DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN,...

16
PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Disusun Oleh : EDI MUSTAPA NIM: G000 090 132 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Transcript of DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN,...

Page 1: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN

DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO,

NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Disusun Oleh :

EDI MUSTAPA

NIM: G000 090 132

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT
Page 3: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS AGAMA ISLAM Jl. A. Yani Tromol Pos I. Pabelan. Kartasura Telp (0271) 717417, 719483 Fax 715448

Surakarta 57102 http://www.ums.ac.id Email: [email protected]

SURAT PERNYATAAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini, pembimbing skripsi / tugas akhir:

Nama : Drs. Ari Anshori, M.Ag.

NIK :

Telah membaca dan mencermati naskah artikel dan publikasi ilmiah, yang

merupakan ringkasan skripsi / tugas akhir dari mahasiswa

Nama : Edi Mustapa

NIM : G000090132

Fakultas/Jurusan : FAI / Tarbiyah

Jenis : Skripsi

Judul : PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN

AL-QUR’AN DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN,

SARIHARJO, NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian

persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 20 Juni 2013

Pembimbing

Drs. Ari Anshori, M.Ag.

Page 4: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

1

ABSTRAK Pemebelajaran Al-Qur’an merupakan suatu proses belajar Al-Qur’an

yang disampaikan pendidik kepada peserta didik, dengan tujuan agar peserta didik

bias membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah

ditentukan. Adapun model pembelajaran yang menggunakan metode praktis

adalah dengan menggunakan metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an. Metode ini

disusun untuk belajar cepat dalam membaca Al-Qur’an. Pelajar yang sungguh-

sungguh akan segera bias membaca setelah mempelajari buku tersebut. Dengan

diterapkannya metode 10 jam ini peserta didik diajari secara langsung tanpa harus

dieja, cepat, benar dan lancar.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk

melakukan penelitian tentang penerapan metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an.

Rumusan masalah yang peneliti ambil yaitu: 1) Bagaimana penerapan metode 10

jam pembelajaran Al-Qur’an di SDIT Taruna Al-Qur’an Yogyakarta, 2) Faktor

apa yang mendukung dan menghambat penerapan metode 10 jam pembelajaran

Al-Qur’an. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan

metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an dan faktor pendukung dan

penghambatnya. .Adapun kegunaan penelitian ini untuk menambah teori-teori

dalam pendidikan Al-Qur’an dan sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk

meningkatkan kualitas layanan pembelajaran Al-Qur’an. Metode pengumpulan

data yang digunakan yaitu observasi, dokumentasi, dan wawancara. Adapun

analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode 10 jam

pembelajaran Al-Qur’an dilakukan melalui 4 program pembelajaran, diantaranya:

(1) program pembelajaran pemula, yaitu mengenalkan huruf hijaiyah dan

pelafadzan huruf Arab, (2) program pembelajaran pra tahsin, yaitu menguasai

hukum-hukum bacaan berdasarkan kaidah tajwid, (3) program pembelajaran

tahsin, yaitu perbaikan bacaan yang terkadang masih melakukan kesalahan jaly

mapun kesalahan khafy, (4) program pembelajaran tahfidz, yaitu sebelum mulai

menghafal Al-Quran terlebih dulu siswa harus membaca dengan melihat mushaf.

Adapun yang menjadi faktor pendukung dalam pembelajaran, yaitu: (1) alat

peraga, buku pegangan siswa dan guru, (2) sarana prasarana yang memadai, (3)

sumber daya manusia, yaitu guru, peserta didik dan orang tua. Sedangkan faktor

pengambat, yaitu: (1) guru yang tidak memahami psikologi siswa, (2) peserta

didik yang tidak konsentrasi dalam belajar.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan metode

10 jam pembelajaran Al-Qur’an di SDIT Taruna Al-Qur’an Yogyakarta

dipandang sudah efektif. Melalui tahapan yang logis peserta didik diajarkan

bagaimana cara membaca Al-Qur’an secara tartil sesuai dengan kaidah tajwid

yang benar.

Page 5: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

2

A. PENDAHULUAN

Pelajaran Al-Qur’an merupakan salah satu dari mata pelajaran

agama Islam, yang mana telah diketahui bahwa Al-Qur’an adalah

kalamullah (Firman Allah) baik huruf-huruf maupun maknanya yang

diturunkan kepada Rasul-Nya yang terakhir Nabi Muhammad Shalallahu

‘alaihi wassalam (Al-Fauzan, 2006: 4). Al-Qur’an merupakan sumber

ajaran agama Islam yang utama dan pertama, maka dari itu sangatlah

penting bagi umat Islam untuk mempelajari dan memahami kandungan isi

Al-Qur’an.

Dalam perkembangannya, pembelajaran Al-Qur’an tidak lepas dari

pengaruh keluarga dan lingkungan masyarakat, sebab keluarga dan

lingkungan masyarakat memberikan pengaruh yang kuat terhadap

pendidikan anak. Dengan demikian, keberhasilan dalam pembelajaran Al-

Qur’an tidak cukup hanya diberikan di sekolah saja, akan tetapi orang tua

dan masyarakat juga berperan dalam pendidikan tersebut.

Ada beberapa keluhan yang muncul berkaitan dengan proses

pembelajaran Al-Qur’an, baik itu di Madrasah Ibtidaiyah, maupun

kalangan masyarakat umum. Mereka merasa membutuhkan waktu yang

lama untuk dapat membaca Al-Qur’an.

Realitasnya, secara umum kebanyakan anak-anak usia Sekolah

Dasar (SD) belum dapat membaca Al-Qur’an dengan baik. Namun di

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Taruna Al-Qur’an, peserta didiknya

sudah mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan lancar, bahkan

Page 6: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

3

mayoritas siswa kelas 4 di SDIT Taruna Al-Qur’an sudah mampu

menghafal 3 Juz dari Al-Qur’an.

Pembelajaran Al-Qur’an adalah bagian dari belajar bahasa Arab,

karena Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Oleh karena itu, dalam

pembelajaran Al-Qur’an juga harus menggunakan metode pembelajaran

bahasa Arab. Namun selama ini, pembelajaran Al-Qur’an seolah-olah

terpisahkan dari bahasa Arab, sehingga banyak buku yang terbit tentang

pembelajaran Al-Qur’an yang mengabaikan metode yang lazim digunakan

untuk pembelajaran bahasa Arab.

Untuk mengatasi permasalahan siswa yang belum dapat membaca

Al-Qur’an, guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk mencari solusi

yang tepat agar pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya pada

pembelajaran Al-Qur’an lebih diminati oleh peserta didik, yakni dengan

mengunakan metode yang tepat dalam pembelajaran tersebut. Dengan

demikian, akan menumbukan minat dan perhatian peserta didik sehingga

proses belajar mengajar akan dapat berhasil secara lebih maksimal.

Metode pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan di SDIT Taruna Al-

Qur’an saat ini adalah Metode 10 Jam. Metode ini disusun secara praktis

untuk belajar cepat dalam membaca Al-Qur’an. Pelajar yang bersungguh-

sungguh akan dapat segera bisa membaca Al-Qur’an setelah mempelajari

kandungan buku tersebut. Jika ia mempelajarinya dua jam sehari, maka

kurang dari seminggu akan mampu membaca Al-Qur’an (Chirzin, 2007:

3).

Page 7: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

4

B. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah penelitian lapangan,

karena penelitian ini berusaha menelaah kejadian sosial dalam suasana

yang berlangsung secara alamiah. Sedangkan pendekatan yang

digunakan adalah kualitatif. Robert Begdan dan Steven J yang dikutip

Moleong (2005: 3) mengatakan pendekatan kualitatif yaitu “penelitian

yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang

tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati”.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu:

a. Kepala Sekolah SDIT Taruna Al-Qur’an Sleman Yogyakarta, adalah

sebagai sumber data dalam mengungkap data tentang sejarah

perkembangan, struktur organisasi, kondisi dan situasi sekolah

secara umum serta sarana dan prasarana yang tersedia.

b. Guru pengajar Al-Qur’an, untuk menggali data tentang metode yang

digunakan dalam pengajaran Al-Qur’an di SDIT Taruna Al-Qur’an,

Sleman Yogyakarta, faktor pendukung dan penghambat.

3. Metode Pengumpulan Data

Adapun beberapa metode yang digunakan untuk mengumpulkan

data adalah:

a. Metode observasi

Page 8: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

5

Observasi dilakukan peneliti masuk ke dalam lembaga dan

menjadi bagian tim kerja. Dalam hal ini peneliti terlibat dengan

kegiatan sehari-hari orang yang diamati yang digunakan sebagai

sumber data penelitian (Sugiyono, 2007: 64).

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data secara langsung

tentang kegiatan yang terkait dengan proses belajar mengajar,

khususnya metode pembelajaran Al-Qur’an, keadaan lingkungan dan

letak geografis.

b. Metode interview

Esterberg (dalam Sugiyono, 2007: 72) mendefinisikan

wawancara dengan pertemuan dua orang bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini, wawancara yang

digunakan adalah wawancara terstruktur, yaitu pewancara memiliki

daftar pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya untuk

ditanyakan kepada nara sumber (Sugiyono, 2007: 73).

Adapun kegunaan metode ini untuk mendapatkan data tentang

pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an serta faktor pendukung dan

penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an.

c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi atau pengumpulan dokumen adalah “cara

pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

Page 9: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

6

catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan

lain sebagainya” (Arikunto, 2002:149).

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang

pengelolaan materi, metode pengajaran yang diterapkan, struktur

kepengurusan, serta komponen pelaksana pendidikan di SDIT

Taruna Al-Qur’an, yaitu data tentang nama guru dan karyawan,

siswa, sarana dan prasarana, serta profil lain tentang lembaga.

2. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses pencarian dan penyusunan secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami dan

temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Bogdan dalam

Sugiono, 2007: 88). Adapun metode yang digunakan dalam

menganalisis data yaitu deskriptif kualitatif dengan konsep yang

diberikan Miles dan Hubermen. Miles dan Hubermen (dalam Sugiono,

2007: 91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada

setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas. Aktivitas dalam

analisis data, yaitu data reduction (reduksi data), data display

(penyajian data), dan conclusion drawing/verification (penarikan

kesimpulan dan verifikasi).

Page 10: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

7

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Program pembelajaran pemula

Program pembelajaran pemula adalah kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengenalkan bacaan Al-

Qur’an kepada peserta didik yang belum mengenal huruf dan

mereka yang tingkat bacaannya masih terbata-bata. Dalam program

ini, peserta didik diperkenalkan huruf hijaiyah dan pelafadzan

huruf Arab yang berharakat fathah, kasrah, dhammah, tanda-tanda

waqof (berhenti), tanda ash shifr (tanda huruf mati), contoh-contoh

latihan, mad (bacaan panjang) beserta keterangannya. Berdasarkan

data yang tercantum, bahwa kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan oleh SDIT Taruna Al-Qur’an Yogyakarta adalah

mengenalkan dan melafadzkan huruf Arab. Adapun

pelaksanaannya yaitu guru memberikan contoh atau mendikte

santri di depan kelas kemudian ditirukan oleh semua santri secara

berulang-ulang sampai bacaan siswa sesuai dengan yang dibaca

oleh gurunya. Selain itu, siswa juga harus memperhatikan

bagaimana guru mengucapkan huruf-huruf, agar santri dapat persis

seperti waktu guru membaca. Berdasarkan paparan di atas, tampak

bahwa pembelajaran pemula di SDIT Taruna Al-Qur’an telah

berjalan sesuai dengan teori pencapaian tujuan pembelajaran, yaitu:

pertama; mampu membaca Al-Qur’an merupakan tujuan utama.

kedua; mengenal huruf hijaiyah dan melafadzkan huruf Arab yang

Page 11: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

8

berharakat fathah, kasrah, dhamah, tanda-tanda waqaf, tanda-tanda

as-shifr dan mad.

2. Pra tahsin

Program pembelajaran pra tahsin adalah kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan untuk menjelaskan, menerangkan,

dan menguasai praktek kepada para peserta didik yang

mengandung hukum-hukum bacaan tertentu berdasarkan kaidah

ilmu tajwid. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh SDIT

Taruna Al-Qur’an Yogyakarta adalah menguasai praktek hukum-

hukum tajwid. Adapun pelaksanaan kegiatan pra tahsin, yaitu

dengan tehnik individual klasikal baca-simak yang fokus pada

membaca. Tehnik individual digunakan pada saat siswa bertatap

muka dengan guru untuk mengetahui kemampuan masing-masing

siswa dalam menerapkan ilmu tajwid. Tenik klasikal baca-simak

digunakan untuk men-talaqqi-kan bacaan yang diikuti oleh peserta

didik dan guru menyimak, mengoreksi serta membenahi kesalahan-

kesalahan bacaan peserta didik. Setelah selesai kegiatan tersebut,

guru memberikan materi tambahan pada peserta didik, terutama

yang berkaitan dengan ilmu tajwid. Setelah selesai guru

memberikan penilaian atau catatan khusus di buku pemantau

peserta didik sebagai acuan untuk mengetahui prestasi yang dicapai

setiap harinya.

Page 12: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

9

Berpijak pada paparan di atas, tampak bahwa pelaksanaan

pembelajaran pra tahsin di SDIT Taruna Al-Qur’an telah berjalan

sesuai dengan teori pencapaian tujuan pembelajaran, yaitu:

pertama; menguasai hukum-hukum bacaan Al-Qur’an berdasarkan

kaidah tajwid. kedua; mampu membaca Al-Qur’an sesuai dengan

kaidah tajwid.

3. Tahsin

Program pembelajaran tahsin (perbaikan bacaan) adalah

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk peserta didik yang

lancar dalam membaca Al-Qur’an tapi terkadang masih melakukan

kesalahan jaly (jelas) dan kesalahan khofy (samar). Tahsin adalah

sebuah metode pendidikan peningkatan mutu bacaan Al-Qur’an

yang lebih dititik-beratkan pada perbaikan kesalahan-kesalahan

yang umumnya terjadi dalam bacaan Al-Qur’an. Adapun

pelaksanaan kegiatan tahsin, yaitu dengan pendekatan individual

yang menekankan pada sifatul huruf, makhraj, mad dan tajwid.

Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi yang menjadi target

perbaikan dalam pembelajaran tahsin adalah berupa: kesalahan

makhraj, bacaan mad, bacaan nun mati, bacaan tanwin, bacaan mim

mati dan bacaan idghom. Pada kegiatan ini guru memberikan

latihan secara talaqqi sima’i (guru membaca, kemudian peserta

didik memperhatikan dan menirukan) yaitu guru membaca,

kemudian diikuti peserta didik secara berulang-ulang, kemudian

Page 13: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

10

peserta didik secara langsung membaca latihan di depan guru

dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai kegiatan

tersebut, guru memberikan materi tambahan untuk memperlancar

bacaan, seperti: bahasa Arab, do’a sehari-hari dan hafalan surat-

surat pendek serta memberikan motivasi belajar, kemudian guru

memberikan penilaian atau catatan khusus di buku pemantau

peserta didik sebagai acuan untuk mengetahui prestasi yang dicapai

setiap harinya. Berpijak pada paparan di atas, dapat dikemukakan

bahwa pelaksanaan pembelajaran tahsin di SDIT Taruna Al-Qur’an

telah berjalan sesuai dengan teori pencapaian tujuan pembelajaran

tahsin, yaitu: pertama; lancar membaca Al-Qur’an sesuai dengan

kaidah tajwid. Kedua; Bebas dari kesalahan jaly maupun khafy

dalam membaca Al-Qur’an.

4. Tahfidz

Program pembelajaran tahfidz adalah kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan untuk peserta didik yang sudah

mampu membaca Al-Qur’an sesuai dengan tajwid, karena hal

tersebut merupakan penjagaan terhadap keaslian Al-Qur’an.

Sedangkan berdasarkan data yang tercantum pada bab III halaman

49, bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh SDIT

Taruna Al-Qur’an pada program ini peserta didik harus sudah

lancar membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid.

Page 14: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

11

Adapun pelaksanaan kegiatan tahfidz, yaitu sebelum

memulai menghafal Al-Qur’an peserta didik terlebih dahulu harus

membaca Al-Qur’an dengan melihat mushaf di hadapan guru,

kemudian setelah bacaan peserta didik telah benar dan sesuai,

maka dilanjutkan dengan membaca secara berulang-ulang sampai

hafal yang dimulai dari juz 30. Selanjutnya peserta didik maju satu

per-satu menyetorkan bacaannya tanpa melihat mushaf dan guru

menyimak. Setelah selesai, guru memuraja’ah (mengulang-ulang

bacaan) hafalan yang telah dikuasai peserta didik secara serentak

dengan tujuan agar kuat hafalannya, kemudian guru memberikan

penilaian atau catatan khusus di buku pemantauan sebagai acuan

untuk mengetahui prestasi yang dicapai setiap hari.

Berdasarkan pada paparan di atas, dapat dikemukakan bahwa

pelaksanaan pembelajaran tahfidz di SDIT Taruna Al-Qur’an telah

berjalan sesuai dengan teori pembelajaran tahfidz yaitu: sebelum

mulai menghafal peserta didik harus membaca Al-Qur’an dengan

melihat mushaf di hadapan guru, kemudian setelah bacaannya

sudah sesuai dan benar, maka dilanjutkan dengan menghafal yang

dimulai dari juz 30.

Page 15: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

12

D. KESIMPULAN

Hasil pembahasan diatas tentang penerapan metode 10 jam

pembelajaran Al-Qur’an dapat ditarik simpulkan sebagai berikut:

Penerapan metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an di SDIT Taruna Al-

Qur’an dibagi menjadi empat jenjang, yaitu pertama, program

pembelajaran pemula, yaitu mengenalkan huruf hijaiyah dan pelafadzan

huruf Arab; kedua, program pembelajaran pra tahsin, yaitu menguasai

hukum-hukum bacaan berdasarkan kaidah tajwid; ketiga, program

pembelajaran tahsin, yaitu perbaikan bacaan yang terkadang masih

melakukan kesalahan jaly mapun kesalahan khafy; dan keempat, program

pembelajaran tahfidz, yaitu sebelum mulai menghafal Al-Quran terlebih

dahulu siswa harus membaca dengan melihat mushaf, setelah bacaannya

sudah baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid, kemudian dilanjutkan

dengan menghafal yang di mulai dari juz 30

Page 16: DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, NGAGLIK, SLEMAN, …eprints.ums.ac.id/24647/11/Naskah_Publikasi.pdf · 2013. 7. 9. · PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT

13

DAFTAR PUSTAKA

Al-Fauzan, Sholih. 2005. Tadabur Al-Qur’an, Solo: Al-Qowam. .

Chirzin, Muhammad. 2010. Metode Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an 10 Jam,

Yogyakarta: Oval.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R & D, Bandung:

Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta: Rineka Cipta.

Lexy, J Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.