DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari...

146
PENINGKATAN KESADARAN ORANG TUA AKAN PERANNYA DALAM PENDIDIKAN IMAN ANAK MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA MARIA KALASAN BARAT PAROKI MARGANINGSIH KALASAN S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Martina Naul NIM: 041124001 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

Transcript of DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari...

Page 1: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

PENINGKATAN KESADARAN ORANG TUA

AKAN PERANNYA DALAM PENDIDIKAN IMAN ANAK

MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS

DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO

WILAYAH SANTA MARIA KALASAN BARAT

PAROKI MARGANINGSIH KALASAN

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Martina Naul

NIM: 041124001

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2009

Page 2: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

ii

Page 3: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

iii

Page 4: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini, saya persembahkan bagi :

Para Suster Santo Paulus dari Chartres ( SPC ) Distrik Indonesia,

dan kepada keluarga Katolik di Lingkungan Brayat Minulyo

Wilayah Santa Maria Kalasan Barat.

Page 5: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

v

MOTTO

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,

tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah.

(Filp. 4 : 6 )

Page 6: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Februari 2009

Penulis,

Martina Naul

Page 7: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

vii

LEMBARAN PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Martina Naul Nomor Mahasiswa : 041124001 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PENINGKATAN KESADARAN ORANG TUA AKAN PERANNYA DALAM PENDIDIKAN IMAN ANAK MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA MARIA KALASAN BARAT PAROKI MARGANINGSIH KALASAN beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan Royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 27 Februari 2009 Yang menyatakan

( Martina Naul )

Page 8: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul: “PENINGKATAN KESADARAN ORANG TUA AKAN PERANNYA DALAM PENDIDIKAN IMAN ANAK MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA MARIA KALASAN BARAT PAROKI MARGANINGSIH KALASAN”. Pemilihan judul ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap suasana keluarga yang kurang sadar terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga. Persoalan mendasar dari skripsi ini adalah bagaimana membantu para orang tua untuk meningkatkan kesadaran dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dalam keluarga, sehingga anak-anak memperoleh pendidikan yang layak dalam keluarga. Kesadaran yaitu memiliki niat untuk menyusun rencana dengan mempertimbangkan segi positif dan negatif sebelum mengambil suatu tindakan. Kesadaran orang tua dalam pendidikan iman anak dalam keluarga dipengaruhi oleh pendidikan. Katekese model SCP adalah komunikasi iman yang bertolak dari pengalaman hidup yang bersifat dialogis dan partisipatif. Kateksese sebagai pendidikan berpengaruh terhadap kesadaran, sikap dan pengetahuan orang tua dalam beriman. Adapun hipotesis penelitian ini adalah, H0 tidak ada perbedaan kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga sebelum dan sesudah SCP, H1 ada perbedaan kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga sebelum dan sesudah SCP. Penulis mengkaji masalah ini dengan menggunakan metode deskripsi analitis dan penelitian yang berbentuk eksperimen prates-pascates satu kelompok tanpa kontrol. Artinya penulis menggambarkan uji lapangan dan menganalisis permasalah-an sehingga ditemukan jalan pemecahannya. Populasi dalam penelitian ini adalah bapak-ibu katolik di Lingkungan Baryat Minulyo Wilayah Kalasan Barat. Teknik pengambilan sampel bersifat populatif (N) 40 orang. Data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Pengembangan instrumen terhadap masalah yang dibahas dalam penelitian ini menggunakan uji coba terpakai dengan validitas antara 0,3 sampai 0,7 dan reliabilitas 0,484. Dari hasil penelitian yang diperoleh sebelum SCP (prates) dengan jumlah responden (N) 40 memiliki nilai rata-rata (mean) 14,4250, sedangkan setelah SCP (pascates) dengan jumlah responden (N) 40 memiliki nilai rata-rata (mean) 26,7250. Ada perbedaan nilai rata-rata antara prates dan pascates sebesar 12,3000, perbedaan ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih dari nilai rata-rata sebelum SCP. Dari Paired Sample test diperoleh angka signifikansi 0,000 atau lebih besar dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan kata lain ada perbedaan kesadaran yang signifikan antara sebelum dan sesudah katekese model SCP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan disarankan agar katekese model SCP dipakai untuk meningkatkan kesadaran orang tua akan peran dan tanggung jawabnya sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam pendidikan iman anak dalam keluarga.

Page 9: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

ix

ABSTRACT

The title of this thesis is “THE ENHANCING OF THE PARENTS’ AWARENESS OF THEIR ROLE FOR CHILD’S FAITH EDUCATION THROUGH THE CATECHISM MODEL OF SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) IN THE AREA OF BRAYAT MINULYO IN SAINT MARY REGION OF KALASAN BARAT OF MARGANINGSIH KALASAN PARISH”. It is chosen based on the author’s concern on the situation of families that lack of parents’ awareness of their role and responsibility as the first and principle faith educators in family. The basic problem of this thesis is how to help parents to improve their awareness of playing their role and responsibility in the family so that children have proper education in the family. Awareness means intention to compose a plan while considering any positive and negative aspects before taking an action. Children’s awareness in family is influenced by education. The catechism model of SCP is a faith dialogue and participative communication, which is based on life experiences. Catechism is a kind of education that affects parents’ awareness, attitude, and knowledge on faith. The hypothesis of the thesis is, H0 shows no difference of parents’ awareness of their role in faith education as first and principle educators in family before, and after SCP; H1 shows the difference of parents’ awareness of their role in faith education as first and principle educators in family before and after SCP. The writer examine the problem using methods of analytic description and research in the form of pre-test and post test experiment in a group without control. The writer described field examination and analysed the problems to find the answer. The population of this research is Catholic parents in the area of Brayat Minulyo in Saint Mary region of Kalasan Barat. The technique of finding the sample is population (N) 40 people. Data were gathered using questionnaires and interview. The development of the instruments of the problem of the research used Sample Test with its validity between 0,3 to 0, 7, and reliability 0, 484. The result found before the SCP (Pre-test) among the (N) 40 respondents has its mean of 14,4250, meanwhile the result found after the SCP (Post-test) among the (N) 40 respondents has its mean of 26, 7250. The difference means of pre-test and pos-test is 12,3000. This deference is caused by the SCP model of catechism. From the data above, we can conclude that the mean after SCP is more that mean before SCP. From Paired Sample Test it is found the significance of 0, 000 or of more than 0,05, so H0 is refused and the H1 accepted. In other words, there is a significant difference of awareness before and after SCP. Based on the result of the research, it is suggested that the SCP Model of catechism is used to enhance the parents awareness of their role and responsibility as first and principle child’s faith educators in child’s faith education in family.

Page 10: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

x

KATA PENGANTAR

Syukur dan pujian kepada Allah Bapa yang Maha Baik yang telah berkenan

melimpahkan rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul Peningkatan Kesadaran Orang Tua akan Perannya dalam

Pendidikan Iman Anak melalui Katekese model SCP Di Lingkungan Brayat Minulyo

Wilayah Santa Maria Kalasan Barat Paroki Marganingsih Kalasan.

Penulisan skripsi ini dimaksud sebagai salah satu sumbangan

perkembangan katekese bagi para orang tua dalam pendampingan iman anak dalam

keluarga kristiani. Di samping itu skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, perhatian

serta keterlibatan, baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Maka

perkenankanlah penulis menghaturkan terimakasih kepada :

1. Bapak F. X. Dapiyanta, SFK, M. Pd, selaku dosen Pembimbing Akademik

sekaligus pembimbing skripsi, yang dengan setia dan penuh kesabaran hati

memberi pengarahan, semangat dan dorongan sehingga penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan.

2. Bapak P. Banyu Dewa, HS,S.Ag, M. Si, selaku dosen penguji yang dengan

caranya sendiri mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. H. J. Suhardiyanto, S.J, selaku ketua program Studi Ilmu Pendidikan

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, sekaligus dosen penguji yang selalu

mendukung dan menyediakan waktu bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

4. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan

Agama Katolik Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik, membimbing

dan membekali pengetahuan dan teladan yang bermanfaat dan yang mendorong

penulis untuk menyusun skripsi ini.

5. Pemimpin Distrik beserta dewan dan segenap suster SPC, yang telah memberi

kesempatan dan kepercayaan pada penulis untuk menimba Ilmu Pengetahuan di

Page 11: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

xi

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

6. Para Suster SPC komunitas Bunda Maria Yogyakarta, yang mendukung penulis

dengan caranya masing-masing dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak ketua Lingkungan Brayat Minulyo yang telah membantu dan mendukung

penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-teman angkatan 2004/2005 yang telah memberi banyak perhatian melalui

sapaan-sapaan, dukungan dengan caranya masing-masing sampai terselesainya

penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang telah

berkenan memberikan bantuan dalam bentuk apa saja dalam penyusunan skripsi

ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran

dan kritik dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Ahkir kata, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 27 Februari 2009

Penulis

Martina Naul

Page 12: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

xii

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................ iHALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................. iiHALAMAN PENGESAHAN .......................................................... iiiHALAMAN PESEMBAHAN ......................................................... ivMOTTO ............................................................................................ vPERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... viABSTRAK ....................................................................................... viiABSTRACT ..................................................................................... viiiKATA PENGANTAR ...................................................................... ixDAFTAR ISI .................................................................................... xiDAFTAR SINGKATAN .................................................................. xiiiBAB I. PENDAHULUAN ............................................................... 1

A. Latar Belakang Penulisan ..................................................... 1B. Identifikasi Masalah ............................................................. 7C. Batasan Masalah ................................................................... 8D. Rumusan Permasalahan ........................................................ 8E. Tujuan Penelitian .................................................................. 9F. Manfaat Penulisan ............................................................... 9G. Metode Penulisan ............................................................... 10H. Sistematika Penulisan ........................................................... 10

BAB. II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS .......................... 13A. Kajian Pustaka ...................................................................... 13

1. Kesadaran Orang Tua akan Perannya dalam Pendidikan Iman Anak ........................................................................

13

a. Kesadaran ................................................................... 13b. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak......... 14

2. Katekese sebagai Komunikasi Iman dalam Gereja........... 50a. Pengertian Katekese ................................................... 50b. Tujuan Katekese ......................................................... 53c. Isi Katekese ................................................................ 55d. Sumber Katekese ........................................................ 57e. Unsur Katekese .......................................................... 57f. Metode Katekese ........................................................ 59g. Peserta Katekese ........................................................ 61h. Media Katekese .......................................................... 62

3. Pemilihan SCP sebagai Model Katekese Umat yang cocok untuk Meningkatkan Kesadaran Orang Tua Katolik dalam Pendidikan Iman Anak .............................

63

B. Kerangka Pikir ...................................................................... 73C. Hipotesis ............................................................................... 75

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN......................................... 76A. Jenis Penelitian ..................................................................... 76B. Desain Penelitian .................................................................. 76

Page 13: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

xiii

C. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 77D. Populasi Penelitian dan Sampel ........................................... 77E. Metode Pengumpulan Data .................................................. 77

1. Variabel ......................................................................... 782. Definisi Operasional ..................................................... 783. Instrumen Penelitian ..................................................... 784. Kisi-kisi dan Indikator ................................................. 795. Pengembangan Instrumen ............................................. 806. Teknik Analisis Data ..................................................... 82

BAB. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............... 84A. Laporan Hasil Penelitian ...................................................... 84

1. Deskripsi Data Kesadaran Orang Tua dalam Pendidikan Iman Sebelum Kegiatan SCP ..................... 84

2. Deskripsi Data Kesadaran Orang Tua dalam Pendidikan Iman Sesudah Kegiatan SCP ...................... 92

B. Uji Hipotesis ........................................................................ 100C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 101D. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 105

BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................... 106A. Kesimpulan ........................................................................... 106B. Saran ..................................................................................... 108

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 110LAMPIRAN

Lampiran 1 : SCP untuk meningkatkan kesadaran orang tua sebagai pendidik iman anak dalam keluarga.............................................................. (1)

Lampiran 2 : Cerita Pendalaman Katekese .............................. (14)Lampiran 3 : Kuesioner tentang kesadaran orang tua Dalam pendidikan iman anak ............................ (15)Lampiran 4 : Data sebelum SCP .............................................. (17)Lampiran 5 : Data sesudah SCP ............................................... (18)

Page 14: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

xiv

DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus

Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan

segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16

Oktober 1979.

DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu

Ilahi, 18 November 1965.

FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus

Yohanes Paulus II kepada para uskup, Imam-imam

dan umat beriman seluruh Gereja Katolik tentang

Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern, 22

November 1981.

GE : Gravissimum Educationis, Dekrit Konsili Vatikan II

tentang Pendidikan Kristen.

SCP : Shared Christian Praxis

B. SINGKATAN DALAM PENELITIAN

H0 : Hipotesis Nol

H1 : Hipotesis Kerja

SPSS : Statistical Product and Service Solution

Std : Standard

Sig : Signifikansi

Page 15: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

xv

C. SINGKATAN LAIN

art : Artikel

dll : Dan lain-lain

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia

Komkat : Komisi Kateketik

Komkat KAS : Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

Puskat : Pusat Kateketik

SPC : Suster-suster Santo Paulus dari Chartres

MNPK : Majelis Nasional Pendidikan Katolik

Page 16: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini, berturut-turut diuraikan: latar belakang penulisan, rumusan

permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan

sistematika penulisan skripsi.

A. Latar Belakang

Jaman berkembang begitu pesat. Segala sesuatu dapat dijangkau dengan

mudah, serba instant. Hal ini berpengaruh pada keluarga-keluarga umumnya, dan

secara khusus keluarga kristiani terutama bagi para orang tua dalam membimbing

iman anaknya. Dalam kenyataan hidup di masyarakat kedekatan orang tua dan anak

mulai berkurang. Tidak mengherankan jika banyak anak yang lari dari keluarga dan

mencari jati dirinya di luar rumah dan di sana ia menemukan jati diri itu, tanpa ia

sadari bahwa jati diri yang ia temukan adalah hal-hal yang membahayakan masa

depan hidupnya.

Di satu sisi orang tua bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup

keluarga, baik itu untuk pendidikan anaknya, kesehatan keluarga, dan kebutuhan

pokok rumah tangga. Di sisi lain orang tua harus mewujudkan rasa tanggung

jawabnya sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama. Suatu anggapan

keliru di masyarakat bahwa pendidikan itu adalah tanggung jawab sekolah atau

organisasi lainnya yang berkaitan dengan perkembangan iman, misalnya sekolah

minggu dan kegiatan rohani lainnya, dan bahkan tanggung jawab itu diserahkan pada

Page 17: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

2

pembantu atau orang lain. Mereka lupa bahwa waktu yang terbanyak bagi

pembentukan sikap, perilaku, iman anak berada di dalam keluarga bukan di luar

keluarga. Hal pokok yang kurang diperhatikan oleh orang tua adalah kurangnya

perhatian mereka terhadap keseimbangan pemenuhan kebutuhan anaknya.

Kebutuhan anak tidak hanya pada segi materi tetapi juga pada segi rohani seperti

pendidikan iman bagi anak-anak. Kenyataan seperti ini tidak dapat disangkal, sebab

kesibukan orang tua untuk mencari nafkah bagi anak-anak sudah menyita waktu

sepanjang hari.

Orang tua yang semuanya kerja di kantor atau perusahaan atau buka usaha

sendiri yang jauh dari rumah tinggal menjadi asing bagi anak-anaknya dalam hidup

keluarga, anak-anak hidup seharian hanya dengan kakek, nenek, tante, dan pembantu

rumah tangga. Seorang ayah pagi-pagi harus ke kantor dan pulang larut malam.

Ketika ayah pulang anak sudah tidur, demikian juga ibu pagi-pagi ke kantor atau

setiap hari di pasar atau membuka pesanan ini dan itu di luar rumah. Anak pulang

dari sekolah, sampai di rumah tidak bertemu dengan orang tuanya. Malam hari, ibu

sibuk mempersiapkan bahan yang mau dijual untuk keesokan harinya. Jika situasi ini

dibiarkan begitu saja anak semakin diasingkan dan tidak akan terjadi komunikasi

yang intensif antara orang tua dan anak, anak semakin bebas dengan keinginan dan

tuntutan dirinya sendiri. Misalnya setiap hari, anak hanya di depan computer,

internet, televisi dan lain-lain menonton apa saja yang diinginkannya.

Anak-anak membutuhkan waktu bersama orang tua untuk bermain,

didengarkan, sharing tentang apa yang dialaminya dalam hidup seharian sampai

Page 18: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

3

pada kesulitan atau pergulatannya dan kebutuhan lain yang diperlukan oleh anak itu

sendiri.

Dalam dunia sekarang ini, dirasa kebanyakan orang tua dalam kehidupan

sehari-hari kurang memperhatikan perkembangan iman anak mereka karena terlalu

sibuk dengan pekerjaanya masing-masing demi mencukupi kebutuhan materi atau

jasmani keluarga. Hal ini penulis dengar sendiri dari lingkungan di mana penulis

tinggal, melalui sharing dalam kegiatan kelompok yang dipandu oleh penulis sendiri

dan bahkan dengan pertemuan secara pribadi dengan keluarga-keluarga yang ada

(kunjungan keluarga). Para orang tua sendiri mengatakan sulit sekali untuk mendidik

iman anak melalui kegiatan bersama dalam keluarga, misalnya doa bersama sebelum

dan sesudah makan, doa sebelum tidur, membaca dan merenungkan kitab suci

bersama, dan lain-lain. Dengan kata lain doa bersama dalam keluarga sulit untuk

dilaksanakan apalagi untuk melibatkan anak-anak dalam kegiatan rohani atau

membiasakan anak-anak membuka buku-buku rohani, misalnya membuka kitab suci

atau madah bakti. Jangankan untuk mengikuti kegiatan rohani, komunikasi dengan

anak saja susah sekali bahkan hanya bertanya melalui telpon atau hand phone. Kaum

muda (pendamping sekolah minggu) mensharingkan pengalaman mereka yang

berkaitan dengan sekolah minggu, orang tua kurang memberikan motivasi atau

dukungan kepada anak-anak mereka sehingga anak-anaknya sulit diajak untuk

terlibat dalam kegiatan sekolah minggu. Hal inipun penulis alami langsung dalam

kegiatan sekolah minggu. Pada kegiatan sekolah minggu yang ada di lingkungan,

pendamping sendiri yang harus bekerja keras, dalam hal ini pendamping yang harus

mendatangi rumah anak-anak sekolah minggu (menjemput), itupun ketika

Page 19: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

4

pendamping datang anak-anak belum siap, pendamping harus menunggu. Di sini

nampak sekali kesadaran orang tua akan kegiatan rohani (sekolah minggu) masih

sangat kurang, dan beranggapan bahwa ini merupakan tanggung jawab pendamping

kegiatan rohani. Ini anggapan yang salah. Dalam buku pengantar umum pendidikan

dikatakan bahwa : keluarga adalah pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama

dan utama yang dialami oleh anak dan lembaga yang bersifat kodrat.

Orang tua sebagai pemegang peranan yang terbesar dalam keluarga

seharusnya tetap memberi perhatian dan kasih sayang serta menasehatinya bila anak

berbuat sesuatu yang kurang baik. Oleh karena itu, sejak kecil anak perlu dididik

tentang pelbagai hal oleh orang tua misalnya, orang tua mengajarkan anaknya

tentang nilai-nilai kehidupan di antaranya nilai cinta kasih, sosial, budaya, moral,

pergaulan dan nilai pendidikan yang berguna bagi pembentukan mental dan

kepribadian iman anak itu sendiri. Dengan demikian anak akan lebih mudah

mengingat dan menghafal apa yang telah diajarkan orang tuanya. Karena itu orang

tua hendaknya memiliki iman yang dapat diandalkan agar mereka mampu menjadi

pendidik iman yang baik yang bisa mengarahkan dan mendidik anak sesuai dengan

taraf perkembangannya.

Tugas pendidikan berakar dalam panggilan suami-istri untuk mengambil

bagian dalam karya penciptaan Allah. Bila orang tua dalam kasih dan karena kasih

melahirkan pribadi baru yang dipanggil untuk tumbuh dan berkembang, maka orang

tua bertanggungjawab mengemban tugas membantunya menjadi manusia yang utuh.

Dalam keluarga anak-anak mendapat pengalaman pertama baik mengenai

masyarakat yang sehat maupun Gereja.

Page 20: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

5

Dari sakramen perkawinan, seharusnya tugas pendidik iman anak dalam

keluarga Kristen sungguh dapat perhatian penting dalam pelayanan Gereja. Gereja

sungguh memberi perhatian khusus pada orang tua untuk membangun para

anggotanya. Maka orang tua mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang berat

dalam mengusahakan pendidikan yang membantu pertumbuhan dan perkembangan

iman anak. Bantuan dari orang lain sangatlah perlu untuk membentuk kepribadian

anak dan memperkaya iman anak, tetapi orang tua tetap menjadi pendidik iman anak

yang pertama dan utama dalam keluarga.

Berdasarkan pengalaman penulis yang sering ikut terlibat dalam kegiatan

sekolah minggu dan kegiatan lingkungan lainnya, melihat keaktifan dan keterlibatan

anak dalam mengikuti sekolah minggu dan kegiatan lainnya penulis mempunyai

keperihatinan tersendiri. Penulis melihat bahwa faktor pengetahuan, pemahaman dan

perhatian orang tua dalam pendidikan iman anak merupakan faktor yang perlu dikaji

untuk menangani permasalahan pendidikan iman anak.

Untuk itu penulis mencoba untuk mengikuti kegiatan lingkungan serta

kunjungan keluarga untuk mengetahui situasi umat di Lingkungan Brayat Minulyo

khususnya orang tua dalam pendampingan iman anaknya, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Keterlibatan ini dengan maksud untuk mengetahui

sejauhmana orang tua sadar dalam memberi perhatian kepada anaknya untuk terlibat

dalam kegiatan lingkungan dan sekolah minggu. Orang tua adalah pelaku yang

pertama dan utama dalam pendidikan anak baik pendidikan iman maupun pendidikan

intelektual anak, karena merupakan sekolah pertama yang mengajarkan keutamaan-

Page 21: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

6

keutamaan sosial yang dibutuhkan setiap masyarakat di mana anak-anak hidup dan

berkembang.

Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Dalam agama Kristen,

Kristuslah yang menjadi teladan yang paling hakiki. Kristus menjadi teladan karena

Kemuliaan dan Keberhasilan-Nya dalam mewujudkan keselamatan manusia. Begitu

juga hendakya orang tua dan anak. Orang tua yang sebagai teladan anak hendaknya

membangun relasi yang dekat dengan anak dengan mengakui keberadaan anak,

sehingga orang tua dan anak adalah satu kesatuan.

Untuk menyikapi kenyataan kehidupan keluarga kristiani yang ada maka

penulis berusaha mengajak mereka untuk lebih menghayati kembalinya peranan

sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama. Peranan orang tua dalam

mendidik iman anak sangatlah menentukan, tidak ada satu yang dicapai jika orang

tua gagal membantu anak-anaknya menjadi orang Kristen yang dewasa. Hal ini

berarti orang tua berusaha memperlihatkan kepada anak-anaknya arti Cinta Allah

pada anak yang konkret melalui hidup mereka sehari-hari.

Orang tua mempunyai tugas atau tanggung jawab mendidik anak, sebab tugas

orang tua menjadi pendidik iman anak yang pertama dan utama. Orang tua sebagai

pendidik pertama: orang tua mengemban tugas memelihara, menjaga dan mendidik

anak sejak dikandung hingga dewasa. Sedangkan orang tua sebagai pendidik yang

utama: orang tua merupakan orang yang paling bertanggungjawab atas

perkembangan anak menuju kedewasaan, meneruskan iman dan nilai-nilai kristiani

kepada anak-anaknya. Pendidik iman anak merupakan tanggung jawab yang harus

dilaksanakan dengan senang hati, terus menerus, tanpa pamrih dan pengorbanan diri.

Page 22: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

7

Dengan kepercayaan dan keyakinan hendaknya orang tua terus mendampingi anak-

anaknya mengenai nilai-nilai yang pokok dalam hidupnya . Orang tua perlu sadar

bahwa Tuhan telah memilih dan memberi kepercayaan kepada mereka untuk

mendidik dan membesarkan anak-anak mereka agar berkembang sebagai anak Allah,

sebagai sahabat Yesus, bait Roh Kudus dan sebagai anggota Gereja.

Penulis berusaha mengajak para orang tua untuk mengahayati tugas dan

tanggung jawabnya sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama melalui

katekese model SCP. Katekese diharapkan menbantu para orang tua yang mengalami

kesulitan dalam pelaksanan pendidikan iman bagi anak-anaknya. Oleh karena itu

penulis terdorong untuk memilih judul “ Peningkatan Kesadaran Orang Tua akan

Perannya dalam Pendidikan Iman Anak melalui Katekese model Shared

Christian Praxis Di Lingkungan Brayat Minulyo Wilayah Santa Maria Kalasan

Barat, Paroki Marganingsih Kalasan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan penelitian ini

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Orang tua kurang menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya dalam

pendidikan iman anak.

2. Orang tua kurang memahami pendidikan iman anak dalam keluarga, dalam

hal ini orang tua menomorsatukan hal-hal lahiriah dibandingkan dengan hal-

hal yang rohaniah. Mereka merasa bahwa hal-hal rohani adalah tanggung

jawab guru agama di sekolah atau pendamping iman lainnya.

Page 23: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

8

3. Permasalahan dari segi anak: anak-anak kurang terlibat dalam kegiatan

menggereja misalnya : Sekolah Minggu, Putra Altar, dan kegiatan

lingkungan lainnya.

4. Dari pihak lingkungan

Pendamping atau pemandu katekese kurang menjawab kebutuhan umat atau

kurang kontekstual.

C. Batasan Masalah

Setelah melihat permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas

maka penulis membatasi pada kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan

iman anak dan pengembangannya melalui katekese

Ruang lingkup penelitian ini adalah Bapak dan Ibu katolik di Lingkungan

Brayat Minulyo Wilayah Santa Maria Kalasan Barat, Paroki Marganingsih Kalasan.

D. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka permasalahan yang

muncul dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kesadaran?

2. Sejauh manakah orang tua menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya

sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga?

3. Apa dimaksud dengan katekese model SCP?

Page 24: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

9

4. Seberapa besar dampak katekese model SCP terhadap kesadaran orang

tua akan perannya dalam pendidikan iman anak?

E. Tujuan Penulisan

Skripsi ini ditulis dengan tujuan :

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesadaran.

2. Mengetahui sejauhmana orang tua menyadari tugas dan tanggung jawab

sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga.

3. Memaparkan katekese model SCP.

4. Mengetahui seberapa besar dampak katekese model SCP terhadap

kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman anak.

F. Manfaat Penulisan

1. Bagi orang tua pada umumnya: menambah pengetahuan dan inspirasi tentang

tangung jawab dan usaha mendidik dan mengembangkan iman anak agar

menjadi orang beriman yang dewasa.

2. Menambah wawasan bagi penulis dalam mengahayati pendidikan iman

anak dalam pendampingan orang tua.

3. Bagi para pendamping orang tua: menjadi salah satu bahan acuan bagi para

pendamping iman orang tua pada khususnya,dan dalam pengembangan iman

umat pada umumnya.

Page 25: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

10

G. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu melalui

penelitian langsung dengan memaparkan dan menganalis permasalahan yang ada

sehingga ditemukan pemecahan yang tepat.

H. Sistematika Penulisan

Tulisan ini terdiri dari lima bab :

Dalam Bab I penulis menguraikan pendahuluan yang memberikan gambaran

umum penulisan yang terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan,

metode, dan sistimatika penulisan berdasarkan permasalahan yang penulis temukan

dalam kenyataan hidup keluarga jaman sekarang, yang umumnya orang tua sibuk

dengan tugas atau kariernya dan kurang memperhatikan anak-anaknya bahkan

seharian penuh anak-anak hidup dengan pembantu rumah tanggga. Orang tua

berkomunikasi dengan anak hanya melalui hand phone atau telpon genggam.

Permasalahan tersebut menimbulkan keperihatinan penulis. Dengan demikian

penulisan ini kiranya dapat memberi sumbangan pemikiran bagi keluarga-keluarga

yang ada di Lingkungan Brayat Minulyo untuk membantu para orang tua

meningkatkan kesadarannya akan pendidikan iman anak dalam keluarga yang

pertama dan utama.

Dalam Bab II terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, yaitu kajian pustaka.

Pada bagian ini penulis mencoba untuk menjawab masalah-masalah yang telah

Page 26: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

11

dirumuskan dalam rumusan masalah yang kemudian akan dijawab dengan

menggunakan acuan pustaka atau teori-teori yang akan membantu penulis untuk

menjawab permasalahan tersebut. Bagian kedua adalah kerangka pikir yang

menjelaskan atau merumuskan bagaimana kerangka pikir penulis secara sistimatis

untuk mencoba memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan dan dikaji

lewat kajian pustaka. Bagian ketiga adalah hipotesis atau jawaban sementara yang

dirumuskan oleh penulis berdasarkan landasan-landasan teori yang telah dibahas

dalam kajian pustaka.

Bab III Metodologi penelitian. Bagian ini penulis mulai masuk dalam

metode- metode penelitian yang akan dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang

telah dirumuskan oleh penulis pada bab sebelumnya. Bab ini terdiri dari beberapa

bagian yaitu: jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel

penelitian, metode pengumpulan data yang terdiri dari variabel, definisi operasional

variabel, pengembangan instrument, teknik analisis data yang terdiri dari deskripsi

data, dan uji hipotesis.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembhasan. Pada bab ini penulis akan

melaporkan hasil penelitian dalam bentuk deskriptif kuantitatif melalui data yang ada

selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis dan pembahasan.

Bab V Kesimpulan dan Saran: bagian ini merupakan bagian penutup

penulisan skripsi berupa kesimpulan yang berisi rangkuman singkat dari keseluruhan

tulisan dari bab-bab yang telah dibahas. Dalam bagian ini penulis mencoba

memberikan saran yang diharapkan dapat membantu para orang tua dalam usahanya

mendampingi iman anak melalui katekese .

Page 27: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

Pada kajian pustaka ini, penulis akan menguraikan dua hal yaitu : Pertama

kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman anak yang meliputi :

kesadaran, peran orang tua dalam pendidikan iman anak; kedua katekese yang

meliputi : pengertian katekese, tujuan katekese, isi katekese, sumber katekese, unsur

katekese, metode katekese, media katekese dan peserta katekese.

1. Kesadaran Orang Tua Akan Perannya Dalam Pendidikan Iman Anak

a. Kesadaran

Sadar dalam Kamus Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional.

2005) : tahu, mengerti. Kesadaran: keadaan mengerti, hal yang dialami atau

dirasakan oleh seseorang.

William James (1890) memandang kesadaran sebagai sesuatu yang terus-

menerus bergerak mengalir dari pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan daya

tangkap, serta kesadaran akan diri, keberadaan sadar (menyadari) dari suatu

pemikiran (Psychology, 1996 : 332-334). Kemudian pendapat dari seorang Filosof

Perancis Pene Descartes yang terkenal dengan pernyataan: “Cogito Ergo Sum” (saya

berpikir maka saya ada).

Fungsi kesadaran : mengamati diri dan lingkungan, mengontrol pikiran dan

tingkah laku serta sebagai monitor untuk terus-menerus menggerakkan perasaan-

Page 28: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

13

perasaan, pikiran, emosi tujuan dan cara pemecahan masalah. Kesadaran

berkembang secara perlahan-lahan sebagai suatu mekanisme (cara kerja) untuk

mengarahkan tingkah laku, perhatian, memperkuat refleksi, dan kemampuan berbuat

atau bertindak. Misalnya belajar dari kesalahan atau kekurangan (John Wiley, 1996 :

335-339).

Barbara K.Given (2007 : 212) mengatakan kesadaran merupakan pemahaman

otak-pikiran tentang sebagian informasinya sendiri, melalui kata-kata yang kita

tujukan pada diri kita sendiri dan tindakan sadar seperti tidur, bermeditasi,

berolahraga, makan makanan yang bergisi dan memantau interaksi kita dengan orang

lain, mengubah keadaan pikiran kita, misalnya membuat kita bahagia, sedih,

gembira.

Kesadaran berarti memahami beragam perasaan, pikiran, hasrat, tindakan dan

reaksi kita. Kesadaran berarti memiliki niat untuk menyusun rencana dengan segaja,

mempertimbangkan sisi positif dan negatif suatu situasi sebelum mengambil

tindakan untuk mencapai tujuan. Kesadaran yang diperluas membuat kita merasa

ingin tahu tentang sang diri yang mengarah pada perkembangan hati nurani kita (

Given, 2007 : 315).

Kesadaran adalah memiliki niat untuk menyusun rencana dengan sengaja

mempertimbangkan segi positif dan negatif suatu situasi sebelum mengambil

tindakan atau membiarkan keadaan mereda sendiri dan secara selektif dan berarti

menentukan arah tindakan untuk meraih tujuan.

b. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak

1) Anak

Page 29: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

14

a) Batasan pengertian anak

Yang penulis maksudkan dengan anak di sini adalah anak yang berusia antara

2-12 tahun. Anak menurut Wasty Soemanto adalah seorang yang berada pada suatu

masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa (Wasty,

1990 : 166). Dengan kata lain anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil yang

dapat kita lakukan sebagaimana kita memperlakukan orang dewasa, dan bukan

sebagai bahan mainan sehingga kita memperlakukanya semau saya atau seenaknya

saja. Tetapi anak adalah seorang individu yang mempunyai hak dan kewajiban untuk

berkembang sesuai dengan dirinya. Sebagai seorang individu anak mempunyai ciri

khusus misalnya dunianya, kehidupan sosialnya, dan perkembangan imannya. Ciri

khusus inilah yang membedakannya dengan orang lain.

b) Perkembangan anak

(1) Anak usia 2 - 6 tahun

Anak seusia ini memiliki sifat yang khas yaitu keinginan dan kecenderungan

untuk mengetahui dan mengenal serta menemukan dunianya. Segala kejadian dan

keadaan sekitarnya ia ikuti dan bahkan berusaha untuk meniru apa yang diperbuat

dan dilakukan oleh orang lain. Dan boleh dikatakan anak seusia ini bagaikan sebuah

kertas putih yang siap untuk menulis apa saja (hal-hal yang baik dan buruk), dan

hasil tulisan itu sangat membekas untuk selamanya. Sifat anak kecil pada dasarnya

ingin mencari tahu yaitu menanyakan apa saja yang ia lihat dan ia jumpai, mencoba

memegang dan berusaha menirukan apa yang dilakukan orang lain (Hurlock, 1980 :

118).

(a) Hubungan sosial anak

Page 30: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

15

Dalam pergaulan antara anak-anak biasanya ada hubungan yang saling

bertentangan satu dengan yang lain dan sebaliknya sikap saling ketergantungan satu

sama lain. Ciri khas yang lain adalah ingin berkuasa. Anak sebenarnya sudah mulai

memiliki kepribadian. Hal ini nampak kalau anak sedang marah karena keinginannya

tidak terpenuhi, punya rasa malu apabila tingkah lakunya keliru dan ditertawakan

didepan orang banyak. Kepribadian anak ini masih mentah dan belum terbentuk,

maka anak tidak dapat menyesuaikan kemampuannya dengan pendapat orang

dewasa. Anak sering melawan dan tidak mau menurut perintah atau nasehat orang

tua, karena keadaan akunya mulai berkembang. Itulah sebabnya anak sering tidak

mau diperintah dan tidak menurut pada orang tua (Hurlock, 1980 : 115).

(b) Hubungan dengan Tuhan

Anak usia ini senang meniru dari apa yang dilakukan orang lain. Demikian

juga dalam hal berdoa, seorang anak kecil sering mau menirukan orang tuanya dalam

berdoa dan mudah untuk diajari kalau orang tua sendiri rajin mengajarinya. Dalam

hal pengenalan akan Allah, anak selalu tergantung pada orang tuanya. Oleh karena

itu orang tua harus dapat memberikan gambaran akan Allah Yang Maha Baik, jangan

sampai justru sebaliknya, anak ditakut-takuti supaya ia tidak berbuat dosa dengan

mengatakan bahwa orang yang berdosa akan dihukum Allah. Ketakutan terhadap

Allah ini sesuatu yang wajar, tetapi orang tua hendaknya berhati-hati supaya jangan

sampai membiarkan hal itu keluar dari kewajarannya dan membebani anak. Oleh

sebab itu seorang anak harus diberi bekal kesadaran bahwa takut akan Allah itu

jangan karena hukumannya saja tetapi lebih-lebih karena cinta kasih-Nya,

kewibawaan-Nya dan rasa hormat kita kepada-Nya (Hurlock, 1980 : 127).

Page 31: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

16

(2) Anak usia 6 – 12 tahun

Anak usia ini mulai belajar untuk membaca, menghafal, ataupun menulis,

karena pada usia ini anak berada pada masa sekolah. Dalam masa ini perhatian anak

biasanya lebih tertuju pada segala sesuatu yang bergerak sehingga ada kesan bahwa

mereka sudah mengagumi segala sesuatu (Zulkifli, 1986 :80 ). Kehidupan fantasi

anak pada usia ini sudah mulai berkurang dan sekarang menuju pada pengamatan

yang nyata. Namun penerimaan kenyataan belumlah seperti pada orang dewasa.

Karena anak baru dapat menerima kenyataan begitu saja tanpa mengkritik. Anak

dalam usia ini tidak bersifat egosentris artinya ia tidak lagi memandang dirinya

sendiri sebagai pusat perhatian lingkungannya. Tetapi anak mulai memperhatikan

dan menilai keadaan sekelilingnya dengan obyektif.

(a) Kehidupan sosial anak

Sejak anak dilahirkan telah dimulai disadarkan kepadanya bahwa ia adalah

makhluk sosial. Sifat sosial dari anak dapat kita lihat bahwa anak usia ini tidak mau

bermain sendiri, tetapi ia membutuhkan teman untuk bermain dan men-

dampinginya.

Dengan memasuki masa sekolah, anak akan mengenal lingkungannya yang

lebih luas terutama lingkungan sosial. Hal ini ditandai dengan keinginan anak untuk

melepaskan diri dari lingkungan keluarga dan ia mulai mendekatkan diri pada orang-

orang di luar keluarganya (Hurlock, (1980 : 117-119).

(b) Hubungan dengan Tuhan

Pada usia ini anak masih senang cerita-cerita atau dogeng-dogeng yang

berhubungan dengan Allah. Bahkan anak-anak akan selalu mencari dan membaca

Page 32: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

17

majalah-majalah yang ada gambar-gambarnya. Dengan gambar-gambar tersebut

anak akan lebih mudah mengingat dan membayangkan sesuai dengan kenyataannya

(Hurlock, 1980 : 126-127). Oleh sebab itu orang tua harus lebih peka akan keadaan

anak, dan selalu mengingatkan kisah-kisah atau cerita-cerita yang berhubungan

dengan Allah dan orang-orang kudus dan yang berkaitan dengan kehidupan anak-

anak sehari-hari.

Pengenalan akan Allah, orang tua harus memberi pengetahuan pada anak dan

mengatakan bahwa Allah itu baik dan selalu mencintai manusia. Hal ini perlu

dilakuan mengingat anak bahwa seusia ini masih suka meniru dan mengingat apa

yang diucapkan oleh orang lain ataupun oleh orang tuanya sendiri. Dengan demikian

pengalaman-pengalaman anak akan Allah masih selalu tergantung dari orang tuanya

sendiri termasuk anggota keluarga lainnya.

2) Pendidikan Iman Anak

a) Pengertian Pendidikan Iman Anak

(1) Pengertian pendidikan

Kata pendidikan sering diucapkan oleh banyak orang, namun arti kata

pendidikan itu terkadang dicampur-adukkan dengan mengajar. Dan jika berbicara

tentang arti pendidikan pada umumnya kita akan menjumpai begitu banyak rumusan

arti pendidikan yang dikemukakan oleh beberapa tokoh dan kamus bahasa Indonesia.

Suwarno dalam bukunya Pengantar Umum Pendidikan mengutip beberapa

pendapat para ahli tentang pendidikan yaitu:

S. Brojonegoro merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut : pendidikan

adalah tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai dari lahir sampai tercapainya

Page 33: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

18

kedewasaan dalam arti jasmani dan rohani (Suwarno, 981:2). M.J. Langeveld, Idrak

Jassin, mengemukakan : mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan

segaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju

kearah kedewasaan dalam arti dapat berdiri sendiri dan bertanggungjawab susila atas

segala tidakannya menurut pilihannya sendiri. Menurut D. Marimba, seorang penulis

filsafat Islam menjelaskan pengertian pendidikan sebagai berikut: pendidikan adalah

bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani

si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Berdasarkan batasan-batasan tersebut di atas penulis dapat merumuskan

pengertian pendidikan sebagai berikut: Pendidikan merupakan suatu proses usaha

untuk mempengaruhi dan membimbing anak secara sadar dan segaja berdasarkan

hidup atau kenyataan konkret yang ada pada anak-anak menuju kedewasaan.

Pendidikan disamping menekan tindakan serta tingkah laku yang dapat dilihat, juga

menekankan segi pemahaman atau pengetahuan. Mengingat bahwa pendidikan

berlangsung seumur hidup, di mana setiap orang berhak memperoleh pendidikan

pada tahap hidup maupun dalam perjalanan hidup imannya.

(2) Pengertian iman

Iman pertama-tama dimengerti sebagai anugerah Allah kepada umat-Nya.

Iman tidak terlepas dari wahyu. Ditinjau dari pihak Allah, Allah yang berinisiatif

terlebih dahulu untuk menyapa dan berelasi dengan manusia. Sedangkan dari pihak

manusia, manusia menanggapi dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah,

maka terjadilah relasi timbal balik dan personal antara Allah dengan manusia. Dari

Page 34: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

19

relasi yang personal inilah yang membuahkan iman. Konsili Vatikan II dalam

kongregasi dogmatik tentang Wahyu Ilahi dikatakan :

Kepada Allah yang menyampaikan Wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikian manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah. Dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendaknya yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan dan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya (DV,art. 5).

Iman merupakan hubungan pribadi manusia dengan Allah yang telah rela

menyatakan diri-Nya. Iman dapat terjadi hanya karena cinta dan rahmat Allah.

Dalam memahami iman yang terpenting adalah bahwa inisiatif selalu datang dari

Allah demi keselamatan manusia. Dari isi konstitusi Dogmatik tentang Wahyu Ilahi,

Dei Verbum art. 5 di atas mengatakan bahwa: Allah yang memberikan Wahyu dan

manusia harus menyatakan ketaatan iman yaitu dengan bebas menyerahkan diri

secara total kepada Tuhan. Penyerahan diri tersebut menyangkut hubungan manusia

dengan manusia seluruhnya.

Iman adalah jawaban atas pewahyuan Allah dalam diri Yesus Kristus. Umat

Kristen mengenal Allah secara pribadi sebagai Bapa melalui Yesus. “Semua telah

diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal anak selain

Bapa, dan tidak seorangpun mengenal anak selain Bapa, dan tidak seorangpun

mengenal anak dan orang yang kepadanya anak itu berkenan mengatakannya” (Mat

11: 27).

Iman dalam versi Alkitabiah mengandung ikatan dengan Allah dan janji-Nya

dalam menyakini, berharap dan bertekun dalam Tuhan (Chang, 2003 : 42). Dari

pihak Allah, Allah mewujudkan janji-Nya dengan penjemaan diri-Nya (Yes 65 :16),

Page 35: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

20

sebaliknya dari pihak manusia menjadi ungkapan penalukan diri manusia dihadapan

Tuhan (Ul 27 :15-26).

Chang (2003 : 42) menjelaskan secara garis besar gagasan mengenai iman

dalam Kitab Suci dengan mengandung tiga unsur. Unsur pertama bahwa iman

merupakan penyerahan diri secara total kepada Tuhan. Sikap rendah hati dibutuhkan

dalam kepercayaan, sebagaimana Kristus yang merendahkan diri hingga wafat di

kayu Salib (Flp 2 : 8). Unsur kedua adalah kepercayaan yang penuh seharusnya

menuntun manusia kepada kesetiaan yang sebenarnya yaitu peniruan dan pengambil

bagian pada kesetiaan akan Allah. Tuhan sendiri tetap tinggal setia kepada umat

manusia (Ul 14 : 4), kesetiaan kepada Tuhan melibatkan segenap kebebasan subyek

iman yaitu orang yang beriman. Dan unsur yang ketiga sehubungan dengan ketaatan.

Ketaatan merupakan suatu berada dalam relasi yang erat dengan Tuhan.

Persahabatan dengan Tuhan dijalinkan melalui perwujudan ketaatan kepada-Nya.

Dan ketaatan ini pada prinsipnya mengandaikan sikap dasar untuk mendengarkan.

Karena mendengarkan merupakan proses pembatinan sabda Tuhan sehingga

membangkitan dan memperkuat kepercayaan. ”Iman adalah dasar dari segala sesuatu

yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr 11 : 1).

Dalam buku iman kateketik dikatakan bahwa seorang beriman adalah :

”Orang yang menerima dan mau tunduk serta berserah kepada Allah, mempercayakan diri sungguh kepada Allah, menerima bahwa Allah adalah kebenaran, menaruh sandaran kepada-Nya dan bukan dirinya sendiri, dan dengan demikian menjadi teguh dan benar oleh karena keteguhan dan kebenaran Allah” (Telaumbanua, 1999: 44).

Untuk sampai pada iman yang mendalam dan penyerahan diri seutuhnya pada

Tuhan, maka manusia perlu membiasakan diri terus menerus menghadirkan

Page 36: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

21

bimbingan Roh Kudus dalam seluruh peristiwa hidupnya, dan membiarkan hidupnya

dipimpin oleh-Nya, karena melalui dan didalam-Nya hidup kita semakin terarah dan

akhirnya memampukan kita untuk semakin percaya dan berharap pada Tuhan yang

adalah kebenaran.

b) Tujuan Pendidikan Iman Anak

Pendidikan iman anak dalam keluarga bertujuan untuk membantu anak agar

semakin berkembang dan bertumbuh menjadi seorang pribadi yang lebih dewasa dan

bertanggungjawab serta mampu mewujudkan iman dalam pengalaman konkret

sehari-hari melalui kedekatan mereka secara pribadi akan Yesus yang telah mereka

hidup dalam keluarga. Oleh sebab itu tahap demi tahap anak perlu dibantu dan dibina

terus-menerus, sehingga pengalaman iman akan Yesus yang mereka sudah peroleh

dalam keluarga tetap mewarnai seluruh hidup akan Yesus yang mereka sudah

peroleh dalam keluarga tetap mewarnai seluruh hidup mereka. Betapa pentingnya

tujuan pendidikan iman anak dalam keluarga. Tempat pelayanan dan kesaksian iman

anak yang pertama dalam keluarga adalah orang tua, melalui kesaksian hidup orang

tua dalam doa bersama, membaca sabda Tuhan bersama, ke gereja bersama, maka

dengan sendirinya orang telah mengantar anaknya untuk sampai pada kepenuhan

iman yang mendalam akan Yesus Kristus yang sengsara, wafat dan bangkit, akhirnya

dalam diri anak tumbuh suatu kerinduan besar untuk semakin mencintai Yesus dalam

hidup mereka setiap hari.

c) Perlunya Pendidikan Iman Anak

Melihat situasi jaman yang semakin maju karena ditandai dengan berbagai

macam perkembangan teknologi dan informasi yang begitu canggih. Perkembangan

Page 37: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

22

yang semakin pesat ini tentunya mempunyai dampak yang besar pula dalam

kehidupan sekarang ini. Berbagai macam persoalan yang selalu saja terjadi seperti

pergaulan bebas, aborsi, narkoba, pembunuhan dan pemerkosaan. Dari persoalan

tersebut akan mempengaruhi sikap hidup manusia yang didalamnya adalah

perkembangan fisik, mental dan spiritual.

Awal kehidupan dan lingkungan utama anak adalah keluarga. Dalam

keluarga anak belajar dasar-dasar kepribadian, sikap dan prilaku yang akan

dipergunakan untuk berhubungan dengan orang lain di luar keluarga (Adiyanti 2003 :

93). Apabila orang tua telah memperhatikan dasar-dasar kepribadian, sikap dan

prilaku anak dalam keluarga dengan memberi kasih sayang dan perhatian penuh,

maka iman anak akan bertumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik dan

terutama ketika anak berada di luar keluarga.

Namun dalam kehidupan setiap hari seringkali orang tua salah mengerti peran

mereka sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga.

Mereka berpikir bahwa tugas yang paling pertama dan utama adalah mencari uang

untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan memberi uang dan materi, tugas

mereka dianggap sudah selesai tanpa ada waktu sedikit pun untuk berdialog dan

bersahabat dengan anak-anak untuk mengetahui situasi hidup mereka, jadi tidak

mengherankan bila anak-anak mereka lebih mengasihi pembantu dari pada orang

tuanya sendiri.

Dalam buku pedoman gereja katolik Indonesia dikatakan bahwa :

Arus besar di dalam masyarakat sering menciptakan gambaran sekan-akan yang

terpenting dalam hidup adalah mengumpukan uang dan materi, kedudukan dan

Page 38: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

23

kekuasaan. Lalu tidak sedikit orang tua yang mengira bahwa dengan menyediakan

materi bagi keluarga tugasnya selesai. Pada hal anak pertama-tama memerlukan

perhatian, kehangatan dan kemesraan hubungan dengan orang tua dan saudara-

saudara mereka. Anak-anak memerlukan keleluasaan isi hati, emosi, dan pengalaman

kepada orang tua. Oleh karena itu orang tua harus menyediakan diri dan harus juga

dapat bertindak sebagai sahabat bagi anak-anaknya. Orang tua perlu menggunakan

cara-caranya sesuai dengan tingkat pertumbuhan kedewasaan anak. Mereka perlu

dilatih supaya bertindak dan bersikap secara bertanggungjawab. Apabila anak tidak

menemukan suasana kekerasan tersebut didalam keluarga, mereka akan lari ketempat

lain, pergaulan di luar rumah yang mungkin membahayakan perkembangan jasmani

dan rohaninya (Pedoman gereja katolik Indonesia. 1995 : 23). Dokumen ini sangat

jelas menguarakan bagaimana perlunya pendidikan iman anak serta peranan dan

tanggung jawab mereka sebagai orang tua dalam keluarga terutama menciptakan

suasana yang harmonis bersama anak-anaknya, bukan pertama-tama uang dan materi

yang anak inginkan tetapi perhatian dan kasih sayang dari orang tualah yang mereka

harapkan.

Memang kebutuhan yang lain sangatlah menunjang tetapi yang paling

penting dan mendasar dalam hidup anak yang masih kecil dalam keluarga adalah

perhatian dan kasih sayang. Karena sikap inilah yang akan mempengaruhi hidup

anak selanjutnya dalam bertindak dan berbuat sesuatu yang lebih berguna bagi

hidupnya di masa yang akan datang.

Sebagai orang tua yang bijaksana perlu memperhatikan bagaimana cara

terbaik dalam menciptakan suasana yang konduksif terutama membantu

Page 39: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

24

pertumbuhan dan perkembangan iman anak dalam keluarga. Anak akan melihat dan

belajar banyak dari kehidupan keluarga dimana mereka tinggal.

Orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga perlu

memperhatikan pendidikan iman anak dalam keluarga secara lebih bijaksana dan

bertanggunjawab, terutama bagaimana cara orang tua menunjukkan kesaksian hidup

yang baik dalam keluarga. Seorang anak bagaikan sebuah lembaran putih. Apa yang

tertulis pada lembaran itu, hal itu pula yang akan memberi warna pada diri anak.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesaksian hidup orang tua dalam keluarga

sangatlah besar pengaruhnya bagi kehidupan anak dalam keluarga. Karena anak lebih

banyak melihat dan merekam apa yang dilakukan orang tua terhadap mereka di

dalam keluarga.

d) Ruang Lingkup Pendidikan Iman Anak

(1) Keluarga

Keluarga adalah orang yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Dan

kelompok ini mempunyai tugas dan perannya masing-masing. Anak adalah bagian

dari keluarga, baik itu keluarga inti maupun keluarga besar. Anak sebagai salah satu

keluarga dan sebagai bagian dari keluarga itu sendiri harus ikut bertanggungjawab

atas keselamatan dan kesejahteraan keluarga. Anak merupakan harapan keluarga dan

juga menjadi penerus keturunan selanjutnya. Keluarga juga ikut menentukan berhasil

tidaknya harapan tersebut, sebab anak belum mampu berdiri sendiri. Maka peranserta

dari keluarga sangatlah dibutuhkan. Ayah dan ibu (keluarga) sebagai orang penting

dalam keluarga, mempunyai tugas sebagai pembentuk pribadi anak-anaknya.

Page 40: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

25

(2) Gereja

Gereja adalah umat Allah. Komunitas umat yang percaya adalah gereja.

Gereja dan umat adalah dua hal yang tak terpisahkan. Berbicara tentang gereja

berarti berbicara tentang umat Allah yang berkumpul.

Anak adalah bagian dari umat Allah karena itupun mereka bagian dari Gereja.

Karena bagian dari Gereja maka peran dan kepentingan mereka di dalam Gereja

menjadi hal yang penting diperhatikan dan tidak dapat diabaikan begitu saja. Baik

buruknya perkembangan Gereja juga ditentukan oleh bagaimana anak dipersiapkan.

Persiapan itu tidak lain adalah pembinaan iman mereka. Dalam hal ini adalah peran

keluarga (orang tua) sebagai gereja mini sangat penting. Keluarga menjadi tempat

pertama anak belajar beriman. Anak yang berkembang baik dalam iman dengan

sendirinya akan merasa terpanggil untuk terlibat aktif dalam kehidupan menggereja.

Masa depan Gereja ada di tangan generasi muda saat ini termasuk anak-anak, oleh

karena itu Gereja (paroki) harus memberikan hati, meluangkan waktu dan

menyiapkan dana pendidikan dan pembinaan iman anak, serta mempersiapkan

tenaga pendamping yang handal. Dalam hal ini para pendamping iman anak perlu di

persiapkan dengan mengadakan pengkaderan / pembekalan dan jika di paroki

dimana anak-anak berada kegiatan pembekalan itu belum ada, bisa kerjasama

dengan paroki-paroki lain yang mengadakan kegiatan tersebut. Sehingga para

pendamping anak sungguh-sungguh memiliki bekal untuk mendampingi anak-anak

yang ada di paroki dan lingkungan. Dengan kata lain Gereja (paroki) rela berkorban

demi masa depan Gereja. Karena baik buruknya kehidupan masa depan Gereja ada

Page 41: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

26

ditangan mereka (anak-anak), jadi apa yang ditanam hari ini (iman anak) akan

nampak hasilnya dalam kepribadian anak pada masa yang akan datang.

Gereja memiliki peran penting dalam keseluruhan proses pendidikan iman

anak. Dalam GE art 3 dikatakan :

Tugas menyelenggarakan pendidikan, yang pertama-tama menjadi tugas dan tanggung jawab keluarga, dengan bantuan seluruh masyarakat, akhirnya secara istimewa pendidikan termasuk tugas Gereja, bukan hanya karena masyarakat harus diakui kemampuannya menyelenggarakan pendidikan melainkan karena Gereja bertugas mewartakan jalan keselamatan kepada semua orang.(GE art 3).

Dalam pernyataan ini Paus Yohanes Paulus II menandaskan bahwa : Gereja

mempunyai posisi yang cukup mendukung tercapai pendidikan anak terutama

mengusahakan upaya-upaya yang khas, khususnya menyentuh sisi religius anak.

Melalui pendampingan anak (bina iman) misalnya : anak bisa diperkenalkan dengan

berbagai kisah iman dalam Kitab Suci sekaligus mengajak mereka untuk bertindak

sesuai dengan ajaran cinta kasih.Pendampingan iman anak sejak awal (dini) penting

bagi anak demi proses kehidupan anak selanjutnya.

(3) Sekolah

Mengingat bahwa tugas orang tua dalam mendidik iman anak amatlah berat.

Maka dibutuhkan lembaga lain agar dapat membantu mendidik iman anak secara

maksimal. Dalam hal ini adalah sekolah. Lembaga sekolah membantu orang tua

dalam mengembangkan kemampuan intelektual, afeksi, dan ketrampilan dengan

sistim kerja yang terprogram. Sekolah menyiapkan anak agar mempunyai bekal yang

memadai dimasa mendatang. Sekolah adalah partner orang tua dalam mendidik anak

secara khusus dalam sekolah katolik pada hahekatnya membantu dan melengkapi

Page 42: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

27

(partner) tugas dan peran utama orang tua dalam mendampingi, membimbing anak-

anak baik dalam bidang intelektual, iman, maupun moral. Jadi sekolah mempunyai

tanggung jawab besar bagi perkembangan iman anak.

Dalam buku ajaran dan pedoman gereja tentang pendidikan katolik dikatakan :

“…sekolah harus mendorong murid melatih pikirannya melalui pemahaman yang dinamis guna mendapatkan kejelasan dan kekayaan akal. Sekolah harus menolong murid mengupas arti pengalaman-pengalamannya dan kebenaran dari pengalaman itu. Tiap sekolah yang melalaikan kewajiban itu dan yang hanya menyampaikan kesimpulan-kesimpulan yang terjadi, sekolah tersebut menghambat perkembangan pribadi murid-muridnya” ( A. Sewaka. 1992 : art. 27).

Dari kutipan di atas mau dikatakan bahwa sekolah perlu melihat kembali

program pembentukannya baik isi maupun metode pelajaran yang disampaikan, yang

berkaitan dengan kemanusaian. Dan para pendidik (guru) perlu memahami latar

belakang, keunikan-keunikan setiap anak didiknya, dan lebih menyentuh

pelajarannya apabila metodenya dapat menyapa pengalaman hidup nyata mereka dan

bahkan akan membantu mereka dalam mengembangkan pribadi yang utuh. Para

pendidikpun perlu menyadari akan tujuan dari pengajaran di sekolah yaitu

pendidikan, artinya pengembangan manusia dari dalam dengan membebaskan anak

dari suasana yang mungkin menghalang-halanginya menjadi manusia yang sungguh-

sungguh utuh. Sekolah harus bertolak dari prinsip bahwa program pendidikannya

secara sadar diarahkan kepada pertumbuhan pribadi seutuhnya. Sekolah harus

merupakan komunitas yang nilai-nilainya dikomonikasikan melalui relasi antar

pribadi, baik antar para pandidik sendiri, anak didik maupun antar para pendidik

dengan anak-anak. Jadi kesaksian hidup dari para pendidik juga menentukan bagi

Page 43: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

28

perkembangan iman anak melalui tingkah laku, sikap dan tindakan nyata dengan

orang lain.

Dari ketiga hal di atas (keluarga. Gereja, sekolah) dengan segala ciri khasnya

diharapkan memberikan sumbangan yang berarti bagi anak. Mereka perlu dituntun,

didampingi, dibimbing dan diarahkan agar makin berkembang dewasa secara

menyeluruh. Dan perlu diingat bahwa anak adalah subyek pendidikan dan bukan

menjadi objek dari pendidikan itu. Anak adalah anugerah istimewa dari Allah

sehingga mempunyai hak untuk berkembang menjadi pribadi yang sempurna. Proses

kesempurnaan hidupnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang memungkinkan

mereka dapat mengembangkan kebebasan tanggung jawabnya. Sikap saling

menerima, cinta kasih, penghargaan dan kepedulian merupakan unsur yang

menentukan. Sikap keterbukaan, saling mendukung, dan saling mengembangkan

harus diperjuangkan bersama, sehingga orang tua, gereja dan sekolah harus

menjauhkan diri dari unsur paksaan. Menjadi lebih baik bila orang tua memanfaatkan

kemajuan dan ilmu teknologi untuk menumbuhkembangkan bakat dan kepribadian

anak. Untuk itu diperlukan kesadaran untuk semakin melibatkan anak baik dalam

keluarga, sekolah maupun dalam hidup menggereja.

3) Peran Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga

a) Keluarga

Keluarga adalah kelompok orang-orang yang mempunyai hubungan akrab

satu sama lain karena hubungan darah atau ikatan perkawinan. Kelompok besar atau

extended family bila jumlahnya banyak dan hubungannya agak longgar, dan keluarga

inti atau nuclear family bila jumlahnya sedikit dan hubungannya sangat erat atau

Page 44: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

29

dekat (ayah, ibu dan anak) (KomKel, 2006 : 3). Keluarga adalah persekutuan antar

pribadi yang saling memberi, saling mencintai, saling melengkapi dan

berpengharapan dalam kasih yang tak terbatas. Keluarga terdiri dari beberapa pribadi

yang mempunyai relasi timbal-balik secara intensif. Relasi itu meliputi relasi suami-

isteri dan anak-anak. Relasi terjadi dalam kaitan hubungan darah (keluarga inti) yang

didasarkan pada cinta kasih sebagai satu kesatuan hidup. Relasi yang terjadi antara

orang tua dan anak-anaknya bukan hanya bersifat manusiawi ( hubungan darah)

melainkan juga bersifat rohani yaitu relasi kasih itu sendiri (KomKat KAS, 2006 : 4).

Pelaksanaan pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam keluarga saja melainkan

dapat berlangsung di beberapa tempat antara lain keluarga, sekolah dan masyarakat.

Ketiga pendidikan tersebut memiliki perbedaan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu

dengan yang lain, sebab pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat terpadu

artinya pendidikan yang diterima anak dalam keluarga dan masyarakat merupakan

rangkaian dari suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Dari semua tempat

tersebut yang menjadi pendidikan anak yang pertama adalah keluarga. Keluarga

merupakan pendidikan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan iman anak di

sekolah dan masyarakat, oleh sebab itu orang tua sebagai penanggungjawab iman

anak dalam keluarga bertanggungjawab dan berkewajiban untuk menanamkan nilai-

nilai kehidupan yang berguna bagi pembentukan mental dan kepribadian anak itu

sendiri.

Keluarga adalah sekolah untuk hidup yang ditanamkan orang tua dan

sekaligus menjadi tanggung jawabnya untuk belajar saling mencintai, saling

menghormati, saling menerima, membedakan yang benar dan salah, disiplin dan

Page 45: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

30

tanggungjawab. Dalam tugas orang tua sebagai pendidik pertama dan utama tidak

dapat dialih kepada orang lain. Hal ini ditegaskan oleh Paus Yohanes Paulus II,

dalam seruan apostoliknya sebagai berikut : ”.....tugas dan kewajiban orang tua untuk

mendidik anak-anaknya merupakan hak yang esensial, orisinil dan primer, tak

tergantikan. Dan semua itu dilandasi oleh prinsip cinta kasih (FC, art. 36)

Orang tua sebagai pendidik pertama: orang tua mengemban tugas

memelihara, menjaga dan mendidik anak sejak dikandung hingga dewasa.

Sedangkan orang tua sebagai pendidik yang utama: orang tua merupakan orang yang

paling bertanggungjawab atas perkembangan anak menuju kedewasaan, meneruskan

iman dan nilai-nilai kristiani kepada anak-anaknya.

Keluarga merupakan tempat pesemaian, pertumbuhan dan perkembangan

iman anak. Dari orang tua anak mulai mendapat pendidikan iman yang pertama dan

utama, dan mulai mengalami perhatian dan kasih sayang. Perhatian dan kasih sayang

dari orang tua ini merupakan tanda nyata bagi anak-anak yang dikasihi Allah.

b) Peran orang tua dalam pendidikan iman anak

Pendidikan iman anak dimulai sedini mungkin, sejak lahir dan terus-menerus sampai

anak menjadi dewasa. Orang tua wajib menjamin pendidikan Kristiani, tidak hanya

sebagai kewajiban tetapi anak perlu mendapat bimbingan agar iman yang tertanam

seharusnya menjadi milik pribadi orang tua harus menjamin dan memelihara iman

anak, menciptakan suasana kristiani dalam hidup mereka. Karena iman merupakan

anugerah atau penggilan dari Tuhan yang bertumbuh sesuai dengan dinamika

perkembangan anak. Usia, psikologis intelektual dan lingkungnnya. Karena itu orang

Page 46: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

31

tua dituntut kemampuannya memberi pendidikan iman menuju pada kedewasaan

iman (Wignyasumarta, 2000 : 151-152 ).

Selain nilai-nilai iman yang ditanamkan dalam keluarga, orang tua juga perlu

menanamkan bentuk pendidikan iman lainya yang bisa membantu perkembangan

dan pertumbuhan iman anak melalui setiap cara yang nantinya dapat membantu

pribadi anak semakin dewasa, mandiri dan bertanggungjawab. Bentuk pendidikan

iman anak yang dimaksudkan di sini adalah pendidikan sosial, pendidikan

ketrampilan dan pendidikan kedisiplinan. Pendidikan sosial bagaimana orang tua

mengajar anak-anak mereka bersikap seperti sikap melayani dengan penuh cinta,

sikap untuk bergaul dengan semua orang, sikap menerima orang lain apa adanya,

sikap menghargai dan sikap berempati atau tenggang rasa kepada orang lain yang

menderita dan yang mangalami kesusahan. Pendidikan keterampilan, bagaimana

orang tua mengajari anak-anaknya untuk terampil dalam memasak, menjahit menata

bunga, menata rumah, trampil dalam melukis dll. Pendidikan kedisplinan, bagaimana

orang tua mengajari anak-anaknya untuk displin dalam waktu belajar, makan,

bermain, bekerja, berdoa baik dalam keluarga, lingkungan dan Gereja.

Apabila dalam keluarga orang tua sudah menanamkan pendidikan ini dan

memberi kepercayaan penuh kepada anak-anaknya sejak masih kecil dalam keluarga,

maka anak akan semakin bertanggungjawab dengan sikap hidupnya baik di dalam

keluarga, sekolah, Gereja maupun masyarakat yang lebih luas.

Orang tua memiliki tugas dan tanggungjawab pertama dan utama dalam

mendidik anak dalam bidang keagamaan, kesosilaan, budaya dan kemasyarakatan.

Pendidikan meliputi aspek kognitif (intelektual), afektif (emosi dan perasaan), etika

Page 47: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

32

(nilai- nilai moral) dan estetika (nilai-nilai keindahan) (Tim pusat pendampingan

keluarga Brayat Minulyo, 2007 : 23). Dalam rangka memenuhi tugas mendidik anak

dalam bidang hidup keimanan, orang tua pertama-tama dituntut memiliki

pengalaman yang baik, menampilkan perilaku hidup yang baik sebab anak akan lebih

mudah mencontoh apa yang diperbuat orang tua. Setiap keluarga katolik

membiasakan diri untuk mengadakan doa bersama, membaca, dan merenungkan

Sabda Tuhan bersama. Dengan demikian keluarga menjadi gereja mini. Keluarga

menjadi kesatuan yang melambangkan kesatuan dari ketiga Pribadi Ilahi : Bapa,

Putera dan Roh Kudus. Keluarga adalah gereja mini tempat kesatuan bapak ibu dan

anak-anak menjadi komunitas iman ”di mana ada dua tiga orang berkumpul dalam

nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat 18 : 20). Dalam keluarga

seorang anak sungguh-sungguh dapat mengenal dan mengalami Allah. Oleh karena

itu dalam keluarga kristiani orang tua harus membiasakan diri mengadakan doa

bersama, ikut dalam perayaan Ekaristi, menerima sakramen pengampunan secara

teratur.

Dalam keluarga seorang anak mendapat pendidikan mengenai nilai-nilai

moral. Orang tua mempunyai tugas sangat berat untuk membentuk anak-anak yang

sungguh memiliki integritas moral. Untuk itu dalam keluarga anak-anak dibiasakan

belajar membuat keputusan sendiri dan bertanggungjawab atas segala perbuatannya.

Hal ini dilakukan harus sesuai dengan perkembangan anak (usia anak). Berkaitan

dengan pendidikan moral dan kesusilaan orang tua harus menanamkan nilai-nilai

luhur, penghormatan terhadap nilai-nilai kehidupan, penghormatan terhadap sesama

manusia yang dimulai dalam lingkup keluarga.

Page 48: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

33

Keluarga menjadi tempat pertama dan utama dalam kesetiakawanan dan semangat

sosial anak. Bagaimana orang tua menciptakan iklim yang kondusif yang

memungkinkan anak dapat saling berbagi dengan sesamanya, mau memperhatikan

kebutuhan orang lain, menumbuhkan semangat mau saling membantu dan melayani,

semangat rela berkorban dan mau saling menghargai.

Keluarga katolik mempunyai tugas untuk berpartisipasi dalam misi pewartaan

gereja yang diterima dari Yesus Kristus yaitu misi kenabian, keimaman, dan rajawi

melalui penghayatan cinta kasih dalam seluruh perjalanan hidup mereka membangun

keluarga yang dijiwai oleh semangat pelayanan, pengorbanan, kesetiaan, pengabdian,

membagikan kekayaan rohani yang telah mereka terima dalam sakramen perkawinan

sebagai cerminan dari cinta Yesus Kristus kepada Gereja-Nya (FC, art. 50). Dalam

bidang kemasyarakatan, orang tua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada

anak-anak dimensi sosial manusia. Anak dididik untuk memiliki jiwa dan semangat

solider, setia kawan, semangat berkorban, dan sehati-sejiwa dengan mereka yang

berkekurangan. Pendidikan dimulai dalam keluarga. Anak dididik dan dilatih untuk

mau membagi apa yang dimiliki. Keluarga katolik dipanggil untuk terlibat aktif

dalam membangun persaudaraan sejati (koinonia) yang didasari cinta, keadilan dan

kebenaran (Tim Pusat pendampingan keluarga Brayat Minulyo, 2007 : 24).

Peran dan fungsi orang tua dalam mendidik anak sangatlah penting, sebagai

pendidik yang pertama dan utama. Tugas dan kewajiban orang tua yang tak dapat

diwakili oleh orang lain. Pendidikan yang diberikan orang tua pada anaknya perlu

dilandasi oleh kasih sayang. Pendidikan yang dimaksudkan di sini adalah pendidikan

pada umumnya yang bersifat menyeluruh termasuk pendidikan imannya. Tugas

Page 49: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

34

tersebut dapat dilaksanakan misalnya dengan memberi nasehat serta memberi contoh

untuk bersaksi. Memberi nasehat tidak perlu dengan kata yang panjang dan kalimat

yang indah, tetapi dengan menggunakan kata yang mudah dimengerti atau dipahami

oleh anak. Dan yang lebih penting adalah kesaksian hidup orang tua. Kesaksian

merupakan salah satu wujud pewartaan Injil yang dapat dibuat oleh semua orang dan

khususnya oleh orang tua. Kesaksian merupakan suatu peristiwa yang berdampak

dalam hidup dan menjadi suatu kenangan. Untuk itu semangat bersaksi harus

ditanamkan pada anak-anak dengan cara memberi contoh bagaimana bersaksi kepada

teman dan sesama. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menolong anak dalam

pertumbuhan imannya

. ”Pendidikan iman oleh orang tua yang harus mulai sejak umur anak yang

paling muda, sudah diberi kalau anggota keluarga saling menolong untuk tumbuh dalam iman melalui kesaksian hidup kristen yang sering tanpa kata-kata, tetapi yang bertahan lewat hidup sehari-hari yang dihayati sesuai dengan injil” (Paus Yohanes Paulus II, 1980 : 62-63).

Penanaman sikap bersaksi akan menyebabkan anak dapat tumbuh dalam iman

sesuai dengan yang diajarkan oleh otang tua. Orang tua perlu memberi kesempatan

pada anak-anak untuk bersaksi tentang kebenaran, tetapi harus ikut bersaksi sehingga

anak-anak kelak sudah terbiasa dengan kesaksian yang benar.

Peran dan fungsi orang tua menurut Sunarti Hastono dalam bukunya

”Pendidikan kesejahteraan Keluarga” adalah : membangun manusia sehat dan kuat

(menyiapkan generasi muda membangun keluarga yang sejahtera) mendidik

kerohanian keluarga, memberi rasa tenang dan kasih sayang terhadap anggota

keluarga dan sesamanya dan dapat menolong orang lain dalam kesulitan.

Page 50: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

35

Dalam menanamkan kedisiplinan pada anak orang tua perlu memiliki

kesabaran dan rasa kasih sayang yang penuh, serta menyesuaikan dengan usia dan

kemampuan anak. Misalnya : anak usia balita : kenalkan disiplin sehari-hari pada

anak. Seorang anak belajar memahami kejadian di lingkungan dengan menjadi

pengamat dan peniru. Anak usia bayi :anak memiliki jam minum, makan, istirahat,

kebersihan (ketika membuang air besar atau kecil). Anak usia dua tahun ke atas :

kenalkan pada anak-anak akan bahaya yang ada di sekitar mereka, seperti listrik,

pisau yang tajam, kaca dengan bahasa yang dimengerti oleh mereka.

Untuk itu orang tua perlu memiliki pola hidup yang teratur. Misalnya :

bangun pagi, doa, mandi, merapikan rumah, makan makanan yang sehat dan

berkomunikasi dengan bahasa yang baik. Dengan mengamati keteraturan yang

dilakukan orang tua setiap hari, seorang anak pada usia dini akan lebih mudah

memiliki disiplin diri. Hal-hal yang pelu diperhatikan dalam pembentukan

kedisiplinan pada anak : kenalkan semenjak dini keteraturan dan kedisiplinan

keluarga pada anak, buatlah suasana yang menyenangkan ketika mengajar disiplin

pada anak sehingga anak memiliki kesan yang baik ketika melakukan tugasnya,

aturan yang belaku hendaknya disesuaikan dengan usia anak tidak perlu menuntut di

luar kemampuan anak, memberi pujian dan hukuman yang tepat, hargailah setiap

keberhasilan yang ditunjukkanya, segera memberi tindakan ketika anak melakukan

kesalahan sehingga anak dapat memahami pada saat itu juga, jangan melakukan

hukuman fisik ketika anak melanggar aturan, karena anak akan menjadi kebal

terhadap peringatan dari orang tua, berilah contoh yang baik kepada anak. Misalnya:

jam isterahat jangan diajak untuk kegiatan yang lain (Hurlock, 1978: 35-46).

Page 51: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

36

Sebagai pendidik yang pertama dan utama tugas orang tua sangatlah berat.

Maka sebagai orang tua harus sejak dini mengenalkan Allah kepada anak-anak dan

mengajarkan mereka untuk memandang dan menyembah-Nya, serta mencintai

sesama manusia sesuai dengan iman yang diterima dalam permandian. Hal ini

dimaksudkan agar anak-anak yang telah dididik tersebut apabila mencapai usia

dewasa dapat mempunyai tanggung jawab untuk selalu mengikuti panggilan suci

(GE. Art. 3).

Hak dan kewajiban orang tua dalam mendidik anak terutama dalam

pendidikan iman anak ditegaskan juga dalam hukum kanonik (KWI, 1983. kanon

226,793, 1136). Kanon-kanon tersebut menjelaskan bahwa orang tua merupakan

pendidik yang pertama dan utama. Pendidikan yang diberikan oleh orang tua lebih

menitik beratkan pada pendidikan kristiani yaitu pendidikan secara utuh baik dari

segi fisik, sosial, kultural maupun religiusnya berdasarkan pada iman kristiani.

Dengan kata lain tugas orang tua adalah sebagai pendamping perkembangan iman

anak-anaknya, dimana pendampingan yang dilakukan oleh orang tua tersebut

merupakan tugas dan kewajiban yang sangat luhur. Dengan tugas dan kewajiban

yang sangat luhur itu orang tua menjadi pendidik yang pertama dan utama, sekaligus

menjadi sarana dan jalan bagi anak-anak untuk menentukan jalan kehidupan dan

keselamatan.

Orang tua juga harus menjadi pribadi yang beriman dan aktif dalam hidup

menggereja. Orang tua bijak bukan hanya menyuruh anak-anaknya beriman.

Pasangan suami isteri harus memberi contoh nyata kepada anak-anaknya. Teladan

konkret itu jauh lebih berarti daripada sekadar nasehat belaka.

Page 52: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

37

Orang tua mengarahkan anaknya agar terlibat aktif dalam kegiatan gerejani

memerlukan strategi yang tepat, diantaranya adalah:

1) Menyiapkan sarana penunjang

Pada tahap permulaan orang tua perlu merangsang motivasi anak dengan

sarana penunjang. Kesediaan orang untuk mengantar anak ke gereja dan sekolah

minggu adalah salah satu langkah yang paling konkret. Selain itu hendaknya orang

tua hendaknya menyediakan alkitab, buku-buku rohani, benda-benda devosional

(salib, rosario) yang mendorong semangat doa di hati anak.

2) Memberikan pujian

Anak perlu didorong dengan pemberian pujian. Bila mereka giat terlibat

sebagai anggota sekolah minggu, misdinar, kelompok paduan suara atau kegiatan

lainnya yang ada di paroki atau lingkungan, sebaiknya orang tua memberikan pujian.

Pujian bisa berupa kata-kata ataupun pemberian kado yang paling didambakannya.

Pujian pula dapat diwujudkan dengan mengajak pergi ke tempat rekreasi favorit

anak.

3) Memberi kepercayaan

Orang tua perlu memberi kepercayaaan yang cukup pada anak yang terlibat

dalam kegiatan gereja. Sikap terlalu mengawasi tentu bukan wujud pemberian

kepercayaan yang terbaik. Perlu dibangun suatu dialog untuk membuat kesepakatan

dengan si anak. Kesepakatan tersebut memuat aturan-aturan yang ditaati orang tua

dan anak. Dengan demikian anak belajar untuk bertanggungjawab atas kepercayaan

yang diberikan orang tua. Dalam keluarga perlu ada komunikasi yang sehat antara

orang tua dan anak.

Page 53: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

38

4) Menoleransi kesalahan

Belajar adalah membuat banyak kesalahan. Demikian bunyi salah satu

pribahasa. Sebagai pemula, anak pasti akan membuat kesalahan. Membuat kesalahan

adalah bagian dari proses belajar itu sendiri. Oleh karena itu orang perlu menoleransi

kesalahan yang dilakukan anak. Jangan cepat-cepat menghukum anak yang

melanggar kesepakatan.

5) Menjadi sahabat setia

Orang tua yang bijak memandang anak sebagai subyek yang perlu dihargai.

Anak memang mempunyai kewajiban untuk tunduk dan taat kepada orang tua.

Namun anak juga memiliki hak untuk dicintai, dilindungi, dan dididik secara

kristiani. Oleh karena itu hendaknya orang tua menjadi sahabat setia bagi anak-

anaknya. Kedekatan emosinal akan lebih terjalin kukuh bila orang tua menempatkan

diri sejajar dengan anak-anak.

Mengarahkan anak agar telibat dalam kegiatan gerejani adalah suatu tugas yang

menantang. Untuk itu orang tua perlu menumbuhkan sikap sabar dalam menghadapi

kenyataan hidup setiap hari.

6) Memberi teladan atau kesaksian hidup

Peran orang tua pertama-tama adalah menjadi saksi iman, berarti lebih dari

hanya berbicara tentang agama katolik atau memberi pengajaran tentang pelbagai

segi tentang Kristus, agama dan hidup kristiani. Menjadi saksi iman berarti

mengarahkan seluruh pribadinya dan dengan segala apa yang dikatakannya. Menjadi

saksi iman berarti mengarah kepada kenyataan hidup dan kepada kebenarannya, (

Bernad, 1972 Orang tua tidak hanya cukup mengajar anak tentang Kristus, tetapi

Page 54: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

39

orang tua harus memberikan kesaksian hidup yang baik terhadap anak-anaknya. Bila

orang tua berbicara tentang Kristus harus berbicara tentang-Nya sebagai seorang

yang sungguh ada. Mereka berbicara tentang Allah Bapa sebagai seorang yang

sungguh ada, hal ini sangat penting bagi anak. Dalam hidup orang tua yang

memancarkan cahaya kasih didalam keluarganya, anak-anak akan lambat laun akan

melihat itu sebagai kenyataan bahwa Kristus, Allah Bapa, Roh kudus, gereja ada,

dan cinta Allah sungguh nyata. Di rumah anak-anak harus diajar. Memberi

pengajaran pada anak dalam iman tidak boleh hanya menguraikan ajaran-ajaran

doktrin melainkan harus mengajar tentang pribadi-pribadi Kristus dan Bapa sebab

iman merupakan penerimaan terhadap dua pribadi. Anak harus diberitahu tentang

Kristus, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana Kristus sekarang dan siapa Allah

itu. Hal ini orang tua harus tunjukan melalui sikap dan tindakan orang tua. Misalnya

orang tua menyuruh anaknya supaya berdoa, orang tua juga yang harus duluan duduk

di tempat doa dan mulai berdoa. Jadi mendorong anak untuk melakukan hal itu,

orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anak.

Dalam buku iman keluarga-keluarga Kristiani dikatakan bahwa :

Salah satu hal yang tiada tara karyanya yang dapat diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya adalah cinta kasih mereka satu sama lain. Jika anak-anak menjadi besar dalam suasana cinta kasih di rumah mereka dapat bertumbuh dan berkembang menjadi orang-orang yang utuh. Mereka dapat dipenuhi dengan cinta kasih antara orang tua, juga harus meluaskan kepada anak-anaknya, dengan demikian mereka sungguh-sungguh saling mencintai, (Bernad. 1972).

Pendidikan yang pertama mula-mula berasal dari orang tua dimana anak

harus diutamakan. Maka disinilah orang tua sebagai pengajarnya, ia harus

memahami pelajaran yang hendaknya menuntun anak seumur hidupnya yakni:

Page 55: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

40

pelajaran tentang sikap penghargaan, penghormatan, pengendalian diri, sikap

kejujuran dan sikap kebenaran. Pendidikan dalam keluarga merupakan tempat yang

utama dalam segala pendidikan . Dengan demikian orang tua harus menanamkan

nilai-nilai yang baik dalam diri anak yakni dalam keluarga doa merupakan tugas

perutusan yang dapat diemban oleh suami isteri sebagai konsekuensi dari tugas

imamat Yesus Kristus. Doa keluarga adalah merupakan tugas yang dipersembahkan

bersama oleh semua anggota keluarga. Persatuan dalam doa merupakan konsekuensi

dan tuntutan dari makna sakramen babtis dan sakramen perkawinan untuk

mewujudkan tanggung jawab dan tugas perutusan sebagai anak-anak Allah. Doa

dalam keluarga merupakan usaha untuk mempersatukan setiap anggota keluarga,

Gereja dan masyarakat.

Dengan demikian doa keluarga bukan hanya usaha untuk sekedar komunikasi

belaka tanpa tujuan yang diharapkan melainkan menjadi unsur pokok dalam

kehidupan keluarga kristiani. Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mendidik

anak-anaknya dalam doa bersama, menghantar mereka untuk mengenal Allah dan

berdialog dengan-Nya. Orang tua yang melaksanakan kewajiban dengan baik akan

dapat menciptakan keluarga yang bahagia. Kewajiban yang dilakukan oleh orang tua

kepada anak-anaknya merupakan tanggung jawab orang tua di hadapan Allah. Dalam

hidup keluarga orang tua wajib menanamkan nilai-nilai Kristiani kepada anak agar

anak mulai terbiasa terlibat dalam kegiatan apapun yang menyangkut kehidupan

rohani mereka. Maka kebiasaan keseharian hidup kristiani yang membawa orang tua

datang kepada anak-anak dengan kelembutan dan hormat orang tua. Maka anak-

anak menerima dengan gembira menghayati kedekatan Allah dan Yesus yang

Page 56: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

41

menjadi nyata melalui orang tua mereka sehingga pengalaman kristiani yang pertama

sering meninggalkan jejak-jejak yang menentukan sepanjang hidupnya.

Keluarga menjadi tempat pendidikan iman yang pertama dan utama. Dalam

keluarga anak dididik dalam segala keutamaan. Setiap keluarga juga dipanggil

menjadi tempat pembenihan panggilan. Keluarga diharapkan menjadi tempat

bertumbuhnya iman sedemikian rupa, sehingga anak katolik dalam keluarga itu

mampu menyadari panggilan Tuhan atas dirinya ( KomKel, 2008 : 18).

Dalam anjuran Apostolik Familiaris Consortio Paus Yohanes Paulus II

mengatakan demikian :

Tugas mendidik berakar dalam panggilan utama suami-isteri untuk berperanserta dalam karya penciptaan Allah. Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka terikat kewajiban teramat berat untuk mendidik mereka. Oleh karena itu orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama. Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan, sangat sukar pula dapat dilengkapi. Sebab merupakan kewajiban orang tua : menciptakan lingkungan keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang tehadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang kebutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka keluarga itulah lingkungan pendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial, yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat. Hak maupun kewajiban orang tua untuk mendidik bersifat hakiki, karena berkaitan dengan penyaluran hidup manusiawi. Selain itu bersifat asali dan utama terhadap peranserta orang-orang lain dalam pendidikan, karena keistimewaan hubungan cinta kasih antara orang tua dan anak-anak. Lagi pula tidak tergantikan dan tidak dapat diambil-alih, dan karena itu tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada orang-orang lain atau direbut oleh mereka (FC. art. 36).

Anak adalah anugerah dari Tuhan kepada orang tua, maka secara tidak

langsung Tuhan menginginkan agar anak yang sudah dititipkan itu, dididik dengan

baik. Tuhan mempercayakan pendidikan anak kepada orang tua karena orang tua

adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Dikatakan demikian karena :

Page 57: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

42

keluarga merupakan tempat anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi seorang

pribadi yang dewasa . Tugas orang tua dalam mendidik iman anak adalah tugas yang

mulia, karena tugas itu merupakan tanggung jawab utama sebagai orang tua bagi

anak-anaknya. Oleh karena itu kewajiban orang tua untuk menyampaikan iman

kepada anak-anaknya, mendidik anaknya dengan kata dan teladan, membantu anak

untuk memilih panggilan hidupnya, serta memelihara dan memupuk panggilan suci

yang mungkin ditemukan dalam diri anak melalui pendidikan yang diterimanya

didalam keluarga.

7) Kebiasaan orang tua untuk mengajak anak berdoa bersama

Anak merupakan peniru ulung. Sifat peniru inilah yang menjadi modal dasar

bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai iman pada diri anak. Sebelum anak

dapat berpikir dan memahami hal-hal yang abstrak serta belum sanggup

membedakan hal-hal yang baik dan buruk dalam diri mereka sebaiknya orang tua

sudah membiasakan anak untuk selalu terlibat dalam kegiatan bersama, seperti

makan bersama, doa bersama dan rekreasi bersama.

Karena dengan kebiasaan tersebut yang diterima anak dalam keluarga sangat

penting dalam membentuk iman anak. Anak sudah banyak mengetahui dan belajar

bagaimana harus berdoa dengan baik walaupun mereka belum terlalu mengikuti cara

berdoa dengan baik dan lancar, tetapi kalau dibiasakan untuk selalu hadir dalam doa

bersama dan terus-menerus mengajarkan mereka secara pelan-pelan tanda salib, doa

bapa kami, salam Maria serta doa-doa lain yang mudah dihafal dan bahkan

dibiasakan untuk doa spontan serta dimengerti oleh anak, lama kelamaan anak akan

berdoa dengan lebih baik dan lancar. Di sini orang tua tidak bisa memaksa anak-

Page 58: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

43

anaknya dengan caranya sendiri, sebaiknya mengajak anak untuk berdoa melalui

sikap dan teladan orang tua, dengan demikian anak akan melihat dan meniru apa

yang diperbuat oleh orang tuanya.

8) Kebiasaan orang tua mengajak anak untuk terlibat dalam kegiatan Gereja dan

lingkungan

Pada umumnya orang tua merasa tidak perlu mengajak anak-anak mereka

hadir dalam perayaan missa dan ibadat lingkungan, karena selalu mengganggu

suasana doa sehingga membuat orang tua tidak konsentrasi dalam perayaan Ekaristi

atau ibadat lingkungan dan merasa terganggu bagi umat lain yang dengan tenang

mengikuti perayaan Ekaristi atau ibadat lingkungan, akhirnya orang tua memutuskan

untuk tinggal di rumah dan tidak mengajak anak untuk hadir dalam perayaan Ekaristi

dan ibadat lingkungan, pada hal anak yang masih kecil senang sekali untuk diajak

bermain. Sifat keingintahuan dari anak-anak sangat besar. Jadi jika mereka diajak

untuk mengikuti perayaan ekaristi dan ibadat lingkungan, anak sering bertanya

berkaitan dengan apa yang dilihatnya, misalnya : barang-barang suci, seperti patung,

gambar-gambar kudus, lilin dan sebagainya berdasarkan apa yang dilihatnya. Oleh

karena itu orang tua jangan pernah merasa bosan dan malas mengajak anaknya ke

Gereja dan menjelaskan satu persatu kepada anak arti bangunan Gereja, sikap dalam

gereja, makna perayaan ekaristi dan bagaimana cara berdoa yang baik.

Apabila orang tua dengan sikap sabar menjelaskan satu per satu kepada anak

dengan kata yang halus dan penuh kasih, maka dengan sendirinya anak akan

mencoba dan melakukannya dengan baik sesuai dengan apa yang diajarkan kepada

mereka. Sehingga suatu saat tiba waktunya untuk menerima komuni pertama, atau

Page 59: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

44

dipilih menjadi anggota misdinar, dan mengikuti sekolah minggu, anak tidak merasa

kaget lagi karena orang tua sudah menjelaskannya kepada mereka. Demikian juga

keterlibatan anak di lingkungan, apabila orang tua sudah mengajarkan hal-hal yang

baik tentang Tuhan dan sesama, maka dengan sendirinya kebaikan yang diterima

anak dalam keluarga dibagikan juga dalam lingkungan seperti sikap berdoa yang

baik, sikap menghargai orang yang lebih tua dan memberi sapaan kepada setiap

orang yang dijumpainya.

9) Kebiasaan orang tua mengajak anak untuk membaca dan mendengarkan sabda

Tuhan

Anak yang masih kecil sama sekali belum mengerti dan menangkap sabda

Tuhan yang dibacakan orang tua dalam keluarga saat berdoa bersama, dan bahkan

membacapun mungkin belum bisa, tetapi terus-menerus membiasakan anak untuk

hadir bersama serta setia melatih anak-anak membaca Kitab Suci setiap hari sebelum

mengadakan doa bersama tentunya akan membantu anak lebih mengerti dan

menangkapnya.

Apabila anak sudah bisa membaca dengan baik dan lancar maka berilah

mereka giliran untuk membaca sabda Tuhan secara bergantian setiap malam dan

memberi tugas kepada anak untuk mencari salah satu ayat Kitab Suci yang sangat

cocok dengan kehidupan anak, kemudian disharingkan waktu doa bersama. Selain itu

juga orang tua dapat menceritakan kisah dari kitab suci kehidupan santo-santa

kepada anak-anak sebelum mereka tidur malam, karena dengan bercerita tersebut

membantu anak untuk semakin ingat dan meneladan sikap hidup orang kudus dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 60: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

45

Orang tua yang bertanggungjawab atas perkembangan iman anak dalam

keluarga, dalam mendampingi iman anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi

beriman kristiani yang matang dan dewasa. Dan anak semakin mengenal dan

mendekatkan diri kepada Yesus sebagai teman dan sahabat mereka. Peran orang tua

merupakan konsekuensi dari dan dibentuknya keluarga oleh pasangan suami isteri

melalui sakramen perkawinan dengan menjalankan peranannya dalam mendidik

iman anak-anaknya, serta meningkatkan kesadaran orang tua yang menyangkut peran

dalam mendampingi iman anak-anak, melibatkan anak-anak dalam hidup

menggereja, serta berusaha memberi dukungan dan tempat bagi anak-anak agar

tumbuh dan berkembang dalam iman. Orang tua akan semakin menempati jati

dirinya sebagai persekutuan hidup dan cinta kasih yang bersumber pada cinta kasih

Allah. Cinta kasih itu secara nyata dalam menjalankan peranannya sebagai keluarga

krisitiani.

Peran orang tua menurut ajuran Apostolika Sri Paus Yohanes Paulus II

tentang keluarga dalam Dokumen familaris Conssortio.

Orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab yang pertama dalam

mendidik anak, sebagai keluarga juga punya tanggung jawab dalam mendidik anak-

anak baik secara moral maupun spiritual seperti keluarga kudus Nasaret, memberi

teladan kepada kita dalam mendidik Yesus sesuai dengan adat Yahudi. Orang tua

dipanggil untuk terlibat dalam kegiatan kemanusiaan terlebih ikut mengangkat

keluarga yang masih menderita. Karena kehadiran orang tua di tengah masyarakat

sangatlah penting untuk menciptakan kehidupan yang nyaman dan menjadi terang

bagi orang lain. Dengan demikian setiap keluarga kristiani terpanggil untuk

Page 61: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

46

melaksanakan tugas kerasulannya dan di samping itu juga membangun kerajaan

Allah sendiri secara bertanggungjawab terhadap kebahagiaan orang lain di tengah

masyarakat.

“cinta perkawinan merupakan rahmat Allah yang diberikan kepada suami isteri dan anak-anak mereka. Cinta perkawinan diarahkan kepada penyempurnaan suami-isteri secara menyeluruh termasuk pula kelahiran dan pendidikan anak demi kebahagian keluarga dan kesejahteraan masyarakat” ( Iman katolik.1996 : 438-439).

Jadi sejak awal suami-isteri diberi tanggung jawab untuk mendidik dan

membesarkan anak-anaknya seturut ajaran gereja sejak dari kecil hingga dewasa.

Dalam hal tanggung jawab ini orang tua perlu sadar apa yang seharusnya ditanamkan

dalam diri anak sejak dini. Orang tua perlu tahu bahwa dalam mendidik anak tidak

cukup dengan ajaran-ajaran kristiani saja, tetapi bagaimana cara orang tua

menghidupkan dan menanamkan nilai-nilai rohani yang dapat membawa anak

semakin dekat pada Tuhan, dan bahkan lebih dari itu anak dilatih untuk

memperhatikan kepentingan orang lain dan menghormati orang lain agar kelak tahu

melayani kebutuhan orang lain. Orang tua perlu tahu kegiatan apa saja yang ada di

Paroki atau Lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan anak. Misalnya: jika

anaknya masih usia TK-SD anak dilibatkan dalam kegiatan PIA Paroki atau

Lingkungan. Dan jika anaknya sudah duduk di bangku SMP maka anaknya

dilibatkan dalam kegiatan PIR, dan sebagainya. Dan di sinilah orang tua sungguh

bekerja keras dan mengorbankan banyak waktu dan tenaga.

A.P. Budiyono. Hd, dalam bukunya “Keluargaku” mengatakan bahwa:

“Perlu disadari oleh keluarga katolik bahwa pendidikan yang paling dasar adalah pendidikan dalam keluarga. Maka itu bagaimanapun juga perlu diciptakan suasana yang membahagiakan segenap keluarga sehingga

Page 62: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

47

anggota keluarga mengalami hangatnya cinta kasih kekeluargaan. Cerita-cerita kitab suci dari kehidupan santa atau santo dan kisah dari kitab suci, bila mungkin diceritakan oleh bapak/ibu kepada anak-anaknya pada kesempatan yang baik. Dapat juga dipilih santa atau santo pelindungnya. Anak kecil tidak hanya cukup dilatih berdoa tetapi juga dilatih memperhatikan kepentingan orang lain agar kelak tahu melayani kebutuhan orang lain. Teladan orang tua sengatlah menentu dalam hal ini”.

Orang tua perlu sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya adalah mengajar

dan melatih anak untuk berdoa yakni doa malam bersama keluarga, juga menjelang

dan sesudah makan, orang tua dan anak berkumpul pada saat berdoa. Dalam

perkumpulan tersebut keluarga hendak bersyukur kepada Tuhan dan memohon

berkat-Nya, juga mengungkapkan rasa persatuan dan kesatuan keluarga sebagai

suatu kelompok beriman. Orang tua harus membangkitkan semangat dalam diri anak.

Doa mendekatkan hati dengan Allah. Doa mengungkapkan pasrah kita kepada Allah,

sebab keselamatan hanya datang dari Allah. Orang tua mengajar anak untuk

membuka dan membaca Kitab Suci dengan hormat. Dengan demikian orang tuapun

perlu sadar bahwa hari Minggu adalah hari Tuhan. Anak-anak diajak untuk ke

Gereja, juga sadar bahwa di Paroki atau Lingkungan ada kegiatan sekolah minggu,

orang tua mengantar anak-anak untuk mengikuti kegiatan tersebut. Juga orang tua

harus sadar bahwa hidup sebagai orang beriman tidak terlepas dari kewajibannya

maka hari Minggu mengajak anak untuk mengikuti perayaan Ekaristi di gereja. Itu

merupakan suatu kebiasaan yang sudah ditanamkan dalam diri anak. Dalam keluarga

orang tua perlu mengajar anak dengan memberikan teladan akan lebih berhasil

daripada memberitahu segala peraturan dan nasehat tanpa contoh. Atau seorang ibu

akan berhasil dalam mendidik anak-anaknya jika isi perkataannya harus sesuai

dengan kehidupannya karena anak belajar sesuatu yang baik dari orang tua.

Page 63: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

48

Konsili Vatikan II menegaskan pendidikan iman anak pertama-tama

berangkat dari kesaksian hidup dari orang tua sendiri (teladan orang tua) anak sejak

dini harus diajar mengenal Allah dan berbakti kepada-Nya dan mengasihi sesama,

seturut iman yang telah mereka terima dalam sakramen baptis. Melalui keluargalah

akhirnya mereka lambat-laun diajak berintegrasi dalam masyarakat dan umat Allah.

“Maka dari itu, mengikuti teladan orang tua dan berkat doa keluarga, anak-anak, bahkan semua yang hidup di lingkungan keluarga, akan lebih mudah menemukan jalan perikemanusiaan, keselamatan dan kesucian. Suami-isteri yang mengemban martabat serta tugas kebapaan dan keibuan akan melaksanakan dengan tekun kewajiban memberi pendidikan terutama dibidang keagamaan, yang memang pertama-tama termasuk tugas mereka. Anak-anak selaku anggota keluarga yang hidup dengan cara mereka sendiri ikut serta menguduskan orang tua mereka” (GS, art. 48).

Dalam ini, kedua orang tua diharapkan mau dan mampu memberi teladan dan

ajaran tentang kebaikan dan kebenaran kepada anak-anak mereka. Kekuatan dalam

mendidik anak tidak terletak pada perkataan atau pengajaran melainkan pada

kepribadian dan tindakan orang lain (orang tua), tidak pada harapan atau teori

melainkan pada kemauan dan kehidupan nyata orang tua. Mengajar dan mendidik

anak berarti memberikan teladan.

Pendidikan dalam keluarga lebih menekan segi hati, pembentukan sikap,

menciptakan gaya hidup atau cara hidup yang dituntut oleh nilai itu sendiri. Yang

dibutuhkan oleh anak adalah contoh atau teladan dari orang lain yang

berpengalaman. Dalam hal ini orang tualah yang patut diteladani oleh anak-anak.

Berkat teladan yang anak-anak lihat dari orang tua secara bertahap sesuai dengan

perkembangan anak, anak akan mampu mewujudkan nilai-nilai hidup yang

diharapkan. Hal ini tidak mudah. Untuk itu orang perlu kerja sama dengan pihak lain,

Page 64: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

49

dalam hal ini adalah sekolah dan gereja sebagai mitra kerja. Ada dua hal yang perlu

ditanamkan dalam diri anak adalah tanggung jawab kristiani dan kesadaran akan

nilai-nilai moral. Maka nilai-nilai moral harus dikembangkan dalam cinta kasih, jika

anak mulai menerima tanggung jawab untuk mengembangkan sikap-sikap di rumah,

lama-kelamaan anak menemukan ciri pribadinya sebagai orang Kristen dan inilah

yang harus diajarkan orang tua kepada anak. Dengan demikian membawa anak untuk

setapak demi setapak untuk semakin mengenal Allah dalam berbagai pengalaman

hidupnya. Dengan demikian orang tua sadar bahwa memberi yang terbaik kepada

anak-anak melalui keteladan orang tua. Karena anak belajar segala sesuatu dari orang

tua. Untuk itu orang tua sadar bahwa mendidik iman anak dengan penuh kasih,

menciptakan suasana ketenangan, kedamaian, kegembiraan, suasana persaudaraan,

kesatuan hati antara anak dan orang tua. Mendidik dengan kasih anak akan

bertumbuh dengan baik, seperti yang disabdakan oleh Yesus bahwa buah jatuh tidak

jauh dari pohonnya, jadi anak itu bertumbuh dan berkembang dengan baik karena

belajar segala sesuatu yang baik dari orang tua atau didikkannya mendukung

perkembangan hidup anak.

2. Katekese sebagai Komunikasi Iman dalam Gereja

Dalam pembahasan tentang katekese sebagai komunikasi iman dalam gereja,

berikut ini akan dipaparkan tentang pengertian katekese, tujuan katekese, isi

katekese, sumber katekese, unsur katekese, subyek katekese, dan metode katekese.

a. Pengertian Katekese

Menurut Heuken (2005 : 46) kata “Katekese” berasal dari bahasa Yunani

Page 65: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

50

“Katekeo” yang berarti mengajar secara lisan, memberitahu. Mengajar secara lisan

merupakan salah satu tugas Gereja, sebagaimana penugasan Kristus kepada para

rasul dan penggantinya yaitu “untuk mengajar segala bangsa dan melakukan segala

sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28 : 20). Pada awalnya pengertian

katekese adalah suatu kegiatan pengajaran agama katolik untuk calon baptis dan

komuni pertama. Dalam perkembangannya katekese memiliki arti yang luas yakni

sebagai kegiatan kesaksian (komunikasi iman). Dengan demikian katekese dapat

dipahami sebagai salah satu bentuk pelayanan Gereja yang bertujuan mengusahakan

terwujudnya keselamatan umat manusia secara utuh sebagaimana dikehendaki oleh

Allah.

Paus Yohanes Paulus II, dalam Catechesi Tradendai menegaskan :

“Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-oarang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen” (CT, art. 18).

Dari penegasan di atas diperoleh pengertian bahwa katekese merupakan

usaha pewartaan yang dilakukan oleh pihak Gereja untuk menolong dan

memperdalam iman umat agar semakin memahami, menghayati dan mewujudkan

imannya dalam kehidupan konkret. Gereja bertanggungjawab membantu memelihara

iman yang telah dimiliki umat agar semakin berkembang. Dengan katekese Gereja

menyampaikan ajaran-ajarannya sehingga nilai-nilai ajaran Kristiani semakin

mengakar dalam diri umat dan dapat dihayati dalam hidup sehari-hari. Katekese

sebagai pelayanan dalam bidang perkembangan iman demi tercapainya kedewasaan

iman. Melalui pewartaan sabda, iman umat diharapkan semakin berkembang dan

Page 66: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

51

matang. Katekese sebagai pewarta sabda kabar gembira dan keselamatan Allah yang

dibawa oleh Yesus Kristus Putra-Nya.

Katekese diberikan kepada semua umat beriman Kristiani agar semakin

beriman kepada Kristus, semakin bersatu dalam hidup dan karya Yesus yang

terwujud dalam kesaksian hidup sehari-hari. Melalui katekese umat beriman dibantu

untuk semakin mampu mengungkapkan imannya dalam tindakan dan sikap hidupnya

secara konkret.

Pengertian Katekese mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan

Gereja. Dalam PKKI II, Juli 1980 di Klender, para ahli katekese merumuskan

katekese sebagai kegiatan yang berasal dari umat, dilaksanakan oleh umat dan demi

perkembangan iman umat, sehingga disebut dengan katekese umat. Sedangkan

katekese umat dimengerti sebagai “komunikasi iman atau tukar pengalaman iman

(Penghayatan iman) antar anggota jemaat atau kelompok, malalui kesaksian para

peserta yang saling membantu sedemikian rupa sehingga iman masing-masing

diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna” (Huber, 1981 : 15).

Dari pernyataan tersebut katekese dipahami sebagai komunikasi iman. Yang

dikomunikasikan adalah pengalaman iman dan bukan pengetahuan tentang rumusan

iman. Maka para peserta bersaksi tentang imannya yang dihayati dalam hidup sehari-

hari sehingga dengan adanya komunikasi iman memungkinkan iman para peserta

dikuatkan dan diteguhkan.

Adisusanto (2000 : 1) seorang pakar dalam bidang katekese menjelaskan

bahwa katekese merupakan salah satu bentuk karya perwartaan Gereja yang oleh

karenanya mengambil bagian dalam karya Kenabian Kristus.

Page 67: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

52

Katekese merupakan suatu perjumpaan prbadi. Sabda Allah bukanlah “sesuatu” akan

tetapi “seseorang”, maka katekese sebagai Pelayanan Sabda harus mengintroduksi

perjumpaan yang bersifat pribadi antara umat beriman dengan Kristus. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa dengan melaksanakan katekese, kita

mengkomunikasikan ajaran Kristus bukanlah sesesuatu yang abstrak, melainkan

sebagai usaha mengkomunikasikan misteri Allah yang hidup.

Katekese merupakan pewartaan tentang Yesus Kristus yang hidup. Maka

Pribadi Kristuslah yang menjadi pusat dan tujuan dalam katekese. Katekaese bukan

penyampaian ajaran secara lengkap dan mendetail, setia dengan rumusan tertentu,

tetapi yang lebih penting dalam katekese ialah bahwa yang utama merupakan

kesetiaan pada seorang pribadi yang hidup. Kesetiaan disini lebih konkret, bebas,

dinamis, dan eksistensial dari pada kesetiaan pada jumlah ajaran tertentu.

Secara singkat berdasarkan uraian tentang katekese di atas, penulis

menyimpulkan bahwa katekese merupakan komunitas iman yang bertujuan

membantu umat untuk saling bertukar pengalaman iman sehingga mereka dapat

saling menolong untuk mencapai kedewasaan imannya baik secara pribadi maupun

kelompok sehingga semakin mampu mempertanggungjawabkan imannya dengan

bersaksi di tengah masyarakat.

b. Tujuan Katekese

Setiap usaha ataupun bentuk kegiatan pasti mempunyai tujuan yang hendak

dicapai. Dalam bagian ini tujuan katekese yang dimaksud ialah apa yang hendak

dicapai dengan karya katekese yang dilaksanakan. Salah satu bentuk pelayanan dan

karya pastoral Gereja adalah melalui katekese. Dalam katekese pelayanan ini

Page 68: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

53

membantu menghantar para peserta untuk mendengarkan Sabda Allah dalam Kitab

Suci dan peristiwa hidupnya sehari-hari, sehingga dapat menemukan nilai iman

didalam dirinya. Usaha katekese yang tidak ada hentinya untuk membangkitkan iman

dengan bantuan rahmat Allah, untuk membuka hati para peserta agar sampai pada

pertobatan serta dapat menimbulkan sikap penyerahan diri secara total kepada Yesus

Kristus bagi mereka yang baru melintasi ambang iman (CT, art. 19).

Dalam dokumen yang sama pula diuraikan tujuan dari katekese yang

mengarahkan katekese sebagai pendidikan iman yang mengusahakan peserta

katekese semakin mengenal pribadi Yesus Kristus, lebih percaya kepada-Nya dan

memahami Karya-Nya sebagai manifestasi Kerajaan Allah yang ditawarkan oleh-

Nya (CT, art. 20). Dengan demikian katekese mempunyai arah yang hendak dicapai

yaitu mengembangkan iman umat yang baru mulai tumbuh agar iman umat sampai

pada kepenuhannya. Melalui katekese diharapkan iman masing-masing umat

semakin mekar dan berkembang berkat Firman Allah yang diresapkan di dalam

hatinya. Berkat Karya Rahmat-Nya iman umat diharapkan dapat berkembang dan

memancar dalam kesaksian hidup sehari-hari. Katekese harus dapat membantu

perserta dalam menghayati imannya. Katekese mengajak orang beriman untuk dapat

belajar hidup dari imannya. Melalui katekese, iman umat diharapkan semakin kuat,

matang dan berkembang dan diteguhkan. Katekese memperhatikan seluruh aspek

kehidupan manusia. Katekese harus dapat mengumandangkan situasi hidup orang

yang mendengarnya, mengumandangkan cita-cita dasar yang mencari kepenuhannya

dalam arus masa kini. Untuk dapat mencapai kepenuhan hidup, umat beriman

membutuhkan adanya terang dan bimbingan Roh Kudus. Oleh karena itu katekese

Page 69: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

54

harus dapat memancarkan sinar kepada semua kenyataan hidup dalam situasi pribadi,

komunitas sosial dan lingkungan sekitar. Pendidikan iman harus menyangkut suatu

perubahan tahap demi tahap secara menyeluruh dalam diri manusia untuk menuju

Kristus yang menjadi pusat dan tujuan dari katekese.

Yosep Lalu (2005 : 5-6) merumuskan tujuan katekese yang dalam PKKI II

dipahami sebagai Komunitas iman sebagai berikut:

“Supaya dalam terang injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari; dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari; dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita; seorang pribadi yang berperan sebagai pengarah dan pemudah untuk menciptakan suasana komunitas dalam kelompok umat dasar yang dilayani.

Dengan berbagai uraian tentang tujuan katekese yang telah dipaparkan

penulis menarik kesimpulan bahwa katekese yang dilaksanakan mempunyai arah dan

tujuan yang akan dicapai yaitu membantu umat memperkembangkan imannya secara

utuh dan dewasa, sehingga mendorong umat untuk mau dan mampu terlibat dalam

gerak atau dinamika hidup menggereja dengan segala kegembiraan dan

keprihatinannya.

c. Isi katekese

Isi katekese yang dimaksud dalam pemaparan ini adalah lebih menunjuk pada

materi dan apa yang diolah bersama dalam proses katekese. Hal tersebut dapat

berupa pengalaman konkret jemaat pada jaman sekarang ini, pengalaman iman jaman

dahulu yang terdapat dalam Kitab Suci, ajaran gereja atau bentuk pengalaman lain

yang ada kaitannya dengan kehidupan umat dalam usahanya, menemukan Tuhan

dalam peristiwa hidupnya.

Page 70: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

55

Dalam Catechesi Tradendai artikel 26 ditegaskan bahwa: Katekese

merupakan suatu momen atau aspek pewartaan injil. Isi katekese yaitu pewartaan

injil sebagai kabar gembira keselamatan Allah yang telah didengar dan yang telah

diterima dengan tulus hati. Kabar gembira perlu ditanggapi dengan keterbukaan

iman. Warta gembira tesebut setiap saat perlu direfleksikan kembali, didalami, sesuai

dengan pertumbuhan hidup beriman yang telah diterima dan didengar dan kemudian

diharapkan dapat diwujudkan oleh jemaat dalam kehidupan konkret baik secara

pribadi maupun sebagai kelompok atau komunitas. Dengan demikian melalui

hidupnya jemaat kristiani menjadi pewarta kabar gembira secara nyata lewat

kesaksian dan cara hidupnya (KomKat KWI, 1955 : 20).

Dalam hal keutuhan isi dari katekese, Catechesi Tradendai art. 30

menguraikan tiga pokok penting yang perlu diperhatikan yaitu:

1) Pembenaran karena iman (Rm 8 : 10); seorang murid Kristus berhak menerima

“Sabda Iman” dengan penuh dan utuh dan dengan segala daya kekuatannya (Flp

3 : 8), keutuhan merupakan tanda dari perintah Yesus yang tersirat dalam Mat 28

: 18-20 : “kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi, pergilah

dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa,

dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang

telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai senantiasa sampai

kepada akhir zaman”. Dari pesan ini dapat dipahami betapa pentingnya

menyadari bahwa nilai dalam mengenal Kristus Yesus melampaui nilai manapun

juga. Penyadaran untuk sampai pada penyesuaian dapat dipahami sebagai

Page 71: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

56

tindakan keibuan gereja dan mengakui sebagai ladang Allah, bangunan Allah (1

Kor 3 :9).

2) Dengan melihat katekese zaman sekarang ini maka diharapkan dalam

penyampaian isi katekese, perlu diatur dengan cara tertentu agar diperoleh

keseimbangan sehingga melalui kebenaran yang diajarkan, masing-masing

peserta menemukan bobot yang sewajarnya dan diilhami oleh dorongan penuh

kerendahan hati serta tetap menjaga keutuhannya. Injil yang diwartakan dalam

kebenaran akan mampu mengimbangkan. Oleh karena itu bakat, kreatifitas dan

daya cipta dari pendamping perlu diwujudkan dengan melihat situasi agar sesuai

dengan kebutuhan peserta katekese.

3) Menginginkan gambaran yang cermat dan jujur tentang gereja-gereja mengingat

bahwa Roh Kristus mengenakan sebagai upaya keselamatan. Dengan demikian

membantu umat katolik mendalami imannya sendiri dan lebih mengenal diri dan

sesamanya dalam masyarakat.

d. Sumber Katekese

Isi katekese pada dasarnya merupakan kabar gembira keselamatan yang

terwujud dalam diri Yesus Kristus. Sedangkan katekese sendiri harus bersumber

pada Yesus Kristus sebagai sumber kabar gembira. Katekese harus menyampaikan

pesan kabar gembira Yesus Kristus kepada semua orang.

Katekese akan selalu menggali isinya dari sumber hidup yakni Sabda Allah

yang disalurkan dalam Tradisi dan Kitab Suci (CT art. 27). Dari pernyataan ini

berarti bahwa sumber katekese dapat ditemukan dalam Sabda Allah. Misteri sabda

Allah terungkap dalam pribadi Yesus Kristus yang hadir dalam gereja-Nya yaitu

Page 72: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

57

dalam bentuk iman, harapan, ajaran, liturgi maupun dalam segala bentuk kehidupan

gereja yang mengalir dari sumber yang sama yaitu Sabda Allah dan mengantar

kembali kepada-Nya dibawah bimbingan para gembala yang telah diserahkan tugas

oleh Tuhan untuk membimbing dan membina iman umat. Pelayanan Sabda Allah

dan segala bentuk pembinaan maupun pendidikan iman haruslah dipupuk dan

dikembangkan terus-menerus sehingga dapat mendorong menuju kekudusan melalui

Sabda Kitab Suci. Manusia dari kodrat dan panggilannya sanggup mengenal Allah

sampai pada suatu keyakinan akan eksistensi Allah yang mewahyukan diri-Nya

kepada manusia. Dengan demikian katekese harus diresapi dan diwarnai oleh

gagasan yang mendukung dalam usaha menggali inspirasi dari refleksi kehidupan

sebagai gereja. Karena gereja disini menjadi sarana yang dipakai oleh Roh Kudus

guna melanjutkan dialog dengan umat manusia. Oleh karena itu Roh Kudus

merupakan pelaku utama dan pelayanan Sabda dan melalui Sabda-Nya suara injil

bergema dalam gereja (KomKat KWI, 2000 : 50).

e. Unsur Katekese

Berdasarkan PKKI III di Pacet, Mojokerto, Setyakarjana ( 1997 : 74-75)

menyatakan mengenai unsur-unsur yang ada dalam katekese umat. Unsur-unsur

katekese yang dimaksud meliputi: unsur pengalaman atau Praktek, unsur pengalaman

iman, unsur komunikasi dengan tradisi kristiani dan arah kerterlibatan baru.

1) Unsur pengalaman atau praktek hidup

Proses katekese dalam unsur ini bertolak dari pengalaman konkret para

peserta baik pengalaman pribadi maupun pengalaman yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat. Pengalaman atau praktek merupakan peristiwa yang terjadi dalam hidup

Page 73: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

58

para peserta. Melalui pengalamannya peserta diharapkan mengalami kehadiran Allah

yang berkarya dalam dirinya dan sesama. Pengalaman ini akan diolah bersama dan

diusahakan dapat mendorong peserta untuk berani memberi kesaksian akan

imannya(Setyakarjana, 1997 : 74).

2) Komunikasi pengalaman iman

Dalam unsur ini peserta diajak untuk mengkomunikasikan pengalaman

imannya kemudian diolah bersama. Pengalaman yang telah diolah bersama

kemudian disharingkan dalam kelompok. Dalam mengkomunikasikan pengalaman

iman dapat berupa pengalaman gembira, sedih ataupun memprihatinkan

(Setyakarjana, 1997 : 74).

3) Komunikasi dengan Tradisi Kristiani

Sebagai dasar dan tujuan utama dari iman kristiani adalah pribadi Kristus

yang diimani oleh para rasul sebagai penyelamatnya. Dalam komunikasi iman,

peserta tidak dapat melepaskan dari kesaksian para rasul yang terungkap dalam Kitab

Suci dan yang dihayati oleh gereja secara resmi diteruskan oleh Hirarki. Ajaran

kristiani mempunyai pengertian yang sangat luas dan menyangkut tradisi,

spiritualitas, liturgi dan segala praktek hidup gereja yang menampakkan Kristus

(Setyakarjana, 1997 : 75).

4) Arah keterlibatan baru

Katekese sebagai komunikasi iman, harus dapat menolong peserta katekese

untuk mengalami panggilan mereka dan mendorong mereka untuk menjalankan

perutusan. Pengalaman iman akan kehadiran Allah yang dialami oleh peserta sedapat

mungkin diwujudkan melalui kesaksian hidup konkret sehari-hari ditengah-tengah

Page 74: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

59

aktifitasnya. Arah keterlibatan baru diwujudkan oleh peserta melalui pewartaan

karya Keselamatan Allah bagi dunia (Setyakarjana, 1997 : 75)

f. Metode Katekese

Metode dalam kegiatan katekese ialah cara pelayan yang kreatif agar manusia

dapat bertemu dengan Tuhan. Dalam pertemuan-pertemuan katekese para

pembimbing dapat memilih dan menggunakan pelbagai macam metode. Agar

pertemuan itu berhasil maka pertama, para pembimbing harus memahami dengan

baik metode-metode, kedua mereka harus terampil menerapkan metode itu dalam

praktek, ketiga segala pewartaan mereka harus diteguhkan dengan semangat dan

keyakinan pribadi atas pewartaan itu.

Beberapa metode katekese yang perlu diperhatikan :

1) Metode bercerita

Metode bercerita ialah cara mendidik, membentuk dan menghayati iman

dengan mengisahkan suatu kebenaran, pengalaman dan kejadian. Cerita mengikat

perhatian karena melalui cerita hidup, manusia digambarkan dengan warna yang

serba indah. Metode cerita lebih cocok digunakan bagi anak-anak, orang dewasa

cerita dapat digunakan asal tidak dilebih-lebihkan..

2) Metode diskusi

Metode diskusi ialah cara membentuk dan menghayati iman dengan saling

menukar pikiran dan pendapat dalam pembicaraan bersama. Melalui metode ini

peserta katekese dididik untuk menghargai pendapat orang lain, berani

mengungkapkan pendapat dan tengang rasa dengan orang lain. Agar metode ini

membuahkan hasil maka diskusi harus dijalankan dalam kelompok kecil dengan

Page 75: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

60

pendamping yang baik sehingga tidak menjadi suatu pendekatan yang sengit, tidak

seorangpun yang menguasai pembicaraan dan suasananya harus dalam penuh

persaudaraan sehingga kesimpulan merupakan kesimpulan bersama.

3) Metode lakon / drama

Metode lakon / drama suatu cara membentuk, mendidik dan menghayati iman

dengan mempertunjukkan kebenaran oleh pemain-pemain dan penonton turut

menghayati peristiwa itu. Pelbagai macam drama dapat dibuat, misalnya drama

Paskah, Natal, Anak yang Hilang dan lain-lain. Agar metode ini berhasil pemain

harus menciptakan persekutan yang baik dalam berlatih , bahan harus disiapkan dan

dilatih dengan sebaik-baiknya.

4) Metode Audio-visual

Metode Audio-visual ialah cara pendidikan dan pengahayatan iman dengan

menggunakan gambar terang, film bersuara, kaset dan lain-lain.

5) Metode sharing

Metode sharing ialah cara pendidikan dan penghayatan iman dengan saling

tukar pengalaman sampai ke soal-soal hidup yang mendasar. Agar pelaksanaan

metode ini berhasil suasana kelompok hendaknya penuh rasa persaudaraan, semua

perserta harus terlibat, pembimbing atau pemimpin hendaknya menjadi seorang

pemudah dan pengarah.

g. Peserta Katekese

Rumusan PKKI II, dalam katekese umat yang diungkapkan dalam Huber

(1981 : 10) mengatakan :

“Yang berkatekese ialah umat. Artinya semua orang beriman, baik secara perorangan maupun secara kelompok, yang secara pribadi memilih

Page 76: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

61

Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus. Jadi singkatnya seluruh umat baik umat dalam kelompok-kelompok basis maupun umat di sekolah atau di perguruan tinggi. Penekanan pada seluruh umat ini justru merupakan salah satu unsur yang memberi arah pada katekese. Pada dasarnya penekanan aspek umat pada katekese ini sesuai dengan penekanan aspek umat pada Gereja itu sendiri.

Rumusan di atas mau menunjukkan bahwa seluruh Gereja sadar bahwa

katekese tidak ditujukan kepada sebagian umat saja melainkan semua orang beriman

yang terpanggil untuk mendalami iman secara terus-menerus, baik mereka yang

sudah memilih Kristus secara mutlak maupun mereka yang ingin mengenal Kristus

seperti para katekumen.

Katekese merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang

sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Dapat dikatakan juga katekese

umat adalah komunikasi iman umat, dari umat, oleh umat dan untuk umat. Peserta

adalah pelaksana karya pelayanan katekese. Pelaksana karya katekese adalah para

umat beriman sebagai keseluruhan baik Gereja yang menyeluruh maupun Gereja-

gereja setempat, baik para pemuka maupun bukan pemuka, setiap orang beriman,

maka karya katekese tidak dapat berjalan sendiri-sendiri; setiap orang beriman perlu

memperhatikan, memungkinkannya, dan mengajukannya (Setyakarjana, 1997 : 78).

Dalam katekese umat bukan hanya sebagai obyek atau sarana atau target dari

kegiatan katekese, melainkan peserta juga bertindak sebagai subyek pelaksana

katekese itu sendiri.

h. Media Katekese

Media adalah alat pemersatu, alat berbagi informasi (sharing), dan dapat

menjadikan alat yang membuat orang menjadi kritis, alat untuk menghibur juga alat

Page 77: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

62

manipulasi (Siregar, 1994:17).

Melalui media amanat injil dapat menyapa dan merasuki hati masing-masing

pendengar. Media moderen menghidangkan cara-cara baru untuk menghadapkan

orang pada pesan injil (Komisi KomSos, 1987 : 10).

Berbicara mengenai pewartaan kabar keselamatan sebagai tanggapan atas

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Gereja perlu memberi perhatian

lebih kepada kaum muda. Mereka merupakan kelompok yang secara langsung

terkena oleh perkembangan Iptek (Banarwiratma, 1989 : 24).

Pewartaan Kerajaan Allah di jaman ini sangat dibantu oleh pertemuan

teknologi yang begitu banyak. Bagi Gereja penginjilan (Evangelisasi) berarti

membawa kabar baik kepada semua orang. Pengaruh injil yang mengubah umat

manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru (EN, art. 18). Mewartakan injil

sesungguhnya merupakan rahmat dan panggilan yang khas bagi gereja dan

merupakan identitas terdalam. Penemuan dibidang teknologi seperti : Televisi, radio,

media cetak, piringan hitam, rekaman tape menjadi sarana yang membantu Gereja

dalam berkatekese (CT, art. 46). Katekese diperuntukan bagi anak-anak sampai

orang tua.

Katekese mengalami perkembangan sesuai dengan situasi jaman. Dahulu kala

pada jaman Yesus dan para rasul pewartaan kabar gembira disampaikan dengan

bercerita, karena pada saat itu cerita yang dapat membantu umat dalam berkatekese.

Pada jaman Yesus dan para Rasul pewartaan kabar gembira harus terbuka dengan

perkembangan jaman. Oleh karena itu peluang adanya perkembangan teknologi di

bidang media perlu dimanfaatkan dalam pewartaan kabar gemabira.

Page 78: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

63

2. Pemilihan SCP sebagai Model Katekese Umat yang cocok untuk

Meningkatkan Kesadaran Orang Katolik dalam Pendidikan Iman Anak

Shared Christian Praxis (SCP) merupakan salah satu bentuk alternatif dari

katekese model pengalaman hidup. Groome (1997 : 1) menyatakan bahwa katekese

model Shared Christian Praxis (SCP) berawal dari suatu kebutuhan untuk

menemukan suatu pendekatan dalam berkatekese yang handal dan efektif artinya

suatu model yang sungguh mempunyai dasar teologis yang mendalam yang mampu

memanfaatkan perkembangan ilmu pendidikan yang progresif dan mempunyai

keprihatinan pastoral yang jelas.

Sebagai pendekatannya, model SCP menekankan segi proses berkatekese

yang bersifat dialogis partisipatif yang bertujuan mendorong peserta

mengkomunikasikan antara tradisi dan visi hidup mereka dengan tradisi dan visi

hidup kristiani, sehingga mampu mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan

baik secara pribadi maupun bersama demi makin terwujudnya nilai Kerajaan Allah

dalam hidup manusia.

a. Komponen dalam SCP

Groome (1997 :1) berpendapat bahwa katekese model Shared Christian

Praxis merupakan suatu model yang lebih menekan proses yang bersifat dialogis dan

partisipatif. Katekese model Shared Christian Praxis termasuk dalam katekese

model pengalaman hidup. Dikatakan model pengalaman hidup karena langkah-

langkahnya lebih didasarkan pada pengalaman hidup. Maksud dialog dari katekese

ini adalah agar para peserta dapat mengkomunikasikan tradisi dan visi hidup mereka

Page 79: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

64

dalam visi kristiani sehingga baik secara pribadi maupun bersama mereka mampu

mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan untuk mewujudkan nilai-nilai

Kerajaan Allah di dalam tindakan nyata (Groome,1997: 3).

Model katekese SCP mempunyai tiga komponen yang saling berkaitan

sebagaimana diungkapkan oleh Thomas Groome (1997 : 2-4) yaitu : Praxis,

Christian dan Shared.

1) Praxis

Komponen ini mengacu pada suatu tindakan manusia yang mempunyai

tujuan untuk tercapainya suatu transformasi kehidupan yang didalamnya terkandung

proses kesatuan dialektis antar praktek dan teori yaitu kreatifitas antar kesadaran

historis dan refleksi kritis yaitu keterlibatan baru.

Praxis mempunyai tiga komponen yang saling terkait diantaranya ialah aktifitas,

refleksi dan kreatifitas. Ketiga komponen ini berfungsi untuk membangkitkan

perkembangan imaginasi, meneguhkan kehendak, dan mendorong praxis baru yang

dapat dipertanggungjawabkan secara etis dan moral (Groome,1997 : 2).

2) Christian

Katekese model SCP mengusahakan supaya kekayaan iman kristiani

sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau, dekat dan relevan untuk kehidupan

peserta pada jamannya. Tradisi kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat yang

hidup dan sungguh dihidupi. Tradisi Kristiani tidak hanya berupa tradisi pengajaran

Gereja tetapi juga meliputi Kitab Suci, spiritualitas, refleksi teologis, sakramen,

liturgi, kepemimpinan, kehidupan dalam jemaat, seni dan nyanyian rohani. Tradisi

kristiani mengundang keterlibatan praksis dan proses pemebentukan pribadi.

Page 80: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

65

Sedangkan visi kristiani lebih menggarisbawahi tuntutan dan janji yang terkandung

didalam tradisi, tanggung jawab dan pengutusan orang kristiani sebagai jalan untuk

menghidupi semangat dan sikap kemuridan mereka. Baik tradisi maupun visi

kristiani keduanya menyingkapkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang benar-benar

dihidupi dan diusahakan (Groome, 1997 : 3).

3) Shared

Istilah Shared menunjuk pada pengertian komunikasi timbal balik, sikap

partisipasi aktif, kritis dari semua peserta dan keterbukaan pada kedalaman pribadi,

kehadiran sesama maupun terhadap Rahmat Tuhan. Istilah Shared juga menekankan

pada proses katekese yang beraspek dialogis, kebersamaan, keterlibatan dan

solidaritas. Baik peserta maupun pendamping dalam katekese model ini diharapkan

dapat membangun dialog yang aktif dan partisipatif. Kata Shared mengandung

hubungan dialektis antara pengalaman faktual peserta dengan tradisi dan visi

kristiani. Dalam kesempatan sharing, semua peserta diharapkan kerelaan dan

kesiapsediaannya untuk terbuka dan jujur dengan mengandaikan adanya

kepercayaan, mendengarkan dengan hati dan berkomunikasi dalam kebebasan hati

(Groome,1997: 4).

b. Langkah-langkah dalam SCP

SCP sebagai salah satu model berkomunikasi pengalaman hidup, dapat

dimengerti sebagai proses yang terus-menerus dan berkesinambungan. Katekese

model SCP terdiri dari lima langkah yang sistimatis dan berurutan, meski dalam

pelaksanaannya dapat terjadi tumpangtindih bahkan pengulangan, atau tergabung

Page 81: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

66

dengan langkah-langkah yang lainnya. Sumarno, 2007: 18-22) menguraikan langkah-

langkah sebagai berikut :

1) Langkah nol : Pemusatan Aktivitas

Langkah ini bertujuan untuk mendorong peserta menemukan topik pertemuan

yang bertolak dari kehidupan konkret yang selanjutnya menjadi tema dasar sungguh-

sungguh mencerminkan pokok-pokok hidup, keprihatinan, permasalahan, dan

kebutuhan peserta.

Sarana yang digunakan dalam langkah ini berupa symbol, cerita, bahan foto,

poster dan sarana lainnya yang menunjang peserta menemukan topik dasar untuk

pertemuan tersebut. Pusat aktivitas ini mau mengungkapkan kenyakinan bahwa

Allah senantiasa aktif mengwahyukan di tengah kehidupan manusia, melalui refleksi

sejarah hidup manusia dapat menjadi medan perjumpaan antara pewahyuan Allah

dan tanggapan manusia terhadap-Nya. Pemilihan tema dasar hendaknya sungguh-

sungguh mendorong peserta terlibat aktif dalam pertemuan. Pemilihan tema dasar

harus konsisten dengan model Shared Christian Praxis yang menekankan partisipasi

dan dialog. Peran pembimbing dalam langkah ini yakni menciptakan lingkungan

psikososial dan fisik yang mendukung, memilih sarana yang tepat dan membantu

peserta merumuskan prioritas tema yang tepat.

2) Langkah Pertama : Pengungkapan Pengalaman Faktual

Langkah ini bertujuan mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman

hidup dan keterlibatan mereka dalam situasi konkret. Pengungkapan dapat berupa

cerita, nyanyian, puisi, lambang atau dalam bentuk lain yang dapat dimengerti oleh

peserta yang lain.

Page 82: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

67

Dalam proses ini peserta diharapkan menyadari dan lebih bersikap kritis

terhadap pengalaman hidupnya sendiri. Pangalaman yang diungkapkan dapat berasal

dari pengalamannya sendiri, dalam kehidupan masyarakat atau dari permasalahan

yang terjadi di masyarakatnya dengan cara mensharingkan, yaitu dengan

membagikan pengalaman hidup yang sunggguh mereka alami.

Langkah ini bersifat obyektif yaitu pengungkapan pengalaman yang sungguh-

sungguh terjadi. Komunikasi yang konkret ini diharapkan dapat melahirkan tema-

tema dasar yang akan direfleksikan secara kritis pada langkah selanjutnya. Peran

pendamping sebagai fasilitator harus dapat menciptakan suasana akrab, hangat dan

mendukung peserta dalam mengungkapkan pengalaman hidupnya berkaitan dengan

tema dasar yang hendak didalami. Sebagai pendamping harus terbuka dan peka

terhadap situasi dan latarbelakang peserta yang memungkinkan peserta akan lebih

bebas untuk mengungkapkan pengalamannya. Kemudian pendamping perlu

menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu peserta untuk terbuka

membagikaan pengalaman hidupnya. Sikap yang diperlukan bagi pendamping adalah

: sabar, ramah, bersahabat, hormat.

3) Langkah Kedua : Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman

Maksud dari langkah ini adalah mengajak peserta lebih aktif, kritis dan

kreatif dalam memahami, mengolah keterlibatan hidup mereka sendiri dan mengolah

keterlibatan mereka dalam hidup di masyarakat. Untuk lebih mendukung langkah ini

dapat digunakan sarana dari analisa sosial maupun analisa kultural, perlu juga

digunakan segi pemahaman, pengenangan serta imaginasi. Langkah refleksi ini

bertujuan untuk memperdalam refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis

Page 83: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

68

akan pengalaman hidup dan tindakannya yang meliputi segi pemahaman (alasan,

minat, asumsi dan ideologi), segi kenangan (sumber-sumber historis) dan segi

imaginasi (kepentingan dan konsekuensi yang disadari / hendak diwujudkan).

Langkah ini bersifat analitis kritis, maksudnya melalui refleksi kritis pada

penglaman kokret, peserta diharapkan akan sampai pada nilai dan visinya yang pada

langkah keempat akan dikonfortasikan dengan pengalaman iman Gereja sepanjang

sejarah (tradisi) dan visi kristiani.

Peran pendamping dalam langkah ini adalah menciptakan suasana yang

mendukung dari setiap gagasan serta sumbang saran peserta; mengundang refleksi

kritis setiap peserta; mendorong peserta agar mengadakan dialog dan penegasan

bersama yang bertujuan untuk memperdalam, menguji pemahaman, kenangan dan

imaginasi peserta; mengajak peserta untuk berbicara tetapi tidak memaksa,

menggunakan pertanyaan yang menggali; menyadari kondisi peserta terlebih peserta

yang tidak bisa mengadakan refleksi terhadap pengalaman hidupnya.

4) Langkah Ketiga: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih

terjangkau

Tujuan dari langkah ini adalah mengusahakan agar tradisi dan visi kristiani

lebih terjangkau, dekat dan relevan bagi peserta pada jamanya dan lebih mengena

bagi kehidupan peserta dalam konteks dan latar belakang budaya yang berbeda.

Peran pendamping dalam langkah ini diharapkan dapat membuka jalan lebar-

lebar dengan menghilangkan segala macam hambatan yang memungkin peserta

mempunyai peluang besar untuk menemukan nilai-nilai, arti tradisi dan visi kristiani.

Pendamping dalam langkah ini dapat menggunakan salah satu bentuk interpretasi

Page 84: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

69

baik yang bersifat menggarisbawahi, meneguhkan, mempertanyakan atau yang

mengundang keterlibatan yang kreatif. Diharap pendamping dapat menafsirkan

tradisi dan visi kristiani menjadi lebih terjangkau. Untuk itu seorang pendamping

perlu menghoramti tradisi dan visi kristiani sebagai yang otentik dan normatif.

Dalam penafsirannya pendamping mengikutsertakan kesaksian iman, harapan dan

imannya sendiri. Untuk dapt menjadi pendamping yang sesuai dengan tujuan dalam

langkah ini diperlukan persiapan yang matang dan studi pribadi.

5) Langkah Keempat: Interpretasi/Tafsiran Dialektis antar Praksis dan Visi

Peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani

Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengajak peserta menemukan nilai-nilai

hidup yang hendak digarisbawahi berdasarkan nilai tradisi dan visi kristiani,

menghilangkan sikap-sikap pribadi yang bertentangan dengan nilai tradisi dan visi

kristiani, dan memperkembangkan nilai-nilai baru yang ditemukan. Pokok-pokok

penting itu kemudian dikonfrontasikan dengan hasil interpretasi tradisi dan visi

kristiani dari langkah ketiga.

Dalam proses konfrontasi diharapkan peserta dapat secara aktif menemukan

kesadaran baru atau sikap-sikap baru yang hendak diwujudkan baik secara pribadi

maupun bersama dan diharapkan peserta semakin bersemangat mewujudkan

imannya sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah semakin dapat dirasakan dalam

kehidupan bersama maupun pribadi. Perwujudan imannya yang baru itu diharapkan

dapat memperkaya tradisi dan visi kristiani yang menjadi pokok penting dalam

langkah ini. Diharapkan pula dalam langkah ini agar iman umat semakin mendalam.

aktif, dewasa dan misioner.

Page 85: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

70

Langkah ini menuntut peran pendamping yang harus menghormati kebebasan

peserta. Pendamping harus dapat menyakinkan peserta bahwa mereka mampu

mempertemukan pengalaman hidup dan visinya dengan nilai dari tradisi dan visi

kristiani. Pendamping harus mampu mendorong peserta untuk berani mengubah

sikapnya menjadi lebih aktif dan mendengarkan peserta dengan penuh perhatian,

terbuka akan pendapat dan pemikiran peserta.

6) Langkah Kelima: Keterlibatan Baru demi Terwujudnya Kerajaan Allah di

Dunia

Yang menjadi tujuan dari langkah ini adalah untuk mendorong peserta

sampai kepada keputusan konkret bagaimana menghidupi iman kristiani pada

konteks hidup yang telah dianalisa dan dipahami, direfleksikan secara kritis, dinilai

secara kreatif dan bertanggungjawab. Keputusan konkret dari langkah ini merupakan

buah dan puncak dari model SCP. Tanggapan peserta dapat dipengaruhi oleh tema

dasar yang direfleksikan dan konteks kepentingan religius, sosial, politik dan

ekonomi dari para peserta.

Peserta dalam langkah ini diharapkan semakin terlibatdan aktif untuk

mewujudkan keputusannya secara konkret demi terwujudnya Kerajaan Allah. Peran

pendamping dalam langkah ini adalah lebih menyadari hakekat praktis, inovatif dan

transformatif, merumuskan pertanyaan-pertanyaan operasional, menumbuhkan sikap

optimis yang realistis peserta, agar lebih membantu peserta, pendamping merangkum

hasil langkah pertama hingga keempat dan mengusahakan supaya peserta sampai

pada keputusan pribadi maupun bersama dan akhirnya dapat mengajak peserta untuk

merayakan liturgi secara sederhana untuk mendoakan keputusan.

Page 86: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

71

c. Refleksi terhadap Pelaksanaan SCP

Setiap kegiatan menghasilkan pengalaman. Demikian pula dalam berkatekese

dengan menggunakan model Shared Christian Praxis. Dari pengalaman berkatekese

umat ditengah umat beriman kristiani dengan model Shared Christian Praxis,

ditemukan adanya kelebihan dan kelemahannya.

a. Kelebihan katekese model SCP:

1. Pendamping dapat memilih tema yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan

peserta.

2. Mempunyai langkah pelaksanaan yang jelas, terperinci tahap demi tahap dan

dalam keseluruhan prosesnya pendamping melibatkan seluruh peserta untuk

terlibat aktif.

3. Pendamping dan peserta dapat sekaligus berperan sebagai guru dan murid

karena pendekatannya bersifat dialogis-partisipatif.

4. Menempatkan peserta sebagai subyek yang harus berpikir dan berkesadaran

kritis.

5. Memberi tantangan kepada peserta untuk dapat mewujudkan keterlibatan

baru dalam kehidupan sehari-hari secara konkret.

6. Mendorong peserta untuk menemukan nilai-nilai baru yang sesuai dengan

konteks serta layak diwujudkan dalam kehidupan selanjutnya.

7. Model SCP ini bersifat konatif, dalam arti secara intergral bermaksud

memperkembangkan kepala (intelek, pemikiran, keyakinan), hati (perasaan,

nilai estetis, kesadaran) dan tangan (tindakan dan komitmen).

Page 87: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

72

8. Model SCP membantu memperdayakan kemampuan, kesadaran dan

kehendak peserta supaya senantiasa berusaha membentuk dan

memperkembangkan dirinya secara utuh. Mempunyai arah yang membantu

peserta untuk menafsirkan pengalaman hidupnya dalam relasinya dengan

Allah, sesama, lingkungan dan dirinya sendiri. Hal ini berarti membantu

peserta untuk senantiasa “ya” terhadap Allah, sesama dan dirinya sendiri.

b. Kelemahan SCP

1. Dalam pelaksanaan katekese model SCP dibutuhkan keterlibatan secara

penuh dari peserta maupun pendamping.

2. Memerlukan pendamping yang memiliki kemampuan dan kepekaan untuk

melihat kebutuhan peserta sementara dalam kenyataan tidak semua

pendamping memiliki kemampuan yang diharapkan (pendamping sukarela :

dari pada tidak pendamping atau karena ditunjuk oleh pemimpin).

3. Untuk dapat sampai pada keterlibatan baru, membutuhkan proses yang lama /

panjang. Sementara manusia moderen ingin melihat hasil secara cepat.

Setelah melihat, mengalami dan mengkritisi dari masing-masing model yang

ada dalam katekese, ternyata penulis dapat melihat kelebihan maupun kelemahan

pada masing-masing model katekese. Pada dasarnya semua model katekese dapat

dilaksanakan dalam rangka pembinaan iman bagi para orang tua katolik. Namun

sebagai orang yang mengalami pendidikan berlatarbelakang katekese diharapkan

mampu melihat situasi atau keadaan para orang tua katolik di lingkungan Brayat

Minulyo Kalasan Barat, sehingga model katekese yang akan dipergunakaan dapat

Page 88: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

73

dipertimbangkan dan dipersiapkan dengan baik, maka SCP dipilih demi tercapainya

tujuan yang diharapkan.

B. Kerangka Pikir

Orang tua mempunyai peran sangat penting dalam mendidik dan

mendampingi anak-anak dalam perkembangan dan pertumbuhan iman anak sehingga

dapat membantu pribadi anak untuk semakin dewasa, mandiri dan

bertanggungjawab. Maka butuh kesadaran dari orang tua dalam mendampingi dan

membesarkan anak-anaknya. Kesadaran adalah pengetahuan, pengertian orang tua

akan apa saja yang mendukung perkembangan iman anak, orang tua mempunyai

peran dalam memberi perhatian secara khusus pada anak terutama orang tua

membawa anak-anaknya menuju kematangan hidup rohani sebagai orang kristiani

dalam keluarga, dan bagaimana orang tua menanamkan nilai-nilai kristiani dalam diri

anak-anak sejak dini. Kesadaran dapat berkembang dengan mengadakan refleksi dan

komunikasi. Maka katekese model SCP merupakan metode pendekatan dalam

katekese yang lebih menekankan pada proses yang bersifat dialogis dan partisipatif,

reflektif dan berdasar pengalaman hidup peserta. Dengan ini SCP menghantar orang

tua untuk masuk kedalam pengalaman hidup sehari-hari. Dan dengan SCP membantu

orang tua untuk lebih terbuka dan memberikan waktu yang secukupnya kepada anak-

anaknya.

SCP merupakan suatu metode pendekatan dalam katekese yang lebih

menekankan pada proses yang bersifat dialogis-partisipatif, refleksi dan pengalaman

hidup orang tua atau peserta itu sendiri dengan langkah Shared Christian Praxis

yakni : langkah nol bertujuan untuk mendorong peserta menemukan topik pertemuan

Page 89: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

74

yang bertolak dari kehidupan konkret sehari-hari. Langkah pertama pengungkapan

praktis faktual di mana peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan

pengalaman hidup dan keterlibatan mereka. Langkah kedua mendorong peserta

untuk lebih aktif, kritis dan kreatif dalam memahami serta mengolah kertelibatan

hidup mereka sendiri maupun masyarakat. Langkah ketiga mengusahakan supaya

tradisi dan visi kristiani menjadi lebih terjangkau dan lebih dekat dan relevan bagi

peserta jaman sekarang. Langkah ke empat mengkonfrontasikan antara pengalaman

praksis yang telah difefleksikan dalam terang Injil dengan visi kristiani. Langkah

kelima menumbuhkan niat atau keputusan baru dari hasil proses pertemuan yang

diikuti.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada diagram dibawah ini :

X Y

Ketrangan:

X = Katekese.

Y = Kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman

Anak. .

Page 90: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

75

C. Hipotesis

Berdasarkan pada latar belakang masalah, rumusan, tujuan dan kajian pustaka

maka dugaan sementara yang perlu dibuktikan dalam penelitian adalah:

H0 = Tidak ada perbedaan kesadaran orang tua akan perannya dalam

pendidikan iman anak sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam

keluarga sebelum dan sesudah katekese.

H1 = Ada perbedaan kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman

anak sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga sebelum

dan sesudah katekese.

Page 91: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian Kuasi Eksperimen. Dalam Kuasi

Eksperimen ini peneliti tidak dapat melakukan kontrol penuh tetapi hanya dapat

mengontrol salah satu dari hal-hal : pengamatan atau pengukuran atas variabel terikat

yang dilakukan, perlakuan atau variabel bebas diberikan ( Soehartono, 2004 : 49).

Jenis penelitian dirancang untuk mengetahui sejauhmana kesadaran orang tua

akan perannya dalam pendidikan iman anak melalui katekese.

Pendekatan yang akan digunakan adalah : Pendekatan Kuantitatif yaitu

penelitian dengan menggunakan angka baik dari pengumpulan data sampai

pengolahan data.

B. Desain Penelitian

Desain yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: Prates-Pascates satu

kelompok. Desain menempuh tiga langkah yaitu memberi prates untuk variabel

terikat (kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman anak), memberi

perlakuan eksperimen kepada subyek variabel bebas (katekese), kemudian memberi

tes lagi untuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan (pascates). Perbedaan-

perbedaan yang disebabkan karena penerapan perlakuan eksperimen ditentukan

dengan membandingkan skor prates dan pascates yang dihasilkan dari alat ukur yang

sama atau relatif/identik (Nana Sudjana 2004 : 35 ).

Desain Prates-Pascates satu kelompok

Page 92: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

77

Prates Variabel bebas

(perlakuan)

Pascates

Y X Y

Prates

Kesadaran orang tua akan

perannya dalam

pendidikan iman anak

Variabel bebas

Katekese

Pascates

Kesadaran orang tua

akan perannya dalam

pendidikan iman anak

E (eksperimen)

Tes dan angket

Katekese Tes dan angket

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Lingkungan Brayat Minulyo Wilayah Santa Maria

Kalasan Barat, Paroki Marganingsih Kalasan. Kegiatan penelitian dilaksanakan dari

September sampai Nopember 2008.

D. Populasi Penelitian dan Sampel

Penelitian ini bersifat populatif, artinya semua bapak dan ibu yang sudah

mempunyai anak atau keturunan termasuk janda dan duda, yang ada di Lingkungan

Brayat Minulyo Wilayah Santa Maria Kalasan Barat menjadi populasi yang

berjumlah 40 orang. Jumlah populasi ini sekaligus menjadi sampel penelitian.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkat kesadaran orang

tua dalam pendidikan iman anak melalui katekese.

Page 93: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

78

E. Metode Pengumpulan Data

1. Variabel

a. Variabel bebas : Katekese

b. Variabel terikat : Kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman

anak.

2. Definisi Operasional

a. Katekese

Katekese adalah proses pendidikan iman di mana dengan sadar umat

beriman berkumpul untuk mengkomunikasikan pengalaman iman mereka, mengolah

serta mendalaminya dalam perspektif kitab suci dan tradisi kristiani sehingga dapat

menemukan inspirasi atau semangat baru untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan

Allah. Maka di dalam proses katekese terdapat interaksi antara pendamping dan

peserta melalui serangkaian materi metode dan sarana yang dipakai.

b. Kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman anak

Kesadaran orang tahu dalam pendidikan iman anak adalah orang tua tahu

dan berbuat tentang apa saja yang mendukung anak-anak dalam perkembangan

imannya, dalam hal ini menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan,

menanamkan kedisiplinan, memberi kesaksian atau teladan, mengasihi dan memberi

perhatian yang penuh bagi perkembangan iman anak terutama membawa anak-anak

menuju kematangan hidup rohani sebagai orang kristen dalam keluarga dan

bagaimana orang tua menanamkan sikap dan nilai-nilai kristiani dalam diri anak

sejak dini, sehingga menjadi manusia yang dewasa dalam iman dan

bertanggungjawab atas dirinya dan sesama.

Page 94: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

79

3. Insrtumen penelitian

a. Angket

Angket berupa daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk

membantu penulis memperoleh data yang lengkap dan obyektif. Angket ini langsung

diberikan kepada orang tua yang ingin dimintai pendapatnya. Responden hanya

boleh memilih satu alternatif yang sudah disediakan (Sutrisno, 1982 : 160).

b. Wawancara

Wawancara adalah: pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara

langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden

dicatat atau direkam dengan alat perekam (Irawan Soehartono, 2004 : 67 – 68).

Wawancara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai alat untuk

memperkuat jawaban pada angket yang dikumpulkan. Wawancara ini dilakukan

dengan mengadakan kunjungan keluarga.

4. Kisi – kisi dan Indikator

No Variabel Aspek Variabel Indikator Item

Kesadaran

orang tua

akan

perannya

dalam

pendidikan

iman anak

- memahami / me-

nyadari

- mendampingi

- tanggung jawab

- Menjelaskan tentang peran

orang tua dalam pendidikan

iman anak.

- Mendengar keluhan anak

- Membantu anak saat anak

mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan tugasnya.

- Menyiapkan buku bacaan

6

Page 95: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

80

- memberi kesaksian

hidup.

rohani untuk anak.

- Doa bersama dalam keluarga.

- Memaafkan anak di kala anak

melakukan kesalahan.

Kuesioner yang diedarkan sebanyak 60 eksemplar. Kuesioner yang

dikembalikan sebanyak 45 eksemplar, dengan rincian 5 orang mengisi kuesioner

kurang lengkap (cacat) dan yang mengisi lengkap 40 orang, dan data inilah yang

digunakan dalam penelitian ini.

Pengukuran pengetahuan orang tua menggunakan tes sebanyak 1 butir, nilai

maksimal yang dapat diperoleh adalah 5, dan nilai minimal yang dapat diperoleh

adalah 1. Jadi nilai keseluruhan adalah 5.

Pengukuran perwujudan atau tindakan digunakan dengan menggunakan skala

semantik diferensial. Teknik pengukurannya dinyatakan dalam bentuk skor yaitu

dengan memberi skor 5-1 pada setiap pernyataan. Adapun jumlah pertanyaan

seluruhnya ada 10 butir. Jadi nilai maksimal yang dapat diperoleh tiap item adalah 5,

sedangkan nilai minimal yang dapat diperoleh adalah 1, dan nilai seluruhnya adalah

50.

5. Pengembangan Instrumen

a. Analisis Instrumen

Penelitian ini dilaksanakan dengan uji coba terpakai. Data yang diperoleh dari

penelitian digunakan untuk menganalisis butir. Instrumen yang tidak valid dibuang,

Page 96: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

81

sedangkan data yang diperoleh dari instrumen yang valid akan diolah lebih lanjut

dalam penlitian ini.

Dalam uji coba terpakai ini digunakan validitas butir. Validitas butir

didapatkan dengan mengkorelasi skor dari tiap butir pernyataan dengan skor total

dari seluruh butir (Sutrisno Hadi, 2004:125-126). Validitas memiliki arti jika

bergerak dari 0,00 sampai dengan 1.00. dalam uji coba ini penentuan validitas butir

menggunakan koefisien korelasi product momen pada taraf signifikansi 0,05 dengan

N atau jumlah responden 40 orang, maka butir yang memiliki koefisien korelasi lebih

besar atau sama dengan nilai 0,3 dianggap valid dan layak digunakan dalam

penelitian ini, artinya butir tersebut tidak gugur. Pengolahan ini dengan

menggunakan jasa komputer microsoft office excel 2003.

Validitas kesadaran akan peran orang tua dalam pendidikan iman anak

(pengetahuan) dengan indikator: menjelaskan peran orang tua dalam pendidikan

iman anak, pada butir satu (1) yang diuji. Taraf signifikansi 5% dengan N 40 orang

dengan nilai kritis 0,09, maka memiliki koefisien kurang dari 0,3 dinyatakan tidak

valid. Sekalipun butir ini tidak valid, namun tetap dipakai untuk diolah lebih lanjut

dalam penelitian ini (hasil terlampir). Validitas kesadaran orang tua dalam

pendidikan iman anak (perwujudan / tindakan) dari empat (3 ) sub variabel : pertama

mendampingi dengan indikator : mendengar keluahan anak, membantu anak saat

anak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya. Kedua tanggung jawab

dengan indikator: menyiapkan buku bacaan rohani untuk anak. Ketiga memberi

kesaksian hidup dengan indikator : doa bersama dalam keluarga, memaafkan anak di

kala anak melakukan kesalahan. Taraf signifikansi 5% dengan 40 orang responden

Page 97: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

82

dengan nilai kritis 0,3 dinyatakan valid. Dari 10 butir item yang yang diuji, ada 4

butir item yang gugur dan 6 butir item yang valid. Koefisien korelasi bergerak dari

0,3 sampai dengan 0,7.

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas alat ukur adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam

mengukur apa yang diukurnya. Artinya kapan pun alat ukur tersebut digunakan akan

memberikan hasil ukur yang sama (Nana Sudjana, 1989 : 120-121). Pengukuran

yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Uji

reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu skala mengukur suatu faktor

atau variabel tertentu secara konsisten. Uji signifikansi dilakukan pada taraf

signifikansi 0,05 artinya instrumen yang dikatakan reliabel nilai alphanya lebih

besar dari nilai kritis. Pada uji validitas di atas item-item yang gugur dibuang, yang

dimasukkan adalah item-item yang tidak gugur. Jadi yang akan diolah lebih lanjut

ada 6, dan 5 item yang lain dinyatakan gugur. Untuk perhitungan teknik ini

digunakan bantuan komputer program microsoft office excel 2003.

Dari hasil analisis soal kuesioner dapat diketahui bahwa reliabilitas dari soal

yang peneliti buat adalah 0,484.

6. Teknik Analisis Data

a. Deskripsi data

Deskripsi data meliputi mean dan penggolongan. Kriteria penggolongan

adalah sebagai berikut :

Klasifikasi Angka %

Sangat Baik 5 %

Page 98: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

83

Baik 4 %

Netral 3 %

Kurang 2 %

Sangat Kurang 1 %

Kriteria satuan tersebut diperoleh dengan cara (skor maksimal-skor minimal) / 5

b. Uji Hipotesis

Hipotesis penelitian diuji dengan uji statistik T-tes artinya yang diuji adalah

pengetahuan dan perwujudan atau tindakan orang tua dalam sampel kecil ≤ 40

(Santoso, 2003: 254) yang dilakukan dengan bantuan program computer SPSS versi

11.00.

Adapun Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H0 = Tidak ada perbedaan kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan

iman anak sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga sebelum

dan sesudah katekese.

H1 = Ada perbedaan kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman

anak sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga sebelum dan

sesudah katekese.

Page 99: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Kesadaran Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak

sebelum Kegiatan SCP

a. Data Hasil Angket

Hasil yang diperoleh sebelum terlaksana kegiatan SCP. Dari segi

pengetahuan rata-rata 1.95 dan perwujudan atau tindakan 14. 14 . ( lihat lampiran).

Deskripsi peran orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam

pendidikan iman anak:

Dari hasil data yang terkumpul tentang pengetahuan orang tua sebagai

pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga dari sebagian besar

hasil jawaban kuesionernya adalah guru agama, para pendamping sekolah minggu

dan para pendamping rohani lainnya karena mereka lebih tahu mengarahkan anak-

anak ke arah yang lebih baik (berdasarkan data yang diperoleh) dan sebagian kecil

menjawab orang tua dan lebih ditujukan kepada pihak ibu dengan alasan karena ibu

yang lebih mengenal psikologi anak dan lebih banyak waktu dengan anak. Dari

jawaban dan alasanya nampak sekali kalau orang tua kurang menyadari akan

tugasnya sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam pendidikan

iman anak.

Tabel 1: Doa Bersama dalam Keluarga.

Page 100: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

85

Kualifikasi Skor Jumlah %

SB 5 0 0%

B 4 2 5%

C 3 21 52.50%

K 2 11 27.50%

SK 1 6 15%

Jumlah 40 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 1 di atas menunjukkan bahwa orang

tua yang memiliki kesadaran doa bersama dalam keluarga dengan klasifikasi sangat

baik 0 (0%) dari 40 orang tua; orang tua yang memiliki kesadaran melakukan doa

bersama dalam keluarga dengan klasifikasi baik ada 2 (5%) dari 40 orang tua; orang

tua yang memiliki kesadaran melakukan doa bersama dalam keluarga dengan

klasifikasi cukup ada 21 (52.50%) dari 40 orang tua; orang tua yang melakukan doa

bersama dalam keluarga dengan klasifikasi kurang ada 11 (27.50%) dari 40 orang

tua; dan orang tua melakukan doa bersama dalam keluarga dengan klasifikasi sangat

kurang ada 6 ( 15%) dari 40 orang tua.

Tabel 2 : Mendengarkan Keluhan Anak.

Kualifikasi Skor Jumlah %

SB 5 6 15%

B 4 5 12.50%

C 3 10 25%

K 2 8 20%

Page 101: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

86

SK 1 11 27.50%

Jumlah 40 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa orang

tua yang memiliki kesadaran mendengarkan keluhan anak dengan klasifikasi sangat

baik ada 6 (15%) dari 40 orang tua; orang tua yang memiliki kesadaran

mendengarkan keluhan anak dengan klasifikasi baik ada 5 (12,50%) dari 40 orang

tua; orang tua yang memiliki kesadaran mendengar keluhan anak dengan klasifikasi

cukup ada 10 (25%) dari 40 orang tua; orang tua yang memiliki kesadaran

mendengarkan keluhan anak dengan klasifikasi kurang ada 8 (20%) dari 40 orang

tua; dan orang tua yang memiliki kesadaran mendengarkan keluhan anak dengan

klasifikasi sangat kurang ada 11 ( 27,50%) dari 40 orang tua.

Tabel 3 : Menyiapkan Buku Bacaan Rohani.

Kualifikasi Skor Jumlah %

SB 5 0 0%

B 4 3 7.50%

C 3 12 30%

K 2 14 35%

SK 1 11 27.50%

Jumlah 40 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 3 di atas menunjukkan bahwa orang

tua yang memiliki kesadaran menyiapkan buku bacaan rohani dengan klasifikasi

Page 102: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

87

sangat baik ada 6 (15%) dari 40 orang tua; orang tua yang memiliki kesadaran

menyiapkan buku bacaan rohani dengan klasifikasi baik ada 5 (12,50%) dari 40

orang tua; orang tua yang memiliki kesadaran menyiapkan buku bacaan rohani

dengan klasifikasi cukup ada 10 (25%) dari 40 orang tua; orang tua yang memiliki

kesadaran menyiapkan buku bacaan rohani dengan klasifikasi kurang ada 8 (20%)

dari 40 orang tua; dan orang tua yang memiliki kesadaran menyiapkan buku bacaan

rohani dengan klasifikasi sangat kurang ada 11 ( 27,50%) dari 40 orang tua.

Tabel 4 : Membantu Anak saat Anak Mengalami Kesulitan dalam Menyelesaikan

Tugasnya.

Kualifikasi Skor Jumlah %

SB 5 10 25%

B 4 8 20%

C 3 7 17.50%

K 2 8 20%

SK 1 7 17.50%

Jumlah 40 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 4 di atas menunjukkan bahwa orang

tua yang memiliki kesadaran membantu anak saat anak mengalami kesulitan dalam

menyelesaikannya dengan klasifikasi sangat baik ada 10 (25%) dari 40 orang tua;

orang tua yang memiliki kesadaran membantu anak saat anak mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan tugasnya dengan klasifikasi baik ada 8 (20%) dari 40 orang

tua; orang tua yang memiliki kesadaran membantu anak di saat anak mengalami

Page 103: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

88

kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya dengan klasifikasi cukup ada 7 (17,50%)

dari 40 orang tua; orang tua yang memiliki kesadaran membantu anak di saat anak

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya dengan klasifikasi kurang ada 8

(20%) dari 40 orang tua; dan orang tua yang memiliki kesadaran membantu anak di

saat anak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya dengan klasifikasi

sangat kurang ada 7 ( 17,50%) dari 40 orang tua.

Tabel 5 : Memaafkan Anak Di Kala Anak Melakukan Kesalahan.

Kualifikasi Skor Jumlah %

SB 5 21 52.50%

B 4 8 20%

C 3 4 10%

K 2 2 5%

SK 1 5 12.50%

Jumlah 40 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa orang

tua yang memiliki kesadaran memaafkan anak di kala anak melakukan kesalahan

dengan klasifikasi sangat baik ada 21 (52,50%) dari 40 orang tua; orang tua yang

memiliki kesadaran memaafkan anak di kala anak melakukan kesalahan dengan

klasifikasi baik ada 8 (20%) dari 40 orang tua; orang tua yang memiliki kesadaran

memaafkan anak di kala anak melakukan kesalahan dengan klasifikasi cukup ada 4

(10%) dari 40 orang tua; memaafkan anak di kala anak melakukan kesalahan dengan

klasifikasi kurang ada 2 (5%) dari 40 orang tua; dan orang tua yang memiliki

Page 104: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

89

kesadaran memaafkan anak di kala anak melakukan kesalahan dengan klasifikasi

sangat kurang ada 5 ( 12,50%) dari 40 orang tua.

SB 25,3-30 0 0%

B 20,5-25,2 0 0%

N 15,7-20,4 19 47%

K 10,9-15,6 15 38%

SK 6-10,8 6 15%

Deskrips i K es adaran  OT  s ebelum S C P

S B 25,3-30, 0 B 20,5-25,2, 0

N 15,7-20,4, 19

K 10,9-15,6, 15

S K 6-10,8, 6

02468

101214161820

25,3-30 20,5-25,2 15,7-20,4 10,9-15,6 6-10,8

S B B N K S K

Kriteria satuan diperoleh dengan cara : skor maksimal dikurangi skor minimal

dibagi 5

Sangat Baik = (30-5)/ 5 = 5

Baik = (25,2-4)/ 5 = 4

Cukup (N) = (20,4-3) / 5 = 3

Page 105: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

90

Kurang = ( 15,6-2) / 5 =2

Sangat Kurang = (10,8-1) / 5 =1

b. Hasil wawancara

Dilihat dari hasil wawancara pada umumnya responden mengatakan hal yang

sama tentang pendidikan iman anak sesuai dengan apa yang diwawancarai, juga

nampak dalam sharing pengalaman responden pada saat mengadakan katekese.

1. Menurut responden yang menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua dalam

keluarga adalah bahwa kami sebagai orang tua lebih pada membesarkan,

melindungi, merawat anak, sedangkan yang menjadi pendidik utama adalah

guru agama di sekolah dan pendamping rohani lainnya yang didukung oleh

gereja atau lingkungan.

Kami sebagai orang tua hanya tahu membesarkan dan memberi teladan hidup

yang baik dari kami selaku orang tua. Namun kami kurang mampu mendidik

anak lebih dari itu, tetapi iman anak kami bertumbuh dan berkembang

melalui bantuan orang lain yaitu guru, teman-teman di mana mereka berada

dan juga lingkungan sekitar. Namun kami sadar bahwa kami sebagai orang

tua tugas dan tanggung jawab kami tidak terbatas pada membesarkan dan

melindungi anak.

2. Menurut Bapak-Ibu, yang kami lakukan dalam keluarga demi perkembangan

iman anak: kami sebagai orang tua mempersiapkan anak-anak kami untuk

dapat menghayati kehidupan gereja mulai dari keluarga kami sendiri. Kami

mengajak anak-anak untuk selalu berdoa, bersyukur dan mewartakan Injil

dalam hal sekecil apapun dalam kehidupan sehari-hari, tapi kadang hanya

Page 106: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

91

sebatas pada mengajak, tetapi untuk melakukan atau mewujudkannya

mengalami kesulitan, karena jadwal untuk berkumpul untuk melakukan doa

bersama atau kegiatan rohani lainnya dalam keluarga, bahkan waktu untuk

mangantar anak ke kegiatan yang mendukung perkembangan iman anak,

karena orang tua dan anak mempunyai kesibukannya masing-masing.

Misalnya orang tua mau ajak doa bersama tetapi anak lagi asyik menonton

televisi atau lagi asyik ngobrol dengan teman-temannya baik secara langsung

maupun via telpon genggam. Dan bagi kami mengalami kesulitan untuk

menentukan waktu yang tepat agar kami bisa berkumpul dan menanamkan

pengertian akan pentingnya doa bersama, makan bersama dan bahkan

rekreasi bersama. Namun kami sebagai orang tua selalu berusaha untuk

memberi yang terbaik bagi anak-anak kami melalui kesaksian hidup kami

setiap hari. Meluangkan waktu untuk anak sangat sulit untuk kami temukan

tetapi kami percaya orang lain selain bapak dan ibunya pasti selalu memberi

yang terbaik bagi mereka (pembantu, kakek, nenek ). Jadi kami kurang

memberikan waktu sepenuhnya untuk anak, kami lebih mementingkan hal-

hal yang lain, kami memberi kebebasan pada anak-anak kami untuk

melakukan apa saja asal tidak terlibat dalam hal-hal yang merugikan diri

sendiri, orang tua dan sesama.

3. Dalam kegiatan lingkungan atau paroki kami kadang terlibat dan sering tidak

ikut karena terbentur dengan tugas yang lain, sehingga kadang-kadang kami

kurang melibatkan anak dalam kegiatan lingkungan atau paroki. Tetapi kami

sebagai orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap mengajak anak kami

Page 107: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

92

untuk ikut terlibat dalam kegiatan apapun yang ada di lingkungan maupun

paroki.

4. Dalam keluarga kebiasaan doa bersama, membaca dan merenungkan kitab

suci bersama pada malam hari agak sulit untuk menentukan waktunya. Jadi

kegiatan bersama yang berkaitan dengan hidup rohani kurang begitu kami

perhatikan, tetapi kami selalu berusaha untuk mengajak anak agar sebelum

melakukan aktivitas harus berdoa, namun hanya sebatas mengajak, sementara

kami sendiri tidak melakukan hal itu. Kami tahu bahwa doa dan membaca

kitab suci merupakan sumber kekuatan dalam hidup kami.

5. Sarana-sarana yang dapat mendukung perkembangan iman anak, kami

sediakan hanya ada Madah Bakti, Kidung Adi, dan Kitab Suci, namun jarang

kami gunakan kecuali ke Gereja, sedangkan kalau ikut kegiatan di

Lingkungan sarana seperti ini sudah disediakan. Jadi bagi kami sarana ini

tidak begitu penting.

6. Bagi kami untuk mendengarkan keluhan anak kurang begitu memberi waktu

khusus sebab waktu kami habis untuk menyelesaikan tugas di mana kami

bekerja, dan kami melihat anak-anak kami baik-baik saja, jadi tidak perlu

kami tanyakan tentang ini dan itu. Kadang kami bertanya ria hanya lewat HP

saja (bagi yang punya hand phone ). Dan kami merasa bahwa kakek, nenek

bahkan pembantu sudah cukup untuk mendampingi mereka (anak-anak)

secara khusus untuk mendengar keluhan anak-anak.

2. Deskripsi Data Kesadaran Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak

sesudah SCP

Page 108: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

93

a. Hasil Angket

Hasil penelitian yang doperoleh setelah kegiatan SCP dari segi pengetahuan

rata-rata 4,97 dan dari segi perwujudan 21,75 ( lihat lampiran )

Deskripsi kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman anak:

Dilihat dari segi pengetahuan berdasarkan jawaban responden melalui

lembaran kuesioner para orang tua sadar akan peran utama mereka yaitu sebagai

pendidik iman anak yang pertama dan utama, hal ini tampak dari jawaban mereka

bahwa yang menjadi pendidik pertama dan utama dalam pendidikan iman anak

adalah orang tua dan hal ini menjadi konsekuensi dari janji pernikahan kami (orang

tua) yang telah kami janjikan atau ucapkan pada saat kami saling menerima

sakramen perkawinan. Kami sadar dan tahu bahwa guru agama, para pendamping

iman anak dan pendamping rohani lainnya hanya membantu dan melengkapi apa

yang masih kurang dan apa yang belum diberikan oleh kami sebagai orang tua.

Tabel 6: Doa Bersama dalam Keluarga.

Kualifikasi Skor Jumlah %

SB 5 10 25%

B 4 22 55%

C 3 8 20%

K 2 0 %

SK 1 0 %

Jumlah 40 100%

Page 109: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

94

Data sebagaimana tercantum pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa orang

tua yang memiliki kesadaran doa bersama dalam keluarga dengan klasifikasi sangat

baik 10 (25%) dari 40 orang tua; orang tua yang memiliki kesadaran melakukan doa

bersama dalam keluarga dengan klasifikasi baik ada 22 (55%) dari 40 orang tua;

orang tua yang memiliki kesadaran melakukan doa bersama dalam keluarga dengan

klasifikasi cukup ada 8 (20%) dari 40 orang tua; orang tua yang melakukan doa

bersama dalam keluarga dengan klasifikasi kurang dan sangat kurang ada 0 (0%) dari

40 orang tua.

Tabel 7 : Mendengarkan Keluhan Anak

Kualifikasi Skor Jumlah %

SB 5 35 90%

B 4 3 7.50%

C 3 1 2.50%

K 2 0 0%

SK 1 0 0%

Jumlah 40 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 7 di atas menunjukkan bahwa orang tua

yang memiliki kesadaran mendengarkan keluhan anak dengan klasifikasi sangat

baik ada 35 (90%) dari 40 orang tua; orang tua yang memiliki kesadaran

mendengarkan keluhan anak dengan klasifikasi baik ada 3 (7,50%) dari 40 orang

tua; orang tua yang memiliki kesadaran mendengar keluhan anak dengan klasifikasi

cukup ada 1 (2,50%) dari 40 orang tua; sedangkan orang tua yang memiliki

Page 110: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

95

kesadaran mendengarkan keluhan dengan klsaifikasi kurang dan sangat kurang ada 0

(0%) dari 40 orang tua.

Tabel 8 : Menyiapkan Buku Bacaan Rohani.

Kualifikasi Skor Jumlah %

SB 5 0 0%

B 4 2 5%

C 3 31 77.50%

K 2 7 17.50%

SK 1 0 0%

Jumlah 40 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel di atas menunjukkan bahwa orang

tua yang memiliki kesadaran menyiapkan buku bacaan rohani dengan klasifikasi

sangat baik ada 0 (0%) dari 40 orang tua; orang tua yang memiliki kesadaran

menyiapkan buku bacaan rohani dengan klasifikasi baik ada 2 (5%) dari 40 orang

tua; orang tua yang memiliki kesadaran menyiapkan buku bacaan rohani dengan

klasifikasi cukup ada 31 (77,50%) dari 40 orang tua; orang tua yang memiliki

kesadaran menyiapkan buku bacaan rohani dengan klasifikasi kurang ada 7 (17,50%)

dari 40 orang tua; dan orang tua yang memiliki kesadaran menyiapkan buku bacaan

rohani dengan klasifikasi sangat kurang ada 0 ( 0%) dari 40 orang tua.

Tabel 9 : Membantu Anak saat anak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya.

Kualifikasi Skor Jumlah % SB 5 39 97.50%

Page 111: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

96

B 4 1 2.50%

C 3 0 0%

K 2 0 0%

SK 1 0 0%

Jumlah 40 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 9 di atas menunjukkan bahwa orang

tua yang memiliki kesadaran membantu anak saat anak mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan tugasnya dengan klasifikasi sangat baik ada 39 (97,50%) dari 40

orang tua; orang tua yang memiliki kesadaran membantu anak saat anak mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya dengan klasifikasi baik ada 1 (2,50%) dari

40 orang tua; orang tua yang memiliki kesadaran membantu anak disaat anak

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya dengan klasifikasi cukup,

kurang, sangat kurang ada 0 (0%) dari 40 orang tua.

Tabel 10 : Memaafkan anak di kala anak melakukan kesalahan.

Kualifikasi Skor Jumlah %

SB 5 40 100%

B 4 0 0%

C 3 0 0%

K 2 0 0%

SK 1 0 0%

Jumlah 40 100%

Page 112: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

97

Data sebagaimana tercantum pada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa orang

tua yang memiliki kesadaran memaafkan anak di kala anak melakukan kesalahan

dengan klasifikasi sangat baik ada 40 (100%) dari 40 orang tua; orang tua yang

memiliki kesadaran memaafkan anak di kala anak melakukan kesalahan dengan

klasifikasi baik, cukup, kurang,dan sangat kurang ada 0 (0%) dari 40 orang tua.

SB 25,3-30 35 87%

B 20,5-25,2 5 13%

N 15,7-20,4 0 0%

K 10,9-15,6 0 0%

SK 6-10,8 0 0%

25,3-30S B 20,5-25,2

B 15,7-20,4N 10,9-15,6

K 6-10,8S K

25,3-30S B , 35

20,5-25,2B , 5

15,7-20,4N, 0 10,9-15,6

K , 0 6-10,8S K , 0

0

5

10

15

20

25

30

35

Deskrips i K es adaran  OT  s esudah  S C P  

Data sebagaimana di atas menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki

kesadaran dalam mendidik iman anak setelah mengikuti kegiatan katekese model

SCP dengan klasifikasi sangat baik ada 35 (87%) dari 40 orang, sedang dengan

Page 113: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

98

klasifikasi baik ada 5 (13%) dari 40 orang, dan dengan klsifikasi cukup, kurang,dan

sangat kurang ada 0 (0%) dari 40 orang tua.

b. Hasil wawancara setelah SCP

Menurut responden yang diwawancarai setelah mengikuti kegiatan SCP

adalah sebagai berikut :

1. Yang menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga adalah

sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam pendidikan iman anak,

sedangkan guru agama, para pendamping iman anak dan pendamping rohani

lainnya hanya membantu orang tua dalam perkembangan iman anak.

2. Menurut bapak-ibu yang kami lakukan dalam keluarga demi perkembangan

iman anak kami menentukan waktu atau jadwal bersama yang harus

dilaksanakan bersama adalah ada waktu untuk doa bersama seluruh anggota

keluarga, makan bersama, rekreasi bersama. Kami orang tua tidak hanya

mengajak anak tetapi kami terlibat penuh dalam setiap kegiatan bersama,

kecuali kalau ada hal-hal yang mendesak yang tak dapat mewujudkannya.

Kemudian kami selalu meluangkan waktu khusus untuk anak-anak kami

untuk mendengarkan keluhan anak, membantu anak di kala anak mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya, kami berusaha untuk masuk dalam

ke dunia anak.

3. Kami dan anak kami melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang ada di

Paroki atau Lingkungan, sejauh kami dan anak kami mampu

melaksanakannya. Kami selalu mengantar anak kami ke kegiatan sekolah

minggu atau kegiatan rohani lainnya yang mendukung perkembangan iman

Page 114: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

99

anak-anak kami,sekalipun kami sibuk atau capek dengan tugas dan pekerjaan

harian kami, karena kami sadar akan tugas utama kami sebagai pendidik iman

anak yang pertama dan utama. Kami memberi kebebasan kepada anak-anak

kami dalam melaksanakan tugasnya tetapi selalu dibawah kontrol atau

pendampingan kami sebagai orang tua.

4. Dalam keluarga, kami dan anak-anak membiasakan doa bersama, membaca

dan merenungkan kitab suci pada malam hari. Dan kami selalu

memperhatikan hal ini kecuali ada satu dan lain hal yang tidak dapat

melaksanakannya ( ada kegiatan yang mendesak yang harus diselesaikan

pada waktu yang sama). Kami sadar dan tahu bahwa doa dan membaca Kitab

Suci merupakan sumber kekuatan dalam hidup sebagai orang kristiani.

5. Sarana-sarana yang dapat mendukung perkembangan iman anak, kami

sediakan yang walaupun yang hanya pokok-pokok saja, misalnya Kitab Suci

Madah Bakti dan Kidung Adi. Sarana yang ada kami gunakan bersama-sama

agar kami dan anak-anak lama-kelamaan menjadi bersahabat dengan sarana

yang ada, dan tidak hanya bersahabat tetapi isi dari sarana yang ada menjadi

milik setiap pribadi. Kami merasa bahwa bahwa sarana sangat penting dalam

perkembangan iman anak kami.

6. Bagi kami mendengarkan keluhan anak adalah hal yang sangat penting dan

selalu menyiapkan waktu khusus untuk anak, dalam hal ini setiap hari

berusaha berdialog atau berkomunikasi langsung dengan anak, tidak hanya

via alat komunikasi saja ( Telpon). Orang lain di luar kami ( kakek,

Page 115: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

100

nenek,pembantu dll) hanya untuk membantu kami dalam mendampingi anak-

anak.

B. Uji Hipotesis dengan Uji T

Hipotesis penelitian diuji dengan uji statistik T test artinya uji perbedaan rata-

rata pada sampel kecil antara dua kelompok. Proses perhitungannya dilakukan

dengan bantuan program computer SPSS versi 11.00

T Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Pair sebelum SCP

1 sesudah SCP

14,4250

26,7250

40

40

3,52927

1,10911

,55803

,17537

Tabel statistik deskripsi di atas menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebelum

SCP sebesar 14,4250, dan simpangan baku (standard Deviasi) sebesar 3,52927.

Sesudah SCP nilai rata-rata (mean) sebesar 26,7250, sedangkan simpangan baku

(standard Deviasi) sebesar 1,10911 dan standart kesalahan sebelum SCP sebesar

0,55803, sedangkan standard kesalahan perbedaan setelah SCP sebesar 0,17537 dari

40 orang responden dan 6 item yang diolah.

Paired Samples Test

Paired Differences

95% confidence Interval

of de Difference

Mean Std.

Devuation

Std. Error

Mean

Lower Upper

t

df

Sig. (2-

tailed)

Page 116: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

101

Pair sebelum SCP-

1 sesudah SCP

-12,3000 3,86437 ,61101 -13,5359 -11,0641 -20,131 39 ,000

Pada tabel di atas kesadaran orang tua akan tugas dan tanggung jawabnya

sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam pendidikan iman anak sebelum dan

sesudah SCP nilai rata-rata (mean) sebesar 12,3000, dan simpangan baku (standard

Deviasi) sebesar 3,86437. Sedangkan derajat kebebasan sebesar 39 dan signifikansi

sebesar 0,000. Hal ini berarti terdapat perbedaan kesadaran orang tua dalam

pendidikan iman anak sebelum dan sesudah SCP secara berarti atau signifikansi.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam proses pelaksanaan penelitian dilaksanakan dengan tiga tahap yaitu

penyebaran angket yang pertama, katekese, sebaran angket yang kedua. Dilihat dari

hasil sebelumnya orang tua kurang memiliki kesadaran tentang pendidikan iman

anak, karena orang tua beranggapan bahwa pendidikan iman anak itu merupakan

tugas para guru agama, para pendamping sekolah minggu dan para pendamping

rohani lainnya. Orang tua telah memiliki pengetahuan yang cukup tinggi namun

tentang hal iman masih kurang. Tetapi dilihat dari perwujudan, orang tua mampu

memberi teladan hidup yang baik bagi ana-anaknya. Walaupun kadang orang tua

kurang melibatkan anaknya dalam kegiatan lingkungan namun dalam keluarga ada

kebiasaan baik yang ditanamkan dalam diri anak yaitu membiasakan anak untuk

membaca dan merenungkan Kitab Suci, doa bersama. Hal ini sangat bagus. Maka

orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik iman yang

pertama dan utama dalam pendidikan iman anak, guru agama di sekolah, para

Page 117: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

102

pendamping sekolah minggu atau pendamping rohani lainnya hanya membantu dan

melengkapi apa yang masih kurang dan apa yang belum diberikan oleh orang tuanya.

Melalui pengalaman hidup sehari-hari dalam keluarga, orang tua mengatakan bahwa

anak dapat memperoleh pembinaan iman secara tidak langsung sejauhmana

pengalaman hidup itu dihayati sebagai pengalaman iman.

Pembinaan iman anak maupun pengalaman iman dalam keluarga akan

menumbuhkan dan mengembangkan serta membimbing anak menjadi manusia

dewasa dalam iman. Pembinaan iman sebagai salah satu bentuk pendidikan anak

untuk mencapai tujuan sebagai manusia yang utuh, sebab pembinaan iman anak

menjadi penting, mengingat martabat hidup keluarga sebagai gereja mini keluarga

sehingga orang tua yang mempunyai peranan pertama dan utama dalam pembinaan

iman anak mulai sejak dini.

Kadang orang tua merasa bingung bagaimana cara membina iman anak-

anaknya, walupun cara membina iman anak dilakukan dalam bentuk-bentuk seperti

di atas, bahwa doa bersama dalam keluarga, makan bersama, rekreasi bersama

keluarga itu sangat penting. Doa bersama merupakan salah satu bentuk pembinaan

iman dalam keluarga itu sendiri dan menjalin relasi dengan Tuhan dan sesama, serta

mengembang hidup beriman. Doa bersama hendaknya menjadi pusat hidup keluarga

juga merupakan suatu kebutuhan. Dengan demikian doa membutuhkan sarana-sarana

yang menunjang dan mendukung terlaksananya pembinaan iman seperti : Kitab Suci,

Madah Bakti, Salib, Patung Kudus dan bacaan rohani lainnya. Selain itu ada

hambatan dalam pembinaan iman anak yang dialami oleh orang tua yakni : kurang

ada waktu untuk mengajak anak untuk doa bersama dan kadang hanya terbatas pada

Page 118: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

103

mengajak tetapi sulit untuk melaksanakanya, karena masing-masing anggota

mempunyai kesibukan yang berbeda sehingga sulit untuk menentukan waktu untuk

doa bersama, dan dalam keluarga kurang terbiasa untuk melakukan doa bersama,

juga disebabkan oleh kondisi ekonomi keluarga yang kurang baik, sehingga

mendorong orang tua lebih sibuk bekerja demi memenuhi kebutuhan jasmani

daripada kebutuhan rohani anak. Perbaikan ekonomi dalam keluarga dan kebutuhan

jasmani perlu mendapat perhatian tetapi kebutuhan rohani jangan sampai disepelekan

karena pembinaan iman anak juga perlu mendapat perhatian khusus dari orang lain

dalam hal ini orang tua.

Di samping itu anak membutuhkan pembinaan iman untuk mencapai

kedewasaan. Anak perlu mengetahui dan memahami pentingnya pembinaan iman

karena pembinaan iman menjadi tugas dan kewajiban serta tanggung jawab orang tua

untuk pendidikan iman anak sebagai perwujudan buah cinta keluarga. Pembinaan

anak dalam keluarga merupakan salah satu bagian dari pendidikan di bidang

kerohanian yakni anak akan menumbuhkan, menghayati dan mengembangkan

imannya yang telah diperoleh dari orang tua. Dengan demikian doa bersama, makan

bersama dalam keluarga, mengajak ke Gereja bersama merupakan ikut terlibat dalam

kegiatan menggereja dalam kegiatan pembinaan iman anak. Maka dengan katekese

yang merupakan usaha yang dilakukan oleh pihak Gereja untuk menolong dan

memperdalamkan iman umat, dalam hal ini orang tua dalam mengembangkan tugas

dan tanggung jawabnya sebagai pendidik yang pertama dan utama, semakin

memahami, manghayati dan mewujudkan imannya di tengah keluarga dan

masyarakat. Melalui proses katekese yang bertolak dari pengalaman atau praktek

Page 119: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

104

hidup, pengalaman iman, komunikasi dengan tradisi kristiani, dan arah keterlibatan

baru membantu orang tua untuk semakin sadar dan tahu akan tugas dan tanggung

jawabnya sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam pendidikan iman anak.

Oleh sebab itu ada perkembangan kesadaran orang tua setelah SCP, orang

tua sadar bahwa selama ini melalaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Mereka merasa bersyukur karena

dengan adanya SCP, mereka disadarkan kembali. Mereka menyadari bahwa selama

ini mereka kurang memberi perhatian penuh kepada perkembangan iman anak

mereka, mereka sebagai orang tua kadang hanya sibuk dengan urusan kantor atau

urusan lain, tetapi kurang memberi perhatian kepada kehidupan rohani anak. Orang

tua hanya tahu memberi dan memenuhi segala kebutuhan anak tetapi soal hal iman

kurang memberi perhatian. Dengan adanya SCP orang tua mau membangun dan

menghidupkan semangat kesadaran baru dalam hidup secara khusus memberi

perhatian khusus kepada pertumbuhan dan perkembangan hidup rohani anak. Jadi

untuk meningkatkan kesadaran orang tua akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga maka

diharapkan agar orang tua menghidupkan kembali semangat kesadaran dalam diri

untuk memperbaharui kehidupan keluarga yang dulunya kurang terbiasa membaca

dan merenungkan Kitab Suci, doa bersama dalam keluarga, terlibat dalam kegiatan

lingkungan, sehingga kebiasaan yang baik dapat dipelajari dan ditiru oleh anak-anak.

Sebagai orang tua harus memberi teladan dan kesaksian hidup yang baik terhadap

anak, karena iman anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik karena

dipengaruhi oleh teladan dan kesaksian hidup orang tua setiap hari.

Page 120: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

105

Dengan demikian bahwa setelah mengadakan SCP ada perubahan besar

dalam diri orang tua dimana orang tua merasa ada sesuatu yang baru lahir kembali

dalam diri mereka. Orang tua merasa ada kehidupan baru dalam diri mereka setelah

diteguhkan dan dikuatkan dalam proses SCP.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam kurun waktu yang sangat singkat, peneliti berusaha semaksimal

mungkin untuk mencari informasi dan mengambil data yang masih kurang lengkap.

Namun dalam proses penelitian sejak bulan September sampai dengan Nopember

tidak cukup untuk mengambil data yang selengkapnya, karena kurangnya waktu dan

tenaga serta kurangnya fasilitas yang mendukung dalam proses penelitian ini. Juga

peneliti mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data dan wawancara sebab

semua orang (para responden) sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, sehingga

sulit untuk bertemu. Selain keterbatasan waktu juga keterbatasan kemampun peneliti

dalam mempelajari metodologi penelitian. Butir yang direncanakan ada banyak yang

tidak valid sehingga banyak yang dibuang, dan ini bagian dari keterbatasan peneliti.

Page 121: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian terakhir penulisan ini akan disampaikan kesimpulan dan saran

yang diharapkan dapat berguna dalam usaha meningkatkan kesadaran orang tua

sebagai pendidikan iman anak dalam keluarga.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesadaran yaitu memiliki niat untuk menyusun rencana dengan segaja

dengan mempertimbangkan segi positif dan negatif suatu situasi atau kegiatan

sebelum mengambil suatu tindakan dan secara selektif dan berarti

menentukan arah tindakan untuk meraih suatu tujuan.

2. Orang tua menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik

iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga.

Orang tua selalu sibuk dengan tugas dan kariernya masing-masing dan

merasa bahwa tugas utama mereka adalah mencari uang demi kebutuhan

jasmani keluarga termasuk anak. Orang tua sendiri mengalami kesulitan dan

kebingungan bagaimana cara untuk mendampingi iman anak-anaknya.

Meskipun cara mendampingi anak dilakukan dalam bentuk seperti doa

bersama dalam keluarga, membaca dan merenungkan kitab suci bersama

makan bersama dll, sering mengalami kesulitan karena anak dan orang tua

memiliki kesibukannya masing-masing. Orang tua berpikir bahwa pendidik

Page 122: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

107

iman anak yang pertama dan utama dalam pendidikan iman anak dalam

keluarga adalah guru agama, para pendamping sekolah minggu dan

pendamping rohani lainnya, dan bagi mereka sarana-sarana yang dapat

mendukung perkembangan iman anak adalah sudah cukup yang disediakan

oleh lingkungan, orang tua kurang menyediakan waktu kuhusus untuk

mendengarkan keluhan anak termasuk waktu untuk mengantar anak ke

kegiatan sekolah minggu atau kegiatan rohani lainnya. Bagi mereka bersapa

ria lewat telpon atau hand phone sudahlah cukup. Mereka kurang sadar

bahwa dalam pendampingan iman anak, keluarga merupakan tempat pertama

dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan iman anak. Iman pertama

kali ditanamkan, dihidupi dan dipelihara serta berkembang. Dan mereka

kurang sadar bahwa mereka adalah menjadi saksi iman bagi anak-anak. Jadi

apa yang orang tua lakukan dengan sendiri akan ditiru olah anak-anak.

Kadang mereka menuntut anak agar sebelum dan sesudah makan berdoa,

membaca kitab suci dll sementara mereka sendiri jarang melakukan hal itu.

3. Katekese SCP merupakan salah satu bentuk katekese alternatif dari katekese

yang bertolak dari pengalaman hidup, yang sifatnya dialogis partisipatif

dengan tujuan mendorong peserta mengkomunikasikan antara tradisi dan visi

hidup peserta dengan tradisi dan visi hidup kristiani sehingga mampu

mengambil keputusan baik secara pribadi maupun bersama demi terwujudnya

nilai kerajaan Allah didalam hidup manusia.

4. Katesese SCP sangat membantu orang tua untuk semakin menyadari akan

peran dan tanggung jawabnya sebagai pendidik iman anak yang pertama dan

Page 123: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

108

utama dalam pendidikan iman anak dalam keluarga. Hal ini dapat terlihat

pada nilai rata-rata sebelum dan sesudah katekese SCP. Nilai rata-rata

sebelum katekese SCP sebesar 14,4250, sedangkan setelah katekese SCP

26,7250. Jadi terdapat perbedaan nilai rata-rata anatara sebelum dan sesudah

sebesar 12,3000 dan derajat kebebasannya 39 serta signifikansi sebesar 0,000.

hal ini berarti terdapat perbedaan kesadaran orang tua dalam pendidikan iman

anak sebelum dan sesudah SCP secara berarti atau signifikansi. Dengan kata

lain H0 ditolak dan H1 diterima.

B. SARAN

Bertolak dari seluruh pembahasan yang ada, penulis bermaksud

mengungkapkan beberapa saran agar para orang tua semakin meningkatkan

kesadarannya akan tugas dan tanggung jawab serta perannya sebagai pendidikan

iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga.

1. Orang tua perlu meningkatkan kesadaran terhadap tugas dan tanggung jawabnya

sebagai pendidik iman yang pertama dan utama dalam keluarga, perlu juga

disadari bahwa pendidikan iman anak di dalam keluarga tak tergantikan oleh

siapapun, selain oleh orang tua itu sendiri, Gereja dan sekolah hanya membantu

dan melengkapi apa yang masih kurang dan apa yang belum diberikan oleh orang

tua.

2. Lingkungan atau Paroki dapat membantu orang tua dalam meningkatkan

kesadaran terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik yang pertama

Page 124: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

109

dan utama dalam pendidikan iman anak melalui kegiatan katekese yang bertolak

dari pengalaman peserta dalam hal ini orang tua.

3. Bagi Lembaga pengembangan katekese umat, berhubung katekese model SCP

dapat membantu umat untuk semakin bersahabat dengan pengalaman hidupnya,

semakin mampu mengungkapkan imannya dalam tindakan dan sikap hidupnya

secara nyata, maka katekese model SCP perlu diperhatikan atau dapat dipakai.

Page 125: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

DAFTAR PUSTAKA

Adisusanto, F.X. (1981). Katekese sebagai Pelayanan Sabda. (seri puskat 371).

Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat Adiyanti, M.S. (2003). Prilaku anak Usia Dini. Yogyakarta: Kanisius. Ajaran dan Pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik. (1991). (kata pengantar A.

Sewaka). Jakarta: MNPK KWI bekerjasama dengan Grasindo. Banawiratma. JB. (redaksi). (1989). Jaman Teknologi Menantang Pewartaan Iman.

Yogyakarta: Kanisius. Bergan Dianne. (2002). Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Budiyono, A.P. (2003). Keluargaku. Yogyakarta: Kanisius. Chang, William. (2003). Menggali Butir-butir Keutamaan.Yogyakarta: Kanisius. Cooke, Bernad. (1972). Iman dan Keluarga-keluarga Kristen. Yogyakarta: Puskat. Given, K.Barbara. (2007). Brain-Based Teaching. Bandung: Kaifa. Groom Thomas. H. (1997). Shared Christian Praxis. (F.X. Heryatno Wono Wulung,

Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (buku asli terbitan tahun 1991).

Heuken. A. (2005). Ensiklopedi Gereja Jilid IV. Jakarta: Cipta Loka Caraka. Huber, Th. (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius. Hurlock Elisabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. _________ ( 1978). Perkembangan Anak jilid I. Jakarta: Erlangga. Irawan, Soehartono. (2004). Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. KomKat KAS. (2006). Menjadi Keluarga Basis Hidup Beriman. Semarang: Komisi

Pendamping Keluarga KAS. Konferensi Wali Gereja Indonesia. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Konsili Vatikan II. (1992). Gravissimum Educationis. (R. Hardawirjana,

Penerjemah). Jakarta: DokPen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1965).

Lalu, Yosep. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI. Lape, Alo Ch. Bernadet. (1981). Empat Lingkup Iman. Yogyakarta: Pusat Pastoral. Leks, Stefan. (2003). Tafsiran Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius. Majalah KomKel. ( 2006). Habitus Baru dalam Keluarga Kristiani. Yogyakarta:

Skolastikat MSF. _________ (2008). Anak dan Remaja Harapan Gereja. Yoyakarta: Skolastikat MSF. Nana Sudjana. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

Bandung. Paus Yohanes Paulus II. (1981). Amanat Apostolik Familiaris Consortio.

(A. Widyamartaya, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. _________ (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta:

Departemen Dokumen dan Penerangan KWI. _________ (2006). Kitab Hukum Kanonik. Jakarta: KWI. _________ (1980). Berkatekese. Jakarta: DokPen MAWI.

Page 126: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

111

Setyakarjana. J.S. (1197). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Kateketik Yogyakarta.

Singgih Santoso. (2003). Mengatasi berbagai masalah statistik dengan SPSS versi 11. Jakarta: Gramedia. Siregar Hetty. (1987). Komunikasi untuk Martabat Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Sumarno, Ds.M. (1999). Pendalaman Iman untuk Orang Dewasa. (seri Puskat 368).

Yogyakarta: Lembaga Pengembangan kateketik Puskat. _________ (2006). Teori PPL PAK Paroki. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Agama

Katolik untuk Mahasiswa smester VI. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Sunarti Hastono. (1981). Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Jakarta: Erlangga. Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Research 3. Yogyakarta: Andi. Suwarno. (1981). Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru. Tim Pusat Pendampingan Keluarga Brayat Minulyo. (2007). Hidup Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius. Wasty Soemanto. (1999). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Wignyasumarta. (2000). Panduan Rekoleksi Keluarga. Yogyakarta: Kanisius. Wiley, John. (1996). Psychology, Mind, Brain, and Culture. New York. Zulkifli. L. (1986). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Karya

Page 127: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

LAMPIRAN

Page 128: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(1)

Lampiran 1 : SCP untuk Meningkatkan Kesadaran Orang Tua sebagai

Pendidik Iman Anak dalam Keluarga

A. Identitas

1. Tema : Dipanggil membangun keluarga seturut teladan Maria dan Yosef di

Nazaret

2. Tujuan : Bersama peserta semakin menyadari arti panggilan hidup sebagai

orang tua sehingga semakin meneladan sikap Maria dan Yosef

sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anak dalam keluarga

melalui sikap dan tindakan hidup sehari-hari.

3. Peserta : Bapak dan Ibu Katolik di Lingkungan Brayat Minulyo wilayah Santa

Maria Kalasan Barat

4. Tempat : Bapak Kusdim (salah satu keluarga Lingkungan).

5. Hari /tgl : Kamis, 13 Nopember 2008

6. Waktu : 19.00 – 20.30 WIB

7. Model : Shared Christian Praxis

8. Metode : Tanya jawab, sharing, informasi.

9. Sarana : - cerita

- Kitab Suci

- buku madah bakti

- Teks pertanyaan pendalaman

10. Sumber bahan:

- Lukas 2 : 41- 52

- Dianne Bergan,CSA. (2002). Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru.

Yogyakarta: Kanisius. Hal. 120-121

- Stefan leks. (2003). Tafsiran Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius.

Hal. 97-98.

- Wignyasumarta, Ign. (2000). Panduan rekoleksi keluarga.

Yogyakarta: Kanisius. Hal. 78-87.

- Yohanes Paulus II. (1981). Familiaris Consortio. Art. 36. Jakarta.

Page 129: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(2)

B. Pemikiran Dasar

Dalam kenyataan hidup sehari-hari kalau berbicara tentang panggilan, pada

umumnya pikiran orang langsung tertuju kepada mereka yang memilih panggilan

hidup membiara. Orang kurang memahami sepenuhnya bahwa memilih untuk hidup

berkeluarga merupakan panggilan hidup. Pemahaman seperti ini masih banyak kita

temui pada sebagian besar orang katolik. Padahal memilih hidup keluarga atau

menjadi bapak dan ibu merupakan suatu bentuk panggilan hidup, selain menjadi

biarawan/wati. Para orang tua kurang memiliki pemahaman yang tepat akan

berdampak pada fungsi dan perannya dalam membangun hidup keluarga, misalnya

masalah mendidik anak-anak. Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama

bagi anak-anak untuk memperoleh pendidikan. Orang tua bertanggungjawab

memperkembangkan anak menjadi pribadi yang dewasa dan beriman melalui sikap

dan tindakan hidup sehari-hari. Hal ini bisa dilaksanakan kalau para orang tua

memiliki pemahaman yang tepat tentang panggilan hidup sebagai orang tua kristiani.

Injil Lukas 2 : 41 – 52 mengisahkan kehidupan keluarga di Nazaret, terutama

peranan Maria dan Yosef mendidik Yesus dalam latar belakang budaya Yahudi.

Maria dan Yosef mendidik Yesus terhadap kewajiban menjalankan peraturan praktek

hidup beragama yakni ketaatan menjalankan hukum taurat untuk melaksanakan

ibadat di Yerusalem. Hal yang sama juga dilaksanakan oleh Maria dan Yosef ketika

Yesus berumur delapan hari dipersembahkan dalam Bait Allah. Di samping itu

mereka juga mendidik Yesus untuk hidup bermasyarakat, mengenal dan

berkomunikasi dengan orang lain. Aspek ini secara singkat pada perjalanan pulang

ke Nazaret (Stefan leks, 2003: 97-98). Maria dan Yosef menyangka Yesus berjalan

bersama-sama dengan kaum keluarga dan kenalan. Maria dan Yosef membiarkan

Yesus untuk bersosialisasi dengan orang lain. Peranan Maria dan Yosef sangat

penting dalam mendidik Yesus. Ketika mereka mengalami persoalan ketika Yesus

tinggal di Yerusalem. Maria dan Yosef berusaha mencari selama tiga hari dan

menemukan Yesus di Bait Allah. Sikap menerima dan mengerti akan pribadi Yesus

itulah yang dilakukan oleh Maria dan Yosef. Walaupun mereka tidak mengerti apa

yang dikatakan dan dilakukan oleh Yesus, dan mereka gembira kembali ke Nazaret.

Page 130: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(3)

Dengan pertemuan ini diharapkan peserta semakin menyadari peranan dan

fungsi orang tua kristiani sehingga semakin meneladan sikap Maria dan Yosef dalam

mendidik anak-anaknya. Dengan demikian semakin mampu menjalankan tugas dan

panggilannya sebagai orang tua dengan rasa penuh syukur demi kebahagiaan anak-

anak. Hal ini hendaknya dilaksanakan dengan penuh kesadaran bahwa menjadi orang

tua merupakan suatu bentuk panggilan hidup, dan anak adalah karunia Tuhan yang

dipercayakan padanya. Sebab dalam keluarga anak memperoleh dasar pendidikan

iman sebagai bekal dalam perkembangan pribadi menjadi orang yang dewasa dan

beriman.

C. Pengembangan Langkah

1. Langkah 0 : Pemusatan Aktivitas

a. Pengantar

Bapak/ibu yang terkasih dalam Kristus, kalau kita berbicara tentang

panggilan, mungkin pikiran kita langsung tertuju pada mereka yang memilih hidup

membiara saja. Pada hal menjadi bapak/ibu atau memilih hidup berkeluarga juga

merupakan suatu bentuk panggilan hidup. Pada kesempatan ini kita sebagai satu

keluarga Allah berusaha untuk memahami arti penggilan hidup kita sebagai orang

tua. Ditengah kesibukan memenuhi kebutuhan materi bagi keluarga, orang tua juga

perlu menyadari fungsi dan peranan sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi

anak-anak dalam keluarga. Pada kesempatan ini kita akan sharing tentang

pengalaman kita dalam mendidik anak-anak dalam keluarga selama ini. Kita bisa

bercermin pada keluarga Maria dan Yosef yang sungguh menghayati fungsi dan

peranan sebagai orang tua dalam mendidik Yesus. Maria dan Yosef selalu setia,

sabar, tabah, dan penuh pengertian selama mendidik Yesus, walaupun harus

menghadapi peristiwa yang tidak enak dan bahkan menyakitkan. Oleh karena itu

sebagai orang tua sudah selayaknya kita meneladani sikap Maria dan Yosef dalam

mengusahakan pendidikan bagi anak-anak.marilah kita awali kegiatan ini dengan

menyanyikan lagu pembuka:

Letakkanlah Alas Rumahmu dari Madah Bakti No. 223.

b. Doa Pembuka

Page 131: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(4)

Ya Bapa yang Maha Kasih, kami bersyukur atas rahmat keselamatan yang

Engkau limpahkan pada kami sampai pada saat ini. Teristimewa kami boleh

berkumpul bersama dalam ikatan persaudaraan sebagai satu anggota keluarga umat

Allah. Pada kesempatan ini kami berusaha untuk mensharingkan dan merefleksikan

pengalaman hidup bagaimana kami menghayati panggilan hidup sebagai orang tua

kristiani, misalnya dalam mendidik anak-anak yang Engkau percayakan kepada

kami. Berkatilah dan bimbinglah kami agar hari demi hari kami semakin mampu

membangun keluarga seturut keluarga Kudus di Nazaret. Demi Kristus Tuhan dan

pengantara kami, Amin

2. Langkah I : pengungkapan Praxis faktual.

a. Pengungkapan pengalaman:

Pendamping membagikan teks kisah pengalaman “Keluarga Pak Beny” dan

memberi kesempatan kepada peserta untuk membaca serta mempelajari sendiri-

sendiri.

b. Penceritaan kembali kisah: pedamping meminta salah seorang peserta untuk

menceritakan kembali kisah Keluarga Pak Beny.

c. Intisari kisah Keluarga Pak Beny sebagai berikut:

Keluarga Pak Beny dan Bu Sari adalah pasangan suami isteri katolik yang

dianugerahi dua orang anak putera dan puteri. Pak Beny adalah direktur utama

sebuah perusahaan swasta di kota Surabaya. Sedangkan Bu Sari mengelola sebuah

restoran. Kesibukan pekerjaan Pak Beny dan Bu Sari telah menyita hampir seluruh

waktunya sepanjang hari. Oleh karena itu putra dan putrinya yang sudah mulai

remaja dituntut untuk mandiri, mengatur waktu untuk belajar, sekolah dan bekerja di

rumah. Kebutuhan materi anak-anak dipenuhi. Selain itu Pak Beny menuntut anak-

anaknya disiplin, menjalankan tugas-tugasnya dengan penuh kuasa akan

menghukum anaknya yang melanggar tata tertib peraturan yang ia ciptakan. Semua

pembicaraan dan aturan yang dibuat oleh Pak Beny, anak-anak tidak boleh

membantah. Anak putranya merasa terkungkung di penjara rumahnya. Suatu hari

kedua anak Pak Beny pergi menonton film dan pulang larut malam. Tanpa ampun

mereka dikurung dalam kamar dan tidak diberi makan selama seharian. Anak gadis

Page 132: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(5)

yang sulung diharuskan untuk kuliah di fakultas kedokteran meskipun tidak berminat

dan berbakat menjadi dokter. Bu Sari tak berdaya melawan kemauan suaminya.

Karena kesibukan Bu Sari mengurus restoran akibatnya ia tidak punya cukup waktu

untuk mengurus anak-anaknya. Akibatnya anak-anak yang tampak taat itu ternyarta

sudah akrab dengan obat-obatan terlarang. Sekarang Pak Beny dan Bu Sari bingung

mau memperbaiki keluarga dan anak-anaknya.

d. Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mengungkapkan pengalaman

dengan tuntunan pertanyaan untuk pendalaman kisah “Keluarga Pak Beny sebagai

berikut :

1) Apa saja yang dilakukan Pak Beny dan Bu Sari dalam usaha menghayati hidup

berkeluarga khususnya dalam mendidik anak?

2) Apakah bapak/ibu pernah mengalami mengalami kesulitan-kesulitan dalam

mendidik anak-anak dalam kelurga?

e. Rangkuman dari pendamping

Dalam kisah pengalaman Pak Beny tersebut kita melihat ada dua cara

pendidikan yang sangat berbeda. Pak Beny dan Bu Sari sama-sama sibuk dengan

pekerjaan untuk mencari nafkah. Dalam kehidupan sehari-hari keperluan sekolah dan

kebutuhan materi anak-anak terjamin. Pak Beny dan Bu Sari sungguh melaksanakan

tanggung jawabnya dalam mencukupi kebutuhan materi bagi anak-anaknya. Akan

tetapi di satu sisi Pak Beny dan Bu Sari lupa akan peranan dan fungsinya sebagai

pendidikan iman bagi anak yang pertama dan utama dalam keluarga kristiani. Pak

Beny adalah tipe orang tua yang otoriter yang mana mengartikan sikap disiplin sama

dengan patuh dan taat. Sebab itu peraturan diberlakukan secara ketat pada anak-

anaknya. Untuk menutupi kekurangan sebagai orang tua yang jarang meluangkan

waktu khusus demi kebersamaan dengan anak, Pak Beny menetapkan sejumlah

aturan yang memagari gerak anak dari pengaruh luar yang negatif. Tetapi akibatnya

justru mematikan kreativitas anak dan menimbulkan prilaku negatif seperti

pemberontakan, protes-protes dan keberandalan. Bu Sari adalah seorang yang

mementingkan karier. Akibatnya kurang perhatian terhadap kebutuhan rohani anak

Page 133: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(6)

dan tidak terwujudnya kondisi yang memungkinkan perkembangan yang baik bagi

anaknya.

Bapak/ibu yang terkasih begitupun dalam pengalaman kita dalam mendidik

anak-anak. Karena kita terlalu menginginkan atau mencita-citakan agar anak kita

menjadi orang yang paling baik, baik dalam tingkah laku maupun dalam karier.

Mungkin kita keliru dalam menetapkan segala sesuatu termasuk aturan-aturan yang

harus ditaati oleh anak-anak. Mungkin kita kurang meluangkan waktu khusus untuk

kebersamaan dengan anak. Mungkin kita juga terlalu sibuk dengan tugas atau karier

kita, sehingga kita lupa mendampingi anak-anak kita yang saat ini sangat

membutuhkan pendampingan kita, dan bahkan kita terlalu berprasangka yang kurang

baik terhadap pengaruh-pengaruh yang datang dari luar diri (keluarga) kita. Dan

mungkin kita tidak mengerti maksud dan kemauan anak-anak kita, perkembangan

pribadinya, masalah-masalah dan kesulitanya. Mungkin juga kita kurang sabar untuk

memahami masalah anak dan seringkali langsung memarahinya, tanpa ada

komunikasi yang baik yang harus dibangun.

3. Langkah II : Refleksi Kritis atas Pengungkapan Praxis Faktual

a. Pengantar

Bapak/ibu yang terkasih dalam Kristus, kita telah menggali pengalaman dari

kisah pengalaman “Keluarga Pak Beny” maupun pengalaman kita sehari-hari.

Menghayati panggilan hidup berkeluarga dapat kita wujudkan melalui sikap dan

tindakan hidup sehari-hari pada anak-anak misalnya menegur, mengarahkan,

berkomunikasi yang akrab dan terbuka dengan anak.

b. Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalamannya dengan bantuan

pertanyaan berikut:

1) Bagaimana tanggapan bapak/ibu mengenai pendidikan yang dilakukan oleh

keluarga Pak Beny dan Bu Sari?

2) Cara-cara manakah yang bapak/ibu gunakan dalam menghadapi kesulitan-

kesulitan dalam mendidik anak-anaknya?

Page 134: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(7)

3) Pendamping dapat memberi rangkuman singkat atas dasar pertanyaan-pertanyaan

tersebut sebagai berikut.

Sebagai orang tua yang baik dan sebagai pendidik yang pertama dan utama

bagi anak-anak di keluarga, haruslah mampu mengarahkan, mengantar anak-anak

pada sikap-sikap yang baik dan berguna untuk bekal hidup selanjutnya. Orang tua

hendaknya selalu mengingat perannya sebagai pendidik yang pertama dan utama.

Dalam mendidik anak-anak haruslah dibangun suatu kesadaran yang dapat

menghantar anak-anak semakin menyadari akan tugas-tugas dan tanggung jawabnya

di kemudian hari. Hal ini sangat penting karena anak-anak tidak selamanya hidup

bersama-sama dengan orang tuanya.

4. Langkah III : Mengusahakan agar Visi dan Tradisi Kristiani Terjangkau

a. Salah seorang perserta diminta bantuannya untuk membaca teks Kitab Suci dari

Injil Luk 2 : 41 – 52.

b. Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk hening sejenak dan

secara pribadi merenungkan dan menanggapi isi teks Kitab Suci dengan tuntutan

pertanyaan berikut :

1) Makna pendidikan macam apa yang dapat dipetik dari perikop tersebut ?

2) Sikap-sikap mana yang ingin disampaikan oleh penginjil Lukas dalam kitab suci,

sehubungan dengan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak?

3) Pendamping memberi interpretasi dari bacaan Kitab Suci Luk 2 : 41-52.

Kisah tentang Yesus pada umur 12 tahun berada di Bait Allah merupakan

salah satu bagian dari perjalanan hidup keluarga Nazaret. Kisah ini juga mirip

dengan kisah Yesus pada usia 8 hari di persembahkan dalam Bait Allah. Kisah ini

sangat khas dalam latar belakang Yahudi yang taat pada hukum taurat. Hukum

taurat mewajibkan semua orang khususnya laki-laki setiap tahun harus datang ke

Yerusalem pada hari raya Paskah, Pentekosta dan Pondok Daun. Bagi mereka yang

tinggal jauh dari Yerusalem hukum taurat memberi keringanan kecuali pada hari raya

Paskah. Kepergian Maria, Yosef dan Yesus dari Nazaret ke Yerusalem dalam

rangka merayakan hari raya Paskah seperti yang diwajibkan oleh hukum taurat. Hal

Page 135: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(8)

yang menarik dari perikop ini adalah pengarang injil Lukas menguraikan tentang

tugas dan tanggung jawab Maria dan Yosef dalam usia mendidik Yesus.

Dalam Tafsiran Injil Lukas (Stefan leks, 2003 : 87-88) dikatakan bahwa

Lukas memberikan gambaran yang ideal tentang kehidupan keluarga Kudus di

Nazaret, yang pesannya sangat relevan bagi kehidupan keluarga kristiani di zaman

modern ini. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan fungsi dan

peranan Maria dan Yosef dalam usaha mendidik Yesus sebagai berikut:

a) Ketaatan dalam hidup beragama : tiap-tiap tahun mereka pergi ke Yerusalem

untuk merayakan ibadat seperti yang diwajibkan oleh hukum taurat. Mereka

mengajak dan membiasakan Yesus untuk hidup dalam aturan taurat.

b) Bersosialisasi dalam masyarakat : tidak diceritakan oleh penulis apakah waktu

pergi ke Yerusalem mereka bersama-sama dengan orang sekampung (Nazaret),

tetapi ketika kembali dari Yerusalem mereka membiarkan Yesus untuk berjalan

bersama-sama dengan orang lain (kaum keluarga dan kenalan). Ada nilai

kebebasan yang ditanamkan disini. Sebenarnya mereka bisa saja mengajak Yesus

supaya jalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi mereka tidak melakukan itu,

mereka mendidik Yesus untuk bisa mengenal dan berkomunikasi dengan orang

lain.

c) Kesabaran, kesetiaan, pengorbanan : hal ini jelas ketika mencari Yesus yang

masih tertinggal di Yerusalem. Dengan sabar dan setia selama tiga hari berjalan

untuk mencari Yesus. Akhirnya Maria dan Yosef menemukan Yesus sementara

mengajar di dalam Bait Allah. Ada peristiwa yang menggembirakan dan

mengecewakan. Mereka gembira sebab berhasil menemukan kembali anaknya.

Namun mungkin mengecewakan mendengar jawaban dari anaknya Yesus,

“mengapa kamu mencari Aku?” Bagaimana perasaan Maria dan Yosef yang

sudah beberapa hari berjalan kaki mencari-Nya, tetapi ketika bertemu, sang anak

menjawab mengapa mencari Aku? Maria dan Yosef menerima dengan sabar atas

ucapan Yesus walaupun mereka tidak mengerti sesungguhnya apa maksud

dibalik ucapan Yesus. Akhirnya dengan senang hati mereka kembali ke Nazaret,

dan Yesus tetap hidup dalam asuhan Maria dan Yosef. Nilai-nilai hakiki dalam

keluarga ditanamkan oleh Maria dan Yosef melalui keteladanan hidup sehari-

Page 136: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(9)

hari. Sikap Maria dan Yosef yang terungkap dalam perikop ini menggambarkan

sikap orang tua yang memperhatikan penuh kasih, bertanggungjawab dalam

mendidik anak dengan teladan hidup dalam mengasuh dan membesarkan Yesus.

Cara menghayati panggilan hidup sebagai orang tua yang dikakukan Maria dan

Yosef, mengajak kita sebagai orang tua kristiani untuk mengembangkan dan

membangun hidup tidak hanya mengutamakan pemenuhan materi saja.

Keteladanan dalam sikap dan tindakan hidup orang tua baik dalam hidup

beragama, bersosialisasi dalam masyarakat serta penanaman nilai-nilai hakiki

seperti keadilan, kesabaran, setia dan pengorbanan penting untuk diperhatikan.

Tugas mendidik anak itu berakar pada panggilan utama suami-isteri dalam karya

penciptaan Allah. Konsili Vatikan II mengingatkan kita bahwa orang tua telah

menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka terikat kewajiban untuk

mndidik anak-anak mereka. Oleh karena itu, orang tualah yang harus diakui

sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama. Peran orang tua dalam

pendidikan ”tidak tergantikan dan tidak dapat diambil alih” dan karena itu tidak

dapat diserahkan sepenuhnya kepada orang lain.

Anjuran Apostolik dari Sri Paus Yohanes Paulus II menjelaskan bahwa memang

orang tualah yang pertama dan utama menjadi pelaku pendampingan bagi anak-

anaknya. Orang tua tidak dapat lepas tangan dari tanggung jawab ini, betapapun

sibuknya bekerja dan betapapun beraneka macam kegiatan di masyarakat

maupun di gereja. ”Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka

pada masa tuanya pun ia tidak menyimpang dari pada jalan itu” (Amsal 22:6).

5. Langkah IV: Interpretasi antar praksis, visi dan tradisi kristiani dengan visi dan

tradisi peserta/ menerapkan iman kristiani dalam sitiasi peserta konkret

a. Pengantar

Bapak/ibu yang terkasih, setelah kita sharing, membaca dan merenungkan

Kitab suci, kita menemukan nilai-nilai dan cara yang dilakukan oleh Maria dan

Yosef dalam menghayati dan melaksanakan fungsi dan peran sebagai orang tua

dalam mendidik dan membesarkan Yesus. Bertolak dari cara hidup Maria dan Yosef,

kita sebagai orang tua kristiani dipanggil untuk meneladani sikap dari Maria dan

Page 137: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(10)

Yosef dalam membangun keluarga kristiani. Meskipun dalam kenyataan membangun

hidup keluarga kita sering kali merasa tidak mampu karena kurang waktu untuk

berkumpul bersama keluarga akibat kesibukan pekerjaan maupun urusan dan

kegiatan dalam hidup bermasyarakat. Pada kesempatan yang istimewa ini kita

disadarkan kembali melalui firman Tuhan akan panggilan kita sebagai orang tua

kristiani. Sebab sebagai orang tua kita memiliki kewajiban untuk mendidik anak

dengan meneladan kehidupan keluarga kudus di Nazaret.

Sebagai bahan refleksi bagi kita untuk semakin menghayati dan

menyandarkan diri pada Allah sebagai satu-satunya pedoman bagi langkah hidup kita

dalam membangun hidup berkeluarga, kita mencoba merenungkan pertanyaan-

pertanyaan sebagai berikut :

1) Apakah dengan pertemuan ini, bapak/ibu merasa semakin disadarkan, diteguhkan

akan panggilan hidup sebagai orang tua? Dalam mendidik anak-anak apakah kita

sudah melaksanakan sesuai dengan teladan Maria dan Yosef?

2) Apakah bapak/ibu sudah melaksanakan cara mendidik anak sesuai dengan

teladan Maria dan Yosef?

3) Sikap-sikap manakah yang bisa bapak/ibu perjuangkan agar semakin menyadari

dan menghayati panggilan hidup sebagai orang tua sesuai daya yang diteladankan

Maria dan Yosef?

b. Masukan dari pendamping

Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu mengarahkan,

menghantar dan mendidik anak-anak pada sikap yang baik dan berguna untuk bekal

hidup selanjutnya. Peraturan yang dibuat oleh orang tua hanya sebagai control.

Pelaksanaan aturan tidak terlalu ketat ataupun terlalu longgar. Dialog dimungkinkan

bila ada yang kurang pas dengan konsesus yang dibuat antara orang tua dan anak.

Bila ada kesalahan masih ada toleransi dalam menyelesaikan masalah. Orang tua

perlu menyadari fungsi dan peranannya dalam membangun keluarga kristiani. Kisah

kehidupan keluarga Kudus di Nazaret telah banyak menawarkan nilai-nilai serta cara

terbaik yang berguna bagi orang tua untuk menghayati fungsi dan perannya sebagai

pendidik yang pertama dan utama. Marilah kita menyadari fungsi dan peranan kita

terhadap pendidikan dan masa depan anak-anak kita, seraya berani mengakui

Page 138: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(11)

kelemahan-kelemahan yang selama ini pernah kita terapkan pada anak-anak kita.

Kita mohon bantuan dan rahmat Tuhan untuk mengubahnya menjadi daya bagi kita.

Tidak mudah menjadi orang tua seperti diteladankan oleh Maria dan Yosef, yang

dengan tekun, setia, tabah, penuh kasih sayang dan penuh pengertian kepada Yesus

anak mereka. Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai dan membimbing kita,

sehingga kita semakin dimampukan untuk mendidik anak-anak yang dipercayakan

kepada kita.

6. Langkah V : Keterlibatan baru demi terwujudnya Kerajaan Allah

a. Pengantar

Bapak/ibu yang terkasih dalam Kristus, setelah kita bersama-sama menggali

dan menemukan pengalaman hidup dalam mendidik anak-anak melalui sarana cerita

”keluarga Pak Beny”dimana kurang memberikan waktu untuk bersama dengan anak

dan cara mendidik anak yang otoriter. Melalui certa tersebut kita mendapat masukan

serta menemukan cara-cara pendidikan yang tepat, sehingga bisa menghantar anak

bertumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan bertanggung jawab. Perbedaan dalam

mendidik anak-anak dapat menimbulkan ketegangan dalam keluarga, yang berakhir

dengan pelarian anak-anak pada obat-obat terlarang seperti Narkoba dll.

Dalam hidup berkeluarga, kadang kala kita juga mengalami kesulitan untuk

mendidik anak-anak. Mungkin terjadi perbedaan pandangan antara suami-isteri atau

antara orang tua dan anak-anak dalam pendidikan di keluarga. Memanjakan anak

secara berlebihan dan selalu menuruti keinginan mereka, maka anak-anak bertumbuh

menjadi orang malas, boros, egois dan kurang bertanggungjawab. Sebaliknya kalau

kita menerapkan cara-cara pendidikan yang baik, sehinga mereka bertumbuh menjadi

manusia yang dewasa dan bertanggungjawab, kita kadangkala disalahkan, dianggap

orang tua yang tidak mencintai dan menyanyangi anak-anak.

Dalam kitab suci, kita dapat melihat bersama cara-cara yang dilakukan oleh

Maria dan Yosef dalam mendidik Yesus. Mereka sungguh menyadari tugas

panggilannya sebagai orang tua dalam mengembankan tugas dan tanggug jawabnya

dalam membesarkan Yesus yang dipercayakan Allah pada mereka. Keteladan Maria

dan Yosef ini kiranya menjadi inspirasi dan contoh bagi kita dalam menjawab

Page 139: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(12)

panggilan hidup kita sebagai orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak-

anak.

Bapak/ibu yang terkasih, setelah kita bersama-sama menggali pengalaman

kita dalam mendidik anak-anak serta mempertemukan dengan pandangan kitab suci

yaitu tentang keluarga kudus Nazaret, selanjutnya kita kita mendapat masukan baru,

kemauan untuk mengusahakan pendidikan yang lebih baik, lebih tepat bagi anak-

anak kita dalam hidup sehari-hari. Maka marilah kita mengucap syukur atas

kesempatan yang istimewa ini, bahwa kita boleh berkumpul disini untuk bersama-

sama sharing sekaligus mencoba untuk memahami panggilan hidup kita sebagai

orang tua dalam mengemban tugas dan tanggung jawab terhadap pendidikan anak-

anak di keluarga kita.

Marilah kita memikirkan/merencanakan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita

yang baru, baik sebagi pribadi maupun sebagai kelompok untuk secara lebih dan

sadar mengusahakan cara-cara pendidikan yang baik kepada anak-anak melalui sikap

dan tindak hidup sehari-hari seturut keluarga kudus di Nazaret.

b. Pendamping memberi kesempatan pada peserta untuk refleksi dan membuat niat-

niat pribadi yang akan dilakukan, dengan pertanyan penuntun sebagai berikut:

1) Niat apa yang dapat saya lakukan untuk semakin mengusahakan pendidikan yang

baik dalam keluarga kita masing-masing.

2) Hal apa saja yang perlu saya perhatikan baik sebagai pribadi maupun sebagai

kelompok dalam mewujudkan niat-niat tersebut.

Kesempatan (suami-isteri) berdiskusi untuk membuat niat-niat kelompok dan

keluarga. Peserta diajak untuk hening sejenak dengan diiringi musik instrumental

dari kaset suara

c. Penutup

1) Doa umat : peserta diajak untuk mempersembahkan niat-niatnya dalam doa

bersama, memohon rahmat dan kekuatan dari Tuhan. Doa umat ini diawali oleh

pendamping selanjutnya kesempatan diberikan kepada peserta untuk berdoa

secara sepontan.

Page 140: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(13)

2) Akhir doa umat ditutup dengan doa penutup dari pendamping yang merangkum

seluruh langkah yang sudah dilaksanakan.

d. Doa penutup

Ya Bapa yang baik, kami bersyukur atas rahmat istimewa yang boleh kami

alami pada kesempatan ini. Kami bersyukur pula atas sapaan-Mu yang menyadarkan

kami agar semakin menyadari dan menghayati fungsi dan peranan sebagai pendidik

yang pertama dan utama bagi anak dalam keluarga kristiani. Ya Bapa yang murah

hati, selama ini sebagai orang tua kami kurang bisa menjalankan tugas dan panggilan

kami. Hal ini disebabkan karena kelalaian kami yang terlalu sibuk dengan pekerjaan

dan juga karena ketidaktahuan kami dalam membangun keluarga seturut keluarga

Kudus Nazaret. Bimbinglah dan sertailah kami selalu agar niat-niat yang kami buat

dapat kami laksanakan melalui teladan hidup kami yang baik dalam mendidik anak-

anak. Demi Kristus Tuhan dan Juru Selamat kami, Amin.

e. Lagu Penutup : Tingkat karya serta karsa: MB. No. 533.

Page 141: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(14)

Lampiran 2 : Cerita Pendalaman katekese

KELUARGA PAK BENY

Pak Beny dan Bu Sari adalah pasangan suami-isteri Katolik yang

dianugerahi dua orang anak putra dan seorang anak putri. Pak Beny adalah direktur

utama sebuah perusahaan swasta di kota Surabaya. Sedangkan Bu Sari mengelola

sebuah restoran. Kesibukan Pak Beny dan Bu Sari telah menyita hampir seluruh

waktunya sepanjang hari. Karena itu putera-putrinya yang sudah mulai remaja

dituntut untuk mandiri : mengatur waktu untuk belajar, sekolah, bekerja di rumah,

dan sebagainya. Kebutuhan hidup dan sekolah mereka dipenuhi. Selain itu, Pak Beny

menuntut agar anak-anaknya disiplin menjalankan tugas-tugasnya dan dengan penuh

kuasa akan menghukum anaknya yang melanggar tata tertib peraturan yang ia

ciptakan. Bila sudah bicara dan membuat keputusan, Pak Beny tak boleh dibantah

atau dijawab ”tidak”. Kedua anaknya yang putera merasa terkungkung di penjara

rumahnya. Pada suatu hari, mereka nonton film dan pulangnya tengah malam.

Dengan tanpa ampun, mereka dihukum kurung di kamar dan seharian tak diberi

makan. Anaknya yang sulung, gadis, diharuskan kuliah di fakultas kedokteran. Ibu

Sari tak berdaya melawan kemauan suaminya. Tetapi karena kesibukannya

mengurusi restoran, iapun tak cukup waktu untuk memperhatikan putera-puterinya.

Akibatnya, anak-anak yang tampak taat-taat itu ternyata sudah akrab dengan obat

bius, narkoba, morfin, dan sebagainya. Sekarang Pak Beny dan Bu Sari bingung mau

memperbaiki keluarga dan anak-anaknya?

Page 142: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(15)

Lampiran 3 : Kuesioner tentang kesadaran orang tua dalam pendidikan iman

anak

Bapak / Ibu

Bapak/ibu yang terkasih, saya sangat mengharapkan bantuan dari bapak/ibu

untuk berkenan mengisi kuesioner ini dengan sungguh-sungguh dan jujur sesuai

dengan pengalaman bapak/ibu sendiri. Jawaban dari bapak/ibu merupakan sesuatu

yang sangat berharga bagi saya dan juga bagi para orang tua lainnya. Maka

bapak/ibu tidak perlu mencantumkan namanya hanya ditulis bapak (kalau seorang

bapak yang mengisi) atau ibu (kalau seorang ibu yang mengisi) dengan mencoret

bapak/ibu yang sudah tersedia di bagian kanan atas.

Atas perhatian, bantuan, kesediaan dan kerjasamanya dalam mengisi

kuesioner ini saya mengucapkan terimakasih.

Petunjuk soal

1. Jawablah Pertanyaan di bawah ini.

2. Untuk nomor No. 2 sampai 11 jawaban sudah tersedia, bapak/ibu hanya memberi

centang (√ ) pada kolom angka yang sudah tersedia (bapak/ibu menilai diri

sendiri dengan angka 5,4,3,2,1).

1. Menurut Bapak/ Ibu siapa yang memiliki peran pertama dan utama dalam

pendidikan iman anak? Mengapa?

2. Apa saja yang telah bapak/ibu lakukan dalam rangka mendukung pendidikan

iman anak?

Page 143: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(16)

No Pernyataan Alternatif jawaban

5 4 3 2 1

1 Doa bersama dalam keluarga. Selalu Tidak

pernah

2 Mendengarkan keluhan anak. Menyenang

kan

menyedih

kan

3 Menyiapkan buku bacaan rohani

untuk anak.

Mudah Sulit

4 Membantu anak saat anak

mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan tugasnya.

Selalu Tidak

pernah

5 Memaafkan anak di kala anak

melakukan kesalahan.

Mudah Sulit

Page 144: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(17)

Lampiran 4. Data Sebelum SCP No Nama 1 2 4 8 9 11 Jml 2-11 Total

1 A 1 3 1 2 3 5 14 142 B 2 1 3 3 3 3 13 133 C 1 3 5 2 3 5 18 184 D 2 3 2 3 5 5 18 185 E 3 3 4 4 4 5 20 206 F 2 3 2 3 5 4 17 177 G 2 4 3 2 4 5 18 188 H 2 3 3 1 5 5 17 179 I 2 3 4 2 4 3 16 1610 J 1 3 3 3 5 5 19 1911 K 1 2 3 2 2 1 10 1012 L 1 3 5 2 5 5 20 2013 M 3 2 1 2 1 5 11 1114 N 3 3 5 3 2 3 16 1615 O 2 2 3 2 5 5 17 1716 P 2 2 3 2 4 4 15 1517 Q 2 3 4 3 3 4 17 1718 R 3 3 1 3 2 5 14 1419 S 3 4 3 2 5 5 19 1920 T 3 2 2 3 4 5 16 1621 U 2 3 1 1 2 4 11 1122 V 2 3 4 1 1 5 14 1423 W 1 1 2 3 5 5 16 1624 X 1 3 1 2 5 5 16 1625 Y 1 2 1 3 1 1 8 826 Z 1 3 4 2 4 5 18 1827 AA 2 1 3 1 5 5 15 1528 BB 3 3 5 1 2 5 16 1629 CC 3 1 5 1 4 4 15 1530 DD 3 3 1 1 1 5 11 1131 EE 1 2 5 3 2 5 17 1732 FF 3 3 2 2 1 1 9 933 GG 2 1 2 2 4 4 13 1334 HH 2 2 1 1 1 4 9 935 II 2 2 1 1 3 1 8 836 JJ 2 2 3 4 2 2 13 1337 KK 2 1 2 4 2 2 11 1138 LL 1 3 1 1 1 1 7 739 MM 2 2 1 1 3 4 11 1140 NN 1 3 2 3 3 3 14 14

78 99 107 87 126 158 577 577 corel 0.09 0.347 0.634 0.297 0.729 0.719 1 0.312 tdk valid valid valid valid valid

Page 145: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(18)

Var 0.562 0.666 1.969 0.866 2.131 1.997 12.46 5 4 1 7.629

Rel 0.484

Lampiran 5. Data Sesudah SCP No Nama 1 2 4 8 9 11 Jml 2-11 Total

1 A 5 4 4 3 5 5 21 262 B 5 4 4 4 5 5 22 273 C 5 4 5 3 4 4 20 254 D 5 4 5 3 5 5 22 275 E 5 4 5 2 5 5 21 266 F 5 3 3 3 5 5 19 247 G 5 4 4 3 5 5 21 268 H 5 4 5 3 5 5 22 279 I 5 4 5 3 5 5 22 2710 J 5 4 5 3 5 5 22 2711 K 5 5 5 3 5 5 23 2812 L 5 5 5 3 5 5 23 2813 M 5 5 5 3 5 5 23 2814 N 5 4 5 3 5 5 22 2715 O 5 4 5 3 5 5 22 2716 P 5 4 5 3 5 5 22 2717 Q 5 4 5 3 5 5 22 2718 R 5 4 5 3 5 5 22 2719 S 5 4 5 3 5 5 22 2720 T 5 4 5 2 5 5 21 2621 U 5 3 5 2 5 5 20 2522 V 5 3 5 2 5 5 20 2523 W 4 3 5 2 5 5 20 2424 X 5 5 5 2 5 5 22 2725 Y 5 4 5 2 5 5 21 2626 Z 5 5 5 3 5 5 23 2827 AA 5 3 5 3 5 5 21 2628 BB 5 4 5 3 5 5 22 2729 CC 5 3 5 3 5 5 21 2630 DD 5 4 5 3 5 5 22 2731 EE 5 4 5 3 5 5 22 2732 FF 5 5 5 3 5 5 23 2833 GG 5 5 5 3 5 5 23 2834 HH 5 5 5 3 5 5 23 2835 II 5 5 5 3 5 5 23 2836 JJ 5 4 5 3 5 5 22 2737 KK 5 4 5 3 5 5 22 2738 LL 5 3 5 3 5 5 21 2639 MM 5 3 5 3 5 5 21 2640 NN 5 5 5 4 5 5 24 29

jml 199 162 195 115 199 199 870 1069 corel 0.398 0.838 0.379 0.53 0.252 0.252 0.312

Page 146: DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA ...ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih

(19)

var 0.025 0.459 0.163 0.215 0.025 0.025 1.23 11 10 1 0.912

rel 0.284