Diagnosis Tb Pari Dan Ekstraparu Pada Orang Dewasa Dan Anak
-
Upload
rachmat-b-saputra -
Category
Documents
-
view
24 -
download
0
Transcript of Diagnosis Tb Pari Dan Ekstraparu Pada Orang Dewasa Dan Anak
DIAGNOSIS TB PARI DAN EKSTRAPARU PADA ORANG DEWASA DAN ANAK
1.Diagnosis TB Paru pada orang dewasa
a. Semua suspek TB harus diperiksa 3 spesimen dahak idealnya dalam waktu 2 hari berturut-
turut, yaitu Sewaktu-Pagi –Sewaktu (SPS) Seandainya kondisi tersebut tidak dapat dipenehi,
maka rentang waktu antara fiksasi specimen Sewaktu (S) yang pertama dan yang kedua tidak
lebih dari 7 hari. Bila melebihi rentang waktu tersebut maka pengambilan specimen dahak
Sewaktu (S) pertama harus diulang kembali dari awal
b. Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditetapkan dengan penemuan kuman TB (BTA ). Pada
Program Nasional Pengendalian TB, penemuan BTA diperoleh melalui pemeriksaan dahal
secara mikroskopik langsung yang merupakan cara diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti
foto toraks dapat pula dignakan namun hanya digunakan sebagai sarana penunjang diagnosis
sepanjang sesuai dengan indikasinya.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto
toraks tidak selalu memberikan gambaran proses spesifik TB paru, sehingga terjadi
overdiagnosis atau underdiagnosis.
d. Untu lebih jelasnya lihat alur diagnostic TB paru pada orang dewasa.
2. Diagnosis TB Ekstraparu pada Orang Dewasa
a. Seseorang dicurigai menderita TB Ekstraparu apabila ditemukan gejala-gejala antara lain:
Nyeri dada (TB pleura/pleuritis), pembesaran kelenjar getah bening superficial (Limfadenitis
TB), gibbus (spondilitis TB) dan lain lain.
b. Penetapan diagnosis pasti sering sulit dlakukan, sedangkan diagnosis kerja dapat ditetapan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) setelah dapat menyingkirkan kemungkinan
diagnosis penyakit lain. Ketetapan diagnosis tergantung pada cara pengambilan bahan
pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostic, misalnya uji mikrobiologi, patologii anatomi,
serologi, foto toraks dan lain lain.
c. seorang pasien TB ekstraparu sangat mungkins secara bersamaan juga menderita TB Paru,
oleh karena itu harus dilakukan pemeriksaan dahak.
Catatan:
Suspek TB paru: Seseorang dengan batuk berdahak 2-3 minggu atau lebih disertai dengan
atau tanpa gejala lain
Antibiotik non OAT: Antibiotik spectrum luas yang tidak memiliki efek anti TB (Jangan
gunakan fluorokuinolon)
E. KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PASIEN
Penentuan klasifiasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis memerlukan suatu “definisi kasus”
yang meliputi empat hal, yaitu:
Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstraparu
Bakteriologi (Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif atau BTA
negative;
Riwayat pengobatan TB sebelumnya, pasien baru atau sudah pernah diobati
Status HIV pasien
Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat. Saat ini sudah tidak dimasukan dalam penentuan
definisi kasus.
Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah
Menentukan paduan pengobatan yang sesuai, untuk mencegah pengobatan yang tidak
adekuat (undertreatment), menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment).
Melakukan registrasi kasus secara benar.
Standarisasi proses (tahapan) dan pengumpulan data
Menentukan prioritas pengobatan TB, dalam situasi dengan sumber daya yang terbatas.
Analisis kohort hasil pengobatan, sesuai dengan definisi klasifikasii dan tipe
Memonitor kemajuan dan mengevaluasi efektifitas program secara akurat, baik pada
tingkat kabupaten, provinsi, nasional, regional maupun dunia.
Definisi Kasus:
Kasus TB pasti (definitive): pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium tuberculosis atau
tidak ada fasilitas biakan, sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh (anatomical site) yang terkena:
b. Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan
parenkim paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar hilus.
c. Tuberkulosis ekstraparu. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
Pasien dengan TB paru dan TB ekstraparu diklasifikasikan sebagai TB paru.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, keadaan ini terutama
ditujukan pada TB Paru:
a. Tuberkulosis paru BTA positif.
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA psoitif.
2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks menunjukan
tuberkulosis.
3) 1 spesimen dahak SPS haislnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
4) 1 atau lebih specimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negative dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostic TB paru BTA negative harus meliputi:
1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative
2) Fota toraks dengan gambaran proses spesifik TB
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, bagi pasien dengan
HIV negative.
4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
Catatan:
Pasien TB paru tanpa hasil pemeriksaan dahak tidak dapat diklasifikasikan sebagai BTA
negative, lebih baik dicatat sebagai “pemeriksaan dahak tidak dilakukan”.
Bila pasien TB paru juga mempunyai TB ekstraparu, maka untuk kepentingan
pencatatan, pasien harus dicatat sebagai pasien TB paru.
Bila seorang pasien dengan TB ekstraparu pada beberapa organ, maka dicatat sebagai TB
ekstraparu pada organ yang penyakitnya paling berat.
3. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya disebut sebagai tipe pasien, yaitu:
a. Pasien baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (4minggu). Pemeriksaan BTA bias positif atau negative.
b. Pasien yang sebelumnya diobati
2) Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
a. Kasus setelah putus berorbat (Default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.
b. Kasus setelah gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positi atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
c. Pasien Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindhakan keregister lain untuk melanjutkan pengobatannya.
d. Pasien lain:
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, seperti yang:
Tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya,
Pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil pengobatannya
Kembali diobati dengan BTA negative.