sumber data tersebut ditentukan seluruh kalimat majemuk sebagai populasi.

Selanjutnya, seluruh populasi yang dijadikan sampel itu ditentukan sesuai dengan keperluan

penelitian. Jadi, penelitian ini menggunakan sampel purposif. Seluruh data kata dasar tersebut

dianalisis dari makna dan hubungan semantisnya.

Page 6: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Morfologi

Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa

sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh

perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain

dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi

perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

(http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).

Kata morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa

Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti

ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul

diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya

itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.

Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk

kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas

kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam

morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah

morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.

Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk

beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna

(arti) dan kelas kata.

2.1.1 Morfem

Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang

mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).

Page 7: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa

(Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka

unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong  ke dalam satuan gramatik yang paling

kecil.

Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan

dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan.

Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan

kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.

(http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).

Berdasarkan konsep-konsep di atas di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah

satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna

gramatikal.

2.1.2 Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Morfem ada yang bersifat bebas dan ada yang bersifat terikat. Dikatakan morfem

bebas karena ia dapat berdiri sendiri, dan dikatakan terikat jika ia tidak dapat berdiri sendiri.

Misalnya:

1. Morfem bebas – “saya”, “buku”, dsb.

2. Morfem terikat – “ber-“, “kan-“, “me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dsb.

2.1.3 Kata

Para linguis yang sehari-hari bergelut dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya

tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang di sebut dengan kata

itu. Satu masalah lagi mengenai kata ini adalah mengenai kata sebagai satuan gramatikal.

Kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai

makna. Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf  atau morfem baru kita akui sebagai

kata bila bentuk itu sudah mempunyai makna.

Kata ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai

satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Perhatikan kata-kata di

bawah ini.

1. Mobil2. Rumah3. Sepeda4. Ambil5. Dingin

Page 8: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

6. Kuliah.

Keenam kata yang kita ambil secara acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata

mempunyai makna. Kita pasti akan meragukan, bahkan memastikan bahwa adepes, libma,

ninggib, haklab bukan kata dari bahasa Indonesia karena tidak mempunyai makna.

Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang

bermofem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak. Kata yang bermorfem tunggal

disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada umumnya

berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata berimbuhan. Perhatikan

perubahan kata dasar menjadi kata turunan dalam tabel di bawah ini.

2.2 Semantik

Semantik (dari Bahasa Yunani: semantikos, memberikan tanda, penting, dari kata

sema, tanda) adalah cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu

bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dengan kata lain, Semantik adalah pembelajaran

tentang makna. Semantik biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain: sintaksis, pembentukan

simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatika, penggunaan praktis

simbol oleh komunitas pada konteks tertentu. (http://id.wikipedia.org/wiki/Semantik)

2.2.1 Jenis Makna

Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang.

Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal.

Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna

referensial dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat

dibedakan adanya makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya dapat

dibedakan adanya makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Selain pembagian

tersebut, jenis makna dapat pula digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu (a) makna leksikal

dan (b) makna kontekstual.

a. Makna Leksikal

Makna leksikal (leksical me3aning, sematic meaning, external meaning) adalah

makna kata yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun dalambentuk kompleks

(turunan) dan makna yang ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat dalam kamus. Makna

Page 9: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

leksikal dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu (a) makna konseptual yang meliputi

makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif dan makna idiomatik.

b. Makna Konseptual

Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai

dengan referennya, dan makna yang bebas asosiasi atau hubungan apa pun. Makna

konseptual disebut juga makna denotatif, makna referensial, makna kognitif, atau makna

deskriptif. Makna konseptual dianggap sebagai faktor utama dalam setiap komunikasi.

2.3 Diamorf

Menurut Rusyana (1988: 6) diamorf merupakan varian morfem atau varian kelompok

morfem yang diidentifikasikan secara antarbahasa. Diamorf yang terjadi karena identifikasi

bentuk fonemiknya disebut diamorf homofoni, sedangkan diamorf yang terjadi karena

identifikasi arti disebut diamorf sinonimi. Diamorf yang sekaligus homofoni dan sinonimi

disebut diamorf homologi.

Menurut Kridalaksana (2008: 49) diamorf merupakan satuan morfologis abstrak yang

dirumuskan untuk menandai kesepadanan antara satuan-satuan morfologis di antara pelbagai

dialek atau bahasa.

Page 10: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Diamorf Homofoni dalam BI dan BS

Untuk mendeksripsikan diamorf homofoni bahasa Indonesia dan bahasa Sunda,

peneliti melakukan langkah analisis terhadap morfem bebas yang berupa kata yang terdapat

dalam BI dan BS. Analisis yang dilakukan adalah analisis terhadap makna yang terkandung

pada masing-masing kata tersebut, kemudian dicari tahu keterkaitan maknanya. Terdapat 71

kata yang dianalisis. Hasil dari analisis data-data itu sebagai berikut.

Data 001

Kata dalam BI: amat Kata dalam BS: amatMakna : sangat Makna : hari sesudah esok, lusa

Keterkaitan makna:Tidak mengandung keterkaitan makna.

Data 002

Kata dalam BI: amis Kata dalam BS: amisMakna : bau asam, anyir Makna : manis

Keterkaitan makna:Ada keterkaitan makna, yakni berkaitan dengan persepsi indrawi.

Page 11: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Data 003

Kata dalam BI: anti Kata dalam BS: antiMakna : tidak mendukung Makna : tunggu; tidak mendukung

Keterkaitan makna:Dalam BS kata anti memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali.

Data 004

Kata dalam BI: arah Kata dalam BS: arahMakna : tujuan Makna : harap, cari, peroleh

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna. Dalam BI arah termasuk nomina, sedangkan dalam BS termsuk verba.

Data 005

Kata dalam BI: arang Kata dalam BS: arangMakna : sisa pembakaran kayu Makna : jarang, langka

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna. Dalam BI arah termasuk nomina, sedangkan dalam BS termasuk adjektiva.

Data 005

Kata dalam BI: awas Kata dalam BS: awasMakna : peringatan Makna : jelas, kelihatan, peringatan

Keterkaitan makna:Dalam BS kata awas memiliki tiga makna, satu makna homologis, tetapi makna lain tidak berkaitan sama sekali.

Data 006

Kata dalam BI: bakat Kata dalam BS: bakatMakna : pembawaan Makna : pembawaan; saking

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali.

Page 12: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Data 007

Kata dalam BI: bangga Kata dalam BS: banggaMakna : perasaan kagum Makna : amat sulit, amat sukar

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna. Terkesan memiliki makna yang berkontradiktif.

Data 008

Kata dalam BI: baya Kata dalam BS: bayaMakna : tua Makna : bahaya

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna sama sekali.

Data 009

Kata dalam BI: bayangan Kata dalam BS: bayanganMakna : proyeksi gelap suatu Makna : menjadi ganas karena sudah

benda terluka

Keterkaitan makna:Ada keterkaitan makna mengenai persepsi dalam pikiran.

Data 010

Kata dalam BI: bekas Kata dalam BS: bekasMakna : mantan, habis pakai Makna : tembak

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 011

Kata dalam BI: burung Kata dalam BS: burungMakna : nama binatang yang Makna : gila

Berbulu dan bisa terbang

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Page 13: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Data 012

Kata dalam BI: cocok Kata dalam BS: cocokMakna : pas, tepat Makna : sumbat; suap

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 013

Kata dalam BI: duka Kata dalam BS: dukaMakna : susah, prihatin Makna : kata yang menyatakan tidak

tahu; prihatin, susah

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali.

Data 014

Kata dalam BI: era Kata dalam BS: éraMakna : zaman Makna : malu, zaman

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata era dari BI.

Data 015

Kata dalam BI: gaduh Kata dalam BS: gaduhMakna : bising, ribut Makna : punya, memiliki

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Page 14: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Data 016

Kata dalam BI: gaji Kata dalam BS: gajihMakna : upah Makna : lemak; upah

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata gaji dari BI.

Data 017

Kata dalam BI: ganja Kata dalam BS: ganjaMakna : tanaman madat Makna : bagian keris yang agak

memanjang horizontal antara gagang dengan kerisnya

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata ganja dari BI.

Data 018

Kata dalam BI: garap Kata dalam BS: garapMakna : mengerjakan Makna : gagap; mengerjakan

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali.

Data 019

Kata dalam BI: gelap Kata dalam BS: gelapMakna : tidak terang, tidak ada Makna : halilintar

cahaya

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Page 15: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Data 020

Kata dalam BI: gelar Kata dalam BS: gelarMakna : pangkat, sebutan Makna : hidang; pangkat, sebutan

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata gelar dari BI.

Data 021

Kata dalam BI: gempar Kata dalam BS: gemparMakna : sesuatu yang dahsyat Makna : banyak yang berbaring

biasanya karena sakit

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 022

Kata dalam BI: gemuk Kata dalam BS: gemukMakna : gendut, berbadan besar Makna : pupuk tanaman

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 023

Kata dalam BI: gigih Kata dalam BS: gigihMakna : teguh, pantang menyerah Makna : nasi setengah matang

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna

Data 024

Kata dalam BI: gila Kata dalam BS: gilaMakna : tidak waras, hilang ingatan Makna : jijik

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Page 16: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Data 025

Kata dalam BI: girang Kata dalam BS: girangMakna : banyak gaya; senang Makna : barat; hulu

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 026

Kata dalam BI: goreng Kata dalam BS: goréngMakna : cara memasak dengan Makna : jelek; memasak dengan

minyak minyakKeterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali.

Data 027

Kata dalam BI: gugah Kata dalam BS: gugahMakna : menarik Makna : bangun tidur

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 028

Kata dalam BI: gugur Kata dalam BS: gugurMakna : wafat, mati untuk Makna : guntur, guruh

Ppahlawan/orang berjasaKeterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 029

Kata dalam BI: gusar Kata dalam BS: gusarMakna : perasaan gelisah Makna : dipotong gigi

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Page 17: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Data 030

Kata dalam BI: hilang Kata dalam BS: hilangMakna : ada jadi tidak ada Makna : mati, meninggal

Keterkaitan makna:Ada keterkaitan makna, dari ada menjadi tiada. Meninggal dari hidup menjadi mati.

Data 031

Kata dalam BI: hirup Kata dalam BS: hirupMakna : mengambil udara lewat Makna : hidup

hidung

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 032

Kata dalam BI: indah Kata dalam BS: indahMakna : bagus Makna : mencret (bayi)

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 033

Kata dalam BI: intip Kata dalam BS: intipMakna : melihat sembunyi- Makna : kerak nasi, intai

sembunyi lewat lubang; intai

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali.

Data 034

Kata dalam BI: intip Kata dalam BS: intipMakna : melihat sembunyi- Makna : kerak nasi, intai

sembunyi lewat lubang; intai

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali.

Page 18: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Data 035

Kata dalam BI: juru Kata dalam BS: juruMakna : ahli, tukang Makna : sudut; ahli, tukang

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata juru dari BI.

Data 036

Kata dalam BI: kalem Kata dalam BS: juruMakna : tenang, sabar Makna : tenang, sabar; tenggelam

ke dalam air

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata kalem dari BS.

Data 037

Kata dalam BI: juru Kata dalam BS: juruMakna : ahli, tukang Makna : sudut; ahli, tukang

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata juru dari BI.

Data 038

Kata dalam BI: kami Kata dalam BS: juruMakna : kata ganti orang pertama Makna : kata ganti orang pertama

jamak tunggal; saya, aku yang yang digunakan orang tua

Keterkaitan makna:Ada persamaan, tetapi berbeda dalam penggunaan.

Page 19: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Data 039

Kata dalam BI: kanda Kata dalam BS: kandaMakna : kependekan dari kakanda Makna : janji, versi, rekaan cerita

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 040

Kata dalam BI: kasir Kata dalam BS: kasirMakna : pemegang kas Makna : jangkrik besar; pemegang

kas

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata kasir dari BI.

Data 041

Kata dalam BI: kelar Kata dalam BS: kelarMakna : selesai Makna : ingar kesenangan yang

sudah dialami; selesai

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BI itu disebabkan oleh serapan kata kelar dari BS.

Data 042

Kata dalam BI: kenyang Kata dalam BS: kenyangMakna : puas makan Makna : tarik

Keterkaitan makna:Tidak ada keterikatan makna.

Data 043

Kata dalam BI: kerok Kata dalam BS: kérokMakna : penyebab gangguan Makna : sala hitung tidak disengaja

Keterkaitan makna:Tidak ada keterikatan makna.

Page 20: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Data 044

Kata dalam BI: kiat Kata dalam BS: kiatMakna : cara jitu, trik Makna : kuat

Keterkaitan makna:Tidak ada keterikatan makna.

Data 045

Kata dalam BI: kodok Kata dalam BS: kodokMakna : binatang amfibi, katak Makna : memasukkan tangan ke

dalam saku atau lubang

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 046

Kata dalam BI: kokoh Kata dalam BS: kokohMakna : kuat Makna : kuah

Keterkaitan makna:Tidak ada keterikatan makna.

Data 047

Kata dalam BI: kop Kata dalam BS: kopMakna : kepala surat Makna : penegas untuk kata ambil;

kepala suratKeterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata kop dari BI.

Data 048

Kata dalam BI: koyo Kata dalam BS: koyoMakna : obat plester Makna : tidak masuk akal; obat

plester

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata koyo dari BI.

Page 21: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Data 049

Kata dalam BI: lantas Kata dalam BS: lantasMakna : lalu Makna : panjang ruasnya (bambu)

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 050

Kata dalam BI: lestari Kata dalam BS: lestariMakna : jaga Makna : meninggal

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 051

Kata dalam BI: layang Kata dalam BS: layangMakna : terbang Makna : surat, tulian, lakon; terbang

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali.

Data 052

Kata dalam BI: lebah Kata dalam BS: lebahMakna : tawon, binatang penghasil Makna : dekat, tidak jauh

madu

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna

Data 053

Kata dalam BI: lembur Kata dalam BS: lemburMakna : kerja di luar waktu kerja Makna : kampung di luar kota;

Kerja di luar waktu kerja

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata lembur dari BI.

Page 22: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Data 054

Kata dalam BI: lenggang Kata dalam BS: lénggangMakna : goyang dengan gemulai Makna : jernih

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 055

Kata dalam BI: liar Kata dalam BS: liarMakna : tidak jinak Makna : berpergian, keluar rumah

Keterkaitan makna:Tidsk ada keterkaitan makna.

Data 056

Kata dalam BI: luang Kata dalam BS: luangMakna : kosong Makna : pengalaman

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 057

Kata dalam BI: mangga Kata dalam BS: manggaMakna : nama buah berbiji tunggal Makna : silakan; ucapan manis asam rasanya

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 058

Kata dalam BI: mani Kata dalam BS: maniMakna : sperma Makna : sperma; sampai jadi

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata mani dari BI.

Page 23: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Data 059

Kata dalam BI: mesum Kata dalam BS: mesumMakna : pornografis Makna : wajah muram; pornografis

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata mesum dari BI.

Data 060

Kata dalam BI: muka Kata dalam BS: mukaMakna : wajah Makna : wajah; membuka

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali.

Data 061

Kata dalam BI: muntah Kata dalam BS: muntahMakna : makanan yang keluar lagi Makna : luntur

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 062

Kata dalam BI: mutu Kata dalam BS: mutuMakna : kualitas Makna : alat pelumat/penumbuk;

kualitasKeterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata mutu dari BI.

Data 063

Kata dalam BI: paling Kata dalam BS: palingMakna : yang ter- Makna : curi

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Page 24: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

Data 064

Kata dalam BI: palung Kata dalam BS: palungMakna : bagian laut yang dalam Makna : gila

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 065

Kata dalam BI: pamor Kata dalam BS: pamorMakna : daya tarik, wibawa Makna : garis-garis menyerupai

gambar dalam keris

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali.

Data 066

Kata dalam BI: pesat Kata dalam BS: pesatMakna : signifikan Makna : mencabut golok dari

Sarungnya; signifikan

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh serapan kata pesat dari BI.

Data 067

Kata dalam BI: pocong Kata dalam BS: pocongMakna : bungkus mayat Makna : bungkus mayat; ukuran padi

Keterkaitan makna:Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak berkaitan sama sekali.

Data 068

Kata dalam BI: poros Kata dalam BS: porosMakna : sumbu Makna : terperosok

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Page 25: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

3.2 Pembahasan Diamorf Homofoni BI dan BS

Dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda terdapat diamorf homofoni. Diamorf ini

terjadi karena identifikasi bentuk fonemik yang terdapat dari kata-kata yang sama, tetapi

memiliki makna yang berbeda.

Setelah dianalisis dapat diketahui bahwa diamorf yang terdapat dalam BI dan BS lebih

banyak yang tidak mengandung keterikatan makna. Selain itu, terdapat pula kata dalam BI

dan BS yang bermakna ganda, sehingga kata tersebut ada yang memiliki keterikatan makna

ada yang tidak. Keterikatan makna tersebut ada yang terjadi karena proses penyerapan kata

dan ada yang terjadi karena kehomologisan kata. Dengan kata lain, terdapat kata yang

berhomonim dalam bahasa Indonesia atau bahasa Sunda.

Di samping itu, ditemukan pula makna yang berkaitan seperti pada kata amis yang

dalam bahasa Indonesia bermakna anyir, sedangkan di bahasa Sunda bermakna manis.

Keterikatannya terdapat pada makna yang berkaitan dengan persepsi indra. Selain itu, ada

juga makna yang berkontradiktif seperti pada kata bangga. Kata bangga dalam BI memiliki

arti positif, yakni hal yang mengagumkan. Namun, dalam BS bermakana susah, berat.

Data 069

Kata dalam BI: pucat Kata dalam BS: pucatMakna : muka putih pasi Makna : lepas, copot

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 070

Kata dalam BI: semi Kata dalam BS: semiMakna : tidak terlalu; setengah Makna : jagung muda

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Data 071

Kata dalam BI: susut Kata dalam BS: susutMakna : mengecil, menciut Makna : seka, usap, membersihkan

Keterkaitan makna:Tidak ada keterkaitan makna.

Page 26: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan data dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu

sebagai berikut.

(1) Dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda terdapat diamorf homofoni.

(2) Diamorf ini terjadi karena identifikasi bentuk fonemik yang terdapat dari kata-kata

yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.

(3) Diamorf homofoni terdapat dalam kata dasar BS dan BI.

(4) Diamorf yang terdapat dalam BI dan BS lebih banyak yang tidak mengandung

keterikatan makna.

(5) Diamorf dalam BI dan BS terdapat yang bermakna ganda, sehingga kata tersebut

ada yang memiliki keterikatan makna ada yang tidak.

(6) Keterikatan makna pada diamorf yang bermakna ganda tersebut terjadi karena

proses penyerapan kata atau kehomologisan kata. Dengan kata lain, terdapat kata

yang berhomonim dalam bahasa Indonesia atau bahasa Sunda.

(7) Terdapat keterikatan makna yang berkaitan dengan persepsi indra.

(8) Terdapat keterikatan makna yang kontradiktif.

4.2 Saran

Dari simpulan terdapat beberapa saran untuk penelitian berikutnya, di antaranya:

(1) Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti diamorf tidak hanya diamorf homofoni

tetapi juga diamorf sinonimi dan diamorf homologi.

(2) Peneliti selanjutnya diharapkan tidak hanya meneliti diamorf pada morfem bebas

berupa kata dasar, tetapi juga meneliti morfem-morfem lainnya.

Page 27: Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia

I.G.N. Oka dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Ochs, Elinor. 1979. “Planned and Unplanned Discourse” dalam Givon (Ed.) Syntax and

Semantics. Vol 12. New York: Academic Press.

Rusyana, Yus. 1988. Perihal Kedwibahasaan (Bilingualisme). Jakarta: Depdikbud.

Samsuri. 1983. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Verharr, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik

http://id.wikipedia.org/wiki/semantik