Di Susun Oleh -...

140
i EVALUASI PROGRAM KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DI GUGUS VI DUKUH KECAM ATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR TESIS Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN Di Susun Oleh MUH. WAHYUDDIN S ADAM NIM: 2116018000018 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JAKARTA 2018 M / 1439 H

Transcript of Di Susun Oleh -...

Page 1: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

i

EVALUASI PROGRAM KELOMPOK KERJA GURU (KKG)

DI GUGUS VI DUKUH KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Di Susun Oleh MUH. WAHYUDDIN S ADAM

NIM: 2116018000018

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JAKARTA

2018 M / 1439 H

Page 2: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

ii

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Di dalam naskah tesis ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

ARAB LATIN Kons. Nama Kons. Nama

Alif Tidak dilambangkan ا Ba b Be ب Ta t Te ت Tsa ts Es (dengan titik di atas) ث Jim j Je ج Cha H Ha (dengan titik di bawah) ح Kha kh Ka dan ha خ Dal d De د Dzal dh De dan ha ذ Ra r Er ر Za z Zet ز Sin s Es س Syin sy Es dan ha ش Shad s Es (dengan titik di bawah) ص Dlat d De (dengan titik di bawah) ض Tha t Te (dengan titik di bawah) ط Dha z Zet (dengan titik di bawah) ظ Ain ‘ Koma terbalik di atas‘ ع Ghain gh Ge dan ha غ Fa f Ef ف Qaf q Qi ق Kaf k Ka ك Lam l El ل Mim m Em م Nun n En ن Wawu w We و Ha h Ha ھـ Hamzah ’ Apostrof ء Ya y Ye ي

Page 3: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

iii

2. Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan gabungan huruf sebagai berikut: a. Vokal rangkap ( أو ) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya: al-

yawm. b. Vokal rangkap ( أي ) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya: al-

bayt.

3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan tanda macron (coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( ة م ) ,( al-fatihah = الفاتح لو al-‘ulum ) dan = العة ) .( qimah = قیم

4. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( د د ) ,( haddun = ح = طیب ) ,( saddun = سtayyib ).

5. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah dari kata yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya ( البیت = al-bayt ), ( السمآء = al-sama’).

6. Ta’ marbutah mati atau yang dibaca seperti ber-harakat sukun, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan ta’ marbutah yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya ( یة الھالل ؤ ru’yah al-hilal atau ru’yatul = رhilal).

7. Tanda apostrof (’) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang terletak di tengah atau di akhir kata, misalnya ( یة ؤ .(’fuqaha = فقھاء ) ,( ru’yah = ر

Page 4: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Muh. Wahyuddin S Adam

Tempat dan tanggal lahir : Makassar, 21 Desember 1992

NIM : 21160181000018

Jurusan : Magister Manajemen Pendidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Tesis : Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (KKG) di Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd

2. Dr. Jejen Musfah, M.A

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat benar-benar karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Surat pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Seminar Hasil Tesis.

Jakarta, 14 Mei 2018

Yang membuat pernyataan

Muh. Wahyuddin S Adam

Page 5: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

v

Page 6: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

vi

Page 7: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

vii

Page 8: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

viii

Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru di Gugus VI Dukuh di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor

Muh. Wahyuddin S. Adam

21160181000018 Prodi Magister Manajemen Pendidikan Islam

Universitas Islam Negeri Jakarta Email:[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi program kelompok kerja guru dalam pengembangan profesionalisme guru pada Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Kelompok Kerja Guru merupakan wadah pengembangan profesionalisme para guru-guru SD dalam kegiatan belajar mengajar. Penelitian evaluatif ini berbasis kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui hasil evaluasi program kegiatan Kelompok Kerja Guru dalam pengembangan profesionalisme guru. Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Kerja Guru yang bertempat di Gugus VI Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pada gugus ini terdiri dari 6 sekolah yang semua gurunya berjumlah 62 orang. Subjek penelitian ini adalah Ketua Gugus, Ketua KKG, Pengurus, dan Peserta. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi kegiatan yang dilaksanakan, wawancara yang mendalam, dan dokumentasi terkait KKG dengan menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, & Product). Analisis data dilakukan dengan cara analisis induktif kualitatif. Hasil penelitian dijabarkan ke dalam beberapa aspek. Pada aspek Context, menunjukkan adanya korelasi antara tujuan program dengan kebutuhan peserta. Pada aspek Input, menunjukkan bahwa fasilitas telah memadai, materi diterima dengan baik, Pemandu sangat profesional, dan pengurus telah bekerja dengan baik. Pada aspek Process, menunjukkan bahwa kegiatan KKG telah berjalan sesuai dengan perencanaan yang dirumuskan sebelumnya. Pada aspek Product, menunjukkan tingkat kepuasan peserta terhadap program ini sekitar 89% mengatakan sangat puas. Maka peneliti menganggap program ini pantas untuk dilanjutkan dan menjadi model program kepada KKG gugus lainnya Sehingga dengan adanya program ini diharapkan bisa meningkatkan kompetensi guru-guru dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di kecamatan Cibungbulang.

Kata Kunci : Evaluasi CIPP dan KKG (Kelompok Kerja Guru)

Page 9: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

ix

Evaluation of Teacher Working Group Program in Cluster VI Dukuh in District Cibungbulang Bogor Regency

Muh. Wahyuddin S. Adam

21160181000018 Prodi Master of Islamic Education Management

Universitas Islam Negeri Jakarta Email: [email protected]

Abstract

This study aims to determine the evaluation of teacher work group programs in the development of professionalism of teachers in Cluster VI Dukuh Cibungbulang District Bogor Regency. Teachers Working Group is a forum for the development of professionalism of elementary school teachers in teaching and learning activities. This evaluative research based on qualitative aims to know the evaluation result of activity program of Teachers Working Group in developing teacher professionalism. This research was conducted on Teachers Working Group located in Gugus VI Cibungbulang District Bogor Regency. In this cluster consists of 6 schools that all teachers totaling 62 people. The subjects of this study were Chairman of Cluster, Chairman of KKG, Management, and Participant. Methods of data collection is done by observation of activities carried out, in-depth interviews, and documentation related to KKG by using CIPP model (Context, Input, Process, & Product). Data analysis was done by qualitative inductive analysis. The results of this study are translated into several aspects. In the Context aspect, there is a correlation between the program objectives and the needs of the participants. In the Input aspect, indicating that the facility is adequate, the material is well received, the Guide is very professional, and the board has worked well. In Process aspect, it shows that KKG activity has been run in accordance with previously formulated planning. In the Product aspect, it shows that the satisfaction level of the participants to this program is about 89% say very satisfied. So the researchers consider this program worthy to continue and become a model program to other clusters GFC So that the existence of this program is expected to improve the competence of teachers in teaching and learning activities, especially in the district Cibungbulang.

Keywords: CIPP and KKG Evaluation (Teacher Working Group

Page 10: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

x

الملخص

تھدف ھذه الدراسة إلى تحدید تقییم برامج مجموعة عمل المعلم في تطویر المھنیة للمدرسین في المجموعة المھنیة لمعلمي المدارس مجموعة عمل المعلمین ھي منتدى لتطویر .,’الرل.دكھ، شبنبالن بغور السادسة

ھذا البحث التقویمي یعتمد على األھداف النوعیة لمعرفة نتیجة التقییم . االبتدائیة في أنشطة التعلیم والتعلمتم إجراء ھذا البحث على مجموعة عمل . لبرنامج نشاط مجموعة عمل المدرسین في التطویر المھني للمعلم

6في ھذه المجموعة تتكون من .الرل.ادسة دكھ، شبنبالن بغورالمعلمین الموجودة في منطقة مجموعة السوكان موضوع ھذه الدراسة رئیس الكتلة ورئیس مجموعة عمل . شخصا 62مدارس یبلغ عدد المعلمین فیھا تم القیام بعملیات جمع البیانات من خالل مالحظة األنشطة التي نفذت . المعلمین واإلدارة والمشاركین

السیاق (CIPP مقة والوثائق ذات الصلة لمجموعة عمل المعلمین باستخدام نموذجوالمقابالت المتعتترجم نتائج ھذه . تم تحلیل البیانات عن طریق التحلیل االستقرائي النوعي). والمدخالت والمعالجة والمنتج

. ت المشاركینفي جانب السیاق ، ھناك عالقة متبادلة بین أھداف البرنامج واحتیاجا. الدراسة إلى عدة جوانبفي جانب المدخالت ، مما یشیر إلى أن المرفق مناسب ، یتم استقبال المواد بشكل جید ، والدلیل مھني للغایة ،

في . قد تم تشغیلھ وفقا للخطة المعدة مسبقا في جانب العملیة ، یوضح أن نشاط. وقد عمل المجلس بشكل جید٪ یقولون راض 89مشاركین في ھذا البرنامج ھو حوالي جانب المنتج ، فإنھ یدل على أن مستوى رضا ال

ا نموذجیا لمعلمي مجموعة العمل . جدا لذلك یعتبر الباحثون أن ھذا البرنامج یستحق أن یستمر ویصبح برنامجفي مجموعات أخرى بحیث یتوقع أن یؤدي وجود ھذا البرنامج إلى تحسین كفاءة المعلمین في أنشطة التعلیم

.سیما في منطقة سیبونجبوالنج والتعلم ، ال

Page 11: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih sayang-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor”sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan salam selalu tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kami dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Peneliti menyadari terselesaikannya tesis ini atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Jejen Musfah, M.A. selaku Pembimbing II dan Ketua program studi magister Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan, nasehat, bimbingan, dan motivasi bagi peneliti selama menyelesaikan tesis.

5. Bapak Prof. Rusmin Tumanggor, M.A dan Dr. Hasyim Asyari, M.Pd sebagai dosen penguji tesis saya, terimakasih telah memberikan kritik dan saran untuk tesis saya.

6. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ayahanda Ir. Syafruddin A. Adam dan Ibunda Sri Nurwahyuanti Akuba serta Mama Aslia M.Pd.I yang senantiasa mendoakan dan memberikan semangat dengan kasih sayang yang tak terkira, sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan tanpa suatu halangan apapun.

8. Adik-adikku tersayang, kalian adalah mutiara hatiku, menjadi penyemangat dan penghibur, kalian menginspirasi kakak untuk terus lebih baik.

9. Bapak Mamat Turahmat S.Pd. sebagai ketua gugus, Bapak Devi Riana Praja S.Pd sebagai ketua KKG beserta guru-guru yang ada di Gugus VI Dukuh

Page 12: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

xii

Kecamatan Cibungbulang, yang telah memberikan bantuan dan meluangkan waktu bagi peneliti untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian tesis ini.

10. Guru Agung, Guru Ahmad, Guru Ami, Guru Cicih, Guru Asep, dan Guru Imu selaku pengelola Sekolah Guru Indonesia.

11. Guru Hebat Sekolah Guru Indonesia angkatan 21 yang sangat membantu sekali, kalian yang terhebat. Guru Ades, Riki, ervan, nardis, rahman, ade, afid, habib, ulfa, upi, ayu, silmi, firda dan desita.

12. Keluarga besar Dompet Dhuafa Pendidikan, dan Dompet Dhuafa University.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat ditulis satu persatu oleh peneliti.

Peneliti berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan hati mereka. Akhir kata peneliti berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Jakarta, 14 Mei 2018

Peneliti

Muh. Wahyuddin S Adam

Page 13: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

xiii

DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ ii

SURAT PERNYATAAN ....................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN PROMOSI TESIS ..................................... v

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR PROMOSI TESIS.................. vi

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................ vii

ABSTRAK .............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................................ xi

DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah ..... 8 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8

BAB II Kajian Teoritis dan Kerangka Konseptual

A. Evaluasi Program ......................................................................... 10 1. Pengertian Evalausi Program .................................................. 10 2. Tujuan dan Manfaat Evaluasi .................................................. 13 3. Model Evaluasi ....................................................................... 15 4. Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) ....... 18

B. KKG (Kelompok Kerja Guru) ...................................................... 22 1. Pengertian KKG ..................................................................... 22 2. Tujuan KKG ........................................................................... 23 3. Organisasi KKG ..................................................................... 25

C. Pengembangan Profesionalisme Guru ........................................... 26 1. Pengertian Profesionalisme Guru ............................................ 26 2. Bentuk-bentuk Pengembangan Profesionalisme Guru ............. 28 3. Aspek-aspek kompetensi Guru Profesional ............................. 31 4. Kriteria Guru Profesional ........................................................ 33 5. Pekerjaan Guru Menuntut Profesionalisme ............................. 34

Page 14: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

xiv

D. Penelitian Relevan ........................................................................ 36 E. Kerangka Konseptual ................................................................... 37

BAB III Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian ............................................................................. 40 B. Objek dan Subjek Penelitian ......................................................... 40 C. Jenis-jenis Sumber Data ............................................................... 40 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 40 E. Teknik Pengolahan Data ............................................................... 42 F. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................ 42 G. Kriteria Evaluasi ........................................................................... 43

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Deskripsi Singkat Profil KKG Gugus VI Cibungbulang ................ 46 B. Evaluasi Terhadap Context ........................................................... 48 C. Evaluasi Terhadap Input ............................................................... 53 D. Evaluasi Terhadap Process ........................................................... 69 E. Evaluasi Terhadap Product ........................................................... 79 F. Hasil Evaluasi CIPP ..................................................................... 84

BAB V Penutup

A. Kesimpulan .................................................................................. 89 B. Rekomendasi ................................................................................ 89

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 91

LAMPIRAN ........................................................................................... 97

PROFIL PENELITI .............................................................................. 118

Page 15: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Contoh-contoh Objek Evaluasi Berbagai Sektor ........... 12

Tabel 2.2 Perbandingan Model Evaluasi Program Pelatihan.......... 20

Tabel 2.3 Perbandingan Lain Model Evaluasi Program ................. 21

Tabel 3.1 Kriteria Evaluasi CIPP ................................................. 43

Tabel. 4.1 Tabel Analisis SWOT KKG Gugus VI Dukuh ............. 47

Tabel 4.2 Matriks Program Kegiatan Periode 2016-2017 .............. 55

Tabel 4.3 Matriks Program Kegiatan Periode 2017-2018 .............. 56

Tabel 4.4 : Struktur Organisasi Pengurus Gugus VI Dukuh .......... 58

Tabel 4.5 Draft Nama-nama Pengurus KKG ................................ 60

Tabel 4.6: Kualifikasi Akademik Tenaga Pendidik ...................... 62

Tabel 4.7 Nama Pemandu Kegiatan Bermutu dan Workshop ........ 64

Tabel 4.8 Materi pada Kegiatan Bermutu 2017 ............................. 65

Tabel 4.9 Penggunaan Dana KKG dan MGMP ............................. 67

Tabel 4.10 Pertanggungjawaban Dana KKG dan MGMP .............. 68

Tabel 4.11 Jadwal Kegiatan Bermutu 2017 ................................... 70

Tabel. 4.12 Rangkaian Kegiatan Bermutu 2017 ............................ 72

Tabel 4.13 Perolehan Tingkat Kepuasan Peserta KKG .................. 79

Tabel 4.14 Interval tingkat kepuasan peserta KKG ...................... 80

Tabel 4.15 Rekapitulasi Penilaian KKG Bermutu ......................... 80

Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Kinerja Program Gugus VI Dukuh .. 84

Page 16: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fokus Model Evaluasi Program Stufflebeam ............ 22

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kelompok KKG ......................... 26

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ................................................ 38

Gambar 2.4 Fokus Model Evaluasi Program Stufflebeam ............. 39

Page 17: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketercapaian hasil pendidikan (output) sangat ditentukan oleh

implementasinya (process) dan dipengaruhi oleh tingkat kesiapan segala hal

(input) yang diperlukan untuk berlangsungnya implementasi. Keyakinan ini

berangkat dari kenyataan bahwa kehidupan diciptakan oleh Allah serba

sistem (utuh dan benar) dengan catatan utuh dan benar menurut hukum-

hukum ketetapan-Nya. Jika demikian halnya, tidak boleh berpikir dan

bertindak secara parsial dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran.

Sebaliknya, perlu berpikir dan bertindak secara holistik, integratif, terpadu

dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran (Slamet, 2005:

1).

Dalam pelaksanaan pendidikan, guru merupakan ujung tombak,

sehingga perlu pengembangan profesional guru. Setiap guru memiliki

potensi dan kebutuhan untuk berkembang serta merealisasikan dirinya.

Perkembangan IPTEK menuntut guru untuk melaksanakan pekerjaan secara

profesional. Seorang guru sekolah dasar harus memiliki empat kompetensi,

yaitu kompetensi: pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional . Keempat

kompetensi tersebut harus melekat pada setiap guru sekolah dasar dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar disekolah. Akan

tetapi kemampuan peran dasar tersebut di atas tidak akan berkembang jika

hanya mengandalkan pengalaman. Namun harus dirangsang dan didorong

pengetahuan baru agar dapat menumbuhkan sikap profesi yang matang.

Supriadi (2009:8) mengatakan bahwa guru sekolah dasar berbeda

dengan guru sekolah lanjutan. Guru Sekolah Dasar dengan sistem guru

kelas dituntut lebih mampu dalam mengelola kelas, penguasaan

materi/bahan pembelajaran sebanyak tujuh jenis (PPKn, Bahasa Indonesia,

IPA, IPS, Matematika, Bahasa Daerah, KTK) Penjaskes, dan PAI disajikan

oleh guru bidang. Guru Sekolah Dasar yang mengajar di kelas V-VI setiap

minggu melaksanakan mengajar sebanyak 38 jam pelajaran, untuk guru

kelas IV 36 jam pelajaran, dan guru kelas I dan II sebanyak 24 jam

pelajaran. Sedangkan guru sekolah lanjutan hanya bertugas sebanyak 18

jam pelajaran per minggu.

Di zaman sekarang pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas

telah dilaksanakan mulai berbagai upaya seperti pengembangan dan

perbaikan kurikulum, sistem evaluasi, pengembangan bahan ajar, pelatihan

guru, dan usaha lain. Upaya pembangunan pendidikan ini merupakan

respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk

mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber

Page 18: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

2

daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang.

Melalui pembangunan pendidikan, guru harus berwawasan masa depan

yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak asasi manusia untuk

mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna

kesejahteraan hidup dimasa depan. Pada kenyataannya berbagai upaya itu

belum membawa dampak yang maksimal, termasuk dalam hal ini belum

berhasil meningkatkan profesionalisme guru sehingga sangat berdampak

kepada prestasi siswa. Sebuah pernyataan yang mencengangkan

dikemukakan mantan Menteri Pendidikan Nasional Wardiman

Djoyonegoro (Mulyasa, 2006: 3) bahwa, “Hanya 43% guru yang memenuhi

syarat.” Artinya, 57% tidak atau belum memenuhi syarat, tidak kompeten,

dan tidak profesional. Kemudian dari Pernyataan Direktorat Tenaga

Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional RI Tahun 2004 nasional

diperoleh 65,29% dari 29.238 orang guru SD yang disurvei ternyata tidak

menguasai dengan baik materi pelajaran IPA. Untuk tingkat penguasaan

substansi materi, uji kompetensi profesional sebanyak 15.186 orang guru

SD masih sangat rendah. Khusus pada mata pelajaran IPA sebanyak 53,1%

guru memperoleh nilai D dan hanya 0,2% yang memperoleh nilai A.

Melihat kondisi tersebut peningkatan mutu pendidikan khususnya di

Sekolah Dasar menjadi fokus perhatian dalam rangka meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan Sekolah Dasar sebagai

satuan pendidikan formal pertama mempunyai tanggung jawab dalam

mengembangkan sikap, kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan

peserta didik. Pada kenyataannya pendidikan bukanlah suatu upaya yang

sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan.

Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Setiap

saat pendidikan selalu menjadi fokus perhatian dan bahkan tak jarang

menjadi sasaran ketidakpuasan masyarakat. Hal ini dikarenakan pendidikan

menyangkut kepentingan semua orang dan bukan menyangkut investasi.

Itulah sebabnya, pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikkan dan

peningkatan kualitas guru sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan

tuntutan kehidupan masyarakat.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan

Kebuadayaan (BPSDMPK) dan Peningkatan Mutu Pendidikan (PMP),

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gultom (2013) mengakui masih

banyak guru terutama di daerah-daerah yang tidak lulus uji kompetensi dan

sertifikasi sebagai akibat rendahnya kualitas mereka. Beliau mengatakan

bahwa banyak guru yang tidak memahami substansi keilmuan yang dimiliki

maupun pola pembelajaran yang tepat diterapkan kepada anak didik. Dari

sisi kualifikasi akademik juga masih rendah, sampai saat ini dari 2,92 juta

guru baru sekitar 51% yang berpendidikan S-1 atau lebih sedangkan

sisannya belum berpendidikan S-1. Kemudian dari program sertifikasi guru

untuk menciptakan guru profesional dari persyaratan sertifikasi hanya 2,06

juta guru atau sekitar 70,5% guru yang memenuhi syarat. Sedangkan 861.67

Page 19: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

3

guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi. Begitu pun saat

dilaksanakan uji kompetensi guru-rata-rata hanya mendapatkan nilai di

bawah 50.

Rendahnya mutu pendidikan sangat terkait dengan mutu tenaga

kependidikan di sekolah. Rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari

prestasi atau hasil belajar siswa seperti dikemukakan oleh Wasliman Iim

(2007 : 23), bahwa : (1) Menurut laporan Bank Dunia anak-anak Indonesia

ternyata hanya mampu menguasai 30 % dari materi bacaan dan ternyata

mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan

penalaran. (2) Hasil studi The Third International Mathematic and Science

Studi-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA,1999) memperlihatkan bahwa , diantara

38 negara peserta , prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada

urutan ke -32 untuk IPA, ke-34 untuk matematika. (3) Menurut survey

Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di

Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa anak-anak di Indonesia

masih rendah dalam kemampuan penalaran. Selain itu, menurut data

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, nilai Uji Kompetensi

Awal (UKA) terhadap guru di semua jenjang pendidikan, memiliki nilai

tertinggi 97,0 dan terendah 1,0 dengan rerata nasional sebesar 47,5

(Suyanto, 2012: 1). Nilai ini menunjukkan kompetensi nasional guru

Indonesia masih rendah. Hal tersebut tercermin dari pemetaan kompetensi

mengajar guru, penguasaan materi pelajaran, dan keterbatasan penggunaan

metode pembelajaran. Keterbatasan kompetensi guru ini secara langsung

akan berpengaruh pada kualitas kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Kenyataan ini merupakan konsekuensi dari pembelajaran

sebelumnya yang masih berpusat pada guru. Hal ini akan memberikan

dampak pada pelaksanaan proses belajar mengajar yang belum terpenuhi.

Karena itu kemampuan guru dan tenaga kependidikan lainnya perlu

ditingkatkan. Peningkatan kemampuan guru tersebut dapat dilakukan

dengan satu pola pembinaan bantuan profesional guru baik secara vertikal

sesuai jenjang maupun horizontal antara teman sejawat. Pembinaan

berkaitan dengan fungsi dan usaha untuk meningkatkan daya guna dan hasil

guna manusia dalam suatu proses kerjasama untuk mencapai tujuan

bersama. Pembinaan profesional adalah usaha memberi bantuan kepada

guru untuk memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan

mengajar, dan menumbuhkan sikap profesional sehingga para guru lebih

ahli dalam mengelola KBM dalam membelajarkan anak didik.

Berikut beberapa fakta tentang kualitas guru pada Uji Kompetensi

Guru tahun 2015, Hurriyati (2016) mengatakan dalam Diskusi Forum Asia

Afrika bahwa:

a. Kemampuan menjawab soal uji kompetensi ketika melakukan tes

calon guru ternyata masih di bawah 50%, yaitu hanya 44%.

Kemampuan terendah ada pada kompetensi fisika dan matematika

Page 20: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

4

yang hanya mencapai 33% dan 46%. Kemampuan tertinggi adalah

kompetensi bahasa Inggris yang mencapai 58%. Fakta ini

memperlihatkan betapa rendahnya kompetensi para guru di

Indonesia. Dapat dibayangkan apa dampaknya terhadap lulusan

yang dihasilkan jika siswa dididik oleh guru yang kompetensinya

kurang.

b. Kemampuan rata-rata pedagogik berdasarkan data uji kompetensi

guru 2015 adalah 56.69%.

c. Kualitas guru berdasarkan asal peguruan tinggi berbeda, tetapi tidak

signifikan (hasil penilaian UKG 2015)

d. Distribusi kemampuan rata-rata guru dari urutan terbaik: Jawa,

Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara-Maluku-Papua

e. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara hasil UKG di kabupaten

dan di kota

f. Hasil UKG menurun cukup tajam sesudah usia 41 tahun

g. Guru Non PNS sekolah negeri mempunyai nilai UKG paling rendah

h. Tidak ada perbedaan siginifikan antara kompetensi guru

bersertifikasi dengan kompetensi guru belum bersertifikasi

i. Semakin tinggi kualifikasi (tingkat pendidikan akhir guru), semakin baik

nilai UKG Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa rendahnya kualitas

guru di Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari hasil penilaian UKG yang

masih dalam kategori rendah yaitu 56.69%. Selain itu tidak meratanya

kemampuan guru di berbagai daerah serta tidak meningkatnya kompetensi

guru yang bersertifikasi menjadi alasan lain rendahnya kualitas guru di

Indonesia.

Berdasarkan hasil analisis, rendahnya tingkat kompetensi calon guru

didasarkan pada beberapa hal, di antaranya adalah: (1) kualitas perguruan

tinggi yang menghasilkan guru masih perlu ditingkatkan lagi, (2) lulusan-

lulusan SMA yang mengambil pendidikan untuk menjadi guru bukan

mahasiswa terbaik; (3) lulusan-lulusan terbaik dari perguruan tinggi di

Indonesia tidak tertarik menjadi guru. Sampai saat ini, guru belum menjadi

profesi idaman untuk putra-putri terbaik bangsa ini. Ini merupakan

tantangan besar bagi pemerintah untuk menciptakan kondisi dimana

menjadi guru menjadi salah satu pilihan profesi yang diidamkan oleh

banyak orang.

Dalam rangka meningkatkan kompetesi guru maka harus ada

kegiatan pembinaan khusus bagi guru-guru. Kegiatan pembinaan guru

dalam rangka mencapai sasaran di atas telah terkonsep dalam pelaksanaan

Kelompok Kerja Guru. Salah satu model pembinaan profesional guru SD

yang efektif dan efisien yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan

melalui wilayah kerja/gugus sekolah. Kelompok Kerja Guru (KKG) sangat

strategis untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru. Berbagai upaya

untuk meningkatkan kinerja guru, antara lain melalui berbagai pelatihan

Page 21: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

5

instruktur, peningkatan sarana dan prasarana, dan peningkatan mutu

manajemen KKG. Laporan Penilaian pelaksanaan KKG menyebutkan

masih banyak KKG yang belum menunjukkan peningkatan kinerja yang

berarti. Di samping itu belum adanya rambu-rambu yang dapat dijadikan

acuan bagi guru dan pengurus KKG dalam melakukan aktivitas kelompok

kerja guru serta belum intensifnya program pendampingan yang

dilaksanakan instruktur terhadap guru sebagai tindak lanjut pelaksanaan

kegiatan.

Kegiatan KKG akan sangat membantu peningkatan kemampuan

para guru, jika dikelola secara benar dan profesional. Para guru yang

terlibat dalam forum KKG ini senantiasa akan bertambah pengetahuan,

wawasan maupun keterampilannya, sehingga dalam melaksanakan tugas

tidak akan merasa berat. Dalam melaksanakan tugasnya guru dituntut

memiliki bekal dan kemampuan dasar yang dikenal dengan empat

kompetensi dasar guru. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 74 tahun

2008 Bab II pasal 2 yaitu ada empat kompetensi dasar yang harus dimiliki

oleh seorang guru yang terdiri (1) Kompetensi Pedagogik, (2) Kompetensi

Kepribadian, (3) Kompetensi Profesional, (4) Kompetensi Sosial (Undang-

undang RI tentang guru dan dosen Nomor 14 Tahun 2005:81).

Pelaksanaan kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) pada

hakikatnya bertujuan untuk peningkatan kompetensi guru, namun pada

kenyataannya program ini belum sepenuhnya berjalan sesuai yang

diharapkan. Pada kenyataannya banyak kendala-kendala yang dihadapi baik

dari segi manajemen, keuangan, tenaga ahli (pemandu/tutor), sarana-

prasarana dan lain sebagainya belum sepenuhnya terpenuhi. Selain itu, agar

dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dengan baik guru dituntut untuk

senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta menambah

wawasan dan pengalaman yang akan sangat berguna untuk melakukan

kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini berkaitan dengan guru sebagai

fasilitator kegiatan belajar mengajar di kelas yang berhubungan langsung

dengan siswa, harus mampu memfasilitasi kegiatan di kelas dengan penuh

kreatifitas dan inovasi sehingga pembelajaran dapat berjalan

menyenangkan, bermakna dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Salah satu wadah yang dapat dimanfaatkan para guru untuk

meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan dan menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi pada kegiatan belajar mengajar adalah melalui

KKG. KKG sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan pengetahuan,

menambah wawasan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi para

guru apabila dikelola dengan baik dan profesional. Namun pengelolaan

KKG selama ini belum dikelola secara baik, kegiatannya berjalan tanpa

adanya perencanaan program kegiatan yang akan dilaksanakan. Tidak

adanya alokasi dana khusus bagi pelaksanaan kegiatan KKG sehingga

pelaksanaan kegiatan KKG biasanya hanya menunggu momen tertentu saja

Page 22: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

6

seperti pada akhir semester. Hal ini tentunya menjadi permasalahan bagi

para guru.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen pada bab IV pasal 10 dan pasal 11, mensyaratkan untuk : (1)

memiliki kualifikasi akademik minimum S1/D4; (2) memiliki kompetensi

sebagai agen perubahan yaitu kompetensi pedagogik; kompetensi

kepribadian, sosial dan profesional; dan (3) memiliki sertifikat pendidik.

Dengan berlakunya undang undang ini, diharapkan memberikan suatu

kesempatan yang tepat bagi guru untuk meningkatkan profesionalismenya

melalui pelatihan, penulisan karya ilmiah, pertemuan kelompok kerja guru

(KKG), dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Menyadari hal

tersebut, sikap profesional serta kompetensi perlu di tingkatkan. Karena

sebagai tenaga pendidik, pengajar, sekaligus sebagai tenaga administrasi

perlu terus ditingkatkan profesionalismenya. Ada pertanyaan yang selalu

dilontarkan berkenaan dengan kata “profesional”. Betulkah sebagian besar

guru SD belum profesional? Bagaimana caranya untuk meningkatkan

profesionalisme guru SD? Dua pertanyaan di antaranya yang selalu penulis

temukan dari beberapa orang guru, bahkan masyarakat pemerhati

pendidikan. Sebenarnya proses yang memerlukan usaha yang sungguh-

sungguh adalah yang berkenaan dengan pertanyaan tentang upaya apa yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru SD.

KKG yang berada di Gugus VI kecamatan Cibungbulang ini

merupakan sistem pembinaan profesional guru SD mengemban misi yang

yaitu meningkatkan kemampuan dan kualitas guru, memberikan informasi

baru dalam bidang pendidikan, pemecahan masalah yang dihadapi guru,

membina kerjasama dan keakraban dalam meningkatkan prestasi dan

kinerja guru dalam mengelola proses belajar mengajar. KKG memiliki

peran yang penting pada berkembangnya program pendidikan di sekolah.

Sebab, lewat kelompok ini, guru-guru bisa menyelenggarakan diskusi dan

tukar pikiran tentang problema yang dihadapi pada masing-masing sekolah.

Forum tersebut juga sebagai wadah profesional guru untuk peningkatan

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan. Dengan adanya pemberdayaan

KKG, seluruh anggota KKG dapat memperoleh pengalaman guna

melakukan penyusunan kurikulum yang ditetapkan pada masing-masing

sekolah. Kemudian, dapat didiskusikan berbagai masalah lainnya, misalnya

RPP, aktivitas pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran,

dan evaluasi pembelajaran. Sehingga, guru dapat melakukan kegiatan

belajar mengajar dengan baik.

Melalui wadah KKG guru dalam suatu gugus sekolah berkumpul,

berdiskusi membicarakan hal yang berkaitan dengan tugas mengajar/

mendidik. Namun KKG yang ada pada Gugus I Kecamatan Cibungbulang

ini termasuk KKG yang aktif pertemuan tatap mukanya. Pada Gugus VI ini

terdapat 40 anggota yang berpartisipasi mengikuti kegiatan KKG Bermutu

ini. Hasil observasi dari peneliti di lapangan ternyata KKG Gugus VI dalam

Page 23: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

7

menjalankan program KKG bermutu ini terbilang aktif karena

pertemuannya dilaksanakan tiap sekali dalam seminggu dan kehadiran

guru-guru pun sekitar 90% yg konsisten mengikuti kegiatan ini. Alasan

peneliti memilih KKG di gugus VI ini sebagai objek penelitian karena sikap

tanggung jawab yang ditunjukkan para guru-guru sangat terlihat.

Pertama, Patuh pada aturan. Hampir semua para guru-guru itu

sangat taat dengan aturan yang telah disepakati. Salah satunya wajib

mengikuti kegiatan KKG ini sampai akhir kegiatan. Dan itu dibuktikan oleh

guru-guru, mereka tetap mengikuti mulai dari awal sampai akhir kegiatan.

Kedua, Mandiri. Tanggung jawab yang kedua ini adalah saya melihat

bahwa guru-guru dapat menjalankan kegiatan KKG itu juga karena adanya

dana. Tapi dana yang diberikan dari pemerintah pun hanya bisa memenuhi

program kerja dari KKG itu sendiri. Akhirnya mereka pun berinisiasi untuk

menyalurkan dana sebesar Rp 5000/tiap pekannya demi kelancaran kegiatan

ini. Ketiga, Pemeliharaan. Kelebihan dari KKG ini pun ternyata sudah

memiliki sekretariat sendiri yang berlokasi di Sekolah Dasar Negeri Dukuh

I Kab. Bogor dan merupakan sekolah induk dari KKG ini. Fungsinya yaitu

sebagai wadah para guru dalam berinteraksi satu sama lain dan bisa

memenuhi kebutuhan secara administratif.

Namun kekurangan selama program KKG bermutu ini berlangsung

yaitu interaksi antar pemandu dengan peserta belum terjalin. Pemandu

dalam menyampaikan materi masih bersifat ceramah. Karena masih terpaku

dengan pedoman materi yang diberikan dari dinas pendidikan sehingga

suasana pelatihannya terasa membosankan. Belum lagi ditambah fasilitas

ruangan yang belum memadai dan ruangan yang cukup sempit yang

disebabkan kuantitas guru yang terbilang banyak. Akhirnya banyak guru-

guru yang kurang memperhatikan ketika penyampaian materi berlangsung.

Dan ada juga yang ikut dalam kegiatan ini namun masih terkendala pada

implementasinya di lapangan. Dan kurikulum yang dibahas pun hanya

seputar kurikulum 2013, padahal masih ada sekolah di gugus ini yang

masih menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Adapun

permasalahan teknis dilapangan itu yaitu dari segi fasilitas selama

pelaksanaan KKG yang belum memadai dan dari segi waktu pelaksanaan

yang belum konsisten.

Harapannya penelitian ini dapat membantu guru guru dapat

mengutarakan segala permasalahan yang dialami ketika dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah dan dicarikan solusi-solusinya terhadap

permasalahan pembelajaran tersebut. Karena dalam kegiatan kelompok

kerja guru para guru mengupas pengetahuan tentang materi pelajaran.

Selama presentasi dan kerja kelompok, para guru hendaknya berbicara

tentang proses pembelajaran, membuat beberapa hubungan diantara ide-ide

mereka dan berbagi pengalaman mengajar. Dan yang diperlu diperhatikan

dalam diskusinya, sebaiknya guru-guru menyinggung tentang pemahaman

siswa dan bagaimana mengevaluasinya untuk ke depannya. Maka peneliti

Page 24: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

8

tertarik meneliti tentang “Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru di

Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor”.

B. Identifikasi, Perumusan dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi masalah

a. Pelaksanaan kegiatan belum berbasis kebutuhan peserta

b. Sarana dan prasarana belum memadai

c. Waktu pelaksanaan kegiatan tidak konsisten

d. Tidak adanya evaluasi rutin tiap pertemuan

2. Pembatasan Masalah

Bertolak dari identifikasi masalah, agar peneliti lebih fokus dan terarah,

penulis memberikan batasan masalah yakni pada Evaluasi Program

Kelompok Kerja Guru Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan permasalahan tersebut maka peneliti

merumuskan masalah yaitu“Bagaimana Evaluasi Program Kelompok

Kerja Guru Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor

dilihat dari segi Context, Input, Process, dan Product”?

C. Tujuan Penelitian

Untuk Mengetahui Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru Gugus

VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dari aspek Context,

Input, Process, dan Product.

D. Manfaat Penelitian Dengan diperolehnya data dan informasi yang memadai terkait

“Evaluasi Program melalui Kelompok Kerja Guru”, secara umum penelitian

ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Teoretis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

tentang evaluasi pengembangan profesionalisme guru melalui pelaksanaan

kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru) di wilayah kecamatan

Cibungbulang Kabupaten Bogor.

2. Praktis

Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

eksplorasi, referensi, dan dokumentasi serta untuk memberikan konstribusi

pemikiran kepada Guru-guru SD dan juga siapapun yang ingin mengetahui

terkait tentang profesionalisme guru melalui KKG ini. semoga dapat

dijadikan sebagai bahan masukan bagi guru-guru SD yang ada di kecamatan

Cibungbulang untuk mengembangkan profesionalismennya sebagai guru

sehingga seluruh tenaga pendidik dan kependidikan memahami secara

holestik dan komprehensif profesinya sebagai guru itu sesuai dengan

Page 25: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

9

proporsionalnya serta dapat juga sebagai sumbangsih informasi mengenai

evaluasi program KKG dalam penelitian yang relevan

Page 26: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Evaluasi Program

1. Pengertian Evaluasi Program

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation,

yang berarti penilaian Wandt dan Brown (2003:1), sebagaimana dikutip

Sudijono menyatakan bahwa “Evaluation is refer to the act or process to

determining the value of something”(Evaluasi menunjuk kepada tindakan

atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu). Dalam praktik, penggunaan

istilah evaluasi ini sering rancu dengan istilah pengukuran dan penilaian.

Kenyataan seperti ini dapat dipahami, mengingat ketiga istilah itu memang

saling kait mengkait sehingga sulit dibedakan. Berhubung dengan itu, Griffin

dan Nix (1993:3) menyatakan bahwa :

“Measurements, assements and evaluation are hierarchial. The

comparison of observation with the criteria is a measurements, the

interpretation and description of the evidence is an assesment and the

judgement of the value or implication of the behavior is an

evaluation.”

Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa pengukuran, penilaian,

dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi didahului dengan penilaian

(assesment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran.

Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan

dengan kriteria, penilaian merupakan kegiatan menafsirkan dan

mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan

penetapan nilai atau implikasi dari perilaku. Pendapat Widoyoko (2015:1)

pun berbeda, membedakan istilah evaluasi ke dalam 3 hal yaitu tes,

pengukuran, dan penilaian.

Mardapi (2008:67) mengatakan bahwa tes merupakan salah satu cara

untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung yaitu

melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Pengukuran

dapat didefenisikan sebagai penetapan angka dengan cara yang sistemik

untuk menyatakan keadaan individu. Sedangkan penilaian memiliki makna

yang berbeda dengan evaluasi. The Task Group On Assement and Testing

(TGAT) mendeskripsikan penilaian sebagai semua cara yang digunakan

untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok. Sementara, Arikunto

(2003:1) menyimpulkan bahwa evaluasi itu: “Evaluation is the processof

ascertaining the decision or concern, selecting appropriate iformation in

order to report summary data useful to decision makers in selecting among

alternatives”(evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan,

pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan

sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program

selanjutnya).

Page 27: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

11

Dari berbagai rumusan tersebut, tampak bahwa makna evaluasi

dipahami dalam konteks kegiatan atau pelaksanaan suatu program yang

memiliki tujuan akan kriteria keberhasilan program.

Menurut Rossi (1982:9) secara umum ada beberapa kategori dalam

evaluasi program,yaitu :

1. Front-End Analysis, hal ini mencakup kegiatan evaluasi yang

dilakukan sebelum pemasangan program untuk mengkonfirmasi,

memastikan, atau memperkirakan kebutuhan.

2. Evaluability Assesment, ini termasuk kegiatan yang dilakukan untuk

menilai dampak dari upaya evaluasi program. Mengidentifikasi

karakteristik umum program (signifikansi, ruang lingkup,

pelaksanaan, dsb) yang memfasilitasi atau menghalangi upaya

evaluasi program.

3. Formative, evaluasi perkembangan ini termasuk pengujian dalam

menilai proses yang sedang berlangsung dalam program untuk

melakukan modifikasi dan penyempurnaan kegiatan.

4. Impact, dari kategori evaluasi ini sesuai dengan defenisi paling

umum yaitu mencari tahu seberapa baik keseluruhan program

bekerja.

Berdasarkan kategori di atas dan merujuk pada penelitian peneliti

maka bisa disimpulkan kategori penelitian yang diteliti termasuk kategori

Impact. Karena peneliti ingin mengetahui sejauh mana keberhasilan

program dan bagaimana dampak program ini nantinya.

Menurut Syaodih (2009:121) penelitian evaluatif merupakan desain

dan prosedur evaluasi dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara

sistematik untuk menentukan nilai dan manfaat dari suatu praktek yang

didasarkan atas hasil pengukuran atau pengumpulan data dengana

menggunakan standar atau kriteria tertentu yang digunakan secara absolut

ataupun relatif.

Dari pernyataan tersebut kita bisa mengetahui perbedaan dan

persamaan antara penelitian evaluatif dan evaluasi. Persamaannya adalah

keduanya bisa mengkaji fokus atau permaslahan yang sama, menggunakan

desain dengan metode dan teknik pengukuran atau pengumpulan data yang

sama. Keduanya juga dapat menggunakan sampel dengan lokasi atau

lingkup wilayah yang sama, menggunakan teknik analisis data dan

interpretasi hasil yang sama. Sedangkan perbedaan yang mendasar diantara

keduanya adalah dalam tujuan dan penggunaan.

Di Indonesia, evaluasi sudah dilakukan sejak zaman penjajahan

Belanda. Belanda datang menjajah Indonesia juga ikut berdagang rempah-

rampah, kopi, teh, karet dan lainnya ke Eropa. Evaluasi digunakan untuk

menilai kualitas produk tersebut yang di kenal dengan istiah

connoisseurship. Evaluasi di lembaga pendidikan juga dilakukan pada masa

itu dalam bentuk evaluasi oleh pemilik sekolah atau evaluasi hasil belajar

Page 28: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

12

atau ujian. Hasil nya kemudian dibahas dalam rapat kepala sekolah dan

guru.

Definisi evaluasi di jelaskan lebih rinci sebagai berikut.

a. Riset

Evaluasi merupakan salah satu jenis riset. Sebagai penelitian,

evaluasi tunduk kepada kaidah-kaidah ilmu penelitian. Misalnya

metode yang digunakan adalah metode penelitian saintifk; metode

penelitian yang digunakan oleh semua jenis penelitian dapat

dipergunakan dalam evaluasi.

b. Objek evaluasi. Objek evaluasi adalah apa yang akan di

evaluasi.Tabel berikut ini mengemukaan contoh-contoh objek

evaluasi pendidikan, layanan sosial, dan layanan kesehatan.

Tabel 2.1 Contoh-contoh Objek Evaluasi Berbagai Sektor

Sektor Pendidikan Sektor Layanan

Kesehatan

Sektor Layana

Sosial

1) Kebijakan pendidikan

2) Program Pendidikan

3) Proyek Pendidikan

4) Kurikulum

5) Peserta didik

6) Guru/dosen

7) Tenaga administrasi

8) pendidikan

9) Kepala sekolah

10) Tenaga teknik pendidikan

11) Proses pembelajaran

12) Prasarana pendidikan

13) Sarana pendidikan

14) perpustakaan

15) Laboratorium

16) Metode pembelajaran

17) Teknik Pengukuran dan

ujian

18) Manajemen berbasis

sekolah

19) Buku teks

20) Teknologi Pendidikan

21) Anggaran pendidikan

22) Bantuan Operasional

Sekolah

23) Kesehatan Sekolah

24) Fasilitas olahraga

1) Kebijakan

kesehatan

2) Program

kesehatan

3) Proyek kesehatan

4) Layanan pusat

kesehatan

masyarakat

5) Layanan Rumah

sakit

6) Asuransi

kesehatan pegawai

negeri

7) Layanan

perawatan inap

8) Layanan gawat

darurat

9) Layanan farmasi

10) Layanan

laboratorium

kesehatan

11) Teknik

pemeriksaan

dokter

12) Sistem informasi

kesehatan

13) Program

1) Kebijakan

layanan sosial

2) Proyek layanan

sosial

3) Jaminan

pengaman sosial

4) Tanggap darurat

gempa

5) Layanan panti

sosial

6) Layanan panti

jompo

7) Layanan

penyandang cacat

8) Rumah singgaH

9) Program

rehabilitasi sosial

10) Program

pengentasan

kemiskinan

Page 29: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

13

Sektor Pendidikan Sektor Layanan

Kesehatan

Sektor Layana

Sosial

25) Program pembelajaran

setiap mata pelajaran

26) Pengujian dan pengukuran

kesehatan malaria

14) Kompetensi

tenaga medis

c. Informasi

Adapun yang menjadi tujuan dari evaluasi adalah mengumpulkan

informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi. Informasi

tersebut kemudian di bandingkan dengan indikator objek evaluasi.

Hasil perbandingan dapat memenhi atau tidak memenuhi tolak ukur

keberhasilan.

d. Menilai

Evaluasi melakukan penilaian kualitas, baik buruknya atau tinggi

rendahnya kualitas atau kinerja programyang dievaluasi dan

pennilaian manfaat bermanaat tinggi atau rendahnya program dalam

kaitan dengan suatu tujuan atau standar tertentu.

e. Mengambil keputusan terhadap objek yang dievaluasi

Misalnya jika program bahasa inggris tidak memenuhi tolak ukur

keberhasilan, maka perlu dilakukan perubahan atau pengembangan

kurikulum, guru, proses pembelajaran atau pengembangan iklim

akademik. Sebaliknya jika hasil evaluasi menyatakan program

berhasil. program tersebut akan di teruskan atau dilaksanakan di

daerah lain (Wirawan, 2011: 7-9).

Dengan kata lain evaluasi program bertujuan untuk melihat

pencapaian program tersebut. Solihat dalam Iskandar (2012:30)

mengapa evaluasi program perlu dilaksanakan?, yaitu pertama

karena hasil evaluasi dapat mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan program yang selanjutnya menjadi dasar bagi perbaikan

program. Kedua karena evaluasi berfungsi menganalisa dan

efektifitas suatu program.

2. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Menurut Arikunto (2006:1) sadar atau tidak sebenarnya semua

orang dalam menjalani kehidupan setiap harinya telah melakukan pekerjaan

evaluasi. Tujuan dari diadakannya evaluasi adalah untuk memperoleh

informasi yang akurat dan obyektif tentang suatu program. Informasi

tersebut dapat berupa proses program pelaksanaan, dampak/hasil yang

dicapai, efesiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk

program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan,

diperbaiki, atau dihentikan. Selain itu juga dipergunakan untuk kepentingan

penyusunan program berikutnya penyusunan kebijakan yang terkait dengan

program (Widoyoko, 2009:6). Dengan evaluasi, evaluator dapat mengetahui

tingkat pencapaian tujuan program, sehingga ia dapat bagian mana dari

Page 30: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

14

komponen dan subkomponen program yang belum terlaksana dan apa

sebabnya.

Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat bermanfaat

bagi pengambilan keputusan dan kebijakan lanjutan dari program, karena

dari masukan hasil evaluasi program itulah para pengambilan keputusan

akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah

dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari

evaluator utuk pengambilan keputusan (decision maker). Arikunto

(2008:22) melihat ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan

berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu:

a) Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut

tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan

b) Merevisi program , karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai

dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit)

c) Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan

bahwa segala sesuatu dengan harapan dan memberikan hasil yang

bermanfaat.

d) Menyebarluaskan program (melaksanakan program-program di

tempat lain atau mengulangi lagi program di lain waktu), karena

program tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik jika

dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.

Sementara itu menurut Widoyoko (2009:11-14), kegunaan atau

manfaat evaluasi program sebagai salah satu program bidang pendidikan

meliputi:

a. Mengkomunikasikan program kepada publik

b. Menyediakan informasi bagi pemuat keputusan

c. Penyempurnaan program yang ada

d. Meningkatkan partisipasi

Sekolah memiliki kewajiban untuk mengkomunikasikan efektifitas

program pembelajarannya kepada orang tua maupun kepada publik lainnya

melalui hasil evaluasi yang dilaksanakan, dengan demikian publik dapat

menilai tentang efektifitas program pembelajaran dan memberikan

dukungan yang diperlukan. Selain itu, informasi yang dihasilkan dari

evaluasi program pembelajaran akan berguna bagi setiap tahapan dari

manajemen sekolah mulai sejak perencanaan, pelaksanaan ataupun ketika

akan mengulangi dan melanjutkan program pembelajaran. Hasil evaluasi

yang akurat dapat dijadikan dasar bagi pembuat keputusan, agar dapat

memutuskan sesuatu secara tepat, misalnya dalam menunjang pembuatan

keputusan tentang penyusunan program pembelajaran berikutnya,

kelangsungan program pembelajaran, dan dalam memodifikasi program.

Depdiknas (2009:6) juga telah menetapkan kriteria keberhasilan

program kegiatan KKG yang termaktub dalam rambu-rambu

pengembangan KKG, indikator keberhasilan berjalannya program kegiatan

KKG adalah sebagai berikut:

Page 31: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

15

1. Terwujudnya peningkatan mutu pelayanan pembelajaran yang mendidik,

menyenangkan, dan bermakna bagi siswa.

2. Terjadinya saling tukar pengalaman dan umpan balik antar guru anggota

KKG atau MGMP.

3. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kinerja anggota KKG

atau MGMP dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih

profesional ditunjukkan dengan perubahan perilaku mengajar yang lebih

baik di dalam kelas.

4. Meningkatnya mutu pembelajaran di sekolah melalui hasil-hasil kegiatan

KKG atau MGMP oleh anggotanya.

5. Termanfaatkannya kegiatan KKG atau MGMP bagi guru, siswa, sekolah,

KKG atau MGMP, dan pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota).

Berdasarkan kriteria keberhasilan tersebut maka peneliti akan

menggunakan indikator tersebut sebagai perbandingan dengan hasil yang

didapatkan dari program kegiatan KKG tersebut sehingga peneliti dapat

mengetahui hasil program KKG gugus VI Dukuh apakah program tersebut

pantas untuk dilanjutkan atau diakhiri.

3. Model Evaluasi

Dalam ilmu evaluasi program pendidikan, ada banyak model yang

bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu program. Berbagai model

evaluasi program tersebut , ada yang dikategorikan berdasarkan ahli yang

menemukan dan mengembangkan nya, tetapi ada pula yang memilah sesuai

dengan sifat kerjanya. Model evaluasi program mencakup lebih dari 50

jenis yang telah dan sedang digunakan dalam evaluasi program. Sebgian

model berupa rancangan teoritis yang disusun para pakar, sebagian

dikembangkan dari pengalaman evaluasi di lapangan dan sebagian lagi

berupa konsep, pedoman, dan petunjuk teknis untuk menyelenggarakan

evaluasi program.

Menurut Djuju Sudjana (2006:51) model-model evaluasi program

dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori berikut;

a. Model evaluasi terfokus pada pengambilan keputusan

b. Model evaluasi terhadap unsur-unsur program

c. Model evaluasi terhadap jenis/tipe kegiatan program

d. Model evaluasi terhadap proses pelaksanaan kegiatan program

e. Model evaluasi terhadap pencapaian tujuan program

f. Model evaluasi terhadap hasil dan pengaruh program

Kategori tersebut terfokus pada hasil dan unsur-unsur sistem yang

digunakan dalam program sehingga data dapat berguna untuk

mengembangkan dan memperbaiki program pada saat program itu sedang

berjalan. Sukardi mengatakan (2011:55) bahwa model evaluasi muncul

karena adanya usaha eksplanasi secara continu yang diturunkan dari

perkembangan pengukuran dan keinginan manusia untuk berusaha

Page 32: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

16

menerapkan pirnsip-prinsip evaluasi pada cakupan yang lebih komprehensif

termasuk pada bidang ilmu pendidikan, perilaku, dan seni.

Sementara itu, Arikunto (2008:40) membedakan model evaluasi

menjadi delapan, diantarannya yaitu:

a) Goal Oriented Evaluation Model

Model ini dikembangkan oleh Tyler, merupakan model yang

muncul paling di awal. Obyek pengamatan dari model ini adalah tujuan

dari program yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini, sejak awal proses,

evaluator memantau tujuan secara terus menerus, apakah sudah dapat

dicapai. Dengan kata lain, evaluasi dilaksanakan secara

berkesinambungan , untuk mencek seberapa jauh tujuan tersebut sudah

terlaksana di dalam proses pelaksanaan program.

b) Goal Free Evaluation Model

Model ini dikembangkan oleh Michael Scriven. Berlawanan

dengan model yang pertama, Model free evaluation model (evaluasi

lepas dari tujuan) justru menoleh dari tujuan. Dalam melaksanakan

evaluasi program, evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang

menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan evaluator adalah

bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi

penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif (yang

diharapkan) maupun hal-hal negatif (yang tidak diharapkan).

c) Formatif-Summatif Evaluation Model

Model ini menunjuk adanya tahapan dan lingkungan obyek

yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program

masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai

atau berakhir (evaluasi sumatif). Tujuan evaluasi formatif berbeda

dengan tujuan evaluasi sumatif. Tujuan evaluasi formatif adalah untuk

mengetahui seberapa jauh program yang dirancang dapat berlangsung,

sekaligus mengidentifikasi hambatan yang dihadapi. Dengan

diketahuinya hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak

lancar, pengambil keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan

yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program. Sedangkan

tujuan sumatif adalah untuk mengukur ketercapaian program. Fungsi

evaluasi sumatif dalam evaluasi program pembelajaran dimaksudkan

sebagai sarana untuk mengetahui posisi atau kedudukan individu di

dalam kelompoknya. Mengingat bahwa obyek sasaran dan waktu

pelaksanaan berbeda antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif

maka lingkup sasaran yang dievaluasi juga berbeda.

d) Countenance evaluation model

Model ini dikembangkan oleh Stake. Model ini menekankan

pada adanya dua langkah pokok yang terjadi selama proses evaluasi,

yaitu (1) deskripsi (description) dan (2) pertimbangan (judgments) serta

membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program, yaitu (1)

Anteseden, (2) Transaksi, (3) Keluaran. Tiga tahap tesebut

Page 33: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

17

menunjukkan obyek atau sasaran evaluasi. Dalam setiap program yang

dievaluasi, evaluator harus mampu mengidentifikasi 3 hal yaitu: (1)

Anteseden-yang diartikan sebagai konteks. (2) Transaksi-yang diartikan

sebagai proses. (3) Keluaran-yang diartikan sebagai hasil.

e) CSE-UCLA evaluation model

CSE merupakan singkatan dari Center for the Study of

Evaluation, sedangkan UCLA merupakan singkatan dari University of

California at Los Angeles. Ciri dari model ini adalah adanya lima

tahapan yang dilakukan dalam evaluasi yaitu perencanaan,

pengembangan, implementasi, hasil dan dampak.

f) Discrepancy Evaluation Model

Model yang dikembangkan oleh Malcolm Provus ini merupakan

model yang menekankan pada pandangan adanya kesenjangan di dalam

pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan evaluator

mengukur besarnya kesenjangan yang ada di setiap komponen.

Kesenjangan ini sebetulnya merupakan persyaratan umum bagi semua

kegiatan evaluasi, yaitu mengukur adanya perbedaan antara yang

seharusnya dicapai dengan yang sudah real dicapai.

g) CIPP Evaluation Model

Model ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan

diterapkan oleh para evaluator. Pendekatan model evaluasi model

CIPP( context, input, process, dan product) dikembangkan oleh

Stufflebeam di Ohio State University pada tahun 1965 sebagai hasil

usahanya mengevaluasi ESEA (The Elementary and Secondary

Education Act). Pendekatan tersebut didasarkan pada bahwa tujuan

paling penting evaluasi bukan untuk membuktikan, tetapi untuk

memperbaiki. Stufflebeam (1971:4-5) mengatakan evaluasi context

memberikan informasi tentang kekuatan dan kekakuan sistem total

untuk membantu perencanaan tujuan berorientasi perbaikan pada setiap

tingkat sistem. Kemudian evaluasi input memberikan informasi tentang

kekuatan dan kelemahan strategi alternatif yang dapat dipilih dan

disusun untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Lalu evaluasi

proses memberikan informasi tentang dampak dan kelemahan strategi

yang dipilih berdasarkan kondisi pelaksanaan aktual, sehingga strategi

atau implementasinya dapat diperkuat. Dan evaluasi produk

memberikan informasi untuk menentukan apakah usulan tersebut

tercapai dan apakah prosedur perubahan yang telah digunakan untuk

mencapainya harus dilanjutkan, dimodifikasi, atau diakhiri.

Keempat kata diatas ( context, input, process, dan product)

merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari

proses sebuah program kegiatan. Komponen-komponen evaluasi

menurut Widoyoko (2009:182) meliputi (a) Sumber Daya Manusia, (b)

Sarana dan Peralatan Pendukung, (c) Dana/Anggaran, dan (d) berbagai

prosedur dan aturan yang diperlukan.

Page 34: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

18

Dari beberapa jenis model-model evaluasi diatas, peneliti

memutuskan untuk memakai model evaluasi CIPP. Hal ini berdasarkan

kebutuhan peneliti yang ingin mengevaluasi program KKG ini dari segi

perencanaan (Context), pengorganisasian (Input), Pelaksanaan

(Process), dan Penghasilan (Product).

4. Model Evaluasi CIPP

Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal

dan diterapkan oleh para evaluator. Oleh karena itu, iuran yang diberikan

relatif panjang dibandingkan dengan model-model lainnya. Model CIPP ini

dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk (1967) di Ohio State University. CIPP

yang merupakan singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu:

Context evaluation : evaluasi terhadap konteks

Input evaluation : evaluasi terhadap masukan

Process evaluation : evaluasi terhadap proses

Product evaluation : evaluasi terhadap produk

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut

merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari sebuah

program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi

yang memandang program yang dievaluasi sebagai suatu sistem.

a. Evaluasi Konteks (Context evaluation)

Evaluasi ini mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan

yang mendasari disusunnya suatu program. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Wang (2009 :10) “however, context evaluation goes

beyond contect definition to incorporate identification of the audience and

its needs, as well as comparison of the program`s intents with stakeholder

requiredments” .

Dalam evaluasi konteks evaluasi diarahkan kepada:

1. Menilai landasan dan tujuan program

2. Kelayakan instansi penyelenggara dalam melaksanakan program

Evaluasi konteks terkait dengan penilaian tujuan yang akan dicapai

oleh peserta setelah mengikuti sebauh program pelatihan. Hal tersbut dapat

di lakukan dengan cara menilai misi dan tujuan yang akan dicapai dengan

diselenggarakannya program pelatihan. Hal lain yang perlu dikaji dalam

evaluasi konteks adalah pelaksanaan analisis kebutuhan pelatihan

(Pribadi,2014:1 57.).

b. Evaluasi masukan (Input evaluation)

Evaluasi input menekakan pada penilaian paspek perencanaan

penyelenggaraan progam pelatihan. (Pribadi, 2014: 158).

Yahaya (2001: 7) mengatakan “Input evaluation will measure the effort of

the system and input from the stategies and the sources. This evaluation is

use to arrange result and will be use for giudence in choosing the program

strategies and the changes that can be done”.

Page 35: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

19

Tahap ini evaluasi dilakukan dengan menilai rancangan program

pelatihan dengan melihat pada:

1. Karakteristik peserta program

2. Keadaan program (rasion jumlah peserta dengan kebutuhan progra,

kualifikasi akademik, kesesuaian kompetensi dengan bidang yang

diajarkan)

3. Ketersediaan kurikulum, perangkat pembelajaran serta pedoman

penyelenggaraan sarana dan prasarana penyelenggara program

c. Evaluasi Proses (Process evaluation)

Stufflebeam mengemukakan bahwa (1971: 10)“Process

evaluation is design to provide information during the implementation

stages of a project of program, which can assist program managers to

operate the program according to its design, improve the program design

as effects are indicated under operating condition, and to make structuring

aecisions which could not made during the preparation of the program”.

Evaluasi proses merupakan tahapan menilai implementasi program

dengan melihat ketetapan dimensi instruksional dan institusi dalam

membahas seluruh materi program. Komponen evaluasi ini menilai sejauh

mana kesesuaian antara kurikulum dan jadwal, kompetensi mengajar serta

proses belajar di kelas. Menurut (Zhang, 2011 : 65) process evaluation

techniques include on-site observation, participant interviews, rating scales,

questionnaires, records analysis, photographic records, case studies of

participants, focus groups, self-reflection sessions with staff members, and

tracking of expenditures.

d. Evaluasi Produk (Product evaluation)

Menurut Pribadi (2014:161) evaluasi terhadap komponen output

digunakan untuk mengukur kontribusi yang dapat diberikan oleh peserta

setelah mengikuti program pelatihan. Evaluasi terhadap komponen ini dapat

dilakukan dengan melihat aspek penerapan kompetensi yang telah

dilatihkan kepada peserta dalam dunia kerja nyata. Pada tahap ini dilakukan

evaluasi secara keseluruhan peserta dilihat dari dua aspek, yaitu: aspek

akademis (meliputi: pemahaman materi, kemampuan menganalisis dan

pemecahan masalah, komunikasi tertulis dan lisan), dan aspek sikap(terdiri

dari: prakarsa, disiplim, kerjasama dan kepemimpinan). Seperti apa yang

diungkapkan oleh Yahaya (2011: 10) “ product evaluation focus to the

result of the program after it finish.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah CIPP (Context,

Input, Process, & Product). Hal ini dikarenakan CIPP memiliki tahapan

yang jelas dalam melakukan evaluasi. Menurut Arikunto (2014:45)

Evaluasi model CIPP pada garis besarnya melayani empat macam

keputusan: 1) Perencanaan keputusan yang mempengaruhi pemilihan tujuan

umum dan tujuan khusus. 2) Keputusan pembentukan atau structuring,

yang kegiatannya mencakup pemastian strategi optimal dan dedain proses

untuk mencapai tujuan yang telah diturunkan dari keputusan perencanaan 3)

Page 36: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

20

Keputusan implementasi, di mana pada keputusan ini para evaluator

mengusahakan sarana-prasarana untuk menghasilkan dan meningkatkan

pengambilan keputusan atau eksekusi, rencana, metode, dan strategi yang

hendak dipilih, dan 4) keputusan pemutaran yang menentukan, jika suatu

program itu diteruskan, diteruskan dengan modifikasi, dan diberhentikan

secara total atas dasar kriteria yang ada.

Evaluasi ini difokuskan untuk membandingkan kinerja dari berbagai

dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada

deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang

dievaluasi. Kesesuaian antara standar yang ditetapkan dan implementasinya

akan lebih meningkatkan profesionalitas guru sehingga guru memiliki peran

dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Dan hal ini tidak dapat

dilakukan bila menggunakan model lain.

Ada banyak model evaluasi yang dikemukakan para ahli. Menurut

Kaswan (2013: 219-220) berikut disajikan tabel perbandingan beberapa

model evaluasi program pelatihan:

Tabel 2.2 Perbandingan Model Evaluasi Program Pelatihan

No Kirkpatrick

(1959)

CIPP Model

(1987)

IPO Model

(1990)

TVS Model

(1994)

1 Reaction:

Mengumpulka

n data tentang

reaksi peserta

pada akhir

program

pelatihan

Context:

Untuk

memperoleh

informasi tentang

situasi untuk

memutuskan

tentang kebutuhan

pendidikan dan

meneguhkan

tujuan program

Input:

Mengevaluasi

indikator kinerja

sistem seperti

kualifikasi

peserta,

kesediaan

bahan,

kesesuain

pelatihan, dsb

Situasion:

Mengumpulkan

data pra pelatihan

untuk memastikan

level kinerja saat

ini dan

mendefinisikan

tingkat kinerja

mendatang yang

dihendaki

2 Learning:

Untuk menilai

apakah tujuan

pembelajaran

untuk program

terpenuhi

Input:

Untuk

mengidentifikasi

strategi

pendidikan yang

paling mungkin

untuk mencapai

hasil yang di

hendaki

Process:

Meningkatkan

perencanaan,

desain,

pengembangan,

dan

penyampaian

program

pelatihan

Intervention:

mengidentifikasi

alasan adanya

kesenjangan antara

kinerja yang

sekarang dengan

yang diharapkan

unutk mengetahui

apakah pelatihan

adalah solusi

masalah

Page 37: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

21

No Kirkpatrick

(1959)

CIPP Model

(1987)

IPO Model

(1990)

TVS Model

(1994)

3. Behavior:

Untuk menilai

apakah kinerja

suatu

pekerjaan

beruah sebagai

hasil penelitian

Process:

Menilai

implementasi

program

pendidikan

Output:

Mengumpulkan

data yang

dihasilkan dari

intervensi

pelatihan

Impact:

Mengevaluasi

perbedaan antara

data pra dan pasca

pelatihan

4. Result:

Menilai biaya

vs manfaat

progran

pelatihan, yaitu

dampak

organisasi di

tinjau dari

penurunan

biaya,

peningkatan

kualitas kerja,

meningkatkan

kuantitas

ekerjaan.

Product:

Mengumpulkan

informasi

mengenai

intervensi

pendidikan untuk

menafsirkan nilai

dan manfaatnya

Outcomes:

Hasil jangka

panjang yang

dikaitkan

dengan

peningkatakn

lini bawah

perusahaan ,

keuntungan dan

daya

kompetisinya

Value:

Mengukur

perbedaan kualitas,

produktivitas,

pelayanan, atau

penjualan yang di

nyatakan dalam

bentuk uang.

Berikut ini di sajikan pada tabel 2.3 perbandingan lain model evaluasi

program (Wang, 2009:131):

Model Evaluasi CIPP Outcome-Based

Evaluation (OBE)

Model

Kirkpatrick

Level

Evaluasi

Kelas

Pengambil

Keputusan

Level

Evaluasi

Metode

Framework

Level

Context Perencanaan Program Formatif Reaksi

Input Struktur Efektifitas Pembelajaran

Proses Implementasi Dampak Summative Kebiasaan

Produk Pengeluaran Kebijakan Hasil

Page 38: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

22

Gambar 2.1 Fokus Model Evaluasi Program Stufflebeam (Pribadi, 2014: 181)

B. KKG (Kelompok Kerja Guru)

1. Pengertian KKG Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru Departemen

Pendidikan melalui Dirjen Dikdaksmen Nomor : 079C/Kep.I/93, pada tanggal

7 April 1993 menetapkan Sistem Pembinaan Profesional Guru melalui

pembentukan Gugus Sekolah Dasar yang didalamnya terdapat beberapa

program pembinaan yaitu ada PKG (Pusat Kegiatan Guru), KKKS (Kelompok

kerja Kepala Sekolah), dan KKG (Kelompok Kerja Guru). KKG merupakan

wadah atau forum kegiatan profesional bagi para guru SD di tingkat gugus

atau kecamatan yang terdiri dari beberapa guru dan beberapa sekolah.

Hadirnya sebuah komunitas KKG ini diharapkan dapat meningkatkan

mutu KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) guru-guru khususnya yang ada di

gugus VI Dukuh ini. Hal ini senada diungkapkan oleh Anwar Yasin

(1999:28), beliau mengungkapkan :

Context

Evaluasi terhaap tujuan dan konteks

pelaksanan

Input

Evaluasi sumberdaya yang digunakan untuk

menyelenggarakan program pelatihan

Proses

Evaluasi terhadap prosedur yang dilakukan dalam

menyelenggarakan program pelatihan

Produk

Evaluasi terhadap hasil yang dicapai oleh

penyelenggara program pelatihan

Page 39: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

23

”Kita menyadari bahwa tuntutan pembangunan akan sumber daya

manusia (SDM) yang bermutu menuntut juga kemampuan profesional

guru yang semakin tinggi. Oleh karena itu, perlu ada sistem pembinaan

yang menjamin adanya dukungan profesional bagi guru dalam

melaksanakan tugas mengajarnya sehari-hari sehingga mereka

senantiasa dapat meningkatkan mutu KBM. Sistem pembinaan

profesional yang dimaksud adalah tidak lain dari pada mekanisme

bagaimana membantu guru meningkatkan mutu kemampuan

profesionalnya terutama dalam mengajar dan membelajarkan murid,

atau dengan kata lain, dalam meningkatkan mutu proses/kegiatan

belajar-mengajar (KBM) sehingga hasil mutu hasil belajar murid pun

meningkat”.

Unsur-unsur yang harus dimiliki oleh KKG mencakup organisasi,

program, pengelolaan, sarana, dan prasarana, sumber daya manusia, dan

pembiayaan. Organisasi yang dimaksud adalah struktur kepengurusan dan

legalitas administrasi KKG. Program adalah rencana kegiatan KKG.

Pengelolaan adalah proses pelaksanaan program KKG. Sarana dan prasarana

adalah fasilitas fisik untuk menunjang KKG. Sumber daya manusia adalah

pembimbing dalam kegiatan KKG. Pembiayaan adalah dana yang digunakan

untuk kegiatan KKG. (Standar pengembangan KKG/MGMP, 208:6).

2. Tujuan KKG

Soeyetno, Sumedi, dkk (2009: 223) menjelaskan pemberdayaan

Kelompok Kerja Guru memiliki peran yang sangat sentral dan strategis dalam

peningkatan kompetensi Guru. KKG merupakan forum terdepan yang

diperhitungkan, didukung dan diberdayakan dalam rangka peningkatan

kualitas guru dalam pembelajaran. Mulyasa (2013: 143) juga menambahkan

bahwa forum Kelompok Kerja Guru memiliki tugas dan fungsi melakukan

peningkatan kemampuan guru sebagai tenaga kependidikan yang

berhubungan dengan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

pengembangan bahan ajar, pendayagunaan media dan sumber belajar,

penilaian, pelaksanaan bimbingan serta diskusi mencari alternatif

penyelesaian berbagai masalah dan penetapan kegiatan.

Dalam Depdiknas (2008:4), dijelaskan bahwa tujuan KKG itu antara

lain:

a. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal,

khususnya penguasaan substansi materi pembelajaran, penyusunan

silabus, penyusunan bahan-bahan pembelajaran, strategi pembelajaran,

metode pembelajaran, memaksimalkan sarana/prasarana belajar,

memanfaatkan sumber belajar.

b. Memberi kesempatan kepada anggota kelompok kerja atau musyawarah

kerja untuk berbagi pengalaman serta saling memberikan bantuan dan

umpan balik.

Page 40: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

24

c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,serta mengadopsi

pembaharuan dalam pembelajaran yang profesional bagi

kelompok/musyawarah kerja.

d. Memberdayakan dan membantu anggota kerja dalam melaksanakan

tugas-tugas pembelajaran di sekolah.

e. Mengubah budaya kerja anggota kelompok kerja atau musyawarah

(meningkatkan pengetahuan, kompetensi dan kinerja) dan

mengembangkan profesionalisme guru melalui kegiatan-kegiatan

pengembangan profesionalisme di tingkat KKG.

f. Meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran yang tercermin

darai peningkatan hasil belajar peserta didik.

g. Meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan-kegiatan KKG.

Proses tukar menukar informasi dan umpan balik antar guru anggota

KKG akan menambah pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru KKG

dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih profesional. Hal ini

tentu akan mewujudkan peningkatan pelayanan pembelajaran yang

mendidik, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa.

Selanjutnya dijelaskan bahwa standar pengembangan program KKG

adalah sebagai berikut :

a. Penyusunan program KKG/MGMP dimulai dari menyusun Visi, Misi,

Tujuan, sampai kalender kegiatan.

b. Program KKG/MGMP diketahui oleh Ketua KKKS (Kelompok Kerja

Kepala Sekolah SD) atau Ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala

Sekolah) dan disyahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

c. Program KKG/MGMP terdiri dari program rutin dan program

pengembangan.

d. Program rutin sekurang-kurangnya terdiri dari:

1) Diskusi permasalahan pembelajaran

2) Penyusunan silabus, program semester, dan Rencana Program

Pembelajaran

3) Analisis kurikulum

4) Penyusunan instrumen evaluasi pembelajaran

5) Pembahasan materi dan pemantapan menghadapi Ujian Nasional

e. Program pengembangan dapat dipilih sekurang-kurangnya tiga dari

kegiatan-kegiatan berikut:

1) Penelitian

2) Penulisan Karya Tulis Ilmiah

3) Seminar, lokakarya, koloqium (paparan hasil penelitian), dan diskusi

panel

4) Pendidikan dan Pelatihan berjenjang (diklat berjenjang)

5) Penerbitan jurnal KKG/MGMP

Page 41: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

25

6) Penyusunan website KKG/MGMP

7) Forum KKG/MGMP provinsi

8) Kompetisi kinerja guru

9) Peer Coaching (Pelatihan sesama guru menggunakan media ICT)

10) Lesson Study (kerjasama antar guru untuk memecahkan masalah

pembelajaran)

11) Profesional Learning Community (komunitas-belajar profesional)

12) TIPD (Teachers International Profesional Development kerja-sama

MGMP internasional Global Gateway (kemitraan lintas negara)

(Depdiknas, 2008:7).

Pada kegiatan KKG ini, guru dapat menuangkan ide-ide maupun

inovasi-inovasinya untuk peningkatan kompetensi. Setiap kegiatan KKG

Gugus diforumkan dan didiskusikan bersama, baru kemudian diambil

keputusan bersama. Seperti yang disampaikan oleh Mccommish, dkk.

(2013:239) dalam penelitiannya bahwa guru bekerja sama untuk

mendukung pembelajaran siswa adalah cara yang efektif untuk

pengembangan profesi guru. Komunitas pembelajaran profesional

memfasilitasi berbagi pengetahuan dan kolaborasi guru - seringnya dengan

para ahli untuk mendukung pembelajaran guru profesional. Fasilitas

komunitas pembelajaran profesional yang efektif meliputi pembelajaran

yang melekatkan pekerjaan, pertemuan kelompok diadakan selama hari

kerja dan penggunaan teknologi.

3. Organisasi KKG

Pada Rambu-rambu pengembangan kegiatan KKG dan MGMP (2009:

13) dijelaskan bahwa organisasi pada KKG terdiri atas pengurus dan anggota.

Pengurus merupakan orang-orang yang berfungsi menjalankan kegiatan KKG

seperti membuat rencana kegiatan, penyiapan sarana, dan menyiapkan fungsi

administrasi. Pengurus KKG terdiri dari satu orang ketua, satu orang

sekretaris, satu orang bendahara, dan tiga orang ketua bidang. Bidang-bidang

yang terdapat dalam kepengurusan KKG meliputi (1) bidang perencanaan dan

pelaksanaan program; (2) bidang pengembangan organisasi, administrasi,

sarana prasarana; (3) bidang hubungan masyarakat dan kerjasama. Berikut

gambaran struktural dalam kepengurusan Kelompok Kerja Guru:

Page 42: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

26

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kelompok KKG

Semua anggota pengurus bersifat saling mempengaruhi dan memiliki

fungsi yang sama pentingnya. Anggota pengurus dipilih oleh anggota KKG

berdasarkan AD/ ART. Anggota KKG adalah guru yang berasal dari sekolah

negeri maupun swasta, baik yang berstatus PNS maupun bukan PNS. Anggota

KKG terdiri dari guru kelas, guru pendidikan agama, guru penjasorkes, dan

guru lain di SD/ MI/ SDLB yang berasal dari 8-10 sekolah atau disesuaikan

dengan kondisi daerah setempat.

C. Pengembangan Profesionalisme Guru

1. Pengertian Profesionalisme guru

Istilah profesionalisme guru berasal dari profesi yang artinya suatu

pekerjaan yang ingin atau ditekuni oleh seseorang. Pekerjaan tersebut

mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari

pendidikan akademis yang intensif. Dengan demikian, Usman (2005:14)

mengungkapkan bahwa pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan

yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu

dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat

memperoleh pekerjaan lain.

Guru sebagai profesi di bidang kependidikan memerlukan persyaratan

khusus yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan tugas yang sesungguhnya.

Sebagai profesi, semestinya tidak semua dapat mengembannya. Agar guru tidak

ketinggalan zaman, maka guru harus selalu mengembangkan kemampuan dan

keterampilannya secara kontinou. Michael d. Bayles dalam Yogia Prihartini

mengatakan (2013:110) ada beberapa ciri profesi:

1. Perlunya training atau pendidikan untuk mempraktekkan profesi.

2. Training atau pendidikan mencakup komponen intelektual yang

memadai

Anggota

Ketua

Sekretaris Bendahara

Kabid Perencanaan

dan pelaksanaan

program

Kabid Pengembangan

Organisasi,

administrasi, dan

sarpras

Kabid Bidang Humas

dan Kerjasama

Page 43: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

27

3. Kemampuan yang telah terlatih memberikan layanan penting dalam

masyarakat.

4. Adanya sertifikasi atau lisensi untuk status profesional

5. Adanya organisasi profesional yang menampung para anggota.

6. Adanya otonomi dalam melaksanakan pekerjaan.

7. Memiliki kode etik profesi.

Berdasarkan ketujuh persyaratan tersebut, maka suatu pekerjaan yang

dikatakan profesi harus memenuhi persyaratan tersebut salah satunya adalah

profesi sebagai guru. Sebagai profesi, guru harus dibentuk dengan pendidikan

atau latihan di bidangya. Hal ini sebagai dasar untuk memperkuat landasan

gurunya. Jika seorang guru tidak disiapkan melalui pendidikan guru maka

pelaksanaan kerjanya tidak didasari oleh wawasan seorang guru (Prihartini,

2013:111).

Menurut Kunandar (2007:50) Guru yang profesional memiliki

karakteristik, antara lain:

“Memiliki kepribadian matang dan berkembang, punya keterampilan

membangkitkan minat peserta didik, memiliki penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang kuat. Sikap profesionalismenya

berkembang secara bekesinambungan, mampu mengolah dan

menyiasati kurikulum, mampu mengkaitkan kurikulum dan lingkungan,

mampu memotivasi siswa untuk belajar sendiri, berkehendak

mengubah pola pikir lama menjadi pola pikir baru yang lebih bersifat

inovatif dan memahami serta mampu mampu mempraktekkan berbagai

pendekatan pembelajaran mutahir.”

Fenomena yang dijelaskan itulah yang belum diterjemahkan di dalam

diri seorang guru dalam sebagai pembaharu di dunia pendidikan khususnya di

Indonesia. Tatang Suratno (2014:1) mengungkapkan tiga permasalahan

substansial yang dihadapi oleh sebagian besar pendidik di Indonesia: 1)

Budaya berpikir pendidik yang cenderung imitatif dalam konteks

pembelajaran. 2) Budaya berpikir profesionalisme yang cenderung prosedural-

administratif dalam konteks pengembangan kapasitas diri. 3) Budaya berpikir

komunitas profesi (guru, dosen, pengawas, widyaiswara) yang cenderung

terisolasi satu sama lain dalam konteks pencapaian tujuan kolektif dan

eksistensial pendidikan nasional.

Inilah problem sistem tata kelola pendidikan yang kurang membangun

kemandirian dan keunggulan kolektif komunitas pendidik. Upaya yang selama

ini dilakukan kurang menyentuh pola pikir serta sistem keyakinan pendidika

sebagai pondasi daya inferensi dan argumentasi nasional. Akumulasi

permasalahan tersebut bersifat kontraproduktif terhadap pengembangan

karakteistik generasi masa depan yang diharapkan.

Sementara itu, Suyanto dan Abbas (2001:144) menyatakan bahwa

seorang guru profesional harus merupakan SDM yang berkualitas, dengan ciri

Page 44: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

28

: a) memiliki kemampuan menguasai dalam keahlian suatu bidang yang

berkaitan dengan IPTEK. b) mampu bekerja secara profesional dengan

orientasi dan mutu dan keunggulan. Dan c) dapat menghasilkan karya-karya

unggul yang mampu bersaing secara global sebagai hasil dari keahlian dan

profesionalitasnya.

2. Bentuk- bentuk Pengembangan Profesional Guru

Sebagai suatu profesi, guru harus berkembang sesuai dengan

persyaratannya sebagai profesi. Karena profesi guru memberikan layanan

kepada masyarakat dan peserta didik maka diperlukan yang namnya

pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta kemampuan yang selalu

berkembang.

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengembangkan dan

membina kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada satuan pendidikan

yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Demikian pula, satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat

wajib membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi

gurunya. Menurut pasal 7 ayat 2 UU nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan

dosen, pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri

yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan

berkelanjutan dengan menjunjung tinggi, hak asasi manusia, nilai keagamaan,

nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan

pengembangan profesi dan karir. Pengembangan dan pembinaan profesi guru

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

profesional, dan kompetensi sosial, serta dilakukan melalui jabatan fungsional.

Sedangkan pembinaan dan pengembangan karir guru meliputi penugasan,

kenaikan pangkat, dan promosi. Kebijakan strategis pembinaan dan

pengembangan profesi dan karir guru pada satuan pendidikan yang

diselenggarkan oleh pemerintah. Selanjutnya dalam pasal 46 peraturan

pemerintah No 74 tahun 2008 tentang guru, dinyatakan bahwa guru memiliki

kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik

dan kompetensinya, serta untuk memperoleh pelatihan dan pengembangan

profesi dalam bidangnya.

Pengembangan profesi guru dapat dilakukan dengan cara (Prihartini,

2013:115):

1. Selalu meningkatkan kemampuan profesional gurunya

2. Menjaga nama baik guru baik di lingkungan kerja maupun di

masyarakat

3. Menjunjung tinggi kode etik profesi dengan jalan tidak

melanggarnya

4. Selalu mengikuti penataran, kursus, latihan, seminar, lokakarya,

yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru.

Page 45: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

29

5. Memberikan layanan kepada anak didik dan masyarakat pada

umumnya secara terus menerus di bidang tugasnya

6. Turut menghidupkan organisasi profesi, di pihak lain organisasi

profesi juga dijadikan wadah untuk mengembangkan diri para

anggotannya.

7. Selalu mengasah kemampuan guru dalam mengaktifkan

berprosesnya komponen-komponen pembelajaran

8. Menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsannya dan nilai agama

yang dianutnya.

Dari tahapan-tahapan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa guru

harus senantiasa berpikiran dinamis. Artinya guru harus selalu merasa kurang

akan kompetensi yang dimilikinya. Guru harus selalu berkembang dan terus

berkembang tiap harinya. Pada point pertama, keempat, dan keenam , serta

ketujuh tahapan pengembangan itu bisa didiperoleh pada kegiatan Kelompok

Kerja Guru (KKG).

Pendidikan profesi dalam jabatan dan sebagainya merupakan langkah

konkret peningkatan profesionalisme guru. Hal ini merupakan jawaban atas

berbagai pertanyaan yang diajukan masyarakat pada dunia pendidikan.

Masyarakat selalu mempertanyakan banyak hal terkait dengan proses dan hasil

proses pendidikan yang diselenggarakan secara formal. Pendidikan formal

merupakan kegiatan perubahan kompetensi yang dilakukan secara sistematis.

Oleh karena itulah, keberadaan guru menjadi suatu keharusan yang tidak dapat

diabaikan. Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang

maksimal, guru penyelenggara pendidikan harusnya mempunya sikap profesi

yang tinggi.

Muhammad Saroni (2011:228) mempertegas bahwa guru dengan sikap

profesi yang tinggi tentunya dapat menjadi sosok yang penuh tanggung jawab

atas segala yang menjadi tugas dan kewajibannya. Guru yang peduli pada

profesinya adalah guru yang mempunyai sikap profesi yang tinggi. Sesuai

dengan prinsip peningkatan mutu berbasis sekolah (school based quality

improvement) dan semangat desentralisasi, sekolah diberi kewenangan yang

lebih besar untuk menentukan apa yang terbaik untuk pembinaan mutu guru-

gurunya. Untuk itu, sekolah menyusun program, anggaran langsung disalurkan

ke sekolah, dan kepala sekolah menentukan pelatihan (apa, dimana, kapan,

untuk menunjang kompetensi apa) yang akan diikuti oleh guru-gurunya).

Adapun ciri-ciri guru profesional dalam Index (2009) adalah:

a) Enthusiasm: this is a result of keen interest in teaching. It creates an

urge to plan interesting lessons that also motivate learners to pick

interest in the teacher and the subject being taught.

b) Masterly of the subject knowledge: knowledge of subject matter and

correct instruction methods wins the confidence of the learner.

c) Impressive personality: effective teaching involves being at ease with

class. Signs of confidence coupled with clear voice and tone variations

Page 46: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

30

attract attention of learners. Correct and decent dress is equally

necessary for a good role model to the learners. Showing empathy and

care is part of good teaching.

d) Correct attitude: friendly attitude towards learners widen their interest

in the subject and respect for the teacher.

e) Clear focus on task at hand: while teaching, the teacher ought to keep

to the subject matter laid out in the lesson plan. However, the teacher

should be flexible as demanded by the prevailing circumstances.

f) Utilize variety of instruction methods: knowledge of how to use various

teaching methods enables the teacher to attend to learner interests.

Variety breaks monotony and increases learner interests.

Berdasarkan beberapa ciri-ciri diatas maka peneliti mengambil

beberapa intisari dari kutipan tersebut.

1. Ciri yang pertama dia harus memiliki antusias. Seorang guru

profesional pasti memiliki antusias yang tinggi dalam mengajar. Dia

tidak pernah mengeluh dan selalu merasa pekerjaannya sebagai guru

sangat membahagiakan.

2. Ciri yang kedua menguasai ilmu yang diampuhnya. Seorang guru harus

berilmu artinya tidak ada kata stop untuk tidak belajar. Walaupun dia

sebagai guru bukan berarti dia tidak belajar lagi tapi dia harus tetap giat

belajar agar menjadi teladan terhadap peserta didiknya.

3. Ciri yang ketiga adalah berpenampilan rapi. Bukan hanya non fisik saja

yang perlu diperhatikan tetapi sifatnya yang fisik juga perlu

diperhatikan sebagai seorang guru. Guru harus berpenampilan menarik

agar peserta didik yang dihadapi terfokus kepada dia.

4. Ciri yang keempat dia harus memiliki sikap yang ramah. Guru harus

menciptakan suasana yang membahagiakan dengan menyentuh hati

peserta didik dengan sikap kepedulian yang tinggi.

5. Ciri kelima fokus pada profesi. Ini berarti seorang guru diharuskan

paham tentang perangkat-perangkat pada pengajaran. Bukan hanya

sekedar menyampaikan materi tetapi harus tertib administrasi salah

satunya dengan menyusun RPP dan paham dengan menyusun silabus.

Dan sebaiknya sekali menjadi guru maka tetap menjadi guru jangan

menyandang profesi yang lain. Karena inilah yang akan menyebabkan

kefokusan atau kesungguhan menjadi guru terhambat sehingga tugas-

tugas seorang guru akan dispelekan dengan hadirnya profesi yang

berbeda tersebut.

6. Ciri keenam adalah guru harus memiliki metode pengajaran yang

menarik. Guru profesional itu harus kreatif, inovatif, dan reflektif. Dia

harus menciptakan suasana kelas yang menyenangkan salah satunya

dengan menerapkan metode yang menarik dalam menyampaikan materi.

Page 47: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

31

Maka bisa disimpulkan dalam proses pembelajaran kriteria guru

profesional harus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa

sehingga dapat bermanfaat terhadap dirinya, orang tua, guru-gurunya, bahkan

untuk bangsanya.

3. Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional

Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas mengenai

pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan

mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional.

Karena seorang guru yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi

profesional. Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan

empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam penjelasan

pemerintah no 19. Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, yaitu:

kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional. Guru dapat

diharapkan menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan

menguasai keempat komptensi tersebut. Jejen Musfah (2011:30) pun

memberikan penjelasan tentang keempat kompetensi guru ini.

a) Kompetensi Pedagogik

Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid di kelas dan

luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan

pengetahuan, keterampilan, sikap utama untuk menghadapi hidupnya di masa

depan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:88) yang dimaksud

dengan kompetensi pedagogis adalah

Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi:

(1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

(2) Pemahaman tentang peserta didik

(3) Pengembangan kurikulum/silabus

(4) Perancangan pembelajaran

(5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

(6) Evaluasi hasil belajar

(7) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya.

b) Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian yaitu:

(1) Berakhlak mulia

(2) Mantap, stabil, dan dewasa

(3) Arif dan bijaksana

(4) Menjadi teladan

(5) Mengevaluasi kinerja sendiri

(6) Mengembangkan diri

(7) Religius. (BSNP, 2008:88)

Seorang guru yang berperilaku tidak baik, padahal dia selalu

menyampaikan nilai-nilai kebaikan kepada para siswanya berarti dia telah

menghilangkan perannya sebagai pendidik. Karena kepercayaan siswa, orang

Page 48: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

32

tua, dan masyarakat akan luntur dengan sendirinya. Sebenarnya esensi

pembelajaran adalah perubahan perilaku, guru akan mampu mengubah perilaku

peserta didik jika dirinya telah menjadi manusia yang baik. seperti yang

dikatakan Dedy Mulyasana (2011:1). “Pribadi guru harus baik karena inti

pendidikan adalah perubahan perilaku, sebagaimana makna pendidikan adalah

proses peembebsan peserta didik dari ketidakmampuan, ketidakbenaran,

ketidakjujuran, dan dari buruknya hati, akhlak, dan keimanan.”

c) Kompetensi Sosial

Seorang guru sama dengan manusia lainnya, yang dalam hidupnya

berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan memberi contoh baik

terhadap lingkungannya dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai

bagian dari masyarakat sekitarnya.guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah

bergaul, dan suka menolong. Bukan sebaliknya,yaitu individu yang tertutup dan

tidak memedulikan orangnya.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk:

(1) Berkomunikasi lisan dan tulisan

(2) Menggunakan teknologi dan informasi secara fungsional

(3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik

(4) Sesama pendidik dan tenaga kependidikan

(5) Orang tua/wali peserta didik dan

(6) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.(BSNP,2008:88).

d) Kompetensi Profesional

Tugas guru ialah mengajarkan pegetahuan kepada murid. Guru tidak

sekedar mengetahui materi yang akan diajarkannya. Tetapi memahminya secara

luas dan mendalam. Oleh karena itu, murid harus selalu belajar untuk

memperdalam pengetahuannya terkait mata pelajaran yang diampunnya.

Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam

meliputi;

(1) Konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang

menaungi/koheren dengan materi ajar,

(2) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah,

(3) Hubungan konsep antarmata pelajaran terkait,

(4) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, dan

(5) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap

melestarikan nilai dan budaya nasional. (BSNP,2008:88).

Berdasarkan konsep tersebut maka seorang guru harus menjadi orang

yang spesial, namun lebih baik lagi menjadi spesial bagi semua siswanya. Guru

harus merupakan kumpulan orang-orang pintar di bidangnya masing-masing dan

juga dewasa dalam bersikap. Namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana

caranya guru tersebut dapat menularkan kepintaran dan kedewasaannya tersebut

pada para siswanya di kelas. Sebab guru adalah jembatan bagi lahirnya anak-

anak cerdas dan dewasa di masa mendatang.

Page 49: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

33

Ahmad Sabri dalam Yunus Namsa (2006:37-38) mengemukakan pula

bahwa untuk mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus

memiliki kemampuan profesional, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru, yang

meliputi:

a. Menguasai bahan meliputi:

1) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah 2) Menguasai bahn pengayaan/penunjang bidang studi

b. Mengelola program belajar mengajar, meliputi:

1) Merumuskan tujuan intsruksional 2) Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang tepat 3) Melaksanakan program belajar mengajar 4) Mengenal kemampuan anak didik

c. Mengelola kelas, meliputi: 1) Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran

2) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi

d. Menggunakan media atau sumber, meliputi:

1) Mengenal, memilih dan menggunakan media;

2) Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana

3) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar

4) Menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan

lapangan

e. Menguasai landasan-landasan pendidikan

f. Mengelola interaksi belajar mengajar

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran

h. Mengenal fungsi layanan dan program bimbingan dan penyuluhan:

1) Mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan

2) Menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan

i. Mengenal dan menyelenggarkan dan administrasi sekolah

j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan

guna keperluan pengajaran.

Beberapa kompetensi keprofesionalan diatas merupakan modal yang

sangat penting bagi guru profesional agar bisa menjadi guru model yaitu

menginspirasi guru-guru lain.

4. Kriteria Guru Profesional

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang

dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan

menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategori

sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang

profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus,

mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.

Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar (2007:47), guru

yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas

Page 50: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

34

yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam metode. Selain

itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh

pengabdiannya. Maka Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan

melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua,

masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Karena Guru profesional

mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.

Tugas guru yang paling menonjol adalah mampu membimbing dan

melatih siswa. Membimbing dan melatih peserta didik (Ditjen PMPTK, 2008:6)

dibedakan menjadi tiga, yaitu membimbing atau melatih peserta didik dalam

pembelajaran, instrakurikuler, dan ekstrakurikuler. Bimbingan dan latihan pada

kegiatan pembelajaran itu dilakukan secara menyatu dengan proses

pembelajaran. Sedangkan bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler itu

terdiri dari remedial dan pengayaan. Sedangkan bimbingan dan latihan pada

kegiatan ekstrakurikuler yang terdiri dari olahraga, pramuka, kesenian,

olimpiade, paskibra, uks, jurnalistik, dan keruhanian (Arifin & Barnawi,

2012:21)

Martinis (2007:5-7) mengungkapkan bahwa guru profesional harus

memiliki persyaratan, yang meliputi:

a. Memiliki bakat sebagai guru.

b. Memiliki keahlian sebagai guru.

c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.

d. Memiliki mental yang sehat.

e. Berbadan sehat.

f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.

g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila.

h. Guru adalah seorang warga negara yang baik

Dari beberapa persyaratan diatas maka guru profesional harus punya

beberapa keahlian yang dimiliki, dan juga secara jasmani harus seimbang begitu

pun dengan rohaninya sehingga menjadi satu kesatuan kepribadian sosok guru

profesional tersebut.

5. Pekerjaan Guru Menuntut Profesionalisme

Pertanggungjawaban moral ketiga yang harus dipenuhi oleh guru adalah

sikap profesional dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pembelajaran.

Guru harus bersikap dan bertindak secara profesionalpada saat

menyelenggarakan proses agar hasilnya maksimal dan efektif. Hal ini penting

dijadikan sebagai landasan langkah agar ada kesinergisan diantara sekian

banyak elemen terkait dalam proses.

Jejen Musfah mengutarakan (2011:97) bahwa sikap profesional

merupakan sikap pada saat melaksanakan tugas keprofesian. Hal utama yang

dilakukan adalah menjalankan tugas sesuai job desription yang ada. Guru

Page 51: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

35

profesional adalah guru yang dalam melaksanakan tugas keguruannya

mendasarkan langkah pada ketentuan yang berlaku dan mengabaikan segala

macam pengkondisian yang bersifat egois dan rekayasa. Mereka tidak

melakukan rekayasa data untuk meberikan informasi kepada peserta didik atau

masyarakat hanya untuk sebuah kesenangan diri sendiri. Semua yang diberikan

oleh guru sesuai dengan ketentuan yang berlaku, guru tidak mengurangi jatah

belajar anak didik, justru menambah materi yang harus diterima anak didik

sehingga pengetahuan dan keterampilan anak didik bernilai plus.

Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar

(KBM). Memiliki posisi yang snagat menentukan keberhasilan pembelajaran

karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan, dan

mengevaluasi pembelajaran. Di samping itu, kedudukan guru dalam kegiatan

belajar mengajar juga sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru

yang akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, sedangkan

bersifat menentukan karena guru yang memilah dan memilih bahan pelajaran

yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi

keberhasilan tugas guru, ialah kinerjannya di dalam merencanakan/merancang,

melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar.

Profesionalisasi berhubungan dengan profil guru, walauapun potret guru

yang ideal memang sulit didapat namun kita boleh menerka profilnya. Guru

idaman merupakan produk dan keseimbangan antara penguasaan aspek

keguruan dan disiplin ilmu. Sehubungan dengan hal tersebut Syafruddin Nurdin

(2005:23) mengemukakan bahwa ada beberapa upaya untuk meningkatan

profesi guru di Indonesia sekurang-kurangnya memperhitungkan empat faktor,

yaitu:

“Ketersediaan dan mutu calon guru, Pendidikan pra-jabatan, Mekanisme

pembinaan dalam jabatan, dan Peranan organisasi profesi.”

(a) Ketersediaan dan mutu calon guru

Secara jujur di masa sekarang profesi guru kurang memberikan rasa

bangga diri. Bahkan ada guru yang malu disebut sebagai guru. Rasa

inferior terhadap potensi lain masih melekat di hati banyak guru. Masih

jarang kita mendengar dengan suara lantang guru mengatakan “Inilah

Aku”. Kurangnya rasa bangga itu akan mempengaruhi motivasi kerja

dan citra masyarakat terhadap profesi guru. Banyak guru yang secara

sadar atau tidak sadar mempromosikan keminderannya kepada

masyarakat. Ungkapan “cukuplah saya sebagai guru” sering masih

terdengar dari mulut guru. Jabatan fungsional diharapkan menjadi daya

pikat tersendiri terhadap profesi guru. Daya pikat itu merefleksi

masyarakat untuk memberikan makna tersendiri, baik dalam upaya

membangkitkan rasa bangga diri maupun dalam usaha mencari bibit-

bibit guru yang berkualitas.

(b) Pendidikan Pra-Jabatan

Sebagaimana disyaratkan dalam uraian terdahulu, bidang pekerjaan guru

hanya pantas memperoleh penghargaan khusus seperti diatur

Page 52: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

36

oleh/melalui surat keputusan Men-PAN itu, apabila jajaran guru

memberikan layanan ahli, yang hanya bisa diberikan melalui pendidikan

pra-jabatan. Sebaliknya mereka yang tidak pernah melalui jenjang

pendidikan pra-jabatan, tidak mempunyai kemampuan untuk

menyelenggarakan layanan khas yang dimaksud.

(c) Mekanisme Pembinaan dalam jabatan

Ada tiga upaya dalam penyelenggaraaan pelbagai aspek dan tahap

penanganan pembinaan dalam jabatan profesional guru. Ketiga upaya

tersebut adalah: Pertama, mekanisme dan prosedur penghargaan aspek

layanan ahli keguruan perlu dikembangkan. Kedua, sistem penilikan di

jenjang SD dan juga sistem kepengawasan di jenjang SMA yang berlaku

sekarang jelas memerlukan penyesuaian-penyesuaian mendasar. Ketiga,

keterbukaan informasi dan kesempatan untuk meraih kualifikasi formal

yang lebih tinggi, katakanlah S1 bahkan S2 dan S3.

(d) Peranan Organisasi Profesi

Diatas telah dikemukakann bahwa pengawasan mutu layanan suatu

bidang profesional dilakukan secara kesejawatan, bahkan melalui

perorangan maupun melalui organisasi profesi. Pengawasan bukan

dilakukan atas dasar kekuasaan seperti yang terjadi di lingkungan serikat

buruh. Sebaliknya, pengawasan dilakukan oleh kelompok ahli yang

dipandu oleh nilai-nilai profesi yang sejati, yaitu pengabdian keahlian

bagi kemaslahatan orang banyak.

D. Penelitian Relevan

Penulis melihat dan meninjau beberapa karya-karya terdahulu guna

perbandingan dalam penelitian. Hal ini berguna dalam menyempurnakan

penelitian sebelumnya terkait tema yang sama, antara lain:

Penelitian Agus Sutrisno (2016): Pemberdayaan Kelompok Kerja Guru

(KKG) pada Gugus Hasanudin di kecamatan Karangrayung Kabupaten

Grobogan, Surakarta. Hasil penelitian ini ada 3 hal, pertama Pemberdayaan

administrasi pembelajaran dalam KKG tersebut dilakukan dengan cara

berkomunikasi, berkonsultasi, dan berbagi informasi terkait pembelajaran siswa.

Kedua Pemberdayaan pembuatan media pembelajaran dalam KKG diselesaikan

melalui beberapa diskusi dan rapat. Ketiga Pemberdayaan pelaksanaan

pembelajaran terselenggara karena adanya dukungan kepala sekolah dengan

memberi kemudahan kepada guru dalam mengikuti kegiatan KKG.

Penelitian Mijahamuddin Alwi (2009): Peran Kelompok Kerja Guru

(KKG) Dalam Meningkatkan Profesional Guru Sains Sekolah Dasar Kecamatan

Suralaga Kabupaten Lombok Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:

Standar kinerja KKG tersebut berdasarkan program KKG tahun sebelumnnya,

meningkatnya profesionalitas guru-guru, ada kesenjangan antara standar kinerja

KKG dengan program yang dibuat dan dengan implementasinya seperti

komunikasi, sumber daya, dana terbatas, fasilitas, dan struktur birokrasi.

Page 53: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

37

Penelitian Wartoni (2013): Evaluasi Keefektifan Kelompok Kerja Guru

(KKG) Pada program Bermutu di Kabupaten Batang Jawa Tengah. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, kondisi kelompok kerja (KKG) di

kabupaten Batang Jawa Tengah dikategorikan baik. Kedua, kondisi sarana dan

prasarana dan kondisi organisasi dikategorikan baik, dan Ketiga peran dan

produk di kelompok kerja guru menunjukkan dalam kategori baik.

Penelitian Mukhlisin (2016): Pengembangan model manajemen

kelompok kerja guru untuk meningkatkan kompetensi profesional guru. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan validasi ahli diperoleh rerata

3,56 dan praktisi diperoleh rata-rata 3,62 sehingga setiap komponen model dapat

dikatakan bahwa model ini layak digunakan berdasarkan rentang nilai yang

telah ditentukan dari skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi aras

kelayakan.

Penelitian H. A. Abram Legarano, Made Candiasa, I Nyoman Natajaya

(2014) : Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan KKG SD Gugus II Kecamatan Pamona

Selatan Kabupaten Poso. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan

kegiatan KKG SD Gugus II Kecamtan Pamona Selatan Kabupaten Poso

tergolong sangat efektif dengan hasil konteks positif (+), input positif (+), proses

positif (+), dan produk positif (+).

E. Kerangka Konseptual Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam

pendidikan formal. Bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan

menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah, guru merupakan unsur yang sangat

berpengaruh dalam mencapai tujuan pendidikan selain unsur siswa dan fasilitas

lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan

guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar.

Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil

pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu

kinerjanya.

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen, mensyaratkan untuk : (1) memiliki kualifikasi akademik minimum

S1/D4; (2) memiliki kompetensi sebagai agen perubahan yaitu kompetensi

pedagogik; kompetensi kepribadian, sosial dan profesional; dan (3) memiliki

sertifikat pendidik. Dengan berlakunya undang-undang ini, maka diharapkan

memberikan suatu kesempatan yang tepat bagi guru untuk meningkatkan

profesionalismenya melalui pelatihan, penulisan karya ilmiah, atau bahkan

melalui pertemuan kelompok kerja guru (KKG).

Salah satu upaya pemerintah dalam membentuk guru yang profesional

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa adalah membentuk Kelompok Kerja

Guru (KKG), karena wadah ini memiliki banyak manfaat di antaranya sebagai

tempat menampung dan memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam kgiatan

belajar mengajar, diskusi, contoh mengajar, demonstrasi penggunaan dan

pembuatan alat peraga. Upaya ini banyak menimbulkan kritik dari berbagai pihak

Page 54: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

38

dilapangan, baik itu dari guru/peserta, guru inti maupun para pemerhati

pendidikan. Kritik-kritik itu terutama berkisar tentang kurang maksimalnya KKG

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Satu hal penting yang tidak boleh

dilewatkan dalam sebuah pelatihan adalah evaluasi. Evaluasi program diartikan

sebagai sebuah proses pencarian informasi secara sistematis tentang perencanaan,

nilai, manfaat, efektifitas, serta kesesuaian dengan tujuan yang hendak dicapai.

Evaluasi yang dimaksud dengan tujuan untuk melihat proses pelaksanaanya,

apakah program KKG ini berdampak pada guru-guru dalam mengembangkan

kompetensinya.

Hasil evaluasi dengan model CIPP merupakan masukan penting bagi

penyempurnaan program pelatihan dalam hal ini KKG, baik teknis maupun

subtantifnya. Perbaikan teknis berupa penyempurnaan penyelenggaraan program

pelatihan, sedangkan perbaikan subtantif mengarah kepada penyempurnaan

tujuan, bahan pelatihan, metode dan evalusinya. Sehingga pada akhirnya

program ini dapat diketahui apakah sudah efektif atau belum dalam hal

peningkatan kompetensi kepala sekolah. Dengan demikian hal ini bisa menjadi

masukan dan rekomendasi bagi pemerintah untuk menjalankan hal yang serupa.

Berikut kerangka konseptual pada penelitian evaluasi ini:

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

Latar

Belum ada Evaluasi

program

Dampak

Keberlanjutan

program

Evaluasi Program

1. Context

2. Input

3. Proccess

4. Product

Keberhasilan

progam

Page 55: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

39

Gambar 2.4 Fokus Model Evaluasi Program Stufflebeam (Pribadi, 2014: 181)

Context

Input

Process

Product

Model

CIPP

Tujuan yang

direncanakan

Sumber daya yang

digunakan

Prosedur yang

diterapkan

Hasil yang dicapai

Keberhasilan

Program

Page 56: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian evaluatif yaitu

memaparkan semua fenomena yang terjadi dalam setting penelitian ini.

Alasan dipilihnya pendekatan ini adalah karena penelitian ini bertujuan

untuk menggambarkan keadaan suatu fenomena yang terjadi , dan berusaha

untuk memaparkan data sebagaimana adanya atau alamiah. Istilah kasus

menunjukkan topik atau unit analisis yang dipilih untuk dipelajari. Topik

atau unit yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah context, input,

process dan product dalam pelaksanaan KKG (Kelompok Kerja Guru).

2. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian ini adalah KKG Gugus VI Dukuh Kecamatan

Cibungbulang yang di fokuskan pada evaluasi program KKG dengan

menggunakan model evaluasi CIPP. Sedangkan yang menjadi subjek

penelitian ini adalah peserta dari KKG yaitu guru-guru SD Gugus VI

Dukuh yang berjumlah sebanyak 63 orang yang berasal dari 6 sekolah se-

kecamatan Cibungbulang.

3. Jenis Sumber Data

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan oleh

peneliti sendiri. Adapun data-data yang dikumpulkan peneliti adalah

sebagai berikut:

a. Informasi mengenai gambaran umum tentang KKG khususnya

pelaksanaanya yang di Cibungbulang. Informasi mengenai struktural

KKG di kecamatan Cibungbulang, partisipasi Guru, dukungan dan

hambatan selama kegiatan ini berlangsung. Data tersebut diperoleh dari

dokumen yang berupa arsip dan foto serta hasil wawancara dengan

pihak terkait.

b. Informasi mengenai pelaksanaan KKG, data ini diperoleh dari hasil

wawancara dengan salah satu guru yang sebagai koordinator dalam

pelaksanaan KKG dan beberapa guru yang berpartisipasi dalam

kegiatan ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi

dokumen saling mendukung dan melengkapi dalam memenuhi data yang

diperlukan sebagaimana fokus penelitian ini.

a. Dokumentasi

Dokumentasi dalam menganalisis data penelitian ini dilakukan

dengan mengumpulkan data yang berkaitan denga fokus penelitian seperti

catatan tertulis dan dokumen-dokumen baik bersifat pribadi maupun tertulis

Page 57: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

41

dan melakukan pengkajian berbagai hal yang didapat yang berhubungan

dalam penelitian.

Berbagai dokumen yang diperoleh yaitu profil Gugus dan KKG, Data

terkait guru-guru sebagai peserta, Struktur organisasi KKG, Matriks program

kegiatan KKG, Prosedur dan jadwal kegiatan, beserta dokumentasi foto hasil

observasi. Pengambilan dokumen tersebut pada pada tanggal 26 Oktober dan

30 November 2017 di SDN Dukuh 01.

b. Wawancara

Wawancara terhadap informan sebagai sumber data dan informasi

dilakukan dengan tujuan menggali informasi tentang fokus penelitian.

Wawancara adalah percakapan dua orang atau lebih, yang memiliki tujuan

dan diarahkan salah seorang dengan maksud memperoleh keterangan. Teknik

Wawancara yang digunakan adalah dengan metode Purposive Sampling.

Yaitu pengambilan sample tertentu sesuai persyaratan (sifat-sifat,

karakteristik, ciri, dan kriteria) secara sengaja. Jadi sample diambil bukan

secara acak tetapi ditentukan sendiri oleh peneliti.

Berikut beberapa informan yang akan diwawancara:

1) Mamat Turahmat sebagai ketua gugus VI Dukuh

2) Devi Riana Praja sebagai ketua KKG

3) Oom Laelasari sebagai pengurus gugus dan mantan ketua KKG

4) Neng Lilis sebagai pemandu dan pengurus KKG

5) Arief sebagai peserta aktif dalam kegiatan KKG

Sebelum mengumpulkan data dilapangan sebaiknya menyusun daftar

pertanyaan sebagai pedoman, namun pertanyaan bukanlah sesuatu yang

bersifat ketat, dapat mengalami perubahan sesuai situasi dan kondisi

dilapangan. Peneliti melakukan wawancara tersebut pada tanggal 26 Oktober

2017 di SDN Dukuh 01 dan 11 November 2017 di SDN Dukuh 04.

c. Observasi

Pengumpulan data dengan menggunakan observasi berperan serta

untuk mengungkapkan makna suatu kejadian tertentu yang merupakan

perhatian esensial dalam penelitian kualitatif. Observasi berperan serta

dilakukan untuk mengamati objek penelitian, seperti khusus organisasi,

sekelompok orang dan beberapa aktivitas suatu sekolah.

Data informasi yang dikumpulkan dengan observasi dilakukan

melalui pengamatan langsung di sekolah inti yaitu di SDN Dukuh 01 dan

sekolah imbas yaitu di SDN Dukuh 04. Peneliti mengamati keadaan

lingkungan sekolah secara geografis kemudian sarana dan prasarana seperti

ruang kelas, sekretariat, halaman sekolah, dan mesjid. Dan juga pelaksanaan

kegiatan KKG seperti aktivitas peserta, rangkaian kegiatan, dan evaluasi dari

kegiatan tersebut. Pengamatan ini dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2017 di

SDN Dukuh 01 dan pada tanggal 11 November 2017 di SDN Dukuh 04,

kemudian dilanjut lagi pada tanggal 30 November 2017 di SDN Dukuh 01.

Page 58: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

42

5. Teknik Pengolahan Data (Analisis Data)

Proses analisis data dimulai dari menyusun dan menyajikan

kemudian menelaah seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu

wawancara dan pengamatan observasi di lokasi penelitian. Penelitiaan

melakukan intrepretasi hasil observasi dan menyimpulkannya, untuk

kemudian dilakukan analisa terhadap data tersebut.

Proses analisis data pada penelitian ini dilakukan dari sebelum

terjun ke sekolah. Peneliti melakukan analisis terlebih dahulu terkait

penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang

akan dilakukan. Selanjutnya peneliti melakukan analisis saat dilapangan.

Data yang diperoleh dikumpulkan, kemudian di reduksi kembali. Pada

proses reduksi ini, peneliti memilih dan memilah data yang diperlukan

dalam penelitian untuk selanjutnya melakukan display data dan membuat

kesimpulan.

6. Pengecekan Keabsahan Data a. Validitas Internal

1) Melakukan pengamatan secara terus menerus

Pengamatan terus menerus membantu peneliti menemukan data

yang perlu diamati dalam proses memperoleh data. Pengamatan terus

menerus juga mengarahkan peneliti untuk fokus pada pertanyaan

penelitian yang diajukan. Maka peneliti melakukan pengamatan terus

menerus pada setiap kegiatan KKG.

1) Triangulasi data

Untuk membandingkan hasil pengamatan pertama dengan

pengamatan berikutnya terkait data wawancara dengan informant

(Peserta) dan key informant (Ketua KKG).

2) Membicarakan dengan orang lain

Hal ini dilakukan agar peneliti memperoleh masukan dan saran atas

kekurangan yang mungkin terjadi saat melakukan penelitian. Diskusi ini

dilakukan bersama Upi rahmawati sebagai teman kelas yang juga

meneliti tentang evaluasi dan Najmi sebagai pengelola di asrama.

3) Menggunakan bahan referensi

Digunakan untuk membandingkan dan mempertajam analisa data.

Hal ini diperlukan bagi peneliti untuk mendukung penelitian. Referensi

utama bersumber dari buku Suharsimi Arikunto tentang Evaluasi program

Pendidikan dan buku Benny Pribadi tentang Desain dan Pengembangan

Program Pelatihan Berbasis Kompetensi serta dari DITJEN PMPTK

tentang Standar Pengembangan KKG dan MGMP.

4) Mengadakan member check

Agar informasi yang telah diperoleh dan yang akan digunakan

dalam penulisan laporan dapat sesuai dengan apa yang dimaksud

informant dan key informant.

b. Validitas Eksternal (Transferbility)

Page 59: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

43

Teknik Transferbility peneliti lakukan dengan melaporkan hasil

penelitian secara rinci. Laporan penelitian mengungkapkan segala

sesuatu yang diperlukan oleh pembaca agar pembaca dapat dengan

mudah memahami temuan-temuan yang diperoleh. Dalam penelitian

ini validitas eksternal dilakukan dengan bimbingan dosen.

Caranya dengan melaporkan hasil penelitian secara rinci.

1) Reliabilitas

Yang dilakukan dengan teknik ulang (check recheck) prosedur-

prosedur kegiatan KKG.

2) Objektivitas

Digunakan untuk meneliti hasil penelitian sedangkan pengauditan

dependibilitas digunakan untuk menilai proses yang dilalui peneliti di

lapangan.

c. Validatas Internal

7. Kriteria Evaluasi

Istilah “kriteria” dalam penilaian sering juga dikenal dengan kata

“tolak ukur” atau “standar”. Dari nama-nama yang digunakan tersebut dapat

segera dipahami bahwa kriteria, tolak ukur, atau standar adalah sesuatu

yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk sesuatu yang

diukur. Secara garis besar ada dua macam kriteria, yaitu kriteria kuantitatif

dan kriteria kualitatif. Kriteria kuantitatif yaitu kriteria yang dibuat

berdasarkan angka-angka sedangkan kualitatif sebaliknya tidak

menggunakan angka-angka. Karena jenis penelitian ini adalah evaluatif

kualitatif maka peneliti menggunakan kriteria kualitatif. Berikut kriteria

evaluatif kualitatifnya yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan program

KKG:

Tabel 3.1Kriteria Evaluasi CIPP

(Context, Input, Process, dan Product)

a. Aspek Context

No Indikator Standar

1. Latar belakang

program

Tersedia visi, misi, tujuan, dan kalender

kegiatan

2. Menentukan

kebutuhan

Pengurus membuat proposal kegiatan

(Perencanaan, Pelaksanaan, Pembiayaan, dan

Pelaporan Kegiatan)

3. Merumuskan tujuan

program

Program KKG dirumuskan terbagi menjadi 2:

program rutin dan program pengembangan

Page 60: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

44

b. Aspek Input

No Indikator Standar

1. Mengatur keputusan a. Pengelola keseluruhan program tanggung

jawab ketua KKG

b. Pelaksanaan dilakukan oleh pengurus

berdasarkan SK dari ketua KKG

c. Pelaksanaan program berdasarkan kerangka

acuan kerja (KAK) yang disusun pengurus

2. Menentukan

sumber-sumber

yang ada

a. Terdiri dari pengurus, anggota, SK

pengesahan dari Dinas pendidikan dan

mempunyai AD/ART

b. Anggota KKG terdiri dari guru kelas,

agama, dan panjaskes yang berasal dari 8-10

sekolah

c. Tersedia ruang/gedung, komputer, media

pembelajaran, proyektor/LCD, dan telepon

d. Pemandu memiliki kualifikasi akademik

minimal S1

e. Pemandu memiliki pengalaman mengajar

minimal 10 tahun

f. memiliki keahlian yang relevan dalam

materi pembelajaran

g. Pembiayaan KKG mencakup sumber dana,

penggunaan, dan pertanggungjawaban

3. Prosedur kerja yang

diterapkan

a. Pengurus mengidentifikasi kompetensi

peserta yang akan dikembangkan

b. Pengurus mengidentifikasi pemandu sesuai

dengan kebutuhan

c. Pengurus menghubungi pemandu disertai

dengan surat permohonan dan proposal

kegiatan

d. Meminta pemandu untuk menyiapkan materi

dan media

c. Aspek Process

No Indikator Standar

1. Kegiatan yang

diterapkan dalam

program

a. Diskusi permasalahan dalam pembelajaran

b. Penyusunan silabus, prota, promes, dan

RPP

c. Analisis kurikulum 2013

Page 61: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

45

d. Penyusunan instrumen evaluasi

pembelajaran

e. Pembahasan materi dan pemantapan

menghadapi UAN

f. Seminar, workshop, koloqium (paparan

hasil penelitian), dan diskusi panel

g. Penelitian (PTK)

h. Penulisan karya tulis ilmiah

i. Pelatihan berjenjang

j. Penyusunan website

k. Pembuatan jurnal KKG

l. Forum KKG provinsi

m. Kompetisi kinerja guru

n. Peer Coaching

o. Lesson Study

p. Professional Learning Community

q. Global Gateway

2. Alur pelaksanaan

kegiatan

a. Merancang kegiatan

b. Rapat koordinasi I

c. Mengembangkan kegiatan

d. Rapat koordinasi II

e. Melaksanakan kegiatan

f. Memonitor kegiatan

g. Rapat evaluasi kegiatan

h. Melaporkan kegiatan

d. Aspek Product

No Indikator Standar

1. Keberhasilan

program

a. Skor Tingkat Kepuasan Konsumen (Respon

Peserta)

b. Skor Pencapaian Nilai Selama Kegiatan

(Pemahaman peserta)

Page 62: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Singkat Profil KKG Gugus VI Cibungbulang

Gugus merupakan wadah berhimpunnya sekolah-sekolah yang

memiliki keadaan secara geografis untuk memudahkan serta menefektifkan

pelaksanaan pembinaan bagi bagi para kepala sekolah dan guru. Melalui

gugus, para kepala sekolah dan para guru dengan bimbingan pengawas

sekolah dapat berdiskusi, bertukar pikiran dan pengalaman, serta melakukan

kegiatan bersama terkait penyelenggaraan pendidikan untuk

diimplementasikan dalam pengelolaan serta pelaksanaan pendidikan di

sekolah.

Oom Layla (30 November 2017) selaku pengurus KKG dan sebagai

Kepala Sekolah di SD Dukuh 04 dan juga sebagai mantan ketua KKG di

periode sebelumnya mengatakan bahwa semua keputusan terkait dengan

perumusan program atau perencanaan program itu semuanya berdasarkan

hasil mufakat yaitu hasil musyawarah dari ketua Gugus, Ketua KKG, dan

semua Pengurus KKG yang hadir bukan dari keotoritasan ketua KKG saja.

Alasannya adalah agar pelaksanaan KKG berdasarkan kebutuhan bersama

dan dirasakan kebermanfaatannya juga secara bersama bukan karena

kepentingan sepihak.

Tindakan ini pun sudah menjadi prinsip demokrasi di negara

Indonesia bahkan jauh sebelum itu islam sudah mengajarkan kita akan

prinsip ini. Kewajiban para pemimpin untuk mengambil keputusan

berdasarkan musyawarah adalah hal yang sangat urgen. Karena keputusan

seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi stabilitas wilayah yang

dipimpinnya. Seorang pemimpin harus meniru ratu Bilqis, yang mana dia

tidak pernah mengeluarkan kebijakan tanpa adanya pertemuan untuk

melakukan musyawarah terlebih dahulu. Seperti dalam firman Allah SWT

Q.S. an-Naml: 32 yang berbunyi:

Terjemahannya:

Berkata Dia (Balqis): "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan

dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan

sebelum kamu berada dalam majelis(ku)".

Keistimewaan lain dari KKG di Gugus VI ini juga adalah

keaktifannya. Dari 8 gugus yang ada kecamatan cibungbulang, gugus VI

adalah gugus yang masih aktif KKGnya pasca pelaksanaan KKG bermutu,

maka KKG ini bisa dibilang menang bersaing dalam segi kualitas KKGnya.

Hal ini diperkuat dari pernyataan ketua UPT setempat dalam sambutannya

Page 63: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

47

ketika membuka kegiatan KKG bermutu bahwa gugus VI menjadi KKG

terproduktif di Kecamatan Cibungbulang. Ditambah lagi dengan pernyataan

pemandu Guru Nurul Khobariyah dari gugus IV Dukuh mengatakan”Di

gugus kami tidak aktif seperti disini apalagi guru-gurunya yang datang

sebanyak ini.”

Tabel. 4.1 Tabel Analisis SWOT KKG Gugus VI Dukuh

No Jenis Keterangan

1. Kekuatan a. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru

dalam berbagai hal, khususnya penguasaan

substansi materi pembelajaran, penyusunan

silabus, penyusunan bahan-bahan pembelajaran,

strategi pembelajaran, metode pembelajaran,

memaksimalkan pemakaian sarana/prasarana

belajar, memanfaatkan sumber belajar, dsb.

b. Memberi kesempatan kepada anggota kelompok

kerja untuk berbagi pengalaman serta saling

memberikan bantuan dan umpan balik.

c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,

serta mengadopsi pendekatan pembaharuan

dalam pembelajaran yang lebih profesional bagi

peserta kelompok kerja atau musyawarah kerja.

d. Memberdayakan dan membantu anggota

kelompok kerja dalam melaksanakan tugas-tugas

pembelajaran di sekolah.

e. Mengubah budaya kerja anggota kelompok

kerja(meningkatkan pengetahuan, kompetensi

dan kinerja) dan mengembangkan

profesionalisme guru melalui kegiatan-kegiatan

pengembangan profesionalisme di tingkat KKG.

f. Dukungan moral maupun moril dari para kepala

sekolah dan ketua gugus untuk senantiasa aktif

dalam setiap kegiatan KKG

g. Pengaruh sosok ketua KKG dalam memotivasi

peserta KKG untuk tetap aktif, seperti lokasi

kegiatan yang sering pindah-pindah agar tidak

jenuh dan pelatihan di desain dengan berbagai

model pembelajaran yang luar biasa

h. Pengurus KKG dapat menumbuhkan hubungan

emosional yang baik dengan peserta seperti

dalam hal membuat kesepakatan awal.

i. Adanya program inisiasi dari pengurus KKG

Page 64: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

48

yang tetap rutin dilaksanakan untuk menunjang

pengembangan kompetensi peserta.

2. Kelemahan a. Sumber belajar dan dana, mengalami

keterbatasan dana bila tidak

memperoleh blockgrant, sehingga tidak mampu

mengadakan sumber belajar dan kegiatan

lainnya

b. Fasilitas, masih belum memadai seperti ruangan

yang kurang kondusif, perlengkapan ATK masih

minim.

c. Pemberdayaan TIK, di samping tidak memiliki

fasilitas TIK juga kurang terlatih karena belum

memperoleh kesempatan mengikuti diklat.

d. Evaluasi, tidak adanya evaluasi rutin tiap

pertemuan untuk memperbaiki pertemuan

selanjutnya 3. Peluang a. KKG Gugus VI Dukuh ini adalah satu-satunya

KKG yang paling aktif di kecamata

Cibungbulang. Sehingga KKG ini berpeluang

untuk menjadi KKG model ditiap Gugusnya.

b. Gugus VI ini satu-satunya gugus di kecamatan

cibungbulang yang menjadi penerima manfaat

dari dompet dhuafa pendidikan seperti

pemberian buku-buku bacaan di perpustakaan,

dsb. 4. Ancaman a. Terbatasnya dana yang hanya mengandalkan

dana saja dari iuran para peserta.

B. Evaluasi Terhadap Context

Arikunto (2014:46) mengemukakan evaluasi konteks adalah upaya

untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak

terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani tujuan proyek. Evaluasi

konteks juga sering disebut sebagai penilaian kebutuhan. “Apa yang perlu

dilakukan?”membantu menilai masalah satu set, dan peluang dalam

lingkungan dan lingkungan yang ditetapkan konteks (Stufflebeam &

Shinkfield, 2007). Oleh karena itu Faridah (2008:2) mengatakan “context

evaluating to serve planning decision”. Konteks evaluasi ini mengetahui

latar belakang dan tujuan program, membantu merencanakan keputusan,

menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan

tujuan program.

Maka peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi konteks berangkat dari

pertanyaan”Apa yang harus dilakukan?”(What should we do?) yang berarti

Page 65: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

49

evaluasi cara mengumpulkan dan menganalisis kebutuhan (needs

assessment ) data untuk menentukan tujuan dan analisis kebutuhan

program.

1. Latar Belakang dan Tujuan Program Hadirnya program dalam organisasi adalah sebuah keharusan

apalagi didukung dengan tujuan yang sangat jelas maka akan membawa

arah organisasi kepada kesuksesan. Menurut Hasibuan (2007:5)

“Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal dari dua orang atau

lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu”. Dalam islam

sudah dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia itu bukan hanya

sekedar hidup tetapi semata-mata untuk bersujud kepada-Nya.

Keberadaan manusia dunia ini tiada lain hanyalah untuk beribadah

kepada Allah. Makna ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian

ibadah yang benar, bukan berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan haji

saja, tetapi ibadah dalam setiap aspek kehidupan manusia. Allah telah

berfirman dalam Surah Ad-Dzariyyat: 56:

Terjemahannya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

beribadah kepada-Ku.

Makna ibadah yang dimaksud tentu saja bukan berarti hanya

shalat, puasa, zakat, dan haji saja, tetapi ibadah dalam setiap aspek

kehidupan. Begitu juga dengan hadirnya Kelompok Kerja Guru di

dunia pendidikan juga bukan hanya sebagai pembinaan formalitas

belaka yang hanya duduk, mendengar, dapat sertifikat, lalu pulang.

Tapi semata-mata sebagai agent of education (pembaharu pendidikan)

dalam mengembangkan keprofesian guru-guru dan meningkatkan mutu

dari proses pembelajaran itu.

Departemen Pendidikan melalui Dirjen Dikdaksmen Nomor :

079C/Kep.I/93, pada tanggal 7 April 1993 menetapkan Sistem

Pembinaan Profesional Guru melalui pembentukan Gugus Sekolah

Dasar yang didalamnya terdapat beberapa program pembinaan salah

satunya adalah KKG (Kelompok Kerja Guru). KKG merupakan

organisasi guru yang dibentuk untuk menjadi forum komunikasi yang

bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam

pelaksanaan tugasnya sehari-hari di lapangan. Organisasi ini pertama

kali lahir dibidani oleh PEQIP. PEQIP adalah singkatan dari Primary

Education Quality Improvement Project (Proyek Peningkatan Mutu

Page 66: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

50

Pendidikan Sekolah Dasar). Suatu proyek peningkatan kualitas Sekolah

Dasar yang dibiayai oleh Bank Dunia. Program yang dilaksanakan ini

disebut dengan program BERMUTU (Better Education Through

Reformed Management and Universal Teacher Upgrading) yang hanya

dimulai pada tahun 2008 hingga 2013 saja. Tapi walaupun sudah tidak

dianggarkan lagi, tampaknya pemberdayaan KKG masih tetap melekat

di hati para guru.

Dalam Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan

Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) Tujuan utama dari program

kegiatan KKG ada 3:

a. Meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah, dan pengawas

dalam memperbaiki kualitas pembelajaran.

b. Memberikan kontribusi pada peningkatan kualifikasi para peserta

dengan adanya angka kredit yang diberikan kepada yang berhasil

menyelsaikan program ini.

c. Memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas peserta sistem

pengembangan tenaga profesional melalui tersediannya program

kelompok kerja guru, kepala sekolah, dan pengawas yang dapat

diterapkan, sistematis, dan berkelanjutan.

Sebuah kebijakan pasti memiliki sandaran atau landasan yang

menjadi patokan sehinggan lahirnya sebuah tujuan yang ingin

diharapkan. Begitu pun dalam kegiatan KKG mempunyai landasan

hukum. Berikut beberapa landasan yang menjadi sandaran program

gugus dalam kegiatan KKG dalam dokumen Profil Gugus dan KKG

(26 Oktober 2017):

a. UU Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan

c. Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 Tentang Standar isi

d. Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi lulusan

e. Peraturan Mendiknas No. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan PP. 22

tahun 2006

f. Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013

g. Peraturan Menteri Agama Nomor 60 Tahun 2015

h. Panduan pembentukan Kelompok Kerja Kepala Sekolah, Direktorat

Jendral PMPTK Depdiknas tahun 2006

i. Rambu-rambu Penyelenggaraan KKG dan MGMP, Direktorat

Jendral BMPTK, Depdiknas 2010.

Setelah mengetahui tujuan dan landasannya maka pihak gugus

menjabarkan, menganalisa kemudian merumuskan tujuan diadakannya

kegiatan KKG. Tipe tujuan dalam KKG ini termasuk tipe tujuan

Page 67: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

51

keluaran (Output Goals) . Yaitu merumuskan tujuan dilihat dari

ketercapaian hasil yang diperoleh (Tandirappang: 2017). Berikut tujuan

KKG yang ada pada Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang

Kecamatan Bogor dalam dokumen Profil Gugus dan KKG (26 Oktober

2017) yaitu :

1. Menjadi pedoman bagi KKG Gugus dalam melaksanakan program-

program kegiatan.

2. Memberi arah serta indikator ketercapaian yang jelas sebagai acuan

untuk mengukur tingkat ketercapaian pelaksanaan kegiatan.

3. Untuk mengatur sinkronisasi agar terjadi keselarasan program KKG

Gugus.

Dari pernyataan tersebut sudah jelas bahwa tujuan KKG ini

semuanya bermuara pada mutu pendidikan melalui program

pengembangan profesionalisme guru-guru di Indonesia. Hal tersebut

diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk menumbuhkembangkan

budaya pembelajaran yang berpusat pada sistem instruksional yang

prima sehingga berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran

yang berujung pada peningkatan kualitas pendidikan. Maka

disimpulkan bahwa tujuan KKG Gugus VI Dukuh telah selaras dengan

standar tujuan pengembangan KKG yang dirumuskan oleh pemerintah.

2. Analisis Kebutuhan

Berbicara tentang peran analisis kebutuhan sama halnya dengan

bertanya tentang apa manfaat dan mengapa evaluator perlu melakukan

analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan adalah alat yang konstruktif dan

positif untuk melakukan perubahan. Namun bukan perubahan yang

radikal dan tidak berdasar, tetapi perubahan yang bersifat rasional

(Arikunto, 2014:72) . Pada setiap organisasi sudah pasti memiliki

tujuan yang berbeda-beda. Penetapan tujuan tersebut dilihat dari

kebutuhan organisasi tersebut. Melakukan analisis kebutuhan

merupakan dasar keberhasilan program pelatihan. Seringkali organisasi

mengembangkan dan melaksanakan pelatihan tanpa terlebih dahulu

melakukan analisis kebutuhan. Pribadi (2014:35) mengatakan analisis

kebutuhan pelatihan merupakan langkah awal yang sangat diperlukan

untuk menciptakan sebuah program pelatihan yang efektif dan efisien.

Sedangkan menurut Brown (2002:569) analisis kebutuhan adalah

sebuah proses yang berkelanjutan pengumpulan data, untuk

menentukan apa kebutuhan pelatihan ada sehingga pelatihan apa yang

dapat dikembangkan untuk membuat organisasi mencapai tujuannya.

Pengumpulan data yang dimaksud itu bersumber dari keinginan

peserta. Apa yang di inginkan itulah yang kita terapkan.

Tapi sebelum melaksanakan sebuah program terlebih dahulu

membuat sebuah perencanaan. Agar perencanaan yang dibuat sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Apalagi merumuskan sebuah

Page 68: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

52

perencanaan secara mufakat sangat ideal karena semua stakeholder

dilibatkan agar sesuai dengan kebutuhan nantinya. Oom mengatakan

(30 November 2017) ”Awalnya Planning di konsepkan oleh ketua

KKG kemudian disosialisasikan ke semua pengurus KKG dalam hal ini

beberapa kepala sekolah dan dimusyawarahkan bersama”. Hal ini

senada dengan perkataan Mamat (30 November 2017) yang

menyatakan bahwa ”Musyawarah tentang Perencanaan program KKG

diikuti oleh semua pengurus KKG dan guru-guru yang terlibat. Semua

masukan dan ide dari semua elemen diterima dengan baik.” Bahkan

Islam pun telah mengajarkan untuk melakukan hal tersebut. Allah

berfirman dalam surah Al-Imran:159:

Terjemahannya:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah

lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu

ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila

kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

Nya.

Isi kandungan ayat di atas menjelaskan bahwa kita dianjurkan

untuk mengutamakan bermusyawarah secara mufakat dalam

menyelsaikan semua urusan. Dan apabila telah dicapai suatu

kesepakatan maka semua pihak harus menerima dan bertawakkal

(menyerahkan diri dan segala urusan) kepada Allah. Karena Allah

menyukai orang-orang yang bertawakkal tersebut. Selain itu di negara

kita Indonesia juga telah mengamalkan ayat tersebut bahkan menjadi

prinsip dasar dari pancasila yang termaktub dalam sila keempat.

“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam

permusyawaratan atau perwakilan”, dari sebelum itu islam sudah

mengajarkan tentang itu yang sebagai ajaran dasar Islam. Ajaran tauhid

diatas yag membawa kepada prikemahlukan dan prikemanusian,

selanjutnya juga membawa kepada paham kerakyatan dan

permusyawaratan (Nasution, 1997:221). Karena semua manusia adalah

bersaudara dan derajatnya sama di mata Allah SWT.

Devi (26 Oktober 2017) mengatakan bahwa pelaksanaan

kegiatan KKG dianggap sudah memenuhi kebutuhan peserta. Sebelum

Page 69: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

53

menjadi ketua semua program ini sudah saya rumuskan dan ditawarkan

ke mereka. Alhamdulillah program tersebut diterima seperti materi

tentang mendisplay kelas yang tidak ada pada program wajib bermutu

sehingga kami lah yang harus berinisiasi memberdayakan forum KKG

ini. Bahkan kami juga menerima beberapa program yang ditawarkan

langsung dari peserta sendiri. Kami tidak serta merta memberikan

program ini langsung tanpa ada pertimbangan dari peserta karena

mereka lah yang membutuhkan bukan kami.

Analisis kebutuhan merupakan sebuah proses penting bagi

evaluasi program karena melalui kegiatan ini akan dihasilkan gambaran

yang jelas tentang kesenjangan antara hal atau kondisi yang diinginkan

(Arikunto, 2014:105). Oleh karenannya kita bisa melihat dari respon

peserta untuk memastikan kesenjangannya. Ternyata berdasarkan hasil

CSI (Customer Satisfaction Index) atau Tingkat kepuasan kerja

diketahui bahwa 36 dari 62 orang menyatakan kegiatan KKG ini

sangat berkesan, bermanfaat, menyenangkan, dan menarik bagi peserta.

Maka bisa disimpulkan bahwa sekitar 56% peserta menganggap

kegiatan ini telah berhasil memenuhi kebutuhan guru-guru semua.

Dalam KKG Gugus VI Dukuh, peran pemimpin dalam hal ini

ketua KKG sendiri juga sangat berpengaruh. Devi mengatakan “Saya

ingin membangun kesadaran peserta bahwa wadah KKG ini penting

bagi mereka dalam mengembangkan kompetensinya dan menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Apalagi prinsip

yang dibangun dari KKG ini adalah prinsip demokrasi yaitu dari kita,

oleh kita, dan untuk kita. Peserta yang akan mencari KKG bukan KKG

yang mencari mereka”.

Jadi, dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan

peserta telah terpenuhi. Hal ini diperkuat dengan penyelenggaraan

program kegiatan yang didasari dengan kebutuhan peserta. Ditambah

lagi peran ketua KKG yang sangat berpengaruh terhadap peserta.

Sehingga antusias dan semangat peserta sangat terlihat ketika proses

kegiatan KKG berlangsung bahkan mereka mengungkapkan kegiatan

KKG ini sangat mengesankan dan menyenangkan.

C. Evaluasi Terhadap Input

Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi masukan. Maksud dari

evaluasi masukan menurut Stufflebeam dalam Arikunto (2014:47) adalah

identifikasi kemampuan awal obyek pada pemecahan masalah yang

mendorong diselenggarakannya program yang bersangkutan. Sedangkan

Faridah (2008:2) mengemukakan evaluasi masukan sebagai structuring

decision. Evaluasi ini menolong dalam mengatur keputusan, menentukan

sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan

strategi apa yang dibutuhkan, serta bagaimana prosedur kerja yang

diterapkan.

Page 70: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

54

Maka peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi masukan itu”Bagaimana

proses kita melaksanakannya”? (How should we do it?) yang berarti

mengevaluasi sumber daya dan langkah-langkah atau strategi yang

digunakan untuk mencapai sasaran dan tujuan sebuah program.

1. Program Kegiatan KKG

Pengertian untuk istilah “program” yaitu dapat diartikan sebagai

rencana. Jika seorang siswa ditanya oleh guru , apa programnya

sesudah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah yang diikuti

maka program dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan

kegiatan yang akan dilakukan setelah lulus. Maka evaluasi program

adalah pengumpulan informasi yang sistematis tentang kegiatan,

karakteristik, dan hasil dari program untuk membuat penilaian tentang

program ini, meningkatkan efektivitas program, atau

menginformasikan keputusan tentang pengembangan program di masa

depan (Patton :1997). Dari program tersebut maka lahirlah beberapa

kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan nantinya. Sumedi, dkk

(2009: 225) menjelaskan bahwa kegiatan atau aktivitas KKG meliputi

(1) penyiapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (2) penyiapan

silabus; (3) rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP); (4)

penyusunan program ajar; (5) pengembangan profesi guru; (6)

peningkatan kompetensi guru; (7) pengembangan metode

pembelajaran; (8) pengembangan alat peraga; (9) sosialisasi dan

penerapan lesson study berbasis KKG; (10) sosialisasi dan aplikasi

pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM); serta

(11) mempererat tali silaturahmi di antara guru anggota KKG.

Selaras dengan pernyataan diatas maka Program KKG Gugus VI

Dukuh merumuskan kegiatan KKG yang akan dilakukan dalam

dokumen profil KKG (26 Oktober 2017) , antara lain:

a. Membedah dan merumuskan kurikulum serta perangkat

pembelajarannya.

b. Meningkatkan kemampuan guru dalam merancang menganalisis

materi pembelajaran.

c. Meningkatkan kemampuan guru untuk menguasai teknologi

informasi, model pembelajaran, pembuatan alat peraga dan media

pembelajaran serta kemampuan mengimplementasikannya dalam

pembelajaran.

d. Memahami teknis pengembangan karir melalui karya tulis ilmiah.

KKG merupakan organisasi yang dibentuk di bawah kooordinasi

Gugus, maka dapat dikatakan jika KKG merupakan alat gugus untuk

merealisasikan berbagai programnya yang berkaitan langsung dengan

peningkatan mutu guru-guru yang merupakan salah satu faktor kunci

peningkatan mutu pendidikan di lingkungan Gugus VI Dukuh. Semua

Page 71: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

55

program kegiatan mempunyai harapan akan hasil yang dicapai sebagai

indikator keberhasilan (Wartoni, 2013:94).

Adapun kegiatan yang telah dirancang tertuang pada matrix

program kegiatan KKG Gugus VI Dukuh pada tahun ajaran 2016-2017

berikut ini:

Tabel 4.2 Matriks Program Kegiatan Periode 2016-2017

(Sumber: Profil Gugus dan KKG, 2017)

No Uraian Kegiatan

Rencana Realisasi

2016 2017

Juli Agst Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1. MusyawarahProgram M-4

2. Sosialisasi Program M-3

3. Kerja Kelompok Tim

Penyusun Soal UTS

M-4

4. Pelatihan keterampilan

4 cara membaca

M-4 M-1

5. Pelatihan desain PPT

Sebagai media belajar

M-3 M-2

6. Reflikasi & Diseminasi

Program Bermutu 2017

M-3 M-4

M-1 M-2

M-3

M-4

M-1

7. Penyusunan Laporan

Reflikasi & Diseminasi

Program Bermutu 2017

8. Refleksi dan Evaluasi

Program

KKG TA 2016-2017

Pada program yang diatas masih terbilang kurang efektif

dikarenakan kegiatan yang ditawarkan belum cukup variatif. Oleh

karenannya Devi sebagai ketua KKG ketika status jabatannya masih

menjadi pengurus mengatakan kepengurusan di periode ini sangat

vakum. Peserta yang hadir pun selama kegiatan tidak pernah lebih dari

50%. Kemudian di periode selanjutnya akhirnya dia terpilih menjadi

ketua KKG. Setelah dimusyawarahkan oleh beberapa pengurus KKG

dan mempertimbangkan permintaan peserta maka lahirlah beberapa

sebuah program kegiatan KKG periode 2017-2018 pada dokumen

diskusi program kegiatan KKG (11 November 2017) yang telah

disetujui oleh ketua Gugus VI Dukuh yang program kegiatannya antara

lain:

Page 72: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

56

Page 73: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

57

Tabel 4.3 Matriks Program Kegiatan Periode 2017-2018

(Sumber: Diskusi Program Kegiatan KKG, 2017)

No

. Kegiatan

Bulan

Jul Ag Se Ok No De Ja Fe Ma Ap Me Ju

1. Workshop

Optimalisasi Display Kelas

26 11

2. Lomba

Pemanfaatan

Display Kelas

30

13

3. Workshop Merancang

Media

Pembelajaran

31 15

4. Lomba Pemanfaatan

Media

Pembelajaran

28

5. Penyusunan Naskah Soal

Ujian

UT

S

Ge

nap

6. Kegiatan PKB

2017

7. KKG Bermutu

2018

8. Penyusunan Program KKG

2018-2019

9. Workshop

Penghitungan Angka Kredit

Ap

ril

10

.

Pelatihan Guru

Olahraga 1 2 6 3 3 7

Dari program-program tiap periode tersebut peneliti menemukan

sebuah perbedaan program yang ditawarkan. Di periode sebelumnya

program yang ditawarkan masih sedikit dan tidak menentu. Walaupun

jumlah keduanya sama namun dari segi variasi programnya lebih

banyak periode sekarang dibanding sebelumnya. Waktu pelaksanaan

pun masih bersifat tentatif karena tidak ditentukan secara pasti tanggal

yang ditetapkan. Sedangkan di periode sekarang beberapa kegiatan

telah fix waktu pelaksanaannya dan itu berdasarkan musyawarah antar

pengurus KKG dengan mempertimbangkan kalender pendidikan

masing-masing sekolah. Dalam Suharsaputra (2016:184) dijelaskan

bahwa pemimpin adalah pembentuk, pengelola, sekaligus juga perusak

Page 74: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

58

budaya. Pemimpin dapat mempengaruhi seluruh anggota organisasi

melalui budaya yang dikembangkannya dalam organisasi. Maka

Peneliti menyimpulkan bahwa kepengurusan di periode sekarang lebih

progres, dinamis, variatif dan efektif. Apalagi penawaran program ini

bukan dari ketua KKG sendiri, tapi di musyawarahkan oleh pengurus

lainnya dan melibatkan juga beberapa peserta sehingga program yang

ditawarkan akan sesuai dengan kebutuhan peserta.

Bahkan ketua KKG sebelumnya juga mengakui keaktifan

kegiatan di periode 2017-2018 ini semakin meningkat dibanding

sebelumnya. Ketua KKG periode sebelumnya dipimpin oleh Oom

Laelasari sedangkan yang sekarang dipimpin oleh Devi Riana Praja.

Oom Laelasari (26 Oktober 2017) mengatakan bahwa ”KKG periode

sekarang sudah jauh lebih baik daripada yang kemarin dilihat dari

kehadiran peserta yang sudah lebih dari 50% dan keakftifan mereka

selama kegiatan”. Oom Laelasari sekarang sudah menjadi kepala SDN

Dukuh 04 dan diangkat menjadi pengurus gugus VI Dukuh.

Menurut Arikunto (2014:4) sebuah program bukan hanya

kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat,

tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena

melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu program kerja kegiatan

KKG Gugus VI Dukuh ini dirumuskan secara mufakat. Tidak serta

merta dirumuskan oleh ketua KKG sendiri tapi sifatnya partisipatif

yaitu bersama dengan pengurus KKG yang lain. Oom mengatakan (30

November 2017) bahwa “Kami punya program kerja kegiatan KKG ini

yang disepakati bersama. Bukan hanya seorang ketua KKG saja yang

buat schedule langsung disepakati tapi anggota juga dilibatkan, pak”.

Ini berarti program kerja KKG itu dirumuskan oleh ketua KKG

beserta anggota-anggotanya. Kemudian program kerja ini diajukan ke

Ketua Gugus VI Dukuh. Tugas ketua Gugus merevisi program kerja

gugus yang ditawarkan tersebut dengan pengurus gugus yang lain

dalam hal ini yang terdiri dari 6 kepala sekolah dan 1 dari pengawas

dan 1 dari kepala UPTD setempat.

2. Sumber Daya

a. Pengurus Gugus

Gugus Sekolah adalah sekumpulan sekolah yang relatif saling

berdekatan yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik tertentu

ysng reltif sama. Keberadaan sekelompok tersebut ditandai dengan

adanya sekolah inti dan sekolah imbas. Sekolah inti adalah sekolah

yang relatif memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan sekolah

lainnya dalam kelompok tersebut. Sedangkan sekolah imbas adalah

sekolah yang menjadi anggota gugus yang menjadi objek penularan

kemampuan atau kelebihan dari apa yang dilakukan sekolah inti

Page 75: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

59

(Rachmat, 2012:7). Sekolah inti pada Gugus VI Dukuh ini adalah SDN

Dukuh 01.

Devi (27 Oktober 2017) mengungkapkan“Dari segi fasilitas

sekolah ini masih sangat memadai dari sekolah-sekolah lainnya dan

juga dilihat dari segi aksesbilitasnya sekolah ini yang paling mudah

diakses guru-guru ketika kegiatan mengingat lokasinya tidak begitu

jauh dari sekolah-sekolah sekitarnya.“

Berikut beberapa Pengurus Gugus VI Dukuh Kecamatan

Cibungbulang Kabupaten Bogor:

Tabel 4.4 : Struktur Organisasi Pengurus Gugus VI Dukuh

Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor

(Sumber: Profil Gugus VI Dukuh, 2017)

No Jabatan Nama Keterangan

1 Pembina

Administrasi

Drs. Ceceng

Setiawan, MM

Kepala UPTP

XVI Kec.

Cibungbulang

2 Pembina Teknis Agus Sutisna,

S.Pd, MM

Pengawas

Pembina TK/SD

3 Ketua Mamat Turahmat,

S.Pd

Kepala SDN

Dukuh 01

4 Sekretaris Dra. Rahma, MM Kepala SDN

Dukuh 03

5 Bendahara Apong Rokaya,

S.Pd.SD

Kepala SDN

Dukuh 05

6 Anggota 1. Siti Yoyoh,

S.Pd

Kepala SDN

Dukuh 02

2. Oom

Laelasari,

S.Pd

Kepala SDN

Dukuh 04

3. Suherman Kepala SDN

Cijujung 05

Sumber daya manusia sebagai penggerak operasional pada

organisasi yang mana fungsi manusia yang bekerja secara individu atau

kelompok dengan arahan pimpinan untuk mencapai tujuan-tujuan

perusahaan itu harus di gambarkan dari sebuah struktur. Ivancevich

(2007:235) mengatakan: “Struktur organisasi merupakan rancangan dari pemimpin

organisasi sehingga mampu menentukan harapan-harapan

mengenai apa yang akan dilakukan individu-individu dan

Page 76: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

60

kelompok-kelompok tersebut dalam mencapai tujuan-tujuan

organisasi”.

Oleh karena itu, struktur organisasi di desain dengan baik untuk

sebuah organisasi yang efektif yang mana dengan adanya sumber daya

manusia dalam organisasi dapat di implementasikan sesuai sistem kerja

organisasi untuk tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Maka dari

itu dengan adanya struktur organisasi dapat mengetahui gambaran

tanggung jawab pengurus. Berikut uraian tugas dan tanggung jawab

dari tiap masing-masing pengurus gugus VI Dukuh: 1) Ketua Gugus

a) Menyusun program kerja/ kegiatan gugus bersama sama

dengan pengurus

b) Menentukan kebijakan programa kegiatan khusus

c) Membagi tugas kepengurusan gugus

d) Melaksanakan kegiatan kedinasan yang berkaitan dengan

gugus

e) Mengkomunikasikan program gugus kepada sekolah-

sekolah atau anggota gugus

2) Sekretaris

a) Mendokumentasikan keputusan-keputusan rapat

b) Membuat dan mendokumentasikan surat-surat keluar

maupun surat masuk

c) Menginformasikan kegiatan-kegiatan gugus

3) Bendahara

a) Bersama sama pengurus gugus membuat rencana

pembiayaan kegiatan

b) Petugas penyimpan dana kegiatan

c) Melakukan pencatatan alur keluar masuknya keuangan.

Bersama sama dengan ketua membuat laporan

pertanggungjawaban keuangan.

b. Pengurus KKG

Kegiatan yang dikembangkan di gugus sekolah diwadahi salah

satunya oleh kelompok kerja guru (KKG). Pada Rambu-rambu

pengembangan kegiatan KKG dan MGMP (2009: 13) dijelaskan bahwa

organisasi pada KKG terdiri atas pengurus dan anggota. Pengurus

merupakan orang-orang yang berfungsi menjalankan kegiatan KKG

seperti membuat rencana kegiatan, penyiapan sarana, dan menyiapkan

fungsi administrasi. Menurut Donald (2001:17) Semua Stakeholders

harus dilibatkan dalam proses pengembangan, pengumpulan data, dan

analisis yang pasti dalam sebuah program. Dan pastikan bahwa

Stakeholders memiliki kesempatan untuk memberi masukan dan saran

dalam kemajuan sebuah program. Karena mereka lah yang cenderung

Page 77: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

61

mendukung adanya evaluasi dan bertindak cepat terhadap kemajuan

sebuah organisasi.

Pengurus KKG terdiri dari satu orang pembina teknis, satu orang

ketua, satu orang sekretaris, satu orang bendahara, dan dua orang tutor

inti/pemandu. Bidang-bidang yang terdapat dalam kepengurusan ini

meliputi (1) bidang perencanaan dan pelaksanaan program; (2) bidang

pengembangan organisasi, administrasi, sarana prasarana; (3) bidang

hubungan masyarakat dan kerjasama. Berikut Draft nama-nama

pengurus KKG dalam dokumen struktur organisasi KKG (10

November 2017):

Tabel 4.5 Draft Nama-nama Pengurus KKG

(Sumber: Struktur Organisasi KKG, 2017)

No Jabatan Nama Keterangan

1 Penanggung

Jawab

Mamat Turahmat, S.Pd Ketua Gugus

2 Pembina Teknis Agus Sutisna,S.Pd.,MM Pengawas

Pembina TK/SD

3 Ketua Devi Riana Praja SDN Dukuh 01

4 Sekretaris Selly Risyana, S.Pd.SD SDN Dukuh 02

5 Bendahara Badriah Sintawati SDN Dukuh 04

6 Pemandu 1. Neng Lilis, S.Pd SDN Dukuh 01

7 Pemandu 2. Mia Gustiyanti SDN Cijujung04

Berikut beberapa fungsi peran dari pengurus KKG:

Ketua KKG:

1. Menyusun program kerja/ kegiatan gugus bersama sama dengan

pengurus

2. Menentukan kebijakan program kegiatan gugus

3. Membagi tugas kepengurusan gugus Melaksanakan kegiatan kedinasan

yang berkaitan dengan gugus

4. Mengomunikasikan program gugus kepada sekolah-sekolah atau

anggota gugus

Sekretaris:

1. Mendokumentasikan keputusan-keputusan rapat

2. Membuat dan mendokumentasikan surat-surat keluar maupun surat-

surat masuk

3. Menginformasikan kegiatan-kegiatan gugus

4. Bersama dengan ketua gugus mengagendakan kegiatan gugus

Page 78: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

62

Hal menarik yang peneliti dapatkan dalam dinamika

kepengurusan KKG Gugus VI Dukuh ini adalah keharmonisan dan

solidaritas antar semua pengurus KKG dengan pengurus Gugus. Hal ini

dibuktikan dengan kehadiran semua pengurus gugus dan KKG setiap

pertemuan. Apalagi semua pengurus gugus adalah seorang kepala

sekolah. Mereka sangat setia mendampingi membimbing, dan

memantau para guru-gurunya. Suherman (24 Oktober 2017)

mengatakan:

“Kami kan seorang kepala sekolah yang sudah mengutus mereka jadi

tidak adil kalau kami tidak mendampingi mereka, kan kalau ada kami

disini juga mereka termotivasi aktif kegiatan disini”.

Kelancaran kegiatan ini juga berkat sumbangsih kepala sekolah

secara materi. Solidaritas mereka tunjukkan dengan saling membantu

dalam hal pendanaan. Mereka rela menyisihkan uang pribadi demi

kelancaran kegiatan KKG ini. Peneliti tidak tahu pasti rincian dana

yang mereka sisihkan dari kantong pribadi mereka. Yoyoh dan Siti

Rahma mengatakan (24 Oktober 2017):

“Kepala sekolah disini saling membantu, menjalin kerja sama satu

sama lain. Jadi KKG ini tidak pernah terhambat karena dana. Kompak

kan,kami?”

Padahal seorang kepala sekolah mungkin memiliki banyak tugas

dan laporan yang menumpuk tapi masih menyempatkan hadir pada

kegiatan ini. Keharmonisan yang terjadi tidak lepas dari peran seorang

ketua KKG. Dia selalu memotivasi dan memberikan arahan yang

membuat para pengurus taat dan kagum dengannya. Padahal secara

umur, dia masih junior dari para kepala sekolah tersebut. Tapi inilah

yang disebut dengan profesional dalam bekerja. Karena ketika tidak

menempatkan posisi kita pada tempatnya maka inilah yang akan

menjadi cikal bakal kehancuran sebuah organisasi. Dalam Khoriyah

(2017) Gus Dur pernah mengatakan bahwa"Bagaimanapun seorang

pemimpin yang dipilih oleh rakyat itu haruslah dihormati. Bahkan

ketika dianggap salah pun tetap harus dihormati sebagai seorang

pemimpin rakyat.” Maka bentuk keprosifesionalan dalam bekerja itu

sangat dianjurkan.

c. Peserta KKG

Peran pengurus KKG tidak bisa terlihat jika tanpa keterlibatan

peserta atau guru-guru. Keterlibatan guru-guru menjadi faktor

terpenting dalam kesuksesan kegiatan ini. Karena tanpa peserta, KKG

pun akan vakum. Hubungan ini harus saling terkait bagaikan rantai

yang tersambung satu sama lain. Satu mata rantai tidak ada atau tidak

terpenuhi maka kegiatan ini tidak dapat berjalan. Sama halnya dalam

Page 79: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

63

konteks pembelajaran, disana ada yang namanya komponen-komponen

pembelajaran yang salah satunya harus ada peserta/siswa. Peserta

memiliki kemampuan awal yang harus di identifikasi baik dari segi

pengetahuan, sikap, bahkan keterampilan pada saat memulai proses

kegiatan demi mencapai sebuah tujuan program ( Suparman, 2014:41).

Guru yang profesional harus memilki latar belakang pendidikan

yang minimun Strata 1 (S1). Hal ini sudah dijelaskan dalam Undang-

Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada bab

IV pasal 10 dan pasal 11 yang salah satu persyaratannya adalah

memiliki kualifikasi akademik minimum S1/D4. Dan kualifikasi guru-

guru yang berada di gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor ini rata-rata telah memenuhi kriteria diatas. Berikut

data kualifikasi akademik anggota guru-guru di Gugus VI Dukuh:

Tabel 4.6: Kualifikasi Akademik Tenaga Pendidik KKG

(Sumber: Profil Gugus KKG VI Dukuh , 2017)

Nama Sekolah Tingkat Pendidikan

SLTP SLTA D1 D2 D3 S1 S2

SDN DUkuh 01 - 3 - - - 10 -

SDN Dukuh 02 - - - - - 7 -

SDN Dukuh 03 - 2 - - - 7 1

SDN Dukuh 04 - 1 - 2 - 7 -

SDN Dukuh 05 - 1 - - - 10 -

SDN Cijujung 04 - 3 - - - 8 -

Jumlah 10 - 2 - 49 1

Total 62 Orang

Nama Sekolah Tingkat Pendidikan

PNS Tenaga Honorer

SDN Dukuh 01 6 7

SDN Dukuh 02 4 3

SDN Dukuh 03 4 6

SDN Dukuh 04 7 3

SDN Dukuh 05 7 4

SDN Cijujung 04 4 7

JUMLAH 32 30

Page 80: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

64

d. Sarana dan Prasarana

Tempat dan fasilitas yang digunakan haruslah memadai dan dapat

mendukung aktivitas belajar. Kondisi kebersihan, penerangan, sirkulasi

udara di dalam ruangan pelatihan baik secara langsung maupun tidak

langsung ikut berpengaruh terhadap efektifitas sebuah program

pelatihan (Pribadi, 2014:12). Hal yang ikut mendukung terlaksanannya

sebuah program adalah adanya sebuah sebuah sarana dan prasarana

yang memadai. Menurut Permendiknas No. 24 tahun 2007 sarana

adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah,

sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi

sekolah/madrasah. Sarana pendidikan antara lain gedung, ruang kelas,

meja, kursi, serta alat-alat media pembelajaran. Sedangkan yang

termasuk prasarana antara lain seperti halaman, taman, lapangan, jalan

menuju sekolah dan lain-lain.

Dalam pengembangan standar sarana dan prasarana KKG

sekurang kurangnya memiliki (Depdiknas, 2008:9):

1. Ruang/Gedung untuk kegiatan KKG/MGMP

2. Komputer

3. Media Pembelajaran

4. OHP/LCD Proyektor

5. Telepon/Faximile

Dari standar sarana prasarana diatas KKG Gugus VI Dukuh ini

sudah mencapai standar tersebut. Orang yang menjadi penanggung

jawab akan hal ini adalah seorang pengurus dari sebuah organisasi.

Makanya inisiasi dari seorang pengurus dalam memberikan

kenyamanan terhadap peserta salah satunya adalah fasilitas yang

memadai. Pengurus KKG Gugus VI Dukuh ini telah berusaha

semaksimal mungkin dalam menyelenggarakan kegiatan ini. Ruangan

yang digunakan adalah ruangan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) itu

sendiri. Karena ruang kelasnya sempit maka ruangannya diperluas

dengan cara dibuka sekat yang membatasi kelas sebelah. Kemudian

dari segi perlengkapan, semua peserta diwajibkan untuk membawa alat

tulis kecuali perlengkapan display, absensi, dan ATK.

e. Tutor/Pemandu

Berdasarkan hasil musyawarah dari pengurus Gugus dengan

KKG maka dibentuklah beberapa guru pemandu atau narasumber yang

akan mengisi pelatihan dengan berbagai pertimbangan. Dan ada juga

orang yang memberikan pengarahan dan stimulus diawal pelatihan

yang disebut dengan Tutor Inti. Menurut Rahmat (2012:52) Guru

pemandu adalah guru dengan spesifikasi tertentu yang mempunyai latar

belakang dan minat terhadap mata pelajaran tertentu dan berusaha

mengembangkan dan meningkatkan kemampuan profesionalnnya.

Sementara itu, tutor inti adalah guru yang menguasai mata pelajaran,

Page 81: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

65

termasuk metode, pengembangan kemampuan profesional guru, bisa

memberi layanan/bantuan profesional dan mampu memberdayakan

PKG/PSBG (Rahmat,2012:52).

Berdasarkan hasil observasi (11 November 2017), berikut

beberapa guru pemandu yang ditunjuk mengisi pelatihan di program

bermutu dan workshop optimalisasi display kelas:

Tabel 4.7 Nama-nama Pemandu pada Kegiatan Bermutu dan

Workshop

(Sumber: Laporan Kegiataan Bermutu 2017)

No Materi Fasilitator Narasumber

1 Perubahan Penilaian

Hasil Belajar

Devi Riana Praja Neng Lilis

2 Penyusunan Instrumen

Hasil Belajar

Devi Riana Praja Neng Lilis

3 Penyusunan Instrumen

Hasil Belajar

Neng Lilis Devi Riana Praja

4 Pengembangan Karir

Guru melalui KTI

(PTK)

Entin Karitini Najib Najmuddin

5 TARSANA Tim Tarsana Tim Tarsana

6 Workshop

Optimalisasi

Display Kelas (Sesi I)

Devi Riana Praja Nurul Maftuhah &

Dicky Faturochman

7 Workshop

Optimalisasi Display

Kelas (Sesi II)

Devi Riana Praja Dede Priatna

Kusuma &

Nurul Khobariyah

f. Materi

Inilah salah satu aspek yang paling terpenting juga dalam sebuah

pelatihan pengembangan guru-guru. Tanpa materi maka tujuan sebuah

program tidak tercapai karena ukuran ketercapaian program dilihat dari

muatan materi yang disampaikan. Menurut Kaswan (2016:111) ada

beberapa hal yang harus diperhatikan untuk membuat struktur bahan

atau materi pelatihan agar menjadi bermakna. Pertama, memberi

peserta pelatihan uraian yang menyeluruh materi yang akan

dipresentasikan selama pelatihan. Kedua, menyajikan bahan-bahan

tersebut dengan menggunakan contoh-contoh dan istilah serta konsep

yang tidak asing bagi peserta untuk memperjelas dan menguatkan butir

pelajaran. Ketiga, mengajarkan keterampilan sederhana sebelum yang

kompleks. Berikut kumpulan materi yang tercantum pada laporan

kegiatan Bermutu 2017:

Page 82: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

66

Tabel 4.8 Materi pada Kegiatan Bermutu 2017

(Sumber: Laporan Kegiataan Bermutu 2017)

No Materi Muatan

1 Perubahan Penilaian Hasil

Belajar

1. Penilaian harian (PH)

2. Penilaian Akhir Semester (PTS)

3. Penilaian Akhir Semester (PAS)

4. Penilaian Akhir Tahun (PAT)

5. Ujian Sekolah (US)

6. Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM)

2 Penyusunan Instrumen

Belajar

1. Program Tahunan (Prota)

2. Program Semeter (Promes)

3. Program Pemetaan KD/Silabus

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

5. High Order Thinking (HOT)

3 Pengembangan Karir

Guru

Melalui KTI

1. Pembahasan tentang Penelitian

Tindakan Kelas

2. Sistematika Penulisan PTK

4 TARSANA

(Tartil, Sari, dan Nagham)

1. Membaca Al-qur’an sesuai Tajwid

2. Cepat Mempelajari Al-qur’an

3. Lagu dalam Al-Qur’an

5 Workshop Optimalisasi

Display Kelas

1. Jenis Display

2. Fungsi Display

3. Kriteria Display

6 Penyusunan Naskah Soal

Pembelajaran

Praktek Pembuatan Soal Kelas 1-6

g. Pembiayaan

Organisasi dan kegiatan KKG merupakan kegiatan mandiri

dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan

tugas profesinya dengan pembiayaan bersifat mandiri. Pembiayaan

merupakan salah satu komponen penting untuk terlaksananya program

KKG sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, upaya

mengumpulkan dana dari berbagai sumber sudah semestinya dilakukan

KKG. Beberapa sumber dana yang mungkin dapat dimanfaatkan antara

lain: iuran anggota, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), APBN,

APBD, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan, UPTD Dinas Pendidikan

Kabupaten (di Kecamatan), Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota/Provinsi, LPMP, P4TK, Direktorat terkait, donatur

yang tidak mengikat, unit produksi, hasil kerjasama, masyarakat, atau

Page 83: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

67

sponsor yang sah dan tidak mengikat. Dana yang diperoleh KKG dapat

dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan rutin maupun pengembangan

melalui mekanisme penggunaan sesuai ketentuan. Semua dana yang

telah dan masih dimiliki KKG harus dipertanggungjawabkan kepada

seluruh anggota melalui pelaporan kegiatan/keuangan yang

disampaikan dalam rapat yang dihadiri anggota KKG.

Mekanisme yang harus dilakukan untuk pembiayaan

operasional KKG adalah rapat koordinasi antara pengurus KKG.

Setelah alokasi penggunaan dana disusun dengan tepat guna,

berikutnya alokasi tersebut disampaikan penanggungjawab program

kepada anggota KKG untuk mendapat persetujuan Ketua KKG.

Apabila Ketua KKG belum menyetujuinya, maka penanggungjawab

program harus merevisi alokasi dana yang diajukan sesuai saran Ketua.

Setelah direvisi, penanggungjawab program menyampaikan kembali

usulan kepada ketua KKG. Persetujuan ketua KKG menjadi kunci

untuk langkah pengajuan dana berikutnya kepada penyandang dana.

Apabila penyandang dana mengharapkan adanya perbaikan, maka

penanggungjawab program harus merevisi sesuai saran penyandang

dana. Apabila penyandang dana sudah setuju, maka penanggungjawab

program tinggal menunggu pencairan dana serta mekanisme

penggunaan dan pertanggungjawaban penggunaan dana. Setelah dana

cair, penanggungjawab program harus menggunakan dana sesuai

dengan butir-butir alokasi dana yang telah disepakati. Pada akhir

kegiatan penanggungjawab program harus membuat laporan

penggunaan dana sesuai ketentuan dan disertakan dengan laporan

pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan yang telah ditandatangani

Ketua KKG.

Berdasarkan kondisi di lapangan pada organisasi KKGdi Gugus

VI Dukuh kecamatan Cibungbulang, sumber dananya hanya berasal

dari kas gugus yang merupakan iuran rutin setiap sekolah se-gugus

yang dikumpulkan pertriwulan. Kemudian pengeluaran biayanya

dijabarkan di Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Gugus

(RAPBG).

Dilihat dari Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Gugus

(RAPBG) dibuat untuk mendukung pelaksanaan program kerja gugus.

Sumber keuangan yang diperoleh sangat terbatas karena hanya berasal

dari iuran anggota gugus saja. Dengan dana terbatas tersebut maka

dipergunakan sejalan dengan program kerja sehingga keberadaannya

dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka. Dana pemasukan yang

begitu minim dibandingkan dengan rencana program yang sudah

disusun, maka pemanfaatan dananya disusun se-efektif mungkin.

Tetapi hal ini tidak menjadi kendala kegiatan KKG tetap berlangsung.

Pengeluaran dana di organisasi KKG Gugus VI Dukuh kecamatan

Cibungbulang digunakan untuk pelaksanaan beberapa

Page 84: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

68

program/kegiatan diantaranya adalah: (1) Workshop Optimalisasi

Display Kelas Sesi 1, (2) Workshop Optimalisasi Display Kelas Sesi 2,

(3) Lomba Pemanfaatan Display kelas (4) Lomba Pemanfaatan Display

kelas 2, (5) Workshop Merancang Media Pembelajaran, (6) Workshop

Merancang Media Pembelajaran 2, (7) Lomba Pemanfaatan Media

Pembelajaran, (8) Penyusunan Naskah Soal UTS Genap, (9) Workshop

Penghitungan Angka Kredit, dan (10) Pelatihan Guru Olahraga. Dari

beberapa program/ kegiatan tersebut terlihat bahwa penggunaan dana

kas gugus sudah dimanfaatkan sefektif mungkin demi peningkatan

kualitas guru di organisasi KKG tersebut. Pengukuran keefektifan

anggaran dilihat dari kajian teori dan dengan teori yang dikemukaan

para ahli. Menurut Fatah (2009:49) menyatakan bahwa : “Anggaran

dapat pula dijadikan alat untuk mempengaruhi dan memotivasi

pimpinan atau manajer dan karyawan untuk bertindak efisien dalam

mencapai sasaran-sasaran lembaga.” Menurut Pidarta (2009:253)

menyatakan, bahwa: “Efisien dalam penggunaan dana pendidikan

adalah penggunaan dana yang harganya sesuai atau lebih kecil daripada

produksi dan layanan pendidikan yang telah direncanakan.” Dengan

demikian sumber daya pendukung dalam perencanaan harus dikaji

secermat mungkin karena kesuksesan perencanaan sangat ditentukan

oleh sumber daya yang tersedia. Besarnya sumber daya pendukung

akan mempengaruhi besarnya kegiatan perencanaan. Begitu pula dalam

menyalurkan biaya pendidikan diperlukan dukungan sumber daya yang

memadai agar kegiatannya dapat berjalan sebagaimana yang

diharapkan.

Berikut Prosedur operasional pembiayaan Organisasi KKG di

Gugus VI Dukuh kecamatan Cibungbulang, dijabarkan dalam bentuk

pengusulan, penggunaan, dan pertanggungjawaban dana seperti pada

Tabel 1, Tabel 2 berikut ini.

Tabel 4.9 Penggunaan Dana KKG dan MGMP

No Kegiatan Pelaksana Uraian Kegiatan

1 Persiapan Pengurus dan

Penanggung

jawab Program

Melakukan rapat koordinasi dan persiapan

awal.

2 Pelaksanaan

program

yang

disepakati

Pengurus dan

Anggota

Pemilihan program yang akan

dilaksanakan. Paparan program yang akan

dilaksanakan. Menunjuk tim khusus

pelaksana program.

3 Verifikasi

penggunaan

dana

Penanggung

jawab Program

Verifikasi jenis penggunaan dana untuk

mendanai pelaksanaan program sesuai

proposal/rambu-rambu. Menyepakati

alokasi penggunaan dana.

Page 85: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

69

No Kegiatan Pelaksana Uraian Kegiatan

4 Rapat

penggunaan

dana

Pengurus dan

Anggota

Pengecekan jenis dan besar dana yang

akan digunakan sesuai proposal/rambu-

rambu program dimaksud .

Menyepakati rencana penggunaan dana

atau merekomendasikan untuk direvisi.

5 Penyampaian

ke bendahara

untuk dicek

Bendahara

KKG atau

MGMP

Pengecekan jenis dan besar dana yang

akan digunakan sesuai proposal/ rambu-

rambu program dimaksud.

6 Pengambilan

keputusan

Ketua dan

Bendahara

KKG atau

MGMP

Bila rencana penggunaan dana disetujui

ketua dan bendahara, maka rencana

penggunaan dana tersebut dapat

ditindaklanjuti untuk direalisasikan.

Bila laporan penggunaan dana tidak

disetujui ketua dan bendahara, maka

rencana penggunaan dana tersebut direvisi

sesuai rekomendasi.

7 Revisi Penanggung

jawab Program

Tim khusus melakukan revisi rencana

penggunaan dana sesuai rekomendasi.

Penyampaian ulang laporan penggunaan

dana ke bendahara.

8 Pencairan Bendahara

KKG atau

MGMP

Mencairkan dana. Contoh penggunaan

dana terdapat pada Lampiran .

Tabel 4.10 Pertanggungjawaban Dana KKG dan MGMP

No Kegiatan Pelaksana Uraian Kegiatan

1 Penyusunan

laporan dana

Pengurus dan

Penanggung

jawab Program

Pengurus menunjuk Penanggungjawab

Program.

Pengurus menjelaskan tugas

Penanggungjawab Program .

Penanggungjawab Program menyusun

laporan penggunaan dana dan

melampirkan bukti penggunaannya.

Format laporan penggunaan dana

terdapat pada Lampiran.

2 Pembahasan Pengurus dan

Anggota

Verifikasi butir penggunaan dana dalam

laporan. Pengecekan semua bukti

penggunaan dana sesuai jenis

penggunaannya.

Menyepakati atau merekomendasikan

penyempurnaan laporan penggunaan

dana.

Page 86: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

70

No Kegiatan Pelaksana Uraian Kegiatan

3 Penyempurn

aan

Penanggung

jawab Program

Melakukan penyempurnaan laporan

penggunaan dana sesuai dengan masukan

dalam pembahasan.

Setelah sempurna disampaikan ke

penyandang dana.

4 Pelaporan ke

penyandang

dana

Penyandang

dana

Verifikasi jenis penggunaan dana dalam

laporan.

Pengecekan semua bukti penggunaan

dana sesuai butir penggunaannya.

Menyepakati laporan penggunaan dana

atau merekomendasikan laporan untuk

direvisi.

5 Pengambilan

keputusan

Penyandang

dana

Bila laporan penggunaan dana disetujui

penyandang dana, maka laporan tersebut

selesai. Bila laporan penggunaan dana

tidak disetujui penyandang dana, maka

laporan tersebut direvisi sesuai

rekomendasi.

6 Finalisasi

Laporan

Penanggung

jawab Program

Penanggungjawab Program melakukan

revisi laporan penggunaan dana sesuai

rekomendasi. Penyampaian ulang laporan

penggunaan dana ke penyandang dana.

D. Evaluasi Terhadap Process

Menurut Arikunto (2014:47) evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk

pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa (who) orang

yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, “kapan” (when) kegiatan akan

selesai. Dalam model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan

yang dilaksankan di dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana.

Evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan keputusan. Sampai sejauh

mana rencana telah diterapkan?apa yang harus direvisi?begitu pertanyaan belum

terjawab, prosedur dapat dimonitor , dikontrol, dan diperbaiki.

1. Jadwal Kegiatan

a. Tempat

Seluruh Kegiatan KKG hampir semua dilaksanakan di sekolah inti

yaitu SDN Dukuh 01 dan selebihnya di SDN Dukuh 05 dan ada juga yang

dilaksanakan di UPTD (Penyusunan Naskah Soal Pembelajaran). Hal ini

dilakukan agar kegiatan KKG tidak monoton dan mencegah rasa bosan

yang timbul dari peserta, kata ketua KKG. Alasan lain juga karena akses ke

SDN Dukuh 01 dan Dukuh 05 mudah dijangkau oleh peserta karena

lokasinya yang cukup berdekatan dengan sekolah lainnya.

Page 87: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

71

b. Waktu

Pelaksanaan program di tahun 2017 yang terealisasi ada 4 kegiatan

yang terdiri dari program bermutu, workshop display kelas, lomba

pemanfaatan display kelas, dan penyusunan naskah soal pembelajaran.

Berikut waktu pelaksanaan kegiatannya:

Tabel 4.11 Jadwal Kegiatan Bermutu 2017

(Sumber: Laporan Kegiatan Bermutu 2017)

Hari/Tanggal Materi Program Waktu

Rabu/22-03-2017 Perubahan Penilaian

Hasil Belajar (Sesi 1)

Bermutu 10.00

s.d

16.00

Sabtu/25-03-2017 Perubahan Penilaian

Hasil Belajar (Sesi 2)

Bermutu 10.00

s.d

16.00

Rabu/29-03-2017 Penyusunan Instrumen

Hasil Belajar (1)

Bermutu 10.00

s.d

16.00 Sabtu/01-04-2017 Penyusunan Instrumen

Hasil Belajar (2)

Bermutu 10.00

s.d

16.00

Rabu/05-04-2017 Penyusunan Instrumen

Hasil Belajar (3)

Bermutu 10.00

s.d

16.00

Sabtu/08-04-2017 Penyusunan Instrumen

Hasil Belajar (4)

Bermutu 10.00

s.d

16.00

Rabu/12-04-2017 Pembinaan Karir Guru

Melalui KTI (1)

Bermutu 10.00

s.d

16.00

Sabtu/15-04-2017 Pembinaan Karir Guru

Melalui KTI (2)

Bermutu 10.00

s.d

16.00

Rabu/19-04-2017 Pembinaan Karir Guru

Melalui KTI (3)

Bermutu 10.00

s.d

16.00

Sabtu/22-04-2017 Pembinaan Karir Guru

Melalui KTI (4)

Bermutu 10.00

s.d

16.00

Rabu/26-04-2017 Membaca Cepat

Al-Qur’an dengan

Metode Tarsana (1)

Bermutu 10.00

s.d

16.00

Sabtu/29-04-2017 Membaca Cepat

Al-Qur’an dengan

Metode Tarsana (2)

Bermutu 10.00

s.d

16.00

Rabu/03-05-2017 Membaca Cepat

Al-Qur’an dengan

Metode Tarsana (3)

Bermutu 10.00

s.d

16.00

Page 88: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

72

Kamis/26-10-2017 Jenis, Fungsi, dan

Kriteria Display Materi

pembelajaran &

Penghargaan (1)

Workshop

Display

Kelas

09.00

s.d

14.00

Sabtu/11-11-2017 Jenis, Fungsi, dan

Kriteria Display Prestasi &

Emoji (2)

Workshop

Display Kelas

09.00

s.d

14.00

Rabu/29-11-2017 Lomba

Display

Kelas

09.00

s.d

14.00

Kamis/07-12-2017 Penyusunan

Naskah Soal

Ujian

09.00

s.d

13.00

2. Pelaksanaan Kegiatan

a. KKG Bermutu

Dalam rangka mengimplementasikan Undang-undang Nomor 14

tahun 2005 tentang guru dan dosen, Departemen Pendidikan Nasional

melalui Direktorat Jenderal peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan melaksanakan program Better Education Through Reformed

Management and Universal Teacher Upgrading (Bermutu). Program ini

dimulai pada tahun 2008 yang tersebar di 75 kabupaten/kota di 16 provinsi.

Program BERMUTU bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran

sebagai dampak peningkatan komptensi, kualifikasi, dan kinerja guru. Salah

satu komponen strategis program BERMUTU untuk mencapai tujuan

tersebut adalah peningkatan mutu dan profesional guru secara berkelanjutan

(DITJEN PMPTK, 2008:1).

Besarnya jumlah guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik

minimal S1/D4 dan kompetensi menjadi dasar pemikiran untuk

memberdayakan Kelompok Kerja Guru yang mewadahi guru-guru SD.

Paket pembelajaran model BERMUTU telah dikembangkan untuk

dimanfaatkan sebagai perangkat utama dalam proses pendidikan dan

pelatihan terakreditasi bagi guru di KKG termasuk salah satunya KKG yang

ada di Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.

Program BERMUTU ini dilaksanakan kurang lebih selama 3 bulan. Tepat

pada tanggal 22 Maret 2017 dilaksanakan sampai pada tanggal 3 Mei 2017.

Program BERMUTU ini dilaksanakan di Sekolah Inti yaitu SDN Dukuh 01

selama 6x pertemuan mulai pukul 10.00 pagi hingga 14.00 siang dan di

Sekolah Imbas yaitu SDN Dukuh 05 selama 7x pertemuan dengan jam yang

sama. Pematerinya adalah utusan dari gugus tersebut karena mereka

memiliki kompetensi yang lebih dari guru-guru lainnya apalagi selalu

mengikuti BIMTEK yang diadakan dari Dinas Pendidikan. Berikut

rangkaian kegiatan dari program BERMUTU:

Page 89: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

73

Tabel. 4.12 Rangkaian kegiatan bermutu 2017

(Sumber: laporan kegiatan bermutu 2017)

No Kegiatan Durasi

1 Pembukaan (Basmalah, Lagu Indonesia

Raya, dan Tilawah)

30 Menit

2 Kultum 10 Menit

3 Sambutan (Pengawas Pembina) 40 Menit

4 Penyampaian Materi 160 Menit

5 Diskusi (Tanya Jawab) 40 Menit

6 Penutup (Kesimpulan dan Doa) 20 Menit

Kegiatan KKG Bermutu dimulai pada pukul jam 10.00 pagi. Oleh

karenanya para pengurus KKG sudah berada di lokasi sebelum jam tersebut

untuk mempersiapkan semua perlengkapan-perlengkapan yang akan

digunakan baik absensi, proyektor LCD, spidol, model kursi dan meja,

spanduk, konsumsi, dan lain-lain. Para peserta KKG juga sudah harus hadir

di lokasi sebelum kegiatan dimulai.

1) Pembukaan

Diawali dengan pembukaan yaitu kegiatan dibuka dengan membaca

”Basmallah” Bismillahirrahmanirrahim yang dipimpin oleh pembawa acara

yaitu dari fasilitator. Kemudian semua hadirin diharapkan berdiri untuk

menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” sesuai dengan ketukan

Dirigen. Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan tilawah dari salah satu

utusan peserta yang telah ditunjuk berdasarkan gilirannya setiap pertemuan.

2) Kultum

Demi keberkahan kegiatan ini maka sebelum materi disampaikan ada

penyampaian kultum dari utusan pengurus KKG maupun peserta

berdasarkan gilirannya yang telah ditentukan. Kegiatan ini sudah menjadi

tradisi pada KKG setiap pertemuannya agar terciptanya keharmonisan antar

para peserta dan merefleksikan diri bahwa keprofesian mereka adalah

profesi yang mulia yang semata-mata ingin mendapatkan ridho dari Allah

SWT. Kultum yang disampaikan pun berbagai macam, ada yang membahas

tentang orang-orang yang dirindukan syurga, pentingnya niat, hubungan

antara pahala, doa, dan rezeki, indahnya berpuasa, keutamaan amalan sholat

sunnah, dan pilar utama dalam pendidikan anak.

3) Sambutan

Berhubung kegiatan ini baru akan dimulai maka ada sambutan dari

pengawas pembina yaitu dari Pak Agus Sutisna. Sambutan ini diisi dengan

beberapa kalimat motivasi dan harapan beliau “Semoga wadah KKG ini

Page 90: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

74

bisa menjadi tempat untuk peningkatan kualitas diri”,tutur beliau. Beliau

pun yang membuka kegiatan secara resmi.

4) Penyampaian Materi

Setelah itu barulah masuk pada penyampaian materi oleh para

Narasumber. Pada pertemuan I hingga pertemuan VIII materinya

disampaikan oleh ibu Neng Lilis yang membahas tentang perubahan

penilaian hasil belajar, penyusunan instrumen hasil belajar dan pembinaan

karir guru melalui KTI. Berikut rangkuman materi yang disampaikan:

5) Perubahan Penilaian Hasil Belajar

Perubahan penilaian mengacu pada landasan dasar Permendikbud

no.23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan (Permendikbud no

66/2013) dan no 104/2014). Dimana capaian kompetensi yang diharapkan

adalah mampu membuat perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan hasil

belajar. Penilaian hasil belajar dapat diperoleh dari:

a) Penilaian harian (PH) yang sebelumnya disebut sebagai ulangan

harian (UH)

b) Penilaian tengah semester (PTS)yang sebelumnya disebut ulangan

tengah semester (UTS)

c) Penilaian akhir semester (PAS) yang sebelumnya disebut ulangan akhir

semester (UAS)

d) Penilaian akhir tahun (PAT) sebelumnya disebut ulangan kenaikan

kelas (UKK). Kenaikan kelas di lihat dari ketuntasan belajar minimal

(KBM) sekolah yang sebelumnya dikenal dengan istilah KKM.

e) Ujian sekolah (US) merupakan kegiatan yang dilakuka untuk mengukur

capaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar

dan atau penyelesaian dari suatu pendidikan.

Ruang lingkup penilaian terdiri dari tiga bagian, yaitu:

a) sikap/perilaku yang meliputi: observasi, penilaian diri dan penilaian

antar teman.

b) pengetahuan yang meliputi: tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

c) keterampilan yang meliputi: kinerja, proyek, dan portofolio.

d) Penyusunan Instrumen hasil belajar.

Penyusunan instrumen hasil belajar diawali dengan perancangan

program tahunan, program semester, dan pemetaan kompetensi dasar.

program tahunan merupakan proses rencana penetapan alokasi waktu dalam

satu tahun pembelajaran. Sedangkan program semester merupakan rencana

penetapan alokasi waktu pembelajaran dalam waktu pembelajaran satu

semester. Selanjutnya pemetaan kompetensi dasar yang digunakan sebagai

dasar perancangan kegiatan penilaian baik yang bersifat harian, pertema,

maupun persemester. Setelah menyusun prota, promes, pemetaan KD dan

Silabus, materi dilanjutkan membahas penyusunan RPP. RPP merupakan

Page 91: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

75

rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan secara rinci

mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru.

Kemudian penyusunan instrumen hasil belajar selanjutnya adalah

pembuatan soal yang sifatnya HOT. HOT atau High Order Thinking

merupakan proses berfikir yang tidak sekedar merujuk, menyatakan

kembali atau mengingat kembali. Ditjen Dikdasmen (2017:3) mengatakan

bahwa soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan

untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan

berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali

(restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Selanjutnya di

pertemuan terakhir tentang penyusunan instrumen hasil belajar pemateri

melanjutkan dengan memberikan tips dan trik membuat soal HOT, dengan

memberi contoh-contoh soal yang bersifat HOT seperti tentang penggunaan

skenario Real-Word (Kontekstual), contoh soal PISA, penggunaan stimulus

visual, atau pengembangan konsep IPA.

6) Pengembangan Karir Guru Melalui KTI (Karya Tulis Ilmiah)

Dalam pertemuan ini para peserta di diharapkan bisa menghasilkan

sebuah produk penelitian yang menunjukkan mereka sebagai guru yang

profesional salah satunya dengan melakukan PTK minimal di kelas masing-

masing. PTK adalah terjemahan dari “Classroom Action Research”yang

saat ini sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti

Inggris, Amerika, Australia, Canada, bahkan Indonesia. Dalam PTK guru

dapat meneliti sendiri praktek pembelajaran yang ia lakukan di kelas.

Dengan penelitian tindakan kelas, guru dapat melakukan penelitian

terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran.

Kemudian di pertemuan selanjutnya membahas tentang format pembuatan

laporan PTK dan sistematika penulisan PTK.

Kemudian pada pertemuan IX dan X narasumbernya adalah ketua

KKG yaitu Devi yang membahas tentang lanjutan pembinaan karir guru

melalui KTI. Pada pertemuan ini, peserta diajak untuk mengidentifikasi

permasalahan kelas tehadap pembelajaran yang pernah dilakukan. Setelah

itu peserta diajak untuk merefleksi pembelajaran yang dimaksud. Beranjak

pada sesi berikutnya bersama-sama dengan pemateri, peserta menentukan

sebuah judul PTK untuk selanjutnya dibuat menjadi draft penelitian

tindakan kelas yang sederhana. Setelah membuat draft PTK, pemateri

meminta peserta untuk mengembangkan draft tersebut di rumah untuk

selanjutnya dijadikan tugas individu yang akan dikumpulkan pada

pertemuan berikutnya. Dan pada pertemuan terakhir masih seputar materi

ini, ketua KKG meminta rekan-rekan peserta untuk mengumpulkan draft

PTK yang telah dikembangkan dan siap untuk dipersentasikan (Terlampir).

Berdasarkan pelatihan pengembangan karir guru yang dilakukan dalam

bentuk penelitian tindakan kelas (PTK) ini sangat bermanfaat terhadap

keprofesionalan guru. Kusumah (2012:14-15) mengemukakan bahwa

Page 92: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

76

manfaat PTK ini adalah membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran,

meningkatkan profesionalitas guru, meningkatkan rasa percaya diri, dan

aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Maka peneliti

menyimpulkan bahwa manfaat dari PTK ini adalah:

a) Menumbuhkan kebiasaan menulis

Dengan melakukan PTK, guru menjadi terbiasa menulis dan sangat baik

dampaknya terutama bila guru sekolah negeri atau PNS akan naik

pangkat. Begitu pun bagi guru sekolah swasta, PTK sangat penting

untuk meningkatkan apresiasi, dan profesionalisme guru dalam

mengajar. Apalagi dengan adanya program sertifikasi guru dari

pemerintah.

b) Menumbuhkan budaya meneliti

PTK akan menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru yang

merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara

berkesinambungan.

c) Menggali ide baru

Setiap hari guru menghadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu

tidak ada habisnya. Oleh karena itu bila guru tidak dapat menemukan

masalah untuk PTK sungguh ironis.

d) Berpikir analitis ilmiah

Karena terbiasa mencari akar masalah dan mencoba mencari jalan

keluar, maka seorang guru akan terbiasa untuk berpikir analitis dan

ilmiah.

e) Menumbuhkan semangat guru lain

PTK dapat mendorong guru lain untuk mencoba melakukan PTK di

kelas yang diajarnya untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya.

f) Mengembangkan pembelajaran

Dengan PTK, guru dapat mengembangkan keterampilan baru dalam

pembelajaran dan dapat memecahkan masalah secara langsung di ruang

kelas.

g) Meningkatkan mutu sekolah

PTK pada intinya memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Semakin

sering guru menulis PTK maka akan semakin baik kualitas sekolah.

Dari kesimpulan manfaat PTK tersebut maka kegiatan penulisan

PTK sangat dibutuhkan guru-guru dalam meningkatkan pengembangan

profesionalismennya sebagai guru.

7) Tarsana (Tartil, Sari, dan Nagham)

Dan pada pertemuan XI hingga XIII narasumbernya diambil dari luar

pengurus KKG yaitu dari TIM TARSANA Kecamatan Cibungbulang yang

otomatis materinya tentang TARSANA. TARSANA sebenarnya sebuah

akronim yang berarti: TARTIL (membaca Al-qur’an sesuai tajwid), SARI

(Metode cepat mempelajari AL-Qur’an), dan NAGHAM (Lagu dalam Al-

Qur’an). Jadi TARSANA adalah belajar membaca Al-qur’an sesuai dengan

Page 93: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

77

ilmu tajwid dalam waktu yang singkat dan sekaligus menggunakan lagu

dalam Al-Qur’an.

Tarsana diciptakan oleh H. Syamsuddin dari daerah Ngawi Jawa Timur

yang ke depannya akan masuk ke materi muatan lokal. Hal-hal yang perlu

dipersiapkan dalam pembelajaran Tarsana antara lain:

a) Mengajarkan huruf hijaiiyah dengan tepat sesuai tajwidnya

b) Membaca huruf hijaiyyah dengan tepat

c) bersama-sama membaca senandung al-Qur’an

d) mengenal nada untuk pembacaan al-Qur’an

e) membuat pertanyaan yang menyangkut huruf kepada anak supaya tidak

jenuh dan dibuat game

f) Membaca Al-Qur’an dengan metode Tarsana menggunakan buku

Tarsana :

- Halaman pertama belajar tentang harakat fattah (a)

- Halaman ke dua belajar tentang harakat fattah (a)

- Halaman ke tiga belajar tentang harakat kasrah (i)

- Halaman ke empat belajar tentang mad thabi’i (panjang) dan mad.

Kemudian pemateri mengulas pertemuan pertama dan kedua. Dan para

peserta menyimak video yang menggunakan metode Tarsana di daerah jawa.

Karena pertemuannya berbasis best practice maka pemateri mengajarkan

peserta KKG cara membaca Al-Quran dengan metode TARSANA secara

praktek. Dalam PTK Sungidah (2011) menunjukkan hasil prestasi belajar

siswa setelah penerapan metode tarsana meningkat. Prosentase ketuntasan

belajar siswa pada kondisi awal 19,35%, meningkat menjadi 35,48% pada

siklus I dan 64,5% pada siklus II dan 87% pada siklus III. Maka peneliti

menyimpulkan metode Tarsana ini sangat dibutuhkan oleh guru-guru dan

sangat cocok diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar agar

prestasi belajar siswa semakin meningkat khususnya dalam membca Al-

Qur’an.

b. Workshop Optimalisasi Display Kelas

Pelaksanan workhsop display kelas bertujuan melatih guru-guru untuk

dapat mengelola kelas salah satunya dengan mendisplay kelas. Dalam

Khatib (2015:63) display kelas adalah kesan pertama yang ditangkap siswa

terhadap ruang kelas dan gru sangat berperan dalam menentukan dan

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Maka seyogiannya guru-

guru harus memiliki ide-ide kreatif dan memacu para peserta didiknya agar

mereka bisa menjadi lebih kreatif juga. Berikut uraian kegiatannya:

1) Display Kelas Sesi 1

Tujuan dilaksanakannya kegiatan Display kelas yaitu untuk

meningkatkan kesadaran bagi guru-guru bahwa pentingnya mendisplay,

Kemudian dapat memotivasi guru-guru agar lebih kreatif lagi, serta guru-

guru dapat mengembangkan teknik mendisplaynya lebih baik lagi. Maka

Page 94: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

78

materi yang disajikan ada 4 yaitu tentang display peraturan,

pembelajaran, emosi, dan prestasi. Namun pada sesi I fokus pada display

peraturan dan pembelajaran yang dibawakan oleh para aktivis Sekolah

Guru Indonesia. Yaitu guru Guru Nurul Maftuhah sebagai Guru SDN

Udik Dan Guru Dede sebagai Guru SDN Cijujung 01. Kegiatan ini

berlokasi di SDN Dukuh 01 yang mana sekolah menjadi sekolah induk

bagi sekolah lainnya. dilakukan selama 2 jam dari jam 10 sampai jam 12

siang. rangkaian kegiatan terdiri dari pembukaan, penyampaian materi,

dan penutup.

Pembukaan. Acara dibuka dengan membaca basmalah yang

dipimpin oleh Guru Devi Riana Praja sebagai fasilitator kemudian

dilanjutkan dengan ice breaking agar suasana lebih semangat dan meriah

sehingga peserta sudah siap untuk menerima materi nantinya.

Penyampaian Materi (120 Menit). Diawal pemateri langsung

memperkenalkan dirinya secara unik melalui sebuah tebak-tebakan.

kemudian pemateri menampilkan sebuah slide yang terdiri dari beberapa

huruf dan warna. Peserta diminta untuk menyebutkan warna yang ada

pada setiap huruf dengan cepat. Kebanyakan peserta keliru dengan

gambar yang mereka lihat karena mereka fokus pada nama warna bukan

pada warna yang ada pada gambar. Kemudian masuk pada kegiatan Inti.

Pemateri menyampaikan tentang teori otak: Neokorteks, Limbik, dan

Reptil. Kemudian pemateri menjelaskan tentang tahapan mendisplay

melalui nyanyian terdiri dari perencanaan mendisplay, pembuatan

display, hingga pemasangan hasil display. Setelah itu pemateri

menjelaskan teknik mendisplay dengan melihat kesesuaian latar,

pemilihan huruf, model garis tepi, dan penetapan judul. Lalu

menjelaskan tentang fungsi display, sebagai hiasan, informasi, evaluasi,

dan penghargaan.

Penutup. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok dan diperintahkan

membuat display media pembelajaran dan peraturan selama 20 menit

lalu mempresentasikannya . Setelah itu diumumkan display yang

terindah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran akan mendapatkan

reward sederhana dari pemateri. Lalu dilakukanlah evaluasi pemahaman

peserta melalui contoh display dan peserta diharuskan menebak jenis

display yang dimaksud. Kemudian di akhir, pemateri bersama peserta

menyimpulkan materi disusul dengan doa bersama dan ditutup dengan

mengucapkan hamdalah, Wassalam

2) Display Kelas Sesi 2

Kegiatan di sesi II sebenarnya tidak jauh beda dengan kegiatan sesi

I. Perbedaannya hanya terletak pada fokus mater dan pemateri saja. Adapun

fokus materi yang dibahas adalah tentang display emosi dan prestasi yang

dibawakan oleh guru Nurul Khobariyah dan guru Dicky (Aktivis Sekolah

Guru Indonesia).

Page 95: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

79

Pembukaan. Acara dibuka dengan membaca basmalah yang

dipimpin oleh Guru Devi Riana Praja dan dilanjutkan dengan ice breaking

untuk membuat suasana lebih semangat dan meriah sehingga peserta sudah

siap untuk menerima materi nantinya.

Penyampaian Materi (120 Menit). seperti biasa diawal pemateri

memperkenalkan diri dengan kreatif. Kemudian Peserta di stimulus dengan

dengan sebuah pertanyaan untuk mengulas kembali materi di pekan

sebelumnya. Lalu pada kegiatan inti. Pemateri memperlihatkan beberapa

gambar display kemudian menyuruh peserta untuk membedakan yang mana

gambar display emosi dan mana yang display prestasi. Setelah pendapat

mereka dikemukan maka pemateri menyimpulkan perbedaan diantara

keduannya. Pemateri menjelaskan fungsi display emoji dan prestasi. Lalu

peserta dibagi menjadi 4 kelompok dan diperintahkan membuat display

media emosi dan prestasi selama 30 menit lalu mempresentasikannya.

Setelah itu Pamateri mengevaluasi pemahaman peserta melalui game

Kahoot. Game ini berfungsi untuk mengevaluasi tingkat pemahaman kita

terhadap materi yang telah disampaiakan cukup dengan menggunakan

handphone dalam menjawab. Bentuk soalnya pun berbentuk pilihan ganda.

Kelompok yang menjawab dengan benar dan juga cepat itulah yang akan

menjadi pemenangnya. Dan akan mendapatkan reward dari pemateri.

Penutup. Pemateri dan peserta bersama-sama menyimpulkan materi

dan disusul dengan doa bersama lalu ditutup dengan mengucapkan

hamdalah. Wassalam

Purnanda mengemukakan bahwa (2013:1-8) pelaksanaan fungsi

KKG berjalan dengan baik dengan menyediakan manfaat yang dapat

meningkatkan kemampuan guru. Manfaat tersebut antara lain sebagai

wahana pengembangan profesional tenaga pendidik, wahana penyelesaian

atas berbagai masalah, wahana sumber belajar dan kerjasama para anggota,

dan wahana menemukan dan menjabarkan gagasan baru. Maka berdasarkan

kegiatan-kegiatan diatas peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan tersebut

telah mencerminkan bentuk pengembangan keprofesionalan guru yang baik.

Guru mengetahui bagaimana caranya menyusun naskah soal yang ideal,

kemudian adanya keselarasan dengan pembuatan instrumen penilaian siswa

terhadap soal yang telah dibuat, bahkan mampu membuat display yang

menarik perhatian siswa agar termotivasi ketika proses pembelajaran

berlangsung. Namun ternyata bukan hanya terkhusus pada peningkatan cara

mengajarnya saja tetapi kualitas dirinya sebagai guru pun di tingkatkan.

Seperti adanya keterampilan menjadi seorang peneliti yang diterjemahkan

dalam melakukan PTK bahkan pemahaman guru dari segi agama juga

diperhatikan khususnya baca tulis al-qur’an yang dibingkai dalam Tarsana.

Page 96: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

80

E. Evaluasi Terhadap Product

1. Dampak Program

Menurut yahaya (2011: 10) “ product evaluation focus to the result of

the program after it finish”. Sehingga pada tahap evaluasi ini kita dapat

melihat secara keseluruhan terhadap program meliputi pengukuran

pencapaian program, dampak bagi peningkatan kompetensi dan

mengidentifikasi pengaruh utama dan hambatan program. Untuk melihat

capaian program, sebelumnya peneliti telah melakukannya sebuah metode

untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen dalam hal ini peserta program

pelatihan yaitu dengan menggunakan Costomer Satisfaction Index (CSI).

Menurut Žūkaitė-Jefimovienė (2012: 5) bahwa “Customer satisfaction is the

key factor determining how successful an organisation will be in customer

relationships; therefore, it is very important to measure it”. Kata Husna (2014:107) CSI merupakan indeks untuk menentukan tingkat

kepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan pendekatan yang

mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut yang diukur.

Kepuasan peserta dalam pelayanan jasa dapat diukur dalam metode Sevquel.

Metode ServQual merupakan metode analisis untuk mengukur kepuasan

konsumen yang sederhana dari kesenjangan antara harapan dan kenyataan

peserta tentang pelayanan yang akan diterima. Harapan peserta mempunyai

dua pengertian. Pertama, apa yang peserta yakini akan terjadi pada saat

layanan disampaikan. Kedua, apa yang diinginkan peserta untuk terjadi

(harapan). Kenyataan adalah apa yang dilihat atau dialami setelah memasuki

lingkungan yang diharapkan memberi sesuatu padanya. Secara tradisional

pengertian kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan merupakan perbedaan

antara harapan dan kinerja yang dirasakan (Awwaluddin, 2000:4).

Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa sebagian besar peserta atau

guru-guru merasa sangat puas dengan program KKG gugus VI Dukuh ini.

Berikut hasil perolehan tingkat kepuasan peserta dalam CSI:

Tabel 4.13 perolehan tingkat kepuasan peserta KKG Gugus VI Dukuh

Kode Kriteria Harapan Kenyataan Nilai

Servquel

Nilai

Aktual

Servquel

%

Tingkat

Kepuasan

A Fasilitas 4,47 3,61 -0,86 81 Puas

B Pengurus 4,53 4,23 -0,30 93 Sangat Puas

C Pemandu 4,46 4,09 -0,37 92 Sangat Puas

D Materi 4,46 4,13 -0,33 93 Sangat Puas

E Efek 4,59 3,97 -0,61 87 Sangat Puas

Page 97: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

81

Kesimpulan 89 Sangat puas

Tabel 4.14 Interval tingkat kepuasan peserta KKG Gugus VI Dukuh

Nilai IKP

(Nilai Aktual SERVQUAL) Tingkat Kepuasan

20 < IKP < 36 Sangat tidak puas

36 < IKP < 52 Tidak puas

52 < IKP < 68 Cukup puas

68 < IKP < 84 Puas

84 < IKP < 100 Sangat puas

Tingkat kepuasan yang tinggi merupakan representatif dari

implementasi program yang melebihi harapan yang ada. Tingkat kepuasan

itu dilihat dari fasilitas yang memadai, kegigihan para pengurus,

keprofesionalan para pemandu, konten materi yang menarik dan sesuai

kebutuhan, bahkan dampak yang mereka rasakan pasca program tersebut.

Dari data di atas kepuasan peserta terhadap fasilitas mencapai 81% atau

masuk pada kategori puas. Kemudian kepuasan peserta terhadap pengurus

mencapai 93% atau masuk pada kategori sangat puas. Kepuasan peserta

terhadap fasilitas mencapai 92% atau masuk pada kategori sangat puas.

Kepuasan peserta terhadap pemandu mencapai 93% atau masuk pada

kategori sangat puas. Kepuasan peserta terhadap materi mencapai 93% atau

masuk pada kategori sangat puas. Lalu kepuasan peserta terhadap efek

program mencapai 87% atau masuk pada kategori puas. Sesuai dengan data

diatas maka rata-rata tingkat kepuasan peserta terhadap program ini

mencapai 89%. Itu artinya respon peserta terhadap program ini sangat

memuaskan maka peneliti menganggap program ini pantas untuk

dilanjutkan dan menjadi model program kepada KKG gugus lainnya

khususnya yang ada di kecamatan cibungbulang.

Tabel 4.15 Rekapitulasi Penilaian in Service-Learning KKG Bermutu Tahun

2017:

(Laporan Penilaian KKG bermutu 2017)

Perubahan Penilaian Hasil Belajar (Kompetensi 1) 84

Penyusunan Instrumen Hasil Belajar (Kompetensi 2) 83

Page 98: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

82

Pembinaan Karir Guru Melalui Karya Tulis Ilmiah

(Kompetensi 3)

83

Membaca Cepat Al-Qur’an melalui Metode Tarsana

(Kompetensi 4)

86

Rata-rata Kompetensi 84

Post Test 82

Nilai In Service (Rata-rata Kompetensi=60%+Post

Test=40%)

83,03

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa indikator perubahan

penilaian hasil belajar mendapatkan rata-rata nilai 84, penyusunan

instrumen hasil belajar menadaptkan rata-rata nilai 83, pembinaan karir

guru melalui KTI 83, dan membaca cepat al-qur’an melalui metode Tarsana

86. Kemudian rata-rata dari keempat kompetensi tersebut adalah sebesar 84

sedangkan rata-rata post testnya adalah 82. Maka nilai in service learning

(rata-rata kompetensi=60% + Post test= 40%) yang diperoleh adalah

83,03% yang berarti masuk pada kategori memuaskan.

2. Hambatan Program

a. Dana yang terbatas

Hal ini sangat dikeluhkan oleh para pengurus KKG. Karena

anggaran yang diberikan dari pemerintah hanya sebatas untuk kegiatan

bermutu saja. Padahal kegiatan KKG bukan hanya menjalankan kegiatan

bermutu saja. Ada kegiatan workshop display, workshop media

pembelajaran, pelatihan guru olahraga, perhitungan angka kredit, dll.

Semua itu tidak mungkin dilakukan tanpa adanya biaya. Devi (27 Oktober

2017) mengungkapkan bahwa:

”Dana KKG dulu ditanggung oleh bank dunia untuk membiayai

narasumber, ATK, bahkan untuk memenuhi konsumsi peserta. Tapi

sekarang KKG lah yang harus menanggung sepenuhnya walaupun ada

pemberian 3-4 rim kertas dari DISDIK yang itupun tidak cukup digunakan

selama kegiatan”.

Kebenaran informasi pun ditegaskan oleh ketua Gugus Mamat yang

mengatakan (27 Oktober 2017):

“Sumber pendanaan dari pelaksanaan KKG sepeserpun tidak ada dari

dinas pendidikan tetapi dari iuran guru-guru semua yang dihitung Rp

5000/org tiap pekannya”.

Page 99: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

83

Dari kedua pernyataan tersebut sudah jelas kegiatan KKG ini tidak

ada dukungan dari pemerintah khususnya dinas pendidikan. Padahal

merekalah yang seharusnya memfasilitasi kegiatan para peserta secara full

dalam mengembangkan kompetensinya. Disini menunjukkan betapa

sulitnya menjalankan kegiatan tanpa adanya dana. Apalagi konsumsi

peserta yang sangat menguras dana ketika dalam proses kegiatan dan itu

memang wajib dianggarkan. Tapi sebagai ketua KKG harus mempunyai

strategi dalam memecahkan masalah tersebut. Dan akhirnya solusi itu lahir

dari peserta sendiri. Berangkat dari masalah tersebut, peserta KKG pun

berinisiasi tanpa adanya tendensi dari ketua KKG untuk berkontribusi juga

dalam kegiatan ini yaitu setiap peserta wajib mengumpulkan uang kas Rp

5000/pertemuannya demi kelancaran kegiatan. Uang itu pun digunakan

untuk memenuhi konsumsi peserta yang konsumsinya itu bukan dari

pesanan catering tapi dibuat sendiri oleh pengurus demi meminimalisir

pengeluaraan. Bukan hanya itu uang itu juga digunakan untuk memenuhi

peralatan-peralatan lainnya yang dibutuhkan pada saat kegiatan serta biaya

transportasi ala kadarnya untuk para pemateri.

Kesungguhan dan ketulusan dari para pengurus untuk tetap

meneruskan kegiatan tersebut sangat didukung penuh oleh para pengurus

gugus. Bahkan pengurus gugus yang berprofesi sebagai KKG saling

membantu dengan menyumbangkan uang pribadi mereka demi kesuksesan

kegiatan ini. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah ibu Oom

mengatakan bahwa semua kegiatan ini juga berkat uluran tangan dari

solidaritas kepala sekolah yang saling menutupi kekurangan khususnya

dana. Namun walaupun begitu kewajiban pemerintah dalam memfasilitasi

kegiatan tetap harus ditindaklanjuti. Karena ini sangat merugikan para

pengurus KKG yang telah berkorban demi suksesnya kegiatan.

b. Ruangan tidak kondusif

Walaupun ruangan telah tersedia namun ternyata itu belum

menjadi kepuasan tersendiri dari peserta. Apalagi ruangan yang digunakan

adalah ruangan KBM (kegiatan belajar mengajar) yang setiap harinya

digunakan. Ruangan kelas tidak cocok karena dianggap ruangan kecil.

Artinya peserta sangat tidak leluasa bergerak. Dengan menampung 63

peserta dalam ruangan kecil sangat tidak efektif. Walaupun ruangan kelas

yang digunakan terbagi menjadi dua. Tapi sekat atau pembatas di tengah

sangat menganggu ketika dalam proses kegiatan ada tindakan simulasi

yang semuanya harus dalam kondisi bergerak. Oom mengutarakan

keluhannya (11 November 2017):

“Kebutuhan KKG ini yang belum terpenuhi adalah dari ruangannya yang

belum ideal karena masih memakai ruangan kelas yang masih di sekat”.

Belum ditambah lagi kondisi sekolah yang SDN Dukuh 01 sangat

gersang karena kurangnya pohon-pohon yang berada di lingkungan

sekolah sehingga kondisi ruangan sangat panas. Dengan jumlah peserta

Page 100: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

84

yang banyak, ruangan sempit, suhu ruangan yang panas, maka lahirlah

kegelisahan-kegelisahan dari peserta untuk meminta izin keluar ruangan

dengan berdalih ke kamar kecil. Hal ini akan membuat mereka kurang

fokus dengan materi yang disampaikan dan berakibat kejenuhan. Oleh

karena itu kegiatan KKG tidak hanya berpusat pada sekolah inti saja tapi

juga dilaksanakan ke sekolah lain yang kondisi geografisnya sangat

berbeda untuk mensiasati masalah tersebut. Maka peneliti menyimpulkan

bahwa perlu fasilitasi lagi dengan kipas angin atau kalau memungkinkan

dengan AC dan bentuk tempat duduk perlu di bentuk dengan model yang

luas agar tidak terlihat sesak dan sempit.

c. Kehadiran peserta tidak pernah 100%

Hebatnya sebuah kegiatan itu sangat diperhitungkan dari jumlah

peserta yang hadir. Apalagi antusias kehadiran peserta itu karena

kesadaran mereka sendiri. Namun kendala tidak lengkapnya peserta disini

semuanya bukan karena faktor kemalasan , kesibukan, atau unsur

kesengajaan lainnya namun ada juga karena delegasi. Devi mengatakan

(27 Oktober 2017) mengungkapkan dari kegiatan bermutu ada beberapa

peserta yang tidak hadir karena berbagai alasan, berikut ungkapannya:

“Dari 64 peserta hanya 4 peserta saja yang tidak mendapatkan sertifikat

karena faktor kemalasan yang kesepakatannya minimal 5x pertemuan

hadir dari 7x pertemuan. Walaupun sebenarnya ada 2 orang peserta lagi

yang tidak memenuhi 5x pertemuan tapi karena alasan yang logis yaitu

karena ketidakhadirannya itu gunakan untuk mewakili KKG dalam

pelatihan PKB”.

Padahal informasi kegiatan itu sudah disampaikan seminggu

sebelumnya bahkan ketika kegiatan akan dimulai keesokannya, malam

harinya di ingatkan kembali. Jadi strategi ini digunakan untuk mengatasi

alasan peserta yang suka berdalih lupa atau tidak tahu. Pada akhirnya

peserta yang malas ini pun akan menyesal karena mereka tidak akan

mendapatkan sertifikat yang menunjang mereka untuk naik golongan.

Pemberian sertifikat ini pun memiliki beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi berdasarkan kesepakatan antar pengurus dan peserta di awal

kegiatan yaitu minimal 5x pertemuan dari 7x pertemuan. Oom

menambahkan bahwa (11 November 2017):

“Kehadiran peserta juga dipantau oleh kepala sekolah dengan

melihat absen kehadiran sebelum kegiatan dan sesudah kegiatan

dan ada reward juga seperti penghargaan bagi peserta yang disiplin

dan aktif nantinya”.

Jadi kita bisa simpulkan bahwa KKG ini telah berusaha dan

memiliki strategi yang baik dalam meningkatkan persentase kehadiran

peserta walaupun sampai saat ini belum pernah lengkap seutuhnya.

Page 101: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

85

3. Hasil Evaluasi CIPP

Dari semua pemaparan deskriptif yang telah dikemukakan, maka

peneliti telah merangkum hasil kinerja program KKG melalui CIPP, berikut

hasilnya:

Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Kinerja Program Gugus VI Dukuh

No Aspek Standar Kinerja Kesimpulan

1.

C

O

N

T

E

X

T

Menyusun visi, misi,

tujuan, dan kalender

kegiatan

Latar belakang dan

tujuan program disusun

dengan baik

Telah Sesuai

Diketahui oleh KKKS

dan disahkan oleh

Kadis Pendidikan

Keputusan perencanaan

belum baik karena

belum sampai ke pihak

dinas pendidikan

Tidak Sesuai

Pengurus membuat

proposal kegiatan

Manajemen program ini

sangat baik, sistematis

dan berbasis kebutuhan

Tidak Sesuai

Terdiri dari program

rutin dan program

Pengembangan

Perumusan program

sangat baik karena

mencakup semua

program rutin dan

pengembangan

Telah Sesuai

2.

I

N

P

U

Pengelola

keseluruhan program

tanggung jawab KKG

Pengambilan keputusan

sangat baik karena tetap

berdasarkan hasil

musyawarah yang

dipimpin oleh ketua

KKG

Telah Sesuai

Pelaksanaan

dilakukan oleh

pengurus

berdasarkan SK dari

ketua KKG

Keputusan yang dibuat

sangat baik karena

tertib administrasi

Telah Sesuai

Pelaksanaan program

berdasarkan kerangka

acuan kerja (KAK)

yang disusun

Program yang

dilaksanakan sudah

sangat baik karena

sesuai dengan KAK

Telah Sesuai

Page 102: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

86

Diskusi permasalahan

dalam pembelajaran

Sharing yang

diterapkan sangat baik

karena memicu ide-ide

Telah Tercapai

T

pengurus.

Terdiri dari pengurus,

anggota, SK

pengesahan dari

Dinas pendidikan dan

mempunyai AD/ART

Struktur kepengurusan

sangat baik karena

sudah lengkap dan

sesuai dengan AD/ART

Telah Sesuai

Anggota KKG terdiri

dari guru kelas,

agama, dan penjaskes

yang berasal dari 8-10

sekolah

Terdiri sebagai guru

kelas masing-masing 3

orang sebagai guru

penjasorkes dan bahasa

inggris, serta 5 orang

guru agama dan 6

sebagai guru PKN.

Maka jumlah semua

guru-guru sebanyak

sekitar 62 orang dari 6

sekolah yang ada di

gugus VI Dukuh

Telah

Tercapai

Tersedia

ruang/gedung,

komputer, media

pembelajaran,

proyektor/LCD, dan

Telepon.

Fasilitas masih

tergolong cukup baik

Telah

Tercapai

Pemandu memilki

kualifikasi akademik

minimal S1

Semua Pemandu telah

memenuhi standar

kualifikasi akademik

Telah Sesuai

Pemandu memiliki

pengalaman mengajar

minimal 10 tahun

Pengalaman mengajar

pemandu sangat baik

karena telah lama

mengabdikan dirinya

dalam pendidikan

Telah

Tercapai

Pembiayaan KKG

mencakup sumber

dana, penggunaan,

dan

pertanggungjawaban

Tahapan pembiayaan

sudah sangat baik

karena sesuai dengan

alur pembiayaan

Telah Sesuai

Page 103: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

87

3.

P

R

O

C

E

S

S

inovatif dan sebagai

ajang silaturrahim

Penyusunan silabus,

prota, promes, dan

RPP

Pelaksanaan Kegiatan

HGK dalam

mendiskusikan silabus,

prota, promes, bahkan

RPP berjalan sangat

baik

Telah Tercapai

Analisis Kurikulum

Kegiatan dilakukan

dengan baik karena

sesuai KTSP yang

diterapkan di sekolah

Tidak Sesuai

Penyusunan

Instrumen Evaluasi

Pembelajaran

Kegiatan dilakukan

dengan sangat baik

karena sifatnya rutin

Telah Tercapai

Pembahasan materi

dan pemantapan

menghadapai UAN

Strategi pembahasan

sangat baik

Telah Tercapai

Seminar, Workshop,

Koloqium, dan

Diskusi panel

Kegiatan berjalan

sangat baik karena

membahas tuntas

tentang teori display

kemudian langsung di

praktekkan

Telah Tercapai

Penelitian atau

Penulisan Karya Tulis

Ilmiah (PTK)

Strategi memasukkan 2

materi sekaligus

berjalan sangat baik

Telah Tercapai

Pelatihan berjenjang

(Diklat)

Diikuti oleh guru-guru

tertentu saja atau yang

sesuai dengan kriteria

Telah Tercapai

Penerbitan Jurnal

KKG

Belum melakukan

penerbitan jurnal karena

belum ada yang

mengoordinir

Peer Coaching

(Pelatihan sesama

guru

menggunakan

media ICT)

Belum

diimplementasikan

karena jadwal yang

padat

Lesson Study (Kerja

sama antar guru

untuk

Telah

diimplementasikan

dalam diskusi

Telah tercapai

Page 104: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

88

memecahkan

masalah dalam

pembelajaran)

pembelajaran dlam

HGK (Himpunan Guru

Kelas)

Kompetisi kinerja

guru

Setelah peserta

menerima materi

tentang display maka

diadakan lomba

pembuatan display

kelas demi menunjang

kreativitas guru-guru

secara kompeten

Telah Tercapai

Penyusunan Website Dibuat Fanspage untuk

melaporkan kegiatan

KKG di media sosiaal,

di blog juga bisa namun

sudah vakum karena

tidak ada yang

koordinir

Telah Tercapai

Professional Learning

Community

Drealisasikan dalam

GPO (Grup Pembelajar

Online) bahkan PKH

(Pengembangan

keprofesian

keberlanjutan)

Telah Tercapai

Global Gateway

(Kemitraan lintas

negara)

Belum sampai ke

jaringan internasional

Telah Tercapai

Alur Pelaksanaan

kegiatan

Tahapan yang

dilakukan sangat baik

karena terstruktur

Telah Tercapai

4.

P

R

O

D

U

C

T

Skor Tingkat

kepuasan Peserta

Peserta merasa sangat

puas terhadap program

yang sudah berjalan

Telah Tercapai

Skor tingkat

pencapaian nilai

peserta

Peserta memperoleh

nilai tinggi dari aspek

kognitif, efektif, dan

psikomotorik

Telah Tercapai

Berdasarkan hasil evaluasi di atas maka diperoleh kesimpulan antara

kesesuaian standar pengembangan KKG dengan kinerja program KKG

Page 105: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

89

yang ada di Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang. Dari segi Context,

perencanaan KKG ini sebagian besar sesuai dngan standar pengembangan

KKG ekcuali dari segi keputusan perencanaan yang masih kurang baik

karena pengesahannya masih lingkup kecamatan belum sampai kepihak

dinas pendidikan. Devi (2 February 2018) mengemukakan alasannya

“Sepengetahuan saya kegiatan kegiatan kami hanya diketahui oleh gugus,

UPTD dan KKKS. Kewenangan kami tidak sampai kedinas pendidikan

karena disitulah peran gugus untuk menginformasikannya”. Dari segi input,

semua sumber daya manusia sarana dan prasana, dan pengelolaan dana

semuanya telah mencapai standar pengembangan KKG. Kesolidan dan

kepercayaan antar pengurus satu sama lain inilah yang menyebabkan

keharmonisan forum KKG, sangat tampak dan menularkan kesemua

peserta. Dari segi process, beberapa kegiatan yang diselenggarakan telah

tercapai sesuai standar pengembangan KKG namun masih ada yang belum

terlaksana seperti penerbutan jurnal dikarenakan belum ada yang

mengkoordinir untuk bisa diterbitkan, kemudian Peer Coaching yang belum

diimplementasikan karena jadwal yang padat dan global Gateway yang

belum melakukan ekpansi hingga kelitas internasional karena masih fokus

pada pengelolaan internal KKG saja. Dari segi Product, semua perolehan

skor dari tingkat kepuasan peserta dan skor penilaian peserta sangat

memuaskan. Rata-rata tingkat kepuasan peserta terhadap program ini

mencapai 89% dan rata-rata pencapaian nilai peserta mencapai 83%. Maka

program KKG pantas untuk dilanjutkan dan menjadi model dari gugus

lainnya.

Page 106: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

90

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan

dan saran sebagai berikut.

A. Kesimpulan

Kelompok Kerja Guru Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor merupakan wadah para guru-guru dalam mengembangkan

profesinya dan kompetensinya. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang

telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik keimpulan bahwa pelaksanaan

program KKG Gugus VI Dukuh secara umum sudah baik, namun masih perlu

diperbaiki dalam beberapa aspek agar dapat memberikan kebermanfaatan yang

luas. Hasil evaluasi yang didapatkan di rincikan sebagai berikut: Pertama,

aspek Context. Program KKG ini mempunyai tujuan yang komprehensif dan

telah sesuai dengan kebutuhan peserta. Hanya belum ada pengayoman langsung

dari pihak dinas pendidikan. Kedua, aspek Input. Sarana dan prasarana cukup

memadai, pemateri menguasai materi dengan baik, pengurus gugus dan

pengurus KKG saling mendukung satu sama lain. Ketiga, aspek Process.

Program pelatihan berjalan dengan semestinya sebagaimana prosedur yang

tetapkan di awal dan telah mencapai standar pengembangan KKG yang telah

ditetapkan. Keempat, aspek Product. Hasil pencapaian keberhasilan program

sangat memuaskan dilihat dari kepuasan peserta yang mencapai 89% dan hasil

penilaian peserta hingga 87%. Dari hasil tersebut maka program KKG ini

masuk dalam kategori memuaskan. Hasil evaluasi ini menjadi bagian yang

penting dalam mempertahankan program dan memperbaiki beberapa hal yang

masih kurang dalam pelaksananaanya. Sehingga harapannya program ini terus

dapat dilanjutkan untuk demi kemajuan kualitas guru-guru di Indonesia

khususnya dalam kegiatan belajar mengajar.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, beberapa rekomendasi dapat

dikemukakan sebagai berikut.

Bagi penyelenggara program, agar terus mempertahankan

kesolidaritasan antar pengurus KKG dengan lainnya bahkan dengan pengurus

gugus. Jangan sampai keharmonisan ini hanya terjadi pada periode ini saja.

Karena keharmonisan ini akan menular terhadap peserta juga jadi akan mudah

untuk memotivasi mereka berpartisipasi kegiatan-kegiatan yang

diselengggarakan. Selain itu, harus juga diperhatikan kondisi ruangan yang

digunakan paling tidak ruangan yang digunakan tidak pengap dan sesak.

Bagi Peserta, harapannya untuk konsisten hadir setiap kegiatan. Karena

wadah KKG ini adalah kebutuhan para guru dalam mengeksplorasi segala

Page 107: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

91

kemampuan yang dimiliki demi peningkatan kompetensinnya dan juga sebagai

ajang silaturrahim antar guru-guru dari sekolah lain.

Bagi pemerintah dan masyarakat diharapkan agar dapat ambil andil

dalam memberikan dukungan postif terhadap keterlaksanaan program program

kedepannya baik secara materi maupun non materi.

Page 108: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

92

DAFTAR PUSTAKA

Abbas dan Suyanto. 2001. Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa. PT:

Adicita, Yogyakarta

Acar, Esin. “Professional Development of Elementary School Teachers Through

Their Work And Understanding the Curriculum (Turkey Sample)”. European

Scientific Journal, September 2014 edition vol.10, No.25, ISSN: 1857 – 7881

(Print) e - ISSN 1857- 7431.

Anonim. 2009. Rambu-rambu Pengembangan Kegiatan KKG dan MGMP. Jakarta:

Depdiknas, Direktorat Jenderal Penjaminan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. PT: Bumi Aksara,

Jakarta Timur.

Arifin, Muhammad & Barnawi. 2012. Kinerja Guru Profesional. PT: Ar-Ruzz

Media, Yogyakarta

Awalluddin, Asep Solih. 2011. Analisis Statistik Sederhana dalam Mengukur

Kepuasan Konsumen. Bandung: Diktat Matematika Sains UIN Bandung.

Brown, Judith. Training Needs Assessment: A Must for Developing an Effective

Training Program Public Personnel Management 31.4 (Winter 2002): 569-

574.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Bahan Belajar Mandiri Pengelolaan

Kualitas KKG/MGMP. Jakarta: Direktorat Jenderal Penjaminan Mutu Pendidik

dan Tenaga Kependidikan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Standar Pengembangan KKG/MGMP.

Direktorat Profesi Pendidik. Direktorat jenderal Peningkatan Mutu Pendidik

dan Tenaga Kependidikan.

Djauzak, Ahmad. 1995. Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar ,

Depdikbud RI: Jakarta.

Daimun, Y. Fadliah, dan Mas, S.R. 2015. Hubungan Kegiatan Pendidikan dan

Pelatihan Kelompok Kerja Guru dengan Peningkatan Kompetensi Profesional

Guru di SD Se Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Jurnal Hasil

Penelitian Skripsi Jurusan Manajemen Pendidikan. Gorontalo: Universitas

Negeri Gorontalo.

Page 109: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

93

Donald, Mac. 2001. Introduction to program evaluation for comprhensive tobacco

control programs. Department of Health and Human Services Atlanta, GA

30341-3717.

Faridah Yusuf Tayibnaspis, DR. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi

Untuk Program pendidikan dan Penelitian. PT: Rineka Cipta, Jakarta.

Fatah, Nanang. 2009. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Gultom, Syahwal. (2013, 30 September). Kualitas Guru Indonesia Rendah.

Sekolahdasar.net, Diperoleh pada tanggal 15 Januari 2017 dari

http://www.sekolahdasar.net/2013/09/kualitas-guru-di-indonesia-masih-

rendah.html.

Hurriyati, Ratih. (2016, 4 Mei). Kualitas Guru Kita. Pikiran Rakyat, Diperoleh

pada tanggal 15 Januari 2017 dari http://www.pikiran-

rakyat.com/opini/2016/05/04/kualitas-guru-kita-368286.

Husna, Siti Ainu Syukri. 2014. Penerapan Customer Satisfaction Index (CSI) dan

analisis GAP kualitas pelayanan Trans Jogja. Jurnal Ilmiah Teknik Industri,

Vol. 13, No. 2, Des 2014. ISSN 1412-6869

Index. (2009, 14 Juli). Teachertraining. Diperoleh pada tanggal 18 Januari 2017

dari http://www.unesc.go.ug/index.php? option=com content &

task=view&i=83&Itemid=80/.

Ivancevich, John M. Konopaske, Robert. Matteson, Michael T. 2007. Perilaku dan

Manajemen Organisasi. PT: Erlangga, Jakarta.

Iskandar, Fuad. 2012. Evaluasi pelaksanaan program pendampingan

penyelenggaraan pendidikan kejuruan, studi kasus di universitas sebelas

maret. Direktorat pembinaan SMK:Universitas Indonesia.

Kaswan. 2013. Pelatihan dan Pengembangan untuk Meningkatkan Kinerja SDM.

PT: Alfabeta, Bandung.

Khatib, Munif. 2015. Kelasnya Manusia. PT: Kaifa Mizan Pustaka, Bandung.

Khoiriyah, Miftahul. (2017, 24 Juni) Bagaimanapun Kondisinya Pemimpin Harus

Dihormati. Okezone Celebrity. Diperoleh pada tanggal 24 November 2017 dari

https://celebrity.okezone.com/read/2017/06/24/33/1723828/tweet-ustadz-

bagaimanapun-kondisinya-pemimpin-harus-dihormati.

Page 110: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

94

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, PT: Raja

Grafindo Persada, Jakarta, Cet. Ke-1.

Kusuma, Wijaya & Dedi. 2012. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. PT: Indeks,

Jakarta

Lim, Wasliman. 2007. Problematika Pendidikan Dasar, Modul Pembelajaran.

Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Mardapi, Djemari. 2008. Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. PT: Mitra

Cendekia, Yogyakarta.

Malayu, Hasibuan. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT: Bumi Aksara,

Jakarta: Cetakan ke-9.

Mccomish, D. dan Parsons, J. 2013. Transformational Learning and Teacher

Collaborative

Mundilarto. 2005. Optimalisasi Peran Hasil Penelitian Pendidikan dalam

Peningkatan Kualitas Calon Guru Fisika (Pidato pada Pengukuhan Guru

Besar UNY), Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. PT: Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Mulyasana, Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. PT: Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru. PT: Prenamedia Group,

Jakarta.

Namsa, M. Yunus. 2006. Kiprah Baru Profesi Guru Indonsia Wawasan

Metodologi Pengajaran Agama Islam. PT: Pustaka Mapan, Jakarta: Cet. Ke-1.

Nasution, Harun. 1995. Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran. PT: Mizan,

Jakarta.

Nurdin, Syafruddin. 2005. Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman

Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. PT: Press Ciputat,

Ciputat.

Patton, Michael Quinn. 1997. Utilization-Focused Evaluation: The New Century

Text. 3rd ed. Thousand Oaks, CA: Sage Publications.

Page 111: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

95

Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak

Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Pribadi, Benny. 2014. Desain dan Pengembangan Proses Pelatihan Berbasis

Kompetensi. PT: Pranada Media Grup, Jakarta.

Prihartini, Yogia. 2013. Dasar-Dasar Pengembangan Profesi Guru Menurut Teori

dan Praksis Pendidikan. Jurnal Al-Fikrah Jambi. Vol.14 hal. 110

Purnanda, Aan. 2013. Pelaksanaan Fungsi Kelompok Kerja Guru (KKG) di

Sekolah Dasar Negeri (Sdn) Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten Tanah

Datar. Jurnal Administrasi Pendidikan Bahana Manajemen Pendidikan, Vol. 1,

No. 1, hlm. 1-8.

Putro Widoyoko, Eko. 2015. Evaluasi program pembelajaran. PT: Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Rachmat, Asep. 2012. Revitalisasi Gugus Sekolah. PT: Sarana Panca Karya Nusa,

Bandung.

Resmini, Wayan. 2010. Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Melalui

Kelompok Kerja Guru (KKG). GaneC Swara, Vol. 4, No. 1, hlm. 59-62.

Rossi, Peter Henry. 1982. Standards For Evaluation Practice. Jossey-Bass Inc.

Publishers. United States Of America.

Saroni, Muhammad. 2011. Personal Branding Guru. PT: Ar-Ruzz Media,

Yogyakarta.

Soeyetno, Sumedi, dkk. 2009. Pengembangan Profesi Guru. PT: Prenada Media

Grup, Jakarta.

Somantri, M. dan Ridwan. 2011. Revitalisasi Kelompok Kerja Guru Guna

Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Guru SD/ MI di Kabupaten

Seluma. Jurnal Kependidikan Triadik, Vol. 4, No. 1, hlm. 19-28.

Squire, James R. 2010. “Teacher Learning Communities”. A Policy Research

Brief, National Council of Teacher of English: The Council Chronicle,

November 2010. Hal. 26.

Stufflebeam, Daniel L. & Shinkfield, A. J. 2007. Evaluation theory, models, &

applications. San Francisco, CA: Jossey-Bass.

Stufflebeam, Daniel L. 1971. The relevance of the cipp evaluation model for

Educational accountability. Ohio State Univ, Columbus. Evaluation Center.

Page 112: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

96

Sudjana, Djuju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. PT: Remaja

Rosdakarya , Bandung.

Sukardi. 2011. Evaluasi pendidikan. PT: Bumi Aksara, Jakarta Timur.

Sungidah. 2011. Efektivitas Belajar Membaca Al-quran dengan Metode Tarsana

pada Siswa Kelas V SD Negeri II Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten

Grobogan. Skripsi Jurusan PAI STAIN, Salatiga.

Suparman, Atwi. 2014. Desain Instruksional Modern. PT: Erlangga, Jakarta.

Supriadi, Oding. 2009. Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar.

Jurnal Tabularasa Pps Unimed, Vol.6 , No.1, hlm. 27-38

Suratno, Tatang. 2008. Konstruktivisme, Konsepsi Alternatif, dan Perubahan

Konseptual dalam Pendidikan IPA. Jurnal Pendidikan Dasar, Oktober Nomor

10.

Suryanto, Slamet. 2003. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Suyanto. 2012. Masa Depan Pendidikan Inklusif. Kemendiknas, Jakarta.

Syaodih, Sukmadinata Nana. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. PT: Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Tandirappang, Dessy. (2017, 24 Oktober) Penetapan Tujuan Organisasi.

Bacapdf.com. Diperoleh pada tanggal 23 Januari 2018 dari

https://bacapdf.com/download/penetapan-tujuanorganisasi59ef31f7d64

ab25563bb1e82_pdf

Usman, Moh.Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. PT: Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Widana, Wayan. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thingking Skill

(HOTS). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. PT: Gaung

Persada Press, Jakarta: Cet. Ke-2

Yahaya, Azizi. 2001. The Using og Model Context, Input, Process and Products

(CIPP) In Learning Programs Assessment. International Conference on

Callanges and Prospects in Teacher Education. Malaysia: UTM.

Page 113: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

97

Zhang, Guili, et al. 2011. Using the Context, Input, Process, and Product

Evaluation Model (CIPP) as a Comprehensive Framework to Guide the

Planning, Implementation, and Assessment of Service-learning Programs.

Journal of Higher Education Outreach and Engagement. Vol. 15, No. 4.

Žūkaitė-Jefimovienė, N. 2012. Study On Costomer Satisfaction With Facilities

Management Services in Lithuania. Slovak Journal of Civil Engineering. Vol

20, No. 4

Page 114: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

98

LAMPIRAN

Page 115: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

99

LAMPIRAN 1 : Profil Gugus VI Dukuh

1 Nama Gugus Gugus VI Dukuh

2 Sekolah Inti SDN Dukuh 01

3 Nama Kepala SD Inti Mamat Turahmat, S.Pd

4 Sekolah Imbas 1. SDN Dukuh 02

5 2. SDN Dukuh 03

3. SDN Dukuh 04

4. SDN Dukuh 05

5. SDN Cijujung 04

6 Berdiri 1976

7 Alamat Sekretariat SDN Dukuh 01

8 Jalan Kp. Cimangir RT. 01/04

9 Kelurahan Dukuh

10 Kecamatan Cibungbulang

11 Kabupaten Bogor

12 Provinsi Jawa Barat

13 Kode Pos 16630

14 Nomor Telepon 0251 8642138

15 Jarak ke Kecamatan 5 Km

16 Jarak ke Kabupaten 25 Km

17. Jumlah Sekolah dan Siswa

Anggota

Gugus

Nama Sekolah Jumlah

Murid

Jumlah

Rombel

Alamat

SD Inti SDN Dukuh 01 314 11 Desa Dukuh

SD Imbas SDN Dukuh 02 202 6 Desa Galuga

SDN Dukuh 03 222 6 Desa Dukuh

SDN Dukuh 04 150 6 Desa Galuga

SDN Dukuh 05 266 9 Desa Dukuh

SDN Cijujung 04 270 8 Desa Cijujung

Jumlah 6 Sekolah 1.424 46 3 Desa

Page 116: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

100

18. Tenaga Pendidik/Guru

Nama Sekolah

Jabatan Guru

Guru

Kelas

GMP

PAI

GMP

PJOK

GMP

PKN

GMP

B.Inggris

Guru

TIK

SDN Dukuh 01 11 1 1 1 - -

SDN Dukuh 02 6 - - 1 - -

SDN Dukuh 03 6 - 1 1 1 -

SDN Dukuh 04 6 1 1 1 1 -

SDN Dukuh 05 9 1 - 1 - -

SDN Cijujung 04 8 1 - 1 1 -

Jumlah 46 4 3 6 3 -

Total 62 Orang

No Nama Guru Pendidikan Gol.Ruang Status Tugas

Mengajar

1 Rahma S.1 IV.a PNS PKn

2 Tatang Samaran S.1 IV.a PNS III

3 Ahmad Setiadi S.1 III.d PNS VI

4 Siti Ahana S.1 III.c PNS I

5 Rusmiati S.1 - GTT II

6 Leni Mulyasari S.1 - GTT IV

7 Eneng Bungawasih S.1 - GTT V

8 Nandang Kusoy S.1 - GTT PAI

9 Ruhul Qudus SLTA - GTT PJOK

10 Devi Wulansari SLTA - GTT B. Inggris

No Nama Guru Pendidikan Gol.Ruang Status Tugas

Mengajar

1 Siti Yoyoh S.1 IV.a PNS PKn

2 Elah Nurlaelah S.1 IV.a PNS I

3 Anda S.1 III.b PNS VI

4 Selly Risyana S.1 II.a PNS III

5 Desi Widiastuti S.1 - GTT II

6 Kosasih S.1 - GTT IV

7 Nur endah lestari S.1 - GTT V

Page 117: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

101

No Nama Guru Pendidikan Gol.Ruang Status Tugas

Mengajar

1 Oom Laelasari S.1 IV.a PNS KS/ PKn

2 E. Rohmatullaila S.1 IV.a PNS PAI

3 Badriah Sintawati S.1 IV.a PNS I

4 Wati Ratnawati S.1 III.d PNS III

5 Eva Dahniar S.1 III.b PNS VI

6 Nyai Warsih SLTA II.a PNS IV

7 Retno Wida Asmara D.2 II.a PNS V

8 Muhamad Ihrom D.2 - GTT II

9 Matsnah Purnama S S.1 - GTT PJOK

10 Ade Yani Agustiyani S.1 - GTT B. Inggris

No Nama Guru Pendidikan Gol.Ruang Status Tugas

Mengajar

1 Mamat Turahmat S.1 IV.a PNS KS/ PKn

2 N. Rohayatin S.1 IV.a PNS PAI

3 Entin Kartini S.1 III.d PNS VI

4 Neng Lilis S.1 III.a PNS V

5 Priyanti SPG II.c PNS I

6 Devi Riana Praja S.1 III.a PNS VI

7 Agus Dadang H S.1 - GTT V

8 Ita Juwita S.1 - GTT IV

9 Imas Masropah SLTA - GTT IV

10 Isomullah S.1 - GTT III

11 Ismi Maya Anggraeni S.1 - GTT II

12 Rena Lokina S.1 - GTT II

13 M. Acep Ridwan SLTA - GTT PJOK

Page 118: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

102

No Nama Guru Pendidikan Gol.Ruang Status Tugas

Mengajar

1 Apong Rokayah S.1 IV.a PNS PKN

2 Karsih Sumiarsih S.1 IV.a PNS III

3 Sumartini S.1 IV.a PNS III

4 Kosim S.1 IV.a PNS VI

5 Rukman S.1 IV.a PNS V

6 Jubaedah S.1 IV.a PNS I

7 Nurdin S.1 IV.a PNS PAI

8 Sahroni S.1 - GTT IV

9 Yunita Ekawati S.1 - GTT V

10 Nia Kurniawati S.1 - GTT I

11 Mila Oktaviani SLTA - GTT II

No Nama Guru Pendidikan Gol.Ruang Status Tugas

Mengajar

1 Suherman S.1 IV.a PNS PKn

2 Iwa S.1 IV.a PNS V

3 Mia Gusti Yanti S.1 III.a PNS IV

4 Najib Najmuddin S.1 III.b PNS VI

5 Imas Mastikah S.1 - GTT I

6 Siti Fatimah S.1 - GTT PAI

7 Andi Aulia Rahman S.1 - GTT III

8 Risa Febriyanti S.1 - GTT II

9 Zulfah Anisa SLTA - GTT III

10 Siti Damayanti Intan P. SLTA - GTT II

11 Naufal Nugraha SLTA - GTT B. Inggris

Page 119: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

103

LAMPIRAN II : Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi

PEDOMAN WAWANCARA

Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru

Responden: Ketua Gugus

A. Tahap Perencanaan Program Kelompok Kerja Guru (Konteks)

1. Bagaimana latar belakang program KKG ini?

2. Siapa saja yang mengambil keputusan pada program ini?

3. Kapan program KKG ini dilaksanakan?

4. Dimana saja program kegiatan ini berlangsung?

5. Apa dasar hukum dari KKG tersebut?

B. Tahap Pengorganisasian Program Kelompok Kerja Guru (Input)

1. Siapa saja SDM yang terlibat dalam program kegiatan ini?

2. Sarana dan prasarana apa yang digunakan dalam menunjang

kegiatan tersebut?

3. Darimana saja sumber dana dari KKG ini?

C. Tahap Pelaksanaan Program Kelompok Kerja Guru (Process)

1. Bagaimana alur pelaksanaan dari program kegiatan KKG ini?

2. Apa peran bapak selama kegiatan ini berlangsung?

3. Bagaimana strategi pelaksanaan dari kegiatan KKG ini?

D. Tahap Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (Product)

1. Bagaimana bapak mengevaluasi SDM yang terlibat dalam kegiatan

ini?

2. Apa saja dampak yang timbul terhadap eksistensi KKG ini?

3. Apa harapan bapak terhadap program kegiatan ini?

4. Prestasi apa saja yang diraih berkat KKG baik dari guru, siswa, dan

sekolah?

Responden: Ketua KKG

A. Tahap Perencanaan Program Kelompok Kerja Guru (Konteks)

1. Apa saja yang dibutuhkan peserta dari kegiatan ini?

2. Apa saja kegiatan-kegiatan yang akan akan diterapkan sesuai

kebutuhan?

3. Apa saja tujuan yang ingin dicapai dari program kegiatan ini?

4. Bagaimana caranya bapak mengidentifikasi target peserta?

Page 120: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

104

B. Tahap Pengorganisasian Program Kelompok Kerja Guru (Input)

1. Apa peran dari masing-masing SDM yang terlibat?

2. Bagaimana peran bapak dalam memfasilitasi kegiatan?

3. Bagaimana cara memanfaatkan sumber dana yang ada?

C. Tahap Pelaksanaan Program Kelompok Kerja Guru (Process)

1. Bagaimana Implementasi Kegiatan KKG ini?

2. Bagaimana teknis pelaksanaan kegiatan-kegiatannya?

D. Tahap Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (Product)

1. Bagaimana teknik evaluasi program dari kegiatan ini?

2. Apa saja yang di evaluasi pada program kegiatan ini?

3. Bagaimana tindak lanjut pasca program ini?

Responden: Peserta

A. Tahap Perencanaan Program Kelompok Kerja Guru (Konteks)

1. Apa yang bapak/ibu butuhkan dari kegiatan ini?

2. Kegiatan seperti apa yang Ibu/bapak harapkan dari program ini?

B. Tahap Pengorganisasian Program Kelompok Kerja Guru (Input)

1. Bagaimana sarana dan prasarana yang yang disediakan?

2. Bagaimana kinerja para pengurus dalam menyelenggarakan

kegiatan?

3. Bagaimana kegiatan bisa berjalan tanpa adanya dana?

4. Bagaimana kesan bapak terhadap pemandu dalam menyampaikan

materi?

C. Tahap Pelaksanaan Program Kelompok Kerja Guru (Process)

1. Apakah kegiatan yang dilaksanakan telah efektif dan memenuhi

kebutuhan bapak?alasannya!

2. Apakah metode yang diterapkan sudah menarik terhadap peserta?

3. Hambatan apa saja yang ditemui selama keterlaksanaan program?

4. Hal apa saja yang mendukung keterlaksanaan program tersebut?

D. Tahap Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (Product)

1. Apa saja keunggulan dan kelemahan dari program ini?

2. Bagaiamana saran bapak/ibu terhadap program ini?

3. Apa harapan bapak/ibu terhadap program ini ke depannya?

Page 121: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

105

PEDOMAN OBSERVASI

1. Mengamati keadaan lingkungan sekolah secara geografis

2. Mengamati keadaan sarana dan prasarana di SDN Dukuh 01 dan SDN Dukuh

04:

a. Keadaaan ruang kelas, ruang TU, Sekretariat, halaman sekolah, tempat

ibadah atau mesjid.

b. Alat atau media yang digunakan dalam proses kegiatan

3. Mengamati pelaksanaan kegiatan Kelompok Kerja Guru:

a. Mengamati aktivitas para peserta dan pengurus KKG

b. Mengamati rangkaian kegiatan KKG

c. Mengamati evaluasi dari kegiatan KKG

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Profil Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor

2. Data peserta guru-guru KKG di Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor

3. Struktur Organisasi KKG Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor

4. Visi, misi, dan tujuan KKG Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor

5. Bukti Fisik dan Dokumentasi yang ada di sekolah selama kegiatan

6. Matriks Program kegiatan KKG Gugus VI Dukuh Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor periode 2017-2018

7. Dokumentasi hasil belajar siswa

8. Dokumen prestasi karya guru

9. Dokumentasi foto hasil observasi

Page 122: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

106

HASIL DATA WAWANCARA

A. Evaluasi Konteks

1. Kebutuhan

a. Program kkg sangat saya butuhkan, karena dapat memberikan

inovasi dalam pembelajaran. Saya berusaha mengkondisikan zaman

sekarang dengan kemauan siswa. Program kegiatan ini sangat

bermanfaat bagi saya. Apalagi ketika belajar tentang soal HOT.

Tidak membuat anak kaget dengan soal yang guru berikan tapi

diberikan stimulus di awal dahulu. Apalagi karir kita ditentukan

pada kegiatan disini. Karena adanya sertifikasi yang membuat guru-

guru semangat (Guru Enting sebagai Peserta KKG).

b. Kebutuhan sudah sangat sesuai dengan keinginan peserta apalagi

pengurus sudah memiliki banyak pengalaman dalam mengajar.

Seperti Guru-guru masih kurang dalam penerapan belajar seni sunda

yaitu menyanyikan pupus asmirandah agar siswa lebih terbiasa

karena itu merupakan budaya sunda yang harus dpelajari oleh siswa

(Guru Ita sebagai Peserta KKG).

2. Latar Belakang

a. Melanjutkan ketua gugus sebelumnya dikarenakan ketua gugus

sebelumnya pensiun yang disetujui oleh PGRI dan Dinas

pendidikan. Beliau menjabat dari ketua gugus I berpindah jabatan

menjadi ketua gugus VI dan sekarang sudah berjalan sekitar 2 tahun,

beliau juga sebagai kepala sekolah dari sekolah induk KKG (Guru

Mamat sebagai Ketua Gugus)

b. Prinsip yang dibangun dari KKG ini adalah prinsip demokrasi yaitu

dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Ketua KKG sendiri ingin

membangun kesadaran peserta KKG bahwa wadah KKG ini penting

bagi mereka dalam mengembangkan kompetensinya dan

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik.

Peserta yang akan mencari KKG bukan KKG yang mencari mereka

(Guru Devi sebagai Ketua KKG).

c. Saya bekerjasama dengan ketua KKG untuk mengembangkan

gugusnya salah satunya dengan mengaktifkan kembali KKGnya.

Dan sekarang sudah terlihat perkembangannya yang disebabkan

Page 123: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

107

bukan karena ketua gugus atau ketua KKG tetapi karena Guru-

gurunya (Guru Mamat sebagai Ketua Gugus).

d. Musyawarah tentang Perencanaan program KKG diikuti oleh semua

pengurus KKG dan Guru-guru yang terlibat. Semua masukan dan

ide dari semua elemen diterima dengan baik (Guru Mamat sebagai

Ketua Gugus).

e. Awalnya Planning di konsepkan oleh ketua KKG kemudian

disosialisasikan ke semua pengurus KKG dalam hal ini beberapa

kepala sekolah dan dimusyawarahkan bersama (Guru Oom sebagai

Pengurus Gugus).

B. Evaluasi Input

1. Sarana dan prasarana

a. Banyak sekali kekurangan seperti keamanan kelas yang terdapat

atap yang pada bolong, suhu di ruangan panas sehingga ada juga

peserta yang gelisah dan keluar dari ruangan. Apalagi ruas-ruas

atapnya bukan terbuat dari kayu makanya udara ke ruangan sedikit

yang masuk. Pohon-pohon yang ada pun sedikit (Guru Enting

sebagai Peserta KKG).

b. Pengurus sudah memaksimalkan kegiatan agar kondusif. Ya

walaupun memang dari segi ruangan cukup panas dan ada beberapa

peserta yang keluar masuk ketika materi sedang berlangsung. Tapi

ini dikembalikan dari motivasi peserta mengikuti kegiatan ini. Ada

guru senior tapi semangatnya sangat berkoar tapi ada juga guru

senior yang beranggapan kegiatan ini hanya formalitas karena ini

sudah ada guru-guru muda yang terlibat. Ada 7 orang guru yang

terinfeksi penyakit seperti ini yang sekedar hanya mengisi absen

saja lalu pulang lagi tapi ini dikembalikan dari komunikasi kepala

sekolah ke semua guru-gurunya (Guru Ita sebagai Peserta KKG).

c. Kebutuhan KKG ini yang belum terpenuhi adalah dari ruangannya

yang belum ideal karena masih memakai ruangan kelas yang masih

di sekat (Guru Oom Sebagai Pengurus Gugus).

d. Ruangan masih sederhana karena yang dipakai adalah ruang belajar

peserta didik di masing-masing sekolah. Tapi untuk perlengkapan

yang menunjang materi seperti spidol, karton, dll itu sudah lengkap

karena sudah disiapkan langsung dari pihak pengurus KKG sendiri

(Guru Arief Sebagai Peserta KKG).

Page 124: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

108

2. Pengurus

a. Usaha mereka menyelenggarakan program sudah bagus. Mereka

memberikan layanan yang maksimal. Seperti perlengkapan ATK

yang sudah disediakan jadi peserta tinggal hadir saja dan aktif.

Peserta pun dipantau langsung oleh kepala sekolah masing-masing

yang membuat mereka tidak bisa berdalih untuk tidak hadir

walaupun masih ada juga yang masih bandel. Karena itu sudah

pembawaan dirinya yang membuat dia seperti itu (Guru Enting

sebagai Peserta KKG).

b. Kinerja Pengurus sudah menjalankan kegiatan dengan baik.

Kepengurusan sekarang sangat konsisten dengan job yang

dimilikinya tanpa saling berharap antar pengurus yang lain. Apalagi

ketika perekrutan pengurus ini memang sudah sangat siap untuk

ditunjuk. Kedatangan pengurus selalu datang lebih awal daripada

peserta ketika kegiatan (Guru Ita sebagai Peserta KKG).

3. Pendanaan

a. Sumber dana kebanyakan dari peserta sendiri dengan seikhlasnya.

Bahkan saya menunggak 3 bulan tidak pernah menyumbang tapi

saya berkontribusi dengan tenaga. Salah satunya dengan memasak

konsumsi untuk peserta (Guru Enting sebagai Peserta KKG).

b. Sumber danannya dari sekolah biasanya diambil dari dana BOS.

Keiatan KKG ini sangat bergantung pada dana. Karena untuk

memenuhi kebutuhan peserta khususnya Konsumsi. Sedangkan

perlengkapan ATK dari iuran peserta tiap pertemuan (Guru Ita

sebagai Peserta KKG).

c. Dana KKG dulu ditanggung oleh bank dunia untuk membiayai

narasumber, ATK, bahkan untuk memenuhi konsumsi peserta. Tapi

sekarang KKGlah yang harus menanggung sepenuhnya walaupun

ada pemberian 3-4 rim kertas dari DISDIK yang itupun tidak cukup

digunakan selama kegiatan. Berangkat dari masalah tersebut, peserta

KKG pun berinisiasi tanpa adanya tendensi dari ketua KKG untuk

berkontribusi juga dalam kegiatan ini yaitu setiap peserta wajib

mengumpulkan uang kas Rp 5000/pertemuannya demi kelancaran

kegiatan. Uang itu pun digunakan hanya untuk memenuhi konsumsi

peserta dan peralatan-peralatan lainnya yang dibutuhkan pada saat

kegiatan (Guru Devi sebagai ketua KKG).

Page 125: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

109

d. Sumber pendanaan dari pelaksanaan KKG sepeserpun tidak ada dari

dinas pendidikan tetapi dari iuran guru-guru semua yang dihitung

Rp 5000/org tiap pekannya (Guru Mamat Devi sebagai Ketua

Gugus).

4. Pemateri

a. Pematerinya sudah bagus karena sangat menghargai dan sifatnya

tidak menggurui apalgi materi display kelas (Guru Enting sebagai

Peserta KKG).

b. Pematerinya sudah bagus karena sangat menyajikan materi sangat

menarik, variatif, dan tidak monoton. Apalagi karena pematerinya

kebanyakan diambil dari aktivis SGI yang terkenal menjadi guru

model diantara guru-guru yang lain. Tapi kekurangannya bagaimana

cara berkomunikasi yang sangat terburu-buru dan ribet. Hal ini

terjadi mungkin karena nervous. Mereka mengisi pelatihan yang

seperti ini perdana walaupun bekalnya sudah matang. Makanya

tinggal dipadatkan saja jam terbangnya ke depannya (Guru Ita

sebagai Peserta KKG).

C. Evaluasi Proses

1. Penghambat

a. Pelaksanaan kegiatan terkadang ngaret. Apalagi ketika dari ketua

KKKS yang hadir menyaksikan kegiatan kkg ini langsung. Dia

menyampaikan sambutannya sangat lama dan tidak berhubungan

dengan kegiatan yang akan dilakukan. Akhirnya peserta tidak

antusias mendengarnya karena pemaparannya yang tidak nyambung

(Guru Ita sebagai Peserta KKG).

b. Faktor penghambat selama kegiatan salah satunya adalah persoalan

dana yang selalu dibayang-bayangi oleh pungli. Contohnya

pembuatan laporan kegiatan umum ke pihak Disdik , yaitu peserta

wajib membuat laporan dalam bentuk resume yang isinya materi apa

saja yang telah didapatkan dan apa saja yang sudah

diimplementasikan setelah mendapatkan materi tersebut. Tapi untuk

menghindari kelalaian dan menumbuhkan motivasi peserta untuk

tetap konsisten mengikuti kegiatan maka saat ini Ketua KKG dulu

yang membuat laporan semuannya dengan syarat mengumpulkan

dana sebesar Rp 50.000/ orang yang rinciannya salah satunya adalah

60% dari dana tersebut untuk memenuhi keotoritasan dari para

pungli baik pihak UPT bahkan Disdik. Dan nantinya di KKG

Page 126: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

110

bermutu selanjutnya mereka sendiri yang termotivasi untuk

membuat laporannya secara mandiri dengan modal keloyalitasan

sebelumnya (Guru Devi sebagai Ketua KKG).

2. Pendukung

a. Kepala sekolah salah satu faktor pendukung efektifnya kegiatan ini.

Mereka memberikan contoh yang baik terhadap peserta salah

satunya dengan hadir memantau guru-gurunya ketika kegiatan

berlangsung. Jadi peserta merasa senang di pantau karena mereka

menganggap kepala sekolah peduli dengan pengembangan diri

mereka. Gugus disini pun sangat diminati oleh gugus lain. Guru-

guru dari gugus lain sangat iri karena antusias guru-guru disini

sangat memotivasi guru-guru lain. Bahkan mereka diberi

kesempatan untuk bisa menyaksikan kegiatan ini tapi belum

diberlakukan di periode ini tapi periode selanjutnya secara gratis.

Informasi yang menarik dari kegiatan ini mereka tahu dari media

sosial karena setiap pasca kegiatan selalu diposting tapi bukan utuk

riya atau ujub melainkan sharing demi memotivasi guru-guru lain

(Guru Ita sebagai Peserta KKG).

b. Faktor pendukung selama kegiatan adalah sosok kepala sekolah dari

masing-masing delegasi sekolah yang mensupport kegiatan tersebut

hingga merelakan dirinya juga menjadi peserta dari kegiatan ini.

Bukan hanya itu, kontribusinya secara materi pun tidak ketinggalan

demi kelancaran KKG ini. Keahlian pemandu juga dalam mengelola

kelas terlihat sangat menyenangkan dan efektif. Indikatornya peserta

sangat antusias, dan tidak ada yang mengantuk selama kegiatan,

apalgi sampai pulang (Guru Devi Sebagai Ketua KKG).

c. Faktor pendukung sehingga berjalannya KKG itu dari kerja sama

kepengurusan, yaitu antar para kepala sekolah, ketua gugus, dan

ketua KKG. Salah satunya saling membantu dalam hal pendanaan

demi kesuksesan kegiatan (Guru Oom Sebagai Pengurus Gugus).

3. Keunggulan dan kelemahan

a. Menambah wawasan bahkan pengalaman dari guru-guru.

Kelemahannya waktu kegiatan berbenturan dengan jam mengajar di

sekolah. Sehingga anak-anak harus dipulangkan dulu. Alasan tidak

dilaksanakan di sore hari pun karena dengan pertimbangan kondisi

peserta yang ada sebagai ibu rumah tangga mengurus anak-anak dan

rumahnya cukup jauh dari lokasi kegiatan (Guru Ita sebagai

Peserta KKG).

Page 127: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

111

b. Dari 64 peserta hanya 4 peserta saja yang tidak mendapatkan

sertifikat karena faktor kemalasan yang kesepakatannya minimal 5x

pertemuan hadir dari 7x pertemuan. Walaupun sebenarnya ada 2

orang peserta lagi yang tidak memenuhi 5x pertemuan tapi karena

alasan yang logis yaitu karena ketidakhadirannya itu gunakan untuk

mewakili KKG dalam pelatihan PKB (Guru Devi sebagai Ketua

KKG).

c. Alhamdulillah ketua KKG membuktikan strategi jitunya yaitu

membuat ruangan menjadi satu, dan mengundang para kepala

sekolah juga untuk menjadi peserta yang notabenenya mereka juga

adalah seorang guru, serta kemampuan pemandu dalam

menghadirkan metode yang variatif ketika penyampaikan materi,

apalagi ditambah dengan kesepakatan yang telah disepakati sebagai

syarat pengambilan sertifikat. Hal inilah yang membuat para peserta

lebih memilih bertahan untuk berpartisipasi dalam kegiatan hingga

selesai (Guru Arief sebagai Peserta KKG).

d. Walaupun masih ada juga segelintir peserta tidak hadir (padahal

sudah di informasikan oleh kepsek) yang menganggap ini bukan

kebutuhannya, tapi ketika ada keperluan administrasi yang harus

dibubuhi tanda tangan ketua gugus dia baru menyesal. Ketua gugus

juga tidak serta merta menandatanganinya bukan karena ingin

mempermainkan tapi sebagai upaya sadar agar peserta ini bisa

komitmen lagi ikut KKG ini (Guru Mamat sebagai Ketua Gugus).

e. Kehadiran peserta dipantau oleh kepala sekolah dengan melihat

absen kehadiran sebelum kegiatan dan sesudah kegiatan dan ada

reward juga seperti penghargaan bagi peserta yang disiplin dan aktif

nantinya (Guru Oom Sebagai Pengurus Gugus).

f. Gugus VI ini satu-satunya gugus di kecamatan cibungbulang yang

menjadi penerima manfaat dari dompet dhuafa pendidikan seperti

pemberian buku-buku bacaan di perpustakaan, dsb (Guru Oom

Sebagai Pengurus Gugus).

g. Waktu pelaksanaan KKG sangat fleksibel. Untuk harinya tidak ada

penetapan hari yang konsisten tapi diselang seling. Seperti minggu

pertama di hari kamis di sekolah A, dan di hari sabtu di sekolah B,

dan di hari rabu di sekolah C. Ini dilakukan sebagai upaya untuk

memeratakan kondisi guru-guru ketika mengajar. Agar di masing-

masing kelas tidak ada jam mengajar yang terganggu secara teruss

menerus. Dan di hari ahad difokuskan untuk mengisi waktu bersama

Page 128: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

112

keluarga. Sedangkan untuk jamnya, KKG selalu dimulai jam 9

sampai dengan jam 2. Tapi berdasarkan pertimbangan dari pemateri

yang meminta untuk tidak terlalu lama dan peserta juga masih ada

yang berstatus sebagai mahasiswa dan harus kuliah maka

pelaksanaan KKG dipercepat hanya sampai jam 12 saja. Kalaupun

waktunya masih molor maka guru-guru yang punya kepentingan

akan minta izin langsung kepada KKG (Guru Arief sebagai

peserta KKG).

D. Evaluasi Produk

1. Kesan

a. Peserta terlihat sangat antusias, karena ilmu yang didapatkan adalah

ilmu yang sifatnya baru bagi mereka sunda (Guru Lilis sebagai

Pengurus KKG)

b. Pemateri juga memiliki pengaruh yang sangat penting dalam

menunjang keefektifan pelatihan. Apalagi pematerinya di selang

seling dari gugus masing-masing (Guru Yoyoh sebagai Pengurus

Gugus).

c. Peserta sudah mandiri, dalam artian tanpa di paksa lagi ikut KKG

mereka sudah hadir dan Selain transfer ilmu, ini juga sebagai ajang

untuk mempererat silaturrahim (Guru Oom Sebagai Pengurus

Gugus).

d. Hasil observasi masing-masing kepala sekolah, ternyata guru-guru

sudah menerapkan ilmu dari pelatihan KKG di kelas masing-masing

seperti sebelum masuk memulai pelajaran selalu diawali dengan ice

breaking terlebih dahulu menyanyi, bermain, dsb (Guru Oom

Sebagai Pengurus Gugus).

e. Sebelum mengikuti KKG ini, setiap pembelajar di kelas masih

biasa-biasa saja dan masih berpatokan sama buku, apa yang ada

dalam buku itulah yang saya sampaikan dan belum pandai

menggunakan media pembelajaran. Tapi setelah aktif dalam

kegiatan ini sudah bisa merangsang pembelajaran kepada anak-anak

salah satunya dengan adanya display kelas. Karena adanya display

kelas semakin termotivasi dalam belajar. Ilmu seperti hanya saya

dapatkan di selama pelatihan KKG ini (Guru Arief sebagai Peserta

KKG).

Page 129: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

113

2. Harapan

a. Harapannya guru-guru mendapatkan ilmu dan mampu

mengamalkannya ketika KBM, dan bisa memicu guru-guru muda

untuk menjadi pemimpin di sekolahnya (Guru Mamat sebagai

Ketua Gugus).

b. Mungkin persoalan ketepatan waktu. Awalnya dijadwalkan jam 9

tapi dilaksanakn jam 10. Jadi ke depannya on time jam 9. Walaupun

peserta masih sedikit tapi melihat waktu jadi harus tetap

dilaksanakan. kebiasaan sebelum kegiatan juga harus ada dan saya

rekomendasi kebiasaan menyanyi lagu pupuh sunda (Guru Ita

sebagai Peserta KKG).

c. Program ini harus dipertahankan dan berkelanjutan karena kegiatan

ini merupakan konsumsi para guru-guru demi meningkatkan

kinerjanya (Guru Oom Sebagai Pengurus Gugus).

Page 130: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

114

Lampiran III: Data Keuangan

Page 131: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

115

Page 132: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

116

Page 133: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

117

Lampiran IV : Dokumentasi

Gambar 1: Slogan KKG Gugus VI Dukuh

Gambar 2: Semua Peserta Menyanyikan lagu Indonesia Raya

Page 134: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

118

Gambar 3: Diskusi Program Kerja KKG Gugus VI Dukuh 2017-2018

Gambar 4: Sambutan Drs. Ceceng Setiawan, MM sebagai Pembna

Administrasi

Page 135: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

119

Gambar 5: Hasil Display Kelas Peraturan yang terbaik (Sesi 1)

Gambar 6: Peserta Terbaik di Workshop Display Kelas

Page 136: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

120

Gambar 7: Display Kelas Prestasi Terbaik (Sesi 2)

Gambar 8: Suasana Kegiatan Display Kelas (Sesi 2) bersama

Pemateri

Page 137: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

121

Gambar 8: Kehadiran Agus Sutisna, S.Pd, MM sebagai

Pembina Teknis

Gambar 10: Piagam Penghargaan diberikan Kepada Pemateri

Page 138: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

122

Gambar 11: Sambutan oleh Ketua KKG

Gambar 12: Sambutan Peneliti dalam kegiatan KKG

Page 139: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

123

PROFIL PENELITI

Peneliti di lahirkan pada tanggal 21 Desember

1992 tepatnya di Kota Makassar, Sulawesi

Selatan dengan nama lengkap Muh. Wahyuddin

S. Adam. Peneliti merupakan anak pertama dari

tujuh bersaudara, Putra dari pasangan Bapak Ir.

Syafruddin A. Adam dan Ibu Aslia Jalil M.Pd.

Pendidikan formal yang diselesaikan peneliti yaitu:

1. SD Inpres Hartako Indah pada tahun 1998-2004

2. Pesantren Tarbiyah Takalar pada tahun 2004-2005

3. Pondok Pesantren Gontor VII Kendari pada tahun 2005-2006

4. Mts Hubbul Wathan pada tahun 2006-2007

5. MAN 01 Makassar pada tahun 2007-2010

6. S1 Universitas Muhammadiyah Makassar, Program Studi Pendidikan

Agama Islam pada tahun 2010-2014

7. S2 Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Manajemen

Pendidikan pada tahun 2018

Pekerjaan atau organisasi yang pernah digeluti yaitu:

1. Pernah aktif di organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Makassar

pada tahun 2012-2014

2. Pernah bekerja di Carrefour sebagai Trolly Boy pada tahun 2013

3. Pernah bekerja di Johny Andrean School sebagai Pelajar pada tahun

2014

4. Pernah bekerja sebagai Surveyor di Lembaga Riset Indonesia pada

tahun 2015

Page 140: Di Susun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42636/2/MUH... · E Mim m Em F Nun n En H Wawu w We @¾ Ha h Ha ! Hamzah ˇ Apostrof ...

124

5. Pernah aktif di komunitas Sekolah Inspirasi Alam pada tahun 2015

6. Pernah aktif di MIX Martial Club of Makassar sebagai anggota pada

tahun 2015

7. Pernah menjadi pelajar di Pare, Kampung Inggris pada tahun 2016

8. Pernah menjadi Founder dari Lesson Plan Lovers Community 2017

9. Sekarang menjadi Aktivis Sekolah Guru Indonesia-Dompet Dhuafa

University sebagai guru, trainer pendidikan, pendamping sekolah dan

tim teaching.