Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx

19
Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi Nadia Liem 10.2012.357 (C4) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jalan Arjuna Utara No 6 – Jakarta Barat 11470 [email protected] Pendahuluan Usus pada Manusia secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu usus halus dan usus dan usus besar. Ukuran usus halus umumnya lebih kecil dibandingkan usus besar, usus halus dibagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Bagian paling distal dari usus halus, yaitu ileum terminal berhubungan dengan colon ascendens, dimana biasanya colon ascendens dan descendens tidak mudah bergerak. Apabila terdapat sesuatu di dalam ileum lalu menyebabkan gerak peristaltic yang berlebihan maka bagian usus proksimal( arah oral) akan masuk ke rongga usus bagian distal sehingga muncul gejala obstruksi berlanjut strangulasi. Obstruksi Usus halus merupakan bagian yang paling sering terkena karena lumennya yang sempit, keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus. Tumor dan infark, meskipun paling serius menyebabkan hanya sekitar 10% sampai 15% dari obstruksi usus halus. Hernia, perlekatan usus, intususepsi, dan volvulus secara bersama- sama menyebabkan 80% kasus. Manifestasi klinis obstruksi usus antara lain adalah nyeri dan peregangan abdomen, muntah ,

Transcript of Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx

Page 1: Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx

Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi

Nadia Liem

10.2012.357 (C4)

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)

Jalan Arjuna Utara No 6 – Jakarta Barat 11470

[email protected]

Pendahuluan

Usus pada Manusia secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu usus halus dan

usus dan usus besar. Ukuran usus halus umumnya lebih kecil dibandingkan usus besar, usus

halus dibagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Bagian paling distal dari usus halus,

yaitu ileum terminal berhubungan dengan colon ascendens, dimana biasanya colon ascendens

dan descendens tidak mudah bergerak. Apabila terdapat sesuatu di dalam ileum lalu

menyebabkan gerak peristaltic yang berlebihan maka bagian usus proksimal( arah oral) akan

masuk ke rongga usus bagian distal sehingga muncul gejala obstruksi berlanjut strangulasi.

Obstruksi Usus halus merupakan bagian yang paling sering terkena karena lumennya yang

sempit, keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus.

Tumor dan infark, meskipun paling serius menyebabkan hanya sekitar 10% sampai 15% dari

obstruksi usus halus. Hernia, perlekatan usus, intususepsi, dan volvulus secara bersama-sama

menyebabkan 80% kasus. Manifestasi klinis obstruksi usus antara lain adalah nyeri dan

peregangan abdomen, muntah , konstipasi,dan kesulitan mengeluarkan flatus. Jika obstruksi

disebabkan oleh kausa mekanis atau vaskuler, biasanya diperlukan intervensi bedah segera.1

Dalam makalah ini akan dibahas lebih rinci mengenai intususepi sebagai hasil pembelajaran

mandiri.

Skenario

Seorang anak berusia 5 bulan dibawa ke UGD RS dengan keluhan BAB berwarna

merah kehitaman dengan konsistensi kental seperti jel berlendir sejak 1 jam yang lalu.

Menurut ibunya, sejak 6 jam yang lalu, anaknya sangat rewel, tidak dapat ditenangkan,

perutnya kembung dan beberapa kali muntah setiap diberi makan. Pada Pemeriksaan fisik

abdomen, tampak distensi abdomen, teraba adanya massa abdomen seperti sosis, bising usus

meningkat.

Page 2: Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx

Hipotesis

Bayi berusia 5 bulan mengalami Intususepsi atau Invaginasi.

Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis , Mencakup identitas pasien, keluhan utama dan perjalanan penyakit. Yang perlu

ditanyakan pada keluhan utama ialah keluhan yang mendorong pasien meminta pertolongan

medis. Pada scenario yang dibahas.

Keluhan Utama : BAB berwarna merah kehitaman dengan konsistensi kental seperti jel

berlendir sejak 1 jam yang lalu.

Gangguan yang mengenai abdomen dan system gastrointestinal bisa menimbulkan

gejala yang sangat beragam antara lain: Nyeri abdomen, Muntah, Hematemesis, Disfagia,

Gangguan cerna atau dyspepsia, Diare, Perubahan kebiasaan BAB, Bengkak atau benjolan

pada perut, Penurunan Berat badan atau gejala akibat malabsorpsi, Melena( tinja hitam

seperti ter akibat darah dari saluran cerna bagian atas) atau darah per rectum. Penting untuk

menilai adakah penyakit lokal dan adakah efek sistemik seperti penurunan berat badan atau

malabsorpsi.2

Riwayat Penyakit Sekarang: Berdasarkan scenario perutnya kembung, dan beberapa kali

muntah setiap di beri makan. Ditanyakan seberapa sering pasien muntah? apa yang mereka

muntahkan ( makanan yng sudah tercerna, darah, ‘butiran kopi’) dan sejak kapan? apakah

mereka bisa minum dan tidak memuntahkan cairan? 2

Riwayat Penyakit Dahulu : Di scenario tidak ada.

“Apakah pernah mengalami penyakit saluran cerna sebelumnya?, Apakah pernah dilakukan

operasi pada daerah perut sebelumnya?, Adakah riwayat konsumsi alcohol dan kebiasaan

merokok?2

Riwayat Pengobatan

Obat yang pernah dikonsumsi?, Pernahkan pasien mendapat terapi untuk penyakit saluran

cerna termasuk terapi yang mungkin merupakan penyebab gejala (OAINS dan Dispepsia)2

Riwayat Penyakit Keluarga: Di scenario tidak disebutkan

Page 3: Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx

“Adakah kondisi turunan yang mempengaruhi system gastrointestinal” ?2

Pemeriksaan Fisik

Pandanglah Pasien

“Apakah pasien tampak sakit ringan atau berta, nyaman atau kesakitan, dapat

bergerak dengan mudah, atau berbaring tak bergerak”? “Adakah pucat, ikterus, atau

limfadenopat”?, “Apakah pasien kurus atau obesitas”?, “Cari tanda-tanda sistemik dari

penyakit (demam, takikardi, hipotensi, takipnea, dehidrasi dan hipovolemia)”.2

Pemeriksaan Abdomen

Pada bayi dan anak kecil pemeriksaan abdomen seringkali didahulukan daripada

pemeriksaan lainnya. Pemeriksaannnya pun harus bertahap, terutama pada keluhan

kegawatan perut pemeriksaan harus berhati-hati. Seperti pada pemeriksaan dada,

pemeriksaan abdomen juga terdiri dari 4 tahapan yakni inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi; hanya urutannya berbeda, yaitu auskultasi, dilakukan setelah inspeksi, mendahului

perkusi. ini dimaksudkan agar interpretasi hasil auskultasi tidak salah, oleh karena setiap

manipulasi pada abdomen akan mengubah bunyi peristalktik usus.3

Inspeksi

Melihat ukuran dan bentuk perut, karena otot abdomen anak masih tipis dan waktu

berdiri anak kecil cenderung menunjukkan posos lordosis, maka perut anak kecil

tampak agak membuncit ke depan (pot belly). Perut yang buncit dapat simetris atau

asimetris, Dan bentuk perut yang cekung (skafoid).3 Adakah distensi perut, massa,

jaringan parut, dan gerakan peristaltis yang jelas?2

Auskultasi

Lakukan auskultasi untuk mendengarkan bising usus( terdengar atau tidak), normal

atau abnormal, hiperaktif, bernada tinggi (menunjukkan obstruksi).2

Perkusi

Perkusi dilakukan dari daerah epigastrium secara sistematis menuju ke bagian bawah

abdomen. Pada Perkusi abdomen dalam keadaan normal terdengar bunyi timpani di

seluruh permukaan abdomen, kecuali di daerah hati dan limpa. Perkusi abdomen

terutama ditujukan untuk menentukan adanya cairan bebas( asites) atau udara di

dalam rongga abdomen, juga untuk menentukan batas hati serta batas-batas massa

intraabdominal. Pekak hati akan hilang apabila terdapat udara bebas dalam rongga

Page 4: Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx

abdomen keadaan ini disebut pneumoperitoneum ( biasa disebabkan oleh perforasi

usus atau trauma tusuk).3

Palpasi

Merupakan bagian terpenting pemeriksaan abdomen. Anak yang koperatif dapat

diminta untuk menarik napas dalam disamping menekuk lututnya dan berbaring,

dengan cara ini otot perut akan lebih lemas sehingga palpasi lebih mudah dilakukan.

Anak yang belum dapat berbicara, dapat diperiksa saat ia minum susu botol atau

sambil diperlihatkan mainan. Pada anak yang menangis dapat dilakukan palpasi, oleh

karena otot perut akan relaksasi pada inspirasi. Sebelum melakukan palpasi kedua

telapak tangan saling dogosokkan untuk menghangatkannya. Palpasi dapat dilakukan

secara monomanual( biasanya tangan kanan saja) atau bimanual, dimulai dari kuadran

kiri bawah, dilanjutkan secara sistematis ke kuadaran kiri atas lalu ke kanan atas, dan

terakhir ke kanan bawah. Pada anak yang sudah cukup besar, yang dapat

menunjukkan lokasi nyeri, palpasi dilakukan pada bagian yang tidak sakit terlebih

dahulu, bagian yang sakit di palpasi paling akhir. Penekanan pada palpasi harus

dimulai dengan ringan atau superficial, dilanjutkan dengan palpasi yang lebih dalam

dan biasanya menggunakan kedua tangan yang saling bertopangan. Terdapatnya

tempat yang nyeri dapat dilihat dari perubahan mimic anak ataupun perubahan nada

tangis pada palpasi biasa. Lokalisasi nyeri dapat ditentukan juga dengan nyeri lepas.3

Setiap massa intraabdominal atau kelainan, harus dicatat dengan teliti mengenai

ukuran, posisis, bentuk, konsistensi, lokasi, tepi, mobilitas saat respirasi, dan pulsasi.2

Massa yang berbentuk seperti sosis dan nyeri tekan intususepsi mungkin dapat diraba

di kuadaran kanan bawah3

Periksa organ sepsifik

Periksa hati : Adakah pembesaran? Apakah teraba ditepi bawah arcus costa kanan? lakukan

palpasi dengan sisi ulnar dan bantalan jari telunjuk, smabil menraik napas perlahan. Mulailah

di fosa iliaka kanan.

Ukurlah, tentukan batas atasnya dengan perkusi. Apakah hati sedkit memebesar, lunak,

pulsatif, keras, atau irregular( menunjukkan tumor)? adakah bruit?

Page 5: Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx

Periksa Limpa

Apakah limpa membesar? Apakah teraba di tepi bawah kosta kiri? mulialah di fosa iliaka

kanan dan lakukan palpasi kea rah tepi bawah kosta kiri. Ukur tentukan batas atas dengan

perkusi apakah lunak? adakah bruit? apakah ikut bergerak saat bernapas? Adakah tanda-tanda

lain dari hipertensi portal ( misalnya asites, kaput medusa)?

Periksa Ginjal : Apakah ginjal teraba? Memantul/ adakah pembesaran rata atau irregular

( pertimbangkan penyakit ginjal polikistik), bruit?

Pemeriksaan colok dubur

Bila terdapat indikasi, colok dubur dilakukan dengan anak dalam posisi tengkurap dan fleksi

pada kedua sendi lutut, memakai sarung tangan dan menggunakan jari kelingking. Bila anak

sudah besar, diminta untuk kencing lebih dulu.3 Diperhatikan adakah nyeri tekan, massa

abnormal, Pembesaran prostat ( umumnya pada bayi dan anak kecil prostat tidak teraba),

uterus dan ovarium, tinja, darah atau lender?2

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologik.

Foto polos abdomen.

Foto polos perut dapat dibuat dalam dua arah, posisi supine dan lateral

dekubitus kiri. Rontgen polos abdomen untuk melihat kondisi obstruktif, AP supine:

distribusi udara usus, AP horizontal dan LLD: air fluid level. Posisi lateral dekubitus kiri

ialah posisi penderita yang dibaringkan dengan bagian kiri di atas meja dan sinar dari arah

mendatar. Dengan posisi ini, selain untuk mengetahui tanda obstruksi usus (dilatasi),

invaginasi, juga dapat mendeteksi adanya perforasi. Gambaran x-ray pada invaginasi ileo-

coecal memperlihatkan daerah bebas udara yang fossa iliaca kanan karena terisi massa. Pada

invaginasi tingkat lanjut, terlihat multiple air fluid levels.4

Page 6: Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx

Gambar 1. Intususepsi posisi supine

Sumber : www.google.co.id

Diagnosis

Intususepsi

Intususepsi merupakan invaginasi satu segmen usus ke dalam bagian distal segmen di

dekatnya. segmen yang berinvaginasi disebut sebagai intususeptum dan segmen yang

terinvaginasi disebut intususepien. Ujung intususeptum disebut apeks atau titik awal.5 Sering

ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang muda dan dewasa , biasanya pada anak

bersifat idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Kebanyakan ditemuka pada kelompok

umur 2-12 bulan, dan lebih banyak pada anak lelaki. Invaginasi umumnya berupa intususepsi

ileosekal yang masuk dan naik ke kolon asendens serta mungkin terus sampai keluar rectum.

Invaginasi ini dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan

komplikasi perforasi dan peritonitis.6

Gambaran Klinis

Pada kasus-kasus yang khas, nyeri kolik hebat yang timbul mendadak, hilang timbul,

sering kumat dan disertai dengan rasa tersiksa yang menggelisahkan dan menangis keras,

pada anak yang sebelumnya sehat-sehat.7 Kolik merupakan nyeri visceral akibat spasme otot

polos pada organ berongga dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase organ tersebut

(obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intralumen). Serangan kolik

biasanya disertai perasaan mual, bahkan sampai muntah. Saat serangan pasien sangat gelisah,

kadang sampai berguling-guling ditempat tidur atau di jalan, yang khas ialah trias kolik

terdiri dari serangan nyeri perut yang kumatan disertai mual atau muntah dan gerak paksa.6

Jika Intususepsi tidak ditangani, menjadi semakin lemah dan lesu, akhirnya dapat terjadi

keadaan seperti syok, dengan kenaikan suhu tubuh sampai 41 C ( 106 F). Nadi menjadi lemah

Page 7: Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx

dan kecil, pernafasan menjadi dangkal dan ngorok, dan nyeri mulai dimanifestasi dengan

hanya suara merintih. Muntah terjadi pada kebanyakan kasus dan merupakan fase awal. Pada

fase lanjut, muntah disertai dengan empedu. Tinja dengan gambaran normal dapat

dikeluarkan pada beberapa jam pertama setelah timbulnya gejala. Setelah itu pengeluaran

tinja sedikit atau sering tidak ada, dan kentut jarang atau tidak ada. Darah pada umumnya

keluar 12 jam pertama, tetapi kadang-kadang tidak keluar sampai 1-2 hari, dan jarang tidak

keluar sama seklai; 60% bayi akan mengeluarkan tinja bercampur darah berwarna merah dan

mucus, tinja jeli kismis. Beberapa penderita hanya bergejala rewel, dan letargi intermitten

atau progresif. Palpasi abdomen biasanya menunjukkan sedikit nyeri tekan, ada massa

berbentuk sosis, yang kadang-kadang sulit ditemukan; massa sosis ini mungkin membesar

atau mengeras dan paling sering terdapat di abdomen sebelah kanan atas , massa ini lebih

mudah dilokalisasi dengan palpasi bimanual rectum dan abdomen di antara serangan nyeri

berulang. Adanya lendir darah di jari ketika jari ditarik pada pemeriksaan rectum, mendukung

diagnosis intususepsi. Abdomen kembung dan nyeri tekan baru timbul kalau obstruksi usus

menjadi lebih akut.7

Gambar 2. Intususepsi

Sumber: www.google .co.id

Etiologi

Penyebab kebanyakan intususepsi belum diketahui( 90%). Insidens musiman

memuncak pada musim semi dan musim gugur. Korelasi dengan infeksi adenomavirus telah

dilaporkan, dan keadaan ini dapat mempersulit gastroenteritis. Disebutkan bahwa plak Peyer

yang membengkak di ileum dapat merangsang peristaltik usus sebagai upaya untuk

mengeluarkan massa tersebut; sehingga menyebabkan intususepsi. Pada umur pucak insidens

Page 8: Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx

keadaan ini, saluran cerna bayi juga dimasuki macam-macam makanan baru. Infeksi virus

pada anak-anak menyebabkan pembesaran kelenjar cerna, yang pada akhirnya menyebabkan

intususepsi. Infeksi virus bisa menimbulkan perlawanan jaringan limfe terhadap infeksi

sehingga mukosa usus tidak rata. Ini membuka peluang usus untuk memasuki bagian usus itu

sendiri selama proses mencerna. Pemberian makanan selain susu ketika umur kurang dari 4

bulan akan berakibat buruk terhadap bayi, karena sistem pencernaan bayi pada usia ini belum

tumbuh kembang sempurna. Pemberian makanan pada usia itu berpeluang terjadinya

invaginasi usus halus. Pada bayi lebih dari 3 tahun, bisa disebabkan faktor mekanik, seperti

meckel divertikulum, polip pada intestinum, limfosarcoma intestinum, trauma tumpul pada

abdominal dengan hematom, hemangioma.8

Epidemiologi

Intususepsi atau invaginasi, salah satu penyebab utama obstruksi usus pada balita dan

anak- anak kecil, dapat terjadi pada setiap umur bahkan intususepsi dapat terjadi intrauterin.

Insiden intususepsi diperkirakan terjadi pada 1,5-4 per 1000 kelahiran hidup, sekitar tujuh

puluh persen atau lebih dijumpai pada anak berusia kurang dari satu tahun, umur penderita

tersering antara 5-10 bulan, laki-laki lebih banyak daripada perempuan (3:1). Bentuk

tersering yang dijumpai adalah invaginasi pada ileocecal (75%), ileocolica (15%), dan lain-

lain (10%) seperti ileoileal, colocolica.8

Patofisiologi

Intususepsi terjadi jika satu segmen usus, yang mengalami konstriksi oleh gelombang

peristaltis, mendadak masuk ke segmen usus di sebelah distal. Setelah terperangkap, segmen

yang mengalami invaginasi tersebut terdorong oleh gelombang peristaltis semakin jauh ke

distal menarik mesenterium bersamanya. Jika dijumpai pada anak dan bayi, biasanya tidak

terdapat lesi anatomic atau defek diusus sebagai penyebab yang mendasarinya dan diluar

kelainan ini pasien sehat.1 Bagian atas usus, yang disebut intususeptum, mengalami

invaginasi ke bawah, intususipien, menarik mesenteriumnya bersama-sama memasuki lumen

yang menyelubunginya. Konstriksi mesenterium menyumbat aliran balik vena; selanjutnya

terjadi pembengkakan intususeptum, karena edema, dan perdarahan mukosa menyebabkan

tinja mengandung darah, kadang-kadang mengandung mucus. Puncak intususepsi dapat

berjalan sampai ke kolon transversum, desendens, sigmoid bahkan sampai dan melewati anus

pada kasus yang ditelantarkan. Kebanyakan intususepsi tidak menjepit usus dalam 24 jam

pertama, tetapi kemudian akhirnya dapat menyebabkan gangren usus dan syok.7

Page 9: Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx

Klasifikasi

Lokasi pada saluran cerna yang sering terjadi invaginasi merupakan lokasi segmen

yang bebas bergerak dalan retroperitoneal atau segemen yang mengalami adhesive.

Invaginasi diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan lokasi terjadinya: 9

1. Entero-enterika : usus halus masuk ke dalam usus halus 2. Colo-kolika: kolon

masuk ke dalam kolon 3. Ileo-colica: ileum terminal yang masuk ke dalam kolon asendens 4.

Ileosekal: ileum terminal masuk ke dalam sekum di mana lokus minorisnya adalah katup

ileosekal.

Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon asendens

dan mungkin terus sampai keluar dari rektum.6

Diagnosis Banding

Divertikulum Meckel

Adalah sisa dari kantung telur embrional, yang juga disebut sebagai diktus

omfalomesenterikus atau duktus vitelinus. Duktus omfalomesenterikus menghubungkan

kantung telur dengan usus saat perkembangan embrio dan memeberikan nutrisi sampai

plasenta dibentuk. Antara minggu ke-5 sampai minggu ke-7 kehamilan, duktus ini menipis

dan memisahkan diri dari intestinum. Tepat sebelum involusi ini, epitel kantung telur ini

mengembangkan suatu lapisan yang sama dengan lapisan lambung. Kegagalan parsial atau

komplit involusi duktus tersebut meninggalkan berbagai struktur sisa. Divertikulum meckel

merupakan struktur sisa yang paling lazim dan dan merupakan anomaly slauran cerna bawah

yang paling sering. Merupakan kantung ileum sepanjang 3-6 cm di sepanjang tepi

antimesenterika, sekitar 50-75cm dari katup ileosekal.7

Divertikulum Meckel adalah kelainan congenital (bawaan) yang paling umum dari

usus kecil, hal itu disebabkan oleh penyerapan tidak lengkap duktus vitelline (yaitu saluran

omphalomesenteric)10 Tanda dan gejalanya antara lain perut terasa nyeri mulai dari ringan

sampai parah, terlihat darah dalam tinja. Gejala sering terjadi selama beberapa tahun pertama

kehidupan. Gejala divertikulum Meckel biasanya terjadi selama tahun pertama kehidupan

seorang anak, namun dapat terjadi ketika dewasa. Gejala meliputi pendarahan gastrointestinal

(yang dapat dilihat pada tinja), nyeri perut dan kram, obstruksi perut, penyumbatan yang

Page 10: Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx

membuat isi usus keluar. Hal ini dapat menyebabkan nyeri, kembung, diare, sembelit, dan

muntah. Divertikulitis (pembengkakan dinding usus).10

Gambar 3. Divertikulum Meckel

Sumber: www.Google.co.id

Volvulus

Pemuntiran sempurna suatu lengkung usus mengitari sumbu perlekatan

mesenteriumnya, juga dapat menyebabkan obstruksi usus dan infark. Kelainan ini paling

sering terjadi di lengkung sigmoid diikuti oleh sekum, usus halus(semua atau sebgaian),

lambung atau kolon transverses. Kelaianan ini jarang dijumpai.1 Gambaran klinisnya

merupakan gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.6

Aliran darah usus dapat berkurang sehingga menimbulkan nekrosis usus dan bayi dapat

menunjukkan gejala peritonitis atau syok septic berupa hipotensi, aggal nafas, hematemesis

atau melena.

Penatalaksanaan11

Lakukan enema barium/udara (cara ini dapat mendiagnosis dan mereduksi

intususepsi). Masukkan kateter Foley tanpa pelumas ke dalam rektum, tiup balonnya

dan rapatkan pantat pasien dengan plester. Alirkan larutan hangat barium dalam

garam normal dari ketinggian 1 m ke dalam kolon dengan pemantauan lewat

fluoroskopi. Diagnosis tertegakkan bila terlihat gambaran meniskus. Tekanan cairan

barium lambat laun akan mereduksi intususepsi. Reduksi dikatakan berhasil bila

beberapa bagian usus halus telah terisi barium/udara.

Pasang NGT, ini akan menghilangkan mual dan muntah, serta dekompresi usus.

Page 11: Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx

Beri resusitasi cairan, Sebagian besar yang menderita obstruksi usus mengalami

muntah dan dehidrasi.

Beri antibiotic jika ada tanda infeksi (demam, peritonitis). Berikam ampicilin (25-50

mg/kgBB IV/IM empat kali sehari), Gentamisin (7.5 mg/Kg IV/IM sekali sehari) dan

metronidazol (7.5 mg/KgBB tiga kali sehrai). Lama pemberian antibiotic pasca

operasi bergantung pada kegawatan penyakit yang ada: Pada intususepsi tanpa

penyulit ( yang tereduksi dengan enema), berikan selama 24-48 jam setelah operasi;

jika dengan perforasi dan reseksi usus, teruskan pemebrian antibiotic selama satu

minggu.

Lakukan PEMERIKSAAN ULANG SEGERA oleh dokter bedah, lanjutkan dengan

pembedahan jika reduksi dengan menggunakna enema gagal. Jika terdapat bagian usus yang

iskemi atau mati, makam reseksi perlu dilakukan.

Komplikasi

Intususepsi dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk

dengan komplikasi perforasi dan peritonitis.6 Komplikasi yang dapat timbul saat operasi di

antaranya perdarahan. Umumnya bila menciderai pembuluh darah segera lakukan kontrol

perdarahan dengan meligasi pembuluh darah. Selain itu komplikasi dapat timbul pasca

operasi, yaitu kembung, gangguan keseimbangan elektrolit, dan sepsis.12

Prognosis

Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan selalu berakibat fatal; kesempatan

sembuh terkait langsung dengan lamanya intususepsi sebelum reduksi. Kebanyakan bayi

sembuh jika intususepsi direduksi dalam 24 jam pertama prognosis nya baik, tetapi angka

mortalitas meningkat dengan cepat setelah waktu ini, terutama setelah hari kedua. Bila

terlambat tertangani bagian usus yang terjepit dapat menderita kekurangan oksigen, yang

lama-lama usus dapat rusak, bagian usus yang terjepit dapat mengalami kematian jaringan,

bocor, peradangan usus menyeluruh, bahkan dapat menimbulkan kematian pada bayi/anak.

Angka kekambuhan pasca reduksi dengan enema barium adalah sekitar 10% dan dengan

reduksi bedah sekitar 2-5%, tidak pernah terjadi setelah dilakukan reseksi bedah. Tidak

mungkin intususepsi karena suatu lesi seperti limfosarkoma, polip, atau divertikulum meckel

akan berhasil direduksi dengan enema barium. Dengan terapi yang adekuat reduksi dengan

operasi sangat mengurangi angka mortalitas pada kasus dini.7

Page 12: Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx

Kesimpulan

Hipotesis diterima, seorang bayi 5 bln mengalami Intususepsi/Invaginasi dengan hasil

pemeriksaan fisik ditemukan adanya massa abdomen seperti sosis, dan bising usus meningkat

karena adanya obstruksi di usus. Juga pasien mengalami kembung, karena distensi abdomen

dan muntah yang menandakan intususepsi fase awal.

Daftar Pustaka

1. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi Robbins.Edisi

7.Jakarta:ECG;2007.

2. Gleadle J. At a Glance Anamnesis dan pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit

Erlangga;2007.h.28-29

3. Matondang C.S, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi

kedua Cetakan ketiga. Jakarta: CV Sagung Seto;2007.h.95-114.

4. Patel PR. Radiologi. Jakarta: Erlangga;2005.h.241.

5. Pierce A, Grace , Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi Ketiga.Jakarta: Penerbit

Erlangga;2007.h.182-3.

6. Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

ECG;2010.h.240, 742,743.

7. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

ECG;2000.h.1314, 1319-21.

8. Rudolph AM, Hoffman JI, Rudolph CD. Buku ajar pediatri Rudolph. Jakarta:

EGC;2007.h.1182-3.

9. Marinis A, Yiallourou A, Samanides L, Dafnios N, Anastasopoulos G,Vassiliou S, et

al. Intussusception of the bowel in adults: a review. WorldJournal Gastroenterology.

2009;15(4):407

10. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Jakarta: EGC;2008.h.154-5.

11. Roespandi H, Nurhamzah W. editors. Buku Saku Pelayanan Anak di Rumah Sakit.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI;2008.h.276.

12. Sabiston DC. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC;2004.h.270-2.

Page 13: Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi.docx