Percobaan Diagram Terner

41
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN DIAGRAM TERNER Oleh : Kelompok VI Kelas B 1. Ambtenarie Jessica S (1107135694) 2. Ramdhan (1107135705) 3. Riny Afrima Sari (1107114172) 4. Ervina (1107114190) 5. Meilano (1007113815)

Transcript of Percobaan Diagram Terner

Page 1: Percobaan Diagram Terner

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN DIAGRAM TERNER

Oleh :

Kelompok VI

Kelas B

1. Ambtenarie Jessica S (1107135694)

2. Ramdhan (1107135705)

3. Riny Afrima Sari (1107114172)

4. Ervina (1107114190)

5. Meilano (1007113815)

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS RIAU

2013

Page 2: Percobaan Diagram Terner

BAB I

TEORI

Sistem adalah suatu zat yang dapat diisolasikan dari zat-zat lain dalam

suatu bejana inert, yang menjadi pusat perhatian dalam mengamati pengaruh

perubahan temperature, tekanan serta konsentrasi zat tersebut. Sedangkan

komponen adalah yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut dalam

senyawa biner. Banyaknya komponen dalam sistem C adalah jumlah minimum

spesies bebas yang diperlukan untuk menentukan komposisi semua fase yang ada

dalam sistem.

Definisi ini mudah diberlakukan jika spesies yang ada dalam system tidak

bereaksi sehingga kita dapat menghitung banyaknya. Fasa merupakan keadaan

materi yang seragam di seluruh bagiannya, tidak hanya dalam komposisi

kimianya tetapi juga dalam keadaan fisiknya. Contohnya: dalam sistem terdapat

fasa padat, fasa cair dan fasa gas. Banyaknya fasa dalam sistem diberi notasi P.

Gas atau campuran gas adalah fasa tunggal ; Kristal adalah fasa tunggal dan dua

cairan yang dapat bercampur secara total membentuk fasa tunggal.

Campuran dua logam adalah sistem duafasa (P=2), jika logam-logam itu

tidak dapat bercampur, tetapi merupakan sistem satu fasa(P=1), jika logam-

logamnya dapat dicampur. Pada perhitungan dalam keseluruhan termodinamika

kimia, J.W Gibbs menarik kesimpulan tentang aturan fasa yang dikenal dengan

Hukum Fasa Gibbs, jumlah terkecil perubahan bebas yang diperlukan untuk

menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan.

Berdasarkan hukum fasa Gibbs, jumlah terkecil variabel bebas yang

diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada

kesetimbangan diungkapkan sebagai :

V = C – P + 2.........................................(1)

dimana,

V = jumlah varian

C = jumlah komponen

Page 3: Percobaan Diagram Terner

P = jumlah fasa

Dalam ungkapan diatas, kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu,

tekanan dan komposisi sistem. Jumlah derajat kebebasan untuk sistem tiga

komponen pada suhu dan tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai :

V = 3 – P...................................................(2)

Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa, maka V= 2, berarti

untuk menyatakan keadaan sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi

dari dua komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam

kesetimbangan,maka V = 1, berarti hanya satu komponen yang harus

ditentukan konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang lain sudah tertentu

berdasarkan diagram fasa untuk sistem tersebut. Oleh karena sistem tiga

kompoen pada suhu dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat kebebasan

paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam

satu bidang datar berupa suatu segitiga samasisi yang disebut diagram terner.

Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga kompoen tergantung pada

daya saling larut antar zat cair tersebut dan suhu percobaan. Andaikan ada tiga

zat cair A, B dan C. A dan B saling larut sebagian. Penambahan zat C kedalam

campuran A dan B akan memperbesar atau memperkecil daya saling larut A

dan B.

Pada percobaan ini hanya akan ditinjau sistem yang memperbesar

daya saling larut A dan B. Dalam hal ini A dan C serta B dan C saling larut

sempurna. Kelarutan cairan C dalam berbagai komposisi campuran A dan B

pada suhu tetap dapat digambarkan pada suatu diagram terner. Prinsip

menggambarkan komposisi dalam diagram terner dapat dilihat pada gambar (1)

dan (2) di bawah ini.

Page 4: Percobaan Diagram Terner

Gambar 1.1 Diagram Terner

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan XA + XB + Xc

= 1.

Titik pada sisi AB : campuran biner A dan B

BC : campuran biner B dan C

AC : campuran biner A dan C

Diagram fase yang digambarkan sebagai segitiga sama sisi menjamin

dipenuhinya sifat ini secara otomatis sebab jumlah jarak ke sebuah titik didalam

segitiga sama sisi yang diukur sejajar dengan sisi-sisinya sama dengan panjang

sisi segitiga itu yang dapat diambil sebagai satuan panjang.

Sistem 3 komponen sebenarnya banyak memungkinkan yakni pada

percobaan ini digunakan sistem 3 komponen yang terdiri atas zat cair yang

sebagian tercampur.

Page 5: Percobaan Diagram Terner

Sistem 3 zat cair yang sebagian dibagi menjadi :

Tipe 1 : Pembentukan sepasang zat cair bercampur sebagian

Tipe 2 : Pembentukan 2 pasang zat cair bercampur sebagian

Tipe 3 : Pembentukan 3 pasang zat cair bercampur sebagian

Dalam percobaan yang dilakukan menggunakan tipe 1.

Tipe 1 : Pembentukan sepasang zat cair yang bercampur sebagian.

Gambar 1.2 Diagram Terner

Titik A, B dan C menyatakan kompoenen murni. Titik-titik pada

sisi AB, BC dan AC menyatakan fraksi dari dua komponen, sedangkan titik

didalam segitiga menyatakan fraksi dari tiga komponen. Titik P menyatakan

suatu campuran dengan fraksi dari A, B dan C masing-masing sebanyak x, y

dan z.

Satu fasa membutuhkan dua varian untuk menggambarkan sistem

secara sempurna, dan untuk dua fasa dalam kesetimbangan, satu varian. Jadi,

dapat digambarkan diagram fasa dalam satu bidang. Cara terbaik untuk

Page 6: Percobaan Diagram Terner

menggambarkan sistem tiga komponen adalah dengan mendapatkan suatu

kertas grafik segitiga (Dogra, 2009: 473).

Konsentrasi dapat dinyatakan dalam istilah % berat atau fraksi mol.

Bila komposisi masing-masing dinyatakan dalam persen berat masing-masing

komponen, maka perlu diketahui massa jenis tiap komponen untuk menghitung

beratnya masing-masing.

m = ρ X V............................................(3)

keterangan :

m = massa

ρ = massa jenis

V = volume

Bila berat masing-masing komponen sudah dihitung, hitung persen

berat masing-masing komponen (fraksi dari masing-masing komponen). Alas

segitiga menggambarkan komposisi campuran air-kloroform. Oleh karena itu,

sistem tiga komponen pada temperatur dan tekanan tetap mempunyai jumlah

derajat kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini dapat

digambarkan dalam fasa bidang datar berupa suatu segitiga sama sisi yang

disebut diagram Terner.

Percobaan diagram terner (zat cair tiga komponen) ini bertujuan

untuk membuat kurva kelarutan suatu cairan (benzena) yang terdapat dalam

dua campuran tertentu (kloroform dan air). Prinsip percobaan ini adalah “like

dissolve like”, yaitu suatu senyawa terlarut sempurna pada pelarut yang

kepolarannya cenderung sama, misalnya senyawa polar terlarut pada pelarut

polar, ataupun sebaliknya. Selain itu juga menggunakan prinsip kelarutan tiga

komponen menurut “aturan fasa Gibbs”.

Metode yang digunakan adalah titrasi (dengan menambahkan zat

ketiga yang mampu menambahkan atau mengurangi kelarutan dari dua

campuran yaitu kloroform dan air). serta untuk mencari volume titran pada titik

akhir titrasi (yaitu, Titik pada saat tidak terjadi perubahan warna. Yaitu dari

larutan bening agak keruh menjadi larutan keruh).

Page 7: Percobaan Diagram Terner

Kloroform dan air tidak dapat bercampur sempurna membentuk

fase tunggal. karena air bersifat polar sedangkan kloroform bersifat semipolar.

Perbedaan kepolaran air dan kloroform tidak terlalu besar sehingga kedua

larutan tersebut tidak dapat bercampur sempurna. Terbentuknya dua fase yang

tidak saling campur sempurna ini, bisa dibedakan antara air dengan kloroform.

Pada saat kesembilan campuran air dengan kloroform ini dititrasi

oleh larutan benzena, larutan berubah menjadi keruh. Hal ini terjadi karena

pecahnya larutan tiga komponen menjadi dua larutan konjugat terner. Pada

kondisi ini campuran yang merupakan fasa tunggal berubah menjadi campuran

fasa biner (yaitu satu fasa berupa campuran antara air dan benzena, dan fasa

yang lainnya yaitu antara air dan kloroform). Hal ini terjadi karena

penambahan benzena pada dua cairan yang dapat bercampur sempurna akan

mempengaruhi kelarutan dari cairan air dan kloroform tersebut, dimana

benzena akan terlarut sebagian ke dalam air dan kloroform. Pemvariasian

volume dimaksudkan untuk memudahkan saat membuat kurva dan

mengolahnya menjadi diagram terner. Pada kuva tentu harus didapatkan

beberapa titik, karena kurva terdiri lebih dari satu titik. Jadi, dengan

memvaraisikan volume air (C) dan kloroform (A) akan didapat lebih dari satu

titik untuk diplotkan pada kurva.

Pada saat titrasi warna keruh yang dihasilkan tidak boleh terlalu

keruh,karena jika terlalu keruh berarti kelarutan benzena pada larutan air dan

kloroform tersebut sudah terlalu jenuh.

Dari hasil percobaan didapatkan hasil berupa peningkatan fraksi

mol air dengan semakin meningkatnya komposisi air didalam Erlenmeyer. Hal

ini dikarenakan dengan meningkatnya komposisi atau volume air maka volume

kloroform yang terdapat dalaam Erlenmeyer berkurang sehingga fraksi mol

airnya menjadi lebih besar dari fraksi mol kloroform karena mol bebanding

lurus dengan volume (n=ρ.v/BM).

Page 8: Percobaan Diagram Terner

Dengan begitu, akan terlihat bahwa peningkatan fraksi mol air

diikuti dengan penurunan fraksi mol benzena. Hal ini karena sesuai prinsip

“like dissolve like”. Kepolaran benzena berbeda dengan kepolaran air,

sehingga benzena semakin sulit larut dengan banyaknya air yang ada, kalaupun

bias benzene lebih akan cenderung ke kloroform yang semipolar. Karena itu

peningkatan fraksi mol benzene.

Dan akan diolah menjadi suatu kurva atau diagram terner (yaitu

suatu diagram fasa system zat cair tiga komponen yang digambarrkan dalam

suatu segitiga sama sisi).

Diagram terrner memudahkan untuk memahami bagaimana

pengaruh penambahan suatu zat terhadap kelarutan dua campuran yang tadinya

saling larut ssempurna. Dari hasil pembuatan kurva kelarutan suatu cairan pada

system tiga komponen ini dapat diketahui bahwa benzena banyak larut dalam

kloroform, sedangkan pada air benzene hanya akan larut sedikit atau larut

sebagian.

Page 9: Percobaan Diagram Terner

BAB II

PERCOBAAN

2.1 Alat - Alat yang Digunakan

1. Erlenmeyer 250 ml

2. Pipet tetes

3. Gelas kimia 500 ml

4. corong

5. Buret dan klem

6. Termometer

7. Alumunium foil

8. Piknometer

9. Gelas ukur 10 ml

2.2 Bahan – Bahan yang Digunakan

1. Aquades

2. Heksane

3. Tert-butanol

2.3 Prosedur Kerja

1. Dimasukkan campuran cairan A (tert-butanol) dan C (hexane)

kedalam ( labu erlenmeyer yang bersih, kering dan tertutup. Diberikan

komposisi sebagai berikut :

No. Labu 1 2 3 4 5 6 7 8 9

ml ter-butanol 2 4 6 8 10 12 14 16 18

ml hexsane 18 16 14 12 10 8 6 4 2

Volumenya diukur dengan buret.

2. Dilakukan titrasi pada campuran tersebut dengan aquadest sampai

menimbulkan warna keruh. Dicatat volume zat B (aquadest) yang

digunakan

3. Rapat massa masing-masing ditentukan dari cairan murni A,B, dan C.

Page 10: Percobaan Diagram Terner

4. Dicatat suhu kamar sebelum selama percobaan berlangsung.

2.4 Pengamatan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diperhatikan bahwa

campuran antara tert-butanol dan hexsane akan menghasilkan warna bening yang

saling melarutkan sempurna dan tidak timbul perbedaan fase. Kemudian, setelah

larutan tersebut (campuran cairan A dan C) dilakukan titrasi dengan cairan B

terjadi perubahan pada larutan. Larutan membentuk 2 lapisan, yaitu terdapat

lapisan gel pada bagian atas erlenmeyer saat dilakukan titrasi dan warna larutan

menjadi keruh.

Selain itu dapat diperhatikan bahwa dengan menggunakan piknometer

dapat dilihat rapat massa dari masing-masing cairan murni A,B, dan C. Rapat

massa aquades lebih tinggi dibandingkan dengan rapat massa tert- butanol dan

hexsane.

Page 11: Percobaan Diagram Terner

BAB III

HASIL DAN DISKUSI

3.1 Hasil Percobaan

3.1.1 Pencampuran Tiga komponen zat cair

a. larutan A = tert-butanol

b. Larutan B = aquades

c. Larutan C = heksana

Tabl 3.1.1 Volum larutan yang digunakan

No.

labu

1 2 3 4 5 6 7 8 9

A (ml) 2 4 6 8 10 12 14 16 18

B (ml) 1,4 2,1 2,3 3,5 4,2 3,4 2,9 2,2 1,1

C (ml) 18 16 14 12 10 8 6 4 2

3.1.2 Penentuan Densitas Cairan

𝝆 aquades = 1,00 gr/cm3

tert-butanol

Volume piknometer = 10 ml

Berat Piknometer kosong = 16,03 gr

Berat Piknometer kosong + tert-butanol = 23,62 gr

Berat tert-butanol = 7,59 gr

Page 12: Percobaan Diagram Terner

𝝆 tert-butanol = 0,759 gr/cm3

Heksana

Volum Piknometer = 10 ml

Berat Piknometer kosong + heksana = 22,56 gr

Berat heksana = 6,52 gr𝝆 heksana = 0,652 gr/cm3

3.2 Hasil Perhitungan

3.2.1 Perhitungan Mol zat

a. tert-butanol𝝆 = 0,759 gr/cm3

Mr = 74 gr/mol

= 0,020514

b. Aquades 𝝆 = 1,00 gr/cm3

Mr = 18 gr/mol

= 0,078 mol

c. Heksana

Page 13: Percobaan Diagram Terner

𝝆 = 0,652 gr/cm3

Mr = 86 gr/mol

= 0,1364 mol

Tabel 3.2.1 Perhitungan Mol tiap komponen

Volum (ml) Mol

Tert-

butanol

aquades heksana Tert-

butanol

aquades Heksana

(A) (B) (C) (A) (B) (C)

2 1,4 18 0,020514 0,0778 0,136465

4 2,1 16 0,041027 0,1167 0,121302

6 2,3 14 0,061541 0,1278 0,10614

8 3,5 12 0,082054 0,1944 0,090977

10 4,2 10 0,102568 0,233 0,075814

12 3,4 8 0,123081 0,1889 0,060651

14 2,9 6 0,143595 0,1611 0,045488

16 2,2 4 0,164108 0,1222 0,030326

18 1,1 2 0,184622 0,0611 0,015163

3.2.2 Perhitungan Fraksi Mol zat

XA =

Page 14: Percobaan Diagram Terner

XB =

XC =

Contoh perhitungan :

Fraksi mol 2 maka tersier-butanol campuran dengan 18 ml heksana dan

1,4 ml Aquades :

XA =

= 0,087

Tabel 3.2.3 Perhitungan Fraksi Mol komponen

Tert-butanol

(A)

Aquades

(B)

Heksana

(C)

Total

0,087382 0,331313 0,581305 1

0,147052 0,418166 0,434782 1

0,295458 0,432474 0,359237 1

0,367475 0,529136 0,247572 1

0,411715 0,566735 0,184142 1

0,372621 0,506919 0,162769 1

0,350194 0,46062 0,129895 1

0,316656 0,38578 0,095768 1

0,260896 0,234236 0,058118 1

Page 15: Percobaan Diagram Terner

Dari data diatas, komponen aquades, tert-butanol dan heksana pada

diagram terner dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 3.2.1 Diagram Terner

3.3 Diskusi

Pada percobaan ini dilakukan pencampuran tiga komponen, yaitu Tersier

butanol (semi polar), aquades (polar) dan heksana (non polar). Untuk

mengetahhui kelarutan masing-masing komponen, pertama tersier butanol terlebih

dahulu dicampurkan dengan heksana (hekana larut dalam tersier butanol atau non

polar larut dalam semi polar) kemudian dititrasi dengan aquades sampai larutan

menjadi keruh (aquades larut dalam Tersier butanol atau polar larut dalam semi

polar

Page 16: Percobaan Diagram Terner

Untuk mengetahui kelarutan masing-masing komponen, dapat dilakukan

dengan fraksi mol masing-masing komponen dalam larutan pada setiap perlakuan,

lalu memplot fraksi mol pada diagram terner.

Percobaan yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap, yaitu penentuan

massa jenis masing-masing komponen dari titrasi aquades ke dalam campuran

Tert-butanol dan heksana.

1. Penentuan massa jenis

Massa jenis dapat dihitung dengan menggunakan piknometer massa jenis

didapatkan dari selisih antara massa piknometer setelah pengisian larutan dengan

massa piknometer kosong dibagi dengan volume piknometer. Fungsi penentuan

massa jenis pada praktikum ini adalah untuk menghitung mol suatu zat karena

praktikum ini zat yang digunakan berbentuk cair. Dari hasil percobaan didapatkan

massa jenis aquades : 1,0 gr/cm3, Tert-butaanol : 0,759 gr/cm3 dan heksana : 0,652

gr/cm3.

2. Titrasi aquades dalam campuran Tert-butanol dan heksana

Titrasi dilakukan ke dalam campuran Tert-butanol dan heksana sehingga

terbentuk dua fase pada campuran (warna campuran keruh dan terbentuk lapisan

menyerupai gel di dasar erlenmeyer). Ketiga zat ini tercampur sebagian. Lapisan

atas merupakan heksana yang sifatnya non polar karena memiliki massa jenis

yang lebih rendah yaitu, 0,652 gr/cm3.

Setelah dilakukan titrasi, didapatkan volum aquades yang diperlukan

untuk mentitrasi campurana tert-butanol dengan heksana sampai campuran

menjadi keruh. Untuk mempermudah perhitungan fraksi mol masing-masing

komponen dapat dicari menggunakan Microsoft Excell dengan terlebih dahulu

memasukkan semua data yang diperlukan untuk mencari mol masing-masing

komponen, menggunakan software Prosim Ternary diagram dapat mempermudah

pembuatan diagram terner. Penggunaan Prosim Ternary Diagram. Adalah sebagai

berikut :

Page 17: Percobaan Diagram Terner

1. Copy semua data fraksi mol yang didapat pada Microsoft Excell.

2. Double klik icon Prosim Ternary Diagram

3. Klik edition

4. Pilih add a surface type series (point + fillings)

5. Klik simbol paste

6. Kemudian klik ok

Dari diagram terner yang didapatkan, dapat dilihat bahwa adanya 5 titik

yang letaknya tidak tepat pada garis pencampuran Tert-butanol dengan aquades.

Hal ini disebabkan kelebihan dan kekurangan volum aquades pada saat titrasi ini

dikarenakan tidak tampak dengan jelasnya. Perubahan warna campuran menjadi

keruh. Campuran dapat dikatakan telah menjadi keruh setelah mengocok

campuran pada erlenmeyer terlebih dahulu kemudian tampak campuran berbentuk

lapisan menyerupai gel. Setelah mengocok campuran pada erlenmeyer terlebih

dahulu, kemudian tampak campuran menyerupai gel. Setelah pengocokan selesai,

lapisan yang menyerupai gel tidak tampak lagi. Diagram Terner menggambarkan

komposisi sistem pada saat terjadi perubahan warna campuran dari jenuh menjadi

keruh. Kekeruhan timbul karena larutan tiga komponen yang homogen pecah

menjdai dua larutan terner terkonjugasi.

Page 18: Percobaan Diagram Terner

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

a. Diagram Terner digunakan untuk menunjukkan hubungan sifat yang berbeda

antara ketiga zat. Zat yang digunakan adalah aquadest bersifat polar, tert-

butanol besifat semipolar dan heksana bersifat non polar. Dengan mengunakan

air sebagai zat pentiter maka larutan akan berubah menjadi keruh dan

terbentuk lapisan gel di dasar erlemeyer.

4.2 Saran

Sebelum melakukan praktikum sebaiknya praktikan mengetahui sifat-sifat

kepolaran masing-masing zat dan mengetahui kemungkinan sifat larutan yang

akan terbentuk dari pencampuran masing-masing larutan. Praktikan sebaiknya

munggunakan masker dan sarung tangan karena menggunakan zat-zat yang

berbahaya. Pada saat titrasi harus sangat hati-hati karena proses titrasi harus

dihentikan dengan melihat perubahan kekeruhan campuran.

Page 19: Percobaan Diagram Terner

BAB V

TUGAS DAN JAWABAN PERTANYAAN

1. Lakukan percobaan di atas untuk zat A, B dan C sesuai dengan tugas dari

asisten. Berdasarkan zat yang diberikan, tentukan sendiri zat mana yang

memiliki sifat sebagai komponen A, B, dan C. Beberapa kemungkinan tugas

adalah :

Jawab : berdasarkan praktikum zat yang memiliki sifat komponen A, B, dan

C, yaitu :

Zat A = tert-butanol

Zat B = aquades

Zat C = heksana

Berdasarkan kepolarannya seharusnya susunan dari komponen zat A, B dan C

seperti di bawah ini :

Zat A = aquades (polar)

Zat B = tert-butanol (semipolar)

Zat C = heksanan (non polar)

Namun, instruksi dari asisten mengatakan bahwa untuk yang pentiter adalah

aquades untuk penghematan zat yang seharusnya menjadi zat pentiter adalah

tert-butanol.

2. Hitung konsentrasi ketiga komponen dalam % mol untuk tiap campuran ketika

terjadi perubahan jumlah fasa, dengan rumus :

Jawab :

Page 20: Percobaan Diagram Terner

a. Tert-butanol

ρ = 0,759 gr/cm3

Mr = 74 gr/mol

b. Aquades

ρ = 1 gr/cm3

Mr = 18 gr/mol

c. Heksana

ρ = 0,652 gr/cm3

Mr = 86 gr/mol

Tabel 5.1 Konsentrasi Tiga Komponen Dalam Fraksi Mol (% Mol)

mol A mol B mol C % mol A % mol B % mol C

0,0205135 0,0777778 0,13646512 8,738212399 33,1312694 58,13051822

0,041027 0,1166667 0,12130233 14,70523742 41,8166062 43,47815639

0,0615405 0,1277778 0,10613953 20,82887284 43,2473791 35,92374809

0,0820541 0,1944444 0,09097674 22,329138 52,9136175 24,75724447

0,1025676 0,2333333 0,07581395 24,91228249 56,673528 18,4141895

0,1230811 0,1888889 0,06065116 33,0311596 50,6919421 16,27689829

Page 21: Percobaan Diagram Terner

0,1435946 0,1611111 0,04548837 41,00428982 46,0062352 12,98947497

0,1641081 0,1222222 0,03032558 51,82537323 38,5978021 9,576824645

0,1846216 0,0611111 0,01516279 70,76458009 23,4235951 5,811824787

3. Gambarkan ke sembilan titik pada percobaan di atas pada kertas grafik, dan

buat kurva binodalnya sampai memotong sisi AB dari segitiga?

Jawab :

B1

0.9

0.8

0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0

C

1

0.9

0.8

0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0

A 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0

Gambar 5.1 Diagram Terner Tiga Komponen

4. Dapatkah penggambaran komposisi cairan dalam diagram terner dinyatakan

dalam %volume? Jelaskan jawaban saudara !

Jawab : Penggambaran diagram terner tidak dapat dinyatakan dalam %

volum. Hal karena masing-masing larutan memiliki massa jenis dan berat

molekul yang berbeda-beda, sehingga dalam penggunaannya bukan hanya

volum yang berpengaruh dalam perhitungannya melainkan juga massa jenis

dan berat molekul masing-masing larutan tersebut agar diperoleh hasil yang

akurat. Diagram terner hanya dapat dinyatakan dalam % mol (fraksi mol) dan

% berat.

Page 22: Percobaan Diagram Terner

LEMBAR PERHITUNGAN

Penentuan Densitas Cairan

Densitas Tert-butanol :

𝝆 =

= 0,759 gr/cm3

Densitas Heksana :

𝝆 =

= 0,759 gr/cm3

Perhitungan Mol zat

Perlakuan 1 :

Mol Tert-butanol

n =

= 0,020514 mol

Mol aquades

Page 23: Percobaan Diagram Terner

n =

= 0,0778 mol

Mol Heksana

n =

= 0,136465 mol

Perlakuan 2 :

Mol Tert-butanol

n =

= 0,041027 mol

Mol aquades

n =

= 0,116667 mol

Mol Heksana

n =

= 0,121302 mol

Perlakuan 3 :

Mol Tert-butanol

n =

Page 24: Percobaan Diagram Terner

= 0,061541mol

Mol aquades

n =

= 0,1278 mol

Mol Heksana

n =

= 0,10614 mol

Perlakuan 4 :

Mol Tert-butanol

n =

= 0,082054 mol

Mol aquades

n =

= 0,1944 mol

Mol Heksana

n =

Page 25: Percobaan Diagram Terner

= 0,090977 mol

Perlakuan 5 :

Mol Tert-butanol

n =

= 0,102568 mol

Mol aquades

n =

= 0,233 mol

Mol Heksana

n =

= 0,075814 mol

Perlakuan 6 :

Mol Tert-butanol

n =

= 0,123081mol

Mol aquades

n =

Page 26: Percobaan Diagram Terner

= 0,1889 mol

Mol Heksana

n =

= 0,060651 mol

Perlakuan 7 :

Mol Tert-butanol

n =

= 0,143595 mol

Mol aquades

n =

= 0,1611 mol

Mol Heksana

n =

= 0,045488 mol

Perlakuan 8 :

Mol Tert-butanol

n =

= 0,164108 mol

Page 27: Percobaan Diagram Terner

Mol aquades

n =

= 0,1222 mol

Mol Heksana

n =

= 0,030326 mol

Perlakuan 9 :

Mol Tert-butanol

n =

= 0,184622 mol

Mol aquades

n =

= 0,0611 mol

Mol Heksana

n =

= 0,015163 mol

Perhitungan Fraksi Mol zat

Page 28: Percobaan Diagram Terner

Perlakuan 1 :

Xtert-butanol =

= 0,087382

Xaquades =

= 0,331313

Xheksana =

= 0,581305

Perlakuan 2 :

Xtert-butanol =

= 0,147052

Xaquades =

= 0,418166

Xheksana =

= 0,434782

Perlakuan 3 :

Xtert-butanol =

= 0,295458

Page 29: Percobaan Diagram Terner

Xaquade =

= 0,432474

Xheksana =

= 0,359237

Perlakuan 4 :

Xtert-butanol =

= 0,367475

Xaquades =

= 0,529136

Xheksana =

= 0,247572

Perlakuan 5 :

Xtert-butanol =

= 0,411715

Page 30: Percobaan Diagram Terner

Xaquades =

= 0,566735

Xheksana =

= 0,184142

Perlakuan 6 :

Xtert-butanol =

= 0,372621

Xaquades =

= 0,506919

Xheksana =

= 0,162769

Perlakuan 7 :

Xtert-butanol =

=

Xaquades =

= 0,46062

Page 31: Percobaan Diagram Terner

Xheksana =

= 0,129895

Perlakuan 8 :

Xtert-butanol =

= 0,316656

Xaquades =

= 0,38578

Xheksana =

= 0,095768

Perlakuan 9 :

Xtert-butanol =

= 0,260896

Xaquades =

= 0,234236

Xheksana =

= 0,058118

Page 32: Percobaan Diagram Terner