Diagnosis Banding Hipertiroidisme

4
Diagnosis Banding Hipertiroid isme Oleh: Muhammad Hanifi (1106010641 ) Hipertiroidisme didefinisikan sebagai overeaksi kelenjar tiroid yang ditandai dengan meningkatnya sekresi hormon tiroid, triiodotironin dan atau tiroksin. Gejala anatomis utama dari hipertiroidisme adalah pembesaran pada bagian leher. Meski demikian, pembesaran leher bukanlah gejala khas yang hanya dimiliki oleh hipertiroidisme. Berikut diagnosis-diagnosis banding dari hipertiroidisme. A. Goiter Goiter atau gondok adalah keadaan dimana terjadi pembesaran dari kelenjar,  baik dalam bentuk difus maupun nodular. Penampakan anatomis dari goiter, yang sangat mirip dengan hipertiroidisme, adalah pembesaran daerah leher. Pada kasus goiter, fungsi tiroid dapat normal ( nontoxic goiter ), berlebih (toxic goiter ) atau  berkurang (hypothyroid goiter ). TNG (Toxic Nodular Goiter ) TNG merupakan keadaan dimana kelenjar tiroid membesar, dan pembesarannya tampak nodular. Pembesaran ini muncul akibat hipersekresi hormon-hormon tiroid yang menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid. Gejala-gejala dari TNG antara lain (1) Intoleransi panas; (2) lemas; (3) tremor; (4) penurunan berat badan; (5) nafsu makan bertambah; (6) gondok dan (7) takikardia.  Diffuse Toxic Goiter Dalam diffuse toxic goiter , kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara  berlebihan. Hal ini akan mempercepat metabolisme sistemik. Gejala utama dari diffuse toxic goiter adalah pembesaran leher. Gejalanya dapat muncul dalam minggu,  bulan, bahkan tahun. Gejala paling umum dari diffuse toxic goiter adalah (1) hipermetabolisme, yaitu penurunan berat badan tanpa adanya penurunan nafsu makan; (2) intoleransi panas; (3) berkeringat; (4) lemas; (5) osteoporosis; (6)

Transcript of Diagnosis Banding Hipertiroidisme

Page 1: Diagnosis Banding Hipertiroidisme

7/27/2019 Diagnosis Banding Hipertiroidisme

http://slidepdf.com/reader/full/diagnosis-banding-hipertiroidisme 1/4

Diagnosis Banding Hipertiroidisme

Oleh: Muhammad Hanifi (1106010641)

Hipertiroidisme didefinisikan sebagai overeaksi kelenjar tiroid yang ditandai

dengan meningkatnya sekresi hormon tiroid, triiodotironin dan atau tiroksin. Gejala

anatomis utama dari hipertiroidisme adalah pembesaran pada bagian leher. Meski

demikian, pembesaran leher bukanlah gejala khas yang hanya dimiliki oleh

hipertiroidisme. Berikut diagnosis-diagnosis banding dari hipertiroidisme.

A. Goiter

Goiter atau gondok adalah keadaan dimana terjadi pembesaran dari kelenjar,

 baik dalam bentuk difus maupun nodular. Penampakan anatomis dari goiter, yang

sangat mirip dengan hipertiroidisme, adalah pembesaran daerah leher. Pada kasus

goiter, fungsi tiroid dapat normal (nontoxic goiter ), berlebih (toxic goiter ) atau

 berkurang (hypothyroid goiter ).

TNG (Toxic Nodular Goiter )

TNG merupakan keadaan dimana kelenjar tiroid membesar, dan pembesarannya

tampak nodular. Pembesaran ini muncul akibat hipersekresi hormon-hormon tiroid

yang menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid. Gejala-gejala dari TNG antara lain

(1) Intoleransi panas; (2) lemas; (3) tremor; (4) penurunan berat badan; (5) nafsu

makan bertambah; (6) gondok dan (7) takikardia.

 Diffuse Toxic Goiter 

Dalam diffuse toxic goiter , kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara

 berlebihan. Hal ini akan mempercepat metabolisme sistemik. Gejala utama dari

diffuse toxic goiter adalah pembesaran leher. Gejalanya dapat muncul dalam minggu,

 bulan, bahkan tahun. Gejala paling umum dari diffuse toxic goiter  adalah (1)

hipermetabolisme, yaitu penurunan berat badan tanpa adanya penurunan nafsu

makan; (2) intoleransi panas; (3) berkeringat; (4) lemas; (5) osteoporosis; (6)

Page 2: Diagnosis Banding Hipertiroidisme

7/27/2019 Diagnosis Banding Hipertiroidisme

http://slidepdf.com/reader/full/diagnosis-banding-hipertiroidisme 2/4

hiperadregenic palpitasi; (7) tremor; (8) insomnia; (9) ginekomastia; (10) penurunan

konsentrasi; (11) kesulitan menelan; (12) oculopathy; (13) dekompensasi organ; (14)

atrial fibrilation dan (15) gagal jantung kongestif. Pada pasien geriatrik, gejala khas

diffuse toxic goiter antara lain (1) penurunan berat badan; (2) atrial fibrilation dan (3)

depresi.

B. Thyroid Papil lary Carcinoma 

Thyroid papillary carcinoma adalah bentuk keganasan pada kelenjar tiroid.

Kasus thyroid paillary carcinoma sangat jarang terjadi. Pada thyroid paillary

carcinoma, dapat terjadi hipersekresi hormon-hormon tiroid sehingga sekresinya

 berlebihan di dalam darah, menyebabkan tirotoksikosis dan hipertiroidisme

C. Pitui tary Adenoma 

 Pituitary Adenoma adalah tumor jinak pada hipofisis. Apabila tumor 

 berdiameter kurang dari 10 mm, disebut sebagai mikroadenoma, dan apabila

 berukuran lebih dari 10 mm disebut sebagai makroadenoma.  Pituitary adenoma 

 berakibat pada hiperfungsi kelenjar hipofisis, yang salah satunya memberikan

dampak pada kelanjar tiroid.

Hipersekresi Hormon Efek 

Hormon ACTH Cushing syndrome

Growth hormone Akromegali

Tiroid Stimulating Hormone (TSH) Hipertiroidisme

Gonadotropin dan Esterogen Amenorhea pada wanita

D. Grave’s Disease 

Grave’s disease, yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas dari kelenjar tiroid,

adalah penyebab peling umum dari hipertiroidisme. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid

 biasanya telah kehilangan kemampuannya untuk merespon kontrol normal sekresi

hormon tiroid oleh kelenjar pituitari melalui TSH. Sebagai salah satu bentuk kelainan

imunologis, Grave’s disease memiliki kecenderungan untuk diturunkan dari parental.

Page 3: Diagnosis Banding Hipertiroidisme

7/27/2019 Diagnosis Banding Hipertiroidisme

http://slidepdf.com/reader/full/diagnosis-banding-hipertiroidisme 3/4

Grave’s disease diperkirakan sebagai penyakit autoimun, karena itu, antibodi-

antibodi yang menjadi karakteristik penyakit ini dapat ditemukan dalam darah.

Antibodi-antibodi tersebut antara lain Thyroid Stimulating Immunoglobilins (TSI 

antibodies), Thyroid Peroxidase Antibodies (TPO), dan antibodi reseptor TSH.

Prevalensi Grave’s disease pada wanita lima kali lebih besar dibandingkan pada pria.

Salah satu gejala khas Grave’s disease adalah adanya gangguan indera

 penglihatan (Grave’s opthalmopathy). Opthalmopathy dapat terjadi sebelum,

sesudah, maupun pada saat yang sama dengan hipertiroid. Awalnya pasien akan

mengalami penigkatan kepekaan terhadap cahaya, diikuti dengan penonjolan mata

ke arah luar dan munculnya penglihatan ganda. Gejala klinis Grave’s disease antara

lain (1) palpitasi; (2) takikardia ringan; (3) diare; (4) mudah lelah; (5) berkeringat;

(6) pada anak biasanya terjadi pertumbuhan dan maturasi tulang yang cepat.

E.  Dapatkah Hiperparatiroidisme Menjadi Diagnosis Banding Hipertiroidisme?

Tidak. Alasannya karena pada hiperparatiroidisme tidak terjadi pembesaran

leher. Hiperparatiroidisme didefinisikan dengan hiperreaktivitas dari kelenjar  paratiroid yang berakibat pada sekresi hormon paratiroid yang berlebih. Gejala

hiperparatiroidime sangat bergantung pada jenis hiperparatiroidismenya, apakah

 primer ataukah sekunder.

Pada hiperparatiroidisme primer, sebagian besar pasien tidak menunjukkan

gejala apapun. Pasien biasanya didapatkan dari incidental finding  pada saat

 pemeriksaan kadar kalsium atau pemeriksaan radiologis. Peningkatan kada kalsium

 pada hiperparatiroidisme primer merupakan gejala yang sangat jarang terjadi, namun

apabila terjadi, akan bermanifestasi menjadi gejala-gejala seperti (1)  fatigue; (2)

depresi; (3) nyeri tulang; (4) nyeri otot; (5) nafsu makan menurun; (6) mual; (7)

muntah; (8) konstipasi; (9) poliuria; (10) polidipsia dan (11) osteoporosis.

Pada hiperparatiroid sekunder, kelenjar paratiroid bekerja dengan normal.

Permasalahan secara klinis muncul akibat resistensi reseptor hormon paratiroid, dan

Page 4: Diagnosis Banding Hipertiroidisme

7/27/2019 Diagnosis Banding Hipertiroidisme

http://slidepdf.com/reader/full/diagnosis-banding-hipertiroidisme 4/4

 bermanifestasi pada permasalahan-permasalahan pada resorpsi tulang seperti rickets,

osteomalacia, dan renal osteodystrophy.

Daftar Pustaka

1.  Janet E. Hall, Lynnette K. Nieman: Handbook of diagnostic endocrinology, pp. 124-125

2.  Dario M. Torre, Geoffrey C. Lamb, Jerome Van Ruiswyk: Kochar's Clinical Medicine for 

Students. pp.402-403: Lippincott Williams & Wilkins; Fifth edition (2008)

3.  Kittisupamongkol W. Hyperthyroidism or thyrotoxicosis? Cleve Clin J Med. Mar 

2009;76(3):152.

4.  Fraser WD (July 2009). "Hyperparathyroidism". Lancet  374 (9684): 145 – 58.