Diagram Terner (2)
-
Upload
sepz-bagoez-zuherman -
Category
Documents
-
view
1.641 -
download
8
Transcript of Diagram Terner (2)
![Page 1: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA TERAPAN II
Judul praktikum : Kelarutan Zat
Pembimbing : Iwan Ridwan, ST, MT
Disusun Oleh : Dedi Sugiyanto 101411009
Desi Asri Yani 101411010
Donny Wiryawan 101411011
Eris Ristopan 101411012
Kelas : I A
Kelompok : 3
Tanggal Percobaan : 25 Mei 2011
Tanggal Penyerahan : 1 Juni 2011
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
JURUSAN TEKNIK KIMIA
DIPLOMA 3
2011
![Page 2: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/2.jpg)
I. TUJUAN
1. Menentukan kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut.
2. Menggambarkan fase diagram tiga komponen.
3. Manggambarkan tie line pada diagram tiga komponen.
II. DASAR TEORI
Kelarutan suatu zat adalah suatu konsentrasi maksimum yang dicapai suatu zat
dalam suatu larutan. Partikel-partikel zat terlarut baik berupa molekul maupun berupa
ion selalu berada dalam keadaan terhidrasi (terikat oleh molekul-molekul pelarut air).
Makin banyak partikel zat terlarut makin banyak pula molekul air yang diperlukan
untuk menghindari partikel zat terlarut itu. Setiap pelarut memiliki batas maksimum
dalam melarutkan zat. Untuk larutan yang terdiri dari dua jenis larutan elektrolit maka
dapat membentuk endapan (dalam keadaan jenuh).Pemisahan suatu larutan dalam
campuran dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan ekstraksi.
Ektraksi merupakan suatu metoda yang didasarkan pada perbedaan kelarutan
komponen campuran pada pelarut tertentu dimana kedua pelarut tidak saling
melarutkan.
Bila suatu campuran cair,misalnya komponen A&B dicampurkan tidak saling
melarutkan sehingga membentuk dua fasa. Maka untuk memisahkannya digunakan pelarut
yang kelarutannya sama dengan salah satu komponen dalam campuran tersebut. Sehingga
ketiganya membentuk satu fasa.
Sistem tiga komponen aturan fase menghasilkan F= 5 – P. Bila terdapat satu fase,
maka F = 4, oleh karenanya penggambaran secara geometrik yang lengkap memerlukan ruang
berdimensi empat. Bila tekanan tetap, ruang tiga dimensi dapat digunakan. Bila suhu maupun
tekanan tetap, maka F = 3 – P dan sistem dapat digambarkan dalam ruang dua dimensi: P = 1,
F = 2. Bivarian, P = 2, F = 1. Unvarian; P = 3, F = 0, invarian.
Suatu sistem tiga komponen mempunyai dua pengubah komposisi yang bebas, sebut
saja X2 dan X3. Jadi komposisi suatu sistem tiga komponen dapat dialurkan dalam koordinat
cartes dengan X2 pada salah satu sumbunya, dan X3 pada sumbu yang lain yang dibatasi oleh
garis X2+X3=1. karena X itu tidak simetris terhadap ketiga komponen, biasanya, komposisi
dialurkan pada suatu segitiga sama sisi dengan tiap-tiap sudutnya menggambarkan suatu
komponen murni, bagi suatu segitiga sama sisi, jumlah jarak dari seberang titik didalam
segitiga ketiga sisinya sama dengan tinggi segitiga tersebut. Jarak antara setiap sudut ke
tengah-tengah sisi yang berhadapan dibagi 100 bagian sesuai dengan komposisi dalam persen.
Untuk memperoleh suatu titik tertentu dengan mengukur jarak terdekat ketiga sisi segitiga.
![Page 3: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/3.jpg)
Kelarutan suatu zat adalah suatu konsentrasi maksimum yang dicapai suatu zat
dalam suatu larutan. Partikel-partikel zat terlarut baik berupa molekul maupun berupa
ion selalu berada dalam keadaan terhidrasi (terikat oleh molekul-molekul pelarut air).
Makin banyak partikel zat terlarut makin banyak pula molekul air yang diperlukan
untuk menghindari partikel zat terlarut itu. Setiap pelarut memiliki batas maksimum
dalam melarutkan zat. Untuk larutan yang terdiri dari dua jenis larutan elektrolit maka
dapat membentuk endapan (dalam keadaan jenuh).
Jika kedalam sejumlah air kita tambahkan terus menerus zat terlarut lama kelamaan
tercapai suatu keadaan dimana semua molekul air akan terpakai untuk menghidrasi partikel
yang dilarutkan sehingga larutan itu tidak mampu lagi menerima zat yang akan dtambahkan.
Kita katakan larutan itu mencapai keadaan jenuh.
Zat cair yang hanya sebagian larut dalam cairan lainya, dapat dinaikan kelarutannya
dengan menambahkan suatu zat cair yang berlainan dengan kedua zat cair yang lebih dahulu
dicairkan. Bila zat cair yang ketiga ini hanya larut dalam suatu zat cair yang terdahulu, maka
biasanya kelarutan dari kedua zat cair yang terdahulu itu akan menjadi lebih kecil. Tetapi bila
zat cair yang ketiga itu larut dalam kedua zat cair yang terdahulu, maka kelarutan dari kedua
zat cair yang terdahulu akan menjadi besar. Gejala ini dapat terlihat pada sistem kloroform-
asam asetat- air.
Bila asam asetat ditambahkan kedalam suatu campuran heterogen kloroform dan air
pada suhu tertentu, kelarutan kloroform dalam air akan bertambah, sehingga pada suatu ketika
akan menjadi homogen. Jumlah asam asetat yang harus ditambahkan untuk mencapai titik
homogen (pada suhu tertentu tadi), tergantung dari komposisi campuran kloroform dalam air.
Diagram Tiga Sudut
Untuk campuran yang terdiri atas tiga komponen, komposisi (perbandingan masing-
masing komponen) dapat digambarkan di dalam suatu diagram segitiga sama sisi yang
disebut dengan Diagram Terner. Komposisi dapat dinyatakan dalam fraksi massa (untuk
cairan) atau fraksi mol (untuk gas).
Diagram tiga sudut atau diagram segitiga berbentuk segitiga sama sisi dimana setiap
sudutnya ditempati komponen zat. Sisi-sisinya itu terbagi dalam ukuran yang menyatakan
bagian 100% zat yang berada pada setiap sudutnya. Untuk menentukan letak titik dalam
diagram segitiga yang menggambarkan jumlah kadar dari masing-masing komponen
dilakukan sebagai berikut.
![Page 4: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/4.jpg)
Gambar 1 : Bidang Grafik Diagram Terner untuk tiga komponen
Pada salah satu sisinya ditentukan dua titik yang menggambarkan jumlah kadar zat
dari masing-masing zat yang menduduki sudut pada kedua ujung sisi itu. Dari kedua titik itu
ditarik garis sejajar dengan sisi dihadapnya, titik dimana kedua garis itu menyilang,
menggambarkan kadar masing-masing zat.
Gambar 2 : Penggambaran tie line dari pencampuran dua fasa yang berada pada garis
kesetimbangan
Titik-titik dimana terjadi kesetimbangan antara wujud satu fasa dengan dua fasa dari
campuran ketiga komponen tersebut, apabila dihubungkan akan membentuk suatu diagram
yang menunjukan batas-batas antara daerah (region) satu fasa dengan daerah (region) dua
fasa. Dua macam campuran pada titik kesetimbangan dapat dihubungkan menjadi tie line
apabila keduanya dicampurkan menghasilkan campuran akhir yang berada pada daerah dua
fasa. Sebagai contoh adalah Gambar 2, campuran pada titik a dan titik b bila digabungkan
memberikan hasil akhir pada titik M, dimana pada titik ini berlaku hukum lengan-pengungkit
(lever-arm rule).
![Page 5: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/5.jpg)
Panjangruas aM = Massa b
panjangruas bM Massa a
Garis-garis yang merupakan tie line lainnya dapat dibuat dengan menggeser sejajar
dengan garis ab, sehingga memiliki titik persinggungan akhir dengan diagram kesetimbangan
pada titik P, yang disebut plait point. Pada titik P tersebut tercapai kesetimbangan dari pelarut
C, yakni jumlahnya yang terlarut baik pada peelarut A maupun B adalah sama. Namun perlu
diingat banyak diagram tiga fasa campuran tiga komponen atau lebih yang bentuknya tidak
seideal gambar 2 di atas.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat Bahan
1. Erlenmeyer 50 mL
2. Erlenmeyer 100 mL
3. Buret 25 mL
4. Corong pisah
5. Statif dan klem
1. Asam asetat glacial
2. Kloroform
3. Aquades
4. NaOH
5. Indikator pp
IV. CARA KERJA
a. Pengumpulan Data Percobaan
18 mL asam asetat glasial
2 mL kloroform
Labu erlenmeyer
Titrasi dengan air sampai permulaan timbul keruh
Ulangi pekerjaan di atas dengan konsentrasi koroform 20-80%
![Page 6: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/6.jpg)
Campuran yang memiliki komposisi air terbanyak dan kloroform terbanyak
Corong pisah (kocok)
Terbentuk 2 lapisan
Kloroform(larutan bawah)
Aquades(larutan atas)
Erlenmeyer yang telah diketahui beratnyaErlenmeyer yang telah diketahui beratnya
TimbangTimbang
+ 3 tetes phenolphthaleinTitrasi dengan NaOH
+ 3 tetes phenolphthaleinTitrasi dengan NaOH
b. Memeriksa Kebenaran Data
![Page 7: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/7.jpg)
V. DATA PENGAMATAN
Data pendukung
Bahan Berat jenis
Kloroform 1,48 gr/mol
As. Asetat glacial 1,05 gr/mol
Air 1,00 gr/mol
Konsentrasi
Kloroform Asam asetat Aquadest
Volume
(ml)
Massa
(gr)
Volume
(mL)
Massa
(gr)
Volume
(mL)
Massa
(gr)
10% 2 2,9667 18 18,9 19,35 19,35
20% 4 5,92 16 16,8 9,25 9,25
30% 6 8,88 14 14,7 6 6
40% 8 11,84 12 12,6 4 4
50% 10 14,80 10 10,5 2,25 2,25
60% 12 17,76 8 8,4 1,2 1,2
70% 14 20,72 6 6,3 0,6 0,6
80% 16 23,68 4 4,2 0,5 0,5
No
.
Erlenmeyer
(kosong)Isi
Erlenmeyer +
isi
Berat isi
(gram)
Titrasi
(mL)
1. 82,719 gr Klorofom 107,788 gr 25,069 36,7
2. 58,880 grAs. Asetat glacial
+ air99,765 gr 40,885 6,9
VI. PENGOLAHAN DATA
![Page 8: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/8.jpg)
Konsentrasi 10%
% Berat kloroform = 2,96
(2,96+18,9+19,35 )× 100 %
= 7,183%
% Berat As.asetat glacial = 18,9
(2,96+18,9+19,35 )× 100 %
= 45,863%
% Berat aquadest = 21,5
(2,96+18,9+19,35 )× 100 %
= 46,955%
Konsentrasi 20%
% Berat kloroform = 5,92
(5,92+16,8+9,25 )× 100%
= 18,517%
% Berat As.asetat glacial = 16,8
(5,92+16,8+9,25 )× 100%
= 52,549%
% Berat aquadest = 9,25
(5,92+16,8+9,25 )× 100%
= 28,933%
Konsentrasi 30 %
% Berat kloroform = 8,88
(8,88+14,7+6 )×100 %
= 30,020 %
% Berat As.asetat glacial = 14,7
(8,88+14,7+6 )×100 %
= 49,696%
% Berat aquadest = 6
(8,88+14,7+6 )×100 %
= 20,284%
Konsentrasi 40 %
% Berat kloroform = 11,84
(11,84+12,6+4 )×100 %
![Page 9: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/9.jpg)
= 41,632%
% Berat As.asetat glacial = 12,6
(11,84+12,6+4 )×100 %
= 44,304%
% Berat aquadest = 4
(11,84+12,6+4 )×100 %
= 14,065%
Konsentrasi 50 %
% Berat kloroform = 14,8
(14,8+10,5+2,25 )× 100%
= 53,721%
% Berat As.asetat galasial = 10,5
(14,8+10,5+2,25 )× 100%
= 38,113%
% Berat aquadest = 2,25
(14,8+10,5+2,25 )× 100%
= 8,167%
Konsentrasi 60 %
% Berat kloroform = 17,76
(17,76+8,4+1,2 )×100 %
= 64,912%
% Berat As.asetat glacial = 8,4
(17,76+8,4+1,2 )×100 %
= 30,702%
% Berat aquadest = 1,2
(17,76+8,4+1,2 )×100 %
= 4,386%
Konsentrasi 70 %
% Berat kloroform = 20,72
(20,72+6,3+0,6 )×100 %
= 75,018%
% Berat As.asetat glacial = 6,3
(20,72+6,3+0,6 )×100 %
![Page 10: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/10.jpg)
= 22,810%
% Berat aquadest = 0,6
(20,72+6,3+0,6 )×100 %
= 2,172%
Konsentrasi 80%
% Berat kloroform = 23,68
(23,68+4,2+0,5 )×100 %
= 83,439%
% Berat As.asetat glacial = 4,2
(23,68+4,2+0,5 )×100 %
= 14,799%
% Berat aquadest = 0,5
(23,68+4,2+0,5 )×100 %
= 1,762%
![Page 11: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/11.jpg)
Percobaan 2 (Penentuan Tie line)
Dilakukan pencampuran antara larutan 10 % (volume air terbanyak) dengan larutan
80% (volume kloroform terbanyak).
Erlenmeyer 1
CH3COOH yang bercampur dengan Kloroform
Mol ekivalen CH3COOH = Mol ekivalen NaOH
= C NaOH ×V NaOH
= 9,016 × 6,9
Mol ekivalen CH3COOH = 62,2104 mgrek
Mol CH3COOH = 0,062 mol
Gram CH3COOH = mol x Mr CH 3 COOH
= 0,062 x60
= 3,72 gram
Gram Kloroform = gramisi – gramCH 3COOH
= 25,069 –3,72
= 21,349 gram
Erlenmeyer 2
No.Titik awal pada
garis kesetimbanganKloroform % b/b
Asam Asetat
Glasial % b/bAir % b/b
1 1 7,183 % 45,863 % 46,955%
2 8 83,439 % 14,799 % 1,762%
![Page 12: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/12.jpg)
CH3COOH yang bercampur dengan air
Mol ekivalen CH3COOH = Mol ekivalen NaOH
= CNaOH × VNaOH
= 9,016 × 36,7
Mol ekivalen CH3COOH = 330,887 mgrek
Mol CH3COOH = 0,331 mol
Gram CH3COOH = mol x Mr CH 3 COOH
= 0,331 x60
= 19,86 gram
Gram air = gramisi−gramCH 3 COOH
= 40,885 – 19,86
= 21,025 gram
Berat Komponen Setelah Campuran
Panjangruas air . MPanjang ruas Kloroform . M
=Gram KloroformGram Air
Panjangruas AirPanjang ruas Kloroform
=21,34921,025
Panjangruas AirPanjang ruaskloroform
=1,015
Panjangruas Air=1,0153
× Panjangruas Kloroform
= 0,333 × 4,6
= 1,5318 cm
![Page 13: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/13.jpg)
VII. PEMBAHASAN
Praktikum kelarutan zat ini bertujuan untuk mengetahui berapa perbandingan pelarut
yang harus ditambahkan sehingga dapat melarutkan suatu zat ,sehingga didapatkan suatu
perbandingan komponen yang mempunyai efisiensi yang besar, baik dari segi harga,
banyaknya zat yang dibutuhkan ataupun dari segi sifat zatnya sendiri.
Pada praktikum kali ini, dicampurkan tiga komponen berfasa cair yaitu aquades,
kloroform dan asam asetat glasial. Kloroform tidak larut dalam air karena kloroform bersifat
non polar dan air bersifat polar. Oleh karena itu ditambahkan asam asetat glasial yang
berfungsi sebagai emulgator karena asam asetat glasial larut dalam kloroform maupun air.
Dan dari data yang didapatkan dapat dilihat bahwa semakin banyak asam asetat yang
ditambahkan pada larutan, maka semakin banyak air yang dibutuhkan untuk mencapai
kekeruhan. Asam asetat glasial yang digunakan dapat menaikkan kelarutan kloroform dalam
air.
Saat penambahan larutan dengan komposisi kloroform terbanyak dan air terbanyak
terjadi dua lapisan pada larutan. Lapisan atas merupakan campuran dari air dan asam asetat
glasial dan lapisan bawah adalah kloroform. Berat jenis kloroform adalah 1,3752 gr/mL, air 1
gr/mL dan asam asetat glasial 1,05 gr/mL. Berdasarkan berat jenis tersebut dapat dilihat
![Page 14: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/14.jpg)
bahwa kloroform memiliki berat jenis yang lebih besar, sehingga kloroform berada pada
lapisan bawah larutan.
Kedua lapisan tersebut dititrasi dengan NaOH untuk menguji kadar asam asetat
glasial dalam larutan. Dan volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen
titrasi larutan atas atau larutan air dan asam asetat adalah 36,7 mL dan pada titrasi larutan
kloroform atau lapisan bawah adalah 3,72 mL sedangkan konsentrasi NaOH yang dibutuhkan
adalah 9,016 N. Banyaknya NaOH yang dibutuhkan untuk menentralkan asam asetat yang
terkandung dalam air dan kloroform. Jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan
asam asetat akan didapat jumlah asam asetat yang terkandung dalam air dan kloroform. Dari
titrasi yang dilakukan, didapat volume NaOH yang lebih banyak untuk lapisan air daripada
lapisan kloroform. Ini membuktikan bahwa air larut dalam asam asetat lebih baik dari
kloroform. Dari data yang ada, dapat ditentukan komposisi masing-masing komponen pada
garis tie line, yaitu dengan menggunakan perbandingan berat air dan kloroform yang didapat
dari perhitungan percampuran antara campuran dengan konsentrasi 10% dan 80%.
VIII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapat hasil:
1. Pencampuran homogen pada asam asetat glacial-kloroform dan pencampuran
heterogen pada kloroform-air.
2. Semakin banyak asam asetat glasial yang dicampurkan dengan kloroform maka
semakin banyak pula aquadest yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen. Jadi
asam asetat glasial dapat menaikan kelarutan kloroform dalam air
3. Pencampuran zat akan homogen (saling melarutkan) jika komposisinya sesuai
perbandingan (dapat dilihat pada diagram terner), dan apabila komposisi salah
satunya melebihi maka akan terjadi pencampuran heterogen
4. Kelarutan dari zat yang terlibat dalam pencampuran ini dapat dinaikan atau
diturunkan dengan cara melihat perbandingannya dari diagram terner.
5. Tie line yang didapatkan mempunyai % b/b masing-masing yaitu
% b/b kloroform = 83,439%
% b/b asam asetat glasial = 14,799%
% b/b air = 1,762%
![Page 15: Diagram Terner (2)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/5571fb284979599169941a27/html5/thumbnails/15.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Anshory, Irfan. 2003. Kimia SMU Untuk Kelas 3. Jakarta : Erlangga
Findlay’s Paractical Physical chemistry.
James.1999.Kimia universitas.Jakarta: binarupaksara
Job sheet praktikum kimia terapan II. Bandung : POLBAN
Petunjuk praktikum kimia fisik , PEDC Bandung
Purba, Michael. 2000. Kimia 2000 Kelas 2. Jakarta : Erlangga
Slowwinski, Emil J. 2003. Chemical Principles in the Laboratory with Qualitative Analysis.
Japan